ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA SISWA/I DI LINGKUNGAN SEKOLAH SMP NEGERI 5 BINJAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA SISWA/I DI LINGKUNGAN SEKOLAH SMP NEGERI 5 BINJAI"

Transkripsi

1 ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA SISWA/I DI LINGKUNGAN SEKOLAH SMP NEGERI 5 BINJAI Oleh Puspa Rinda Silalahi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Medan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan realisasi kesantunan berbahasa di lingkungan sekolah, (2) Mendeskripsikan pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi pada percakapan di lingkungan sekolah, (3). Mendeskripsikan tingkat kesantunan berbahasa siswa yang terjadi di lingkungan sekolah. Sumber data dalam penelitian ini adalah percakapan yang diperoleh dari rekaman percakapan di lingkungan SMP Negeri 5 Binjai baik di kelas maupun di luar kelas. Adapun percakapan yang di teliti adalah percakapan siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kesantunan berbahasa sangat dipengaruhi oleh jarak atau hubungan status antara penutur dengan mitra tutur. Semakin dekat jarak hubungan sosial kedua peserta tutur maka semakin tidak santun bahasa yang disampaikan. Sebaliknya semakin jauh jarak hubungan sosial maka semakin santunlah tuturan di antara peserta tutur. (2) Dalam percakapan di Lingkungan Sekolah SMP Negeri 5 Binjai percakapan yang santun di tandai dengan terpenuhinya prinsip kesantunan Leech yaitu skala ketidaklangsungan sedangkan pelanggaran yang ditemukan adalah pelanggaran pada maksim kebijaksanaan dan pelanggaran skala ketidaklangsungan, (3) Dari hasil penelitian yang telah dilakuk an tingkat kesantunan berbahasa di Lingkungan Sekolah SMP Negeri 5 Binjai dapat dikatakan cukup santun karena dari hasil penelitian tuturan yang memenuhi prinsip kesantunan berbahasa Leech lebih banyak ditemukan dari pada yang melanggar prinsip kesantunan berbahasa Leech. Kata Kunci : Kesantunan Berbahasa, Pragmatik, Skala Kesantunan. A. PENDAHULUAN Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berbahasa berkaitan dengan pemilihan jenis kata, lawan bicara, waktu (situasi) dan tempat (kondisi) diperkuat dengan cara pengungkapan yang menggambarkan nilai-nilai budaya masyarakat. Dewasa ini, masyarakat sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan masyarakat melahirkan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang berkaitan dengan nilai dan moral, termasuk pergeseran bahasa dari bahasa santun menuju kepada bahasa yang tidak santun. 1

2 Berdasarkan observasi semula, ketika peneliti ketika melakukan Program Pengalaman Terpadu (PPLT) di SMP Negeri 5 Binjai. Peneliti melihat bahwa siswa masih sering menggunakan kata-kata yang kurang santun ketika melakukan percakapan tidak saja di di luar kelas bahkan ketika berada di dalam kelas siswa juga menggunakan kata-kata yang kurang santun. Tentu saja hal ini bukan merupakan contoh yang baik karena ketika berada di lingkungan sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas seharusnya siswa menggunakan bahasa yang santun dalam percakapannya. Kesantunan berbahasa terkait langsung dengan norma yang dianut oleh masyarakatnya. Jika masyarakat menerapkan norma dan nilai secara ketat, maka berbahasa santun pun menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat. Dalam kaitan dengan pendidikan, maka masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kesantunan akan menjadikan berbahasa santun sebagai bagian penting dari proses pendidikan, khususnya pendidikan persekolahan. Penelitian mengenai kesantunan telah banyak dilakukan antara lain: Penerapan Kesantunan Berbahasa dalam Komunikasi Verbal dalam pengajaran bahasa bagi Guru SMA oleh Christinawati, Kesantunan Dalam Kehidupan Manusia Yang Berbudaya oleh Zawawi Imron, Tutur Kata Pada Masyarakat Oleh Sofyan Sauri. Hilangnya Kesantunan Bahasa Kita oleh Rohaidah Mashudi dan Revolusi Paradigmatik dengan Kesantunan oleh M. Yamin Panca Setia. Dari banyaknya penelitian yang dilakukan mengenai kesantunan penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai kesantunan berbahasa di lingkungan sekolah sangat menarik dan perlu untuk dilakukan. 1. Rumusan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya terbatas pada hal-hal berikut: a) Bagaimana realisasi kesantunan berbahasa dalam percakapan di lingkungan sekolah? b) Bagaimana pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi pada percakapan di lingkungan sekolah? c) Peringkat pelanggaran kesantunan bahasa yang manakah yang lebih dominan ditemukan pada percakapan di lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Binjai. 2

3 B. KAJIAN TEORI 1. Kesantunan Berbahasa Kesantunan (politiness), kesopansantunan, atau etiket adalah tatacara, adat, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan ini biasa disebut tatakrama. Masinambouw (dalam Chaer, 1995: 172) mengatakan bahwa sistem bahasa mempunyai fungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi manusia di dalam masyarakat, maka berarti di dalam tindak laku berbahasa haruslah disertai norma-norma yang berlaku di dalam budaya itu. Sistem tindak laku berbahasa menurut norma-norma budaya ini disebut etika berbahasa atau tata cara berbahasa. Etika berbahasa atau disebut juga kesantunan berbahasa merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, etika berbahasa ini antara lain akan mengatur (a) apa yang harus kita katakan pada waktu dan keadaan tertentu kepada seorang partisipan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu; (b) ragam bahasa apa yang paling wajar kita gunakan dalam situasi sosiolinguistik dan budaya tertentu; (c) kapan dan bagaimana kita menggunakan giliran berbicara kita, dan menyela pembicaraan orang lain; (d) kapan kita harus diam; (e) bagaimana kualitas suara dan sikap fisik kita di dalam berbicara itu. Seseorang baru dapat disebut pandai berbahasa kalau dia menguasai tatacara atau etika berbahasa itu. 2. Prinsip Kesantunan Berbahasa Kesantunan berbahasa menggambarkan kesantunan atau kesopansantunan penuturnya. Kesantunan berbahasa (menurut Leech, 1986) pada hakikatnya harus memperhatikan empat prinsip, yaitu penerapan prinsip kesantunan, penghindaran pemakaian kata tabu (taboo), penggunaan eufemisme, yaitu ungkapan penghalus, dan penggunaan pilihan kata honorifik. 3

4 Leech (dalam Rahardi 2010: 59) menyebutkan dalam suatu interaksi para pelaku memerlukan prinsip lain selain prinsip kerja sama yaitu prinsip kesopanan politeness principle. Prinsip kesopanan mempunyai sejumlah maksim maxim, yakni: 1. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim) Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Orang bertutur yang berpegang pada dan melaksanakan maksim kebijaksanaan akan dapat dikatakan sebagai orang santun. Apabila didalam bertutur orang berpegang teguh pada maksim kebijaksanaan, ia akan dapat menghindarkan sikap dengki, iri hati, dan sikap-sikap lain yang kurang santun terhadap si mitra tutur. 2. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim) Dengan maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, para peserta pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan terhadap orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. 3. Maksim Penghargaan (Approbation Maxim) Di dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim ini, diharapkan agar para peserta pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain. 4. Maksim Kesederhanaan (Modesty Maxim) Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. 5. Maksim Permufakatan (Agreement Maxim) Maksim permufakatan sering disebut dengan maksim kecocokan. Di dalam maksim ini, ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masingmasing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun. 6. Maksim Kesimpatisan (Sympath Maxim) Di dalam maksim kesimpatisan, diharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap antipati terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. Kesimpatisan terhadap pihak lain sering ditunjukkan dengan senyuman, anggukan, gandengan tangan, dan sebagainya. Di dalam model kesantunan Leech (dalam Rahardi 2010: 66) setiap maksim interpersonal itu dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Kelima macam skala pengukur kesantunan Leech, yaitu Cost- benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, 0ptionality scale atau skala pilihan, Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan, Authority scale atau skala keotoritasan, Social distance scale atau skala jarak sosial 4

5 Tabu berasal dari kata taboo yang dipungut dari bahasa Tonga, salah satu bahasa dari rumpun bahasa Polinesia. Di masyarakat Tonga kata taboo merujuk pada tindakan yang dilarang atau yang harus dihindari. Bila tindakannya saja dilarang, maka bahasa/kata-kata yang merupakan simbol dari tindakan itu pun dilarang. Dengan demikian kita dapat mendefenisikan tabu sebagai kata-kata yang tidak boleh digunakan, setidak-tidaknya, tidak dipakai di tengah-tengah masyarakat beradap. Fenomena tabu atau pemikiran yang berkaitan dengan tabu mendorong timbulnya gejala lain, yaitu eufemisme. Kata itu berasal dari istilah euphemism; (yang berarti:) kata atau frase yang menggantikan satu kata tabu, atau yang digunakan sebagai upaya menghindari hal-hal yang menakutkan dan kurang menyenangkan Fromkin & Rodman (dalam Paul 2007: 96). Kridaklaksana (dalam Paul 2007: 96) mendefenisikannya sebagai: pemakai kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu. Sedangkan penggunaan pilihan kata honorifik, yaitu ungkapan hormat untuk berbicara dan menyapa orang lain. Penggunaan kata-kata honorifik ini tidak hanya berlaku bagi bahasa yang mengenal tingkatan tetapi berlaku juga pada bahasa-bahasa yang tidak mengenal. Hanya saja, bagi bahasa yang mengenal tingkatan, penentuan kata-kata honorifik sudah ditetapkan secara baku dan sistematis untuk pemakaian setiap tingkatan. C. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dipakai oleh penulis, yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif, yaitu metode paparan hasil temuan berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang diperoleh berdasarkan data yang dikumpulkan dari lapangan. Data yang digunakan dalam tulisan ini berasal dari hasil observasi, kuesioner, dan rekaman di lapangan secara langsung dalam bentuk catatan yang memuat tentang informasi, situasi serta kejadian dari responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli, 2012 di SMP Negeri 5 Binjai, dengan sampel penelitian sebanyak 30 responden. Kajian penelitian ini difokuskan pada tuturan yang dikaitkan dengan prinsip kesantunan dari siswa/i sebagai penutur di lingkungan sekolah. Teknik analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu (a): data yang diperoleh, baik melalui observasi, catatan lapangan, maupun kuesioner diklasifikasi sesuai dengan karakteristik 5

6 masing-masing data. Data percakapan siswa/i yang berupa transkrip rekaman dikelompokkan berdasarkan percakapan di kelas dan di luar kelas; (b) data yang telah ditranskripsikan dan dikelompokkan tersebut dianalisis melalui analisis prinsip kesantunan yang dikembangkan oleh Leech dengan empat tahap, yaitu: (1) pengumpulan data, (2) pereduksian data, (3) penyajian data, dan (4) penyimpulan temuan dan verifikasi. D. PEMBAHASAN Pada bagian pembahasan ini, peneliti akan membahas kesantunan berbahasa siswa/i SMP Negeri 5 Binjai di kelas maupun luar kelas. Dalam hal ini, peneliti akan membahas prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech. 1. Realisasi Kesantunan Berbahasa Siswa a) Maksim Kebijaksanaan Dari hasil penelitian ditemukan satu tuturan yang memenuhi maksim kebijaksanaan. Adapun tuturannya Eh.. Bia ada pulpen dua?. Tuturan ini dinilai memenuhi maksim kebijaksanaan karena sipenutur bersikap menghindari kata-kata yang kurang menyenangkan mitra tuturnya ketika meminjam pulpen teman sebangkunya. Sipenutur menggunakan kata kata yang sopan untuk meminjam pulpen teman sebangkunya. b) Maksim Kedermawanan Dari hasil penelitian ditemukan satu tuturan yang memenuhi maksim kedermawanan, yaitu tuturan Jadi bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas Ibu kasih waktu 10 menit mengerjakannya tapi tidak boleh menyontek. Tuturan ini dituturkan oleh guru kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas. Guru memiliki sikap kedermawanan kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas sehingga memberi waktu 10 menit kepada siswa untuk mengerjakan tugas mereka. Tuturan ini dinilai santun. c) Maksim Penghargaan 6

7 Dari hasil penelitian tidak ditemukan tuturan yang memenuhi maksim kedermawanan. Jadi jika dinilai dari maksim kedermawanan maka tuturan yang terjadi dalam percakapan yang diteliti tidak ada yang santun. d) Maksim Kesederhanaan Dari hasil penelitian ditemukan dua tuturan yang memenuhi maksim kedermawanan. Adapun tuturan yang memenuhi maksim kesederhanaan yaitu, tuturan Kan enak nonton bola dinilai memenuhi maksim kesederhanaan. Sipenutur berusaha bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Tuturan ini dinilai santun. Tuturan Biasa-biasa aja, klo kau? memenuhi maksim kesederhanaan. Tuturan ini memiliki makna sipenutur bersikap rendah hati dengan cara tidak menyombongkan dirinya di depan mitra tuturnya. Tuturan ini dinilai santun. e) Maksim Permufakatan Dari hasil penelitian ditemukan tuturan yang memenuhi maksim permufakatan. Adapun tuturan yang memenuhi maksim permufakatan yaitu: 1) Tuturan Kan enak nonton bola dinilai memenuhi skala permufakatan. Di mana tuturan ini memiliki makna Sipenutur berusaha membina kecocokan dengan mitra tuturnya. Dengan demikian tuturan ini dinilai santun. 2) Tuturan Eh..Bia ada pulpen dua? dinilai memenuhi skala permufakatan. Sipenutur meminjam pulpen kepada mitra tuturnya dengan cara berusaha membina kecocokan dengan mitra tuturnya. Dengan demikian tuturan ini dinilai santun. 3) Tuturan Kawanilah dinilai memenuhi maksim permufakatan. Sipenutur berusaha bermufakat kepada mitra tuturnya untuk menemani Sipenutur ke kamar mandi. Dengan demikian tuturan ini dinilai santun. 4) Tuturan Bu gak boleh nyontek tapi kerja sama bolehlah Bu dinilai memenuhi maksim permufakatan. Tuturan ini memiliki makna Sipenutur berusaha menjalin kecocokan dengan mitra tuturnya. Dimana penutur yang merupakan siswa berusaha bermufakat kepada guru untuk diberi ijin menyontek. Tuturan ini dinilai santun karena memenuhi maksim permufakatan. 7

8 f) Maksim Kesimpatisan Dari penelitian yang dilakukan ditemukan beberapa tuturan yang memenuhi maksim kesimpatisan. Adapun tuturan yang memenuhi maksim kesimpatisan dari percakapan yang diteliti yaitu: 1) Tuturan Knapa? dalam tuturan ini dinilai memenuhi maksim kesimpatisan. Sipenutur memiliki rasa simpati kepada mitra tuturnya sehingga menanyakan kenapa mitra tuturnya tidak menonton bola. Dengan demikian tuturan ini dinilai santun. 2) Tuturan Ngapain rupanya dalam tuturan ini dinilai memenuhi maksim kesimpatisan. Sipenutur memiliki rasa simpati kepada mitra tuturnya sehingga menanyakan apa yang dilakukan mitra tuturnya sehingga tidak menonton bola. Dengan demikian tuturan ini dinilai santun. 3) Tuturan Kenapa rupanya gak bermutu dalam tuturan ini dinilai memenuhi maksim kesimpatisan. Sipenutur memiliki rasa simpati kepada mitra tuturnya sehingga menanyakan alasan mitra tuturnya mengatakan menonton bola bukan hal yang bermutu. Meskipun Simitra tutur terkesan tidak simpati terhadap Sipenutur, Sipenutur tetap berusaha menunjukan rasa simpati kepada mitra tuturnya. Dengan demikian tuturan ini dinilai santun. 4) Tuturan Kan enak nonton bola dalam tuturan ini dinilai memenuhi maksim kesimpatisan. Sipenutur memiliki rasa simpati kepada mitra tuturnya sehingga berusaha membujuk mitra tuturnya untuk menyukai bola. Dengan demikian tuturan ini dinilai santun. 5) Tuturan Kau pegang apa rupanya? dalam tuturan ini dinilai memenuhi maksim kesimpatisan. Sipenutur memiliki rasa simpati kepada mitra tuturnya sehingga menanyakan negara apa yang dibela oleh Simitra tutur. Dengan demikian tuturan ini dinilai santun 6) Tuturan Eh..Riza kek mana ujian kau? dalam tuturan ini dinilai memenuhi maksim kesimpatisan. Sipenutur memiliki rasa simpati kepada mitra tuturnya sehingga menanyakan hasil ujian dari mitra tuturnya.. Dengan demikian tuturan ini dinilai santun. 8

9 7) Tuturan Biasa-biasa aja, klo kau? dalam tuturan ini dinilai memenuhi maksim kesimpatisan. Sipenutur memiliki rasa simpati kepada mitra tuturnya sehingga bertanya kembali hasil dari ujian mitra tuturnya, setelah sebelumnya mitra tuturnya menanyakan hasil ujian Sipenutur. Dengan demikian tuturan ini dinilai santun. 8) Tuturan Gimana kabarnya? dalam tuturan ini dinilai memenuhi maksim kesimpatisan. Sipenutur yang merupakan seorang guru mememiliki rasa simpati kepada mitra tuturnya yang adalah siswa sehingga menayakan kabar dari mitra tuturnya. Dengan demikian tuturan ini dinilai santun. g) Skala kerugian dan Keuntungan Dari hasil penelitian tidak ditemukan tuturan yang memenuhi skala kerugian dan keuntungan. Jadi jika dinilai dari skala kerugian dan keuntungan maka tuturan yang terjadi dalam percakapan yang diteliti tidak ada yang santun. h) Skala Pilihan Dari penelitian yang dilakukan ditemukan beberapa tuturan yang memenuhi skala pilihan. Adapun tuturan yang dinilai memenuhi skala pilihan yaitu: 1) Tuturan Kau pegang apa rupanya? dinilai memenuhi skala pilihan. Tuturan ini memberi kesempatan kepada mitra tuturnya untuk menentukan pilihan. Tuturan ini tidak membatasi pilihan Simitra tutur. 2) Tuturan Eh..Bia ada pulpen dua? dinilai memenuhi skala pilihan. Tuturan ini memberi kesempatan kepada mitra tuturnya untuk menentukan pilihan. Sipenutur tidak membatasi pilihan mitra tuturnya. 3) Tuturan Halaman 37 atau 40? dinilai memenuhi skala pilihan. Tuturan ini memberi kesempatan kepada mitra tuturnya untuk menentukan pilihan. Sipenutur tidak membatasi pilihan mitra tuturnya. i) Skala Ketidaklangsungan Dari hasil penelitian ditemukan tuturan yang memenuhi skala ketidaklangsungan. Adapun tuturan yang dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan yaitu: 9

10 1) Tuturan Woi.. gak nonton bola kalian? dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 2) Tuturan Knapa rupanya gak bermutu? dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 3) Tuturan Gak enak nonton bola dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 4) Tuturan Kan enak nonton bola dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 5) Tuturan Kau pegang apa rupanya? dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 6) Tuturan Gak tau pula aku mau pegang apa dinilai memenuhi skala 7) Tuturan Kau katro kali, kamseupay dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 8) Tuturan Spanyol itu gak keren yang keren itu Brasil. dinilai memenuhi skala 9) Tuturan Brasil itu gak masuk dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 10) Tuturan Akukan gak nengok makanya gak tahu. dinilai memenuhi skala 11) Tuturan Sok pintar kau woi dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 12) Tuturan Eh..kalian anak cencenpun sok ikut campur. dinilai memenuhi skala 13) Tuturan Cebok dulu kalian baru nonton bola dinilai memenuhi skala 14) Tuturan Eh..Bia ada pulpen dua? dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 15) Tuturan Pelit kalipun kau dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 16) Tuturan Eh..Riza kek mana ujian kau? dinilai memenuhi skala 10

11 17) Tuturan Klo aku yang jelas bisa dong dinilai memenuhi skala 18) Tuturan Kalo aku itu emang pintar, gak kek kau bego dinilai memenuhi skala 19) Tuturan Biasa kau bodoh kalo ngisi soal ujian dinilai memenuhi skala 20) Tuturan Itukan dulu, kalo sekarang gue itu uda belajar dinilai memenuhi skala 21) Tuturan Aduh.. Nian sesak kencing aku ini dinilai memenuhi skala. 22) Tuturan Kencinglah sana dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 23) Tuturan Takut aku sama ibu itu, nanti ditamparnya pula aku dinilai memenuhi skala. 24) Tuturan Wei.. dia sesak kencing kek mana ini? dinilai memenuhi skala. 25) Tuturan Uda kencing aja di situ dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 26) Tuturan Gila kau, jangan ketawa kau Nop dinilai memenuhi skala. 27) Tuturan Kencing aja kau di ujung-ujung tangga itu dinilai memenuhi skala. 28) Tuturan Mana berani aku dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 29) Tuturan Kalian kek anjing, pelit kali kalian, permisikan napa wei.. kasian tahu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 30) Tuturan Kau ketua kelas kek tahi dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 31) Tuturan Apa ini tahi-tahi dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 11

12 32) Tuturan Selamat pagi semuanya dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 33) Tuturan Pagi Bu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 34) Tuturan Gimana kabarnya? dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 35) Tuturan Baik Bu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 36) Tuturan Sekarang pelajaran apa? dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 37) Tuturan Bahasa Indonesia Bu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 38) Tuturan Ada PR? dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 39) Tuturan Ada Bu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 40) Tuturan Keluarkanlah Prnya dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 41) Tuturan Iya Bu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 42) Tuturan Halaman berapa Prnya Nak? dinilai memenuhi skala 43) Tuturan Halaman 37 dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 44) Tuturan Halaman 40 dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 45) Tuturan Halaman 37 atau 40? dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 46) Tuturan Halaman 37 Bu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 47) Tuturan Siapa yang tidak mengerjakan tugas? dinilai memenuhi skala 12

13 48) Tuturan Saya Bu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 49) Tuturan Kenapa tidak mengerjakan tugas? dinilai memenuhi skala 50) Tuturan Lupa Bu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 51) Tuturan Mati lampu Bu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung 52) Tuturan Jadi kalau mati lampu tidak mengerjakan tugas? dinilai memenuhi skala 53) Tuturan Gaklah Bu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 54) Tuturan Siapa yang tidak mengerjakan tugas nanti dikasi hukuman dinilai memenuhi skala. 55) Tuturan Janganlah Bu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 56) Tuturan Jadi bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas Ibu kasih waktu 10 menit mengerjakannya tapi tidak boleh menyontek dinilai memenuhi skala. 57) Tuturan Bu gak boleh nyontek tapi kerja sama bolehlah Bu dinilai memenuhi skala. 58) Tuturan Sama aja itu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 59) Tuturan Bu permisi mau ke kamar mandi kecil dinilai memenuhi skala. 60) Tuturan Jangan lama-lama, 5 menit dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 61) Tuturan Ya Bu dinilai memenuhi skala ketidaklangsungan. Makna tuturan ini tidak bersifat langsung. 13

14 j) Skala Keotoritasan Dari hasil penelitian ditemukan tuturan yang memenuhi skala keotoritasan. Adapun tuturan yang memenuhi skala keotoritasan yaitu: 1. Tuturan Takut aku sama ibu itu, nanti ditamparnya pula aku dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Ibu untuk kata ganti gurunya. 2. Tuturan Pagi Bu dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu untuk membalas sapaan dari gurunya.. 3. Tuturan Baik Bu dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu untuk membalas sapaan dari gurunya.. 4. Tuturan Bahasa Indonesia Bu. dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 5. Tuturan Ada Bu dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 6. Tuturan Iya Bu dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 7. Tuturan Halaman berapa Prnya Nak? dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Nak untuk kata ganti siswanya. Kata Nak yang digunakan guru menunjukkan bahwa guru menghargai siswanya. 8. Tuturan Halaman 37 Bu dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 9. Tuturan Saya Bu dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 10. Tuturan Lupa Bu dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 14

15 11. Tuturan Mati lampu Bu dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 12. Tuturan Gaklah Bu dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 13. Tuturan Janganlah Bu dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 14. Tuturan Jadi bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas Ibu kasih waktu 10 menit mengerjakannya tapi tidak boleh menyontek dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Ibu untuk mengganti kata ganti dirinya. 15. Tuturan Bu gak boleh nyontek tapi kerja sama bolehlah Bu dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu untuk mengganti kata ganti gurunya. 16. Tuturan Bu permisi mau ke kamar mandi kecil dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu untuk memanggil gurunya. 17. Tuturan Ya Bu dinilai memenuhi skala keotoritasan. Sipenutur menggunakan kata Bu untuk mengganti kata ganti gurunya. k) Skala Jarak Sosial Dari hasil penelitian ditemukan tuturan yang memenuhi skala jarak sosial. Adapun tuturan yang memenuhi skala jarak sosial yaitu: 1. Tuturan Kau pegang apa rupanya? dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kau yang digunakan untuk kata ganti temannya dinilai santun. Walaupun percakapan ini terjadi dengan teman sekelas namun tidak membuat sipenutur menggunakan kata yang tidak sopan untuk kata ganti temannya. 2. Tuturan Gak tau pula aku mau pegang apa dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Aku yang digunakan untuk kata ganti diri sipenutur dinilai santun. 3. Tuturan Kau katro kali, kamseupay dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kau yang digunakan untuk kata ganti temannya dinilai santun. Walaupun 15

16 percakapan ini terjadi dengan teman sekelas namun tidak membuat sipenutur menggunakan kata yang tidak sopan untuk kata ganti temannya. 4. Tuturan Akukan gak nengok makanya gak tahu. dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Aku yang digunakan untuk kata ganti diri sipenutur dinilai santun. 5. Tuturan Bodoh kau dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kau yang digunakan untuk kata ganti temannya dinilai santun. Walaupun percakapan ini terjadi dengan teman sekelas namun tidak membuat sipenutur menggunakan kata yang tidak sopan untuk kata ganti temannya. 6. Tuturan Sok pintar kau woi dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kau yang digunakan untuk kata ganti temannya dinilai santun. Walaupun percakapan ini terjadi dengan teman sekelas namun tidak membuat sipenutur menggunakan kata yang tidak sopan untuk kata ganti temannya. 7. Tuturan Selolah Bro dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Bro adalah kata asing namun karena tuturan ini dituturkan kepada teman sekelas maka kata Bro yang diucapkan sebagai kata ganti temannya dinilai santun. 8. Tuturan Cebok dulu kalian baru nonton bola dinilai memenuhi skala jarak sosial. Sipenutur menggunakan kata Kalian untuk kata ganti temannya yang merupakan mitra tuturnya. 9. Tuturan Eh..Bia ada pulpen dua? dinilai memenuhi skala jarak sosial. Sipenutur menggunakan kata Bia yang merupakan nama teman Sipenutur sebagai kata ganti temannya yang merupakan mitra tuturnya. 10. Tuturan Pelit kalipun kau dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kau yang digunakan untuk kata ganti temannya dinilai santun. Walaupun percakapan ini terjadi dengan teman sekelas namun tidak membuat sipenutur menggunakan kata yang tidak sopan untuk kata ganti temannya. 11. Tuturan Eh..Riza kek mana ujian kau? dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Rizan dan Kau yang digunakan untuk kata ganti temannya dinilai santun. Walaupun percakapan ini terjadi dengan teman sekelas namun tidak membuat sipenutur menggunakan kata yang tidak sopan untuk kata ganti temannya. 9) Tuturan Biasa-biasa aja, klo kau? dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kau yang digunakan untuk kata ganti temannya dinilai santun. Walaupun 16

17 percakapan ini terjadi dengan teman sekelas namun tidak membuat sipenutur menggunakan kata yang tidak sopan untuk kata ganti temannya. 10) Tuturan Klo aku yang jelas bisa dong dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Aku yang digunakan untuk kata ganti diri sipenutur dinilai santun. 11) Tuturan Kalo aku itu emang pintar, gak kek kau bego dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Aku yang digunakan untuk kata ganti diri sipenutur dinilai santun. 12) Tuturan Biasa kau bodoh kalo ngisi soal ujian dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kau yang digunakan untuk kata ganti temannya dinilai santun. Walaupun percakapan ini terjadi dengan teman sekelas namun tidak membuat sipenutur menggunakan kata yang tidak sopan untuk kata ganti temannya. 13) Tuturan Itukan dulu, kalo sekarang gue itu uda belajar dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata gue yang digunakan adalah kata gaul yang sering diucapkan oleh anak muda. Percakapan ini antara siswa yang sekelas. Kata gue yang diucapkan jadi santun karena jarak sosial penutur dekat. 14) Tuturan Aduh.. Nian sesak kencing aku ini. Kata Nian dan Aku yang digunakan untuk kata ganti temannya dinilai santun. Walaupun percakapan ini terjadi dengan teman sekelas namun tidak membuat sipenutur menggunakan kata yang tidak sopan untuk kata ganti temannya. 15) Tuturan Takut aku sama ibu itu, nanti ditamparnya pula aku dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Aku yang digunakan untuk kata ganti diri sipenutur dinilai santun. 16) Tuturan Wei.. dia sesak kencing kek mana ini? dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Dia yang digunakan untuk kata ganti mitra tutur sipenutur dinilai santun. 17) Tuturan Gila kau, jangan ketawa kau Nop dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kau yang digunakan untuk kata ganti mitra tutur sipenutur dinilai santun. 18) Tuturan Kencing aja kau di ujung-ujung tangga itu dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kau yang digunakan untuk kata ganti mitra tutur sipenutur dinilai santun. 19) Tuturan Kaukan ketua kelas dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kau yang digunakan untuk kata ganti mitra tutur sipenutur dinilai santun. 17

18 20) Tuturan Mana berani aku dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Aku yang digunakan untuk kata ganti diri sipenutur dinilai santun. 21) Tuturan Kalo aku jumpa di luar kek mana? dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Aku yang digunakan untuk kata ganti diri sipenutur dinilai santun. 22) Tuturan Matilah kalian dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kalian yang digunakan untuk kata ganti mitra tutur sipenutur dinilai santun. 23) Tuturan Kalian kek anjing, pelit kali kalian, permisikan napa wei.. kasian tahu dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kalian yang digunakan untuk kata ganti mitra tutur sipenutur dinilai santun. 24) Tuturan Bukan aku dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Aku yang digunakan untuk kata ganti diri sipenutur dinilai santun. 25) Tuturan Kau ketua kelas kek tahi dinilai memenuhi skala jarak sosial. Kata Kau yang digunakan untuk kata ganti mitra tutur sipenutur dinilai santun. l) Penggunaan Eufemisme Dari hasil penelitian ditemukan tuturan yang menggunakan kata eufemisme. Penggunaan kata eufemisme dalam percakapan dinilai santun. Adapun tuturan eufemisme yang terdapat dalam percakapan yang diteliti dalam penelitian ini adalah Bu permisi mau ke kamar mandi kecil. Kata ke kamar mandi kecil merupakan kata eufemisme. m) Penggunaan kata Honorifik Dari hasil penelitian ditemukan tuturan yang menggunakan kata honorifik. Penggunaan kata honorifik dalam percakapan dinilai santun. Kata honorifik dalam percakapan ini ditujukan oleh siswa kepada guru Adapun tuturan honorifik yang terdapat dalam percakapan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu: 1. Tuturan Pagi Bu merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu untuk membalas sapaan dari gurunya.. 2. Tuturan Baik Bu merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu untuk membalas sapaan dari gurunya.. 18

19 3. Tuturan Bahasa Indonesia Bu. merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 4. Tuturan Ada Bu merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 5. Tuturan Iya Bu merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 6. Tuturan Halaman 37 Bu merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 7. Tuturan Saya Bu merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 8. Tuturan Lupa Bu merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 9. Tuturan Mati lampu Bu merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 10. Tuturan Gaklah Bu merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 11. Tuturan Janganlah Bu merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu diakhir jawaban dari pertanyaan gurunya. Kata Bu yang digunakan memiliki makna menghormati guru. 12. Tuturan Bu gak boleh nyontek tapi kerja sama bolehlah Bu merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu untuk mengganti kata ganti gurunya. 19

20 13. Tuturan Bu permisi mau ke kamar mandi kecil merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu untuk memanggil gurunya. 14. Tuturan Ya Bu merupakan tuturan yang mengandung kata eufemisme. Sipenutur menggunakan kata Bu untuk mengganti kata ganti gurunya. E. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Analisis Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Sekolah SMP Negeri 5 Binjai maka penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Realisasi kesantunan di SMP Negeri 5 Binjai dapat dilihat dari terpenuhinya maksim skala ketidaklangsungan dengan jumlah 52 tuturan dan skala jarak sosial dengan jumlah 42 tuturan. 2. Pelanggaran prinsip kesantunan di SMP Negeri 5 Binjai dapat dilihat dari tidak terpenuhinya maksim kebijaksanaan dengan jumlah 24 tuturan dan skala ketidaklangsungan dengan jumlah 24 tuturan. 3. Peringkat pelanggaran kesantunan bahasa yang dominan yang ditemukan adalah pelanggaran maksim kebijaksanaan dengan jumlah 24 tuturan dan skala ketidaklangsungan dengan jumlah 24 tuturan. DAFTAR PUSTAKA George, Yule Pragmatics, New York: oxford university. Djudjun Djaenuddin Supriadi Jurnal Pendidikan Penabur. Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK Penabur Jakarta. Nomor 10. Elfindri, dkk Pendidikan Karakter. Baduose Media: Jakarta. Rahardi, Kunjana Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Nadar, FX Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Jogjakarta: Graha Ilmu. Pangaribuan, Tagor Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu. 20

21 LAMPIRAN A.2 Transkip Percakapan 1. Hari : Senin, 18 Juni 2012 Lokasi : Kantin Sekolah Percakapan ini terjadi di kantin ketika jam istirahat. Percakapan ini dilakukan oleh 5 orang siswa di mana kelima siswa tersebut adalah teman satu kelas. hubungan kelima penutur adalah teman dekat. Siswa 1 : Woi.. gak nonton bola kalian? Siswa 2 : Gak lah Siswa 1 : Knapa? Siswa 2 : Gak sempat Siswa 1 : Ngapain? Siswa 2 : Ngantuk kali Siswa 3 : Gak bermutu. Siswa 1 : Knapa rupanya gak bermutu? Siswa 3 : Gak enak nonton bola Siswa 1 : Kan enak nonton bola Siswa 2 : Kau pegang apa rupanya? Siswa 3 : Gak tau pula aku mau pegang apa Siswa 1 : Kau katro kali, kamseupay Siswa 4 : Spanyol Siswa 2 : Spanyol itu gak keren yang keren itu Brasil. Siswa 4 : Brasil itu gak masuk Siswa 2 : Akukan gak nengok makanya gak tahu. Siswa 4 : Bodoh kau Siswa 2 : Sok pintar kau woi Siswa 4 : Selolah Bro Siswa 3 : Eh..kalian anak cencenpun sok ikut campur. Siswa 4 : Eh..biasa aja Siswa 5 : Cebok dulu kalian baru nonton bola (Semua siswa tertawa) 2. Hari : Selasa, 19 Juni 2012 Lokasi : Di kelas pada saat proses belajar mengajar Percakapan ini terjadi di dalam kelas ketika guru menjelaskan di depan kelas. tuturan ini dilakukan oleh 2 orang siswa yang duduk satu meja. Siswa 1 : Eh..Bia ada pulpen dua? Siswa 2 : Gak ada pula tuh Siswa 1 : Pelit kalipun kau Siswa 2 : Beli dong 3. Hari : Rabu, 20 Juni 2012 Lokasi : Kantin sekolah Percakapan ini terjadi di kantin ketika jam istirahat. Tuturan ini dilakukan oleh 2 orang siswa. Hubungan kedua penutur adalah teman satu kelas. Siswa 1 : Eh..Riza kek mana ujian kau? Siswa 2 : Biasa-biasa aja, klo kau? 21

22 Siswa 1 Siswa 2 Siswa 1 Siswa 2 Siswa 1 Siswa 2 Siswa 1 Siswa 2 Siswa 1 Siswa 2 Siswa 1 : Klo aku yang jelas bisa dong : Tumben pintar? : Kalo aku itu emang pintar, gak kek kau bego : Bodoh : Oh.. Lo yang bego : Biasa kau bodoh kalo ngisi soal ujian : Itukan dulu, kalo sekarang gue itu uda belajar : Oya? : Iya dong : Gitu rupanya? : Iya 4. Hari : Kamis, 20 Juni 2012 Lokasi : Ruangan kelas Percakapan ini dilakukan oleh 5 orang siswa. Percakapan terjadi di dalam kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung, namun guru sedang tidak berada di kelas. Siswa 1 : Aduh.. Nian sesak kencing aku ini Siswa 2 : Kencinglah sana Siswa 1 : Kawanilah Siswa 2 : Takut aku sama ibu itu, nanti ditamparnya pula aku Siswa 1 : Aduh sakit we.. Siswa 2 : Wei.. dia sesak kencing kek mana ini? Siswa 3 : Uda kencing aja di situ Siswa 1 : Gila kau, jangan ketawa kau Nop Siswa 4 : Beli pemperslah Siswa 5 : Kencing aja kau di ujung-ujung tangga itu Siswa 2 : Kaukan ketua kelas Siswa 5 : Mana berani aku Siswa 1 : Uda mau keluar ini Siswa 6 : Gurunya mana? Gurunya gak ada tapi Siswa 1 : Kalo aku jumpa di luar kek mana? Siswa 5 : Matilah kalian Siswa 2 : Kalian kek anjing, pelit kali kalian, permisikan napa wei.. kasian tahu Siswa 5 : Bukan aku Siswa 1 : Kau ketua kelas kek tahi Siswa 5 : Apa ini tahi-tahi Siswa 6 : Diam wei.., ibu datang 5. Hari : Jumat, 21 Juni 2012 Lokasi : Ruangan kelas Percakapan terjadi di dalam kelas pada saat proses belajar mengajar. Tuturan dilakukan antara guru dan siswa. Guru : Selamat pagi semuanya Siswa : Pagi Bu Guru : Gimana kabarnya? Siswa : Baik Bu Guru : Sekarang pelajaran apa? 22

23 Siswa : Bahasa Indonesia Bu Guru : Ada PR? Siswa : Ada Bu Guru : Keluarkanlah Prnya Siswa : Iya Bu Guru : Halaman berapa Prnya Nak? Siswa : Halaman 37 Siswa : Halaman 40 Guru : Halaman 37 atau 40? Siswa : Halaman 37 Bu Guru : Siapa yang tidak mengerjakan tugas? Siswa : Saya Bu (Beberapa siswa mengangkat tangan) Guru : Kenapa tidak mengerjakan tugas? Siswa : Lupa Bu Siswa : Mati lampu Bu Guru : Jadi kalau mati lampu tidak mengerjakan tugas? Siswa : Gaklah Bu Guru : Siapa yang tidak mengerjakan tugas nanti dikasi hukuman Siswa : Janganlah Bu Guru : Jadi bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas Ibu kasih waktu 10 menit mengerjakannya tapi tidak boleh menyontek Siswa : Bu gak boleh nyontek tapi kerja sama bolehlah Bu Guru : Sama aja itu Siswa : Bu permisi mau ke kamar mandi kecil Guru : Jangan lama-lama, 5 menit Siswa : Ya Bu 23

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN Dewi Anggia Huzniawati Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI gigie_kaka@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berbahasa berkaitan dengan pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi vital yang dimiliki oleh manusia dan digunakan untuk berinteraksi antarsesamanya. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesantunan dalam berbahasa di lingkungan masyarakat dan sekolah sangatlah penting, karena dengan bertutur dan berkomunikasi dengan santun dapat menjaga nilai diri sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu terpenuhi. Salah satunya adalah kesadaran terhadap bentuk sopan santun. Kesopansantunan

Lebih terperinci

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA BERITA ON-LINE: PEMBERITAAN TENTANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, SUSI PUDJIASTUTI.

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA BERITA ON-LINE: PEMBERITAAN TENTANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, SUSI PUDJIASTUTI. ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA BERITA ON-LINE: PEMBERITAAN TENTANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, SUSI PUDJIASTUTI. Scorpio Puspitasari Linguistik Deskriptif, Universitas Sebelas Maret Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KESANTUNAN BAHASA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESANTUNAN BAHASA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESANTUNAN BAHASA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Intan Br Tarigan (intansepty68@gmail.com) Dr. Abdurahman AS, M.Hum.

Lebih terperinci

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS VIII E SMPN 2 KOTA BENGKULU TAHUN AJARAN 2016/2017

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS VIII E SMPN 2 KOTA BENGKULU TAHUN AJARAN 2016/2017 10 ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS VIII E SMPN 2 KOTA BENGKULU TAHUN AJARAN 2016/2017 Ayu Wulan Dari 1, Dian Eka Chandra W. 2, dan Marina Siti Sugiyati 3 1,2,3 Program Studi

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK STIMULUS KESANTUNAN BERBAHASA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK Octaria Putri Nurharyani Roch Widjatini Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: octariaputri97@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal terpenting bagi manusia untuk menjaga hubungan dengan manusia lain, bahkan sejak lahir di dunia. Salah satu bentuk umum dari komunikasi

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, ABSTRACT: KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF MAHASISWA KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU ANGKATAN 2007 Oleh: Rika Ningsih This research

Lebih terperinci

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia   ABSTRAK REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR KOMISIF BERJANJI DALAM BAHASA BANJAR

REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR KOMISIF BERJANJI DALAM BAHASA BANJAR JAHDIAH: REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR... REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR KOMISIF BERJANJI DALAM BAHASA BANJAR (POLITENESS REALIZATION OF COMMISSIVE SPEECH ACT OF PROMISING IN BANJAR LANGUAGE) Jahdiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik tata krama (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 1493). Kesopanan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain. Bahasa sebagai alat komunikasi dibagi menjadi dua yaitu

Lebih terperinci

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian bahasa sebagai sarana komunikasi kurang begitu diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. Mereka berfikir bahwa yang terpenting dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang asihpnrg@yahoo.com ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari kita

Lebih terperinci

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Oleh EKANA FAUJI A 310 080 133 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1 UNIVERSITASS

Lebih terperinci

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas 8 BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas koperasi saat melakukan transaksi dengan nasabah atau sebaliknya

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 SUNGAI PINYUH

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 SUNGAI PINYUH REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 SUNGAI PINYUH Mardiana Rosanti, Sisilya Saman, dan Amriani Amir Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan Pontianak Email:

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri individu yang beretika adalah individu tersebut santun berbahasa. Santun berbahasa adalah bagaimana bahasa menunjukkan jarak sosial diantara para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi atau alat interaksi yang digunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi atau alat interaksi yang digunakan oleh manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi atau alat interaksi yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan maksud, ide, dan gagasan yang dimilikinya serta untuk bersosialisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam KBBI edisi ketiga (1990) dijelaskan yang dimaksud dengan

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam KBBI edisi ketiga (1990) dijelaskan yang dimaksud dengan BAB II KAJIAN TEORI H. Kesantunan Berbahasa Kesantunan berbahasa merupakan salah satu kajian dari ilmu pragmatik. Jika seseorang membahas mengenai kesantunan berbahasa, berarti pula membicarakan pragmatik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertutur merupakan suatu kegiatan sosial. Bertutur merupakan realisasi dari berbahasa. Karena bahasa bersifat abstrak, sedangkan bertutur bersifat konkret (Chaer, 2010:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selatan, bahasa yang paling sering disebut Hangungmal ( 한국말 ; 韩国말 ), atau

BAB I PENDAHULUAN. Selatan, bahasa yang paling sering disebut Hangungmal ( 한국말 ; 韩国말 ), atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea ( 한국어 / 조선말 ) adalah bahasa yang paling luas digunakan di Korea, dan merupakan bahasa resmi Korea Selatan. Secara keseluruhan terdapat sekitar 78 juta

Lebih terperinci

E-ISSN Volume 1, No. 1, Februari 2016 ISSN

E-ISSN Volume 1, No. 1, Februari 2016 ISSN E-ISSN 2503-0329 Volume 1, No. 1, Februari 2016 ISSN 2502-5864 39 PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN AHOK (AK) DALAM WAWANCARA EKSKLUSIF KISRUH DPRD DKI JAKARTA DI KOMPAS TV Finda Mia Wulandari Magister Pendidikan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) IMPLEMENTASI KESANTUNAN LEECH TERHADAP KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Suatu Strategi untuk Menciptakan Kerukunan Hidup Bermasyarakat yang Damai dan Harmonis) Nisa Afifah S111308007 Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK. PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK Herdiana 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia ucapkan. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim prinsip kesantunan tuturan tokoh-tokoh dalam drama serial Korea God s Quiz. Setelah melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL SEKITAR WILAYAH BOJONEGORO DENGAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL SEKITAR WILAYAH BOJONEGORO DENGAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH Analisis Kesantunan Berbahasa (Rodhiati Rahmawati) 149 ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL SEKITAR WILAYAH BOJONEGORO DENGAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH Rodhiati Rahmawati MTsN Bojonegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Percakapan adalah sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk menyampaikan ide, pendapat, komentar, atau perasaannya. Sebagai makhluk

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI

ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA DI KELAS VIII SMPN 1 LIMBUR KABUPATEN BUNGO

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA DI KELAS VIII SMPN 1 LIMBUR KABUPATEN BUNGO KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA DI KELAS VIII SMPN 1 LIMBUR KABUPATEN BUNGO Sudaryono, Irma Suryani, Kasmini Putri* ABSTRACT FKIP Universitas Jambi This article

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh:

KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: AMIN KARTIKA SARI A 310 090 251 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai manusia yang berpikir, berperasaan, dan berkinerja. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru terwujud

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Talk Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang relevan. Salah

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai pudar karena perkembangan bahasa yang pesat dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN. mulai pudar karena perkembangan bahasa yang pesat dan modernisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahasa baku di Indonesia pada masa modern sudah mulai pudar karena perkembangan bahasa yang pesat dan modernisasi. Muncul berbagai macam jenis gaya bahasa

Lebih terperinci

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik I Made Rai Arta 1 Abstrak Tulisan ini memuat kajian prinsip kerjasama dan kesantunan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang ketika berbicara tidak lepas dari penggunaan bahasa. Pengertian bahasa menurut KBBI (2007:88) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunkaan

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA 1 PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA Herlina Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada penelitian ini yang bertopik Warna Warni Percintaan dan Gelar Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pada penelitian ini yang bertopik Warna Warni Percintaan dan Gelar Pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Humor sudah mulai berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Humor dapat terjadi diberbagai kegiatan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam suatu acara, dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) Oleh Latifah Dwi Wahyuni dan Nisa Afifah Abstrak Pada proses jual beli, baik di

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah 0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan sosial dalam masyarakat. Kesantunan berbahasa sendiri merupakan pengungkapan gagasan, ide atau pendapat

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DAN KESANTUNAN TUTURAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PRINSIP KERJA SAMA DAN KESANTUNAN TUTURAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PRINSIP KERJA SAMA DAN KESANTUNAN TUTURAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak pernah dapat dilepaskan dari

BAB II LANDASAN TEORI. tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak pernah dapat dilepaskan dari 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Levinson (dalam Rahardi, 2009: 20) menjelaskan pragmatik sebagai studi bahasa yang memelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud telah tergramatisasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

REALISASI PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 2 GEMOLONG

REALISASI PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 2 GEMOLONG REALISASI PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 2 GEMOLONG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir manusia sistematis dalam menggapai

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DAN KAITANNYA DENGAN KESANTUNAN BERBAHASA. Dyah Rohma Wati Akper 17 Karanganyar, Surakarta

PENDIDIKAN KARAKTER DAN KAITANNYA DENGAN KESANTUNAN BERBAHASA. Dyah Rohma Wati Akper 17 Karanganyar, Surakarta PENDIDIKAN KARAKTER DAN KAITANNYA DENGAN KESANTUNAN BERBAHASA Dyah Rohma Wati Akper 17 Karanganyar, Surakarta dyahrohmawati.akper17@gmail.com Abstrak Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG Dwi Fitriyani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Muhammadiyah Pringsewu email: dwifitriyani2221@gmail.com Abstract This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda

Lebih terperinci

WUJUD KESANTUNAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

WUJUD KESANTUNAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS WUJUD KESANTUNAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS Erniati SMP Negeri 2 Kei Kecil Jalan Pesisir Timur Desa Elar MalukuTenggara Email: erniati.iwa@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO Oleh Yorista Indah Astari Nurlaksana Eko Rusminto Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: yoristaindahastari@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat atau media komunikasi bagi manusia. Bahasa sendiri memiliki hubungan yang erat dengan sistem sosial dan sistem komunikasi. Sistem

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM ACARA BIG BROTHER INDONESIA DI TRANS TV Ifriani Syahwinda 1 dan Zakiah Agus Kusasi 2

PELAKSANAAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM ACARA BIG BROTHER INDONESIA DI TRANS TV Ifriani Syahwinda 1 dan Zakiah Agus Kusasi 2 PELAKSANAAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM ACARA BIG BROTHER INDONESIA DI TRANS TV Ifriani Syahwinda 1 dan Zakiah Agus Kusasi 2 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat tutur merupakan masyarakat

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER Suci Indah Karunia Suciindah590@gmail.com Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK SMK

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK SMK KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK SMK Iis Darliah, Ahadi Sulissusiawan, Deden Ramdani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Email: darliah.iis@gmail.com

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAANGKATAN DENGAN KARYAWAN UNESA. Pembimbing Dra.

KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAANGKATAN DENGAN KARYAWAN UNESA. Pembimbing Dra. KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAANGKATAN 2008--2011 DENGAN KARYAWAN UNESA Dwi Santoso S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Lebih terperinci

TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KAJIAN PERILAKU PRAGMATIS TERHADAP TINDAK TUTUR SANTRI TERHADAP KYAI DI PONDOK PESANTREN DI WILAYAH KOTA SEMARANG

KAJIAN PERILAKU PRAGMATIS TERHADAP TINDAK TUTUR SANTRI TERHADAP KYAI DI PONDOK PESANTREN DI WILAYAH KOTA SEMARANG KAJIAN PERILAKU PRAGMATIS TERHADAP TINDAK TUTUR SANTRI TERHADAP KYAI DI PONDOK PESANTREN DI WILAYAH KOTA SEMARANG Oleh: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro tiani.riris@gmail.com ABSTRACT The main

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya yang menjadikan kita sebagai makhluk yang unik Uno, H.B &

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya yang menjadikan kita sebagai makhluk yang unik Uno, H.B & 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia ini kaya akan keberagaman (diversity) dan keragaman (multiplicity) tentang pandangan bahasa, agama, adat istiadat, budaya dan sebagainya yang menjadikan kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Istilah implikatur diturunkan dari verba to imply yang berarti menyatakan sesuatu

II. LANDASAN TEORI. Istilah implikatur diturunkan dari verba to imply yang berarti menyatakan sesuatu 9 II. LANDASAN TEORI 2.1 Implikatur Istilah implikatur diturunkan dari verba to imply yang berarti menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Secara etimologis, to imply berarti membungkus atau menyembunyikan

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Bahasa adalah komunikasi atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM BERKOMUNIKASI DOSEN DAN MAHASISWA IAIN RADEN INTAN LAMPUNG. MARDIYAH

KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM BERKOMUNIKASI DOSEN DAN MAHASISWA IAIN RADEN INTAN LAMPUNG. MARDIYAH KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM BERKOMUNIKASI DOSEN DAN MAHASISWA IAIN RADEN INTAN LAMPUNG MARDIYAH Email: mardiyah@radenintan.ac.id DOSEN FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI IAIN RADEN INTAN LAMPUNG Abstrak

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO Oleh: Nuri Gusriani 1, Atmazaki 2, Ellya Ratna 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Di Unduh dari : Bukupaket.com bab 5 kejujuran gambar 5.1 tesa sedang berkumpul dengan teman temannya lihatlah gambar di atas tesa sedang berkumpul dengan teman temannya tentu kalian juga sering melakukannya setiap hari kita bergaul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang

Lebih terperinci