GAMBARAN RISIKO PEKERJAAN PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN DI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN (DP2K) KOTA MEDAN SKRIPSI. Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN RISIKO PEKERJAAN PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN DI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN (DP2K) KOTA MEDAN SKRIPSI. Oleh :"

Transkripsi

1 GAMBARAN RISIKO PEKERJAAN PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN DI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN (DP2K) KOTA MEDAN SKRIPSI Oleh : RAHMI SHAFWANI NIM FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2 i

3 ABSTRAK Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting, seperti adanya ancaman terhadap bahaya kebakaran. Adapun lembaga yang berwenang untuk menanggulangi kebakaran yang terjadi adalah institusi pemadam kebakaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko pekerjaan yang dihadapi petugas pemadam kebakaran di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan anggota regu DP2K Kota Medan UPT I menggunakan alat bantu voice recorder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko dari pekerjaan petugas pemadam kebakaran sebagian besar terjadi pada saat mereka di perjalanan menuju lokasi kebakaran yaitu risiko lalu lintas dan ketika di lokasi kebakaran berupa kecelakaan kerja dikarenakan listrik, suhu panas, api, bekerja di ketinggian, peralatan pemadaman, ledakan, backdraft dan flashover, kondisi bangunan yang terbakar, benda tajam, dan adu fisik dengan warga. Keluhan kesehatan yang mereka rasakan di lokasi kebakaran umumnya dikarenakan banyak menghirup asap seperti batuk, sesak nafas, mual, muntah, pusing, mata perih, serta masuk angin dan lemas. Pemko Medan dan DP2K Kota Medan diharapkan dapat menambah jumlah APD serta melengkapi APD yang belum tersedia. Petugas diharapkan selalu menggunakan APD ketika bertugas memadamkan kebakaran untuk meminimalkan risiko yang tidak diinginkan. DP2K Kota Medan diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dengan pihak kepolisian dan Dinas Perhubungan untuk mengatur kelancaran lalu lintas terutama jalur yang akan dilewati mobil pemadam kebakaran menuju lokasi. Kata Kunci : Risiko, Petugas Pemadam Kebakaran, DP2K Kota Medan ii

4 ABSTRACT The development of an urban area has brought a number of important issues, such as the threat of fire hazard. The competent authorities to tackle fires is the fire department. The purpose of this study was to determine the occupational risks faced by firefighters in Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Medan by using a qualitative approach. Data obtained from in-depth interviews with members of the DP2K Medan UPT I using voice recorder. The results showed that the risk of firefighters work mostly when they are on the way to the location of fire that the risk of traffic and when they due at the location of fire in the form of accidents due to electricity, heat, fire, working at height, equipment outages, explosions, backdraft and flashover, the condition of the building on fire, sharp objects, and physical fights with people. Health complaints that they feel in general because many of the fire smoke inhalation such as cough, shortness of breath, nausea, vomiting, dizziness, eye irritation, as well as cold and limp. Pemko Medan and DP2K Medan expected to increase the amount of personal protective equipment (PPE) and PPE complete yet available. Firefighters are expected to always use PPE when on duty firefighting to minimize unwanted risks. DP2K Medan expected to increase cooperation with the police and Dinas Perhubungan to regulate the traffic especially when the fire truck will pass the road towards the location of fire. Keywords : Risk, Firefighters, DP2K Medan iii

5 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Rahmi Shafwani Tempat/Tanggal Lahir : Pangkalan Berandan/ 27 Februari 1991 Jenis Kelamin Agama Status Perkawinan Anak ke Alamat Rumah Riwayat Pendidikan : Perempuan : Islam : Belum Menikah : 1 dari 4 bersaudara : Jl. Banten Gg. Baru No.6 Tanjung Gusta : : SD Kartika Medan : SD IT 021 YLPI Mutiara Duri - Riau : SMPS 5 IT Mutiara YLPI Duri - Riau : SMA Negeri 1 Matauli Pandan - Tapteng : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara iv

6 KATA PENGANTAR Puji syukur serta terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-nya yang tak pernah berujung, segala kesempatan, kemudahan yang telah Ia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Gambaran Risiko Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku ketua Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 4. Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. v

7 5. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes sebagai Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran untuk skripsi ini. 6. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt., MS sebagai Dosen Penguji III yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 7. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 8. Bapak Kepala Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan yang telah meberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di UPT Wilayah I. 9. Seluruh pegawai DP2K Kota Medan, Pak Gema Meliala, Pak Huddin Hasibuan, dan seluruh petugas pemadam kebakaran yang telah banyak membantu penulis sehingga penelitian ini dapat terlaksana. 10. Orangtua tercinta Ayahanda Ir. M. Surya Iriandi Putra dan Ibunda Nurhammah Sembiring atas limpahan kasih sayang, nasihat, motivasi serta dukungan yang tak pernah putus kepada penulis. 11. Adik-adik tersayang Abdurrahman Budi Arief, Fitria Nurandita, dan Fadhlah Hani atas segala dukungan, perhatian serta pengertian yang amat berarti. 12. Kak Ilza Zuhri Zikriya 07 atas segala bantuan dan pengertiannya kepada penulis selama ini, terima kasih telah menjadi kakak yang begitu baik. 13. Bulek Adek serta sepupu-sepupuku kak Senny, kak Leli, Eno, Epi atas perhatian yang diberikan kepada penulis. vi

8 14. Teman-teman GESIT Lidya, Vanimon, Kizty, Emma, Etak, Mey atas kebersamaan kita serta genk Tapanuli Pivit, Syafni, Lista, Ayu, Yuni, Uci, almh. Febrina Anggraini, dan Nisa atas semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis. 15. Teman teman peminatan K3 (Vesta, Yossi, Lidya, Octa, Mailani & Amja, Mandroy, Jeffry, Cut, Bianca, Ari, Abdi) atas saran dan semangat yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Medan, Agustus 2012 Penulis Rahmi Shafwani vii

9 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Risiko Pengertian Risiko Risiko K Kebakaran Penyebab Kebakaran Klasifikasi Kebakaran Bahaya Kebakaran Kerugian Kebakaran Petugas Pemadam Kebakaran Bahaya Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran Risiko Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran Alat Pelindung Diri Peralatan Pemadaman Kebakaran Prosedur Operasi Penanggulangan Kebakaran Kerangka Pikir BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel Metode Pengumpulan Data Data Primer viii

10 Data Sekunder Definisi Operasional Analisa Data BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sejarah Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan Lokasi Penelitian Wilayah Kerja Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan Visi Misi Fungsi Sarana dan Prasarana Matriks Proses Kerja Informan Matriks Pelatihan Informan Risiko di Perjalanan Matriks Penggunaan Alat Pelindung Diri Informan Risiko di Lokasi Kebakaran Keluhan Kesehatan BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Proses Kerja Informan Pelatihan Informan Risiko di Perjalanan Penggunaan Alat Pelindung Diri Risiko di Lokasi Kebakaran Keluhan Kesehatan BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Klasifikasi Kebakaran di Indonesia Tabel 2.2. Paparan Risiko Petugas Pemadam Kebakaran Tabel 4.1. Kondisi Kendaraan Dinas/Operasional DP2K Kota Medan Tahun Tabel 4.2. Peralatan dan Perlengkapan Kegiatan Operasi DP2K Kota Medan Tahun Tabel 4.3. Matriks Proses Kerja Informan di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) UPT Wilayah I Kota Medan Tabel 4.4. Matriks Pelatihan Informan di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) UPT Wilayah I Kota Medan Tabel 4.5. Matriks Risiko di Perjalanan Informan Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) UPT Wilayah I Kota Medan Tabel 4.6. Matriks Penggunaan Alat Pelindung Diri Informan di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) UPT Wilayah I Kota Medan Tabel 4.7. Matriks Risiko di Lokasi Kebakaran Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) UPT Wilayah I Kota Medan Tabel 4.8. Matriks Keluhan Kesehatan Informan di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) UPT Wilayah I Kota Medan x

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun berkembangnya berbagai kawasan seperti kawasan hunian, industri dan perdagangan. Ironisnya kondisi ini ternyata juga membawa konsekuensi logis tersendiri, seperti adanya ancaman terhadap bahaya kebakaran (Hia, 2007). Kebakaran yang terjadi di pemukiman padat penduduk dapat menimbulkan akibat - akibat sosial, ekonomi dan psikologi. Kebakaran di gedung tinggi sering berakibat fatal akibat sulitnya upaya pemadaman dari luar gedung. Kebakaran di kawasan kumuh padat penduduk dapat langsung memiskinkan masyarakat korban kebakaran. Kebakaran di industri dapat mengakibatkan stagnasi usaha dan kerugian investasi yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (Suprapto, 2007). Pada dasarnya kebakaran adalah proses kimia yaitu reaksi antara bahan bakar (fuel) dengan oksigen dari udara atas bantuan sumber panas (heat). Ketiga unsur api tersebut dikenal sebagai segitiga api (fire triangle). Oleh karena itu, bencana kebakaran selalu melibatkan bahan mudah terbakar dalam jumlah yang besar baik yang berbentuk padat seperti kayu, kertas atau kain maupun bahan cair seperti bahan bakar dan bahan kimia (Ramli, 2010). Menurut data National Fire Protection Association (NFPA), jumlah kasus kebakaran yang terjadi di 50 negara bagian Amerika Serikat pada tahun

13 sebanyak kasus, tahun 2007 sebanyak kasus dan pada tahun 2008 jumlah kebakaran yang terjadi sebanyak kasus (Ramli, 2010). Adapun lembaga yang berwenang untuk menanggulangi kebakaran yang terjadi adalah institusi pemadam kebakaran. Kewenangan umum institusi pemadam kebakaran dalam memadamkan kebakaran tercantum dalam The Fire Services Acts 1947 yang mempersyaratkan petugas pemadam kebakaran bekerja dengan efisien dan terorganisasi guna memastikan pasokan air yang mencukupi untuk memadamkan kebakaran dan memberikan hak kepada petugas pemadam kebakaran untuk memasuki gedung gedung jika dicurigai sedang mengalami kebakaran (Ridley, 2008). Menurut US Fire Administration, angka kematian pemadam kebakaran per kebakaran di 50 negara bagian Amerika Serikat tahun 2007 berjumlah 119 orang (3,53%), tahun 2008 berjumlah 120 orang (3,86%), tahun 2009 berjumlah 91 orang (2,97%), dan tahun 2010 berjumlah 87 orang (2,78%). Kematian ini diantaranya disebabkan karena kelelahan akibat aktivitas fisik yang terlalu berat, kecelakaan kendaraan, tersesat dan terjebak di dalam bangunan yang terbakar, terjatuh dari ketinggian, dan gangguan kesehatan seperti sesak nafas, serangan jantung dan sebagainya (US Fire Administration, 2010). Berdasarkan hasil penelitian Hunter (1927) mengenai angka kesakitan dan kematian pada petugas pemadam kebakaran menunjukkan terjadinya peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, penyakit pernafasan, kanker, dan kecelakaan. Dari hasil penelitian Musk et al (1978) pada pemadam kebakaran di Boston, menunjukkan bahwa petugas pemadam kebakaran memiliki peningkatan 2

14 risiko kematian, khususnya pekerja yang berada pada kelompok umur tahun (Musk et al, 1978). Penanganan kebakaran di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, baik yang bersifat kebijakan, kinerja institusi, peraturan perundang-undangan, mekanisme operasional maupun kelengkapan pranatanya. Dapat dikatakan, bahwa aspek proteksi kebakaran belum dianggap sebagai salah satu basic need. Akibatnya kejadian kebakaran sering berakibat fatal dan berulang (Suprapto, 2007). Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta, tingkat kejadian kebakaran yang terjadi di Jakarta pada tahun 2005 sebanyak 742 kasus, tahun 2006 sebanyak 902 kasus dan pada tahun 2007 sebanyak 855 kasus kebakaran (Ramli, 2010). Dalam operasi pemadaman, keselamatan petugas pemadam kebakaran memang perlu mendapat perhatian serius. Sebab peristiwa kecelakaaan petugas pemadam kebakaran saat melakukan operasi pemadaman sudah seringkali terjadi seperti luka-luka bahkan meninggal dunia. Namun, sampai saat ini belum ada data resmi yang dikeluarkan oleh institusi pemadam kebakaran mengenai jumlah petugas yang mengalami kecelakaan saat operasi pemadaman. Selain itu, setiap terjadi insiden yang menyebabkan cedera berat, terlebih kematian seorang petugas perlu dilakukan analisis secara mendalam mengenai penyebab insiden tersebut. Sesuatu yang ironis, menolong korban kebakaran tetapi keselamatan petugas pemadam kebakaran tidak terjamin (Malik, 2006). Dalam melaksanakan tugasnya, petugas pemadam kebakaran harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan kebutuhan di tempat kejadian untuk menghindari risiko kecelakaan ataupun gangguan kesehatan (DEPDAGRI, 3

15 2005). Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), alat pelindung diri merupakan alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya (Anonim, 2008). Berdasarkan penelitian Andriyan (2011) di Dinas Kebakaran Surabaya, pekerjaan pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang mengandung risiko kerja sangat tinggi berupa kecelakaan kerja yang berakibat fatal seperti cacat permanen bahkan kematian. Selain itu, saat menjalankan tugas di lapangan, pasukan pemadam kebakaran sering mengalami gangguan-gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja tersebut diakibatkan kondisi lingkungan kerja yang memiliki bahaya (hazard) tinggi. Dari hasil penelitian terhadap dampak risiko kecelakaan kerja pada petugas pemadam kebakaran tersebut, diketahui bahwa jabatan anggota regu memiliki tingkat risiko tertinggi disusul jabatan komandan regu, supir pemadam, dan staf operasional (Andriyan, 2011). Perkembangan Kota Medan yang tergolong pesat menjadikannya sebagai pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan industri, perdagangan, perhubungan, pusat kegiatan pendidikan, pusat kegiatan wisata, dan pusat kegiatan sosial budaya. Peningkatan kota berupa peningkatan berbagai aktivitas-aktivitas dari berbagai sektor pemerintahan dan swasta menjadikan wilayah kota menjadi wilayah yang perlu dijaga dan diantisipasi dari bahaya-bahaya yang seketika dapat menghambat perkembangan kota, baik itu bahaya alami, maupun bahaya-bahaya yang disebabkan oleh ulah 4

16 tangan manusia seperti bahaya kebakaran. Peristiwa kebakaran juga ikut berkembang seiring dengan perkembangan Kota Medan (Bornok, 2008). Menurut data Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan, pada tahun 2009 terjadi 141 kasus kebakaran, tahun 2010 sebanyak 197 kasus, dan tahun 2011 kasus kebakaran yang terjadi sebanyak 159 kasus (DP2K Kota Medan, 2012). Dengan tingkat kejadian kebakaran seperti ini, petugas pemadam kebakaran cukup sering bertugas di lapangan untuk memadamkan api sehingga frekuensi mereka untuk terpapar bahaya juga semakin meningkat. Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap peristiwa bahaya kebakaran yang terjadi di Kota Medan (Bornok, 2008). Hal ini terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Medan tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan bahwa DP2K Kota Medan adalah unsur pelaksana pemerintah daerah Kota Medan dalam bidang pencegahan dan pemadaman kebakaran serta melaksanakan tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah dan/atau pemerintah provinsi yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah. Pelaksanaan penanggulangan pemadaman kebakaran di Kota Medan oleh DP2K Kota Medan dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT). UPT dipimpin oleh seorang Kepala UPT, yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas (Pemko Medan, 2010). Unit Pelaksana Teknis pada DP2K Kota Medan terdiri dari 4 UPT yaitu UPT Pemadam Kebakaran Wilayah I sebagai UPT induk yang bertugas menangani kebakaran di wilayah inti 5

17 kota Medan dan sekitarnya yang berlokasi di Jl. Candi Borobudur, UPT Pemadam Kebakaran Wilayah II yang bertugas untuk daerah Amplas dan sekitarnya, UPT Pemadam Kebakaran Wilayah III yang bertugas untuk daerah Kawasan Industri Medan (KIM) dan UPT Pemadam Kebakaran Wilayah IV untuk daerah Belawan dan sekitarnya. Ketika terjadi kebakaran besar maka ke-empat UPT tersebut dapat saling berkoordinasi dan bekerja sama dalam melakukan pemadaman kebakaran (Pemko Medan, 2010). Berdasarkan survey pendahuluan di DP2K Kota Medan pada UPT Pemadam Kebakaran Wilayah I yang berfungsi sebagai UPT induk diketahui bahwa dalam UPT Wilayah I terdiri dari seorang kepala UPT, seorang kepala sub bagian tata usaha, dan 3 regu pemadam kebakaran dengan masing-masing regu berjumlah 35 orang terdiri dari seorang komandan regu, seorang wakil komandan regu, supir pemadam, dan anggota regu pemadam dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Ketika terjadi kebakaran maka pemberangkatan regu pemadam kebakaran di DP2K Kota Medan dipimpin oleh kepala UPT dan/atau komandan regu. Regu pemadam berangkat dengan kendaraan pemadam kebakaran yang dikemudikan oleh supir pemadam. Supir pemadam memiliki tanggung jawab untuk mengantarkan regu pemadam kebakaran agar segera mencapai lokasi kebakaran dengan selamat. Sesampaianya di lokasi kebakaran regu pemadam kebakaran bertugas sesuai peran atau tugas masing-masing. Kepala UPT bertugas untuk berkordinasi dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak terkait, menganalisis besaran kebakaran untuk dilaporkan melalui radio kepada petugas piket, dan UPT lainnya. Jika kepala UPT menilai butuh bantuan tim 6

18 pemadam kebakaran lain maka dia akan melaporkan ke petugas piket. Petugas piket kemudian meminta UPT terdekat untuk memberikan bantuan. Komandan regu bertugas memimpin pasukan di regunya dalam melakukan pemadaman kebakaran. Komandan regu harus berkordinasi dengan kepala UPT dalam mengatur strategi pemadaman kebakaran. Pada awal kedatangan di lokasi kebakaran, anggota regu segera menggelar selang menuju titik terdekat ke objek yang terbakar. Setelah ada permintaan pengaliran air dari petugas pemegang nozzle, maka operator pompa yang dalam hal ini supir pemadam, segera mengalirkan air dengan tekanan air yang disesuaikan dengan kondisi atau sesuai permintaan petugas pemegang nozzle untuk menyemprotkan air di area kebakaran. Jika terjadi kehabisan air, supir pemadam bersama satu anggota regu bertanggung jawab untuk mencari air di tempat terdekat lokasi kebakaran dengan meminta petunjuk dari komandan regu atau kepala UPT (DP2K Kota Medan, 2006). Dalam melakukan pemadaman kebakaran, petugas di DP2K Kota Medan tidak didukung dengan alat pelindung diri yang lengkap seperti tidak adanya sepatu khusus pemadam kebakaran (firefighter boots) serta belum memadai sesuai dengan jumlah petugas seperti kurangnya jumlah baju dan celana tahan panas, sarung tangan, dan masker. Padahal dalam melaksanakan tugasnya petugas pemadam kebakaran dihadapkan pada bahaya dan risiko yang tinggi di lokasi kebakaran, seperti tersulut api, terhirup asap, tertimpa rubuhan bangunan, tertusuk benda tajam, terpapar panas, dan sebagainya. 7

19 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran risiko pekerjaan petugas pemadam kebakaran di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko pekerjaan yang dihadapi petugas pemadam kebakaran di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan Manfaat Penelitian Sebagai informasi tentang risiko pekerjaan petugas pemadam kebakaran bagi Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan agar dapat melakukan upaya pencegahan kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja Sebagai sarana bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai petugas pemadam kebakaran Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya. 8

20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Risiko Pengertian Risiko Risiko adalah kemungkinan, bahaya, kerugian, akibat kurang menyenangkan dari sesuatu perbuatan, usaha, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian. Besarnya risiko ditentukan oleh berbagai faktor, seperti besarnya paparan, lokasi, pengguna, kuantiti serta kerentanan unsur yang terlibat Risiko K3 Menurut OHSAS 18001, risiko K3 adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut (Ramli, 2010). Risiko K3 berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material, dan lingkungan kerja. Umumnya risiko K3 dikonotasikan sebagai konotasi negatif (negative impact) antara lain : kecelakaan terhadap manusia dan aset perusahaan, kebakaran dan peledakan, penyakit akibat kerja, kerusakan sarana produksi, gangguan operasi (Ramli, 2010). 9

21 2.2. Kebakaran Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang berarti diluar kemampuan dan keinginan manusia. Api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal sebagai segitiga api (fire triangle). Menurut teori ini, kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur api, yaitu : bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan oksigen. Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan lainnya. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat terjadi. Bahkan masih ada unsur ke empat yang disebut reaksi berantai, karena tanpa adanya reaksi pembakaran maka api tidak akan dapat hidup terus menerus. Keempat unsur api ini sering disebut juga Fire Tetrahedron Penyebab Kebakaran Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, secara umum dikelompokkan sebagai berikut : a. Faktor Manusia Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain : manusia yang kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran, menempatkan barang atau menyusun barang yang mungkin terbakar tanpa menghiraukan norma norma pencegahan kebakaran, pemakaian tenaga listrik melebihi kapasitas yang telah ditentukan, kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin, dan adanya unsur unsur kesengajaan. 10

22 b. Faktor Teknis Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya kondisi tidak aman dan membahayakan yang meliputi : b.1. Proses fisik/mekanis Faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini adalah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api, misalnya pekerjaan perbaikan dengan menggunakan mesin las atau kondisi instalasi listrik yang sudah tua atau tidak memenuhi standar. b.2. Proses kimia Kebakaran dapat terjadi ketika pengangkutan bahan - bahan kimia berbahaya, penyimpanan dan penanganan tanpa memerhatikan petunjuk - petunjuk yang ada. b.3. Faktor Alam Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor alam adalah petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran hutan yang luas dan juga perumahan perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain - lain (Sagala, 2008) Klasifikasi Kebakaran Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per- 04/MEN/1980, tanggal 14 April 1980 tentang syarat syarat pemasangan dan pemeliharaaan Alat Pemadam Api Ringan, kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 11

23 Tabel 2.1. Klasifikasi Kebakaran di Indonesia Kelas Jenis Contoh Kelas A Bahan Padat Kebakaran dengan bahan bakar padat bukan logam Kelas B Bahan cair dan gas Kebakaran dengan bahan bakar cair atau gas mudah terbakar Kelas C Listrik Kebakaran instalasi listrik bertegangan Kelas D Bahan Logam Kebakaran dengan bahan bakar logam Bahaya Kebakaran Kebakaran mengandung berbagai potensi bahaya baik bagi manusia, harta benda maupun lingkungan. Bahaya utama dari suatu kebakaran adalah sebagai berikut (Ramli, 2010) : a. Terbakar api secara langsung Panas yang tinggi akan mengakibatkan luka bakar, bahkan korban dapat hangus. Luka bakar akibat api biasanya dibedakan menurut derajat lukanya sebagai berikut : a.1. Derajat 1 Merupakan luka bakar ringan, efek merah dan kering pada kulit seperti terkena matahari. a.2. Derajat 2 Luka bakar dengan kedalaman lebih dari 0,1 mm menimbulkan dampak epidermis atau lapisan luar kulit dan melepuh sehingga menimbulkan semacam gelembung berair. a.3. Derajat 3 Luka bakar dengan kedalaman lebih dari 2 mm, mengakibatkan kulit mengering, hangus dan melepuh besar. 12

24 b. Terjebak karena asap National Fire Protection Association (NFPA) mengindikasikan bahwa kematian karena kebakaran paling banyak ditimbulkan karena terhirup asap daripada terbakar api (Hammer, 1981). Kematian akibat asap dapat disebabkan dua faktor yaitu karena kekurangan oksigen atau terhirup gas beracun. Asap kebakaran mengandung berbagai jenis zat berbahaya dan beracun tergantung jenis bahan yang terbakar, antara lain Hidrogen Sianida dan Asam Sianida, Karbon Monoksida, Karbon Dioksida, dan lainnya. c. Bahaya ikutan akibat kebakaran Salah satu bahaya ikutan yang sering terjadi adalah kejatuhan benda akibat runtuhnya konstruksi. Bahaya ini banyak terjadi dan mengancam keselamatan penghuni, bahkan juga petugas pemadam kebakaran yang memasuki suatu bangunan yang sedang terbakar. Selain itu, ledakan gas yang terkena paparan panas juga dapat terjadi. d. Trauma akibat kebakaran Bahaya ini juga banyak mengancam korban kebakaran yang terperangkap, panik, kehilangan orientasi untuk mencari jalan keluar yang sudah dipenuhi asap dan akhirnya dapat berakibat fatal Kerugian Kebakaran Kebakaran menimbulkan kerugian baik terhadap manusia, aset, maupun produktivitas, antara lain : 13

25 a. Kerugian Jiwa Kebakaran dapat menimbulkan korban jiwa baik yang terbakar secara langsung maupun sebagai dampak dari suatu kebakaran. Berdasarkan data data di DKI, korban kebakaran yang meninggal dunia rata rata 25 orang pertahun. Namun data di USA jauh lebih tinggi yaitu mencapai rata rata 3000 orang setiap tahun. b. Kerugian Materi Dampak kebakaran juga menimbulkan kerugian materi yang sangat besar. Di DKI kerugian materi akibat kebakaran sepanjang tahun mencapai di atas Rp 100 milyar. Angka kerugian ini adalah kerugian langsung yaitu nilai aset atau bangunan yang terbakar. Disamping itu, kerugian tidak langsung justru jauh lebih tinggi, misalnya gangguan produksi, biaya pemulihan kebakaran, biaya sosial dan lainnya. c. Menurunnya Produktivitas Kebakaran juga memengaruhi produktivitas nasional maupun keluarga. Jika terjadi kebakaran proses produksi akan terganggu bahkan dapat terhenti secara total. Nilai kerugiannya akan sangat besar yang diperkirakan 5 50 kali kerugian langsung. d. Gangguan Bisnis Menurunnya produktivitas dan kerusakan aset akibat kebakaran mengakibatkan gangguan bisnis sangat luas. e. Kerugian Sosial Kebakaran dapat mengakibatkan sekelompok masyarakat korban kebakaran akan kehilangan segala harta bendanya, menghancurkan kehidupannya dan mengakibatkan keluarga menderita. Kegiatan sosial juga mengalami hambatan yang berakibat turunnya kesejahteraan masyarakat. 14

26 2.3. Petugas Pemadam Kebakaran Pemadam kebakaran adalah pekerjaan dengan risiko tinggi berupa luka-luka dan penyakit akibat kerja yang dapat mengakibatkan cacat dan kematian. Fakta bahwa lingkungan kerja selama keadaan darurat dan tak terduga serta petugas pemadam kebakaran yang tidak siap untuk setiap kemungkinan, membutuhkan pengalaman pelatihan dan pendidikan serta pengembangan alat pelindung diri untuk melindungi petugas pemadam kebakaran dari bahaya dan risiko pekerjaannya (ILO, 2000). Kewenangan umum dinas pemadam kebakaran dalam memadamkan kebakaran tercantum dalam The Fire Services Acts 1947 yang mempersyaratkan petugas pemadam kebakaran bekerja dengan efisien dan terorganisasi guna memastikan pasokan air yang mencukupi untuk memadamkan kebakaran dan memberikan hak kepada petugas pemadam kebakaran untuk memasuki gedung gedung jika dicurigai sedang mengalami kebakaran (Ridley, 2008) Bahaya Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran Selama melakukan tugas operasionalnya, baik pemadaman kebakaran maupun penyelamatan jiwa, seorang petugas pemadam kebakaran dituntut untuk mampu mengenali jenis jenis bahaya yang mungkin timbul pada situasi darurat (DEPDAGRI, 2005). Bahaya yang dihadapi petugas pemadam kebakaran antara lain (ILO, 2000) : a. Bahaya Kecelakaan a.1. Jatuh dari ketinggian selama bekerja dengan menggunakan tangga. 15

27 Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan gaitan tangga pada tangga ketika bekerja. a.2. Jatuh dari ketinggian karena runtuhnya bangunan. Petugas pemadam kebakaran yang terjatuh atau terperosok kemungkinan bisa mengalami patah tulang, cedera kepala, cedera punggung, dan kekurangan oksigen ataupun terhirup asap atau sebaran gas beracun. Maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai untuk bekerja di ketinggian. a.3. Tertimpa benda atau rubuhan bangunan yang jatuh saat melakukan pemadaman kebakaran dan penyelamatan korban atau benda-benda. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA). a.4. Menginjak, terkena kaca, logam atau benda tajam lainnya yang dapat menimbulkan luka atau goresan, termasuk cedera akibat ledakan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA). a.5. Terperangkap dalam bangunan yang roboh atau material yang runtuh. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) serta menggunakan Personal Alert Safety System 16

28 (PASS) untuk memberitahukan petugas pemadam kebakaran lain yang ada di sekitarnya. a.6. Kelelahan dalam mengangkat selama pemadaman kebakaran atau operasi penyelamatan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mempertahankan tingkat kebugaran serta memperhatikan aturan cara mengangkat dan membawa yang tepat. a.7. Kontak dengan permukaan yang panas atau gas yang sangat panas. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA). a.8. Menghirup udara yang sangat panas dan atau hasil dari pembakaran. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA). a.9. Kontak dengan atau terpapar dengan bahan kimia selama pemadaman kebakaran, operasi penyelamatan atau penanganan bahan kimia berbahaya. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA). a.10. Gangguan pasokan udara selama operasi pemadaman kebakaran. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan rotasi kerja dan istirahat selama aktif pada saat melakukan penyelamatan dari kebakaran. 17

29 a.11. Cedera akibat kecelakaan transportasi dalam merespon keadaan darurat. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan perangkat penahan yang tepat seperti sabuk pengaman ketika berkendara. a.12. Tergelincir, tersandung dan jatuh ke api. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap. b. Bahaya Fisik b.1. Runtuhnya langit-langit, dinding atau lantai. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) serta menggunakan Personal Alert Safety System (PASS) untuk memberitahukan pemadam kebakaran lain yang ada di sekitarnya. b.2. Munculnya flashover dan backdraft. Flashover terjadi ketika semua bahan yang mudah terbakar didalam suatu ruangan telah dipanaskan hingga mencapai suatu titik yang akan mengeluarkan uap-uap bahan bakar. Ketika uap-uap bahan bakar ini mencapai titik penyalaannya, terjadilah nyala api. Semua bahan yang mudah terbakar didalam ruangan tersebut akan menyala secara serentak. Backdraft adalah suatu ledakan yang terjadi pada saat unsur oksigen secara tibatiba memperoleh akses ke api yang mulai mengecil akibat berkurangnya kadar oksigen didalam ruangan yang terbakar (Puslatkar Jakarta, 1998). 18

30 Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA). b.3. Terpapar panas yang dapat mengakibatkan kebakaran. Panas dapat mengakibatkan cedera lokal dalam bentuk luka bakar. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA). b.4. Terpapar panas yang dapat mengakibatkan heat stress. Heat Stress selama pemadaman kebakaran dapat berasal dari udara panas, pancaran panas atau kontak dengan permukaan panas. Keadaan ini diperparah dengan pakaian pelindung petugas pemadam kebakaran oleh sifat pakaian itu sendiri serta tenaga fisik petugas yang mengakibatkan produksi panas dalam tubuh (Guidotti, 1998). Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan sistem rotasi kerja dan istirahat selama aktif pada saat melakukan penyelamatan kebakaran. b.5. Meledaknya benda di permukaan tanah/lantai. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) dan menggunakan Personal Alert Safety System (PASS) untuk memberitahukan pemadam kebakaran lain yang ada di sekitarnya. 19

31 c. Bahaya Kimia c.1. Kurangnya oksigen di udara. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan hilangnya kinerja fisik, kebingungan, dan ketidakmampuan untuk melarikan diri. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA). c.2. Kehadiran gas karbon monoksida dan hasil pembakaran lainnya di udara. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA). c.3. Terpapar bahan kimia selama keadaan darurat. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap sesuai dengan bahaya yang dihadapi termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA). d. Bahaya Biologi Petugas pemadam kebakaran dapat terpapar penyakit menular saat mengevakuasi korban. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengurangi kontak dengan korban secara langsung. e. Bahaya Ergonomi dan Psikologi e.1. Stress Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menemui psikolog untuk melakukan konseling jika diperlukan. 20

32 e.2. Kelelahan dan cedera muskoskeletal selama penanganan atau memindahkan benda berat seperti selang kebakaran saat mengenakan alat pelindung diri yang berat. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mempertahankan tingkat kebugaran serta memperhatikan aturan cara mengangkat dan membawa yang tepat Risiko Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran Risiko petugas pemadam kebakaran dapat dilihat dari paparan potensi risiko dan dampak risiko. Paparan risiko pada petugas pemadam kebakaran merupakan bahaya potensial yang meliputi bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya listrik, bahaya mekanik dan bahaya biologi. Bahaya-bahaya tersebut dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja (Andriyan, 2011). Tingkat paparan resiko yang mungkin dialami oleh petugas pemadam kebakaran yang diakibatkan oleh api tergantung dari bahan yang terbakar, adanya bahan kimia non-fuel, adanya korban yang memerlukan penyelamatan dan posisi petugas yang dekat dengan api, seperti petugas yang memegang nozzle (ujung penyemprot). Bahaya dan tingkat paparan yang dialami oleh petugas pemadam kebakaran yang pertama memasuki bangunan yang terbakar berbeda dengan petugas pemadam kebakaran yang masuk berikutnya atau yang membersihkan setelah api dipadamkan (Guidotti, 1998). Berikut ini merupakan paparan risiko pada petugas pemadam kebakaran secara umum (Andriyan, 2011) : 21

33 Tabel 2.2. Paparan Risiko Petugas Pemadam Kebakaran No. Bahaya Potensial Paparan risiko 1. Bahaya Fisik Suhu panas Kebisingan 2. Bahaya Kimia Asap 3. Bahaya Listrik Tersengat aliran listrik 4. Bahaya Mekanik Getaran pada scroll selang penyemprot air dan mobil 5. Bahaya Biologi Terpapar bakteri dan parasit Selain berpotensi terpapar bahaya-bahaya di atas, petugas pemadam kebakaran juga berpotensi mengalami kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang berpotensi terjadi pada kegiatan pemadaman kebakaran meliputi: jatuh, kejatuhan material atau terkena serpihan material, tersulut api, tersengat aliran listrik, tergores atau tertusuk benda tajam, dan kecelakaan di perjalanan. Sebab sebab kecelakaan meliputi penggunaan alat pemadam yang salah, bekerja langsung di bawah tempat bekerjanya alat alat pemadam, berdiri terlalu di pinggir atap, menggunakan peralatan yang sudah tua, pemakaian tekanan yang berlebihan pada selang selang (Suma mur, 1987). Dampak risiko diidentifikasikan berdasarkan risiko yang diterima dan kondisi lingkungan kerja. Dampak risiko yang terjadi pada petugas pemadam kebakaran bisa berupa peyakit/gangguan kesehatan dan dampak kecelakaan kerja. Dampak penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja berupa (Andriyan, 2011) : a. Gangguan pernafasan kronis : iritasi pada hidung dan tenggorokan, flu, batuk, syaraf pembau terganggu, batuk berdahak, radang saluran pernafasan, dada terasa sakit/nyeri sementara, pernafasan tersengal sengal. 22

34 b. Gangguan pernafasan akut: sesak nafas, batuk parah (menahun), kerusakan permanen syaraf pembau, pendarahan pada saluran pernafasan, batuk darah, infeksi dan peradangan pada paru-paru. c. Sakit kepala, pusing, gangguan konsentrasi, gangguan tidur (insomnia) d. Iritasi pada kulit, gatal-gatal pada kulit. e. Kelelahan, tegang pada otot dan badan terasa lemah. f. Iritasi pada mata, sakit pada mata. g. Gangguan pencernaan : mual, muntah, gangguan metabolisme. h. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun. i. Kehilangan kesadaran, pingsan. j. Gangguan pada jantung. k. Demam. Dampak kecelakaan kerja berupa : a. Luka ringan yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, cukup dengan pertolongan pertama. b. Luka sedang yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, perlu mendapatkan perawatan medis. c. Luka parah yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, perlu mendapatkan perawatan medis yang serius, waktu pemulihan lama. d. Luka sangat parah yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, mengakibatkan cacat atau tidak berfungsinya bagian tubuh tertentu. e. Kecelakaan yang berakibat kematian. 23

35 f. Tersengat listrik. Kontak langsung dengan arus listrik akan mengakibatkan cedera tubuh seperti kejang otot yang berakibat lanjut pada menurunnya kemampuan gerak, terjatuh, mengakibatkan kegosongan/kebakaran yang parah, terhentinya detak jantung dan aliran pernafasan Alat Pelindung Diri Pekerjaan sebagai petugas pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang berat dan membutuhkan pemakaian alat pelindung diri pada setiap operasi pemadaman ataupun penyelamatan. Alat pelindung diri yang diperlukan oleh petugas pemadam kebakaran harus meliputi peralatan berikut ini (DEPDAGRI, 2005): a. Peralatan Pelindung Kepala, Mata, dan Muka Pelindung mata dan muka diperlukan jika bahaya-bahaya yang terjadi dapat mengakibatkan cedera pada mata atau muka. Peralatan ini harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada. Selama melaksanakan operasi pemadaman, petugas pemadam kebakaran harus menggunakan helm yang kuat dalam memberikan perlindungan baik dari kejatuhan benda, pukulan atau tusukan benda tajam. Helm tersebut dilengkapi dengan penutup telinga dan tali pengikat dagu yang dilengkapi dengan sistem suspensi. Helm harus kedap air, tidak mudah terbakar, atau meleleh, dan tidak boleh terbuat dari bahan penghantar arus listrik agar dapat menangkal bahaya terkena arus listrik. Peralatan pelindung jenis ini harus dipakai selama pelaksanaan operasi pemadaman kebakaran. 24

36 b. Peralatan Pelindung Tubuh Para petugas pemadam kebakaran harus melindungi tubuh mereka dari kemungkinan sambaran kobaran api. Selama menjalankan tugas, setiap petugas pemadam kebakaran seharusnya menggunakan jas lengan panjang dan celana panjang yang terbuat dari bahan kapas atau serat yang tahan terhadap nyala api. c. Sepatu dan Pelindung Kaki Petugas pemadam kebakaran sebaiknya menggunakan sepatu boot panjang yang dipadukan dengan celana panjang yang terbuat dari bahan tahan panas untuk melindungi kaki dari kemungkinan tertusuk benda tajam, terkena cairan kimia yang merusak kulit, atau kejatuhan benda yang keras dan berat. d. Peralatan Pelindung Tangan Petugas pemadam kebakaran yang menggunakan sarung tangan akan terhindar dari kemingkinan risiko tertusuk benda tajam dan perembesan panas atau cairan/bahan kimia yang bersifat merusak. e. Alat Bantu Pernafasan Penggunaan alat bantu pernafasan bertekanan positif (Positive Pressure SCBA) sangat dianjurkan bagi petugas pemadam kebakaran, khususnya bagi mereka yang harus memasuki ruangan-ruangan tertutup dan mencari korban. Salah satu alasan penggunaan alat bantu pernafasan ini adalah karena berkurangnya oksigen dan terkontaminasinya udara dengan gas beracun di dalam ruangan yang terbakar. f. Peralatan dan Kelengkapan Lainnya Ada 2 jenis peralatan yang telah dikembangkan untuk membantu petugas pemadam kebakaran agar dapat bekerja dengan lebih aman, yaitu sistem keselamatan 25

37 sinyal diri (Personal Alert Safety System / PASS) dan detektor karbon monoksida (CO Detector) Peralatan Pemadaman Kebakaran Adapun peralatan yang digunakan oleh petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan kebakaran yaitu (Puslatkar Jakarta, 1998) : a. Selang Kebakaran (Fire Hose) Selang kebakaran berfungsi untuk mengalirkan air dari mobil pemadam atau hidran melalui nozzle ke sasaran (kebakaran). Panjang selang penyalur yaitu meter dengan diameter sebesar 1-1,5 inchi, 2,5 inchi. b. Saringan (Strainers) Strainer berfungsi untuk menyaring air dan sumber air terbuka, baik kotoran yang halus maupun yang kasar. c. Pipa Pemancar (Nozzle) Nozzle berfungsi untuk memancarkan air dari selang penyalur ke sasaran (kebakaran). Jenis pancaran yang dihasilkan tergantung dari tipe nozzle yang digunakan. Adapun beberapa tipe nozzle yaitu : spray nozzle, foam nozzle, fog nozzle. d. Kopling Kopling berfungsi untuk menyambungkan antar selang. Beberapa tipe kopling yaitu : Yan Vander Hyder (hermaprodite), kopling jantan, kopling betina. e. Kunci Kopling Kunci kopling berfungsi untuk mengencangkan dan melepaskan kopling. 26

38 f. Adaptor Adaptor berfungsi untuk menyambungkan dua kopling yang berlainan jenis, berbeda ukuran dan berlainan bentuk. g. Hidran Kebakaran Merupakan suatu alat yang dilengkapi dengan fire hose dan nozzle yang digunakan untuk mengalirkan air bertekanan bagi keperluan pemadaman kebakaran. Adapun klasifikasi hidran kebakaran yaitu : g.1. Hidran Kelas I Hidran yang outlet-nya berdiameter 2,5 inchi yang dipersiapkan untuk petugas pemadam kebakaran atau orang yang sudah terlatih. g.2. Hidran Kelas II Hidran yang outlet-nya berdiameter 1,5 inchi yang dipersiapkan untuk penghuni gedung. g.3. Hidran Kelas III Hidran yang outlet-nya berdiameter 1,5 dan 2,5 inchi (perpaduan hidran kelas I dan II). h. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penggunaannya pada empat kelas api (A,B,C,D). Semua APAR berperan dengan suatu daya padam yang menunjukkan kecocokan pemadamannya untuk digunakan pada suatu kelas api tertentu yang terdiri dari : h.1. Alat Pemadam Api Tipe Air (Tanki Pompa) 27

39 Berukuran 1 1/2 5 gallon dan dapat digunakan untuk memadamkan api kelas A. Pengoperasian dapat dilakukan dengan pompa tangan. h.2. Alat Pemadam Air yang Berisi Tekanan Berukuran 2 1/2 gallon berisi tekanan udara sekitar 6,8 bar di dalam kerangka atau ruangan yang sama dengan air.. h.3. Alat Pemadam Api Carbon Dioxide (CO2) Dapat digunakan untuk memadamkan api kelas B dan C dengan mengeluarkan gas CO2 yang bertekanan dengan beberapa salju melalui ujung pipa pemancar. h.4. Alat Pemadam Api Halon Berukuran 1 gallon sampai 10 gallon. Dapat digunakan untuk memadamkan api kelas B dan C. h.5. Alat Pemadam Kimia Kering Dasar Biasa/Normal Berukuran kg. Dapat dignakan untuk memadamkan api kelas B dan C. h.6. Alat Pemadam Kimia Kering Biasa Serba Guna Berukuran kg. Dapat digunakan untuk memdamkan api kelas A, B, dan C Prosedur Operasi Penanggulangan Kebakaran Menurut Lampiran III Surat Keputusan Kepala Dinas Pencegah/Pemadam Kebakaran Kota Medan Nomor 970 / 0131 / SK / 2006 tentang Prosedur Penanggulangan Kebakaran Dan Bencana Lainnya, prosedur operasi penanggulangan kebakaran yaitu : 28

40 a. Setiap memulai tugas siaga pada setiap harinya, Komandan Regu dan Wakil Komandan Regu harus segera mengatur urutan mobil yang akan berangkat bila terjadi kebakaran pada saat jam tugas mereka dan melaporkannya kepada Kepala UPT. b. Komandan serta Wakil Komandan Regu segera mengatur personil untuk masingmasing mobil, termasuk petugas yang akan menjadi Tim Rescue. c. Komandan serta Wakil Komandan Regu segera menugaskan masing-masing supir bersama piket supir untuk memeriksa kesiapan mobil dan peralatan/perlengkapannya serta melakukan pemanasan mesin sesuai Prosedur Penggunaan dan Pemeliharaan Mobil Pemadam Kebakaran, Mobil DP2K Kota Medan lainnya dan Peralatan/Perlengkapannya sebagaimana terdapat pada Lampiran II. d. Sesaat setelah mendengar sirene atau lonceng tanda adanya kebakaran, seluruh petugas pemadam kebakaran harus segera bergegas masuk ke mobil pemadam kebakaran dan segera memakai helm yang telah tersedia di mobil masing-masing. Dan bagi petugas yang menjadi Tim Rescue, segera mengenakan kelengkapan keselamatan personil (personil safety tools). e. Mobil pemadam dan petugas yang berangkat menuju lokasi kebakaran ditentukan oleh Kepala UPT. f. Seluruh anggota Tim Rescue dan PNS Siaga yang bertempat tinggal di Komplek Pemadam Kebakaran harus berangkat dan mengacu kepada Pengaturan Kesiagaan Pegawai DP2K Kota Medan dalam Penanggulangan Kebakaran sebagaimana terdapat pada Lampiran I. 29

41 g. Sesuai dengan petunjuk dari petugas piket, seluruh mobil yang diberangkatkan segera bergerak menuju lokasi kebakaran dengan tidak lupa menyalakan lampu rotari dan membunyikan sirene. Kecepatan mobil pemadam kebakaran harus mempertimbangkan keselamatan dan kemanan seluruh pihak. h. Dalam perjalanan menuju lokasi kebakaran, setiap unit mobil harus tetap melaporkan posisinya dan meminta panduan dari petugas piket tentang jalur lalu lintas yang paling lancar, singkat dan dapat dilalui mobil pemadam menuju lokasi kebakaran. i. Seluruh unit mobil pemadam yang berangkat menuju lokasi kebakaran harus tetap memonitor petunjuk dari petugas piket atau Kepala UPT. j. Pada saat regu pemadam telah sangat dekat dengan lokasi kebakaran dan dapat melihat dengan jelas kondisi kebakaran, anggota pemadam harus segera melaporkan hal-hal yang terlihat kepada petugas piket serta menyampaikan tentang perlu tidaknya penambahan jumlah unit mobil pemadam ke lokasi kebakaran. k. Setelah mobil pemadam tiba di lokasi kebakaran, hal-hal yang harus dilakukan petugas pemadam kebakaran adalah : k.1. Supir menempatkan mobil pada posisi yang paling tepat menurut posisi obyek terbakar dan kondisi jalan; k.2. Operator mesin segera menempati posisi di dekat mesin pompa dan melakukan persiapan yang dibutuhkan; k.3. Petugas pembawa selang segera menggelar selang menuju titik terdekat ke obyek terbakar dengan meninggalkan ujung selang berkopling betina di 30

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun berkembangnya berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2005). Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko merupakan kombinasi dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2005). Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko merupakan kombinasi dari BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Risiko 2.1.1. Pengertian Risiko Risiko adalah kemungkinan, bahaya, kerugian, akibat kurang menyenangkan dari sesuatu perbuatan, usaha, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besarnya arus pertumbuhan penduduk mengindikasikan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini mengakibatkan pemerintah dituntut untuk berusaha menyeimbangkan kepadatan

Lebih terperinci

GAMBARAN RISIKO PEKERJAAN PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN DI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN (DP2K) KOTA MEDAN

GAMBARAN RISIKO PEKERJAAN PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN DI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN (DP2K) KOTA MEDAN GAMBARAN RISIKO PEKERJAAN PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN DI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN (DP2K) KOTA MEDAN Rahmi Shafwani 1, Halinda Sari Lubis 2, Umi Salmah 3 1 Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. faktor yang menjadi unsur api, yaitu : bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. faktor yang menjadi unsur api, yaitu : bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan 2.1 Kebakaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kebakaran merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada jiwa, peralatan produksi, proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja. Khususnya pada kejadian

Lebih terperinci

SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR

SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR ARIE ANDRIYAN 2506 100 174 Dosen Pembimbing Dr. Maria Anityasari, S.T., M.E.

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, di mana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan sekunder atau tersier dengan karakteristik tersendiri, yaitu padat modal, padat teknologi dan multiprofesi. Keberadaan

Lebih terperinci

Materi 6. Oleh : Agus Triyono, M.Kes. td&penc. kebakaran/agust.doc 1

Materi 6. Oleh : Agus Triyono, M.Kes. td&penc. kebakaran/agust.doc 1 Materi 6 Oleh : Agus Triyono, M.Kes td&penc. kebakaran/agust.doc 1 TETRA HEDRON KESELAMATAN MENGENALI MENGHINDARI BAHAYA PELATIHAN KESEHATAN FISIK PERLENGKAPAN PELINDUNG TUBUH td&penc. kebakaran/agust.doc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun berkembangnya berbagai

Lebih terperinci

Analisis Risiko Kerja Dan Upaya Pengendalian Bahaya Pada Petugas Pemadam Kebakaran Di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang Alfi Nur Aini 1

Analisis Risiko Kerja Dan Upaya Pengendalian Bahaya Pada Petugas Pemadam Kebakaran Di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang Alfi Nur Aini 1 Analisis Risiko Kerja Dan Upaya Pengendalian Bahaya Pada Petugas Pemadam Kebakaran Di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang Alfi Nur Aini 1 1. Mahasiswa Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu dan teknologi telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan ini diiringi pula dengan berkembangnya dunia industri yang semakin maju. Pemanfaatan

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di PDKB TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia sangat penting. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3

PENGELOLAAN OPERASI K3 PENGELOLAAN OPERASI K3 Bahan Kuliah Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Industri Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : TIN 211 Nama Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran merupakan suatu bencana/musibah yang akibatkan oleh api dan dapat terja mana saja dan kapan saja. Kebakaran yang akibatkan oleh ledakan atau ledakan yang akibatkan

Lebih terperinci

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan Umumnya gejala yang timbul seolah-olah ada benda asing di mata, mata terasa nyeri, gatal atau merah, mata terasa lengket, kornea mata lecet atau terdapat goresan, mata terasa seperti terbakar dan sensitif

Lebih terperinci

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara berkembang yang menempati posisi ke 4 (empat) dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Pembangunan nasional pun mulai dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, keselamatan dan kesehatan di tempat kerja menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan kerugian yang dialami

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API Mahaenca Cio Kaban NRP : 9721067 NIRM : 41077011970302 Pembimbing : Sonny Siti Sondari, Ir, MT.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

1) Panduan Keselamatan... i

1) Panduan Keselamatan... i 1) Panduan Keselamatan... i 2.1. Keselamatan Lalu Lintas... i 2.2. Bahaya Kebakaran... i 2.3. Bahaya PohonTumbang... i 2.4. Puting Beliung... i 2.5. Gempa Bumi... i 2.6. Letusan Gunung Api... i 2.7. Bahaya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah.keselamatan dan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan K3 secara umum merupakan syarat utama didalam setiap proses bekerja, karena itu seiring dengan bertambah pesatnya sektor perindustrian sekarang ini serta

Lebih terperinci

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

Penggunaan APAR dan Kedaruratan Penggunaan APAR dan Kedaruratan II. 7 Kode Darurat per 2012 Code Blue (Kegawatdaruratan Medis) Code Red (Kebakaran) Code Grey (Gangguan Keamanan) Code Pink (Penculikan Bayi) Code Purple (Evakuasi) Code

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.P BUKU PENILAIAN DAFTAR

Lebih terperinci

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

ISNANIAR BP PEMBIMBING I: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA, LINGKUNGAN, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWATDI RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TESIS OLEH: ISNANIAR BP.

Lebih terperinci

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja)

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja) Gunung Es kerugian pada kecelakaan kerja kerugian yang "tampak/terlihat" lebih kecil daripada kerugian

Lebih terperinci

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran gedung bertingkat di Indonesia merupakan masalah yang harus ditangani secara serius. Kebakaran merupakan suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah perairan dan lautan. Banyak aktifitas yang dilakukan dengan mengandalkan perhubungan melalui

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Ungkapan yang sering kita dengar tersebut menggambarkan bahwa api mempunyai manfaat yang banyak tetapi juga dapat mendatangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa kebakaran merupakan bencana yang tidak diinginkan yang dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan kerap terjadi di hampir setiap wilayah Indonesia. Di Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggitingginya

Lebih terperinci

Alat Pelindung Diri Kuliah 8

Alat Pelindung Diri Kuliah 8 Alat Pelindung Diri Kuliah 8 Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration i i Personal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 Disampaikan pada tanggal 23 November 2017 DIREKTORAT PEMULIHAN KONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3 DIRJEN PENGELOLAAN SAMPAH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada bidang konstruksi bangunan merupakan salah satu yang berpengaruh besar dalam mendukung perkembangan pembangunan di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

Tips Mencegah LPG Meledak

Tips Mencegah LPG Meledak Tips Mencegah LPG Meledak Beberapa rekan pernah menyampaikan tips tips mencegah peledakan LPG di rumah tangga. Saya hanya mencoba mengingatkan kembali akan pentingnya kewaspadaan pengelolaan LPG di rumah

Lebih terperinci

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa tingkat kepadatan hunian

Lebih terperinci

Keselamatan Kerja di Laboratorium

Keselamatan Kerja di Laboratorium Keselamatan Kerja di Laboratorium Perhatikan PetunjuKeselamatan kerja Berkaitan dengan keamanan, kenyamanan kerja, dan kepentingan kesehatan, Keselamatan kerja sangat penting di perhatikan dalam bekerja

Lebih terperinci

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis NEUTRALIZER 25 05 Januari 2015 1. Pengantar NEUTRALIZER 25 adalah produk yang berbentuk bubuk (powder), produk ini secara khusus diformulasikan sebagai

Lebih terperinci

128 Universitas Indonesia

128 Universitas Indonesia BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat lingkungan semakin hari semakin menimbulkan problema kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) Umumnya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah masalah dunia. Bekerja dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, udara, bekerja disektor

Lebih terperinci

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD) 1. TUJUAN & PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini antara lain menguraikan tanggung jawab, evaluasi bahaya, jenis alat pelindung diri dan pemilihannya, kualifikasi fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat dan signifikan yang mendorong perusahaan meningkatkan produktivitas, kualitas, dan efisiensi

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI DAFR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii SURAT PERNYAAN TENNG ORISINALIS... iv KA PENGANR... v ABSTRACT... vi ABSTRAK... vii DAFR ISI... ix DAFR BEL... xii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada Pasal 23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan industri digunakan berbagai tingkat teknologi sederhana atau tradisional sampai teknologi maju dan sangat maju. Semakin tinggi teknologi yang digunakan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa 1 BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Industri yang mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir ialah minyak kelapa sawit. Komoditas kelapa sawit menunjukkan peran yang signifikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi yang dibarengi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas ruang dan jarak. Tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkian yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek konstruksi juga memiliki

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015... TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN A. UMUM Kebakaran senantiasa menimbulkan hal-hal yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia berlangsung sangat pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan berdirinya

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI TENTANG PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Nomor : 384 / KPTS / M / 2004 Tanggal : 18 Oktober 2004

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB Berlandasakan pada Surat Keputusan Kepala UPT Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini. Efisiensi biaya dan peningkatan keuntungan semakin diperhatikan seiring dengan penekanan resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020, digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian yang hanya satu kali yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi, Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak

Lebih terperinci