3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik
|
|
- Farida Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BUPATI KLATEN PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERCEPATAN PELAKSANAAN STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan hasil hutan hak bertujuan untuk memperoleh hasil yang optimal tanpa mengurangi fungsinya; b. bahwa standar verifikasi legalitas kayu bertujuan untuk menjamin legalitas usaha, legalitas produk berbahan baku kayu, mendorong ketertiban penatausahaan kayu, serta menanggulangi penebangan dan perdagangan kayu ilegal; c. bahwa pelaksanaan standar verifikasi legalitas kayu pada pemilik hutan hak, tempat penampungan terdaftar, usaha industri primer hasil hutan kayu skala kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan usaha industri pengolahan kayu lanjutan belum berjalan dengan baik; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Peraturan Bupati tentang Sistem Percepatan Pelaksanaan Standar Verifikasi Legalitas Kayu; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
2 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
3 8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404); 12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut- II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara; 13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut- 11/2008 tentang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.9/Menhut-II/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
4 Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2008 tentang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan; 14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut- II/2009 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin Atau Pada Hutan Hak sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2013 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin Atau Pada Hutan Hak; 15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30/Menhut- II/2012 tentang Penataausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Hak; 16. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/M- DAG/PER/10/2012 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 81/M- DAG/PER/12/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/M- DAG/PER/10/2012 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan; 17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan; 18. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor P.8/VI-BPPHH/2012 tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPI) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten
5 Klaten (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2007 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Nomor 8); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 2 Tahun 2008 tentang Penetapan Kewenangan Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Klaten (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11); 21. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2011 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Nomor 66); 22. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 15 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2011 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Nomor 70); 23. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 20 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2011 Nomor 20, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Nomor 75); 24. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 16 Tahun 2012 tentang Penyelenggaran Izin Gangguan (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2012 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Nomor 88); 25. Peraturan Bupati Klaten Nomor 28 Tahun 2007 tentang Pelimpahan Wewenang Penandatanganan Perizinan/Non Perizinan dan Perizinan Tertentu Kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten (Berita Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2007 Nomor 29); 26. Peraturan Bupati Klaten Nomor 29 Tahun 2007 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Kantor
6 Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten (Berita Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2007 Nomor 30); 27. Peraturan Bupati Klaten Nomor 8 Tahun 2009 tentang Standar Operasional Prosedur Pelayanan Perizinan di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten (Berita Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2009 Nomor 8); 28. Peraturan Bupati Klaten Nomor 45 Tahun 2011 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah (Berita Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2011 Nomor 30); 29. Peraturan Bupati Klaten Nomor 47 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan dan Pemeriksaan Retribusi Daerah (Berita Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2011 Nomor 32); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PERCEPATAN PELAKSANAAN STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Kabupaten adalah Kabupaten Klaten. 2. Bupati adalah Bupati Klaten. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Sistem Percepatan Pelaksanaan Standar Verifikasi Legalitas Kayu adalah serangkaian kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah dalam rangka mendorong pemenuhan legalitas kayu. 5. Standar Verifikasi Legalitas Kayu yang selanjutnya disingkat SVLK adalah persyaratan untuk memenuhi legalitas kayu/produk yang dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak (stakeholder) kehutanan yang memuat standar, kriteria, indikator, verifier, metode verifikasi, dan norma
7 penilaian sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut- II/ Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. 7. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang berada di luar kawasan hutan dan dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah. 8. Pemilik hutan hak adalah pemilik hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang berada di luar kawasan hutan dan dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah yang diakui oleh Badan Pertanahan Nasional. 9. Tempat Penampungan Terdaftar yang selanjutnya disingkat TPT adalah tempat pengumpulan kayu bulat dan/atau kayu olahan yang berasal dari satu atau beberapa sumber, milik badan usaha atau perorangan yang memiliki nilai investasi seluruhnya di bawah Rp ,00 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 10. Usaha industri primer hasil hutan kayu skala kecil yang selanjutnya disingkat UIPHHK Skala Kecil adalah usaha industri untuk mengolah kayu bulat dan/atau kayu bulat kecil menjadi kayu olahan pada satu lokasi tertentu dengan kapasitas di bawah 2000 m3 (dua ribu meter kubik) pertahun. 11. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu skala kecil yang selanjutnya disingkat IUIPHHK skala kecil adalah izin untuk mengolah kayu bulat dan/atau kayu bulat kecil menjadi kayu olahan pada satu lokasi tertentu dengan kapasitas di bawah 2000 m3 (dua ribu meter kubik) pertahun yang diberikan kepada pemilik UIPHHK Skala Kecil oleh pejabat yang berwenang. 12. Industri rumah tangga/pengrajin adalah industri yang memiliki karyawan/tenaga kerja berjumlah 1 sampai 4 orang atau memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 13. Usaha industri pengolahan kayu lanjutan yang selanjutnya disingkat UIPKL adalah usaha industri pengolahan kayu lanjutan yang memiliki nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp ,00 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
8 14. Tanda Daftar Industri, Surat Izin Usaha Perdagangan, dan Tanda Daftar Perusahaan yang selanjutnya disingkat TDI-SIUP-TDP adalah izin usaha yang diberikan kepada pemilik UIPKL. 15. Dinas Pertanian adalah dinas pertanian Kabupaten Klaten yang membawahi bidang kehutanan. 16. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah yang selanjutnya disingkat Diperindagkop dan UMKM adalah Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Klaten. 17. Dinas Pekerjaan Umum dan yang selanjutnya disingkat DPU adalah DPU Kabupaten Klaten. 18. Badan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat BLH adalah BLH Kabupaten Klaten. 19. Satuan Kerja Pengelola Perizinan yang selanjutnya disebut Satker Pengelola Perizinan adalah satker pengelola perizinan Kabupaten Klaten. BAB II TUJUAN DAN RUANG LINGKUP KEBIJAKAN Bagian Kesatu Tujuan Pasal 2 Percepatan pelaksanaan SVLK bertujuan untuk: a. Mengoptimalkan pemanfaatan hasil hutan negara dan hutan hak tanpa mengurangi fungsinya; b. Menjamin legalitas usaha berbahan baku kayu; c. Menjamin legalitas produk berbahan baku kayu; d. Mendorong ketertiban penatausahaan kayu; e. Menanggulangi penebangan dan perdagangan kayu ilegal; dan f. Mendorong dan membantu pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan UIPKL dalam memenuhi SVLK. Bagian Kedua Ruang Lingkup Kebijakan Pasal 3 Kebijakan percepatan pelaksanaan SVLK hanya diperuntukkan bagi pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan UIPKL yang akan, sedang, dan/atau telah memenuhi SVLK.
9 BAB III KEABSAHAN KAYU ATAU BAHAN BAKU KAYU Bagian Kesatu Pemilik Hutan Hak Pasal 4 (1) Kayu yang berasal dari hutan hak harus dilengkapi dengan surat keterangan asal usul kayu. (2) Surat keterangan asal usul kayu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Surat Keterangan Asal Usul (SKAU); b. Nota angkutan; atau c. Dokumen lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua TPT Pasal 5 (1) Setiap TPT wajib memenuhi ketentuan perizinan dan menampung bahan baku kayu yang berasal dari sumber yang sah. (2) Sumber yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukkan dengan dokumen angkutan hasil hutan kayu atau surat keterangan asal usul kayu yang berupa: a. Surat Keterangan Asal Usul (SKAU); b. Nota angkutan; c. Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB); d. Faktur Angkutan Kayu Bulat (FA-KB); atau e. Dokumen lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Ketiga UIPHHK Skala Kecil Pasal 6 (1) Setiap UIPHHK Skala Kecil wajib memenuhi ketentuan perizinan dan mengolah bahan baku kayu yang berasal dari sumber yang sah.
10 (2) Sumber yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukkan dengan dokumen angkutan hasil hutan kayu atau surat keterangan asal usul kayu berupa: a. Surat Keterangan Asal Usul (SKAU); b. Nota angkutan; c. Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAKB); atau d. Dokumen lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 7 Bagi pemegang IUIPHHK Skala Kecil diberlakukan ketentuan yang sama dengan UIPHHK Skala Kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. Bagian Keempat Industri Rumah Tangga/Pengrajin Pasal 8 (1) Setiap industri rumah tangga/pengrajin wajib menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari sumber yang sah. (2) Sumber yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukkan dengan dokumen angkutan hasil hutan kayu yang berupa: a. Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO); b. Nota pembelian, nota penggergajian yang dilengkapi dengan foto copy SKAU, foto copy nota angkutan, atau foto copy Faktur Angkutan Kayu Bulat (FKAB); atau c. Dokumen lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kelima UIPKL Pasal 9 (1) Setiap UIPKL wajib menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari sumber yang sah. (2) Sumber yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukkan dengan dokumen angkutan hasil hutan kayu yang berupa: a. Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO);
11 b. Nota pembelian kayu bulat, nota penggergajian yang dilengkapi dengan foto copy SKAU, foto copy nota angkutan, atau foto copy Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAKB); atau c. Dokumen lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 10 Bagi UIPKL yang telah memiliki TDI-SIUP-TDP diberlakukan ketentuan yang sama dengan UIPKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. BAB IV KEBIJAKAN PERCEPATAN PELAKSANAAN SVLK Bagian Kesatu Umum Pasal 11 (1) Pemerintah Daerah melakukan percepatan pelaksanaan SVLK pada pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang telah memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang, dan/atau telah memenuhi SVLK. (2) Percepatan pelaksanaan SVLK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut: a. Percepatan perizinan; b. Pemberian insentif; dan/atau (3) Pemberian fasilitas.pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melibatkan pihak di luar Pemerintah Daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 12 (1) Jangkauan kegiatan percepatan pelaksanaan SVLK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) mencakup kawasan dan sentra peruntukan industri kecil dan mikro meubel/furniture dan bukan kawasan peruntukan industri kecil dan mikro meubel/furniture. (2) Kawasan peruntukan industri kecil dan mikro meubel/furniture sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
12 a. Kecamatan Cawas; b. Kecamatan Juwiring; c. Kecamatan Karangdowo; d. Kecamatan Klaten Utara; e. Kecamatan Ngawen; f. Kecamatan Trucuk; dan g. Kecamatan Wonosari. (3) Bukan kawasan peruntukan industri kecil dan mikro meubel/furniture sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi semua kecamatan di luar kawasan peruntukan industri kecil dan mikro meubel/furniture sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Bagian Kedua Percepatan Perizinan Paragraf Kesatu Umum Pasal 13 (1) Pemerintah Daerah melakukan percepatan perizinan kepada TPT, UIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan UIPKL dalam memenuhi SVLK. (2) Percepatan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Percepatan dalam mengurus Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL); b. Percepatan dalam mengurus izin mendirikan bangunan (IMB); c. Percepatan dalam mengurus izin gangguan (HO); dan d. Percepatan dalam mengurus izin Tanda Daftar Industri (TDI), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Paragraf Kedua Percepatan Pengurusan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pasal 14 (1) Setiap TPT, UIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan UIPKL membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL).
13 (2) Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala BLH. (3) Kepala BLH menerima Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL) yang telah lengkap dengan memberikan nomor bukti penerimaan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah permohonan diajukan. Paragraf Ketiga Percepatan Perizinan Izin Mendirikan Bangunan Pasal 15 (1) Setiap TPT, UIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan UIPKL mengajukan permohonan IMB kepada Kepala Satker Pengelola Perizinan. (2) Berkas permohonan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diverifikasi oleh Satker Pengelola Perizinan. (3) DPU melakukan cek lokasi setelah berkas permohonan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap oleh Kepala Satker Pengelola Perizinan. (4) DPU memberikan rekomendasi selambat-lambatnya 4 (empat) hari setelah cek lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selesai dilakukan. (5) Kepala Satker Pengelola Perizinan menerbitkan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah rekomendasi DPU sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterima oleh Satker pengelola perizinan. Paragraf Keempat Percepatan Perizinan Izin Gangguan (HO) Pasal 16 (1) Setiap TPT, UIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan UIPKL mengajukan permohonan izin gangguan (HO) kepada Kepala Satker Pengelola Perizinan. (2) Berkas permohonan izin gangguan (HO) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diverifikasi oleh Satker Pengelola Perizinan.
14 (3) BLH melakukan cek lokasi setelah berkas permohonan Izin Gangguan (HO) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap oleh Kepala Satker Pengelola Perizinan. (4) BLH memberikan rekomendasi selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah cek lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selesai dilakukan. (5) Kepala Satker Pengelola Perizinan menerbitkan HO selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah rekomendasi BLH sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterima oleh Satker Pengelola Perizinan. Paragraf Kelima Percepatan Perizinan TDI SIUP TDP Pasal 17 (1) UIPKL mengajukan permohonan TDI-SIUP-TDP kepada Kepala Satker Pengelola Perizinan. (2) Berkas permohonan TDI-SIUP-TDP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diverifikasi oleh Satker Pengelola Perizinan. (3) Disperindagkop dan UMKM melakukan cek lokasi setelah berkas permohonan TDI-SIUP-TDP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap oleh Kepala Satker Pengelola Perizinan. (4) Disperindagkop dan UMKM memberikan rekomendasi selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah cek lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selesai dilakukan. (5) Kepala Satker pengelola perizinan menerbitkan TDI-SIUP-TDP selambatlambatnya 1 (satu) hari setelah rekomendasi Disperindagkop dan UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterima oleh Satker Pengelola Perizinan. Bagian Ketiga Pemberian Insentif Paragraf Kesatu Umum Pasal 18 (1) Pemerintah Daerah memberikan insentif kepada pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUIPHHK Skala Kecil, industri rumah
15 tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang dan/atau telah memenuhi SVLK. (2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Insentif fiskal; dan/atau b. Insentif nonfiskal. (3) Pemberian insentif fiskal dan/atau insentif nonfiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Paragraf Kedua Insentif Fiskal Pasal 19 (1) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a berupa pengurangan tarif retribusi. (2) Pengurangan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 25% (dua puluh lima persen). (3) Pengurangan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang, dan/atau telah telah memenuhi SVLK. (4) Pengurangan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pelaksana teknis. Pasal 20 Pengurangan tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) juga diberikan kepada pemegang IUIPHHK Skala Kecil dan UIPKL yang telah memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan melakukan perpanjangan izin untuk memenuhi SVLK.
16 Paragraf Ketiga Insentif Nonfiskal Pasal 21 Insentif nonfiskal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b berupa: a. Promosi atau publikasi; dan/atau b. Pengadaan barang dan jasa Pemerintah Daerah. Pasal 22 (1) Pemerintah Daerah membantu promosi dan publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a untuk produk kayu bulat/kayu olahan TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, UIPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang dan/atau telah memenuhi SVLK. (2) Bentuk promosi dan publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. Mengupayakan sarana promosi pembuatan laman (web) produk kayu bulat/kayu olahan di laman (web) Pemerintah Daerah; b. Menfasilitasi pengadaan bahan baku kayu dan produk kayu yang memiliki sertifikat legalitas kayu; c. Memfasilitasi pameran dan pemasaran produk kayu bulat/kayu olahan yang memiliki sertifikat legalitas kayu di tingkat nasional. Pasal 23 (1) Unit layanan pengadaan Pemerintah Daerah mengadakan pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b produk kayu bulat/kayu olahan yang berasal dari TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang sedang, dan/atau telah memenuhi SVLK. (2) Memenuhi SVLK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukkan dengan sertifikat asli dan melampirkan foto copy sertifikat pada dokumen pengadaan barang dan jasa. (3) Pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan berturut-turut sebagai berikut:
17 a. TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang memiliki TDI-SIUP- TDP yang telah memenuhi SVLK; b. TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang memiliki TDI-SIUP- TDP yang sedang memenuhi SVLK; dan c. TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang memiliki TDI-SIUP- TDP yang akan memenuhi SVLK. Bagian Keempat Pemberian Fasilitas Paragraf Kesatu Umum Pasal 24 (1) Pemerintah Daerah memberikan fasilitas kepada pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan IUPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang, dan/atau telah memenuhi SVLK. (2) Fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Pendampingan; b. Bantuan pembiayaan; c. Pelatihan pengukuran serta pengenalan jenis kayu rakyat bagi calon penerbit Surat Keterangan Asal Usul; dan/atau d. Pendidikan dan pelatihan untuk penerbit Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO). Paragraf Kedua Pendampingan Pasal 25 (1) Pemerintah Daerah melakukan pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf a kepada pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan IUPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang, dan/atau telah memenuhi SVLK.
18 (2) Pelaksanaan pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan pihak di luar Pemerintah Daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Paragraf Ketiga Bantuan Pembiayaan Pasal 26 (1) Pemerintah daerah membantu pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b kepada pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan IUPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang, dan/atau telah memenuhi SVLK dalam penyiapan dan pelaksanaan audit SVLK. (2) Bantuan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan pihak di luar Pemerintah Daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Paragraf Keempat Pelatihan Pengukuran dan Pengenalan Jenis Kayu Rakyat Bagi Calon Penerbit Surat Keterangan Asal Usul Pasal 27 (1) Pemerintah Daerah mengadakan pelatihan pengukuran dan pengenalan jenis kayu rakyat bagi calon penerbit Surat Keterangan Asal Usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf c (2) Pelatihan pengukuran dan pengenalan jenis kayu rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan sendiri oleh Pemerintah Daerah atau dengan melibatkan pihak di luar Pemerintah Daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Pemerintah Daerah mengikutsertakan peserta pelatihan pengukuran dan pengenalan jenis kayu rakyat bagi calon penerbit Surat Keterangan Asal Usul yang diselenggarakan oleh instansi di luar Pemerintah Daerah.
19 Paragraf Kelima Pendidikan dan Pelatihan untuk Penerbit Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO) Pasal 28 (1) Pemerintah Daerah mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk penerbit Faktur Angkutan Kayu Olahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf d bagi UIPHHK Skala Kecil yang telah memenuhi SVLK. (2) Pendidikan dan pelatihan untuk penerbit Faktur Angkutan Kayu Olahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan pihak di luar Pemerintah Daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB V KELOMPOK KERJA Pasal 29 (1) Dalam rangka mengoordinasikan percepatan pelaksanaan SVLK dibentuk Kelompok Kerja Percepatan Pelaksanaan SVLK (Pokja SVLK). (2) Kelompok kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pemangku kepentingan (stakeholder) terkait. (3) Susunan organisasi, tugas, dan tata kerja Kelompok kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. BAB VI PEMBIAYAAN DAN WAKTU PELAKSANAAN Pasal 30 (1) Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Peraturan ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Klaten dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Percepatan pelaksanaan SVLK dilaksanakan pada saat Peraturan Bupati ini diundangkan dan berakhir pada 31 Desember (3) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan percepatan SVLK dilakukan setiap triwulan dalam tahun berjalan.
20
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN NOMOR : P.14/VI-BPPHH/2014 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN NOMOR : P.14/VI-BPPHH/2014 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHPL) DAN VERIFIKASI LEGALITAS
Lebih terperinci2 Mengingat : kembali penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang izin atau pada hutan hak; c. ba
No. 883, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Hutan Produksi Lestari. Legalitas Kayu. Pengelolaan. Penilaian Kinerja. Pemegang Izin. Hutan Hak. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
KOMPILASI PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IZIN ATAU PADA HUTAN HAK Nomor: P.38/Menhut-II/2009
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR : P.95/Menhut-II/2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR : P.95/Menhut-II/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.43/MENHUT-II/2014 TENTANG PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI
Lebih terperinciNomor : P.38/Menhut-II/2009, Nomor : P.68/Menhut-II/2011, Nomor : P.45/Menhut-II/2012, dan Nomor : P.42/Menhut-II/2013
KOMPILASI PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IZIN ATAU PADA HUTAN HAK Nomor : P.38/Menhut-II/2009,
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PENGECEKAN DEKLARASI KESESUAIAN PEMASOK
Lampiran 3.10. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.45/Menhut-II/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.38/MENHUT-II/2009 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENILAIAN KINERJA
Lebih terperinciKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN NOMOR: P.13/VI-BPPHH/2014 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI LEGALITAS KAYU
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.43/Menhut-II/ 2014 TENTANG PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 52 Tahun : 2014
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 52 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN WEWENANG BUPATI
Lebih terperinci2 Standar Biaya Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 t
No.2021, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LH & KEHUTANAN. Penilaian Kinerja. Pengelolaan Hutan. Verifikasi. Standar Biaya. Perubahan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK
Lebih terperinciberjumlah 2 (dua) orang, dan 1 (satu) orang
Lampiran 3.11. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
Lebih terperinciKONSEP. Revisi Permenhut Nomor P.43/Menhut-II/2014 jo. PermenLHK Nomor P.95/Menhut-II/2014
KONSEP Revisi Permenhut Nomor P.43/Menhut-II/2014 jo. PermenLHK Nomor P.95/Menhut-II/2014 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR : P. /MENLHK-II/2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 7/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PEMENUHAN BAHAN BAKU KAYU UNTUK KEBUTUHAN LOKAL
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 7/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PEMENUHAN BAHAN BAKU KAYU UNTUK KEBUTUHAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa kebutuhan
Lebih terperinciMENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/Menlhk/Setjen/PHPL.3/3/2016 TENTANG PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 38/Menhut-II/2009 TENTANG STANDARD DAN PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 38/Menhut-II/2009 TENTANG STANDARD DAN PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 252 / 17 / VI /2015 TENTANG
GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 252 / 17 / VI /2015 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU KEPADA CV. SINAR ZIPOK DI KABUPATEN BOALEMO PROVINSI GORONTALO GUBERNUR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.141, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Penilaian. Kinerja. Verifikasi. Legalitas. Pemegang Izin. Pedoman.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.141, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Penilaian. Kinerja. Verifikasi. Legalitas. Pemegang Izin. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.38/Menhut-II/2009
Lebih terperinci8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 sebagaimana telah diubah dengan Nomor 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Penerbitan Surat Izin Usa
Lampiran 3.9. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI NOMOR : P.14/PHPL/SET/4/2016 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI NOMOR : P.14/PHPL/SET/4/2016 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHPL) DAN VERIFIKASI
Lebih terperinci3. ISO/IEC 17021:2011 Conformity Assessment-Requirement for Bodies Providing Audit and Certification of Management Systems.
Lampiran 3.8. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.8/VI-BPPHH/2012 Tanggal : 17 Desember 2012 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 17/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PEMEGANG IZIN USAHA INDUSTRI
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 17/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PEMEGANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Sanksi Administratif. Pemegang Izin. Pengenaan. Pencabutan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Sanksi Administratif. Pemegang Izin. Pengenaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.17/Menhut-II/2009
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU RAKYAT
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI SINJAI BUPATI SINJAI,
BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN DAN PENANDATANGANAN PERIJINAN DAN NON PERIJINAN PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 68/Menhut-II/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 68/Menhut-II/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.38/MENHUT-II/2009 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN
Lebih terperinciP03 Rev.C 01/06/2016 : Pedoman Sertifikasi Legalitas Kayu Secara Kelompok
1. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pemegang izin usaha kehutanan yang dapat mengajukan sertifikasi legalitas kayu secara kelompok, meliputi : a. IUPHHK-HTR, HKm dan Hutan Desa b. Hutan Hak/Tanah milik, c.
Lebih terperinciDRAF REVISI. 21. ISO/IEC 17000:2004 Conformity assessment vocabulary and general prinsiples
Pedoman Pelaksanaan Deklarasi Keses uaian Pemasok Hutan Hak, Tempat Penampungan Terdaftar (TPT), Industri Rumah Tangga/Pengrajin, dan Impor Kayu dan Produk Kayu A. RUANG LINGKUP 1. Pedoman Deklarasi Kesesuaian
Lebih terperinci2015, No Nomor P.13/Menhut-II/2013 tentang Standar Biaya Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu; Men
No.89, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENLH-KEHUTANAN. Kayu. Standar Biaya. Penilaian Kinerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.1/MENLHK/SETJEN/PHPL.1/1/2016
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar
No.1639, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Sarana Promosi Produk Ekspor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/M-DAG/PER/10/2016 TENTANG SARANA PROMOSI PRODUK EKSPOR DENGAN
Lebih terperinci3) Verifikasi LK pada industry rumah tangga/pengrajin dimungkinkan untuk menugaskan 1 (satu) orang Auditor.
DRAF REVISI Lampiran 3.9. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P. /VI-BPPHH/2014 Tanggal : 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PELAKSANAAN IZIN USAHA MIKRO KEPADA CAMAT DI KABUPATEN CIAMIS Menimbang : a. DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN DAN PENETAPAN PERHITUNGAN BIAYA RETRIBUSI IZIN GANGGUAN (HINDER ORDONNANTIE) DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN NOMOR : P.1/VI-BPPHH/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN HASIL HUTAN DAN INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 958, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kemitraan Kehutanan. Masyarakat. Pemberdayaan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.39/MENHUT-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PEMANFAATAN DAN PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN YANG BERASAL
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperincidari satu atau beberapa sumber, milik badan usaha atau perorangan yang ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.
Lampiran 5. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PENGECEKAN DEKLARASI KESESUAIAN PEMASOK
Lampiran 3.10. Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor : P.14/PHPL/SET/4/2016 Tanggal : 29 April 2016 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan
Lebih terperincikepentingan pemantauan.
Lampiran 4. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI/TDI
Lampiran 3.3. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.8/VI-BPPHH/2011 Tanggal : 30 Desember 2011 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN KABUPATEN PASURUAN
BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN IJIN PERLUASAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN IJIN PERLUASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMANDAU, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang
Lebih terperinciNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TUMUR, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2011 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2011 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa semangat penyelenggaraan
Lebih terperinciBUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PENANDATANGANAN PERIZINAN KEPADA KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UMKM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT
Lampiran 3.7. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.8/VI-BPPHH/2012 Tanggal : 17 Desember 2012 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PELAYANAN PERIZINAN KEPADA KANTOR PELAYANAN TERPADU KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 135 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. IZIN USAHA. Industri. Ketentuan. Pencabutan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. IZIN USAHA. Industri. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 41/M-IND/PER/6/2008 TENTANG
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI
Lampiran 3.4. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
Lebih terperinciKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN NOMOR: P.15/VI-BPPHH/2014 TENTANG MEKANISME PENETAPAN LEMBAGA VERIFIKASI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009 Tentang PENGGANTIAN NILAI TEGAKAN DARI IZIN PEMANFAATAN KAYU DAN ATAU DARI PENYIAPAN LAHAN DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN DENGAN
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAERAH YANG DIBANGUN DARI DANA ANGGARANN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) PROGRAM STIMULUS
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 35/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI EKSPOR PRODUK KAYU ULIN OLAHAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 35/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI EKSPOR PRODUK KAYU ULIN OLAHAN (PROKALINO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 56.B TAHUN 2015 TENTANG PENYEDERHANAAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR IZIN GANGGUAN, SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DAN TANDA DAFTAR
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.454, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Verifikasi. Legalitas Kayu. Silk. V-Legal. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 18/Menhut-II/2013 TENTANG INFORMASI
Lebih terperinci2 Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.830, 2015 KEMEN LH-K. Hasil Hutan. Hutan Hak. Penatausahaan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.21/MenLHK-II/2015 TENTANG PENATAUSAHAAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN WALIKOTA KEPADA CAMAT UNTUK MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN TERHADAP PELAKU USAHA DALAM RANGKA PENGEMBANGAN EKSPOR
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN TERHADAP PELAKU USAHA DALAM RANGKA PENGEMBANGAN EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya pengendalian
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciSVLK & DOKUMEN V-LEGAL. Yuki M.A Wardhana
SVLK & DOKUMEN V-LEGAL Yuki M.A Wardhana PERMENLHK NO 95/Menhut-II/2014 PERMENLHK NO 95/Menhut-II/2014 Terkait dengan Permendag No 78 Tahun 2014 Sebelum berjalannya Permendag No 78 maka kayu impor dilengkapi
Lebih terperinciBUPATI DEMAK PROVVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 40 TAHUN 2015
SALINAN BUPATI DEMAK PROVVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN WEWENANG BUPATI KEPADA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.92, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Bantuan Peralatan Mesin. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/M-IND/PER/12/2012 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 45 Tahun 2010 LAMPIRAN : 1 (satu) berkas TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIJINAN DARI WALIKOTA KEPADA CAMAT
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN J A K A R T A
KEMENTERIAN - 1 - KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN J A K A R T A Yth. 1. Para Pemegang IUPHHK-HA/HT/RE dan Hak Pengelolaan; 2. Para Pemegang IUPHHK-HKm/HTR/HD/HTHR, IPK; 3. Para Pemegang
Lebih terperincithis file is downloaded from
- 53 - (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri. Pasal 89 (1) Berdasarkan penetapan areal kerja hutan desa sebagaimana
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN NOMOR : P.1/VI-BPPHH/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DAN NON PERIZINAN YANG MENJADI URUSAN PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2010
BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PERIZINAN KEPADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN
Lebih terperinciBUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI
1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT
Lampiran 3.8. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P. /VI-BPPHH/2013 Tanggal : 2013 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN
1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2007 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor 3 Tahun 2007 TENTANG PEMBENTUKAN SATUAN KERJA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 1 TAHUN 2015
SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 1 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman
Lebih terperinciBUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG
BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN, PEMROSESAN, DAN PENERBITAN IZIN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN TANDA DAFTAR PERUSAHAAN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 13/Menhut-II/2009 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 13/Menhut-II/2009 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 42 ayat (8)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan terhadap
Lebih terperinciTENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 49/Menhut-II/2008 TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar
Lebih terperinci2 Litbang Komisi Pemberantasan Korupsi serta dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi saat ini, maka penatausahaan hasil hutan kayu yang berasal d
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1247, 2015 KEMEN LH-HK. Hasil. Hutan Kayu. Penatausahaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.42/Menlhk-Setjen/2015
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2011 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2011 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperincia. merencanakan kegiatan operasional Balai; d. merencanakan penyelenggaraan pembinaan, pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan kegiatan Balai; e.
BAB XXXVI BALAI PELAYANAN PEREDARAN HASIL HUTAN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI BANTEN Pasal 163 Susunan Organisasi Balai Pelayanan Peredaran Hasil Hutan terdiri dari: a. Kepala UPT; b. Kepala
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 39 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 39 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG IZIN USAHA DI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG
PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 27 TAHUN 2004 T E N T A N G SURAT IJIN USAHA INDUSTRI, IJIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DI KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN KABUPATEN SUMEDANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Izin Usaha. Kawasan Hutan Silvo Pastura. Hutan Produksi
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Izin Usaha. Kawasan Hutan Silvo Pastura. Hutan Produksi PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2009 TENTANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PERIJINAN DI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR PENANAMAN MODAL KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : P.55/Menhut-II/2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.55/Menhut-II/2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Izi
No. 1228, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Izin Usaha. Industri Primer. Hasil Hutan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/Menhut-II/2014 TENTANG IZIN USAHA
Lebih terperinci