Daftar Isi. Halaman Daftar Isi... i

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Daftar Isi. Halaman Daftar Isi... i"

Transkripsi

1 1

2 Daftar Isi Halaman Daftar Isi... i BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan Ruang Lingkup Pengertian Fungsi Drainase Perkotaan Secara Umum Berdasarkan Fungsi Layan Berdasarkan Fisiknya... 4 KETENTUAN-KETENTUAN.1. Umum Teknis Data dan Informasi Kala Ulang Kriteria Perencanaan Hidrologi Kriteria Hidrolika Kriteria Konstruksi Parameter Penentuan Prioritas Penanganan... 8 SURVEI DAN PENYELIDIKAN TANAH.1. Survey Penyelidikan PERENCANAAN TEKNIK PERHITUNGAN KOLAM RETENSI DAN POLDER 4.1. Tahap Perencanaan Daerah Kolam Retensi dan Polder Tahap Perencanaan Hidrologi Tahap Perencanaan Hidrolika Tahap Perencanaan Kapasitas Kolam Retensi dan Pompa PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Kolam Retensi Pekerjaan Tanggul Keliling Pekerjaan Bangunan Stasiun Pompa Pekerjaan Bangunan Rumah Genset Pekerjaan Saluran Inlet/Outlet Pekerjaan Bangunan Pintu Air Inlet/Outlet... 5 OPERASI DAN PEMELIHARAAN 6.1. Uji Coba dan Pengoperasian Stasiun Pompa Pemeliharaan Stasiun Pompa Pengoperasian Pintu Air Inlet, Outlet dan Pembagi Pemeliharaan Pintu Air Inlet, Outlet dan Pembagi Pemeliharaan Kolam Retensi... 9

3 BAB VII LAIN-LAIN 7.1 Laporan Koordinasi dan Tanggung Jawab Perencanaan... 0 Lampiran Contoh Perhitungan Hidrologi dan Hidrolika Kapasitas Kolam Retensi dan Pompa... A - 9

4 BAB I Deskripsi 1.1 Maksud dan Tujuan Maksud Tata cara pembuatan kolam retensi dan polder ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk bahan acuan kepada para penyelenggara PLP dalam perencanaan dan pembangunan kolam retensi dan polder sebagai bagian dari penyelenggaraan sistem drainase di daerah Tujuan Tujuan tata cara pembuatan kolam retensi dan polder ini adalah tersedianya Tata Cara Pembuatan Kolam Retensi dan Polder yang dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan penyelenggaraan prasarana sarana drainase perkotaan di daerah. 1. Ruang Lingkup Tata cara umum pembuatan ini mencakup : 1) Ketentuan ketentuan ) Survei dan Penyelidikan ) Perencanaan Teknik Perhitungan Kolam Retensi dan Polder. 4) Pelaksanaan Kontruksi 5) Operasi dan Pemeliharaan 1. Pengertian Pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur dalam SK menteri PU 9 tahun Menurut SK tersebut, yang dimaksud drainase kota adalah: Jaringan pembuangan air yang berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi kota dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal maupun luapan sungai yang melintas di dalam kota. Untuk memahami drainase secara menyeluruh, berikut ini diperlihatkan beberapa pengertian pokok tentang drainase : 1) Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air atau ke bangunan resapan buatan. ) Drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan hidup manusia. ) Drainase berwawasan lingkungan adalah pengelolaan drainase yang tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan. Terdapat pola yang dipakai : a. Pola detensi (menampung air sementara), misalnya dengan membuat kolam penampung. b. Pola retensi (meresapkan ), antara lain dengan membuat sumur resapan, bidang resapan atau kolam resapan 4) Pengendali banjir adalah bangunan untuk mengendalikan tinggi muka air agar tidak terjadi limpasan atau genangan yang menimbulkan kerugian. 5) Badan penerima air adalah sungai, danau, atau laut yang menerima aliran dari sistem drainase perkotaan. 6) Bangunan pelengkap adalah bangunan yang ikut mengatur dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewati jalan, belokan daerah curam, bangunan tersebut seperti gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan, jembatan, street inlet, pompa, pintu air. 1

5 7) Daerah genangan adalah kawasan yang tergenang air akibat tidak ada ataupun tidak berfungsinya sistem drainase. 8) Daerah pengaliran adalah daerah tangkapan air yang mengalirkan air ke dalam saluran. 9) Kala ulang adalah selang waktu pengulangan kejadian hujan atau debit banjir rencana yang mungkin terjadi. 10) Tinggi jagaan adalah ketinggian yang diukur dari permukaan air maksimum sampai permukaan tanggul saluran. 11) Waktu pengaliran permukaan adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dan mengalir ke titik saluran drainase yang diamati. 1) Waktu drainase adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang mengalir dari satu titik ke titik lain dalam saluran drainase yang diamati. 1) Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang jatuh pada permukaan tanah mengalir sampai di suatu titik di saluran drainase yang terpanjang. 14) Zona adalah sub sistem pelayanan satu aliran saluran drainase. 15) Kolam Retensi adalah kolam/waduk penampungan air hujan dalam jangka waktu tertentu. Fungsinya untuk memotong puncak banjir yang terjadi dalam badan air/sungai. 16) Sistem Polder adalah sistem penanganan drainase perkotaan dengan cara mengisolasi daerah yang dilayani dari pengaruh limpasan air hujan / air laut serta limpasan dari prasarana lain (jalan, jalan kereta api), yang terdiri dari kolam penampung, sistem drainase serta perpompaan. 17) SOP adalah Standar Operasi Prosedur 1.4 Fungsi Drainase Perkotaan Secara Umum : Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya. Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik. Meresapkan air pemukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air). Melindungi prasarana dan sarana yang sudah terbangun Berdasarkan fungsi layanan : a) Sistem drainase lokal : Yang termasuk sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan kota tertentu seperti komplek permukiman, areal pasar, perkantoran, areal industri dan komersial. Sistem ini melayani areal kurang dari 10 ha. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat, pengembang atau instansi lainnya. b) Sistem drainase utama : Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase primer, sekunder, tersier beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat. Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah kota. c) Pengendalian banjir (Flood Control) : Adalah ruas sungai yang melintasi wilayah kota yang berfungsi mengendalikan aliran air sungai, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Pengelolaan/pengendalian banjir merupakan tugas dan tanggung jawab dinas pengairan (Sumber Daya Air).

6 1.4. Berdasarkan fisiknya : a) Sistem saluran primer : Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder. Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluran primer adalah badan penerima air. b) Sistem saluran sekunder : Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan. c) Sistem saluran tersier : Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal.

7 BAB II KETENTUAN - KETENTUAN.1 Umum Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut : - Pembuatan Kolam Retensi dan Sistem Polder disusun dengan memperhatikan faktor sosial ekonomi antara lain perkembangan kota dan rencana prasarana dan sarana kota. - Kelayakan pelaksanaan Kolam Retensi dan Sistem Polder harus berdasarkan tiga faktor antara lain : biaya konstruksi, biaya operasi dan biaya pemeliharaan. - Ketersediaan dan tata guna lahan - Kolam Retensi dan Kolam Polder dilaksanakan berdasarkan prioritas zona yang telah ditentukan dalam Rencana Induk Sistem Drainase.. Teknis..1 Data dan Informasi Data dan informasi yang diperlukan adalah sebagai berikut : a. Data klimatologi yang terdiri dari data hujan, angin, temperatur dari BMG (Badan Meterologi dan Geofisika) terdekat. b. Data hidrologi terdiri dari data tinggi muka air sungai, debit, laju sedimen, peil banjir, pengaruh back water, karakteristik daerah aliran, data pasang surut sungai / laut. c. Data sistem drainase yang ada yaitu daerah genangan / banjir serta, permasalahannya yang dihasilkan dari hasil studi rencana induk sistem. d. Data peta yang terdiri dari peta dasar, peta sistem drainase, sistem jaringan jalan, peta tata guna lahan, peta topografi dengan skala antara 1 : 5000 sampai dengan 1 : disesuaikan dengan tipologi kota. e. Data kependudukan yang terdiri dari jumlah, kepadatan, laju pertumbuhan dan penyebarannya serta data kepadatan bangunan... Kala ulang Kala ulang untuk desain kolam retensi & polder harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Kala ulang yang dipakai berdasarkan luas daerah pengaliran (catchment area), tipologi kota yang akan direncanakan kolam retensi / polder. Tabel 1 Kala ulang berdasarkan tipologi kota & luas daerah pengaliran Cathcment Area ( Ha ) Tipologi Kota < > 500 Kota Metropolitan thn - 5 thn 5-10 thn 10-5 thn Kota Besar thn - 5 thn - 5 thn 5-0 thn Kota Sedang / Kecil thn - 5 thn - 5 thn 5-10 thn b. Perhitungan curah hujan berdasarkan data hujan paling sedikit 10 tahun yang berurutan. c. Bangunan pelengkap dipakai kala ulang yang sama dengan saluran dimana bangunan pelengkap itu berada. 4

8 .. Kriteria Perencanaan Hidrologi Kriteria perencanaan hidrologi adalah sebagai berikut : 1) Hujan a. Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi terhadap data curah hujan harian maksimum tahunan, dengan lama pengamatan paling sedikit 10 tahun yang berurutan. b. Analisis frekuensi terhadap curah hujan, menggunakan metode Log Pearson tipe III, atau metode Gumbel sesuai dengan kala ulang 1,, 5, 10 dan 5 tahun (mengacu pada tata cara perhitungan debit desain saluran). c. Untuk pengecekan data hujan, lazimnya digunakan metode lengkung masa ganda atau yang sesuai. d. Perhitungan intensitas hujan ditinjau dengan menggunakan metode Mononobe. ) Debit banjir a. Debit banjir rencana dihitung dengan metode Rasional yang telah dimodifikasi (lihat pada lampiran A.6) b. Koefisien limpasan (run off) ditentukan berdasarkan tata guna lahan daerah tangkapan. c. Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu pengaliran di permukaan dan waktu drainase. d. Koefisien penyimpangan dihitung dari perbandingan waktu konsentrasi dan waktu drainase...4 Kriteria Hidrolika Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut : a. Kapasitas saluran dihitung dengan rumus Manning atau yang sesuai. b. Saluran drainase yang terpengaruh oleh pengempangan (back water effect) perlu diperhitungkan pasang surutnya dengan metode Standard Step Method. c. Kecepatan maksimum (V) ditentukan oleh kekasaran dinding dan dasar saluran. Untuk saluran tanah V = 0,7 m/dt, pasangan batu kali V = m/dt dan pasangan beton V = m/dt. d. Kecepatan minimum untuk saluran drainase ditentukan V = 0,4 m/det, kecuali untuk saluran storage memanjang kecepatan minimumnya bisa mencapai 0,1 m/det dengan konsekuensi terjadi endapan di saluran tersebut...5 Kriteria Konstruksi Kriteria perencanaan konstruksi ditentukan sebagai berikut : a. Pembebanan yang digunakan sesuai standar teknik praktis yang berlaku, b. Kombinasi muatan atas konstruksi ditentukan secara individual sesuai fungsi, cara, dan tempat penggunaannya. c. Stabilitas konstruksi bangunan penahan tanah dikontrol keamanannya terhadap daya dukung tanah (terhadap penurunan tanah / amblas), gaya geser dan gaya guling. Faktor-faktor keamanan minimumnya sebagai berikut : F daya dukung tanah 1,5 F geser (kondisi biasa) 1,5 F geser (kondisi gempa) 1, F guling 1,5 d. Bahan konstruksi yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan bahan bangunan yang telah ditetapkan...6 Parameter Penentuan Prioritas Penanganan 5

9 Parameter penentuan prioritas penanganan meliputi hal sebagi berikut : a. Parameter genangan, meliputi tinggi genangan, luas genangan, dan lamanya genangan terjadi. b. Parameter frekuensi terjadinya genangan setiap tahunnya. c. Parameter ekonomi, dihitung perkiraan kerugian atas fasilitas ekonomi yang ada, seperti : kawasan industri, fasum, fasos, perkantoran, perumahan, daerah pertanian dan pertamanan. d. Parameter gangguan sosial, seperti : kesehatan masyarakat, keresahan sosial dan kerusakan lingkungan. 6

10 BAB III SURVEI DAN PENYELIDIKAN TANAH.1 Survey 1) Gunakan peta Topografi skala 1 : 5000 s/d 1 : untuk mengidentifikasikan Daerah Aliran Polder / Kolam Retensi. ) Hitung luas masing-masing DAS / daerah tangkapan air. ) Petakan rencana sistem retensi/polder dengan pengukuran geodetik. Dibuat garis kontur ketinggian lahan dengan interval setiap ketinggian 0.5 s/d 0.50 m.. Penyelidikan Tanah 1) Rencanakan dimana instalasi pompa akan ditempatkan beserta konstruksi outlet dan konstruksi bangunan yang terkait dengan instalasi pompa yaitu pada lokasi yang paling dekat dengan badan air. ) Lakukan investigasi Geologi terutama mekanika tanah untuk perencanaan pondasi bangunan air. ) Paramater mekanika tanah yang digunakan mengikuti standar teknik yang telah ditetapkan. 7

11 BAB IV PERENCANAAN TEKNIK PERHITUNGAN KOLAM RETENSI & POLDER Gambar 1 Bagan alir perencanaan sistem kolam retensi dan polder 4.1 Tahap Perencanaan Daerah Kolam Retensi dan Polder 1) Pastikan daerah genangan dan parameter genangan yang meliputi luas genangan, tinggi genangan, lamanya genangan dan frekuensi genangan; ) Pastikan bahwa elevasi muka air di muara saluran lebih tinggi dari elevasi muka tanah di daerah genangan; ) Tentukan lokasi Kolam Retensi yang akan dijadikan tempat penampungan kelebihan air permukaan dan perkirakan batas luas Kolam Retensi tersebut; 4) Tentukan daerah pengaliran saluran primer (DPSAL) yang mengalir ke Kolam Retensi melalui peta topografi. 5) Tentukan sistem dan arah aliran inlet, outlet dan stasiun pompa 6) Muka air di kolam retensi / kolam polder direncanakan dari dasar muka tanah terendah di daerah perencanaan dan ditarik dengan lamanya tertentu sesuai dengan kemiringan lahan. 7) Alternatif tipe kolam retensi, antara lain : a) Kolam retensi tipe di samping badan sungai 8

12 Gambar Kolam retensi tipe di samping badan sungai Kelengkapan Sistem: - Kolam retensi - Pintu inlet - Bangunan pelimpah samping - Pintu outlet - Jalan akses menuju kolam retensi - Ambang rendah di depan pintu outlet - Saringan sampah - Kolam penangkap sedimen Kesesuaian tipe: - Dipakai apabila tersedia lahan kolam retensi - Kapasitas bisa optimal apabila lahan tersedia - Tidak mengganggu sistem aliran yang ada - Pemeliharaan lebih mudah - Pelaksanaan lebih mudah b) Kolam retensi tipe di dalam badan sungai 9

13 Gambar kolam retensi tipe di dalam badan sungai Kelengkapan Sistem: - Kolam retensi - Tanggul keliling - Pintu outlet - Bendung - Saringan sampah - Kolam penangkap sedimen Kesesuaian tipe: - Dipakai apabila lahan sulit didapat - Kapasitas kolam retensi terbatas - Mengganggu aliran yang ada dihulu - Pelaksanaan lebih sulit - Pemeliharaan lebih mahal c) Kolam retensi tipe storage memanjang 10

14 Gambar 4 Kolam retensi tipe storage memanjang Kelengkapan Sistem: - Saluran yang lebar dan dalam - Cek Dam/ bendung setempat Kesesuaian tipe: - Mengoptimalkan saluran drainase yang ada karena lahan tidak tersedia - Kapasitasnya terbatas - Mengganggu aliran yang ada - Pelaksanaan lebih sulit 8) Alternatif tipe polder, antara lain : a) Sistem polder dengan pompa dan kolam di samping badan saluran/sungai 11

15 Gambar 5 Sistem polder dengan pompa dan kolam di samping badan saluran/sungai Kelengkapan Sistem: - Kolam Retensi - Stasion Pompa - Pintu Inlet - Saluran Inlet - Pintu Pembagi - Pintu Outlet - Saluran Outlet - Tangggul Keliling - Saringan sampah - Kolam penangkap sedimen Kesesuaian tipe: - Dipakai apabila tersedia lahan kolam retensi - Kapasitas bisa optimal apabila lahan tersedia - Tidak mengganggu sistem aliran yang ada - Pemeliharaan lebih mudah - Pelaksanaan lebih mudah b) Sistem polder dengan pompa dan kolam di dalam badan saluran/sungai 1

16 Gambar 6 Sistem polder dengan pompa dan kolam di dalam badan saluran/sungai Kelengkapan Sistem: - Kolam retensi - Stasion Pompa - Saluran Inlet - Pintu Outlet - Saluran Outlet - Tangggul Keliling - Saringan sampah - Kolam penangkap sedimen Kesesuaian tipe: - Dipakai apabila lahan sulit didapat - Kapasitas kolam retensi terbatas - Mengganggu aliran yang ada dihulu - Pelaksanaan lebih sulit - Pemeliharaan lebih mahal c) Sistem polder dengan pompa dan kolam tipe storage memanjang 1

17 Gambar 7 Sistem polder dengan pompa dan kolam tipe storage memanjang Kelengkapan Sistem: - Storage Memanjang - Stasion Pompa - Pintu Outlet - Tangggul Keliling - Saringan sampah - Kolam penangkap sedimen Kesesuaian tipe: - Mengoptimalkan saluran drainase yang ada karena lahan tidak tersedia - Kapasitasnya terbatas - Mengganggu aliran yang ada - Pelaksanaan lebih sulit 4. Tahap Perencanaan Hidrologi 1) Kumpulkan data curah hujan harian maksimum tahunan untuk periode minimum terakhir selama 10 tahun yang berurutan, dari beberapa stasiun curah hujan di daerah pengaliran saluran (DPSAL); ) Hitung tinggi curah hujan harian rata-rata dari butir 1) diatas dengan metode Aritmatik atau Thiesen atau Isohyt, apabila tidak ada peta stasiun curah hujan dianjurkan menggunakan metode Aritmatik; ) Hitung hujan rencana beberapa kala ulang dengan menggunakan persamaan Log Pearson Tipe III atau persamaan Gumbel, dengan menggunakan data curah hujan harian rata-rata dari butir ); 4) Tentukan koefisien pengaliran (C) berdasarkan literatur dan penelitian di lapangan sesuai dengan tata guna lahan (lihat lampiran A.6.) 5) Tentukan koefisien pengaliran ekivalen (C eq ), apabila daerah pengaliran saluran (DPSAL) terdiri dari beberapa sub-dpsal; 14

18 6) Hitung waktu konsentrasi (t c ) dengan menggunakan rumus Kirpich; 7) Kolam Retensi dipakai apabila diinginkan memotong puncak banjir yang terjadi, juga untuk mengurangi dimensi saluran; 8) Sistem Polder dipilih apabila daerah yang akan dikeringkan, relatif lebih rendah dari muka air tinggi sungai / badan air penerima atau muka air laut pasang 9) Hitung intensitas curah hujan dengan menggunakan rumus Mononobe dari nilai hujan rencana dari butir ), dan waktu konsentrasi dari butir 6); 10) Hitung debit banjir rencana dengan metode rasional praktis dengan koefisien pengaliran dari butir 4) atau dari butir 5), dan intensitas curah hujan dari butir 7); 11) Hitung debit banjir rencana dengan menggunakan unit hidrograph untuk daerah perkotaan; 1) Hitung debit banjir rencana dengan metode Rasional Modifikasi. 4. Tahap Perencanaan Hidrolika 1) Hitung profil basah saluran eksisting sesuai bentuknya (lingkaran, trapesium, atau segiempat); ) Hitung keliling basah saluran eksisting sesuai bentuknya (lingkaran, trapesium, atau segiempat); ) Hitung jari-jari hidraulis saluran dari perbandingan butir 1 dan butir ; 4) Hitung kemiringan dasar saluran rata-rata dari penelitian hasil lapangan; 5) Hitung kecepatan aliran rata-rata maksimum menggunakan rumus Manning. Apabila kekasaran dinding bervariasi maka harus dihitung kekasaran dinding ekivalen; 6) Hitung kapasitas maksimum saluran eksisting; 7) Bandingkan kapasitas maksimum saluran eksisting dari butir 6) dengan debit banjir rencana dari butir 10), 11) dan 1) di sub-bab 4.. 8) Dari ketiga perhitungan debit banjir rencana tersebut pilih yang terbesar. Apabila kapasitas eksisting lebih besar dari debit banjir rencana yang terbesar, maka saluran eksisting tidak perlu direhabilitasi. 4.4 Tahap Perencanaan Kapasitas Kolam Retensi dan Pompa 1) Buat unit hidrograph daerah perkotaan, kemudian jumlahkan masing-masing ordinatnya. Sehingga diperoleh debit rencana maksimum dengan gambar hidrographnya; ) Hitung volume komulatif air yang masuk ke dalam kolam retensi dari hidrograph; ) Gambarkan hasil perhitungan volume komulatif dari butir ) di atas dalam koordinat orthogonal dengan ordinat besarnya volume komulatif dan absis besarnya waktu; 4) Hitung volume komulatif pompa untuk berbagai kapasitas pompa dan terapkan pada komulatif air yang masuk kolam retensi dari butir ) di atas; 5) Ukur ordinat yang terletak antara garis volume komulatif pompa dengan garis singgung volume komulatif air yang masuk ke dalam kolam retensi seperti pada butir 4) di atas, menunjukkan volume air yang tertinggal di dalam kolam retensi; 6) Hitung luas kolam retensi yang diperlukan dengan membagi volume komulatif yang tertinggal di dalam kolam retensi seperti butir 5) di atas dengan rencana dalamnya air efektif di kolam retensi; 7) Lakukan langkah butir 4), butir 5) dan butir 6) di atas berulang-ulang, sehingga diperoleh biaya yang efisien dan efektif dalam menentukan luas kolam retensi dan kapasitas pompa yang dibutuhkan. Contoh perhitungan kapasitas kolam retensi dan pompa dapat dilihat di lampiran A. 8) Hitung kebutuhan head pompa dari elevasi muka air minimum di kolam retensi ke muka air maksimum banjir di sungai atau muka air pasang tertinggi di laut. 15

19 9) Pilih tipe pompa sesuai dengan kebutuhan yang ada. Tipe-tipe pompa yang dimaksud adalah sebagai berikut : a) Pompa Archemedian Screw. Pompa archemedian screw digunakan untuk kondisi elevasi muka air yang dipompa relatif aman, tidak sesuai untuk elevasi muka air yang perubahannya relatif besar. ELEVASI. MAKS PENGELUARAN MOTOR H ELEV. PEMASUKAN Gambar 8 Pompa archemedian screw Pompa ini tidak terganggu dengan adanya tumbuhan air dan sampah, oleh sebab itu pompa ini mampu beroperasi tanpa dijaga dalam jangka waktu yang lama. b) Pompa Rotodynamic. Pompa rotodynamic dipilih sesuai dengan keperluan perencanaan. Pompa ini terdiri atas : (1) Pompa Centrifugal (aliran radial) Dipergunakan untuk memompa air dengan ketingian yang besar dan aliran sedang. Gambar 9 Pompa centrifugal () Pompa Axial (baling-baling) Dipergunakan untuk memompa air dengan ketinggian yang rendah sampai aliran yang besar. 16

20 Gambar 10 Pompa axial c) Pompa Aliran campuran Digunakan dengan karakteristik tengah-tengah antara Pompa Centrifugal dengan Pompa Axial. Gambar 11 Pompa aliran campuran 17

21 BAB V PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 PEKERJAAN PERSIAPAN 1) Buat rencana kerja dan jadwal pelaksanaan. ) Persiapkan bahan material dan tenaga kerja. ) Sediakan atau buat direksi keet, gudang dan bengkel kontraktor. 4) Gunakan titik benchmark (usahakan yang tidak mudah bergeser) yang ada di lapangan sebagai titik referensi untuk ketinggian dan koordinat. 5) Lakukan pengukuran konstruksi untuk mendapatkan tata letak bangunan sistem polder. 6) Lakukan penyelidikan tanah yang diperlukan (boring, sondir, dll) di tempat yang akan memikul konstruksi dan bangunan pelengkap. 7) Buat akses sementara berupa jalan kerja untuk memudahkan mobilisasi pengangkutan bahan, alat dan pekerja ke lokasi pekerjaan. 8) Buatkan pagar pengaman dari kayu atau bahan lainnya. 5. PEKERJAAN KOLAM RETENSI 1) Bersihkan permukaan lokasi kolam retensi dari pohon, kayu-kayu, pecahan benda, semak-semak, sampah dan semua bahan-bahan lainnya yang tidak dikehendaki. ) Kerjakan penggalian tanah sampai kedalaman dasar kolam retensi yang telah direncanakan dengan menggunakan alat-alat berat. ) Periksa elevasi dasar kolam retensi apakah telah sesuai dengan elevasi yang direncanakan dengan menggunakan alat ukur waterpass. 4) Buang sisa tanah hasil galian yang tidak terpakai ke lokasi yang telah ditentukan. 5) Buatkan tanggul kolam retensi dari timbunan tanah atau bahan lainnya (perhatikan pemadatan dan keamanan terhadap longsor). 6) Periksa elevasi puncak tanggul dengan menggunakan alat ukur waterpass apakah telah sesuai dengan elevasi yang direncanakan. 7) Buatkan talud kolam di sekeliling kolam retensi dari bahan yang telah direncanakan. 8) Rapikan semua pekerjaan sampai selesai. 5. PEKERJAAN TANGGUL KELILING 1) Tanggul keliling biasanya memakai kontruksi dari tanah atau pasangan ) Jika kontruksi tanggul memakai bahan dari tanah maka cara pekerjaan pelaksanaan kontruksi sebagai berikut : Bersihkan permukaan lokasi tanggul dari rumput-rumput dan pohon-pohon serta akar-akarnya. Kupas atau gali permukaan pondasi hingga mencapai lapisan tanah asli yang baik. Hamparkan tanah timbunan lapisan per lapisan ke lokasi tanggul keliling yang direncanakan setinggi 40 cm setiap lapisannya. Padatkan setiap lapisan timbunan secara menyeluruh dengan alat pemadat setiap lapisan harus benar-benar padat. Pemadatan dilakukan sampai pada elevasi tanggul yang direncanakan. Parameter untuk lapisan menggunakan faktor CBR yang berlaku di Bina Marga. ) Jika konstruksi tanggul memakai bahan pasangan maka cara pekerjaan pelaksanaan kontruksi sebagai berikut : Gali tanah sampai elevasi dasar pondasi tanggul yang direncanakan jika keadaan konstruksi tanah untuk dudukan pondasi kurang baik maka 18

22 dilakukan dulu perbaikan tanah dengan membuat cerucuk bambu, dolken atau pancang dari beton bertulangan. Buat lantai kerja untuk tanggul yang dibuat dari beton bertulang jika memakai pasangan batu kali hamparkan urugan pasir kemudian dipadatkan. Buat kontruksi tanggul seperti bentuk rencana baik memakai pasangan beton bertulang atau pasangan batu kali dari mulai bawah sampai atas pada elevasi tanggul yang direncanakan. 4) Urug kembali dengan tanah, lubang galian yang tidak terpakai oleh kontruksi pasangan dan padatkan. 5) Rapikan kontruksi tanggul sampai selesai semuanya. 5.4 PEKERJAAN BANGUNAN STASIUN POMPA 1) Bersihkan permukaan lokasi bangunan stasiun pompa. ) Gali tanah sampai kedalaman dasar bangunan yang telah direncanakan dengan menggunakan alat berat. ) Buang sisa tanah hasil galian yang tidak terpakai ke lokasi yang telah ditentukan. 4) Perkuat daya dukung tanah dengan menggunakan cerucuk atau bahan lainnya. 5) Buat lantai kerja dari pasangan beton. 6) Pasang lantai dasar dengan konstruksi yang direncanakan. 7) Pasang pondasi 8) Urug tanah sampai ketinggian lantai dasar. 9) Pasang sloof, balok, kolom dan dinding penahan tanah sesuai yang direncanakan. 10) Buatkan pelat atas dengan konstruksi beton bertulang. 11) Sediakan angker-angker untuk penempatan pompa. 1) Pasang pipa hisap, pipa outlet dan aksesoris lainnya. 1) Sambungkan pompa dengan pipa hisap dan pipa outlet. 14) Pasang panel listrik dan lakukan instalasi elektrik. 15) Pasang pintu-pintu air. 16) Pasang pintu-pintu saringan sampah. 17) Lakukan uji coba terhadap pompa air, sebelumnya periksa aliran listrik baik dari PLN maupun dari Genset terlebih dahulu. 5.5 PEKERJAAN BANGUNAN RUMAH GENSET 1) Bersihkan lokasi permukaan. ) Gali tanah sampai kedalaman dasar bangunan yang telah direncanakan. ) Buang sisa tanah hasil galian yang tidak terpakai ke lokasi yang telah ditentukan. 4) Perkuat daya dukung tanah dengan menggunakan cerucuk atau bahan lainnya. 5) Pasang lantai kerja dari pasangan beton. 6) Pasang pondasi 7) Urug tanah sampai ketinggian lantai dasar. 8) Pasang sloof, balok, kolom dan dinding penahan tanah sesuai yang direncanakan. 9) Buatkan pelat atap dengan konstruksi beton bertulang. 10) Sediakan angker-angker untuk penempatan genset. 11) Lakukan instalasi mesin genset dan panel-panel listrik. 1) Lakukan uji coba genset 5.6 PEKERJAAN SALURAN INLET/OUTLET 1) Bersihkan permukaan lokasi untuk saluran inlet/outlet. ) Gali tanah untuk kedalaman saluran inlet/outlet sesuai dengan elevasi dasar saluran yang direncanakan. ) Periksa elevasi dasar saluran hasil galian dengan menggunakan alat waterpass. 19

23 4) Buang sisa tanah hasil galian yang tidak terpakai ke lokasi yang telah ditentukan. 5) Buat konstruksi saluran dengan pasangan sesuai dengan yang telah direncanakan. 6) Kerjakan perapihan pekerjaan saluran inlet/outlet. 5.7 PEKERJAAN BANGUNAN PINTU AIR INLET/OUTLET 1) Bersihkan permukaan lokasi untuk bangunan pintu air inlet / outlet. ) Gali tanah sesuai dengan kedalaman dan lebar bangunan pintu air yang telah direncanakan. ) Periksa elevasi dasar bangunan pintu air dengan alat waterpass. 4) Buang sisa tanah hasil galian yang tidak terpakai ke lokasi yang telah ditentukan. 5) Pasang kontruksi bangunan pintu air dari mulai lantai, dinding sampai ke atas. 6) Pasang pintu air. 7) Lakukan uji coba pintu air apakah berfungsi dengan baik. 0

24 BAB VI OPERASI DAN PEMELIHARAAN 6.1 UJI COBA DAN PENGOPERASIAN POMPA 1) Hidupkan mesin diesel sesuai SOP atau petunjuk kerja yang berlaku atau kontakkan handle sakelar utama apabila menggunakan PLN. ) Pastikan tegangan, frekuensi, arus listrik sesuaikan dengan ketentuan atau SOP. ) Geser sakelar utama pada posisi ON. 4) Hidupkan pompa apabila elevasi muka air di dalam kolam retensi melebihi elevasi normal sesuai dengan ketentuan di dalam SOP. 5) Lakukan kegiatan seperti butir ), sesuai dengan kecepatan naiknya elevasi muka air di dalam kolam retensi dengan kapasitas pompa menurut ketentuan di dalam SOP. 6) Atur aliran air dari saluran yang masuk ke dalam kolam retensi dengan pintu air terutama pada musim kering. Apabila pengaturan air masuk ke dalam kolam retensi dengan pintu air, supaya air limbah dari saluran tidak masuk ke dalam kolam retensi. 7) Matikan pompa apabila elevasi muka air di dalam kolam retensi sudah mencapai elevasi normal sesuai dengan ketentuan di dalam SOP. 6. PEMELIHARAAN STASIUN POMPA 1) Stasiun pompa sekalipun dibangun dengan konstruksi beton bertulang tetap harus dipelihara agar jangan terkesan angker dan kumuh. Untuk itu secara rutin petugas harus menjaga kebersihan lingkungan instalasi. ) Secara berkala stasiun pompa harus dicat agar dari segi estetika indah dan nyaman untuk dijadikan sarana rekreasi bila perlu. ) Sewaktu pompa tidak dioperasikan periksa kelengkapan saringan sampah di bagian depan pompa. Lakukan pembersihan terutama dari sampah-sampah plastik yang dapat merusak poros dan propeller pompa. 4) Periksa secara rutin panel operasi jangan sampai ada kabel yang putus karena termakan usia atau oleh binatang pengerat seperti tikus dll. 5) Perhatikan engsel-engsel pintu instalasi agar jangan sampai kering. Sebab semua petugas operasional pompa harus tetap siaga menjaga kemungkinan terjadi banjir dadakan. 6. PENGOPERASIAN PINTU AIR INLET, OUTLET DAN PEMBAGI 1. Untuk kolam retensi tipe di samping badan sungai a. Pada saat banjir datang pintu inlet dibuka, air dari sungai akan masuk dan mengisi kolam retensi. b. Jika muka air di kolam retensi telah mencapai level maksimum maka pintu air outlet dibuka secukupnya sehingga air di kolam retensi bisa keluar kembali ke sungai, tetapi muka air dalam kolam retensi harus dijaga agar tetap pada level maksimum. c. Pada saat banjir telah surut maka air di kolam retensi dikeluarkan melalui pintu outlet sampai mencapai muka air minimum, hal ini dimaksudkan untuk menerima banjir berikutnya/yang akan datang. d. Di musim kemarau pintu inlet ditutup, sesekali dibuka hanya untuk memasukkan air ke kolam retensi, agar muka air di kolam retensi tetap terjaga dalam keadaan normal.. Untuk kolam retensi tipe di dalam badan sungai a. Pada saat banjir datang pintu outlet ditutup, air dari sungai akan masuk dan mengisi kolam retensi. 1

25 b. Meskipun muka air di kolam retensi telah mencapai elevasi maksimum, pintu air outlet tetap ditutup, sehingga air dari kolam retensi mengalir ke sungai melalui pelimpah bendung c. Pada saat banjir di sungai telah surut, maka air di kolam retensi dikeluarkan melalui pintu outlet sampai mencapai muka air minimum, keadaan ini untuk menerima banjir berikutnya / yang akan datang. d. Di musim kemarau pintu outlet ditutup, sehingga di kolam retensi tetap ada air.. Untuk sistem polder dengan pompa dan kolam di samping badan saluran/sungai a. Pada saat banjir datang pintu pembagi ditutup. Sebaliknya pintu inlet dibuka, sehingga air dari saluran drainase akan masuk dan mengisi kolam retensi. Hal ini dilakukan bersamaan dengan pengoperasian pompa. b. Pada saat banjir di sungai telah surut, maka pintu pembagi dibuka agar air di saluran drainase bisa mengalir ke sungai secara gravitasi. Selain itu pintu air inlet harus ditutup, agar air tidak masuk ke kolam retensi. c. Di musim kemarau pintu air inlet ditutup, sesekali dibuka hanya untuk memasukkan air ke kolam retensi, agar muka air di kolam retensi dalam keadaan normal. 4. Untuk sistem polder dengan pompa dan kolam di dalam badan saluran/sungai a. Pada saat banjir datang pintu outlet ditutup, air dari saluran drainase akan masuk dan mengisi kolam retensi. Hal ini dilakukan bersamaan dengan pengoperasian pompa. b. Pada saat banjir di sungai telah surut, maka pintu outlet dibuka agar air di kolam retensi bisa mengalir ke sungai secara gravitasi. c. Di musim kemarau pintu outlet dibuka secukupnya, sehingga di kolam retensi tetap ada air. 5. Untuk sistem polder dengan pompa dan kolam tipe memanjang a. Pada saat banjir datang pintu outlet ditutup, air dari saluran drainase akan masuk dan mengisi kolam retensi. Hal ini dilakukan bersamaan dengan pengoperasian pompa. b. Pada saat banjir di sungai telah surut, maka pintu outlet dibuka agar air di kolam retensi bisa mengalir ke sungai secara gravitasi. c. Di musim kemarau pintu outlet dibuka secukupnya, sehingga di kolam retensi tetap ada air. 6.4 PEMELIHARAAN PINTU AIR INLET, OUTLET DAN PEMBAGI 1. Melumasi pintu-pintu air.. Pengecatan pintu-pintu air.. Membersihkan sampah atau endapan di pintu-pintu air. 4. Lakukan perbaikan secara berkala untuk pintu-pintu air yang mengalami kerusakan. 6.5 PEMELIHARAAN KOLAM RETENSI 1. Pembersihan sampah-sampah yang menyangkut di saringan sampah secara rutin.. Cegah sedini mungkin penyerobotan terhadap lahan dan bantaran kolam retensi dari bangunan-bangunan pemukiman liar.. Secara berkala keruk sedimen yang terlanjur masuk ke kolam retensi agar fungsi daya tampung kolam retensi tidak menyusut. 4. Angkat saringan sampah secara berkala bersihkan dan cat kembali. 5. Bersihkan saluran inlet/outlet secara rutin. 6. Lakukan perbaikan secara berkala untuk bangunan air yang mengalami kerusakan.

26 7. Tembok pasangan batu yang rusak segera diperbaiki, untuk ini harus secara rutin dilakukan inspeksi terutama pada stalling basin pintu inlet. Atau kolam retensi dilengkapi dengan saluran gendong biasanya saluran tersebut tepi kanan dan kirinya dilapisi dengan pasangan batu kali. 8. Bersihkan kolam retensi yang ditumbuhi gulma seperti eceng gondok. Bila perlu ajak pihak swasta untuk memanfaatkan eceng gondok menjadi komoditi yang berguna seperti pembuatan tas, serta mungkin dapat diolah menjadi gas bio.

27 BAB VII LAIN-LAIN 7.1 Laporan Laporan mengenai pembuatan kolam retensi dan polder dijelaskan sebagai berikut : 1) Setiap aspek perencanaan baik yang menyangkut bangunan baru maupun bangunan lama agar dilaporkan dan dikonsultasikan kepada instansi yang berwenang dan bertanggung jawab atas pembuatan kolam retensi dan polder; ) Laporan perlu dibuat secara berkala oleh perencana, dan dilaporkan kepada instansi yang berwenang dan bertanggung jawab atas pembuatan kolam retensi dan polder. 7. Koordinasi dan Tanggung Jawab Perencanaan Koordinasi dan tanggung jawab pembuatan kolam retensi dan polder dijelaskan sebagai berikut : 1) Seluruh penyelenggaraan teknis pekerjaan pembuatan kolam retensi dan polder agar dilaksanakan di bawah koordinasi dan tanggung jawab seorang ahli yang kompeten, dibantu tim terpadu yang karena pelatihan dan pengalamannya berpengetahuan luas dan ahli dalam pekerjaan yang berkaitan dengan pembuatan kolam retensi dan polder; ) Apabila dalam tahapan pembuatan kolam retensi dan polder timbul masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh instansi yang berwenang, maka masalah tersebut harus diajukan kepada pihak berwenang yang lebih tinggi. 4

28 LAMPIRAN A CONTOH PERHITUNGAN HIDROLOGI DAN HIDROLIKA KAPASITAS KOLAM RETENSI DAN POMPA A.1 KONDISI PERENCANAAN Wilayah perencanaan berada di daerah perumahan di Jakarta. Wilayah ini mengalami banjir dan genangan setiap tahunnya. Penyebabnya adalah elevasi muka air banjir di sungai lebih tinggi dari elevasi tanah di daerah perumahan. Permasalahan ini diselesaikan dengan merencanakan sistem polder. Data perencanaan yang digunakan sebagai berikut : Luas catchment area (A) = 500 Ha Panjang saluran (L) = 5400 m Data curah hujan harian maksimum selama 0 tahun (1986 s/d 005) Gambar 1 Skema sistem polder Untuk memenuhi perhitungan hidrologi dan hidrolika perlu adanya asumsi batasanbatasan, bilamana asumsi ini terpenuhi maka analisa bisa dilaksanakan, sehingga dapat dicapai sasaran penanggulangan banjir dan genangan. Asumsi perhitungan yang digunakan sebagai berikut : Total Inflow Total out flow = Storage penampungan pada waktu (t) Bentuk hidrograf aliran masuk (inflow) yang digunakan sesuai bagi penggunaan rumus modifikasi Rational. Rate dari flow dianggap konstan Dalam lampiran ini akan diuraikan metode perhitungan hidrologi dan hidrolika untuk kolam retensi dan polder beserta contoh perhitungannya yang disesuaikan dengan kondisi perencanaan. A. MELENGKAPI DATA CURAH HUJAN Maksudnya adalah data curah hujan harian maksimum dalam setahun yang dinyatakan dalam mm/ hari, untuk stasion curah hujan yang terdekat dengan lokasi sistem drainase, jumlah data curah hujan paling sedikit dalam jangka waktu 10 tahun berturutberturut. 5

29 Stasiun hujan kadang tidak mempunyai data yang lengkap, jika ditemui data yang kurang, perlu dilengkapi dengan melakukan pengisian data terhadap stasion yang tidak lengkap atau kosong, dengan beberapa metode antara lain : Bila perbedaan hujan tahunan normal di stasion yang akan dilengkapi tidak lebih dari 10 %, untuk mengisi kekurangan data dapat mengisinya dengan harga rata-rata hujan dari stasiun-stasiun disekitarnya. Bila perbedaan hujan tahunan lebih dari 10 %, melengkapi data dengan metode Rasio Normal, yakni dengan membandingkan data hujan tahunan stasion yang kurang datanya terhadap stasiun disekitarnya dengan cara sebagai berikut : 1 R ra R rb R r r = + + n RA RB RC Dimana : n = jumlah stasiun hujan r = curah hujan yang dicari (mm) R = curah hujan rata-rata setahun di tempat pengamatan R yang datanya akan dilengkapi r A, r B, r C = curah hujan di tempat-tempat pengamatan A, B, dan C R A, R B, R C = curah hujan rata-rata setahun di stasiun A, B, dan C Berikut adalah tabel data curah hujan harian maksimum selama 0 tahun (1986 s/d 005) yang diperoleh di Stasiun A (St. A). Diasumsikan Stasiun A sebagai stasiun curah hujan yang terdekat dengan lokasi perencanaan sistem drainase. Tabel 1 Data curah hujan harian maksimum (CHHm ax ) St. A Tahun CHH max ) (mm/hari) A. MENENTUKAN KALA ULANG C 6

30 Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu mempunyai kala ulang tertentu, kala ulang rencana untuk saluran mengikuti standar yang berlaku seperti tabel berikut : Tabel Kala ulang berdasarkan tipologi kota & luas daerah pengaliran Tipologi Kota Catcment Area ( Ha ) < > 500 Kota Metropolitan thn - 5 thn 5-10 thn 10-5 thn Kota Besar thn - 5 thn - 5 thn 5-0 thn Kota Sedang / Kecil thn - 5 thn - 5 thn 5-10 thn Contoh Perhitungan 1 : Tentukan kala ulang rencana untuk saluran di daerah Jakarta dengan luas catchment area seluas 500 Ha. Penyelesaian : Dari tabel di atas untuk daerah Jakarta dengan luas catchment area seluas 500 Ha didapatkan kala ulang rencana 10 tahunan. A.4 MENGANALISA HUJAN RENCANA A.4.1 Metode Gumbel Parameter - parameter statistik yang diperlukan oleh distribusi harga ekstrim gumbel adalah : 1. Menentukan harga tengahnya (R) : R = Ri n. Menentukan harga penyimpangan standard (S x ) : S x ( Ri R) = n 1. Menentukan faktor frekuensi (K) : Yt Yn K = S n dimana : K = faktor frekuensi Y t = Reduced Variable (lihat tabel hubungan antara waktu ulang T dengan Yt) Y n = Reduced Mean (lihat tabel 4 hubungan antara lamanya pengamatan n dengan Yn) S n = Reduced Standard Deviation (lihat tabel 4 hubungan antara n dengan S n ) R i = Curah hujan n = Jumlah data 4. Menentukan curah hujan rencana dengan waktu ulang yang dipilih, dengan rumus : R = R + K. t S x 5. Menentukan data variasi fungsi kala ulang (Y t ) Tabel Data Variasi Fungsi Kala ulang (Y t ) T (tahun) Y t 7

31 Menentukan data nilai Y n dan S n yang tergantung pada n Tabel 4 Data Nilai Yn dan Sn Yang Tergantung Pada n n Y n S n

32 n Y n S n

33 Contoh Perhitungan : Dengan menggunakan data curah hujan maksimum selama 0 tahun yang terdapat pada tabel 1, analisa frekuensi hujan dengan menggunakan metode Gumbel. Penyelesaian : 1) Merangking data curah hujan harian maksimum yang didapat dari tabel 1 Tabel 5 Merangking data curah hujan harian maksimum No Urut CHH Max (R i ) ) Menghitung nilai prosentase (%) : X P = = = 4,8% X total ) Menentukan nilai hujan rata-rata : R 1747 = total R r = 87, 4 X total 0 4) Menentukan selisih curah hujan maksimum terhadap hujan rata-rata: ( R 1 R r ) = ( 15 87,4) = 4179, 6 5) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor ), ) dan 4) untuk urutan berikutnya didapatkan hasilnya sebagai berikut: Tabel 6 Perhitungan metode Gumbel No Urut CHH Max (R i ) P (%) R i - R rata (R i -R rata ) , , , ,

34 No Urut CHH Max (R i ) P (%) R i - R rata (R i -R rata ) , ,140.9 Total 1,747 1, ,595 6) Menentukan standar deviasi : ( R R ) i r,595 Sr = = = 4,48 n ) Menentukan nilai Y n dan S n yang tergantung pada n (lihat tabel ) N = 0, Y n = 0,54 N = 0, S n = 1,06 8) Menentukan variasi fungsi kala ulang Y t (lihat tabel ) Variasi fungsi kala ulang Thn Y t = 0,67 9) Menentukan hujan rencana kala ulang K R R t Yt Yn = S = R n + 0,67 0,54 = = 0,148 1,06 ( K t S x ) ( 0,148 4,48) 8mm t r thn = 87,4 + = 10) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 8) dan 9) untuk data berikutnya didapatkan hasilnya sebagai berikut: Tabel 7 Menentukan Hujan Rencana Kala Ulang Metode Gumbel Kala ulang R Y (Tahun) t K t t (mm) , , , , , ,86 0 A.4. Metode Log Pearson Type III Pada garis besarnya, langkah penyelesaian distribusi log Pearson Type III adalah sebagai berikut : 1. Mentransformasikan data curah hujan harian maksimum kedalam harga logaritmanya : 1

35 R 1, R,..., R n menjadi log R 1, log R,..., log R n. Menghitung harga tengahnya ( log R ) : LogR log R = n. Menghitung harga penyimpangan standar (S x ): S x ( LogR LogR) = n 1 i 4. Menghitung koefisien asimetri (C s ) : n. ( LogRi log R) Cs = ( n 1)( n ) S x 5. Menghitung besarnya logaritma hujan rencana dengan waktu ulang yang dipilih, dengan rumus : LogR = LogR + K. t S x Dimana : R = tinggi hujan rata-rata daerah n = jumlah tahun pengamatan data C s = Koefisien penyimpangan S x = standar deviasi K = faktor kekerapan Log Pearson Tipe III 6. Menentukan nilai K untuk metode Log Pearson Tipe III Tabel 8 Nilai-nilai K untuk metode Log Pearson Tipe III Faktor Kekerapan (K) Interval Ulang (tahun) Persen Peluang

36 Faktor Kekerapan (K) Interval Ulang (tahun) Persen Peluang Contoh Perhitungan : Dengan menggunakan data curah hujan harian maksimum selama 0 tahun yang diperoleh di tabel 1, analisa frekuensi hujan dengan menggunakan metode Log Pearson Type III. Penyelesaian : 1) Merangking data curah hujan harian maksimum yang didapat dari tabel 1. Tabel 9 Merangking data curah hujan harian maksimum No Urut CHH Max (R i )

37 No Urut CHH Max (R i ) Total 1,747 ) Menghitung logaritma curah hujan maksimum (log R i ) : logr 1 = log15 ( ) =, 18 ) Menghitung harga tengahnya ( log R ) : LogR 8 log R = = = 1,90 n 0 4) LogR log R =.18 1,90 0, 81 1 = 1 log R = 0,81 = 1 log R = 0,81 = 5) ( LogR ) ( ) 0, 079 6) ( LogR ) ( ) 0, 0 7) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor ) s/d 6) untuk data berikutnya didapatkan hasilnya sebagai berikut: Tabel 10 Perhitungan metode Log Pearson III No Urut CHH Max (R i ) Log R i LogR i log R ( log R) LogR i log R LogR i ( ) (0.00) (0.01) (0.07) (0.049) (0.056) (0.075) (0.17) (0.486) (0.59) Total 1, ) Menentukan standar deviasi (S x ) : 4

38 S x ( LogR LogR) i = n 1 = 0, = 0,11 9) Menghitung koefisien asimetri (C s ) : ( LogR log R) ( 0,08) ( 0,1) n. i 0 C s = = ( n 1)( n ) S x ) Menentukan faktor kekerapan K f (lihat tabel 6) Dengan data K = -1,05 dan kala ulang tahun Secara interpolasi didapatkan harga K: = 1,05 ( 1,05) ( 1,) 0,195 + ( 0,5 0,195) = 0, 11 ( 1,4) ( 1,) Maka untuk kala ulang tahun didapatkan K sebesar 0,11 11) Menentukan hujan rencana kala ulang (R t ) : LogR = LogR + K. S LogR t = 1,90 + x ( 0,11 0,11) = 1,945 1,945 R = 10 = 88mm 1) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor ) s/d 11) didapatkan hasilnya sebagai berikut: Tabel 11 Menentukan Hujan Rencana Kala Ulang Metode Log Pearson III Kala ulang R log R K Log R t (Tahun) t (mm) , , , , , , A.4. Resume Hujan Rata-rata Metode Log Pearson III dan Metode Gumbel Dengan cara yang sama dihitung pula data dari beberapa stasiun lainnya, diupayakan yang berdekatan dengan daerah studi, setidaknya mempunyai sifat hujan yang sama. Hasil hitungan rata-rata dari beberapa stasiun lainnya seperti tabel berikut. Menghitung hujan rata-rata, dilakukan dengan rata-rata arimatik. Tabel 1 Resume Hujan Rata-rata Metode Log Pearson III dan Metode Gumbel Stasiun Metode Hujan Rencana (mm/hari) dengan kala ulang Hujan Analisa Thn 5 Thn 10 Thn 5 Thn 50 Thn 100 Thn St. A St. B Log Pearson III Gumbel Log Pearson III Gumbel

39 Stasiun Hujan St. C Metode Analisa Log Pearson III Hujan Rencana (mm/hari) dengan kala ulang Thn 5 Thn 10 Thn 5 Thn 50 Thn 100 Thn Gumbel Rata-rata (mm/hari) A.5 MENGANALISA INTENSITAS HUJAN Rumus menghitung intensitas curah hujan (I) menggunakan hasil analisa distribusi frekuensi yang sudah dirata-rata, menggunakan rumus Mononobe sebagai berikut : I t Rt 4 = 4 t dimana : R t = hujan rencana untuk berbagai kala ulang (mm) t = waktu konsentrasi (jam), untuk satuan dalam menit, t dikalikan 60. I t = intensitas hujan untuk berbagai kala ulang (mm/jam) Contoh Perhitungan 4 : Dengan menggunakan hasil rata-rata dari metode Log Pearson III dan metode Gumbel (lihat tabel 1), analisa intensitas hujan dengan berbagai kala ulang. Penyelesaian : 1) Dengan interval tahun diperoleh hujan rencana untuk berbagai kala ulang sebesar 97 mm/hari (lihat tabel 1). Maka untuk waktu t = 10 menit didapatkan intensitas hujan sebesar : I I t t Rt 4 = 4 t 97 4 = = 111mm / jam ) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 1) untuk waktu berikutnya didapatkan hasilnya sebagai berikut: Tabel 1 Analisa Intensitas Hujan (mm/jam) t (Menit) It Thn It 5 Thn It 10 Thn It 5 Thn It 50 Thn It 100 Thn

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN 1. PENDAHULUAN TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Menganalisa Hujan Rencana IV.1.1 Menghitung Curah Hujan Rata rata 1. Menghitung rata - rata curah hujan harian dengan metode aritmatik. Dalam studi ini dipakai data

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data BAB V ANALISA DATA 5.1 UMUM Analisa data terhadap perencanaan jaringan drainase sub sistem terdiri dari beberapa tahapan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Sebelum tahapan analisa dilakukan, terlebih

Lebih terperinci

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir Pengendalian Banjir 1. Fenomena Banjir 1 2 3 4 5 6 7 8 Model koordinasi yang ada belum dapat menjadi jembatan di antara kelembagaan batas wilayah administrasi (kab/kota) dengan batas wilayah sungai/das

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III Bab III Metode Analisis METODE ANALISIS 3.1 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Di dalam pemilihan teknologi drainase, sebaiknya menggunakan teknologi sederhana yang dapat di pertanggung jawabkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk dapat memenuhi tujuan penyusunan Tugas Akhir tentang Perencanaan Polder Sawah Besar dalam Sistem Drainase Kali Tenggang, maka terlebih dahulu disusun metodologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Hidrologi Intensitas hujan adalah tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi dari objek penelitian ini berada pada Kecamatan Rancaekek, tepatnya di Desa Sukamanah dan Kecamatan Rancaekek sendiri berada di Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah drainase kota sudah menjadi permasalahan utama pada daerah perkotaan. Masalah tersebut sering terjadi terutama pada kota-kota yang sudah dan sedang berkembang

Lebih terperinci

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal DRAINASE POLDER Drainase sistem polder berfungsi untuk mengatasi banjir yang diakibatkan genangan yang ditimbulkan oleh besarnya kapasitas air yang masuk ke suatu daerah melebihi kapasitas keluar dari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi pekerjaan terletak di Jl. Jendral Sudirman, Kelurahan Karet Semanggi, Kecamatan Setia Budi, Jakarta Pusat. Tepatnya di dalam area perkantoran gedung

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing, Mahendra Andiek M, Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peil Banjir Peil Banjir adalah acuan ketinggian tanah untuk pembangunan perumahan/ pemukiman yang umumnya di daerah pedataran dan dipakai sebagai pedoman pembuatan jaringan drainase

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Berita Acara Tugas Akhir... Lembar Persembahan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Berita Acara Tugas Akhir... Lembar Persembahan... Kata Pengantar... Daftar Isi... DAFTAR ISI Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Berita Acara Tugas Akhir... Lembar Persembahan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Abstrak... i ii iii iv vi viii xi xii

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Stasiun Pengamat Hujan Untuk melakukan analisa ini digunakan data curah hujan harian maksimum untuk tiap stasiun pengamat hujan yang akan digunakan dalam analisa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. membahas langkah untuk menentukan debit banjir rencana. Langkahlangkah

BAB IV ANALISA. membahas langkah untuk menentukan debit banjir rencana. Langkahlangkah BAB IV ANALISA 4.1 Analisa Hidrologi Sebelum melakukan analisis hidrologi, terlebih dahulu menentukan stasiun hujan, data hujan, dan luas daerah tangkapan. Dalam analisis hidrologi akan membahas langkah

Lebih terperinci

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT TUGAS AKHIR RC09-1380 STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT RATNA PUSPITA WIDYANINGRUM NRP 3107 100 060 Dosen Pembimbing : Ir. Sofyan Rasyid, MT JURUSAN

Lebih terperinci

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE Sistem drainase perkotaan : adalah prasarana perkotaan yang terdiri dari kumpulan sistem saluran, yang berfungsi mengeringkan lahan dari banjir / genangan akibat

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR PADA KECAMATAN MEDAN SELAYANG DAN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ( Studi Kasus : Jl. Jamin Ginting, Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Gatot Subroto ) FITHRIYAH

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP TUGAS AKHIR Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing NRP. 3109 100 112 Dosen Pembimbing : Mahendra Andiek M, ST.MT. Ir. Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 008: 8-1 KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Ibnu Hidayat P.J. Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan Rossana Margaret, Edijatno, Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan bendungan, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK VIRDA ILLYINAWATI 3110100028 DOSEN PEMBIMBING: PROF. Dr. Ir. NADJAJI ANWAR, Msc YANG RATRI SAVITRI ST, MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Survey lapangan yang dilakukan bertujuan untuk peninjauan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Survey lapangan yang dilakukan bertujuan untuk peninjauan dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Survey Lapangan Survey lapangan yang dilakukan bertujuan untuk peninjauan dan identifikasi awal, mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian, melakukan uji

Lebih terperinci

PROSES PERENCANAAN TEKNIS SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

PROSES PERENCANAAN TEKNIS SISTEM DRAINASE PERKOTAAN PROSES PERENCANAAN TEKNIS SISTEM DRAINASE PERKOTAAN PROSES PERENCANAAN TEKNIS SISTEM DRAINASE PERKOTAAN 1. DESKRIPSI 1.1. RUANG LINGKUP Proses Perencanaan Teknis Sistem Drainase Perkotaan adalah proses

Lebih terperinci

Drainase P e r kotaa n

Drainase P e r kotaa n Drainase P e r kotaa n Latar belakang penggunaan drainase. Sejarah drainase Kegunaan drainase Pengertian drainase. Jenis drainase, pola jaringan drainase. Penampang saluran Gambaran Permasalahan Drainase

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan

Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan SNI 02-2406-1991 SNI Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan ICS Badan Standarisasi Nasional BSN Daftar isi Daftar isi 1 Maksud dan tujuan 1.1 Maksud 1.2 Tujuan 2 Ruang

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS M. HARRY YUSUF

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS M. HARRY YUSUF PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memenuhi ujian sarjana Teknik

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU SYAFRIANTO 1 ANTON ARIYANTO, M.Eng 2 dan ARIFAL HIDAYAT MT 2 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian e-mail

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-11 1 Perencanaan Sistem Drainase Hotel Swissbel Bintoro Surabaya Dea Deliana, Umboro Lasminto, Yang Ratri Savitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah diterbitkan, dan dari buku-buku atau artikel-artikel yang ditulis para peneliti sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para dosen, dan pegawainya. Menyadari akan pentingnya suatu kampus maka sudah sewajarnya kampus

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM DRAINASE BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM DRAINASE BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG LEMBAR PENGESAHAN ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM DRAINASE BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN SALURAN DRAINASE JALAN SULTAN KAHARUDDIN KM. 02 KABUPATEN SUMBAWA. Oleh : Ady Purnama, Dini Eka Saputri

STUDI KELAYAKAN SALURAN DRAINASE JALAN SULTAN KAHARUDDIN KM. 02 KABUPATEN SUMBAWA. Oleh : Ady Purnama, Dini Eka Saputri 1 STUDI KELAYAKAN SALURAN DRAINASE JALAN SULTAN KAHARUDDIN KM. 02 KABUPATEN SUMBAWA Oleh : Ady Purnama, Dini Eka Saputri ABSTRAK Kelebihan air hujan pada suatu daerah atau kawasan dapat menimbulkan suatu

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE HOTEL SWISSBEL BINTORO SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE HOTEL SWISSBEL BINTORO SURABAYA Dea Deliana (3110100004) Dosen Pembimbing :! 1. Dr.tech. Umboro Lasminto, ST. MT.! 2. Yang Ratri Savitri, ST. MT PERENCANAAN SISTEM DRAINASE HOTEL SWISSBEL BINTORO SURABAYA Pendahuluan Kondisi Setelah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM III 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantor adalah tempat yang sangat berguna bagi seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan saat ini. Dengan adanya kantor kita dapat melakukan suatu pekerjaan dengan nyaman

Lebih terperinci

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI GAYUNGSARI BARAT SURABAYA DENGAN BOX CULVERT

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI GAYUNGSARI BARAT SURABAYA DENGAN BOX CULVERT PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI GAYUNGSARI BARAT SURABAYA DENGAN BOX CULVERT Disusun Oleh : AHMAD RIFDAN NUR 3111030004 MUHAMMAD ICHWAN A 3111030101 Dosen Pembimbing Dr.Ir. Kuntjoro,MT NIP: 19580629 1987031

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA

TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA Latar Belakang Pembangunan perumahan Graha Natura di kawasan jalan Sambikerep-Kuwukan,

Lebih terperinci

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3 3. BAB 3 METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah

Lebih terperinci

PROSES PERENCANAAN TEKNIS SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

PROSES PERENCANAAN TEKNIS SISTEM DRAINASE PERKOTAAN PROSES PERENCANAAN TEKNIS SISTEM DRAINASE PERKOTAAN 1. DESKRIPSI 1.1. RUANG LINGKUP Proses Perencanaan Teknis Sistem Drainase Perkotaan adalah proses yang dimulai dari penyiapan rencana induk, studi kelayakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Curah Hujan Drainase adalah ilmu atau cara untuk mengalirkan air dari suatu tempat, baik yang ada dipermukaan tanah ataupun air yang berada di dalam lapisan tanah, sehingga

Lebih terperinci

Kolam Retensi (Retarding Basin) Sebagai Alternatif Pengendali Banjir Dan Rob.

Kolam Retensi (Retarding Basin) Sebagai Alternatif Pengendali Banjir Dan Rob. Kolam Retensi (Retarding Basin) Sebagai Alternatif Pengendali Banjir Dan Rob. Oleh: Azwar Annas Kunaifi, S.T., M.T. 1 1. PENDAHULUAN Banjir dan Rob adalah 2 (dua) kejadian yang akrab dengan penduduk di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Analisa sistem drainase dan penangulangan banjir Kota Semarang sebenarnya telah menjadi perhatian sejak zaman kolonial Belanda, dengan dibangunnya dua banjir

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain : BAB III METODOLOGI 45 3.1. URAIAN UMUM Di dalam melaksanakan suatu penyelidikan maka, diperlukan data-data lapangan yang cukup lengkap. Data tersebut diperoleh dari hasil survey dan investigasi dari daerah

Lebih terperinci

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK Pertumbuhan kota semakin meningkat dengan adanya perumahan,

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui : Bab 3 Metodologi 3.1 Metode Analisis dan Pengolahan Data Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah-langkah penulis dalam menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai.

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993). BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan embung, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah untuk menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai. 3.1.1 Permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Flow Chart Rencana Kerja Tugas Akhir

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Flow Chart Rencana Kerja Tugas Akhir BAB IV METODOLOGI 4.1 Tinjauan Umum Penulisan laporan Tugas Akhir ini memerlukan adanya suatu metode atau cara yaitu tahapan tahapan dalam memulai penulisan sampai selesai, sehingga penulisan Tugas Akhir

Lebih terperinci

Reklamasi Rawa. Manajemen Rawa

Reklamasi Rawa. Manajemen Rawa Reklamasi Rawa Manajemen Rawa Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau bantaran sungai. tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI) SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI) Raja Fahmi Siregar 1, Novrianti 2 Raja Fahmi Siregar 1 Alumni Fakultas Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan April sampai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan April sampai III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan April sampai dengan bulan Juli 2011. Tempat penelitian adalah Rayon I Unit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

BAB III METODOLOGI Uraian Umum BAB III METODOLOGI 3.1. Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN DRAINASE PERKOTAAN

TATA CARA PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN DRAINASE PERKOTAAN TATA CARA PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN DRAINASE PERKOTAAN 1. PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya

Lebih terperinci

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE RC 141356 TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE EVALUASI EVALUASI AKHIR SEMESTER : 20 % EVALUASI TGH SEMESTER : 15 % TUGAS BESAR : 15% PENDAHULUAN 1.1. Fasilitas Drainase sebagai Salah Satu Infrastruktur (Sarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pengertian Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis, adalah sebagai berikut :. Hujan adalah butiran yang jatuh dari gumpalan

Lebih terperinci

STUDI POTENSI PENERAPAN SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA

STUDI POTENSI PENERAPAN SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA STUDI POTENSI PENERAPAN SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA Dosen Pembimbing : ALIA DAMAYANTI, ST., MT., PhD. Oleh : DIAN ARIESTA PRAYITNO 3311 202 806 Program Magister

Lebih terperinci

Drainase Perkotaan. Pendahuluan

Drainase Perkotaan. Pendahuluan Drainase Perkotaan Pendahuluan Banjir (flood) Kondisi debit pada saluran/sungai atau genangan yang melebihi kondisi normal yang umumnya terjadi. Luapan air dari sungai/saluran ke lahan yang biasanya kering.

Lebih terperinci

KOLAM RETENSI SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALI BANJIR Evy Harmani, M. Soemantoro. Program Studi Teknik Sipil Universitas Dr.

KOLAM RETENSI SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALI BANJIR Evy Harmani, M. Soemantoro. Program Studi Teknik Sipil Universitas Dr. KOLAM RETENSI SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALI BANJIR Evy Harmani, M. Soemantoro Program Studi Teknik Sipil Universitas Dr. Soetomo Surabaya ABSTRAK Permasalahan banjir dan drainase selalu mewarnai permasalahan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: debit banjir, pola aliran, saluran drainase sekunder, Mangupura. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: debit banjir, pola aliran, saluran drainase sekunder, Mangupura. iii ABSTRAK Kota Mangupura sebagai sebuah kawasan kota baru mengalami perkembangan yang sangat dinamis, dimana infrastruktur dan sarana prasarana publik sesuai standar perkotaan terus berkembang. Peningkatan

Lebih terperinci

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III 3.1 Tinjauan Umum Dalam penulisan laporan Tugas Akhir memerlukan metode atau tahapan/tata cara penulisan untuk mendapatkan hasil yang baik dan optimal mengenai pengendalian banjir sungai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pengolahan Data Hidrologi 4.1.1 Data Curah Hujan Data curah hujan adalah data yang digunakan dalam merencanakan debit banjir. Data curah hujan dapat diambil melalui pengamatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

ABSTRAK Faris Afif.O,

ABSTRAK Faris Afif.O, ABSTRAK Faris Afif.O, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, November 2014, Studi Perencanaan Bangunan Utama Embung Guworejo Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Dosen Pembimbing : Ir. Pudyono,

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN GRAND CITY BALIKPAPAN

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN GRAND CITY BALIKPAPAN PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN GRAND CITY BALIKPAPAN Rossana Margaret K. 3109.100.024 Dosen pembimbing : Dr. Ir. Edijatno Dr. techn. Umboro Lasminto, ST., MSc. LETAK KAWASAN GRAND CITY LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi

Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi Widarto Sutrisno Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Ito_tok@yahoo.com Abstrak Areal bandara Muara Bungo Jambi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum II.1.1 Fungsi Drainase Perkotaan II.1.1.1 Fungsi Umum : Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. Mengalirkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penanganan banjir pada sistem drainase perlu dilakukan dalam beberapa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penanganan banjir pada sistem drainase perlu dilakukan dalam beberapa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penulisan Tugas Akhir Penanganan banjir pada sistem drainase perlu dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu kegiatan persiapan, survey serta investigasi dari suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pencapaian penelitian secara optimal sangat ditentukan pada kadar pemahaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pencapaian penelitian secara optimal sangat ditentukan pada kadar pemahaman BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Pencapaian penelitian secara optimal sangat ditentukan pada kadar pemahaman dalam pelaksanaan kajian, sehingga dengan demikian bahwa pola pendekatan dalam

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program D-III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Polder 2.1.1 Definisi Sistem Polder Sistem polder adalah suatu teknologi penanganan banjir dan air laut pasang dengan kelengkapan sarana fisik, seperti sistem drainase,

Lebih terperinci

EVALUASI TEKNIS SISTEM DRAINASE DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI. ABSTRAK

EVALUASI TEKNIS SISTEM DRAINASE DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI.   ABSTRAK 9 EVALUASI TEKNIS SISTEM DRAINASE DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI Jenal Jaelani 1), Anita Setyowati Srie Gunarti 2), Elma Yulius 3) 1,2,3) Program Studi Teknik Sipil,Universitas Islam 45

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH

ANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH ANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH TUGAS AKHIR NYOMAN INDRA WARSADHI 0704105031 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA Perencanaan Sistem Drainase Perumahan The Greenlake Surabaya PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA Riska Wulansari, Edijatno, dan Yang Ratri Savitri. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 2. Kerusakan DAS yang disebabkan karena erosi yang berlebihan serta berkurangnya lahan daerah tangkapan air.

BAB III METODOLOGI. 2. Kerusakan DAS yang disebabkan karena erosi yang berlebihan serta berkurangnya lahan daerah tangkapan air. III- 1 BAB III METODOLOGI 3.1. Survei Lapangan Perencanaan dam pengendali sedimen dimulai dengan melakukan survei dilapangan terlebih dahulu supaya dapat diketahui aspek-aspek penting yang melatarbelakangi

Lebih terperinci

ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR...

ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR... iii ABTRAK... iv ABSTRACT... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Hidrologi

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Hidrologi BAB II TEORI DASAR 2.1 Hidrologi Hidrologi adalah cabang Geografi Fisis yang berurusan dengan air di bumi, sorotan khusus pada propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan. Khususnya mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan dalam memenuhi salah satu persyaratan teknis prasarana jalan. Saluran drainase jalan raya berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN Kristanto Wibisono 1, Antonius C 2, Herry P. Chandra 3, Cilcia K. 4 ABSTRAK : Seiring dengan bertambahnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2,GRESIK

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2,GRESIK 1 PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2,GRESIK Virda Illiyinawati, Nadjadji Anwar, Yang Ratri Savitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG

PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG ALBERT WICAKSONO*, DODDI YUDIANTO 1 DAN JEFFRY GANDWINATAN 2 1 Staf pengajar Universitas Katolik Parahyangan 2 Alumni

Lebih terperinci

PERENCANAAN TUBUH EMBUNG ROBATAL, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG

PERENCANAAN TUBUH EMBUNG ROBATAL, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG PERENCANAAN TUBUH EMBUNG ROBATAL, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Program Studi Teknik Sipil Oleh : DONNY IRIAWAN

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI Alwafi Pujiraharjo, Suroso, Agus Suharyanto, Faris Afif Octavio Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya.

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas besar Mata Kuliah Rekayasa Hidrologi SI-2231. Tugas besar ini dimaksudkan

Lebih terperinci