BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dunia bekerja memang tidak terlepas dari adanya koordinasi dan evaluasi.

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bekerja memang tidak terlepas dari adanya koordinasi dan evaluasi. Kedua hal ini cukup menjadi cara untuk dapat mengembangkan ataupun mencapai suatu hal. Berkoordinasi dan melaksanakan evaluasi juga menjadi cara di instansi manapun, baik swasta maupun pemerintahan. Di dalam suatu manajemen, kedua aktivitas ini sangat diperlukan guna menunjang apa yang sedang dikerjakan demi tujuan bersama. Berbagai cara pun dilakukan agar tetap bisa melaksanakan kedua agenda ini. Mulai dari cara yang dirasa cukup hemat, cara yang paling efektif, hingga cara yang mampu mempertemukan seluruh pihak yang terlibat agar apa yang dikerjakan menjadi sebuah keberhasilan. Instansi di mana pun tentu akan memiliki cara tersendiri agar sesuai dengan kebutuhannya, namun tetap bisa mengakomodasi berbagai hal yang menjadi kepentingan bersama. Cara yang dipilih oleh berbagai instansi tentunya dapat mempertemukan semua pihak yang berkepentingan untuk dapat melakukan koordinasi dan evaluasi. Tak hanya berkoordinasi dengan pihak-pihak dari satu instansi saja, melainkan ada beberapa hal yang membutuhkan koordinasi antar instansi. Cara berkoordinasi yang dipilihpun diantaranya dapat mempertemukan pihak-pihak berkepentingan melalui tunjangan teknologi masa kini yang sudah serba canggih. Misalkan saja dengan pertemuan jarak jauh yang saling dihubungkan untuk bisa tetap berkoordinasi, telekonferens, 1

2 dan metode canggih lainnya. Namun, ada kalanya koordinasi yang dilakukan antar instansi mengharuskan bertemunya secara langsung dalam satu tempat yang sama. Bagi sebuah instansi baik swasta maupun pemerintahan, hal ini akan membutuhkan anggaran yang menunjang bagi terlaksananya koordinasi di satu tempat tersebut. Pada instansi pemerintahan, anggaran yang dimaksud pada hal ini disebut dengan uang belanja perjalanan dinas. Menurut Trisulo (2014), yang merupakan seorang pegawai di Widyaiswara Madya Balai Diklat Keuangan Denpasar menyebutkan bahwa perjalanan dinas merupakan sebuah keharusan, dan sering melekat pada pelaksanaan tugas dan fungsi pada satuan kerja. Oleh karena itu, disediakan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk keperluan belanja perjalanan dinas. Perjalanan dinas yang dimaksud memang merupakan sebuah perjalanan guna menunjang suatu kepentingan publik dan tujuan bersama, yang dilaksanakan oleh pejabat, pegawai negeri, maupun pegawai tidak tetap untuk menuju ke satu lokasi dilaksanakan kegiatan/agenda krusial atau penting. Sifat dari belanja perjalanan dinas ini krusial dan terdapat kebutuhan penting di dalamnya sehingga didanai oleh instansi yang terkait untuk menunjang kinerja pihak yang berkepentingan tersebut. Instansi pemerintahan dimanapun kedudukannya, tentu memiliki suatu anggaran dari APBN maupun APBD untuk melakukan perjalanan dinas. Tak hanya instansi di tingkat nasional seperti kementerian, namun juga seperti dinas-dinas di pemerintahan daerah, mereka memiliki anggaran perjalanan 2

3 dinas. Masing-masing satuan kerja di bawah kementerian pun juga mempunyai anggaran belanja perjalanan dinas guna berkoordinasi dengan pemerintah pusat, hal ini dicontohkan seperti pada satuan kerja dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Sleman, yang memiliki anggaran belanja perjalanan dinas guna mengakomodasi keperluan koordinasi dengan kementerian pusat, atau untuk melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka studi banding, kunjungan, pelaksanaan pameran potensi daerah, dan lain sebagainya di luar kota. Contoh lain misalkan saja di satuan kerja Istana Kepresidenan Yogyakarta. Pada satuan kerja ini memiliki anggaran belanja perjalanan dinas guna mengakomodasi keperluan koordinasi dengan Kementerian Sekretariat Negara sebagai lembaga tertinggi satuan kerja ini, dan juga beberapa satuan kerja yang lain di lingkup Kementerian Sekretariat Negara. Selain itu, perjalanan dinas ini ditujukan untuk melaksanakan giat dalam pelayanan kepada tamu penting (VIP) dan tamu sangat penting (VVIP) serta Presiden Republik Indonesia. Istana Kepresidenan Yogyakarta adalah satuan kerja pemerintahan yang berada di bawah Sekretariat Negara dan Kementerian Sekretariat Negara. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2010 tentang Kementerian Sekretariat Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2010, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 2 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sekretariat Negara, antara lain menyebutkan bahwa Istana 3

4 Kepresidenan Yogyakarta dipimpin oleh seorang Kepala Istana, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekretariat Presiden, dan secara administratif dikoordinasikan oleh Deputi Kepala Sekretariat Presiden Bidang Administrasi dan Pengelolaan Istana. Sehingga dalam hal perjalanan dinas, instansi ini banyak menganggarkan belanja perjalanan dinas untuk keperluan pelayanan kepresidenan, berkoordinasi dengan satuan-satuan kerja di bawah Kementerian Sekretariat Negara, dan agenda krusial lainnya. Suatu hal pada instansi yang telah memiliki manajemen dengan baik tentu memiliki sistem. Sistem inilah yang tentunya dituangkan ke dalam berbagai hal berkaitan dengan prosedur pelaksanaannya. Umumnya, berbagai pihak menyebut hal yang tersistem ini sebagai prosedur pelaksanaan yang terstandar, atau biasa disebut dengan standar prosedur operasional suatu hal. Standar operasional prosedur (Standard Operational Prosedure) yang sering disingkat dengan SOP ini menjadi acuan dalam melaksanakan suatu pekerjaan, sehingga sesuai dengan tujuan dan tidak ada prosedur yang terlupakan. Perjalanan dinas pun memiliki standar operasional prosedur tersendiri, sesuai dengan instansi dimana perjalanan dinas diterapkan. Dan di Istana Kepresidenan Yogyakarta, standar operasional prosedur yang memuat perjalanan dinas disajikan dalam Bab Analisis dan Pembahasan dengan nama Standar Operasional Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas. Pelaksanaan Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas di Istana Kepresidenan Yogyakarta tentunya sudah sesuai dengan SOP yang ada, namun tidak dipungkiri terdapat satu atau dua hal yang masih kurang sesuai 4

5 dengan yang diharapkan. Pandangan dan pendapat seseorang menentukan hal yang dilaksanakan, terlebih lagi hal ini merupakan pandangan dan pendapat dari seseorang yang berkuasa. Pelaksanaan perjalanan dinas ini sebenarnya diharapkan sesuai dengan prinsipnya yaitu selektif (hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan), transparansi, tepat sasaran sesuai kriteria pelaksana perjalanan dinas, ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja Kementerian Negara/Lembaga, efisiensi penggunaan belanja Negara, dan akuntabel atau dapat dipertanggungjawabkan. Selama pengamatan dan observasi yang dilakukan, diketahui adanya indikasi penyalahgunaan wewenang atas jabatan yang dimiliki untuk melaksanakan perjalanan dinas. Selain hal ini, atas dasar pemeriksaan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang tercantum di dalam Notisi Pemeriksaan terakhir pada bulan Februari 2015, diketahui bahwa terdapat temuan anggaran perjalanan dinas bagi pegawai tidak tetap (pegawai outsourching) yang melebihi anggaran perjalanan dinas pejabat/pegawai negeri. Setelah ditelisik lebih lanjut, ternyata ada satu pegawai tidak tetap yang melakukan perjalanan dinas berkali-kali, hingga melebihi pegawai yang lain. Hal ini terjadi diduga karena adanya penyalahgunaan wewenang sebagai Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran yang mengizinkan sekretarisnya untuk selalu ikut mendampingi perjalanan dinas Kepala Istana. Selain itu, mengingat dengan adanya catatan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) yang dimuat di viva news, alokasi anggaran PNS setiap tahun selalu terjadi penyimpangan. 5

6 Misalnya, pada 2009, anggaran perjalanan dinas PNS terjadi penyimpangan sebesar Rp73,5 miliar di 35 kementerian/lembaga. Sementara, pada 2010, temuan penyimpangan kian meningkat menjadi Rp89,5 miliar di 44 kementerian/lembaga. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui apakah pelaksanaan Perintah dan Pembayaran Perjalanan Dinas sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang terkait atau belum, mengingat adanya indikasi penyalahgunaan wewenang jabatan sesuai dengan temuan BPK, dengan studi kasus pada Istana Kepresidenan Yogyakarta, sehingga penulis akan menulis Tugas Akhir dengan mengambil judul ANALISIS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS DI ISTANA KEPRESIDENAN YOGYAKARTA. 1.2 Rumusan Masalah Dari penjabaran latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem yang diterapkan dalam pembayaran biaya perjalanan dinas di Istana Kepresidenan Yogyakarta? 2. Bagaimana pelaksanaan system pembayaran biaya perjalanan dinas yang diterapkan di Istana Kepresidenan Yogyakarta? 1.3 Batasan Masalah Masalah yang dikaji penulis dalam penulisan ini adalah seperti yang tercantum dalam perumusan masalah di atas yaitu mengenai pelaksanaan 6

7 sistem pembayaran biaya perjalanan dinas. Objek penulisan ini beralamatkan di Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 3, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kotamadya Yogyakarta. Hal yang menjadi pokok pengamatan adalah pelaksanaan sistem penunjukan pelaksana perjalanan dinas dan pembayaran biaya perjalanan dinas di Istana Kepresidenan Yogyakarta. 1.4 Tujuan Penulisan Tujuan pelaksanaan penulisan ini adalah: 1. Untuk mengetahui sistem pembayaran biaya perjalanan dinas yang diterapkan di Istana Kepresidenan Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem pembayaran biaya perjalanan dinas, sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang diacu atau belum, kemudian mengidektifikasi permasalahan/kendala dalam melaksanakan perintah dan pembayaran biaya perjalanan dinas. 1.5 Manfaat Penulisan Berikut ini adalah manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini: 1. Manfaat Teoritis Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya mengenai perjalanan dinas dan segala hal yang berkaitan dengannya, sehingga dapat: a. Mengetahui fakta di lapangan mengenai pelaksanaan sistem penunjukan pelaksana perjalanan dinas dan pembayaran biaya perjalanan dinas di Istana Kepresidenan Yogyakarta. 7

8 b. Mengetahui sudah sejauh mana kesesuaian pelaksanaan di lapangan dengan Standar Operasional Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas yang diterapkan, kemudian dapat teridentifikasinya permasalahan/kendala dalam melaksanakan perintah dan pembayaran biaya perjalanan dinas, sehingga penulis dapat mencoba membantu dalam memberikan jalan keluar jika terdapat permasalahan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan mengenai masalah-masalah akuntansi yang terjadi dalam instansi khususnya pada akuntansi pemerintahan, terlebih lagi pada perjalanan dinas di instansi pemerintahan tersebut. b. Bagi Instansi Satuan Kerja Istana Kepresidenan Yogyakarta Hasil penulisan ini diharapkan mampu menjadi masukan untuk mendukung tercapainya indikasi kinerja yang maksimal dan sebagai masukan yang dapat dipertimbangkan bagi instansi yang bersangkutan dalam meminimalisir risiko permasalahan pembayaran biaya perjalanan dinas. c. Bagi Pembaca Diharapkan dapat memberikan sumbangan dan pengembangan ilmu mengenai pemahaman terhadap perjalanan dinas, perintah perjalanan dinas, pembayaran biaya perjalanan dinas, dan kasus yang terjadi pada pelaksanaan perjalanan dinas serta risikonya. 8

9 1.6 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian Tugas Akhir merupakan garis besar penyusunan yang dimaksudkan sebagai perantara yang mengungkapkan jalan pikiran penulis dalam memahami penyusunan Tugas Akhir secara keseluruhan. Berikut ini adalah gambaran alur berpikir penulis: 9

10 Instansi setiap tahunnya menganggarkan untuk biaya perjalanan dinas Adanya proses perintah dan pembayaran biaya perjalanan dinas yang dilaksanakan dengan panduan SOP Membuat pertanggungjawaban atas perjalanan dinas terkait Observasi dan Pengamatan Mempelajari dokumen Surat Perjalanan Dinas selama tahun 2014 Melaporkan ke Kantor Pusat Perbendaharaan Negara (KPPN) Melakukan wawancara pada pihak terkait Menuangkan hasil observasi dan wawancara ke dalam pernyataan Membuat analisis berkaitan dengan prosedur pada sistem, bagian dan dokumen terkait. Membuat bagan alir dari keseluruhan prosedur sehingga dapat dipahami dengan lebih jelas Membuat analisis pada keseluruhan sistem dan prosedur Mencari cara untuk mengatasi dan meminimalisir adanya permasalahan tersebut Sumber: dibuat oleh penulis Gambar 1. Bagan Skema Kerangka Pemikiran 10

11 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Bagian pengantar Tugas Akhir yang terdiri dari: Halaman Judul Tugas Akhir, Halaman Persetujuan, Halaman Pernyataan Keaslian, Halaman Kata Pengantar, Halaman Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Istilah, Daftar Lampiran, Intisari serta Abstrak. 2. Bagian Utama Tugas Akhir, terdiri dari: Bab I : Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Kerangka Penulisan Tugas Akhir. Bab II : Gambaran Umum Penulisan, berisi penjelasan Kondisi Umum, Tinjauan Pustaka (teori-teori yang digunakan sebagai dasar pembahasan masalah selanjutnya), Metodologi, serta Jenis dan Sumber Data. Bab III : Analisis dan Pembahasan, berisi Analisis (deskripsi dan inferensi) serta Interpretasi dan Pembahasan. Bab IV : Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. 3. Bagian Pelengkap Tugas Akhir yang berisi Daftar Pustaka dan Lampiran lampiran 11