BAB II KAJIAN TEORI. variasi bahasa. Variasi bahasa sendiri muncul karena proses interaksi sosial dari para

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. variasi bahasa. Variasi bahasa sendiri muncul karena proses interaksi sosial dari para"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Variasi Bahasa Fungsi bahasa yang utama adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dilakukan oleh manusia yang merupakan mahluk sosial. Manusia sebagai mahkluk sosial yang selalu dituntut untuk berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia merupakan mahkluk yang diciptakan untuk hidup berhubungan dengan orang lain. Proses interaksi tersebut membutuhkan alat bantu untuk berhubungan dengan individu yang lain. Atas dasar hal tersebut kemudian munculah apa yang disebut variasi bahasa. Variasi bahasa sendiri muncul karena proses interaksi sosial dari para pelaku bahasa yang beragam. Bahasa merupakan salah satu alat bantu untuk berinteraksi dengan manusia lain. Semua gagasan, ide, maupun maksud dari penutur disampaikan melalui bahasa. Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa tersebut juga mengalami perkembangan. Perkembangan teknologi juga ikut andil dalam perkembangan bahasa. Perbedaan golongan, pekerjaan, aktivitas, komunitas, juga memberikan andil terhadap keanekaragaman bahasa. Hal-hal tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab munculnya variasi bahasa. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa itu tidak hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak bisa hidup sendiri, tetapi 8

2 9 juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan berbeda-beda. Setiap orang mempunyai kegiatan yang berbeda-beda pula. Setiap individu penutur menyebabkan keberagaman bahasa tersebut. Penutur yang berada diwilayah yang sangat luas akan menimbulkan keberagaman bahasa yang lebih banyak. Variasi bahasa adalah jenis ragam bahasa yang pemakaianya disesuaikan dengan fungsi dan situasi tanpa menghasilkan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan (Suwito, 1985: 29). Variasi bahasa berkenaan dengan penggunannya, pemakainya atau fungsinya disebut fungsiolek ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan gaya atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan (Nababan melalui Chaer, 1995: 89-90). Ciri variasi bahasa yang terjadi karena adanya perbedaan bidang pemakaian antara lain leksikogramatis, fonologis, ciri penunjuk yang berupa bentuk kata tertentu, penanda gramatis tertentu, atau bahkan penanda fonologi yang memiliki fungsi untuk memberi tanda kepada para pelaku bahasa bahwa inilah register yang dimaksud. Penanda atau ciri itu pulalah yang membedakan antara register satu dengan yang lainnya. Variasi bahasa dapat juga dibedakan menjadi dua macam bentuk, yaitu register dan dialek. Dialek merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakainya, sedangkan register merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakaiannya. Dalam kehidupan, seseorang mungkin saja hidup dengan satu dialek, tetapi tidak hanya hidup dengan satu register, sebab dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat,

3 10 bidang yang dilakukan pasti lebih dari satu. Adanya faktor-faktor sosial dan faktor situasional yang mempengaruhi pemakaian bahasa menimbulkan variasi-variasi bahasa. Dengan timbulnya variasi bahasa menunjukkan bahwa bahasa itu bersifat aneka ragam dan manasuka. B. Register Register merupakan merupakan salah satu bentuk gejala variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan bidang pemakaian. Register merupakan proses atau hasil dari pemakaian kosa kata khusus yang berkaitan dengan jenis pekerjaan maupun kelompok sosial tertentu. Menurut Suwito (1985: 25) mengemukakan bahwa register sebagai bentuk variasi bahasa yang disebabkan sifat khas kebutuhan pemakainya. Register dengan kata lain bisa diartikan sebagai suatu bahasa yang biasa dipergunakan pada saat ini, bahasa yang tergantung pada apa saja yang dikerjakanya dan sifat kegiatanya mencerminkan aspek lain dari tingkat sosial yang biasanya melibatkan masyarakat tertentu. Register muncul disebabkan oleh banyak hal kebahasaan, salah satunya variasi bahasa. Kedua hal tersebut merupakan dua bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Register sendiri merupakan salah satu bentuk gejala variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan bidang pemakaian. Register merupakan proses atau hasil dari pemakaian kosa kata khusus yang berkaitan dengan jenis pekerjaan maupun kelompok sosial tertentu. Konsep register menurut Wardaugh

4 11 (1986: 48) adalah pemakaian kosa kata khusus yang berkaitan dengan jenis pekerjaan maupun kelompok sosial tertentu. Ciri-ciri register secara umum adalah pertama register hanya mengacu pada pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan kelompok pekerja yang berbeda. Kedua, bahasa register sesuai dengan situasi komunikasi yang terjadi berulang secara teratur dalam suatu masyarakat yang berkenaan dengan pertisipan, tempat, fungsifungsi komunikatif. Ketiga, register digunakan oleh suatu kelompok ataupun masyarakat tertentu sesuai dengan profesi dan keahlian yang sama. Register dibedakan menjadi dua bagian menurut Halliday (1978: 35), yaitu terbatas atau restricted languages dan bahasa untuk tujuan khusus atau language for special purposes. Bahasa terbatas atau restricted languages jarang dimengerti oleh orang lain yang tidak berkecimpung di bidang yang sama seperti penutur. Bahasa tersebut disampaikan cenderung dalam bentuk ringkas, dan cenderung susah dimengerti. Bahasa untuk tujuan khusus atau language for special purposes dapat ditemukan dalam komunikasi sehari-hari. Misalnya saja bahasa yang dilakukan dalam percakapan sehari-hari saat bercanda, bermain, sehingga tanpa ikut dalam kegiatan tersebut penutur mudah untuk dimengerti oleh petutur. Register ini terbentuk dari wacana yang dipakai suatu kelompok masyarakat yang setiap bidang kegiatannya memiliki ciri register yang berbeda. Istilah register dilihat dari tingkat keformalanya menurut Pateda (1987: 64-65) adalah pemakaian bahasa yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang.

5 12 Dikemukakan pula ada lima jenis register, yakni register beku, register formal, register casual, register konsultatif, dan register intimate. Register beku atau oratorical adalah register yang dipakai oleh pembicara yang profesional sehingga orang tertarik dengan pembicaraannya, sedangkan register deliberative atau register formal yang ditujukan kepada pendengar untuk memperluas pembicaraan yang disengaja. Register consultative atau konsultatif adalah register yang terdapat dalam transaksi perdagangan, dimana terjadi dialog karena membutuhkan persetujuan antara keduanya. Register casual atau kasual register yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman, biasanya digunakan untuk menghilangkan kekakuan bahasa yang terjadi antara dua orang yang sedang berbincang, dan register intimate atau akrab digunakan oleh penutur yang hubunganya sudah akrab, seperti dipergunakan dalam suasana kekeluargaan. Ragam ini menggunakan bahasa yang kurang lengkap dengan artikulasi kurang jelas. C. Istilah Istilah penjabaranya adalah kosakata, kamus yang sederhana, daftar istilah dalam suatu bidang disusun menurut abjad dan dilengkapi dengan keterangannya, komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa, kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu (Kridalaksana, 2001: 86).

6 13 Dilihat dari konteks pemakaianya istilah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu istilah yang terbentuk dari istilah umum dan istilah khusus. Istilah umum yaitu istilah yang unsur bahasanya digunakan secara umum, sedangkan istilah khusus merupakan istilah yang ada di dalam perbendaharaan suatu bahasa atau kata yang pemakainya atau maknanya terbatas pada bidang atau konteks tertentu. Istilah dapat berasal dari beberapa sumber yang dapat dijadikan dasar pembentukan istilah (Depdikbud, 2007: 12). Sumber-sumber pembentukan istilah itu diantaranya sebagai berikut. 1. Kosakata Bahasa Indonesia Kata Indonesia yang dapat dijadikan bahan istilah adalah kata umum, baik yang lazim ataupun yang tidak lazim yang memenuhi salah satu syarat atau lebih yang berikut ini. a. Kata yang dengan tepat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang dimaksudkan. b. Kata yang lebih singkat daripada yang lain yang berujukan sama. c. Kata yang tidak bernilai rasa (konotasi) buruk dan yang sedap di dengar (eufonik). d. Di samping itu istilah dapat berupa kata umum yang diberi makna baru atau makna khusus dengan jalan menyempitkan atau meluaskan makna asalnya.

7 14 2. Bahasa Nusantara Bahasa Nusantara yang serumpun merupakan sumber kedua yang dapat dijadikan sumber istilah. Bahasa nusantara dipakai jika dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah yang dengan tepat dapat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang dimaksudkan, maka istilah dicari dari bahasa serumpun, baik yang lazim ataupun yang tidak lazim, yang memenuhi ketiga syarat yang dijelaskan pada sumber dari kosakata bahasa Indonesia. 3. Kosakata Bahasa Asing Bahasa asing dapat dijadikan sumber yang ketiga peristilahan Indonesia istilah baru. Pembentukan istilah baru dapat dibentuk dengan jalan menerjemahkan, menyerap dan menyerap sekaligus menerjemahkan istilah asing. 4. Penerjemahan istilah asing Istilah baru dapat dibentuk dengan menerjemahkan istilah asing berdasarkan kesesuaian makna tetapi bentuknya tidak sepadan. Penerjemahan dapat pula dilakukan atas dasar kesesuaian bentuk dan makna. Yang pertama-tama harus diperhatikan adalah kesamaan dan kepadanan konsep, bukan kemiripan bentuk luarnya atau makna harfiahnya. 5. Penyerapan istilah asing Demi kemudahan pengalihan antarbahasa dan keperluan masa depan, pemasukan istilah asing, yang bersifat internasional, melalui proses penyerapan dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat atau lebih yang berikut ini dipenuhi.

8 15 a. Istilah serapan yang dipilih lebih cocok karena tidak mengandung konotasi buruk. b. Istilah serapan yang dipilih lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya. c. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya. d. Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa indonesia secara timbal balik mengingat keperluan masa depan. D. Bentuk Istilah Kekhasan kosakata merupakan dasar penggolongan suatu register. Bentuk istilah tersebut terbentuk oleh kosakata yang mempunyai makna tersendiri. Bentuk yaitu penampakan atau rupa satuan bahasa dan penampakan satuan gramatikal atau leksikal yang dipandang secara fonis atau grafemis (Kridalaksana, 2008: 32). Batasan dari bentuk ini hanya berupa satuan gramatikal atau leksikal. Istilah merupakan kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, sifat yang khas dalam bidang tertentu (Kridalaksana, 2008: 97). 1. Bentuk Kata Menurut Kridalaksana (2008: 110) pertama, kata merupakan morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat

9 16 diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Kedua, kata merupakan satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Dalam beberapa bahasa antara lain dalam bahasa Inggris, pola tekanan juga menandai kata. Ketiga, kata merupakan satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis. Bentuk kata dapat berupa sebagai bentuk tunggal maupun bentuk kompleks. Kata merupakan satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satuan bebas merupakan kata (Ramlan, 1987: 33). Masingmasing istilah register bentuk kata akan diuraikan sebagai berikut. a. Bentuk Dasar/tunggal Bentuk Dasar/tunggal merupakan satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi (Ramlan, 1987: 28). Menurut Keraf (1994: 44) bentuk dasar merupakan satuan bahasa yang belum mendapat imbuhan. b. Bentuk kata kompleks Bentuk kata kompleks dalam proses pembentukan dapat dibedakan menjadi beberapa proses, yaitu sebagai berikut. 1) Afiksasi Afiksasi adalah suatu proses pembubuhan afiks yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung yang bukan kata dan pokok kata, yang memilki kesanggupan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru (Ramlan, 1987: 55). Dalam proses pembubuhan afiks, bentuk dasar merupakan salah satu unsur yang bukan afiks, ada bentuk dasar yang dapat berdiri

10 17 sendiri sebagai kata, tetapi ada juga bentuk dasar yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata dalam pembentukan bahasa. Afiksasi adalah prosede pembentukan kata kompleks dengan cara penambahan afiks pada bentuk dasar (Soeparno, 2002: 95). Afiksasi yang terdiri atas prefiks atau awalan, sufiks atau akhiran, infiks atau sisipan, dan konfiks yaitu gabungan prefiks dan sufiks. Misalnya saja kata pemotretan. Kosa kata tersebut mempunyai awalan pen- dan akhiran an. 2) Reduplikasi Reduplikasi adalah pengulangan bentuk dasar, bisa sebagian maupun secara keseluruhan. Reduplikasi adalah prosede pembentukan kata kompleks pengulangan morfem secara parsial (Soeparno, 2002: 95). Macam-macam reduplikasi, yaitu pertama ulangan atas suku awal, atau disebut juga dwipurwa. Kedua, ulangan atas seluruh bentuk dasar, ulangan ini disebut ulangan utuh. Ketiga, ulangan yang juga terjadi atas seluruh suku kata kata, namun pada salah satu lingganya terjadi perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Perulangan macam ini disebut dwilingga salin suara. Keempat ulangan dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama, maupun pada lingga kedua. Ulangan macam ini disebut ulangan berimbuhan (Keraf, 1984: ). 3) Pemajemukan Pemajemukan atau kata majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya (Ramlan, 1987: 76). Menurut Kridalaksana (2008: 111) kata majemuk ialah gabungan leksem dengan leksem yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang

11 18 mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Pola khusus tersebut membedakannya dari gabungan leksem yang bukan kata majemuk. Kata majemuk sendiri bisa disimpulkan pengertiannya sebagai gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan arti (Keraf, 1984: 124), misalnya kata kamar hitam, ibu kota. 4) Abreviasi Abreviasi adalah proses morfologis berupa pemenggalan satu atau beberapa bagian dari kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata Abreviasi ini menyangkut penyingkatan, pemenggalan, akronimi, kontraksi, lambang huruf (Kridalaksana, 2008: 1). a. Singkatan Menurut Kridalaksana (2008: 186) singkatan adalah hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak dieja huruf demi huruf. Contoh: Singkatan yang dieja huruf demi huruf: UNY (Universitas Negeri Yogyakarta). Singkatan yang tidak dieja huruf demi huruf: dll, (dan lain-lain), dst, (dan seterusnya).

12 19 b. Pemenggalan Pemenggalan ialah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem (Kridalaksana, 2008: 178). Contoh: Pak (bapak) Bu (ibu) c. Akronim Akronim dapat disebut sebagai hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata (Chaer, 2003: 192). Menurut Kridalaksana (2008: 5) akronim ialah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang diulis dan dilafalkan sebagai kata yang sesuai dengan kaidah fonotaktik bahasa bersangkutan. Contoh: PEMILU (Pemilihan Umum) d. Kontraksi Kontraksi ialah proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem (Kridalaksana, 2008: 135). Contoh: tak dari tidak

13 20 e. Lambang Huruf Lambang huruf ialah hasil proses pemendekan berupa satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas satuan atau unsur (Kridalaksana, 2008: ). Contoh: mm (milimeter) km (kilometer) 2. Bentuk Frase Frase adalah satuan gramatikal yang berupa yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003: 222). Menurut Kridalaksana (2008: 66) frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat renggang. Menurut Ramlan (2005: 138) frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Berdasarkan perilaku sintaksisnya, frase terbagi menjadi dua jenis. Kedua jenis tersebut adalah frase endosentrik dan frase eksosentrik (Ramlan, 2005: ).

14 21 1. Frase endosentrik Frase endosentrik merupakan frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. Frase endosentrik terbagi menjadi tiga golongan (Ramlan, 2005: 142). a. Frase endosentrik koordinatif Frase endosentrik koordinatif merupakan frase yang terdiri dari unsurunsur yang setara. Kesetaraan itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya ayah ibu, pintu dan jendela. b. Frase endosentrik atributif Frase endosentrik atributif terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Frase jenis ini tidak dapat dihubungkan dengan konjungsi dan, atau, dan tetapi. Dalam bahasa indonesia struktur frase endosentrik atributif bepola D-M, ada pula yang berpola M-D. Contoh : sedang membaca c. Frase endosentrik apositif Frase endosentrik apositif merupakan frase yang terdiri dari unsur penjelas dan unsur aposisi. Contoh : Sinta, anak Pak Camat cantik sekali

15 22 2. Frase eksosentrik Frase eksosentrik merupakan frase yang keseluruhanya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituenya (Kridalaksana, 2008: 66). Frase ini mempunyai dua bagian. Bagian pertama disebut perangkai atau direktor yang berupa preposisi atau partikel si, sang, atau partikel yang. Bagian kedua disebut sumbu atau poros yang berupa kata atau kelompok kata. Berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori kata, frase dapat digolongkan menjadi lima, yaitu frase nominal, frase verbal, frase bilangan, frase keterangan, dan frase depan (Ramlan, 2005: ). Frase nominal adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata nominal, frase verbal adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal. Frase bilangan adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan. Frase keterangan adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan, dan frase depan adalah frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksisnya. E. Semantik Leksikon merupakan suatu komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa atau daftar kata yang tersusun

16 23 seperti kamus tetapi memiliki penjelasan yang singkat dan praktis. Dalam penelitian dalam bidang leksikon pasti tidak bisa terlepas dari peranan bidang-bidang yang lain seperti bidang morfologi, semantik, dan sosiolinguistik. Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna. Karena objek dari penelitian ini adalah kata jadi jenis semantiknya adalah semantik leksikal. Menurut Pateda (2001:74) semantik leksikal adalah kajian semantik yang lebih memuaskan pada pembahasan sistem makna yang terdapat pada kata. Dalam studi semantik leksikal sebuah kata dapat mempunyai berbagai macam makna yang terkandung. Berhubungan dengan makna, semantik leksikal membahas tentang perubahan makna. Dalam penelitian istilah register fotografi ini juga mencoba mencari kemungkinan perubahan makna yang terjadi dalam objek penelitian, dalam hal ini yang bersangkutan dengan istilah register fotografi. Menurut Chaer (2003:310) secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah, tetapi secara diakronis ada kemungkinan dapat berubah. Maksudnya makna suatu kata dalam waktu yang relatif singkat tidak akan mengalami perubahan atau dengan kata lain maknanya tetap, tetapi dalam waktu yang relatif lebih lama makna suatu kata tersebut mempunyai kemungkinan untuk berubah. Perubahan makna terjadi dalam kurun waktu yang lama, jadi dengan kata lain perubahan makna memerlukan waktu dalam proses pembentukannya. Dari semua unsur yang terlibat dalam ranah kebahasaan, maka makna mungkin merupakan yang paling lemah daya tahannya untuk berubah. Dari waktu ke

17 24 waktu, makna kata dapat mengalami perubahan sehingga akan menimbulkan kesulitan-kesulitan yang baru bagi para pemakai bahasa. Karena itu, penutur bahasa harus selalu memperhatikan perubahan-perubahan makna yang terjadi. Perubahan makna itu tidak hanya mencakup bidang waktu, tetapi dapat juga mencakup persoalan tempat (Keraf,1994:95). Hal ini berarti kosakata yang dikenal masyarakat bahasa, pada suatu waktu akan berubah maknanya pada suatu wilayah tertentu. Menurut Keraf (1994:97) macam-macam perubahan makna yang penting itu berupa penyempitan makna, perluasan arti, ameliorasi, peyorasi, metafora, dan metonimi. Penyempitan makna adalah perubahan makna dari makna yang bersifat umum ke dalam makna yang bersifat khusus, sedangkan perluasan arti merupakan kebalikannya. Ameliorasi sendiri bisa dikatakan sebagai peninggian makna karena makna baru yang terbentuk mempunyai nilai yang lebih tinggi dari makna yang lama. Peyorasi adalah kebalikan dari ameliorasi. Metafora merupakan perubahan makna karena persamaan sifat dua objek. Kemudian metonimi adalah perubahan makna yang terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama dan dapat diklasifikasikan menurut tempat atau waktu, menurut hubungan isi dan kulit. Berdasarkan penyebab terjadinya, menurut Chaer (2003:311) perubahan makna dapat dibagi menjadi beberapa faktor, yaitu sebagai berikut. a. Perubahan makna karena perkembangan ilmu dan teknologi

18 25 Perkembangan ilmu dan teknologi tersebut menyebabkan perubahan makna. Misalnya kereta api yang awalnya mempunyai makna kereta yang digerakkan dengan menggunakan tenaga uap hasil dari pembakaran, namun mskipun penggeraknya sudah berganti disel dan listrik, istilah kereta api masih digunakan untuk kereta tersebut. b. Perubahan makna karena perkembangan sosial budaya Perkembangan dalam masyarakat yang berkenaan dengan sosial dan budaya, juga menyebabkan perubahan makna. Misalnya kata Bapak, pada awalnya Bapak mempunyai pengertian orang tua laki-laki, tetapi seiring dengan perkembangan kata Bapak dipakai sebagai sebutan untuk orang yang dihormati c. Perubahan makna karena bidang pemakaian Kosakata yang sebelumnya hanya digunakan pada bidangnya saja dalam perkembangannya digunakan juga dalam bidang yang lain. Misalnya kata shot dalam bidang sepak bola mempunyai makna menendang bola kegawang, dalam bidang fotografi kata shot mempunyai makna memotret atau merekam gambar. d. Perubahan makna karena pertukaran tanggapan indra Indra manusia mempunyai kegunaan dan fungsi masing-masing. Panca indra manusia digunakan untuk menangkap gejala-gejala yang terjadi di dunia. Perubahan tanggapan indra ini disebut dengan sinestesia (Chaer,

19 :313). Dalam perkembangan pemakaian bahasa terjadi banyak pertukaran pemakaian indra. Misalnya kata manis pada kalimat Wajah perempuan itu manis sekali, seharusnya ditanggap oleh indra perasa lidah namun ditanggap oleh indra penglihatan sehingga maknanya berubah. e. Perubahan makna karena adanya asosiasi Menurut Slametmuljana (via Pateda, 2001:178) asosiasi adalah hubungan antara makna asli, makna di dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan dengan makna yang baru, yakni makna di dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa. Adanya asosiasi berarti adanya hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu yang lain, berkenaan dengan bentuk ujaran itu, sehingga dengan demikian bila disebut ujaran itu maka yang dimaksud adalah sesuatu yang lain yang berkenaan dengan ujaran itu. Misalnya kata box office, makna awalnya adalah tempat penjualan tiket. Kemudian muncul istilah film box office. Asosiasinya saat film laku maka penjualan tiket meningkat. Jadi film-film yang laku keras di pasaran mempunyai istilah film box office. Selain ilmu kebahasaan tersebut dalam penelitian ini juga bersinggungan dengan sosiolinguistik, sosiolinguistik sendiri merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang hubungan dan saling pengaruh perilaku kebahasaan dengan perilaku sosial.

20 27 F. Fotografi Awalnya fotografi mempunyai pengertian metode untuk menghasilkan gambar dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Fotografi merupakan karya seni yang dibuat dengan mengolah cahaya. Cabang seni ini muncul pada sekitar abad 19. Fotografi sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni photos yang berarti cahaya dan graphein yang berarti menggambar. Fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya (Mulyanto, 2008: 5). Fotografi hadir diberbagai lapisan masyarakat, karena sekarang ini fotografi sudah menjadi salah satu kebutuhan dalam proses pendokumentasian kehidupan seseorang. Masyarakat membutuhkan arsip tentang dirinya dan tentang orang-orang disekitarnya. Salah satu cara untuk mengabadikannya adalah dengan fotografi ini. Sebelumnya media penyimpanan fotografi menggunakan media film, yaitu bahan plastik yang dilapisi bahan kimia tempat tercetaknya foto dengan bantuan sinar matahari. Dunia fotografi telah memasuki babak baru, yaitu babak digital. Berbeda dengan babak konvensional, fotografi digital tidak memerlukan film, kamar gelap, dan berbagai zat kimia untuk mencuci film dan mencetak foto. Dalam hal ini, kamera digital menggunakan chip yang disebut charge couple device (CCD) untuk merekam gambar. Walaupun demikian, definisi dasar yang menyatakan bahwa fotografi adalah teknik melukis dengan cahaya belum tergeser. Fotografi digital tetap diciptakan

21 28 melalui proses kreativitas manusia dengan bantuan kamera. Hukum-hukum fotografi yang menyangkut masalah pencahayaan, bukaan diafragma, dan ruang tajam, tidak mengalami perubahan. Fotografi digital adalah fotografi yang memanfaatkan data digital dalam proses pengolahan dan penyimpanannya. Data digital adalah data berupa angkaangka digit 0 dan 1 yang hanya bisa dimengerti komputer. Dengan kata lain fotografi digital adalah fotografi yang memanfaatkan komputer sebagai kamar gelap, pencetak dan penyimpannya. Selain dapat menggunakan kamera digital yang dihubungkan dengan komputer, foto konvensional dapat diproses menjadi foto digital. Alat untuk melakukan proses tersebut disebut scanner. Setelah dibaca komputer, data-data elektronik itu akan memberikan imaji untuk diolah lebih lanjut. Ada dua jenis kamera yang beredar luas dalam masyarakat yaitu kamera digital jenis kompak dan SLR. Kamera digital kompak adalah kamera yang umum digunakan oleh semua orang, karena bisa dioperasikan dengan sangat mudah. Umumnya untuk keperluan memotret dokumentasi saja. Kepekaan pixel yang rendah membuat hasil foto tidak bisa dicetak secara maksimal. Susunan pengaturan permanen dan lensa tidak dapat di bongkar pasang. Bentuknya yang kecil membuat kamera ini mudah dibawa kemana-mana. Single Lens Reflex (SLR) merupakan kamera yang cukup sulit dalam pengoperasiannya, sehingga biasanya digunakan oleh para fotografer profesional. Lensa bisa dibongkar pasang sesuai kebutuhan

22 29 pemotretan, unsur yang bisa diatur adalah angka ASA, diafragma, speed dan sebagainya. G. Majalah Majalah merupakan bagian dari media massa yaitu media massa cetak seperti halnya surat kabar. Majalah sendiri mempunyai pengertian kumpulan artikel yang di dalamnya terdapat gambar dan unsur visual lainya serta terbit secara periodik. Dalam kamus besar bahasa indonesia majalah didefinisikan sebagai terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan topik aktual yang patut diketahui konsumen pembaca. Salah satu jenis dari majalah adalah majalah Digital Cameras. Majalah ini tergolong majalah baru yang terbit satu bulan sekali. Dalam majalah tersebut memuat berbagai macam artikel tentang fotografi digital, karena memang majalah tersebut dibuat khusus untuk mengulas tentang hal-hal yang menyangkut dunia fotografi. H. Kerangka pikir Penelitian dengan objek istilah bahasa fotografi yang terdapat pada majalah Digital Cameras meneliti bentuk istilah dan perubahna makna yang terjadi. Data penelitian dipilih berdasarkan pemakaian istilah tersebut dalam dunia fotografi. Sebagai alat komunikasi, bahasa yang digunakan oleh seorang untuk menyampaikan pikiran atau gagasanya, haruslah bahasa yang bisa dimengerti oleh komunikan atau

23 30 lawan tuturnya. Apabila antara orang yang berkomunikasi tidak saling mengerti, komunikasi tidak akan berjalan secara efektif, sehingga pemahaman terhadap istilahistilah yang ada mesti dibangun. Dalam dunia fotografi, perkembangan teknologi maju dengan cukup pesat, hal itu diiringi perkembangan bahasa. Istilah-istilah baru bermunculan dengan berbagai bentuk. Istilah fotografi kebanyakan adalah berasal dari bahasa asing. Berikut akan disajikan disajikan bentuk tabel kerangka pikir untuk memudahkan pembaca dalam memahami tujuan dan alur penelitian ini. I. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Register Rubrik Mempertemukan Harapan di Majalah Suara Muhammadiyah, oleh Laili Isti Adah (2002). Penelitian ini mengkaji tentang istilah, hubungan makna antar kalimat, dan fungsi bahasa pada register rubrik Mempertemukan Harapan di Majalah Suara Muhammadiyah. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa istilah register dalam rubrik ini menggunakan istilah berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. Selain menggunakan istilah utuh, istilah rubrik Mempertemukan Harapan di Majalah Suara Muhammadiyah ini juga menggunakan pemendekan, yaitu berupa singkatan. Hubungan makna antarkata register rubrik ini meliputi sinonim, antonimi, dan hiponimi. Fungsi bahasa pada register rubrik Mempertemukan Harapan adalah instrumental, personal, imajinasi, dan informasi.

24 31 Penelitian yang lain adalah Register Sepakbola Internazionale Lega Calcio pada Tabloid Bola Triwulan Pertama 2002 oleh Aldilla Hartawati (2002). Penelitian ini mendeskripsikan penggunaan istilah dan penggunaan gaya bahasa dalam rubrik sepakbola Internazionale Lega Calcio pada Tabloid Bola. Berdasarkan penelitian, ditemukan adanya ciri khas yang menandai register sepakbola Lega Calcio yaitu berupa penggunaan istilah dan gaya bahasa. Istilah dalam rubrik ini meliputi kata dan frasa. Kata dibagi tunggal dan majemuk, frasa dibagi menjadi frasa endosentik atributif, frasa endosentrik apositif, dan eksosentris. Istilah-istilah yang digunakan dalam rubrik sepakbola Internazionale Lega Calcio pada Tabloid Bola didominasi oleh kata serapan dari bahasa asing yaitu bahasa Itali dan bahasa Inggris. Gaya bahasa yang digunakan dalam rubrik ini adalah eufimisme, personifikasi, hiperbola, metonimia, simile, sarkasme, dan antonomasia.

25 32 Dasar/tunggal Afiksasi Kata Kompleks Majemuk Bentuk Istilah Abreviasi Endosesntrik Atributif Frase Istilah istilah dalam bahasa fotografi pada majalah Digital Camera Analisis Istilah Endosentrik Koordinatif Eksosentrik Perkembangan IPTEK Perubahan Makna Perkembangan sosial budaya Perbedaan Bidang Pertukaran tanggapan Indra Adanya asosiasi Gambar 1 : Peta Konsep

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui berbagai tahap penelitian, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Istilah-Istilah dalam Register Fotografi pada Majalah Digital Camera ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting untuk berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sudah tidak bisa ditahan lagi. Arus komunikasi kian global seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS 0 PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pendidikan S1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah Oto Plus adalah majalah yang mengupas tentang berbagai bidang otomotif, diantaranya adalah bidang modifikasi, modif balap dan masih banyak lagi bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa melakukan hubungan interaksi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam melakukan interaksi tersebut manusia

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK)

ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK) ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 \

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas

BAB I PENDAHULUAN. bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Register salah satu cabang kajian sosiolinguistik yang mempelajari bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas maupun bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

ISTILAH ISTILAH DALAM REGISTER FOTOGRAFI DIGITAL PADA MAJALAH DIGITAL CAMERA

ISTILAH ISTILAH DALAM REGISTER FOTOGRAFI DIGITAL PADA MAJALAH DIGITAL CAMERA ISTILAH ISTILAH DALAM REGISTER FOTOGRAFI DIGITAL PADA MAJALAH DIGITAL CAMERA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya. membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya. membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai bahasa. Bahasa dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa akan selalu berhubungan dengan masyarakat penutur begitu pula sebaliknya, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat vital yang dimiliki oleh manusia dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sangatlah penting bagi masyakat penuturnya. Pemakaian bahasa menuntut

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sangatlah penting bagi masyakat penuturnya. Pemakaian bahasa menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa peranan bahasa sangatlah penting bagi masyakat penuturnya. Pemakaian bahasa menuntut penguasaan

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

PERUBAHAN MAKNA DAN FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MAKNA DALAM MEDIA CETAK (Kajian Semantik Jurnalistik)

PERUBAHAN MAKNA DAN FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MAKNA DALAM MEDIA CETAK (Kajian Semantik Jurnalistik) PERUBAHAN MAKNA DAN FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MAKNA DALAM MEDIA CETAK (Kajian Semantik Jurnalistik) Oleh: Erwan Kustriyono Vega Prisma Kurniawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pekalongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. BAB I PENDAHULUAN Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sesama manusia. Dengan bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk mengungkapkan pesan kepada orang lain. Dengan bahasa itu, kita dapat menyampaikan dan menerima informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam BAB III, akan dipaparkan metode, definisi operasional, uraian data dan korpus, instrumen, teknik pengumpulan, dan teknik pengolahan. Adapun pemaparan hal-hal tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah buku-buku tentang sosiolinguistik.

Lebih terperinci

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh LISDA OKTAVIANTINA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Modul ke: BAHASA INDONESIA Ragam Bahasa Fakultas FEB Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Kajian tentang penggunaan bahasa Suwawa khususnya di lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango belum pernah dilakukan. Akan tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena dengan bahasa kita bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Keraf (2001:1) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS Nuraeni, Shinta Yunita Tri. 2017. Abreviasi dalam Menu Makanan dan Minuman di Kota Semarang: Suatu Kajian Morfologis.

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia UMB. Pilihan Kata (Diksi) Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem

Bahasa Indonesia UMB. Pilihan Kata (Diksi) Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem Bahasa Indonesia UMB Modul ke: Pilihan Kata (Diksi) Fakultas Ilmu Komunikasi Kundari, S.Pd, M.Pd. Program Studi Sistem Komunikasi www.mercubuana.ac.id Standar Kompetensi : Mahasiswa dapat memahami dan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993, 21). Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman Abstrak Dalam seni bina, pembinaan, kejuruteraan, dan pembangunan harta tanah, bangunan merujuk kepada mana-mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa merupakan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini keberadaan talk show atau dialog interaktif sebagai sarana dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan semakin beragamnya talk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa oleh berbagai media, baik itu media cetak maupun media non-cetak.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa oleh berbagai media, baik itu media cetak maupun media non-cetak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak hal yang dapat dikaji dalam masyarakat, antara lain pemakaian bahasa oleh berbagai media, baik itu media cetak maupun media non-cetak. Media cetak yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang 109 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Wacana 1. Pengertian Wacana Wacana adalah paparan ide atau pikiran secara teratur, baik lisan maupun tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu penelitian, maka dibutuhkan sebuah metode penelitian. Metode ini dijadikan pijakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Dalam hal inilah bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita sebagai alat untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk register medis anak dalam rubrik Konsultasi Ahli di Tabloid

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk register medis anak dalam rubrik Konsultasi Ahli di Tabloid 75 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian mengenai hasil dan pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Bentuk register medis anak dalam rubrik Konsultasi Ahli di Tabloid Nakita

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Disadari bahwa penelitian ini bukanlah kajian pertama yang mengangkat masalah ini. Telah banyak penelitian yang relevan sebelumnya. Berikut adalah uraian singkat

Lebih terperinci

REGISTER JUAL BELI ONLINE PADA APLIKASI BLACKBERRY MESSENGER

REGISTER JUAL BELI ONLINE PADA APLIKASI BLACKBERRY MESSENGER REGISTER JUAL BELI ONLINE PADA APLIKASI BLACKBERRY MESSENGER SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi sangat penting bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia yang mampu membedakan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kosakata bahasa Indonesia tidak terlepas dari proses pembentukan kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari di masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia yang bernilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia yang bernilai sangat tinggi. Hal ini terlihat dari manfaat bahasa yang dapat digunakan manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci