Tradisi Undhuh-undhuh GKJW : Fungsi dan Relevansi Nilai Budaya terhadap Pengembangan Pendidikan Karakter
|
|
- Harjanti Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Tradisi Undhuh-undhuh GKJW : Fungsi dan Relevansi Nilai Budaya terhadap Pengembangan Pendidikan Karakter Primita Yanuar Prastika Putri Prodi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang dani.myta@yahoo.com Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan, fungsi dan relevansi nilai budaya dari tradisi Undhuh-undhuh GKJW terhadap pengembangan pendidikan karakter. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data penelitian diperoleh dari berbagai sumber yaitu hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan. Penelitian yang dilakukan di GKJW Jemaat Sumberpucung ini menghasilkan data bahwa Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung memiliki beberapa fungsi antara lain fungsi spiritual, fungsi sosial, fungsi, ekonomi, fungsi pendidikan dan fungsi pelestarian budaya. Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung juga memiliki banyak kandungan nilai-nilai seperti nilai sejarah, nilai solidaritas sosial, nilai gotong royong, nilai pendidikan, dan nilai pelestarian budaya yang kesemuanya itu berguna bagi pengembangan kepribadian warga gereja serta masyarakat pada umumnya. Kata Kunci : Undhuh-undhuh, GKJW, Fungsi, Nilai Budaya, Pendidikan Karakter Masuknya agama Kristen di Indonesia yang dimulai sejak zaman kedatangan bangsa Eropa membawa pengaruh besar bagi bangsa Indonesia khususnya mengenai metode penyebarannya (Kruger, 1959). Salah satu metode yang digunakan adalah metode Coolen yang mengabarkan Injil dengan gaya Jawa. (Mulder,1983). Bentuk penyelarasan upacara gerejani dengan pola kebudayaan Jawa adalah Tradisi Undhuh-undhuh yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Gereja Kristen Jawa sampai pada saat ini (Sastrosupono, 1994). Sastrosupono (1984) membahas mengenai orang Jawa telah melakukan akulturasi antara unsur kebudayaan Jawa dengan unsur kebudayaan Kristen yang terlihat dalam Gereja Kristen Jawa dalam hal ini tradisi Jawa yang digunakan untuk memuliakan Tuhan. Hasil penelitian Ismawati (1994) menemukan bahwa upacara 1
2 Undhuh-undhuh di desa Peniwen bertujuan untuk memperoleh keselamatan diri dan semua anggota masyarakat agar dijauhkan dari segala macam gangguan ghaib. Penelitian oleh Sulistyaningsih (1997) menyatakan upacara Undhuhundhuh ini juga mempunyai tujuan untuk mengungkapkan rasa syukur pada Tuhan karena diberi berbagai berkat sehingga manusia hidup tentram. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan, perubahan, dan relevansi nilai budaya tradisi Undhuh-undhuh di GKJW Jemaat Sumberpucung terhadap pendidikan karakter. Hasil penelitian Aryunani (2010) menyatakan perubahan bentuk tata cara pelaksanaan Undhuh-undhuh dan perubahan makna mempersembahkan bagi warga gereja karena faktor intern dan faktor ekstern melahirkan nilai-nilai budaya tersendiri bagi perkembangan karakter masyarakat. METODE PENELITAN Lokasi penelitian adalah GKJW Jemaat Sumberpucung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data penelitian diperoleh dari berbagai sumber antara lain warga GKJW Jemaat Sumberpucung yang dapat memberikan informasi tentang permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Observasi dilakukan saat dimulainya persiapan, pelaksanaan, sampai akhir dari rangkaian upacara. Wawancara dilakukan kepada berbagai informan yang dapat memberikan informasi tentang permasalahan yang diteliti. Wawancara dilakukan secara berencana dan terbuka untuk memperoleh data sebanyak mungkin. Dokumentasi dilakukan dengan menganalisis dokumendokumen berupa catatan yang dibuat oleh panitia Undhuh-undhuh GKJW Jemaat Sumberpucung mengenai anggaran pemasukan dan pengeluaran dalam pelaksanaan Undhuh-undhuh GKJW Jemaat Sumberpucung tahun Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku yang relevan baik yang berhubungan dengan Undhuh-undhuh ataupun ilmu sosiologi dan antropologi, yang dapat melengkapi data yang diperoleh dari pengamatan terhadap pelaksanaan Undhuh-undhuh di GKJW Jemaat Sumberpucung. Analisis data dilakukan secara reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya. 2
3 HASIL Pelaksanaan Undhuh-undhuh di GKJW Jemaat Sumberpucung adalah sehari sebelum pelaksanaan panitia menghimpun persembahan natura berupa hasil kebun, tanaman, barang kebutuhan pokok, dan hewan ternak untuk diberi nomor. Barang-barang yang telah diberi nomor tersebut ditata sedemikian rupa di dalam ruang gereja. Barang barang tersebut setelah ibadat Minggu pagi akan dilelang ke warga jemaat. Ada juru lelang yang dibentuk oleh panitia Undhuh-undhuh yang bertugas menawarkan barang persembahan kepada warga jemaat untuk dibeli dengan penawaran tertinggi. Bagi warga yang memenangkan lelangan maka barang beserta kwitansi langsung bisa didapat oleh warga yang bersangkutan. Begitu selanjutnya hingga barang habis. Warga jemaat pemenang lelangan tidak harus membayar barang saat itu juga tetapi dapat dicicil sampai waktu pelaksanaan sebelum Undhuh-undhuh yang ke-2 pada tahun bersangkutan. Jumlah dan besarnya lelangan akan diinformasikan kepada yang bersangkutan melalui warta jemaat. Tradisi Undhuh-undhuh selama tahun mengalami dinamika dengan terdapatnya perubahan-perubahan dalam tata cara pelaksanaannya serta pergeseran fungsi upacara itu sendiri. Perubahan dan pergeseran dalam pelaksanaan tradisi Undhuh-undhuh tersebut tidak terlepas dari perubahanperubahan yang terjadi dalam warga GKJW Jemaat Sumberpucung sebagai unsur penentu tumbuh dan berkembangnya tradisi Undhuh-undhuh di gereja tersebut.perubahan ini muncul karena sudah sudah memasuki era tahun 2000-an sehingga pola pikir warga jemaat dan pendetanya pun semakin maju sehingga sedikit lebih kearah penghilangan tradisi yang dianggap kurang begitu penting. Seperti pada masa kepemimpinan Bapak Johny Sukohadi yang membuat tata cara peribadahan lebih praktis dan efisien dalam pelaksanaannya termasuk dalam pelaksanaan Undhuh-undhuh ini. beliau melakukan perubahan beliau menjelaskan agar pelaksanaan Undhuh-undhuh itu bisa praktis dan tidak merepotkan warga jemaat. Salah satu contohnya beliau meniadakan pelaksanaan Tradisi Bukak Siti, Keleman dan ibadat pembuka musim tanam yang merupakan tradisi pembuka sebelum pelaksanaan Undhuh-undhuh. Menurut beliau hal ini dilakukan agar 3
4 lebih praktis dan tidak memakan biaya yang berlebih. Pelaksanaan Tradisi Bukak Siti,Keleman dan ibadat pembuka musim tanam menurut beliau merupakan pemborosan karena dalam tradisi tersebut warga jemaat harus membawa makanan dan kue-kue untuk keperluan pelaksanaannya. Beliau berpendapat bahwa lebih baik uang yang digunakan untuk membeli makanan itu digunakan untuk persembahan saja karena lebih bermanfaat. Perubahan yang beliau laksanakan tidak hanya dalam hal tata cara saja namun juga dari segi wujud barang persembahan. Dalam Undhuh-undhuh yang asli barang yang dipersembahkan memang benar-benar apa yang dimilikinya dan menjadi mata pencahariannya. Namun kalau melihat zaman sekarang ini menurut Bapak Johny sudah kurang sesuai lagi karena jarang ada warga yang benar-benar mempersembahkan persembahan yang menjadi mata pencahariannya karena alasan kurang praktis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Undhuh-undhuh merupakan tradisi ucapan syukur warga GKJW Jemaat Sumberpucung atas segala berkat yang diberikan oleh Tuhan selama hidup mereka. Pelaksanaan Undhuh-undhuh di GKJW Jemaat Sumberpucung berlangsung 2 kali yaitu Undhuh-undhuh natura berupa hasil alam yang dilaksanakan sekitar bulan Maret-Mei dan Undhuhundhuh berupa uang yang dilaksanakan sekitar bulan September-November. Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung memiliki beberapa fungsi antara lain fungsi spiritual, fungsi sosial, fungsi, ekonomi, fungsi pendidikan dan fungsi pelestarian budaya. Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung juga memiliki banyak kandungan nilai-nilai seperti nilai sejarah, nilai solidaritas sosial, nilai gotong royong, nilai pendidikan, dan nilai pelestarian budaya yang kesemuanya itu berguna bagi pengembangan kepribadian warga gereja serta masyarakat pada umumnya. PEMBAHASAN Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung merupakan wujud upacara adat yang dilakukan manusia kepada Tuhan dalam kehidupan religinya dalam rangka pengucapan syukur atas berkah panen yang mereka terima. Hal ini sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat (1987) yang mengemukakan bahwa manusia melakukan tindakan religi juga karena adanya 4
5 getaran atau emosi yang ditimbulkan dalam jiwa manusia sebagai akibat dari pengaruh adanya rasa kesatuan sebagai warga masyarakat. Selain itu adanya dasar dari ajaran agama yang tertuang dalam kitab suci juga dapat menimbulkan adanya kekuatan yang bernafaskan religi yang mendorong seseorang melakukan suatu upacara keagamaan. Keberadaan tradisi Undhuh-undhuh selama tahun mengalami dinamika dengan terdapatnya perubahan-perubahan dalam tata cara pelaksanaannya serta pergeseran fungsi upacara itu sendiri. Perubahan dan pergeseran dalam pelaksanaan tradisi Undhuh-undhuh tersebut tidak terlepas dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam warga GKJW Jemaat Sumberpucung sebagai unsur penentu tumbuh dan berkembangnya tradisi Undhuh-undhuh di gereja tersebut. Pandangan sikap, tingkah laku, atau penerimaan ide-ide baru dalam masyarakatnya, memungkinkan terjadi perubahan dalam pelaksanaan tradisi Undhuh-undhuh. Laju arus modernisasi dalam pembangunan merupakan faktor yang juga tidak dapat diabaikan yang memicu terjadinya perubahan dalam tradisi Undhuh-undhuh. Demikian pula halnya dengan sikap terbuka masyarakatnya terhadap kebudayaan baru atau asing yang turut mempengaruhi terjadinya perubahan dalam pelaksanaan tradisi Undhuh-undhuh. Hal ini sejalan dengan pendapat Rostiyati (1985) perubahan yang terjadi dalam upacara adat disebabkan oleh penerimaan ide-ide baru oleh masyarakat melalui laju moderniasasi dan pembangunan. Tradisi Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung memiliki banyak nilai yang sangat bermanfaat bagi masyarakat pendukungnya antara lain : nilai sejarah, nilai solidaritas sosial, nilai gotong-royong, nilai pelestarian budaya dan nilai pendidikan. Nilai-nilai ini dapat mendukung pembelajaran pendidikan formal seperti yang dikemukakan oleh Agung (2011) bahwa pendidikan informal dapat dikatakan mendukung pendidikan formal karena mengandung unsur-unsur pembentukan karakter yang berguna bagi perkembangan kepribadian. Salah satu contoh pendidikan informal adalah peran kebudayaan masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai karakter kedalam pembentukan kepribadian masyarakat pendukungnya. 5
6 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Undhuh-undhuh merupakan tradisi ucapan syukur warga GKJW Jemaat Sumberpucung atas segala berkat yang diberikan oleh Tuhan selama hidup mereka; (2) Undhuh-undhuh yang dilaksanakan memiliki beberapa fungsi antara lain fungsi spiritual, fungsi sosial, fungsi, ekonomi, fungsi pendidikan dan fungsi pelestarian budaya. (3) Undhuh-undhuh yang dilaksanakan di GKJW Jemaat Sumberpucung juga memiliki banyak kandungan nilai-nilai seperti nilai sejarah, nilai solidaritas sosial, nilai gotong royong, nilai pendidikan, dan nilai pelestarian budaya yang kesemuanya itu berguna bagi pengembangan kepribadian warga gereja serta masyarakat pada umumnya. DAFTAR RUJUKAN Aryunani, M Riyaya Undhuh (Studi Deskriptif tentang Perubahan Upacara Undhuh-Undhuh di GKJW Mojowarno desa Mojowarno Kecamatan Mojowarno kabupaten Jornbang Jawa Timur). Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Fakultas Ilmu Budaya Unair. Agung, I Pendidikan Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Bestari Buana Murni. Ismawati Upacara Undhuh- Undhuh di Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fips UM. Koentjaraningrat Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Gramedia Kruger, Muller Sejarah Gereja di Indonesia. Jakarta : BPK Gunung Mulia. Mulder, Niels Kebatinan dan Hidup Sehari- Hari Orang Jawa : Kelangsungan dan Perkembangan Kulturil. Jakarta : Gramedia Rostiyati, A Fungsi Upacara Tradisional bagi Masyarakat Pendukungnya. Jakarta: Depdikbud Sastrosupono, S Sinkretisme dan Orang Kristen Jawa. Bandung: Mizan Sulistyaningsih Upacara Undhuh-Undhuh di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjingwetan, Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fips UM. 6
BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus
BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat
Lebih terperinciBAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN. A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar
BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar Nasional Adapun bentuk kerukunan umat beragama Islam dan umat beragama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi
Lebih terperinciBAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan
BAB IV Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan Jika kita kembali melihat kehidupan jemaat GKJW Magetan tentang kebudayaan slametan mau tidak mau gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai budaya baik melalui adat istiadat, peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Tata dan Pranata Greja Kristen Jawi Wetan dan Peraturan Majelis Agung Tentang Badan-badan Pembantu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pembukaan Tata dan Pranata Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW), disebutkan bahwa GKJW lahir, tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Jawa Timur. 1 Uraian
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. A. Permasalahan. A.1 Latar Belakang Masalah
1 Bab I Pendahuluan A. Permasalahan A.1 Latar Belakang Masalah Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) memiliki simbol eksistensi/keberadaan sebagai sebuah organisasi Gereja yang dituangkan dalam sesanti/ semboyan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang dikenal dengan banyaknya tradisi, ritual dan adat istiadat, yang membentuk identitas dari Minahasa. Salah
Lebih terperinciPembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengidentifikasikan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai budaya baik melalui adat istiadat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian Sejak lahir manusia mempunyai hak dan kebebasan untuk merealisasikan hidupnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak didefinisikan sebagai kekuasaan untuk
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. kegiatan peribadatan, gereja juga diharapkan menjadi tempat untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara fisik Gereja merupakan tempat ibadah bagi umat Kristen yang berfungsi sebagai wadah kegiatan peribadatan umatnya. Selain sebagai wadah kegiatan peribadatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keberadaan gotong royong tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Secara turun temurun gotong royong menjadi warisan budaya leluhur
Lebih terperinci2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Tradisi dan Kebudayaan Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPALA DESA DALAM MELESTARIKAN TRADISI GOTONG ROYONG DI DESA TABA PASEMAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPALA DESA DALAM MELESTARIKAN TRADISI GOTONG ROYONG DI DESA TABA PASEMAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH Oleh: Evsa Wulan Suri ABSTRAKSI Gotong royong adalah ciri dari kehidupan bangsa
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG
BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan
Lebih terperinciBAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.
BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan
Lebih terperinciPARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :
PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI
BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan sosial dan religi masyarakat Tionghoa dipengaruhi oleh prinsip hidup kekeluargaan. Hidup kekeluargaan menempatkan pentingnya hubungan
Lebih terperinciMASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan
MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan Budaya merupakan suatu hal yang dihasilkan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya mengkristal atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki begitu banyak kekayaan yang dapat dilihat oleh dunia. Berbagai macam kekayaan seperti suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan
9 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Eksistensi lembaga tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan Tamansiswa, yaitu melaksanakan sepenuhnya ketentuan dari sistem pendidikan nasional dengan tetap mengamalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA A. Relasi antarumat Islam dan Kristen di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Kondisi relasi Islam-Kristen berbasis kerukunan di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota
Lebih terperinci1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus
BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dengan ragam kebudayaan. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciUKDW. Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah proses bimbingan yang berisi keterampilan keterampilan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan
Lebih terperinciPANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua, masyarakat tradisional dan masyarakat yang sudah modern. Masyarakat tradisional adalah masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sebuah ciri dari masyarakat di suatu daerah. Contoh nyata dari kebudayaan di masyarakat adalah adanya berbagai macam pakaian adat, tradisi,
Lebih terperinciB. Modernisasi Menyebabkan Terkikisnya Perhatian Generasi Muda Terhadap Budaya Bangsa
A. Latar Belakang KOPI, Dewasa ini, tradisi masyarakat menjadi perhatian aset warisan bangsa. Hal ini disebabkan karena dinamika zaman telah mengubah sikap dan perilaku masyarakat. Tradisi masyarakat selalu
Lebih terperinciUPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN
UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN Syarif Firmansyah Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial IKIP PGRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang khas dengan pluralitas agama dan budaya. Pluralitas sendiri dapat diterjemahkan sebagai kemajemukan yang lebih mengacu pada jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Definisi Kebudayaan Dalam buku Tri Widiarto (Koentjaraningrat) mendefinisikan etimologi istilah kebudayan atau budaya berasal dari kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup sebagai sumber kehidupan saat ini mendapat perhatian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup sebagai sumber kehidupan saat ini mendapat perhatian yang baik dari masyarakat. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang memprihatinkan akibat bencana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Kebudayaan a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan
Lebih terperinciBAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak
53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Globalisasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau
Lebih terperinci2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Budaya Sunda (dalam Ekadjati, 1993, hlm. 8) merupakan budaya yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan dalam penelitian. Sub judul tersebut yaitu latar belakang, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
Lebih terperinciDraft Pertanyaan Strategi Adaptasi Petani Pemilik Lahan Terbatas
Draft Pertanyaan Strategi Adaptasi Petani Pemilik Lahan Terbatas I. Data pribadi informan kunci 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 3. Usia : 4. Status perkawinan : 5. Suku : 6. Agama : 6. Jumlah anak : 7. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erupsi Merapi yang terjadi dua tahun lalu masih terngiang di telinga masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan kehilangan mata
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehidupan masyarakat Jawa di Dusun Jatirejo tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, dimana dalam siklus daur hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Manusia merupakan makhluk individu dan juga makhluk sosial yang hidup saling membutuhkan. Sebagai makhluk sosial manusia saling berinteraksi satu dengan lainnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang berpotensi, dan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat Batak Toba sudah mempunyai sistem kepercayaan tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan
Lebih terperinciStandar Kompetensi Guru KD Indikator Esensial. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
Kompetensi Utama Pedagogik Standar Kompetensi Guru KD Indikator Esensial SI/SK Kompet. Guru Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Menguasai karakteristik peserta didik
Lebih terperinciOleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Perubahan Cara Pandang Masyarakat Terhadap Mitos dalam Tradisi Bersih Makam Ki Hajar Welaran di Gunung Paras Desa Karangsambung Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen Oleh : Siti Masriyah Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciJurnal Edu Science (JES) (ISSN: X) Vol.1 No.1 Edisi April 2014
PENGARUH KEBUDAYAAN ASING TERHADAP KEBUDAYAAN LOKAL (STUDI KASUS PEMUDA-PEMUDI DESA N6 BILA HULU KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN Tengku Akhirul Program Studi Pendidikan PKn, STKIP Labuhanbatu Email : tengku@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gotong royong merupakan salah satu budaya yang mencerminkan kepribadian luhur bangsa Indonesia yang keberadaannya meluas di seluruh wilayah Indonesia, meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem yang digunakan untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut berupa informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dalam masa pembangunan saat ini dituntut untuk melakukan kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH A.1. Latar belakang masalah Gereja merupakan sebuah kehidupan bersama yang di dalamnya terdiri dari orang-orang percaya yang tumbuh dan berkembang dari konteks yang berbeda-beda.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan masyarakatnya masih bergantung pada kepemilikan lahan. Warga pedesaan kebanyakan masyarakatnya
Lebih terperinciPENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL
PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL 1. Visi dan Misi Penginjilan dalam gereja lokal a. Visi: Terlaksananya Amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28: 19 20) b. Misi: (1)
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai
BAB V PENUTUP Dari penjelasan serta pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab yang terakhir ini akan dipaparkan kesimpulan yang berisi temuan-temuan mengenai Piring Nazar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita hidup di zaman modern yang menuntut setiap individu untuk meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang dianggap kuno dan memperbaharui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tradisi sedekah bumi dengan berbagai macam istilah memang banyak diadakan di berbagai tempat di pulau Jawa. Namun, tradisi ini sudah tidak banyak
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Penelitian ini dilakukan di Desa Kebun Durian Kecamatan Gunung Sahilan Kabupaten Kampar. Daerah ini mempunyai luas wilayah ± 28.500 Ha. Daerah
Lebih terperinciMOTIVASI MELAKUKAN RITUAL ADAT SEBARAN APEM KEONG MAS DI PENGGING, BANYUDONO, BOYOLALI
MOTIVASI MELAKUKAN RITUAL ADAT SEBARAN APEM KEONG MAS DI PENGGING, BANYUDONO, BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinci