I. PROSEDUR OK A. PENGERTIAN KAMAR OPERASI Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PROSEDUR OK A. PENGERTIAN KAMAR OPERASI Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk"

Transkripsi

1 A. PENDAHULUAN Perubahan paradigma kesehatan dan pergeseran epidemiologi penyakit ditunjukkan dengan meningkatnya tindakan pembedahan serta terus berkembangnya teknologi mutakhir dalam bidang kedokteran maka kebutuhan kamar operasi meningkat. Oleh karena itu, hampir seluruh tempat pelayanan kesehatan, khususnya di Indonesia berupaya sebaik mungkin untuk meningkatkan mutu pelayanan di berbagai bidang. Peningkatan mutu rumah sakit dilakukan pada bidang pelayanan yang sesuai standar dan dilakukan di semua instalasi termasuk bagian kamar operasi (OK). Hal tersebut untuk menuju ke satu sasaran lebih jauh yaitu quality assurance (menjaga mutu) dan akreditasi rumah sakit. Sebagaimana pada negara maju diperoleh data bahwa hampir separuh dari jumlah pasien yang masuk rumah sakit membutuhkan tindakan pembedahan, baik untuk bedah umum maupun bedah mulut sehingga kebutuhan kamar operasi (OK) terus meningkat akhir-akhir ini disebabkan perkembangan teknologi mutakhir dalam bidang kedokteran dan kedokteran gigi yang telah memungkinkan dilaksanakannya operasi yang sulit. Berdasarkan pemikiran singkat di atas, maka sangat diperlukan informasi yang lebih banyak untuk dapat dijadikan sebagai pedoman pada tata laksana kamar operasi (OK) dan bangsal bedah mulut I. PROSEDUR OK A. PENGERTIAN KAMAR OPERASI Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). Kamar operasi atau ruang bedah atau yang lebih dikenal dengan OK singkatan dari bahasa belanda Operation Kamer (OK) sebagai sebuah unit kerja yang terorganisir sangat komplek dan terintegrasi merupakan fasilitas untuk melaksanakan kegiatan operasi di suatu rumah sakit yang terdiri dari : 1 1. Pelaksana pelayanan kamar operasi (OK) oleh : 1 a. Tenaga medis b. Paramedis perawat c. Paramedis non perawat

2 2. Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk kamar operasi (OK) : 1 a. Dipimpin seorang dokter ahli/ dokter atau para medis senior b. Kepala OK bertanggung jawab kepada Kasi atau Direktur RS c. Petugas OK harus selalu siap selama 24 jam d. Ruang OK harus selalu dijamin kebersihannya e. Alat-alat di OK harus selalu tersedia dan siap dipakai lengkap dengan alat-alat steril dalam tromel f. Obat-obatan yang dibutuhkan selama operasi dilaksanakan harus selalu tersedia di OK g. Surat pernyataan izin (inform concent) untuk melakukan operasi harus sudah ditandatangani saat pasien masuk OK h. Dokter/ paramedis/ pasien saat masuk ruang OK harus mengganti (memakai/ pakaian, alas kaki, khusus di OK) i. Selain petugas dan pasien yang bersangkutan tidak diperbolehkan masuk wilayah OK j. Sebelum di operasi status pasien harus sudah masuk dibagian administrasi OK untuk diregister k. Pembersihan OK diharuskan setiap selesai operasi l. Untuk pembersihan umum dilakukan sekali dalam seminggu. Gambar 1. Salah satu bentuk kamar operasi

3 Gambar 2. Bentuk kamar operasi yang lain B. BAGIAN KAMAR OPERASI Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area1, yaitu : 1. Area bebas terbatas (unrestricted area) Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus kamar operasi. 2. Area semi ketat (semi restricted area) Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi yang terdiri atas topi, masker, baju dan celana operasi. 3. Area ketat/ terbatas (restricted area). Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap dan melaksanakan prosedur aseptik. Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap, yaitu: topi, masker, baju dan celana operasi serta melaksanakan prosedur aseptik. Pembagian lainnya, secara khusus area kamar operasi dibagi menjadi2: 1. Daerah publik Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus. Misalnya kamar tunggu, gang, emperan depan komplek kamar operasi. 2. Daerah semi publik Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas. Dan biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS. Dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas (pakaian khusus kamar operasi) serta penggunaaan alas kaki khusus di dalam.

4 3. Daerah Aseptik Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang langsung ada hubungannya dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah yang harus dijaga kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: a. Daerah Aseptik 0 Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannnya pembedahan. b. Daerah aseptik 1 Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duduk/ kain steril, tempat instrumen dan tempat perawat instrumen mengatur dan mempersiapkan alat. c. Daerah aseptik 2 Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah sekitar ahli anastesia. Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang baik itu di dalam kamar operasi maupun di lingkungan kamar operasi1, antara lain: 1. Kamar bedah 2. Kamar untuk mencuci tangan 3. Kamar untuk gudang alat-alat instrumen 4. Kamar untuk sterilisasi 5. Kamar untuk ganti pakaian 6. Kamar laboratorium 7. Kamar arsip 8. Kamar pulih sadar (recovery room) 9. Kamar gips 10. Kamar istirahat 11. Kamar mandi (WC) dan spoelhok (tempat cuci alat) 12. Kantor 13. Gudang 14. Kamar tunggu 15. Ruang sterilisasi

5 C. LOKASI DAN FUNGSI KAMAR OPERASI 1. Lokasi Prinsip membuat satu ruangan khusus yang terpisah atau bebas. Ruang bedah harus diletakan pada suatu tempat yang mudah dicapai dari bagian-bagian lain khususnya unit gawat darurat, unit perawatan intensif, radiologi, patologi dan unit perawatan bedah. Di kota-kota besar karena gedung rumah sakitnya bertingkat maka ruang bedah tidak perlu diletakkan di tingkat paling atas, tapi cukup di lantai 2 atau lantai dasar dengan dilengkapi sistem penyaringan udara bebas kontaminasi dari luar.1 Sistem Zona OK Gambar 3. Sistem zona OK Zona 1 : Zona bebas Terbatas (ditandai dengan warna hijau) Zona 2 : Zona bersih (clean zone) (ditandai dengan warna kuning) Zona 3 : Zona Semi steril (ditandai dengan warna orange) Zona 4 : Zona steril (ditandai dengan warna merah) No Variabel 1 Pakaian Zona 1 Zona 2 Zona 3 Pakaian luar Pakaian luar Petugas OK Zona 4 Tim Operasi OK masih OK masih wajib memakai jas boleh boleh memakai operasi dipakai. dipakai. pakaian khusus Petugas OK Pakaian OK Tidak boleh lengkap memakai tidak boleh lebih dalam dengan hand scoen. lebih luar dari zona masker dan

6 dari zona ini. head cover. ini. Pergantian pakaian OK pakaian luar OK 2 Alas Kaki Alas kaki disini. Alas kaki Alas kaki Alas kaki OK masih OK harus khusus OK khusus OK. bisa boleh mulai harus lebih dari dilepas dilepas zona ini. Boleh Hanya Tidak boleh Tidak boleh masuk sampai masuk masuk zona ini. Pergantian alas kaki luar OK disini. Alas kaki OK tidak boleh lebih luar dari 3 Bed pasien recorvery room boleh 4 Petugas Boleh masuk Boleh Boleh Boleh masuk luar OK masuk masuk masuk untuk keluar dengan lagi. memakai pakaian khusus dan masker.

7 2. Fungsi Kamar bedah digunakan bersama oleh dua bidang, yaitu bidang bedah dan anestesi yang merupakan bidang vital karena berkaitan dengan keselamatan jiwa pasien dan tindakan-tindakan yang dilakukan di kamar bedah selalu ada melekat unsur resiko yang tak bisa dihindarkan. Kelemahannya merupakan kegiatan yang sudah rutin dilakukan yang mengakibatkan kurang waspada dan kurang teliti. Kegiatan kamar operasi dapat dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu persiapan, operasi, dan pemulihan.1 a. Persiapan1 Pasien diisolasi sehingga tidak tertular penyakit pasien lain. Catatan rekam medis pasien yang lengkap dan untuk memperoleh gambaran perlu mengacu kasus-kasus yang sering terjadi di luar negeri. Penyiapan bahan untuk pelaksanaan operasi dicatat dan diinventarisasi jumlah dan jenis bahan. Menjaga kebersihan dan kesterilan ruangan. Penyiapan alat-alat bedah dan pengecekan kelayakan alat monitor yang digunakan dokter ahli anestesi. b. Operasi Selama operasi dilakukan, mungkin saja timbul sesuatu yang tidak dapat diduga sebelumnya dan selama berlangsung operasi peran penting pada kegiatan ini adalah dokter bedah dan dokter anestesi dan tenaga non perawat untuk mencatat rekam medis pasien selama pelaksanaan operasi sebagai data entry.1 c. Pemulihan Pada periode ini pasien masih belum lepas dari faktor resiko karena banyak sekali kejadian misalnya gangguan pernafasan.1 D. ALUR PASIEN, PETUGAS DAN PERALATAN Berdasarkan alur proses pelayanan pasien untuk sampai di kamar operasi (OK), asal kedatangannya ada 4 alur yaitu 3 alur dari UGD (Unit Gawat Darurat), dan 1 alur dari poliklinik (unit rawat jalan). Alur kedatangan pasien dapat menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan.1 Secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut1:

8 1. Poli Pemeriksaan Ruangan OK (kamar operasi) Poli Pemeriksaan Pelayanan spesialis/ non-spesialis Hasil diagnosis untuk pasien yang tidak pulang maka dilakukan pelayanan lanjutan menjadi pasien Rawat inap dibawa ke ruangan atau ICU dan pemeriksaan Ruangan RI/ ICU penunjang. Hasil diagnosis lanjutan yang diperoleh bedah non bedah,, untuk Bedah maka dilakukan komunikasi dengan OK berkaitan dengan penjadwalan OK Sesuai jadwal menyediakan kebutuhan alat, linen dan obat/ darah dan tenaga 2. UGD Pemeriksaan Ruangan OK (kamar operasi) UGD Pelayanan dokter jaga UGD diteruskan pelayanan Pemeriksaan spesialis Hasil diagnosis pasien dibarengi dengan tindakan kegawat daruratan bila pasien tidak pulang maka dirawat inap ke ruangan atau ICU dilanjutkan Ruangan RI/ ICU pemeriksaan penunjang. Hasil diagnosis lanjutan yg diperoleh bedah non bedah, untuk Bedah cito atau elektif bila cito langsung tindakan ke OK, bila elektif dilakukan komunikasi dengan OK berkaitan penjadwalan. Sesuai jadwal menyediakan kebutuhan alat, linen dan OK obat/darah dan tenaga. 3. UGD Pemeriksaan OK (kamar operasi) UGD Pelayanan dokter jaga UGD diteruskan pelayanan Pemeriksaan spesialis. Hasil diagnosis pasien dibarengi dengan tindakan kegawatdaruratan bila diperlukan tindakan bedah OK secara cito dikomunikasikan dengan OK. Menyediakan kebutuhan alat, linen dan obat/darah dan tenaga.

9 4. UGD Pemeriksaan Tindakan pulang/ OK UGD Pelayanan dokter jaga UGD diteruskan pelayanan Pemeriksaan spesialis Hasil diagnosis pasien dibarengi dengan tindakan kegawatdaruratan bila diperlukan tindakan bedah secara cito dikomunikasikan dengan OK. Tindakan bedah Kegawat daruratan. Tindakan 1. Alur Pasien1 a. Pintu masuk pasien pra dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Gambar 4. Alur pelayanan pasien di kamar operasi (OK) kelompok 1

10 Gambar 5. Alur pelayanan pasien di kamar operasi (OK) kelompok 2 2. Alur Petugas Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu. 3. Alur Peralatan Pintu keluar masuknya peralatan bersih dan kotor berbeda. E. PERSYARATAN KAMAR OPERASI Kamar operasi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut2 : 1. Letak Letak kamar operasi berada ditengah-tengah rumah sakit berdekatan dengan unit gawat darurat (IRD), ICU dan unit radiologi. 2. Bentuk dan Ukuran a. Bentuk Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai, dinding, langit-langit berbentuk lengkung, warna tidak mencolok. Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang rata, kedap air, mudah dibersihkan dan menampung debu. b. Ukuran kamar operasi Minimal 5,6 m x 5,6 m (=29,1 m2) Khusus/ besar 7,2 m x 7,8 (=56 m2)

11 3. Sistem Ventilasi a. Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat kontrol dan penyaringan udara dengan menggunakan filter. Idealnya menggunakan sentral AC. b. Pertukaran dan sirkulasi udara harus berbeda. 4. Suhu dan Kelembaban a. Suhu ruangan antara C. b. Kelembaban 55 % 5. Sistem Penerangan a. Lampu Operasi Menggunakan lampu khusus, sehingga tidak menimbulkan panas, cahaya terang, tidak menyilaukan dan arah sinar mudah diatur posisinya. b. Lampu Penerangan Menggunakan lampu pijar putih dan mudah dibersihkan. 6. Peralatan a. Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi harus beroda dan mudah dibersihkan. b. Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaaanya harus menempel pada alat tersebut agar mudah dibaca. c. Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda untuk memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anestesi. 7. Sistem Instalasi Gas Media Pipa (out let) dan konektor N2O dan oksigen, dibedakan warnanya, dan dijamin tidak bocor serta dilengkapi dengan system pembuangan/penghisap udara untuk mencegah penimbunan gas anestesi. 8. Pintu a. Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda. b. Pintu masuk dan keluar petugas tersendiri c. Setiap pintu menggunakan door closer (bila memungkinkan) d. Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan kamar tanpa membuka pintu. 9. Pembagian Area a. Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat dan area ketat.

12 b. Ada ruangan persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan kepada perawat kamar operasi. 10. Air Bersih Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Tidak berwarna, berbau dan berasa. b. Tidak mengandung kuman patogen. c. Tidak mengandung zat kimia. d. Tidak mengandung zat beracun. F. PENANGANAN LIMBAH Pembuangan limbah dan penanganan limbah kamar operasi, tergantung jenis limbah dengan prinsip, limbah padat ditangani terpisah dengan limbah cair2 : 1. Limbah cair dibuang ditempat khusus yang berisi larutan desinfektan yang selanjutnya mengalir ketempat pengelolaan limbah cair rumah sakit. 2. Limbah pada/ anggota tubuh ditempatlkan dalam kantong/ tempat tertutup yang selanjutnya dibakar atau dikubur dirumah sakit sesuai ketentuan yang berlaku, atau diserahterimakan kepada keluarga pasien bila memungkinkan. 3. Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang tertutup serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan rumah sakit. 4. Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah bocor serta diberi label warna merah untuk dimusnahkan. G. PROSEDUR KAMAR OPERASI Berdasarkan periode waktunya, prosedur pelayanan di kamar operasi terdiri dari : 1. PROSEDUR SEBELUM OPERASI1 Persiapan Pasien a. Diagnosa penyakit pasien yang benar dan tepat dilakukan oleh dokter yang merawat (yang ahli dalam bidangnya), kemudian dilaporkan ke dokter OK untuk mempersiapkan dan mengatur jadwal operasi. b. Keadaan umum (vital sign) pasien diusahakan dalam keadaan seoptimal mungkin.

13 c. Dilakukan pemeriksaan penunjang yang lengkap, meliputi pemeriksaan laboratorium hematologi, kimia klinik, dan lainnya, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan lain yang diperlukan dengan hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal atau dalam batas toleransi/ aman. d. Pasien atau keluarga telah menandatangani persetujuan operasi (inform concent). e. Untuk pasien yang akan dioperasi dan supaya direncanakan operasi harus sudah dilaporkan ke kamar operasi (OK) 2 hari sebelumnya atau sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mengatur pasien OK. f. Persiapan prosedur pasien di ruang perawatan pra-operasi: Daerah yang akan dioperasi harus dibersihkan dahulu. Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut kumis dan rambut didagu harus dicukur, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi Sebelum dilakukan anestesi pasien yang akan dioperasi harus menjaga pola makannya (diet). Jika pasien kekurangan kekuatannya, maka harus diberi minuman glukosa sebelum injeksi anestesi dilakukan. Tetapi jika general anestesi yang dipilih, maka pasien disarankan untuk berpuasa selama 4-6 jam sebelum operasi. g. Pasien diberitahu untuk dibawa ke kamar operasi (OK). h. Pakaian pasien diganti di kamar persiapan operasi dengan pakaian khusus kamar operasi (OK) dan kepala dibungkus. i. Pasien diperiksa vital sign : tensi, suhu, nadi dan ditulis pada catatan perawatan. j. Pasien yang akan dioperasi dimasukkan setelah pencatatan selesai. Persiapan Tim Bedah Tim bedah terdiri dari operator (dokter) dan asistennya, dokter anastesi/ anesthetist, scrub nurse dan circulating nurse. Operator bertindak sebagai kepala tim, dimana operator memiliki tanggung jawab dan instruksinya dipatuhi oleh semua anggota tim bedah.2

14 Tugas asisten adalah: a) menjaga kondisi mulut dan kawasan operasi bersih dari darah, lendir, saliva, dan debris dengan tepat dan sesuai, b) melakukan retraksi untuk membuka bagian yang dioperasi dengan tepat, c) memotong sutura, menggunakan mallet, memperhatikan dinding orofaringeal dan mengingatkan dokter bedah jika terjadi perubahan atau penyesuaian, d) meminta operator memperhatikan hal-hal yang seharusnya diperhatikan.2 Tugas dokter anestesi meliputi menjaga kadar bius yang sesuai, memperhatikan kondisi pasien secara konstan, dan memberi tahu kepada operator jika ada reaksi yang janggal dari pasien. Dokter anastesi harus memberi tahu operator mengenai kerusakan jalan nafas yang disebabkan oleh tindakan bedah, sehingga operator dan asistennya dapat mengambil langkah cepat untuk menghilangkan atau memperbaiki penyebab obstruksi tersebut. 2 Tugas scrub nurse meliputi memperhatikan instrumen dan kain steril, dan persediaan yang tersedia serta layak pakai di meja operasi. Suster ini harus memberikan instrumen, sponge, dan sutura yang diminta operator. Suster harus menjaga instrumen operasi dalam keadaan layak pakai dan menyusunnya selama operasi dan terkadang diminta untuk membantu retraksi. 2 Circulating nurse mengikatkan baju bedah operator dan asistennya dari belakang. Suster ini biasanya menyesuaikan letak lampu dan meja operasi. Sebagai tambahan, suster inilah yang membawa instrumen dan perlengkapan yang dibutuhkan. 2 Persiapan Operator atau Petugas1 Petugas masuk ke kamar operasi (OK) harus melakukan hal-hal berikut ini : a. Mengganti baju dengan baju khusus di kamar ganti pakaian. Gambar 6. Pakaian klinik

15 b. Memakai alas kaki khusus dalam OK. c. Memakai tutup kepala dan rambut tertutup semua. Gambar 7. Operator memakai tutup kepala dan rambut terlebih dahulu sebelum operasi. d. Memakai masker dan sarung tangan. Gambar 7. Operator memakai masker dan sarung tangan terlebih dahulu sebelum operasi. e. Membukukan data-data pasien di buku register. Persiapan operator, antara lain : a. Dressing operator dan pasien Operator dan masing-masing asistennya, memakai pakaian katun bersih yang terdiri dari celana panjang dan baju. Pakaian katun tidak menghasilkan percikan dari elektrik statis yang dapat berkembang ketika pakaian nylon atau wool dikenakan. Percikan elektrik statis dapat menyebabkan ledakan tragis pada ruang operasi. Clean scrub suits, juga mengeliminasi baju penuh debu dari ruang operasi, menyediakan kenyamanan untuk operator, dan melindungi pakaian dokter dari kerusakan.1

16 Dipilih yang lengannya tidak melebihi siku sehingga memungkinkan tangan dicuci hingga ke siku. Apabila pembedahan yang dilakukan kemungkinan menyebabkan darah atau saliva mengotori pakaian, maka dapat digunakan baju dengan lengan panjang, baik yang dapat digunakan ulang, atau lebih baik lagi bila digunakan yang disposable. Apabila dipakai baju yang digunakan ulang, maka sesudah dipakai harus dicuci dengan air panas dan detergen. Pakaian klinik harus diganti setiap hari apabila tercemar oleh darah. 1 Selanjutnya operator mengenakan sepasang sepatu atau boots konduktif disposable. Saat ini peralatan rumah sakit yang baik memiliki lantai ruang operasi kondiktif khusus untuk mencegah ledakan atau letupan dan seluruh personel harus menggunakan sol sepatu konduktif atau boots konduktif khusus yang menutupi seluruh sepatu jalanan. Hal ini mencegah elektrik statis dari akumulasi pada operator, yang dapat menghasilkan sebuah percikan ketika dokter mendekati lingkungan grounded. 1 b. Teknik mencuci tangan2 Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril (suci hama), khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan atau operasi. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah menyediakan bak cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol lutut, sabun antimikrobial (non-iritasi, spektrum luas, kerja cepat), sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas dan topi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub dan pelindung mata, penutup sepatu. Prosedur kerja cara mencuci tangan steril adalah sebagai berikut: Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atau abrasi pada tangan dan jari, kemudian melepaskan semua perhiasan misalnya cincin atau jam tangan. Menggunakan pakaian bedah sebagai proteksi perawat yaitu: penutup sepatu, penutup kepala atau topi, masker wajah,pastikan

17 masker menutup hidung dan mulut anda dengan kencang. Selain itu juga memakai pelindung mata. Menyalakan air dengan menggunakan lutut atau kontrol dengan kaki dan sesuaikan air untuk suhu yang nyaman. Membasahi tangan dan lengan bawah secara bebas, mempertahankankan tangan atas berada setinggi siku selama seluruh prosedur. Menuangkan sejumlah sabun (2 sampai 5 ml) ke tangan dan menggosok tangan serta lengan sampai dengan 5 cm di atas siku. Membersihkan kuku di bawah air mengalir dengan tongkat oranye atau pengikir. Membuang pengikir setelah selesai digunakan. Membasahi sikat dan menggunakan sabun antimikrobial. Menyikat ujung jari, tangan, dan lengan. Menyikat kuku tangan sebanyak 15 kali gerakan. Dengan gerakan sirkular, menyikat telapak tangan dan permukaan anterior jari 10 kali gerakan. Menyikat sisi ibu jari 10 kali gerakan dan bagian posterior ibu jari 10 gerakan. Menyikat samping dan belakang tiap jari 10 kali gerakan tiap area, kemudian sikat punggung tangan sebanyak 10 kali gerakan. Seluruh penyikatan harus selesai sedikitnya 2 sampai 3 menit, kemudian bilas sikat secara seksama Dengan tepat mengingat, bagi lengan dalam tiga bagian. Kemudian mulai menyikat setiap permukaan lengan bawah lebih bawah dengan gerakan sirkular selama 10 kali gerakan; menyikat bagian tengah dan atas lengan bawah dengan cara yang sama setelah selesai menyikat buang sikat yang telah dipakai. Dengan tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujung jari sampai siku satu kali gerakan, biarkan air mengalir pada siku. Mengulangi langkah 8 sampai 10 untuk lengan yang lain. Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat kedua dan mematikan air dengan pedal kaki.

18 Kemudian mengeringkan dengan handuk steril untuk satu tangan secara seksama, menggerakan dari jari ke siku dan mengeringkan dengan gerakan melingkar. Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain dengan menggunakan area handuk yang lain atau handuk steril baru. Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh anda. Memasuki ruang operasi dan melindungi tangan dari kontak dengan objek apa pun. Gambar 8. Teknik mencuci tangan c. Pemakaian sarung tangan Tata Cara Memakai Sarung Tangan tertutup2 Teknik sarung tangan tertutup merupakan metode pilihan dalam mengenakan sarung tangan. Tetapi apabila sarung tangan dengan cara ini terkontaminasi penggantian dilakukan dengan menggunakan teknik sarung tangan terbuka. Jika mengunakan teknik sarung tangan tertutup, semua petugas bedah hendaknya memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut: Kapan saja anda mengenakan sarung tangan steril, dengan teknik apapun, perlu diingat bahwa kulit tidak boleh menyentuh bagian luar sarung tangan untuk menjaga sterilitasnya.

19 Dengan tangan tertutup jubah, ambil sarung tangan pertama dari kemasannya. Jangan biarkan tangan keluar dari kelim manset jubah. Letakkan sarung tangan pada lengan jubah dan ibu jari sarung tangan pada ibu jari sarung tangan, dengan jari-jari menunjuk ke arah siku. Pegang bagian bawah manset dengan jari-jari tangan yang terlindungi dari tangan yang akan dipakai sarung tangan. Pegang bagian atas manset dengan tangan lainnya, yang terbungkus jubah. Naikkan manset bagian atas diatas manset jubah dari tangan yang akan dipakaikan sarung tangan. Pegang manset sarung tangan dan manset jubah secara bersamaan dan masukan jari-jari kedalam sarung dan atur letaknya. Untuk memakai sarung tangan kedua ulangi cara kedua sampai ketujuh. Teknik sarung tangan tertutup adalah cara yang paling disukai jika harus memakai sarung tangan sendiri. Bersihkan bubuk pelican dari sarung tangan sebelum memulai pembedahan. Tata Cara Teknik Sarung Tangan Terbuka2 Jika menggunakan teknik sarung tangan terbuka, semua petugas harus memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut: Tangan perawat pembantu (scurb nurse) diulurkan sampai keluar dari manset jubah. Bungkus kertas dibuka dengan menggunakan kedua tangan. Pembungkus ini harus di buka sehingga kertas tidak tertutup rapat dan bila kurang hati-hati akan mengkontaminasi sarung tangan. Dengan tangan, angkat sarung tangan dengan memegang tepi manset yang terlipat daerah ini merupakan daerah dalam

20 sarung. Pertahankan manset yang terlipat 3inci itu dan jauhilah dari kemasan. Gambar 9. Teknik sarung tangan terbuka Sisipkan tangan kita kedalam sarung tangan, dan dengan hatihati masukan jari-jari lalu tarik manset sarung tangan secara bertahap disekelilingnya sehingga lipatan manset yang 3 inchi itu dapat tetap dipertahankan. Usahakan untuk menarik manset sarung tangan sampai menutupi manset jubah. Angkat sarung tangan kedua dari kemasannya dengan cara memegang tepi manset oleh tangan kedua. Letakan jari-jari tangan pertama (yang telah memakai sarung tangan)dibawah lipatan manset yang berukuran3 inci itu dan masukan tangan kedua seperti cara ke-4. Gambar 10. Cara memakai sarung tangan

21 Bila manset sarung tangan di atas manset jubah, balik luruh lipatan manset sampai menutupi seluruh manset jubah sehingga hanya tampak bagian sarung tangan yang steril. Seperti pada pemakaian sarung tangan kedua, letakkan jari-jari yang telah memakai sarung tangan dibawah manset sarung tangan, dan balik lipatan manset di atas manset jubah sehingga tampak sisi tangan yang steril. Bersihkan bubuk pelican dari sarung tangan sebelum memulai pembedahan. Tata Cara Melepaskan Sarung Tangan Yang Terkontaminasi2 Setiap sarung tangan yang sterilitasnya diragukan dianggap terkontaminasi mintalah circulating nurse untuk melepaskannya. Pegang sarung tangan pada permukaan palmar dengan baik dibawah manset dan lepaskan. Jangan menyentuh jubah. Jangan menyentuh kulit tangan. Jika sarung tangan robek, berhati-hatilah dalam melepaskannya. Setelah sarung tangan terkontaminasi dilepaskan, manset jubah sebaiknya tidak ditarik menutup tangan. Pada saat memakai sarung tangan kembali, anda harus memakai teknik sarung tangan terbuka atau anggota tim bedah lainnya memakaikannya untuk anda. Gambar 11. Cara melepas sarung tangan yang terkontaminasi

22 d. Masker Masker digunakan untuk melindungi mukosa oral dari percikan cairan. Masker bedah dan masker biasa dianggap cukup adekuat untuk melindungi operator selama prosedur operasi berlangsung. Masker yang sering digunakan dan baik yaitu masker yang mengandung fiberglas dan dapat menyaring sampai dengan 95% partikel yang berukuran 3-5 mikron. Masker juga harus diganti setiap ganti pasien. 2 e. Pakaian klinik Memakai Jubah Operasi Jubah yang steril dipakai untuk menutup pakaian yang terkontaminasi yang dapat menyebabkan infeksi dari pasien. Sebelum jubah steril digunakan, gunakan handuk steril untuk mengeringkan tangan setelah prosedur cuci tangan selesai. 2 Tata Cara Memakai Jubah Operasi dan Sarung Tangan tanpa Bantuan Perawat (Scrub Nurse) 2 Bila memakai jubah dan sarung tangan tanpa bantuan perawat, semua petugas RO harus memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut. Sebelum mencuci tangan, buka jubah steril pada permukaan yang datar. Dengan pinset, letakkan sarung tangan dibalik pembungkus steril disamping jubah dan kemudian baru mencuci tangan. Waktu memasuki ruang operasi, angkat handuk yang terlipat dari kemasannya tanpa menyentuh sarung tangan atau bungkus kertas steril Menjauhlah dari kemasan, buka handuk seluruhnya pegang handuk agak jauh sehingga tidak terkontaminasi oleh sentuhan baju atau pakaian yang tidak steril. Gunakan sebagian handuk untuk mengeringkan satu tangan dan kemudian diteruskan keatas lengan sampai siku. Jangan kembali ke daerah yang sudah dikeringkan

23 Setelah lengan pertama dikeringkan, balikin handuk dan gunakan sebagian sisanya untuk mengeringkan tangan yang lain lalu lengan. Jatuhkan handuk kertas kedalam keranjang sampah atau keranjang untuk pakaian. Angkat jubah yang terlipat dari kemasan steril tanpa menyentuh bungkus sarung tangan atau pembungkus yang steril. Ingat tangan memang bersih, tapi tidak steril. Pegang tepi leher yang ada, buka jubah didepan anda tapi hanya menyentuh bagian dalam jubah. Pastikan anda berada dalam ruang yang cukup luas untuk membuka jubah tanpa menyentuh pakaian. Berdirilah jauh dari pintu. Gambar 12. Tata cara memakai jubah operasi tanpa scrub nurse Temukan lubang lengan pada jubah dan masukan kedua lengan kedalamnya. Jangan biarkan tangan anda melewati manset jubah ketika melakukan teknik sarung tangan tertutup. Perawat keliling (circulating nurse) yang ada di ruang operasi akan memegang bagian dalam jubah dan menarik lengan jubah keatas. Kemudian mengikat tali leher dibelakang, hanya boleh menyentuh bagian dalam jubah yang terkontaminasi.

24 Gambar 13. Cara memakai jubah operasi dengan bantuan scrub nurse Lakukan teknik sarung tangan tertutup. Setelah anda memakai sarung tangan, berikan pelindung yang membungkus tali pengikat dari panel belakang kepada circulating nurse diruang operasi. Selama perawat tersebut memegang kertas pelindung, berputarlah 360 derajat kemudian ambil tali dari bungkus pelindung dan ikat tali pinggang di depan. Tata Cara Memakai Jubah Dan Sarung Tangan Dengan Bantuan Perawat2 Waktu menggunakan jubah dan sarung tangan dengan bantuan perawat, semua petugas bedah sebaiknya memperhatikan pentujukpetunjuk sebagai berikut: Setelah anda selesai mencuci tangan, terimalah handuk yang terbuka dengan satu tangan. Keringkan tangan anda dengan cara yang sama seperti yang dijelaskan sebelumnya. Perawat pembantu akan membuka jubah dan menunjukan lubang lengan pada anda sehingga anda tinggal memasukan lengan kedalam jubah sementara perawat masih memegangnya.

25 Perawat memakai sarung tangan untuk perlindungan selama membantu mengenakan jubah kepada dokter. Gambar 14. Tata cara memakai jubah dengan bantuan perawat Tali pinggang dipakai dengan cara yang sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setelah anda memakai sarung tangan. Bila petugas meninggalkan ruang operasi dengan menanggalakan jubah dan sarung tangan, maka sebelum masuk kedaerah steril, harus mencuci tangan lagi selama 5 1/2 menit sebelum jubah dan sarung tangan dipakai kembali. Persiapan Alat dan Ruangan Karena semua pasien yang terinfeksi tidak bisa dengan mudah diidentifikasi, baik secara historik, pemeriksaan fisik, maupun laboratorium, maka pencegahan secara rutin sebagai berikut harus digunakan pada semua pasien. Apabila dilakukan tindakan bedah mulut, darah yang keluar dan meningkatnya kemungkinan tumbuhnya kuman oleh karena pemakaian instrumen yang tajam (pemaparan parenteral), dapat dikurangi hanya dengan tindakan kontrol yang efektif. 12 Ruangan Dekontaminasi Kebersihan saja tidaklah cukup untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi silang. Dekontaminasi permukaan-

26 permukaan yang tersentuh sekresi mulut pasien, instrumen atau tangan operator biasanya bisa diatasi dengan bahan kimia antikuman. Semua permukaan kerja yang terkontaminasi, pertamatama dilap dengan handuk pengisap untuk menghilangkan bahanbahan organik kemudian didesinfeksi dengan larutan pemutih (clorox diencerkan dalam perbandingan 1:10 sampai dengan 1:100 tergantung bahan organik yang ada). Hal tersebut dilakukan setiap hari. Pemutih adalah salah satu bahan anti-kuman yang murah dan efektif, namun perlu diperhatikan bahwa bahan ini bersifat korosif terhadap logam khususnya alumunium. 2 Pelindung permukaan Kertas dengan lapisan kedap air, alumunium foil atau plastik yang jernih bisa dipergunakan sebagai penutup permukaan yang mudah tcrkontiminasi dengan darah atau saliva, yang sulit didesinfeksi secara efektif misalnya pegangan lampu dan kepala unit sinar-x. Penutup ini dibuka oleh personel yang menggunakan sarung tangan pada akhir suatu tindakan pembedahan, kemudian diganti dengan yang bersih (sesudah melepas sarung tangan atau mengganti sarung tangan). Selama prosedur pembedahan, permukaan yang tidak terlindung misalnya pengontrol kursi atau lampu operasi bisa diatur atau digunakan tanpa menimbulkan kontaminasi dengan menggunakan sponge bedah 4x4 dan tangan yang memakai sarung tangan sebagai barier tambahan. Idealnya pengontrolan dengan tangan sebaiknya dihindarkan atau dikurangi. Tempat kumur, dispenser untuk sabun dan pengontrol kursi sebaiknya menggunakan peralatan yang bisa dioperasikan dengan kaki. 2 Peralatan yang tajam Peralatan tajam yang biasanya digunakan di dalam prosedur bedah mulut dan sering terkontaminasi darah dan saliva misalnya, jarum suntik, jarum jahit, man (blade) skapel, elevator periosteal, dan elevator akar, dianggap berpotensi untuk menginfeksi dan harus

27 ditangani dengan cara khusus untuk mencegah luka yang tidak sengaja. Untuk menghindari kontak yang tidak diperlukan, semua peralatan disposibel ditempatkan di dalam wadah yang diletakkan sedekat mungkin dengan tempat pengguna-annya. Jarum yang kotor jangan dibengkokkan, dipatahkan/ ditutup, atau dengan kata lain jangan dipegang dengan tangan. Untuk pengulangan suntikan anestesi lokal, sebaiknya jarum ditempatkan terbuka di atas tempat yang steril ketimbang harus melepas tutup jarum sekali lagi. Kunci keberhasilan penanganan alat-alat tajam yang terkontaminasi adalah mengurangi frekuensi pemakaiannya sehingga menurunkan kesempatan terjadinya tusukan atau goresan yang tidak disengaja. Secara umum, semua alat yang disposibel diautoklaf dulu sebelum dibuang. Pada kasus perawatan pasien yang menular, peralatan disposibel dibungkus rangkap dua sesegera mungkin sesudah digunakan. 1 Alat Langkah persiapan alat1 adalah sebagai berikut: Menghilangkan debris Diperlukan ruangan atau tempat terpisah untuk mempersiapkan peralatan. Bak yang dibuka untuk menyikat alat biasanya dianggap sudah terkontaminasi dan tidak boleh digunakan untuk mencuci tangan. Apabila bak cuci tangan yang terpisah tidak ada, maka bak tersebut harus diguyur dan didekontaminasi dahulu dengan menggunakan desinfektan yang terdapat dalam EPA. Orang yang menyikat peralatan harus memakai sarung tangan yang tebal. Semua saliva, darah, atau sisa jaringan dibersihkan sebelum dilakukan sterilisasi dan desinfeksi. Dianjurkan memakai pembersih ultrasonik. Pengemasan peralatan Membungkus peralatan yang benar, baik menggunakan kain yang bisa dipakai ulang, atau menggunakan bungkus sekali pakai ialah dengan dua lapis. Semua peralatan yang berengsel harus dalam

28 keadaan terbuka. Pengemasan ini dilengkapi dengan pita indikator yang peka panas atau uap yang dengan perubahan warnanya bisa menunjukkan bahwa bungkusan tersebut sudah diautoklaf. Sebaiknya alat dibungkus dalam plastik jernih yang diklip, diplester, atau direkat dengan pita indicator. Tanggal dilakukannya autoklaf dicatat pada bagian luar setiap bungkusan. Peralatan yang dibungkus hanya satu lapis harus diautoklaf lagi dalam 30 hari, sedangkan yang dibungkus rangkap dua dapat bertahan sampai enam bulan. Peralatan siap pakai/ disposable Sterilitas dapat dengan mudah dipastikan pada keadaan kritis alat-alat siap pakai. Yang paling penting ialah jarum suntik yang digunakan untuk anestesi local atau bahan yang lain. Jarum tersebut terbungkus sendiri-sendiri dan disterilkan, sehingga dijamin ketajaman dan sterilitasnya. Pemasangan jarum pada selubungnya jangan dilakukan dengan tangan. Apabila tidak ada alternatif lain untuk memasang selubung jarum, maka bisa digunakan hemostat/ needle holder. Benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk siap pakai. Ini ialah yang disebut armed suture yaitu jarum yang disatukan dengan benang jahitnya. Bilah skapel dan kombinasi bilah tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali pemakaian. Sarung tangan steril baik yang panjang maupun yang pendek menjamin adanya asepsis dan dibungkus rangkap dua untuk menjamin bahwa pada waktu pemakaian tidak terkontaminasi. Sebagian besar agen hemostatik, bahan pengganti tulang aloplastik, dan material untuk implan tidak membutuhkan sterilisasi lagi. Sponge dan bahan-bahan dressing biasanya tersedia dalam bungkusan steril yang terpisah. Penutup yang steril, idealnya dengan pelindung plastic digunakan apabila diperkirakan akan terjadi kontaminasi oleh darah atau saliva. Sebagian peralatan dibungkus dengan system peel down. Dibungkus rangkap dua sehingga memungkinkan orang yang tidak menggunakan sarung tangan membuka dan menyerahkan isinya kepada orang lain yang sudah

29 memakai sarung tangan atau menaruh isinya di atas tempat yang steril. Apabila bungkusnya sobek, peralatan tersebut sebaiknya jangan digunakan. Meskipun bisa diautoklaf, tidak ada peralatan disposable yang boleh digunakan ulang. Meja tempat instrumen steril a. Meja instrumen diatur oleh scrub nurse. b. Terdiri dari alat-alat yang steril dan semua instrumen yang dapat digunakan dalam bedah mulut. c. Meja ini tidak boleh sampai terkontaminasi selama operasi sedang berjalan. d. Meja instrumen sebaiknya di tutupi oleh kain steril. e. Peralatan yang dibutuhkan di transfer ke rak mayo dengan penjepit instrumen yang steril. Untuk menentukan tingkat sterilisasi/ desinfeksi yang layak, maka alat-alat digolongkan sesuai dengan penggunaan dan aplikasinya, yaitu: 1) Alat-alat kritis Untuk menentukan tingkat sterilisasi/ desinfeksi yang layak, maka alat-alat digolongkan sesuai dengan penggunaan dan aplikasinya. Alat-alat kritis ialah alat yang berkontak langsung dengan daerah steril pada tubuh yaitu semua struktur atau jaringan yang tertutup kulit/ mukosa, karena semua ini mudah terserang infeksi. Peralatan kritis harus steril sebelum digunakan. Termasuk dalam kategori ini yaitu jarum suntik, scalpel, elevator, bur, tang, jarum jahit, dan peralatan untuk implantasi (misalnya implan, bahan aloplastik dan bahan hemostatik). Apabila memungkinkan sebaiknya peralatan disterilisasi dengan autoklaf. Kelayakan tingkat sterilitas bisa diuji seminggu sekali dengan menggunakan peralatan tes spora. Kontrol berikutnya untuk membuktikan bahwa autoklaf sudah dilakukan ialah menggunakan indikator yang peka terhadap panas/ uap yang ditempelkan di luar pembungkus alat. Apabila penggunaan autoklaf tidak memungkinkan, desinfeksi yang sangat baik dapat

30 dicapai dengan menggunakan bahan kimia yang terdaftar pada US Environmental Protection Agency (EPA), waktu pemaparan tergantung pada instruksi pabrik. Diikuti dengan pembasuhan menggunakan air steril. Cara lain untuk mensterilkan ialah dengan merendam dalam air mendidih selama paling sedikit 10 menit. 2) Alat-alat semi kritis Peralatan semikritis ialah alat-alat yang bisa bersentuhan tapi sebenarnya tidak dipergunakan untuk penetrasi ke membran mukosa mulut. Meskipun terkontaminasi oleh saliva dan darah, alat tersebut biasanya tidak membawa kontaminan ke daerah steril di dalam tubuh. Kaca mulut dan alat lain yang digunakan untuk pemeriksaan dan tes termasuk dalam kategori ini. Handpiece digunakan untuk bedah mulut idealnya bisa diautoklaf. Jika harus menggunakan handpiece yang lain, maka setiap selesai pemakaian sebaiknya dilakukan pengurasan air pendingin menit, kemudian disikat di dalam air dan kotorannya dihilangkan dengan sabun. Kemudian dengan hatihati dilap dengan bahan pengisap yang mengandung bahan antikuman yang terdaftar di EPA sebagai desinfektan rumah sakit dan micobakterisidal. 3) Alat-alat non kritis Yaitu peralatan yang biasanya tidak berkontak dengan membrane mukosa. Meliputi countertops, pengontrol posisi kursi, kran yang dioperasikan dengan tangan, dan pengontrol kotak untuk melihat gambar sinar X. Apabila terkontaminasi dengan darah, saliva atau kedua-duanya, mula-mula harus dilap dengan handuk pengisap kemudian didesinfeksi dengan larutan antikuman yang cocok, misal 5000 ppm (pengenceran larutan pemutih 1:10, clorox) atau 500 ppm (pengenceran 1:100 sodium hipoklorit). Harus hati-hati karena sodium hipoklorit korosif terhadap logam. 2. PROSEDUR SELAMA OPERASI1

31 a. Semua petugas yang akan melakukan operasi mencuci tangan sesuai dengan peraturan yang berlaku. b. Memakai jas yang steril menurut cara yang berlaku. c. Memakai sarung tangan sesuai dengan ukuran. d. Asisten instrumen menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan operasi diatas meja instrumen yang sebelumnya dialas dengan 2 lapis kain steril. e. Asisten operasi mengadakan desinfeksi di daerah operasi menurut ketentuan yang berlaku. f. Asisten operasi menutup tubuh pasien dengan doek steril yang berlubang pada daerah yang akan dioperasi. g. Petugas melakukan sesuai dengan yang dibutuhkan dan memonitor keadaan pasien kemudian melaporkan ke operator bahwa operasi dapat dimulai. h. Operator dan asisten operator melakukan operasi. i. Petugas yang lain yang tidak ikut serta dalam operasi siap ditempat untuk keperluan mendadak. j. Selain itu, ada juga hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam prosedur perawatan selama operasi, yaitu sebagai berikut. Mengatur posisi yang sesuai untuk pasien maksudnya dengan diberikan posisi yang sesuai diperlukan untuk memudahkan operasi dan juga untuk menjamin keamanan fisiologis pasien. posisi yang diberikan pada saat operasi disesuaikan dengan kondisi pasien. Mempertahankan keadaan asepsis selama operasi. Menjaga kestabilan temperatur pasien artinya temperatur di kamar operasi dipertahankan pada suhu standar kamar operasi dan kelembabannya diatur untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Memonitor terjadinya hipertermi malignan artinya monitoring kejadiannya hipertermi malignan diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa kerusakan sistem saraf pusat atau bahkan kematian. Monitoring secara kontinu diperlukan untuk menentukan tindakan pencegahan dan penangan sedini mungkin sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang dapat merugikan pasien

32 Melakukan penutupan luka operasi artinya penutupan luka dilakukan lapis demi lapis dengan menggunakan benang yang sesuai jenis jaringan. Penutupan kulit menggunakan benang bedah untuk mendekatkan tepi luka sampai dengan terjadinya penyembuhan operasi. Luka yang terkontaminasi dapat terbuka seluruhnya atau sebagian saja. Ahli bedah memiliki metode dan tipe jahitan atau penutupan luka berdasarkan daerah operasi, ukuranya,dan dalam luka operasi serta usia dan kondisi pasien. setelah luka operasi dijahit kemudian dibalut dengan kain dengan kassa steril untuk mencegah kontaminasi luka, mengabsorpsi drainage, dan membantu penutupan incisi. Jika penyembuhan luka terjadi tanpa komplikasi, jahitan biasanya bisa dibuka setelah 7-10 hari tergantung letak lukanya. Drainase artinya drain ditempatkan pada luka operasi untuk mengalirkan darah, serum, debris, dari tempat operasi yang bila tidak dikeluarkan dapat memperlambat penyembuhan luka dan menyebabkan terjadinya infeksi. Memindahkan pasien dari ruang operasi ke ruangan pemulihan/ ICU artinya sesudah operasi, tim kesehatan atau tim operasi akan memberikan pasien pakaian yang bersih, kemudian memindahkan pasien dari meja operasi ke barankard. Selama pembedahan ini tim pembedahan memberikan salah satu preposisi yaitu dengan terjadinya kehilangan panas, infeksi respirasi, dan shock, mencegah luka operasi terkontaminasi serta kenyamanan pasien. k. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam prosedur perawatan selama operasi, yaitu : Kontrol lokal untuk perdarahan Jika pasien dalam kondisi memuaskan atau stabil perhatikan bagian yang mengalami perdarahan. Suction dan penerangan yang baik merupakan persyaratan utama. Apabila bagian yang mengalami perdarahan sudah ditemukan, lakukan anestesi lokal supaya perawatan tidak menyakitkan. Bekuan darah yang ada di bersihkan dan dikeringkan. Apabila perdarahan berasal dari tulang, maka alveolus diisi dengan sponge gelatin yang dapat diabsorbsi (Gelfoam) atau sponge kolagen mikrofibrilar (Helistat Avitene).

33 Kontrol rasa sakit Pengontrolan rasa sakit sangat tergantung pada dosis dan cara pemberian obat/ cara kerjasama pasien. Rasa sakit pada awal pencabutan gigi, terutama sesudah pembedahan untuk gigi erupsi maupun impaksi, dapat sangat menggangu. Orang dewasa sebaiknya mulai meminum obat pengontrol rasa sakit sesudah makan tetapi sebelum timbulnya rasa sakit. Pada 8 jam pertama setelah pembedahan, dosis dewasa untuk obat analgesik non-narkotik atau narkotik dapat dilipatgandakan. Meskipun kontrol rasa sakit tidak menimbulkan masalah pada anak-anak, baik karena sifatnya atau sifat dari prosedur yang dialaminya, suspensi pediatrik yang berisi agen narkotik atau kombinasi non-narkotik/narkotik dapat digunakan. Lebih sering dosis resep yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya karena sikap hati-hati yang timbul akibat seringnya penyalahgunaan obat. Kontrol Bakteremia Resiko yang benar-benar merupakan ancaman bagi pasien yang dapat menyebabkan bakteremia adalah bila keutuhan mukosa terputus dan ada perdarahan. Untuk mengurangi ancaman bakteremia digunakan antibiotik profilaktik pada pasien yang mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh pada kondisi-kondisi yang mudah mengalami serangan infeksi. Pasien dengan kelainan jantung merupakan kasus terbanyak, cenderung memerlukan perhatian yang lebih banyak. Termasuk dalam kelompok tersebut adalah pasien dengan penyakit jantung kongenital, penyakit katup jantung, atau riwayat pernah terserang demam rematik. Terapi antibiotik profilaksis untuk pasien-pasien tersebut diarahkan untuk pencegahan endokarditis bakterial subakut.

34 Gambar 15. Salah satu contoh prosedur selama operasi 3. PROSEDUR SESUDAH OPERASI1 a. Operator/ asisten operator setelah selesai operasi membuka deok penutup pasien. b. Asisten instrumen operator mengumpulkan kembali alat yang dipakai dan menghitung apakah sudah cukup jumlahnya dan dimasukkan kembali ke loyang untuk dicuci. c. Pasien dibersihkan oleh petugas OK dan dipasangi pakaian. d. Dipindahkan ke ruang pulih sadar, diawasi pelaksana anestesi dan petugas pulih sadar, sampai keadaan pasien membaik. e. Petugas kamar operasi (OK) lainnya membersihkan meja operasi dan alat lain yang dipakai misal: suction, oksigen dan lain-lain. f. Setelah keadaan umum pasien baik, pasien dipindahkan ke ruang perawatan dengan brankar bedah, bersama status pasien. g. Petugas kamar operasi (OK) mencatat ke dalam buku register. 4. PROSEDUR PENCATATAN1 a. Data pasien dicatat dalam buku register kamar OK termasuk nama pasien, dokter yang merawat pasien. b. Petugas anestesi mencatat tindakan dan medikasi yang dilakukan selama operasi. c. Operator/ asisten operator mencatat laporan operasi di lembar C beserta tindakan yang dilakukan operator maupun anestesi dan petugas memindahkan ke buku register OK. d. Kalau ada permeriksaan patologi anatomi (PA) harus mengisi formulir untuk permintaan patologi anatomi (PA). e. Setiap awal bulan petugas administrasi OK membuat laporan kegiatan di lembar C. f. Operator menandatangani formulir permintaan permeriksaan patologi anatomi (PA). g. Petugas kamar operasi (OK) setiap hari membuat laporan kegiatan yang akan diserahkan kepala seksi medis/ perawatan. h. Petugas kamar operasi (OK) membuat laporan inventaris.

35 II. PROSEDUR BANGSAL A. DEFINISI BANGSAL Bangsal (ruang rawat inap) adalah ruangan yang digunakan bila pasien memerlukan rawat inap/ tinggal di rumah sakit. 3 Perawatan di bangsal meliputi rutinitas dan kegawatdaruratan3, yaitu: 1. Menjaga pasien agar beristirahat di tempat tidur, jika diperlukan. 2. Memberikan obat-obatan sesuai perintah dokter. 3. Memberikan cairan intravena atau cairan perenteral. 4. Mempersiapkan tindakan operasi. 5. Mengatur waktu makan pasien. 6. Mengantar pasien ke kamar operasi atau mengeluarkan pasien dari kamar operasi. Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit. 3 Menurut American Hospital Association pada tahun 19784, rawat inap adalah : 1. Pemeliharaan kesehatan rumah sakit di mana penderita tinggal sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan atan rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain. 2. Pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin sehingga penderita harus menginap karena penyakitnya. Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah sangat mirip dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang berobat jalan di Unit Rawat Jalan, akan mendapatkan surat rawat dari dokter yang merawatnya, bila pasien tersebut memerlukan perawatan di dalam rumah sakit atau menginap di rumah sakit. 3 B. KEGIATAN DI INSTALASI RAWAT INAP3

36 1. Alur Kegiatan di Instalasi Rawat Inap Gambar 16. Skema alur kegiatan di ruang rawat inap 2. Kegiatan Pelayanan Rawat Inap4 Terdapat beberapa kegiatan pelayanan rawat inap antara lain sebagai berikut. a. Penerimaan pasien (admission) b. Pelayanan medik c. Pelayanan penunjang medik d. Pelayanan perawatan e. Pelayanan obat f. Pelayanan makanan g. Pelayanan administrasi keuangan Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap akan mengalami tingkat proses transformasi, yaitu : 4 a. Tahap admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan dirawat tinggal di rumah sakit. b. Tahap diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.

37 c. Tahap perawatan, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam program perawatan terapi. d. Tahap pemeriksaan, yaitu secara berkesinambungan diobservasi dan dibandingkan pengaruh serta repson pasien atas pengobatan. e. Tahap kontrol, yaitu setelah dianalisis kondisinya, pasien dipulangkan, pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk didiagnosa ulang. 3. Kualitas Pelayanan Rawat Inap4 Menurut Jacobalis (1990) kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, di antaranya : a. Penampilan keprofesian atau aspek klinis Aspek ini menyangkut pengetahuan serta sikap dan perilaku dokter, perawat, dan tenaga profesi lainnya. b. Efisiensi dan efektivitas Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna. c. Keselamatan pasien Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien. d. Kepuasan pasien Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial pasien terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan, dan sebagainya. 4. Tujuan Pelayanan Rawat Inap4 a. Membantu penderita memenuhi kebutuhannya sehari-hari sehubungan dengan penyembuhan penyakitnya. b. Mengembangkan hubungan kerja sama yang produktif, baik antara unit maupun antara profesi. c. Menyediakan tempat/ latihan/ praktek bagi siswa perawat. d. Memberikan kesempatan kepada tenaga perawat untuk meningkatkan keterampilannya dalam hal keperawatan. e. Meningkatkan suasana yang memungkinkan timbul dan berkembangnya gagasan yang kreatif. f. Mengandalkan evaluasi yang terus-menerus mengenai metode keperawatan yang dipergunakan untuk usaha peningkatan.

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu. Kamar Operasi 1 A. PENGERTIAN Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). B.

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama PERAWATAN DAN MAINTENANCE PREPARASI OPERASI Dr. Drh.Gunanti S,MS Bag Bedah dan Radiologi PERSIPAN PENGEMASAN Prinsip : bebas dari kontaminasi Peralatan dan bahan harus bersih : Alat dibersihkan manual/pembersih

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi.

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi. Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 03:14 WIB oleh fatima dalam katergori Kamar Bedah tag Kamar Bedah, Oka, Perawat Instrument, Perawat

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 1. PANDUAN KESELAMATAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN I. Pengantar Panduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen yang bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama oleh negara-negara

Lebih terperinci

KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI

KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI Langkah Pertama : Identifikasi Tipe Aktifitas Proyek Konstruksi (Tipe A-D) Tipe Aktifitas inspeksi dan non-invasif. A

Lebih terperinci

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu 1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Gambar Denah Tataletak Ruang Operasi

LAMPIRAN. A. Gambar Denah Tataletak Ruang Operasi LAMPIRAN A. Gambar Denah Tataletak Ruang Operasi 134 134 B. Kuisoner Pengguna Internal ASPEK PROSES NO PERNYATAAN YA TIDAK 1. Terdapat ruang pendaftaran melakukan pendataan pasien bedah dan penandatanggan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH Oleh: MEITY MASITHA ANGGRAINI KESUMA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK CUCI TANGAN MEDIS

DAFTAR TILIK CUCI TANGAN MEDIS CUCI TANGAN MEDIS N0 PROSEDUR TINDAKAN NILAI 1 Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan 2 Melepas semua perhiasan yang menempel di tangan dan lengan 3 Membasahi kedua belah tangan dengan air mengalir 4 Memberi

Lebih terperinci

Pengertian : Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi.

Pengertian : Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi. R U M A H S A K I T D K DADI Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh petugas

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

STERILISASI & DESINFEKSI

STERILISASI & DESINFEKSI STERILISASI & DESINFEKSI Baskoro Setioputro 6-1 Cara penularan infeksi : 1. Kontak Langsung, tidak langsung, droplet 2. Udara Debu, kulit lepas 3. Alat Darah, makanan, cairan intra vena 4. Vektor / serangga

Lebih terperinci

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200 PENGERTIAN : 1. Dekontaminasi adalah langkah awal untuk memproses benda mati agar lebih aman ditangani petugas sebelum dicuci. 2. Pembersihan adalah proses menghilangkan secara fisik seluruh kotoran, darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang perizinan rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang 7 menit dibutuhkan Tujuan station Menilai kemampuan prosedur perawatan jenazah HIV/AIDS di RS Area kompetensi 1. Komunikasi efektif pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ILMU DASAR KEPERAWATAN II Disusun Oleh Kelompok SDL 1 S1 / 1B 1. Ardiana Nungki A 101.0008 2. Desi Artika R 101.0018 3. Diah Rustanti 101.0022 4. Diyan Maulid 101.0026 5.

Lebih terperinci

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi INSTRUMEN Pengertian Instrumen (1) Alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN Jur. Tek. Industri Pertanian FTP-UB Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau STERILISASI ALAT 1. Definisi Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari semua bentuk kehidupan (Mulyanti

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN Area Renovasi : Tanggal pemantauan : KELAS III N O KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN 1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERAN SCRUB NURSE

FUNGSI DAN PERAN SCRUB NURSE Lampiran 1 FUNGSI DAN PERAN SCRUB NURSE A. Pre Operasi ; 1. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan dokumentasi perawatan pasien selama pre operasi, 2. Menyiapkan lingkungan kamar

Lebih terperinci

LAPORAN PATIENT SAFETY PUSKESMAS TANJUNG PINANG

LAPORAN PATIENT SAFETY PUSKESMAS TANJUNG PINANG LAPORAN PATIENT SAFETY PUSKESMAS TANJUNG PINANG Disusunoleh: Annisa Mega Lisna Ayu Ivotika Ardila Ida Ayu Ratna W Rizka Yollanda Nur Azizah Rika Angelia G1A214015 G1A214016 G1A214018 G1A214020 G1A214019

Lebih terperinci

PANDUAN INFECTION CONTROL RISK ASESSMENT (ICRA) KONSTRUKSI RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014 RS BAPTIS BATU JL RAYA TLEKUNG NO 1 JUNREJO BATU

PANDUAN INFECTION CONTROL RISK ASESSMENT (ICRA) KONSTRUKSI RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014 RS BAPTIS BATU JL RAYA TLEKUNG NO 1 JUNREJO BATU PANDUAN INFECTION CONTROL RISK ASESSMENT (ICRA) KONSTRUKSI RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014 RS BAPTIS BATU JL RAYA TLEKUNG NO 1 JUNREJO BATU DAFTAR ISI Halaman Judul... Daftar Isi... Lembar Pengesahan... i ii

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut :

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut : DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut 1. Perlu perbaikan 2. Mampu 3. Mahir Langkah langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian VULNUS LACERATUM No Dokumen : SOP No.Revisi : 0 TanggalTerbit : Halaman :1 dari 4 1. Pengertian Vulnus atau lukaadalah hilang atau rusaknya sebagian kontinuitas jaringan yang dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 A. Badan

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD Nama : NPM : Tanggal Ujian : Penguji : 1. Nilai 2 : Memuaskan : Memperagakan langkah langkah atau tugas sesuai Dengan prosedur standar atau pedoman 2. Nilai 1 :

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

USER MANUAL M Last ref Nov 2015

USER MANUAL M Last ref Nov 2015 USER MANUAL M301 Last ref Nov 2015 www.advanceproduct.com 0804 1 98 98 98 Terima kasih telah membeli Power Relax. Mohon membaca dan memperhatikan buku manual ini tentang petunjuk keamanan sebelum menggunakan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI

KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI Formulir XI KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI Berdasarkan :. UU Kesehatan No. 36 tahun 009. Perda Kota Depok No. 05 tahun 0 tentang Perizinan dan Sertifikasi

Lebih terperinci

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT OLEH Ahyar Riza NIP: 132 316 965 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ahyar Riza : Asepsis Sesudah Tindakan Bedah Mulut, 2009 ASEPSIS SESUDAH

Lebih terperinci

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan Pekalongan PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman STANDAR Adalah proses penanganan linen yang telah dipergunakan oleh pasien, yang tidak terkontaminasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain BEBERAPA PERALATAN DI RUANG ICU 1. Termometer 2. Stethoscope Digunakan untuk mengukur suhu tubuh 3. Tensimeter Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi

Lebih terperinci

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal PERSALINAN NORMAL 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat KEGIATAN I. MELIHAT

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) A. Definisi Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan

Lebih terperinci

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL 1. N a m a Golongan Essential Oil Sinonim / Nama Dagang (3) Cannabis chinense; Cannabis indica; Hempseed oil Nomor Identifikasi Nomor CAS : 68956-68-3 (1,7) Nomor

Lebih terperinci

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah PENCABUTAN IMPLANT No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah Gambar 2. Menjelaskan tujuan dan proedur yang akan dilakukan kepada keluarga 3. Komunikasi dan kontak mata

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

PETUNJUK PERAWATAN TENSIMETER RAKSA (Sphigmomanometer Raksa) dan STETOSKOP

PETUNJUK PERAWATAN TENSIMETER RAKSA (Sphigmomanometer Raksa) dan STETOSKOP Halaman : 1 dari 5 PETUNJUK PERAWATAN TENSIMETER RAKSA (Sphigmomanometer Raksa) dan 1. Ruang Lingkup Petunjuk ini berisi prosedur perawatan yang berlaku pada alat Tensimeter Raksa RIESTER (Mercurial Sphygmomanometers

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2 PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2 MENGGUNAKAN PENUNTUN BELAJAR Penuntun belajar keterampilan klinik dan konseling Implan-2 ini dirancang untuk membantu peserta mempelajari langkah-langkah

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamu alaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar Mencuci Tangan Kegiatan Belajar I Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus TUJUAN Pembelajaran Umum Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan

Lebih terperinci

PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA

PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA Jl. Raya Plumpang Jakarta Utara KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat Nya

Lebih terperinci

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata

Lebih terperinci

SPO PEMULASARAN JENAZAH. No. Revisi: 02. No. Dokumen: Halaman : 1/2. Diterbitkan Direktur, Tanggal Terbit : 01 Januari 2012

SPO PEMULASARAN JENAZAH. No. Revisi: 02. No. Dokumen: Halaman : 1/2. Diterbitkan Direktur, Tanggal Terbit : 01 Januari 2012 PEMULASARAN JENAZAH 29..01 1/2 Diterbitkan Direktur, dr. Badrul Munir Jauhari Pengertian Tujuan Kebijakan Pemulasaran jenazah adalah proses perawatan jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani,

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% Di susun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Tgl. Pratikum : 28 Oktober-4 November 2010 LABORATORIUM TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tindakan Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Tindakan mempunyai beberapa

Lebih terperinci

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian Pengertian Suction adalah : Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut. Kebijakan : Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan lendir, melonggarkan jalan nafas.

Lebih terperinci

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG BAB I DEFINISI RUANG ISOLASI A. Definisi Ruang Isolasi Ruang isolasi adalah

Lebih terperinci

MEMBERSIHKAN LANTAI RUANGAN

MEMBERSIHKAN LANTAI RUANGAN MEMBERSIHKAN LANTAI RUANGAN Membersihkan lantai ruangan dari debu, sampah, hewan-hewan kecil (semut dll) atau kotoran lainnya yang terdapat di lantai. a. Agar lantai ruangan tampak bersih. b. Menghindarkan

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KETENAGAAN PERAWAT DI KAMAR BEDAH

PENGELOLAAN KETENAGAAN PERAWAT DI KAMAR BEDAH PENGELOLAAN KETENAGAAN PERAWAT DI KAMAR BEDAH OLEH BAMBANG APARYANTO, S.KEP, NS NIP 19790611 200112 1 004 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN NUNUKAN 2015 1 KEBUTUHAN PERAWAT KAMAR BEDAH Sesuai kebijakan

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR. Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar

PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR. Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar Panduan ini dirancang untuk melengkapi Kit atau Alat Bantu Pengambilan Sampel DNA

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD Sebelum melakukan percobaan, praktikan menonton video tentang suction orofaringeal dan perawatan WSD. Station 1:

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan)- 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari

Lebih terperinci

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013 PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/203 Tanggal Pengertian Tujuan Kebijakan Prasarana Prosedur Tetap Catatan - Mengambil sampel air bersih / air minum untuk pemeriksaan bakteriologis

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PETUNJUK PENGOPERASIAN PETUNJUK PENGOPERASIAN LEMARI PENDINGIN MINUMAN Untuk Kegunaan Komersial SC-178E SC-218E Harap baca Petunjuk Pengoperasian ini sebelum menggunakan. No. Pendaftaran : NAMA-NAMA BAGIAN 18 17 16 1. Lampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam percobaan ini mengunakan metoda spektrometri yang pengukuran secara kuantitatif. Namun percobaan ini tidak jauh berbeda dengan percobaan sebelumnya karena percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar bebas dengan kerangka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015 merupakan tantangan dan hambatan bangsa Indonesia kedepan. Khususnya bidang pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat kesehatan meliputi barang, instrumen atau alat lain yang termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau dimaksudkan untuk digunakan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN Lemari Pendingin 2 pintu Bebas Bunga Es (No Frost)

PETUNJUK PENGGUNAAN Lemari Pendingin 2 pintu Bebas Bunga Es (No Frost) PETUNJUK PENGGUNAAN Lemari Pendingin 2 pintu Bebas Bunga Es (No Frost) DAFTAR ISI FITUR 2 PEMASANGAN 5 PENGOPERASIAN 6 MEMBERSIHKAN 8 PERINGATAN 9 PEMECAHAN MASALAH 10 No. Pendaftaran: PEMECAHAN MASALAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

Membantu Bayi Bernapas. Buku Kerja Peserta

Membantu Bayi Bernapas. Buku Kerja Peserta Membantu Bayi Bernapas Buku Kerja Peserta 1 2 Untuk mereka yang merawat bayi pada saat kelahiran Membantu Bayi Bernapas mengajarkan kepada penolong persalinan untuk merawat bayi pada saat kelahiran. -

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap

Lebih terperinci