MODUL TEKNIS RENCANA PENARIKAN DANA (RPD) HARIAN TRANSAKSI BESAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL TEKNIS RENCANA PENARIKAN DANA (RPD) HARIAN TRANSAKSI BESAR"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PEREBENDAHARAAN MODUL TEKNIS RENCANA PENARIKAN DANA (RPD) HARIAN TRANSAKSI BESAR KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2 INDODAFTAR ISI I. PERENCANAAN KAS a. Pendahuluan b. Pengertian dan Klasifikasi Transaksi Besar c. Alur Penyusunan Rencanan Penarikan Dana (RPD) Harian II. III. IV. PENYAMPAIAN DAN UPDATE RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR a. Penyampaian RPD Harian Transaksi Besar Kategori A dan B b. Penayampaian RPD Harian Transaksi Besar Kategori C s.d. I c. Update RPD Harian Transaksi Besar PERHITUNGAN AKURASI RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR a. Akurasi Harian b. Akurasi Bulanan, Triwulanan dan Tahunan. TANYA JAWAB DAN ILUSTRASI 1

3 BAB I PERENCANAAN KAS A. PENDAHULUAN Pentingnya perencanaan kas mulai disadari sejak ditetapkannya Undang-undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Dalam penjelasan undang-undang tersebut, diuraikan bahwa salah satu fungsi perbendaharaan adalah melaksanakan kegiatan perencanaan kas. Kegiatan ini sangat diperlukan dalam rangka pengelolaan sumber daya keuangan pemerintah yang terbatas, sehingga pemanfaatan keuangan negara dapat dilaksanakan secara efisien dan dapat memberikan nilai tambah. Selain itu, kegiatan perencanaan kas juga merupakan suatu strategi manajemen kas yang dilaksanakan Bendahara Umum Negara guna memastikan bahwa negara selalu memiliki kas yang cukup untuk memenuhi pembayaran kewajiban negara dalam rangka pelaksanaan APBN, serta terhadap saldo kas yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat memberikan hasil yang optimal. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan/atau Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat bertanggung jawab untuk membuat perencanaan kas dan menetapkan saldo kas minimal. Saldo kas minimal ini merupakan buffer cash yaitu suatu cadangan kas yang harus ada di kas negara yang dipergunakan untuk menutup pengeluaran negara dalam pelaksanaan APBN. Jika saldo kas minimal telah ditetapkan maka saldo kas pemerintah setiap hari diupayakan untuk mendekati patokan tersebut dan setiap rupiah di atas saldo kas minimal tersebut akan ditempatkan atau diinvestasikan dalam instrumen investasi jangka pendek. Pemerintah dapat melaksanakan investasi atas kelebihan kas tersebut dengan syarat adanya perencanaan kas berbasis harian. Perencanaan kas ini harus bersumber dari perkiraan penarikan/penyetoran dana satker dan instansi terkait lainnya. Kementerian/Lembaga mempunyai kewajiban menyampaikan Rencana Penerimaan Dana dan Rencana Penarikan Dana secara periodik kepada Kuasa Bendahara Umum Negara. Kewajiban tersebut didelegasikan kepada satuan kerja. Rencana dari satuan kerja ini merupakan sumber utama data dalam penyusunan perencanaan kas pemerintah pusat oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Rencana Penerimaan/Penarikan Dana dari satuan kerja kemudian dikompilasi untuk disusun menjadi perencanaan kas yang merupakan rencana realisasi Anggaran. Akurasi dari perencanaan kas sangat dipengaruhi oleh kecermatan pembuatan Rencana Penerimaan Dana dan Rencana Penarikan Dana masing-masing satuan kerja. 2

4 Berkaitan dengan perencanaan Kas, telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 192/PMK.05/2009 tanggal 23 November 2009 tentang Perencanaan Kas. Dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut diatur secara detail tentang mekanisme penyusunan dan penyampaian Perkiraan Penarikan Dana Bulanan, Mingguan, dan Harian. Penyusunan dan penyampaian Perkiraan Penarikan Dana Harian juga telah diatur lebih lanjut melalui Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor 03/PB/2010 tentang Perkiraan Penarikan Dana Harian Satuan Kerja dan Perkiraan Pencairan Dana Harian KPPN. Evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan PMK Nomor 192/PMK.05/2009 belum dapat memberikan perencanaan kas yang akurat. Salah satu faktor penyembabnya adalah rendahnya tingkat kepatuhan satuan kerja dalam menyampaikan perencanaan kas. Kewajiban penyampaian perencanaan kas yang mendetail maupun perubahan perencanaan atas seluruh pengeluaran dirasa membebani satuan kerja. Sehingga seluruh perencanaan kas yang dikumpulkan di tingkat pusat menyimpang jauh dari kebutuhan kas yang sesungguhnya. Menjawab hambatan penerapan peraturan PMK Nomor 192/PMK.05/2009, pada tahun 2014 diatur bahwa penyampaian perencanaan kas dibatasi hanya pada belanja-belanja tertentu atau yang dikenal dengan Transaksi Besar. Pengaturan batasan penyampaian perencanaan kas tersebut dituangkan dalam PMK Nomor 277/PMK.05/2014 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana dan Perencanaan Kas. Dengan pengaturan yang baru, maka satuan kerja tidak perlu menyampaikan seluruh rencana pengeluaran. Satuan kerja diwajibkan menyampaikan perencanaan kas (Rencana Penarikan Dana/ RPD Harian) hanya atas belanja-belanja yang diklasifikasikan sebagai Transaksi Besar atau RPD Harian Transaksi Besar. Pengkategorian belanja besar ditentukan oleh nominal belanja dan KPPN pembayar. B. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI TRANSAKSI BESAR Penggolongan belanja sebagai Transaksi Besar ditentukan pada dua kriteria yakni Tipe KPPN Pembayar dan Nominal Belanja, dan tidak dibatasi pada jenis belanja tertentu. Nominal belanja adalah besaran belanja (bruto/tanpa potongan) yang akan diajukan dalam 1 (satu) Surat Perintah Membayar (SPM). Batasan minimal nominal belanja yang dapat digolongkan sebagai Transaksi Besar berbeda untuk setiap Tipe KPPN Pembayar. Selanjutya dalam satu Tipe KPPN, Transaksi Besar diklasifikasikan kembali berdasarkan besaran nominal belanja. Pengklasifikasian Transaksi Besar untuk setiap KPPN Pembayar diatur sebagai berikut : 3

5 Tipe KPPN KPPN Tipe A1 Yang Berlokasi di Ibukota Propinsi KPPN Tipe A1 Yang Tidak Berlokasi di Ibukota Propinsi KPPN Tipe A2 Klasifikasi Transaksi Besar Transaksi A Transaksi B Transaksi C Transaksi D Transaksi E Transaksi F Transaksi G Transaksi H Transaksi I Nilai Bruto SPM Lebih besar dari Rp 1 Triliun Lebih besar dari Rp 500 miliar s.d. Rp 1 triliun Rp 1 miliar s.d. Rp 500 miliar Lebih besar dari Rp 1 miliar Lebih besar dari Rp 750 juta s.d. Rp 1 miliar Rp 500 juta s.d. Rp 750 juta Lebih besar dari Rp 500 juta Lebih besar dari Rp 350 juta s.d. Rp 500 juta Rp 200 juta s.d. Rp 350 juta Meskipun penentuan klasifikasi Transaksi Besar tidak dibatasi pada jenis belanja tertentu, dalam penyusunannya RPD Harian Transaksi Besar memperhatikan jenis belanja dari dana yang akan disampaikan. Sehingga RPD Harian Transaksi Besar akan memuat 3 (tiga) informasi utama yakni : rencana tanggal pengajuan SPM, jenis belanja, dan nominal bruto belanja. Atas seluruh belanja yang tergolong dalam Klasifikasi Transaksi Besar, satuan kerja diwajibkan untuk terlebih dahulu menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar atas belanja tersebut ke KPPN sebelum pengajuan SPM. Ketentuan klasifikasi belanja besar, dikecualikan untuk SPM sebagai berikut : a) SPM Nihil Meskipun ketentuan besaran nominal belanja adalah nilai bruto (tanpa potongan), namun SPM Nihil dikecualikan karena tidak mengakibatkan adanya arus kas. SPM Nihil merupakan SPM dengan nilai netto sebesar Rp 0 (nol rupiah). SPM Nihil umumnya merupakan pertanggungjawaban atas penggunaan UP/TUP. Sehingga atas SPM Nihil dimaksud, satker tidak berkewajiban untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN. b) SPM Potongan dengan nilai tertentu Selain mengacu pada Tipe KPPN dan nominal belanja (bruto), SPM dengan nilai neto yang lebih kecil dari minimal nominal belanja transaksi besar dikecualikan dari kewajiban menyampaikan RPD Harian. Dengan demikian, untuk ketiga jenis KPPN, pengaturan 4

6 pengecualian kewajiban penyampaian RPD Harian Transaksi Besar adalah sebagai berikut, untuk : 1. KPPN Tipe A1 yang Berlokasi di Ibukota Propinsi, dikecualikan untuk nilai neto SPM lebih kecil dari Rp 1 miliar. 2. KPPN Tipe A1 yang Tidak Berlokasi di Ibukota Propinsi, dikecualikan untuk nilai neto SPM lebih kecil dari Rp 500 juta. 3. KPPN Tipe A2, dikecualikan untuk nilai neto SPM lebih kecil dari Rp 200 juta. Ketentuan penyampaian dan pengecualian klasifikasi belanja tersebut juga berlaku untuk belanja dengan mata uang valuta asing, yakni sesuai dengan ekuivalen rupiah dari transaksi valas tersebut. Penghitungan ekuivalen rupiah menggunakan kurs tengah Bank Indoensia, pada saat penyampaian RPD Harian Transaksi Besar. Contoh: Berikut ini adalah data SPM (nilai bruto dan potongan) dan klasifikasinya sesuai KPPN Pembayar: KPPN Pembayar Tipe A1 di Ibukota Prov. Nomor Bruto (ribu Rp) SPM Potongan (ribu Rp) Neto (ribu Rp) Klasifikasi Transaksi Besar B B Bukan Trans. Besar D Tipe A1 Tidak di Ibukota Prov E E Bukan Trans. Besar G G Tipe A H H Bukan Trans. Besar 5

7 C. ALUR PENYUSUNAN RENCANA PENARIKAN DANA HARIAN Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian merupakan muara dari rangkaian pengelolaan rencana kegiatan satuan kerja. Diawali dengan penetapan target penarikan dana bulanan di tingkat Kementerian/Lembaga yang selanjutnya dirinci ke masing-masing unit eselon I hingga ke seluruh satuan kerja. Satuan kerja menyusun rencana kegiatan yang akan diselenggarakan dan Rencana Penarikan Dana (RPD) Bulanan. RPD Bulanan kemudian dirinci ke dalam Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian yang memuat tanggal penarikan dana, jenis belanja dan nominal belanja. Selanjutnya atas rencana penarikan dana yang tergolong dalam Transaksi Besar, satuan kerja diwajibkan untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN sebelum mengajukan SPM ke KPPN. Proses penerjemahan RPD Bulanan ke dalam RPD Harian dilakukan melalui 5 (lima) tahapan sebagaimana digambarkan pada diagram dibawah ini : Penyusunan Kalender Kegiatan Harian Menjabarkan kegiatan-kegiatan yang akan diselenggarakan, sesuai dengan RPD Bulanan yang telah disusun. Memperkirakan kebutuhan dana dari setiap kegiatan yang akan diselenggarakan. Menuangkan rencana kegiatan dalam Kalender Kegiatan Penyesuaian Kalender Kegiatan dengan Pengajuan SPM Memperkirakan rencana pengajuan SPM dari jadwal pelaksanaan kegiatan dengan mengacu pada PMK No. 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara. Penyusunan RPD Harian Menuangkan penyesuaian kelander kegiatan dengan pengajuan SPM ke Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian. RPD Harian memuat seluruh rencana pengajuan SPM, baik yang tergolong dalam transaksi besar maupun tidak. Pengesahan RPD Harian oleh KPA Atas RPD Harian yang telah disusun oleh PPK, selanjutnya disampaikan ke KPA untuk disahkan oleh KPA. Penyampaian RPD Harian ke KPPN Satker wajib menyampaikan ke KPPN atas belanja-belanja yang tergolong dalam transaksi besar (RPD Harian Transaksi Besar) sebelum pengajuan SPM atas belanja tersebut 6

8 BAB II PENYAMPAIAN DAN UPDATE RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR Batasan waktu penyampaian RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN ditentukan berdasarkan nominal transaksi, tanggal rencana pengajuan SPM serta tipe KPPN dimana SPM tersebut akan diajukan. Penyampaian RPD Harian Transaksi Besar dan Pengajuan SPM harus mengacu pada jam kerja dan jam layanan di KPPN. A. PENYAMPAIAN RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR KATEGORI A DAN B Transaksi Besar kategori A dan B merupakan transaksi besar dimana pembayaran dilakukan pada KPPN Pembayar Tipe A1 yang berada di Ibukota Propinsi. Ketentuan penyampaian RPD Harian Transaksi Besar Kategori A dan B diatur sebagaimana tabel dibawah ini : KETENTUAN Batas Minimal Nominal Belanja TRANSAKSI BESAR KATEGORI A B > Rp 1 triliun > Rp 500 miliar s.d. Rp 1 triliun Batas Waktu Penyampaian RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN Batas Waktu Penyampaian Update RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN 15 hari kerja sebelum pengajuan SPM 10 hari kerja sebelum pengajuan SPM 10 hari kerja sebelum pengajuan SPM 5 hari kerja sebelum pengajuan SPM Ketentuan Batas Waktu Penyampaian RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN dan Batas Waktu Penyampaian Update RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN merupakan batas akhir (paling lambat), dengan demikian satuan kerja dimungkinkan untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar/Update RPD Harian Transaksi Besar lebih awal dari ketentuan tersebut. Batasan waktu penyampaian RPD Harian Transaksi Besar kategori A dan B digambarkan pada diagram berikut ini : 7

9 Transaksi Kategori A 5 Hari Kerja 15 Hari Kerja 10 Hari Kerja Batas Akhir Penyampaian RPD HarianTransaksi Besar Batas Akhir Update RPD Harian Transaksi Besar Jadwal Pengajuan SPM Penyampaian lebih awal dari batas akhir Penyampain RPD Harian Transaksi Besar. Perubahan dan penghapusan dapat dilakukan Periode Update. Perubahan dan pengahapusan dapat dilakukan Perubahan tidak diperkenankan Transaksi Kategori B Batas Akhir Penyampaian RPD HarianTransaksi Besar Batas Akhir Update RPD Harian Transaksi Besar Jadwal Pengajuan SPM 5 Hari Kerja 10 Hari Kerja 5 Hari Kerja Contoh: Satuan Kerja XYZ berencana akan mengajukan SPM Belanja Bantuan Sosial pada hari Senin tanggal 23 Maret 2015 dengan nominal bruto sebesar Rp 1,25 triliun pada KPPN Tipe A1 di Ibukota Propinsi. Maka atas rencana tersebut : Tergolong dalam Transaksi Besar kategori A, sehingga satker berkewajiban untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar. Satker XYZ menyampaikan Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian Transaksi Besar atas SPM tersebut paling lambat pada tanggal 2 Maret 2015 pukul 17:00 waktu setempat, yakni 15 hari kerja sebelum pengajuan SPM. Meskipun demikian, satuan kerja dapat menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar sebelum tanggal 2 Maret Perubahan atas RPD Harian Transaksi Besar tersebut dapat dilakukan paling lambat pada 6 Maret 2015 pukul 17:00. B. PENYAMPAIAN RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR KATEGORI C s.d. I Transaksi Besar kategori C sampai dengan I memiliki besaran belanja dan Tipe KPPN Pembayar yang berbeda, namun ketentuan batasan penyampaian RPD Harian Transaksi Besar untuk ketujuh transaksi tersebut sama, yakni diajukan paling lambat 5 hari kerja sebelum pengajuan SPM ke KPPN. Tidak seperti transaksi A dan B, transaksi C s.d. I tidak memungkinkan untuk dilakukan update dintara tanggal batasan akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar sampai dengan pengajuan SPM ke KPPN. Batasan waktu penyampaian RPD Harian Transaksi Besar kategori C s.d. I digambarkan pada diagram berikut ini : 8

10 Transaksi Kategori C s.d. I 5 Hari Kerja Batas Akhir Penyampaian RPD Harian Transaksi Besar Jadwal Pengajuan SPM Penyampaian lebih awal dari batas akhir Penyampain RPD Harian Transaksi Besar. Perubahan dan penghapusan dapat dilakukan Perubahan tidak diperkenankan Contoh: Satuan Kerja XYZ berencana akan mengajukan SPM Belanja Barang pada hari Senin tanggal 23 Maret 2015 dengan nominal bruto sebesar Rp 800 juta ke KPPN Tipe A1 yang tidak berlokasi di Ibukota Propinsi. Maka atas rencana tersebut : Tergolong dalam Transaksi Besar E, sehingga satker XYZ berkewajiban untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar. Satker XYZ menyampaikan Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian atas SPM tersebut paling lambat pada tanggal 16 Maret 2015 pukul 17:00 waktu setempat, yakni 5 hari kerja sebelum pengajuan SPM. Meskipun demikian, satuan kerja dapat menyampaikan RPD Harian sebelum tanggal 16 Maret Apabila Satker XYZ menyampaikan RPD Harian tersebut sebelum tanggal 16 Maret 2015, maka Satker XYZ akan memiliki jangka waktu untuk melakukan perubahan atas RPD Harian yang telah disampaikan. Sebagai contoh, apabila Satker XYZ menyapaikan RPD Harian tersebut pada tanggal 09 Maret 2015, maka satker XYZ dapat melakukan perubahan maupun penghapusan RPD Harian dimaksud sampai dengan tanggal 16 Maret C. UPDATE RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR Perubahan atas RPD Harian Transaksi Besar yang telah disampaikan ke KPPN, untuk setiap jenis transaksi masih mungkin dilakukan selama belum melampaui batas waktu penyampaian perubahan. Jenis perubahan atas RPD Harian Transaksi Besar yang telah disampaikan dapat dibagi dalam dua jenis perubahan utama yakni : a) Penghapusan RPD Harian Transaksi Besar. Penghapusan RPD Harian Transaksi Besar dapat terjadi karena dua hal yakni : Pembatalan pelaksanaan kegiatan atau pengunduran pelaksanaan kegiatan sampai batasan waktu yang belum dapat ditentukan, dan/atau Penurunan nominal belanja sehingga nilai bruto SPM nominal transaksi besar. lebih kecil dari batasan 9

11 b) Perubahan RPD Harian Transaksi Besar Perubahan atas RPD Harian Transaksi Besar terkait tanggal pengajuan SPM, nominal belanja, maupun gabungan keduanya, dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : Perubahan Tanggal, hanya dapat dilakukan untuk pengunduran pengajuan SPM (penundaan pembayaran). Perubahan tanggal yang mengakibatkan percepatan pembayaran tidak dapat dilakukan. Perubahan tanggal atas satu RPD Harian Transaksi Besar dapat dilakukan lebih dari satu kali, selama masih dalam batasan waktu penyampaian update dan tidak melanggar Batasan Waktu Penyampaian RPD Harian Transaksi Besar. Perubahan Nominal, hanya dapat dilakukan untuk pengurangan nominal bruto. Perubahan yang mengakibatkan penambahan belanja tidak diperkenankan. Pengurangan nominal belanja yang mengakibatkan perubahan kategori, diperlakukan sebagai penghapusan RPD Harian Transaksi Besar. Untuk perubahan RPD Harian Transaksi Besar yang mengakibatkan perpindahan kategori Transaksi, maka atas RPD tersebut berlaku ketentuan batasan waktu sesuai dengan kategori transaksi yang baru. Contoh, apabila atas RPD Harian Transaksi Besar dengan kategori transaksi B dilakukan perubahan pengurangan nominal belanja sehingga RPD Harian Transaksi Besar tersebut tergolong dalam kategori C, maka ketentuan batasan waktu yang berlaku setelah dilakukan perubahan adalah batasan waktu sebagaimana pada Transaksi Besar kategori C. Contoh: Pada tanggal 10 Maret 2015, Satker XYZ menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar kategori B untuk rencana pengajuan SPM yang akan dilakukan pada tanggal 23 Maret Apabila Satker XYZ melakukan perubahan nominal belanja sehingga SPM yang semula kategori B menjadi Kategori C, maka atas perubahan tersebut : Apabila jadwal pengajuan SPM tetap sebagaimana direncanakan sebelumnya, yaitu tanggal 23 Maret 2015, maka perubahan RPD Harian Transaksi Besar tersebut dapat disampaikan paling lambat sampai dengan tanggal 16 Maret 2015 (yakni lima hari kerja sebelum tanggal 23 Maret 2015). Apabila tanggal 18 Maret 2015, selain perubahan berupa pengurangan nominal belanja tersebut, Satker XYZ juga menyampaikan perubahan berupa pengunduran jadwal pengajuan SPM menjadi tanggal 25 Maret 2015, maka atas perubahan tersebut tidak diperkenankan. Karena tanggal 18 Maret 2015, sudah melampaui batas akhir dilakukannya perubahan/update. 10

12 A. AKURASI HARIAN BAB III PENGHITUNGAN AKURASI RPD HARIAN TRANSAKSI BESAR Terdapat tiga informasi penting termuat dalam RPD Harian Transaksi Besar yang akan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan kas pemerintah di tingkat nasional, yakni tanggal dilakukannya pembayaran (pengajuan SPM), nominal belanja yang akan dibayarkan, dan jenis belanja. Ketiga informasi tersebut di tingkat KPPN akan digunakan sebagai dasar perhitungan akurasi perencanaan kas satuan kerja. Berdasarkan periode, terdapat dua periode waktu akurasi yakni, akurasi harian dan akurasi bulanan. Akurasi bulanan merupakan rata-rata akurasi harian, atas hari-hari kerja dimana terdapat transaksi besar dalam bulan bersangkutan. Sedangkan akurasi periode triwulanan dan tahuan merupakan rata-rata akurasi bulanan untuk periode triwulan maupun tahun tersebut. Akurasi harian perencanaan kas dihitung dengan membandingkan antara realisasi belanja yang tergolong dalam kategori belanja besar dengan RPD Harian yang disampaikan oleh satuan kerja ke KPPN per jenis belanja pada hari yang bersangkutan. Perhitungan akurasi dilakukan secara harian dengan memperhatikan tiga komponen keakuratan yakni: tanggal pelaksanaan pembayaran, nomimal yang dibayarkan dan jenis belanja. Rumusan perhitungan akurasi harian untuk satu jenis belanja adalah sebagai berikut : ({ } ) Perhitungan akurasi satuan kerja dalam satu hari adalah rata-rata akurasi semua jenis belanja yang tergolong dalam transaksi besar pada hari tersebut. Apabila tidak ada rencana penarikan dana pada hari tesebut dan pada hari yang sama tidak ada realisasi transaksi besar, maka atas hari tersebut tidak diikut sertakan dalam perhitungan akurasi harian maupun akurasi bulanan. Sedangkan apabila terdapat realisasi transaksi besar namun tidak ada rencana penarikan dana, maka akurasi pada hari tersebut adalah 0%, demikian pula sebaliknya, apabila terdapat rencana penarikan dana sedangkan dihari yang sama tidak terdapat realisasi yang bersesuaian dengan rencana penarikan dana, maka akurasi pada hari tersebut adalah 0%. Perhitungan akurasi harian untuk satuan kerja diilustrasikan pada contoh dibawah ini. Contoh : Perhitungan akurasi harian satker XYZ yang memiliki mitra kerja KPPN Tipe A1 tidak di Ibukota Provinsi untuk tanggal 02 Maret 2015 sampai dengan 04 Maret 2015 (dalam jutaan rupiah) adalah sebagai berikut : 11

13 Tgl./Jns. Belanja 02 Maret Maret Maret 2015 Rencana Realisasi Akurasi Rencana Realisasi Akurasi Rencana Realisasi Akurasi (Rp juta) (Rp juta) (%) (Rp juta) (Rp juta) (%) (Rp juta) (Rp juta) (%) 51-Pegawai 1,210 1, Barang Modal , Bansos Transito Akurasi Harian Dengan catatan realisasi transaksi besar serta RPD Harian Transaksi Besar tersebut diatas, maka akurasi Satker XYZ selama tiga hari dimaksud adalah rata-rata akurasi dari ketiga hari yakni sebesar 46.05%. Dari tabel ilustrasi akurasi tesebut diatas, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam perhitungan akurasi Satker XYZ antara lain : Tanggal 02 Maret Transaksi Besar pada hari tersebut terjadi hanya untuk jenis belanja 51 (Pegawai) dan 82 (Transito), dengan masing-masing akurasi adalah % dan 96.19%. Sehingga akurasi harian tanggal 02 Maret 2015 Satker XYZ adalah sebesar 94.17%, yang merupakan hasil rata-rata dari 92.15% dan 96.19%. Tanggal 03 Maret Satker XYZ telah menyampaikan rencana penarikan dana sebesar Rp512 juta untuk Belanja Barang, namun atas rencana tersebut hanya terealisasi sebesar Rp495 juta. Karena realisasi sebesar Rp495 juta bukan merupakan transaksi besar, maka akurasi atas Belanja Barang untuk hari tersebut adalah 0%. Selain itu, pada tanggal yang sama Satker XYZ juga telah menyampaikan rencana penarikan dana belanja sebesar Rp653 juta untuk Belanja Bantuan Sosial, namun tidak terealisasi. Sehingga akurasi untuk Belanja Bantuan Sosial pada tanggal 03 Maret 2015 adalah sebesar 0%. Tanggal 04 Maret Satker XYZ memiliki rencana penarikan dana sebesar Rp1.120 juta (tergolong dalam transaksi besar D) untuk belanja Modal, namun realisasi transaksi besar untuk belanja modal pada tanggal tersebut sebesar Rp958 juta (tergolong dalam transaksi besar E). Maka perhitungan akurasi atas transaksi tesebut sebesar 87,95% (sesuai dengan rumus perhitungan akurasi). Selain itu, untuk tanggal yang sama Satker XYZ tidak memiliki rencana penarikan dana untuk transaksi transito, namun terdapat realisasi belanja transito pada tangggal tesebut yakni sebesar Rp525 juta. Sehingga akurasi dari transaksi Transito adalah 0%. Dengan demikian akurasi harian Satker XYZ untuk tanggal tersebut adalah sebesar 43.97%, yang merupakan rata-rata dari 87.95% dan 0.00%. 12

14 B. AKURASI BULANAN, TRIWULANAN DAN TAHUNAN Akurasi bulanan merupakan rata-rata akurasi harian, dimana terdapat transaksi besar sepanjang bulan tersebut. Sedangkan akurasi triwulanan dan tahunan merupakan rata-rata akurasi bulanan untuk triwulan dan tahun tersebut. Dengan akurasi harian satker XYZ selama bulan Maret 2015 seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini, maka akurasi perencanaan kas satker XYZ untuk bulan Maret 2015 adalah sebesar 83.94% yakni merupakan rata-rata akurasi dari 18 hari kerja yang terdapat transaksi besar pada bulan tersebut. Data Akurasi RPD Harian Satker XYZ Bulan Maret 2015 Tgl Hari Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab Ming Sen Akurasi % Tgl Hari Sel Rab Kam Jum Sab Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab Ming Sen Sel Akurasi % Sedangkan akurasi tahunan untuk satker XYZ, dengan akurasi bulanan untuk tahun 2015 sebagaimana pada tabel dibawah ini adalah sebesar 85.45%, yakni rata-rata dari akurasi bulanan sepanjang tahun Akurasi Bulanan Satker XYZ Tahun 2015 Bulan Akurasi (%) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata

15 BAB IV TANYA JAWAB DAN ILUSTRASI Jawaban atas beberapa pertanyaan yang sering diajukan oleh satuan kerja dalam penyusunan dan pengelolaan Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian, adalah sebagai berikut. a. Pada tingkat satuan kerja, siapa kah yang berwenang dan bertanggungjawab dalam menyusun dan menyampaikan RPD Harian? Mengacu pada Pasal 9 dan Pasal 10 PMK Nomor 277/PMK.05/2014, penyusunan Rencana Penarikan Dana Bulanan dan Harian merupakan tanggungjawab dan kewenangan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Apabila satker memiliki lebih dari satu PPK, maka KPA dapat menunjuk satu orang PPK sebagai koordinator. b. Apakah atas rencana pengajuan SPM-Nihil juga diwajibkan untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN? Tidak. SPM Nihil (yakni SPM dengan nilai neto sebesar nol dan tidak mengakibatkan terjadinya arus kas), dibebaskan dari kewajiban menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN. Pada prinsipnya, penetapan apakah suatu SPM diwajibkan menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN ditentukan dengan menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan nilai neto dan pendekatan nilai bruto. Pendekatan nilai neto digunakan sebagai dasar penentuan apakah SPM dimaksud tergolong dalam Transaksi Besar. Apabila suatu SPM tidak tergolong Transaksi Besar, maka satker tidak perlu menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar sebelum pengajuan SPM tersebut. Apabila SPM tergolong dalam Transaksi Besar, maka digunakan pendekatan bruto dalam menentukan Klasifikasi (kategori) Transaksi Besar atas SPM tersebut. Contoh : Satker XYZ merupakan mitra kerja KPPN Tipe A1 Yang Tidak Berlokasi di Ibukota Provinsi, sedangkan Satker PQR merupakan mitra kerja KPPN Tipe A2. Pada bulan Mei 2015, kedua satker tersebut berencana akan mengajukan SPM dengan rincian sebagai berikut : 14

16 Satker XYZ Satker PQR No.SPM Nilai (juta Rp) Nilai (juta Rp) No.SPM Bruto Potongan Neto Bruto Potongan Neto 1001X P X P X P Satker XYZ, dengan mitra Kerja KPPN Tipe A1 Yang Tidak Berlokasi di Ibukota Provinsi, maka nilai neto minimal SPM yang tergolong dalam klasifikasi Transaksi Besar adalah sebesar Rp500 juta. Sehingga klasifikasi dari ketiga SPM yang akan diajukan Satker XYZ adalah sebagai berikut : SPM Nomor 1001X Bukan Merupakan Transaksi Besar. Meskipun nilai bruto lebih besar dari Rp500 juta, namun nilai neto SPM tersebut (sebesar Rp 455 juta) lebih kecil dari batas minimal transaksi besar untuk KPPN Tipe A1 Yang Tidak Berlokasi di Ibukota Provinsi, yakni sebesar Rp500. Sehingga pengajuan SPM Nomor 1001X tidak diwajibkan untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN. SPM 1002X merupakan Transaksi Besar dengan kategori Transaksi F. Nilai neto SPM sebesar Rp505 juta melebihi batas minimal kategori Transaksi Besar, dan dengan nilai bruto Rp530 (lebih besar dari Rp500 juta namun lebih kecil dari Rp750 juta) maka SPM tersebut memenuhi kriteria Transaksi F. SPM Nomor 1003X, merupakan Transaksi Besar dengan kategori Transaksi E. Dengan pendekatan nilai neto, SPM nomor 1003X tergolong dalam Transaksi Besar. Meskipun nilai netto tergolong dalam kategori Transaksi F, namun nilai bruto SPM Nomor 1003X (yakni sebesar Rp775 juta) tergolong dalam kategori E, sehingga SPM ini diklasifikasikan sebagi Transaksi E. Satker PQR, dengan mitra Kerja KPPN Tipe A2, maka nilai neto minimal SPM yang tergolong dalam klasifikasi Transaksi Besar adalah sebesar Rp200 juta. Dengan demikian, klasifikasi dari ketiga SPM yang akan diajukan Satker PQR adalah sebagai berikut : SPM Nomor 2001P Bukan Merupakan Transaksi Besar. Meskipun nilai bruto lebih besar dari Rp200 juta, namun nilai neto SPM tersebut (sebesar Rp 190 juta) lebih kecil dari batas minimal transaksi besar untuk KPPN Tipe A2, yakni sebesar Rp200 juta. Sehingga atas pengajuan SPM Nomor 2001P, Satker PQR tidak diwajibkan untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN. SPM 2002P merupakan Transaksi Besar dengan kategori Transaksi G. Nilai neto SPM sebesar Rp515 juta melebihi batas minimal kategori Transaksi Besar, dan dengan nilai bruto Rp525 memenuhi kriteria Transaksi G (yakni dengan nilai lebih besar dari Rp500 juta). SPM Nomor 2003P, merupakan Transaksi Besar dengan kategori Transaksi G. Dengan pendekatan nilai neto, SPM nomor 2003P tergolong dalam Transaksi Besar. Meskipun 15

17 nilai neto lebih kecil batas maksimal nominal Transaksi G (yakni dengan nilai lebih besar dari Rp500 juta), namun nilai bruto SPM Nomor 2003P memenuhi kriteria Transaksi G. Untuk penjelasan lebih detail terkait penentuan Klasifikasi Transaksi Besar dapat dilihat pada Bab I panduan teknis ini. c. Apakah pengajuan SPM-Gaji Induk diwajibkan untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN? Iya, kewajiban penyampaian RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN dilakukan untuk seluruh jenis belanja, selama memenuhi kriteria Transaksi Besar. Untuk SPM-Gaji Induk, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menerbitkan dan menyampaikan SPP-LS paling lambat tanggal 5 (atau hari kerja terakhir sebelum tanggal 5 apabila tanggal 5 jatuh pada hari libur), sebelum bulan pembayaran gaji berkenaan. Selanjutnya Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM) menyampaikan SPM-LS Gaji Induk ke KPPN Paling lambat tanggal 15 atau hari kerja sebelum tanggal 15 apabila tanggal 15 jatuh pada hari libur, sebelum bulan pembayaran gaji berkenaan. Dengan memperhatikan ketentuan tersebut maka pengajuan SPM-LS Gaji Induk, (baik yang memenuhi kriteria Transaksi Besar maupun tidak), dengan sendirinya akan memenuhi ketentuan batas waktu pengajuan RPD Harian Transaksi Besar apabila SPM-LS Gaji Induk tergolong dalam Transaksi Besar. Sebagai contoh, untuk pembayaran Gaji Induk Bulan Maret 2015, satker akan diwajibkan untuk menyampaikan SPM paling lambat tanggal 13 Februari 2015 (karena tanggal 15 Februari 2015 jatuh pada hari Minggu). Atas SPM tersebut, penyediaan dana (arus kas keluar) baru akan terjadi tanggal 1 Maret 2015, sehingga apabila SPM Gaji Induk Maret 2015 tersebut tergolong dalam transaksi besar, RPD Harian Transaksi Besar (yang didalamnya memuat informasi perkiraan penarikan dana pada tanggal 1 Maret 2015) dapat disampaikan bersamaan dengan penyampaian SPM. d. Apakah penyampaian RPD Harian Transaksi Besar dapat dilakukan lebih awal dari batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar? Iya, satker diperkenankan untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar lebih awal dari batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar. e. Apakah atas penyampaian RPD Harian Tansaksi Besar Kategori C sampai dengan Kategori I dimungkinkan untuk dilakukan perubahan/update? Untuk Transaksi kategori C s.d. I batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar adalah 5 (lima) hari kerja, dengan demikian apabila satker meyampaikan RPD Harian 16

18 Transaksi Besar kategori C s.d. I pada hari batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar, maka atas RPD Harian Transaksi Besar tersebut satker tidak diperkenankan melakukan perubahan/update dikemudian hari. Untuk lebih jelas, terkait batasan waktu perubahan/update RPD Harian Transaksi Besar dapat dilihat pada contoh-contoh berikut ini. Contoh Satker XYZ berencana akan mengajukan SPM Belanja Modal yang tergolong dalam Transaksi F pada tanggal 27 Maret Atas rencana tersebut, Satker XYZ menyampaikan RPD Harian pada tanggal 12 Maret Apakah setelah tanggal 12 Maret 2015 Satker XYZ diperkenankan untuk melakukan perubahan (perubahan berupa koreksi nominal) atas RPD Harian Transaksi Besar tersebut? Karena pengajuan SPM Transaksi F direncanakan akan dilakukan pada tanggal 27 Maret 2015, maka batas akhir penyampaian RPD Harian atas SPM tersebut adalah tanggal 20 Maret Dengan demikian, perubahan/update sampai dengan tanggal 20 Maret 2015 masih dapat dilakukan. Perubahan/update tidak diperkenankan setelah tanggal 20 Maret 2015, sebagaimana diilustrasikan pada diagram dibawah ini. 5 Hari Kerja Transaksi F Satker XYZ Perubahan dan penghapusan dapat dilakukan Perubahan tidak diperkenankan 12 Maret 2015 RPD Harian Transaksi Besar disampaikan Satker XYZ 20 Maret 2015 Batas Akhir Penyampaian RPD Harian Transaksi Besar 27 Maret 2015 Jadwal Pengajuan SPM f. Apakah atas penyampaian RPD Harian Tansaksi Besar yang telah disampaikan dapat dilakukan perubahan berupa percepatan penarikan dana? Perubahan hanya boleh dilakukan selama masih sesuai ketentuan batasan waktu penyampaian perubahan. Untuk transaksi C s.d. I, perubahan berupa percepatan pembayaran dapat dilakukan selama jadwal baru pengajuan SPM (pembayaran) tidak kurang dari 5 hari kerja dari tanggal dilakukannya perubahan. Sedangkan untuk transaksi A, perubahan percepatan pembayaran dapat dilakukan selama jadwal baru pengajuan SPM (pembayaran) tidak kurang dari 15 hari kerja dari tanggal dilakukannya perubahan, dan untuk transaksi B tidak kurang dari 10 hari kerja. Untuk lebih jelas terkait perubahan ini dapat dilihat dalam beberapa contoh kasus berikut ini. 17

19 Contoh 1 Satker XYZ berencana mengajukan SPM dengan belanja kategori A pada tanggal 31 Maret 2015, dan atas rencana tersebut Satker XYZ pada hari ini tanggal 05 Maret 2015 telah menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar. Atas RPD Harian Transaksi Besar tersebut, Satker XYZ dapat saja mengajukan perubahan berupa percepatan pengajuan SPM dengan ketentuan bahwa tanggal dilakukannya perubahan harus 15 hari kerja atau lebih dari jadwal baru rencana pengajuan SPM. Kemungkinan perubahan berupa percepatan pengajuan SPM untuk Satker XYZ untuk setiap tanggal dilakukan perubahan adalah sebagai berikut : Jika perubahan dilakukan dan disampaikan pada tanggal 06 Maret 2015, maka perubahan berupa percepatan pengajuan SPM dapat dilakukan paling cepat tanggal tanggal 27 Maret 2015, yakni 15 hari kerja sebelum pengajuan SPM. Jika perubahan dilakukan dan disampaikan pada tanggal 09 Maret 2015, maka perubahan berupa percepatan pengajuan SPM dapat dilakukan paling cepat tanggal tanggal 30 Maret 2015, yakni 15 hari kerja sebelum pengajuan SPM. Jika perubahan dilakukan dan disampaikan setelah tanggal 09 Maret 2015, maka perubahan berupa percepatan pengajuan SPM tidak diperbolehkan. Perubahan yang dapat dilakuan hanya berupa pengurangan nominal belanja atau pengunduran jadwal pengajuan SPM. Untuk lebih jelas, kemungkinan perubahan percepatan pengajuan SPM sebagaimana digambarkan pada diagram dibawah ini. Bulan Maret Hari Tgl Menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar kategori A pada tanggal 5 untuk rencana pengajuan SPM tgl 31 Melakuan perubahan, dan disampaikan pada tanggal 06 Maret Kemungkinan perubahan percepatan - Kemungkinan I : percepatan pengajuan Kms Jmt Sbt Min Sen Sel Rab Kms Jmt Sbt Min Sen Sel Rab Kms Jmt Sbt Min Sen Sel Rab Kms Jmt Sbt Min Sen Sel RPD Harian Transaksi Besar disampaikan (lebih awal dari ketentuan) 5 Hari Kerja Batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar 5 hari kerja Batas Akhir Penyampaian perubahan nominal dan pengunduran pengajuan SPM Batas Akhir Penyampaian perubahan nominal dan pengunduran pengajuan 10 hari kerja 10 hari kerja Jadwal Baru Pengajuan SPM Rencana Awal Pengajuan SPM 3 - Kemungkinan II : percepatan pengajuan Melakuan perubahan, dan disampaikan pada tanggal 09 Maret Hanya satu Kemungkinan perubahan percepatan pengajuan SPM, yakni menjadi tanggal 30. Perubahan yang mengakibatkan pembayaran dilakukan lebih cepat dari tanggal 30, tidak 5 hari kerja 5 hari kerja 10 hari kerja 10 hari kerja 27 Jadwal Baru Pengajuan SPM 30 Contoh 2 Satker PQR berencana mengajukan SPM transaksi besar kategori F pada tanggal 18 Maret 2015, dan atas rencanan tersebut Satker XYZ pada hari ini tanggal 05 Maret 2015 telah menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar. 18

20 Untuk kategori transaksi F yang pengajuan SPM direncanakan pada tanggal 18 Maret 2015, Satker PQR, batas akhir penyampaian RPD Harian adalah 5 (lima) hari kerja sebelum pengajuan SPM yakni tanggal 11 Maret Dengan demikian, karena penyampaian RPD Harian dilakukan lebih awal (tanggal 05 Maret 2015), maka dari tanggal 05 sampai dengan sebelum tanggal 11 Maret 2015 Satker PQR dapat melakukan perubahan berupa percepatan pengajuan SPM, dengan ketentuan jadwal pengajuan SPM yang baru paling sedikit 5 (lima) hari kerja setelah tanggal penyampaian perubahan RPD Harian, sebagaimana ditunjukkan pada diagram dibawah ini. Bulan Maret Hari Tgl Menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar kategori A pada tanggal 5 untuk rencana pengajuan SPM tgl 31 Kms Jmt Sbt Min Sen Sel Rab Kms Jmt Sbt Min Sen Sel Rab Kms Jmt RPD Harian Transaksi Besar disampaikan (lebih awal dari ketentuan) Batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar 5 hari kerja 18 Rencana Awal Pengajuan SPM 2 Melakuan perubahan berupa percepatan pengajuan SPM. Perubahan disampaikan pada tanggal 06 Maret 2015, maka kemungkinan perubahan berupa percepatan pengajuan SPM adalah sebagai berikut : Jadwal Baru Pengajuan SPM - Kemungkinan I 5 hari kerja 17 - Kemungkinan II 5 hari kerja 16 - Kemungkinan III 5 hari kerja 13 3 Melakuan perubahan berupa percepatan pengajuan SPM. Perubahan disampaikan pada tanggal 09 Maret 2015, maka kemungkinan perubahan berupa percepatan pengajuan SPM adalah sebagai berikut : Jadwal Baru Pengajuan SPM - Kemungkinan I 5 hari kerja 17 - Kemungkinan II 5 hari kerja 16 4 Melakuan perubahan berupa percepatan pengajuan SPM. Perubahan disampaikan pada tanggal 10 Maret 2015, maka kemungkinan perubahan hanya percepatan pembayaran menjadi tanggal 17 Maret Selanjutnya perubahan setelah tanggal Jadwal Baru Pengajuan SPM 5 hari kerja 17 g. Apakah atas penyampaian RPD Harian Tansaksi Besar yang telah disampaikan dapat dilakuan perubahan berupa penambahan nominal penarikan dana? Terkait perubahan nominal penarikan dana terdapat dua kemungkinan, yakni (i) penurunan perkiraan penarikan dana dan (ii) kenaikan nominal perkiraan penarikan dana. Untuk 19

21 perubahan berupa penurunan nominal penarikan dana, maka perubahan dapat disampaikan selama masih dalam jangka perubahan data. Sedangkan untuk perubahan berupa kenaikan nominal penarikan dana, maka perubahan diperlakukan sebagai penghapusan RPD HarianTransaksi Besar awal (yang telah disampaikan sebelumnya) dan menggantikan dengan RPD Harian Transaksi Besar yang baru (yang memuat nominal yang lebih besar dari nominal awal). Sehingga, perubahan berupa penambahan nominal penarikan dana hanya untuk transaksi besar kategori A dan B, meskipun dilakukan pada periode yang masih dimungkinkan dilakukan perubahan akan berakibat pada pengunduran jadwal pembayaran dari rencana awal. Untuk lebih jelas terkait perlakuan atas perubahan berupa penambahan nominal penarikan dana dapat dilihat pada contoh kasus dibawah ini. Contoh 1 Pada tanggal 05 Maret 2015, Satker XYZ menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar kategori B atas pengajuan SPM yang direncanakan akan diajukan pada tanggal 23 Maret 2015 dengan nominal Rp 725 miliar. Maka atas penyampaian RPD Harian Transaksi Besar tersebut : a. Atas rencana pengajuan SPM tanggal 23 Maret 2015, maka batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN adalah tanggal 09 Maret b. Atas RPD Harian Transaksi Besar yang telah disampaikan tersebut, batas waktu penyampaian perubahan adalah tanggal 16 Maret 2015 (yakni lima hari kerja sebelum pengajuan SPM). c. Pada tanggal 09 Maret 2015, Satker XYZ menyampaikan perubahan sehingga nominal belanja yang semula sebesar Rp 725 miliar menjadi Rp 925 miliar dengan rencana pengajuan SPM tetap sama yakni tanggal 23 Maret Maka untuk mengakomodir perubahan tersbut, Satker XYZ melakukan penghapusan RPD Harian Transaksai Besar yang semula disampaikan (nominal Rp 725 miliar) dan menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar yang baru dengan nilai Rp 925 miliar. Perubahan ini masih dimungkinkan karena penambahan nominal tidak mengakibatkan perubahan kategori transaksi menjadi kategori A, sehingga batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar masih tetap 10 (sepuluh) hari kerja sebelum pengajuan SPM yakni paling lambat disampaikan pada tanggal 09 Maret d. Jika dari tanggal 10 sampai dengan 16 Maret 2015, Satker XYZ menyampaikan perubahan berupa penambahan nilai menjadi Rp 925 miliar dengan jadwal pengajuan SPM tetap tanggal 23 Maret 2015, maka hal ini tidak dimungkinkan. Perubahan penambahan nilai tersebut hanya dimungkinkan apabila juga dilakukan perubahan jadwal pengajuan SPM sehingga sesuai dengan ketentuan batas waktu penyampaian RPD Harian Transaksi Besar, yakni 10 hari kerja sebelum penyajuan SPM untuk transaksi kategori B. Sehingga apabila perubahan dilakukan pada tanggal 10 Maret 2015, maka Satker XYZ menyampaikan perubahan berupa penghapusan RPD Harian Transaksi Besar yang awal (dengan nilai nominal Rp 725 miliar dan jadwal 20

22 pengajuan SPM 23 Maret 2015) dan menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar yang baru dengan nominal Rp 925 miliar dan rencana pengajuan SPM paling cepat tanggal 24 Maret Contoh 2 Pada tanggal 12 Maret 2015 Satker XYZ menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar kategori C atas pengajuan SPM yang direncanakan akan diajukan pada tanggal 23 Maret 2015 dengan nominal Rp 315 miliar. Maka atas penyampaian RPD Harian Transaksi Besar tersebut : a. Atas rencana pengajuan SPM tanggal 23 Maret 2015, maka batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar ke KPPN adalah tanggal 16 Maret 2015 (yakni 5 hari kerja sebelum pengajuan tanggal 23 Maret 2015). b. Atas RPD Harian Transaksi Besar yang telah disampaikan tersebut, batas waktu penyampaian perubahan adalah tanggal 16 Maret c. Pada tanggal 16 Maret 2015 Satker XYZ menyampaikan perubahan sehingga nominal belanja yang semula sebesar Rp 315 miliar menjadi Rp 400 miliar. Maka untuk mengakomodir perubahan tersebut, Satker XYZ melakukan penghapusan RPD Harian Transaksi Besar yang semula disampaikan (nominal Rp 315 miliar) dan menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar yang baru dengan nilai Rp 400 miliar. Perubahan ini masih dimungkinkan karena penambahan nominal tidak mengakibatkan perubahan kategori transaksi menjadi kategori B maupun A, sehingga batas akhir penyampaian RPD Harian Transaksi Besar masih tetap 5 (lima) hari kerja sebelum pengajuan SPM yakni paling lambat disampaikan pada tanggal 16 Maret d. Perubahan yang dilakukan setelah tanggal 16 Maret 2015, tidak diperkenankan. 21

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PMK nomor 197/PMK.05/2017 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana, dan Perencanaan Kas

PMK nomor 197/PMK.05/2017 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana, dan Perencanaan Kas PMK nomor 197/PMK.05/2017 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana, dan Perencanaan Kas Latar Belakang Evaluasi atas pelaksanaan PMK nomor 277/PMK.05/2014 tentang Rencana Penarikan Dana,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN DENGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DIREKTORAT PENGELOLAAN KAS NEGARA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DIREKTORAT PENGELOLAAN KAS NEGARA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DIREKTORAT PENGELOLAAN KAS NEGARA Dasar Hukum Undang-Undang No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan kas negara terkait dengan cara pelaksanaan pembayaran kegiatan yang

2016, No c. bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan kas negara terkait dengan cara pelaksanaan pembayaran kegiatan yang No.268, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pembayaran Kegiatan. Pelaksanaan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1165, 2014 KEMENKEU. Dana Iuran. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. DPR. DPRD. BPK. KY. Hakim MK. Hakim Agung. Menteri, Wakil Menteri. Pejabat Tertentu. Pertanggungjawaban.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, PENYALURAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA ANGGARAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1078, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Pemberian. Bantuan Pendanaan. Penyediaan. Pencairan. Pertanggungjawaban. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2055, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Perimbangan. Pemotongan. Penundaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.07/2015 TENTANG TATA CARA PENUNDAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 227/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN DAN PENCAIRAN ANGGARAN DALAM RANGKA PEMBERIAN PINJAMAN DENGAN PERSYARATAN LUNAK KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2046, 2014 KEMENKEU. Akutansi. Keuangan. Pusat. Sistem. Pelaporan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN GAJI PEGAWAI NEGERI, PEJABAT NEGARA, DAN PE

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN GAJI PEGAWAI NEGERI, PEJABAT NEGARA, DAN PE No.516, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIANKEUANGAN. Pembayaran Gaji Bulan September. Juklak. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138/PMK.05/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.912, 2011 KEMENTERIAN SOSIAL. PNBP. Pedoman Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA

Lebih terperinci

KEMENAG. Pajak. PNBP. Nikah. Rujuk. Di Luar KUA. Pengelolaan. Pencabutan.

KEMENAG. Pajak. PNBP. Nikah. Rujuk. Di Luar KUA. Pengelolaan. Pencabutan. No.1128, 2014 KEMENAG. Pajak. PNBP. Nikah. Rujuk. Di Luar KUA. Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERENCANAAN KAS

SOSIALISASI PERENCANAAN KAS SOSIALISASI PERENCANAAN KAS Dasar Hukum 1. Penjelasan Undang-Undang No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara: Fungsi Utama Perbendaharaan : Perencanaan kas yang baik, mencegah kebocoran dan penyimpangan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Dana Kas Kecil Bendahara Pengeluaran adalah orang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Kas Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Perencanaan Kas merupakan proyeksi penerimaan dan pengeluaran negara pada periode tertentu dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1619, 2017 KEMENKEU. Pembayaran Jasa Bank Penatausaha. Penerusan Pinjaman PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

POIN PENTING SATUAN KERJA DALAM MENGHADAPI AKHIR TAHUN ANGGARAN 2016

POIN PENTING SATUAN KERJA DALAM MENGHADAPI AKHIR TAHUN ANGGARAN 2016 POIN PENTING SATUAN KERJA DALAM MENGHADAPI AKHIR TAHUN ANGGARAN 2016 KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA PALEMBANG 10 NOVEMBER 2016 Oktober 2016 DATA KONTRAK Data kontrak tahun tunggal yang ditandatangani

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMORI 169/PMK.05/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 199/PMK.05/2011 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN JASA BANK PENATAUSAHA PENERUSAN PINJAMAN ATAS BEBAN BAGIAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.05/2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA SATUAN KERJA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.05/2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA SATUAN KERJA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.05/2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.02/2006 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.02/2006 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.02/2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGAJUAN, PENETAPAN, DAN PERUBAHAN RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA DOKUMEN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1610, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Iuran. Jaminan Kesehatan. Penyediaan. Pencairan Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN LAMPIRAN XIII PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN 1. Definisi Pembiayaan (financing) adalah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 11 /PB/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PUSAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PUSAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PUSAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1767, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Biaya Nikah. Rujuk. KUA. Kecamatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, PENGELOLAAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA BERGULIR PENGADAAN TANAH UNTUK JALAN TOL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2015 tentang Asuransi Sosial Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepoli

2015, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2015 tentang Asuransi Sosial Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepoli No. 2006, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Iuran. Jaminan. Kecelakaan Kerja. Kematian. TNI. POLRI. ASN. Lingkungan KEMHAN dan POLRI. Penyediaan. Pencairan. Pertanggungjawaban PERATURAN

Lebih terperinci

PMK NOMOR 170/PMK.05/2010 TANGGAL 20 SEPTEMBER 2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN APBN PADA SATUAN KERJA

PMK NOMOR 170/PMK.05/2010 TANGGAL 20 SEPTEMBER 2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN APBN PADA SATUAN KERJA MATERI PMK NOMOR 170/PMK.05/2010 TANGGAL 20 SEPTEMBER 2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN APBN PADA SATUAN KERJA DIREKTORAT PELAKSANAAN ANGGARAN DITJEN PERBENDAHARAAN LATAR BELAKANG 1. BELUM ADANYA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.05/2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 134/PMK.06/ 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBAYARAN DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI TUNJANGAN PROFESI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KEPADA DAERAH PROVINSI, KABUPATEN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1404, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Listrik. Penyediaan. Penghitungan. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 40 /PMK.05/2009 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 40 /PMK.05/2009 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 40 /PMK.05/2009 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

2016, No dari Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang

2016, No dari Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang No.1001, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. APBN Kemhan. TNI. Mekanisme. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/PMK.05/2016 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 40 /PMK.05/2009 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 40 /PMK.05/2009 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 40 /PMK.05/2009 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 43 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM KELUARGA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2070, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. APBN. Otoritas Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2011, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

2011, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tunjangan Profesi Guru. PNS. Daerah. Pedoman Umum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.349, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Fasilitas Likuiditas. Pembiayaan Perumahan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.349, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Fasilitas Likuiditas. Pembiayaan Perumahan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.349, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Fasilitas Likuiditas. Pembiayaan Perumahan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.05/2010 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Pelaksanaan. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2013 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU No.103, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. Pelaksanaan. APBN. Tata Cara. (Penjelesan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARA PADA SATUAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 87 1P13/2011

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 87 1P13/2011 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 87 1P13/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELUARAN NEGARA ATAS BEBAN

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :12

1 of 6 18/12/ :12 1 of 6 18/12/2015 16:12 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.02/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.02/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA IURAN JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.247, 2014 KEUANGAN. APBN. Pertanggungjawaban. Pelaksanaan. Tahun Anggaran 2013 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5590) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PEGAWAI TIDAK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 9 lpbl2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 9 lpbl2011 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 9 lpbl2011 TENTANG MEKANISME PENGESAHAN PENDAPATAN DAN BELANJA SATUAN KER3i4

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.576, 2014 KEMENKEU. Dana Tambahan. Penghasilan. Guru. PNSD. Pedoman. Alokasi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK.07/2014 TENTANG PEDOMAN UMUM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENCAIRAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA ATAS BEBAN BAGIAN ANGGARAN BENDAHARA UMUM NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN DANA OPERASIONAL KHUSUS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN DANA OPERASIONAL KHUSUS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN DANA OPERASIONAL KHUSUS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 130/PMK.05/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 130/PMK.05/2010 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 130/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARA PADA SATUAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.836, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi.LPG Tabung 3 Kilogram. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 218/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.05/2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA SATUAN KERJA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.05/2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA SATUAN KERJA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.05/2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang No.552, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Operasional Khusus. Mekanisme Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 433, 2014 KEMENKEU. Tunjangan Profesi. Guru. PNS Daerah. 2014. Alokasi. Pedoman Umum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.07/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207/PMK.02/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207/PMK.02/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA ONGKOS ANGKUT BERAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Saldo. Anggaran Lebih. Pengelolaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Saldo. Anggaran Lebih. Pengelolaan. No.573, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Saldo. Anggaran Lebih. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 206/PMK.05/2010 TENTANG PENGELOLAAN SALDO ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB III PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA

BAB III PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 22/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA BANTUAN SOSIAL

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.645, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Uang Makan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 /PMK.05/2016 TENTANG UANG MAKAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 210/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 210/PMK.05/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 210/PMK.05/2013 TENTANG PEDOMAN REKONSILIASI DALAM RANGKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN LINGKUP BENDAHARA UMUM NEGARA DAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG PELAKSANAAN LIKUIDASI ENTITAS AKUNTANSI DAN ENTITAS PELAPORAN PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER 31 /PB/2008 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN BIAYA PANITIA PENGADAAN TANAH BAGI

Lebih terperinci

2 Industri Kecil dan Industri Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2 Industri Kecil dan Industri Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.316, 2014 KEMENPERIN. Restrukturisasi. Mesin. Peralatan. Industri Kecil. Menengah. Program. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/M-IND/PER/3/2014

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2008

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2008 Page 1 of 5 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.861, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN, Sistem Akuntansi Hibah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

2015, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1461, 2015 BNPB. Operasional. Keuangan Terintegrasi. Layanan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG LAYANAN OPERASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 002/Sek/SK/I/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1609, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Iuran. Jaminan Kesehatan. Penyediaan. Pencairan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.02/2013

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2 257/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Perhitungan, Penyediaan, Pencairan, Dan Pertanggungjawaban Dana APBN Yang Kegiatannya Dilaksanakan Oleh PT Asabri

2 257/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Perhitungan, Penyediaan, Pencairan, Dan Pertanggungjawaban Dana APBN Yang Kegiatannya Dilaksanakan Oleh PT Asabri No.613, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Belanja Pensiun. PT Taspen. PT Asabri. Pertanggungjawaban. Pencairan. Penyediaan. Penghitungan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

2016, No Proyek/Kegiatan melalui penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2016, No Proyek/Kegiatan melalui penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf No. 1055, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. SBSN. Pembiayaan Proyek/Kegiatan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.818,2011 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 208/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :13

1 of 6 18/12/ :13 1 of 6 18/12/2015 16:13 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 218/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2010

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2010 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :41

1 of 6 18/12/ :41 1 of 6 18/12/2015 15:41 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1610, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Iuran. Jaminan Kesehatan. Penyediaan. Pencairan Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PENGELOLAAN PENERUSAN PINJAMAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang No.1646, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Cadangan JKN. Penyediaan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 167 /PMK.02/2017 TENTANG TATA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 15/PB/2006 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN/PENYALURAN DAN PELAPORAN DANA PENYESUAIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ARSIP NASIONAL. Pengelolaan APBN. Tahun Anggaran 2013. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.990, 2017 KEMENKEU. Administrasi Pengelolaan Hibah. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.05/2017 TENTANG ADMINISTRASI PENGELOLAAN HIBAH

Lebih terperinci