ASAL-USUL NAMA TEMPAT (DAERAH) DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG (DOKUMENTASI DAN KLASIFIKASI) Adhitya Sapta Putra

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASAL-USUL NAMA TEMPAT (DAERAH) DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG (DOKUMENTASI DAN KLASIFIKASI) Adhitya Sapta Putra"

Transkripsi

1 ASAL-USUL NAMA TEMPAT (DAERAH) DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG (DOKUMENTASI DAN KLASIFIKASI) Adhitya Sapta Putra Abstrak Penelitian ini dilakukan berdasarkan kenyataan bahwa hanya orang tua saja yang mengetahui cerita asal-usul nama tempat (daerah) di Kecamatan Pauh ini sedangkan generasi muda hampir tidak ada yang mengetahuinya. Apalagi sekarang ini semakin banyaknya pendatang yang berdomisili di Pauh. Maka dari itu sangat perlu dilakukan pendokumentasian terhadap asal-usul nama tempat (daerah) di Kecamatan Pauh. Tujuan penelitian ini adalah mendokumentasikan, mengklasifikasikan, dan analisis motif cerita asal-usul nama tempat (daerah) di Kecamatan Pauh. Metode yang digunakan adalah kualitatif. Data dapat diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan perekaman. Selain itu data tambahan diperoleh dari buku dan hasil penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Melalui penelitian ini dapat ditemukan 41 cerita. Dari ke 41 cerita tersebut dapat diklasifikasikan 15 motif cerita yaitu berdasarkan usia daerah, nama tumbuhan, topografi, geografis, nama suku, gabungan geografis dan nama binatang, nama benda, gabungan geografis dan legenda, tindakan masyarakat, gabungan nama tumbuhan dan topografi, gabungan geografis dan topografi, gabungan nama tumbuhan dan geografis, gabungan nama tumbuhan dan legenda, gabungan geografis dan tindakan masyarakat, gabungan geografis dan nama benda. Kata Kunci: Folklor, cerita, asal-usul, Pauh, motif, klasifikasi. Latar Belakang Folklor menurut Mulyana (dalam Danandjaja, 1984:2), merupakan sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat. Ada satu bentuk folklor lisan yang masih sedikit dijamah oleh para peneliti, yaitu cerita asal-usul nama-nama tempat (daerah), khususnya daerah-daerah di Minangkabau. Informasi tertulis menyebutkan bahwa hampir tidak ada mengenai hal itu, begitu pula secara lisan hanya segelintir dari generasi tua yang masih mengetahui informasi mengenai hal tersebut, sedangkan generasi muda dapat dipastikan hampir tidak ada yang mengetahuinya. Oleh karena itu upaya pendokumentasian sangat diperlukan agar tidak hilang begitu saja (Fauza, 2007:8). Salah satu daerah yang menurut peneliti sangat menarik untuk diteliti adalah Kecamatan Pauh Kota Padang (selanjutnya disebut dengan Pauh). Ada sembilan Kelurahan yang terdapat di Pauh ini diantaranya, Binuang Kampuang Dalam, Pisang, Cupak Tangah, 1

2 Piai Tangah, Kapalo Koto, Limau Manih Selatan, Koto Lua, Limau manih, Lambuang Bukik. Setiap kelurahan tersebut memiliki daerah masing-masingnya. Berikut contoh cerita mengenai asal-usul nama tempat (daerah) Binuang dan Kampuang Dalam. Daerah ini dulunya menurut cerita adalah daerah jajahan waktu pergolakan dengan Belanda dan di sana ada balai pertemuan bagi kaum pribumi untuk berunding membicarakan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Di dekat balai pertemuan itu terdapat sebuah pohon yang sangat besar melebihi besarnya pohon beringin pohon itu disebut pohon Binuang, Maka secara spontan masyarakat memberi nama daerah tersebut Binuang. Sementara itu Kampuang Dalam menurut cerita dulunya merupakan daerah yang sunyi dan sangat sulit untuk ditempuh apalagi bagi orang Belanda, maka diberi nama Kampuang Dalam. Dikarenakan Binuang dengan Kampuang Dalam ini hubungan antara masyarakatnya dekat dan sangat erat maka daerah ini digabung menjadi satu daerah yaitu Binuang Kampuang Dalam. Cerita tersebut sudah banyak tidak diketahui lagi oleh masyarakat khususnya generasi muda, hanya kalangan orang tua saja yang mengetahuinya. Apalagi sampai sekarang ini semakin banyak masyarakat pendatang yang berdomisili di Pauh. Terjadinya perbauran budaya antara pendatang dengan penduduk asli dikhawatirkan dapat menyebabkan hilangnya keaslian budaya yang dimiliki oleh masyarakat khususnya cerita asal-usul nama tempat (daerah) di Pauh ini. Selain itu saat ini nama-nama daerah pun sudah banyak yang diindonesiakan seperti Limau Manis. Hal ini juga dapat membuat cerita asal-usul nama tempat (daerah) ini pun akan semakin sulit ditelusuri. Oleh karena itu upaya pendokumentasian cerita asal-usul nama tempat (daerah) di Pauh ini sangat perlu dilakukan. Metode dan teknik penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Menurut Danandjaja (1984:185), penelitian folklor terdiri antara lain dari tiga macam atau tahap, yakni: pengumpulan, penggolongan (pengklasifikasian), dan penganalisaan. Dalam penelitian ini yang akan diuraikan adalah tahap pengumpulan data dengan tujuan untuk pengarsipan atau pendokumentasian. Penelitian macam pengumpulan dengan tujuan pengarsipan atau pendokumentasian ini bersifat penelitian di tempat (field work). Ada tiga tahap yang harus dilalui oleh seorang peneliti di tempat jika hendak berhasil dalam usahanya, yaitu: (1). tahap prapenelitian di tempat. (2). tahap penelitian di tempat yang sesungguhnya, 2

3 dan (3). cara pembuatan naskah bagi pengarsipan. Selain peneliti melakukan tiga tahap di atas dilanjutkan dengan klasifikasi. Ben-Amos (dalam Endraswara, 2009:106) tergolong ahli folklor yang banyak memberikan rumusan klasifikasi folklor. Dia mengklasifikasikan folklor yang berupa kisah, dengan sebutan: mite, legenda, dan dongeng atas cerita rakyat. Genre ini secara konseptual klasifikasi dapat dilihat dari: (1) classificatory categories, (2) permanent form, (3) evolving form, dan (4) form of discourse. Pengelompokan genre semacam ini tentu saja akan memudahkan peneliti membuat sub-sub analisis. Dari uraian di atas penelitian ini memakai konsep yang pertama yaitu classificatory categories. Classificatory categories adalah klasifikasi yang didasarkan pada kategori tertentu, misalnya dari segi tema atau motifnya. Dalam folklor jawa, misalnya ada motif mimpi, perang, menipu, dan sebagainya. Sedangkan dalam penelitian ini akan membagi ke dalam beberapa motif yaitu berdasarkan nama tumbuh-tumbuhan,topografi,suku penduduk dan sebagainya. Selain hal di atas peneliti melakukan teknik penelitian guna lancarnya penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Adapun teknik tersebut adalah observasi, wawancara, perekaman, pencatatan, pengklasifikasian dan analisis. Sejarah Daerah Pauh Daerah Pauh jika dilihat dari segi adat pada dasarnya terdiri dari tiga wilayah kenagarian seperti Kenagarian Limau Manih (bagian dari wilayah asalnya di Lubuk Kilangan), Kenagarian Pauah Limo dan Kenagarian Pauah Sambilan (sekarang wilayah Kuranji). Diceritakan bahwa nenek moyang masyarakat Pauh pada mulanya berasal dari Solok Salayo. Nenek moyang tersebut terdiri dari empat orang yang masing-masingnya mewakili empat suku yaitu Rajo Perak dari suku Jambak, Inyiak Sumbo dari suku Caniago, Sanggono Di Rajo dari suku Tanjuang dan Rajo Anggang dari suku Koto. Keempat perwakilan suku tersebut bermaksud meneruka lahan baru di wilayah Pauh. Nenek moyang tersebut menurut data informan berjalan melalui Koto Alang dan sampai ke Banda Mua. Kemudian mendaki lagi sehingga sampai ke suatu bukit yang dinamakan Bukit Koto Tinggi. Setelah itu mereka meninjau lahan dari atas bukit tersebut, sehingga tampaklah dataran yang cukup luas antara wilayah yang sekarang merupakan Kelurahan Lambuang Bukik di bagian utara hingga wilayah Kelurahan Limau Manih Selatan atau Ulu Gaduik di bagian selatan dan Kelurahan Koto Tuo di bagian Timur hingga wilayah 3

4 Kelurahan Pisang di bagian barat. Wilayah-wilayah tersebut sangat subur, karena banyak dialiri oleh berbagai hulu aliran sungai yang menyatu ke beberapa sungai besar yang salah satunya dikenal sekarang dengan nama Batang Aia Kuranji. Tempat mereka meninjau lahan tersebut dikenal dengan Camin Toran. Di Camin Toran, terdapat pohon yang dinamakan Batang Sipadiah. Menurut informan, di bawah Batang Sipadiah tersebut, nenek moyang itu bersepakat untuk membuka lahan yang akan ditempati. Selesai bermusyawarah nenek moyang tersebut kembali mendaki bukit pulang ke Solok Salayo untuk menjemput anak dan kemenakan mereka. Akan tetapi Rajo Anggang dari perwakilan Suku Koto memilih tinggal dan tidak turut pulang ke Solok Salayo. Selanjutnya, nenek moyang kembali lagi dari Solok Salayo dan membawa serta 7 kelompok suku yang terdiri dari kelompok suku Koto, kelompok suku Piliang, kelompok suku Bodi, kelompok suku Caniago, kelompok suku Jambak, kelompok suku Tanjuang dan kelompok suku Melayu. Ketiga orang nenek moyang yang membawa rombongan tersebut juga membawa serta nenek moyang dari Suku Melayu yang dikenal dengan Rajo Putiah, sehingga jumlah nenek moyang orang Pauh bertambah menjadi 5 orang. Nantinya, Rajo Putiah tersebut berperan dalam menyelesaikan setiap persengketaan atau perselisihan yang terjadi di antara mereka tersebut. Kelimanya, dikenal pula dengan sebutan Balimo Nan Manih (berlima yang manis/gagah). Di samping ketujuh kelompok yang menetap di wilayah Pauh sekarang, terdapat pula tujuh kelompok lain yang juga sama-sama turun namun berbeda asal. Ketujuh kelompok tadi juga mempunyai komposisi kelompok suku yang sama. Ketujuh kelompok tersebut nantinya mempunyai hubungan yang erat dengan ketujuh kelompok sebelumnya. Sehingga, sebelum bernama Pauh, kelompok-kelompok tersebut dinamakan dengan Tujuah Di Ateh dan Tujuah Di Baruah. Hubungan tersebut ibaratnya seperti kakak-beradik, dan meliputi hal apapun seperti kekeluargaan, perdagangan bahkan hubungan militer, sehingga hubungan tersebut dieratkan dengan nama Si Ampek Baleh. Menurut Emral Dt. Rajo Mudo dalam makalahnya yang berjudul Kekuasaan Portugis dan Aceh di Rantau Pesisir Barat menyebutkan bahwa sekitar abad ke-16, orang-orang Eropa mulai berdatangan ke pesisir pantai barat Sumatera. Jalur alternatif pantai barat menjadi sentral karena kekuasaan Kerajaan Aceh di pantai timur Sumatera sangat kuat. Termasuk Belanda, mempunyai keinginan menguasai bandar dagang di pesisir barat Sumatera khususnya Bandar Padang.Setelah menguasai dan mendirikan loji di Koto Tangah, Belanda memperluas wilayahnya hingga ke wilayah Si Ampek Baleh tepatnya di wilayah Tujuah Di Baruah (Kuranji). Hal tersebut menyebabkan perang yang dikenal juga dengan nama Perang 4

5 Rupik. Dalam perang Rupik tersebut, masyarakat di wilayah Tujuah Di Baruah terdesak, sehingga meminta pertolongan kepada saudara-saudara dekatnya di Tujuah Di Ateh. Digelarlah pertemuan rahasia bertempat di Surau Taratak atau yang bernama Mesjid Kuba sekarang. Pertemuan tersebut tidak saja dihadiri oleh perwakilan Si Ampek Baleh saja, namun juga dihadiri oleh perwakilan dari Lubuak Kilangan dan Nagari Nan XX Lubuak Bagaluang. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk membantu mempertahankan wilayah Tujuah Di Baruah tersebut. Seluruh pendekar-pendekar silat dari perwakilanperwakilan wilayah diadu untuk menentukan siapa yang layak dikirim melawan Belanda. Dari perwakilan-perwakilan tersebut, terpilihlah dua wakil pendekar dari suku Koto dan Jambak yang berasal dari wilayah Tujuah Di Ateh. Tidak diketahui apakah dalam perang tersebut, Belanda berhasil dipukul mundur atau tidak. Namun, dari peristiwa Perang Rupik tersebut, sebagai rasa ungkapan terima kasih masyarakat Tujuah Di Baruah, maka dua perwakilan pendekar beserta kerabatnya tersebut dipersilahkan untuk tetap tinggal dalam wilayah Tujuah Di Baruah. Hal tersebut disepakati oleh masing-masing tetua wilayah, sehingga, jumlah kelompok suku yang berada di wilayah Tujuah Di Ateh berkurang menjadi lima dan di wilayah Tujuah Di Baruah menjadi sembilan. Hal itu juga yang mendasari pergantian nama dalam wilayah Si Ampek Baleh, sehingga Tujuah Di Ateh dikenal dengan nama Pauah Limo (Pauh) dan Tujuah Di Baruah dikenal dengan nama Pauah Sambilan (Kuranji). Nama Pauh sendiri diambil dikarenakan bahwa di tempat musyawarah tersebut terdapat batang/pohon Pauh maka disetujuilah nama tersebut menjadi Pauh. Selain hal di atas daerah Pauh juga memiliki 5 tapian yang merujuk ke lima suku yang ada di Pauh. Tapian adalah sasaran tempat latihan silat. Kelima tapian yang ada di Pauh adalah: 1. Tapian suku Koto berada di daerah Cupak Tangah 2. Tapian suku Jambak berada di daerah Kampuang Dalam 3. Tapian suku Melayu berada di daerah Sungkai 4. Tapian suku Tanjuang berada di daerah Pisang 5. Tapian suku Caniago berada di daerah Piai. Motif cerita Asal-usul Nama Tempat (daerah) di Pauh Dari analisis yang dilakukan terhadap cerita penamaan nama-nama tempat (daerah) yang terdapat di Pauh, ditemukan 15 macam motif cerita dari nama-nama tempat (daerah) di Pauh yaitu terdiri dari: 2 buah motif usia daerah, 4 buah motif nama tumbuhan, 4 buah motif 5

6 topografi, 5 buah motif geografis, 5 buah motif nama suku, 3 buah motif gabungan geografis dan nama binatang, 5 buah motif nama benda, 2 buah motif gabungan geografis dan legenda, 2 buah motif tindakan masyarakat, 2 buah motif gabungan nama tumbuhan dan topografi, 2 buah motif gabungan geografis dan topografi, 2 buah motif gabungan nama tumbuhan dan geografis, dan 1 buah motif gabungan nama tumbuhan dan legenda, 1 buah motif gabungan geografis dan tindakan masyarakat, 1 buah motif gabungan geografis dan nama benda. Dari ke 15 motif tersebut dapat dilihat bahwa ada 3 buah motif yang sama dominan adalah motif geografis, nama suku, dan nama benda. Klasifikasi Cerita Asal-usul Nama Tempat (daerah) yang terdapat di Pauh Berdasarkan motif ceritanya dari ke 41 (empat puluh satu) cerita yang ditemukan di dalam penelitian ini dapat pula diklasifikasikan menjadi 15 pengklasifikasian menurut motif cerita tersebut. 1. Berdasarkan Usia Daerah 1. Koto Tuo Koto dalam bahasa Indonesia adalah Kota dan Tuo adalah Tua. Koto Tuo termasuk ke dalam motif usia daerah karena menurut cerita daerah ini merupakan daerah yang pertama kali ditempuh dan dihuni oleh nenek moyang orang Pauh. 2. Koto Baru Koto Baru termasuk ke dalam motif usia daerah karena dilihat dari ceritanya daerah ini merupakan daerah yang baru dihuni sekitar tahun Dari uraian di atas sangat jelas disebutkan bahwa daerah ini merupakan daerah baru daripada daerah-daerah yang lainnya. 2. Berdasarkan Nama Tumbuhan 1. Alai Apo lai dalam bahasa Minang kemudian menjadi a lai dalam dialek Pauh dan di dalam bahasa Indonesia dapat diartikan apa lagi. Hal ini merupakan sebuah kata tanya dalam bahasa Minangkabau. Tetapi sebenarnya penamaan daerah ini bukan berasal dari sebuah pertanyaan tersebut. Menurut cerita dari informan Jamaludin Umar Rajo Kuaso daerah ini dulunya banyak ditumbuhi pohon patai (petai) yang bernama patai alai. Jenis patai (petai) ini tidak memiliki buah. Jadi, dari uraian cerita di atas daerah alai termasuk ke dalam motif tumbuhan. 2. Binuang 6

7 Di dalam kamus bahasa Minangkabau binuang diartikan menjadi 2 buah arti yaitu pertama binuang adalah pohon yang kayunya lunak dan ringan. Sedangkan arti yang kedua adalah sebutan bagi kerbau yang hitam dan besar dalam cerita kaba Cindua Mato. Namun demikian binuang dalam cerita asal-usul nama tempat (daerah) ini adalah pohon yang berukuran besar. Daerah ini dulunya menurut cerita adalah daerah jajahan waktu pergolakan dengan Belanda dan di sana ada balai pertemuan bagi kaum pribumi untuk berunding membicarakan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Kemudian di dekat balai pertemuan itu terdapat satu pohon yang sangat besar melebihi besar ukuran dari pohon beringin yang bernama pohon binuang. Jadi, penamaan daerah Binuang ini termasuk ke dalam motif tumbuhan 3. Pauh Pauh merupakan salah satu jenis buah yang mirip dengan buah mangga, tetapi pauh memiliki ukuran yang kecil dari buah mangga. Nama Pauh ini diambil dikarenakan nenek moyang orang Pauh berunding di bawah batang/pohon Pauh. Jadi, nama Pauh di ambil untuk dijadikan nama daerah oleh masyarakat dan termasuk ke dalam motif tumbuhan. 4. Pisang Pisang adalah salah satu jenis buah yang manis berwarna kuning. Karena menurut cerita sebelum dihuni daerah ini merupakan kebun yang luas yang banyak ditumbuhi oleh pohon pisang. Jadi, nama pisang yang merupakan nama buah diambil untuk dijadikan nama daerah oleh masyarakatnya. 3. Berdasarkan Topografi 1. Pasia Pasia dalam bahasa Indonesia adalah pasir. Menurut cerita, daerah Pasia merupakan daerah tempat peristirahatan biduak (perahu kecil) di tepi sungai yang berpasir. Nama Pasia diambil untuk dijadikan nama daerah oleh masyarakat. Jadi, daerah Pasia ini termasuk ke dalam motif topografi karena bentuk permukaan daerahnya yang berpasir. 2. Pulau Pulau yang dimaksud di sini bukan pulau yang ada di tengah laut. Tetapi pulau yang dimaksud di sini adalah daerah ini dulunya sebelum dihuni berbentuk pulau yang mirip dengan pulau yang ada di tengah laut. Tetapi setelah dihuni 7

8 daerah tersebut sudah berubah. Jadi,menurut uraian di atas daerah ini termasuk ke dalam motif topografi karena bentuk permukaan daerahnya seperti pulau. 3. Lakuk Lakuk merupakan istilah bagi orang Pauh untuk penamaan daerah ini karena diceritakan bahwa keadaan daerah ini tanahnya talakuk atau tanahnya yang menjorok ke dalam. Kalau dilihat daerah ini sedikit rendah dari daerah Taratak. Daerah lakuk ini termasuk ke dalam motif topografi karena bentuk permukaan tanah daerah ini talakuk atau tanahnya yang menjorok ke dalam. 4. Taratak Taratak merupakan suatu istilah di Minangkabau sebutan untuk kampung yang kecil seperti yang diceritakan bahwa daerah ini awalnya merupakan sebuah kampung yang kecil. Jadi, sesuai dengan nama daerahnya taratak dapat dimasukkan ke dalam motif topografis. 4. Berdasarkan Geografis 1. Lambuang Bukik Lambuang Bukik di dalam bahasa Indonesia berarti lereng bukit atau kaki bukit. Karena daerah ini menurut cerita terletak di kaki bukit yang ada di Pauh. 2. Kampuang Tarandam Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan menjadi kampung dan Tarandam berarti terendam. Seperti yang diceritakan Kampuang Tarandam terletak di bawah Benteang. Ketika hujan yang sangat lebat tiba, maka daerah ini akan terendam banjir dikarenakan posisi daerah ini sedikit rendah dari daerah Benteang. Oleh sebab itu daerah Kampuang Tarandam termasuk ke dalam motif geografis karena letak/posisi daerahnya rendah dari daerah Benteang. 3. Koto Lua Koto Lua dalam bahasa Indonesia dapat diartikan Kota Luar. Berdasarkan namanya daerah ini merupakan daerah yang berada di perbatasan antara daerah Pauh dengan daerah Lubuk Kilangan. Jadi, daerah Koto Lua ini dapat dimasukkan ke dalam motif geografis karena letak/posisi daerahnya berada di perbatasan antara daerah Pauh dengan Lubuk Kilangan. 4. Kampuang Dalam Kampuang dalam dapat diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Kampung Dalam. Berdasarkan ceritanya, dulu daerah ini merupakan daerah yang sunyi dan sangat sulit untuk ditempuh. Banyak orang-orang yang tidak mengetahui 8

9 akses jalan ke sana apalagi Belanda. Oleh karena itu daerah Kampuang Dalam ini dapat dimasukkan ke dalam motif geografis karena letak/posisi daerahnya terpelosok jauh ke dalam dari daerah yang lain. 5. Wateh Wateh merupakan istilah di Pauh yang berarti batas. Seperti ceritanya daerah ini dikabarkan adalah daerah perbatasan kampung dengan wilayah kota yaitu perbatasan dengan Kecamatan Padang Timur. Dari uraian di atas daerah watas ini dapat dimasukkan ke dalam motif geografis karena letak/posisi daerahnya berada di perbatasan daerah Pauh dengan Kecamatan Padang Timur. 5. Berdasarkan Nama Suku 1. Kapalo Koto Kapalo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan menjadi kepala, dan Koto di sini bukan berarti kota tetapi nama salah satu suku yang ada di Minangkabau. Berdasarkan ceritanya daerah ini merupakan daerah awal, atau daerah selanjutnya yang ditempati oleh orang Pauh yang bersuku Koto. Oleh karena itu daerah Kapalo Koto dapat dimasukkan ke dalam motif nama suku karena daerah ini merupakan kepala atau awal dari orang Pauh yang bersuku Koto. 2. Koto Panjang Koto merupakan salah satu nama suku yang ada di Minangkabau, dan Panjang yang dimaksudkan di sini bukan panjang daerahnya. Akan tetapi daerah Koto Panjang ini seperti yang diceritakan dulunya ada orang yang mau menjodohkan anak mereka dengan wanita di daerah ini setiap bertanya kepada wanita di daerah tersebut, ternyata semua wanita tersebut bersuku koto lagi dan bersuku koto lagi. Jadi, sudah jelas daerah ini termasuk ke dalam motif nama suku karena di daerah ini semua masyarakat di sini kebanyakan bersuku Koto. 3. Kampuang Caniago Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kampung, dan Caniago merupakan salah satu nama suku yang ada di Minangkabau. Seperti yang diceritakan daerah ini terletak di wilayah administratif Kelurahan Piai Tangah. Orang-orang yang menetap di daerah ini adalah orang-orang yang berasal dari suku Caniago. Berdasarkan dari uraian di atas daerah ini termasuk ke dalam motif nama suku karena penamaan daerah ini diambil dari salah satu nama suku yaitu Caniago. 4. Kampuang Tanjuang 9

10 Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kampung, dan Tanjuag merupakan salah satu nama suku yang ada di Minangkabau. Kampuang Tanjuang juga terletak di wilayah administratif Kelurahan Piai Tangah. Orangorang yang menetap di daerah ini adalah orang-orang yang berasal dari suku Tanjuang. Berdasarkan dari uraian di atas daerah ini termasuk ke dalam motif nama suku karena penamaan daerah ini diambil dari salah satu nama suku yaitu Tanjuang. 5. Kampuang Melayu Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kampung, dan Melayu merupakan salah satu nama suku yang ada di Minangkabau. Kampuang Melayu juga terletak di wilayah administratif Kelurahan Piai Tangah. Orangorang yang menetap di daerah ini adalah orang-orang yang berasal dari suku Melayu. Berdasarkan dari uraian di atas daerah ini termasuk ke dalam motif nama suku karena penamaan daerah ini diambil dari salah satu nama suku yaitu Melayu. 6. Berdasarkan Gabungan Geografis dan Nama Binatang 1. Sungai Balang Sungai Balang merupakan salah satu nama tempat (daerah) yang ada di Pauh. Balang dalam bahasa Indonesia berarti belang. Yang dimaksud dengan Sungai Balang di sisni adalah bukan sungai yang belang, tetapi seperti yang diceritakan dulunya ada seorang lelaki yang bernama Rajo Mole yang sedang duduk di tepi sungai. Tidak lama kemudian Rajo Mole tersebut melihat ada seekor harimau. Jadi, berdasarkan cerita di atas penamaan nama daerah ini diambil dari sungai dan salah satu ciri fisik harimau yaitu kulitnya yang belang. Nama tempat (daerah) Sungai Balang ini termasuk ke dalam motif gabungan geografis dan binatang karena letak/posisi daerahnya terdapat sungai kemudian ada seekor harimau belang yang melintas di dekat sungai tersebut. 2. Lubuk Gajah Lubuk dalam bahasa Indonesia dapat diartikan yaitu telaga, dan gajah merupakan nama salah satu binatang. Menurut cerita yang sesungguhnya bahwa nama daerah ini adalah labuah gajah yang berarti labuah (tempat jalan) gajah. Sekarang orang-orang menyebut nama tempat (daerah) ini Lubuk Gajah. Berdasarkan dari uraian di atas penamaan nama daerah Lubuk Gajah ini 10

11 termasuk ke dalam motif gabungan geografis dan nama binatang karena letak/posisi daerah ini merupakan jalan yang dilewati oleh gajah. 3. Lubuk Ipuh Lubuk dalam bahasa Indonesia dapat diartikan yaitu telaga, dan ipuh merupakan nama salah satu binatang. Menurut cerita daerah ini hidup sekelompok binatang yang bernama Ipuh. Ipuh meruapakan nama binatang yang mirip dengan anak kambing. Binatang tersebut sering bermain di dekat lubuk (telaga) di daerah itu. Sekarang dikabarkan binatang ipuh ini sudah tidak ada lagi atau sudah punah. Berdasarkan dari uraian di atas nama tempat (daerah) Lubuk Ipuh ini termasuk ke dalam motif gabungan geografis dan nama binatang karena letak/posisi daerahnya terdapat telaga dan binatang Ipuh bermain-main di telaga tersebut. 7. Berdasarkan Nama Benda 1. Batu Busuk Batu merupakan salah satu benda yang keras, dan busuk merupakan aroma bau yang tidak sedap. Di daerah ini dulunya ada terdapat sebuah batu berukuran cukup besar yang bernama Batu Puru. Batu tersebut mengeluarkan air yang busuk (berbau) yang menyengat seperti bau bangkai. Jadi, penamaan nama daerah Batu Busuk ini termasuk ke dalam motif nama benda yaitu batu dan dijadikan sebagai nama tempat (daerah). 2. Lasuang Tungkuik Lasuang dalam bahasa Indonesia berarti lesung, dan tungkuik berarti benda yang dibalikkan dari bentuk semulanya. Berdasarkan uraian di atas penamaan daerah ini termasuk ke dalam motif nama benda karena nama daerah tersebut diambil dari salah satu benda yaitu lesung yang di balikkan untuk menyimpan barang berharga di dalam lesung yang dibalikkan tersebut dari tangan Belanda. 3. Sumua Gadang Sumua dalam bahasa Indonesia berarti sumur dan gadang berarti besar. Diceritakan dulunya sebelum daerah ini diberi nama terdapat sebuah sumur yang besar. Berdasarkan uraian di atas penamaan nama tempat (daerah) ini termasuk ke dalam motif nama benda karena nama tempat (daerah) ini di ambil dari nama Sumua Gadang tersebut. 4. Pasa Baru Pasa Baru dalam bahasa Indonesia berarti pasar yang baru. tetapi awalnya daerah ini bernama Pasa Biduak. Tidak jauh berbeda dengan fungsi pasar 11

12 kebanyakan. Para pedagang yang datang dari arah Bandar Padang, semuanya menggunakan biduak atau perahu kecil dalam mengangkut barang-barangnya. Banyak biduak yang berjejer di tepi sungai, sehingga disebut orang Pasa Biduak. Penamaan Pasa Baru sendiri baru digunakan ketika Belanda telah masuk ke daerah ini. Dari uraian di atas daerah Pasa Baru ini termasuk ke dalam motif nama benda. 5. Limau Manih Limau dalam bahasa Indonesia diartikan menjadi jeruk yang merupakan nama dari salah satu buah dan Manih diartikan menjadi manis. Limau manih hanyalah kelaziman masyarakat menyebut nama tempat (daerah) ini. Karena menurut ceritanya asal-usul nama tempat (daerah) ini adalah Balimo Nan Manih (Berlima Yang Manis), sebutan dari kelima nenek moyang orang Pauh. Penamaan nama tempat (daerah) ini termasuk ke dalam motif nama benda karena dari ceritanya tergambar bahwa penamaannya diambil dari nenek moyang orang Pauh yang berlima. 8. Berdasarkan Geografis dan Legenda 1. Parak Kaluek Parak dalam bahasa Indonesia berarti kebun, dan Kaluek berarti bergulung. Seperti yang diceritakan dahulunya di daerah ini ada orang yang sedang menguji ilmunya dan dia bakaluek (posisi tubuhnya bergulung) di dalam tanah dan dikubur hidup-hidup di parak (kebun) tersebut. Berdasarkan uraian di atas penamaan nama tempat (daerah) Parak Kaluek ini termasuk ke dalam motif geografis dan legenda karena letak/posisinya di dekat parak (kebun) dan merujuk ke legenda yang berkembang di masyarakatnya. 2. Parak Mauik Sama dengan hal di atas parak dalam bahasa Indonesia berarti kebun, dan Mauik berarti maut. Seperti ceritanya daerah ini dikabarkan daerah yang angker dan bersemak. Konon ceritanya dulu setiap orang pendatang yang masuk ke sana akan hilang dengan sendirinya, kalau tidak orang tersebut akan mati. Berdasarkan dari uraian di atas penamaan nama tempat (daerah) Parak Mauik ini termasuk ke dalam motif geografis dan legenda karena letak/posisi daerah ini sebelumnya adalah parak (kebun) dan merujuk ke cerita legenda yang berkembang di tengah masyarakatnya. 9. Berdasarkan Tindakan Masyarakat 12

13 1. Sungkai Kata Sungkai berawal dari kata ansua dan ungkai. Kata ansua dalam bahasa Indonesia dapat diartikan yaitu geser, dan kata ungkai dapat diartikan yaitu buka. Seperti yang diceritakan di daerah ini ada dua orang pemuda sedang bertengkar yang disebabkan oleh pondok yang ada di lokasi itu. Mereka ragu pondok tersebut akan digeser atau dibongkar. Kemudian satu orang menyebut ansua (geser) dan satu orang lagi menyebut ungkai (buka). Dari uraian di atas penamaan nama tempat (daerah) Sungkai ini termasuk ke dalam motif tindakan masyarakat karena dalam cerita tersebut mencerminkan suatu tindakan yang tidak baik dilakukan oleh masyarakat tersebut. 2. Benteang Benteang merupakan istilah di Pauh yang berarti tempat pertahanan. Benteng yang dimaksud di sini bukan benteng peninggalan Belanda melainkan tempat pertahanan atau perkumpulan masyarakat untuk melawan Belanda. Kemudian daerah ini agak tinggi dari Kampuang Tarandam. Berdasarkan uraian di atas daerah Benteang ini termasuk ke dalam motif tindakan masyarakat karena benteang tersebut merupakan tempat masyarakat berdiskusi untuk melakukan suatu tindakan. 10. Berdasarkan Gabungan Nama Tumbuhan dan Topografi 1. Jawa Gaduik Jawa yang dimaksudkan di sini bukanlah salah satu nama pulau yang ada di Indonesia, tetapi jawa di sini adalah pengindonesiaan bahasa Minang yaitu jao yang artinya kayu. Kata Gaduik merupakan istilah di Pauh yang berarti dataran. Menurut ceritanya daerah ini adalah tempat pertemuan nenek moyang yang berlima, maksudnya daerah dataran tempat menancapkan kayu untuk bermusyawarah di sana. Dari uraian di atas penamaan nama tempat (daerah) Jawa Gaduik ini termasuk ke dalam motif gabungan nama tumbuhan dan topografi. 2. Sakayan Ubi Sakayan merupakan istilah di Pauh untuk sebutan anak sungai, dan Ubi adalah nama salah satu tumbuhan yang berjenis umbi-umbian. Menurut cerita Dulunya banyak orang yang berladang ubi di dekat anak sungai tersebut. Berdasarkan cerita di atas penamaan nama tempat (daerah) Sakayan Ubi ini termasuk ke dalam motif gabungan nama tumbuhan dan topografi. 13

14 11. Berdasarkan Gabungan Geografis dan Topografi 1. Ulu Gaduik Ulu dalam bahasa Indonesia berarti ujung/awal dan gaduik istilah di Pauh yang berarti dataran. Asal-usul daerah ini adalah ujung/awal dataran yang terdapat di wilayah Pauh. Jadi, nama tempat (daerah) Ulu gaduik ini termasuk ke dalam motif gabungan geografis dengan topografi yang tergambar dari cerita di atas bahwa letak/posisi daerahnya yang di ujung/awal di wilayah Pauh dan permukaan daerahnya yang merupakan dataran. 2. Bukik Tabuk Bukik dalam bahasa Indonesia berarti bukit dan Tabuk berarti berlubang/dilubangi. Asal-usul nama daerah ini adalah bukit yang ditembus untuk membuat aliran air sungai untuk sentral pembangkit listrik PT Semen Padang pada tahun Berdasarkan uraian di atas nama tempat (daerah) ini termasuk ke dalam motif gabungan geografis dengan topografi yang tergambar dari ceritanya letak/posisi daerah di bukit dan permukaan bukit di daerah tersebut dilubangi. 12. Gabungan Nama Tumbuhan dan Geografis 1. Cupak Tangah Cupak merupakan istilah di Pauh yang berarti pohon cupak dan tangah berarti tengah. Menurut cerita di daerah ini dulunya terdapat batang atau pohon cupak. Dahulu pernah terjadi angin puting beliung yang membuat batang ini tumbang dan patah ke tengah jalan. Patahan tersebut setelah dibersihkan menjadi seperti tugu. Berdasarkan uraian di atas nama tempat (daerah) ini termasuk ke dalam motif gabungan nama tumbuhan dan geografis. 2. Kampuang Duri Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan kampung, dan duri merupakan salah satu tumbuhan yang tajam. Menurut ceritanya bahwa sebelum nenek moyang tiba di daerah Pauh, daerah Kampuang Duri ini banyak ditumbuhi rumpun-rumpun pandan yang berduri. Berdasarkan uraian di atas nama tempat (daerah) ini termasuk ke dalam motif gabungan tumbuhan dan geografis karena banyak ditumbuhi duri dan letak/posisinya dikampung. 13. Gabungan Nama Tumbuhan dan Legenda 1. Kubang 14

15 Kubang merupakan nama tempat (daerah) di Pauh yang menurut ceritanya diambil dari pohon kayu yang besar dan disana ada kubangan badak. Kononya air kubangan badak tersebut dapat menyembuhkan beberapa macam penyakit dan airnya tidak boleh terkena kepala karena kalau terkena, kepala akan membesar sendirinya. Dari uraian di atas daerah kubang ini termasuk ke dalam motif gabungan nama tumbuhan dan legenda karena merujuk pada tumbuhan yang ada di daerah tersebut dan legenda yang berkembang di tengah masyarakatnya. 14. Gabungan Geografis dan Tindakan Masyarakat 1. Kampuang Pinang Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan yaitu kampung, dan pinang adalah salah satu nama buah. Tetapi pinang yang dimaksudkan di sini bukanlah nama buah tersebut melainkan istilah di pauh yaitu batapuang pinang, bapacah batu yang maknanya membulatkan suara dan bertekad untuk melawan Belanda. Hanya karena kelaziman, orang-orang menyebut daerah ini bernama Kampuang Pinang. Dari hal di atas nama tempat (daerah) ini termasuk ke dalam motif geografis dan tindakan masyarkat yang membulatkan suara dengan cara musyawarah. 15. Gabungan Geografis dan Nama Benda 1. Kampuang Pariuk Kampuang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan yaitu kampung, dan pariuk adalah salah satu nama benda yang merupakan peralatan rumah tangga yaitu panci. Menurut ceritanya daerah ini sangat sering didatangi oleh kolonial Belanda dengan maksud untuk mengganggu masyarakat yang tinggal di sana. Karena masyarakat merasa tertindas dan mencoba melawan Belanda dengan pariuk (panci) yang dijadikan senjata untuk melawan Belanda tersebut. Dari cerita di atas nama tempat (daerah) Kampuang Pariuk ini termasuk ke dalam motif geografis dan nama benda yang terlihat dari cerita tersebut yaitu letak/posisinya di kampung dan pariuk merupakan benda untuk dijadikan senjata. Penutup Melalui penelitian ini dapat ditemukan 41 cerita dan dapat diklasifikasikan 15 buah motif cerita. Dari analisis yang dilakukan oleh peneliti terhadap 41 buah cerita asal-usul nama 15

16 tempat (daerah) yang terdapat di Pauh Kota Padang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat 15 motif dan klasifikasi cerita. Kelimabelas motif tersebut yaitu: berdasarkan usia daerah, nama tumbuhan, topogarfi, geografis, nama suku, gabungan geografis dan nama binatang, nama benda, Gabungan geografis dan legenda, tindakan masyarakat, gabungan nama tumbuhan dan topografi, gabungan geografis dan topografi, gabungan nama tumbuhan dan geografis, gabungan nama tumbuhan dan legenda, gabungan geografis dan tindakan masyarakat, dan gabungan geografis dan nama benda. 2. Dari 15 motif tersebut, ada 3 motif yang paling dominan yaitu motif geografis, nama suku, dan nama benda karena ketiga motif ini paling banyak daerahnya. Hal ini diperkuat oleh data geografis wilayah Pauh yang sebagian besar dikelilingi oleh bukitbukit dan beberapa anak sungai yang bertemu di sungai besar, jenis suku yang ada, dan nama benda yag dijadikan asal-usul nama tempat (daerah) bagi masyarakatnya. 3. Terdapat satu daerah (Piai) yang tidak diketahui lagi asal-usulnya secara umum. Baik dari pemuka masyarakat hingga masyarakat yang tinggal di daerah Piai tidak mengetahui pasti asal-usul tersebut. Hal ini dimungkinkan karena faktor rentang waktu yang sudah terlalu jauh antara generasi sebelumnya dengan generasi sekarang. Selain itu, faktor lisan sebagai bentuk atau media informasi yang khas dipakai di wilayah Minangkabau umumnya juga mempengaruhi. Faktor lisan ke lisan tersebut menurut Peneliti sangat rentan sehingga informasi terkait cerita, asal-usul sebuah daerah dapat berubah-ubah sesuai pemahaman orang yang menyampaikan atau hilang sama sekali seperti yang terjadi pada daerah Piai tersebut. DAFTAR PUSTAKA Danandjaja, James Folklor Indonesia : Ilmu Gosip, dongeng dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Dt. Rajo Mudo, Emral Kekuasaan Portugis dan Aceh di Rantau Pesisir Barat. (akses pada 9 Oktober 2013 pukul WIB) Kota Padang Dalam Tinjauan Tradisi (Budaya Masyarakat Padang). Makalah ini disampaikan pada diskusi bertajuk Padang Sejarah dan Budayanya di Museum Adityawarman tanggal 8 16

17 November Endraswara, Suwardi Metode Penelitian Folklor. Yogyakarta: Media Pressindo. Fauza, Rahmatul Motif-Motif dan Klasifikasi Asal Usul Nama Tempat (Daerah) di Kecamatan Baso Kabupaten Agam (Skripsi). Padang: Universitas Andalas. 17

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan daerah yang kaya dengan panorama alamnya. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah Sumatera Barat bervariasi,

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan Guna memperoleh gelar sarjana S1 Pada Jurusan Sastra Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cincin. Terlebih pada tahun 2015 ini, batu akik semakin digemari oleh masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. cincin. Terlebih pada tahun 2015 ini, batu akik semakin digemari oleh masyarakat luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu akik merupakan benda yang dipergunakan sebagai perhiasan tangan, yang memiliki keindahan tersendiri, dan biasanya banyak masyarakat menjadikannya sebagai cincin.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PERATURAN NAGARI SIMARASOK NOMOR 01 TAHUN 2002 TENTANG TERITORIAL DAN ULAYAT NAGARI SIMARASOK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota padang adalah Kota terbesar dipantai barat Pulau Sumatera sekaligus Ibukota dari Provinsi Sumatera Barat. Kota ini memiliki luas wilayah 694,96 km 2 dengan kondisi

Lebih terperinci

Rajo Tigo Selo. Rabu, 11/06/ :16 WIB

Rajo Tigo Selo. Rabu, 11/06/ :16 WIB Rajo Tigo Selo Rabu, 11/06/2008 10:16 WIB Rajo Tigo Selo merupakan sebuah institusi tertinggi dalam kerajaan Pagaruyung yang dalam tambo adat disebut Limbago Rajo. Tiga orang raja masing-masing terdiri

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 84 TAHUN 1999) TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa meningkatnya perkembangan pembangunan di Propinsi Sumatera Barat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya perkembangan

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 84 TAHUN 1999 (84/1999) TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KOTA PADANG 409 PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batu Sangkar, Luhak Tanah Datar, merupakan sebuah kerajaan yang pernah menguasai seluruh Alam Minangkabau. Bahkan pada masa keemasannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Suku bangsa Minangkabau mendiami daratan tengah Pulau Sumatera bagian barat yang sekarang menjadi Propinsi Sumatera Barat. Daerah asli orang Minangkabau ada tiga

Lebih terperinci

Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas. Kabupaten Pasaman Barat. ( Suatu Kajian Antropolinguistik)

Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas. Kabupaten Pasaman Barat. ( Suatu Kajian Antropolinguistik) Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropolinguistik) Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

NILAI EDUKASI MITOS DAN RELEVANSINYA DENGAN PENANAMAN NILAI PADA KELUARGA MINANGKABAU KONTEMPORER: TINJAUAN AWAL

NILAI EDUKASI MITOS DAN RELEVANSINYA DENGAN PENANAMAN NILAI PADA KELUARGA MINANGKABAU KONTEMPORER: TINJAUAN AWAL NILAI EDUKASI MITOS DAN RELEVANSINYA DENGAN PENANAMAN NILAI PADA KELUARGA MINANGKABAU KONTEMPORER: TINJAUAN AWAL Yunarti 1, Winda Rahmadani 2 Received Article: 13 Mei 2017 Accepted Article: 16 Juni 2017

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1990 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO, KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG DAN KABUPATEN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa di dunia memiliki khazanah cerita prosa rakyat. Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 A. Pendekatan dan Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan Strategi grounded theory (teori dari bawah). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Menurut Nugroho, 2005:1, bahwa permainan

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin

BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK 1.1. Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin Wilayah Nagari Air Dingin adalah salah satu Nagari yang ada di Propinsi Sumatra Barat. memiliki

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : PESISIR SELATAN 13.01 PESISIR SELATAN 28.40 281.113 568.520 1 13.01.01 PANCUNG SOAL 14.85 14.345 29.202 2 13.01.02 RANAH PESISIR 19.424 19.339 38.63 3 13.01.03 LENGAYANG 34.645 33.969

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memiliki akses air minum yang layak adalah harapan seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun masyarakat yang tinggal

Lebih terperinci

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 95/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI ARIPAN. oleh para pendiri Nagari dengan akiran an, yang menunjukkan sifat. Jadi Arifan

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI ARIPAN. oleh para pendiri Nagari dengan akiran an, yang menunjukkan sifat. Jadi Arifan 21 BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI ARIPAN A. Sejarah Nagari Nagari Aripan berasal dari kata Arif yang berarti pemurah, melapangkan, penolong, terbuka untuk menerima dan lain sebagainya. Lalu kata Arif itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Semua benda di dunia memiliki nama. Pemberian nama bertujuan untuk memudahkan seseorang mengenal identitas dari benda tersebut. Nama merupakan media yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Cerita rakyat bagi masyarakat Minangkabau berperan penting bagi kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Cerita rakyat bagi masyarakat Minangkabau berperan penting bagi kehidupannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita rakyat merupakan salah satu dari sekian banyak ragam tradisi lisan di Minangkabau. Cerita rakyat bagi masyarakat Minangkabau berperan penting bagi kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam banjir bandang yang terjadi di daerah Batu Busuk Kelurahan Lambuang Bukit Kecamatan Pauh Kota Padang pada Bulan Ramadhan tanggal Selasa, 24 Juli 2012

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

DAFTAR RAYONISASI SMP KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NO RAYON SEKOLAH ASAL 1 SMP NEGERI 1 PADANG BEBAS RAYON (PSB ONLINE 30%)

DAFTAR RAYONISASI SMP KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NO RAYON SEKOLAH ASAL 1 SMP NEGERI 1 PADANG BEBAS RAYON (PSB ONLINE 30%) DAFTAR ISASI SMP KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 1 SMP NEGERI 1 PADANG BEBAS (PSB ONLINE 30%) 2 SMP NEGERI 2 PADANG 01-180 SD NEGERI 01 BELAKANG TANGSI 01-186 SD NEGERI 07 BELAKANG TANGSI 01-190

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar 74 BAB V KESIMPULAN Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar ini diperkirakan sudah ada sejak zaman belanda namun hanya sebatas untuk pasar untuk kebutuhan masyarkat nagari

Lebih terperinci

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 44 TAHUN 1990 (44/1990) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1990 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 44 TAHUN 1990 (44/1990) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1990 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi PP 44/1990, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO, KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SOLOK Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda di daerah batu busuk kelurahan lambuang bukit kecamatan pauh kota padang pada hari selasa, 24 Juli 2012 tepatnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Legenda bagian dari folklor merupakan bentuk refleksi dari kehidupan masyarakat yang membesarkan cerita tersebut. Umumnya memiliki kegunaan sebagai alat pendidik,

Lebih terperinci

LOKASI TPS DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT DI KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2015

LOKASI TPS DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT DI KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2015 LOKASI TPS DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT DI KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2015 NO KEC / DESA/ KEL TPS LOKASI TPS KET 1 Silungkang 24 Silungkang Oso 1 Posyandu Lubuak Kubang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.884, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Batas Daerah. Kabupaten. Solok-Kota Padang. Sumatera Barat. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jam gadang landamarknya Bukittinggi, baik bagi masyarakat lokal maupun

BAB I PENDAHULUAN. jam gadang landamarknya Bukittinggi, baik bagi masyarakat lokal maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah lama luput dari perhatian pers, pada tahun 2013 Koto Gadang hadir kembali sebagai pusat perhatian baru bagi publik. Alasannya karena pembangunan great wall.

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 94.920 11.337 15.227 8.108 9.381 16.960 17.466 20.403 33.810 87.545 229.026 2 Agam 12.508 1.280 1.426 940 1.315 1.909 2.264 1.924 3.271 9.778 27.006 3 Ampek Angkek 659 96 101 32 65 108

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 81.235 9.876 16.534 14.901 13.334 19.083 18.382 14.999 39.415 97.233 229.211 2 Agam 10.356 1.321 1.754 1.757 1.079 1.751 2.104 1.583 5.119 10.028 27.101 3 Ampek Angkek 544 87 134 113 57

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 70.974 21.356 15.763 14.547 11.518 21.113 16.941 22.192 33.751 102.074 229.158 2 Agam 9.936 1.724 1.695 1.118 1.057 2.689 2.132 2.898 3.763 11.589 27.119 3 Ampek Angkek 497 136 106 49

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 103355 8835 19432 13015 16487 18847 17899 13972 14794 99.652 228145 2 Agam 8316 978 2823 1811 3185 2407 3214 2020 2189 15.460 26971 3 Ampek Angkek 318 60 215 75 258 81 111 86 196 826 1400

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST) Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Sumatera Barat 109.460 14.393 9.536 9.370 8.156 18.267 17.440 8.479 29.113 71.248 227.338 2 Agam 10.510 981 1.537 1.231 1.094 2.777 2.231 1.282 4.970 10.152 26.885

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU A. Kondisi Geografis Secara geografi kota Padang terletak di pesisir pantai barat pulau Sumatera, dengan garis pantai sepanjang

Lebih terperinci

ASAL-USUL PENAMAAN KAMPUNG DI KENAGARIAN KAPALO HILALANG KECAMATAN 2XII KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ASAL-USUL PENAMAAN KAMPUNG DI KENAGARIAN KAPALO HILALANG KECAMATAN 2XII KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN ASAL-USUL PENAMAAN KAMPUNG DI KENAGARIAN KAPALO HILALANG KECAMATAN 2XII KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN Winda Yenita 1), Marsis 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asal-usul suku Banjar berasal dari percampuran beberapa suku, yang menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu dapat diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN 1. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman terletak di antara 100º 21 00 Bujur Timur atau 0º

Lebih terperinci

PULAU 1. IV Koto Pulau 1. Pulau Punjung

PULAU 1. IV Koto Pulau 1. Pulau Punjung PENGADILAN AGAMA SIJUNJUNG Jl. Prof. M.Yamin, SH, No.65 Telp. 0754-20147 Fax. 0754-20734 Website: http://pa-sijunjung.go.id - Email: pa.sijunjung@pta-padang.go.id SIJUNJUNG LAMPIRAN II : SURAT KEPUTUSAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang memakai sistem pemerintahan lokal selain pemerintahan desa yang banyak dipakai oleh berbagai daerah

Lebih terperinci

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT PNPM PNPM PERAN LOKASI DAN (Rp. x 1 Agam 1 Banuhampu 900 900 720 180 2 Ampek Nagari 2.000 2.000 1.600 400 3 Baso 900 900 720 180 4 Candung 2.000 2.000 1.600 400 5 IV Angkat Candung 900 900 720 180 6 IV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat Minangkabau yang menganut sistem matrilineal, kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam membimbing dan mengatur keluarga

Lebih terperinci

UNTUK TINGKAT SEKOLAH DASAR / SLB

UNTUK TINGKAT SEKOLAH DASAR / SLB DAFTAR PENERIMA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PERIODE : JULI - DESEMBER 2008 UNTUK TINGKAT SEKOLAH DASAR / SLB No Nama Sekolah Kecamatan Jumlah Alokasi Dana BOS 1 SDN 01 Pasar Laban Bungus Teluk Kabung 211

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA TERANTANG. A. Sejarah, Letak dan Wilayah Desa Terantang. oleh Datuk Sipanduko dan suku melayu oleh Datuk Majalelo.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA TERANTANG. A. Sejarah, Letak dan Wilayah Desa Terantang. oleh Datuk Sipanduko dan suku melayu oleh Datuk Majalelo. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA TERANTANG A. Sejarah, Letak dan Wilayah Desa Terantang Sejarah Desa Terantang berawal dari beberapa abad silam, daerah Terantang ini dihuni oleh oleh dua kelompok suku

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI LUBUAK GADANG TIMURKECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI LUBUAK GADANG TIMURKECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI LUBUAK GADANG TIMURKECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN A. Monografi Nagari Lubuak Gadang Timur Nagari Lubuk Gadang Timur secara keseluruhannya merupakan daerah dataran

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG BATAS DAERAH KABUPATEN SOLOK DENGAN KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG A. Sejarah Desa Terantang Sekalipun Desa Terantang merupakan suatu desa kecil, namun ia tetap mempunyai sejarah karena beberapa abad yang silam daerah ini sudah di huni

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung 1. Keadaan Geografis Desa Tanjung termasuk desa yang tertua di Kecamatan XIII Koto Kampar dan Desa Tanjung sudah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENTUKAN 11 (SEBELAS) KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG, SOLOK, TANAH DATAR, PESISIR SELATAN,

Lebih terperinci

PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 Tanggal 21 Maret 1980)

PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 Tanggal 21 Maret 1980) PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 Tanggal 21 Maret 1980) Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa dengan perkembangan di Propinsi

Lebih terperinci

Andi Purwanto. Latar Belakang

Andi Purwanto. Latar Belakang Analisis Isi dan Fungsi... ANALISIS ISI DAN FUNGSI CERITA PROSA RAKYAT DI KANAGARIAN KOTO BESAR, KAB DHARMASRAYA Andi Purwanto Abstract This article describes documentation and collecting phase of Nagari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki masyarakat majemuk. Kemajemukan masyarakat di negara Indonesia terdiri dari berbagai etnis, suku, adat dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Canduang 1. Kondisi Geografis Kecamatan Canduang merupakan salah satu dari beberapa kecamatan di Kabupaten Agam. Dimana wilayah ini ditetapkan menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Minangkabau kita kenal sebagai sebuah suku yang mayoritas masyarakatnya berasal dari wilayah Provinsi Sumatera Barat. Orang Minangkabau juga sangat menonjol

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk hidup pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat hukum yang berkaitan dengan pengurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap persiapan disusun hal hal yang harus dilakukan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor

Lebih terperinci

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU Oleh: Nepi Sutriati 1, Hasanuddin WS 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah NENEK GAYUNG Nenek Gayung adalah sebuah urban legend yang berasal dari Indonesia tentang penampakan nenek misterius yang tiba-tiba muncul di tepi jalan. Menurut legendanya, Nenek Gayung merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV PROSES TEMUAN KAYU BALOK DAN STATUS KEPEMILIKANNYA

BAB IV PROSES TEMUAN KAYU BALOK DAN STATUS KEPEMILIKANNYA BAB IV PROSES TEMUAN KAYU BALOK DAN STATUS KEPEMILIKANNYA 4.1. Proses penemuan kayu balok yang ada di nagari inderapura timur, kecamatan air pura, kabupaten pesisir selatan. Luqathah secara Etimologi berarti

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tanjung Mutiara dalam Angka 2005 Kerjasama

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tanjung Mutiara dalam Angka 2005 Kerjasama DAFTAR PUSTAKA A. Arsip dan Dokumen Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tanjung Mutiara dalam Angka 1995 Kerjasama dengan Bapedda dan Kantor Statistik Kabupaten Agam Tahun 1996. LubukBasung: BPS. 1996. Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

Cover Page. The handle  holds various files of this Leiden University dissertation. Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/20262 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Tulius, Juniator Title: Family stories : oral tradition, memories of the past,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis Kecamatan sungai beremas merupakan salah satu daerah di sebelah utara kabupaten pasaman barat dengan luas wilayah sekitar 440,48 km 2 atau 11,33 persen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibuat dengan bahan alami secara tradisional (Agoes, Azwar H:

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibuat dengan bahan alami secara tradisional (Agoes, Azwar H: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengobatan tradisional merupakan pengobatan yang menggunakan obatobatan yang dibuat dengan bahan alami secara tradisional (Agoes, Azwar H: 1992). Obat ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian...56

DAFTAR ISI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian...56 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nagari Taram adalah salah satu nagari yang terdapat di Sumatera Barat. Nagari

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nagari Taram adalah salah satu nagari yang terdapat di Sumatera Barat. Nagari 49 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Asal Usul Nagari Taram Nagari Taram adalah salah satu nagari yang terdapat di Sumatera Barat. Nagari Taram tergabung dalam wilayah Kabupaten 50 Kota. Sejarah

Lebih terperinci

ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI

ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Pada Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan. Keberhasilan pembangunan peternakan sangat ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. peternakan. Keberhasilan pembangunan peternakan sangat ditentukan oleh I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan berkaitan erat dengan pengembangan potensi suatu daerah. Sumatera Barat memiliki potensi yang besar untuk pengembangan peternakan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibukota Batusangkar. Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibukota Batusangkar. Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Barat dengan ibukota Batusangkar. Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya yang telah dicanangkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB II NAGARI LAKITAN TIMUR. dalam wilayah administrasi Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir

BAB II NAGARI LAKITAN TIMUR. dalam wilayah administrasi Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir BAB II NAGARI LAKITAN TIMUR A. Sejarah Umum Nagari Lakitan Timur Lakitan Timur merupakan salah satu Nagari yang termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karenanya manusia tidak bisa terlepas dari tanah. Tanah sangat dibutuhkan oleh setiap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang

Lebih terperinci

Photo 8 Saluang Darek (Dokumentasi: Wardizal)

Photo 8 Saluang Darek (Dokumentasi: Wardizal) Instrumen Musik Minangkabau Kelompok Aerophone Kiriman: Wardizal Ssen., Msi., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar Saluang Darek Merupakan jenis instrumen musik tiup yang sangat popoler di Minangkabau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minangkabau merupakan satu-satunya budaya yang menganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia. Masyarakat Minangkabau merupakan komunitas masyarakat matrilineal

Lebih terperinci

Tour Sumatera Barat 4D3N

Tour Sumatera Barat 4D3N Tour Sumatera Barat 4D3N Itinerary Tour Sumatera Barat PT. Bil Itihad Mandiri Hari 1 : Padang Bukittinggi Perjalanan dari kota asal menuju ke Padang, setelah sampai di Bandara Internasional Minangkabau

Lebih terperinci

BAB II PASAR ATAS SEBAGAI SENTRA EKONOMI DI BUKITTINGGI. harus memiliki pasar, mesjid dan balai adat. Bukittinggi pada waktu dahulu

BAB II PASAR ATAS SEBAGAI SENTRA EKONOMI DI BUKITTINGGI. harus memiliki pasar, mesjid dan balai adat. Bukittinggi pada waktu dahulu 14 BAB II PASAR ATAS SEBAGAI SENTRA EKONOMI DI BUKITTINGGI A. Sejarah Pasar Dahulu di Minangkabau, syarat untuk mendirikan sebuah nagari adalah harus memiliki pasar, mesjid dan balai adat. Bukittinggi

Lebih terperinci