BAB II KONDISI KESULTANAN KOTA PINANG SEBELUM PROKLAMASI RI. Kesultanan Kota Pinang terletak di daerah Kabupaten Labuhan Batu Selatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONDISI KESULTANAN KOTA PINANG SEBELUM PROKLAMASI RI. Kesultanan Kota Pinang terletak di daerah Kabupaten Labuhan Batu Selatan"

Transkripsi

1 BAB II KONDISI KESULTANAN KOTA PINANG SEBELUM PROKLAMASI RI 2.1 Geografis Kesultanan Kota Pinang Kesultanan Kota Pinang terletak di daerah Kabupaten Labuhan Batu Selatan sekarang dan juga sebagai ibukota kabupaten Labuhan Batu Selatan yang luasnya Ha. Kabupaten Labuhan Batu Selatan terdiri dari 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Pinang, Kecamatan Kampung Rakyat, Kecamatan Silangkitang, Kecamatan Sungai Kanan dan Kecamatan Torgamba. Adapun batas-batas Kecamatan Kota Pinang tersebut adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan daerah kecamatan Kampung Rakyat - Sebelah Timur berbatasan dengan daerah kecamatan Kampung Rakyat - Sebelah Selatan berbatasan dengan daerah kecamatan Torgamba - Sebelah Barat berbatasan dengan daerah kecamatan Silangkitang Daerah kecamatan Kota Pinang memiliki ketinggian 105 meter dari permukaan laut, beriklim sedang dengan rata-rata curah hujan 67 hari selama satu tahun. Permukaan daratan daerah ini terdiri dari permukaan datar sampai berombak sekitar 50%, berombak sampai berbukit terdiri dari 45% sedangkan berbukit sampai bergunung adalah sekitar 5%. Dengan demikian melihat keadaan permukaan yang seperti ini daerah ini sangat cocok dengan pertanian dan perkebunan kelapa sawit dan karet. Sesuai dengan judul dan tujuan dari penulisan skripsi ini yakni untuk menceritakan keadaan Kota Pinang pada masa Kesultanan hingga berakhirnya, maka perlu diketahui batas-batas wilayah Kota Pinang pada masa Kesultanan Kota Pinang.

2 Adapun batas-batas wilayah Kota Pinang pada masa Kesultanan Kota Pinang adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kerajaan Bilah - Sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung Tua - Sebelah Timur berbatasan dengan Kerajaan Bilah dan Riau - Sebelah Barat berbatasan dengan Gunung Tinggi Daerah ini sangat strategis ditinjau dari jalur lalu lintas yang menghubungkan Dumai, Padang Sidempuan, Rantau Prapat dan Medan. Disamping jalur lalu lintas darat tersebut, sungai juga masih digunakan sebagai jalur lalu lintas air yang menghubungkan Kota Pinang dengan Labuhan Bilik bahkan sampai ke Malaysia. 7 Sungai sangat berperan di wilayah Kesultanan Kota Pinang yaitu menyebabkan daerah ini sangat subur sehingga terdapat banyak hutan di wilayah ini. Oleh sebab itu daerah ini sangat cocok dengan pertanian dan perkebunan. Sungai-sungai yang mengalir melalui Kota Pinang adalah Sungai Barumun, Sungai Rumbia, Sungai Tasik dan Sungai Sumerkaluang. Peranan sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kesultanan Kota Pinang bukan hanya sebagai penyubur tanah saja, tetapi juga memegang peranan sebagai sarana transportasi yang menghubungkan antara daerah-daerah di Kesultanan Kota Pinang, demikian pula peranannya dalam bidang perdagangan. Pada mulanya peranan sungaisungai ini hanyalah sebagai penghubung antara daerah-daerah maupun dengan pusat Kesultanan tapi karena perkembangan zaman maka lama-kelamaan sungai-sungai ini memegang peranan penting pula dalam perdagangan.

3 Sebelum kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia, di Labuhan Batu terdapat beberapa kerajaan yang besar maupun kerajaan-kerajaan yang kecil. Kerajaan yang tergolong besar terdiri dari Kerajaan Bilah, Kerajaan Panai dan Kesultanan Kota Pinang. Kerajaan-kerajaan kecilnya tergabung dalam beberapa konfederasi, berdasarkan konfederasi tersebut kerajaan-kerajaan kecil dapat dikelompokkan ke dalam kekuasaan kerajaan Na IX-X, kerajaan Natolu dan kerajaan Nalapan. 2.2 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Pinang Sistem Perekonomian Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Pinang dipengaruhi oleh keadaan alam yang masih berhutan dan banyak dilalui oleh sungai. Sistem mata pencaharian masyarakat Kota Pinang pada dasarnya adalah bertani dengan hasil padi, karet, kopi dan kopra. Selain bertani, masyarakat juga mengumpulkan hasil hutan seperti rotan, damar dan pinang. Rakyat juga menangkap ikan dari sungai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari tanpa menjual belikannya. Pada masa sebelum kedatangan Belanda ke wilayah Kota Pinang, Kesultanan Kota Pinang telah menjalin hubungan dagang dengan beberapa kerajaan di daerah Labuhan Batu dan juga dengan kerajaan-kerajaan lain yang ada di Selat Malaka dengan menggunakan Sungai Barumun sebagai jalur lalu lintas. Sungai ini adalah salah satu sungai besar di Kota Pinang yang dapat dilalui oleh kapal-kapal besar. Dengan digunakannya sungai ini sebagai sarana transportasi dalam perdagangan maka sungai ini dimanfaatkan oleh orang-orang 7 Wawancara dengan bapak T.Chairul Azham di Kota Pinang pada tanggal 23 Juni 2009.

4 yang ingin mendapatkan keuntungan lebih banyak dari hasil perdagangannya dengan cara perdagangan yang illegal yang pada saat itu dikenal dengan sebutan smokel. Pada masa pertumbuhannya hingga sebelum masuknya pengaruh Belanda di Kesultanan Kota Pinang, rakyatnya aman, tertib dan teratur. Sultan masih memperhatikan rakyatnya, misalnya dengan memberikan bantuan kepada rakyat berupa pemberian kupon kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan. Kupon tersebut digunakan untuk penjualan karet dari kebun karet rakyat. Pada saat itu hasil produksi karet di pasaran internasional melimpah sehingga karet mengalami penurunan harga yang drastis sehingga Sultan membuat kebijakan berupa pembagian kupon kepada setiap pemilik karet agar penjualan karet terkontrol dan harga karet tetap stabil sehingga rakyat tidak dirugikan karena harga karet yang murah. Setiap satu kupon diberikan ketentuan untuk menjual karet dengan porsi atau ukuran tertentu yang telah ditentukan oleh Sultan. Sehingga mereka hanya dapat menjual karet sesuai dengan kupon yang mereka miliki. 8 Sistem Sosial Budaya Sistem sosial budaya Kesultanan Kota Pinang sama halnya dengan sistem masyarakat Melayu di Sumatera Timur dan pada dasarnya sudah diwarnai oleh nilai-nilai agama Islam. Letak Kesultanan Kota Pinang sangat strategis yaitu sebagai tempat persinggahan para pedagang yang berasal dari pedalaman menuju pusat-pusat perdagangan yang terdapat di Malaka dan pulau Pinang. Peranan ini menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk dari berbagai suku bangsa seperti Minang Kabau, Batak, Jawa dan lain sebagainya. Mereka

5 dapat mengadaptasikan diri dengan alam lingkungannya dengan perkataan lain masyarakat pendatang ini me-melayu-kan dirinya dan mengikuti adat resam Melayu. Hal ini menyebabkan bertambah ramainya penduduk Kesultanan Kota Pinang. Oleh sebab itu masyarakat Kesultanan Kota Pinang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan kata lain masyarakat Kota Pinang adalah masyarakat yang heterogen. Percampuran masyarakat antara masyarakat pendatang dengan masyarakat asli wilayah Kota Pinang tersebut mengakibatkan adanya perbedaan kedudukan masyarakat ditinjau dari sifat keasliannya. Hal ini menimbulkan adanya golongan-golongan seperti golongan bangsawan dan golongan rakyat jelata. Golongan bangsawan adalah golongan yang terdekat dengan kaula kesultanan baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Adapun golongan bangsawan ini masih terbagi lagi gelar-gelar yang mereka peroleh, antara lain : - Sultan yaitu Sultan/Raja - Tengku yaitu anak Raja - Datuk yaitu penguasa-penguasa daerah - O.K yaitu orang-orang kaya dalam arti seseorang yang memiliki kekayaan harta benda atau kekayaan pikiran - Wan yaitu seorang putra dari rakyat biasa yang menikahi putri seorang Sultan, keturunannya juga memakai gelar Wan. Semua gelar yang berasal dari pihak bangsawan sebagai identitas kaum feodal atau bangsawan tersebut diteruskan secara turun-temurun. Mereka hanya boleh bergaul dengan golongannya masing-masing sehingga jelas kelihatan status seseorang dalam kehidupan 8 Wawancara dengan bapak Musir Nasution di Kota Pinang pada tanggal 17 Juli 2009.

6 masyarakat. Pergaulan antar golongan tidak bebas terlebih-lebih dalam hal adat dan perkawinan. Rakyat jelata tidak boleh bergaul dengan golongan bangsawan secara bebas sehingga terdapat suatu jurang pemisah antara golongan bangsawan dengan golongan rakyat biasa. Masyarakat pendatang biasanya adalah rakyat biasa. Dalam perkembangannya dalam kurun waktu yang relatif singkat atau lama maka suatu saat masyarakat pendatang ini dapat menjadi golongan bangsawan karena kemampuan yang dimilikinya baik ditinjau dari segi lahiriah maupun batiniah. Misalnya seorang pendatang menjadi orang kaya atau pintar maka suatu saat nanti ia akan menjadi golongan bangsawan. Rakyat biasa juga menjadi bangsawan dengan jalan menikahi putri Sultan. Aktivitas di dalam Kesultanan hanya dipegang oleh kaum bangsawan saja, demikian juga dalam sistem peradilan, kaula kesultanan jauh lebih dimuliakan. Rakyat jelata hanya sebagai penunggu tanah, bukan yang memiliki hak atas tanah. Seluruh tanah Kesultanan adalah hak Kesultanan. Peranan Sultan dalam kehidupan masyarakat sangat penting sehingga rakyat terikat dengan berbagai peraturan yang dibuat oleh Sultan. Misalnya semasa kekuasaan Kesultanan, masyarakat biasa dilarang menggunakan pakaian berwarna kuning karena warna tersebut merupakan warna khas bagi keluarga bangsawan atau keluarga istana. Apabila ternyata ada rakyat yang mengenakan pakaian berwrna kuning maka orang tersebut akan mendapat tegoran dari Sultan. Selain penggunaan warna dalam berpakaian, rakyat juga dibebani dengan peraturan lain yakni dalam membangun rumah. Sultan memberikan ketentuan yang sangat ketat kepada rakyat dalam membangun rumah yaitu rumah harus berbentuk rumah panggung dan tangganya tidak boleh terbuat dari semen. Disamping beberapa campur tangan Sultan dalam kehidupan rakyat, Sultan

7 juga memperhatikan keinginan-kenginan rakyatnya. Misalnya dalam merayakan hari-hari besar agama, Sultan mengadakan pesta dan memberikan hiburan kepada rakyatnya dengan mengadakan berbagai jenis kegiatan seperti menari dan pertunjukan pencak silat dan ronggeng. Selain itu, Sultan memiliki kebiasaan mengundang setiap rakyatnya yang memiliki keahlian dalam mengadakan humor untuk menghibur kalangan istana. Hal ini juga merupakan salah satu cara Sultan dalam memberikan bantuan kepada rakyatnya. Apabila orang yang diundang tersebut berhasil menghibur orang-orang di istana dengan humor yang dibuatnya maka ia akan mendapatkan hadiah dari Sultan berupa bekal hidup sehari-hari Sistem Pemerintahan Kesultanan Kota Pinang Kesultanan Kota Pinang pada mulanya bernama Kesultanan Pinang Awan. Sultan yang pertama memerintah adalah Sultan Batara Sinombah yang disebut juga dengan Sultan Batara Guru Gorga Pinayungan, yang memiliki makam di Hotang Mumuk Negeri Pinang Awan. Sultan Batara Sinombah adalah keturunan dari alam Minang Kabau Negeri Pagaruyung yang bernama Sultan Alamsyah Syaifuddin. Sultan Batara Sinombah bersama saudaranya Batara Payung beserta saudara tirinya perempuan Putri Lenggani meninggalkan Negeri Pagaruyung pergi ke daerah Mandailing. Dalam perjalanannya, Batara Payung memutuskan untuk tinggal di Mandailing dan menjadi asal-usul raja-raja di daerah itu. Sedangkan Batara Sinombah dan Puteri Lenggani meneruskan perjalanannya sampai ke Hotang Mumuk (Pinang Awan). 9 Wawancara dengan bapak T.Chairul Azham di Kota Pinang pada tanggal 23 Juni 2009.

8 Keturunan Batara Sinombah dari putranya Mangkuto alam merupakan asal-usul dari beberapa kerajaan yang terdapat di daerah Labuhan Batu seperti Raja Indra yang tertua menetap di Kambul (Bilah Hulu) dan keturunannya menjadi raja-raja Panai dan Bilah. Sedangkan yang nomor dua Raja Segar menetap di Sungai Toras menjadi Zuriat raja Kampung Raja, dan yang termuda Raja Awan menetap di Sungai Tasik menjadi Zuriat raja di Kota Pinang. 10 Secara turun-temurun dari keturunan Batara Sinombah yang pernah memerintah di Kesultanan Kota Pinang, dapat digambarkan sebagai berikut : Alamsyah Syaifuddin Yang dipertuan Pagar Ruyung Batara Guru Panjang Batara Sinombah Puteri Lenggani (Raja Mandailing) (Marhumsin. Batara Guru Gorga (Adik Tiri) Pinayungan Pinang Awan) Sultan Nusa (Marhum Mangkat Dijambu) Siti Puteh Raja Tahir Maha Raja Hulu Balang Slt.Syahir Alam Siti Unggu (Kawin Slt.Husisyah Siti Medja (kawin sama Raja (Slt.Edar Alam) (Raja Rantau Binuang) (Glr.Maha Raja dgn Raja Haro) (Glr.Segar Alam) Tdk Menikah Tambusai) Kumbul Awan) Tesik Raja Simargoloang Sel Toras Stn.Kohar (Yg Dipertuan Besar Pinang Awan) Yg Dipertuan Muda Hotang Mumuk 10 T. Lucman Sinar. Op.cit., Hlm. 136.

9 Stn.Kumala Marhum Tua (Yg Dipertuan Hadudung Pengali Nama Pinang Awan Menjadi Kota Pinang) Yg Dipertuan Muda Simarkaluang Sultan Tua Kota Pinang Sultan Muda Kota Pinang Sultan Bungsu Pulau Biromata Sultan Moestafa Glr.Yg Dipertuan Besar Sistem pemerintahan yang digunakan di Kesultanan Kota Pinang adalah sistem kerajaan yang bersifat monarki pemerintahan dipegang oleh seorang raja yang diwariskan secara turun-temurun. Sistem pemerintahan monarki ini mengakibatkan terdapatnya suatu klasifikasi di dalam masyarakat Kesultanan Kota Pinang yaitu perbedaan kelas masyarakat antara golongan bangsawan dengan golongan rakyat jelata. Golongan bangsawan memegang peranan di segala bidang yang tertumpu pada Sultan. Rakyat biasa hanya sebagai abdi Raja dan penunggu tanah. Seluruh aktifitas rakyat hanyalah untuk kemuliaan dan kekayaan Kesultanan. Sebaliknya Kesultanan harus melindungi rakyatnya dan menjaga

10 keharmonisan dan ketentraman rakyatnya. Dalam sistem peradilan kaula kerajaan lebih dimuliakan, rakyat hanya sebagai penerima keadaan apabila hukum peradilan dijatuhkan. Sistem pemerintahan monarki yang dimaksud adalah sebagai berikut: - Sultan adalah kepala pemerintahan yang berasal dari putra Sultan terdahulu, biasanya anak tertua dari permaisuri nya. - Tengku adalah anak dari Sultan sendiri yang dapat menggantikan kedudukan ayahnya dalam melaksanakan roda pemerintahan. Tugas Tengku adalah membantu sepenuhnya tugas Sultan. - Datuk adalah salah seorang yang terkemuka dari masyarakat dan memerintah di daerahnya atau di bidangnya masing-masing yang tunduk kepada Sultan. Misalnya Datuk Kepala Wilayah, Datuk Bendahara Kepala Keuangan dan sebagainya. - Tumenggung adalah kepala peradilan dan polisi. Kesemuanya ini berhak mengangkat pembantu-pembantunya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pembantu-pembantu ini harus berasal dari golongan-golongan yang sama yaitu dari golongan bangsawan. - Wan adalah anak laki-laki dari rakyat biasa yang mengawini anak perempuan dari seorang Sultan, keturunannya juga memakai gelar Wan. - O.K adalah orang kaya dalam arti seseorang yang memiliki kekayaan berupa harta benda maupun kecakapan dan keluasan wawasan berpikir. Adapun skema sistem pemerintahan tradisional Kesultanan Kota Pinang adalah sebagai berikut: Yang Dipertuan Besar (Sultan)

11 Raja Muda (Tengku) Bendahara Setia Datuk Mahalela Orang Kaya Sutan Sri Maharaja Mangaraja Kepala Kampung Meskipun para Datuk dan Tumenggung dapat mengangkat pembantu-pembantunya sesuai dengan bidangnya masing-masing namun keputusan terakhir tetap berada dalam tangan Sultan. Apapun kebijaksanaan yang telah diambil oleh para Datuk dan Tumenggung, jika hal tersebut tidak disetujui oleh Sultan maka kebijaksanaan itu tidak dapat dilaksanakan. Untuk dapat melaksanakan pemerintahan yang baik dan terarah, maka Sultan mengajak seluruh kaula Kerajaan bersidang yang dipimpin langsung oleh Sultan. Sebagai penasehat kerajaan maka diangkat lah para kaum agama wan yang berasal dari kaum bangsawan juga. Sistem pemerintahan yang bersifat monarki tersebut menyebabkan adanya jurang pemisah antara golongan bangsawan dengan golongan rakyat biasa. Seolah-olah rakyat biasa dilahirkan tidak mempunyai arti apa-apa di dalam struktur birokrasi pemerintahan, sehingga rakyat tidak berambisi untuk dapat berperan serta di dalam pemerintahan. Hal ini kemudian dengan mudah akan dimanfaatkan oleh Belanda pada masa kekuasaan Belanda di Kesultanan Kota Pinang. Dengan berkuasanya Belanda di Kesultanan Kota Pinang, maka sistem pemerintahan pun mengalami perubahan. Pemerintahan seluruhnya diatur oleh Belanda mulai dari pemerintahan tingkat paling rendah samapai tingkat paling tinggi dipegang oleh

12 orang-orang Belanda. Sistem pemerintahan yang dibentuk oleh Belanda ini dijalankan hingga tahun 1942 sampai masuknya Jepang ke Indonesia umumnya dan Kota Pinang khususnya. Setelah kedatangan Jepang ke Kota Pinang maka terjadi sedikit perubahan pada pemerintahan dimana Jepang melibatkan golongan bangsawan dalam pemerintahan yakni golongan bangsawan ditempatkan di tingkat bawah dan untuk tingkat atas dipegang oleh orang Jepang sendiri. Namun sistem pemerintahan yang dijalankan masih sistem pemerintahan yang dibentuk oleh Belanda. Jepang tidak memberikan banyak perhatiannya pada pemerintahan pada masa penjajahannya di Indonesia karena pada saat itu Jepang lebih mengutamakan kekuatan militernya untuk melawan Sekutu. Sistem pemerintahan yang demikian terus berlangsung sampai tahun 1946 hingga terjadinya revolusi sosial yang mengakibatkan berakhirnya kekuasaan Kesultanan Kota Pinang. Dengan demikian, sejalan dengan terjadinya revolusi sosial maka terjadilah perubahan sistem pemerintahan dari sistem pemerintahan monarki yang berbentuk kerajaan menjadi sistem pemerintahan demokrasi yang berbentuk republik. 2.4 Masa Penjajahan Belanda Kedatangan bangsa Belanda pada tahun 1596 pada awalnya bertujuan untuk berdagang sambil mencari rempah-rempah. Namun lambat laun Belanda mulai berniat untuk menguasai wilayah Indonesia karena Indonesia penuh dengan kekayaan alam. Berbagai cara dilakukan oleh bangsa Belanda untuk menguasai daerah Indonesia, hingga akhirnya mereka berhasil meskipun pada awalnya mereka mendapat perlawanan dari penguasa pribumi. Bangsa Belanda berhasil menguasai penguasa pribumi dengan politik de vide et impera demi kepentingan kolonial nya.

13 Pada tahun 1824, Belanda dan Inggris menandatangani perjanjian yang disebut dengan Traktat London. Tujuan dari perjanjian ini adalah untuk menghindari pertikaian antara Inggris dengan Belanda mengenai daerah jajahan mereka di sekitar Selat Malaka. Inti dari perjanjian ini adalah pertukaran daerah jajahan antara belanda dengan Inggris, yaitu Inggris menyerahkan Bengkulen pada Belanda dan Belanda Menyerahkan Melaka pada Inggris dan Singapura tidak dituntut lagi. Kemudian mereka berjanji tidak akan meluaskan daerah jajahannya ke daerah yang bukan haknya sesuai dengan isi perjanjian tersebut yakni Inggris tidak akan mengganggu Sumatera dan Belanda tidak akan mengganggu Semenanjung Melayu. Keduanya juga berjanji tidak akan melanggar kedaulatan Aceh. Tetapi walaupun perjanjian tersebut sudah ada, namun karena pertimbangan keuntungan ekonomi, maka masing masing pihak masih terus meluaskan daerahnya secara diam diam. Seperti Inggris masih selalu mengincar Sumatera demikian juga Belanda belum melepaskan tekanannya di Perak dan Selangor. 11 Untuk dapat menguasai daerah Sumatera Timur maka Belanda harus dapat menguasai kerajaan Siak, karena menurut Sultan Siak seluruh Sumatera Timur adalah daerah jajahannya. Pada tahun1857, ketika Wilson seorang petualang Inggris ingin menguasai kerajaan Siak maka Sultan Siak minta bantuan kepada Belanda yang berpusat di Batavia. Ketika belanda dapat menguasai petualang Inggris tersebut maka Belanda sudah mulai meminta imbalan jasa dengan mengikat perjanjian dengannya pada tanggal 1 Februari perjanjian itu disebut juga dengan Traktat Siak yang berisikan kesediaan Sultan Siak untuk tunduk di bawah kekuasaan Belanda. Dengan tekanan Belanda, Siak mengakui bagian dari Hindia Belanda dan tunduk di Bawah Kedaulatan Agung Belanda. 11 Ibid., Hlm. 61.

14 Dalam perjanjian itu juga dinyatakan bahwa jajahan dan daerah taklukan Siak seperti kerajaan Melayu Sumatera Timur dimasukkan di bawah lindungan pemerintah Hindia Belanda. Selain itu Siak memohon pula bantuan Belanda untuk mempertahankan daerahnya dari serangan musuh Siak. Atas alasan inilah maka Belanda ekspedisi nya untuk mengakhiri kemerdekaan kerajaan kerajaan di Sumatera Timur. 12 Setelah Belanda menandatangani Traktat London pada tahun 1824, Belanda sudah berhak meluaskan kekuasaannya di Sumatera Timur kecuali Aceh, namun perluasan wilayah itu tidak dapat dilaksanakan karena Belanda belum mendapat alasan yang kuat untuk mengakhiri kemerdekaan raja-raja di Sumatera Timur. Disamping itu masih banyak faktor yang menghambat perluasan jajahannya ke Sumatera Timur seperti takut akan terulang lagi pengalaman pahit yang dihadapi ketika perang Diponegoro. Sedangkan pada waktu itu Belanda masih perang dengan Paderi. Untuk merealisasikan amanah dari Sultan Siak ini maka pada tahun 1862 datanglah ekspedisi Belanda yang pertama ke Sumatera Timur yang dipimpin oleh Residen Riau Elisa Netscher. Dalam kunjungan Netscher tersebut, satu persatu kerajaan di Sumatera Timur membuat suatu perjanjian dengan Belanda secara paksa yaitu dengan mempropagandakan Kerajaan Siak. Setelah Netscher memperoleh tandatangan dari Kerajaan Panai dan Bilah maka ia melanjutkan perjalanannya menuju Asahan, Deli, Serdang dan Langkat. Tujuan dari perjanjian yang telah ditandatangani oleh Sultan ini adalah pengakuan raja-raja di Sumatera Timur terhadap kekuasaan Belanda atas daerahnya. Disamping mempengaruhi para penguasa lokal, pemerintah kolonial Belanda juga mengadakan semacam intimidasi dengan mendatangkan kapal perang Reiner Classon yang 12 Ibid., Hlm. 63.

15 dipimpin oleh Residen Netscher yang mendarat di Pantai Sumatera. Adapun maksud didatangkannya kapal tersebut adalah agar penguasa di Sumatera menjadi takut. Ancaman dan gertakan ini pada mulanya mendapat jawaban protes dari penguasa daerah di Sumatera Timur akan tetapi pada akhirnya penguasa-penguasa daerah tersebut seperti Sultan Asahan, Sultan Serdang, dan Sultan Langkat akhirnya tunduk kepada pemerintah kolonial Belanda. Melalui Convernemen Belsuit No tanggal 30 November 1867, Belanda membentuk Afdeling yang terdiri dari : 1. Onder Afdeling Batu Bara ibukotanya Labuhan Ruku 2. Onder Afdeling Asahan ibukotanya Tanjung Balai 3. Onder Afdeling Labuhan Batu ibukotanya Labuhan Batu Pembentukan afdeling ini merupakan suatu taktik dari Belanda untuk dapat mengikat kerjasama dengan berbagai kerajaan tradisional yang berada dalam lingkungan afdeling dengan cara penandatanganan Korte Verklaaring dan Lange Verklaaring. Kesultanan Kota Pinang dan Kesultanan Kualuh menandatangani Lange Verklaaring sehingga kedua Kesultanan ini menjadi perantara Belanda untuk mengutip pajak dari onderdeming-onderdeming atau perkebunan-perkebunan di wilayah tersebut. Sebelum mengadakan perjanjian dengan raja-raja yang mempunyai daerah taklukan yang luas, Belanda terlebih dahulu menanamkan kesan psikologis dan menunjukkan keunggulan tempur dengan peralatan militer dan memperkenalkan hukum yang berlaku di Eropa. Sehingga para raja mendapat kesan bahwa Belanda bisa dijadikan sebagai pelindung terhadap raja-raja kecil di sekeliling raja yang luas daerah taklukannya tadi. Dengan demikian mereka harus tunduk kepada pemerintah Belanda di Nederland yang diwakili oleh Gubernur Jenderal di Batavia.

16 Gubernur Jenderal yang berkedudukan di Batavia menguasai seluruh Nusantara mulai dari Sabang sampai Merauke. Gubernur Jenderal dibantu oleh para residen yang bertempat tinggal di daerah-daerah. Residen dibantu oleh para asisten residen yang semuanya adalah orang-orang Belanda. Wilayah Labuhan Batu sebagai bagian dari daerah Sumatera timur sangat menarik bagi kolonialisme baik ditinjau dari segi militer maupun dari segi ekonomi. Kawasan ini letaknya sangat strategis dekat dengan Semenanjung Malaka dan ramai dilintasi melalui selat Malaka. Disamping itu juga, Labuhan Batu memiliki tanah yang subur sehingga menghasilkan kekayaan alam yang melimpah. Hasil bumi Labuhan Batu sebelum Belanda memasuki daerah ini antara lain rotan, damar, pinang, kopra, kopi dan hasil laut. Potensi alam inilah yang telah mendorong kedatangan pengusaha Belanda menanamkan modalnya di daerah ini dan sekaligus menguasainya. 13 Setelah Belanda berhasil menguasai Asahan dan Batu Bara maka daerah lainnya pun di Labuhan Batu mengalami ancaman penaklukan Belanda. Kedatangan Belanda di daerah Labuhan Batu telah membawa dampak yang negatif, karena kedatangan Belanda tersebut telah memperuncing perselisihan yang ada di antara raja-raja yang lemah dengan raja-raja yang kuat. Hal ini pulalah yang menyebabkan Kesultanan Kota Pinang jatuh ke dalam kekuasaan penjajah Belanda. Hubungan keluarga antara Kesultanan Kota Pinang dengan Kesultanan Panai telah terjalin ketika raja Panai Sultan Mangedar Alam menikahi adik perempuan Sultan Bungsu, Sultan Kota Pinang. Dengan adanya hubungan keluarga tersebut maka Sultan Panai sebagai keluarga ingin menyadarkan Sultan Kota Pinang bahwa 13 Pemda Tk.II Labuhan Batu, Sejarah Pembangunan dalam Negeri Kabupaten Labuhan Batu: Hlm. 18

17 musuh yang sesungguhnya adalah Belanda. Namun Sultan Kota Pinang tetap pada pendiriannya yaitu pro kepada Belanda dengan ambisi pribadi sebagai feudal yang berkepentingan langsung atas semua sumber ekonomi termasuk hasil-hasil pemerasan tenaga rakyat dan perdagangan budak yang tanpa disadari oleh Sultan Kota Pinang bahwa ia telah dimanfaatkan oleh Belanda untuk kepentingan kolonial Belanda di Kota Pinang. Oleh sebab itu maka timbullah perselisihan antara Sultan Kota Pinang dengan Sultan Panai yang mengakibatkan tewasnya Sultan Bungsu. Ini menimbulkan dendam Tengku Mustafa, Sultan Kota Pinang yang menggantikan ayahnya. Ia juga meneruskan politik ayahnya yaitu sikap pro Belanda. Oleh karena Sultan Mustafa merasa belum cukup kuat dengan tentaranya sendiri menaklukkan sultan Mangedar Alam dari Panai, maka Sultan Mustafa meminta bantuan Belanda untuk mengalahkan Sultan Panai. Dengan bantuan Belanda maka Sultan Mustafa dapat mengusir Sultan Mangedar Alam dari tempat kedudukannya hingga terpaksa lari ke Asahan. Lalu Belanda mendirikan pos militer nya di Panai. Dengan dukungan yang didapatkan oleh Sultan Mustafa dari Belanda maka ia berkesempatan memperteguh posisinya dan melebarkan daerahnya. Tidak lama setelah Belanda mengosongkan pos militernya di Panai, maka Sultan Mangedar Alam, Sultan Panai, kembali ke istananya dengan tujuan agar dapat mengambil kembali wilayahnya yang sudah dikuasai oleh Sultan Kota Pinang. Setelah Sultan Mustafa mengetahui hal tersebut, maka Sultan Mustafa kembali menyerang Sultan Mangedar Alam dan berhasil memukul mundur Sultan Mangedar Alam hingga lari kembali ke Asahan untuk yang kedua kalinya. Melihat situasi yang demikian, permusuhan dan perebutan wilayah yang dilakukan oleh Sultan Mustafa dengan Sultan Mangedar Alam, maka Sultan Asahan bertindak sebagai juru damai antara Sultan Mustafa dan Sultan Mangedar Alam tersebut sehingga

18 mencapai jalan tengah. Sultan Kota Pinang mendapatkan wilayah yang didudukinya dan sebagai juru damai Asahan mendapatkan upah yaitu sebagian wilayah Panai. Setelah Belanda dapat menaklukkan keempat kesultanan yang ada di Labuhan Batu yakni Kesultanan Kualuh, Kesultanan Panai, Kesultanan Bilah dan Kesultanan Kota Pinang, maka Belanda kemudian membuat berbagai perjanjian antara lain Korte Veerklaaring yang menyebabkan Kesultanan Kota Pinang menjadi tunduk kepada Belanda sebagai bawahan dalam sistem pemerintahan sendiri (self bestuur) sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani merubah status para sultan dari seorang penguasa menjadi seorang jajahan. Sehingga Sultan menjadi perantara bagi Belanda dalam mengeksploitasi kekayaan alam termasuk yang dimiliki rakyat Kota Pinang. Misalnya rakyat Kota Pinang yang memiliki kebun karet diberi kupon oleh Sultan dengan ketentuan karet yang dimiliki oleh rakyat tidak boleh dipanen. Hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk mempermudah penguasaan dalam perdagangan karet. 14 Sebelum Belanda melakukan perjanjian dengan Siak pada tahun 1858, Kota Pinang sudah lebih dulu melakukan kerja sama dengan Belanda yakni sejak tahun Kota Pinang dan Belanda menjalin hubungan baik dan kerjasama yang saling menguntungkan antara Sultan dengan Belanda, dimana Sultan memberikan hasil bumi Kota Pinang dan daerah-daerah taklukan Kota Pinang kepada Belanda dan sebaliknya Belanda memberikan perlindungan pada Kota Pinang dari serangan musuh-musuh Kota Pinang. Sikap pro Sultan kepada Belanda ditunjukkan dengan menaikkan bendera Belanda di depan istananya dan menggantungkan foto Raja Willem III dengan permaisurinya Emma di tengah-tengah 14 Wawancara dengan Musir Nasution, tanggal 28 Juni 2009

19 dinding istana. Raja Kota Pinang juga telah memperoleh tanda mata berupa tongkat perak yang di hulunya lambang kerajaan Nederland Je Maintendrai dan dihadiahi cap mohor Alwasiku Billah, Yang Dipertuan Besar Kota Pinang karunia Raja Nederland. Semua ini menunjukkan bahwa Kota Pinang telah dikuasai oleh Belanda. 16 Pada tahun 1887 Sumatera Timur menjadi satu Residensi yang berpusat di Medan dan terbagi atas beberapa afdeling. Salah satu afdeling itu adalah afdeling Labuhan Batu yang berpusat di Rantau Prapat yang sebelumnya di Labuhan Bilik. Dengan perpindahan pusat afdeling Labuhan Batu maka semakin baik pula birokrasi Belanda di wilayah Labuhan Batu karena secara tidak langsung Belanda sudah dapat lebih baik mengawasi kerajaan-kerajaan yang di pedalaman. Peranan pemerintah Belanda bukan saja memonopoli perdagangan tetapi juga sudah menguasai Kesultanan Kota Pinang secara politis. Penguasaan wilayah oleh Sultan Kota Pinang dalam batas yang telah ditentukan masih mutlak dimana rakyat harus tunduk kepada kesultanan. Tapi kesemuanya ini adalah dibawah pengaruh kekuasaan Belanda. Jika belanda membuat suatu kewajiban terhadap rakyat harus melalui Sultan Kota Pinang terlebih dahulu sehingga seolah-olah perintah atau peraturan tersebut berasal dari Sultan itu sendiri. 2.5 Masa Penjajahan Jepang Menjelang penutupan tahun 1941 tepatnya pada tanggal 8 Desember, bangsa Jepang menampakkan diri di mata dunia. Hal tersebut dikarenakan kemenangan bangsa Jepang 15 H. Mohd Said, Mengenang Patuan Nan Lobi Melawan Belanda, Harian Waspada Medan, Medan Hlm.5 16 Ibid., Hlm. 24.

20 dalam perang Pasifik di Pearl Harbour. 17 Kemenangan Jepang membawa dampak bagi bangsa Indonesia. Bangsa Jepang mulai memalingkan perhatiannya ke tanah air Indonesia. Hal ini didasarkan karena potensi dan kesuburan tanah di kawasan bangsa Indonesia yang cukup penting bagi kemajuan industri Jepang. Dapat dianggap bahwa minyak Indonesia menjadi faktor yang menentukan untuk melancarkan perang pada akhir tahun sesuai dengan kepentingannya pihak Jepang mulai mengadakan serangkaian kampanye untuk menarik simpati dari bangsa Indonesia dengan berbagai semboyan yang mereka lontarkan seperti : Asia untuk bangsa Asia, Nippon pelindung Asia, Nippon cahaya Asia, Nippon pemimpin Asia dan Musnah kan Inggris, Amerika dan Belanda. Untuk menarik hati rakyat mereka mengatakan bahwa bangsa Indonesia masih saudara kandung dengan bangsa Jepang. Sebelum tahun 1941, bangsa Jepang telah dikenal oleh bangsa Indonesia melalui perdagangan. Sementara itu orang Indonesia telah mengenal orang Jepang secara pribadi dalam bentuk tuan toko. Pada tahun tiga puluhan toko-toko Jepang mulai popular bukan karena harganya saja yang relatif murah, tetapi juga sopan santun pemiliknya. Toko-toko Jepang menyediakan dan memberikan kesempatan pada orang-orang Indonesia untuk membeli barang-barang yang bermutu bagus. Jepang memasuki daerah Sumatera Timur pada saat tentara Belanda yang ada di Sumatera Timur terdiri dari KNIL, Stadwacht dan Landswacht berada di bawah pimpinan Mayor Jenderal RT. Overakker dan Kolonel Gosenson. Colonel Gosenson telah lama melakukan persiapan untuk membangun pertahanan di pegunungan Aceh tengah dengan maksud sebagai tindakan terakhir untuk melancarkan perlawanan terhadap Jepang oleh 17 Nip M.S Xarim, Medan Area Mengisi Proklamasi, Medan: Biro Sejarah Prima, Hlm. 13

21 pasukan-pasukan yang berada di bawah komando nya yang berkedudukan di dataran rendah Aceh dan Sumatera Timur. Diperhitungkan bahwa di daerah itu akan berlangsung suatu perang gerilya yang lama, sehingga berbagai perlengkapan perang telah disediakan seperti perbekalan, amunisi dan obat-obatan. Namun harapan tersebut musnah karena Jepang telah berhasil menguasai daerah-daerah yang sebelumnya telah dikuasai oleh Belanda di Sumatera. 18 Untuk menyusup ke tengah-tengah rakyat melancarkan aksi perang gerilya yang sebenarnya, mereka sudah tidak berani karena sikap rakyat yang terang-terangan memusuhi mereka. Hanya tujuh belas hari sejak pendaratan tentara Jepang di wilayah Sumatera bagian utara, Belanda dapat menghindarkan diri dari buruan Jepang dan sesudah itu mereka pun terpaksa menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Pada tanggal 13 Maret 1942, pasukan Jepang membagi kekuasaannya ke dalam 3 bagian untuk menguasai daerah-daerah yang ada di wilayah Sumatera Timur. Satu bagian bergerak menuju Medan, satu bagian bergerak menuju Pematang Siantar dan satu bagian lagi menuju Rantau Prapat yang bergerak ke Labuhan Batu dari Asahan. Tujuan Jepang ke Labuhan Batu adalah untuk menguasai Rantau Prapat karena di daerah ini berkedudukan controleur Belanda sebagai pusat pemerintahan. Masuknya tentara Jepang di Labuhan Batu tidak mendapat perlawanan sama sekali dari Belanda, begitu juga dengan penduduk setempat tidak melakukan perlawanan atau reaksi. Hal ini terjadi karena penduduk menganggap bahwa Jepang adalah penyelamat mereka dan karena adanya rasa benci kepada Belanda. 18 Ibid., Hlm. 29.

22 Serangan-serangan kilat dan gencar yang dilakukan Jepang berhasil merebut daerah-daerah yang dianggap penting dan berpotensi. Tepat pada tanggal 28 Maret 1942 wakil pemerintahan Belanda Carda Van Starken Bourq Van Houer dan Panglima American British Dutch Australian Command (ABDACOM) Jenderal Hein Ter Poorten berhasil ditangkap dan ditawan di Jepang. Akhirnya Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Dengan demikian secara otomatis Kota Pinang beralih kekuasaan kepada kepemimpinan Jepang. Setelah Jepang berkuasa di Kesultanan Kota Pinang terjadi kemerosotan pada masyarakat terutama di bidang ekonomi. Hal ini disebabkan oleh perang dunia kedua yang sedang terjadi pada saat itu yang mengakibatkan macetnya perdagangan. Perang dunia kedua ini mengakibatkan Jepang tidak dapat membangun daerah jajahannya karena Jepang menguasai wilayah yang luas. Jajahannya adalah dari sekitar kepulauan Jepang, Jazirah daratan Asia sampai dengan wilayah Asia Tenggara, sehingga sistem pemerintahan Jepang semerawut karena kekurangan personil untuk menjalankan sistem pemerintahannya. Oleh sebab itu, untuk membangun wilayah jajahan dalam waktu singkat tidak mungkin karena Jepang juga termasuk Negara yang terlibat dalam perang dunia kedua. Apalagi menyangkut masalah ekonomi, hal ini mengakibatkan Jepang lebih menitikberatkan sistem pemerintahannya pada sistem militer. Sistem perekonomian rakyat hampir tidak mendapat perhatian dari Jepang, bahkan banyak pula tekanan yang harus dipikul oleh rakyat demi tercapainya tujuan Jepang yaitu menguasai seluruh Asia. Untuk dapat mempertahankan kedudukannya di daerah jajahan Jepang harus membangun pangkalan yang kuat di daerah-daerah yang membutuhkan personil dan modal. Semua kebutuhan Jepang tersebut dibebankan kepada seluruh rakyat jajahan. Oleh karena

23 itu banyak rakyat Kesultanan Kota Pinang yang dilatih dalam bidang kemiliteran. Biaya untuk membangun sistem pertahanan dan pemerintahan dibebankan kepada rakyat dengan jalan memperbesar pungutan pajak, distribusi, kerja rodi dan sebagainya. Oleh sebab itu rakyat semakin miskin. Kehidupan yang seperti ini juga dialami oleh kaum feodal. Sistem dan status yang diberikan oleh Jepang terhadap kaum feudal sangat berbeda dengan yang diberikan oleh Belanda. Pada masa pemerintahan Belanda, kemewahan dan keagungan Sultan sangat dihargai, tapi setelah Jepang berkuasa seluruhnya berubah. Lebih penting dari perubahan ini adalah dalam sebuah upacara-upacara peringatan, perayaan dan hari-hari besar yang terdapat dalam penanggalan Jepang, Sultan dituntut agar berdiri sejajar dengan para pemimpin politik sambil menyanyikan lagu yang sama mengagung-agungkan Jepang. Yang lebih parahnya lagi adalah Sultan dan kerabat nya harus mengayunkan cangkul untuk memberi contoh teladan tentang pertanian atau ikut gotong royong secara sukarela dalam pembuatan jalan yang diwajibkan kepada mereka karena keadaan ekonomi yang semakin memburuk. 19 Sikap yang dilahirkan oleh Jepang tersebut membuat kebencian di hati Sultan. Pada saat itu rasa ketidakmampuan di hati Sultan untuk melawan Jepang sudah semakin besar karena sistem pemerintahan Jepang. Sistem pemerintahan Jepang di Kesultanan Kota Pinang pada hakekatnya hanya melanjutkan system pemerintahan sebelumnya yang telah dibuat oleh Belanda. Tetapi karena situasi dan kepentingan yang berbeda maka sistem pemerintahan pun berbeda. Pada masa pemerintahan Belanda, sistem pemerintahan dititik 19 Anthony Reid, Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 180

24 beratkan kepada perekonomian. Sedangkan pada masa Jepang sistem pemerintahan dititikberatkan pada bidang pertahanan. Untuk memperkuat pertahanan tersebut maka Jepang mendidik rakyat Indonesia dalam bidang kemiliteran, sehingga banyak rakyat yang masuk ke dalam angkatan perang Jepang. Luas wilayah yang dikuasai oleh Jepang menuntut agar sistem pemerintahan lebih efektif. Tetapi karena personil Jepang kurang memadai maka banyak rakyat Indonesia yang diangkat menjadi pegawai negeri Jepang sebagai penguasa setempat. Seperti jabatan wakil controleur diangkat dari penduduk setempat, yaitu Tengku Hasnah (Tengku Besar Kerajaan Bilah) serta mengangkat Tengku Long (Anak yang Dipertuan Kota Pinang) dan Tengku Darmansyah putra yang Dipertuan Kualuh menjadi pegawai tinggi pemerintahan militer Jepang. Dengan demikian banyak rakyat Indonesia yang mengerti tentang sistem pemerintahan dan juga sistem pertahanan, seperti Heiho, Kubodan, Seinendan dan sebagainya. Maka pendudukan Jepang di Labuhan Batu adalah masa yang paling pahit dirasakan oleh penduduk. Banyak orang tua yang kehilangan anaknya karena dikirim menjadi romusha ke daerah lain. Keadaan ekonomi cukup parah, hampir semua kebutuhan pokok tidak didapati lagi di pasaran. Sistem pendidikan juga dimanfaatkan oleh Jepang untuk kepentingan militernya. Kurikulum pendidikan diatur demi kepentingan militer Jepang, setiap hari ada pelajaran baris-berbaris dan setiap pelajaran diawali dengan Seikerei (penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan menghadapkan muka ke Tokyo) kemudian diikuti dengan Taiso (gerak badan).

25 Sistem pemerintahan dan kepemimpinan yang diberikan Jepang sangat berbeda dengan sistem pemerintahan Belanda dimana seluruh jabatan dipegang oleh Belanda sehingga rakyat tidak tahu tentang bentuk pemerintahan. Pengalaman yang rakyat peroleh pada masa Jepang kemudian dapat dimanfaatkan pada permulaan revolusi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang merupakan suatu diantara kesultanan yang terkaya. Sebagai bukti, kesultanan tersebut memiliki istana

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur kerajaan negeri-negeri Melayu di Semenanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Belanda.Wilayah LabuhanBatu sangat menarik bagi Belanda karna kawasan ini letaknya

BAB I PENDAHULUAN. oleh Belanda.Wilayah LabuhanBatu sangat menarik bagi Belanda karna kawasan ini letaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah wilayah Kerajaan Siak ditaklukkan oleh Belanda maka wilayah Kerajaankerajaan yang ada di daerah Sumatera Timur seperti LabuhanBatu juga dapat ditaklukkan

Lebih terperinci

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA.  PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Berikut ini adalah daerah pertama di yang diduduki oleh tentara Jepang... a. Aceh, Lampung, Bali b. Morotai, Biak, Ambon c. Tarakan, Pontianak, Samarinda d. Bandung, Sukabumi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Langkat didirikan oleh Raja Kahar pada pertengahan abad ke- 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat kepemimpinan diteruskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu Kabupaten terluas di

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu Kabupaten terluas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu Kabupaten terluas di Propinsi Sumatera Utara, karena terjadi pemekaran daerah pada tanggal 24 Juni 2008, maka Labuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan kesultanan. Umumnya jabatan ini diduduki oleh orang orang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan kesultanan. Umumnya jabatan ini diduduki oleh orang orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajaan merupakan kekuasaan tertinggi berada dibawah pimpinan seorang Sultan atau Raja pada suatu wilayah. Dalam menjalankan pemerintahannya, sultan dibantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode 1945-1949 merupakan tahun-tahun ujian bagi kehidupan masyarakat Indonesia, karena selalu diwarnai dengan gejolak dan konflik sebagai usaha untuk merebut dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

ABSTRAK MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG DI KAWASAN SUMATERA TIMUR

ABSTRAK MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG DI KAWASAN SUMATERA TIMUR ABSTRAK MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG DI KAWASAN SUMATERA TIMUR Pada saat perang Dunia ke-ii terjadi, militer Jepang menyerang negaranegara dan daerah jajahannya yang ada di Asia serta menduduki wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran Tinggi di Bukit Barisan, Sumatera Utara yang di kelilingi oleh pegunungan. Kabupaten Karo beribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama yang berkuasa di Langkat bernama Dewa Shahdan. Dewa Shahdan lahir pada tahun 1500, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT 2.1 Selayang Pandang Sumatera Timur Ruang lingkup geografi sebagai unit analisis penelitian ini adalah Daerah Sumatera Timur. Sumatera Timur terletak diantara garis Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja Masa Pra Penjajahan Pulau Kundur memiliki jejak sejarah sendiri sebelum masa penjajahan. Dikisahkan bahwa Kerajaan Singasari di Pulau Jawa yang berada di bawah kepemimpinan Kertanegara hendak melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan panjang masa lampau oleh para generasi sebelumnya atau para leluhur yang diabadikan berupa kisah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini

Lebih terperinci

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendudukan Jepang di Indonesia Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah meletuskan suatu perang di Pasifik. Pada tanggal 8 Desember 1941

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya terbentuk dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di suatu tempat. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kolonialisme berawal dari perkembangan situasi ekonomi, dimana

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kolonialisme berawal dari perkembangan situasi ekonomi, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolonialisme berawal dari perkembangan situasi ekonomi, dimana rempah-rempah menjadi komoditas yang paling menguntungkan pasar internasional. Itulah yang mendorong para

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa yang tersebar dari sabang sampai merauke. Keunikan tersebut menjadi nilai tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak terjadi perubahan dalam kehidupan, kehidupan yang berlangsung di dunia bersifat dinamis. Namun, kita dapat mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jepang dan Italia melawan Sekutu membawa pengaruh terhadap perubahan situasi negara-negara

PENDAHULUAN. Jepang dan Italia melawan Sekutu membawa pengaruh terhadap perubahan situasi negara-negara PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Keberhasilan Jepang menghancurkan pangkalan laut Amerika di Pearl Harbour merupakan awal keterlibatan Jepang di Perang Dunia Kedua. Pecahnya Perang Dunia Kedua yaitu

Lebih terperinci

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang.

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Indikator Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang Dampak Kebijakan Imperialisme Jepang di Indonesia Uji Kompetensi 2. Kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh dari budaya luar masih terikat dengan adat istiadat yang berlaku yang dipimpin oleh ketua

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN TEMUAN KHUSUS. tentang pembentukan kecamatan marpoyan damai, kecamatan tenayan raya,

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN TEMUAN KHUSUS. tentang pembentukan kecamatan marpoyan damai, kecamatan tenayan raya, BAB IV GAMBARAN UMUM DAN TEMUAN KHUSUS 4.1 Sejarah Kecamatan Rumbai Pesisir Kecatan Rumbai Pesisir merupakan Kecamatan pemekaran dari Kecamatan Rumabi, berdasarkan Peraturan daerah kota pekanbaru nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batu Sangkar, Luhak Tanah Datar, merupakan sebuah kerajaan yang pernah menguasai seluruh Alam Minangkabau. Bahkan pada masa keemasannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deli Tua adalah sebuah kota kecil yang terletak di kecamatan Deli Tua kabupaten Deli Serdang, kota ini adalah kota yang bisa dipastikan sebagai sendisendi kehidupan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penghadangan terhadap tentara Jepang di daerah Kubang Garut oleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kisaran adalah ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera Utara). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 2.1 Letak Geografis Tanjung Leidong Tanjung Leidong terletak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu yang luasnya sekitar 34,032km2

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB 1: KEDUDUKAN STRATEGIK MENDORONG PENGUASAAN BRITISH

BAB 1: KEDUDUKAN STRATEGIK MENDORONG PENGUASAAN BRITISH BAB 1: KEDUDUKAN STRATEGK MENDORONG PENGUASAAN BRTSH 1 Peta berikut menunjukkan kedudukan Pulau Pinang. Mengapakah kedudukan Pulau Pinang dikatakan strategik? A Kekuatan angin monsoon B Pusat pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK PERANG PALEMBANG A. Kemenangan Sultan Mahmud Badaruddin II. maupun dampak yang buruk bagi kehidupan manusia di daerah yang

BAB IV DAMPAK PERANG PALEMBANG A. Kemenangan Sultan Mahmud Badaruddin II. maupun dampak yang buruk bagi kehidupan manusia di daerah yang BAB IV DAMPAK PERANG PALEMBANG 1819 A. Kemenangan Sultan Mahmud Badaruddin II Setiap pertempuran yang terjadi pasti akan membawa dampak yang baik maupun dampak yang buruk bagi kehidupan manusia di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad 19 dalam sejarah merupakan abad terjadinya penetrasi birokrasi dan kekuasaan kolonialisme Belanda yang di barengi dengan Kapitalisme di beberapa wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM A. Perkembangan Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau, telah berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan pembangunan dan sumber daya manusianya. Kota Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang merupakan ibukota Kecamatan Barusjahe yang menaungi 19 desa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5 Disusun Oleh : Kelompok 5 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5 LATAR BELAKANG TOKOH PEMIMPIN KRONOLOGIS PETA KONSEP PERLAWANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang memiliki beberapa kabupaten dengan berbagai macam suku. Salah satu suku yang terdapat di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas

BAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan kisah sentral dalam sejarah Indonesia, melainkan unsur yang kuat dalam persepsi bangsa Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

KERJASAMA PERTAHANAN RI - MALAYSIA

KERJASAMA PERTAHANAN RI - MALAYSIA MATA KULIAH KERJASAMA PERTAHANAN & KEAMANAN FISIP HI UNJANI CIMAHI 2017 KERJASAMA PERTAHANAN RI - MALAYSIA DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Sejarah Hubungan RI - Malaysia Hubungan Indonsia dengan

Lebih terperinci

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Naskah Drama Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M[1]

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN 1945-1949 Pada awal kemerdekaan kota Medan adalah alah satu kota yang tergolong maju di Indoneisa. Sebagai kota yang berkembang dari perkebunan,pada masa kolonial,di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kabupaten Langkat sekarang adalah Stabat. Jarak rata-rata dari Kota

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG DATANGNYA JEPANG

LATAR BELAKANG DATANGNYA JEPANG LATAR BELAKANG DATANGNYA JEPANG Jepang datang ke Indonesia karena: Ingin menguasai wilayah Asia-Pasifik pada Perang Dunia II Menyerahnya Belanda ke tangan Jepang pada 8 Maret 1942, di Kalijati Mencari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Latar Historis Pada jaman Hindia Belanda kecamatan Perbaungan ini termasuk kedalam wilayah Kesultanan Serdang. Pada tanggal 29 Juli 1889, Sultan Serdang (Sultan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA. Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA. Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara adalah kota kelima terbesar di Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini dapat digunakan sebagai pengawet

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan dengan suku bangsa lainnya, juga memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang Bahasa resmi Lagu kebangsaan Agama Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbagisasi yang tinggi.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbagisasi yang tinggi. BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Rumbai Kota Pekanbaru adalah ibukota dan kota terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota ini merupakan kota perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima dengan tangan terbuka oleh rakyat Indonesia yang memang sudah sangat merindukan kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan

Lebih terperinci

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

Negara. Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.

Negara. Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Tema 7 Negara Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Kamu Harus Mampu Setelah mempelajari tema ini, kamu akan mampu menampilkan rasa bangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asal-usul suku Banjar berasal dari percampuran beberapa suku, yang menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu dapat diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak pada proses modernisasi

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak pada proses modernisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendudukan Jepang di Indonesia merupakan bagian dari rangkaian politik imperealismenya di Asia Tenggara. Kedatangannya di Indonesia merupakan bagian dalam usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

Pangkalan tentera Pelabuhan persinggahan X. Senarai di atas menjelaskan faktor-faktor British memerlukan Pulau Pinang. Apakah X?

Pangkalan tentera Pelabuhan persinggahan X. Senarai di atas menjelaskan faktor-faktor British memerlukan Pulau Pinang. Apakah X? Tingkatan 2 Sejarah Bab 1 : Kedudukan Strategik Mendorong Penguasaan British Soalan Objektif Pilih jawapan yang paling tepat 1. Senarai di atas menjelaskan faktor-faktor British memerlukan Pulau Pinang.

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang sebelumnya dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun berhasil mendapatkan kemerdekaannya setelah di bacakannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara Sejarah Singkat Sebutan Labuhanbatu bermula ketika pada tahun 1862 Angkatan Laut Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk

Lebih terperinci