A. PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS"

Transkripsi

1 1 A. PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995) Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (Chaffee, 1994). Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian. Berpikir kritis adalah suatu cara yang sistematis untuk membuat dan membentuk fikiran seseorang, sehingga dapat berfungsi dengan penuh tujuan/manfaat dan akurat/tepat. Berpikir kritis merupakan cara berpikir yang teratur, terstruktur, komprehensif, didasarkan pada standar intelektual, dan didasarkan pada pertimbangan/alas an yang baik. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan, dan membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien. Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-yahiro dan Salylor, 1994). Berpikir secara kritis menantang individu untuk menelaah asumsi tentang informasi terbaru dan untuk menginterpretasikan serta mengevaluasi uraian dengan tujuan mencapai kesimpulan atau perspektif baru (Strander, 1992) PROSES BERPIKIR KRITIS Berpikir secara kritis melibatkan suatu rangkaian terintegrasi tentang kemampuan dan sikap berpikir. Individu harus mampu menerima informasi, menggunakan ingatan (memori) saat ini dan masa lalu, menerpkan logika dan alasan, meninjau data dengan cara yang teratur, dan membuat keputusan secara jelas dan kreatif.

2 2 Kemampuan berpikir kritis : 1. Berpikir secara aktif dengan menggunakan inteligensia, pengetahuan, dan ketampilan diri untuk menjawab pertanyaan. 2. Dengan cermat menggali situasi dengan mengajukan dan menjawab pertanyaan yang relevan 3. Berpikir untuk diri sendiri dan secara cermat menelaah berbagai ide dan mencapai kesimpulan yang berguna. 4. Meninjau situasi perspektif yang berbeda untuk mengembangkan suatu pemahaman yang mendalam dan menyeluruh. 5. Mendiskusikan ide dalam suatu cara yang terorganisasi untuk pertukaran dan menggali ide dengan orang lain. B. TAHAP BERPIKIR KRITIS 1. Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking) 2. Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of knowledge) 3. Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem) 4. Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource) 5. Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/decision) C. PRINSIP BERPIKIR KRITIS Belajar dan berpikir merupakan proses sepanjang hidup. Belajar dan berpikir sepanjang waktu tidak dapat dipisahkan, sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, menyajikan ide-ide, dan membuat kesimpulan yang valid. Perawat profesional harus selalu melihat dan berpikir ke depan. Praktik keperawatan harus selalu berubah sesuai dengan perkembangan pengetahuan baru yang lebih efektif, yang mempunyai buktibukti yang mendukung secara ilmiah, dan memberikan hasil yang lebih baik untuk klien. Dengan berpikir kritis, perawat mampu belajar dan untuk secara positif mempengaruhi praktik keperawatan. Kedewasaan seorang perawat diukur dengan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan baru dan terlibat dalam proses penemuan yang menguntungkan bagi klien dan profesi keperawatan.

3 3 D. ELEMEN BERPIKIR: Komponen dasar pembentuk fikiran. No Elemen Standar dasar Masalah Potensial Prinsip Dasar 1 Tujuan Tujuan harus jelas, signifikan, dapat dicapai dan konsisten 2 Pertanyaan terhadap issue sentral 3 Sudut pandang 4 Dimensi empiris 5 Konsep dan ide Pertanyaan jelas, signifikan, dapat dijawab, relevan. Fleksibel. Ketajaman (fair) Jelas (clarity) Luas Kejadian yang jelas (clear) Informasi yang relevan. Kejadian dilaporkan secara tajam/jelas. Datanya akurat. Kejadiannya mencukupi (adekuat) Data yag digunakan konsisten. Konsep yang jelas. Konsep yang relevan. Konsep yang mendalam. Konsep yang netral 6 Asumsi Asumsi yang jelas. Asumsi dapat dibenarkan. Asumsi yang konsisten 7 Implikasi dan konsekuensi Implikasi yang signifikan Implikasi yang realistik Implikasi disampaikan dengan jelas. Implikasi yang disampaikan tepat. Implikasi disampaikan lengkap Tujuan tidak jelas, tidak signifikan (sepele), tidak realistik, kontradiksi Tidak jelas, tidak signifikan, tidak dapat dijawab, tidak relevan. Kaku Bias Tidak jelas Sempit Tidak jelas. Tidak relevan (didasarkan asumsi pribadi) Tidak akurat Data tidak cukup. Tidak jelas. Tidak relevan. Supervisial Bias Tidak jelas Tidak bisa dibenarkan. Bertolak belakang Implikasi tidak signifikan/tidak penting Tidak realistik. Tidak jelas Tidak lengkap. Setiap pemikiran harus mempunyai tujuan Untuk membuat pertanyaan, anda harus mengetahui apa yang dibutuhkan. Pemikian akan lebih baik bila didasarkan pada sudut pandang yang beragam, dan relevan, disampaikan secara jelas, logis, dilaksanakan secara konsisten dan tidak memihak. Pemikiran hanya bisa disampaikan bila didasarkan pada kejadian yang nyata. Kejelasan, relevansi, dan kedalaman pemikiran ditemukan oleh konsepkonsep yang membentuknya/mendasar i. Pemikiran hanya dapat disampaikan bila didasarkan pada asumsi Untuk berpikir/pengambilan eputusan anda harus memahami implikasi dan konsekuensi dari keputusan yang diambil

4 4 E. MODEL BERPIKIR KRITIS THINK 4 model berpikir kritis : total recall, habits, inquiry, new idea & creatively, knowing how you think. 1. Total recall (ingatan total): Mengingat kembali fakta-fakta atau mengingat kembali dimana serta bagaimana menemukannya bila diperlukan. Fakta dapat berasal dari buku, hasil pengkajian, lingkungan. Kemampuan mengakses pengetahuan: disimpan dalam ingatan estela dipelajari. Tiap orang memiliki fakta dalam ingatannya. Total recall tergantung kemampuan memory. Dapat dilakukan dengan membuat assosiasi antara fakta dengan peristiwa lain yang lebih menarik. 2. Habits (Kebiasaan): Berpikir secara berulang-ulang sehingga jadi kebiasaan/things I do without thinking. 3. Inquiry (Penyelidikan). Mengkaji issue dengan mendalam dan mananyakan yang tampak tidak jelas. Menggali dan menanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fakta sesuai dengan asumsinya. Cara utama untuk membuat kesimpulan Berpikir induktif Tahap-tahap : a. Melihat adanya fakta. b. Menbuat kesimpulan awal. c. Mengenali kesenjangan d. Mengumpulkan data tambahan e. Membandingkan informasi dengan yang sudah biasa ditemui/pengalaman masa lampau. f. Mencari adanya bias. g. Mencari alternatif kesimpulan lain. h. Memvalidasi kesimpulan dengan informasi yang lebih banyak. 4. New idea and creatively (ide baru dan kreatifitas) Kebalikan dari habits Segala sesuatu yang sudah dipelajari, digabung, dikaitkan dan diterapkan pada situasi yang unik

5 5 5. Knowing how you to think (mengetahui bagaimana anda berpikir) Dimulai dengan menggunakan refleksi diri Digunakan untuk menyesuaikan pemikiran secara terus-menerus ke konteks kebutuhan pasien dan area pelayanan kesehatan yang selalu berubah Mempertimbangkan segala sesuatu dalam pikiran kita dan berusaha keras untuk meningkatkan bagaimana kita berpikir dan apa yang kita lakukan dengan berfokus pada apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan dalam situasi tertentu tersebut ASUMSI TERHADAP MODEL THINK 1. berpikir, merasa, dan bertindak merupakan semua komponen esensial dari keahlian keperawatan yang berkerja bersama secara sinergis 2. walaupun berpikir, merasa, dan bertindak tidak terpisahkan dalam praktik keperawatan yang nyata, tetapi dapat dipisahkan untuk pembahasan dalam teks dan ruangan kelas. 3. Perawat dan mahasiswa keperawatan bukan selembar kertas kosong, sehingga mereka masuk ke dalam keperawatan dengan berbagai ketrampilan berpikir 4. Meningkatkan cara berpikir merupakan tindakan disengaja yang dapat diajarkan dan dipelajari. 5. Sebagian besar mahasiswa dan perawat mengalami kesulitan menjelaskan ketrampilan berpikir mereka. Oleh karena itu, setiap model berpikir kritis dimulai dengan menghargai kemampuan berpikir yang telah ada sehingga mahasiswa dapat menjelaskan apa yang telah mereka miliki. 6. berpikir kritis dalam keperawatan merupakan perpaduan beberapa aktivitas berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika proses berpikir tersebut terjadi.

6 6 Model tentang berpikir kritis dikembangkan untuk penilaian keperawatan oleh Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994). Tingkat berpikir kritis Tingkat 3 : komitmen Tingkat 2 : kompleks Tingkat 1 : dasar Dasar pengetahuan khusus Komponen berpikir kritis Pengalaman Kompetensi Sikap Standar Model tersebut mendefinisikan hasil dari berpikir kritis sebagai penilaian keperawatan yang relevan dengan masalah keperawatan dalam berbagai lingkup. Model tersebut dirancang untuk mengetengahkan penilaian keperawatan dalam peran klinis, manajerial, kepemimpinan, dan pendidikan. KOMPONEN BERPIKIR KRITIS 1. Dasar pengetahuan khusus Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan. 2. Pengalaman Pengalaman klinis memberikan suatu sarana laboratorium untuk menguji pengetahuan keperawatan. Benner (1984) menuliskan bahwa perawat yang ahli memahami konteks dari situasi klinis, mengenali isyarat, dan menginterpretasikannya sebagai relevan atau tidak relevan. Tingkat

7 7 kompetensi ini datang dari pengalaman. Pelajaran terbaik yang harus dipelajari oleh peserta didik keperawatan yang baru adalah mengambil manfaat semua yang dialami klien. Menggunakan salah satunya sebagai batu loncatan untuk membangun dan mendapatkan pengetahuan baru, membuat perbandingan dan kontras, dan merangsang pikiran inovatif. 3. kompetensi Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan. Tiga tipe kompetensi : a. Berpikir kritis umum Berpikir kritis umum mencakup metoda ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. Pemecahan masalah mencakup mendapatkan informasi ketika terdapat kesenjangan antara apa yang sedang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Kemampuan memecahkan masalah dalam suatu situasi memungkinkan perawat menerapkan pengetahuan tersebut pada situasi klien lainnya. Dalam membuat keputusan, individu memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Keputusan yang harus dibuat secara bebas dengan dasar nilai dan keinginan individu. Sekali keputusan telah dibuat, individu harus yakin bahwa keputusan tersebut adalah pilihan yang terbaik. b. Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis Kompetensi yang tercakup disini adalah pertimbangan diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan keputusan klinis. Dalam pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan untuk pasien, perawat berperan membuat pengkajian berkesinambungan berdasarkan masalah medis klien (Carnevali & Thomas, 1993). Dalam hal ini perawat tidak membuat diagnosa medis, perawat mencari tanda dan gejala yang diantisipasi yang merupakan hal umum untuk mendiagnosis, membantu membuat kesimpulan klinis tentang kemajuan perawat. Misalnya: klien yang mempunyai riwayat infark miokard (serangan jantung) harus dipantau munculnya kekambuhan nyeri dada dan perubahan tanda-tanda vital. Perawat harus mampu secara kritis untuk menganalisa situasi klinis yang terus berubah sehingga kebutuhan mendesak klien dapat diantisipasi. Ini merupakan peran kolaburatif penting harus diterima perawat.

8 8 c. Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan. Proses keperawatan merupakan pendekatan sistematis yang digunakan untuk secara kritis mengkaji dan menelaah kondisi klien, mengidentifikasi respon klien terhadap masalah kesehatan, melakukan tindakan yang sesuai, dan kemudian mengevaluasi apakah tindakan yang dilakukan telah efektif. Pembuatan keputusan klinis untuk kelompok klien : Identifikasi masalah dari setiap klien. Bandingkan klien dan tetapkan masalah mana yang lebih mendesak berdasarkan kebutuhan dasar, status klien yang tidak stabil atau terus berubah, dan kompleksitas masalah. Antisipasi waktu yang akan dibutuhkan untuk mencapai prioritas masalah. Putuskan bagaimana cara membandingkan aktivitas untuk memecahkan lebih dari satu masalah pada setiap kesempatan. Pertimbangan bagaimana cara melibatkan klien sebagai pembuat keputusan dan partisipan dalam perawatan Perbandingan Langkah Pemecahan Masalah, Metoda Ilmiah, dan Proses Keperawatan. Pemecahan masalah Tujuh langkah Metode Proses Keperawatan Ilmiah dari Copi dan Cohen Menghadapi masalah Masalah Hipotesis awal Mengkaji Mengumpulkan data Mengumpulkan fakta-fakta tambahan Mengidentifikasi sifat yang pasti dari masalah Merumuskan hipotesis Merumuskan diagnosa keperawatan Menentukan rencana Menyimpulkan konsekuensi Merencanakan tindakan selanjutnya (identifikasi hasil) Menjalankan rencana Menguji konsekuensi Implementasi tindakan Mengevaluasi rencana Penerapan Mengevaluasi dalam situasi baru Rencana tindakan Cohen C: Introduction to Logic, ed. 9, New York, Macmillan

9 9 4. Sikap Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan ketrampilan kognitif untuk berpikir secara kritis dan penting untuk memastikan bahwa ketrampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Contoh sikap untuk berpikir kritis adalah: tanggung gugat, berpikir mandiri, mengambil resiko, kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan kreativitas. Tanggung gugat. Sebagai perawat profesional, perawat harus mampu membuat keputusan dalam berespon terhadap hak, kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun penilaian yang dibuatnya atas nama klien. Berpikir mandiri Perawat belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas yang dilanjutkan dengan membuat penilaian sendiri. Penilaian disertai dengan penerimaan masukan dari orang lain, dengan catatan: ide atau masukan dari orang lain tersebut harus disertai dengan rasional serta jawaban yang logis. Berpikir mandiri adalah inti dari riset keperawatan Mengambil resiko Keputusan yang telah diambil mempunyai resiko untuk ditelaah kembali sehingg adibutuhkan niat dan kemauan mengambil resiko untuk mengenali keyakinan apa yang salah dan selanjutnya melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang didukung oleh fakta dan bukti yang kuat. Kerendahan hati Pemikir kritis menerima bahwa mereka tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat. Kerendahan hati perlu dipersiapkan oleh seorang perawat untuk mengetahui ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah praktik keperawatan. Perawat harus memikirkan kembali situasi, mencari pengetahuan tambahan, dan kemudian menggunakan informasi untuk membentuk konklusi (kesimpulan). Kerendahan hati perawat akan mendorong keinginan untuk

10 10 berhadapan dengan perawat yang lebih berpengalaman dan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menangapi masalah klien dengan tepat mendukung perawat menjadi dewasa secara profesional. Integritas Orang yang mempunyai integritas dengan cepat berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya. Ketekunan Pemikir kritis harus bertekad untuk menemukan pemecahan dan jalan keluar yang efektif untuk masalah keperawatan klien. Perawat harus belajar sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk keperawatan dan terus menari sumber tanbahan sampai pendekatan yang tepat. Misalnya: pasien DM (Diabetes Melitus/peny gula) mempunyai luka di jari kaki. Untuk menemukan tindakan yang tepat, perawat perlu konsultasi dengan ahli gizi, dokter, dan mencari jurnal/artikel yang berhubungan dengan luka DM Kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan berpikir orijinal, hal ini berarti menemukan jalan keluar dari masalah yang ditemukan dengan cara yang lain. Misal: anggota keluarga menderita artritis sehingga sakit jika digunakan untuk membungkuk. Mensikap hal tersebut, keluarga memakukan balok kecil di kaki kursi, hal ini dilakukan agar pasien tidak perlu membungkuk jika akan duduk. 5. Standar Kemampuan perawat untuk berpikir kritis terhadap masalah klien, sehingga penting untuk menggunakan standar berpikir kritis untuk memastikan bahwa keputusan yang tepat telah dibuat. Standar profesional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan kriteria untuk tanggung jawab dan tanggung gugat profesional. Penerapan standar mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau kelompok (Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994) Standar untuk berpikir kritis adalah jelas, spesifik, konsisten, mendalam, komplet, mencukupi, tepat, akurat, masuk akal, logis, luas, signifikan, terbuka.

11 11 TINGKAT BERPIKIR KRITIS (Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994) 1. Tingkat 1 : dasar. Pada tingkat dasar, berpikir cenderung untuk menjadi konkrit dan didasarkan pada serangkaian peraturan atau pinsip. Hal ini merupakan langkah awal dalam kemampuan pertimbangan. Individu mempunyai keterbatasan pengalaman dalam menerapkan berpikir kritis, cenderung untuk diatur oleh orang lain, belajar menerima perbedaan pendapat dan nilai-nilai di antara pihak yang berwenang. Pendekatan tahap demi tahap digunakan untuk memberikan perawatan dan kemungkinan dapat atau tidak untuk diadaptasi guna memenuhi kebutuhan klien yang unik. 2. Tingkat 2 : Kompleks. Dalam tahap ini, seseorang secara kontinu mengenali keragaman dari pandangan dan persepsi individu. Pengalaman membantu individu mencapai kemampuan untuk terlepas dari kewenanganan dan menganalisa serta meneliti alternatif secara lebih mandiri dan sistematis. Dalam keperawatan, praktisi mulai untuk mencari tindakan keperawatan yang bermanfaat jangka panjang. Perawat perlu belajar keragaman dari pendekatan yang berbeda untuk terapi yang sama. 3. Tingkat 3 : Komitmen. Pada tingkat ini, perawat memilih tindakan atau keyakinan berdasrkan alternatif yang diindetifikasi pada tingkat berpikir yang kompleks. Perawat mampu untuk mengantisipasi kebutuhan untuk membuat keputusan yang kritis setelah menganalisis keuntungan dari alternatif yang lain. Maturitas perawat tercermin dari kerutinan yang selalu mencari pilihan yang terbaik, paling inovatif, dan sesuai untuk perawatan klien. KETRAMPILAN DASAR AGAR BISA BERPIKIR KRITIS Mampu mengevaluasi kredibilitas sumber informasi. Mampu menganalisa argumen, interpretasi, kepercayaan dan teori-teori. Mampu megklarifikasi makna dari setiap kata/frase. Mampu mentransfer pemikiran dengan cara yang baru. Mampu memberikan/membangkitkan dan mengkaji kemungkinan pemecahan masalah Mampu mengembangkan kriteria untuk evaluasi. Mampu membaca, mendengar, menulis, dan melaporkan secara kritis.

12 12 DIMENSI AFEKTIF BERPIKIR KRITIS Berpikir secara independen (bebas) Melatih cara berpikir terbuka Mengembangkan fikiran berfokus pada diri sendiri dan sosial. Mengembangkan kerendahan hati intelektual (tidak keminter). Mengembangkan keteguhan intelektual. Mengembangkan kejujuran dan integritas intelektual. Mengembangkan ketekunan intelektual. Percaya diri dalam berargumentasi. Mengembangkan rasa ingin tahu RINTANGAN TERHADAP PEMIKIRAN BERMUTU TINGGI (BERPIKIR KRITIS) 1. Terjebak dalam rutinitas 2. Kecemasan. Peningkatan kecemasan mengecilkan kompor berpikir dan membatasi model I, N, dan K. Jika kita mahasiswa, tehnik yang bermanfaat untuk menurunkan kecemasan dalam situasi pembelajaran klinis adalah: Pastikan kita tekah mempersiapkan diri dengan baik untuk menerima tugas-tugas klinis Minta pembimbing kita memberikan pertanyaan tentang rasional atau prosedur yang baik sebelum kita melakukan tindakan Perlambat pernafasan Biarkan diri kita menyuarakan pikiran yang terlintas Ingatkan pada diri anda, bahwa anda adalah seorang mahasiswa dan tidak diharapkan untuk memiliki semua jawaban sehingga tidak perlu takut jika berbuat salah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap aktivitas, manusia selalu terlibat di dalam pengambilan suatu keputusan, baik keputusan sederhana maupun yang kompleks. Proses

Lebih terperinci

Margaretha Teli, SKep,Ns, M.Sc PH

Margaretha Teli, SKep,Ns, M.Sc PH Margaretha Teli, SKep,Ns, M.Sc PH Berpikir Kritis pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip,pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan (Bandman, 1988). Berpikir Kritis

Lebih terperinci

Berpikir Kritis (Critical Thinking)

Berpikir Kritis (Critical Thinking) Berpikir Kritis (Critical Thinking) What Is Critical Thinking? (Definisi Berpikir Kritis) Kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, yang meliputi kemampuan untuk berpikir reflektif dan independen Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan 1. Pengertian perawat Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Praktik Kolaboratif Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan

Lebih terperinci

MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Oleh: Rahyu Setiani

MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Oleh: Rahyu Setiani MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI Oleh: Rahyu Setiani Rahyu Setiani adalah Dosen DPK Kopertis Wilayah VII pada STKIP PGRI Tulungagung PENDAHULUAN Keterampilan berpikir

Lebih terperinci

Ir. Henrikus, S.Psi, CHT

Ir. Henrikus, S.Psi, CHT Ir. Henrikus, S.Psi, CHT 1. Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat argumen 2. Mampu merumuskan pertanyaan dengan jelas dan tepat 3. Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Ruggerio dalam Anonim

Lebih terperinci

PROSES KEPERAWATAN KELUARGA. SITI ZAHARA NASUTION, S.Kp. Fakultas Kedokteran Program Studi Keperawatan Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

PROSES KEPERAWATAN KELUARGA. SITI ZAHARA NASUTION, S.Kp. Fakultas Kedokteran Program Studi Keperawatan Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN PROSES KEPERAWATAN KELUARGA SITI ZAHARA NASUTION, S.Kp. Fakultas Kedokteran Program Studi Keperawatan Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses

Lebih terperinci

CRITICAL THINKING IN NURSING

CRITICAL THINKING IN NURSING CRITICAL THINKING IN NURSING Keperawatan diperhadapkan pada isu : Perkemb.tuntutan msy. Perkemb.IPTEK Tingkat pendidikan Peningkt.sosek msy. Status kes.msy semakin baik Pengaruh kesejagatan Mendorong perawat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo menyatakan strategi inkuiri berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Oleh :, M.Pd Jurusan Matematika FMIPA UNNES Abstrak Tingkat kemampuan berpikir

Lebih terperinci

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG PENILAIAN PRIBADI SANDIMAN DI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Model Pembelajaran CLIS Model pembelajaran CLIS adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuat manusia terus berpikir di dalam hidupnya. Kemampuan berpikir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuat manusia terus berpikir di dalam hidupnya. Kemampuan berpikir ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang mempunyai akal pikiran dalam memaknai suatu kehidupan. Akal pikiran tersebut yang membuat manusia berbeda dengan makhluk hidup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Variabel Terikat a. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis menurut Ennis (1993) adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Model adalah prosedur yang sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pengajar

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMINAR PENDIDIKAN DISUSUN OLEH KALAM SIDIK PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Nasution (2010), memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri

Lebih terperinci

Trend Dan Issue Dalam Keperawatan

Trend Dan Issue Dalam Keperawatan Trend Dan Issue Dalam Keperawatan 2.1 Definisi Trend Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta. Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum mendapatkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

MENJADI PENELITI YANG BAIK

MENJADI PENELITI YANG BAIK MENJADI PENELITI YANG BAIK Penulis : Kolonel Czi Ir. Imam Soleh Hadi.,M.M Keberhasilan suatu tugas, kegiatan ataupun produk matrial/non matrial harus diawali dengan kegiatan penelitian, sehingga sebagai

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya

Lebih terperinci

METODE BIMBINGAN KLINIK

METODE BIMBINGAN KLINIK METODE BIMBINGAN KLINIK I. PENDAHULUAN. Pengalaman belajar bimbingan klinik pada pendidikan tinggi keperawatan maupun kebidanan adalah merupakan proses transformasi dari mahasiswa menjadi seorang perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR) By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR) By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR) By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada Problem Oriented Medical Record merupakan suatu sistem yang memberikan cara dokumentasi menurut sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam skala sempit maupun luas, sederhana maupun kompleks. Kesuksesan individu sangat ditentukan

Lebih terperinci

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu : A. Pengertian Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode

Lebih terperinci

Komunikasi dengan tenaga kesehatan lain. Lilik s

Komunikasi dengan tenaga kesehatan lain. Lilik s Komunikasi dengan tenaga kesehatan lain Lilik s Perbedaan peran antar profesi Peluang melakukan kolaborasi berbagi, mengisi dan memberi masukan dalam tim menciptakan iklim kerja yang saling memuaskan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian tujuan pendidikan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N I. LATAR BELAKANG Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik

Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik The Medical Leadership Competency Framework (MLCF) Dibuat atas dasar konsep kepemimpinan bersama di mana kepemimpinan tidak terbatas hanya pada pemimpin saja, dan

Lebih terperinci

Ciri Penelitian Tindakan Kelas. 1. Bersifat Praktis 2. Ada unsur kolaborasi 3. Guru berperan ganda: peneliti, praktisi

Ciri Penelitian Tindakan Kelas. 1. Bersifat Praktis 2. Ada unsur kolaborasi 3. Guru berperan ganda: peneliti, praktisi Ciri Penelitian Tindakan Kelas 1. Bersifat Praktis 2. Ada unsur kolaborasi 3. Guru berperan ganda: peneliti, praktisi Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas memiliki sifat praktis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Tujuan pendidikan nasional salah satunya adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Deporter dan Hernacki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan. Kesejahteraan bangsa bukan lagi bersumber pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40 Bandung, terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya kurangnya berpikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 :0: AM STANDAR AUDIT 0 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

KAMUS KOMPETENSI. 1. Mendengarkan ucapan orang lain Berupaya mendengarkan ucapan atau perkataan orang lain dengan seksama.

KAMUS KOMPETENSI. 1. Mendengarkan ucapan orang lain Berupaya mendengarkan ucapan atau perkataan orang lain dengan seksama. KAMUS KOMPETENSI NO. KOMPETENSI DASAR PENGERTIAN TINGKAT KOMPETENSI 1. Berorientasi pada pelayanan Keinginan untuk membantu atau melayani orang lain guna memenuhi kebutuhan mereka, artinya selalu berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran. Hampir disetiap subjek mata pelajaran dibutuhkan keterampilan berpikir,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Pembelajaran Inkuiri Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) menyatakan Inkuiri pada dasarnya dipandang sebagai suatu proses untuk

Lebih terperinci

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X I. KOMPONEN KELAYAKAN ISI A. Kelengkapan Materi Butir 1 Butir 2 Kelengkapan kompetensi Materi yang disajikan mengandung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. akan diteliti melalui proses analisis yang dilakukan dengan mengumpulkan data

BAB III METODE PENELITIAN. akan diteliti melalui proses analisis yang dilakukan dengan mengumpulkan data BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif yaitu dengan menjelaskan dan menguraikan secara sistematis mengenai permasalahan yang akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat kita temukan dan juga berbagai bidang ilmu yang telah ada dapat dikembangkan

I. PENDAHULUAN. dapat kita temukan dan juga berbagai bidang ilmu yang telah ada dapat dikembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh penting dalam kemajuan suatu negara. Dengan adanya pendidikan, pengetahuan baru dapat kita temukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Sadiman, dkk. (2008: 17-18) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, ilmu pengetahuan, teknologi dan sains terus menerus semakin berkembang. Perkembangan yang sangat pesat terutama terjadi dalam bidang telekomunikasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI FILOSOFI PEMBELAJARAN I. HAKEKAT PEMBELAJARAN 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN 12/19/2013

DAFTAR ISI FILOSOFI PEMBELAJARAN I. HAKEKAT PEMBELAJARAN 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN 12/19/2013 FILOSOFI PEMBELAJARAN DAFTAR ISI 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN Harsono Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran/ Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada 2 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN 1.1.Belajar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI UU No.4 Tahun 2014 tentang ASN PEMBINAAN KARIR JABATAN DAN JENJANG PANGKAT POLA DASAR KARIR PERPINDAHAN JABATAN POLA KARIR MANAJEMEN KARIR TALENT POOL SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensive Care Unit Intensive care unit (ICU) merupakan suatu area yang sangat spesifik dan canggih di rumah sakit dimana desain, staf, lokasi, perlengkapan dan peralatan, didedikasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan layanan konsultasi terletak pada interaksi klien dan konsultan yang didasari oleh rasa saling percaya dan kemampuan konsultan dalam memahami serta memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menemukan dan menjelaskan konsep-konsep, prinsip-prinsip dalam biologi.

BAB I PENDAHULUAN. menemukan dan menjelaskan konsep-konsep, prinsip-prinsip dalam biologi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembelajaran biologi adalah agar siswa dapat memahami, menemukan dan menjelaskan konsep-konsep, prinsip-prinsip dalam biologi. Untuk proses belajar biologi diperlukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini terdapat empat kesimpulan berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan. Kesimpulan pertama berkaitan dengan kenyataan yang dialami keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena

Lebih terperinci

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. Definisi Keperawatan Dawat Darurat: Pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu kqperawatan gawat darurat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembelajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan bidang garapan yang menyangkut kepentingan segenap kalangan masyarakat yang lebih diprioritaskan untuk masa depan bangsa. Oleh

Lebih terperinci

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning :

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning : BAB I DEFENISI Pelayanan yang diberikan kepada pasien di unit pelayanan kesehatan rumah sakit misalnya haruslah mencakup pelayanan yang komprehensif (bio-psiko-sosial dan spiritual). Disamping itu pelayanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran PBL Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan.dalam konteks pembelajaran biologi masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika

Lebih terperinci

Metodologi Asuhan Keperawatan

Metodologi Asuhan Keperawatan Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

Lebih terperinci

Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi

Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi kompleks. Dokter secara individu tidak bisa menjadi ahli untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN PENGANTAR MEMAHAMI KONTEKS MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MAKALAH MANAJEMEN PENGANTAR MEMAHAMI KONTEKS MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAKALAH MANAJEMEN PENGANTAR MEMAHAMI KONTEKS MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pengantar Dosen Pengampu : Dyna Herlina Suwanto, M.Sc Disusun Oleh : Muh.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran identik dengan internalisasi konsep-konsep ilmu pengetahuan ke dalam diri siswa yang melibatkan serangkaian aktivitas berpikir dari fase

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DESKRIPTOR KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG KEDOKTERAN ( Review 270510) - Draft LEVEL DESKRIPTOR HASIL PEMBELAJARAN (Learning Outcomes) 6 (S1) Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang keahliannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengertian Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA 7 BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA A. Teori Belajar Dan Prestasi Belajar 1. Teori Belajar Menurut Gagne (Dahar, 1996: 11) Belajar dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan

Lebih terperinci