WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus 2011
|
|
- Bambang Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BERALIHNYA TIM PENILAI ANGKA KREDIT PENGAWAS SEKOLAH YANG BERASAL DARI UNSUR KARYA TULIS ILMIAH (SUATU KAJIAN BERBASISKAN TEORI STRUKTUR REVOLUSI ILMIAH DARI THOMAS S. KUHN) Oleh I Made Madiarsa 1 Abstrak: Penilaian angka kredit pengawas sekolah di seluruh Indonesia dilaksanakan oleh tim penilai angka kredit pusat, tepatnya berkantor di Dikdasmen. Sebetulnya penilaian angka kredit pengawas sekolah yang dilakukan oleh tim penilai pusat, sudah dari dulu menampakkan penyimpangan-penyimpangan. Penyimpangan-penyimpangan tersebut adalah: 1) banyak karya tulis ilmiah yang sudah didistribusikan ke tim penilai tidak mendapat penilaian dengan segera, 2) banyak karya tulis ilmiah yang sudah dinilai oleh salah satu tim penilai, setelah sidang penetapan angka kredit, nilainya menjadi berubah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan penilaian antara satu anggota tim penilai dengan yang lainnya, 3) karya tulis ilmiah yang sudah dinilai oleh tim penilai tidak segera dikembalikan ke bagian kepegawaian Direktorat Dikdasmen, 4) banyak karya tulis ilmiah pengawas yang hilang, 5) banyak karya tulis ilmiah pengawas yang nyelip pada karya tulis ilmiah pengawas lain, 6) banyak sekali karya tulis ilmiah pengawas baru turun penetapannya setelah dua tahun dari pengusulan, 7) tim penilai angka kredit di Direktorat Dikdasmen sangat terbatas dan karya tulis ilmiah pengawas sekolah yang ditangani seluruh Indonesia, dan 8) pemantauan karya tulis ilmiah yang sudah dikirim ke Direktorat Dikdasmen sangat sulit untuk dipantau oleh pengawas yang bersangkutan. Banyaknya anomali-anomali yang terjadi, maka terjadi krisis terhadap paradigma yang menyangga penilaian angka kredit pengawas sekolah oleh tim penilai pusat. Karena krisis itu, maka tim penilai angka kredit oleh tim pusat digantikan oleh tim penilai angka kredit provinsi, dengan paradigma baru. Paradigma tersebut adalah: 1) waktu yang diperlukan untuk menetapkan angka kredit karya tulis ilmiah pengawas sekolah dapat dipersingkat dan 2) mudah memantau karya tulis ilmiah pengawas 1 I Made Madiarsa adalah staf edukatif pada Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Panji Sakti Singaraja. 67
2 sekolah yang sudah masuk di Dinas Pendidikan Provinsi oleh pengawas sekolah yang bersangkutan. Kata kunci: Karya ilmiah, paradigma, dan tim penilai. Pendahuluan Penerapan standar nasional pendidikan merupakan serangkaian proses meningkatkan mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat serta memenuhi hak tiap warga negara mendapat pendidikan yang bermutu. Pelaksanaannya diatur secara bertahap dan berkelanjutan melalui terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Dalam proses pemenuhan standar diperlukan indikator dan target, baik dalam keterlaksanaan prosedur peningkatan dan produk mutu yang dapat diwujudkan. Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah menetapkan delapan standar nasional pendidikan, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Standar-standar tersebut di atas merupakan acuan dan sebagai kriteria dalam menetapkan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Salah satu standar yang memegang peran penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Pengawas sekolah merupakan salah satu tenaga kependidikan yang memegang peran strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan di sekolah (Sujana et al., 2011). Pengawas sekolah di dalam melaksanakan tugasnya selalu beracuan pada tugas pokok pengawas sekolah. Bila dijabarkan secara lebih terperinci, minimal terdapat tiga tugas pokok pengawas sekolah, yaitu: 1) melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah, 2) melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya, dan 3) melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah (Sujana, 2006). Seorang pengawas sekolah setelah tiga tahun melaksanakan tugas pokoknya perlu dilakukan evaluasi. Poses evaluasi yang secara langsung melekat pada diri seorang pengawas sekolah adalah mengajukan kenaikan jabatan akademik dan kenaikan pangkat. Bilamana dalam kurun waktu lima tahun secara berurut, seorang peng- 68
3 awas sekolah tidak mengajukan kenaikan jabatan akademik dan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi dari jabatan semula dikatakan pengawas sekolah yang bersangkutan tidak pernah melakukan proses evaluasi diri. Kenaikan jabatan akademik pengawas sekolah bila dirinci secara lengkap, pada hakikatnya terdiri atas empat unsur, yaitu: 1) unsur pendidikan, 2) unsur pengawasan akademik dan manajerial, 3) unsur pengembangan profesi atau karya tulis ilmiah, dan 4) unsur penunjang. Dari keempat unsur ini, yang menjadi fokus kajian dalam artikel ini adalah unsur pengembangan profesi atau karya tulis ilmiah. Menurut Suryawan (2010), karya tulis ilmiah yang ditulis oleh seorang pengawas sekolah merupakan karya tulis yang berhasil dikembangkan oleh seorang pengawas sekolah dalam rangka pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan untuk meningkatkan mutu profesionalisme sebagai pengawas sekolah/ madrasah maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan, khususnya dalam kegiatan menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan. Bilamana seorang pengawas sekolah mau naik jabatan akademik setingkat lebih tinggi dari jabatan semula, maka aturan penetapan angka kredit karya tulis ilmiah yang digunakan sampai saat ini adalah lampiran Permenegpan nomor 21 tahun Daftar usul penetapan angka kredit yang berasal dari unsur karya tulis ilmiahnya harus dikirim ke Tim Penilai Angka Kredit Pusat (yang sampai saat ini berkantor di Direktorat Dikdasmen di Jakarta). Penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah oleh tim penilai pusat sebetulnya sangat banyak mengandung kelemahan-kelemahan. Menurut Arjana (2010), kelemahan-kelemahan penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah oleh tim penilai pusat adalah: 1) waktu yang diperlukan untuk turun penetapan angka kreditnya relatif lama (± 2 tahun), 2) banyak karya tulis ilmiah pengawas yang sudah disusulkan ke tim penilai pusat yang hilang, dan 3) susah memantau karya tulis ilmiah yang sudah dikirim ke tim penilai pusat, apa sudah dinilai atau belum. Sebetulnya bila dikaji secara lebih mendalam lagi, penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah masih banyak sekali kelemahan-kelemahannya. Berdasarkan atas kelemahan-kelemahan tersebut, perlu dilakukan proses pengkajian lebih lanjut mengenai penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari karya tulis ilmiah oleh tim penilai pusat. Kelemahana-kelemahan penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah ini oleh tim penilai pusat, sebetulnya sangat wajar terjadi. Kemungkinan pada waktu penetapan penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari karya tulis ilmiah oleh tim penilai pusat masih sesuai dengan model 69
4 berpikir (paradigma) yang menyangga kebijakan tersebut. Namun sejalan dengan perkembangan waktu, mungkin saja paradigma yang menyangga kebijakan penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah tersebut sudah banyak mengalami anomali. Bila anomali-anomali tersebut sampai menimbulkan krisis, maka penetapan kebijakan penilai angka kredit oleh tim pusat harus ditinjau ulang. Teori perkembangan keilmuan inilah yang bisa digunakan sebagai salah satu bahan kajian di dalam meninjau ulang penetapan tim penilai angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah oleh tim penilai pusat. Dalam tataran kajian filsafat ilmu, teori perkembangan keilmuan yang disebutkan di atas sering dikenal dengan sebutan teori struktur revolusi ilmiah (The structure of scientific revolutions). Teori the structure of scientific revolutions ini dikembangkan oleh Thomas S. Kuhn Proses Penggantian Penilaian Angka Kredit Pengawas Sekolah yang Berasal dari Karya Tulis Ilmiah dari Tim Penilai Pusat ke Tim Penilai Provinsi Menurut Teori Struktur Revolusi Ilmiah dari Thomas S. Kuhn Pengawas sekolah merupakan guru pegawai negeri sipil yang diangkat dalam jabatan pengawas sekolah. Pengawasan adalah kegiatan pengawas sekolah dalam menyusun program pengawasan, melaksanakan program pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program, dan melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru. Pengawas sekolah memiliki peran yang signifikan dan strategis dalam proses dan hasil pendidikan yang bermutu di sekolah. Dalam konteks ini peran pengawas sekolah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengawas yang harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Peran tersebut berkaitan dengan tugas pokok pengawas dalam melakukan supervisi manajerial dan akademik serta pembinaan peran pembinaan, pemantauan dan penilaian. Peran pengawas sekolah dalam pembinaan setidaknya sebagai teladan bagi sekolah dan sebagai rekan kerja yang serasi dengan pihak sekolah dalam memajukan sekolah binaannya (Sujana et al., 2011). Pengawas profesional adalah pengawas sekolah yang melaksanakan tugas pokok kepengawasan yang terdiri dari melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial serta kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dengan optimal yang didukung oleh standar dimensi kompetensi prasyarat yang dibutuhkan yang berkaitan dengan: 1) pengawas sekolah, 2) pengembangan profesi, 3) teknis operasional, dan 4) wawasan kependidikan. Selain itu, untuk meningkatkan profesionalisme pengawas sekolah melakukan pengembangan profesi secara berke- 70
5 lanjutan dengan tujuan untuk menjawab tantangan dunia pendidikan yang makin kompleks dan untuk lebih mengarahkan sekolah ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional yang efektif, efisien, dan produktif (ktiguru.blogspot.com, 2011). Seorang pengawas profesional dalam melakukan tugas pengawasan harus memiliki: 1) kecermatan melihat kondisi sekolah, 2) ketajaman analisis dan sintesis, 3) ketepatan dan kreativitas dalam memberikan treatment yang diperlukan, serta 4) kemampuan berkomunikasi yang baik dengan setiap individu di sekolah. Dalam melaksanakan tugas pengawasan sehari-hari, seorang pengawas sekolah harus memiliki rekaman tugas tersebut. Rekaman tugas tersebut bisa digunakan sebagai bukti fisik di dalam mengajukan kenaikan jabatan akademik pada jenjang yang lebih tinggi. Di samping tugas kepengawasan, seorang pengawas sekolah harus memiliki pengembangan profesi berupa karya tulis ilmiah agar bisa naik jabatan akademik. Berdasarkan atas lampiran Permenegpan nomor 21 tahun 2010, jenis karya tulis ilmiah yang bisa digunakan sebagai dasar untuk naik jabatan akademik pengawas sekolah adalah: 1. buku, baik buku produk hasil penelitian maupun buku terjemahan yang sudah mendapat izin dari penerbit atau penulis aslinya, 2. laporan hasil penelitian yang tidak dipublikasikan, 3. artikel, baik kategori riset, non-riset, maupun terjemahan yang mendapat izin dari penerbit atau penulis aslinya dan dimuat pada jurnal ilmiah nasional terakreditasi atau nasional non-terakreditasi, dan 4. makalah, baik tinjauan ilmiah, yang dipresentasikan pada pertemuan ilmiah, maupun terjemahan yang sudah mendapat izin dari penerbit atau penulis aslinya. Keempat jenis karya ilmiah yang bisa digunakan sebagai dasar untuk naik jabatan akademik bagi pengawas sekolah disusun Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK)-nya dengan berpatokan pada besaran angka kredit yang tercantum pada lampiran Permenegpan nomor 21 tahun DUPAK tersebut beserta dengan bukti fisik karya ilmiah yang diajukan dikirim ke tim penilai angka kredit pusat untuk dinilai. Sampai saat ini, penilaian angka kredit pengawas sekolah di seluruh Indonesia yang berasal dari unsur pengembangan profesi (dalam bentuk karya tulis ilmiah) dinilai oleh tim penilai angka kredit pusat. Menurut Suryawan (2010), penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah dinilai oleh tim penilai angka kredit pusat (yang bernaung di Direktorat Dikdasmen Jakarta) disangga oleh tiga paradigma, yaitu: 71
6 1. karya tulis ilmiah pengawas sekolah harus dinilai oleh tim yang profesional. Tim yang profesional yang dimaksudkan adalah tim penilai yang sudah mendapatkan sertifikat sebagai penilai angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah. Tim profesional ini diambil dari dosen-dosen suatu perguruan tinggi di Indonesia yang sudah biasa menilai angka kredit dan mengampu metodologi penelitian atau karya ilmiah pada perguruan tinggi tempat bernaung, 2. tim penilai mempunyai kemampuan menilai karya tulis ilmiah yang seragam. Kemampuan menilai karya tulis ilmiah yang seragam maksudnya tim penilai angka kredit pusat memiliki pemahaman yang sama di dalam menilai angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah. Hal ini disebabkan oleh tim penilai angka kredit pusat sebelum menjadi penilai angka kredit pengawas sekolah harus mengikuti penataran tentang cara menilai angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah sampai memperoleh sertifikat penilai angka kredit pengawas sekolah, dan 3. sentralisasi penerimaan karya tulis ilmiah yang dinilai. DUPAK dan bukti fisik karya tulis ilmiah yang sudah siap dinilai harus dikirim ke tim penilai angka kredit pengawas sekolah pusat. Hal ini bertujuan agar karya tulis ilmiah pengawas sekolah di seluruh Indonesia terpusat penilaiannya di Direktorat Dikdasmen Jakarta. Dalam perjalanan waktu, ketiga paradigma yang menyangga penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah oleh tim penilai angka kredit pusat mengalami anomali (penyimpangan). Anomali-anomali tersebut, makin lama makin banyak, sehingga timbul krisis. Dari krisis inilah akhirnya muncul pertimbangan untuk menggantikan tim penilai angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah yang ada di pusat dengan tim penilai angka kredit pengawas sekolah di tingkat provinsi. Hal ini sudah ditindaklanjuti dengan melaksanakan penataran tentang ToT Calon Penilai Angka Kredit Pengawas Sekolah untuk Wilayah Bali dan NTB, Tanggal Oktober 2011 di Hotel Nirmala Bali, Jalan Mahendradatta Nomor 81 Denpasar. Untuk calon penilai angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah diambil dari dosen Universitas Udayana (Unud) sebanyak 5 orang, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) sebanyak 3 orang, dan Universitas Panji Sakti (Unipas) Singaraja sebanyak 2 orang. Ke-10 dosen tersebut diharapkan dapat bertugas sebagai tim penilai angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah untuk Provinsi Bali mulai bulan Desember Proses penggantian tim penilai angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah oleh tim penilai angka kredit pengawas sekolah di 72
7 tingkat provinsi penulis kaji dengan teori struktur revolusi ilmiah dari Thomas S. Kuhn. Sebelum penulis mengkaji proses perubahan penilaian angka kredit pengawas sekolah dari penilai angka kredit pusat ke penilai angka kredit provinsi, akan didahului dengan pengenalan teori struktur revolusi ilmiah dari Thomas S. Kuhn. Dalam buku The Structure of Scientific Revolutions, Kuhn mengklaim bahwa filsafat ilmu sebaiknya berguru pada sejarah ilmu yang baru. Gagasan Kuhn ini sekaligus merupakan tanggapan terhadap pendekatan Popper pada fislsafat ilmu pengetahuan. Menurut Kuhn, Popper menjungkirbalikkan kenyataan dengan terlebih dahulu menguraikan terjadinya ilmu empiris melalui jalan hipotesa yang disusul upaya falsifikasi. Oleh Popper ikhtisar itu kemudian dikemukakan sebagai ikhtisar perkembangan ilmu. Setelah itu barulah ia memilih beberapa contoh dalam sejarah ilmu pengetahuan yang dipakainya sebagai bukti untuk mempertahankan dan membela anggapannya. Menurut Kuhn, sebaliknya upaya untuk berguru pada sejarah ilmu harus merupakan titik pangkal segala penyelidikan. Dengan begitu diharapkan filsafat ilmu bisa makin mendekati kenyataan ilmu dan aktivitas ilmiah sesungguhnya. Jika hal itu dilakukan, maka kentaralah bahwa terjadinya perubahan-perubahan mendalam selama sejarah ilmu justru tidak pernah terjadi berdasarkan upaya empiris untuk membuktikan salah suatu teori atau sistem, melainkan terjadi melalui revolusi-revolusi ilmiah. Dengan begitu, Kuhn beranggapan bahwa kemajuan ilmiah pertama-tama bersifat revolusioner. Ini bertentangan dengan anggapan sebelumnya bahwa ilmu maju secara kumulatif (Verhaak dan Imam, 1991). Konsep sentral Kuhn adalah apa yang dinamakan dengan paradigma. Istilah ini tidak dijelaskan secara konsisten, sehingga dalam berbagai keterangannya sering berubah konteks dan arti. Pemilihan kata ini erat kaitannya dengan sains normal, yang oleh Kuhn dimaksudkan untuk mengemukakan bahwa beberapa contoh praktik ilmiah nyata yang diterima (yaitu contoh-contoh yang bersama-sama mencakup dalil, teori, penerapan, dan instrumentasi) menyajikan model-model yang melahirkan tradisi-tradisi padu tertentu dari riset ilmiah. Atau ia dimaksudkan sebagai kerangka referensi yang mendasari sejumlah teori maupun praktik-praktik ilmiah dalam periode tertentu (ismanita.wordpress.com, 2011). Paradigma ini membimbing kegiatan ilmiah dalam masa sains normal, di mana ilmuwan berkesempatan mengembangkan secara rinci dan mendalam, karena tidak sibuk dengan hal-hal yang mendasar. Dalam tahap ini ilmuwan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya, dan selama menjalankan riset ini ilmuwan bisa menjumpai berbagai fenomena yang disebut anomali. Jika anomali ini kian menumpuk, maka bisa timbul krisis. Dalam krisis inilah paradigma 73
8 mulai dipertanyakan. Dengan demikian sang ilmuwan sudah keluar dari sains normal. Untuk mengatasi krisis, ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang lama sambil memperluas cara-cara itu atau mengembangkan sesuatu paradigma tandingan yang bisa memecahkan masalah dan membimbing riset berikutnya. Jika yang terakhir ini terjadi, maka lahirlah revolusi ilmiah. Dari sini tampak bahwa paradigma pada saat pertama kali muncul itu sifatnya masih sangat terbatas, baik dalam cakupan maupun ketepatannya. Paradigma memperoleh statusnya karena lebih berhasil daripada saingannya dalam memecahkan masalah yang mulai diakui oleh kelompok praktisi bahwa masalah-masalah itu rawan. Keberhasilan sebuah paradigma semisal analisis Aristoteles mengenai gerak, atau perhitungan Ptolemeus tentang kedudukan planet, atau yang lainnya. Pada mulanya sebagian besar adalah janji akan keberhasilan yang dapat ditemukan contohcontoh pilihan dan yang belum lengkap. Dan ini sifatnya masih terbatas serta ketepatannya masih dipertanyakan. Dalam perkembangan selanjutnya, secara dramatis, ketidakberhasilan teori Ptolemeus betul-betul terungkap ketika muncul paradigma baru dari Copernicus. Bilamana teori struktur revolusi ilmiah dari Thomas S. Kuhn digambarkan dalam bentuk skema, dapat dikaji seperti Gambar 1. Normal Sains Di sangga oleh paradigma Anomali Krisis dalam Perubahan bidang keilmuan Paradigma baru Gambar 1. Skema Teori Struktur Revolusi Ilmiah dari Thomas S. Kuhn. Penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah oleh tim penilai pusat sebetulnya disangga oleh tiga paradigma, yaitu: 1) karya tulis ilmiah pengawas sekolah harus dinilai oleh tim penilai yang profesional, 2) tim penilai mempunyai kemampuan menilai karya tulis ilmiah yang seragam, dan 3) sentralisasi penerimaan karya tulis ilmiah yang dinilai. Dalam perjalanan waktu, sampai dengan bulan Oktober 2011 dijumpai anomali-anomali terhadap paradigma yang menyangga tim penilai angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah yang berada di pusat. Anomali-anomali tersebut adalah: 1) banyak karya tulis ilmiah yang sudah didistri- 74
9 busikan ke tim penilai tidak mendapat penilaian dengan segera, 2) banyak karya tulis ilmiah yang sudah dinilai oleh salah satu tim penilai, setelah sidang penetapan angka kredit, nilainya menjadi berubah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan penilaian antara satu anggota tim penilai dengan yang lainnya, 3) karya tulis ilmiah yang sudah dinilai oleh tim penilai tidak segera dikembalikan ke bagian kepegawaian Direktorat Dikdasmen, 4) banyak karya tulis ilmiah pengawas yang hilang, 5) banyak karya tulis ilmiah pengawas yang nyelip pada karya tulis ilmiah pengawas lain, 6) banyak sekali karya tulis ilmiah pengawas baru turun penetapannya setelah dua tahun dari pengusulan, 7) tim penilai angka kredit di Direktorat Dikdasmen sangat terbatas dan karya tulis ilmiah pengawas sekolah yang ditangani seluruh Indonesia, dan 8) pemantauan karya tulis ilmiah yang sudah dikirim ke Direktorat Dikdasmen sangat sulit untuk dipantau oleh pengawas yang bersangkutan. Karena banyak terdapat anomali terhadap paradigma yang menyangga penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah oleh tim penilai angka kredit pusat, maka timbul krisis dalam hal penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah. Krisis dalam hal penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah menimbulkan perubahan dalam hal tim penilai angka kredit pengawas sekolah, yakni dari tim penilai angka kredit pusat ke tim penilai angka kredit provinsi. Oleh karena terjadi perubahan tim penilai angka kredit menuju ke tim penilai provinsi, otomatis paradigma yang menyangga juga berubah. Penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah oleh tim penilai provinsi disangga oleh dua paradigma, yaitu: 1) waktu yang diperlukan untuk menetapkan angka kredit karya tulis ilmiah pengawas sekolah dapat dipersingkat dan 2) mudah memantau karya tulis ilmiah pengawas sekolah yang sudah masuk di Dinas Pendidikan Provinsi oleh pengawas sekolah yang bersangkutan. Bilamana perubahan penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah dari tim penilai pusat menuju pada tim penilai provinsi dikaji berbasiskan teori struktur revolusi ilmiah dari Thomas S. Kuhn dibuat dalam bentuk skema, dapat dikaji pada Gambar 2. Tim Penilai Angka Kredit Disangga oleh Tiga Paradigma: 75
10 Pengawas Sekolah Pusat yang Bernaung di Diretorat Dikdasmen Jakarta 1. Karya tulis ilmiah pengawas sekolah harus dinilai oleh tim penilai yang profesional. 2. Tim penilai mempunyai kemampuan menilai karya tulis ilmiah yang seragam. 3. Sentralisasi penerimaan karya tulis ilmiah yang dinilai. Anomali Terhadap Paradigma yang Menyangga 1. Karya tulis ilmiah yang sudah didistribusikan ke tim penilai tidak mendapat penilaian dengan segera. 2. Karya tulis ilmiah yang sudah dinilai oleh tim penilai tidak segera dikembalikan ke bagian kepegawaian Direktorat Dikdasmen. 3. Karya tulis ilmiah yang sudah dinilai oleh satu tim penilai, setelah sidang penetapan angka kredit, nilainya menjadi berubah. 4. Banyak karya tulis ilmiah pengawas sekolah yang hilang. 5. Banyak karya tulis ilmiah pengawas sekolah yang nyelip pada karya tulis ilmiah pengawas sekolah yang lain. 6. Banyak sekali karya tulis ilmiah pengawas sekolah baru turun penetapan angka kreditnya setelah 2 tahun dari pengusulan. 7. Tim penilai angka kredit di Direktorat Dikdasmen sangat terbatas Jumlahnya dan karya tulis ilmiah pengawas sekolah yang ditangani seluruh Indonesia. 8. Pemantauan karya tulis ilmiah yang sudah dikirim ke Direktorat Dikdasmen sangat sulit untuk dipantau oleh pengawas sekolah yang bersangkutan. Timbul Krisis dalam Hal Penilaian Angka Kredit Pengawas Sekolah yang Berasal dari Unsur Karya Tulis Ilmiah Tim Penilai Angka Kredit Pengawas Sekolah Provinsi yang Bernaung di Dinas Pendidikan Provinsi Disangga oleh dua paradigma: 1. Waktu yang diperlukan untuk menetapkan angka kredit karya tulis ilmiah pengawas sekolah dapat dipersingkat. 2. Mudah memantau karya tulis ilmiah pengawas sekolah yang sudah masuk di Dinas Pendidikan Provinsi oleh pengawas sekolah yang bersangkutan. Gambar 2. Perubahan Penilaian Angka Kredit Pengawas Sekolah yang Berasal dari Unsur Karya Tulis Ilmiah dari Tim Penilai Pusat Menuju pada Tim Penilai Provinsi Berdasarkan Teori Struktur Revolusi Ilmiah dari Thomas S. Kuhn. Simpulan Berpijak atas pembahasan yang sudah dikemukakan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Proses pengubahan penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah dari tim penilai pusat menuju pada tim penilai provinsi menurut teori struktur revolusi ilmiah dari Thomas S. Kuhn menempuh empat tahapan, yaitu: 76
11 1. Tahap penetapan tim penilai angka kredit pusat sebagai penilai angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah, yang disangga oleh tiga paradigma. Ketiga paradigma yang dimaksud adalah: a) karya tulis ilmiah pengawas sekolah harus dinilai oleh tim penilai yang profesional, b) tim penilai mempunyai kemampuan menilai karya tulis ilmiah yang seragam, dan c) sentralisasi penerimaan karya tulis ilmiah yang dinilai. 2. Terjadi anomali terhadap paradigma yang menyangga tim penilai angka kredit pusat yang bertugas untuk menilai angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah. Anomali-anomali yang dimaksud adalah: a) banyak karya tulis ilmiah yang sudah didistribusikan ke tim penilai tidak mendapat penilaian dengan segera, b) karya tulis ilmiah yang sudah dinilai oleh tim penilai tidak segera dikembalikan ke bagian kepegawaian Direktorat Dikdasmen, c) banyak karya tulis ilmiah yang sudah dinilai oleh salah satu tim penilai, setelah sidang penetapan angka kredit, nilainya menjadi berubah, d) banyak karya tulis ilmiah pengawas sekolah yang hilang, e) banyak karya tulis ilmiah pengawas sekolah yang nyelip pada karya tulis ilmiah pengawas sekolah lain, f) banyak sekali karya tulis ilmiah pengawas sekolah baru turun penetapan angka kreditnya setelah dua tahun dari pengusulan, g) tim penilai angka kredit di Direktorat Dikdasmen sangat terbatas dan karya tulis ilmiah pengawas sekolah yang ditangani seluruh Indonesia, dan h) pemantauan karya tulis ilmiah yang sudah dikirim ke Direktorat Dikdasmen sangat sulit untuk dipantau oleh pengawas sekolah yang bersangkutan. 3. Tahap terjadi krisis dalam hal penilaian angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah. 4. Tahap penggantian tim penilai angka kredit pengawas sekolah yang berasal dari unsur karya tulis ilmiah dari tim penilai pusat menuju pada tim penilai provinsi. Tim penilai angka kredit pengawas sekolah tingkat provinsi disangga oleh dua paradigma, yaitu: a) waktu yang diperlukan untuk menetapkan angka kredit karya tulis ilmiah pengawas sekolah dapat dipersingkat, dan b) mudah memantau karya tulis ilmiah pengawas sekolah yang sudah masuk di Dinas Pendidikan Provinsi oleh pengawas sekolah yang bersangkutan. Daftar Pustaka 77
12 Arjana, Wayan Bentuk-Bentuk Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengawas Sekolah. Makalah yang Disampaikan Dalam Seminar Akademik pada Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Tanggal 16 Mei ismanita.wordpress.com, Paradigma Kuhn. Dalam Diakses Tanggal 22 Oktober ktiguru.blogspot.com, Pengembangan Karier Pengawas Sekolah. Dalam Diakses Tanggal 21 Oktober Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun Tentang Standar Nasional Pendidikan. Permenegpan Nomor 21 Tahun Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Sriastuti, Ida Ayu Ketut Hasil Penelitian yang Dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah. Makalah yang Disampaikan pada Seminar Akademik di Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan, Tanggal 15 Maret Sujana, Nana et al Buku Kerja Pengawas Sekolah. Jakarta: Kemendiknas. Suryawan, Ketut Karya Tulis Ilmiah Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Makalah yang Disampaikan dalam Seminar Akademik di Dinas Pendidikan Provinsi Bali, Tanggal 16 Juni Verhaak, C. dan R. Haryono Imam Filsafat Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-Ilmu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 78
BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Supervisi merupakan tahapan proses yang sangat penting bagi suatu organisasi dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program yang telah direncanakan demi tercapainya
Lebih terperinciPEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH
PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH Oleh : Team Penyusun KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN MADRASAH JAKARTA 2014
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt
Menimbang : jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diberlakukannya Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi titik tolak acuan standarisasi dalam pengelolaan pendidikan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk
Lebih terperinciPEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016
PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIKDASMEN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dosen diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan. pembelajaran yang digunakan sebagai perangkat dasar kemudian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pekerjaan dapat dikatakan sebuah profesi apabila salah satu syaratnya dilandasi oleh suatu disiplin ilmu. Keilmuan yang melandasi sebuah profesi seiring
Lebih terperinciBAB II PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PPAI) 1. Landasan Hukum Pengawas Pendidikan Agama Islam ( PPAI ) Penagawas Madrasah sebagai berikut : 1
BAB II PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PPAI) A. Kajian Teori 1. Landasan Hukum Pengawas Pendidikan Agama Islam ( PPAI ) Pengawas merupakan sebagai tenaga kependidikan memiliki banyak peran dalam meningkatkan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN
Lebih terperinciGURU DAN KARYA TULIS ILMIAH
GURU DAN KARYA TULIS ILMIAH Daswatia Astuty D Endang Asriyanti AS Guru memiliki peran yang sangat strategis di sekolah. Disamping sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai peneliti sekaligus penyebar
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Definisi Pengawas Pengawas sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang bertugas untuk membantu kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
Lebih terperinciKTSP DAN IMPLEMENTASINYA
KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi paling depan dalam menjalankan proses pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus mampu mengembangkan seluruh potensi
Lebih terperinciAnalisis Deskriptif Guru PAI dan Pengawas Tahun Pelajaran
AAnnaal lli iissi iiss SSt taat ti iisst ti iikk PPee nnddi iiddi iikkaann IIss llaam l 22001111//22001122 Analisis Deskriptif Guru PAI dan Pengawas Tahun Pelajaran 2011-2012 A. Guru PAI 1. Pengantar Guru
Lebih terperinciDRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan
Lebih terperinciMENJADI GURU UTAMA DENGAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN. Oleh : Dra. Nuraeni T, M.H BAB I. PENDAHULUAN
MENJADI GURU UTAMA DENGAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN Oleh : Dra. Nuraeni T, M.H BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam keberhasilan penyelenggaraan
Lebih terperinciPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH
1 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH Oleh: Prof. Dr. H. Sufyarma Marsidin, M.Pd. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, Padang. Abstrak: Pengawas sekolah salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan yang dimiliki guru harus senantiasa dikembangkan agar kinerjanya semakin meningkat. Kenyataan yang terjadi hingga saat ini, bahwa kesadaran guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan tertentu. Tentunya dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala
Lebih terperinciPENYUSUNAN MODEL PTK *) (UNTUK MEMENUHI 12 POINT KENAIKAN PANGKAT KE IV-B)
PENYUSUNAN MODEL PTK *) (UNTUK MEMENUHI 12 POINT KENAIKAN PANGKAT KE IV-B) Oleh: Drs. Ahmad Yani, M.Si. Pendahuluan Undang-undang No 14 tentang guru dan dosen menegaskan bahwa guru merupakan profesi yang
Lebih terperinciUNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,
WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Ketentuan Pasal 39 ayat (1) Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan suatu proses transformasi nilai nilai budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan
Lebih terperinci17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2010
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SATUAN PENDIDIKAN YANG DISELENGGARAKAN ATAU DIDIRIKAN PEMERINTAH DAERAH Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH
PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MADRASAH DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat
Lebih terperinciBUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN
BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Guru yang profesional, secara ideal, adalah seorang guru yang telah memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara
No.107, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Guru. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN
Lebih terperinciBAB VI P E N U T U P
244 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Menyimak hasil penelitian dan setelah melalui langkah analisis berkenaan dengan Problematika Penyelenggaraan Supervisi Pendidikan Islam pada Madrasah di Era Otonomi
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH
1 BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru salah satu faktor penentu kualitas pendidikan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinci2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U
No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengawas pendidikan mempunyai kedudukan yang strategis dan penting dalam membina dan mengembangkan kemampuan profesional guru dan kepala sekolah dengan tujuan agar sekolah
Lebih terperinciProf. dr Ali Ghufron Mukti., MSc., PhD NIP
KATA SAMBUTAN Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan ditetapkan dalam rangka pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan pengelolaan laboratorium
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO
WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO OENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BAGI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciKINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN. Irawan Kasiaradja¹, Abd.Kadim.Masaong 2, Arifin 3.
KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Irawan Kasiaradja¹, Abd.Kadim.Masaong 2, Arifin 3. Universitas Negeri Gorontalo Fakultas lmu Pendidikan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan pembahasan uraian dan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, ada empat faktor yang mempengaruhi Implementasi Standar Pengawas
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2017, No tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indone
No.1627, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Kepala Madrasah. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup keseluruhan aspek kehidupan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.
Lebih terperinciW A L I K O T A Y O G Y A K A R T A
W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciSemua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini
Landasan Pendidikan; Tinjauan dari Dimensi Makropedagogis, oleh Prof. Dr. Nyoman Dantes Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH 1
BAHAN AJAR FASILITASI DAN BIMBINGAN TEKNIS PENGUATAN PENGAWAS SEKOLAH KARYA TULIS ILMIAH 1 Oleh MUHAMMAD NURSA BAN 2 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan, akan dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 024/ITDel/Rek/SK/III/18. Tentang PEDOMAN KESESUAIAN BIDANG KEILMUAN DOSEN INSTITUT TEKNOLOGI DEL
SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 024/ITDel/Rek/SK/III/18 Tentang PEDOMAN KESESUAIAN BIDANG KEILMUAN DOSEN INSTITUT TEKNOLOGI DEL REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL Menimbang : a. bahwa dosen
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Merk. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
Lebih terperinciPENELITIAN TINDAKAN KELAS (Pengertian, Prinsip, dan Karakteristik PTK) Oleh: Dwi Rahdiyanta *)
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Pengertian, Prinsip, dan Karakteristik PTK) Oleh: Dwi Rahdiyanta A. Pendahuluan Berdasarkan Keputusan Menteri Negera Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84/1993 tentang Jabatan
Lebih terperincidan menilai hasil pembelajaran, menganalisis hasil pembelajaran, melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian
LAMPIRAN I: PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TANGGAL: 10 November 2009 RINCIAN KEGIATAN GURU DAN NYA NO UNSUR SUB UNSUR KEGIATAN 1 PENDIDIKAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
105 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dihasilkan berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut. 5.1.1 Pengawasan akademik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang ada pada bab IV serta uji hipotesis, Mutu Kinerja Pengawas Sekolah Menengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan terwujudnya pendidikan nasional yang berkualitas tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga harus dilakukan secara profesional. Oleh sebab itu, guru sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah suatu bukti pengakuan terhadap peningkatan profesionalitas pekerjaan guru dan
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran akan mampu. menciptakan lingkungan akademis yang harmonis dan produktif, jika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan manajemen pembelajaran atau pengelolaan pembelajaran dimulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. lingkup, output yang diharapkan serta jadwal pengawasan dituangkan dalam program
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi data hasil penelitian. 1.1 Penyusunan program pengawasan Kegiatan pengawasan sekolah pasti harus diawali dengan penyusunan program
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN. tantangan menuju profesionalisme. Oleh Rahmatiah
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN tantangan menuju profesionalisme. Oleh Rahmatiah Melalui kegiatan PKB akan terwujud guru yang profesional yang tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan yang kuat, tetapi
Lebih terperinciPUSTAKAWAN MENULIS, APAKAH SUATU KEHARUSAN Purwani Istiana Pustakawan Universitas Gadjah Mada
PUSTAKAWAN MENULIS, APAKAH SUATU KEHARUSAN Purwani Istiana Pustakawan Universitas Gadjah Mada Email: nina@ugm.ac.id ( Artikel ini telah dimuat pada: Info Persada: Media Informasi Perpustakaan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas berkaitan erat dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan
Lebih terperinciBUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa negara menjamin hak setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah kota Malang mengharapkan supaya semua pegawai negeri tak
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah kota Malang mengharapkan supaya semua pegawai negeri tak terkecuali guru dapat memperoleh kenaikan pangkat tepat pada waktunya sesuai dengan aturan yang tertuang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1301, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pendidikan. Agama. Madrasah. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEPALA MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1537, 2016 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Penilai Pemerintah. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA
PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPROSEDUR PENGUSULAN DAN MEKANISME PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH
PROSEDUR PENGUSULAN DAN MEKANISME PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH Disusun Oleh: Tim Biro Kepegawaian Kemdikbud 1. Dra. Garti Sri Utami, M. Ed 2. Yuniarti Kusnoningsih, SH 3.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN MELALUI JABATAN FUNGSIONAL
PENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN MELALUI JABATAN FUNGSIONAL Yuyun Widayanti Pelaksana STAIN Kudus E-mail : (yuyun083@gmail.com) Abstrak : Jabatan fungsional pustakawan adalah salah satu jabatan fungsional
Lebih terperinciPANDUAN KERJA PENGAWAS SEKOLAH
PANDUAN KERJA PENGAWAS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinciPEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH
PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH Oleh : Team Penyusun KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN MADRASAH JAKARTA 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinci