PENGARUH ASAP CAIR SERBUK KAYU LIMBAH INDUSTRI TERHADAP MUTU BOKAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH ASAP CAIR SERBUK KAYU LIMBAH INDUSTRI TERHADAP MUTU BOKAR"

Transkripsi

1 Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 1, 2012, Hal PENGARUH ASAP CAIR SERBUK KAYU LIMBAH INDUSTRI TERHADAP MUTU BOKAR (THE EFFECT FROM LIQUID SMOKE OF INDUSTRIAL WASTE WOOD ON BOKAR QUALITY) Eli Yulita Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang Jl. Kapt. A.Rivai No. 92/1975 Palembang ABSTRAK Asap cair limbah serbuk kayu industri hasil pirolisis mempunyai potensi sebagai bahan pembeku lateks karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asap cair serbuk kayu karet (Hevea brasiliensis M) dan kayu gelam (Melaleuca leucadendron L) terhadap mutu bokar. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor yaitu asap cair serbuk kayu karet (K0%, K5%, K10% dan K15%) dan kayu gelam (G0%, G5%, G10% dan G15%). Parameter yang diamati adalah kadar karet kering (%), ketebalan sit angin (mm), diameter zona hambat (mm) dan angka lempeng total (CFU/ml). Hasil penelitian menunjukkan penambahan asap cair pada perlakuan konsentrasi asap cair kayu karet 10% (K10G0) dapat meningkatkan mutu bokar yang dihasilkan, hal ini ditunjukkan dengan kadar karet kering tertinggi 99,79% dan ketebalan terendah yaitu 2,03 mm. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan penambahan asap cair dapat menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan terbentuknya diameter zona hambat 20,00 mm pada perlakuan konsentrasi asap cair kayu karet 10% dan kayu gelam 15% (K10G15) dan angka lempeng total 2,92 log CFU/ml pada perlakuan asap cair kayu karet 10% (K10G0). Kata Kunci : kayu karet, kayu gelam, bokar ABSTRACT Liquid smoke from sawdust pyrolysis products of industrial waste has a potential as a material of coagulant rubber lateks. This study aims to determine the effect of liquid smoke sawdust rubber wood (Hevea brasiliensis M) and gelam wood (Melaleuca leucadendron L) against to quality bokar. This study used a complete randomized factorial design with two factors : liquid smoke rubber wood (K0%, K5%, K10% and K15%) and gelam wood (G0%, G5%, G10% and G15%). The parameters observed were dry rubber content (%), thickness of rubber sheet (mm), diameter of inhibition zones (mm) and total plate count (CFU/ml). This study results showed the addition of liquid smoke on the concentration of liquid smoke treatment of rubber wood 10% (K10G0) can increase dry rubber content and can produce a thin bokar as indicated by the value of dry rubber content 99.79% highest and lowest thickness values of 2,03 mm. In addition the research also shows the addition of liquid smoke to inhibit bacterial growth with the formation of the inhibitory zone diameter of 20,00 mm on the concentration of liquid smoke treatment of rubber wood 10% and gelam wood 10% 15% (K10G15) and total plate count 2,92 CFU / ml of the liquid smoke treatment of rubber wood 10% (K10G0). Keywords : rubber wood, gelam wood, bokar PENDAHULUAN Bokar (bahan olah karet) merupakan lateks kebun dan gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis M) (Badan Standardisasi Nasional : 2002), pada umumnya bokar dihasilkan dari penggumpalan lateks karet ( H e v e a b r a s i l i e n s i s M ) d e n g a n menggunakan asam formiat, asam asetat dan asam-asam organik lainnya. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan nomor 53 tahun 2009, disebutkan bahwa bahan penggumpal yang digunakan adalah asam formiat atau bahan penggumpal lain yang direkomendasikan oleh lembaga penelitian karet yang kredibel. Pemakaian bahan penggumpal dapat mempengaruhi mutu bokar, untuk menghasilkan mutu bokar yang baik dapat menggunakan bahan penggumpal asap cair. Asap cair yang ditambahkan dalam proses penggumpalan dapat meningkatkan mutu dari bokar yang dihasilkan, selain itu asap cair dapat menghambat perkembangbiakan bakteri di dalam bokar sehingga nilai plastisitas awal (Po) dan plastisitas setelah dipanaskan o selama 30 menit pada suhu 140 C atau plasticity retention indeks (PRI) menjadi tinggi (Solichin, 2006). Untuk meningkatkan mutu bokar yang dihasilkan dapat menggunakan asap cair 13

2 Pengaruh Asap Cair Serbuk Kayu... ( Eli Yulita ) dari serbuk kayu, karena di dalam asap cair serbuk kayu terdapat berbagai jenis senyawa-senyawa kimia yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat melindungi partikel-partikel karet dari bakteri perusak antioksidan. Limbah yang berasal dari pengolahan kayu karet (Hevea brasiliensis M) dan kayu gelam (Melaleuca leucadendron L) belum dimanfaatkan secara maksimal dan sering menimbulkan pencemaran lingkungan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asap cair serbuk kayu karet dan kayu gelam terhadap mutu bokar, karena di dalam asap cair ini banyak mengandung senyawa-senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan dan antibakteri. METODE PENELITIAN Alur penelitian Pengaruh Asap Cair Serbuk Kayu Limbah Industri terhadap Mutu Bokar dapat dilihat pada Gambar 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lateks kebun yang berasal dari petani daerah Sekayu Musi Banyuasin, serbuk kayu gelam yang diambil dari industri penggergajian kayu Musi II Palembang dan serbuk kayu karet yang diambil dari PT. Sumatera Prima Fibreboard Km. 19 Ogan Ilir, asap cair hasil pirolisis serbuk kayu gelam dan karet karet, asam formiat 5%, media nutrein agar, media nutrient broth, media plate count agar, media buffered pepton water, media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), bakteri uji yang diisolasi dari bahan olah karet dari PT. Hoktong Palembang. Alat-alat yang digunakan yaitu seperangkat alat pirolisis, neraca analitik, labu ukur 100 ml, Erlenmeyer 250 ml, seperangkat alat ph meter, gilingan krep (creper). oven, nampan plastik ukuran (cm) 30 x 25 x 7, gelas ukur. Metode Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan penelitian skala laboratorium untuk memanfaatkan asap cair hasil pirolisis serbuk kayu limbah industri sebagai koagulan lateks, sehingga setelah mengalami proses penggilingan dihasilkan bokar jenis sit angin. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap mutu sit angin yang dihasilkan meliputi parameter kadar karet kering, ketebalan sit serta total plate count dan dilakukan pengujian terhadap kemampuan asap cair yang dihasilkan dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji dengan terbentuknya zona hambat. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap yang disusun secara faktorial yang terdiri dari dua faktor. Masing-masing perlakukan dilakukan dengan 3 ulangan. Serbuk Kayu Karet Serbuk Kayu Gelam Pirolisis 500 ml Asap cair + 5 ml Asam Formiat 5% Asap cair perlakuan + Lateks Pengenceran sesuai perlakuan Proses koagulasi Sit angin Pengujian mutu sit 1. Kadar karet kering (%) 2. Ketebalan (mm) 3. Angka lempeng total (CFU/ml) 4. Zona Hambat (mm) Gambar 1. Pengaruh asap cair serbuk kayu limbah industri terhadap mutu bokar 14

3 Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 1, 2012, Hal Faktor pertama adalah konsentrasi asap lateks 20 mesh. Pencampuran asap cair ke cair dari serbuk kayu karet (K) yaitu : dalam lateks disertai pengadukan secara K0 = asap cair kayu karet, merata, kemudian lateks dibiarkan konsentrasi 0 % menggumpal selama 2-6 jam sampai K5 = asap cair kayu karet, terbentuk gumpalan dan siap untuk digiling. konsentrasi 5% Gumpalan yang diperoleh dikeluarkan dari K10 = asap cair kayu karet, nampan, kemudian dipipihkan dengan konsentrasi 10 % menekan gumpalan menggunakan tangan K15 = asap cair kayu karet, atau alat lain di atas alas yang benar-benar konsentrasi 15 % bersih. Selanjutnya lembaran koagulum digiling tipis menggunakan gilingan tangan Faktor kedua adalah konsentrasi asap cair polos sebanyak 4 kali, setiap kali menggiling dari serbuk kayu gelam (G) yaitu : jarak gigi pengatur disetel agar G0 = asap cair kayu gelam, menghasilkan lembaran karet setebal ± 5 konsentrasi 0 % mm. Setelah itu lembaran karet digiling G5 = asap cair kayu gelam, menggunakan gilingan beralur (kembang) 1 konsentrasi 5% kali sehingga tebal sit mencapai ± 2 mm. G10 = asap cair kayu gelam, konsentrasi 10 % 3. Penentuan Kadar Karet Kering Sit G15 = asap cair kayu gelam, Angin (Badan Standardisasi Nasional : konsentrasi 15 % 2002) Prosedur Kerja Tahapan Penelitian Ditimbang sebanyak 0,5 kg contoh (Wt), selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap contoh meliputi berat, ciri dan 1. Prosedur Pirolisis Serbuk Kayu penampakan kemudian dilakukan (Zaman, 2007) penggilingan contoh, berulang-ulang Serbuk kayu karet dan serbuk kayu sampai sit merata, bersih dan tipis dengan gelam yang berumur antara 10 sampai ketebalan ± 2 mm. Selama penggilingan dengan 40 tahun dibersihkan, kemudian dihindarkan kehilangan butiran/remahan ditimbang sebanyak 600 gram. karet dalam air cucian, jika terdapat butiran B a h a n b a h a n t e r s e b u t k e m u d i a n yang terjatuh harus dikembalikan lagi ke dimasukkan ke dalam alat pirolisa yang dalam gilingan. Selanjutnya setelah digiling, telah dihubungkan dengan kondensor, lembaran basah diseka dengan kain kering selanjutnya alat pirolysis dijalankan dengan atau ditiriskan. Hasil penimbangan dicatat 0 mengatur temperatur menjadi 400 C dan sebagai (W). asap hasil pirolysis ditampung dalam labu Selanjutnya dilakukan perhitungan Erlenmeyer dalam bentuk cair. untuk mengetahui kadar karet kering sit 2. Prosedur Pembuatan Sit Angin angin, dengan rumus : (Badan Standardisasi Nasional, 2002) Disiapkan 500 ml asap cair hasil K = W x 100%...(1) Wt pirolisis kemudian ditambahkan asam Keterangan : formiat 5% sebanyak 5 ml, selanjutnya K : Kadar karet kering contoh campuran asap cair dan asam formiat tersebut diencerkan sesuai konsentrasi W : Berat awal sit angin contoh perlakuan. Kemudian diteruskan dengan Wt : Berat akhir sit angin contoh pembuatan sit angin dengan cara 1. Penentuan Ketebalan Sit Angin yang ditambahkan 100 ml campuran asap cair Dihasilkan (Badan Standardisasi dan asam formiat sesuai perlakuan ke Nasional : 2002) dalam 1000 ml lateks kebun yang belum Contoh sit angin yang sudah mengalami pra koagulasi (membubur). Lateks kebun yang telah ditambahkan asap disiapkan diukur jarak tegak lurus antara 2 cair kemudian disaring dengan saringan permukaan berhadapan, pengukuran 15

4 Pengaruh Asap Cair Serbuk Kayu... ( Eli Yulita ) dilakukan pada tiga tempat yang berbeda. pengujian, dengan parameter yaitu : Hasil pengukuran dinyatakan dalam a. Kadar karet kering (%) millimeter (mm) sebagai rata-rata dari tiga b. Ketebalan (mm) pengukuran. c. Zona hambat (mm) 1. Penentuan Zona Hambat (Wijaya, d. Angka lempeng total (CFU/ml) 2003) HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan zona hambat dilakukan dengan memakai nutrien agar soft 15 ml A. Pirolisis Serbuk Kayu selanjutnya ke dalam media tersebut Asap cair merupakan dispersi asap diinokulasikan 100 µl suspensi isolat murni hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang bakteri indikator, dan diteteskan 10 µl asap mengandung senyawa-senyawa bioaktif cair sesuai perlakuan ke dalam cawan Petri yang dapat berfungsi sebagai antimikroba, steril yang telah mengandung media nutrien antioksidan pemberi warna coklat dan agar hard (konsentrasi agar 1,5%) memiliki bau khas seperti bau asap. diinkubasi pada suhu 37 C selama 16 jam. Berbagai jenis kayu dapat digunakan Zona hambat dinyatakan sebagai zona sebagai bahan dasar pembuatan asap cair. jernih yang tidak ditumbuhi oleh mikroba Untuk menghasilkan asap cair indikator. Diameter zona hambat yang dengan kualitas yang baik, harus t e r b e n t u k d i u k u r d e n g a n j a n g k a menggunakan kayu keras seperti kayu sorong. bakau, kayu rasamala, serbuk dan gergajian kayu jati serta tempurung kelapa 2. Total Plate Count (TPC) dengan sehingga diperoleh produk asapan yang M e t o d e A g a r Tu a n g ( B a d a n mempunyai kualitas tinggi. Asap cair Standardisasi Nasional, 1992) diperoleh dari pengembunan asap hasil Sebanyak masing-masing 10 g bokar penguraian senyawa-senyawa organik sesuai perlakuan dimasukkan secara yang terdapat dalam kayu sewaktu proses aseptik ke dalam 90 ml Buffered Pepton pirolisis. Water steril kemudian dihomogenkan. Pirolisis merupakan suatu proses - Selanjutnya dilakukan pengenceran dari 10 pembakaran tanpa menggunakan oksigen 1-6 sampai dengan 10. Disiapkan cawan Petri yang berasal dari luar sehingga terjadi steril dengan medium Plate Count Agar, penguraian bahan-bahan penyusun kayu, kemudian dari masing-masing pengenceran dengan adanya kondensor asap yang diambil 0,1 ml suspensi dan diinokulasikan dihasilkan akan mengalami proses ke dalam medium Plate Count Agar dan pengembunan. Menurut Widjaya (1982), dihomogenkan. Inkubasi dilakukan selama pirolisis adalah penguraian yang tidak 24 jam pada suhu 37C. Selanjutnya jumlah teratur dari bahan-bahan organik yang koloni yang tumbuh dikalikan dengan faktor disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa pengenceran. berhubungan dengan udara luar. Hal D a t a y a n g d i p e r o l e h d i o l a h tersebut mengandung pengertian bahwa menggunakan Analysis of Variance apabila tempurung dan cangkang (ANOVA) dilanjutkan dengan uji BNJ dipanaskan tanpa berhubungan dengan pada taraf 5% bila analisis keragaman udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, menunjukkan F-Hitung berpengaruh nyata maka akan terjadi reaksi penguraian dari atau sangat nyata dengan memakai senyawa-senyawa kompleks yang program statistica 7. menyusun kayu keras dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan Parameter yang diamati dan gas. Terhadap asap cair yang dihasilkan Menurut Zaman (2007) senyawa yang diuji kemampuannya dalam menghambat berhasil dideteksi di dalam asap cair pertumbuhan bakteri uji dengan parameter dapat dikelompokkan menjadi beberapa zona hambat (mm) sedangkan terhadap sit golongan yaitu fenol, karbonil, asam, angin yang dihasilkan dilakukan beberapa 16

5 Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 1, 2012, Hal alkohol dan ester, lakton, hidrokarbon alifatik, eter dan aldehid. Asap cair hasil pirolisis serbuk kayu merupakan cairan bening berwarna kuning kecoklatan sampai dengan hitam. Terbentuknya warna hitam disebabkan karena adanya senyawa-senyawa golongan karbonil dan senyawa fenol. Kadar fenol dari asap cair serbuk kayu gelam dan serbuk kayu karet berturut-turut yaitu 0,3514 mg/l dan 0,1280 mg/l. Karakteristik asap cair serbuk kayu karet dan kayu gelam terdapat pada Tabel 1. B. Kadar Karet Kering (%) M e n u r u t S t a n d a r N a s i o n a l Indonesia Nomor , kadar karet kering adalah jumlah karet yang dikandung dalam bahan olah karet yang dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi kadar karet kering dari sit angin yang dihasilkan maka semakin baik mutu sit angin tersebut. Hasil pengujian kadar karet kering yang terbaik terdapat pada kombinasi antara asap cair kayu karet 10% dan asap cair kayu gelam 0% (K10G0) dengan nilai 99,79%, sedangkan kadar karet kering tanpa perlakuan penambahan asap cair (K0G0) yaitu 93,89%. Hal ini menunjukan bahwa asap cair yang ditambahkan dapat meningkatkat kadar karet kering sit angin yang dihasilkan dengan Grafik hasil pengujian kadar karet kering yang dihasilkan semua perlakuan terdapat pada Gambar 2. Pembekuan merupakan suatu bagian yang sangat penting dari proses pengolahan sit, karena berlangsungnya proses ini mempengaruhi baik buruknya proses penggilingan maupun proses pengeringan, sehingga mempengaruhi hasil atau mutu sit yang dihasilkan. T u j u a n p e m b e k u a n a d a l a h membentuk koagulasi yang mudah digiling menjadi lembaran sit. Asap cair yang ditambahkan dapat membantu proses pembekuan yang berfungsi sebagai agent untuk mempersatukan butir-butir karet yang terdapat dalam cairan lateks, agar menjadi satu gumpalan atau koagulum. Untuk Tabel 1. Karakteristik Asap Cair Hasil Pirolisis Serbuk Kayu Karet dan Kayu Gelam Karakteristik Warna ph Fenol Karet (K) Coklat kehitaman 3,389 0,1280 mg/l Jenis Kayu Gelam (G) Kuning kecoklatan 3,817 0,3514 mg/l KKK (%) K0G0 K0G5 K0G10 K0G15 K5G0 K5G5 K5G10 K5G15 K10G0 K10G5 Kombinasi perlakuan K10G10 K10G15 K15G0 K15G5 K15G10 K15G15 Gambar 2. Grafik hasil pengujian kadar karet kering yang dihasilkan semua perlakuan 17

6 Pengaruh Asap Cair Serbuk Kayu... ( Eli Yulita ) membuat koagulum ini, lateks perlu perlakuan K0G0 atau tanpa pemberian ditambahkan koagulan yang bersifat asam asap cair seperti terlihat pada Gambar 3. sehingga dapat terjadi proses koagulasi Konsentrasi asap cair kayu karet dan adalah karena adanya penurunan ph. asap cair kayu gelam serta interaksi kayu Lateks segar yang diperoleh dari hasil gelam dan asap cair kayu karet memberikan sadapan mempunyai ph 6,5. Agar dapat pengaruh yang nyata terhadap ketebalan terjadi penggumpalan atau koagulasi, ph karet. Hal ini disebabkan asap cair mampu yang mendekati netral tersebut harus membentuk tekstur sit angin menjadi lunak diturunkan sampai 4,7. Pada tingkat dan mempunyai pori-pori yang halus tidak keasaman ini tercapai titik isoelektris atau terdapat rongga-rongga udara serta keseimbangan muatan listrik pada memudahkan proses pembentukkan pada permukaan partikel-partikel karet, sehingga saat penggilingan, sehingga nilai ketebalan partikel-partikel atau butir-butir karet sit angin dapat mencapai nilai 2,03 mm dan tersebut dapat menggumpal menjadi satu melampaui nilai Standar Nasional s e h i n g g a b u t i r - b u t i r k a r e t d a p a t Indonesia mutu I yaitu 3 mm. menggumpal sempurna sedangkan air yang Penggilingan pada karet bertujuan terdapat di dalam koagulum terbawa keluar menggiling lembaran-lembaran koagulum bersama serum. menjadi lembaran-lembaran sit yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan C. Ketebalan (mm) tebalnya tertentu, mengeluarkan serum Menurut Standar Nasional Indonesia yang terdapat di dalam koagulum, Nomor , ketebalan bahan membuang busa yang tertinggal, olah karet adalah jarak terjauh antara memberikan gambaran (print, batikan, permukaan satu dengan permukaan yang kembang) pada permukaan lembaran sit lain secara vertikal yang dinyatakan dalam angin. Selain itu dengan penambahan asap satuan milimeter. Semakin kecil nilai cair dapat mencegah terbentuknya rongga- ketebalan sit angin yang dihasilkan maka rongga udara yang berukuran besar di mutu dari sit angin tersebut semakin baik. dalam sit angin sehingga menyebabkan terbentuknya sit angin yang mempunyai K o m b i n a s i p e r l a k u a n y a n g tekstur lembut dengan pori-pori yang halus. menghasilkan nilai ketebalan terkecil 2,03 Tidak terbentuknya rongga-rongga udara ini (mm) yaitu pada kombinasi perlakuan disebabkan karena air dan serum yang antara asap cair kayu karet 10% dan kayu terdapat di dalam lateks dapat didorong gelam 0% (K10G0) sedangkan yang keluar dari koagulum (Solichin dan Anwar : terbesar 3,17 (mm) adalah kombinasi 2003). Ketebalan (mm) K0G0 K0G5 K0G10 K0G15 K5G0 K5G5 K5G10 K5G15 K10G0 K10G5 K10G10 K10G15 K15G0 K15G5 K15G10 K15G15 Kombinasi perlakuan Gambar 3. Grafik hasil pengujian terhadap ketebalan pada semua perlakuan.

7 Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 1, 2012, Hal D. Diameter Zona Hambat (mm) bakteri uji B1 terdapat pada perlakuan Uji antibakteri (zona hambat) dilakukan konsentrasi asap cair kayu karet 10% dan terhadap isolat bakteri uji yang didapat dari asap cair kayu gelam 15% (K10G15) yaitu hasil isolasi yang berasal dari bahan olah 20,00 mm. Sedangkan hasil pengujian zona karet (slab). hambat tertinggi terhadap bakteri uji B2 terdapat pada perlakuan konsentrasi asap Diameter zona hambat adalah daerah cair kayu karet 15% dan asap cair kayu kepekaan bakteri terhadap suatu zat kimia gelam 10% (K15G10) yaitu 17,37 mm. yang ditunjukkan dengan adanya daerah jernih di sekeliling asap cair yang Menurut Zaman (2007), kuantitas fenol ditambahkan. Semakin besar diameter yang pada asap cair dari kayu sangat bervariasi terbentuk maka semakin besar pengaruh yaitu antara mg/kg. Beberapa jenis asap cair yang diberikan. Grafik hasil fenol yang biasanya terdapat dalam produk pengujian zona hambat asap cair terhadap asapan adalah guaiakol, dan siringol. isolat bakteri pada semua perlakuan Dengan adanya senyawa-senyawa fenol terdapat pada Gambar 4 dan Gambar 5. tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga dapat membentuk Pada Gambar 4 terlihat bahwa hasil diameter zona hambat seperti yang pengujian zona hambat tertinggi terhadap terdapat pada Gambar 6. Diameter zonahambat(mm) K0G0 K0G K0G10 K0G15 K5G0 K5G5 K5G10 K5G15 Kombinasi perlakuan K10G0 K10G5 K10G10 K10G15 K15G0 K15G5 K15G10 Gambar 4. Grafik hasil pengujian zona hambat asap cair terhadap isolat bakteri B1 pada semua perlakuan Diameter zona hambat (mm) K0G K0G K0G10 K0G K15G K5G0 K5G5 K5G10 K5G15 K10G0 K10G5 Kombinasi perlakuan Gambar 5. Grafik hasil pengujian zona hambat asap cair terhadap isolat bakteri uji B2 pada semua perlakuan K10G10 K10G15 K15G0 K15G5 K15G10 K15G15 19

8 Pengaruh Asap Cair Serbuk Kayu... ( Eli Yulita ) K10G10 K10G15 10G10 K10G15 Gambar 6. Diameter zona hambat bakteri terhadap asap cair. A : Diameter zona hambat bakteri B1 pada perlakuank10g10 dan K10G15, B : Diameter zona hambat bakteri B2 pada perlakuank10g10 dan K10G15 Semakin besar konsentrasi asap cair yang Dinding sel bakteri terdiri dari beberapa ditambahkan maka semakin besar diamater lapisan. Pada bakteri Gram positif struktur zona hambat yang terbentuk. Hal ini dinding selnya relatif sederhana dan Gram disebabkan pada asap cair mengandung negatif relatif lebih komplek. Dinding sel senyawa-senyawa fenol, karbonil, aldehid bakteri Gram positif tersusun atas lapisan dan asam asetat di dalam asap cair yang peptidoglikan relatif tebal, dikelilingi lapisan berfungsi sebagai antibakteri sehingga teichoic acid dan pada beberapa spesies mempengaruhi pertumbuhan bakteri uji mempunyai lapisan polisakarida. Dinding yang ditunjukkan dengan terbentuknya sel bakteri Gram negatif mempunyai lapisan zona bening. peptidoglikan relatif tipis, dikelilingi lapisan Mekanisme kerja senyawa-senyawa lipoprotein, lipopolisakarida, fosfolipid dan antibakteri di dalam asap cair misalnya beberapa protein. Peptidoglikan pada fenol, senyawa aldehhid dan asam asetat kedua jenis bakteri merupakan komponen terhadap penghambatan pertumbuhan yang menentukan rigiditas pada Gram k e d u a b a k t e r i u j i y a i t u d e n g a n positif dan berperanan pada integritas Gram mendenaturasikan enzim dan merusak negatif. Oleh karena itu gangguan pada membran sel dari bakteri uji, memecah sintesis komponen ini dapat menyebabkan ikatan hidrogen. Struktur dinding sel dapat sel lisis dan dapat menyebabkan kematian dirusak dengan cara menghambat sel. pembentukkannya atau mengubahnya setelah terbentuk (Pelczar dan Chan : E. Total Plate Count (CFU/ml) 1988). Sedangkan menurut Suwandi Total plate count adalah pertumbuhan (1992), dinding sel bakteri menentukan bakteri mesofil aerob setelah contoh bentuk karakteristik dan berfungsi diinkubasikan dalam pembenihan yang melindungi bagian dalam sel terhadap o sesuai selama jam pada suhu 37 C. perubahan tekanan osmotik dan kondisi Hasil pengujian terbaik terdapat pada lingkungan lainnya. Di dalam sel terdapat kombinasi perlakuan K10G0 yaitu 2,92 sitoplasma yang dilapisi dengan membran (CFU/ml). Grafik hasil pengujian total plate sitoplasma yang merupakan tempat count pada hari ke-14 pada semua berlangsungnya proses biokimia sel. perlakuan terdapat pada Gambar 7. 20

9 Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 1, 2012, Hal Gambar 7. Grafik hasil pengujian asap cair terhadap Total Plate Count pada semua perlakuan Sifat bakteriostatik dari asap cair juga pada perlakuan (K10G15) dan bukan hanya disebabkan karena adanya angka lempeng total 2,92 (CFU/ml) pada senyawa formaldehid tetapi juga karena perlakuan asap cair kayu karet 10% adanya kombinasi antara komponen (K10G0). fungsional fenol dan asam-asam organik yang bekerja secara sinergis mencegah dan DAFTAR PUSTAKA mengontrol pertumbuhan mikrobia. Dengan adanya aktivitas senyawa formaldehid dan B a d a n S t a n d a r d i s a s i senyawa fenol yang terdapat dalam asap Nasional.2002.Bahan Olah Karet No. cair dapat menurunkan jumlah total plate Jakarta. BSN count bakteri. Badan Standardisasi Nasional Cara Uji Cemaran Mikroba. No KESIMPULAN Jakarta. BSN Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan Departemen Perdagangan sebagai berikut : Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/M-Dag/Per/10/2009 tentang 1. Asap cair hasil pirolisis serbuk kayu Pengawasan Mutu Bahan Olah dapat meningkatkan mutu dari bokar Komoditi Ekspor Standard Indonesian yang dihasilkan dan dapat meningkatkan Rubber yang Diperdagangkan. Jakarta. kadar karet kering serta menghasilkan sit Departemen Perdagangan Republik yang tipis yang ditunjukkan dengan nilai Indonesia berturut-turut yaitu 99,79% dan 2,03 mm pada perlakuan konsentrasi asap cair Fitrotin, U. Surahman, A dan Hastuti, A. kayu karet 10% dan kayu gelam 0% Pemanfaatan Limbah Gergaji (K10G0). Kayu sebagai Pendukung Bahan Bakar Industri Keripik Singkong Skala Rumah 2. Penambahan asap cair di dalam bokar Tangga. Balai Pengkajian Teknologi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Pertanian. Nusa Tenggara Barat. yaitu dengan terbentuknya diameter zona hambat 20,00 mm pada perlakuan Hadioetomo. R.S Mikrobiologi Dasar konsentrasi asap cair kayu karet 10% dan Praktek (Teknik dan Prosedur dan kayu gelam 15% (K10G15) untuk Dasar Laboratorium) Jakarta. PT. bakteri uji B1 sedangkan zona hambat Gramedia. untuk bakteri uji B2 sebesar 17,37 mm 21

10 Pengaruh Asap Cair Serbuk Kayu... ( Eli Yulita ) Murtihapsari Biodekomposisi Kayu Wijaya, A Investigation into the Keras. Bogor Influence of a Bacteriocin Producing Solichin, M dan A.Anwar Deorub K Enterococcus Strain on the Intestinal Pembeku Lateks dan Pencegah Timbulnya Microflora. Ph.D. Dissertation. Universitaet Bau Busuk Karet. Sinar Tani Oktober Karlsruhe, Karlsruhe, Germany 2006 Zaman Penanggulangan dan Suwandi, U Mekanisme Kerja Pemanfaatan Limbah Serbuk Kayu Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran. No.7. Gergajian melalui Proses Pirolisis. Karya Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Ilmiah. Politeknik Negeri Sriwijaya. Kalbe Farma, Jakarta. 22

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAGULANT. Abstrak

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAGULANT. Abstrak PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAGULANT Eli Yulita (1), (2), (2) Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang (1) Fakultas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAQULANT

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAQULANT Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 1 Tahun 2011 Hal. 35-40 PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAQULANT Eli Yulita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar di Indonesia. Lampung adalah salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia. Luas areal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang keberadaannya sangat penting dan dibutuhkan di Indonesia. Tanaman karet sangat

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Bahan olah karet ICS Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Standar Nasional Indonesia...i No...4 Parameter...4 No...5 Parameter...5 i Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI)

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS JAKA DARMA JAYA 1, NURYATI 1, BADRI 2 1 Staff Pengajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Suatu Negara membutuhkan negara lain dan saling menjalin hubungan perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Hubungan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mutu Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Aagrobisnis Perkebunan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring

Lebih terperinci

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang Penentuan Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks karet telah dilakukan. Kedalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan, sedangkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PENGOLAHAN KARET MENTAH

PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PENGOLAHAN KARET MENTAH PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PENGOLAHAN KARET MENTAH (Utilization of Liquid Smoke from Oil Palm Empty Fruit Bunches on Raw Rubber Processing) Asmawit, Hidayati dan Nana Supriyatna

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih II. TINJAUAN PUSTAKA A. Cangkang Kelapa Sawit Kelapa Sawit (Elleis Guinensis) merupakan salah satu sumber minyak nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih 80% pericarp

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Bahan Uji dan Bakteri Uji Bakteri uji

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA EFFECT OF THE ADDITION OF SUGAR AND AMMONIUM SULFATE ON THE QUALITY OF NATA SOYA Anshar Patria 1*), Murna Muzaifa 1), Zurrahmah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks dikenal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014. 14 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian BAB III METODE PENELITIAN III.1. Tahapan Penelitian Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian III.1.1. Studi Literatur Tahapan ini merupakan tahapan awal yang dilakukan sebelum memulai penelitian. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris In Vitro. B. Populasi dan Sampel Penelitian Subyek pada penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Fakultas Pertanian UMY pada bulan Maret-April 2017. B. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni laboratorium in vitro. B. Subjek Penelitian 1. Bakteri Uji: bakteri yang diuji pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh daya antibakteri ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis secara in vitro dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi sumber daya perikanan laut cukup besar. Kota Bandar Lampung merupakan daerah yang memiliki

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Oleh Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang perbandingan asam asetat dengan asam formiat sebagai bahan penggumpal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan variabel hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja ditimbulkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. Khususnya Indonesia kontribusi sebesar 26 persen dan total produksi karet alam dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini diaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 32 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015 di Laboratorium Teknologi Pakan dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian diadakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Pengambilan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Metode Pengambilan Data 2.1.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015. 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang berasal dari daerah Sumalata, Kabupaten Gorontalo utara. 4.1.1 Hasil Ektraksi Daun Sirsak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, diperoleh hasil pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Tabel 2 : Hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan meliputi pemberian minyak atsiri jahe gajah dengan konsentrasi

Lebih terperinci

Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis])

Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis]) Jurnal Agro Industri Perkebunan Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis]) Maryanti 1)* dan Rachmad

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu (uji kimia dan mikrobiologi) dan di bagian Teknologi Hasil Ternak (uji organoleptik), Departemen Ilmu Produksi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium 11 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2. MATERI DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2.2. Materi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL faktorial dengan 15 perlakuan dan 3 kali ulangan. Desain perlakuan pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni 2011. Di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan. Pengujian a W di lakukan di Laboratorium Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN : Eksperimental Laboratoris 3.2 LOKASI PENELITIAN : Laboratorium Fatokimia Fakultas Farmasi UH & Laboratorium Mikrobiologi FK UH 3.3 WAKTU PENELITIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Kimia Pusat Studi

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK

OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK *JAKA DARMA JAYA 1, AKHMAD ZULMI 2, DIKY WAHYUDI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2012 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengawet pada produk makanan atau minuman sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam industri makanan. Apalagi perkembangan zaman menuntut produk makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi

METODE Lokasi dan Waktu Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Laboratorium mikrobiologi, SEAFAST CENTER, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah jamur Fusarium oxysporum. Penelitian eksperimen yaitu penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya

METODE PENELITIAN. hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai pada bulan Mei 2016 hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan  Metode Penelitian Sampel 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2012 di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Produksi Ribbed Smoked Sheet dan Estate Brown Crepe Lateks hasil sadapan dari kebun diangkut ke tiap afdeling. Lateks dikumpulkan disebuah bak yang ada tiap afdeling yang

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM (PSOBA) DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: SIR (Standard Indonesian Rubber) 20, Aspal Pen 60 yang berasal dari Dinas Pekerjaan Umum Binamarga,

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Aging Keju. Keju terbuat dari bahan baku susu, baik susu sapi, kambing, atau kerbau. Proses pembuatannya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian dimulai dari September

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 4 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat murni kultur P. ostreatus strain Purwokerto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis. BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro menggunakan ekstrak buah Asam Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama mendapatkan hasil olah karet yang baik. Penurunan mutu biasanya disebab terjadinya prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asap cair adalah hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asap cair adalah hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran baik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asap Cair Asap cair adalah hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan asap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Racangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial atau Completely Random Design pola faktorial.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai 23 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian akan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah kadar kitosan yang terdiri dari : 2%, 2,5%, dan 3%.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober Desember 2014 bertempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel penelitian 1. Variabel bebas : variasi konsentrasi sabun yang digunakan. 2. Variabel tergantung : daya hambat sabun cair dan sifat fisik sabun 3. Variabel terkendali

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN APLIKASI ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR

PERANCANGAN DAN APLIKASI ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 PERANCANGAN DAN APLIKASI ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR NURYATI, JAKA DARMA JAYA, MELDAYANOOR Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik

Lebih terperinci