ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA (PDHI) PEMBUKAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA (PDHI) PEMBUKAAN"

Transkripsi

1 Lampiran TAP. Nomor 06 / Kongres Ke-16 / PDHI / 2010 ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA (PDHI) PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hewan adalah makhluk karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada umat manusia agar disyukuri dan di dayagunakan untuk kemakmuran, kesejahteraan, peningkatan taraf hidup, pemenuhan kebutuhan pangan protein hewani dan ketenteraman bathin masyarakat bangsa dan negara. Bahwa profesi dokter hewan adalah profesi mulia yang mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan yang diwujudkan dalam bentuk penggalian dan pengamalan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran hewan untuk pembangunan kesehatan hewan, penyediaan produk asal hewan yang aman dan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal; perlindungan kesehatan hewan, manusia,masyarakat dan lingkungan serta menjaga keseimbangan dan kelestarian ekosistem, dengan memperhatikan pronsip-prinsip kesejahteraan hewan. Bahwa sesungguhnya profesi dokter hewan di Indonesia perlu berhimpun dengan tujuan untuk meningkatkan pengabdiannya dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Bahwa untuk mewujudkan cita-cita luhur di atas diperlukan persatuan dan kesatuan seluruh dokter hewan Indonesia yang terkoordinasi dan terorganisasi dalam suatu wadah perhimpunan. Maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dibentuklah Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia yang merupakan satu-satunya wadah dokter hewan di Indonesia dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai berikut : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) yang dimaksud dengan : a. Perhimpunan adalah organisasi yang terdiri dari anggota-anggota yang memiliki prinsipprinsip khusus yang sama dan bergabung untuk mencapai tujuan yang sama.

2 b. Pengurus Pusat adalah Pengurus Besar. c. Perhimpunan Dokter Hewan di daerah merupakan Cabang dari PDHI Pusat dan disebut PDHI Cabang yang dikukuhkan oleh Pengurus Besar melalui Surat Keputusan Pengesahan Cabang serta memiliki batasan-batasan wilayah kerja (teritorial). d. Organisasi Non Teritorial (ONT) adalah Organisasi di bawah naungan PDHI yang dibentuk berdasarkan keinginan sekelompok Dokter Hewan yang seminat/sekeahlian/sebidang kerja melalui suatu prosedur dan memperoleh pengesahan oleh Pengurus Besar PDHI. e. Dokter Hewan (Veterinarian) adalah orang yang telah Lulus Program Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan di Indonesia dari institusi Pendidikan Kedokteran Hewan yang telah terakreditasi ataupun institusi Pendidikan Kedokteran Hewan di Luar Negeri yang ijazahnya telah mendapatkan pengesahan dari Kementrian Pendidikan Nasional. f. Dokter hewan spesialis/ahli adalah dokter hewan yang kegiatan prakteknya berfokus pada minat spesifik (spesies atau disiplin ilmu veteriner tertentu) dan memiliki sertifikasi internasional dan atau nasional yang kepakaran spesialisnya disahkan oleh PB PDHI melalui Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan. g. Anggota Biasa adalah Dokter Hewan yang teregistrasi pada PDHI dan berkewajiban membayar iuran keanggotaan sebagaimana diatur dalam AD/ ART ini. h. Anggota Luar Biasa adalah Dokter Hewan Warga Negara Asing dan Sarjana non dokter hewan lulusan Universitas/Institut Dalam Negeri dan Luar Negeri yang mengajar di Fakultas Kedokteran Hewan atau bekerja di organisasi/lembaga/instansi yang relevan dengan Ilmu Kedokteran Hewan dan memenuhi persyaratan keanggotaan. i. Anggota Kehormatan adalah seseorang yang mempunyai jasa besar di bidang pengembangan profesi kedokteran hewan dan perhimpunan. j. Anggota Muda adalah Sarjana Kedokteran Hewan (SKH) yang mengambil Program Pendidikan Dokter Hewan (PPDH) di Fakultas Kedokteran Hewan di Indonesia dan dipersiapkan menjadi dokter hewan profesional. k. Izin Praktek adalah izin untuk menjalankan Praktek Kedokteran Hewan yang berbentuk rekomendasi kelayakan praktek dokter hewan dan diterbitkan oleh PDHI Cabang sedangkan izin tempat praktek dikeluarkan oleh Bupati/Wali Kota berdasarkan rekomendasi kelayakan tempat oleh PDHI Cabang. l. Praktek Kedokteran Hewan adalah fungsi veteriner berupa kegiatan berdasarkan kaidah, ilmu dan etik kedokteran hewan (medik veteriner) yang meliputi Konsultasi Veteriner dan Tindakan Kedokteran (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif) dengan menerapkan azas kesejahteraan hewan, yang meliputi : 1. Melakukan pemeriksaan dan diagnosa penyakit; uji pendukung serta upaya penyembuhan (therapi) baik secara medikamentosa maupun tindakan bedah; tindakan pencegahan dan pelayanan medis lainnya terhadap hewan. 2. Melakukan penyidikan dan penelitian secara laboratoris sebagai dasar dilaksanakannya tindakan penanggulangan penyakit hewan.

3 3. Melakukan pekerjaan di tempat yang memproduksi produk-produk untuk kesehatan hewan seperti sediaan dan bahan farmasi, bahan biologi dan feed-additive (tambahan dalam pakan hewan)serta alat dan mesin veteriner. 4. Melakukan pemeriksaan ante mortem dan post mortem terhadap hewan-hewan dan produk-produk hewan sebelum diedarkan sebagai bahan konsumsi manusia dan fungsi kesehatan masyarakat veteriner lainnya. 5. Mengajar dan mendidik dalam ilmu-ilmu kedokteran hewan pada fakultas kedokteran hewan atau sekolah-sekolah yang berafiliasi dalam ilmu-ilmu kehewanan dan peternakan. 6. Melakukan berbagai bentuk pelayanan kedokteran hewan, konsultasi dan nasehat kepada suatu instansi, dimana ia berkedudukan di instansi tersebut sebagai Dokter Hewan yang berstatus pegawai di instansi tersebut. 7. Pelayanan dibidang medik reproduksi antara lain diagnosa kebuntingan, diagnosa kemajiran, tindakan menolong kelahiran, inseminasi buatan, embryo transfer serta penanganan gangguan-gangguan penyakit reproduksi lainnya. 8. Melakukan tindakan penilaian (assesment) aspek kesejahteraan hewan di berbagai tempat yang memelihara, menggunakan dan mengurus hewan dan menerbitkan rekomendasi kesrawan secara berkala. m. Hewan adalah binatang yang hidup di darat, air dan sebagian di udara baik yang dipelihara maupun yang liar yang meliputi kelompok hewan pangan; hewan hobi, hewan kesayangan dan hewan untuk kepentingan khusus; hewan liar dan hewan konservasi; hewan aquatik dan hewan laboratorium. n. Instansi adalah lembaga pemerintah dan swasta yang mempekerjakan Dokter Hewan untuk Praktek Kedokteran Hewan sebagaimana pada butir l. o. Delegasi Kongres adalah utusan yang memperoleh mandat mengikuti Kongres dari PDHI cabang. BAB II NAMA, KEDUDUKAN, WAKTU PENDIRIAN, DAN PRINSIP Pasal 2 Perhimpunan ini bernama PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA, disingkat PDHI secara internasional disebut Indonesian Veterinary Medical Association (IVMA) dan untuk selanjutnya disebut Perhimpunan. Pasal 3 Perhimpunan berkedudukan di Ibu Kota Negara.

4 Pasal 4 Perhimpunan didirikan pada tanggal 9 Januari 1953 di Lembang, Bandung untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan selanjutnya kedudukan hukumnya harus memenuhi peraturan perundangan yang berlaku dan mendapatkan pengakuan dari berbagai badan hukum yang berkepentingan. Pasal 5 (1) Perhimpunan didirikan oleh anggota dan untuk anggota yang berdasarkan pada prinsip hukum (legal principles) dan prinsip budaya (cultural principles) yaitu tata hubungan antar manusia yang beradab. (2) Prinsip hukum (legal Principles) yang dianut adalah : a. Semua anggota berstatus sederajat (Ekual). b. Perhimpunan adalah milik anggotanya. c. Rapat Umum Anggota adalah forum tertinggi perhimpunan. d. Rapat Umum Anggota sebagaimana dimaksud dalam pasal ini adalah Kongres Perhimpunan. e. Kongres perhimpunan menentukan strategi, garis besar program kerja nasional, pertanggungjawaban kerja dan keuangan kepengurusan Pengurus Besar, serta mengangkat dan memberhentikan Ketua Umum PB PDHI dan kepengurusannya f. Bendahara Pengurus Besar wajib membuat Laporan Keuangan Tahunan untuk memenuhi persyaratan pertanggung jawaban keuangan sebuah organisasi masyarakat sesuai peraturan perundangan bidang keuangan yang berlaku. g. Selaku organisasi masyarakat sesuai peraturan perundangan yang berlaku harus memenuhi segala persyaratan yang ditetapkan guna mempertahankan status hukumnya baik tingkat pusat maupun cabang. (3) Prinsip Budaya (Cultural Principles). a. Profesional. b. Keilmuan. c. Kekeluargaan.

5 d. Kemasyarakatan. e. Bebas dan tidak terikat pada suatu Partai Politik atau Organisasi Politik. BAB III AZAS, DASAR DAN TUJUAN Pasal 6 Perhimpunan berazaskan Pancasila dan berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 7 Perhimpunan bertujuan membina kepentingan para anggota sesuai dengan perkembangan dan tuntutan profesi Kedokteran Hewan dalam rangka meningkatkan kualitas pengabdiannya kepada masyarakat, Bangsa dan Negara dengan motto, "Manusya Mriga Satwa Sewaka" (mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan). BAB IV KEGIATAN Pasal 8 (1) Perhimpunan melakukan kegiatan ke dalam dan ke luar. (2) Kegiatan ke dalam meliputi usaha untuk meningkatkan komitmen, harkat dan martabat (etika) keprofesian serta kepentingan dan kesejahteraan anggota. (3) Kegiatan ke luar meliputi : a. usaha untuk memposisikan peran, kedudukan, wewenang dan apresiasi masyarakat terhadap kekhususan profesi dokter hewan; b. usaha untuk memposisikan peran, kedudukan, wewenang dan apresiasi masyarakat terhadap kekhususan profesi dokter hewan; c. Mengembangkan kerjasama dan jejaring dengan berbagai organisasi dan lembaga yang terkait dengan profesi veteriner baik di dalam negeri maupun dari luar negeri.

6 BAB V KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 9 Untuk menjadi anggota perhimpunan, wajib memenuhi ketentuan untuk menjadi anggota sesuai kategori keanggotaannya dan selanjutnya memperoleh Kartu Tanda Anggota (KTA) sebagai identitas keanggotaan PDHI. (1) Hak-hak anggota terdiri dari : Pasal 10 a. Hak bicara dan hak suara b. Hak memilih dan dipilih c. Hak membela diri d. Hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga. (2) Kewajiban anggota adalah : a. Menjunjung tinggi berbagai nilai yang berlaku pada profesi Dokter Hewan sebagaimana di dalam Kode Etik dokter hewan. b. Menjaga nama baik dan kehormatan Korps dan profesi Dokter Hewan c. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Perhimpunan. BAB VI SUSUNAN DAN KELENGKAPAN ORGANISASI Pasal 11 Susunan Organisasi Perhimpunan terdiri dari: a. Pengurus Besar b. Pengurus Cabang Pasal 12 Kelengkapan organisasi terdiri dari : a. Majelis Kehormatan Perhimpunan. b. Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan

7 c. Organisasi Seminat/sekeahlian/sebidang kerja yang bersifat non teritorial. d. Berbagai bentuk unit kerja berstatus hukum maupun tidak berstatus hukum yang diadakan sesuai keperluan organisasi. Pasal 13 Struktur dan komposisi kepengurusan organisasi dan kelengkapan organsiasi perhimpunan sebagaimana pada pasal 11 dan 12 diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB VII RAPAT-RAPAT (1) Jenis-jenis rapat terdiri dari : Pasal 14 a. Kongres b. Kongres Luar Biasa c. Musyawarah Kerja Nasional d. Rapat Majelis Kehormatan Perhimpunan e. Rapat Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan f. Rapat Pengurus Besar g. Rapat Pengurus Cabang h. Rapat Anggota Cabang i. Rapat Pengurus ONT j. Rapat Anggota ONT (2) Tata cara dan agenda rapat-rapat sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini di atur dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB VIII ADMINISTRASI DAN KEUANGAN Pasal 15 Perhimpunan menganut manajemen administrasi secara desentralisasi kecuali Surat Keputusan Pengesahan Pengangkatan Kepengurusan, Surat Keputusan Kongres dan Surat Keputusan Musyawarah Kerja Nasional.

8 (1) Keuangan Perhimpunan diperoleh dari: Pasal 16 a. Uang Pendaftaran/Registrasi Awal dan Iuran Anggota b. Sumbangan yang tidak mengikat dan usaha lain yang sah. (2) Tahun Fiskal dari Perhimpunan adalah dari awal bulan Januari sampai akhir bulan Desember tahun yang sama. (3) Pengurus Besar dengan melalui suatu ketetapan menetapkan peraturan-peraturan mengenai hal-hal sebagai berikut : a. Penentuan Bank dimana akan dibuka Rekening Giro untuk keperluan perhimpunan b. Penentuan penyimpanan uang-uang perhimpunan. c. Penentuan pengeluaran uang untuk keperluan aktifitas perhimpunan. (4) Kongres dapat menunjuk seorang akuntan publik untuk melakukan audit keuangan perhimpunan. (5) Pembayaran imbal jasa terhadap akuntan publik sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal ini besarannya adalah berdasarkan standar tarif jasa yang berlaku dan wajar dan dibayarkan oleh Pengurus Besar Perhimpunan. BAB IX LOGO DAN ATRIBUT Pasal 17 (1) Logo PDHI berbentuk lingkaran warna ungu dengan warna dasar putih. Ditengah lingkaran terdapat gambar ular melilit tongkat tiga mahkota dengan kepala diatas mahkota menghadap ke kanan dan tongkat berdiri di antara dua kaki huruf V (V dari kata Veteriner) dan dibawahnya tercantum huruf-huruf PDHI.

9 (2) Ketentuan pemasangan logo PDHI diatur dalam ART Pasal 18 PDHI mempunyai atribut yang terdiri dari Bendera, Selempang kain berwarna kuning emas dan bergaris tengah berwarna ungu dengan Pending kuningan berlogo dan Panji-panji yang seluruhnya mencantumkan logo PDHI dan digunakan pada kegiatan-kegiatan sesuai yang diatur dalam ART. BAB X PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN Pasal 19 Anggaran Dasar Perhimpunan dapat diubah oleh dan dalam Kongres atas usulan pengurus besar dan atau pengurus cabang yang disetujui oleh 2/3 cabang. BAB XI KEWENANGAN KHUSUS Pasal 20 Pengurus Besar Perhimpunan secara darurat dapat melakukan dan mengambil Keputusankeputusan untuk dan atas nama perhimpunan yang belum diatur dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan yang kemudian dipertanggung jawabkan di dalam Kongres BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar ini diatur lebih lanjut di dalam Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan. BAB XIII PENGESAHAN DAN PERUBAHAN

10 ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN Pasal 22 (1) Perubahan Anggaran Dasar ini disahkan dalam Kongres Perhimpunan yang diadakan di Semarang tanggal Oktober 2010 yang selanjutnya disebut Anggaran Dasar PDHI. (2) Keputusan-keputusan Kongres dan atau Pengurus Besar PDHI terdahulu yang bertentangan dengan Anggaran Dasar dinyatakan tidak berlaku (3) Anggaran Dasar PDHI ini berlaku sejak ditetapkan Ditetapkan di Semarang Pada Tanggal 12 Oktober 2010 Ketua Kongres, Drh. Mulyadi Adam, MSc

11 Lampiran TAP. Nomor 07 / Kongres Ke-16 / PDHI / 2010 KODE ETIK DOKTER HEWAN INDONESIA MUKADIMAH Ilmu Kedokteran Hewan adalah keilmuan yang menunjang kesejahteraan manusia dan lingkungannya melalui suatu fungsi perlindungan dan pengamanan dari adanya ancamanancaman penyakit bersumber hewan serta kemampuan melakukan penjaminan keamanan pangan asal hewan yang dikonsumsi manusia. Selain itu ilmu kedokteran hewan juga untuk memastikan kesehatan hewan (assurance) serta kemampuan reproduksi hewan untuk peningkatan populasi dalam rangka mencapai kecukupan bahan pangan hewani. Ilmu kedokteran hewan termasuk dalam rumpun ilmu kesehatan dan medis dengan obyek hewan serta memenuhi ciri-ciri profesi medis. Ilmu Kedokteran Hewan yang melekat pada gelar profesi dokter hewan digunakan untuk fungsi pelayanan praktik kedokteran yang bukan merupakan pekerjaan yang boleh dilakukan oleh siapa saja, melainkan hanya boleh dilakukan oleh kelompok profesional kedokteran yang memiliki kompetensi yang memenuhi standar tertentu, diberi kewenangan oleh institusi yang berwenang di bidang itu dan bekerja sesuai dengan etik, standar dan profesionalisme yang ditetapkan oleh organisasi profesinya. Dalam pergaulan masyarakat yang berbudaya tinggi seperti diwariskan oleh para leluhur kita, berlaku standar-standar etika, yang berisi norma-norma yang mengatur dan memelihara hubungan antar manusia dengan lingkungannya demikian pula sebaliknya, Norma-norma / etika yang luhur dan berbudaya merupakan jati diri Bangsa Indonesia. Unsur-unsur untuk memperoleh penghormatan, penghargaan dan kepercayaan masyarakat itu terbentuk dari keunggulan dalam penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku Dokter Hewan, baik terhadap profesinya, pasien dan kliennya, teman sejawat maupun terhadap dirinya sendiri. Untuk memelihara penghormatan, penghargaan dan kepercayaan masyarakat terhadap profesi Dokter Hewan, maka Dokter Hewan harus berpegang pada standar-standar nilai luhur yang hidup didalam pergaulan masyarakat Indonesia dan ini bersumber dari dalam falsafah Pancasila sebagai landasan ideal dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan struktural dan juga kepada tata nilai etika dokter hewan (veteriner) universal. Kami Dokter Hewan Indonesia, dibawah naungan dan rahmat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, menyusun nilai-nilai luhur etika dokter hewan itu sebagai pijakan tatakrama dalam menjalankan tugas dan kewajiban kami, yang tersurat dan tersirat di dalam butir-butir sebagai berikut, yang untuk seterusnya kami namakan KODE ETIK DOKTER HEWAN INDONESIA

12 SUMPAH / JANJI DOKTER HEWAN Dengan diterimanya diri saya masuk profesi Dokter Hewan maka saya bersumpah / berjanji bahwa: 1. Akan mengabdikan diri saya, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki kepada perbaikan mutu, peringanan penderitaan serta perlindungan hewan demi kesejahteraan masyarakat. 2. Akan menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki berlandaskan perikemanusiaan dan kasih saying kepada hewan 3. Akan memberikan pertimbangan utama untuk kesembuhan, kesehatan dan kesejahteraan pasien saya, kepentingan tertinggi klien dengan mempertaruhkan kehormatan profesi dan diri saya. 4. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan yang berlawanan dengan hukum perikemanuasiaan atau menyimpang dari Kode Etik profesi saya. 5. Sumpah/janji ini saya ucapkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. BAB I KEWAJIBAN UMUM Pasal 1 Dokter Hewan merupakan Warga Negara yang baik yang memanifestasikan dirinya dalam cara berpikir, bertindak dan menampilkan diri dalam sikap dan budi pekerti luhur dan penuh sopan santun. Pasal 2 Dokter Hewan diharapkan menjujung tinggi Sumpah/Janji Kode Etik Dokter Hewan. Pasal 3 Dokter Hewan tidak akan menggunakan profesinya bertentangan dengan perikemanusiaan dan usaha pelestarian sumber daya alam. Pasal 4

13 Dokter Hewan tidak mencantumkan gelar yang tidak ada relevansinya dengan profesi yang dijalankannya. Pasal 5 Dokter Hewan wajib mematuhi perundangan dan peraturan yang berlaku. Pasal 6 Dokter Hewan wajib berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik therapi atau obat baru yang belum teruji kebenarannya. Pasal 7 Dokter Hewan wajib berhati-hati dalam menulis artikel atau hasil analisa yang dapat menimbulkan polemik maupun kekhawatiran publik tanpa didasari kajian ilmiah Pasal 8 Dokter Hewan menerima imbalan sesuai dengan jasa yang diberikan kecuali dengan keikhlasan, sepengetahuan dan kehendak klien sendiri. BAB II KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI Pasal 9 Dokter Hewan dalam menjalankan profesinya wajib mematuhi persyaratan umum dan khusus yang berlaku sehingga citra profesi dan korsa terpelihara karenanya Pasal 10 Dokter Hewan tidak mengajarkan ilmu kedokteran hewan yang bisa mendorong ilmu tersebut disalah gunakan. Pasal 11 Dokter Hewan yang melakukan praktek memasang papan nama sebagai informasi praktek yang tidak berlebihan. Pasal 12 Dokter Hewan yang tidak melakukan praktek hendaknya merujuk ke Dokter Hewan praktek apabila ada klien yang meminta jasa pelayanan medik. Pasal 13 Pemasangan iklan dalam media massa hanya dalam rangka pemberitahuan mulai buka, pindah atau penutupan prakteknya. Pasal 14

14 Dokter Hewan dianjurkan menulis artikel dalam media massa dan jurnal veteriner. Pasal 15 Dokter Hewan tidak membantu atau mendorong adanya praktek ilegal bahkan wajib melaporkan bilamana mengetahui adanya praktek ilegal itu. Pasal 16 Dokter Hewan wajib melaporkan kejadian penyakit menular kepada instansi yang berwenang. Pasal 17 Dokter Hewan ikut berpartisipasi aktif dalam mensosialisasikan Kesehatan Masyarakat Veteriner, kesejahteraan hewan dan pelestarian alam. BAB III KEWAJIBAN TERHADAP PASIEN Pasal 18 Dokter Hewan memperlakukan pasien dengan penuh perhatian dan kasih sayang sebagaimana arti tersebut bagi pemiliknya, dan menggunakan segala pengetahuannya, keterampilannya dan pengalamannya untuk kepentingan pasiennya. Pasal 19 Dokter Hewan siap menolong pasien dalam keadaan darurat dan atau memberikan jalan keluarnya apabila tidak mampu dengan merujuk ke sejawat lainnya yang mampu melakukannya. Pasal 20 Pasien yang selesai dikonsultasikan oleh seorang sejawat wajib dikembalikan kepada sejawat yang meminta konsultasi. Pasal 21 Dokter Hewan dengan persetujuan kliennya dapat melakukan Euthanasia (mercy sleeping), karena diyakininya tindakan itulah yang terbaik sebagai jalan keluar bagi pasien dan kliennya. Pasal 22 Dokter Hewan yang melakukan praktek pada suatu peternakan, mengutamakan kesehatan hewan dan pencegahan terhadap perluasan penyakit yang dapat berakibat kerugian ekonomi dan sosial. BAB IV

15 KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN Pasal 23 Dokter Hewan menghargai klien untuk memilih Dokter Hewan yang diminati. Pasal 24 Dokter Hewan menghargai klien untuk setuju / tidak setuju dengan prosedur dan tindakan medik yang hendak dilakukan Dokter Hewan setelah diberi penjelasan akan alasan-alasannya sesuai dengan ilmu Kedokteran Hewan. Pasal 25 Dokter Hewan tidak menanggapi keluhan (complain) versi klien mengenai sejawat lainnya. Pasal 26 Dokter Hewan melakukan client education dan memberikan penjelasan mengenai penyakit yang sedang diderita hewannya dan kemungkinan kemungkinan lainnya yang dapat terjadi. Dalam segala hal yang penting dan harus dilakukan demi kebaikan pasien dengan segala resikonya maka dokter hewan menyampaikan secara transparan termasuk segala resiko yang terburuk sekalipun. Pasal 27 Dokter Hewan yang melakukan praktek, tehnical service, tehnical sales dan konsultan veteriner tidak memaksakan kehendak dalam pemakaian obat, vaksin maupun imbuhan pakan tanpa argumentasi ilmiah. BAB V KEWAJIBAN TERHADAP SEJAWAT DOKTER HEWAN Pasal 28 Dokter Hewan memperlakukan sejawat lainnya seperti dia ingin diperlakukan seperti dirinya sendiri. Pasal 29 Dokter Hewan tidak akan mencemarkan nama baik sejawat Dokter Hewan lainnya Pasal 30 Dokter Hewan wajib menjawab konsultasi yang diminta sejawatnya menurut pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan etikal serta telah terbukti menyelesaikan masalah yang sama dengan baik dan benar.

16 Pasal 31 Dokter Hewan memberikan pengalamannya yang bermanfaat dalam pertemuan sejawat. Pasal 32 Dokter Hewan tidak melakukan pendekatan-pendekatan/menghasut klien dengan maksud untuk menyarankan berpindah ke sejawat lainnya. Pasal 33 Dokter hewan yang akan membuka pelayanan kesehatan hewan/medik veteriner dan melakukan praktek di suatu tempat dalam wilayah tertentu, harus membuat pemberitahuan kepada sejawat Dokter hewan yang lebih dahulu berpraktek di lingkungan yang sama atau berdekatan. BAB VI KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI Pasal 34 Dokter Hewan wajib memelihara bahkan meningkatkan kondisi dirinya sehingga selalu berpenampilan prima dalam menjalankan profesinya. Pasal 35 Dokter Hewan tidak mengiklankan kelebihan dirinya secara berlebihan. Pasal 36 Dokter Hewan wajib selalu mempertajam pengetahuan, keterampilan dan meningkatkan perilakunya dengan cara mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Kedokteran Hewan terkini. BAB VII PENUTUP Pasal 37 Dokter Hewan harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghayati, mematuhi dan mengamalkan Kode Etik Dokter Hewan Indonesia dalam pekerjaan profesinya sehari-hari, demi martabat profesi dan kepercayaan masyarakat kepada pengabdian dokter hewan bagi masyarakat, bangsa dan negara melalui dunia hewan (Manusya Mriga Satwa Sewaka). Kode Etik Dokter Hewan Indonesia, merupakan perjanjian yang mengikat setiap Dokter Hewan untuk mematuhi norma-norma dan nilai-nilai yang baik dan buruk, salah dan benar yang

17 disepakati nasional dan berlaku bagi korps profesi dokter hewan di Indonesia,harus dihayati dan diimplementasikan secara bertanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan profesinya. Kode Etik dan nilai-nilai etika yang bersifat spesifik medik veteriner dan melekat pada tindakan teknis medis oleh dokter hewan sesuai dengan kespesialisasian spesies maupun disiplin ilmu kedokteran hewan perlu disusun tersendiri. Oleh karena itu, setiap Dokter Hewan harus menjaga citra profesi dan nama baik dokter hewan sebagai profesi yang mulia dengan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan UU,Kode Etik dan Sumpah profesi.. Ditetapkan di Semarang Pada tanggal 12 Oktober 2010

18 PENJELASAN KODE ETIK DOKTER HEWAN INDONESIA BAB I KEWAJIBAN UMUM Pasal 1 Dokter Hewan merupakan Warga Negara yang baik yang memanifestasikan dirinya dalam cara berpikir, bertindak dan menampilkan diri dalam sikap dan budi pekerti luhur dan penuh sopan santun. [Dokter Hewan tidak dimaksudkan menjadi masyarakat eksklusif, tetapi tampil sebagai bagian dari masyarakat profesi yang sepatutnya terpercaya, intelektual dapat diandalkan, tidak mudah berkonflik dan dapat menjadi suri tauladan dalam banyak aspek bagi lingkungannya dalam hal cara berpikir, cara bertindak dan memiliki integritas budi pekerti luhur dan penuh sopan santun] Pasal 2 Dokter Hewan diharapkan menjujung tinggi Sumpah/Janji Kode Etik Dokter Hewan. [Dokter Hewan diamanatkan dalam UU no.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk memegang teguh Sumpah/Janji dan Kode Etik Dokter Hewan, menghayatinya dan mengimplementasikannya dalam pelayanannya sebagai dokter hewan kepada masyarakat, kepada bangsa dan negara serta dalam memperlakukan hewan sebagai obyek profesinya]. Pasal 3 Dokter Hewan tidak akan menggunakan profesinya bertentangan dengan perikemanusiaan dan usaha pelestarian sumber daya alam. [Sebagai Dokter Hewan dengan kewenangan khusus profesi medis wajib bersifat luhur yaitu mengutamakan kemanusian di atas kepentingan pribadi serta berhati-hati dalam tindakan dan keputusannya yang berdasarkan pertimbangan ilmiah medis veteriner untuk resiko-resiko yang bahkan dapat memusnahkan sumberdaya alam hewani kita yang justru menjadi kekayaan bangsa] Pasal 4 Dokter Hewan tidak mencantumkan gelar yang tidak ada relevansinya dengan profesi yang dijalankannya. [Bilamana seorang dokter hewan sedang berada dalam posisi kemasyarakatan dan pekerjaan yang tidak ada kaitan dan kepentingannya dengan keputusan-keputusan bidang veteriner maupun tindakan medis veteriner maka ia bertindak sebagai seorang anggota

19 masyarakat/warga negara biasa tanpa perlu mencantumkan gelar profesinya sehingga tidak mengikatkan citra dirinya kepada korps dokter hewan]. Pasal 5 Dokter Hewan wajib mematuhi perundangan dan peraturan yang berlaku. [Seorang dokter hewan sarat dengan berbagai rambu-rambu etika dan hukum yang terkandung di dalam hukum positif seperti UU, PP dan lain-lain, sehingga dalam segala tindakannya yang terkait pelayanan profesi bidang kesehatan hewan/veteriner wajib mengacu kepada ketentuanketentuan hukum yang mengatur profesi dan keilmiahan di bidang kerjanya sehingga dapat dipertanggung jawabkan kepada bangsa dan negara sedangkan sebagai warga negara hendaknya mematuhi berbagai aturan hukum yang berlaku agar tidak merusak citra korps profesi dokter hewan]. Pasal 6 Dokter Hewan wajib berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik therapi atau obat baru yang belum teruji kebenarannya. [Seorang Dokter Hewan dalam melakukan pelayanan jasa medik veterinernya tidak bereksperimen terhadap pasien dengan memberikan terapi/obat-obatan yang belum mendapatkan kepastian hukum atau belum melalui proses pengujian ilmiah yang dipertanggung jawabkan sesuai aturan hukum yang berlaku baik nasional maupun internasional. Dalam hal ini adalah tindakan/obat yang beresiko menimbulkan kecacatan/keburukan bahkan kematian pada pasien sehingga merugikan pemiliknya. Sedangkan dalam bidang penelitian maka hasil penelitiannya dipublikasikan sesuai prosedur dan ketentuan hukum yang mengatur temuantemuan ilmiah yang dapat dimasyarakatkan secara legal dan terakreditasi ]. Pasal 7 Dokter Hewan wajib berhati-hati dalam menulis artikel atau hasil analisa yang dapat menimbulkan polemik maupun kekhawatiran publik tanpa didasari kajian ilmiah [Dalam menyatakan pendapat ilmiah bidang veteriner maupun yang terkait dan menyangkut kepentingan umum dalam aspek sosial,budaya dan kesejahteraan masyarakat,,seorang dokter hewan wajib berhati-hati dan mempertimbangkan dampak sosial-politik keresahan dan kekhawatiran masyarakat yang menimbulkan keributan. Pendapat ilmiah dengan dasar kajian ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya tetap dikemukakan namun dalam forum-forum yang ilmiah dengan para ilmuwan yang kompeten dan bila perlu ditindak-lanjuti oleh langkah teknis pemerintah maka disampaikan secara prosedural kepada pengambil keputusan yang menangani bidang terkait ].

20 Pasal 8 Dokter Hewan menerima imbalan sesuai dengan jasa yang diberikan kecuali dengan keikhlasan, sepengetahuan dan kehendak klien sendiri. [Dokter Hewan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku pada UU no.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang ditindak lanjuti dengan adanya Permentan no.2 /permentan/ot.140/1/2010 Bab I.D.butir 13 dijamin bahwa dalam tindakan pelayanan jasa kesehatan hewan/medik veteriner bersifat transaksi terapetik memenuhi ketentuan sebagai berikut : Transaksi Terapetik adalah pelayanan jasa medik veteriner yang melibatkan unsur dokter hewan, klien (pengguna jasa) dan pasien (hewan mati/hewan hidup) yang diikuti dengan IMBALAN atas kompetensi medik veteriner yang diberikannya, fasilitasnya,dan/atau tempat praktik yang digunakan. Dalam hal ini dapat dilakukan perhitungan biaya modal pelayanan untuk berbagai fasilitas serta biaya konsultasinya yang memenuhi azas kewajaran dan kepatutan.dalam hal ini tidak memanfaatkan kepercayaan pengguna jasa untuk membayar halhal yang tidak diperlukan dalam terjadinya transaksi terapetik sehingga bahkan menimbulkan biaya tinggi yang merusak citra profesi/merupakan malpraktek]. BAB II KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI Pasal 9 Dokter Hewan dalam menjalankan profesinya wajib mematuhi persyaratan umum dan khusus yang berlaku sehingga citra profesi dan korsa terpelihara karenanya [Dalam rangka penampilan Dokter Hewan sebagai Warga Negara yang baik,dalam menjalankan profesinya sebagai Dokter Hewan wajib mematuhi perundangan/peraturan umum yang berlaku, seperti :Undang Undang Wajib Pajak, Undang Undang Gangguan, Undang - Undang Dampak Lingkungan, dan lain lain, di samping adanya ketentuan ketentuan hukum (UU,PP maupun peraturan daerah khusus yang berlaku bagi Dokter Hewan, seperti : perijinan keprofesian oleh PDHI maupun pemda, ketentuan magang dan kewajiban meningkatkan pengetahuan profesi sesuai perkembangan jaman, pendalaman pemahaman Kode Etik, dan lain-lain]. Pasal 10 Dokter Hewan tidak mengajarkan ilmu kedokteran hewan yang bisa mendorong ilmu tersebut disalah gunakan. (Profesi kedokteran hewan/veteriner merupakan profesi tertutup yaitu dalam mengamalkan ilmunya harus dengan mematuhi rambu-rambu profesi medis serta bersertifikat kompetensi. Ilmu-ilmu inti kedokteran hewan adalah terdiri dari ilmu-ilmu klinik, ilmu-ilmu pathologi,ilmuilmu medik reproduksi dan ilmu-ilmu farmakologi veteriner yang seluruhnya tidak boleh secara sembarangan diajarkan kepada orang-orang awam yang tidak akan pernah memiliki

21 kewenangan medik veteriner, kecuali bersekolah dan memperoleh gelar dokter hewan sehingga mengajarkan pada yang tidak berhak akan mendorong praktek ilegal/penyalah gunaan]. Pasal 11 Dokter Hewan yang melakukan praktek memasang papan nama sebagai informasi praktek yang tidak berlebihan. [Dokter Hewan membuat papan nama hanya dalam rangka memudahkan khalayak mengetahui lokasi, hari/jam praktek dan tempatnya. Papan nama bukanlah media promosi sehingga tidak boleh menghiasinya dengan lampu lampu warna warni, huruf bercorak macam macam untuk menarik perhatian yang berlebihan dan informasinya tidak mengunggulkan diri. Papan nama praktek berukuran yang sesuai dengan kesepakatan nasional PDHI yang terstandard, cat dasar putih, dengan tulisan huruf hitam, ukuran dan bentuk hurufnya standar, mudah dibaca, tertulis nama dokter hewan, hari dan jam praktek, alamat dan nomor ijin praktek]. Pasal 12 Dokter Hewan yang tidak melakukan praktek hendaknya merujuk ke Dokter Hewan praktek apabila ada klien yang meminta jasa pelayanan medik. (sesuai sumpah dan janji serta kode etik dokter hewan dalam komitmennya kepada hewan sebagai obyek utama profesinya maka dalam keadaan adanya hewan yang memerlukan pertolongan tenaga medik veteriner sedangkan dokter hewan yang dimintai pertolongan bukanlah yang kompeten dalam bidang prakrisi tersebut maka dokter hewan bersangkutan WAJIB mencarikan pertolongan pertama dan segera merujukkannya kepada sejawatnya yang kompeten) Pasal 13 Pemasangan iklan dalam media massa hanya dalam rangka pemberitahuan mulai buka, pindah atau penutupan prakteknya. (Pemasangan iklan Dokter Hewan dalam media masa yang diperkenankan adalah yang merupakan pemberitahuan kepada khalayak mengenai dibukanya tempat praktek Dokter Hewan, penutupan baik sementara maupun seterusnya atau pun karena pindah tempat / alamat praktek. Iklan yang memamerkan kelebihan dalam fasilitas / peralatan praktek dilarang. Ukuran iklan adalah sesuai azas kewajaran dan cukup jelas agar memudahkan mereka bila memerlukan pelayanan dokter hewan). Pasal 14 Dokter Hewan dianjurkan menulis artikel dalam media massa dan jurnal veteriner. [Dalam masyarakat yang maju penulisan ilmiah berdasarkan penelitian-penelitian dan kajiankajian ilmiah untuk dimuat dalam jurnal-jurnal ilmiah harus merupakan kebiasaan dan menuntut

22 kerajinan karena akan dapat menjadi rujukan. Selain itu mengingat masyarakat awam yang sangat kurang dalam pemahaman tentang peran profesi veteriner, maka Dokter Hewan berkewajiban memberikan informasi dan penyuluhan/pencerahan dibidang yang dikuasainya dengan tujuan meningkatkan pengetahuan umum dan persepsi masyarakat sehingga perhatian terhadap pentingnya kesejahteraan hewan dan manfaatnya bagi masyarakat dan pemiliknya meningkat]. Pasal 15 Dokter Hewan tidak membantu atau mendorong adanya praktek ilegal bahkan wajib melaporkan bilamana mengetahui adanya praktek ilegal itu. (Dokter Hewan tidak diperkenankan menuliskan resep vaksin/obat-obatan bahan-bahan yang jelas hanya merupakan kewenangan medik Dokter Hewan bagi orang yang tidak berkompeten menggunakannya, apalagi jauh diluar pengawasannya. Dokter Hewan juga tidak diperbolehkan menyuruh bukan Dokter Hewan untuk menggantikan prakteknya yang kemungkinan orang tersebut melakukan tindakan tindakan yang karena bukan merupakan kompetensinya akan menimbulkan kecacatan, penganiayaan bagi hewan bahkan kematian yang tidak perlu terjadi sehingga merugikan pemiliknya baik perorangan, institusi maupun pemerintah yang memiliki hewan-hewan organik. Pada intinya seseorang yang bukan Dokter Hewan tidak diperbolehkan menggantikan praktek Dokter Hewan). Pasal 16 Dokter Hewan wajib melaporkan kejadian penyakit menular kepada instansi yang berwenang. (Sebagai tanggung jawab profesi dalam melindungi sumberdaya alam hewani yang merupakan kekayaan bangsa dan pada penyakit menular yang bersifat zoonotik maka seorang dokter hewan yang dalam pekerjaannya sehari-hari menemukan adanya penyakit-penyakit yang membahayakan harus melaporkannya kepada pemerintah daerah setempat melalui dokter hewan berwenang di daerah yang bersangkutan) Pasal 17 Dokter Hewan ikut berpartisipasi aktif dalam mensosialisasikan Kesehatan Masyarakat Veteriner, kesejahteraan hewan dan pelestarian alam. (Sudah menjadi hal yang lazim bahwa hewan-hewan di Indonesia hidup berdampingan atau berada di antara kehidupan masyarakat luas baik sebagai hewan ternak, hewan kesayangan, hewan kebun binatang baik yang sengaja dipelihara ataupun sebagai hewan liar/jalanan yang dapat menjadi sumber penularan penyakit penyakit zoonosis kepada manusia. Selain itu, manusia juga mengkonsumsi pangan asal hewan seperti daging, susu dan telur serta produk turunannya yang harus dipastikan aman untuk dikonsumsi manusia. Hal-hal ini merupakan pengetahuan kesmavet yang perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar memahami sejauh

23 mana tanggung jawab dokter hewan serta dapat menjadi tempat bertanya bagi masyarakat luas. Dalam hal memperlakukan hewan,dokter hewan harus menguasai ilmu kesejahteraan hewan sebagai etika veteriner normatif dan mendidik berbagai pihak yang memanfaatkan hewan untuk mengimplementasikan kesrawan Kesrawan sendiri sudah menjadi ukuran dan norma internasional yang disepakati yang sudah mendapatkan dukungan organisasiorganisasi internasional dan negara-negara,karena juga bertujuan agar manusia tidak seenaknya mengeksploitasi hewan untuk keuntungan pribadi/kelompok yang dapat mengakibatkan kepunahan hewan di bumi. Sudah barang tentu kepunahan spesies-spesies ini akan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem hewan, manusia dan tumbuhan) BAB III KEWAJIBAN TERHADAP PASIEN Pasal 18 Dokter Hewan memperlakukan pasien dengan penuh perhatian dan kasih sayang sebagaimana arti tersebut bagi pemiliknya, dan menggunakan segala pengetahuannya, keterampilannya dan pengalamannya untuk kepentingan pasiennya. (Hewan dimiliki manusia atas dasar beberapa kepentingan yaitu karena memberikan keuntungan finansial,memberikan kenyamanan bathin/sebagai teman/kesayangan dan hobby, sebagai milik negara untuk pelacakan narkotika, menemukan jenazah dalam reruntuhan gempa, anti huru-hara dan lain-lain, dimiliki karena harus dilestarikan berdasarkan perjanjian dunia (konservasi satwa liar), sebagai hiburan dan digunakan untuk penelitian ilmiah untuk kesejahteraan manusia. Dalam menangani berbagai kelompok hewan ini, hewan sebagai obyek profesi ataupun pasien ditangani secara profesional dengan keahlian keilmuan dokter hewan tertentu, namun dokter hewan tetap harus menjadi pembela kepentingan hewan dan tidak boleh mengabaikan kesejahteraan hewan yang baik selama berada di tangan dokter hewan maupun dalam pengelolaan manusia yang membayar jasa dokter hewan. Bagi hewan yang memiliki nilai istimewa bagi pemiliknya harus diberikan apresiasi yang sama oleh dokter hewan sebagaimana pemilik namun dengan menempatkan nilai kesejahteraan hewan sebagai dasar pertimbangan profesional terhadap hewan) Pasal 19 Dokter Hewan siap menolong pasien dalam keadaan darurat dan atau memberikan jalan keluarnya apabila tidak mampu dengan merujuk ke sejawat lainnya yang mampu melakukannya. (sesuai sumpah dan janji serta kode etik dokter hewan dalam komitmennya kepada hewan sebagai obyek utama profesinya maka dalam keadaan adanya hewan yang memerlukan pertolongan tenaga medik veteriner sedangkan dokter hewan yang dimintai pertolongan bukanlah yang kompeten dalam bidang prakrisi tersebut maka dokter hewan bersangkutan

24 WAJIB mencarikan pertolongan pertama dan segera merujukkannya kepada sejawatnya yang kompeten) Pasal 20 Pasien yang selesai dikonsultasikan oleh seorang sejawat wajib dikembalikan kepada sejawat yang meminta konsultasi. (sebagai dokter yang memiliki profesi luhur,terikat kepada sumpah, kode etik dan acuan dasar profesi, dalam rangka memberikan pelayanan jasa medik veriner akan bersikap menjaga moral profesi dan hubungan kesejawatan sehingga dalam menerima kasus yang dikonsultasikan tidak bersikap membujuk untuk mengambil alih dengan itikad memperoleh keuntungan finansial. Sebagai sejawat harus menjaga citra dan kelemahan sejawatnya serta saling mendukung secara etikal melalui konsultasi yang tidak dibahas di depan pemilik hewan yang awam guna menjaga martabat profesi dan sejawatnya) Pasal 21 Dokter Hewan dengan persetujuan kliennya dapat melakukan Euthanasia (mercy sleeping), karena diyakininya tindakan itulah yang terbaik sebagai jalan keluar bagi pasien dan kliennya. (Bagi seorang dokter hewan yang menghadapi kondisi dimana seekor hewan yang ada pemiliknya berada dalam kondisi-kondisi tertentu sehingga memerlukan beberapa solusi termasuk dieuthanasi, maka harus ada pertimbangan-pertimbangan yang memenuhi azasazas keluhuran profesi, etika veteriner dan kesejahteraan hewan. Dokter hewan tidak melakukan euthanasia hanya semata-mata karena pemiliknya tidak menghendaki direpotkan/terbebani oleh hewan miliknya dimana hewan tersebut dalam keadaa sehat, normal dan tidak merupakan gangguan. Lebih jauh dan bila dimungkinkan, dokter hewan harus mencarikan penampung dari hewan yang tidak layak euthanasia). Pasal 22 Dokter Hewan yang melakukan praktek pada suatu peternakan, mengutamakan kesehatan hewan dan pencegahan terhadap perluasan penyakit yang dapat berakibat kerugian ekonomi dan sosial. ( dokter hewan yang bekerja pada tempat dengan populasi hewan yang relatif tinggi sehingga dapat mengancam kesehatan manusia di sekitarnya maupun kesehatan lingkungan harus meningkatkan kompetensinya dalam manajemen kesehatan hewan yang tersistem serta kompeten dalam menggunakan pengetahuan epidemiologi yang memadai untuk secara bertanggung jawab mencegah perluasan penyakit guna menghindari kerugian ekonomi dan sosial yang besar) BAB IV KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN Pasal 23

25 Dokter Hewan menghargai klien untuk memilih Dokter Hewan yang diminati. (Dokter hewan tidak mengekspresikan rasa tidak senang terhadap klien yang seringkali memilih-milih dan berpindah-pindah dokter sekalipun mungkin dengan itikad yang kurang baik. Dokter hewan harus bersikap menjaga hubungan kesejawatan yang etikal dengan tidak terpancing mengeluarkan komentar-komentar negatif terhadap sejawatnya) Pasal 24 Dokter Hewan menghargai klien untuk setuju / tidak setuju dengan prosedur dan tindakan medik yang hendak dilakukan Dokter Hewan setelah diberi penjelasan akan alasan-alasannya sesuai dengan ilmu Kedokteran Hewan. (Dokter hewan harus berupaya secara profesional meyakinkan pemilik hewan untuk memahami dasar-dasar ilmiah tindakan dokter hewan untuk suatu tindakan medis dengan bahasa sederhana dan tujuan yang mulia sesuai etika dan sumpah profesi dan dengan mempertimbangkan kemampuan finansial pemilik hewan. Namun dokter hewan juga tidak mengekspresikan kekecewaannya bila segala upaya tidak dapat diterima klien karena merupakan hak pemilik hewan.hal ini juga untuk menghindari konflik yang tidak diharapkan) Pasal 25 Dokter Hewan tidak menanggapi keluhan (complain) versi klien mengenai sejawat lainnya. (Dalam keadaan adanya klien /pengguna jasa yang senang mengadu domba sesama dokter hewan dengan alasan apapun ataupun menggunakan kata-kata medis dari dokter hewan lain untuk memojokkan dokter hewan lain yang mungkin layanannya dirasakan tidak memuaskan sebagaimana diharapkan, maka dokter hewan yang mendengar kata-kata klien yang kurang menyenangkan tentang sejawatnya tidak terpancing untuk berkomentar negatif tentang sejawat lainnya). Bilamana terbukti adanya kata-kata saling memburukkan sejawat yang berarti terjadi pelanggaran kode etik profesi maka dapat diadakan pelurusan masalah melalui Majelis kehormatan PDHI) Pasal 26 Dokter Hewan melakukan client education dan memberikan penjelasan mengenai penyakit yang sedang diderita hewannya dan kemungkinan kemungkinan lainnya yang dapat terjadi. Dalam segala hal yang penting dan harus dilakukan demi kebaikan pasien dengan segala resikonya maka dokter hewan menyampaikan secara transparan termasuk segala resiko yang terburuk sekalipun. (Dalam melakukan pelayanan kesehatan hewan/pelayanan jasa medik veteriner, dokter hewan harus membekali diri selain dengan kompetensi veterinernya, juga dengan kemampuan dialog yang profesional yang berisi berbagai nasehat, informasi, tips dengan kemampuan memberikan

26 penjelasan secara sederhana tentang yang terjadi pada hewan pasien dan tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan termasuk resiko-resiko / faktor kegagalannya). Pasal 27 Dokter Hewan yang melakukan praktek, tehnical service, tehnical sales dan konsultan veteriner tidak memaksakan kehendak dalam pemakaian obat, vaksin maupun imbuhan pakan tanpa argumentasi ilmiah. (Semua dokter hewan yang melakukan pekerjaan baik praktisi, sebagai tenaga teknis bidang obat hewan maupun produk alat dan mesin kesehatan hewan apapun tanggung jawabnya di perusahaan dimana ia bekerja, maupun konsultan tetap disyaratkan profesional dan kompeten, serta terikat kepada ciri-ciri profesi sebagai dokter yaitu bekerja dengan berlandaskan etik profesi, pekerjaannya berijin (baik ijin profesi dan ijin pemda), selalu meningkatkan pengetahuan dengan yang terkini dan menjadi anggota dari organisasi profesi kedokteran hewan) dan mengutamakan kemanusiaan di atas mengejar keuntungan finansial). BAB V KEWAJIBAN TERHADAP SEJAWAT DOKTER HEWAN Pasal 28 Dokter Hewan memperlakukan sejawat lainnya seperti dia ingin diperlakukan seperti dirinya sendiri. (Bila mengingat kepada Sumpah Bapak Kedokteran di Dunia Hippokrates yang menjadi landasan etika medis di dunia, tercantum tentang hal ini yaitu sikap menganggap saudara kandung dan saling menghargai secara bermartabat sehingga tidak hitung-hitungan untung rugi tetapi sikap saling mendukung dan tidak saling menjatuhkan) Pasal 29 Dokter Hewan tidak akan mencemarkan nama baik sejawat Dokter Hewan lainnya (hal ini telah ditetapkan dalam Acuan Dasar Profesi). Pasal 30 Dokter Hewan wajib menjawab konsultasi yang diminta sejawatnya menurut pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan etikal serta telah terbukti menyelesaikan masalah yang sama dengan baik dan benar.

27 (Dalam hal ini hubungan kesejawatan dokter hewan senior dan yunior (kesenioran dari segi pengalaman/bukan usia) harus bersifat membimbing dan mendukung serta tidak membiarkan sejawatnya yang kebingungan dalam situasi-situasi dimana menghadapi hal yang di luar kemampuannya dalam melakukan layanan medis veteriner) Pasal 31 Dokter Hewan memberikan pengalamannya yang bermanfaat dalam pertemuan sejawat. (Sebagai dokter hewan bila telah kaya pengalaman yang dipandang penting dan bermanfaat untuk dibagi(share) kepada sejawat lainnya maka dapat menawarkannya untuk diberikan dalam pertemuan dokter hewan atau bila diminta wajib berbagi pengalaman demi peningkatan citra korps profesi dokter hewan yang tangguh). Pasal 32 Dokter Hewan tidak melakukan pendekatan-pendekatan/menghasut klien dengan maksud untuk menyarankan berpindah ke sejawat lainnya. (sebagai seorang dokter hewan yang terikat kepada rambu kode etik,sumpah dan etika profesi dalam hubungan kesejawatan serta menghayati posisi profesinya sebagai profesi luhur, tidak akan merusak hubungan etikal kesejawatannya hanya karena alasan-alasan tidak terhormat ataupun karena mengejar keuntungan finansial dengan mengorbankan hubungan sejawat. Citra dokter hewan yang mengembangkan konflik akan merusak citra korps veteriner secara umum). Pasal 33 Dokter hewan yang akan membuka pelayanan kesehatan hewan/medik veteriner dan melakukan praktek di suatu tempat dalam wilayah tertentu, harus membuat pemberitahuan kepada sejawat Dokter hewan yang lebih dahulu berpraktek di lingkungan yang sama atau berdekatan. (Dalam rangka seorang dokter hewan membuka layanan veteriner di wilayah yang berdekatan perlu menyampaikan pemberitahuan kepada sejawatnya dalam rangka hubungan kesejawatan yang memenuhi norma-norma sopan santun,kepatutan dan etika profesi). BAB VI KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI Pasal 34 Dokter Hewan wajib memelihara bahkan meningkatkan kondisi dirinya sehingga selalu berpenampilan prima dalam menjalankan profesinya. (Penampilan dokter hewan yang melakukan layanan kepada masyarakat harus sejalan dan tidak kontradiktif dengan citra profesi kedokteran yang intelektual, kompeten,berkomitmen tinggi,beretika dan membangkitkan kepercayaan dari pengguna jasanya yang dilengkapi dengan perilaku menunjukkan kepedulian kepada hewan selaku obyek profesinya).

28 Pasal 35 Dokter Hewan tidak mengiklankan kelebihan dirinya secara berlebihan. (Sikap keangkuhan atau mengunggulkan diri merupakan sikap tidak terpuji sehingga citra dokter hewan sebagai kelompok orang berkeahlian khusus di bidang kedokteran yang akan melakukan pelayanan kepada masyarakat tidak boleh bersifat menjanjikan kemampuan berlebihan karena kesembuhan pada mahluk hidup tidak dapat dijamin oleh manusia) Pasal 36 Dokter Hewan wajib selalu mempertajam pengetahuan, keterampilan dan meningkatkan perilakunya dengan cara mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Kedokteran Hewan terkini. (Dokter Hewan sebagai bagian bagian dari rumpun ilmu kedokteran harus memenuhi syarat ciri-ciri profesi yang antara lain adanya kewajiban belajar sepanjang hayat. Dalam UU no.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan juga diamanatkan bahwa kompetensi adalah termasuk meningkatkan kemampuan dalam teknologi yang terkini. Peningkatan kompetensi dan pengetahuan bagi setiap Dokter Hewan adalah dengan mengikuti pendidikan berkelanjutan (contunuing education) seperti pelatihan, seminar, simposium, lokakarya, konferensi dan diskusi-diskusi ilmiah. Kegiatan pendidikan berkelanjutan(ce) yang diikuti adalah yang terakreditasi oleh organisasi profesi kedokteran hewan (PDHI) dan institusi institusi ilmiah yang berwenang sesuai amanat UU yang berlaku) BAB VII PENUTUP Pasal 37 Dokter Hewan harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghayati, mematuhi dan mengamalkan Kode Etik Dokter Hewan Indonesia dalam pekerjaan profesinya sehari-hari, demi martabat profesi dan kepercayaan masyarakat kepada pengabdian dokter hewan bagi masyarakat, bangsa dan negara melalui dunia hewan (Manusya Mriga Satwa Sewaka). Kode Etik Dokter Hewan Indonesia, merupakan perjanjian yang mengikat setiap Dokter Hewan untuk mematuhi norma-norma dan nilai-nilai yang baik dan buruk, salah dan benar yang disepakati nasional dan berlaku bagi korps profesi dokter hewan di Indonesia,harus dihayati dan diimplementasikan secara bertanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan profesinya. Kode Etik dan nilai-nilai etika yang bersifat spesifik medik veteriner dan melekat pada tindakan teknis medis oleh dokter hewan sesuai dengan kespesialisasian spesies maupun disiplin ilmu kedokteran hewan perlu disusun tersendiri. Oleh karena itu, setiap Dokter Hewan harus menjaga citra profesi dan nama baik dokter hewan sebagai profesi yang mulia dengan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan UU,Kode Etik dan Sumpah profesi. Ditetapkan di Semarang

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA (PDHI) PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA (PDHI) PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA (PDHI) PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hewan adalah makhluk karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada umat manusia agar disyukuri dan di dayagunakan

Lebih terperinci

ETIKA DAN KEPROFESIAN VETERINER. oleh : Drh.Wiwiek Bagja PB- Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

ETIKA DAN KEPROFESIAN VETERINER. oleh : Drh.Wiwiek Bagja PB- Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia ETIKA DAN KEPROFESIAN VETERINER oleh : Drh.Wiwiek Bagja PB- Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia INTERAKSI ANTARA HEWAN DAN MANUSIA Sudah berabad-abad diketahui dan dipahami oleh manusia bagaimana hewan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI DOKTER HEWAN PRAKTISI HEWAN KECIL INDONESIA (ADHPHKI) INDONESIAN SMALL ANIMAL PRACTITIONER VETERINARY ASSOCIATION (ISAPVA) P E M B U K A A N / M U K A D I M A H Bahwa atas

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) 2015 ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA ( AD/ART ) PERSATUAN AHLI GIZI

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA MUKADIMAH Bahwa para Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang dianugerahi bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian di bidang

Lebih terperinci

MUKADIMAH PERHIMPUNAN AHLI BEDAH ONKOLOGI INDONESIA ( PERABOI ) Bahwa sesungguhnya penyakit tumor/kanker adalah suatu penyakit yang dapat disembuhkan.

MUKADIMAH PERHIMPUNAN AHLI BEDAH ONKOLOGI INDONESIA ( PERABOI ) Bahwa sesungguhnya penyakit tumor/kanker adalah suatu penyakit yang dapat disembuhkan. Revisi 2009 MUKADIMAH PERHIMPUNAN AHLI BEDAH ONKOLOGI INDONESIA ( PERABOI ) Bahwa sesungguhnya penyakit tumor/kanker adalah suatu penyakit yang dapat disembuhkan. Bahwa untuk menanggulangi penyakit kanker

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH

KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH Berdasarkan kesadaran diri atas nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog menghormati harkat dan martabat manusia serta menjunjung tinggi terpeliharanya

Lebih terperinci

Sumpah Dokter SAYA BERSUMPAH BAHWA :

Sumpah Dokter SAYA BERSUMPAH BAHWA : Sumpah Dokter SAYA BERSUMPAH BAHWA : 1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri kemanusiaan. 2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.61, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5520) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKLIn) 2016 ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK KODE ETIK APOTEKER INDONESIA MUKADIMAH Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya

Lebih terperinci

ASOSIASI PENELITI KESEHATAN INDONESIA APKESI ANGGARAN DASAR (AD)

ASOSIASI PENELITI KESEHATAN INDONESIA APKESI ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENELITI KESEHATAN INDONESIA APKESI ANGGARAN DASAR (AD) PENGURUS APKESI - PERIODE 2009-2012 Mukadimah DAFTAR ISI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Umum Pasal 2 Asas Pasal 3 Prinsip BAB II ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum)

BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum) BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN Peraturan tertulis maupun tidak tertulis, dilihat dari bidang pengaturannya, dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: 25 1. Peraturan Non Hukum

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA BAB I UMUM Pasal 1 Pengertian Anggaran Rumah Tangga merupakan penjabaran Anggaran Dasar IAP Pasal 2 Pengertian Umum (1) Ahli adalah seorang yang berlatar belakang

Lebih terperinci

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG Lampiran IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI PERENCANAAN

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN ACUAN DASAR PROFESI DOKTER HEWAN INDONESIA. Oleh : Drh.Wiwiek Bagja Ketua Umum PB PDHI

KODE ETIK DAN ACUAN DASAR PROFESI DOKTER HEWAN INDONESIA. Oleh : Drh.Wiwiek Bagja Ketua Umum PB PDHI KODE ETIK DAN ACUAN DASAR PROFESI DOKTER HEWAN INDONESIA Oleh : Drh.Wiwiek Bagja Ketua Umum PB PDHI MEMBANDINGKAN ETIK DAN HUKUM Persamaan : 1. Berfungsi untuk mengatur tertib masyarakat 2. Obyeknya adalah

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional,

Lebih terperinci

PERHIMPUNAN MAHASISWA INDONESIA DI RUSIA

PERHIMPUNAN MAHASISWA INDONESIA DI RUSIA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN MAHASISWA INDONESIA Dl RUSIA (Permira) P E M B U K A A N Atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Federasi

Lebih terperinci

Oktober Tata Kerja. Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi. S u r a b a y a, O k t o b e r

Oktober Tata Kerja. Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi. S u r a b a y a, O k t o b e r Oktober 2011 Tata Kerja Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi S u r a b a y a, O k t o b e r 2 0 1 1 Daftar Isi Mukadimah BAB I Nama, Waktu dan Kedudukan Pasal 1 Nama Pasal 2 Waktu Pasal 3 Kedudukan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPSI HIMPUNAN PSIKOLOGI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA JUNI 2010 ii Cetakan Pertama, Hasil Kongres XI Himpsi, 2010 di Surakarta Penerbit dan Penanggung Jawab Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia

Lebih terperinci

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI)

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) (INDONESIAN PROCUREMENT SPECIALISTS ASSOCIATION) ANGGARAN DASAR halaman 1 dari 10 IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA DISINGKAT IAPI ANGGARAN DASAR P E M B U K A A N

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang KODE ETIK PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA Menimbang : a. bahwa profesi adalah pekerjaan yang

Lebih terperinci

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI MUKADIMAH 1. Bahwa untuk meningkatkan profesionalisme industri perbukuan di Indonesia sesuai Undang-Undang yang berlaku dan peraturanperaturan lainnya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) PEMBUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA : BAHWA KEMERDEKAAN, KEADILAN, DAN KEBENARAN ADALAH IDAMAN SETIAP BANGSA INDONESIA, SEBAGAI NEGARA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 26 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 26 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 26 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENDIDIK DAN PENELITI BIOLOGI INDONESIA (HPPBI)

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENDIDIK DAN PENELITI BIOLOGI INDONESIA (HPPBI) ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENDIDIK DAN PENELITI BIOLOGI INDONESIA (HPPBI) MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia telah berjuang secara bersinergi dan berkelanjutan untuk mengisi kemerdekaannya

Lebih terperinci

KODE ETIK PROFESI ANGGOTA ASOSIASI FARMAKOLOGI DAN FARMASI VETERINER INDONESIA (AFFAVETI) PENDAHULUAN

KODE ETIK PROFESI ANGGOTA ASOSIASI FARMAKOLOGI DAN FARMASI VETERINER INDONESIA (AFFAVETI) PENDAHULUAN KODE ETIK PROFESI ANGGOTA ASOSIASI FARMAKOLOGI DAN FARMASI VETERINER INDONESIA (AFFAVETI) PENDAHULUAN Profesi dokter hewan dan profesi lain yang menekuni bidang Ilmu Farmakolgi dan Farmasi Veteriner adalah

Lebih terperinci

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA Lampiran Keputusan Munas IV Asosiasi BP PTSI Nomor: 07/MUNAS-IV/2017 ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI BP PTSI PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya tugas mendidik

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR

ANGGARAN DASAR ------------------------------------ANGGARAN DASAR--------------------------------------- -----------------------------------------MUKADIMAH-------------------------------------------- Dengan rahmat Tuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA 2011-2016 PENDAHULUAN Sejarah terbentuknya Asosiasi Dosen pendidikan guru sekolah dasar di Indonesia didasari dengan adanya keinginan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

INDONESIAN HYPNOSIS ASSOCIATION (ASOSIASI HIPNOSIS INDONESIA)

INDONESIAN HYPNOSIS ASSOCIATION (ASOSIASI HIPNOSIS INDONESIA) INDONESIAN HYPNOSIS ASSOCIATION (ASOSIASI HIPNOSIS INDONESIA) Head Office: Jln. Raya Jepara Kudus Km. 16, Jepara, Indonesia Phone: 0291-3408700, 0817291058, 081390390132 www.indohypnosis.com www.indohypnosis.org

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha No.1775, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DJSN. Kode Etik. Majelis Kehormatan. PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK DAN MAJELIS KEHORMATAN DEWAN JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari penjajah, dan oleh karena itu adalah kewajiban segenap

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PDSKJI M U K A D I M A H

ANGGARAN DASAR PDSKJI M U K A D I M A H ANGGARAN DASAR PDSKJI M U K A D I M A H Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami para Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, yang pada awalnya tergabung dalam Perhimpunan Neurologi, Psikiatri dan Neurochirurgi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan kenikmatan bagi Bangsa Indonesia dalam kandungan bumi pertiwi Indonesia berupa sumber daya alam

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA SANCTUS ALBERTUS MAGNUS PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA SANCTUS ALBERTUS MAGNUS PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA SANCTUS ALBERTUS MAGNUS PEMBUKAAN Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Bijaksana, umat Katolik menyadari dan menghayati secara

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010 ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010 Bahasan 1. Pengantar 2. Pengertian Etika 3. Pengertian Profesi 4. Kode Etik Profesi Pengantar

Lebih terperinci

KONSEP HUKUM DALAM KEPERAWATAN

KONSEP HUKUM DALAM KEPERAWATAN KONSEP HUKUM DALAM KEPERAWATAN Oleh : Kelompok 3.B Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu keperawatan, berbentuk

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER INDONESIA

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER INDONESIA ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER INDONESIA MUKADIMAH Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, melalui perjuangan panjang dan sarat dengan pengorbanan,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2016 KEUANGAN BPK. Kode Etik. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 5904) PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keinsinyuran merupakan kegiatan penggunaan ilmu

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya manusia dalam mengembangkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keinsinyuran merupakan kegiatan penggunaan

Lebih terperinci

PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN ERGONOMI INDONESIA INDONESIAN ERGONOMIC SOCIETY

PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN ERGONOMI INDONESIA INDONESIAN ERGONOMIC SOCIETY ANGGARAN RUMAH TANGGA Mukadimah Bahwa hakikat pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. dan telah ditekadkan oleh bangsa Indonesia sebagai tujuan dasar dari upaya-upaya pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keinsinyuran merupakan kegiatan penggunaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keinsinyuran merupakan kegiatan penggunaan

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG TATA NILAI, BUDAYA KERJA,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya sumberdaya perikanan yang ada di wilayah kedaulatan Republik Indonesia merupakan karunia

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Kode Etik. PNS. Pembinaan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.345, 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN. Kode Etik. Pegawai Negeri Sipil. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 008 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M. SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.EKON/12/2008 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 4 IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Departemen Keuangan RI Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Panitia Antar Departemen Penyusunan Rancangan Undang-undang Akuntan Publik Gedung A Lantai 7 Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710 Telepon:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR MUKADIMAH Arsitek sebagai warga negara yang sadar akan panggilan untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan serta peradaban manusia, senantiasa belajar

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari penjajah, dan oleh karena itu adalah kewajiban segenap

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007 tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Rektor Universitas Dian Nuswantoro Menimbang : bahwa untuk menjamin penyelenggaraan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER (STIKOM) DINAMIKA BANGSA Nomor :104/ SK/ STIKOM-DB/ VII/ 2007

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER (STIKOM) DINAMIKA BANGSA Nomor :104/ SK/ STIKOM-DB/ VII/ 2007 KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER (STIKOM) DINAMIKA BANGSA Nomor :104/ SK/ STIKOM-DB/ VII/ 2007 TENTANG KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KETUA STIKOM DINAMIKA BANGSA Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.271, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. PNS. Kementerian. Hukum. HAM. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-07.KP.05.02

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.20, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Otoritas Veteriner. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6019) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya pengabdian kepada bangsa dan negara adalah kewajiban setiap warga negara Indonesia yang harus dilaksanakan dan dikembangkan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia

ANGGARAN DASAR Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia ANGGARAN DASAR Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia MUKADIMAH Bahwa guna mengisi dan melaksanakan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, yang berdasarkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA MUKADIMAH Sasaran jangka panjang pembangunan Nasional Indonesia adalah tercapainya

Lebih terperinci

2 1. Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. 2. Pelayanan K

2 1. Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. 2. Pelayanan K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.369, 2014 KESRA. Kesehatan. Tradisional. Pelayanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5643) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN SEMINAT FARMASI RUMAH SAKIT INDONESIA BAB I LAMBANG Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN SEMINAT FARMASI RUMAH SAKIT INDONESIA BAB I LAMBANG Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN SEMINAT FARMASI RUMAH SAKIT INDONESIA BAB I LAMBANG Pasal 1 Pasal 2 Lambang atau Atribut Organisasi dipasang untuk keperluan-keperluan tertentu. Pasal 3 Pakaian anggota 1.

Lebih terperinci

KETETAPAN MUSYAWARAH ANGGOTA KELUARGA BESAR MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Nomor : 010/ MUSYANGKBMK/ I/ 2017

KETETAPAN MUSYAWARAH ANGGOTA KELUARGA BESAR MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Nomor : 010/ MUSYANGKBMK/ I/ 2017 KETETAPAN MUSYAWARAH ANGGOTA KELUARGA BESAR MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Nomor : 010/ MUSYANGKBMK/ I/ 2017 TENTANG : ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA KELUARGA BESAR MAHASISWA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA BAB I KEGIATAN. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA BAB I KEGIATAN. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA BAB I KEGIATAN Pasal 1 (1) Kegiatan Perhimpunan ke dalam meliputi: a. Membina keorganisasian, keprofesian, dan sosialisasi nilai-nilai etika veteriner,

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/2004-2005 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UU 8/1990, AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA. Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 8 TAHUN 1990 (8/1990) Tanggal : 13 OKTOBER 1990 (JAKARTA)

UU 8/1990, AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA. Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 8 TAHUN 1990 (8/1990) Tanggal : 13 OKTOBER 1990 (JAKARTA) UU 8/1990, AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 8 TAHUN 1990 (8/1990) Tanggal : 13 OKTOBER 1990 (JAKARTA) Tentang : AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA BAB I PENGERTIAN Pasal 1 Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia disingkat IAKMI yang dalam bahasa Inggris disebut Indonesia Public Health

Lebih terperinci

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman Pembukaan ANGGARAN DASAR Bab I (Tata Organisasi) 1. Nama, Waktu dan Kedudukan 2. Sifat dan Bentuk 3. Lambang Bab II (Dasar,

Lebih terperinci

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini.

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini. MUKADIMAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA didirikan untuk ikut berperan dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dibidang manajemen, teknologi, dan kewirausahaan, yang akhirnya bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Nama Organisasi Asosiasi Antropologi Indonesia disingkat AAI selanjutnya disebut AAI. Pasal 2 Makna AAI adalah wadah tunggal

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

ASOSIASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN INDONESIA (APS-TPI)

ASOSIASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN INDONESIA (APS-TPI) ASOSIASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN INDONESIA (APS-TPI) MUKADDIMAH Keinginan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan program studi dengan membentuk dan bergabung dalam suatu wadah yang dapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hewan sebagai karunia dan amanat Tuhan Yang

Lebih terperinci

KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA

KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA MUKADIMAH Profesional SDM Indonesia yang berada dibawah naungan Perhimpunan Manajemen Sumberdaya Manusia Indonesia (PMSM) menjunjung tinggi nilai-nilai yang diemban

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1507, 2017 KEMENKUMHAM. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG KODE

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2007 TANGGAL : 19 Juni 2007 ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA" Bahwa Veteran

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci