PROSES PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
|
|
- Yohanes Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROSES PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kondisi pengelolaan persampahan di berbagai kota di Indonesia terlihat masih belum berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari tingkat pelayanan yang persampahan yang masih mengalami peningkatan dan penurunan. Tingkat pelayanan persampahan pada tahun 2000 hanya mencapai 40% menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang pernah mencapai 50%. Namun, tingkat pelayanan ini terlihat mengalami peningkatan kembali hingga mencapai 56% setelah tahun 2000 tersebut. Kondisi ini tentu membutuhkan perhatian yang serius agar dapat menghindari terjadinya penurunan kinerja tingkat pelayanan persampahan. Diharapkan, tingkat pelayanan dapat terus meningkat di kemudian hari. Bila dilihat dari sistem pengelolaan persampahan yang diterapkan, pada umumnya berbagai kota di Indonesia masih menggunakan paradigma lama kumpul-angkutbuang. Pada kenyataannya, penerapakan paradigma lama ini memberikan dampak negatif karena sampah tidak dikelola dan tidak ada upaya pengurangan timbulan sampah. Akibatnya, tempat pembuangan akhir (landfill) menjadi cepat penuh. Padahal kondisi saat ini, mencari lokasi baru untuk landfill sangat sulit & umumnya selalu ditolak oleh masyarakat. Permasalahan lainnya yang muncul adalah terkait dengan pencemaran air leachate dan potensi timbulan gas di landfill yang terus mengalami peningkatan karena jumlah sampah juga terus mengalami peningkatan. Konsep pengelolaan sampah dengan menggunakan paradigma lama ini sudah saatnya diganti dengan paradigma baru yang menerapkan pengelolaan sampah terpadu. Pengelolaan sampah terpadu ini tidak hanya mengolah sampah tetapi sudah termasuk didalamnya pengurangan sampah sehingga dapat membantu mengurangi beban TPA. Selain itu, adanya pengurangan sampah juga dapat 1
2 membantu mengurangi tidak hanya peralatan yang digunakan seperti peralatan pengumpulan dan pengangkutan tetapi juga biaya operasional Tahapan Persampahan penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Sistem pengelolaan persampahan perlu direncanakan dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Didalam penyusunan perencanaan, ini perlu diperhatikan bagaimana kondisi yang ada serta peraturan perundangundangan dan kebijakan bidang persampahan yang terkait. Tahapan penyusunan perencanaan sistem pengelolaan persampahan ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut di bawah ini. Peraturan Perundangundangan & Kebijakan Bidang Persampahan Pengumpulan Data Kriteria disain Kondisi Eksisting Potensi Masalah Kondisi Yang diinginkan Perencanaan Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan & Tahap Pelaksanaan Gambar 1. Tahapan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan II. Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam proses penyusunan studi rencana induk sistem pengelolaan persampahan, karena tingkat keakuratan data menjadi kunci dalam memproyeksikan rencana pengembangan jangka panjang. Metode pengumpulan data dapat dilakukan secara primer (dengan melakukan penelitian atau analisa langsung dilapangan) atau sekunder (dengan menggunakan 2
3 data atau hasil penelitian yang sudah ada). Dalam menyusun studi rencana induk sistem pengelolaan persampahan, diperlukan data yang meliputi : - Data kondisi kota dan rencana pengembangan kota - Data kondisi pengelolaan persampahan yang ada - Permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem pengelolaan persamhan 2.1 Data Kota dan Rencana Pengembangan Kota Data kota sebagai wilayah studi diperlukan untuk mendapatkan gambaran kondisi fisik kota dan sarana prasarana kota, sosial ekonomi masyarakat dan kemampuan keuangan daerah, masalah kependudukan, tingkat kerawanan sanitasi dan kesehatan masyarakat. Kondisi ini menjadi acuan untuk skenario peningkatan sistem pengelolaan persampahan jangka panjang. A. Gambaran wilayah studi Gambaran umum wilayah studi dapat menjelaskan posisi kota/kabupaten secara umum baik batas wilayah, kordinat, iklim/cuaca, trade mark kota bila ada (contoh kota pelajar, kota bunga, kota hujan dan lain-lain). Penggambaran ini juga dilengkapi dengan peta. B. Kondisi fisik kota Kondisi fisik suatu kota pada umumnya dapat digambarkan dengan data yang meliputi antara lain : - Topografi (kondisi kemiringan lahan) - Geologi (kondisi tanah dan batuan) - Hidrologi (kondisi air tanah dan sungai yang melintasi kota/kabupaten bersangkutan, baik kuantitas maupun kualitas) C. Prasarana kota Prasarana kota perlu diidentifikasi untuk mengenali sumber sampah sebagai target daerah pelayanan, pada umumnya dapat digambarkan dengan data yang meliputi : Jaringan jalan, meliputi jalan arteri/protokol, kolektor, jalan lingkungan (dilengkapi peta jaringan jalan) 3
4 Perumahan, meliputi perumahan komplek dan non komplek baik yang teratur, tidak teratur, maupun perumahan kumuh Fasilitas komersial, meliputi pertokoan, pasar, hotel, restauran, salon, bioskop, kawasan wisata, kawasan industri dan lain-lain Fasilitas umum, meliputi perkantoran, fasilitas pendidikan (universitas, sekolah, dll), fasilitas kesehatan (RS, apotik, puskesmas dll) Fasilitas sosial, meliputi rumah ibadah, panti sosial dll Ruang terbuka hijau/hutan kota, meliputi taman kota, hutan kota, perkebunan, persawahan dan lahan-lahan pertanian Data tersebut perlu dilengkapi dengan peta tata guna lahan. D. Kependudukan Data kependudukan diperlukan untuk mengidentifikasi daerah pelayanan, menghitung tingkat pelayanan dan lain-lain, meliputi : Jumlah penduduk kota, per kecamatan dan per kelurahan Kepadatan penduduk rata-rata dan kepadatan di daerah terbangun Data tersebut perlu dilengkapi dengan peta kepadatan penduduk yang dapat dibedakan untuk daerah dengan kepadatan > 100 jiwa/ha, jiwa / ha dan daerah dengan kepadatan < 50 jiwa/ha E. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Data kondisi sosial masyarakat diperlukan untuk menentukan kualitas pengelolaan sampah dan perhitungan tarif retribusi dikaitkan dengan kemampuan membayar masyarakat. Data yang diperlukan adalah : Mata pencaharian masyarakat Penghasilan masyarakat yang dinyatakan dengan data income/kk/bulan Strata ekonomi yang dapat menggambarkan prosentase kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi, menengah dan rendah 4
5 F. Tingkat kesehatan masyarakat Data tingkat kesehatan masyarakat diperlukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan persampahan di kawasan rawan sanitasi yang pada umumnya memiliki tingkat kesehatan yang rendah. Data penyakit yang diperlukan pada umumnya yang berkaitan dengan buruknya kondisi sanitasi lingkungan dan air bersih seperti diare, tipus, disentri dan ISPA (akibat proses pembakaran sampah secara terbuka) G. Rencana pengembangan kota Data rencana pengembangan kota diperlukan untuk memberikan gambaran pengembangan kota dalam kurun waktu perencanaan yang akan digunakan sebagai acuan untuk analisa pengembangan kebutuhan pelayanan persampahan jangka panjang. Data rencana pengembangan kota yang dibutuhkan meliputi : Rencana pengembangan wilayah Rencana pengembangan jaringan jalan Rencana pengembangan fasilitas kota Proyeksi penduduk Data tersebut perlu dilengkapi dengan peta pengembangan wilayah, jaringan jalan dan lain-lain Data Kondisi Pengelolaan Persampahan Untuk mendapatkan gambaran kondisi pengelolaan persampahan yang ada di wilayah studi, diperlukan data pengelolaan persampahan baik untuk aspek teknis, kelembagaan, pembiayaan, peraturan dan peran serta masyarakat/swasta. A. Tingkat Pelayanan Tingkat pelayanan merupakan gambaran indikator secara kuantitatif terhadap kondisi pengelolaan sampah suatu kota. Data tingkat pelayanan dapat diketahui dari beberapa hal, yaitu : 5
6 Dihitung dari prosentase perbandingan jumlah penduduk yang mendapatkan akses pelayanan sampah secara terpusat (dikumpulkan dari sumber sampai ke TPA) dan jumlah penduduk total kota Dihitung dari prosentase perbandingan jumlah sampah yang diangkut ke TPA dan jumlah sampah total B. Sistem Pengelolaan Untuk memudahkan pengolahan data atau analisis suatu kondisi pengelolaan persampahan suatu kota, data sistem pengelolaan persampahan dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu data yang berkaitan dengan aspek teknis, institusi/kelembagaan, pembiayaan, peraturan dan data yang berkaitan dengan aspek peran serta masyarakat/swasta 1). Aspek Institusi Data yang diperlukan adalah : Bentuk institusi yang mengelola sampah, dapat berupa Perusahaan Daerah, dibawah Dinas PU/Dinas Kebersihan/Dinas Lingkungan Hidup /Sub Dinas, seksi, sub seksi atau UPTD Struktur organisasi Tata laksana kerja, internal (dilingkungan Dinas) atau eksternal (antar instansi dan atau dengan pihak masyarakat) SDM, meliputi jumlah SDM yang terlibat dalam pengelolaan sampah (staf dan petugas lapangan), tingkat pendidikan dan kursus atau pelatihan yang pernah diikuti baik di dalam maupun di luar negeri. 2). Aspek Teknis Data teknis penanganan sampah yang diperlukan adalah : a. Daerah pelayanan, menggambarkan cakupan pelayanan (luas, wilayah pelayanan). Daerah pelayanan ini harus dipetakan secara memadai. b. Sumber sampah, menggambarkan jumlah sumber-sumber penghasil sampah baik dari perumahan (perumahan teratur, tidak teratur dan perumahan kumuh) maupun non perumahan yang meliputi fasilitas komersial (seperti pasar, pertokoan, hotel, restauran, dll), fasilitas umum (seperti perkantoran, 6
7 sekolah, RS, puskesmas, taman, jalan, dll) dan fasilitas sosial (tempat ibadah, panti sosial, dll). c. Timbulan sampah (lt/orang/hari, m3/hari atau ton/hari), data timbulan sampah sebaiknya dilakukan secara primer, yaitu dengan cara analisis timbulan sampah dengan metode yang representatif (jumlah sample dan waktu pengambilan sampel 8 hari berturut-turut) sesuai SNI No...tentang Metode Sampling Timbulan Sampah d. Komposisi dan karakteristik sampah, meliputi komposisi organik, kertas, plastik, logam, kaca, dan lain-lain. Untuk data karakteristik sampah perlu diketahui berat jenis sampah, kadar air, nilai kalor, dan lain-lain. Data ini juga sebaiknya dilakukan secara primer. e. Pola penanganan sampah dari sumber sampai TPA, untuk mengetahui aliran sampah dari setiap sumber sampah yang ke TPS, TPST, transfer depo, SPA dan TPA (atau bahkan ke TPA liar). f. Pewadahan (jenis wadah yang umum digunakan) g. Pengumpulan (metode pengumpulan baik komunal mapun individual, sarana yang digunakan, jumlah sarana pengumpulan, dll) h. Pemindahan skala kawasan (metode pemindahan baik TPS, container, transfer depo, jumlah prasarana pemindahan, lokasi, dll) dan skala kota (transfer station atau stasiun peralihan antara, jumlah SPA, lokasi SPA) i. 3R skala kawasan (lokasi, jumlah, metode 3R dan kondisi operasi, jumlah pengurangan/ pemanfaatan sampah, dll) dan 3R skala kota (lokasi, jumlah pengurangan/pemanfaatan sampah, fasilitas dan kondisi operasi, dll) j. Pengangkutan (jumlah truck, jenis truck, frekuensi atau ritasi truck, rute angkutan, dll) k. Pembuangan akhir (lokasi, luas, fasilitas TPA, kondisi operasi dan pemanfaatan lahan pasca TPA). Data lokasi TPA yang diperlukan adalah : - luas, - jarak dari daerah pelayanan, - jarak dari permukiman terdekat, - jarak dari airport, - jarak dari badan air/mata air, - jenis tanah, - porositas tanah (K), 7
8 - kemiringan lahan, muka air tanah, elevasi muka air tanah, daya dukung tanah dan lain-lain, Data fasilitas TPA yang diperlukan meliputi : ketersediaan fasilitas umum (jalan masuk, saluran drainase, pos jaga/kantor dan pagar), fasilitas perlindungan lingkungan (lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul leachate, instalasi pengolahan leachate, ventilasi gas, tanah penutup, buffer zone, sumur uji dll), fasilitas operasional (alat berat, dump truck tanah, jembatan timbang) dan fasilitas penunjang seperti air bersih, bengkel dan lain-lain. Data kondisi operasi TPA yang perlu diketahui adalah : - sistem pencatatan jumlah sampah yang masuk ke TPA secara harian (m3/hari atau ton/hari), - sistem sel penimbunan sampah, - tinggi timbunan, - penutupan tanah yang dilakukan, - pemadatan sampah - oprasional alat berat - lama waktu penutupan tanah, - kepadatan lalat, - ada tidaknya kebakaran/ asap di TPA, - hasil proses pengolahan leachate (data kualitas influen dan efluen leachate), - kegiatan pemulung (jumlah pemulung, jumlah sampah yang dapat dikurangi dari aktifitas pemulung dan lain-lain). Data pemanfaatan lahan pasca TPA (TPA lama yang sudah tidak terpakai) yang perlu diketahui adalah : - lokasi, - fungsi baru (bangunan, lahan terbuka, atau dibiarkan terbuka tanpa penanganan apapun) Data tersebut dilengkapi dengan peta dan gambar teknis. 8
9 3). Aspek Pembiayaan Data pembiayaan untuk pengelolaan sampah yang diperlukan adalah : Data APBD total dalam 3 tahun terakhir Biaya pengelolaan (APBD) khusus untuk pengelolaan sampah dalam 3 tahun terakhir Tarif retribusi sesuai Perda yang masih berlaku Biaya penerimaan retribusi 3 tahun terakhir Prosedur penarikan retribusi Biaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat (3R) yang ada 4). Aspek Peraturan Data peraturan yang dibutuhkan adalah : Jenis peraturan yang ada sesuai Perda, pada umumnya meliputi Perda yang mengatur pembentukan institusi pengelola sampah, Perda yang mengatur ketentuan umum penanganan sampah dan Perda yang mengatur tentang retribusi. Kelengkapan materi Perda yang ada Penerapan Perda terutama yang berkaitan dengan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan 5). Aspek Peran serta masyarakat dan swasta Data kondisi peran serta masyarakat dalam bidang persampahan yang dibutuhkan adalah : Tingkat kesadaran masyarakat dalam pola penanganan sampah baik secara umum maupun dalam kegiatan 3R pada skala sumber dan kawasan Program penyuluhan dan edukasi yang ada serta pelaksanaannya Peran swasta dalam penanganan sampah yang ada 9
10 2.3. Permasalahan A. Masalah Teknis Diperlukan identifikasi gambaran masalah teknis dalam pengelolaan persampahan, meliputi : Masalah yang melatar belakangi rendahnya cakupan pelayanan Masalah data dasar timbulan dan komposisi / karakteristik sampah yang tidak dilakukan secara primer dan berkala (sesuai dengan SNI tentang Pengukuran Timbulan dan Komposisi Sampah) Masalah keterbatasan prasarana dan sarana persampahan Masalah efisiensi pola penanganan sampah yang masih rendah Masalah 3R yang masih belum dilakukan secara memadai Masalah keterbatasan lahan TPA Masalah lokasi TPA yang tidak memenuhi persyaratan (sesuai SNI tentang Tata Cara pemilihan Lokasi TPA) Masalah terbatasnya prasarana dan sarana TPA penyebab pencemaran lingkungan terutama yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan seperti lapisan dasar TPA, jaringan pengumpul leachate, pengolahan leachate, ventilasi gas, buffer zone, penutupan tanah dan lain-lain Masalah pengoperasian TPA yang cenderung dilakukan secara open dumping dan menjadi penyebab terjadinya pencemaran lingkungan maupun kecelakaan kerja Masalah pengelolaan TPA yang cenderung dilakukan secara apa adanya B. Masalah Non Teknis Diperlukan identifikasi gambaran masalah non teknis dalam pengelolaan persampahan, meliputi : Masalah kelembagaan terutama yang berkaitan dengan bentuk institusi dalam kapasitas sebagai operator dan regulator, struktur organisasi yang tugasnya tidak fokus menangani masalah persampahan dan keterbatasan SDM yang ahli dibidang persampahan Masalah lemahnya kordinasi antar instansi yang berkaitan dengan masalah persampahan serta sulitnya melaksanakan kerja sama antar kota untuk melaksankan pola regional 10
11 Masalah keterbatasan biaya untuk investasi maupun biaya operasi/pemeliharaan yang sering menimbulkan masalah teknis dan cenderung mencemari lingkungan Masalah rendahnya penerimaan retribusi dan tingginya subsidi APBD yang dikhawatirkan dapat menghambat keberlanjutan pengelolaan persampahan Masalah sulitnya melakukan penerapan Perda terutama sanksi atas pelanggaran persampahan Masalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam pola penanganan sampah yang baik dan benar terutama dalam program 3R Masalah terbatasnya program kampanye dan edukasi bidang persampahan bagi upaya peningkatan kesadaran masyarat Masalah iklim investasi yang belum kondusif bagi pihak swasta sebagai operator persampahan C. Permasalahan Utama Dari berbagai permasalahan yang ada baik teknis maupun non teknis, perlu ditarik suatu garis permasalahan utama untuk mendapatkan gambaran prioritas solusi penanganannya. Permasalahan utama, dapat dinilai dari tingkat urgensi dan dampak yang ditimbulkan serta berulang selalu terjadi D. Target Penanganan Untuk merencanakan penanganan persampahan jangka panjang, perlu ditetapkan suatu target yang realistis dan aplikatif dengan mengacu pada target nasional, kesepakatan MDGs, target propinsi dan kota/kabupaten. Secara umum target persampahan nasional adalah : Cakupan pelayanan 70% pada tahun 2015 Pengurangan volume sampah melalui program 3R sebesar 20% pada tahun 2010 Peningkatan kualitas TPA (tempat pemrosesan akhir) menjadi minimal controlled landfill (kota sedang dan kecil) dan sanitary landfill (kota besar dan metropolitan) pada tahun
12 III. Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan 3.1. Umum (berbagai kebijakan dan strategi nasional, daerah, rencana tata ruang) Merencanakan suatu pengembangan sistem pengelolaan persampahan memerlukan strategi yang terstruktur dan tapat sasaran. Strategi pengembangan persampahan dan untuk jangka panjang perlu mengacu pada strategi nasional (Permen PU No 21/PRT/M/2006) dan daerah serta rencana tata ruang yang berlaku. Secara garis besar, strategi tersebut meliputi : a. Strategi Teknis - Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan berdasarkan kriteria kebutuhan pengembangan - Peningkatan kegiatan 3R untuk skala sumber dan kawasan pada lokasi-lokasi prioritas dan memenuhi kriteria - Rehabilitasi TPA menjadi minimal controlled landfill - Mengembangkan pola pelayanan regional 2 atau lebih kota kabupaten yang berdekatan b. Strategi Peningkatan Kelembagaan - Peningkatan organisasi sesuai dengan peraturan yang berlaku (PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, PP 50/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah, PP 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan lain-lain) - Pemisahan fungsi operator dan regulator - Peningkatan kualitas SDM melalui training - Rekruitmen SDM untuk jangka panjang sesuai dengan kualifikasi bidang keahlian persampahan/manajemen c. Strategi Peningkatan Pembiayaan - Peningkatan prioritas alokasi dana untuk investasi maupun biaya pengelolaan persampahan - Pola pembiayaan mengarah pada Badan Layanan Umum - Peningkatan sistem tarif yang mengarah pada pola cost recovery - Penerapan pola insentif dan disinsentif 12
13 d. Strategi Peningkatan Pengaturan - Penyempurnaan berbagai produk hukum yang realistis dan aplikatif - Sosialisasi produk hukum kepada para stakeholders terutama masyarakat - Penerapan ketentuan hukum terutama penerapan sanksi atas pelanggaran secara bertahap e. Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat - Sosialisasi - Edukasi - Uji coba dan pendampingan - Penerapan Insentif dan disinsentif untuk program 3R (reduce, reuse dan recycle) 3.2. Tujuan dan Target Penanganan A. Jangka Pendek Tujuan dan target penanganan sampah jangka pendek sangat tergantung pada permasalahan masing-masing wilayah perencanaan yang membutuhkan penanganan mendesak B. Jangka Menengah Tujuan dan target penanganan sampah jangka menengah sangat tergantung pada permasalahan masing-masing wilayah perencanaan yang membutuhkan penanganan untuk jangka waktu 5 tahun C. Jangka Panjang Tujuan dan target penanganan sampah jangka panjang sangat tergantung pada permasalahan persampahan masing-masing wilayah perencanaan yang membutuhkan penanganan untuk jangka waktu 10 tahun 3.3. Kriteria Perencanaan Kriteria baik secara teknis maupun manajemen pengelolaan persampahan sebagai acuan perencanaan jangka panjang (rencana induk) dapat dilihat pada bab III. 13
14 3.4. Strategi Pengembangan Pelayanan 1. Perkiraan Timbulan Sampah Timbulan sampah perlu diketahui secara lebih memadai sebagai dasar perencanaan kebutuhan prasarana dan sarana persampahan baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Perkiraan atau proyeksi timbulan sampah dapat diketahui setelah data eksisting diketahui (data primer, melalui sampling analisa timbulan sampah, SNI No tentang Metode Pengambilan Dan Pengukuran Contoh Timbulan Dan Komposisi Sampah Perkotaan), berdasarkan hasil penelitian Bank Dunia (Sandra Couintru, 1990). Peningkatan laju timbulan sampah untuk negara berkembang adalah 4 % per-tahun. Namun dapat juga digunakan angka yang berbeda untuk sumber sampah yang berbeda, misal peningkatan laju timbulan untuk sampah perumahan adalah 1-2 %/ tahun dan 2-4 %/ tahun untuk sumber sampah komersial. 2. Sistem Pengembangan pengelolaan Yang Akan ditingkatkan Merencanakan sistem pengembangan pengelolaan persampahan perlu memperhatikan masalah disetiap wilayah pelayanan, baik yang menyangkut aspek organisasi, teknis, pembiayaan, pengaturan maupun masalah yang berkaitan dengan aspek peran serta masyarakat dan dunia usaha. Sehingga solusi yang ditawarkan akan efektif menyelesaikan permasalahan persampahan dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 3. Sistem Pelayanan Sistem pelayanan persampahan lebih difokuskan pada aspek teknis yang meliputi : Penentuan daerah pelayanan dalam kurun waktu perencanaan didasarkan pada daerah pelayanan eksisting, rencana pengembangan kota, rencana wilayah strategis, kepadatan penduduk dan wilayah kumuh/das Pola pelayanan yang akan diterapkan pada daerah perencanaan seperti pola penanganan sampah untuk perumahan, fasilitas komersial, fasilitas umum (perkantoran, jalan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan) dan fasilitas sosial. Pola pelayanan tersebut meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, 3R, pengangkutan dan pemrosesan akhir (pengganti pembuangan akhir) yang sesuai dengan karakteristik wilayah pelayanannya. 14
15 3.5. Strategi Pembiayaan 1. Strategi Investasi Investasi untuk pengadaan prasarana dan sarana persampahan perlu memperhatikan kebutuhan pelayanan secara teknis dan sesuai dengan kemampuan daerah dan masyarakat. Selain itu potensi swasta untuk investasi bidang persampahan juga perlu digali secara lebih memadai. Investasi yang dapat ditawarkan kepada pihak swasta adalah: Pengangkutan sampah Transfer station Pengolahan sampah skala kota (ITF, intermediate treatment facilities) Tempat Pembuangan Akhir Pemanfaatan gas landfill melalui mekanisme CDM Dan lain-lain 2. Strategi Operasi dan Pemeliharaan Keberhasilan pengelolaan sampah pada dasarnya sangat tergantung pada ketersediaan dana O/P yang memadai. Strategi untuk penyediaan dana O/P dapat berupa : Penyediaan dana O/P dari APBD sesuai kebutuhan Kontribusi dana O/P masyarakat berupa pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat skala kawasan (didahului dengan program kampanye/ sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat) Peran swasta dalam penyediaan dana O/P berupa kontrak manajemen, BOO, BOT dan lain-lain sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku IV. Rencana Pengembangan Pengelolaan Persampahan 4.1. Rencana Daerah Pelayanan Rencana pengembangan daerah pelayanan harus didasarkan pada rencana pertumbuhan kota, daerah yang saat ini sudah mendapatkan pelayanan serta kriteria yang berlaku. Pengembangan merupakan rumah tumbuh Kriteria pengembangan daerah pelayanan seperti yang sudah dijelaskan pada bab terdahulu 15
16 Dilengkapi dengan peta daerah pelayanan 4.2. Proyeksi Kebutuhan Pelayanan Jangka Pendek Tahun... (Dengan periode 1-2 tahun) Tabel 1. Tabel Proyeksi Kebutuhan Pelayanan Jangka Pendek No Kota Jml Pddk Kepadatan Pddk (Jiwa/ha), % > > 50 Hotel Kantor Toko Bioskop Kec. A - Kel. 1 - Kel. 2 - Kel. 3 Kec. A - Kel. 1 - Kel. 2 - Kel. 3 Kec. A - Kel. 1 - Kel. 2 - Kel. 3 Total Catatan : Prosentase kepadatan penduduk(> 100 jiwa/ha, jiwa/ha dan < 50 jiwa/ha) harus dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun dimaksud untuk setiap kelurahan Proyeksi fasilitas kota harus dihitung sesuai dengan rencana pengembangan kota pada tahun dimaksud (jangka pendek) 16 Pasar
17 Jangka Menengah Tahun... (Dengan periode 5 tahun) Tabel 2. Tabel Proyeksi Kebutuhan Pelayanan Jangka Menengah No Kota Jml Pddk Kepadatan Pddk (Jiwa/ha), % > Hotel Kantor Toko Bioskop > 50 1 Kec. A - Kel. 1 - Kel. 2 - Kel. 3 2 Kec. A - Kel. 1 - Kel. 2 - Kel. 3 3 Kec. A - Kel. 1 - Kel. 2 - Kel. 3 Total Catatan : Prosentase kepadatan penduduk(> 100 jiwa/ha, jiwa/ha dan < 50 jiwa/ha) harus dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun dimaksud untuk setiap kelurahan Proyeksi fasilitas kota harus dihitung sesuai dengan rencana pengembangan kota pada tahun dimaksud (jangka menengah) 17 Pasar
18 Jangka Panjang (Dengan periode 10 tahun) Tabel 3. Tabel Proyeksi Kebutuhan Pelayanan Jangka Panjang No Kota Jml Pddk Kepadatan Pddk (Jiwa/ha), % > Hotel Kantor Toko Bioskop > 50 Kec. A - Kel. 1 - Kel. 2 - Kel. 3 Kec. A - Kel. 1 - Kel. 2 - Kel. 3 Kec. A - Kel. 1 - Kel. 2 Total Catatan : - Prosentase kepadatan penduduk(> 100 jiwa/ha, jiwa/ha dan < 50 jiwa/ha) harus dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun dimaksud untuk setiap kelurahan - Proyeksi fasilitas kota harus dihitung sesuai dengan rencana pengembangan kota pada tahun dimaksud (jangka panjang) 4.3. Rencana pengembangan Secara Teknis Rencana pengembangan Alternatif rencana pengembangan penanganan sampah jangka panjang perlu memperhatikan beberapa hal yang sudah disampaikan pada bab terdahulu seperti kondisi kota, kemampuan daerah dan masyarakat serta NSPK yang ada. Alternatif yang perlu dikaji adalah berkaitan dengan : skenario alokasi lahan TPA (lokal, regional) skenario transfer station skenario pengurangan sampah melalui program 3R skenario lain sesuai dengan kondisi dan kebijakan lokal 18 Pasar
19 Alternatif 1 Rencana pengembangan penanganan sampah jangka panjang berdasarkan skenario : optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana yang ada dan penyiapan lokasi TPA baru (lokal) tanpa pengurangan sampah Berdasarkan skenario tersebut, maka rencana yang perlu disiapkan adalah : Pengembangan daerah pelayanan sesuai dengan kebijakan dan kriteria yang berlaku Perencanaan kebutuhan prasarana dan sarana persampahan sesuai dengan tingkat pelayanan yang direncanakan Perencanaan pola penanganan sampah dari sumber sampai TPA Perencanaan rute pengangkutan sampah Revitalisasi TPA Pemilihan lokasi TPA baru berdasarkan rencana tata ruang kota/kabupaten Pembangunan TPA baru dengan metode sanitary landfill Alternatif 2 Rencana pengembangan penanganan sampah jangka panjang berdasarkan skenario : optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana yang ada penyiapan lokasi TPA baru (regional) pengurangan sampah minimal 20 % Berdasarkan skenario tersebut, maka rencana yang perlu disiapkan adalah : Pengembangan daerah pelayanan sesuai dengan kebijakan dan kriteria yang berlaku Perencanaan kebutuhan prasarana dan sarana persampahan sesuai dengan tingkat pelayanan yang direncanakan Perencanaan pola penanganan sampah dari sumber sampai TPA Revitalisasi TPA untuk jangka pendek Pemilihan lokasi TPA baru (regional) berdasarkan rencana tata ruang wilayah provinsi 19
20 Perencanaan pola transfer (transfer station) untuk jarak angkutan ke TPA > 20 km Pembangunan TPA baru dengan metode sanitary landfill Penyiapan program 3R dengan target minimal 20% dan secara bertahap ditingkatkan sesuai dengan kesiapan masyarakat Pendampingan kepada masyarakat untuk 3R berbasis masyarakat Evaluasi Alternatif Sistem Berdasarkan alternatif tersebut diatas perlu dievaluasi alternatif sistem penanganan sampah yang paling sesuai dengan kondisi wilayah perencanaan. Evaluasi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : Undang-Undang Pengelolaan Sampah yang mensyaratkan ketentuan antara lain pengurangan sampah melalui program 3R untuk semua kawasan dalam waktu 1 tahun, menutup TPA open dumping paling lama 5 tahun dan melaksanakan pemantauan lingkungan terhadap TPA yang telah ditutup selama 20 tahun PP 16/2005 yang mensyaratkan ketentuan perlindungan air baku melalui penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang memadai. Kebijakan Nasional Persampahan, yang mengedepankan pengurangan sampah di sumber, peningkatan kualitas TPA menjadi sanitary landfill (kota besar dan metropolitan) dan controlled landfill (kota sedang dan kecil) Komitmen internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah seperti Kyoto Protocol untuk pengurangan emisi gas rumah kaca melalui mekanisme CDM, MDGs untuk meningkatkan akses pelayanan persampahan pada tahun 2015 Efisiensi dan efektivitas proses penanganan sampah NSPK (norma, standar, pedoman dan kriteria) bidang persampahan yang berlaku Kemampuan organisasi daerah, kapasitas SDM dan pembiayaan untuk menyelenggarakan kegiatan penanganan persampahan Pemilihan Prioritas Berdasarkan hasil evaluasi alternatif sistem penanganan sampah, perlu dilakukan pemilihan prioritas program atau kegiatan persampahan sesuai dengan kebutuhan. Prioritas terbut dipertimbangkan melalui penapisan sebagai berikut : 20
21 Urutan sifat urgensi seperti adanya kasus pencemaran atau kecelakaan di TPA uang memerlukan tindakan mendesak. Rencana kegiatan diurutkan sesuai dengan tingkat prioritas Prioritas kegiatan akan diuraikan dalam tahap mendesak, jangka menengah dan jangka panjang 4.4. Rencana Pengembangan Kelembagaan Kebutuhan pengembangan organisasi pengelola sampah secara umum harus didasarkan pada kompleksitas permasalahan persampahan yang dihadapi oleh pemerintah kab/kota dengan mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku. Acuan peraturan dan perundangan yang berkaitan dengan masalah kelembagaan adalah : UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota PP 41/2007 tentang Struktur Organisasi Dinas Daerah PP 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Makin komplek skala pelayanan, diperlukan suatu organisasi yang lebih memadai dan untuk menjamin terlaksananya pola pelaksanaan dan pengawasan yang baik, diperlukan pemisahan peran operator dan regulator. Rencana pengembangan organisasi pengelola sampah meliputi : Bentuk Institusi, Struktur Organisasi, SDM, Tata Laksana Kerja, Pola Kerjasama Antar Kota, 4.5 Rencana Pengembangan Peraturan Dukungan peraturan merupakan hal penting dalam menjalankan proses pengelolaan sampah dan harus memuat ketentuan hukum berdasarkan peraturan perundangan bidang persampahan yang berlaku (UU, PP), kebijakan nasional dan provinsi serta NSPK (norma, standar, pedoman dan kriteria) bidang persampahan. Rencana 21
22 pengembangan peraturan daerah, perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : Jenis Perda terdiri dari Perda Pembentukan Institusi, Perda Ketentuan Penanganan Persampahan dan Perda Retribusi Substansi materi Perda harus cukup menyeluruh, tegas dan dapat diimplementasikan untuk jangka panjang (20 tahun) Penerapan Perda perlu didahului dengan sosialisasi, uji coba dikawasan tertentu dan penerapan secara menyeluruh. Selain itu juga diperlukan kesiapan aparat dari mulai kepolisian, kejaksaan dan kehakiman untuk penerapan sanksi atas pelanggaran yang terjadi. Evaluasi Perda perlu dilakukan setiap 5 tahun untuk menguji tingkat kelayakannya. 4.6 Rencana Pendanaan Rencana pembiayaan untuk pengembangan sistem pengelolaan persampahan jangka panjang, meliputi : Biaya Investasi, perhitungannya didasarkan pada kebutuhan pengadaan lahan (TPA, TPST dan lain-lain) dan prasarana/sarana persampahan (pewadahan, pengumpulan, pemindahan, 3R, pengangkutan dan pemrosesan akhir sampah) Biaya Operasi dan Pemeliharaan, perhitungannya didasarkan pada kebutuhan alternatif pengoperasian seluruh kegiatan penanganan sampah dari sumber sampai TPA (tempat pemrosesan akhir) sampah untuk jangka panjang Indikasi retribusi sampah, perhitungannya didasarkan pada indikasi biaya satuan penanganan sampah (Rp/m3 atau Rp/kapita/tahun dan lain-lain) 4.7 Rencana Pengembangan PSM dan Swasta Peningkatan peran serta masyarakat dalam sistem pengelolaan sampah mempunyai fungsi penting sebagai fondasi bangunan pengelolaan sampah. Pelaksanaan program tidak akan berhasil tanpa kesadaran masyarakat yang cukup memadai. Rencana peningkatan peran masyarakat perlu dilakukan secara berjenjang, mulai dari fase pengenalan (1-3 tahun) sampai pada fase melaksanakan (5-10 tahun). Rencana peningkatan PSM, meliputi : 22
23 Penyusunan program penyuluhan/kampanye Pelaksanaan Penyuluhan/kampanye Internalisasi penanganan sampah ke kurikulum sekolah Uji coba program 3R berbasis masyarakat Replikasi pengembangan kegiatan 3R berbasis masyarakat untuk mencapai target yang telah ditentukan selama 20 tahun masa perencanaan (10 30)% V. Rencana Tahapan Pelaksanaan Untuk melaksanakan rencana kegiatan tersebut diatas, diperlukan pentahapan pelaksanaan dengan mempertimbangkan urgensi masalah yang dihadapi, kemampuan daerah dan masyarakat. Masalah penutupan TPA open dumping dan penyediaan fasilitas pemilahan sampah di kawasan permukiman, fasilitas komersial, fasilitas umum dan lain-lain perlu dilakukan pada tahap awal sesuai dengan amanat UU No 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah Rencana Jangka Pendek Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka pendek (1-2 tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak dan dapat dijadikan fondasi untuk pentahapan selanjutnya. Sebagai contoh : Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah kota/kabupaten yang mengacu pada kebijakan nasional, propinsi dan NSPK yang berlaku Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk peningkatan kinerja operasional penanganan sampah Penyiapan dan atau penyempurnaan PERDA yang sesuai dengan NSPK dan UU No 18/2008 Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan TPA open dumping / revitalisasi TPA, program 3R) Penyusunan AMDAL atau UKL/UPL atau kajian lingkungan sesuai kebutuhan Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan masyarakat dalam partisipasi program 3R Penyediaan prasarana dan sarana untuk mengatasi masalah persampahan yang bersifat mendesak (bin pemilahan sampah, peningkatan TPA, dll) Penyiapan peningkatan tarif (iuran dan retribusi) 23
24 5.2. Rencana Jangka Menengah Rencana Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka menengah (5 tahun) merupakan tahap pelaksanaan lima tahun yang didasarkan pada hasil kajian sebelumnya dengan mempertimbangkan tahap mendesak yang telah dilakukan. Sebagai contoh : Melanjutkan peningkatan kelembagaan (pemisahan operator dan regulator) dan pelatihan SDM yang menerus disesuaikan dengan kebijakan nasional, propinsi dan NSPK terbaru Pelaksanaan law enforcement (Perda) didahului dengan sosialisasi dan uji coba selama 1 tahun Peningkatan cakupan pelayanan sesuai perencanaan Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan sesuai dengan perencanaan Pelaksanaan revitalisasi TPA sesuai dengan perencanaan Pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan TPA Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dg 3R di beberapa kawasan Kampanye dan edukasi yang menerus Pelaksanaan peningkatan retribusi baik melalui perbaikan tarif maupun mekanisme penarikannya Merintis kerjasama dengan pihak swasta (pengangkutan dan atau TPA/CDM) 5.3. Rencana Jangka Panjang Rencana Rencana peningkatan pengelolaan sampah jangka panjang (20 tahun) merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat menyeluruh dengan mempertimbangkan hasil pencapaian tahap sebelumnya. Sebagai contoh : Peningkatan kelembagaan (peran operator dan regulator) dan pelatihan SDM yang menerus disesuaikan dengan kebijakan nasional, propinsi dan NSPK terbaru Review atau penyempurnaan Perda yang sesuai dengan NSPK dan kondisi terkini yang berkembang di daerah Peningkatan cakupan pelayanan sesuai dengan target perencanaan Peningkatan prasarana dan sarana sesuai cakupan pelayanan serta penggantian peralatan yang sudah habis umur teknisnya Pelaksanaan peningkatan kinerja TPA sesuai dengan kebutuhan 24
25 Pemilhan lokasi TPA baru sebagai persiapan penutupan TPA lama yang sudah penuh (sesuai dengan kebutuhan) disertai studi kelayakan dan AMDAL atau UKL/UPL Penutupan TPA lama (jika diperlukan) dan pemantauan kualitas TPA yang telah ditutup selama 20 tahun secara berkala Pembangunan TPA baru sesuai NSPK Pembangunan TPST skala kota (sesuai kebutuhan) Replikasi 3R sesuai dengan target pengurangan sampah Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan masyarakat dalam partisipasi program 3R Meningkatkan pola kerjasama dengan pihak swasta dan CDM 5.4. Rencana Program Rencana program peningkatan pengelolaan persampahan menengah dan jangka panjang dapat dilihat dalam tabel berikut. jangka pendek, Tabel 4. Tabel Rencana Program No Aspek Pengelolaan Kelembagaan Teknis Pembiayaan Peraturan PSM Swasta Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang 25
26 5.5 Rencana Pembiayaan Tabel 5. Tabel Rencana Pembiayaan No Komponen Kegiatan Biaya (Jangka Pendek) Investasi O/M Biaya (Jangka Menengah) Investasi O/M Biaya (Jangka Panjang) Investasi O/M Retribusi Perhitungan retribusi perlu dibuat berdasarkan perkiraan biaya investasi dan O/M untuk jangka menengah dan jangka panjang Biaya Satuan Diperlukan estmasi biaya satuan penanganan sampah berdasarkan kebutuhan biaya investasi dan O/M, meliputi : - Rp../kapita/tahun - Rp../m3 atau Rp../ton - Biaya pengumpulan/ton - Biaya pengangkutan/ton - Biaya pengolahan/ton - Biaya TPA/ton 5.6 Sosialisasi Dokumen Perencanaan Pengelolaan Persampahan harus disosialisasikan secara lebih memadai baik kepada pihak eksekutif, legislatif maupun masyarakat umum, dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan semua pihak agar proses pelaksanaannya dapat berjalan seperti yang diharapkan. 26
PERENCANAAN UMUM PENYELENGGARAAN PSP. 1. Rencana Induk; 2. Studi Kelayakan; dan 3. Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan.
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN PRASARANA DAN SARANA PERSAMPAHAN DALAM PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA PERENCANAAN UMUM PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan permasalahan yang selalu dihadapi masyarakat Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan, pertumbuhan
Lebih terperinciASPEK MANAJEMEN (INSTITUSI, PERATURAN DAN PEMBIAYAAN)
ASPEK MANAJEMEN (INSTITUSI, PERATURAN DAN PEMBIAYAAN) A. KELEMBAGAAN 1. UMUM Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial perekonomian suatu kota, kompleksitas permasalahan sampahpun akan meningkat, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pengelolaan sampah merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi setiap wilayah di dunia tidak terkecuali Indonesia. Hampir di seluruh aspek kehidupan manusia
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERSAMPAHAN
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sampah bukan lagi sekedar masalah kebersihan dan lingkungan saja, tetapi sudah menjadi masalah sosial yang berpotensi menimbulkan konflik. Lebih parah
Lebih terperinciPERENCANAAN UMUM 1. PENDAHULUAN
PERENCANAAN UMUM 1. PENDAHULUAN Kondisi krisis ekonomi secara nasional yang telah berlangsung sejak 1998, berdampak pula terhadap penurunan kondisi kebersihan diberbagai kota di Indonesia secara signifikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah diketahui bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
Lebih terperinciCARA PERHITUNGAN SPM Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014
CARA PERHITUNGAN SPM Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014 I. PENYEDIAAN AIR MINUM CARA MENGUKUR 1) Rumus: SPM air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL
EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL Oleh : ROFIHENDRA NRP. 3308 202 014 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. YULINAH TRIHADININGRUM,
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016
KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciModul B-3 Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan
Modul B-3 Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Sampah Rumah Tangga (Permen PU No. 03/PRT/M/2013)
Lebih terperinci3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah
3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pengelolaan pembangunan air limbah domestik Kota Tangerang yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 100% terlayani (universal akses)
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM
99 BAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM 6.1 Perumusan Alternatif Strategi dan Program Untuk dapat merumuskan alternatif strategi dan program peningkatan pelayanan sampah perumahan pada kajian ini digunakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
No.933, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011
Lebih terperinci- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH
Lebih terperinciSTRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Dari hasil analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap sub-sektor sanitasi maka telah dirumuskan tentang tujuan, sasaran dan strategi. Tujuan
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MALANG
PROGRAM PASCA SARJANA TEKNIK PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER EVALUASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MALANG Disusun Oleh
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah
Lebih terperinciBAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Rencana kegiatan air limbah di Kabupaten Buru Selatan diarahkan pada sasaran yang tingkat resiko sanitasinya yang cukup tinggi,
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Berdasarkan hasil penetapan wilayah penanganan prioritas disusun rencana pengembangan sanitasi untuk tiga sektor yaitu air limbah, persampahan dan drainase. Program
Lebih terperinciARAH PEMBANGUNAN SEKTOR SANITASI Disampaikan oleh : Ir. M. Maliki Moersid, MCP Direktur Pengembangan PLP
ARAH PEMBANGUNAN SEKTOR SANITASI 2015-2019 Disampaikan oleh : Ir. M. Maliki Moersid, MCP Direktur Pengembangan PLP KONDISI SANITASI SAAT INI SUB SEKTOR 2010 2011 2012 2013 Air Limbah 55,53% 55,60% 57,82%
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 16/PRT/M/2008
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 16/PRT/M/2008 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN (KSNP-SPALP)
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Adapun bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian mengenai Kajian Pengelolaan Sampah yang Terintegrasi untuk Mendukung Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan.
Lebih terperinciLampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah
Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan
Lebih terperinciPENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )
PRESENTASI TESIS PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL ) DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. YULINAH TRIHADININGRUM, MApp.Sc OLEH : MALIK EFENDI (3310202708)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan segala sesuatu yang tidak dikehendaki lagi lalu dibuang. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti
Lebih terperinciKERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015
KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 No PERMASALAHAN MENDESAK ISU-ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN INDIKATOR STRATEGI INDIKASI PROGRAM INDIKASI KEGIATAN A SEKTOR AIR LIMBAH A TEKNIS/AKSES 1 Belum
Lebih terperinciBAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI
RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi
Lebih terperinciBANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)
LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.53/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA FORMULIR ISIAN SISTEM MANAJEMEN PROGRAM
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR
KATA PENGANTAR Dokumen Layanan Persampahan Kota Bogor merupakan dokumen yang memuat keadaaan terkini kondisi persampahan Kota Bogor. Penyusunan dokumen ini pada dasarnya ditujukan pada pendayagunaan segenap
Lebih terperinciProgram penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten
Tabel 2.20 Kerangka Kerja Logis Air Limbah 1. Belum adanya Master Plan air limbah domestic Program penyusunan Masterplan 2. Belum ada regulasi yang mengatur limbah domestic 3. Belum adanya sarana dan Prasarana
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di kota seringkali menimbulkan permasalahan baru dalam menata perkotaan yang berkaitan dengan penyediaan prasarana dan sarana
Lebih terperinciLampiran 2: Hasil analisis SWOT
LAMPIRANLAMPIRAN Lampiran : Hasil analisis SWOT o Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isuisu yang diidentifikasi (teknis dan nonteknis) Subsektor Air Limbah Sub Sektor : AIR LIMBAH No. Faktor
Lebih terperinciLAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT
LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan Dan Sasaran 1.3. Sistematika Penulisan
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan Dan Sasaran 1.3. Sistematika Penulisan 2. METODOLOGI PENDEKATAN DAN PROGRAM KERJA 2.1. Pendekatan Studi 2.2. Konsep Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik
III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam
Lebih terperinciMEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015
BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.. Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 00% terlayani (universal
Lebih terperinci1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi
Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota metropolitan di beberapa negara berkembang telah menimbulkan permasalahan dalam hal pengelolaan sampah (Petrick, 1984). Saat ini
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN. 1. Tersedianya dokumen perencanaan pengelolaan air limbah
BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN 4.1 Sasaran dan Arahan Penahapan Pencapaian 4.1.1 Air limbah 1. Tersedianya dokumen perencanaan pengelolaan air limbah 2. Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pengelolaan persampahan menjadi sangat serius di perkotaan akibat kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga pengelolaan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciMemorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Berdasarkan hasil penetapan wilayah penanganan prioritas disusun rencana pengembangan sanitasi untuk tiga sektor yaitu air, persampahan dan drainase. Program pengembangan
Lebih terperinciPERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP
36 PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP 37 EKSPOSE P1 ADIPURA TAHUN 2017 / 2018 21 38 39 KOORDINASI PENYAMBUTAN PENGHARGAAN TENTANG LINGKUNGAN HIDUP Merupakan kegiatan untuk memberikan apresiasi kepada masyarakat
Lebih terperinciINVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi
INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO Oleh: Chrisna Pudyawardhana Abstraksi Pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mewujudkan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta menjaga keindahan
Lebih terperinciDESKRIPSI PROGRAM AIR LIMBAH
Lampiran V : Deskripsi Program / Kegiatan DESKRIPSI PROGRAM AIR LIMBAH No. Uraian Deskripsi 1. Program Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah 2. Judul Kegiatan Pembangunan sarana
Lebih terperinciPengembangan Pengelolaan Persampahan / 2015
VOLUME 4 Pengembangan Pengelolaan Persampahan / 2015 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya DAFTAR ISI 6 / Latar Belakang 12 / Kebutuhan Pendanaan 2015-2019 17
Lebih terperinciRENCANA IMPLEMENTASI BAB Kondisi Kesiapan Pelaksanaan
RENCANA IMPLEMENTASI.1. Kondisi Kesiapan Pelaksanaan Bagian akhir dari Dokumen Memorandum Program sanitasi yakni pada Bab V yang membahas tentang rencana impelementasi kegiatatan Sarana fisik dan program
Lebih terperinciPERENCANAAN TEKNIS OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN JATIASIH, KOTA BEKASI
PERENCANAAN TEKNIS OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN JATIASIH, KOTA BEKASI Dwi Indrawati, H. Widyatmoko, Toto Riswandi Pratama Jurusan Teknik Lingkungan, FALTL, Universitas Trisakti,
Lebih terperinciB A B V PROGRAM DAN KEGIATAN
B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan pembangunan wilayah perkotaan di Indonesia, diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan anggapan akan memperoleh
Lebih terperinciPENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)
PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) Disampaikan oleh: DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN KENDAL 2016 Dasar hukum Pengelolaan Sampah Undang undang no. 18 tahun 2008 ttg Pengelolaan
Lebih terperinciPOLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *
1 POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 25 November 2015; disetujui: 11 Desember 2015 Polemik Pengelolaan Sampah Masalah pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O
KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O 2014 DASAR HUKUM PENGELOLAAN SAMPAH UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PERATURAN
Lebih terperinciTersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017
Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua
Lebih terperinci5.1 PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR & ASPEK UTAMA
Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan sanitasi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011 2015 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciEVALUASI UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA DARI SEGI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN
EVALUASI UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA DARI SEGI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN Ahmad Solhan, Sarwoko Mangkoedihardjo Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program Pascasarjana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
1.1. LATAR BELAKANG BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Perumusan tujuan, sasaran, dan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru
Lebih terperinciBab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi
Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi 4.. Air limbah domestik Perencanaan pembangunan air limbah domestik di Kabupaten Pati didasarkan kepada permasalahan permasalahan mendesak dan posisi pengelolaan sanitasi
Lebih terperinciBUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR
+ BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Bab ini merupakan strategi sanitasi kota tahun 2013 2017 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran/target serta strategi sub sektor persampahan, drainase, air limbah serta aspek PHBS. Penjelasan masingmasing
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI maksud dan tujuan ruang lingkup pengertian... 1
DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI..... maksud dan tujuan....2 ruang lingkup....3 pengertian... BAB II PERSYARATAN PERSYARATAN... 3 BAB III KETENTUAN KETENTUAN... 4 3. Umum... 4 3.2 perencanaan...
Lebih terperinciDASAR-DASAR SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
DASAR-DASAR SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN I. Pendahuluan Pengelolaan sampah suatu kota bertujuan untuk melayani sampah yang dihasilkan penduduknya, yang secara tidak langsung turut memelihara kesehatan
Lebih terperinciKAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG
KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG NANANG FAKHRURAZI 1,JONI HERMANA 2, IDAA WARMADEWANTHI 2 1 Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Jurusan Teknik
Lebih terperinciSTRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui
Lebih terperinciA. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya
Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi
II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah menurut SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas bahan
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam
Lebih terperinciL-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1
L-3 Kerangka Kerja Logis TABEL KKL Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 TABEL KKL SUBSEKTOR KEGIATAN AIR LIMBAH IPLT masih dalam proses optimalisasi BABs masih 34,36% Cakupan layanan sarana prasarana
Lebih terperinciPENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH ( REDUCE, RECYCLING, REUSE, RECOVERY )
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH ( REDUCE, RECYCLING, REUSE, RECOVERY ) RECYCLING, REUSE, RECOVERY REDUCE PENENTUAN DAERAH PELAYANAN FUNGSI DAN NILAI KAWASAN Kawasan perumahan teratur dan tidak teratur
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Dari hasil penetapan wilayah penanganan prioritas maka dapat di susun rencana pengembangan sanitasi untuk air limbah, persampahan dan drainase. Pengembangan sanitasi
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE
EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE Yohanes R. Maswari dan Sarwoko Mangkoedihardjo Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya ryan@enviro.its.ac.id ABSTRAK Tingkat pelayanan persampahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam yang berbentuk padat seringkali menjadi penyebab timbulnya masalah jika tidak dikelola dengan baik.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TEKNOLOGI TPA KABUPATEN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TPA KABUPATEN Wahyu Purwanta Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail: wahyu.purwanta@bppt.go.id
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab ini menjelaskan mengenai strategi sanitasi yang mencakup tidak hanya aspek teknis saja tetapi juga aspek non teknis (kelembagaan, pendanaan, komunikasi, partisipasi
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
TRATEGI BAB 4 TRATEGI PENGEMBANGAN trategi pengembangan sanitasi ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan abupaten untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga diharapkan
Lebih terperinciBAB III METODE PERECANAAN. 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. 3.2 Lokasi
BAB III METDE PEREANAAN 3.1 Umum TPA Randuagung terletak disebelah Utara Kabupaten Malang. Secara administratif berada di Desa Randuagung, Kecamatan Singosari. Secara geografis Kabupaten Malang terletak
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB 4 TRATEGI PENGEMBANGAN ANITAI trategi pengembangan sanitasi ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan abupaten untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga diharapkan terjadi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang sibuk dan berkembang cepat, dalam satu hari menghasilkan timbulan sampah sebesar
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.188, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Sampah. Rumah Tangga. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinci