RAHASIA. b. Naskah ini meliputi tata urut sebagai berikut :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAHASIA. b. Naskah ini meliputi tata urut sebagai berikut :"

Transkripsi

1 RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep / / / 2010 Tanggal 2010 TULISAN DINAS BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Agar pelaksanaan peran dan tugas pokok TNI berjalan dengan lancar perlu pembinaan beberapa sistem, salah satu diantaranya adalah pembinaan administrasi secara terus-menerus dan terarah yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Tulisan dinas merupakan produk dalam Minu TNI, dibuat/ditertibkan dalam rangka pelaksanaan tugas dan merupakan salah satu mata rantai untuk memperlancar pelaksanaan tugas serta kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok. 2. Maksud dan tujuan. a. Maksud. Naskah Departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran pada Diksarcab Ajen Ta.2010 b. Tujuan. Naskah Departemen ini disusun dengan tujuan agar Pasis mengetahui tentang Tulisan Dinas sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas. 3. Ruang Lingkup dan tata urut. a. Ruang lingkup. Ruang lingkup naskah Departemen ini meliputi pengertian, bentuk, tataran, penataan, tata cara penyusunan dan pengetikan Tuldis, singkatan dan akronim, ralat, perubahan, pencabutan, dan pembatalan. b. Naskah ini meliputi tata urut sebagai berikut : 4. Pengertian. 1) Pendahuluan. 2) Bentuk dan tataran tulisan dinas. 3) Tata cara penyusunan dan pengetikan Tuldis 4) Singkatan dan Akronim. 5) Penataan Tuldis 6) Ralat,perubahan,pencabutan dan pembatalan 7) Evaluasi. 8) Penutup. a. Administrasi umum. Administrasi umum adalah usaha pekerjaan, kegiatan dan tata cara tulis menulis di lingkungan TNI yang dilakukan secara tertib dan teratur untuk mencapai tujuan. RAHASIA

2 2 b. Tulisan dinas. Tulisan dinas adalah semua tulisan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di lingkungan TNI dalam rangka melaksanakan tugas/kegiatan dibidang masing-masing dan disusun menurut bentuk bentuk yang telah ditetapkan. c. Cetak Tebal. Cetak tebal digunakan pada kata atau kelompok kata tertentu didalam tulisan dinas yang menunjukan bahwa kata/kelompok kata tersebut mempunyai kedudukan penting. d. Garis Pemisah. Garis pemisah adalah garis yang digunakan untuk memisahkan bagian tulisan dinas, yaitu garis yang dibuat dibawah bagian kelompok kepala telegram dan memisahkan bagian isi dan penutup. Panjang garis pemisah sepanjang batas kiri dan kanan pengetikan pada telegram atau surat telegram. e. Garis Penutup. Garis penutup adalah garis yang digunakan untuk menutup kelompok kata sehingga kata-kata tersebut merupakan suatu bagian tersendiri, misalnya garis yang terdapat dibawah nama badan disudut kiri atas suatu tulisan dinas. Jarak antara garis dengan baris terakhir kata-kata tersebut maksimal satu enter ukuran single, dan panjang garis sama dengan panjang baris kata/kalimat terpanjang dari kelompok kata. f. Daftar Distribusi. Daftar distribusi adalah daftar susunan jabatan yang dibuat oleh Kepala Sekretariat atau pejabat dibidang Minu, untuk digunakan sebagai pedoman pendistribusian tulisan dinas. g. Autentikasi. Autentikasi adalah pernyataan keabsahan suatu tulisan dinas sebelum digandakan dan di distribusikan secara sah sesuai dengan alamat yang telah ditentukan, telah dicatat dan diteliti oleh pejabat yang bertanggung jawab dibidang Minu TNI. Autentikasi ditandai dengan penandatanganan oleh pihak yang berwenang dan cap jabatan yang sah. h. Satminkal. Satuan administrasi pangkal (Satminkal) adalah satuan terkecil yang menyelenggarakan kegiatan administrasi dan menjadi satuan pangkal bagi satuan-satuan bawahnya. Setiap satuan dapat dinyatakan sebagai satminkal apabila mempunyai pejabat pengurus personel, materiil, keuangan dan administrasi umum. BAB II BENTUK DAN TATARAN TULDIS 5. Umum. Tulisan dinas merupakan produk penting dalam penyelenggaraan administrasi umum karena merupakan mata rantai untuk mendukung dan memperlancar tugas pokok satuan. Bab ini memuat tentang bentuk-bentuk tulisan dinas yang ada dilingkungan TNI, tata cara penyusunan dan tataran atau tingkat kedudukan tulisan dinas yang satu dengan yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk dan pedoman dalam pembuatan tulisan dinas dengan tujuan agar tercapai kesamaan pengertian dan keseragaman dalam bentuk, cara pembuatan dan pengolahan serta pengawasan dalam pengurusan tulisan dinas.

3 3 6. Bentuk bentuk tulisan dinas. a. Bentuk tulisan dinas yang diatur dalam Minu TNI terdiri atas : 1) Peraturan. 2) Perintah Harian. 3) Instruksi. 4) Keputusan. 5) Surat Edaran. 6) Surat Perintah/Surat tugas. 7) Surat. 8) Nota Dinas. 9) Telegram. 10) Surat Telegram. 11) Laporan. 12) Pengumuman. 13) Surat Pengantar. 14) Ralat, Perubahan, Pencabutan dan Pembatalan. 15) Naskah dinas lainnya, seperti Surat Perjalanan Dinas, Surat Izin, Surat Izin Jalan/Surat Jalan, Surat Kuasa, Kartu Undangan dan Amanat/Sambutan serta Berita Acara. b. Bentuk tulisan dinas yang tidak diatur dalam Minu TNI dan tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang masing-masing sebagai berikut : 1) Tulisan dinas dibidang Operasi meliputi Perintah Operasi, Perintah Administrasi, Analisa daerah Operasi, Perkiraan Intelijen, Perkiraan Operasi, dan Perkiraan Personel, Perkiraan logistik, Perkiraan teritorial. 2) Tulisan dinas di bidang Yudikatif meliputi Tulisan dinas yang dikeluarkan oleh badan-badan peradilan Militer dan Keodituran Militer, yang menyangkut penyelidikan, penyidikan, Penuntutan, Penjatuhan dan Pelaksanaan Hukuman. 3) Tulisan dinas di bidang Polisional meliputi Tulisan dinas yang dikeluarkan oleh Polisi Militer/Provost yang isinya berhubungan dengan pengamanan, penyelidikan, penyidikan dan penertiban terhadap pelanggaran hukum dilingkungan Angkatan Darat. 4) Tulisan dinas di bidang Perbendaharaan meliputi tulisan dinas yang dikeluarkan oleh badan-badan keuangan dan pembekalan Angkatan Darat atau oleh badan-badan tersebut bersama dengan badan-badan lain diluar Angkatan Darat dan berhubungan erat dengan Undang-Undang Perbendaharaan.

4 4 5) Tulisan dinas di bidang intelejen antara lain meliputi laporan harian (laphar), Laporan Khusus (Lapsus), Laporan harian khusus (lapharsus), Laporan informasi (Lapinfo), dan laporan pelaksanaan tugas yang meliputi tugas pengamatan,penggambaran,penyelidikan,penjejakkan,interogasi dan lain - lain. 7. Tataran Tulisan dinas. Tataran tulisan dinas adalah tingkat atau kedudukan suatu tulisan dinas terhadap tulisan dinas lainnya yang ditentukan menurut liputan isi, tingkat klasifikasi, serta pejabat yang berwenang mengeluarkan. Tataran tulisan dinas diatur sebagai berikut a. Tataran Pertama 1) Tulisan dinas yang memuat kebijaksanaan pokok dan bersifat mengatur, yaitu Doktrin, Organisasi dan Prosedur, Rencana Strategis, Pembinaan dan Amanat Anggaran, Petunjuk Induk, atau Petunjuk Dasar yang menjadi dasar bagi tulisan dinas lainnya dan liputan isi mencakup seluruh Angkatan Darat. Wewenang penandatanganan hanya ada pada Kepala staf Angkatan darat, dan tidak dapat dilimpahkan. Bentuk tulisan dinas tersebut adalah Peraturan, Perintah Harian dan Instruksi. 2) Tulisan dinas yang memuat kebijaksanaan pelaksanaan dan bersifat mengatur serta merupakan penjabaran dari kebijaksanaan pokok yaitu Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Pembinaan, Petunjuk Operasi,Petunjuk Administrasi, Petunjuk Lapangan, Petunjuk Teknis, wewenang penandatanganan ada pada Kepala Staf Angkatan Darat, dan dapat dilimpahkan kepada Pejabat dibawahnya. Bentuk tulisan dinas tersebut adalah Peraturan. b. Tataran Kedua. Tulisan dinas yang memuat kebijaksanaan pelaksanaan yang tidak mengatur sebagai pelaksanaan dari kebijaksaaan Pokok dan bersifat permanen antara lain Pelaksanaan Dana dan Penentuan Status Personel/Materi Wewenang penandatanganan ada pada Kepala Staf Angkatan Darat, dan dapat dilimpahkan kepada Pejabat dibawahnya. Bentuk tulisan dinas tersebut adalah Keputusan. c. Tataran Ketiga. Tulisan dinas yang memuat kebijakan pelaksanaan yang tidak mengatur sebgai penjabaran dari kebijakan pokok dan bersifat temporer antara lain Pembentukan dan pembubaran kepanitiaan, pemberitahuan yang harus dilaksanakan. Wewenang penandatanganan ada pada Kepala Staf Angkatan Darat dan dapat dilimpahkan kepada Pejabat dibawahnya. Bentuk tulisan dinas tersebut adalah Surat Edaran. d. Tataram Keempat. Tulisan dinas yang memuat Perintah untuk melaksanakan tugas tertentu dalam rangka pelaksanaan suatu kebijakan pelaksanaan. Bentuk tulisan dinas tersebut adalah Surat Perintah/Surat Tugas. e. Tataran Kelima. Bentuk - bentuk tulisan dinas seperti Laporan, Surat, Nota Dinas, Telegram dan Surat Telegram, Pengumuman, Surat Pengantar dan Naskah Dinas lainnya digunakan sebagai alat komunikasi dalam hal penekanan, Pemberitahuan, usul/saran, permohonan yang berkaitan dengan kedinasan.

5 5 8. Evaluasi. a. Sebutkan bentuk-bentuk tulisan dinas yang diatur dalam Minu Angkatan Darat! b. Sebutkan bentuk Tuldis yang tidak diatur dalam Administrai Umum Angkatan Darat! c. Jelaskan pengaturan Tuldis yang masuk tataran pertama! d. Jelaskan pengaturan Tuldis yang masuk tataran ketiga! BAB III TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGETIKAN TULDIS 9. Umum. Suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam mewujudkan integrasi TNI serta keseragaman di bidang Minu di lingkungan TNI, adalah tulisan dinas merupakan suatu urat nadi bagi kelancaran jalannya Minu. Untuk itu, perlu pengaturan dalam penyusunan dan pengetikan tulisan dinas, sebagai pedoman bagi setiap pejabat yang berwenang, agar tercapai kesamaan dalam cara-cara pembuatan, pengolahan dan pengawasan tulisan dinas yang dimaksud dan merupakan suatu kebulatan pikiran yang jelas, padat, dan meyakinkan. 10. Tata Cara Pengetikan. a. Ukuran kertas. Ukuran kertas yang resmi digunakan dalam tulisan dinas adalah kuarto (A-4: 297 mm x 210 mm). Dalam keadaan tertentu, dapat pula digunakan kertas dengan ukuran : 1) 330 mm x 215 mm (Folio). 2) 430 mm x 330 mm (Folio ganda). 3) A-3: 420 mm x 297 mm (Kuarto ganda). 4) A-5: 210 mm x 148 mm (Setengah kuarto). b. Ruang tepi. Demi keserasian dan kerapian, tidak seluruh halaman kertas digunakan dalam pembuatan tulisan dinas. Untuk itu, perlu ditetapkan ruang tepi atas, tepi bawah, tepi kiri, dan tepi kanan yang tetap dibiarkan kosong. Penentuan ruang tepi dilakukan berdasarkan ukuran yang terdapat pada mesin ketik/komputer. 1) Ruang tepi atas ditetapkan tiga kait/0,8 inci (2.03 cm) dari tepi atas kertas. Tulisan paling atas adalah klasifikasi (bila ada), nama instansi (kop), dan nomor halaman. 2) Ruang tepi bawah kertas ditetapkan sekurang-kurangnya dua kait/0,5 inci (1.27 cm) dari tepi bawah kertas. Tulisan paling bawah adalah klasifikasi (bila ada), untuk yang berupa kolom apabila belum selesai, maka kolom tersebut tidak ditutup.

6 6 3) Ruang tepi kiri ditetapkan sekurang-kurangnya sepuluh dan sebanyakbanyaknya lima belas ketukan/satu inci (2.54 cm) dari tepi kiri kertas. Jika digunakan bolak-balik, maka untuk halaman nomor genap berlaku sebaliknya, yaitu lima ketukan. Ketentuan ini berlaku untuk pengetikan naskah yang akan dibendel menjadi buku. 4) Ruang tepi kanan ditetapkan sekurang-kurangnya lima ketukan/0,6 inci (1.52 cm) dari tepi kanan kertas. Jika digunakan bolak-balik, maka untuk halaman ganjil berlaku ketentuan sebaliknya, yaitu sekurang-kurangnya sepuluh dan sebanyak-banyaknya lima belas ketukan. Ketentuan ini berlaku antara lain untuk pengetikan naskah yang dibendel menjadi buku. 5) Konfigurasi margin (Vertikal/Portrait) sebagai berikut : a) Top (atas) : 0,8 = 2.03 cm. b) Bottom (bawah) : 0,5 = 1.27 cm. c) Left (kiri) : 1 = 2.54 cm. d) Right (kanan) : 0,6 = 1.52 cm. e) Header (klasifikasi atas) : 0,5 = 1.27 cm. f) Footer (klasifikasi bawah) : 0,5 = 1.27 cm. 6) Konfigurasi margin (Horisontal/Landscape) sebagai berikut : a) Top (atas) : 0,8 = 2.03 cm. b) Bottom (bawah) : 0,5 = 1.27 cm. c) Left (kiri) : 1,2 = 3.05 cm. d) Right (kanan) : 0,4 = 1.02 cm. e) Header (klasifikasi atas) : 0,5 = 1.27 cm. f) Footer (klasifikasi bawah) : 0,5 = 1.27 cm. 7) Ketentuan untuk penggunaan spasi baik horisontal/ vertikal dalam tulisan dinas yang dicetak/berbentuk formulir/ blanko, untuk pembuatan piagam/keputusan/salinan/petikan dan sejenisnya diatur sesuai kebutuhan. 11. Jenis dan Ukuran Huruf. Ukuran huruf dan angka yang digunakan untuk pembuatan tulisan dinas dibedakan antara ukuran huruf dan angka untuk produk tulisan dinas yang tidak dicetak dengan yang dicetak/berbentuk buku/berbentuk formulir khusus ditentukan sebagai berikut : a. Ukuran huruf dan angka untuk produk tulisan dinas yang digunakan dalam kegiatan surat menyurat dinas/pelaksanaan administrasi umum bila menggunakan komputer untuk keseragaman dan keserasian dibuat dengan huruf Arial ukuran 12 sedangkan untuk naskah yang seluruhnya huruf kapital menggunakan huruf Arial ukuran 11, khusus untuk telegram atau surat telegram menggunakan huruf Arial ukuran 9, dan amanat/sambutan menggunakan huruf Arial ukuran 14, sedangkan untuk yang masih menggunakan mesin tik dengan huruf yang standar/ terdapat dalam mesin tik tersebut.

7 7 b. Ukuran huruf dan angka untuk produk tulisan dinas yang dicetak/berbentuk buku/berbentuk formulir khusus, dibuat dengan huruf yang disesuaikan dengan bentuk dan memperhatikan keserasian serta sistematika penyusunannya. 12. Penulisan Klasifikasi. Apabila suatu tulisan dinas mempunyai tingkat klasifikasi tertentu (Sangat Rahasia dan Rahasia), penulisannya diatur sebagai berikut : a. Pada tulisan/naskah yang berbentuk buku atau dibendel : 1) Klasifikasi Sangat Rahasia ditulis di tengah-tengah naskah sebelah atas dan bawah tiap halaman, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital. Sedangkan Rahasia hanya ditulis pada naskah halaman pertama dan naskah halaman terakhir, termasuk lampiran juga ditulis pada halaman pertama dan terakhir. 2) Klasifikasi tersebut ditulis pula pada sampul buku. b. Tingkat klasifikasi untuk surat, telegram, dan surat telegram diletakkan pada nomor dan ruang klasifikasi. Sedangkan nota dinas diletakkan pada nomor saja dengan kode singkatan. Selanjutnya, seluruh naskah diperlakukan sesuai dengan tingkat klasifikasi tanpa mencantumkannya pada tiap halaman. c. Tingkat klasifikasi surat pengantar sama dengan tingkat klasifikasi tulisan dinas yang diantar. Jika tulisan dinas tersebut berklasifikasi rahasia, maka surat pengantarnya pun diberi nomor dan klasifikasi rahasia. d. Surat pengantar untuk beberapa tulisan dinas yang berbeda klasifikasinya, maka klasifikasi surat pengantar disamakan dengan klasifikasi tulisan dinas yang tertinggi. e. Pada dasarnya tingkat klasifikasi ditentukan oleh pejabat yang menandatangani tulisan dinas. Jika pejabat yang bersangkutan tidak menetapkan, maka kepala sekretariat/sekretaris/kepala tata usaha dapat menetapkan sesuai dengan kepentingan tulisan dinas tersebut. f. Penjelasan lebih lanjut mengenai klasifikasi untuk tulisan dinas yang mempunyai tingkat klasifikasi biasa tidak perlu dicantumkan, kecuali pada surat, telegram, surat telegram, dan nota dinas. 13. Kop/Kepala Surat. Pada tulisan dinas digunakan dua macam kop/kepala surat yaitu : a. Kop nama jabatan. 1) Kop nama jabatan adalah tulisan yang menunjukkan jabatan tertentu pada setiap halaman pertama tulisan dinas tertentu, yang hanya digunakan untuk bentuk amanat, dan perintah harian, serta surat dengan perlakuan khusus yang ditandatangani sendiri oleh Kepala Staf Angkatan Darat. Sedangkan tulisan dinas lainnya, walaupun ditandatangani sendiri oleh Kepala Staf Angkatan Darat, tidak menggunakan kop ini.

8 8 2) Kop nama jabatan berturut-turut terdiri atas gambar lambang Angkatan Darat dengan bintang dibawahnya, sesuai dengan pangkat pejabat yang bersangkutan, dan sebutan jabatan yang ditulis sebanyak-banyaknya dua baris. Seluruhnya dicetak secara simetris di sebelah atas tengah halaman. Perbandingan ukuran lambang, bintang, dan huruf yang digunakan hendaknya serasi, sesuai dengan ukuran kertas. b. Kop nama badan. 1) Kop nama badan adalah tulisan yang menunjukkan nama badan/satuan/satminkal di lingkungan Angkatan Darat. Kop ini digunakan pada halaman pertama semua bentuk tulisan dinas, termasuk halaman pertama setiap lampirannya (jika berlampiran). 2) Kop nama badan terdiri atas sebutan nama badan yang ditulis di sebelah kiri atas kertas. 14. Susunan Tulisan dinas. Tulisan dinas hendaknya dibuat menurut pengelompokan ruang lingkupnya. Ruang lingkup tulisan dinas terdiri atas bagian, bab, pasal, subpasal, dan seterusnya. Tidak setiap tulisan dinas harus dibuat menurut susunan ini. Dalam hal ini, keluasan dan kedalaman materi harus dijadikan pertimbangan utama. Untuk itu ada beberapa kemungkinan yang dapat digunakan. a. Susunan bagian, bab, dan pasal. Dalam susunan ini bagian merupakan kelompok terbesar yang terdiri atas beberapa bab, dan bab terdiri atas beberapa pasal. Urut-urutan ini bersifat mutlak, bagian dan bab dicantumkan di tengah, sedangkan pasal dapat dicantumkan di samping kiri atau di tengah. 1) Jika pasal dicantumkan di samping kiri, maka penulisannya tidak menggunakan kata pasal, cukup nomor pasal saja. 2) Jika pasal dicantumkan di tengah, maka penulisannya terdiri atas kata pasal dan nomor pasal serta judul pasal, jika diperlukan. b. Susunan bab dan pasal. Dalam susunan ini bab merupakan kelompok terbesar yang terdiri atas sejumlah pasal. Urut-urutan ini bersifat mutlak. Bab dicantumkan di tengah, sedangkan pasal dapat dicantumkan di samping kiri atau di tengah (penulisannya sama dengan subsubsubpasal (1). c. Susunan judul tengah, samping, dan pasal. Dalam susunan ini tidak digunakan kata bagian, bab ataupun pasal. Judul tengah merupakan kelompok terbesar yang mencakup beberapa judul samping, dan judul samping meliputi pasalpasal dibawahnya. Nomor urut pasal seluruhnya ditulis di samping kiri. d. Susunan judul tengah dan pasal. Dalam susunan ini juga tidak digunakan kata bagian, bab ataupun pasal. Judul tengah mencakup pasal-pasal dibawahnya. Nomor pasal seluruhnya ditulis di samping kiri. e. Susunan judul samping dan pasal. Susunan ini pun tidak menggunakan kata bagian, bab ataupun pasal. Judul samping mencakup pasal-pasal yang terdapat dibawahnya. Semua nomor pasal ditulis di samping kiri. f. Susunan pasal. Dalam susunan ini, seluruh materi tulisan dinas dituangkan ke dalam urut-urutan pasal, baik pasangannya di samping kiri ataupun tengah.

9 9 Susunan ini digunakan untuk suatu tulisan dinas dengan ruang lingkup yang sederhana. Khusus pada tulisan dinas yang berbentuk surat, pemakaian nomor pasal tidak merupakan keharusan. 15. Pembuatan Judul Tulisan dinas. a. Bentuk naskah yang sistematis terbagi dalam beberapa judul. Hal tersebut sangat membantu penyusun mengembangkan suatu gagasan, dan sekaligus mengarahkan perhatian pembaca pada apa yang diuraikan. Judul hendaknya berdiri sendiri dan tidak menjadi bagian dari kalimat yang mengikutinya. Contoh yang benar : Pelayanan. Tugas-tugas pelayanan dilaksanakan secara fungsional oleh Denma Mabesad. Contoh yang salah : Pelayanan. Dilaksanakan secara fungsional oleh Denma Mabesad. b. Judul tulisan dinas. Kebanyakan isi tulisan dinas dimulai dengan suatu rumusan singkat dan lazim disebut judul tulisan dinas. Dalam tulisan dinas yang sederhana, misalnya surat dan nota dinas, judul tulisan dinas ditulis di ruang perihal. Dalam peraturan, keputusan, instruksi, petunjuk pelaksanaan, surat edaran, dan pengumuman, judul tulisan dinas ditulis di bawah tentang. c. Judul tengah. Judul tengah ditulis di tengah, seluruhnya dalam huruf kapital, ditebalkan, dan tidak diakhiri dengan titik. Judul tengah digunakan untuk menggambarkan seluruh isi teks yang terdapat dibawahnya sampai ke judul tengah berikutnya. Oleh karena itu, rumusannya harus merangkum seluruh isi teks tersebut. d. Judul samping. Judul samping merupakan satu baris tersendiri, diketik mulai dari tepi kiri, seluruhnya dalam huruf kapital, ditebalkan dan tidak diakhiri dengan titik. Judul samping digunakan untuk menggambarkan seluruh isi pasalpasal yang terdapat dibawahnya sampai ke judul samping atau judul berikutnya. Oleh karena itu, rumusannya harus dapat merangkum seluruh isi pasal-pasal tersebut. e. Judul pasal. Judul pasal adalah rumusan singkat tentang isi pasal, ditulis mulai dari tepi kiri sebaris dengan nomor pasal. Huruf kapital dipakai pada permulaan kata-kata yang dipandang penting, ditebalkan dan diakhiri dengan titik. Judul pasal mencakup seluruh isi pasal yang bersangkutan, termasuk subpasal dibawahnya. f. Judul subpasal. Judul subpasal adalah rumusan singkat tentang isi subpasal, ditulis sebaris dengan nomor subpasal, ditebalkan dan diakhiri dengan titik. Huruf kapital digunakan pada permulaan kata-kata yang dipandang penting. Judul subpasal mencakup seluruh isi subpasal yang bersangkutan, termasuk subsubpasal dibawahnya. g. Judul subsubpasal. Judul subsubpasal adalah rumusan singkat tentang isi subsubpasal, ditulis sebaris dengan nomor subsubpasal, tidak ditebalkan. Huruf kapital digunakan pada permulaan kata-kata yang dipandang penting. Judul

10 10 subsubpasal mencakup seluruh isi subsubpasal yang bersangkutan, termasuk subsubsub pasal dibawahnya. h. Judul subsubsubpasal. Judul subsubsubpasal adalah rumusan singkat tentang isi subsubpasal, ditulis sebaris dengan nomor subsubsubpasal, tidak ditebalkan. Huruf kapital digunakan pada permulaan kata-kata yang dipandang penting. Judul subsubsubpasal mencakup seluruh isi subsubsubpasal yang bersangkutan, termasuk subsubsubsub pasal dibawahnya, apabila sangat diperlukan untuk sampai ke subsubsubsubpasal dapat dirumuskan yang mencakup isi subsubsubsubsub pasal tersebut dan seterusnya. i. Hal-Hal yang perlu diperhatikan. 1) Perumusan judul hendaklah singkat, padat, dan dapat menggambarkan seluruh persoalan yang tercakup di dalamnya. 2) Sesuai dengan pengertian judul tengah, bagian dan bab dapat pula digolongkan ke dalam judul tengah. Dalam hal ini, kata bagian dan atau bab harus dicantumkan di sebelah atas judul tengah. 3) Pemakaian judul di dalam suatu tulisan dinas hendaklah konsisten. Jika suatu tulisan dinas menggunakan judul pasal, maka hendaknya seluruh pasal di dalam tulisan dinas tersebut diberi judul. Demikian pula, jika di dalam suatu tulisan dinas digunakan susunan judul tengah, judul samping, judul pasal, maka pengelompokan persoalan di dalam tulisan dinas tersebut hendaknya mengikuti susunan ini. 4) Penggunaan garis bawah untuk penekanan pada kata dapat digunakan untuk mesin tik manual sedangkan pada komputer untuk penekanan pada kata, diganti dengan huruf tebal. 5) Jangan meletakkan judul pada bagian kertas paling bawah, untuk kerapian sebaiknya judul dipindahkan pada halaman berikutnya. 16. Tata Cara Penomoran. Nomor di dalam tulisan dinas dibuat secara berurutan, mulai dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Bagian. Bagian dan nomornya ditulis sebagai berikut : BAGIAN PERTAMA, BAGIAN KEDUA dan seterusnya. Bagian selalu dibuat di halaman baru, diletakkan secara simetris di tengah atas halaman. b. Bab. Bab-bab di dalam satu bagian diberi nomor urut dengan angka Romawi, seluruhnya dalam huruf kapital, ditebalkan, dan tidak diakhiri dengan titik. Bab ditulis di tengah, langsung setelah bagian atau pasal terakhir dari bab sebelumnya. Contoh: BAB I, BAB II, dan seterusnya. c. Pasal. Pasal-pasal dari satu bagian diberi nomor secara berurutan dalam angka Arab, mulai dari nomor dan seterusnya. Nomor pasal diakhiri dengan titik.

11 11 d. Subpasal. Setiap subpasal dari pasal diberi nomor dengan menggunakan huruf kecil (abjad) : a. b. c. dan seterusnya. Nomor subpasal diakhiri dengan titik. apabila diperlukan sampai melebihi huruf z. dapat menggunakan huruf kecil (abjad) dua kali seperti aa. bb. cc. dan seterusnya. e. Subsubpasal. Subsubpasal dari sebuah subpasal diberi nomor dengan menggunakan angka arab yang diikuti kurung tutup tanpa diakhiri dengan titik seperti 1) 2) 3) dan seterusnya. f. Subsubsubpasal penomorannya menggunakan huruf kecil (abjad) diikuti kurung tutup tanpa diakhiri titik seperti a) b) c) dan seterusnya. g. Subsubsubsubpasal menggunakan angka Arab di dalam kurung dan tanpa diakhiri titik seperti (1) (2) (3) dan seterusnya. h. Subsubsubsubsubpasal menggunakan huruf kecil (abjad) di dalam kurung dan tanpa diahkiri titik seperti (a) (b) (c) dan seterusnya. i. Subsubsubsubsubsubpasal menggunakan angka Romawi kecil yang diikuti kurung tutup tanpa diakhiri dengan titik seperti i ) ii ) iii ) dan seterusnya. j. Subsubsubsubsubsubsubpasal menggunakan 2 (dua) huruf kecil (abjad) diikuti kurung tutup tanpa diakhiri titik seperti aa) bb) cc) dan seterusnya. k. Subsubsubsubsubsubsubsubpasal menggunakan angka Romawi kecil dalam kurung dan tanpa diakhiri titik seperti ( i ) ( ii ) ( iii ) dan seterusnya. l. Apabila sangat diperlukan sub dari subsubsubsubsubsubsubsubpasal dapat menggunakan 2 (dua) huruf kecil (abjab) dalam kurung dan tanpa diakhiri dengan titik seperti (aa) (bb) (cc) dan seterusnya. m. Nomor halaman. Penomoran halaman dalam tulisan dinas diatur sebagai berikut : 1) Untuk penomoran halaman pada tulisan dinas/naskah yang berbentuk buku (seperti Bujuk, Juknik, Juklap, Juklak, dsb) : a) Nomor halaman ditulis di atas tengah halaman. b) Tulisan dinas/naskah yang berklasifikasi sangat rahasia dan rahasia nomor halaman diletakkan di bawah klasifikasi. c) Nomor halaman dihitung mulai dari daftar isi dengan menggunakan angka Romawi kecil ( i, ii, iii, dst ). d) Nomor halaman pertama dimulai dari peraturan pengesahan, tetapi tidak dicantumkan. e) Nomor halaman kedua/berikutnya dimulai dari halaman kedua peraturan pengesahan dan seterusnya dengan menggunakan angka Arab ( 2, 3, 4, dst ). f) Apabila memiliki lampiran maupun sublampiran, penomoran halaman dicantumkan pada halaman kedua lampiran tersebut (nomor

12 12 halamannya masih melanjutkan nomor sebelumnya) dan seterusnya sampai dengan halaman terakhir. 2) Penomoran halaman yang digunakan dalam setiap bentuk tulisan dinas : a) Nomor halaman di tulis di atas tengah halaman. b) Bentuk tulisan dinas yang terdiri lebih dari satu halaman pada halaman kedua dan seterusnya diberi nomor halaman dengan menggunakan angka Arab (2, 3, 4 dst). c) Penulisan nomor halaman untuk tulisan dinas yang memiliki lampiran/sublampiran, penomoran halaman dimulai pada halaman kedua lampiran/ sublampiran tersebut dan seterusnya. (penomorannya bukan merupakan lanjutan nomor dari induk tulisan dinasnya tetapi nomor lampiran/sublampiran itu sendiri) dengan menggunakan angka Arab (2, 3, 4 dst). d) Tulisan dinas yang berklasifikasi sangat rahasia dan rahasia nomor halamannya diletakkan di bawah klasifikasi. n. Penomoran alamat dan tata cara mengurutkan alamat pejabat pada tembusan. Alamat kepada, tembusan, dan salinan yang lebih dari satu diberi nomor angka Arab dan diakhiri dengan tanda titik. Untuk mencantumkan urutan alamat pejabat pada tembusan disusun berdasarkan pangkat, jabatan, dan tingkat organisasi. Untuk pengetikan huruf pertama pada alamat kepada/pada tembusan diketik tiga ketukan setelah titik, namun untuk kerapian dan keseragaman dapat pula diketik pada ketukan kelima setelah titik atau menggunakan tabulasi (untuk penomoran alamat yang lebih dari sepuluh nama pejabat yang dituju). 17. Ketukan (Spasi Horizontal). a. Pasal dengan judul. Pengetikannya dilakukan dengan urutan sebagai berikut : 1) Nomor pasal diketik di ruang tepi, diikuti dengan titik. 2) Huruf pertama judul pasal diketik pada ketukan ke-10 s.d. 15 dari ruang tepi. 3) Huruf pertama teks dimulai pada ketukan keempat setelah titik, sedangkan huruf pertama baris berurutan diketik lurus di bawah nomor pasal. b. Pasal tanpa Judul. Pengetikannya dilakukan dengan urutan sebagai berikut : 1) Nomor pasal diketik di ruang tepi kiri, diikuti dengan titik. 2) Huruf pertama teks dimulai pada ketukan ke-10 s.d. 15 dari ruang tepi, sedangkan huruf pertama baris kedua dan seterusnya diketik lurus di bawah

13 13 nomor pasal. Pengetikan huruf pertama tetap mengikuti ketentuan ini, meskipun nomor pasal lebih dari satu angka (nomor 10 ke atas). 3) Subpasal dengan judul. Pengetikannya dilakukan dengan urutan sebagai berikut : a) Huruf penunjuk nomor subpasal diketik pada ketukan keenam dari nomor pasal, dan diakhiri dengan titik. b) Huruf pertama judul subpasal diketik pada ketukan keempat setelah titik. c) Huruf pertama teks diketik pada ketukan keempat setelah titik, sedangkan huruf pertama baris kedua dan selanjutnya diketik lurus di bawah nomor subpasal. 4) Subpasal tanpa judul. Pengetikannya dilakukan dengan urutan sebagai berikut : a) Huruf penunjuk nomor subpasal diketik pada ketukan keenam dari paragraf pertama, dan diakhiri dengan titik. b) Huruf pertama teks diketik pada ketukan keempat setelah titik, sedangkan huruf pertama baris kedua dan selanjutnya diketik lurus di bawah nomor subpasal. 5) Subsubpasal. Pengetikan subsubpasal dilakukan dengan urutan sebagai berikut : a) Angka penunjuk nomor subsubpasal diketik di bawah huruf pertama judul/teks subpasal diikuti dengan kurung tutup dan tidak diakhiri dengan titik. b) Huruf pertama teks subsubpasal diketik pada ketukan keempat setelah kurung tutup, sedangkan huruf pertama baris kedua dan selanjutnya diketik lurus di bawah nomor subsubpasal. 6) Tulisan dinas tanpa nomor pasal. Tiap alinea dalam tulisan dinas tanpa nomor pasal dianggap sebagai satu pasal. Oleh karena itu, pengetikan huruf pertama dari setiap alinea dimulai pada ketukan keenam dari awal mengetik, sedangkan huruf pertama baris-baris berikutnya diketik mulai dari ruang tepi. 7) Hal-Hal yang perlu diperhatikan. a) Ketentuan tersebut pada subsubpasal a) dan b) di atas tidak berlaku untuk pasal dan nomor pasal yang ditulis di tengah. b) Pengetikan dengan komputer yang pengaturan garis tepi kirinya berjalan secara otomatis, agar diusahakan jarak antara kata tidak melebihi dua ketukan.

14 Kait/Baris/Enter (Spasi Vertikal). Pemakaian kait/baris/enter (spasi vertikal) dalam tulisan dinas diatur sebagai berikut : a. Satu kait (dua gigi). Satu kait/enter digunakan untuk naskah akhir tulisan dinas. Jika isi tulisan dinas tidak terlalu panjang, maka demi kerapian dan keserasian, jaraknya dapat lebih dari satu kait, maksimal tiga kait. b. Dua kait (empat gigi). Dua kait/enter digunakan : 1) Antara pasal dan pasal/subpasal. 2) Antara subpasal dan subpasal/subsubpasal. 3) Antara subsubpasal dan subsubpasal/subsubsub-pasal. 4) Antara subsubsubpasal dan subsubsubpasal/subsubsubsubpasal. 5) Antara subsubsubsubpasal dan subsubsubsubsubpasal. 6) Antara judul samping dan teks di bawahnya. 7) Pada kelompok rujukan dan lampiran suatu tulisan dinas. 8) Antara U.p. dengan teks dibawahnya. 9) Antara kelompok alamat kepada dan kelompok alamat tembusan jika kedua kelompok ini diletakkan di bagian penutup di sebelah kiri bawah halaman, dan antara tulisan kepada dan alamat serta antara tulisan tembusan dan alamat. 10) Antara klasifikasi dengan nomor halaman, dan antara klasifikasi dan kop nama badan. c. Tiga kait/enter (enam gigi). Tiga kait/enter digunakan : 1) Antara klasifikasi dan tepi atas kertas. 2) Antara nomor halaman dan baris pertama teks di bawahnya. 3) Antara penunjukan lampiran dan teks tulisan dinas. 4) Antara baris terakhir dan judul samping. 5) Antara baris terakhir dan judul tengah. 6) Antara klasifikasi dan tepi bawah kertas. 7) Antara baris terakhir tulisan dan tajuk tanda tangan (jarak minimal). 8) Antara baris terakhir dan klasifikasi, dan dengan tepi bawah kertas (jarak minimal) bila tidak ada klasifikasi.

15 Tajuk Tanda Tangan. Penulisan tajuk tanda tangan dalam tulisan dinas diatur sebagai berikut : a. Penandatanganan atas nama sendiri. 1) Nama jabatan dan nama badan ditulis lengkap, dengan huruf kapital pada awal kata (Title Case). 2) Ruang tanda tangan sekurang-kurangnya tiga kait/enter. 3) Nama pejabat yang berhak membubuhkan tanda tangan adalah pejabat yang bersangkutan, ditulis dengan huruf kapital pada awal kata (Title Case). 4) Pangkat pejabat yang bersangkutan ditulis dengan huruf kapital pada awal kata (Title Case). 5) Tanda tangan menggunakan alat tulis/tinta warna hitam/biru. b. Penandatanganan atas nama pejabat lain. 1) Nama jabatan pejabat yang berwenang ditulis lengkap, dengan huruf kapital pada awal kata (Title Case). 2) Penandatanganan atas nama dan atau atas perintah, ditulis di depan nama jabatan pejabat yang berwenang menandatangani dengan singkatan A.n. dan atau A.p. 3) Nama jabatan pejabat yang menandatangani tulisan dinas tersebut, dapat dituliskan singkatannya, dengan huruf kapital pada awal kata (Title Case). 4) Penandatanganan untuk beliau ditulis secara simetris di bawah nama jabatan pejabat yang menandatangani atas nama, dengan singkatan U.b. 5) Ruang tanda tangan sekurang-kurangnya tiga kait/enter. 20. Nomor Kopi. Nomor kopi adalah nomor yang digunakan untuk menunjukkan bahwa tulisan dinas dibuat dalam jumlah terbatas dan distribusinya tertentu/diawasi. Pencantuman nomor kopi diatur sebagai berikut : a. Pada dasarnya semua tulisan dinas yang mempunyai tingkat klasifikasi sangat rahasia/rahasia harus diberi nomor kopi pada halaman pertama. Dikecualikan dari ketentuan ini adalah tulisan dinas yang berbentuk surat. Dalam keadaan demikian, jumlah kopi harus tetap dibatasi pada alamat kepada dan tembusan ditambah sebanyak-banyaknya dua eksemplar untuk arsip. b. Nomor kopi tetap harus dicantumkan, meskipun naskahnya hanya satu. c. Halaman pertama lampiran memuat nomor kopi yang sama dengan tulisan dinas induk.

16 16 d. Pendistribusian tulisan dinas yang bernomor kopi harus sama dengan daftar distribusinya. Oleh karena itu, daftar distribusi harus dicantumkan sebagai lampiran, kecuali pada TR dan STR, daftar distribusinya disimpan oleh Katuud/pejabat sekretariat masing-masing. 21. Rujukan (Referensi). Rujukan adalah dasar yang digunakan sebagai acuan (referensi) dalam pembuatan suatu tulisan dinas. Rujukan dapat berupa tulisan dinas, peta/dokumen lain. a. Penulisan rujukan diatur sebagai berikut : 1) Pada tulisan dinas yang berbentuk peraturan, keputusan, instruksi, dan rujukan, dinyatakan dalam konsiderans mengingat, sedangkan pada surat perintah, surat edaran, dan pengumuman, dinyatakan dalam Dasar. 2) Pada bentuk surat, dan nota dinas, rujukan dicantum-kan pada pasal pertama, didahului dengan kata-kata : berdasarkan, dasar, sehubungan dengan, memperhatikan. 3) Khusus bentuk telegram dan surat telegram, rujukan dicantumkan pada pasal pertama dan didahului dengan kata Dasar. 4) Pada bentuk laporan, karangan militer (Karmil), dan sejenisnya, kata rujukan ditulis tiga kait di bawah garis penutup kop nama badan, seluruhnya dengan huruf besar/ dicetak tebal, titik dua dan diikuti acuan yang digunakan. Jika acuannya banyak, maka dibuat daftar rujukan tersendiri dalam bentuk lampiran, sehingga setelah kata Rujukan ditulis terlampir. b. Rujukan yang lebih dari satu, agar disusun berdasarkan tingkat/tataran dan kronologis tulisan dinas. c. Jika suatu peta digunakan sebagai rujukan, maka harus ditulis lengkap nomor lembar peta, nama daerah, kedar, dan tahun pembuatannya. Oleat dan atau peta yang telah dilengkapi dengan tanda-tanda taktis dimasukkan ke dalam kelompok lampiran dan tidak dalam kelompok rujukan. d. Suatu rujukan tidak harus disertakan pada tulisan dinas induknya. Jika dipandang perlu untuk disertakan, maka pada sudut kanan atas halaman pertama rujukan harus dicantumkan kata sebagai berikut : RUJUKAN NOMOR :... (sebutkan judul tulisan dinas yang bersangkutan). 22. Naskah Induk. Naskah Induk adalah tulisan dinas yang memuat inti/pokok dari naskah yang menyertainya (lampiran). 23. Lampiran. Lampiran adalah lembaran tambahan yang digunakan untuk memberikan keterangan uraian lanjutan atas pasal-pasal yang dinyatakan di dalam tulisan dinas induk. Jika diperlukan, lampiran dapat diikuti sublampiran, dan sublampiran diikuti subsublampiran dan subsubsublampiran.

17 17 a. Penulisan lampiran diatur sebagai berikut : 1) Pada bentuk peraturan, perintah harian, instruksi, keputusan, surat edaran, surat perintah/surat tugas, adanya lampiran dinyatakan di dalam diktum/isi. 2) Pada bentuk surat, adanya lampiran dan jumlahnya dicantumkan di dalam ruang lampiran di samping dinyatakan di dalam teks, sedangkan pada nota dinas dinyatakan di dalam teks. 3) Pada bentuk telegram dan surat telegram tidak disertai lampiran. 4) Pada bentuk laporan, karmil dan sejenisnya, lampiran ditulis di bawah. b. Penulisan tulisan dinas yang memiliki lampiran, ditulis hanya pada setiap halaman pertama lampiran yang diberi kode dengan menyebutkan nama tulisan dinas, nomor, dan tanggal menggunakan huruf kapital pada setiap awal kata, baris paling atas sebaris dengan baris pertama kop nama badan dan di bawah baris paling bawah diberi garis penutup sepanjang yang terpanjang di atasnya. Lampiran tunggal tidak diberi nomor urut, lampiran yang lebih dari satu diberi nomor urut dengan angka Romawi. Contoh : 1) Lampiran Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Tanggal 2) Lampiran I Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Tanggal c. Jika lampiran diikuti sublampiran, sublampiran diberi nomor urut dengan huruf kapital. Sublampiran tunggal tidak diberi nomor urut. Contoh : 1) Sublampiran A Lampiran I Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Tanggal 2) Sublampiran Lampiran Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Tanggal [ d. Jika sublampiran diikuti subsublampiran, subsublampiran diberi nomor urut dengan angka Arab. Subsublampiran tunggal tidak diberi nomor urut. Contoh :

18 18 1) Subsublampiran 1 Sublampiran A Lampiran I Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor. Tanggal b) Subsublampiran Sublampiran A Lampiran Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Tanggal e. Jika lampiran suatu tulisan dinas terdiri atas berbagai tingkat klasifikasi, maka seluruh lampiran diperlakukan menurut tingkat klasifikasi tertinggi. f. Jika sublampiran suatu tulisan dinas terdiri atas berbagai tingkat klasifikasi, maka seluruh subsubsublampiran diberi nomor urut dengan huruf kecil. Contoh : Subsubsublampiran a Subsublampiran 1 Sublampiran A Lampiran I Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Tanggal 24. Daftar Distribusi. Daftar distribusi adalah daftar susunan jabatan yang dibuat oleh kepala sekretariat atau pejabat di bidang Minu, digunakan sebagai pedoman pendistribusian tulisan dinas. Pengelompokan daftar distribusi dapat diatur dengan pola umum sebagai berikut : a. Kelompok pertama, yaitu jabatan-jabatan yang berada di lingkungan organisasi Angkatan Darat. b. Kelompok kedua, yaitu jabatan-jabatan yang berada di luar lingkungan organisasi Angkatan Darat, diatur tersendiri oleh masing-masing badan/instansi. c. Tiap-tiap kelompok dapat dirinci lagi menurut kebutuhan satuan/instansi masing-masing. d. Untuk memudahkan penggunaan, susunan kelompok distribusi berikut rinciannya dapat diberi kode-kode. e. Daftar distribusi tidak digunakan jika suatu tulisan dinas didistribusikan untuk pejabat-pejabat tertentu, untuk itu pada alamat tulisan dinas langsung dicantumkan alamat pejabat yang dituju. Contoh : DAFTAR DISTRIBUSI TULISAN DINAS DI LINGKUNGAN ANGKATAN DARAT DISTRIBUSI A Distribusi A-1 : 1. Kasad 2. Wakasad

19 19 Distribusi A-2 : 1. Irjenad 2. Aspam Kasad 3. Asops Kasad 4. Aspers Kasad 5. Aslog Kasad 6. Aster Kasad 7. Asrena Kasad 8. Koorsahli Kasad Distribusi A-3 : 1. Gub Akmil 2. Danseskoad 3. Dansecapaad 4. Danpuspomad 5. Danpusterad 6. Danpusintelad 7. Danpuspenerbad 8. Dirziad 9. Dirhubad 10. Dirpalad 11. Dirbekangad 12. Dirkesad 13. Dirajenad 14. Dirtopad 15. Dirkuad 16. Dirkumad 17. Kadispenad 18. Kadisbintalad 19. Kadispsiad 20. Kadislitbangad 21. Kadisinfolahtad 22. Kadisjasad 23. Koorspri Kasad 24. Kasetumad 25. Dandenma Mabesad 26. Kapuskodalops Distribusi A-4 : 1. Pangkostrad 2. Dankodiklat TNI AD 3. Danjen Kopassus 4. Pangdam I/Bukit Barisan 5. Pangdam II/Sriwijaya 6. Pangdam III/Siliwangi 7. Pangdam IV/Diponegoro 8. Pangdam V/Brawijaya 9. Pangdam VI/Tanjungpura 10. Pangdam VII/Wirabuana 11. Pangdam IX/Udayana

20 Pangdam XII/Wulawarman 13. Pangdam XVI/Pattimura 14. Pangdam XVII/Cenderawasih 15. Pangdam Jaya 16. Pangdam Iskandar Muda DISTRIBUSI B Distribusi B-1 : 1. Danpussenif Kodiklat TNI AD 2. Danpussenkav Kodiklat TNI AD 3. Danpussenarmed Kodiklat TNI AD 4. Danpussenarhannud Kodiklat TNI AD Distribusi B-2 : 1. Pangdivif 1/PVG Kostrad 2. Pangdivif 2/WSY Kostrad 3. Ka RSPAD GS Distribusi B-3 : 1. Danrem 022/Pantai Timur Dam I/BB 2. Danrem 023/Kawal Samudra Dam I/BB 3. Danrem 031/Wira Bima Dam I/BB 4. Danrem 032/Wira Braja Dam I/BB 5. Danrem 041/Garuda Emas Dam II/Swj 6. Danrem 042/Garuda Putih Dam II/Swj 7. Danrem 043/Garuda Hitam Dam II/Swj 8. Danrem 044/Garuda Dempo Dam II/Swj 9. Danrem 061/Surya Kencana Dam III/Slw 10. Danrem 062/Tarumanagara Dam III/Slw 11. Danrem 063/Sunan Gunung Jati Dam III/Slw 12. Danrem 064/Maulana Yusuf Dam III/Slw 13. Danrem 071/Wijayakusuma Dam IV/Dip 14. Danrem 072/Pamungkas Dam IV/Dip 15. Danrem 073/Makutarama Dam IV/Dip 16. Danrem 074/Wirastratama Dam IV/Dip 17. Danrem 081/Dhirot Saha Jaya Dam V/Brw 18. Danrem 082/Citra Panca Dam V/Brw 19. Danrem 083/Baladika Jaya Dam V/Brw 20. Danrem 084/Baskara Jaya Dam V/Brw 21. Danrem 091/Aji Surya Natakusuma Dam VI/Tpr 22. Danrem 101/Antasari Dam VI/Tpr 23. Danrem 102/Panjung Dam VI/Tpr 24. Danrem 121/Alam Bhanawana Wai Dam VI/Tpr 25. Danrem 131/Santiago Dam VII/Wrb 26. Danrem 132/Tadu Lako Dam VII/Wrb 27. Danrem 141/Tondopoli Dam VII/Wrb 28. Danrem 142/Toroada Torogau Dam VII/Wrb 29. Danrem 143/Halu Oleo Dam VII/Wrb

21 Danrem 161/Wira Sakti Dam IX/Udy 31. Danrem 162/Wira Bhakti Dam IX/Udy 32. Danrem 163/Wira Satya Dam IX/Udy 33. Danrem 151/Binaiya Dam XVI/Ptm 34. Danrem 152/Babulah Dam XVI/Ptm 35. Danrem 171/Praja Wiratama Dam XVII/Cenderawasih 36. Danrem 172/Praja Wirayakti Dam XVII/ Cenderawasih 37. Danrem 173/Praja Wirabraja Dam XVII/ Cenderawasih 38. Danrem 174/Anim Ti Waninggap Dam XVII/ Cenderawasih 39. Danrem 151/Wijayakarta Dam Jaya 40. Danrem 152/Wijayakrama Dam Jaya 41. Danrem 011/Lilawangsa Dam IM 42. Danrem 012/Teuku Umar Dam I M Distribusi B-4 : 1. Para Danpusdik 2. Tua STHM Ditkumad 3. Kalemjiantek Kodiklat TNI AD 4. Para Danrindam 5. Danpuslatpur Kodiklat TNI AD 6. Danpussimpur Kodiklat TNI AD Distribusi B-5 : 1. Danbrigif Linud 17/SBB Divif 1/PVG Kostrad 2. Danbrigif 13/PGR Divif 1/PVG Kostrad 3. Danbrigif Linud 3/BS/TMS Divif 1/PVG Kostrad 4. Danmen Armed 2/Syd Divif 1/PVG Kostrad 5. Danbrigif 6/TSBJ Divif 2/WSY Kostrad 6. Danbrigif 9/DY Divif 2/WSY Kostrad 7. Danbrigif Linud 18/SEY Divif 2/WSY Kostrad 8. Danmen Armed 1/PY Divif 2/WSY Kostrad 9. Dangrup 1/Parako Kopassus 10. Dangrup 2/Parako Kopassus 11. Dangrup 3/Sanda Kopassus 12. Dansat 81/Gultor Kopassus 13. Danbrigif 7/Rimba Raya Kodam I/BB 14. Danbrigif 15/Kj Kodam III/Slw 15. Danbrigif 4/Dewa Ratna IV/Diponegoro 16. Danbrigif 16/Wira Yudha Kodam V/Brw 17. Danbrigif 19/Khatulistiwa Kodam VI/Tpr 18. Danbrigif 20/Ima Jaya Keramo Kodam XVII/Cenderawasih 19. Danmen Arhanud 1/F Kodam Jaya DISTRIBUSI C 1. Ketua Umum YKEP 2. Keinkopad 3. Ketua Umum Persit KCK 4. Ka BP TWP AD 5. Ses PJO TMMD

22 22 f. Daftar distribusi tidak digunakan, jika kelompok alamat yang dituju hanya beberapa atau sebagian saja dari jabatan yang tercantum di dalam daftar alamat tulisan dinas. g. Pendistribusian tulisan dinas yang ditujukan kepada pejabat tertentu yang tercantum dalam daftar distribusi A, B maupun C hanya berlaku untuk pejabat yang tercantum dalam daftar distribusi tersebut. Contoh : Tulisan dinas yang akan didistribusikan ke : 1) Pejabat Distribusi A dan B, ditulis Distribusi A dan B. 2) Pejabat Distribusi C, ditulis Distribusi C. 25. Evaluasi. a. Jelaskan ketentuan Tajuk tanda tangan! b. Jelaskan penentuan ruang tepi yang berdasarkan ukuran yang terdapat pada mesin ketik/ komputer! c. Jelaskan jenis dan ukuran huruf dalam pembuatan tulisan dinas! d. Jelaskan ketentuan penulisan klasifikasi! e. Jelaskan ketentuan pengelompokkan daftar distribusi! BAB IV SINGKATAN DAN AKRONIM 26. Umum. a. Dalam tulisan dinas hanya dapat digunakan singkatan/akronim resmi yang dikeluarkan Angkatan Darat. Selain itu dibenarkan juga menggunakan singkatan/akronim yang resmi dikeluarkan oleh lembaga bahasa Indonesia. b. Dalam tulisan dinas yang ditujukan kepada instansi di luar Angkatan Darat seyogianya tidak menggunakan singkatan/akronim Angkatan Darat. c. Untuk menertibkan pembentukan dan pemakaian singkatan/akronim, maka tidak semua istilah harus disingkat. d. Pemakaian singkatan/akronim yang dapat menimbulkan keragu-raguan dan kekaburan arti hendaknya dihindarkan. e. Pemakaian satu singkatan/akronim untuk beberapa istilah, ataupun beberapa singkatan/akronim untuk satu istilah/kata, sejauh mungkin agar dihindarkan.

23 Cara Pembentukan Singkatan. Pembentukan singkatan dilakukan dengan cara : a. Menanggalkan fonem/huruf di belakang fonem/huruf pertama kata atau kelompok kata yang disingkat, misalnya : T(entara) N(asional) I(ndonesia) = TNI b. Menanggalkan fonem/huruf yang terletak di antara fonem/huruf pertama dan terakhir dari kata yang disingkat, misalnya : K(epal)a P(erwir)a B(intar)a T(ingg)i = Ka = Pa = Ba = Ti c. Merangkaikan fonem/huruf pertama kata dengan fonem/fonem-fonem/huruf pertama kata dasar dari kata yang disingkat, misalnya : K(e)u(angan) K(e)am(anan) P(eng)am(anan) P(er)al(atan) = Ku = Kam = Pam = Pal d. Merangkaikan suku kata pertama dengan fonem/huruf akhir dari kata yang disingkat, sehingga membentuk satu suku kata baru, misalnya : Se(kretaria)t Di(rektu)r De(taseme)n Pe(neranga)n Di(na)s = Set = Dir = Den = Pen = Dis e. Mengambil suku kata pertama dari kata yang disingkat, misalnya : Ang(kutan) Wa(kil) Jen(deral) Ko(mando) = Ang = Wa = Jen = Ko 1) Merangkaikan suku kata pertama dengan fonem/huruf awal suku kata berikutnya dari kata yang disingkat, misalnya :

24 24 Kep(utusan) = Kep Pus(at) = Pus Inf (anteri) = Inf Kom(unikasi) = Kom 2) Mengambil suku kata terakhir dari kata yang disingkat, misalnya : (Resi)men (Bi)ro (De)wan = Men = Ro = Wan 3) Menanggalkan satu atau beberapa suku kata depan dan belakang, ditambah fonem/huruf awal suku kata berikutnya dari kata yang disingkat, misalnya : (Perta)han(an) (Pene)tap(an) (Pene)lit(ian) (Ad)min(istrasi) = Han = Tap = Lit = Min 4) Singkatan untuk Korps Kesenjataan/kecabangan terdiri atas tiga huruf, misalnya : Inf (anteri) P(e)n(er)b(ang) (E)lek(tro) Marinir = Inf = Pnb = Lek = Mar Kecuali: Brig(ade) I(n)f(anteri) = Brigif dan sebagainya. 28. Cara Pembentukan Akronim. Pembentukan akronim dilakukan dengan mengikuti pola pembentukan istilah singkatan, yaitu dengan menggabungkan singkatan kata-kata yang merupakan unsur dari kelompok kata istilah tersebut serta ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar, misalnya : K(epal)a Pus(at) Pen(erangan) (Perta)han(an) Sip(il) (Koman)dan Jen(deral) Akademi T(entara) N(asional) I(ndonesia) De(taseme)n Ma(rkas) = Kapuspen = Hansip = Danjen = Akademi TNI = Denma Apabila akronim terdiri atas dua atau lebih akronim, maka hal ini dipandang sebagai dua buah kata yang masing-masing berdiri sendiri, misalnya : Kapuspen TNI. Danjen Akademi TNI. Kasetum Mabes TNI.

25 Cara Penulisan. Cara penulisan akronim sebagai berikut : a. Akronim yang terdiri atas fonem/huruf pertama dari kata yang disingkatkan, seluruhnya ditulis dengan huruf-huruf besar, misalnya : TNI PTIK STNK SIM b. Akronim yang menunjukkan kegiatan, proses, keadaan dan sebagainya, dan bukan menunjukkan nama diri penulisannya dimulai dengan huruf kecil, dan selanjutnya huruf kecil, misalnya : rapim latgab kamtib komsos c. Akronim yang menunjukkan jabatan, badan, lembaga dan merupakan nama diri, penulisannya dimulai dengan huruf kapital dan diikuti huruf kecil, misalnya : Dephan Wakasad Ditpamal d. Penulisan singkatan pangkat, korps kesenjataan/kecabangan dimulai dengan huruf besar diikuti huruf kecil. Contoh : 1) Karena jasa-jasa yang luar biasa, Pratu Sukirno memperoleh kenaikan pangkat dua tingkat menjadi Kopda. 2) Letkol Caj Ali. 30. Ketentuan-Ketentuan Lain : a. Singkatan sedapat mungkin merupakan suku/suku-suku kata, sehingga memudahkan komunikasi yang bersifat suara dan mudah dilafalkan. Dalam pembentukan singkatan hendaknya memperhatikan agar tetap menunjukkan kata asalnya. b. Untuk menghindari salah penafsiran/pengertian sebaiknya singkatan yang tertulis untuk pertama kalinya disertai artinya secara lengkap dalam kurung. Ketentuan tersebut berlaku untuk singkatan yang hanya dipahami oleh instansi tertentu dan tidak diketahui di luar instansi lainnya. c. Dua buah vokal sejenis yang berdampingan dalam singkatan dapat disatukan dengan menghilangkan salah satu vokal, kecuali kalau penghilangan itu akan menimbulkan perubahan arti, misalnya :

26 26 Contoh yang menimbulkan perubahan arti. Dinas Pengadaan TNI AL = Disadaal = Disadal, Perwira Angkutan = Paang = Pang. Perwira Angkutan tetap disingkat Paang, bukan Pang karena Pang khusus untuk singkatan Panglima. d. Kata-kata yang sudah singkat dan tidak dirangkaikan lagi dengan katakata lain pada umumnya tidak disingkat misalnya : Perwira Piket = Pa piket, tidak disingkat lagi menjadi Paket. Komandan Pucuk = Danpucuk, tidak disingkat lagi menjadi Dancuk. 31. Keseragaman Singkatan. a. Dengan berpedoman pada tata cara pembentukan singkatan sebagaimana diuraikan pada bab-bab sebelumnya, diharapkan adanya kesamaan pengertian dan keseragaman dalam membentuk dan menggunakan singkatan di lingkungan Angkatan Darat, sehingga kesimpangsiuran penafsiran terhadap suatu singkatan dapat dihindarkan. b. Untuk mewujudkan keseragaman tersebut, maka Angkatan Darat menghimpun singkatan-singkatan yang dipakai dalam lingkungan masingmasing, kemudian diajukan kepada Kepala Staf Angkatan Darat dalam hal ini Kasetumad untuk disahkan sebagai singkatan resmi yang berlaku dalam lingkungan Angkatan Darat. 32. Daftar Singkatan Umum antara lain. A.n. atas nama S.S. Sarjana Sastra Bpk. Bapak S.H. Sarjana Hukum d.a. dengan alamat S.E. Sarjana Ekonomi Dr. Doktor S.I.P. Sarjana Ilmu Politik dr. Dokter S.Sos.Sarjana Ilmu Sosial drh. Dokter hewan S.Psi. Sarjana Psikologi drg. Dokter gigi S.Sn. Sarjana Seni dll. dan lain-lain S.Pd. Sarjana Pendidikan dsb. dan sebagainya S.Ag. Sarjana Agama D.Sc. Doktor of Science S.P. Sarjana Pertanian dst. dan seterusnya S.Pt. Sarjana Peternakan DPR Dewan Perwakilan S.Pi. Sarjana Perikanan Rakyat S.Hut. Sarjana Kehutanan GBHNGaris-Garis Besar S.Si. Sarjana Sains Haluan Negara S.T. Sarjana Teknik hlm. Halaman S.Kom.Sarjana Komputer Kol. Kolonel Sdr. Saudara M.Ag. Magister Agama S.Ked.Sarjana Kedokteran M.B.A.Master of Business S.K.G.Sarjana Kedokteran Gigi Administration sda. sama dengan di atas M.Kum.Magister Hukum s.d. sampai dengan M.Kes.Magister Kesehatan S.K.M. Sarjana Kesehatan Masyarakat S.T.P. Sarjana Teknik M.Kom.Magister Komputer Pembangunan

MENULIS EFEKTIF BAB I PENDAHULUAN

MENULIS EFEKTIF BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL MENULIS EFEKTIF BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Agar pelaksanaan peran dan tugas pokok TNI berjalan dengan lancar perlu pembinaan beberapa sistem,

Lebih terperinci

TATA TERTIB ADMINISTRASI SURAT MENYURAT DALAM KESATUAN

TATA TERTIB ADMINISTRASI SURAT MENYURAT DALAM KESATUAN TATA TERTIB ADMINISTRASI SURAT MENYURAT DALAM KESATUAN Yang dimaksudkan dengan Tata Tertib Administrasi dalam satu Kesatuan : 1) Organisasi adalah suatu badan yang terdiri dari kumpulan manusia dan alat

Lebih terperinci

BAB III PENATAAN NASKAH DINAS

BAB III PENATAAN NASKAH DINAS BAB III PENATAAN NASKAH DINAS A. Petunjuk Umum 1. Setiap naskah dinas harus disusun atau ditata secara cermat dan mencerminkan suatu kebulatan pikiran yang lengkap dan akurat, terang dan jelas, singkat

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK ADMINISTRASI. tentang PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI UMUM ANGKATAN DARAT

BUKU PETUNJUK ADMINISTRASI. tentang PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI UMUM ANGKATAN DARAT TENTARA NASIONAL INDONESIA No. 203.10-171201 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PA: CAJ-11.b. BUKU PETUNJUK ADMINISTRASI tentang PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI UMUM ANGKATAN DARAT DISAHKAN DENGAN KEPUTUSAN KEPALA

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB)

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN (BNPB) TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Dalam rangka peningkatan efisiensi dan perwujudan tertib administrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN - 1 - PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Lebih terperinci

-5- BAB I PENDAHULUAN

-5- BAB I PENDAHULUAN -5- LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.533, 2016 KEMENKUMHAM. Pencabutan. Tata Naskah Dinas. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2016 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR.../IT3/TU/2016 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa untuk tertib

Lebih terperinci

BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS

BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS A. Persyaratan Penyusunan Setiap naskah dinas harus merupakan kebulatan pikiran yang jelas, padat, dan meyakinkan dalam susunan yang sistematis. Dalam penyusunannya perlu

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO, bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 20152015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI NSPK TATA NASKAH Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Norma,

Lebih terperinci

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN

Lebih terperinci

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. D. Asas...

BAB I PENDAHULUAN. D. Asas... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan yang seragam di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, akan sangat mendukung kelancaran administrasi, komunikasi,

Lebih terperinci

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas. Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas. Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187); - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Tata Naskah Dinas Badan Pengawas Pemilihan Umum,

Lebih terperinci

RAHASIA. KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010

RAHASIA. KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PAPAN NAMA BADAN/JABATAN DAN CAP DINAS BAB I PENDAHULUAN 1. Umum.

Lebih terperinci

PEDOMAN SURAT - MENYURAT

PEDOMAN SURAT - MENYURAT PEDOMAN SURAT - MENYURAT DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 3 3.1 Pengolongan Surat..... 3 3.2 Teknik Pembuatan dan Penyusunan Surat...

Lebih terperinci

KOPSTUK DAN TAJUK TANDA TANGAN

KOPSTUK DAN TAJUK TANDA TANGAN MODUL 03 KOPSTUK DAN TAJUK TANDA TANGAN 6 JP (270 menit) PENGANTAR Pada bagian ini dibahas materi tentang pengertian, bentuk kopstuk, susunan kopstuk dan penggunaan kopstuk jabatan dan kopstuk instansi.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN, INSTRUKSI, SURAT EDARAN, KEPUTUSAN, DAN PENGUMUMAN PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Administrasi Umum. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Administrasi Umum. Pedoman. No.247, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Administrasi Umum. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ADMINISTRASI UMUM DEPARTEMEN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.63/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.253, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Tata Naskah Dinas. BNN. Administrasi. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA No.215, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2013, No.568 6

2013, No.568 6 2013, No.568 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa untuk tertib administrasi dan penyeragaman sistem

Lebih terperinci

BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS

BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS A. Naskah Dinas Arahan BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS Naskah dinas arahan adalah naskah dinas yang memuat kebijakan pokok atau kebijakan pelaksanaan yang harus dipedomani dan dilaksanakan dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA 1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomo No.2111, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BUMN. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MBU/12/2016 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PEDOMAN TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS SEBELAS MARET Nomor : 437/H27/HK/2010 TENTANG PEDOMAN TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 KATA PENGANTAR Penyusunan

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012

- 1 - MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 - 1 - SALINAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara No.2099, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR74 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN A. Ketentuan Penyusunan Surat Jabatan Presiden dan Wakil Presiden 1. Setiap surat jabatan Presiden dan Wakil Presiden harus disusun dan ditata

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH KEMENTERIAN TAHUN 2012 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN MENTERI DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI

Lebih terperinci

JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS

JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS LAMPIRAN PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 2012, No.449 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2010 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2010 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

- 3 - penyelenggara pemilihan umum dan diberikan

- 3 - penyelenggara pemilihan umum dan diberikan - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1360, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Sasaran D. Asas -asas...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Sasaran D. Asas -asas... DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 1 C. Sasaran... 2 D. Asas -asas... 2 E. Ruang Lingkup... 3 F. Pengertian Umum... 3 BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemprosesan Surat Masuk Rahasia di

BAB I PENDAHULUAN. 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemprosesan Surat Masuk Rahasia di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2013 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi dan efektifitas administrasi penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III CARA PENULISAN

BAB III CARA PENULISAN BAB III CARA PENULISAN 3.1. Bahan yang digunakan: 1 Kertas yang digunakan untuk mengetik laporan adalah kertas HVS 80 gram ukuran A4 warna putih. 2 Untuk sampul luar ditetapkan sampul kertas karton manila

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER-06/AG/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER-06/AG/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER-06/AG/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata Naskah Dinas adalah pengelolaan

Lebih terperinci

BENTUK DAN SUSUNAN NASKAH DINAS

BENTUK DAN SUSUNAN NASKAH DINAS LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 90 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA A. PERATURAN DAERAH 1. Pengertian BENTUK DAN SUSUNAN NASKAH DINAS Peraturan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN FAKULTAS NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA PEMBENTUKAN PERATURAN FAKULTAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

LAMPIRAN I PERATURAN FAKULTAS NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA PEMBENTUKAN PERATURAN FAKULTAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG LAMPIRAN I PERATURAN FAKULTAS NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA PEMBENTUKAN PERATURAN FAKULTAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN FAKULTAS SISTEMATIKA BAB I KERANGKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

-1- GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA -1- GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 125 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 125 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 125 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega No.805, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Tata Naskah Dinas. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

BERITA NEGARA. No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH 2013, No.69 4 PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 5 2013, No.69 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PRAKATA

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PRAKATA PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG BUPATI LUMAJANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB IV PERANGKAT NASKAH DINAS

BAB IV PERANGKAT NASKAH DINAS BAB IV PERANGKAT NASKAH DINAS A. Umum Disamping pembakuan jenis dan cara penyusunan naskah dinas yang berlaku di Sekretariat Negara, perlu diatur juga cara pembuatan dan penggunaaan beberapa perangkat

Lebih terperinci

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENGELOLA

Lebih terperinci

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS

Lebih terperinci

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2013 tentang Badan Kepegaw

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2013 tentang Badan Kepegaw No.392, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kop Surat dan Cap Dinas. Penggunaan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGGUNAAN KOP SURAT DAN CAP DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON, LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON, LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 6 TAHUN 2000 SERIE D PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA MEMBUAT PERATURAN DAERAH DAN PENERBITAN LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN

Lebih terperinci

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PENGGUNAAN KOP SURAT DAN CAP DINAS DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PENGGUNAAN KOP SURAT DAN CAP DINAS DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PENGGUNAAN KOP SURAT DAN CAP DINAS DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 2 TAHUN 2017 TANGGAL : 23 FEBRUARI 2017 BADAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH SISTEMATIKA TEKNIK PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DAN KERANGKA

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN,

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN, 13 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.01/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN, PERATURAN PIMPINAN UNIT ORGANISASI ESELON

Lebih terperinci

Dengan Rahmat Allah Swt Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

Dengan Rahmat Allah Swt Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang PERATURAN FAKULTAS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS TATA PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG TATA PEMBENTUKAN PERATURAN FAKULTAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

PUSKESMAS RAWAT INAF SINDANGBARANG

PUSKESMAS RAWAT INAF SINDANGBARANG PEDOMAN TATA NASKAH DI LINGKUNGAN PUSKESMAS RAWAT INAF SINDANGBARANG DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIANJUR PUSKESMAS RAWAT INAF SINDANGBARANG Jalan Raya Sindangbarang Cidaun Km.01 Desa Saganten Kecamatan Sindangbarang

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nom

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nom BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1026, 2014 BAPPENAS. Tata Naskah Dinas. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : a. b. c. Mengingat :

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM,

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM, PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : a. bahwa ketentuan Pasal 22 E Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRINSIP- PRINSIP GARMINU AD

PRINSIP- PRINSIP GARMINU AD TANGGUNG JAWAB PRINSIP- PRINSIP GARMINU AD KEAMANAN SALURAN ADMINISTRASI KESINAMBUNGAN KECEPATAN & KETEPATAN EFEKTIF & EFISIEN PEMBAKUAN 2 TATARAN TULISAN DINAS TATARAN TULDIS BUJUKMIN TULDIS (2007) GARMINU

Lebih terperinci

TEKNIK DAN TATA CARA PENULISAN LAPORAN STUDI BANDING/ MAGANG

TEKNIK DAN TATA CARA PENULISAN LAPORAN STUDI BANDING/ MAGANG TEKNIK DAN TATA CARA PENULISAN LAPORAN STUDI BANDING/ MAGANG A. Jenis dan Ukuran Kertas Bahan meliputi bahan untuk : naskah dan sampul a. Naskah Naskah diketik pada kertas ukuran A4 (+ 210 mm x 297 mm)

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PROYEK AKHIR. Teknik Multimedia dan Broadcasting

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PROYEK AKHIR. Teknik Multimedia dan Broadcasting PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PROYEK AKHIR Teknik Multimedia dan Broadcasting PROGRAM STUDI MULTIMEDIA DAN BROADCASTING POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG -1- PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Bentuk Form Surat Dinas yang Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru yang Baru

Bentuk Form Surat Dinas yang Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru yang Baru Bentuk Form Surat Dinas yang Baru Bentuk Form Surat Dinas Baru yang Baru Contoh cara mengisi Form Surat Dinas yang Baru ini berdasarkan Tata Naskah Dinas IPB Revisi Terbaru Tahun 2017 dan Hasil Diklat

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nomor : 346/PER/2012 tentang TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nomor : 346/PER/2012 tentang TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR Nomor : 346/PER/2012 tentang TATA PERSURATAN DI LINGKUNGAN REKTOR Menimbang : a. bahwa dengan adanya perubahan struktur organisasi di lingkungan Universitas Brawijaya, perlu dilakukan

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERA TURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 59 TAHUN 2010 SISTEM ADMINISTRASI PERKANTORAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN bahwa dengan telah dilakukannya penataan organisasi

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

TEKNIK DAN TATA CARA PENULISAN LAPORAN MAGANG

TEKNIK DAN TATA CARA PENULISAN LAPORAN MAGANG TEKNIK DAN TATA CARA PENULISAN LAPORAN MAGANG A. Jenis dan Ukuran Kertas Bahan meliputi bahan untuk : naskah dan sampul a. Naskah Naskah diketik pada kertas HVS 80 gram dengan ukuran A4 (+ 210 mm x 297

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1622, 2014 KEMEN KKP. Tata Naskah Dinas. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN UMUM

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 26 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 26 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 26 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci