KEWENANGAN YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) SEBAGAI PERFORMING RIGHT COLLECTING SOCIETY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEWENANGAN YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) SEBAGAI PERFORMING RIGHT COLLECTING SOCIETY"

Transkripsi

1 KEWENANGAN YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI) SEBAGAI PERFORMING RIGHT COLLECTING SOCIETY Sulasno 1. PENDAHULUAN Perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual 1 disingkat HKI atau padanan kata Intellectual Property Rights dewasa ini memegang peranan yang sangat penting dalam praktik pergaulan internasional. Apalagi sejalan dengan globalisasi yang sangat identik dengan free market, free competition dan transparansi memberikan dampak yang cukup besar terhadap perlindungan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia sehingga dengan demikian merupakan tantangan kepada Indonesia untuk memberikan perlindungan yang memadai atas HKI guna tercipta persaingan yang sehat yang tentu saja dapat memberikan kepercayaan kepada investor untuk berinvestasi di Indonesia. Berkaitan dengan bidang yang ada dalam HKI yang menarik dan mendapat perhatian yang semakin meningkat dari Pemerintah Indonesia yaitu perlindungan akan hak cipta. Berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta (UUHC) Nomor 06/82 jo 07/87 jo 12/97 dan yang terbaru nomor 19 tahun 2002 pencipta mempunyai hak untuk mengumumkan dan memproduksi karya ciptanya. Artinya jika seseorang lain berniat untuk menggunakan karya cipta orang lain maka harus meminta izin kepada pemilik/pencipta atau pemegang hak cipta. Berdasarkan UUHC, hak yang dimaksud dalam hal ini adalah hak ekonomi yang berisi beberapa hak yang dilindungi, diantaranya adalah performing right. Performing Right ini berhubungan dengan hak untuk mengumumkan kepada khalayak (public performing) terutama lagu yang didalamnya melibatkan pencipta dan penyanyi dengan kegiatan melalui media broadcast (radio dan televisi), membuat audisi (kaset, compact disk maupun alat lain yang dinyanyikan dalam konser) serta pendistribusian yaitu apa yang disebut mechanical right yaitu memperbanyak 1 Ada pelbagai penggunaan istilah Intellectual Property Rights di Indonesia. Mulai dari Hak Milik Intelektual, Hak atas Kekayaan Intelektual disingkat HAKI maupun HaKI. Berdasarkan KepMenKumDang RI No. M.03.PR Tahun 2000 telah ditetapkan secara resmi istilah HKI. 144 dalam bentuk kaset, compact disk dan lainnya dari sumber alat elektronik. Dikarenakan sebagai bagian dari hak ekonomilah maka di dalam performing right, bagi masyarakat atau orangorang yang memutar lagu untuk kepentingan komersial diharuskan membayar royalty. Menurut Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (UUHC), tindakan mengumumkan lagu harus mendapat izin dan mendapat royalti. Salah satu masalah yang paling sulit dan kompleks dalam hal pengelolaan royalti terletak pada upaya menentukan besarnya royalti atau kompensasi ekonomi yang harus dibayar oleh penerima lisensi atau pembeli hak cipta kepada pemilik hak cipta. Untuk dapat menentukan royalti yang optimal dan layak tersebut, pemilik hak cipta perlu melakukan estimasi terhadap nilai riil dari asset kekayaan intelektual yang dimilikinya 2. Dalam industri musik, para pelaku ekonominya telah membuat suatu kesepakatan industri mengenai tarif-tarif royalti yang berlaku. Sebagai contoh, royalti untuk hak penggandaan atas suatu lagu (hak mekanikal) ditetapkan sebesar 5,4 % (pro rata) dari harga distributor atas setiap unit album. Sedangkan di sisi lain adanya kesepakatan industri sebagaimana yang terjadi dalam industri musik sulit diterapkan untuk kekayaan intelektual dalam bentuk teknologi/penemuan, karena peranan suatu penemuan terhadap performansi dan harga produk sangat relatif. Untuk performing right sendiri di Indonesia pelaksanaannya sendiri masih terabaikan dalam perlindungan hak cipta, adapun penyebabnya dikarenakan ada hubungannya dengan lembaga Collecting Society (CS).Di Indonesia untuk hak-hak para pencipta lagu, musisi dan penyanyi untuk menerima pembayaran royalti dipegang oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia 3 (YKCI/Performing Right Society). 2 Helianti Hilman, Pengelolaan Royalti terhadap komersialisasi Hak Kekayaan Intelektual, makalah, dalam Seminar Undang-Undang dalam Informasi Umum Perlindungan hukum HKI, FH UGM, Yogyakarta, hal 5. 3 Kedudukan YKCI sebagai sebuah lembaga yang mendapat kuasa dari pencipta lagu. Masih terjadi perdebatan

2 Selain sebagai lembaga pemungut royalti, YKCI juga mempunyai tugas sebagai lembaga performing rights 4 dalam penggunaan ciptaan, sedangkan peran pengawasan pemerintah 5 dilakukan melalui Dewan Hak Cipta 6 terutama mengenai besarnya royalti, perjanjiannya itu sendiri, juga terhadap lembaga penyelesaian perselisihannya. Royalti itu berasal dari pemutaran lagu-lagu di berbagai tempat hiburan yang bersifat komersil, yang dibayarkan hanya kepada yang menjadi anggota yayasan dengan persentase yang besarnya berkisar 22-28% dari jumlah tagihan yang diperoleh 7. Selain itu keberadaan YKCI sendiri masih dalam posisi yang lemah dan landasan hukum berdirinya YKCI serta wewenangnya memberi lisensi penggunaan lagu dan memungut royalti sering dipertanyakan bahkan diperdebatkan kehadirannya secara legal, oleh karena tidak ada ketentuan dalam UUHC yang menunjuk lembaga pengumpul royalty di Indonesia adalah YKCI sehingga muncul perseteruan yang sampai dengan sekarang belum ada penyelesaian menyangkut kewenangan dari lembaga pemungut royalti disebabkan ASIRI juga mengklaim berhak dengan dasar belum ada peraturan yang mengatur secara legal mengenai lembaga ini. 4 Performing Rights yaitu hak mengumumkan dalam penggunaan ciptaan dengan dasar pasal 1 butir 1 UUHC Performing Rights berhubungan dengan hak mengumumkan kepada khalayak terutama untuk kepentingan komersial dimana dalam hal ini pencipta (atau pemegang hak) juga berhak atasnya. 5 Muhammad Djumhana dan R. Djubaidillah, Op.cit, Hal 71 6 Dewan Hak Cipta dalam UUHC 2002 diatur dalam Pasal 48 dengan tugas membantu pemerintah dalam memberikan penyuluhan dan pembimbingan serta untuk pembinaan hak cipta, diatur dalam PP Nomor 14 Tahun 1986 jo PP Nomor 7 Tahun 1989 tentang Dewan Hak Cipta. 7 Metode Penghitungan Royalti yang dilakukan YKCI pernah menjadi masalah yang berakibat pada gugatan yang dilakukan YKCI terhadap sebuah hotel di Jakarta dikarenakan hotel tersebut menolak membayar royalti, lihat juga keberatan ASIRI dalam kasus yang sama, Dedy Kurniadi, dalam Mengkaji somasi ASIRI terhadap YKCI, tanggal 03 Agustus 2006, http :// bandingkan pula dengan kasus perlawanan para pengguna ciptaan terhadap collecting society (sejenis lembaga KCI di Amerika/ASCAP) tahun 1914 dari New York Hotel and Restaurant Association yang berpendapat bahwa lagu yang mereka tampilkan bukanlah untuk kepentingan komersial. Buffalo Broadcasting Co (yang kemudian diikuti oleh 450 pemilik tv lokal) menggugat ASCAP pada tahun 1984 karena adanya perbedaan pendapat dalam standardisasi penghitungan. Fox Broadcasting juga pernah bersengketa dengan ASCAP karena adanya tagihan lanjutan yang ditujukan kepada televisi lokal jaringannya. dengan ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) yang juga mengklaim berhak dalam mengumpulkan royalty terhadap perusahaan rekaman yang masuk ke dalam anggotanya. Berdasarkan uraian di atas, dalam hal ini permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimanakah kewenangan YKCI sebagai Performing Right Collecting Society di Indonesia dalam UUHC 2002? 2. Bagaimanakah status hukum akan keberadaan YKCI sebagai Performing Right Collecting Society di Indonesia dilihat secara praktek? 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Perundang-undangan Hak Cipta Di Indonesia Hak Cipta pertama kali diusulkan oleh Prof. St. Moh. Syah pada kongres kebudayaan di Bandung sebagai pengganti dari hak pengarang (AuteursRechts dalam Auteurswet 1912) yang dianggap kurang luas cakupan pengertiannya, Dikarenakan istilah hak pengarang tersebut memberikan kesan penyempitan arti, seolah hanya hak daripada pengarang saja yang ada kaitannya dengan karang mengarang saja, sedangkan Hak Cipta lebih luas dan mencakup juga tentang karang mengarang. Adapun dasar hukum Hak Cipta berawal dari Undang-Undang Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1987 dan diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1997 dan terakhir dengan Undang- Undang Nomor 19 tahun 2002 pada tanggal 29 Juli 2002 dengan Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 85, dalam penulisan selanjutnya penulis menggunakan UUHC untuk menyebut Undang-Undang mengenai Hak Cipta Essensi Hak Cipta Hak Cipta berasal dari bahasa Inggris copyright yang dalam terjemahannya (to) copy berarti menggandakan dan right berarti hak. Dengan demikian secara bahasa, copyright pada prinsipnya adalah hak untuk menggandakan atau menyebarluaskan suatu hasil karya. Istilah copyright diartikan ke dalam bahasa Indonesia sebagai hak cipta. Hak cipta (lambang internasional: ) adalah hak eksklusif Pencipta 145

3 atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak Cipta pada dasarnya ada atau lahir bersamaan dengan lahirnya suatu karya cipta/ciptaan, Tidak ada suatu kewajiban apapun untuk mendapatkan hak cipta. Undang-Undang mengakui dan pengakuan itu diberikan dengan diberikannya perlindungan hukum. Jadi, sejak suatu ide diwujudkan dalam suatu bentuk yang nyata dalam arti dapat dilihat, didengar, dibaca oleh orang lain, disitu sudah ada hak cipta. Ketentuan pendaftaran adalah merupakan suatu fasilitas yang disediakan oleh pemerintah dalam hal mendapatkan anggapan hukum sebagai pencipta, sebelum terbukti sebaliknya 8. Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 pasal 1 angka 1 : Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Pencipta menurut pasal 1 angka 1 UUHC 2002 yaitu : Seseorang atau beberapa orang yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Jika tidak terbukti sebaliknya yang dianggap sebagai pencipta adalah 9 : a. orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat Jenderal; atau b. orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan. Adapun hak-hak yang dimiliki pencipta yaitu : 8 Priharniwati, UU Hak Cipta di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis Volume 2/1997, Hal Pasal 5 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 146 Hak ekonomi (economic rights) yaitu hak untuk mengumumkan, memperbanyak, memberi izin untuk mengumumkan/memperbanyak ciptaannya dan hak ekonomi inilah yang dapat dialihkan kepada orang lain/badan lain, terdiri dari : hak reproduksi, hak adaptasi, hak distribusi, hak pertunjukkan, hak penyiaran, hak program kabel, dan hak pinjam masyarakat; Hak moral (moral rights) yaitu hak pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat orang yang tanpa persetujuannnya : a. meniadakan nama pencipta, b. mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya, c. mengganti atau mengubah nama pencipta, d. mengubah isi ciptaan. Hak moral ini tidak dapat dialihkan kepada orang/badan lain karena pencipta tetap melekat pada ciptaannya sehingga terdapat hubungan yang erat antara pencipta dengan ciptaannya; 2.3. Jenis-jenis Ciptaan yang dilindungi dan Jangka Waktu Perlindungan Pasal 12 Undang-Undang Hak Cipta Indonesia tahun 2002 menetapkan ciptaan 10 yang termasuk dilindungi oleh hukum Hak Cipta di Indonesia. Pasal 12 menetapkan karya-karya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang dilindungi adalah : a. Buku, program computer, pamplet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis yang lain; b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu; c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks; e. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; g. Arsitektur; h. Peta; i. Seni batik; j. Fotografi; k. Sinematografi; l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan. Adapun jangka waktu perlindungan Hak Cipta dibagi dalam tiga kelompok yaitu : Kelompok pertama : a. Buku, pamphlet, dan semua hasil karya tulis lainnya;b. ceramah, 10 Ciptaan menurut Pasal 1 angka 3 UUHC adalah setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

4 kuliah, pidato dan ciptaan lainnya yang diwujudkan dengan cara diucapkan; c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan ilmu pengetahuan; d. ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks, termasuk karawitan;, e. drama, tari (koreografi), pewayangan, pantomime; f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase seni terapan yang merupakan seni kerajinan tangan; g. arsitektur; h. peta; i. seni batik. Jangka waktu perlindungan selama hidup pencipta dan berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia. Kelompok kedua, a. program computer; b. sinematografi; c. rekaman suara; d. karya siaran. Jangka waktu perlindungan berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan. Kelompok ketiga, ciptaan yang masa perlindungan hukumnya tidak terlalu lama yaitu 25 tahun sejak pertama kali diumumkan : a. fotografi; b. saduran, bunga rampai dan karya lainnya dari hasil pengalihwujudan; c. susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku sejak pertama kali diterbitkan Pendaftaran hak cipta di Indonesia Di Indonesia, pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta atau pemegang hak cipta, dan timbulnya perlindungan suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran [2]. Namun demikian, surat pendaftaran ciptaan dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan [1]. Sesuai yang diatur pada bab IV Undang-undang Hak Cipta, pendaftaran hak cipta diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), yang kini berada di bawah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pencipta atau pemilik hak cipta dapat mendaftarkan langsung ciptaannya maupun melalui konsultan HKI. Permohonan pendaftaran hak cipta dikenakan biaya (UU 19/2002 pasal 37 ayat 2). Penjelasan prosedur dan formulir pendaftaran hak cipta dapat diperoleh di kantor maupun situs web Ditjen HKI. "Daftar Umum Ciptaan" yang mencatat ciptaan-ciptaan terdaftar dikelola oleh Ditjen HKI dan dapat dilihat oleh setiap orang tanpa dikenai biaya Perkecualian dan batasan hak cipta Perkecualian hak cipta dalam hal ini berarti tidak berlakunya hak eksklusif yang diatur dalam hukum tentang hak cipta. Contoh perkecualian hak cipta adalah doktrin fair use atau fair dealing yang diterapkan pada beberapa negara yang memungkinkan perbanyakan ciptaan tanpa dianggap melanggar hak cipta. Dalam Undang-undang Hak Cipta yang berlaku di Indonesia, beberapa hal diatur sebagai dianggap tidak melanggar hak cipta (pasal 14 18). Pemakaian ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta apabila sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat nonkomersial termasuk untuk kegiatan sosial, misalnya, kegiatan dalam lingkup pendidikan dan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian dan pengembangan, dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari penciptanya. Kepentingan yang wajar dalam hal ini adalah "kepentingan yang didasarkan pada keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan". Termasuk dalam pengertian ini adalah pengambilan ciptaan untuk pertunjukan atau pementasan yang tidak dikenakan bayaran. Khusus untuk pengutipan karya tulis, penyebutan atau pencantuman sumber ciptaan yang dikutip harus dilakukan secara lengkap. Artinya, dengan mencantumkan sekurangkurangnya nama pencipta, judul atau nama ciptaan, dan nama penerbit jika ada. Selain itu, seorang pemilik (bukan pemegang hak cipta) program komputer dibolehkan membuat salinan atas program komputer yang dimilikinya, untuk dijadikan cadangan semata-mata untuk digunakan sendiri Royalti dan Collecting Society Royalti dapat diartikan sebagai payment to an auhor, etc for every copy of a book sold, etc 11. Menurut Black, royalti adalah : Compensation for the use o property, usually copyrighted material or natural resources, expressed as percentage of receipts from using 11 Oxford University, Oxford Learner s Pocket Dictionary with Illustrations, Oxford University Press, Hal

5 the property or as an account per unit produced 12. Sehingga dapat disimpulkan bahwa royalti berhubungan dengan pembagian bagian keuntungan berupa persentase dari penggunaan HKI dalam hal ini adalah hak cipta yang diperoleh pencipta atau pemegang hak cipta atas ijin yang diberikan kepada pihak lain oleh pencipta atau pemegang hak cipta atas penggunaan suatu ciptaan. Untuk mengadministrasi royalti ciptaanciptaan lagu, di Indonesia dan juga di negaranegara lain didirikan lembaga-lembaga untuk menjembatani para pencipta lagu dengan para pemakai lagu (users) untuk mengurusi dan mengadministrasi pemakaian lagu dan menyelesaikan kewajiban user membayar royalti, disebut juga dengan Collecting Society. Pola pemungutan yang berlaku umum pada lembaga ini adalah blanket licences atas seluruh ciptaan yang dikelola. Dengan blanket licences, collecting society melisensikan penggunaan keseluruhan ciptaan yang terdapat dalam catalog dalam waktu yang diperjanjikan dan dalam jumlah yang ditentukan berdasarkan standar tertentu. Dengan cara ini pengguna ciptaan (contohnya restoran) membayar lisensi dalam jumlah tertentu dalam suatu periode berdasarkan standar tertentu. Secara umum tugas collecting society adalah mengadministrasikan hak cipta, memastikan diberikannya lisensi dan pembayarannya, serta mendistribusikan royalti kepada pencipta. Di Indonesia lembaga yang melakukan pekerjaan ini adalah Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI). Lembaga ini didirikan atas prakarsa beberapa beberapa orang yang bersimpati dan berkecimpung di bidang musik dan didukung oleh pemerintah (Tim Kepres 34 dan Departemen Kehakiman). Tugas dari YKCI adalah mengumpulkan royalti (termasuk memungut royalti performing rights) untuk para pencipta lagu dari users dan mendistribusikannya kepada pencipta lagu yang berhak. Telah bergabung pada YKCI sekitar 840 pencipta lagu Indonesia yang mendaftarkan sebanyak lebih dari ciptaan lagu Indonesia. Jenis-jenis lagu yang terdaftar meliputi semua jenis pop, jazz hingga dangdut. 12 Henry Campbell Black, Black s Law Dictionary, Sixth Edition, West Publishing Co, St.Paul, Minnesota, 1990, Hal Selain pencipta negeri sendiri, dengan berafiliasinya YKCI dengan 158 lembaga sejenis di 86 negara-negara di dunia ini, YKCI juga mewakili Indonesia. Hal ini dimungkinkan dengan adanya perjanjian kerja sama resiprokal yang dirintis sejak Januari 1991 dengan lembaga pencipta di Belanda yang bernama BUMA STEMRA. Tugas yang diberikan oleh para pencipta berdasarkan kuasa tertulis adalah atas nama mereka memberikan izin kepada semua pihak yang ingin menggunakan lagu, khususnya untuk kegiatan mengumumkan dan memperbanyak (walaupun yang terakhir ini terbatas). Untuk memperoleh izin YKCI, para users membayar royalti untuk penggunaan 1 (satu) tahun di muka. Setelah membayar YKCI akan menerbitkan SERTIFIKAT LISENSI PENGGUNAAN MUSIK (SLPM) yang memperbolehkan user untuk menggunakan lagu apa saja dalam kegiatan usahanya dan membebaskan user dari segala macam tuntutan/gugatan para pencipta yang tergabung pada YKCI. Setiap bulan Maret suatu tahun tertentu YKCI mendistribusikan royalti kepada pencipta lagu yang lagunya digunakan selama kurun waktu pemantauan bulan Januari hingga Desember tahun sebelumnya. Royalti harus dibayar karena lagu adalah suatu karya intelektual manusia yang mendapat perlindungan hukum. Jika pihak lain ingin menggunakannya sepatutnya minta izin kepada pencipta. Pembayaran royalti merupakan konsekuensi dari menggunakan jasa/karya orang lain 13. Adanya lembaga pemungut royalti ini telah dikenal sejak hampir seabad lalu. American Society of Composers, Authors and Publishers (ASCAP) berdiri pada tahun 1913 untuk mengutip royalti dari kafe dan restoran di New York. Organisasi sejenis tumbuh hampir di seluruh dunia yang kemudian menggabungkan diri di bawah Cisac (the Confederation of Societies of Authors and Composers) sebagai konfederasi internasional organisasi sejenis. Dengan menggabungkan diri di bawah suatu konfederasi internasional, maka pemungutan royalti dapat dilakukan di seluruh dunia. YKCI sendiri tergabung dibawah Cisac sebagai anggota biasa (ordinary member) dengan nomor kode 13 Tim Lindsey, dkk, Hak Kekayaan Intelektual suatu pengantar, Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2006, Hal 120

6 109 (list member of Cisac termuat pada 3. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kewenangan YKCI sebagai Performing Right Collecting Society di Indonesia dalam UUHC Untuk mengetahui status hukum akan keberadaan YKCI sebagai Performing Right Collecting Society di Indonesia dilihat secara praktek. Adapun kegunaaan atau manfaat penelitian yang dapat diharapkan sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadapi pengembangan ilmu hukum khususnya mengenai hukum hak cipta. 2. Kegunaan Praktis Penellitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam penerapan kebijakan, pembuatan aturan bagi pemerintah dan perlindungan yang memadai bagi pencipta, penyanyi maupun users atau pengguna. 4. METODE PENELITIAN 4.1. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Hukum Normatif atau doktrinal, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang disebut penelitian kepustakaan (library research) yang dijadikan sasaran dalam penelitian hukum ini yaitu norm 14. Adapun pelaksanaan dari penelitian ini berupa menemukan hukum bagi suatu perkara in concreto. Penelitian ini mensyaratkan sudah diselesaikannya inventarisasi hukum positif yang berlaku in-abstraco. Dalam penelitian hukum jenis ini norma hukum in-abstaco diperlukan untuk berfungsi sebagai premise mayor, sedangkan fakta-fakta yang relevan dalam perkara (legal facts) dipakai sebagai premise minor. Melalui proses sillogisme akan diperoleh sebuah conclusion (kesimpulan) berupa hukum positif in-concreto yang dicari Pendekatan Masalah Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan analitis (analytical approach). Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral sentral penelitian. Adapun pendekatan analitis maksudnya adalah analitis terhadap bahan hukum dengan mengetahui makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan dalam peraturan perundang-undangan secara konsepsional, sekaligus mengetahui penerapannya dalam praktik Bahan Hukum Bahan hukum yang dipergunakan dalam wujud bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan tersier. Dalam penelitian ini dengan merujuk pada Soekanto dan Mamudji 15 penggunaan Bahan Hukum Primer yang merupakan bahan hukum yang mengikat, terdiri dari : 1. Norma (dasar) atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan UUD 1945; 2. Peraturan dasar, yaitu : a. Batang tubuh UUD 1945; b. Ketetapanketetapan MPR; 3. Peraturan Perundangundangan. Dalam bahan hukum sekunder yang merupakan penjelasan dari bahan hukum primer terdiri dari : 1. Rancangan Undang-undang, 2. hasil-hasil penelitian, 3. hasil karya dari kalangan hukum. Sedangkan bahan hukum tersier yang merupakan penjelasan dari bahan hukum primer dan sekunder terdiri dari 1. kamus hukum yaitu Black Law Dictionary dan 2. Kamus Inggris Oxford Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum Adapun bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian studi kepustakaan, aturan perundang-undangan dan artikel akan diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa sehingga disajikan dalam penulisan yang sistematis guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Bahwa cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi selanjutnya analisis dilakukan secara kualitatif 14 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum sebuah Pengantar, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1996, Hal Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Penerbit PT. Rajawali Press, 2003, Hal

7 yang mampu menjawab permasalahan yang diteliti, dengan bertumpu pada tipe penelitian, tujuan penelitian serta sifat data yang terkumpul dalam penelitian. Menurut Soekanto 16 metode kualitatif adalah suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif-analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan juga perilakunya yang utuh, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tinjauan mengenai Performing Right dalam Hak Cipta Hak Cipta pada dasarnya ada atau lahir bersamaan dengan lahirnya suatu karya cipta/ciptaan, Tidak ada suatu kewajiban apapun untuk mendapatkan hak cipta. Undang-Undang mengakui dan pengakuan itu diberikan dengan diberikannya perlindungan hukum. Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 pasal 1 butir 1 : Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Mengacu kepada Pasal tersebut maka terdapat 2 hak eksklusif yang dilindungi dibawah hak cipta yaitu hak mengumumkan dan hak memperbanyak.hak mengumumkan atau Performing Rights dalam hal ini adalah hak untuk mengumumkan dalam penggunaan ciptaan dengan dasar pasal 1 butir 1 UUHC Performing Rights berhubungan dengan hak mengumumkan kepada khalayak terutama untuk kepentingan komersial dimana dalam hal ini pencipta (atau pemegang hak) juga berhak atasnya. Melihat pada hak-hak yang dimiliki pencipta, hak mengumumkan atau performing right masuk dalam Hak ekonomi (economic rights) yaitu hak untuk mengumumkan, memperbanyak, memberi izin untuk mengumumkan/memperbanyak ciptaannya dan hak ekonomi inilah yang dapat dialihkan kepada orang lain/badan lain, terdiri dari : hak 16 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI Press, Jakarta, 1986, Hal reproduksi, hak adaptasi, hak distribusi, hak pertunjukkan, hak penyiaran, hak program kabel, dan hak pinjam masyarakat. Di sisi lain ada hak pencipta lain yaitu Hak moral (moral rights) yaitu hak pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat orang yang tanpa persetujuannnya : a. meniadakan nama pencipta, b. mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya, c. mengganti atau mengubah nama pencipta, d. mengubah isi ciptaan. Hak moral ini tidak dapat dialihkan kepada orang/badan lain karena pencipta tetap melekat pada ciptaannya sehingga terdapat hubungan yang erat antara pencipta dengan ciptaannya. Tidak sedikit pelaku usaha yang belum mengetahui apa sebenarnya substansi dari hak mengumumkan itu. Mengacu kepada Pasal 1 butir 1 UU 19 tahun 2002 maka terdapat 2 hak eksklusif yang dilindungi dibawah hak cipta yaitu hak mengumumkan dan hak memperbanyak. Secara umum masyarakat sangat mengenal hak memperbanyak yaitu hak menggandakan ciptaan. Dalam ciptaan musik atau lagu mengenal kaset, compact disc (cd) sebagai media penggandaan. Dengan membeli kaset maka membeli hak memperbanyak (mechanical right). Dengan beredarnya kaset bajakan maka terjadilah pelanggaran hak memperbanyak atas suatu ciptaan. Menikmati lagu dari kaset yang dibeli tentu telah menjadi hak dari si pembeli. Namun ternyata hak si pembeli tersebut tidak meliputi hak mengumumkannya kepada khalayak terutama untuk kepentingan komersial. Kegiatan mengumumkan ciptaan musik tersebut ternyata telah memasuki wilayah hak eksklusif lainnya yaitu hak mengumumkan. Pencipta (atau pemegang hak) telah menerima hasil dari mechanical rights namun ternyata masih berhak atas hak mengumumkan (performing rights) Sistem pengaturan Royalti untuk Lagu Pada umumnya pelaku bisnis musik di Indonesia menghitung royalty dari Harga Dasar atau dengan Base Price atau PPD (Publish Price to Dealer). Perhitungan untuk mendapatkan Harga Dasar tersebut adalah sbb: Harga Retail X (100% - Diskon yang di tentukan oleh distributor/label) = Base Price Angka diskon tersebut dalam pelaksanaannya akan bervariasi, masing masing label/distributor memiliki angka berbeda dengan

8 alasan yang berbagai macam. Ada pula yang menghitung biaya Sticker PPN dan ASIRI dalam perhitungan Base Price. Karena biaya atas Sticker PPN tersebut dapat mereka sertakan pada saat mereka membayar pajak. Namun angka diskon tersebut akan berkisar antara 25%-30%. Diskon sebesar 25% tersebut adalah merupakan hak dari Agen/Wholesaler yang pada umumnya kemudian diambil oleh para retailer sebesar lebih kurang 20%. Dari sebuah kontrak rekaman bisa mendapatkan RoyaltyArtis. Royalty ini adalah hak yang di dapat dari hasil kerja keras dan jasa performance yang di rekam di Master Rekaman yang kemudian digandakan dalam bentuk Kaset dan CD. Persentasi atas Royalty Artis yang akan menjadi hak artis sangat bergantung pada kemampuan aris untuk bargain dengan pihak label/bos Rekaman. Pada umumnya Royalti Artis akan berkisar antara 1% - 10% namun semua akan kembali bergantung kepada bargaining power. Dan pada akhirnya artis juga yang akan memutuskan untuk menerima hasil tawar menawar tersebut. Dalam hal ini artis harus tahu harga yang pantas untuk jerih payah dan karya. Dalam pelaksanaannya Royalty Artis bisa hingga 20% dari Base Price akan tetapi pasti ada kompensasi dan resiko yang berbeda pula misalkan, si Artis sudah terkenal dan juga harus produksi album sendiri atau bahkan dengan produksivideopula. Dalam hal pembayaran royalty biasanya dilakukan pada saat penandatanganan perjanjian rekaman dengan pihak label dengan menerima pembayaran Royalty Artis di muka (advance payment). Besarnya pembayaran tersebut sangat bergantung dari hasil bargain atau kesepakatan dengan pihak label mengenai jumlah copy Kaset dan CD yang di perhitungkan untuk itu selanjutnya membuat kesepakatan dengan pihak label untuk menentukan termin pembayaran yang harus di lakukan oleh pihak label selanjutnya. Dengan catatan pihak label juga harus memberikan laporan penjualan bulanan secara berkala. Melihat dari uraian di atas ternyata cara berhitung untuk royalty ini di seluruh dunia sangat beragam, seperti memakai standar harga durasi lagu, harga standar industri, maupun standar persentase. Di Indonesia khususnya YKCI mengadopsi standar persentase sesuai standar Internasional, yakni sebesar 5,4% untuk sebuah media album rekaman terjual untuk berapapun jumlah lagu yang terdapat di dalam album tersebut Peran YKCI sebagai Performing Right Collecting Society Berdasar uraian tersebut di atas tentu lebih mudah bagi pencipta untuk menghitung pemasukannya dari penggandaan ciptaan. Sebaliknya tentunya tidak mudah untuk menagih performing right mengingat pengumuman bisa terjadi dimana saja dan kapan saja diluar sepengetahuan si pencipta. Di bidang lagu, hak mengumumkan bisa dijabarkan menjadi hak menyanyikan atau mempertunjukkan lagu di tempat umum, memperdengarkan di tempat hiburan, menyiarkan lagu lewat televisi atau radio dan menggunakan lagu sebagai ring tone atau ring back tone telepon genggam. Menurut Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (UUHC), tindakan mengumumkan lagu harus mendapat izin dan membayar royalty. Meskipun UUHC mencantumkan ancaman penjara dan denda cukup berat, kenyataannya ketentuan tersebut tidak berdaya guna menjerat orangorang yang menggunakan (mengumumkan) lagu untuk kepentingan komersial dan tanpa izin 17.Di titik inilah sejarah lembaga sejenis KCI dimulai. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa dapat dibayangkan betapa sulitnya para pencipta lagu untuk meminta royalty dan sebaliknya betapa repotnya para pengusaha atau pengguna karya cipta lagu apabila harus mengurus izin dari kurang lebih para pencipta lagu. Oleh karena itu diperlukan lembaga bersama untuk mewakili pencipta dalam menagih royalti performing right atau yang disebut sebagai collection societies. Collecting Society diperlukan untuk mengadministrasi royalti yang berhubungan dengan pembagian keuntungan berupa persentase dari penggunaan hak cipta yang diperoleh pencipta atau pemegang hak cipta atas ijin yang diberikan kepada pihak lain oleh pencipta atau pemegang hak cipta atas penggunaan suatu ciptaan lagu, di Indonesia dan juga di negara-negara lain didirikan lembagalembaga untuk menjembatani para pencipta lagu 17 Otto Hasibuan, Perlunya Collecting Society, diakses tanggal 01 Pebruari

9 dengan para pemakai lagu (users) untuk mengurusi dan mengadministrasi pemakaian lagu dan menyelesaikan kewajiban user membayar royalti. Bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura maupun Malaysia, perkembangan sistem perlindungan bagi para pencipta lagu di Indonesia masih tertinggal sangat jauh, baik dari segi penghormatan terhadap karya cipta lagu maupun jumlah penghimpunan dan atau pengumpulan royaltinya. Hal ini dapat diliat dari jumlah royalty yang dapat dihimpun dan atau dikumpulkan oleh kedua negara tetangga tersebut kurang lebih 100 milyar setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan KCI yang setiap tahunnya baru dapat mengumpulkan royalty sebesar 10 milyar. Eksistensi YKCI yang merupakan badan administrasi kolektif sebagai lembaga pemungut royalty lagu dan musik di Indonesia didirikan berdasar akta Notaris No. 42 tertanggal 12 Juni 1990 melalui akte yang dikeluarkan notaris Abdul Latief yang selanjutnya YKCI tunduk pada UU No. 28/2004 jo UU No. 16/2001 tentang Yayasan. Yayasan ini mengimplementasikan aturan-aturan yang terdapat dalam UUHC khususnya dalam pemungutan royalty bagi pencipta lagu dan musik, dengan dasar surat kuasa dari pemberi kuasa, yaitu jutaan pencipta melodi dan lirik lagu beserta penerbit musik Indonesia dan asing yang karyanya dimainkan di seluruh dunia serta dasar nota kesepahaman antara YKCI dengan pemerintah mengenai penerapan hak cipta. Fungsi YKCI adalah sebagai pihak yang mewakili pencipta untuk melaksanakan hak ekonomi terutama hak untuk mengumumkan ciptaan sesuai yang diatur dalam pasal 2 UUHC. Dalam situsnya ( disebutkan bahwa sesuai perjanjian dengan BUMA STEMRA, YKCI adalah the organization given the right to manage the performing rights of world repertoire. Buma adalah anggota Komite Asia Pasifik Confederation International Societies of Composers and Song Writers (CISAC). Hubungan hukum antara YKCI dengan pencipta lagu adalah berdasar perjanjian pemberian kuasa yang diatur dalam Pasal KUHPerdata dengan kekhususan YKCI sebagai pihak dalam perjanjian YKCI. Dengan demikian YKCI memiliki hak dan kewajiban seperti layaknya seorang pencipta yang diatur 152 dalam pasal 2 UUHC, namun terbatas dalam hak mengumumkan. Hubungan hukum antara YKCI dengan pemakai (user) berdasar pada perjanjian lisensi yang telah dilakukan berdasar kesepakatan kedua belah pihak sesuai syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata dan asas kebebasan berkontrak pasal 1338 KUHPerdata. Lembaga collecting society belum tegas diatur dalam UU No. 14 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Selama ini, yang banyak dikenal masyarakat adalah YKCI. Tetapi Yayasan ini belum sepenuhnya bisa menjalankan fungsi sebagai collecting society. Masih ada perdebatan mengenai keabsahan wewenang YKCI memungut royalti. Eksistensi YKCI telah diakui sebagai suatu lembaga collecting society sejak awal berdirinya dan hingga kini telah memiliki anggota lokal yang mencapai lebih dari 2300 orang. Ini masih ditambah lagi dengan keanggotaan YKCI dari CISAC (Confederation of Societies of Authors and Composers/Organisasi Induk Performing Right sedunia) yang beranggotakan lebih dari 111 negara membuat karya cipta lagu milik para pencipta lagu Indonesia juga terdaftar di 111 negara anggota CISAC tersebut serta mendapatkan pengakuan maupun penghargaan atas karya ciptanya dalam bentuk royalty. Ini berarti dalam skala internasional, status dan kedudukan KCI telah diakui sebagai satu-satunya organ/lembaga yang mewakili para pencipta lagu di Indonesia sekaligus dipercaya oleh pencipta lagu asing. Dengan demikian keanggotaan YKCI dari luar mencapai dua juta orang. Dalam sistem keanggotaan, YKCI menggunakan sistem personal sukarela dan bukan diwakilkan dalam bentuk perkumpulan. Sehingga hubungan hukum yang terjadi adalah bersifat keperdataan. Selain itu, menurutnya selama menjadi anggota dan telah memberikan kuasa kepada YKCI untuk menarik royalti, pencipta lagu tidak bisa berhubungan dengan lembaga sejenis untuk menarik royaltinya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemungutan royalti ganda ke satu tempat oleh dua lembaga collecting society atas suatu ciptaan yang sama. Seperti diuraikan di atas, YKCI bekerja atas dasar pemberian kuasa dalam bentuk perjanjian dari pencipta lagu yang menjadi anggota YKCI dimana pemberian kuasa tersebut dimaksudkan

10 untuk menarik royalti dari pengguna. Sehingga sudah pasti YKCI tidak akan memungut royalti dari pencipta lagu yang bukan merupakan anggota YKCI. Berdasarkan catatan hukumonline, pengakuan Pemerintah terhadap YKCI sebagai collecting society secara tak langsung tergambar dari Perjanjian Kerjasama Antara Direktorat Hak Cipta, Paten dan Merek Ditjen HKI dengan YKCI pada 23 September Kala itu, YKCI diwakili oleh Rinto Harahap, sedangkan Ditjen HKI diwakili S. Kayatmo. Tugas yang diberikan oleh para pencipta berdasarkan kuasa tertulis adalah atas nama mereka memberikan izin kepada semua pihak yang ingin menggunakan lagu, khususnya untuk kegiatan mengumumkan dan memperbanyak (walaupun yang terakhir ini terbatas). Untuk memperoleh izin YKCI, para users membayar royalti untuk penggunaan 1 (satu) tahun di muka. Setelah membayar YKCI akan menerbitkan SERTIFIKAT LISENSI PENGGUNAAN MUSIK (SLPM) yang memperbolehkan user untuk menggunakan lagu apa saja dalam kegiatan usahanya dan membebaskan user dari segala macam tuntutan/gugatan para pencipta yang tergabung pada YKCI. Setiap bulan Maret suatu tahun tertentu YKCI mendistribusikan royalti kepada pencipta lagu yang lagunya digunakan selama kurun waktu pemantauan bulan Januari hingga Desember tahun sebelumnya. Royalti harus dibayar karena lagu adalah suatu karya intelektual manusia yang mendapat perlindungan hukum. Jika pihak lain ingin menggunakannya sepatutnya minta izin kepada pencipta. Pembayaran royalti merupakan konsekuensi dari menggunakan jasa/karya orang lain 18. Abdul Bari mengatakan 19 bahwa peran KCI tetap dapat dipertahankan sepanjang lembaga collecting society belum terbentuk. Sehingga sah-sah saja YKCI melakukan pungutan royalti. Hanya saja kewenangan KCI tersebut dan besar penghitungan royaltinya harus tertuang jelas kepada kesepakatan perdata antara pencipta (yang diwakili oleh YKCI) dengan pengguna sesuai dengan pasal 45 ayat 4 UU Hak Cipta Kewenangan YKCI menurut Hukum Berbicara mengenai istilah kewenangan yang banyak disebut dalam Hukum Administrasi Negara, menurut Bagir Manan 20 istilah kewenangan berasal dari kata dasar wewenang yang di dalamnya sekaligus terkandung hak dan kewajiban. Wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht), wewenang hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam negara hukum, wewenang pemerintah berasal dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. P. Nikolai 21 menyatakan bahwa kewenangan merupakan kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu yaitu tindakantindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum dan mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum tertentu. Menurut R.J.H.M. Huisman 22, kewenangan hanya diberikan oleh undang-undang. Pembuat undang-undang dapat memberikan wewenang tidak hanya kepada organ pemerintahan tetapi juga kepada pegawai atau badan khusus atau badan hukum privat. Perihal bagaimana memperoleh wewenang pemerintahan, secara teoritik kewenangan diperoleh melalui tiga cara yaitu, atribusi, delegasi, dan mandat. Menurut H.D. Van Wijk Willem, atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah dari satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lain. Mandat adalah ketika organ pemerintahan mengijinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya sedangkan menurut Stroink dan Steenbek, ada dua cara organ pemerintah memperoleh wewenang, yaitu atribusi dan delegasi. Atribusi berkenaan dengan penyerahan suatu wewenang baru, sedangkan delegasi menyangkut pelimpahan wewenang dari wewenang yang telah ada (oleh organ yang telah memperoleh wewenang secara atributif kepada organ lain, jadi delegasi secara logis selalu didahului oleh atribusi). Mandat tidak dibicarakan mengenai penyerahan wewenang, tidak terjadi perubahan wewenang apapun. Contoh : Menteri dan pegawai, Menteri mempunyai wewenang 18 Tim Lindsey, dkk, Hak Kekayaan Intelektual suatu pengantar, Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2006, Hal Wawancara dengan Dirjen HKI 20 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2002, Hal Ridwan HR, Op.cit 22 Ibid, Hal

11 melimpahkan kepada pegawai untuk mengambil keputusan tertentu atas nama mentri, sementara secara yuridis wewenang dan liability tetap ada pada organ kementrian. Pegawai memutuskan secara faktual sedangkan menteri secara yuridis. Berkaitan dengan lembaga collecting society belum secara tegas diatur dalam UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Tidak ada satu pasalpun dalam UUHC 2002 yang menyebutkan penunjukkan pengelolaan performing right collecting society di Indonesia sehingga berdasar pada essensi dari kewenangan sebagaimana diuraikan di atas tidak ada hak dan kewajiban bagi pencipta lagu untuk masuk ke dalam anggota YKCI maupun mengenai pengelolaan royalti begitupun sebaliknya. Akan tetapi selama ini, yang banyak dikenal masyarakat adalah YKCI. YKCI sendiri pun belum sepenuhnya bisa menjalankan fungsi sebagai collecting society. Masih ada perdebatan mengenai keabsahan wewenang YKCI memungut royalti 23. Dalam prakteknya eksistensi YKCI telah diakui sebagai suatu lembaga collecting society sejak awal berdirinya dan hingga kini telah memiliki anggota lokal yang mencapai lebih dari 2300 orang. Ini masih ditambah lagi dengan keanggotaan YKCI Confederation of Societies of Authors and Composers, sehingga keanggotaan YKCI dari luar mencapai dua juta orang. Selain pencipta negeri sendiri, dengan berafiliasinya YKCI dengan 158 lembaga sejenis di 86 negara-negara di dunia ini, YKCI juga mewakili Indonesia. Hal ini dimungkinkan dengan adanya perjanjian kerja sama resiprokal yang dirintis sejak Januari 1991 dengan lembaga pencipta di Belanda yang bernama BUMA STEMRA. 23 Ada beberapa contoh kasus yang dapat dicontohkan :1. KCI mendapatkan somasi terbuka melalui harian Kompas (10 Juli 2006). Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) telah menolak pemungutan royalti yang dilakukan KCI dan meminta agar KCI menghentikan pemungutan royalti dimaksud. Bentuk perlawanan ASIRI yaitu menggugat eksistensi KCI sebagai lembaga pemungut royalti hak mengumumkan (performing right);2. Beberapa restoran dan hotel menolak untuk membayar royalti kepada KCI yang kemudian berujung kepada gugatan KCI terhadap sebuah hotel di Jakarta. Beberapa restoran dan hotel keberatan dengan metode penghitungan yang dilakukan KCI sebagai alasan penolakan mereka perusahaan rekaman menggugat PMH terhadap YKCI karena merasa hak-haknya dilanggar dalam pemungutan royalty lagu terhadap operator telekomunikasi. 154 Meskipun YKCI dikatakan sebagai sebuah lembaga yang punya atensi serius terhadap nasib para pencipta lagu, dengan mengumpulkan royalty serta menyalurkannya kepada yang berhak bukan berarti tanpa masalah. Hal-hal tersebut dapat diinventarisir sebagai berikut : pertama, masih ada kekurangpuasan yang dilontarkan oleh anggota YKCI perihal kurangnya transparansi dalam pelaporan hasil dari perolehan royalty, masalah pembagian royalty sebesar 6 % dari keuntungan yang memicu pro dan kontra maupun kurangnya transparansi menyangkut dari personil yang duduk di kepengurusan YKCI. Belum lagi somasi terbuka yang dilayangkan oleh ASIRI melalui harian Kompas (10 Juli 2006). Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) telah menolak pemungutan royalti yang dilakukan KCI dan meminta agar KCI menghentikan pemungutan royalti dimaksud. Bentuk perlawanan ASIRI yaitu menggugat eksistensi KCI sebagai lembaga pemungut royalti hak mengumumkan (performing right). Sebelumnya beberapa restoran dan hotel menolak untuk membayar royalti kepada KCI yang kemudian berujung kepada gugatan KCI terhadap sebuah hotel di Jakarta. Kontroversi hubungan KCI dengan pengguna ciptaan musik agaknya akan terus berlanjut. Beberapa restoran dan hotel keberatan dengan metode penghitungan yang dilakukan KCI sebagai alasan penolakan mereka. Menurut Otto Hasibuan 24 lembaga collecting society seperti YKCI memang diperlukan untuk mewakili pencipta mengelola hak mengumumkan akan tetapi karena keberadaan YKCI yang sama sekali tidak diatur oleh UUHC dan pemerintah pun tidak bertindak untuk membentuk lembaga collecting society yang kuat dan berwibawa maka jelas upaya perlindungan hak cipta hanya bersifat setengahsetengah. Oleh karena itu tugas pemerintahlah untuk menegakan hak cipta dan kalau kemudian berdiri collecting society yang dilaksanakan di kalangan pencipta, kalangan pemegan sound recording/produser rekaman, maka kinerja lembaga itu tidak boleh lepas dari tanggung jawab pemerintah demi tegaknya hak cipta dan terlindunginya hak-hak ekonomi pencipta dan pemegang hak terkait. Adapun cara yang dapat dilakukan dalam jangka panjang adalah dengan 24 Otto Hasibuan, Perlunya Collecting Society, Loc.cit

12 memperbaharui UUHC dengan mengatur collecting society dan menyempurnakan pengaturan hak ekonomi pencipta. Teori mengenai kewenangan yang diuraikan sebelumnya juga memperkuat pendapat bahwa tidak terdapat atribusi, mandat maupun delegasi yang diberikan kepada YKCI dalam hal pelaksanaan tugas dan fungsinya yang berhubungan dengan pemberian, perolehan serta pelimpahan baik berdasar undang-undang, datang dari pemerintah maupun organisasi pemerintahan dalam bentuk ijin. Kenyataan yang terjadi adalah hanya sebatas pada MoU yang dilakukan oleh para pihak, bukan berasal dari perintah undang-undang. Akan tetapi berdasarkan pada aspek kebutuhan dari para pihak yang diwakili dalam hal ini oleh YKCI kemudian sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum dan juga nilai-nilai yang ada di masyarakat maka keberadaan YKCI sebagai collecting society, berdasarkan fakta bahwa YKCI diakui dan berkembang, status hukumnya dapat dibenarkan berdasarkan atas asas manfaat atas nilai ekonomis yang dipergunakan oleh pihakpihak untuk kepentingan komersial yang dapat diterima pencipta lagu dan asas kebutuhan dari para users untuk mendapatkan pengakuan dan perlindungan hak atas karya ciptanya dengan catatan bahwa kesemuanya perlu di cover melalui mekanisme perjanjian yang dapat menguntungkan para pihak yang terlibat. Memperhatikan uraian di atas dengan demikian dapat dilihat ada beberapa kendala yang dialami oleh YKCI dalam penerapan Performing Right yaitu : Pertama, masalah Penjualan Kaset/CD versus Performing Rights. Perbedaan pendapat antara kedua lembaga ini adalah mengenai pemutaran lagu,pameran dan penjualan di toko kaset yang dianggap sebagai bentuk pengumuman. Dapat diduga KCI mengacu kepada Pasal 1 butir 5 UU Hak Cipta yang mencantumkan kegiatan pameran dan penjualan sebagai salah satu bentuk pengumuman. Hal ini memang dapat mengundang perlawanan mengingat proses pameran dan penjualan kaset/cd tidak lain adalah kelanjutan dari hak menggandakan (mechanical rights). Adapun mechanical rights sendiri tidak akan berjalan tanpa adanya penjualan, disebabkan oleh dasar pertimbangan bahwa kaset/cd adalah sebagai media penggandaan sehingga perlu dan harus dilakukan penjualan di toko kaset. Dalam hal ini perlu tampaknya perlu dilakukan pengkajian yang mendalam mengenai penerapan UU Hak Cipta terutama dari sisi kepentingan ekonomi si pencipta sendiri. Kedua, perbenturan antara Hak Siar (Broadcasting Right) Lembaga Penyiaran dengan Performing Rights. Patut dipertanyakan penagihan yang dilakukan KCI terhadap Lembaga Penyiaran terutama apabila lagu yang disiarkan telah dibayar broadcasting right nya. Pertanyaan ini mungkin saja timbul atas lagu-lagu rekaman yang telah dibayar lisensi hak siarnya. Broadcasting right itu sendiri pada pokoknya berarti hak untuk menyiarkan yang juga berarti hak untuk mengumumkan. Dengan demikian terdapat kemungkinan KCI mendapat ujian dari lembaga penyiaran terutama untuk mendapatkan penghitungan lisensi sebatas bagi lagu yang belum diperoleh Broadcasting rightnya. Belum lagi ternyata KCI juga coba menagih hotel-hotel berdasarkan keberadaan pesawat televisi di kamar hotel. Perlu pula dikaji secara mendalam apakah performing rights yang telah ditagih ke lembaga penyiaran dapat pula ditagih kembali ke hotel, apalagi apabila melalui televisi berbayar (pay tv). Ketiga, perbenturan antara Ringtone dengan Performing Rights. KCI sendiri mengakui bahwa mereka memungut performing rights bagi pelaku usaha ring tone. Patut dipertanyakan dimanakah aspek pengumuman dalam perdagangan ring tone. Pengalaman dalam fakta empiris menemukan bahwa KCI masih ragu dalam men standar kan dasar pemungutannya. Bahkan pencantuman judul lagu di media cetak pun diajukan sebagai bentuk pengumuman. Bukankah Seperti diketahui bahwa pencantuman judul lagu sangat berbeda dengan pengumuman lagu itu sendiri. Dalam hal ini proses perdaganan ring tone atau ring back tone hampir persis dengan proses mechanical rights. Dapat dikatakan bahwa proses transaksi yang terjadi adalah proses penggandaan. Apa yang dipersoalkan ASIRI diatas dapat saja terjadi dalam proses perdagangan ring tone. Kegagalan dalam menentukan standar seperti ini tentu sangat potensial untuk mendapat kan perlawanan dari pelaku usaha. Keempat, perbenturan antara Synchronisation Rights dengan Performing 155

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/23/2014 nts/epk/ti-uajm 2

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/23/2014 nts/epk/ti-uajm 2 N. Tri Suswanto Saptadi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar 3/23/2014 nts/epk/ti-uajm 1 Bahan Kajian UU No.19 tentang hak cipta Ketentuan umum, lingkup

Lebih terperinci

: /2 /0 04

: /2 /0 04 » Apakah yang dimaksud dengan Hak cipta?» Apa yang dapat di hak ciptakan?» Berapa Lama hak cipta berakhir?» Apa yang ada dalam Domain Publik?» Apakah Cukup Gunakan?» Alternatif untuk Hak Cipta» Hak cipta

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No. Undang-undang Hak Cipta dan Perlindungan Terhadap Program Komputer PERTEMUAN 7 Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU A. Hak cipta sebagai Hak Eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Dalam konsep perlindungan hak cipta disebutkan bahwa hak cipta tidak melindungi

Lebih terperinci

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO Mahasiswa dapat mengerti dan memahami arti, fungsi, dan hak cipta Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pembatasan dan perlindungan hak cipta Hak Cipta adalah

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015 SUATU TINJAUAN TENTANG HAK PENCIPTA LAGU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA 1 Oleh: Ronna Sasuwuk 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah yang merupakan

Lebih terperinci

3/21/2012 copyright 3

3/21/2012  copyright 3 1 2 HAK CIPTA HAK CIPTA HAK TERKAIT 3 DAPAT DILINDUNGI.? TRIPS 9 (2):: PERLINDUNGAN HC HENDAKNYA DIPERLUAS PADA PERWUJUDAN KARYA, DAN BUKAN PADA IDE, PROSEDUR, METODE PELAKSANAAN, ATAU KONSEP- KONSEP MATEMATIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik Intelektual dan kemudian berkembang menjadi Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB 8 PERLINDUNGAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM BIDANG TI

BAB 8 PERLINDUNGAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM BIDANG TI BAB 8 PERLINDUNGAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM BIDANG TI Teguh Wahyono Mata Kuliah Etika Profesi dan Pengembangan Diri Fakultas Teknologi Informasi - Universitas Kristen Satya Wacana AGENDA Tentang

Lebih terperinci

Hak Cipta Program Komputer

Hak Cipta Program Komputer Hak Cipta UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 Etika Profesi/Hukum SISFO Suryo Widiantoro Senin, 12 Oktober 2009 Terminologi (1) Pencipta: Adalah seseorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama atas inspirasinya

Lebih terperinci

INTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014

INTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014 INTISARI HAK CIPTA UU No 28 Tahun 2014 Definisi Pasal 1 : Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran,

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran, sampai ke rumah tangga. Sekarang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG HAK CIPTA

UNDANG-UNDANG HAK CIPTA UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Pengertian Hak Cipta Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intellectual Property Rights (IPR) dalam bahasa Indonesia memiliki 2 (dua) istilah yang pada awalnya adalah Hak Milik Intelektual dan kemudian berkembang menjadi

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law) TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Intelectual Property Rights Law) Hak Kekayaan Intelektual : Jenis Jenis dan Pengaturannya O l e h : APRILIA GAYATRI N P M : A10. 05. 0201 Kelas : C Dosen

Lebih terperinci

Dr. Tb. Maulana Kusuma Web: Gunadarma University

Dr. Tb. Maulana Kusuma   Web:  Gunadarma University Dr. Tb. Maulana Kusuma Email: mkusuma@staff.gunadarma.ac.id Web: http://mkusuma.staff.gunadarma.ac.id Gunadarma University Ruang Lingkup HKI Hak atas Kekayaan Intelektual didefinisikan sebagai suatu perlindungan

Lebih terperinci

UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. M6. Peraturan & Regulasi 2

UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. M6. Peraturan & Regulasi 2 UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta M6. Peraturan & Regulasi 2 Ketentuan Umum Lingkup Hak Cipta Perlindungan Hak Cipta Pembatasan Hak Cipta Prosedur Pendafatran HAKI Nikmati Ciptaannya, Hargai Penciptanya

Lebih terperinci

Etika Profesi dan Pengembangan Diri

Etika Profesi dan Pengembangan Diri Etika Profesi dan Pengembangan Diri (Ethics in Information Technology) Evangs Mailoa FTI UKSW Yang Akan Dibahas: 1 Tentang Hak Cipta 2 Perlindungan Program Komputer 3 Berbagai Jenis Lisensi Dalam dunia

Lebih terperinci

PANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI) DAN PATEN AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN 2015

PANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI) DAN PATEN AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN 2015 PANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI) DAN PATEN TAHUN 2015 BAGIAN RISET, PENGABDIAN MASYARAKAT DAN PENGEMBANGAN JL. KI AGENG SELO NO. 15 PATI E-mail: lppmakbidbup@gmail.com Panduan Paten & HaKI_Akbid

Lebih terperinci

HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA. Oleh. Dewi Wahyu Wardani

HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA. Oleh. Dewi Wahyu Wardani HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA Oleh Dewi Wahyu Wardani 125030700111021 PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA April 2015 1. Pengertian Penerbitan adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis hak atas kekayaan intelektual adalah karya cipta. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis hak atas kekayaan intelektual adalah karya cipta. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu jenis hak atas kekayaan intelektual adalah karya cipta. Dalam kepustakaan hukum di Indonesia yang pertama dikenal adalah Hak Pengarang/ Hak Pencipta

Lebih terperinci

Buku Panduan Permohonan Hak Cipta bagi Sivitas Akademika IPB

Buku Panduan Permohonan Hak Cipta bagi Sivitas Akademika IPB Buku Panduan Permohonan Hak Cipta bagi Sivitas Akademika IPB Kantor Hak Kekayaan Intelektual Institut Pertanian Bogor () Gedung Rektorat IPB Lantai 5 Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Telp./Faks. :(0251)

Lebih terperinci

Diperiksa oleh: Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian, dan Kerja Sama Tanggal:

Diperiksa oleh: Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian, dan Kerja Sama Tanggal: Berlaku Revisi Halaman 1 Desember 2015 t tppm 1. TUJUAN Prosedur Hak Cipta inibertujuan untuk menerangkan cara pengajuan Hak Cipta dari Ciptaan para Karyawan (Dosen dan Tenaga Kependidikan) Universitas

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak cipta merupakan kekayaan intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Perlindungan terhadap Hak Cipta di Indonesia diatur dengan Undang-Undang No.19

BAB I PENGANTAR. Perlindungan terhadap Hak Cipta di Indonesia diatur dengan Undang-Undang No.19 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Hak cipta memiliki hak ekslusif di dalamnya yaitu hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada orang lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL Diberlakukannya perjanjian TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Right) pada tanggal 1 Januari 2000 memberikan harapan adanya perlindungan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa hak cipta merupakan kekayaan intelektual

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.266, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5599) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN PROGRAM KOMPUTER Pengertian Hak Cipta dan Dasar Hukumnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN PROGRAM KOMPUTER Pengertian Hak Cipta dan Dasar Hukumnya 12 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN PROGRAM KOMPUTER 2.1 Hak Cipta 2.1.1 Pengertian Hak Cipta dan Dasar Hukumnya Berdasarkan Undang-undang Hak Cipta No.28 Tahun 2014 (selanjutnya disebut UUHC

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak cipta merupakan kekayaan intelektual di bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA Dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 UUHC 2002 diatur mengenai fungsi dan sifat hak cipta. Pasal 2 menentukan bahwa hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak untuk menyalin suatu ciptaan. Hak cipta dapat juga memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu, pada dasarnya hak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI. (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta?

HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI. (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta? LAMPIRAN HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta? Bapak Agung : Jangka waktu perlindungan Hak cipta: 6. Selama hidup ditambah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: Mengingat: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki

Lebih terperinci

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: ETIKA PERIKLANAN Modul ke: Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi Periklanan (Marcomm) www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Rudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh

Rudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh Oleh Rudy Susatyo Disampaikan dalam kegiatan Workshop dengann tema Meniuju Keunggulan UST Melalui Peningkatan Kinerja Riset Abdimas (Menuju HaKI, Jurnal Terindeks, dan Optimalisasi Jabatan Fungsional),

Lebih terperinci

Etika dan Moral dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Etika dan Moral dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Etika dan Moral dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Etika dan Moral dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB I ETIKA DAN MORAL DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI A. Etika dan Moral dalam Penggunaan Perangkat Lunak Pada bulan Juli tahun 2003, pemerintah Indonesia telah memberlakukan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pada uraian dari Bab I (satu) sampai Bab IV (empat) skripsi ini,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pada uraian dari Bab I (satu) sampai Bab IV (empat) skripsi ini, BAB V PENUTUP Berdasarkan pada uraian dari Bab I (satu) sampai Bab IV (empat) skripsi ini, penulis menarik beberapa poin kesimpulan dan saran yang merupakan cangkupan dari pembahasan sebelumnya. A. Kesimpulan

Lebih terperinci

Pengantar Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Pengantar Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Pengantar Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Fundamental Patent Drafting Workshop UNIVERSITAS PGRI SEMARANG 14-15 Oktober 2016 PENGERTIAN HKI Hak yang diberikan oleh negara (kepada pencipta/ inventor/ desainer)

Lebih terperinci

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: PENGERTIAN DAN MANFAAT BAGI LITBANG

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: PENGERTIAN DAN MANFAAT BAGI LITBANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: PENGERTIAN DAN MANFAAT BAGI LITBANG Dadan Samsudin Pemeriksa Paten Direktorat Paten, DTLST dan Rahasia Dagang Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual 2016 HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. invensi. Ciptaan atau invensi tersebut merupakan milik yang diatasnya melekat

I. PENDAHULUAN. invensi. Ciptaan atau invensi tersebut merupakan milik yang diatasnya melekat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Atas Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disebut HKI) merupakan hasil proses kemampuan berpikir yang dijelmakan ke dalam suatu bentuk ciptaan atau invensi. Ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Intellectual Property Rights (IPR) telah menjadi materi perhatian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Intellectual Property Rights (IPR) telah menjadi materi perhatian yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Kekayaan Intelektual (dalam hal ini disebutkan HKI) atau yang disebut Intellectual Property Rights (IPR) telah menjadi materi perhatian yang sangat penting. Karya-karya

Lebih terperinci

PR Ketiga Kelas X.4 Tgl 06 Agustus 2010 Mengenai UU Hak Cipta Posted by malikzeith - 16 Aug :28

PR Ketiga Kelas X.4 Tgl 06 Agustus 2010 Mengenai UU Hak Cipta Posted by malikzeith - 16 Aug :28 PR Ketiga Kelas X.4 Tgl 06 Agustus 2010 Mengenai UU Hak Cipta Posted by malikzeith - 16 Aug 2010 09:28 Carilah Undang-undang yang berkaitan dengan Hak Cipta, Jangan lupa Cantumkan Nama, Kelas dan NIS Syarat

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. Oleh : Jatmiko Winarno, SH, MH

PENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. Oleh : Jatmiko Winarno, SH, MH PENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA Oleh : Jatmiko Winarno, SH, MH Abstrak Praktek perdagangan musik dan lagu yang melanggar hak cipta dituangkan dalam

Lebih terperinci

HAK CIPTA SOFTWARE. Pengertian Hak Cipta

HAK CIPTA SOFTWARE. Pengertian Hak Cipta HAK CIPTA SOFTWARE Pengertian Hak Cipta Hak cipta (lambang internasional: ) adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 45 BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Sejarah Perkembangan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia Permasalahan hak

Lebih terperinci

Kuesioner Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015

Kuesioner Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015 RAHASIA NUS MI-08 HAKI REPUBLIK INDONESIA Kuesioner Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015 Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai: 1. Investasi dalam bentuk kekayaan intelektual yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar apresiasi masyarakat Indonesia dalam hal musik. Maka

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar apresiasi masyarakat Indonesia dalam hal musik. Maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan peningkatan laju pembangunan di Indonesia yang di ikuti dengan laju perkembangan teknologi, maka meningkat pula kebutuhan manusia akan gaya hidup. Salah

Lebih terperinci

LEGALITAS COLLECTING SOCIETY DI DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI DI INDONESIA. A s h i b l y. Abstract

LEGALITAS COLLECTING SOCIETY DI DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI DI INDONESIA. A s h i b l y. Abstract 39 LEGALITAS COLLECTING SOCIETY DI DALAM PEMUNGUTAN ROYALTI DI INDONESIA A s h i b l y Abstract In practice, the use and collection of royalties creation would not all be done by the author. Thus was born

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Trade Related Aspect on Intellectual Property Rights) adalah keharusan untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Trade Related Aspect on Intellectual Property Rights) adalah keharusan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu konsekuensi dan ikut sertanya Indonesia dalam perjanjian-perjanjian Internasional menyangkut perdagangan bebas dan TRIPs (Trade Related Aspect on

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 85, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017

PENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017 RAHASIA MI-08 HAKI REPUBLIK INDONESIA PENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017 Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai: 1. Kuantitas (jumlah) komoditi yang menjadi barang modal (fixed asset)

Lebih terperinci

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A. Presiden Republik Indonesia,

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A. Presiden Republik Indonesia, L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A No. 29, 1997 HAKI. HAK CIPTA. Perdagangan. Ekonomi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3679). UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK EKONOMI PARA PEMUSIK DALAM PEMBERIAN HAK CIPTA MELALUI LEMBAGA MANAJEMEN KOLEKTIF. Muthia Septarina*

PERLINDUNGAN HAK EKONOMI PARA PEMUSIK DALAM PEMBERIAN HAK CIPTA MELALUI LEMBAGA MANAJEMEN KOLEKTIF. Muthia Septarina* Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 30-35 30 PERLINDUNGAN HAK EKONOMI PARA PEMUSIK DALAM PEMBERIAN HAK CIPTA MELALUI LEMBAGA MANAJEMEN KOLEKTIF Muthia Septarina* PENDAHULUAN Sebagai negara yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini dijalankan menjadikan kebutuhan akan lembaga pendidikan sebagai wadah pencerdasan dan pembentukan

Lebih terperinci

BAB I Hak Cipta. I. Pendahuluan

BAB I Hak Cipta. I. Pendahuluan BAB I Hak Cipta I. Pendahuluan Hak kekayaan Intelektual dapat dairtikan suatu bagian dari ide, gagasan, imajinasi seseorang yang dituangkan lewat suatu karya seni maupun karya sastra. Hak Cipta adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1987 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

DIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL NOMOR : H-08-PR.07.10 - TAHUN 2000 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENERIMAAN PERMOHONAN PENDAFTARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL MELALUI KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) bukanlah hal

I. PENDAHULUAN. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) bukanlah hal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) bukanlah hal yang baru dikenal dalam sistem perundang-undangan di Indonesia. Hak kekayaan intelektual adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN PROFESIONALISME KARYA CIPTA TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN HAKI

PENINGKATAN PROFESIONALISME KARYA CIPTA TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN HAKI 84 INFOKAM Nomor II / Th. XI/Sept / 15 3 PENINGKATAN PROFESIONALISME KARYA CIPTA TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN HAKI Muhamad Danuri Manajemen Informatika, AMIK Jakarta Teknologi Cipta Semarang E-mail : mdanuri@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang mengikuti arus perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangnya pola pikir, intelektual,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000

Lebih terperinci

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014 Hak Atas Kekayaan Intelektual Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014 Hak Kekayaan Intelektual Hasil pemikiran, kreasi dan desain seseorang yang oleh hukum diakui dan diberikan hak

Lebih terperinci

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

Hak Cipta. Pengertian Hak Cipta hak ekslusif untuk 1. mengumumkan, 2. memperbanyak, 3. memberi izin

Hak Cipta. Pengertian Hak Cipta hak ekslusif untuk 1. mengumumkan, 2. memperbanyak, 3. memberi izin Hak Cipta Pengertian Hak Cipta hak ekslusif untuk 1. mengumumkan, 2. memperbanyak, 3. memberi izin Beberapa Pengertian Pengumuman adalah 1.pembacaan, 2.penyiaran, 3.pameran, 4.penjualan, 5.pengedaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para

BAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu karya lagu atau musik adalah ciptaan yang utuh terdiri dari unsur lagu atau melodi syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya dan merupakan suatu karya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property BAB II TINJAUAN PUSTAKA Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPR) sebagai bahan pembicaraan dalam tataran nasional, regional bahkan internasional tidak lepas dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi 13 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya manusia modern, menimbulkan konsekuensi kebutuhan hidup yang makin rumit. Perkembangan tersebut memaksa manusia untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 19-2002 mengubah: UU 6-1982 lihat: UU 7-1987 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 29, 1997 HAKI. HAK CIPTA. Perdagangan. Ekonomi. (Penjelasan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 19-2002 mengubah: UU 6-1982 lihat: UU 12-1997 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 42, 1987 HAK MILIK. KEHAKIMAN. TINDAK PIDANA. Kebudayaan.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 243, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI MODUL 13 UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) OLEH : M. BATTLESON SH. MH. DESKRIPSI : HAKI mengatur mengeni

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1987 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Abstract. serta hak terkait dengan pelaku (performer), misalnya seorang penyanyi atau penari di atas

Abstract. serta hak terkait dengan pelaku (performer), misalnya seorang penyanyi atau penari di atas HUBUNGAN HUKUM ANTARA PENCIPTA LAGU INDIE DENGAN STASIUN RADIO ATAS PERFORMING RIGHT MUSIK DAN LAGU INDIE DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III (TIGA) KUHPERDATA Ashibly Dosen Fakultas Hukum Universitas Prof.Dr.Hazairin.SH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Hal ini sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa, dan agama yang

Lebih terperinci

Rony Arifiandy, S.Si. HaKI-5. Hak Cipta (Copyright)

Rony Arifiandy, S.Si. HaKI-5. Hak Cipta (Copyright) Rony Arifiandy, S.Si 1 HaKI-5 Hak Cipta (Copyright) HAK TERKAIT NEIGHBORING RIGHTS Hak cipta memberikan insentif untuk membuat ciptaan dengan memberikan hak eksklusif kepada pencipta. Namun, pengumuman

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n 2 000 Tentang Desain Industri DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA. karena berbeda tingakt pemahaman tentang istilah itu. Akibatnya di dalam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA. karena berbeda tingakt pemahaman tentang istilah itu. Akibatnya di dalam BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA A. Pengertian Hak Cipta Hak Cipta merupakan istilah populer di dalam masyarakat. Walaupun pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada setiap

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU YANG KARYANYA DIMANFAATKAN OLEH PELAKU USAHA KARAOKE

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU YANG KARYANYA DIMANFAATKAN OLEH PELAKU USAHA KARAOKE PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU YANG KARYANYA DIMANFAATKAN OLEH PELAKU USAHA KARAOKE Oleh GD Sattwika Yudharma Sutha Suatra Putrawan Perdata Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A. Presiden Republik Indonesia,

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A. Presiden Republik Indonesia, L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A No. 42, 1987 HAK MILIK. KEHAKIMAN. TINDAK PIDANA. Kebudayaan. Mass Media. Warga Negara. Hak Cipta. Perdata. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ragil Yoga Edi

Pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ragil Yoga Edi Pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ragil Yoga Edi PENGERTIAN HKI Hak yang diberikan oleh negara (kepada pencipta/ inventor/ desainer) atas karya yang dihasilkan dengan mencurahkan kemampuan intelektual

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu adalah Auterswet 1912 (Stb No. 600). Auterswet 1912 ini

BAB I PENDAHULUAN. saat itu adalah Auterswet 1912 (Stb No. 600). Auterswet 1912 ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaturan mengenai hak cipta di Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan. Di Indonesia pertama kali dikenal hak cipta pada tahun 1912, yaitu masa Hindia

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ORANG ASLI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA,

Lebih terperinci

UU 12/1997, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1987

UU 12/1997, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1987 Copyright 2002 BPHN UU 12/1997, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1987 *9630 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta sebagai satu bagian dalam bidang Hak atas Kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta sebagai satu bagian dalam bidang Hak atas Kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak Cipta sebagai satu bagian dalam bidang Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan hak yang sangat pribadi atau eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229]

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229] UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 72 (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pembangunan di bidang hukum sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pembangunan di bidang hukum sebagaimana

Lebih terperinci

PERAN YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA DALAM PENGELOLAAN ROYALTI HAK CIPTA LAGU BERKAITAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

PERAN YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA DALAM PENGELOLAAN ROYALTI HAK CIPTA LAGU BERKAITAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA Vol.I/No.6/Oktober-Desember /2013 Edisi Khusus Koloay R.N.S: Peran Yayasan... PERAN YAYASAN KARYA CIPTA INDONESIA DALAM PENGELOLAAN ROYALTI HAK CIPTA LAGU BERKAITAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan Intelektual (HaKI) yaitu Paten, Merek, Hak Cipta, Desain Industri,

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan Intelektual (HaKI) yaitu Paten, Merek, Hak Cipta, Desain Industri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia telah memiliki beberapa Undang-Undang di bidang Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) yaitu Paten, Merek, Hak Cipta, Desain Industri, Rahasia Dagang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter yang eksklusif. Berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 hak

BAB I PENDAHULUAN. karakter yang eksklusif. Berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 hak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai bagian dari Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI), industri memiliki karakter yang eksklusif. Berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 hak atas industri diberikan

Lebih terperinci

PENDAFTARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

PENDAFTARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari PENDAFTARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Hak Kekayaan Intelektual (HKI) muncul karena adanya kemampuan berpikir. Hasil dari daya cipta tersebut dimiliki secara khusus (eksklusif)

Lebih terperinci

Pengertian Hak Cipta HAK CIPTA. Pencipta dan kepemilikan hak cipta. Konsepsi Kepemilikan Hak Cipta 2/19/2014

Pengertian Hak Cipta HAK CIPTA. Pencipta dan kepemilikan hak cipta. Konsepsi Kepemilikan Hak Cipta 2/19/2014 Pengertian Hak Cipta HAK CIPTA Tim Dosen HKI Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Secara Umum adalah Perlindungan hukum kepada; pengarang, pencipta lagu, pembuat program komputer, perancang situs dan penciptapencipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi buku berisikan pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan lainnya yang akan menambah wawasan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 244, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4046) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci