SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode"

Transkripsi

1 SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 2 Periode Arah Kebijakan Langkah-Langkah Strategis Sistem Pembayaran Tunai 6 a. Manajemen Alat Pembayaran Tunai b. Alat Pembayaran Tunai Sistem Pembayaran Non Tunai 25 a. Manajemen Alat Pembayaran Non Tunai b. Alat Pembayaran Non Tunai

2 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran Periode Dalam masa pemerintahan orde baru ini, perekonomian Indonesia masih mengalami pasang surut. Pemerintah melakukan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan secara bertahap pada sektor keuangan dan perekonomian. Sejalan dengan perkembangan perekonomian Indonesia yang membutuhkan uang pecahan besar, Pada tahun 1992, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan pecahan Rp Sebelumnya, pecahan terbesar yang pertama kali diterbitkan adalah pecahan Rp dari Seri Pekerja Tangan dengan tanda tahun Kebutuhan akan pecahan besar tersebut terus meningkat sampai dengan tahun 1993, oleh sebab itu BI mengeluarkan kembali pecahan yang lebih besar, yaitu pecahan Rp Kemudian dengan pecahan yang sama (Rp ) dikeluarkan uang khusus peringatan (Commemorative Notes) untuk memperingati keberhasilan pembangunan jangka panjang I. Untuk pertama kalinya, uang tersebut dicetak dengan menggunakan bahan plastik (polymer substrate). Selain pecahan-pecahan tersebut, pada periode ini juga diterbitkan uang logam khusus Seri Cagar Alam (1987), Seri Save The Children (1990) serta uang logam khusus memperingati kemerdekaan RI ke-45 (1990) dan ke-50 (1995). Pencetakan uang pada periode ini dilakukan dengan peningkatan pencegahan usaha pemalsuan uang. Hal itu diwujudkan dengan pengggunaan unsur-unsur pengaman yang lebih canggih, baik pada bahan maupun teknik mencetaknya, sesuai dengan perkembangan teknologi. Pada periode ini, BI mulai mengembangkan beberapa sistem transaksi giral yang lebih memudahkan fungsi pengaturan pembayaran non tunai. Guna mengatasi meningkatnya volume transaksi kliring dan akunting, direksi BI mengeluarkan keputusan untuk menetapkan otomasi penyelenggaraan kliring di Jakarta sekaligus menetapkan penggunaan warkat baku. Ketetapan tersebut dikeluarkan pada tanggal 23 Mei 1988, meskipun otomasi kliring pertama kali di Jakarta baru dilaksanakan tanggal 7 April 1990 secara terbatas pada hari Sabtu. Setelah berjalan lancar, pada tanggal 4 Juni 1990 segera dilaksanakan secara penuh dengan nama Sistem Otomasi Kliring Jakarta (SOKJ). Dalam sistem ini, daftar bilyet saldo kliring bank dapat cepat dibukukan di bagian akunting Thamrin dan Kota karena daftar bilyet saldo kliring sudah diakui sebagai warkat pembukuan (original document). Selanjutnya, otomasi kliring dilaksanakan di Surabaya dan Medan, yaitu pada tanggal 6 Januari 1992 dan 11 Januari Dalam sistem baru ini, teleks juga ditetapkan sebagai warkat pembukuan (original document) dalam transaksi antar BI. Kemudian BI mengembangkan program kliring retur dalam basis personal computer (PC Based) yang dikenal dengan Semi Otomasi Kliring Lokal (SOKL) dan diresmikan pada Maret Sistem tersebut dikembangkan guna mengatasi proses kliring retur di Jakarta yang dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama. Aplikasi tersebut selesai dengan sempurna pada tahun 1994 dan segera digunakan untuk proses kliring di kantor cabang Bank Indonesia dan bank pemerintah di daerah penyelenggara kliring. Pada akhir tahun 1992, seluruh kantor cabang BI telah selesai mengikuti otomasi akunting, meski antara akunting cabang dan akunting pusat belum terhubung. Kemudian pada tahun 1995, BI melaksanakan 2

3 aplikasi baru Sistem Transfer Dana Antar Kantor Terotomasi dan Terintegrasi (SAKTI). Sistem tersebut diaplikasikan akibat berkembangnya transaksi perbankan yang menuntut penyelesaian lebih cepat, akurat, dan aman serta masih banyaknya masalah money in transit. SAKTI mengirimkan pembukuan transaksi debet atau kredit antar kantor BI secara elektronik. Dengan demikian, BI telah melakukan transaksi tanpa dokumen (paperless transaction), khususnya pada kantor BI penerima. Masih dalam penyelenggaran kliring, pada akhir periode ini ditetapkan perubahan jadwal penyelesaian hasil kliring. Sejak tanggal 1 April 1996, ditetapkan bahwa penyelesaian kliring dilakukan dua hari (T+1), yaitu untuk penyerahan warkat hari ini, maka penyelesaiannya esok hari. Perubahan tersebut terjadi akibat perkembangan ekonomi yang menyebabkan banyaknya jumlah peserta kliring. 3

4 2. Arah Kebijakan Dengan semakin berkembangnya perekonomian Indonesia, yang ditandai oleh tingginya transaksi perdagangan dan transaksi keuangan lainnya, baik yang bersifat lokal, regional, maupun internasional, keberadaan sistem pembayaran yang menjamin aliran dana secara efisien, aman dan andal menjadi semakin penting. Dengan semakin berkembangnya perekonomian Indonesia, yang ditandai oleh tingginya transaksi perdagangan dan transaksi keuangan lainnya, baik yang bersifat lokal, regional, maupun internasional, keberadaan sistem pembayaran yang menjamin aliran dana secara efisien, aman dan andal menjadi semakin penting. Keberadaan sistem pembayaran tersebut diharapkan dapat mempermudah akses pelaku ekonomi terhadap berbagai keperluan pembayarannya sekaligus diharapkan dapat mendukung pelaksanaan kebijakan moneter yang efektif serta terciptanya sistem perbankan yang sehat. Oleh karena itu, dalam periode ini Bank Indonesia sebagai bank sentral telah melakukan berbagai usaha untuk mengembangkan sistem pembayaran baik untuk pembayaran tunai maupun non tunai guna menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembayaran itu sendiri. Hal ini antara lain meliputi pengaturan dan pengawasan pembayaran tunai, yang terdiri dari uang kertas dan uang logam, pengaturan dan pelaksanaan operasional kliring di seluruh Indonesia, serta bertanggung jawab dalam pengawasan dan pengaturan atas penyelesaian transaksi (settlement). 4

5 3. Langkah-Langkah Strategis Dalam sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia melakukan terobosan dalam upaya peningkatan efisiensi pengiriman uang. Hal ini dilakukan dengan menetapkan beberapa kantor cabang tertentu sebagai depot bagi kantor-kantor cabang lainnya. Dalam sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia melakukan terobosan dalam upaya peningkatan efisiensi pengiriman uang. Hal ini dilakukan dengan menetapkan beberapa kantor cabang tertentu sebagai depot bagi kantor-kantor cabang lainnya. Dengan demikian pengiriman uang tidak harus dilakukan oleh kantor pusat secara langsung ke masing-masing kantor cabang melainkan cukup ke depot-depot saja yang melayani kantor cabang lain sehingga menjadi lebih efisien. Dalam sistem pembayaran non tunai, selain terus mengembangkan sistem pembayaran yang efisien, aman dan handal, Bank Indonesia melakukan koordinasi dengan pemerintah c.q. Direktorat Jenderal Anggaran dalam upaya untuk melakukan sentralisasi saldo kas negara ke rekening Bendahara Umum Negara. Dengan adanya sentralisasi tersebut, Pemerintah dapat mengontrol serta mengetahui posisi rekening BUN yang ada di Bank Indonesia secara cepat. 5

6 4. Sistem Pembayaran Tunai : a. Manajemen Alat Pembayaran Tunai Dalam periode ini tidak terjadi perubahan dalam prinsip-prinsip manajemen pengedaran uang rupiah. Bank Indonesia masih mengacu pada Ketentuan-ketentuan Pokok Pelaksanaan Pengedaran Uang sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.13/52/Kep/Dir/UPU tanggal 1 Desember 1980 yang diberlakukan mulai tanggal 31 Desember 1980 Dalam periode ini tidak terjadi perubahan dalam prinsip-prinsip manajemen pengedaran uang rupiah. Bank Indonesia masih mengacu pada Ketentuan-ketentuan Pokok Pelaksanaan Pengedaran Uang sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.13/52/Kep/Dir/UPU tanggal 1 Desember 1980 yang diberlakukan mulai tanggal 31 Desember Berbagai penyempurnaan yang dilakukan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, akurasi serta keamanan dalam mencapai terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan uang kartal. Dalam mengantisipasi meningkatnya permintaan masyarakat akan uang kartal, selain memperbesar persediaan uang kartal ditempuh pula kebijakan untuk mengurangi pemusnahan uang dengan jalan melonggarkan kriteria layak edar uang kertas, khususnya pecahan besar. Upaya memperpanjang usia edar uang kertas tersebut sebenarnya kurang sejalan dengan clean bill policy dalam rangka menjaga kesegaran uang kertas, namun berdampak positif dari segi efisiensi biaya dan dapat memenuhi kebutuhan uang kartal yang meningkat. Oleh karena itu, pelonggaran kriteria layak edar hanya bersifat sementara saja. Efisiensi dalam pengiriman uang ke satuan-satuan kerja kas atau remise dilakukan dengan menetapkan beberapa kantor cabang tertentu sebagai depot bagi kantorkantor cabang lainnya. Dengan demikian pengiriman uang tidak harus dilakukan oleh kantor pusat secara langsung ke masing-masing kantor cabang melainkan cukup ke depot-depot saja yang melayani kantor cabang lain dengan lebih efisien. Sejak bulan September 1993, istilah Kas Mobil diganti dengan Pelayanan Kas Di Luar Kantor, yaitu pelayanan jasa kas yang dilakukan di luar kantor Bank Indonesia pada waktu kerja kas maupun di luar waktu kerja kas Bank Indonesia. Tujuan pelayanan kas di luar kantor Bank Indonesia adalah untuk menunjang pengedaran uang seluasluasnya guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dari segi komposisi pecahan serta untuk mempercepat penarikan kembali uang lusuh dan yang telah dicabut. Bank Indonesia juga melakukan pelayanan kas di luar kantor bank yang melipiti: kas keliling, kas tambahan dan kas titipan. Kas keliling merupakan kegiatan penukaran serta penggantian uang kepada masyarakat, termasuk bank dan lembaga lainnya, yang dilakukan secara berkeliling dengan menggunakan sarana angkutan. Pelayanan tersebut dilakukan di tempat berkumpulnya masyarakat. Kas tambahan adalah kegiaatan penyediaan uang atas permintaan kantor bank di suatu daerah yang jauh dari kantor Bank Indonesia karena kebutuhan 6

7 kasnya tidak dapat dipenuhi sendiri oleh bank yang bersangkutan. Kegiatan kas tambahan dilakukan di kantor bank yang meminta tambahan kas tersebut. Kas titipan merupakan kegiatan penyediaan uang sebagai titipan pada salah satu bank untuk mencukupi persediaan kas bank-bank dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Kegiatan kas titipan dilakukan di kantor bank yang ditunjuk oleh Bank Indonesia sebagai pengelola kas titipan. Sarana angkutan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kas di luar kantor dapat berupa angkutan darat, air (sungai dan laut) maupun udara. Adapun jumlah dan komposisi pecahan uang didasarkan pada kebutuhan masyarakat dan lembaga yang dilayani, persediaan kas Bank Indonesia yang bersangkutan, sarana angkutan yang digunakan serta kondisi keamanan setempat. Dalam periode ini Bank Indonesia mulai menggunakan mesin sortasi uang kertas (MSUK) dalam rangka mempercepat dan meningkatkan akurasi dalam penanganan uang kertas yang mengalir masuk ke Bank Indonesia. Penggunaan MSUK juga dimaksudkan agar terdapat keseragaman proses oleh semua satuan kerja kas serta mengurangi risiko yang dapat timbul dari penanganan secara manual. Dengan menggunakan MSUK, uang kertas yang mengalir masuk ke Bank Indonesia disortir dan dipilah-pilah antara uang kertas yang masih layak edar, uang kertas yang sudah tidak layak edar dan uang kertas yang diragukan keasliannya. Uang kertas yang masih layak edar akan diedarkan lagi sedangkan uang kertas yang diragukan keasliannya akan diteliti lebih lanjut. Adapun uang kertas yang tidak layak edar akan langsung dimusnahkan pada mesin tersebut. Penggunaan MSUK dilakukan secara bertahap sejak tahun 1987 yang dimulai di kantor pusat dengan menggunakan MSUK buatan De La Rue System (DLRS) dari Inggris dan Giesecke & Devrient GmbH (G&D) dari Jerman. Pada akhir tahun 1997, kantor pusat dan semua kantor cabang Bank Indonesia telah menggunakan MSUK. MSUK hanya digunakan untuk melakukan sortasi uang kertas pecahan RP ke atas karena pecahan Rp ke bawah yang mengalir masuk ke Bank Indonesia kondisinya sangat lusuh sehingga penggunaan MSUK untuk sortasi sulit dilakukan. Oleh karena itu, sortasi pecahan kecil masih dilakukan secara manual dan pemusnahannya menggunakan mesin racik uang kertas (MRUK). Dengan menggunakan MSUk dan MRUK untuk memusnahkan uang kertas tidak layak edar, maka pada akhir periode ini tungku pembakaran tidak digunakan lagi untuk pemusnahan uang kertas. 7

8 b. Alat Pembayaran Tunai Berbagai emisi uang kertas dan uang logam Bank Indonesia diterbitkan pada periode ini dalam rangka penyegaran, mempermudah transaksi maupun penanggulangan upaya pemalsuan. Berbagai emisi uang kertas dan uang logam Bank Indonesia diterbitkan pada periode ini dalam rangka penyegaran, mempermudah transaksi maupun penanggulangan upaya pemalsuan. Sejalan dengan perkembangan ekonomi, banyaknya transaksi yang benilai besar menjadi dasar pertimbangan Bank Indonesia untuk mengeluarkan pecahan uang yang lebih besar yaitu Rp dan Rp Sebagai langkah pencegahan upaya pemalsuan dan perlindungan terhadap masyarakat luas, diterapkan pula unsur-unsur pengaman uang yang lebih banyak dan lebih baik. Selain itu, Bank Indonesia melakukan penyesuaian terhadap ukuran uang kertas agar lebih memudahkan masyarakat dalam menangani dan menyimpan uang. Bank Indonesia juga masih terus menerbitkan uang khusus peringatan berkaitan dengan berbagai peristiwa penting yang bersifat nasional maupun internasional. Secara bertahap mulai tahun 1991 Bank Indonesia melakukan program logamisasi untuk pecahan kecil karena dalam jangka panjang biaya pengedaran uang logam lebih rendah dari biaya pengedaran uang kertas. Dalam periode ini diterbitkan uang logam dalam pecahan yang lebih besar yaitu Rp500 dan Rp1000. Dengan demikian terdapat tiga pecahan kembar karena diedarkan dalam bentuk uang kertas dan uang logam yakni pecahan Rp100, Rp500 dan Rp1000. Upaya efisiensi melalui program logamisasi dilakukan dengan menghentikan pencetakan uang kertas pecahan Rp100 dan Rp500, namun belum dilakukan pencabutan sehingga kedua pecahan uang kertas tersebut masih tetap merupakan alat pembayaran yang sah. Berikut ini adalah bentuk dan deskripsi dari uang-uang yang dikeluarkan pada periode ini: 1. Uang Kertas Bank Indonesia Emisi Tahun

9 9

10 10

11 11

12 12

13 13

14 14

15 15

16 2. Uang Logam Bank Indonesia Emisi Tahun

17 17

18 18

19 3. Uang Kertas Khusus Bank Indonesia Emisi Tahun CATATAN 1.Uang kertas khusus peringatan dalam bentuk lembar (commemorative note) diterbitkan Bank Indonesia dalam rangka memperingati keberhasilkan pembangunan jangka panjang tahap I di berbagai bidang. 19

20 Pencetakan uang kertas khusus ini dilakukan oleh Note Printing Australia (NPA) 4. Uang Logam Khusus Bank Indonesia Emisis Tahun

21 21

22 22

23 23

24 CATATAN 1. Uang logam khusus Seri Cagar Alam Emisi Tahun 1987 diterbitkan dalam rangka memperingati 25 tahun berdirinya The World Widelife Fund (WWF) dan untuk mengumpulkan dana pembiayaan pemeliharaan cagar alam dan perlindungan binatang yang terancam kepunahannya di Indonesia. Pencetakan uang logam khusus ini dilakukan oleh Spink Modern & Collection di Inggris. 2. Uang logam khusus Seri Perjuangan Angkatan 1945 diterbitkan dalam rangka memperingati kemerdekaan Republik Indonesia ke-45 tahun Penerbitan ini dilakukan dengan kerjasama Dewan Harian Nasional Badan Penggerak Pembina Potensi Angkatan 1945 (DHN 45). Pencetakan uang logam khusus ini dilakukan oleh Perum PERURI dan pemasarannya dilaksanakan oleh pihak DHN Uang logam khusus Seri Save The Children Tahun 1990 diterbitkan dalam rangka memperingati 70 tahun berdirinya Save The Children Fund guna menghimpun dana untuk kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan anak-anak di seluruh dunia. Pencetakan uang logam khusus ini dilakukan oleh Spink Modern & Collection di Inggris. 4. Uang logam khusus Seri Presiden Republik Indonesia dan Seri Demokrasi tahun 1995 diterbitkan dalam rangka peringatan kemerdekaan RI ke-50 bekerjasama dengan DHN 45. Pencetakan uang logam khusus ini dilakukan oleh Perum PERURI dan pemasarannya dilaksanakan oleh pihak DHN

25 7. Sistem Pembayaran Non Tunai : a. Manajemen Alat Pembayaran Non Tunai Kebijakan sistem kliring melanjutkan sistem sentralisasi kliring yang sudah ada dengan segala ketentuannya. Penyelenggara kliring adalah Bank Indonesia atau bank pemerintah apabila di daerah tersebut tidak terdapat Bank Indonesia. Di Kantor Pusat Bank Indonesia dilaksanakan oleh Bagian Lalu Lintas Pembayaran Giral. Pada tahun 1985 Bank Indonesia mulai mempersiapkan rencana otomasi kliring dengan membentuk Tim Proyek Otomasi Kliring dan pada tahun 1988 Direksi Bank Indonesia memutuskan untuk melaksanakan otomasi kliring dan membakukan warkat kliring untuk Jakarta. Kebijakan sistem kliring melanjutkan sistem sentralisasi kliring yang sudah ada dengan segala ketentuannya. Penyelenggara kliring adalah Bank Indonesia atau bank pemerintah apabila di daerah tersebut tidak terdapat Bank Indonesia. Di Kantor Pusat Bank Indonesia dilaksanakan oleh Bagian Lalu Lintas Pembayaran Giral. Pada tahun 1985 Bank Indonesia mulai mempersiapkan rencana otomasi kliring dengan membentuk Tim Proyek Otomasi Kliring dan pada tahun 1988 Direksi Bank Indonesia memutuskan untuk melaksanakan otomasi kliring dan membakukan warkat kliring untuk Jakarta. Kebijakan otomasi kliring diikuti pula dengan kebijakan Semi Otomasi Kliring Lokal. Dengan demikian sistem kliring sudah menggunakan tiga sistem yaitu Sistem Manual, Sistem Otomasi dan Sistem Semi Otomasi Kliring Lokal. Sistem Otomasi Kliring dilaksanakan pada tiga kota besar yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Sistem Semi Otomasi Kliring Lokal dilaksanakan pada Kantor Bank Indonesia yang lain dan beberapa kantor penyelenggara bukan Bank Indonesia. Sistem Manual dilaksanakan pada kantor penyelenggara kliring bukan Bank Indonesia. Pada tahun 1995 Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan baru tentang salah satu warkat kliring penting yaitu bilyet giro yang memperbaiki kebijakan bilyet giro tahun Pada tahun 1989 Bank Indonesia menetapkan perencanaan otomasi sistem akunting yang diimplementasikan mulai tahun 1990 di Bagian Akunting Thamrin Bank Indonesia dan diteruskan secara bertahap di Bagian Akunting Kota, di Bagian akunting Devisa dan seluruh kantor cabang Bank Indonesia. Otomasi sistem akunting mempermudah perbankan mendapatkan informasi yang cepat dan akurat tentang posisi rekening gironya baik sebelum maupun sesudah hasil kliring dibukukan. Pengembangan otomasi sistem akunting dilanjutkan dengan melaksanakan transfer dana antar kantor Bank Indonesia secara elektronik. Setelah melakukan penelitian dan peninjauan pada beberapa negara, pada tahun 1995 Bank Indonesia dengan bantuan konsultan dapat menyusun Acuan Pokok (Blue Print) Sistem Pembayaran Nasional (SPN). Untuk menjalankan Acuan Pokok tersebut Bank Indonesia menyusun Rencana Pengembangan Sistem Pembayaran Nasional dengan 22 proyek yang akan diimplementasikan secara bertahap. 25

26 b. Alat Pembayaran Non Tunai Dalam periode ini alat pembayaran non tunai selain dari cek, bilyet giro, nota debet/kredit juga mulai berkembang alat pembayaran non tunai berupa kartu debet dan kartu kredit seiring pesatnya pertumbuhan perekonomian. Dalam periode ini alat pembayaran non tunai selain dari cek, bilyet giro, nota debet/kredit juga mulai berkembang alat pembayaran non tunai berupa kartu debet dan kartu kredit seiring pesatnya pertumbuhan perekonomian. Penggunaan bilyet giro sebagai alat pembayaran giral telah mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan warkat pembayaran giral lainnya. Selain itu terdapat pula alat pembayaran non tunai untuk transaksi-transaksi jasa dalam valuta asing yang terdiri dari transfer, wesel, cek dan traveller s cheque. Transfer dalam valuta asing adalah pemindahan atau pengiriman dana dalam valuta asing melalui Bank Indonesia yang pada dasarnya hanya melayani untuk lembaga dan atau Instansi Pemerintah serta pegawai Bank Indonesia. Transfer ini dibedakan menjadi transfer masuk dan transfer keluar dengan menggunakan telegraphic transfer (TT) dan mail transfer (MT). Transfer masuk ke dan keluar dari Bank Indonesia dilakukan melalui bank koresponden dengan mempergunakan test key sebagai alat pengamanan. Transfer masuk dapat dipindahkan ke dalam rekening valuta asing atau rupiah pada bank lain untuk untung penerima. Penggunaan kurs dalam transfer masuk ditetapkan oleh Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perkembangan alat pembayaran non tunai dengan media kertas dan dengan media bukan kertas sangat pesat. Dengan adanya perkembangan teknologi, industri perbankan, baik sendiri-sendiri maupun bekerja sama dengan penyedia jasa pembayaran lainnya, telah melakukan investasi yang cukup besar untuk dapat menawarkan berbagai produk alat pembayaran yang lebih memudahkan dalam melakukan pembayaran. Alat pembayaran bukan tunai dengan media bukan kertas (Non-Paper Based Payments) antara lain berupa kartu kredit, kartu debet dan kartu charge, baik yang dihubungkan dengan jaringan internasional maupun yang mempunyai jaringan tersendiri. Fasilitas lain, seperti direct debit antar rekening dalam bank yang sama, electronic funds transfer antar kantor bank yang sama, home banking services, serta bentukbentuk tertentu electronic money, misalnya kartu telepon (tergolong prepaid card) juga sudah mulai banyak yang dikenal. Sementara itu penggunaan kartu ATM juga telah sangat umum, yang sebagian diantaranya telah dihubungkan dengan jaringan internasional. Ciri khas alat pembayaran ini adalah penggunaan teknologi informasi yang memungkinkan pembayaran dilakukan secara elektronis. Walaupun telah berkembang, penggunaan alternatif non-paper based ini relatif masih belum meluas. Kurang berkembangnya alternatif ini terutama disebabkan oleh belum meluasnya jaringan sistem secara nasional dan belum adanya ketentuan hukum pendukung alat pembayaran elektronis. 26

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode 1997-1999 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 2 Periode 1997-1999 2. Arah Kebijakan 1997-1999 3 3. Langkah-Langkah

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode 1999-2005 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 2 Periode 1999-2005 2. Arah Kebijakan 1999-2005 3 3. Langkah-Langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis jasa bank (service) yang ada di Indonesia adalah jasa kliring

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis jasa bank (service) yang ada di Indonesia adalah jasa kliring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu jenis jasa bank (service) yang ada di Indonesia adalah jasa kliring (clearing). Kliring adalah penagihan warkat bank yang berasal dari dalam kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang terdiri atas uang kertas dan uang logam, yang merupakan alat pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang terdiri atas uang kertas dan uang logam, yang merupakan alat pembayaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau secara umum, kas merupakan uang kartal yang tersedia bagi suatu usaha yang terdiri atas uang kertas dan uang logam, yang merupakan alat pembayaran

Lebih terperinci

ANALISA Bank dan Lembaga Keuangan II

ANALISA Bank dan Lembaga Keuangan II ANALISA Bank dan Lembaga Keuangan II SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA (SKNBI) dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Disusun oleh : Candy Gloria (2121 0516) Kelas: SMAK 04-05 Jurusan Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang sebagai sistem pembayaran tidak dapat dipisahkan dari fungsinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Uang sebagai sistem pembayaran tidak dapat dipisahkan dari fungsinya untuk digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Indonesia mendorong masyarakat memperoleh segala sesuatu secara praktis dan aman dalam melakukan transaksi keuangan. Uang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan antara kemampuan dan keinginan untuk mencapai suatu yang

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan antara kemampuan dan keinginan untuk mencapai suatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan dewasa ini, makin hari menujukan peranan yang semakin besar dan semakin menentukan dalam meningkatkan perkembangan pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Indonesia merupakan Bank Sentral atau Lembaga Negara yang independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

PERANAN KLIRING DALAM LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL DI BANK INDONESIA CABANG SURAKARTA

PERANAN KLIRING DALAM LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL DI BANK INDONESIA CABANG SURAKARTA PERANAN KLIRING DALAM LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL DI BANK INDONESIA CABANG SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/14/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN, PENGEDARAN, PENCABUTAN DAN PENARIKAN, SERTA PEMUSNAHAN UANG RUPIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/14/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN, PENGEDARAN, PENCABUTAN DAN PENARIKAN, SERTA PEMUSNAHAN UANG RUPIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/14/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN, PENGEDARAN, PENCABUTAN DAN PENARIKAN, SERTA PEMUSNAHAN UANG RUPIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu tugas Bank

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode 1966-1983 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 2 Periode 1966-1983 2. Arah Kebijakan 1966-1983 4 3. Langkah-Langkah

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan sistem pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank lainnya. Beberapa jenis jasa lain yang ditawarkan oleh bank menurut

BAB I PENDAHULUAN. bank lainnya. Beberapa jenis jasa lain yang ditawarkan oleh bank menurut digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah : Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Lebih terperinci

TUGAS REVIEW KULIAH UMUM

TUGAS REVIEW KULIAH UMUM PENDIDIKAN DAN KEWARGANEGARAAN TUGAS REVIEW KULIAH UMUM OLEH : CLARENITA F.P. 1130106 / KP B FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA 2014 Sekilas Sistem Pembayaran Pembayaran adalah perpindahan nilai antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan bank sangat memengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank dapat pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan bank sangat memengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank dapat pula

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KLIRING LOKAL DAN PENYELESAIAN AKHIR TRANSAKSI PEMBAYARAN ANTAR BANK ATAS HASIL KLIRING LOKAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan bank sangat memengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank dapat pula

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI tentang perbankan, adalah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI tentang perbankan, adalah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian, Fungsi dan Jenis Bank 2.1.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut pasal 1 Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, adalah sebagai berikut : Bank adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dapat dilakukan oleh pelaku dengan wilayah yang berdekatan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dapat dilakukan oleh pelaku dengan wilayah yang berdekatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan kondisi perekonomian saat ini dimana terjadi persaingan yang cukup keras, memaksa pelakunya untuk efisien dalam segala hal, termasuk dalam melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perbankan yang ada memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. perbankan yang ada memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya jumlah bank di Indonesia dan berbagai pelayanan jasa perbankan yang ada memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan dan bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mungkin bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga. menggerakkan roda perekonomian suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mungkin bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga. menggerakkan roda perekonomian suatu bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan dan pengolahan yang terarah dan terpadu serta dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur merupakan rangkaian atau langkah-langkah yang dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Uang Rupiah. Pembayaran dan Pengelolaan. Sistem (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 106). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB VI JASA-JASA BANK

BAB VI JASA-JASA BANK BAB VI JASA-JASA BANK Semakin lengkap jasa bank yang diberikan kepada nasabah maka akan semakin baik, dalam arti jika nasabah akan melakukan suatu transaksi perbankan, cukup di satu bank saja. 6.1. TUJUAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperlancar transaksi

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/13/PADG/2017 TENTANG PENUKARAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/13/PADG/2017 TENTANG PENUKARAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/13/PADG/2017 TENTANG PENUKARAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transaksi. Untuk itu, perbankan dituntut untuk menyediakan berbagai. yang disediakan oleh jasa perbankan adalah Kliring.

BAB I PENDAHULUAN. transaksi. Untuk itu, perbankan dituntut untuk menyediakan berbagai. yang disediakan oleh jasa perbankan adalah Kliring. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya transaksi dalam bidang ekonomi, maka perbankan merupakan salah satu mitra masyarakat dalam melakukan berbagai transaksi. Untuk itu, perbankan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian stabilisasi nilai rupiah,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana

Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana 1. Banyak yang mengira tugas Bank Indonesia sama dengan tugas bank komersial. Apa benar begitu, dan apa perbedaan Bank Indonesia dengan bank lain? 2. Banyak juga

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA

IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1 Pengertian Bank Secara umum Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang dalam bentuk

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan kliring secara manual tidak efektif dan tidak efisien.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan kliring secara manual tidak efektif dan tidak efisien. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kliring merupakan pertukaran warkat atau data keuangan antar Bank baik atas nama Bank maupun atas nama nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan

Lebih terperinci

OUTLOOK KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH

OUTLOOK KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH OUTLOOK KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH Indonesia Biro Pengembangan Sistem Pembayaran Nasional November 2002 PENDAHULUAN Salah satu tugas Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 23 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang dari suatu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan

BAB I PENDAHULUAN. uang dari suatu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pembayaran (SP) adalah sistem yang berkaitan dengan pemindahan uang dari suatu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan nilai uang tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa penyelenggara

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 2/ 9 /DASP Jakarta, 8 Juni 2000 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Biaya Kliring Sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/3/PBI/1999 tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Hal ini tentu saja demi kelancaran dan keamanan jalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Hal ini tentu saja demi kelancaran dan keamanan jalannya kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika kehidupan masyarakat dewasa ini, telah melahirkan pola pemikiran baru yang turut berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Ketika mekanisme pembayaran

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan

Lebih terperinci

No Pengedaran, serta Pencabutan dan Penarikan, sampai dengan Pemusnahan Uang Rupiah. Dalam pelaksanaan kewenangan dan tugas Pengelolaan Uang R

No Pengedaran, serta Pencabutan dan Penarikan, sampai dengan Pemusnahan Uang Rupiah. Dalam pelaksanaan kewenangan dan tugas Pengelolaan Uang R TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5323 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 138) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan nilai uang

Lebih terperinci

No. 4/ 11 /DASP Jakarta, 13 Agustus 2002 S U R A T E D A R A N

No. 4/ 11 /DASP Jakarta, 13 Agustus 2002 S U R A T E D A R A N No. 4/ 11 /DASP Jakarta, 13 Agustus 2002 S U R A T E D A R A N Perihal : Hubungan Rekening Giro Antara Bank Indonesia Dengan Pihak Ekstern Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 2/24/PBI/2000

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM MANAJEMEN PERBANKAN By : Angga Hapsila, SE. MM BAB II UANG DAN BANK SENTRAL DI INDONESIA 1. DEFINISI UANG 2. SYARAT UANG 3. PERAN/ FUNGSI UANG 4. NILAI WAKTU DARI UANG 5. BANK SENTRAL DI INDONESIA 1. DEFINISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini terlihat cukup baik di semua sektor ekonomi. Badan Usaha Milik Negara maupun badan usaha milik swasta atau badan usaha yang

Lebih terperinci

8/34/DASP Jakarta,22 Desember 2006 S U R A T E D A R A N

8/34/DASP Jakarta,22 Desember 2006 S U R A T E D A R A N 8/34/DASP Jakarta,22 Desember 2006 S U R A T E D A R A N Perihal : Hubungan Rekening Giro Antara Bank Indonesia Dengan Pihak Ekstern --------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Non Bank Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Hubungan Non Bank dengan BI Hubungan Rekening Giro antara

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. sependapat dalam buku Bunga Rampai Hukum Ekonomi Dan Hukum

BAB I PENGANTAR. sependapat dalam buku Bunga Rampai Hukum Ekonomi Dan Hukum 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peran sangat besar dalam perekonomian, dimana peranan Bank adalah sebagai penyimpan dana dan penyalur dana. Peran

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 7 /PBI/2012 TENTANG PENGELOLAAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo pada Unit Layanan Operasional Kas dan Pengelolaan Uang. Unit

Lebih terperinci

tutinonka.wordpress.com

tutinonka.wordpress.com tutinonka.wordpress.com TUJUAN PENGAJARAN: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu untuk: 1. Menjelaskan yang dimaksud dengan kas 2. Membuat pencatatan pada kas kecil (petty cash) 3. Membuat

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 11/ 15 /DASP Jakarta, 18 Juni 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia oleh Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap tidak akurat dan tidak efisien karena barter tidak dapat menentukan nilai

BAB I PENDAHULUAN. dianggap tidak akurat dan tidak efisien karena barter tidak dapat menentukan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis dari masa ke masa semakin pesat dan cepat. Mengikuti perkembangan bisnis, teknologi pembayaran juga ikut maju dan berubah. Awalnya sistem barter

Lebih terperinci

STUDI TENTANG EVALUASI SISTEM KLIRING ELEKTRONIK DI BANK INDONESIA CABANG SURAKARTA

STUDI TENTANG EVALUASI SISTEM KLIRING ELEKTRONIK DI BANK INDONESIA CABANG SURAKARTA STUDI TENTANG EVALUASI SISTEM KLIRING ELEKTRONIK DI BANK INDONESIA CABANG SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Hukum Dalam Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dukungan kecepatan dalam pembayaran atau bertransaksi. Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dukungan kecepatan dalam pembayaran atau bertransaksi. Lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia sekarang ini semakin berkembang. Kebutuhan masyarakat akan kecepatan, keandalandan, keamanan dalam bertransaksi meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit).

BAB I PENDAHULUAN. (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasmir (2003) mengemukakan perbankan merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam menunjang dan memajukan pembangunan nasional karena fungsi utama bank adalah

Lebih terperinci

SMAM 3 LHOKSEUMAWE ALAT PEMBAYARAN TUNAI & NON JUDUL MATERI LAT. SELESAI TUNAI. Indikator: Alat pembyrn tunai & non tunai

SMAM 3 LHOKSEUMAWE ALAT PEMBAYARAN TUNAI & NON JUDUL MATERI LAT. SELESAI TUNAI. Indikator: Alat pembyrn tunai & non tunai ALAT PEMBAYARAN TUNAI & NON & non TUNAI Pengertian Uang Menurut Para Ahli & non a. TRI KUNAWANGSIH & ANTO PRACOYO Uang merupakan alat tukar yang diterima pleh masyarakat sebagai alat pembayaran yang sah

Lebih terperinci

Anita Asnawi, S.Sos., MM.

Anita Asnawi, S.Sos., MM. Anita Asnawi, S.Sos., MM. Penghimpunan dana dari pihak ke tiga (masyarakat) funding Penyaluran dana lending Bank Persero PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), TBK PT

Lebih terperinci

PRODUK-PRODUK BANK. Disusun Oleh : Tyas Krisnawati Anita Satriana Dewi Dina Martiningsih

PRODUK-PRODUK BANK. Disusun Oleh : Tyas Krisnawati Anita Satriana Dewi Dina Martiningsih PRODUK-PRODUK BANK Disusun Oleh : Tyas Krisnawati 05412144020 Anita Satriana Dewi 05412144021 Dina Martiningsih 05412144022 Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 48 /PBI/2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR

Lebih terperinci

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA TUGAS 5 KONSEP TEKNOLOGI Disusun oleh : Nama : Syamsul Arifin Jurusan : D4 T. Elektro Industri 1A NRP : 1310151021 Dosen : Dr. Arman Jaya Prodi : Teknik Elektro Industri Departemen : Teknik Elektro POLITEKNIK

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/2/PBI/2003 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/2/PBI/2003 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/2/PBI/2003 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian stabilisasi nilai rupiah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran. Instrumen pembayaran saat ini dapat diklasifikasikan atas tunai dan non-tunai. Instrumen

Lebih terperinci

AKUNTANSI KLIRING M 5 KARTIKA SARI. Universitas Gunadarma. PENGERTIAN KLIRING 28/10/2015

AKUNTANSI KLIRING M 5 KARTIKA SARI. Universitas Gunadarma. PENGERTIAN KLIRING 28/10/2015 M 5 AKUNTANSI KLIRING KARTIKA SARI. Universitas Gunadarma. PENGERTIAN KLIRING Sesuai PBI No.7/18/PBI/2005 tanggal 22 Juli 2005, Kliring: Pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar Bank baik

Lebih terperinci

INSTRUMEN PEMBAYARAN. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Biro Pengembangan Sistem Pembayaran Nasional

INSTRUMEN PEMBAYARAN. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Biro Pengembangan Sistem Pembayaran Nasional INSTRUMEN PEMBAYARAN Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Biro Pengembangan Sistem Pembayaran Nasional 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 INSTRUMEN PEMBAYARAN...2 I. TUNAI/CASH...2 II. NON-TUNAI/CASHLESS...2

Lebih terperinci

BAB I Lembaga Keuangan

BAB I Lembaga Keuangan BAB I Lembaga Keuangan Sejak dahulu kegiatan perekonomian telah berjalan, bahkan sebelum ditemukannya sebuah alat ukur, alat tukar. Perekonomian tradisional dilakukan dengan sistem barter, yaitu sistem

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 4/13/DASP Jakarta, 24 September 2002 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Biaya Kliring Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/3/PBI/1999 tanggal 13 Agustus 1999

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian

Lebih terperinci

C. Sistem Kliring Berdasarkan system penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan :

C. Sistem Kliring Berdasarkan system penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan : AKUNTANSI KLIRING A. Pengertian Kliring Kliring sebenarnya merupakan transaksi lalu lintas pembayaran yang dimaksudkan untuk memudahkan penyelesaian hutang-piutang antar bank yang timbul dari transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat kita terutama yang hidup di perkotaan atau kota-kota besar

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat kita terutama yang hidup di perkotaan atau kota-kota besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kita terutama yang hidup di perkotaan atau kota-kota besar sudah tidak asing lagi jika mendengar kata bank. Bahkan sekarang ini sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

OUTLOOK SISTEM KLIRING ELEKTRONIK JAKARTA

OUTLOOK SISTEM KLIRING ELEKTRONIK JAKARTA PENDAHULUAN OUTLOOK SISTEM KLIRING ELEKTRONIK JAKARTA BANK INDONESIA Biro Pengembangan Sistem Pembayaran Nasional November 2002 Pengertian umum kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik

Lebih terperinci

BAB II KONDISI PERUSAHAAN. 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank

BAB II KONDISI PERUSAHAAN. 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank BAB II KONDISI PERUSAHAAN 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Bank Definisi Bank menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun

Lebih terperinci

Jenis-jenis Uang dan Contohnya Tugas Pokok Bank Umum IPS. Oleh : Nashra Kautsari IX

Jenis-jenis Uang dan Contohnya Tugas Pokok Bank Umum IPS. Oleh : Nashra Kautsari IX Jenis-jenis Uang dan Contohnya Tugas Pokok Bank Umum IPS Oleh : Nashra Kautsari IX A. Bentuk-Bentuk Uang Disertai Arti Definisi / Pengertian 1. Uang Fiat / Uang Token Uang fiat adalah uang yang nilai nominalnya

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kliring 2.1.1 Pengertian Kliring Sebagaimana dirumuskan dalam pasal 8 Undang Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia dalam mencapai dan

Lebih terperinci

Kusnul Latifah Education SISTEM PEMBAYARAN & ALAT PEMBAYARAN. Kusnul Ekonomi Kelas X

Kusnul Latifah Education SISTEM PEMBAYARAN & ALAT PEMBAYARAN. Kusnul Ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN & ALAT PEMBAYARAN Ekonomi Kelas X Kusnul Latifah Education Kusnul Latifah @latifahhk ifahlatifah719@gmail.com A. Pengertian sistem pembayaran dan alat pembayaran a. Sistem pembayaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini ikut mempengaruhi perkembangan alat pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya tingkat ketergantungan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran diperlukan

Lebih terperinci

Komp. Elmbaga Keuangan Perbankan JASA-JASA BANK

Komp. Elmbaga Keuangan Perbankan JASA-JASA BANK 4 JASA-JASA BANK Jasa-jasa bank merupakan kegiatan perbankan yang dilakukan oleh suatu bank untuk memperlancar kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana. Semakin lengkap jasa bank yang diberikan maka

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan produk bank

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 40 /PBI/2008 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 40 /PBI/2008 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 40 /PBI/2008 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyusunan laporan dan

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DI INDONESIA No. 10/10/DASP Jakarta, 5 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Transaksi Melalui Sistem Bank Indonesia Real

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5498 PERBANKAN. BI. Perlindungan Konsumen. Sistem Pebayaran. Jasa. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 10) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 17 / PBI/2000 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN SERTA PENCABUTAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 17 / PBI/2000 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN SERTA PENCABUTAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 17 / PBI/2000 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN SERTA PENCABUTAN DAN PENARIKAN UANG RUPIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/21/PBI/2004 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang sangat penting dalam perekonomian. Seluruh barang dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan perkembangan perekonomian atau

Lebih terperinci

Uang Dalam Perekonomian

Uang Dalam Perekonomian Uang Dalam Perekonomian Pengertian Uang Uang adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk melakukan transaksi Uang memiliki dua nilai, yaitu nilai nominal dan nilai riil. Nilai nominal adalah nilai yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Bank adalah suatu lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan menerbitkan promes atau

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 12 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Bank Devisa di Indonesia. Dalam system perekonomian terbuka, perdagangan suatu negara akan terhubung dengan negara lain. Kegiatan perdagangan ini memerlukan alat

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM. Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian stabilisasi nilai rupiah,

Lebih terperinci

No. 1/ 4 /DASP Jakarta, 29 November 1999 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 1/ 4 /DASP Jakarta, 29 November 1999 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 1/ 4 /DASP Jakarta, 29 November 1999 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Pemberian Persetujuan Terhadap Pihak Lain Untuk Menyelenggarakan Kliring di Daerah yang Tidak Terdapat

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/1/PBI/1999 TENTANG FASILITAS PENDANAAN DALAM RANGKA MENGATASI KESULITAN PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/1/PBI/1999 TENTANG FASILITAS PENDANAAN DALAM RANGKA MENGATASI KESULITAN PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/1/PBI/1999 TENTANG FASILITAS PENDANAAN DALAM RANGKA MENGATASI KESULITAN PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menjalankan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/15/PBI/2004 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/15/PBI/2004 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/15/PBI/2004 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kondisi perekonomian nasional

Lebih terperinci