UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA"

Transkripsi

1 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KOTA TANGERANG DENGAN METODE ANATOMICAL THERAPEUTIC CHEMICAL/DEFINED DAILY DOSE PADA TAHUN 2015 SKRIPSI ANISSA FLORENSIA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JUNI 2016 i

2 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KOTA TANGERANG DENGAN METODE ANATOMICAL THERAPEUTIC CHEMICAL/DEFINED DAILY DOSE PADA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana farmasi ANISSA FLORENSIA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JUNI 2016 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 ABSTRAK Nama : Anissa Florensia Program studi : Farmasi Judul Skripsi : Evaluasi Penggunaan Obat Antihipirtensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Tangerang dengan Metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose Pada Tahun Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuantitas penggunaan obat antihipertensi dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose serta mengetahui obat-obat antihipertensi apa saja yang masuk dalam segmen Drug Utilization 90%. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data diambil dari Rekam Medis pasien. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengumpulan data secara retrospektif. Data penggunaan antihipertensi dan data kunjungan rawat inap diperoleh dari Instalasi Rekam Medik. Semua data tersebut selanjutnya diolah untuk mengetahui kuantitas penggunaan antihipertensi dalam satuan DDD/100 patient-days dan profil Drug Utilization (DU90%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat antihipertensi yang digunakan pada pasien hipertensi di RSUD Tangerang selama tahun 2015 adalah amlodipin 40,27%, ramipril 28,57%, captopril 7,88%, irbesartan 9,02%, furosemid 5,65%, candesartan 2,64%, bisoprolol 1,71%, lisinopril 1,69%, nifedipin 1,11 %, klonidin 0,66%, spironolakton 0,42%, valsartan 0,21%, nimodipin 0,08%, nicardipin 0,02%. Dan dari tabel DU90% obat yang masuk dalam segmen DU90% adalah amlodipin, ramipril, irbesartan dan captopril. Kata kunci : antihipertensi, ATC/DDD, DU90%. vi

7 ABSTRACT Nama : Anissa Florensia Program studi : Srata-1 pharmacy Judul Skripsi : Evaluation of Antihypertensive Drug Use in Inpatient RSUD Kota Tangerang using Anatomical Therapeutic Chemical/ Defined Daily Dose methods in 2015 Hypertension is one of the leading causes of mortality and morbidity in Indonesia. This research aims to determine the quantity of antihypertensive drugs used with Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose methods and determine antihypertensive drugs which include in Drug Utilization 90% segment. This research used secondary data which were taken from the patient's Medical Record. This research was quantitative descriptive research, the data were collected retrospectively. Data of antihypertensive drugs utilization and inpatient visit obtained from Medical Record Installation. Entire data then were processed to determine the quantity of antihypertensive drugs utilization in DDD/100 unit of inpatient day and Drug Utilization profile (DU90%). The results showed that the antihypertensive drugs utilization in hypertensive patients in RSUD Kota Tangerang during 2015 were amlodipin 40,27%, ramipril 28,57%, captopril 7,88%, irbesartan 9,02%, furosemid 5,65%, candesartan 2,64%, bisoprolol 1,71%, lisinopril 1,69%, nifedipin 1,11 %, klonidin 0,66%, spironolakton 0,42%, valsartan 0,21%, nimodipin 0,08%, nicardipin 0,02%.And from the DU90% table, drugs which include in the DU90% segment were amlodipin, ramipril, irbesartan dan captopril. Keywords : antihypertensive drugs, ATC / DDD, DU90%. vii

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KOTA TANGERANG DENGAN METODE ANATOMICAL THERAPEUTIC CHEMICAL/DEFINED DAILY DOSE PADA TAHUN Semoga shalawat dan salam selalu tercurah bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kita sebagai umatnya yang taat hingga akhir zaman. Skripsi ini dalam proses penyusunannya, penulis mendapatkan doa, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Orang tua saya, Gusnizal dan Cucu Aminah terimakasih atas kasih sayang, kesabaran, doa dan perjuangannya sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan hingga saat ini. 2. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 3. Bapak Yardi, Ph.D, Apt selaku dosen pembimbing I dan Ibu DR. Delina Hasan, M.Kes Apt selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan ilmu, nasehat, waktu, tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini. 4. Ibu Nurmeilis, M.Si, Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 5. Segenap Bapak dan Ibu dosen program studi Farmasi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak dr. Feriyansah selaku Direktur RSUD Kota Tangerang yang telah memberikan izin untuk saya melakukan penelitian di RSUD Kota Tangerang viii

9 ix

10 x

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi DAFTAR ISTILAH... xvii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 7 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Klasifikasi Hipertensi Epidemiologi Patofisiologi Hipertensi Gejala Klinis Hipertensi Faktor Resiko Farmakoterapi Hipertensi Penatalaksanaan Hipertensi Komplikasi Hipertensi Review Literatur Anatomical Therapeutic Chemical Unit Pengukuran Defined Daily Dose Drug Utilization 90% Rekam Medik BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL Kerangka Konsep Definisi Operasional BAB 4. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian xi

12 4.2.2 Waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Sampel Metode Pengumpulan Data Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi Prosedur Penelitian Bagan Alur Penelitian Persiapan (Permohonan Izin Penelitian) Pelaksanaan Pengumpulan Data Penelusuran Dokumen Manajemen Data Pengolahan Data Rencana Analisa Data Analisis Univariat Analisis Data dengan Metode ATC/DDD BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Karakteristik Pasien Distribusi Pola Penggunaan Terapi Antihipertensi Jumlah Hari Rawat Pasien Hipertensi Pada Tahun Kuantitas Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi di RSUD Kota Tangerang Tahun Kesesuaian Penggunaan Obat Antihipertensi dengan Formularium Rumah Sakit Pembahasan Karakteristik Pasien Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta Klasifikasi Pasien Hipertensi Berdasarkan Tingginya Tekanan Darah Distribusi Pola Penggunaan Terapi Antihipertensi Profil Penggunaan Antihipertensi Evaluasi Kuantitas Penggunaan Antihipertensi dalam Unit DDD Profil Penggunaan Antihipertensi Pada Tahun 2015 Berdasarkan Profil DU 90% Kesesuaian Penggunaan Obat Antihipertensi dengan Formularium Rumah Sakit Peran Apoteker di Rumah Sakit Keterbatasan Penelitian xii

13 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan JNC VII... 8 Tabel 2.2 Penyebab Hipertensi yang Dapat di Identifikasi Tabel 2.3 Obat Antihipertensi Tabel 2.4 Modifikasi Gaya Hidup untuk Hipertensi Tabel 2.5 Strategi Dosis untuk Obat-Obat Antihipertensi Tabel 2.6 Karakteristik Pasien Hipertensi Berdasarkan Survey NHANES Tabel 2.7 Kontrol Tekanan Darah dan Faktor Resiko Kardiovaskular Pada Pasien Hipertensi Berdasarkan Survey NHANES Tabel 5.1 Persentase Karakteristik Pasien Hipertensi di RSUD Kota Tangerang Pada Tahun Tabel 5.3 Distribusi Penggunaan Antihipertensi dan Perhitungan Nilai DDD/ 100 Patient-days di RSUD Kota Tangerang Pada Tahun Tabel 5.4 Jumlah Hari Rawat Pasien Hipertensi Pada Tahun 2015 di RSUD Kota Tangerang Tabel 5.5 Profil DU 90% Penggunaan Obat Antihipertensi di RSUD Kota Tangerang Pada Tahun Tabel 5.6 Kesesuaian Penggunaan Obat Antihipertensi dengan Formularium Rumah Sakit di RSUD Kota Tangerang Tahun xiv

15 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1 Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah Gambar 2.2 Algoritma Tatalaksana Hipertensi Gambar 2.3 Algoritma dan Target Tekanan Darah Pengobatan Hipertensi Gambar 2.4 Kombinasi Obat Antihipertensi Gambar 2.5 Mekanisme Terjadinya Gagal Jantung Akibat Hipertensi Gambar 2.6 Algoritma Terapi Hipertensi Berdasarkan Komplikasi Penyakit Gambar 2.7 Prevalensi pasien hipertensi di Amerika Serikat Pada Tahun Gambar 2.8 Tingkat Kesadaran, Pengobatan, dan Pengontrolan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Dewasa di Amerika Serikat Pada Tahun Gambar 2.9 Tingkat Kesadaran Pasien Hipertensi Dewasa di Amerika Serikat Pada Tahun Gambar 2.10 Tingkat Pengobatan Pasien Hipertensi Dewasa di Amerika Serikat Pada Tahun Gambar 2.11 Tingkat Pengobatan Pasien Hipertensi Dewasa di Amerika Serikat Pada Tahun Gambar 2.12 Review Defined Daily Dose dalam DUR di China xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 86 Lampiran 2. Surat Ijin Melakukan Penelitian di RSUD Kota Tangerang dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik. 87 Lampiran 3. Surat Ijin Melakukan Penelitian di RSUD Kota Tangerang dari RSUD Kota Tangerang.. 89 Lampiran 4. Perhitungan DDD/100 patient-days Pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD Kota Tangerang Tahun Lampiran 5. Hasil Perhitungan DDD/100 patient-days Pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD Kota Tangerang Tahun Lampiran 6. Arsip Data Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUD Kota Tangerang Tahun xvi

17 DAFTAR ISTILAH ATC DDD WHO JNC ESH LOS Depkes PERKI DU RSUD AHA : Anatomical Therapeutic Chemical : Dosis pemeliharaan rata-rata perhari / Defined Daily Dose : World Health Organization : Joint National Comitte : European Science Hypertension : Length of Stay : Departemen Kesehatan : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia : Drug Utilization : Rumah Sakit Umum Daerah : American Heart Association xvii

18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (KemenkesRI, 2013). Hipertensi sering disebut silent killer karena pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya, serta hipertensi umumnya tidak menimbulkan suatu tanda atau gejala sebelum terjadi komplikasi (Chobanian dkk., 2004). Di dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun Dari 972 juta penderita hipertensi, 34,25% berada di negara maju dan 65,74% sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (WHO, 2000). Namun, hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Data tahun menunjukkan bahwa sebanyak 81,5% penderita hipertensi menyadari bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan darah sistolik <140mmHg dan diastolik <90 mmhg) dan 47,5% pasien yang tekanan darahnya tidak terkontrol (KemenkesRI, 2013). Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, penderita hipertensi di Indonesia pada umur 18 tahun adalah sebesar 25,8% sedangkan menurut Riskesdas Banten, data penderita hipertensi khususnya di Kota Tangerang mempunyai angka yang cukup tinggi yaitu 24,5%. Namun, yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan (KemenkesRI, 2013). 1

19 2 Umumnya tekanan darah meningkat dengan bertambahnya umur.resiko untuk menderita hipertensi pada populasi 55 tahun yang sebelumnya tekanan darahnya normal adalah 90%. Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah pre hipertensi sebelum mereka terdiagnosis hipertensi, dan kebanyakan terdiagnosis hipertensi pada umur diantara dekade ketiga dan dekade kelima (Chobanian dkk., 2004). Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes RI,2012). Hipertensi merupakan faktor resiko utama penyakit jantung koroner dan iskemik serta stroke hemoragik. Dalam beberapa kelompok usia, resiko penyakit kardiovaskular menjadi dua kali lipat setiap kenaikan tekanan darah 20/10 mmhg, mulai dari 115/75 mmhg. Selain penyakit jantung koroner dan stroke, komplikasi lain akibat hipertensi adalah gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, perdarahan retina dan gangguan penglihatan. Oleh karena itu, pengobatan hipertensi perlu dilakukan dalam menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik sampai <140/90 mmhg sehingga resiko penyakit kardiovaskuler berkurang (WHO, 2000). Healthy People 2010 for Hypertension menganjurkan perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan intensif agar mencapai pengontrolan tekanan darah secara optimal. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan partisipasi aktif para sejawat Apoteker dalam melaksanakan praktek profesinya pada setiap tempat pelayanan kesehatan. Apoteker dapat bekerja sama dengan dokter dalam memberikan edukasi ke pasien mengenai hipertensi, memonitor respons pasien melalui farmasi komunitas, kepatuhan terhadap terapi obat dan non-obat, mendeteksi dan mengurangi efek samping, dan mencegah dan/atau memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian obat (Depkes, 2006). Selain itu, Apoteker terutama yang berada di Rumah Sakit

20 3 dapat melakukan pelayanan farmasi klinik sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.Salah satu pelayanan farmasi klinik yang dapat dilakukan yaitu evaluasi penggunaan obat (PMK No. 58, 2014). Evaluasi penggunaan obat perlu dilakukan untuk mengevaluasi obat terkait dengan efikasi dan keamanan yang diharapkan sesuai dengan kondisi pasien. Evaluasi penggunaan obat dibagi menjadi 2 yaitu kualitatif dankuantitatif. Salah satu studi kuantitatif adalah dengan menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD). Metode ini direkomendasikan oleh WHO untuk mengevaluasi penggunaan obat (WHO, 2011). Sistem ATC/DDD merupakan sistem klasifikasi dan pengukuran penggunaan obat yang saat ini telah menjadi salah satu pusat perhatian dalam pengembangan penelitian penggunaan obat. Klasifikasi ATC dan metode DDD biasa digunakan untuk membandingkan konsumsi penggunaan obat antar negara karena dapat merefleksikan dosis obat secara global tanpa dipengaruhi oleh variasi genetik dari setiap etnik. Apabila diterapkan di lingkungan rumah sakit maka perhitungan DDD/100 patient-days atau DDD/100 bed days adalah yang paling di rekomendasikan. Sementara untuk perhitungan antar negara biasanya digunakan DDD/100- inhibitans per day atau DDD per inhibitans per year (WHO Int WG for Drug Statistics Methodology, 2003). Tujuan metode ATC/DDD adalah sebagai sarana penelitian penggunaan obat untuk meningkatkan kualitas penggunaan obat. Salah satu dari komponen ini yaitu perbandingan konsumsi obat pada tingkat internasional atau antar sistem pelayanan kesehatan. Adanya perbandingan penggunaan obat bermanfaat untuk mengetahui adanya perbedaan. Evaluasi lebih lanjut dilakukan ketika ditemukan perbedaan yang bermakna sehingga mengarahkan pada identifikasi masalah dan perbaikan sistem penggunaan obat (WHO, 2011). Perkembangan lebih lanjut dari metode DDD adalah Drug Utilization 90% (DU 90%). DU 90% menunjukkan jumlah obat yang penggunaannya mencapai 90% dari seluruh obat yang diresepkan setelah perhitungan DDD,

21 4 10% sisanya merupakan obat-obatan tertentu yang digunakan untuk kondisi yang jarang terjadi pada pasien dengan riwayat intoleransi obat atau efek samping. Metode DU 90% telah diusulkan sebagai metode tunggal untuk menilai secara umum kualitas obat yang diresepkan. Prinsip dari metode DU 90% adalah mengidentifikasi obat yang banyakdiresepkan atau digunakan (WHO Int WG for Drug Statistics Methodology, 2003). Seiring dengan peningkatan kasus hipertensi dan komplikasi yang dapat terjadi jika hipertensi tidak ditangani dengan tepat, maka evaluasi penggunaan obat antihipertensi sangat penting dilakukan untuk meningkatkan efikasi dan keamanan penggunaan obat agar tercapai tekanan darah yang optimal. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang adalah Rumah Sakit yang dibentuk berdasarkan Perda Kota Tangerang No. 12 Tahun 2012 sebagai upaya tindak lanjut Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat Kota Tangerang, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. RSUD Kota Tangerang merupakan Rumah Sakit Umum kelas C dengan kapasitas 300 tempat tidur. Di RSUD Kota Tangerang ini, penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat menggunakan metode ATC/DDD belum pernah dilakukan. Sedangkan di Rumah Sakit lain di Indonesia sudah banyak yang melakukan penelitian penggunaan obat terutama obat antihipertensi menggunakan metode ATC/DDD, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian serupa di RSUD Kota Tangerang menggunakan metode ATC/DDD yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian Ivonia, dkk (2013), menunjukan antihipertensi yang banyak digunakan (90%) di RSUD Karanganyar adalah captopril (60,69%), furosemid (11,30%), nifedipine (9,45%), dan amlodipine (8,17%). Sedangkan antihipertensi yang sedikit digunakan (10%) adalah hidroklorotiazid (5,94%), lisinopril (3,44%), dan bisoprolol (1,05%). Hasil penelitian Raden, A.W.K.S.P (2012), menunjukan antihipertensi yang banyak digunakan (90%) di RSUD Moewardi adalah captopril (47,07%),

22 5 furosemid (19%), nifedipin (12,61%), amlodipin (6,96%), dan clonidin (6,56%). Sedangkan antihipertensi yang sedikit digunakan (10%) adalah diltiazem (2,25%), lisinopril (1,81%), hidroklorotiazid (1,51%), valsartan (1,22%), ramipril (0,60%), dan spironolakton (0,41%). Hasil penelitian Prasetyo, dkk (2015), menunjukan antihipertensi yang banyak digunakan (90%) di RSUD A.W. Sjahranie Samarinda tahun 2012 adalah amlodipin (39,19 %), furosemid (24,14 %), captopril(14,14 %), telmisartan (11,36%), valsartan (2,04%), sedangkan tahun 2013 adalah amlodipin (35,11%), furosemid (22,88%), captopril (18,80%), telmisartan (7,02%), valsartan (6,51%). Hasil penelitian Handayani, PD (2013), menunjukan antihipertensi yang banyak digunakan (90%) pada tahun di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2011 adalah amlodipin (49,02%), captopril (15,55%), furosemid (12,25%), valsartan (9,15%), nifedipin (4,20%), dan hidroklorotiazid (4,44%) sedangkan tahun 2012 adalah captopril (36,20%), amlodipin (28,91%), valsartan (21,18%), furosemid (7,00%). Hasil penelitian Mohammed, dkk (2014), menunjukan antihipertensi yang paling banyak digunakan (90%) di suatu rumah sakit tipe A adalah amlodipin (37%), losartan (11%) dan telmisartan (10%). Terapi kombinasi antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah telmisartan+hidroklorotiazid (15%), amlodipine+atenolol (7%) dan metoprolol+amlodipine (1%).

23 6 1.2 Rumusan Masalah Dari hasil penelitian Ivonia, Raden, Prasetyo, Handayani dan Mohammed, penggunaan antihipertensi di Rumah Sakit lain sudah melakukan analisa dengan menggunakan sistem DDD. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, menunjukan bahwa RSUD Tangerang belum melakukan sistem DDD (Defined Daily Dose) dalam mengetahui kuantitas penggunaan obat. Penggunaan sistem DDD sangat penting guna untuk mengetahui obat apa saja yang penggunaanya 90% di RSUD Kota Tangerang. Dengan sistem DDD dapat diketahui kuantitas penggunaan obat. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui kuantitas penggunaan obat pada pasien hipertensi yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang Tujuan Khusus Untuk mengetahui jenis-jenis obat antihipertensi yang digunakan pasien hipertensi yang di rawat inap di RSUD Kota Tangerang. Untuk mengetahui nilai DDD dari masing-masing jenis antihipertensi yang digunakan pasien hipertensi yang di rawat inap di RSUD Kota Tangerang. Untuk mengetahui persentase penggunaan obat antihipertensi yang digunakan pasien hipertensi yang di rawat inap di RSUD Kota Tangerang.

24 7 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini akan menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penggunaan sistem DDD dalam menentukan kuantitas penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi di RSUD Kota Tangerang Manfaat Metodologi Metodologi penelitian ini hendaknya dapat digunakan untuk penelitian serupa dalam penelitian farmasi klinis sejenis lainnya Manfaat Aplikatif Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menyusun atau membuat kebijakan di RSUD Kota Tangerang dalam penggunaan obat antihipertensi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian dengan judul Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang dengan metode ATC/DDD pada tahun 2015 hanya dibatasi pada evaluasi penggunaan obat yang dilihat dari perhitungan nilai DDD masing-masing jenis antihipertensi dan persentase penggunaan antihipertensi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Juni2016 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 215 dengan sampel sebesar 100 sampel melalui teknik purposive sampling.

25 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Pusat Data dan lnformasi Kementerian Kesehatan Rl). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmhg (JNC VII, 2003). Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingginya tekanan darah dan berdasarkan etiologinya. Berdasarkan tingginya tekanan darah, seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmhg. Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa (usia 18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik Normal < 120 mmhg (dan) < 80 mmhg Pre-hipertensi mmhg (atau) mmhg Stadium mmhg (atau) mmhg Stadium mmhg (atau) 100 mmhg Klasifikasi tekanan darah yang telah dirilis oleh JNC VIII pada tahun 2013 masih merujuk klasifikasi tekanan darah JNC VII. Tetapi, manajemen terapi hipertensi dalam JNC VIII lebih berdasarkan Evidence Based Medicine 8

26 9 (EBM), komplikasi penyakit, ras dan riwayat penderita. Target tekanan darah pada managemen terapi hipertensi dalam JNC VIII bergantung pada komplikasi penyakit penderita (James, et.al., 2014). Hipertensi berdasarkan etiologi patofisiologinya dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer atau esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder atau non esensial yang diketahui penyebabnya (Depkes RI, 2006). a Hipertensi primer Sekitar 95% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi esensial (primer). Penyebab hipertensi esensial ini masih belum diketahui, tetapi faktor genetik dan lingkungan diyakini memegang peranan dalam menyebabkan hipertensi esensial (Weber dkk., 2014). Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain (Gunawan, dkk., 2007). Penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal merupakan peristiwa awal dalam hipertensi esensial.penurunan ekskresi natrium dapat menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah meningkat. Faktor lingkungan dapat memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stres, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi (Robbins dkk., 2007). b Hipertensi sekunder Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak,

27 10 dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi. Penghentian penggunaan obat tersebut atau mengobati kondisi komorbid yang menyertainya merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder (Depkes, 2006). Beberapa penyebab hipertensi sekunder dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut : Tabel 2.2. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi (Depkes, 2006) Penyakit Penyakit ginjal kronis Hiperaldosteronisme primer Penyakit renovaskular Sindroma cushing Phaeochromocytoma Koarktasi aorta Penyakit tiroid atau paratiroid Obat Kortikosteroid, ACTH Estrogen (biasanya pil KB dengan kadar estrogen tinggi) NSAID, cox-2 inhibitor Fenilpropanolamin dan analog Siklosforin dan takromilus Eritropoietin Sibutramin Antidepresan (terutama venlafaxine) 2.2 Epidemiologi Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada didunia (Armilawaty, 2007). Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah (Yogiantoro M, 2006). Diperkirakan sekitar 80% akan terjadi kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang dari 639 juta kasus di tahun 2000 menjadi 1,15 milyar kasus di tahun Prediksi ini didasarkanpadaangka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty, 2007).

28 Patofisiologi Hipertensi Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah jantung (cardiac output) dan resistensi vaskular perifer (peripheral vascular resistence). Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup (stroke volume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena (venous return) dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas darah. Semua parameter tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem saraf simpatis dan parasimpatis, sistem renin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah. Mekanisme pengaturan tekanan darah ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Mekanisme pengaturan tekanan darah (Dipiro, et.al.,2008)

29 12 RAA diaktivasi oleh sekresi renin, yang merupakan katalisator pembentukan angiotensin I dari hidrolisis angiotensinogen. Angiotensin I kemudian dihidrolisis oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE) menjadi angiotensin II. Angiotensin II dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah, peningkatan sintesis aldosteron, peningkatan absorbsi natrium, menaikkan tahanan perifer serta meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan hipertensi. Korteks adrenal adalah bagian ginjal yang memproduksi hormon mineral kortikoid dan glukokortikoid, yaitu aldosteron dan kortisol. Kelebihan aldosteron akan meningkatkan reabsorpsi air dan natrium, sedangkan kelebihan kortisol meningkatkan sintesa epinefrin dan norepinefrin yang bertindak sebagai vasokonstriktor pembuluh darah. Secara tidak langsung, ini akan mempengaruhi peningkatan volume darah, curah jantung dan menyebabkan peningkatan tahanan perifer total (Dipiro,et.al., 2008). 2.4 Gejala Klinis Hipertensi Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala penyakit. Ada kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita hipertensi selalu merasakan gejala penyakit. Kenyataannya justru sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan adanya gejala penyakit. Hipertensi terkadang menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi, dan epistaksis. Gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak ukur keparahan dari penyakit hipertensi (WHO, 2013).

30 Faktor Resiko Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi: A. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi a) Usia Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi resiko terkena hipertensi. Kejadian hipertensi meningkat dengan meningkatnya usia.setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot polos pembuluh darah, kemudian pembuluh darah akan berangsur angsur menyempit dan menjadi kaku sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan darah sistolik. Tekanan sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang seiring penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Selain itu, peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, seperti peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroresptor pada usia lanjut akan mengalami penurunan sensivitas, serta fungsi ginjal juga sudah berkurang yang menyebabkan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomelurus menurun (Kumar et al., 2008). b) Jenis kelamin Angka kejadian hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause sehingga pria lebih beresiko terkena hipertensi (Cortas K et.al., 2008). Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia menopause. Pada pramenopause wanita mulai kehilangan sedikit

31 14 demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur tahun (Kumar et al., 2008). c) Riwayat keluarga Penderita hipertensi mempunyai faktor hipertensi dalam keluarganya sebesar 70-80%. Berbagai penelitian dan studi kasus menguatkan bahwa faktor keturunan merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi, dimana jika dalam keluarga/orangtua ada yang menderita hipertensi, 25-60% akan terjadi pada anaknya (Lili & Tantan, 2007). Menurut Sheps (2005), jika salah satu dari orangtua menderita hipertensi maka sepanjang hidup kita beresiko menderita hipertensi pula. Dan jika kedua orangtua menderita hipertensi, resikonya meningkat menjadi sekitar 60% untuk mengalaminya. d) Genetik Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila diberikan secara alamiah tanpa intervensi terapi, akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar tahun akan timbul tanda dan gejala (Chunfang Qiu et.al., 2003). B. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi: a) Stress Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan

32 15 tekanan darah yang menetap tinggi.walaupun hal ini belum terbukti tetapi angka kejadian hipertensi pada masyarakat di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan denganpengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Roehandi, 2008). Menurut Anggraini (2009) mengatakan bahwa stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. b) Kebiasaan Merokok Merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insidensi maligna dan resiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami aterosklerosis (Armilawaty, 2007). Laporan dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa upaya menghentikan kebiasaan merokok dalam jangka waktu 10 tahun dapat menurunkan insiden penyakit jantung koroner (PJK) sekitar 24.4% (Karyadi 2002).Tandra (2003) menyatakan bahwa nikotin mengganggu sistem saraf simpatis yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhanoksigen jantung, merangsang pelepasan adrenalin, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. c) Pola asupan garam Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor lain yang ikut berperan yaitu sistem renin angiotensin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah. Produksi rennin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan dalam proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan

33 16 sekresi aldosteron yang mengakibatkan menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan padatimbulnya hipertensi (Susalit dkk,2001). d) Obesitas Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA, prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal). Data dari studi Farmingham (AS) yang diacu dalam Khomsan (2004) menunjukkan bahwa kenaikan berat badan sebesar 10% pada pria akan meningkatkan tekanan darah 6.6 mmhg, gula darah 2 mg/dl, dan kolesterol darah 11 mg/dl. Prevalensi hipertensi pada seseorang yang memiliki IMT>30 pada laki-laki sebesar 38% dan wanita 32%, dibanding dengan 18% laki-laki dan 17% perampuan yang memiliki IMT<25 (Krummel, 2004). 2.6 Farmakoterapi Hipertensi a Terapi Farmakologis Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan kerusakan organ target seperti gagal jantung, penyakit jantung koroner atau penyakit ginjal kronik.target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII adalah <140/90 mmhg untuk pasien dengan tanpa komplikasi, <130/80 mmhg untuk pasien dengan diabetes dan penyakit ginjal kronis (Dipiro, et al., 2008). Menurut PERKI (2015), terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi stadium 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah >6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi stadium 2 seperti terlihat pada Gambar 2.2 dibawah ini :

34 17 Pasien dewasa 18 tahun dengan tekanan darah 140/90 mmhg Mulai perubahan gaya hidup (Turunkan berat badan, kurangi garam diet dan alkohol, stop merokok) Terapi Farmakologi (Pertimbangkan untuk tunda pada pasien stage 1 tidak terkomplikasi) Mulai Terapi Farmakologi (pada semua pasien) Stage /90-99 Stage 2 >160/100 Kasus khusus Usia<60 thn ACEI atau ARB Jika perlu tambahkan CCB Usia 60 thn CCB atau Tiazid Jika perlu tambahkan ACEI Semua pasien Mulai dengan 2 obat CCB atau Tiazid ACEI atau ARB - Penyakit Ginjal - Diabetes - Penyakit jantung koroner - Riwayat Stroke - Gagal Jantung Jika perlu tambahkan CCB + Tiazid + ACEI Jika perlu tambahkan CCB + Tiazid + ACEI Jika perlu, tambah obat lain misal Spironolactone, agen kerja sentral, beta blocker Gambar 2.2Algoritma tatalaksana hipertensi (PERKI, 2015). Selain itu, menurut JNC VIII (2013), target penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi berbeda-beda tergantung berdasarkan komplikasi penyakit dan ras penderita hipertensi seperti terlihat pada Gambar 2.3 dibawah ini:

35 18 Hipertensi dewasa usia 18 tahun Terapkan gaya hidup sehat (disertai regimen obat antihipertensi) Mengatur target tekanan darah dan memulai terapi antihipertensi berdasarkan umur, diabetes dan penyakit ginjal kronis (PGK) Populasi umum tanpa diabetes dan PGK Disertai diabetes dan PGK Umur 60 tahun Umur 60 tahun Semua umur disertai diabetes dan PGK Semua umur disertai diabetes tanpa PGK Target tekanan darah: TDS <150 mmhg TDD <90 mmhg Target tekanan darah: TDS <140 mmhg TDD <90 mmhg Target tekanan darah: TDS <140 mmhg TDD <90 mmhg Target tekanan darah: TDS <140 mmhg TDD <90 mmhg Ras kulit putih Ras kulit hitam Semua ras Lini pertama diuretik tiazid, ACEi atau ARB atau CCB tunggal atau kombinasi Lini pertama diuretik tiazid atau CCB tunggal atau kombinasi dengan kelas obat lain Lini pertama ACEi atau ARB tunggal atau kombinasi dengan kelas obat lain Gambar 2.3 Algoritma dan target tekanan darah pengobatan hipertensi (JNC VIII, 2013). Walaupun hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang umum dijumpai, tetapi kontrol tekanan darah masih buruk.kebanyakan pasien dengan hipertensi tekanan darah diastoliknya sudah tercapai tetapi tekanan darah sistolik masih tinggi.diperkirakan dari populasi pasien hipertensi yang diobati tetapi belum terkontrol, 76.9% mempunyai tekanan darah sistolik

36 mmhg dan tekanan darah diastolik 90 mmhg. Tekanan darah sistolik diperoleh selama kontraksi jantung dan tekanan darah diastolik diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi. Pada kebanyakan pasien, tekanan darah diastolik yang diinginkan akan tercapai apabila tekanan darah sistolik yang diinginkan sudah tercapai. Karena tekanan darah sistolik berkaitan dengan resiko kardiovaskular dibanding tekanan darah diastolik, maka tekanan darah sistolik harus digunakan sebagai petanda klinis utama untuk pengontrolan penyakit pada hipertensi. Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pengunaan obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat (Depkes RI, 2006). Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut: 1. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI) dengan diuretik 2. Angiotensin Reseptor Blocker II (ARB) dengan diuretik 3. Beta Blocker dengan diuretik 4. Diuretik dengan Calcium Chanel Blocker (CCB) 5. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI) dengan Calcium Chanel Blocker (CCB) 6. Agonis α-2 dengan diuretik 7. Penyekat α-1 dengan diuretik (ESH, 2003). Menurut European Society of Hypertension (2003), kombinasi dua obat untukhipertensi ini dapat dilihat pada gambar 2.4 dimana kombinasi obat yangdihubungkan dengan garis tebal adalah kombinasi yang paling efektif.

37 20 Gambar 2.4 Kombinasi Obat Antihipertensi (ESH, 2003). 2.7 Penatalaksanaan Hipertensi a. Terapi Farmakologis Ada 9 kelas obat antihipertensi yang umum digunakan.obat-obat ini baik secara tunggal atau kombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi karena terbukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium) mempunyai subkelas dimana memiliki perbedaan dalam mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa 1, agonis alfa 2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama (Depkes, 2006). Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktik evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakan organ target akibat hipertensi.

38 21 Golongan Tabel 2.3 Obat Anthihipertensi (Dipiro et.al., 2008). Sub Golongan Diuretik Thiazid Menghambat transport bersama (symport) Na-Cl di tubulus distal ginjal, sehingga eksresi Na + dan Cl - Loops Hemat Kalium Mekanisme kerja Obat Dosis lazim (mg/hari) meningkat Menghambat reabsorpsi elektrolit di ansa henle assendens di bagian epitel tebal, di permukaan sel epitel bagian luminal sehingga menyebabkan meningkatnya eksresi K +, Ca 2+ dan Mg 2+ Mengurangi absorbs Na+ di tubulus dan duktus kolektivus Klortalidone, Hidroklorotiazid Indapamide, Metolazone Bumetamide, Furosemide, Torsemide , Frekuensi pemberian Amiloride, Triamteren Catatan Pemberian pagi hari untuk menghindari diuresis malam hari, sebagai antihipertensi gol.tiazid lebih efektif dari diuretik loop kecuali pada pasien dengan GFR rendah (± ClCr <30ml/min); gunakan dosis lazim untuk mencegah efek samping metabolik,; hiroklorotiazid (HCT) dan klortalidon lebih disukai,dengan dosis efektif maksimum 25 mg/hari; klortalidon hampir 2 kali lebih kuat dibanding HCT; keuntungan tambahan untuk pasien osteoporosis; monitoring tambahan untuk pasien dengan sejarah pirai atau hiponatremia Pemberian pagi dan sore untuk mencegah diuresis malam hari; dosis lebih tinggi mungkin diperlukan untuk pasien dengan GFR sangat rendah atau gagal jantung Pemberian pagi dan sore untuk mencegah diuresis malam hari; diuretik lemah,biasanya dikombinasi dengan diuretik tiazid untuk meminimalkan hipokalemia; karena hipokalemia dengan dosis rendah tiazid

39 22 ACEInhibit or Antagonis aldosteron Meningkatkan aktivitas Na + /K + ATP-ase dan aktivitas channel Na + dan K + Menghambat secara langsung angiotensin converting enzyme (ACE) dan menghambat konversi angiotensin-1 menjadi angiotensin-2 sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron Eplerenone, spironolactone Benazepril, Captopril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Moexipril, Perindopril, Quinapril, Ramipril, Trandolapril atau atau 2 2 atau 3 1 atau atau atau 2 1 atau 2 tidak lazim, obatobat ini diberikan pada pasien yang mengalami hipokalemia akibat diuretik; hindari pada pasien denganpenyakit ginjalkronis (± ClCr <30 ml/min); dapat meyebabkan hiperkalemia,terutama kombinasi dengan ACEI,ARB, atau supplemen kalium Pemberian pagi dan sore untuk mencegah diuresis malam hari; diuretik ringan biasanya di kombinasi dengan tiazid untuk meminimalkan hipokalemia; karena hipokalemia dengan diuretik tiazid dosis rendah tidak lazim, obat-obat ini biasanya dipakai untuk pasienpasien yang mengalami diuretic induced hipokalemia; hindari pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (± ClCr < 30ml/min); dapat menyebabkan hiperkalemia, terutama kombinasi dengan ACEI, ARB, atau suplemen kalium) Dosis awal harus dikurangi 50% pada pasien yang sudah dapat diuretik, yang kekurangan cairan, atau sudah tua sekali karena resiko hipotensi; dapat menyebabkan hiperkalemia pada pasien dengan penyakit ginjal kronis atau pasien yang juga mendapat diuretik penahan kalium, antagonis aldosteron, atau ARB; dapat

40 23 ARB β-blocker Kardioselekt if Nonselektif Menghambat secara langsung reseptor angiotensin-2 tipe 1 (AT1) yang memediasi efek angiotensin-2 yaitu vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi saraf simpatik, pelepasan hormon antidiuretik, dan konstriksi arteriol eferen dari glomerulus. Mengurangi curah jantung melalui efek inotropik dan kronotropik negative dan menghambat pelepasan renin dari ginjal Candesartan, Eprosartan, Irbesartan, Losartan, Olmesartan, Telmisartan, Valsartan Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Metoprolol, Nadolol, Propanolol, Timolol atau 2 1 atau atau menyebabkan gagal ginjal pada pasiendengan renal arteri stenosis; jangan digunakan pada perempuan hamil atau pada pasien dengan sejarah angioedema Dosis awal harus dikurangi 50% pada pasien yang sudah dapat diuretik, yang kekurangan cairan, atau sudah tua sekali karena resiko hipotensi; dapat menyebabkan hiperkalemia pada pasien dengan penyakit ginjal kronis atau pasien yang juga mendapat diuretik penahan kalium, antagonis aldosteron, atau ACEI; dapat menyebabkan gagal ginjalpada pasien dengan renal arteri stenosis; tidak menyebabkan batuk kering seperti ACEI;jangan digunakan pada perempuan hamil Pemberhentian tibatiba dapat menyebabkan rebound hypertension; dosis rendah s/d sedang menghambat reseptor β1, pada dosis tinggi menstimulasi reseptor β2;dapat menyebabkan eksaserbasi asma bila selektifitas hilang; keuntungan tambahan pada pasien dengan atrial takiaritmia atau preoperatif hipertensi Pemberhentian tibatiba dapat menyebabkan rebound hypertension, menghambat reseptor

41 24 Calcium channel blockers Aktifitas Simpatomim etikintrinsik Campuranαdan β-blockers Dihidropridi n Merelaksasi otot jantung dan otot polos dengan cara memblok kanal ion kalsium sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel. Acebutolol, Carteolol, Penbutolol, Pindolol Carvedilol, Labetolol Amlodipine, Felodipine, Isradipine, Nicardipine, Nifedipine, Nisoldipine β1 dan β2 padasemua dosis; dapat memperparah asma; ada keuntungan tambahan pada pasien dengan essensial tremor, migraine,tirotoksikosis Pemberhentian tibatiba dapat menyebabkan rebound hypertension; secara parsial merangsang reseptor β sementara menyekat terhadap rangsangan tambahan; tidak ada keuntungan tambahan untuk obatobat ini kecuali pada pasien-pasien dengan bradikardi, yang harus mendapat penyekat beta;kontraindikasi pada pasien pasca infark miokard, efek samping dan efek metabolic lebih sedikit, tetapi tidak kardioprotektif seperti penyekat beta yang lain. Pemberhentian tibatiba dapat menyebabkan rebound hypertension; penambahan penyekat α mengakibatkan hipotensi ortostatik Dihidropiridin yang bekerja cepat (longacting) harusdihindari, terutama nifedipin dan nicardipin dihidropiridin adalah vasodilator perifer yang kuat dari pada non dihidropiridin dan dapat menyebabkan pelepasan simpatetik refleks(takhikardia), pusing, sakit kepala,

42 25 Penyekat alfa-1 Agonis alfa- 2 sentral Vasodilator arteri langsung Peripheral adrenergic antagonist Non- Dihidropiridi n Menghambat pengambilan katekolamin pada sel otot halus, menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah Merangsang reseptor alfa-2 adrenergik di otak sehingga menurunkan aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak, curah jantung,dan tahanan perifer Merelaksasi langsung otot polos arteriolar dengan cara meningkatkan konsenstrasi cgmp intraseluler Mendeplesi norepinefrin dari ujung saraf simpatis dan memblok transportasi norepinefrin kedalamnya. Diltiazem, Verapamil Doxazosine, Prazosine, Terazosine Klonidin, Metildopa Minoksidil, Hydralazine atau 3 1 atau atau 2 2 atau 4 flushing, dan edema perifer; keuntungan tambahan pada sindroma Raynaud Produk lepas lambat lebihdisukai untuk hipertensi; obat obat ini menyekat slow channels di jantung dan menurunkan denyut jantung;dapat menyebabkan heartblock; keuntungan tambahan untuk pasien dengan atrial takhiaritmia Dosis pertama harus diberikan malam sebelum tidur; beritahu pasien untuk berdiri perlahan-lahan dari posisi duduk atau berbaring untuk meminimalkan resiko hipotensi ortostatik; keuntungan tambahan untuk laki-laki dengan BPH (benign prostatic hyperplasia) Pemberhentian tibatiba dapat menyebabkan rebound hypertension; paling efektif bila diberikan bersama diuretik untuk mengurangi retensi cairan. Gunakan dengan diuretic dan penyekat beta untuk mengurangi retensi cairan dan refleks takhikardi Reserpin Gunakan dengan diuretik untuk mengurangi retensi cairan

43 26 b. Terapi non farmakologis Penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya melakukan modifikasi gaya hidup seperti pada tabel 2.3 yaitu menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan dengan menjaganya pada kisar body mass index (BMI) yaitu 18,5-24,9; mengadopsi pola makan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) yang kaya dengan buah, sayur, dan produk susu rendah lemak; mengurangi konsumsi garam yaitu tidak lebih dari 100 meq/l; melakukan aktivitas fisik dengan teratur seperti jalan kaki 30 menit/hari; serta membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 kali/hari pada pria dan 1 kali/hari pada wanita (Chobanian dkk., 2004). Selain itu, pasien juga disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok (Weber, dkk.,2014). Selain dapat menurunkan tekanan darah, perubahan gaya hidup juga terbukti meningkatkan efektivitas obat antihipertensi dan menurunkan risiko kardiovaskular (Gunawan, dkk., 2007). Untuk hipertensi tingkat 1 tanpa faktor risiko dan kerusakan organ target, perubahan pola hidup dapat dicoba sampai 12 bulan. Sedangkan bila disertai kelainan penyerta (compelling indications) seperti gagal jantung, pasca infark miokard, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan riwayat stroke, maka terapi farmakologi harus dimulai lebih dini mulai dari hipertensi tingkat 1. Bahkan untuk pasien dengan kelainan ginjal atau diabetes, pengobatan dimulai pada tahap prehipertensi dengan target tekanan darah <130/80 mmhg (Gunawan, dkk., 2007).

44 27 Tabel 2.4 Modifikasi gaya hidup untuk hipertensi (JNC VII, 2007). Modifikasi gaya hidup Rekomendasi Perkiraan penurunan Penurunan berat badan DIET makanan sesuai DASH Diet rendah natrium Olahraga Mengurangi konsumsi alkohol tekanan darah sistolik Mempertahankan berat badan ideal (BMI 5-20 mmhg/10 kg 18,5-24,9 kg/m 2) penurunan berat Konsumsi diet kaya buah, sayur, dan produk susu rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh dan lemak total yang sedikit Mengurangi asupan natrium hingga 100 mmol per hari (2,4 g Na atau 6 g NaCl Rutin olahraga aerobik seperti jalan cepat minimal 30 menit per hari Membatasi konsumsi alkohol, tidak lebih dari 1 oz atau 30 ml etanol; 24 oz bir, 10 oz wine, atau 3 oz 80-proof whiskey perhari untuk pria dan setengahnya untuk wanita dan orang dengan berat badan rendah badan 8-14 mmhg 2-8 mmhg 4-9 mmhg 2-4 mmhg 2.8 Komplikasi Hipertensi Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endotel arteri dan mempercepat aterosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah perifer.hipertensiadalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi (Dosh, 2001). a. Stroke Stroke merupakan kerusakan organ target pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi. Hipertensi mengakibatkan arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan sehingga menyebabkan terjadinya aterosklerosis melalui efek penekanan pada sel endotel/lapisan dalam dinding arteri yang berakibat pembentukan plak pembuluh darah semakin

45 28 cepat. Akibatnya, aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya termasuk otak akan berkurang sehingga otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen yang tidak mencukupi menyebabkan terjadinya stroke (AHA, 2011). Resiko dan keuntungan menurunkan tekanan darah semasa stroke akut masih belum jelas; pengontrolan tekanan darah sampai kira-kira 160/100mmHg sangat penting sampai kondisi pasien stabil atau membaik. Kambuhnya stroke berkurang dengan penggunaan kombinasi ACEI dan diuretik tipe tiazid (Haynes RB et.al., 2002). b. Penyakit Ginjal Kronis Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan (parenkim) atau arteri renal. Pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis, tujuan terapeutiknya adalah untuk memperlambat deteriorasi fungsi ginjal dan mencegah penyakit kardiovaskular. Hipertensi terdeteksi pada mayoritas pasien dengan penyakit ginjal kronis dan pengontrolan tekanan darahnya harus agresif, sering dengan dua atau lebih obat untuk mencapai target tekanan darah <130/80 mmhg (K/DOQI, 2004). ACEI dan ARB mempunyai efek melindungi ginjal (renoprotektif) dalam progres penyakit ginjal diabetes dan non-diabetes (Bakris GL et al., 2000). Salah satu dari kedua obat ini harus digunakan sebagai terapi lini pertama untuk mengontrol tekanan darah dan memelihara fungsi ginjal pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis. Naiknya serum kreatinin sebatas 35% diatas baseline dengan ACEI dan ARB dapat diterima dan bukan alasan untuk menghentikan pengobatan kecuali bila terjadi hiperkalemia. Karena pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis memerlukan beberapa obat antihipertensi, diuretik dan kelas obat antihipertensi ketiga diperlukan (beta blocker atau CCB). Diuretik tiazid dapat digunakan tetapi tidak seefektif diuretik loop bila clearence kreatinin <30 ml/min. Untuk penyakit ginjal lanjut (perkiraan GFR<30 ml/min per 1.73m3, setara dengan serum kreatinin mg/dl), dosis diuretik loop

46 29 (furosemid) lebih tinggi, bila perlu dikombinasi dengan obat lain (Gijn JV, 2002). c. Gagal Jantung Gagal jantung, dalam bentuk disfungsi vetrikular sistolik atau diastolik, terutama sebagai akibat dari hipertensi sistolik dan penyakit jantung iskemik. Lima kelas obat didaftarkan untuk indikasi khusus gagal jantung. Rekomendasi ini khususnya untuk gagal jantung sistolik, dimana kelainan fisiologi utama adalah berkurangnya kontraktilitas jantung. Pada gambar 2.5 terlihat proses-proses yang terjadi akibat dari hipertensi sampai ke gagal gantung. ACEI adalah pilihan obat utama berdasarkan hasil dari beberapa studi yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas. Diuretik juga merupakan terapi lini pertama karena mengurangi edema dengan menyebabkan diuresis. ACEI harus dimulai dengan dosis rendah.pada pasien dengan gagal jantung, terutama pada pasien dengan eksaserbasi akut. Gagal jantung menginduksi suatu kondisi renin tinggi, sehingga memulai ACEI pada kondisi ini akan menyebabkan efek dosis pertama yang menonjol dan memungkinan hipotensi ortostatik. Terapi dengan beta blocker digunakan untuk mengobati gagal jantung sistolik untuk pasien-pasien yang sudah mendapat standar terapi dengan ACEI dan Furosemid. Studi menunjukkan beta blocker menurunkan mortalitas dan morbiditas (AHA, 2011). Dosis beta blocker haruslah tepat karena beresiko menginduksi eksaserbasi gagal jantung akut. Dosis awal harus sangat rendah, jauh dibawah dosis untuk mengobati darah tinggi, dan dititrasi secara perlahan-lahan ke dosis yang lebih tinggi. ARB dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk pasien-pasien yang tidak dapat menoleransi ACEI. Untuk pasien dengan disfungsi ventrikular yang simptomatik atau dengan penyakit jantung tahap akhir, ACEI, beta blocker, ARB, dan antagonis aldosterone direkomendasikan bersamaan dengan diuretik loop (furosemid).

47 30 Gambar 2.5 Mekanisme Terjadinya Gagal Jantung Akibat Hipertensi. d. Pasca Infark Miokard Hipertensi adalah faktor resiko yang kuat untuk infark miokard.sekali pasien mengalami infark miokard, pengontrolan tekanan darah sangat penting sebagai pencegahan sekunder untuk mencegah kejadian kardiovaskular berikutnya.guideline untuk pasca infark miokard oleh American College of Cardiology/American Heart Association merekomendasikan terapi dengan beta blocker (tanpa aktifitas intrinsik simpatomimetik dan ACEI (AHA, 2011). Beta blocker menurunkan stimulasi adrenergik jantung (cardiac adrenergic stimulation) dan pada trial klinis beta blocker telah menunjukkan penurunan resiko infark miokard berikutnya atau kematian jantung tiba-tiba (K/DOQI, 2004). ACE inhibitor memperbaiki cardiac remodeling, fungsi jantung dan menurunkan kejadian kardiovaskular setelah infark miokard (Yusuf et.al., 2000). Penanganan menurunan tekanan darah pada komplikasi hipertensi dapat memberikan penurunan insidensi stroke sebesar 35-40%, infark miokard 20-25%, dan gagal jantung lebih dari dari 50%. Diperkirakan

48 31 bahwa pada pasien dengan hipertensi stadium 1 yang disertai dengan faktor resiko penyakit kardiovaskuler, jika dapat menurunkan tekanan darahnya sebesar 12 mmhg selama 10 tahun akan mencegah angka kematian 1 dari 11 pasien yang diobati (Arif M dkk, 2001). Komplikasi penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh hipertensi seperti gagal jantung, penyakit jantung koroner, infark miokard dan stroke memiliki algoritma terapi yang berbeda seperti terlihat pada Gambar 2.6 dibawah ini: KOMPLIKASI Gangguan ventrikel Infark miokard Penyakit jantung Diabetes mellitus Penyakit ginjal Stroke Kombinasi diuretik dan ACEi lalu tambahkan β-blocker β-blocker lalu tambahkan ACEi atau ARB β-blocker lalu tambahkan ACEi atau ARB ACEi atau ARB ACEi atau ARB Kombinasi diuretik dan ACEi atau ARB ARB atau antagonis aldosteron Antagonis aldosteron CCB atau diuretik Diuretik β-blocker atau CCB Gambar 2.6 Algoritma terapi hipertensi berdasarkan komplikasi penyakit (Dipiro et.al., 2008).

49 32 Tabel 2.5 Strategi dosis untuk obat-obat antihipertensi (JNC VIII, 2013) Strategi Deskripsi Keterangan A B C Mulai dengan satu obat, tingkatkan hingga dosis maksimum, dan kemudian tambah dengan obat kedua Mulai dengan satu obat, dan kemudian tambah obat kedua sebelum obat pertama mencapai dosis maksimum Mulai dengan dua obat pada waktu yang sama, baik sebagai 2 pil yang terpisah atau sebagai kombinasi pil tunggal Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan obat pertama, tingkatkan dosis obat pertama sampai dosis maksimum yang direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan. Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan satu obat walaupun dosisnya sudah ditingkatkan sampai dosis maksimum yang direkomendasikan, tambahkan obat kedua sesuai algoritma (tiazidgol.duretik, CCB, ACEI, atau ARB) dan tingkatkan dosis obat kedua sampai dosis maksimum yang direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan. Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan dua obat, pilih obat ketiga dari algoritma (tiazid-gol.diuretik, CCB, ACEI, atau ARB) hindari kombinasi ACEI dan ARB. Tingkatkan dosis obat ketiga sampai dosis maksimum yang direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan. Mulai dengan satu obat kemudian tambahkan obat kedua sebelum obat pertama mencapai dosis maksimum yang direkomendasikan, kemudian tingkatkan kedua obat hingga dosis maksimum yang disarankan untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan. Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai dengan 2 obat, pilih obat ketiga dari algoritma (tiazid-gol.diuretik, CCB, ACEI, atau ARB), hindari kombinasi ACEI dan ARB. Tingkatkan dosis obat ketiga sampai dosis maksimum yang direkomendasikan untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan. Mulai terapi dengan 2 obat secara bersamaan, baik sebagai 2 obat yang terpisah atau sebagai kombinasi pil tunggal. Beberapa anggota komite menyarankan mulai terapi dengan 2 obat ketika tekanan darah sistolik >160 mm Hg dan / atau tekanan darah diastolik >100 mm Hg, atau jika tekanan darah sistolik >20 mm Hg di atas tekanan darah yang diharapkan dan / atau tekanan darah diastolik >10 mm Hg di atas tekanan darah yang diharapkan. Jika tujuan tekanan darah tidak tercapai dengan 2 obat, pilih obat ketiga dari algoritma (tiazid-gol.diuretik, CCB, ACEI, atau ARB), hindari kombinasi ACEI dan ARB. Tingkatkan dosis obat ketiga sampai dosis maksimum yang direkomendasikan

50 Review literatur Gender Difference in Blood Pressure Control and Cardiovascular Risk Factors in Americans With Diagnosed Hypertension (Ong et.al., 2008). Hipertensi merupakan penyakit yang kompleks yang diderita 972 juta orang di dunia. Prevalensi hipertensi akan meningkat dari 26,4% di tahun 2000 menjadi 29,2% di dunia (Kearney PM, et.al., 2005). Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular dan menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat (Lawes CM, et.al,. 2006). Berdasarkan hasil survey pada tahun yang dilakukan National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) terhadap pasien yang berusia 18 tahun dan terdiagnosa hipertensi, didapatkan hasil 54,9 1,2% terjadi pada wanita. Pada tabel 2.6 menunjukan karakteristik jenis kelamin secara spesifik pasien yang terdiagnosa hipertensi. Berdasarkan usia, wanita yang terdiagnosa hipertensi mempunyai usia yang lebih tua dibandingkan pria. Terjadi peningkatan prevalensi diabetes yang signifikan pada wanita selama periode , tetapi prevalensi diabetes tidak jauh berbeda antara wanita dan pria. Prevalensi mikroalbuminaria rendah dan menurun secara signifikan pada wanita dibandingkan pria.tetapi dilihat dari 6 bulan terakhir, wanita lebih sering mengecek tekanan darahnya ke dokter dibandingkan pria. Berdasarkan tingkat konsumsi alkohol, pria lebih banyak mengurangi konsumsi alkoholnya untuk mengontrol tekanan darah dibanding wanita, terbukti dengan persentase konsumsi alkohol yang menurun secara signifikan antara periode dan

51 34 Tabel 2.6 Karakteristik Pasien Hipertensi Berdasarkan Survey NHANES Pada tabel 2.7 menjelaskan tingkat kontrol tekanan darah berdasarkan jenis kelamin dan prevalensi faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien yang terdiagnosa hipertensi yang dilakukan NHANES selama periode Selama periode ini, wanita mempunyai tekanan darah sistolik yang tinggi dan tekanan darah diastolik yang rendah dibanding pria.dimana prevalensi tekanan darah tidak terkontrol tidak jauh berbeda antara pria dan wanita selama periode ini. Prevalensi obesitas, kadar kolesterol total, dan kadar HDL meningkat secara signifikan pada wanita dibanding pria. Namun, berdasarkan riwayat merokok, pria mempunyai prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita dan antara dengan terjadi peningkatan konsumsi rokok yang signifikan pada pria.

52 35 Tabel 2.7 Kontrol Tekanan Darah dan Faktor Resiko Kardiovaskular pada Pasien Hipertensi berdasarkan survey NHANES Berdasarkan hasil penelitian ini, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam kontrol tekanan darah antara pria dan wanita pada periode Prevalensi obesitas, kolesterol total, HDL rendah, dan jumlah rata-rata faktor resiko penyakit kardiovaskular lebih tinggi terjadi pada wanita. Wanita mempunyai faktor resiko lebih banyak daripada pria, karena disebabkan prevalensi obesitas yang tinggi Hypertension Among Adults in the United States: National Health and Nutrition Examination Survey, Hipertensi merupakan faktor resiko yang penting pada penyakit kardiovaskular dan terjadi pada hampir sepertiga dari populasi orang dewasa Amerika Serikat. Prevalensi seluruh pasien hipertensi dewasa di Amerika Serikat yang berusia lebih dari 18 tahun adalah 29,1% pada tahun dan dengan laki-laki sebanyak 29,7% danperempuan sebanyak 28,5%.

53 36 Gambar 2.7 Prevalensi pasien hipertensi di Amerika Serikat pada tahun Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia, dari 7,3% pada usia 18-39, menjadi 32,4% pada usia 40-59, dan menjadi 65,0% pada usia diatas 60 tahun.prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan ras terjadi pada orang dewasa kulit hitam non-hispanik sebanyak 42,1%, non-hispanik kulit putih sebanyak 28,0%, Hispanik sebanyak 26,0%, dan non-hispanik Asia sebanyak 24,7%. Pada tahun , hampir 82% orang dewasa menyadari bahwa mereka terkena hipertensi, dan hampir 76% yang minum obat.tidak ada perubahan yang signifikan dari tahun dalam hal kesadaran, pengobatan, dan pengontrolan tekanan darah pada pasien hipertensi dewasa. Gambar 2.8.Tingkat kesadaran, pengobatan, dan pengontrolan tekanan darah pada pasien hipertensi dewasa di Amerika Serikat pada tahun

54 37 Prevalensi tingkat kesadaran pada pasien pria dan wanita hampir sama yaitu pada pria sebanyak 80,2% dan pada perempuan sebanyak 85,4%. Di antara pasien hipertensi dewasa, tingkat kesadaran pada pasien yang berusia adalah 61,8% lebih rendah dibandingkan pasien yang berusia yaitu 83,0% dan pada pasien yang berusia 60 keatas yaitu 86,1%. Berdasarkan ras, pasien hipertensi dewasa kelompok Non-Hispanik Asia kurang menyadari kondisi mereka (72,8%) dibandingkan yang non-hispanik kulit hitam (85,7%), Hispanik (82,2%), dan non- Hispanik kulit putih (82,7%). Gambar 2.9 Tingkat kesadaran pasien hipertensi dewasa di Amerika Serikat pada tahun Berdasarkan pengobatan, wanita lebih banyak 80.6% daripada pria 70.9% dalam hal mendapatkan pengobatan antihipertensi dimana terjadi peningkatan penggunaan obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah dari usia sebanyak 44,5%, kemudian pada usia sebanyak 73,7% dan meningkat pada usia 60 tahun keatas yaitu 82,2%.Selain itu, kelompok Non-Hispanic Asia adalah kelompok yang paling sedikit minum obat antihipertensi yaitu 65.2% dibanding kelompok non-hispanik kulit hitam yaitu 77.4% dan non-hispanik kulit putih 76.7%

55 38 Gambar 2.10.Tingkat pengobatan pasien hipertensi dewasa di Amerika Serikat pada tahun Persentase pengontrolan tekanan darah pada wanita lebih tinggi 55,2% dibanding pria yang hanya 49,3%. Diantara orang dewasa yang terkena hipertensi, pasien yang berusia hanya 34,4% tekanan darahnya terkontrol, dibanding pasien yang berusia sebanyak 57,8% tekanan darahnya terkontrol, dan meningkat pada usia 60 tahun keatas dimana 50,5% tekanan darahnya terkontrol. Namun, tidak ada perbedaan yang bemakna dalam hal pengontrolan tekanan darah pada pasien kelompok non hispanik asia yaitu 46,0% dengan kelompok hispanik yaitu 46,5%. Gambar 2.11 Tingkat pengobatan pasien hipertensi dewasa di Amerika Serikat pada tahun Review of the use of defined daily dose concept in drug utilisationresearch in China (L. Teng, et.al., 2012). Di Cina, penelitian penggunaan obat (drug utilization review) dengan ATC / DDD diperkenalkan di akhir 1980-an. Sejak itu, beberapa artikel telah diterbitkan untuk memperkenalkan konsep DUR dan ATC /DDD. Penelitian DUR di Cina

56 39 pertama kali dilakukan oleh Zouet al.untuk menilai konsumsi obat-obatan di 10 rumah sakit militer di Cina antara tahun 1992 dan Konsep WHO ATC / DDD diperkenalkan, tetapi nilai WHO tidak diterapkan untuk analisis data. Dosis rata-rata dihitung berdasarkan dosisrekomendasidalam Farmakope Cina dan/ataumateria Medica baru.informasi yang dimaksud dalam sumber-sumber Cina mungkin berbeda dari nilai WHO. Misalnya, dosis harian untuk pemberian oral parasetamol (WHO ATC Kode N02BE01; DDD = 3 g) didefinisikan sebagai "0,3-0,6 g setiap empat jam atau empat kali per hari, tidak lebih dari 2 g per hari" dalam Farmakope Cina dan "0,3-0,6 g per dosis, g per hari, tidak lebih dari 2 g per hari" pada New Materia Medica.Di Cina, sebagian DURs dilakukan di rumah sakit, berdasarkanpenggunaan obat pada pasien rawat inap dan rawat jalan.saat ini, DUR adalah teknik umum di Cina untuk menilai penggunaan obat, dan menetapkan dosis harian. Karena populasi yang besar dengan konsumsi obat jauh lebih besar, penggunaan obat yang rasional di Cina mempunyai pengaruh yang besardalam memastikan keamanan obat. Pada gambar 1, dapat dilihat perkembangan penggunaan metode DDD dalam penggunaan obat di China. Gambar 2.12 Review Defined Daily Dose dalam DUR di China

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum melanda dunia. Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat, karena dapat mempengaruhi resiko penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi telah menjadi penyebab kematian yang utama dari 57,356 penduduk Amerika, atau lebih dari 300,000 dari 2.4 milyar total penduduk dunia pada tahun 2005. Selebihnya,

Lebih terperinci

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Pasien Hipertensi di Puskesmas Kraton dan Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antihipertensi yang dapat mempengaruhi penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi hipertensi Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Kebanyakan pasien hipertensi etiologi patofisiologinya tidak diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampirsama besar

Lebih terperinci

Farmaka Vol. 14 No Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas

Farmaka Vol. 14 No Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas 1 Kesehatan Rawat Jalan pada Tahun 2015 dengan Metode ATC/DDD Dika P. Destiani 1, Rina S 1., Eli H 1, Ellin F 1, Syahrul N 2,3

Lebih terperinci

Farmaka Volume 14 Nomor 2 19

Farmaka Volume 14 Nomor 2 19 Volume 14 Nomor 2 19 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI FASILITAS KESEHATAN RAWAT JALAN PADA TAHUN 2015 DENGAN METODE ATC/DDD Dika P. Destiani 1, Rina S 1., Eli H 1, Ellin

Lebih terperinci

OBAT ANTI HIPERTENSI

OBAT ANTI HIPERTENSI OBAT ANTI HIPERTENSI Obat antihipertensi Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler yang terbanyak 24% penduduk AS memiliki hipertensi Hipertensi yang berlanjut akan merusak pembuluh darah di ginjal, jantung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Farida Rahmawati, Anita Agustina INTISARI Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritik A.1. Hipertensi a. Definisi : Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah 140 mmhg (tekanan sistolik) dan atau 90 mmhg (tekanan darah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. mmhg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. mmhg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Hipertensi Definisi hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di antara penyakit-penyakit neurologi yang terjadi pada orang dewasa, stroke menduduki rangking pertama baik pada frekuensinya maupun pada pentingnya (emergensi) penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita penyakit diabetes mellitus di seluruh dunia meningkat dengan cepat. International Diabetes Federation (2012) menyatakan lebih dari 371 juta jiwa di

Lebih terperinci

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010 GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010 Yetti O. K, Sri Handayani INTISARI Hipertensi merupakan masalah utama dalam kesehatan

Lebih terperinci

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi atau lebih dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mempunyai tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmhg dan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

Diajukan oleh RA Oetari

Diajukan oleh RA Oetari ANALISIS PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP HIPERTENSI DENGAN DIABETES DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DENGAN METODE ATC/DDD Tesis Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Hipertensi. Andi Sri Suriati Amal, S.Si, M.Med.Sc., Apt. Putri Andini, S.Farm., Apt.

Hipertensi. Andi Sri Suriati Amal, S.Si, M.Med.Sc., Apt. Putri Andini, S.Farm., Apt. Hipertensi Andi Sri Suriati Amal, S.Si, M.Med.Sc., Apt. Putri Andini, S.Farm., Apt. Defenisi Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi menurut kriteria JNC VII (The Seventh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure), 2003, didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer, karena termasuk penyakit yang mematikan tersering tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien stoke akut di bangsal rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah kepada dinding pembuluh darah yang dipengaruhi oleh volume darah, kelenturan dinding, dan diameter pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme regulasi tekanan darah (pada pengukuran berulang tekanan darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme regulasi tekanan darah (pada pengukuran berulang tekanan darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi adalah suatu kelainan atau suatu gejala dari gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah (pada pengukuran berulang tekanan darah sistolik

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal Vol. 11 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal Vol. 11 No. 1 ISSN: EISSN : Online : Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal 18-27 Vol. 11 No. 1 ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291 Online : http://farmasiindonesia.setiabudi.ac.id/ Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Geriatri

Lebih terperinci

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang, secara khusus bagi masyarakat Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hipertensi Hipertensi dapat ditetapkan sebagai tingginya tekanan darah secara menetap dimana tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik di atas 90

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan sangat serius saat ini. Hipertensi disebut juga sebagai the silent killer. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan di pembuluh darah naik secara persisten. Setiap kali jantung berdenyut maka darah akan terpompa ke seluruh pembuluh

Lebih terperinci

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3

Lebih terperinci

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh MONITORING EFEKTIVITAS TERAPI DAN EFEK-EFEK TIDAK DIINGINKAN DARI PENGGUNAAN DIURETIK DAN KOMBINASINYA PADA PASIEN HIPERTENSI POLIKLINIK KHUSUS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh YUANITA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta adanya perubahan paradigma kefarmasian, yaitu Pharmaceutical Care, konsekuensi dari perubahan orientasi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang paling sering terjadi baik pada negara maju maupun negara berkembang. Menurut klasifikasi JNC VII

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan tingginya tekanan darah. Seseorang dikatakan menderita hipertensi jika memiliki tekanan darah

Lebih terperinci

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... vii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas. Hasil

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA Adam M. Ramadhan, Arsyik Ibrahim, Ayi Indah Utami Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital kehidupan manusia. Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik yaitu tekanan dalam arteri saat jantung berdenyut (ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut silent killer karena pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi farmakovigilan mencakup kegiatan mendeteksi dan monitoring efek yang tidak diharapkan dan merugikan pasien. Seiring berkembangnya obat-obatan baru di pasaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan dalam suatu pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya penyempitan pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, banyak stresor dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan 140 mmhg dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab seorang farmasis diantaranya adalah memberikan layanan kefarmasian kepada pasien. Dalam memberikan terapi obat kepada pasien, hendaknya seorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung seperti infark miokard, stroke, gagal jantung dan kematian. Menurut JNC-VII, hampir satu milyar orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Hipertensi 1. Definisi Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi 140/90 mmhg pada pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia saat ini terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti peningkatan konsumsi kalori, lemak, garam;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Farmakoekonomi Farmakoekonomi telah ditetapkan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi obat untuk sistem kesehatan dan sosial. Penelitian farmakoekonomi adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung yang cukup untuk kebutuhan tubuh sehingga timbul akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah, bergantung pada volume darah dan distensibilitas dinding pembuluh darah (Sherwood,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia saat ini adalah penyakit gagal jantung (Goodman and Gilman, 2011). Menurut data WHO 2013 pada tahun 2008,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang berlangsung terus-menerus (Brashers, 2007). Hipertensi adalah peningkatan tekanan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI DUA KOMBINASI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI DUA KOMBINASI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI DUA KOMBINASI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : MAHARDIKA SA ADAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Hipertensi

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Hipertensi BAB II STUDI PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2... Hipertensi 2... Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 40 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF POLA PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PERIODE JANUARI-MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN Winni Aditiya 1 ;Amaliyah Wahyuni 2 ; Rony 3 Menurut WHO (2011) Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan menyimpulkan bahwa faktor diurnal dan nokturnal (siang dan malam) mempengaruhi ritme sirkadian tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia di seluruh dunia saat ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain, demografi penuaan, urbanisasi yang cepat, dan gaya hidup tidak sehat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Stroke atau yang sering disebut juga dengan CVA (Cerebrovascular Accident) merupakan gangguan fungsi otak yang diakibatkan gangguan peredaran darah otak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

H A R D I A N S Y A H, S. K e d Page 1

H A R D I A N S Y A H, S. K e d Page 1 A. Definisi Hipertensi Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah > 40/90 mmhg. Hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-0%). B. Etiologi Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit kardiovaskular yang meningkat setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju (Adrogue and Madias, 2007). Berdasarkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEM

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEM 1 IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) KATEGORI KETIDAKTEPATAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Oleh : DYAH AYU RAHMATIKHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. 1 Tekanan darah secara fisiologis dapat naik dan turun mengikuti siklus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang penting. Stroke sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama serta merupakan penyebab kematian ketiga

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci