Analisis, Desember 2014, Vol.3 No.2 : ISSN BASYARNAS SEBAGAI LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS SYARIAH
|
|
- Yuliani Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis, Desember 2014, Vol.3 No.2 : ISSN BASYARNAS SEBAGAI LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS SYARIAH Basyarnas as Alternative Institution of Settling Syari ah Business Dispute Andi Tenri Soraya, M. Arfin Hamid, Juajir Sumardi Program Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin ( andisoraya56@yahoo.com) ABSTRAK Eksistensi Basyarnas tidak sepenuhnya independen tanpa keikut sertaan Pengadilan Negeri, putusan arbitrase syariah tidak memiliki titel eksekutorial tanpa keterlibatan jurisdiksi pengadilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan ; (1) kewenangan Basyarnas dalam penyelesaian sengketa bisnis syariah. (2) mekanisme penyelesaian sengketa bisnis syariah melalui Basyarnas. Metode penelitian yang digunakan bersifat yuridis normatif berdasarkan pada penelitian kepustakaan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan sekunder. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa Kewenangan dari Basyarnas dalam menyelesaikan sengketa bisnis syariah dilakukan sesuai dengan isi akad, yaitu berdasarkan perjanjian arbitrase yang termuat di dalam suatu akad baik itu dilaksanakan sebelum terjadinya sengketa (pactum de compromittendo) maupun setelah sengketa terjadi (acta compromise). Berdasarkan hal tersebut sangat jelas bahwa ketika telah diperjanjikan dalam sebuah akad yang memuat klausula arbitrase, maka menjadi kewenangan dari Basyarnas untuk menyelesaikannya. Prosedur beracara pada Basyarnas pada umumnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dalam pelaksanaannya dianggap masih menimbulkan reduksi terhadap kewenangan lembaga peradilan antara peradilan umum dan peradilan agama dalam hal kewenangan eksekusi putusan Basyarnas. Pemerintah dalam hal ini lebih mempetegas lagi kewenangan dari peradilan umum dalam hal memerintahkan pelaksanaan putusan arbitrase syariah, sebagaimana SEMA 8 Tahun 2010 tentang Penegasan Tidak Berlakunya SEMA Nomor 8 Tahun 2008 dan berdasarkan Pasal 59 ayat (3) Undang -Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Sehingga dianggap tidak relevan terhadap kompetensi antara peradilan umum dan peradilan agama dalam penyelesaian sengketa bisnis syariah berdasarkan prinsip syariah karena masih melibatkan peradilan umum untuk memerintahkan pelaksanaan putusan Basyarnas apabila ada salah satu pihak yang bersengketa tidak menjalankan putusan Basyarnas tersebut secara sukarela. Kata Kunci: Bisnis Syariah, Basyarnas, Sengketa Bisnis Syariah ABSTRACT Basyarnas not entirely independent existence without the participation of the District Court, syari ah arbitration award does not have a title executorial without the involvement of the court's jurisdiction The aims of the study are to acknowledge (1) the Basyarnas authority in Islamic finance dispute resolution, (2) Islamic business dispute resolution mechanism through Basyarnas.The study was based on normative judicial reseacrh literature regarding legislation in force and other legal materials. Legal materials employed are primary and secondary legal materials. Data were analyzed with qualitative descriptive analiysis.the result of the research indicated that the authority of Basyarnas, in resolving syari ah business disputes is conducted according to the content of agreement contained in an agreement, either conducted before the dispute (pactum de compromittendo) or after the dispute (acta compromise). Based on this fact, it is clear that after agreed upon in an agreement containing arbitrary clause, it become the authority of Basyarnas to settle the dispute. Court procedure in Basyarnas is commonly conducted according to the rules of constitution in-force, in its inplementation it is still considered reducing the authority of the court 173
2 Andi Tenri Soraya ISSN institution of general and religious court institution in terms of the execution authority of Basyarnas. The goverment, in this case, give more authority to general court, in case of ordering the inplementation of Syari ah arbitrary decision, as indicated in SEMA 8, 2010 on the confirmation on the invalidity of SEMA 8, 2008, based on Chapter 59, article (3) Contitution No. 48, 2009 on the court authority. It is considered irrelevant to the competence between general court and religious court in the dispute of syari ah business based on syari ah principle because it is still involving general court to command the inplementation of Basyarnas decision in case one among disputing party does not inplement the Basyarnas decision willingly. Keywords: Syari ah Business, Basyarnas, Syari ah Business Dispute PENDAHULUAN Arbitrase merupakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang saat ini banyak dipilih oleh para pelaku usaha. Pertimbangan mengapa mereka memilih forum arbitrase untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antara lain adalah adanya ketidakpercayaan terhadap pengadilan, proses arbitrase yang relatif cepat dan murah, pelaksanaannya yang menjunjung tinggi asas konfidensialitas (kerahasiaan), para pihak bebas memilih arbiter dengan pertimbangan keahlian (expert), dan yang lebih penting lagi adalah para pihak bebas memilih hukum yang akan dipakai dalam proses arbitrase dan putusan yang dihasilkan bersifat final and binding (Asyhadie, 2005) Perkataan arbitrase berasal dari arbitrare (bahasa Latin) yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan. Dihubungkannya arbitrase dengan kebijaksanaan itu, dapat menimbulkan salah kesan seolah-olah seorang arbiter atau suatu mejelis arbitrase dalam menyelesaikan suatu sengketa tidak mengindahkan normanorma hukum lagi dan menyandarkan pemutusan sengketa tersebut hanya pada kebijaksanaan saja (Fuady, 2003). Pada hakikatnya penyelesaian sengketa masuk dalam ranah hukum perjanjian sehingga asas yang berlaku adalah asas kebebasan berkontrak (freedom of contract). Artinya para pihak bebas melakukan pilihan hukum dan pilihan forum penyelesaian sengketa yang akan dipakai manakala terjadi sengketa keperdataan diantara mereka. Klausula penyelesaian sengketa ini hampir dapat dikatakan selalu ada dalam kontrak-kontrak bisnis dewasa ini, termasuk dalam kontrak pembiayaan yang dibuat antara pihak nasabah dengan pihak perbankan syariah (Anshori, 2010). Untuk mengantisipasi jika terjadi suatu perselisihan atau sengketa (disputes) diantara kedua belah pihak mengenai perjanjian atau akad tersebut, lazimnya dalam setiap perjanjian yang dibuat selalu disertai dengan suatu klausul yang berupa persetujuan atau kesepakatan dari kedua belah pihak mengenai cara penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul dari perjanjian tersebut. Dalam perjanjian atau akad tersebut disepakati bahwa apabila terjadi perselisihan atau akad tersebut disepakati bahwa apabila terjadi perselisihan atau sengketa ( disputes) diantara mereka mengenai perjanjian tersebut akan diselesaikan dengan cara melalui suatu badan arbitrase. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Ayat (1) UU No. 30 Tahun 1999, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa Dengan demikian, atas dasar klausul tersebut mereka sepakat untuk tidak membawa perselisihan atau sengketa yang terjadi dari perjanjian tersebut ke suatu badan peradilan negara. Klausul semacam inilah yang dinamakan dengan klausula arbitrase ( arbitration clause), atau sering juga disebut dengan perjanjian arbitrase (Harahap, 2001). Eksistensi Basyarnas tidak sepenuhnya independen tanpa keikut 174
3 Bisnis Syariah, Basyarnas, Sengketa Bisnis Syariah ISSN sertaan Pengadilan Negeri terhadap proses arbitrase syariah. Dengan dikeluarkannya SEMA Nomor 8 Tahun 2010 tentang Penegasan Tidak Berlakunya SEMA Nomor 8 Tahun 2008 tentang Eksekusi Putusan Arbitrase Syariah, semakin mempertegas Jurisdiksi pengadilan negeri dalam proses arbitrase syariah. Pada saat Mahkamah Agung Republik Indonesia mengeluarkan SEMA Nomor 8 Tahun 2008, banyak dari kalangan ahli berpendapat bahwa SEMA tersebut dapat mengantisipasi terjadinya konflik antar lembaga peradilan mengenai lembaga peradilan mana yang paling berwenang untuk memerintahkan pelaksanaan putusan Basyarnas.Adanya kecenderungan bahwa dengan diberikannya kewenangan kepada pengadilan negeri dalam hal sebagai eksekutor terhadap putusan Basyarnas apabila tidak dijalankan secara sukarela dianggap kurang tepat dan semakin memberikan ketidakjelasan serta menimbulkan kebingungan terhadap peraturan yang terkait dengan penyelesaian sengketa syariah. Berdasarkan penelusuran kepustakaan penulis, belum ada penelitian yang berjudul Basyarnas Sebagai Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis Syariah. Penelitian tentang Basyarnas telah pernah dilakukan sebelumnya, antara lain; Penelitian oleh Triana, (2011), Universitas Indonesia, dengan judul Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BA SYARNAS) Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Penelitian Variza, (2011), Universitas Islam Indonesia Jogyakarta, dengan judul Kekuatan Mengikat Putusan Basyarnas Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Semarang Jawa Tengah. Penelitian ini yang membedakan dari tesis diatas adalah bahwa dalam penelitian ini spesifik dilakukan pada kajian mengenai kewenangan, proses beracara pada Basyarnas serta eksekusi putusan Basyarnas. Dengan demikian penelitian ini dapat dikatakan asli baik dari segi substansi maupun dari segi permasalahan sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kewenangan Basyarnas dalam penyelesaian sengketa bisnis syariah.(2) mekanisme penyelesaian sengketa bisnis syariah melalui Basyarnas. METODE PENELITIAN Tipe dan Pendekatan Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang didasarkan pada penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan terhadap masalahmasalah yang diteliti dengan cara meninjau dari segi peraturan perundangundangan yang berlaku dan bahan hukum lainnya. Sebagai penelitian hukum normatif, metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan ( statute approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Bahan Hukum Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bahan hukum primer yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, yaitu meliputi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama, dan terakhir dirubah dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009.Data sekunder, yaitu data yang sudah tersedia ditempat penelitian yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan ( library research) dengan mempelajari, buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, jurnal ilmiah dan lain-lain yang berhubungan dengan objek penelitian. 175
4 Andi Tenri Soraya ISSN HASIL Hingga saat ini, aturan yang dijalankan Basyarnas baik secara konseptual dan implementasi, sepenuhnya masih merujuk kepada UU Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Undang-undang ini adalah pokok penerapan semua lembaga arbitrase di indonesia. Hanya, perumusan aturan ini sesungguhnya dominan dilatarbelakangi perkembangan bisnis (ekonomi) konven - sional yang banyak menimbulkan sengketa. Dengan demikian, muatan-muatan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi syariah, khususnya Basyarnas sebagai lembaga penyelesaian sengketa terlihat tidak begitu diakomodir. Akibatnya, terdapat berbagai persolan muncul, persoalan yang paling menonjol adalah kewajiban Basyarnas mendaftarkan putusan arbitrase ke pengadilan negeri. Sejak awal, dipahami bahwa landasan yang digunakan ekonomi syariah dan konvensional memiliki perbedaan yang substansi, sehingga penyelesaian sengketa antara keduanya juga memiliki perbedaan. Dengan demikian, Pengadilan Negeri yang populer (dalam perkara perdata) menangani ekonomi konven-sional sejatinya tidak dapat memproses sengketa ekonomi syariah yang memiliki perbedaan prinsip dengan ekonomi konvensional. Sementara itu, kehadiran Pengadilan Agama yang diasumsikan lebih tepat menangani persolan ini, secara normatif, kenyataannya belum dapat menyelesaikan problem tersebut walaupun kenyataannya sengketa ekonomi syariah telah masuk menjadi kompetensi absolutnya. Lembaga arbitrase dalam melaksanakan kompetensinya berdasarkan perjanjian arbitrase direalisasikan dalam bentuk pemberian pendapat hukum yang mengikat dan pemberian putusan arbitrase karena adanya suatu sengketa tertentu. Lembaga arbitrase dapat menerima permintaan yang diajukan oleh para pihak dalam suatu perjanjian untuk memberikan suatu pendapat yang mengikat mengenai sesuatu persoalan berkenaan dengan perjanjian tersebut. Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausul arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat setelah sengketa terjadi.para pihak adalah subjek hukum, baik menurut hukum perdata maupun hukum publik. Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausul arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat setelah sengketa terjadi. Basyarnas memiliki prosedur penyelesaian sengketa tersendiri, yang memuat hal-hal yang berkenaan dengan permohonan arbitrase syariah, penetapan arbiter syariah, acara pemeriksaan arbitrase syariah, perdamaian, pembuktian, berakhirnya pemeriksaan arbitrase syariah, pengambilan dan isi putusan arbitrase syariah, perbaikan dan pembatalan putusan arbitrase syariah, pendaftaran putusan arbitrase syariah, serta pelaksanaan putusan arbitrase syariah dan biaya arbitrase syariah. Sebagaimana prosedur beracara dalam Basyarnas tersebut diatas, masih terdapat kelemahan dalam proses beracara di Basyarnas tersebut yaitu apabila setelah putusan diumumkan terdapat salah satu dari pihak yang bersengketa tidak melaksanakan putusan tersebut secara sukarela, maka hal inilah yang menjadi hambatan bagi Basyarnas dalam hal memerintahkan untuk melaksanakan putusan tersebut karena masih sangat tergantung pada lingkungan peradilan untuk memberikan perintah pelaksanaan putusan Basyarnas. Terlebih lagi masih dicantumkannya peradilan umum sebagai tempat untuk mengajukan putusan arbitrase agar putusan tersebut dapat dieksekusi sebagaimana di dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun
5 Bisnis Syariah, Basyarnas, Sengketa Bisnis Syariah ISSN tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa kewenangan Basyarnas dalam menyelesaikan sengketa perbankan syariah hanya sebatas sebagai penyelesaian melalui non litigasi hal ini diperkuat dengan disyahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam Penjelasan Pasal 55 ayat (2) undang-undang tersebut memberikan alternatif lain penyelesaian sengketa yang disesuaikan dengan isi akad atau perjanjian. Munculnya alternatif penyelesaian tersebut memunculkan berbagai persoalan, diantaranya membinggungkan bagi para pihak, oleh karena itu perlu ketegasan tentang kewenangan penyelesaian sengketa ekonomi syariah agar adanya kepastian hukum. Perjanjian arbitrase bukan perjanjian bersyarat atau voorwaardelijke verbintes. Perjanjian arbitrase tidak termasuk pada pengertian ketentuan Pasal KUHPerdata (Imam, 2010). Oleh karena itu, pelaksanaan perjanjian arbitrase tidak digantungkan kepada sesuatu kejadian tertentu di masa yang akan datang. Perjanjian arbitrase tidak mempersoalkan masalah pelaksanaan perjanjian, tetapi hanya mempersoalkan masalah cara dan lembaga yang berwenang menyelesaikan perselisihan atau perbedaan yang terjadi antara pihak yang berjanji. Jika dihubungkan dengan adanya fatwa Dewan Syariah Nasional, yang menyatakan bahwa setiap akad perbankan syariah, dan usaha-usaha syariah harus mencantumkan klausula arbitrase di dalamnya, dimana didalam Pasal 55 ayat (2) juga mengisyaratkan penyelesaian sengketa terlebih dahulu berdasarkan dengan isi akad. Hal terpenting agar sebuah sengketa, khususnya sengketa antara nasabah dan bank syariah dapat diselesaikan melalui Basyarnas terlebih dahulu para pihak harus membuat klausula arbitrase dalam perjanjian pembiayaan atau membuat perjanjian arbitrase sendiri, baik sebelum terjadi sengketa ( pactum de compromittendo) maupun setelah sengketa terjadi ( acta compromise). Dalam hal perjanjian terdapat klausula/perjanjian arbitrase yang menunjuk Basyarnas, maka Basyarnas memiliki kompetensi absolut untuk menyelesaikan sengketa yang dimaksud dan lembaga pengadilan wajib menolak sengketa yang diajukan di dalamnya terdapat klausula arbitrase (Anshori, 2009). Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) mempunyai peraturan prosedur yang memuat tata cara penanganan suatu perkara, antara lain permohonan untuk mengadakan arbitrase, penerapan arbiter, acara pemeriksaan, perdamaian, pembuktian dan saksi-saksi, berakhirnya pemeriksaan, pengambilan putusan, pendaftaran putusan, pelaksanaan putusan (eksekusi), (Djamil, 2012). Perkembangan perbankan syariah yang ada di Indonesia harus juga bersamaan dengan perkembangan peraturan yang ada, mulai dari sistem hingga bagaimana penyelesaian sengketanya. Diawal perkembangan perbankan syariah di indonesia, belum dikenal dengan adanya lembaga peradilan yang secara khusus menangani perkara syariah, di saat itu hanya dikenal dengan nama BAMUI (Badan Arbitrase Muamalat Indonesia). Lembaga ini dibentuk oleh MUI dengan dasar hukumnya Undang- Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Altrenatif Penyelesaian Sengketa. Terdapat beberapa permasalahan yang muncul ketika BAMUI yang kini menjadi Basyarnas mengeluarkan suatu putusan. Pihak yang kalah tidak mau mengikuti putusan tersebut secara sukarela. Arbitrase tidak dapat melakukan eksekusi karena tidak memiliki kewenagan untuk melakukannya. Adanya kekurangan pada lembaga arbitrase inilah maka diterbitkan Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagai 177
6 Andi Tenri Soraya ISSN lembaga yang dapat melaksanakan eksekusi yang telah diputuskan oleh Arbitrase Syariah Nasional. Eksistensi kewenangan Basyarnas dalam menyelesaikan sengketa bisnis syariah sebagaimana yang telah diuraikan diatas, Jika dilihat dari sudut pandang pelaksanaannya, maka eksistensi Basyarnas tidak sepenuhnya independen tanpa keikutsertaan pengadilan negeri terhadap proses arbitrase. Jurisdiksi arbitrase berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 masih sangat lemah. Peraturan tersebut masih sangat jelas memberikan kewenangan lebih terhadap pengadilan negeri dalam mencampuri proses arbitrase. Oleh karena itu, jurisdiksi pengadilan negeri terhadap forum arbitrase dapat dikatakan masih sangat kuat. Akibatnya putusan arbitrase yang disebutkan dalam undangundang itu sebagai putusan yang final dan mengikat para pihak pada dasarnya sama sekali tidak memiliki title eksekutorial tanpa keterlibatanjurisdiksi pengadilan. Di samping arbitrase syariah memiliki keunggulan sebagaimana tersebut diatas, arbitrase juga memiliki kelemahan yaitu sulitnya proses eksekusi putusan arbitrase syariah, dikarenakan title eksekutorial yang tercantum di dalam putusan arbitrase syariah sama sekali tidak mempunyai kekuatan hukum apabila ada salah satu pihak yang bersengketa tidak melaksanakan secara sukarela putusan arbitrase syariah. Hal inilah yang masih membutuhkan peranan dari pengadilan agama untuk memerintahkan kepada pihak yang tidak melaksanakan putusan tersebut untuk dilaksanakan, seharusnya ketika putusan arbitrase syariah tersebut dikeluarkan oleh arbiter syariah harus segera dapat dilaksanakan oleh para pihak karena di dalam isi putusan tersebut memuat titel eksekutorial Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan adanya titel eksekutorial ini, menurut hemat penulis seharusnya tidak memerlukan lagi penetapan pengadilan untuk memerintahkan pelaksanaan putusan tersebut. Begitu juga halnya jika dikaitkan dengan eksistensi Basyarnas yang secara khusus merupakan sebuah pilihan hukum bagi umat Islam dalam menyelesaikan sengketa bisnis syariah. Permasalahanya adalah apabila salah satu pihak tidak menjalankan putusan tersebut dengan sukarela maka dapat dimintakan eksekusinya melalui Pengadilan Agama, berdasarkan pada Surat Edaran Mahkamah Agung poin 4 (empat) Nomor 8 Tahun 2008 tentangeksekusi Putusan Badan Arbitrase Syariah. Dalam pelaksanaannya Mahkamah Agung mencoba untuk mengambil suatu inisiatif terhadap benturan perundangundangan tersebut khusunya yang mengatur tentang penyelesaian sengketa bisnis syariah serta aturan yang menjadi payung hukum berdirinya Basyarnas yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Apabila ada salah satu pihak yang bersengketa tidak menjalankan putusan arbitrase syariah tersebut secara sukarela, maka salah satu dari pihak yang bersengketa tersebut dapat meminta kepada pengadilan agama untuk memerintahkan pelaksanaan eksekusi dari putusan arbitrase syariah tersebut berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 8 Tahun 2008 tentang Eksekusi Putusan Badan Abitrase Syariah. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 8 Tahun 2008, menurut penulis SEMA belum cukup menjadi dasar bagi para pihak untuk melakukan permohonan kepada pengadilan agama untuk memerintahkan pelaksanaan putusan arbitrase syariah kepada pihak yang tidak melaksanakan putusan arbitrase syariah secara sukarela. Perlunya peranan pemerintah dalam mengamandemen Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Abitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa untuk memberikan kepastian bahwa Pengadilan Agama berwenang terhadap eksekusi putusan arbitrase 178
7 Bisnis Syariah, Basyarnas, Sengketa Bisnis Syariah ISSN syariah. Hal ini sangat diperlukan mengingat lembaga keuangan syariah dalam operasionalnya menggunakan akad yang lahir dari sistem ekonomi syariah sehingga diperlukan konsistensi pelaksanaan ekonomi syariah termasuk dalam penyelesaian sengketa (Imaniyati, 2013). Dengan dikeluarkannya SEMA Nomor 8 Tahun 2008 yang dianggap dapat mengakhiri konflik kewenangan antar lembaga peradilan, dalam kenyataannya tidak. Dikarenakan pemerintah lebih mempertegas lagi kewenangan dari lembaga peradilan umum untuk mengeluarkan perintah pelaksanaan eksekusi putusan Basyarnas dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman sebagaimana dinyatakan pada Pasal 59 ayat (3) dan penjelasannya, dan dikeluarkannya SEMA Nomor 8 Tahun 2010 tentang Penegasan Tidak Berlakunya SEMA Nomor 8 Tahun 2008 tentang Eksekusi Putusan Badan Arbitrase Syariah. Berdasarkan ketentuan tersebut diatas yang memuat penegasan terhadap kewenangan lembaga peradilan umum untuk memerintahkan pelaksanaan eksekusi putusan arbitrase syariah, maka semakin menambah panjangnya konflik antara lembaga peradilan terlebih lagi dengan diberikannya kewenangan kepada peradilan agama untuk menyelesaikan sengketa ekonomi. KESIMPULAN DAN SARAN Kewenangan dari Basyarnas dalam menyelesaikan sengketa bisnis syariah dilakukan sesuai dengan isi akad, yaitu berdasarkan perjanjian arbitrase yang termuat di dalam suatu akad baik itu dilaksanakan sebelum terjadinya sengketa ( pactum de compromittendo) maupun setelah sengketa terjadi ( acta compromise). Berdasarkan hal tersebut sangat jelas bahwa ketika telah diperjanjikan dalam sebuah akad yang memuat klausula arbitrase, maka menjadi kewenangan dari Basyarnas untuk menyelesaikannya. Prosedur beracara pada Basyarnas pada umumnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dalam pelaksanaannya dianggap masih menimbulkan reduksi terhadap kewenangan lembaga peradilan antara peradilan umum dan peradilan agama dalam hal kewenangan eksekusi putusan Basyarnas. Pemerintahlebih mempetegas lagi kewenangan dari peradilan umum dalam hal memerintahkan pelaksanaan putusan arbitrase syariah, sehingga dianggap tidak relevan terhadap kompetensi antara peradilan umum dan peradilan agama dalam penyelesaian sengketa bisnis syariah berdasarkan prinsip syariah karena masih melibatkan peradilan umum untuk memerintahkan pelaksanaan putusan Basyarnas. Dengan adanya media penyelesaian sengketa bisnis syariah melalui Basyarnas, diharapkan segala perkara yang timbul di bidang perbankan syariah dapat terselesaikan secara maksimal dan memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang bersengketa, sehingga semakin menimbulkan kepercayaan kepada Basyarnas untuk menyelesaikan sengketa yang terkait dengan bisnis syariah demi terciptanya kepastian hukum, dan Basyarnas menjadi salah satu perangkat yang seharusnya berperan penting dalam mendukung perkembangan ekonomi syariah Indonesia. Tantangan ekonomi syariah ke depan lebih besar, sehingga semua langkah konstruktif dan antisipatif harus digagas dan dilakukan sejak dini.agar implementasi dari pelaksanaan penyelesaian sengketa relevan terhadap prinsip-prinsip syariah dengan lembaga peradilan, maka diharapkan agar pemerintah melakukan revisi terkait undang-undang yang mengatur tentang penyelesaian sengketa syariah khususnya pada penyelesaian sengketa arbitrase syariah pada Basyarnas mengenai eksekusi putusan arbitrase syariah agar 179
8 Andi Tenri Soraya ISSN dapat dilaksanakan oleh pengadilan agama sebagaimana kewenangan yang diberikan kepada peradilan agama untuk menyelesaikan sengketa ekonomi syariah. Sehingga hakikat perbankan syariah semakin memberikan kemaslahatan bagi umat manusia pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Anshori Ghofur Abdul, (2009), Hukum Perbankan Syariah:UU No.21 Tahun 2008, Bandung, PT.Refika Aditama. Anshori Ghofur Abdul, (2010), Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah, Gadjah Mada University Press. Asyhadie Zaeni, (2005), Hukum Bisnis:Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta, PT.Raja Grafindo. Djamil Faturrahman, (2012), Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, Jakarta, Sinar Grafika. Fuady Munir, (2003), Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis), Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. Harahap Yahya M, (2001), Arbitrase, Jakarta, Sinar Grafika. Imam Khotibul,(2010), Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan. Yogyakarta: PT. Pustaka Yustisia. Imaniyati Sri Neni, (2013), Perbankan Syariah Dalam Perspektif Hukum Ekonomi, Bandung, Mandar Maju. Triana Diah Niken, (2011), Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) Dihubungkan Dengan Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Universitas Indonesia. Variza Arviani Vinny, (2011), Kekuatan Mengikat Putusan Basyarnas Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Semarang Jawa Tengah, Universitas Islam Indonesia Jogyakarta. 180
BAB II PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH
BAB II PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH A. Undang - Undang No. 30 Tahun 1990 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Arbitrase merupakan lembaga penyelesaian sengketa di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan prinsip syari ah tidak mungkin dihindari akan terjadinya konflik. Ada yang berujung sengketa
Lebih terperinciOleh : Karmuji 1. Abstrak PENDAHULUAN
Jurnal Ummul Qura Vol VIII, No. 2, September 2016 1 PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARI`AH Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama, dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Lebih terperinciCHOICE OF FORUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH PASCA TERBITNYA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.93/PUU-X/2012
[43] CHOICE OF FORUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH PASCA TERBITNYA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.93/PUU-X/2012 Afrik Yunari Sekolah Tinggi Agama Islam Hasanuddin (STAIH) Kediri Email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agung sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk. peradilan agama telah menjadikan umat Islam Indonesia terlayani dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Agama merupakan lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
Lebih terperinciANALISIS PASAL 59 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DI BIDANG ARBITRASE SYARIAH
ANALISIS PASAL 59 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DI BIDANG ARBITRASE SYARIAH Irham Rahman, Ummu Hilmy, Siti Hamidah Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Email :
Lebih terperinciBAB III PENYELESAIAN SENGKETA BANK SYARI AH DENGAN NASABAH MELALUI PENGADILAN AGAMA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008
32 BAB III PENYELESAIAN SENGKETA BANK SYARI AH DENGAN NASABAH MELALUI PENGADILAN AGAMA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008 Amandemen Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 memberikan wewenang kekuasaan pengadilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian pada era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang melibatkan pihak-pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor kegiatan bisnis yang terjadi saat ini tidak dapat dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian saja, tetapi juga
Lebih terperinciKEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN
KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN Oleh : Ni Komang Wijiatmawati Ayu Putu Laksmi Danyathi, S.H., M.Kn Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Mediation is the one of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dikenal dengan makhluk sosial, karena manusia tidak bisa hidup sendiri yang artinya manusia membutuhkan sesama manusia dalam hal kebutuhan hidupnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasabah dan sering juga masyarakat menggunakannya, dengan alasan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Akad murbahah atau akad jual beli, adalah salah satu akad yang sering dimunculkan dalam perbankan syariah untuk kegiatan perusahaan dalam pembiayaan syariah.
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL (BASYARNAS) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH
Jurnal Yuridis Vol. 4 No. 1, Juni 2017 : 74-83 ISSN 1693-4458 TANGGUNG JAWAB BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL (BASYARNAS) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH Fakultas Hukum UPN Veteran Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional dewasa ini merupakan kebutuhan dari setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam mengadakan perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakui eksistensinya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengadilan Agama sebagai salah satu dari empat lingkungan peradilan yang diakui eksistensinya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok- Pokok Kekuasaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia, ada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia, ada yang berskala kecil maupun besar. Karena manusia mempunyai banyak kebutuhan, maka kegiatan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia sudah berjalan dua dekade lebih. Hal ini ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat
Lebih terperinciANALISIS INTERPRETASI DAN IMPLEMENTASI PASAL 55 UUPS DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PADA PT BANK SYARI AH BUKOPIN
Tanjungpura Law Journal, Vol. 1, Issue 1, January 2017: 1-13. ISSN Print: 2541-0482 ISSN Online: 2541-0490. Open Access at: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/tlj Article Info Submitted: 1 October 2016
Lebih terperinciOleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja
SENGKETA KOMPETENSI ANTARA SINGAPORE INTERNATIONAL ARBITRATION CENTRE (SIAC) DENGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN DALAM PENYELESAIAN KASUS ASTRO ALL ASIA NETWORKS PLC BESERTA AFILIASINYA DAN LIPPO
Lebih terperinciMEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN
MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN Oleh : I Gede Agus Satrya Wibawa I Nengah Suharta Bagian Hukum Bisnis Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin. pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi perlindungan bagi
Lebih terperinciKEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE
KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE Oleh Ni Made Asri Alvionita I Nyoman Bagiastra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat melahirkan berbagai macam bentuk kerjasama di bidang bisnis. Apabila kegiatan bisnis meningkat, maka sengketa
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
76 DAFTAR PUSTAKA Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali Pers, 2006. Anshori, Abdul Ghofur. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah: Analisis Konsep dan UU No.21
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014
PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN Ada dua bentuk penyelesaian sengketa perdagangan yakni melalui jalur litigasi (lembaga peradilan) dan jalur non litigasi (di luar lembaga peradilan) Penyelesaian sengketa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan melalui 2 (dua) jalur, yaitu melalui jalur litigasi dan jalur non litigasi. Jalur litigasi merupakan mekanisme
Lebih terperinciLex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017
KEDUDUKAN PERADILAN AGAMA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 93/PUU-X/2012 1 Oleh: Tri Rama Kantohe 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam mencapai kebutuhan hidupnya saling berinteraksi dengan manusia lain. Masing-masing individu dalam berinteraksi adalah subjek hukum yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARI AH MENURUT PASAL 55 UU NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH
57 BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARI AH MENURUT PASAL 55 UU NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH A. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari ah Berdasarkan Kompetensi Absolut Peradilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin. pihak yang terlibat dalam lapangan usaha tersebut, sangat berpotensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin kompleksnya permasalahan dalam bidang ekonomi dan semakin hiterogennya pihak yang terlibat dalam lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bentuk sengketa beraneka ragam dan memiliki sekian banyak liku-liku yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan bisnis dan perdagangan sangat pesat dan tidak dapat dibatasi oleh siapa pun. Pelaku bisnis bebas dan cepat untuk menjalani transaksi bisnis secara
Lebih terperinciBAB IV SIMPULAN DAN SARAN. terhadap pokok persoalan yang dikaji dalam karya ini, yaitu: 1. Pertimbangan hukum penerimaan dan pengabulan permohonan
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan diskusi yang telah dikupas pada bagian sebelumnya dalam skripsi ini, maka dapat ditarik dua kesimpulan sebagai jawaban terhadap pokok persoalan yang
Lebih terperinciKONTRAK STANDAR PERJANJIAN ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KEGIATAN BISNIS. Oleh : Deasy Soeikromo 1
Soeikromo D.: Kontrak Standar Perjanjian.. Vol.22/No.6/Juli /2016 Jurnal Hukum Unsrat KONTRAK STANDAR PERJANJIAN ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KEGIATAN BISNIS Oleh : Deasy Soeikromo
Lebih terperinciWKEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENGADILI SENGKETA EKONOMI SYARIAH SETELAH KELUARNYA PUTUSAN MK No. 93/PUU-X/2012
WKEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENGADILI SENGKETA EKONOMI SYARIAH SETELAH KELUARNYA PUTUSAN MK No. 93/PUU-X/2012 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat, dimana Perbankan Syari ah mendapatkan respon yang positif oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Perbankan Syari ah dewasa ini dipandang cukup pesat, dimana Perbankan Syari ah mendapatkan respon yang positif oleh masyarakat. Pertumbuhan dan
Lebih terperinciPERAN NOTARIS DI DALAM PEMBUATAN AKTA YANG MEMUAT KLAUSA ARBITRASE DAN IMPLIKASI HUKUMNYA
Jurnal Repertorium Volume III No. 2 Juli-Desember 2016 PERAN NOTARIS DI DALAM PEMBUATAN AKTA YANG MEMUAT KLAUSA ARBITRASE DAN IMPLIKASI HUKUMNYA Farizal Caturhutomo Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas
Lebih terperinciMEKANISME PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT MELALUI PENGADILAN NIAGA I Gede Yudhi Ariyadi A.A.G.A Dharmakusuma Suatra Putrawan
MEKANISME PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT MELALUI PENGADILAN NIAGA I Gede Yudhi Ariyadi A.A.G.A Dharmakusuma Suatra Putrawan Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Prosedur permohonan
Lebih terperinciJURNAL. Peran BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dalam Menyelesaikan Sengketa Konsumen Melalui Proses Mediasi di Yogyakarta
JURNAL Peran BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dalam Menyelesaikan Sengketa Konsumen Melalui Proses Mediasi di Yogyakarta Diajukan oleh : Edwin Kristanto NPM : 090510000 Program Studi : Ilmu
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH MELALUI BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL (Studi Kasus Basyarnas Yogyakarta)
PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH MELALUI BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL (Studi Kasus Basyarnas Yogyakarta) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia dinilai cukup marak, terbukti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Bank Syariah di Indonesia dinilai cukup marak, terbukti dengan adanya data Bank Indonesia tahun 2012 mengenai Jaringan Kantor Perbankan Syariah yang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Perbankan syariah adalah bagian yang berkembang pesat dari sektor keuangan dunia. Kebutuhan akan adanya bank yang beroperasi sesuai dengan nilai-nilai
Lebih terperinciOleh: Hengki M. Sibuea *
Perbandingan Efektivitas Penyelesaian Sengketa Komersial Melalui Pengadilan dan Arbitrase, Ditinjau dari Jangka Waktu, Pasca Diterbitkannya SEMA No. 2 Tahun 2014 Tentang Penyelesaian Perkara Di Pengadilan
Lebih terperinciTESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA
TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA OLEH : RADEN BONNY RIZKY NPM 201220252022 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2016 TESIS
Lebih terperinciEKSISTENSI KLAUSUL ARBITRASE DALAM PENENTUAN PENYELESAIAN SENGKETA SYARIAH
ISSN 1829-9067; EISSN 2460-6588 EKSISTENSI KLAUSUL ARBITRASE DALAM PENENTUAN PENYELESAIAN SENGKETA SYARIAH Reny Hidayati Judge, Religious Court of Tenggarong murjanizuhrie@yahoo.co.id Abstract: The absolute
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukanlah hal yang baru dan telah lama dikenal. Salah satu ketentuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Arbitrase sebagai salah satu bentuk penyelesaian sengeketa di Luar Pengadilan sebenarnya bukanlah hal yang baru dan telah lama dikenal. Salah satu ketentuan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA
BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA A. Analisis Dualisme Akad Pembiayaan Mud{arabah Muqayyadah Keberadaaan suatu akad atau perjanjian adalah sesuatu yang
Lebih terperinciARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA Firda Zulfa Fahriani
ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA Firda Zulfa Fahriani Pendahuluan Setiap subjek hukum baik orang maupun badan hukum terdapat suatu kebiasaan untuk menyelesaikan suatu masalah masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menanggung risiko dan risiko yang sering terjadi adalah adanya wanprestasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transaksi bisnis atau niaga adalah suatu kegiatan yang penuh menanggung risiko dan risiko yang sering terjadi adalah adanya wanprestasi dari partner bisnisnya.
Lebih terperinciANALISIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 93/PUU-X/2012 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH
ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 93/PUU-X/2012 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH Nursal Hakim Pengadilan Agama Kota Sawahlunto e-mail: nursal_sal@yahoo.com Abstract: In
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. forum penyelesaian sengketa yang pada awalnya diharapkan dapat menjadi solusi
BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Sebagaiman telah dikemukakan di awal, bahwa lembaga arbitrase adalah forum penyelesaian sengketa yang pada awalnya diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan dan ketidakpuasan
Lebih terperinciPUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA
PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA Oleh: Anastasia Maria Prima Nahak I Ketut Keneng Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh
ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL Oleh AHMAD JUARA PUTRA 137011045/MKn FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016
Lebih terperinciWEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA PASAR MODAL OLEH BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA (BAPMI)
WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA PASAR MODAL OLEH BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA (BAPMI) Oleh: Syaichul Adha AA Sri Indrawati Program Kekhususan Hukum Bisnis,
Lebih terperinci3 Lihat UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa. Keuangan (Bab VI). 4 Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.
FUNGSI DAN PROSEDUR KERJA LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN 1 Oleh : Putri Ayu Lestari Kosasih 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan aturan hukum beserta
Lebih terperinciDASAR HUKUM KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS PENETAPAN TERSANGKA
DASAR HUKUM KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS PENETAPAN TERSANGKA oleh Cok Istri Brahmi Putri Biya Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Article titled
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR
PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR Oleh : I Gst. Ayu Asri Handayani I Ketut Rai Setiabudhi Bagian Hukum
Lebih terperinciIV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dasar Hukum Kompetensi Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) dan Pengadilan Agama dalam Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah 1. Dasar Hukum Kompetensi Badan
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING DI BALI
PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING DI BALI Oleh Ni Komang Desi Miari I Wayan Wiryawan I Ketut Westra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Judul dari penelitian hukum ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini memunculkan cara berfikir seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian saat ini memunculkan cara berfikir seseorang untuk melangkah lebih maju ke depan dengan munculnya lembaga-lembaga keuangan syariah yang tumbuh
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH
AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH Oleh : A.A. Dalem Jagat Krisno Ni Ketut Supasti Dharmawan A.A. Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Bisnis Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekonomi adalah merupakan kajian tentang aktivitas manusia yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi adalah merupakan kajian tentang aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi baik berupa barang maupun jasa, hal ini sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sengketa atau konflik hakekatnya merupakan bentuk aktualisasi dari suatu perbedaan dan atau pertentangan antara dua pihak atau lebih. Sebagaimana dalam sengketa perdata,
Lebih terperinciKata kunci: iktikad baik, rumah susun, perlindungan konsumen. v Universitas Kristen Maranatha
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP IKTIKAD BAIK PENGEMBANG RUMAH SUSUN DALAM TINDAKAN HUKUM PEMESANAN RUMAH SUSUN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN UNDANG- UNDANG
Lebih terperinciBAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS
BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS Di dalam menjalankan suatu bisnis para pelaku usaha kadang terlibat dalam conflict of interest, kenyataan ini dapat terjadi karena bermula dari situasi dimana ada salah
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM BISNIS FRANCHISE
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM BISNIS FRANCHISE Oleh : Anak Agung Deby Wulandari Ida Bagus Putra Atmadja A.A. Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1998 sampai sekarang perbankan syariah di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Sejak tahun 1998 sampai sekarang perbankan syariah di Indonesia berkembang sangat signifikan. Sehingga, sangat mungkin dapat menimbulkan terjadinya sengketa (dispute)
Lebih terperinciSTIE DEWANTARA Sengketa Bisnis & Penyelesaiannya
Sengketa Bisnis & Penyelesaiannya Hukum Bisnis, Sesi 9 Timbulnya Sengketa Transaksi dalam dunia bisnis, termasuk bisnis syariah mengandung risiko Salah satu risiko yang mungkin dan sering terjadi adalah
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. Kata kunci: Eksekusi putusan, Arbitrase Nasional.
EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE NASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 1 Oleh : Reza A. Ngantung 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana prosedur eksekusi putusan
Lebih terperinciPenulisanHukum (Skripsi)
KOMPETENSI ABSOLUT PERADILAN AGAMA DALAM MENGADILI PERKARA YANG DI DALAMNYA TERDAPAT SENGKETA HAK MILIK DIKAITKAN DENGAN ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 001-SKM/MA/2015)
Lebih terperinciKEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM SENGKETA PERBANKAN SYARIAH. Mahir (Dosen Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel)
Mahir 346 KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM SENGKETA PERBANKAN SYARIAH. Mahir (Dosen Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel) Abstract: The existence of Islamic banking system, with the different variant products,
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA NIA WAYANTI PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MELALUI FORUM ARBITRASE MENURUT UU NO.
, i,'" t '~ I.~ " NIA WAYANTI PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MELALUI FORUM ARBITRASE MENURUT UU NO. 30 TAHUN 1999 "'~"'-:, ;,.",.IC.~;~"'~,~.~ "~ ::":>~ FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2001
Lebih terperinciTESIS. PEMBATALAN PUTUSAN BADAN ARBITRASE SYARIAH OLEH MAHKAMAH AGUNG (Analisis Putusan Mahkamah Agung No.56 PK/AG/2011)
TESIS PEMBATALAN PUTUSAN BADAN ARBITRASE SYARIAH OLEH MAHKAMAH AGUNG (Analisis Putusan Mahkamah Agung No.56 PK/AG/2011) Oleh. BRAHMANTIYO ADI PRADONO, S.H. NIM.031324253053 PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
Lebih terperinciPROBLEMATIKA KEWENANGANPENGADILAN NEGERI MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM SENGKETA BISNIS YANG MEMPUNYAI KLAUSULA ARBITRASE
PROBLEMATIKA KEWENANGANPENGADILAN NEGERI MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM SENGKETA BISNIS YANG MEMPUNYAI KLAUSULA ARBITRASE Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. A. Kewenangan Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)
BAB III PEMBAHASAN A. Kewenangan Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) Terhadap Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Sebelum Putusan MK No. 93/PUU-X/2012 Arbitrase merupakan salah satu alternatif
Lebih terperinciBANK INDONESIA SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK DENGAN NASABAH MELALUI MEDIASI PERBANKAN
BANK INDONESIA SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK DENGAN NASABAH MELALUI MEDIASI PERBANKAN Oleh Anak Agung Ayu Intan Puspadewi Suatra Putrawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciPERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN MELALUI MEKANISME MEDIASI
PERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN MELALUI MEKANISME MEDIASI Oleh : Made Yudha Wismaya I Wayan Novy Purwanto Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract
Lebih terperinciIMPLIKASI HUKUM TERBITNYA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 93/PUU-X/2012 Oleh : Muhammad Iqbal, SHI. SH. MHI 1
IMPLIKASI HUKUM TERBITNYA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 93/PUU-X/2012 Oleh : Muhammad Iqbal, SHI. SH. MHI 1 A. Pendahuluan Dewasa ini aktifitas perekonomian berkembang begitu pesat dan terus merambah
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Perbankan Syariah dalam Undang-Undang Perbankan Syariah.
199 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan penjalasan dari BAB I sampai dengan BAB IV yang sudah Penulis sampaikan sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan. 1. Respons Bank Syariah Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kebutuhan masyarakat baik perorangan maupun badan usaha akan penyediaan dana yang cukup besar dapat terpenuhi dengan adanya lembaga perbankan yang
Lebih terperinciTujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti
TINJAUAN TENTANG KEKUATAN PEMBUKTIAN PEMERIKSAAN SETEMPAT DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( SENGKETA TANAH ) DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Febrina Indrasari,SH.,MH Politeknik Negeri Madiun Email: febrinaindrasari@yahoo.com
Lebih terperinciPERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
PERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF Oleh I Gst Agung Istri Oktia Purnama Dewi A. A. Ngr. Wirasila Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK
Lebih terperinciPROSES PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DITINJAU DARI UU No. 30 TAHUN 1999 (Studi Putusan No. 86/PDT.G/2002/PN.JKT.PST)
PROSES PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DITINJAU DARI UU No. 30 TAHUN 1999 (Studi Putusan No. 86/PDT.G/2002/PN.JKT.PST) Astri Maretta astrimaretta92@gmail.com Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Lebih terperinciKOMPETENSI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN PERKARA EKONOMI SYARI AH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta)
KOMPETENSI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN PERKARA EKONOMI SYARI AH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif dan metode penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum normatif mengkaji data-data sekunder di bidang
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016
PELAKSANAAN DAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 1 Oleh : Martin Surya 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pelaksanaan
Lebih terperinciPerkembangan dunia bisnis yang semakin pesat dalam era globalisasi mengakibatkan
TINJAUAN TERHADAP ARBITRASE SYARIAH SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI BIDANG PERBANKAN SYARIAH Andria Luhur Prakoso Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta alp120@ums.ac.id Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan memiliki peran penting dalam pembangunan khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah hukum positif yang mengatur segala sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial yang dialami, setiap manusia memiliki kepentingankepentingan tertentu yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginannya untuk mempertahankan
Lebih terperinciZaid Alfauza Marpaung ISSN Nomor
KEDUDUKAN HUKUM PUTUSAN BADAN ARBITRASE SYARI AH NASIONAL TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARI AH DALAM SISTEM PERADILAN INDONESIA (Studi Putusan PTA Medan Nomor:35/Pdt.G./2015/PTA) Oleh: ZAID
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia mau tidak mau akan menghadapi situasi baru dalam dunia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini Indonesia akan menghadapi ASEAN Free Trade Area atau (AFTA) yang akan aktif pada tahun 2015 1. Masyarakat dikawasan ASEAN khususnya di Indonesia mau tidak
Lebih terperinciKEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN
1 KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN Oleh : I Putu Agus Supendi Pembimbing Akademik Suatra Putrawan,SH.,MH, Program Kekhususan Peradilan Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBy: Ratna Sofiana ** Adisucipto Yogyakarta.
Implikasi Tugas dan Kewenangan Badan Arbitrase Syari ah Nasional dalam Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari ah Pasca Putusan MK No.93/PUU-X/2012 Tahun 2008 tentang Pengujian Konstitusional UU No. 21 Tahun
Lebih terperinciABSTRAK. Adjeng Sugiharti
ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGAKUAN STATUS ANAK DILUAR KAWIN DALAM SISTEM HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA DAN KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MEMBERIKAN STATUS KEPADA ANAK LUAR KAWIN (KASUS MACHICA
Lebih terperinciMercatoria Vol. 9 No. 1/Juli 2016 ISSN No:
KEWENANGAN PENGADILAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KEPEMILIKAN PT. TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA (PT. TPI) YANG MEMUAT KLAUSUL ARBITRASE (Studi Kasus Putusan Nomor 238 PK/Pdt/2014) Citra Bakti Pangaribuan
Lebih terperinciPENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita
PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem hukum Islam mediasi dikenal dengan Musyawarah, yang dimaksudkan musyawarah disini adalah urusan peperangan dan hal-hal yang bersifat duniawiyah, seperti
Lebih terperinciEKSISTENSI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBAGAI SARANA PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN : PROBLEMATIK DALAM MENCARI KEADILAN OLEH KONSUMEN
TESIS EKSISTENSI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBAGAI SARANA PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN : PROBLEMATIK DALAM MENCARI KEADILAN OLEH KONSUMEN ROBBY PRIMA PANGGABEAN No. Mhs.:145202181/PS/MIH PROGRAM
Lebih terperinciJournal Of Judicial Review
EFEKTIFITAS BASYARNAS DAN PENGADILAN AGAMA SEBAGAI LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA Eko Nurisman Winda Fitri Abstract The purpose of this study is to describe clearly and carefully
Lebih terperinciChristian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI
Peranan Dinas Tenaga Kerja Dalam Penyelesaian Hubungan Industrial Di Kota Pematangsiantar Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI Abstrak Beragam permasalahan melatarbelakangi konflik Hubungan
Lebih terperinci