KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG RSBI/SBI PADA MASA YANG AKAN DATANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG RSBI/SBI PADA MASA YANG AKAN DATANG"

Transkripsi

1 KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG RSBI/SBI PADA MASA YANG AKAN DATANG Disusun oleh : Rahmat Makalah disajikan pada seminar yang dilaksanakan oleh Fakultas Pendidikan Universitas Sebelas Maret pada tanggal 26 Februari 2011 dalam rangkaian acara Diesnatalis Universitas Sebelas Maret di Solo Pendahuluan Kebijakan pemerintah tentang penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) merupakan bagian dari sistem pembinaan pendidikan dalam penerapan standar sistem pendidikan nasional pendidikan dalam konteks persaingan global. Penetapan kebijakan ini sangat bermakna dalam sejarah perkembangan pendidikan di negeri ini. Karena setelah merdeka 65 tahun, baru kali ini Indonesia secara formal mencanangkan program untuk meraih kesetaraan bahkan meraih keunggulan mutu pendidikan pada persaingan global. Penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional SBI adalah sekolah yang telah (SBI) yang didahului dengan penyelenggaraan Rintisan memenuhi SNP dan diperkaya Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) menjadi dengan keungulan mutu tertentu kebutuhan mendesak. Membangun sekolah yang dari negara maju. sudah memenuhi seluruh SNP serta diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu yang berasal dari negara maju 1 merupakan modal dasar pembangunan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Dalam konteks ini pelaksanaan program RSBI/SBI pada hakekatnya merupakan strategi alternatif perbaikan mutu pendidikan dalam memenuhi hak tiap warga negara sesuai amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Dari sisi lain RSBI/SBI merupakan kebijakan memeratakan mutu sekolah di seluruh penjuru tanah air dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing lulusan dari tiap daerah yang memenuhi keunggulan yang setara untuk memperoleh kesempatan belajar yang luas pada sekolah-sekolah unggul di tanah air. Kebijakan penyelenggran SBI merupakan alternatif perbaikan mutu pendidikan dalam menyetarakan mutu sumber insani dalam konteks naional dalam persaingan global Dilihat dari kepentingan otonomi daerah, penyelenggaraan RSBI/SBI menjadi medan persaingan antar-daerah untuk mewujudkan keunggulan sumber daya insani, meningkatkan nilai modal dasar pembangunan agar lebih kompetitif pada masa kini dan pada masa mendatang. Karena itu, pemerintah daerah sesungguhnya memiliki kepentingan strategi dalam pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan RSBI/SBI sebagai media untuk 1 Permendiknas Nomor 78/2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Rintisan Bertaraf Intenasional

2 mengembangkan mutu sumber daya manusia pada tingkat nasional serta dalam memenuhi keunggulan pada taraf global. Nilai Kebijakan Pemikiran yang sejalan dengan kosep kebijakan pembaharuan sekolah menurut Thomas J. Sergovanni 2 terdapat empat nilai yang cukup kuat yang berpasangan serta melekat dalam sistem pembaharuan sekolah, yaitu, excellence (keunggulan), liberty (kebebasan), equity (keadilan, kewajaran), dan efficiency (efisiensi). Nilai yang mendasari kebijakan pendidikan menurut Sergovanni: excellence, liberty, equity, efficiency Komposisi keempat nilai tersebut dipasangkan dalam posisi dua bidang yang membentuk pasangan yang variatif dan bersebrangan seperti yang terlihat pada diagram di bawah ini. Diagaram Nilai Dasar Pembaharuan Kebijakan Pendidikan Excellence Keunggulan Bureaucratic Elitism Decentralized Elitism Eficiency Efisiensi Liberty Kebebasan Bureaucratic Liberalism Egalitarian Liberalism Equity Keadilan/ Kewajaran Perpaduan nilai keunggulan dengan kebebasan menghasilkan komposisi desentralisasi-elitis, perpaduan kebebasan-keadilan menghasilkan komposisi kebebasansetara, nilai keadilan-efisiensi menghasilkan komposisi birokratis-liberal, dan nilai keunggulan dengan efisiensi menghasilkan komposisi birokratis-elitis. Kebijakan pengelolaan SBI memiliki sifat dasar desentralisasi-elitis. Oleh karena itu, standar menetapkan pada tiap kabupaten/kota minimal terdiri atas satu sekolah pada tiap jenjang. Nilai desentralisasi-elitis tergambar pula dalam tujuan yang hendak dicapai melalui penetapan kebijakan, yaitu untuk menghasilkan standar lulusan yang memiliki kompetensi sebagai berikut; 2 Thomas J Sergovanni, Martin Burlingame, Fred S. Coombs, Paul W. Thurston, Educational Governance and Administration, Second Edition, Prentice-Hall, Ind. Englewood Cliffs, New Jersey.

3 kompetensi sesuai SKL yang diperkaya dengan standar kompetensi negara maju; daya saing komparatif tinggi pada keunggulan lokal di tingkat internasional kemampuan bersaing dalam berbagai lomba internasional; kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris; adaptasi dan kolaborasi internasional kemampuan menggunakan TIK 3 Kebijakan penyelenggaraan SBI mendorong sekolah mengembangkan keunggulan lokal sesuai dengan potensi yang sekolah miliki. Sekolah dapat menentukan keunggulan secara mandiri. Pengalokasian sumber daya pendidikan dan kebebasan berekspresi dalam menentukan aktivitas pengembangan inovasi, kolaborasi, dan kompetisi pada tingkat satuan pendidikan. Efektivitas sekolah diukur dengan prestasinya dalam menghasilkan siswa yang dapat meraih prestasi akademik dan non-akademik serta kolaborasi pada tingkat nasional dan internasional. Nilai-nilai keunggulan itu tumbuh apabila sekolah telah menerapkan standar nasional pendidikan dengan efektif. Sekolah telah membangun suasana belajar dan proses belajar yang kondusif. Kebijakan ini juga menggariskan pentingnya mengembangkan budaya kompetitif yang kondusif bagi pencapaian prestasi puncak. Untuk itu dibutuhkan usaha pengelola pendidikan untuk melakukan kompetisi yang teratur yang melibatkan tiap satuan pendidikan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan olahraga. Penetapan standar kompetensi bidang TIK dan dan berbahasa Inggris telah membangkitkan kesadaran tentang pentingnya hal itu sebagai bekal siswa pada kehidupannya di masa depan. Dampak dari itu, penggunaan internet berkembang masif di seluruh sekolah penyelenggara. English Day diimplementasikan di hampir seluruh sekolah sekali pun belum dapat mendongkrak penguatan siswa berbahasa Inggris. Pelaksanaan pembelajaran bilingual yang sebagai karakter khusus RSBI di awal pelaksanaan kebijakan, menghadapi kendala karena penyiapan guru-gurunya diserahkan kepada sekolah secara mandiri. Penguatan upaya membangun jejaring kerja sama internasional menjadi bidang yang menarik perhatian sekolah. Sekolah yang memiliki kesiapan untuk membangun jejaring pada level internasional efektif memerankan liaison officer sehingga meningkatkan partisipasi para ahli dalam pengelolaan sekolah. Kunjungan kepala sekolah, guru, dan siswa ke sekolah mitra kerja di negara-negara lain bertambah. Hasil kompetisi siswa pada taraf internasional telah membuktikan bahwa anak bangsa berpotensi besar. Namun perkembangan itu belum sejalan percepatannya dengan mutu pelayanan belajar di sekolah-sekolah. Fokus perhatian pada atribut-atribut keunggulan telah menyerap perhatian sekolah namun pada bidang substansial seperti pada strategi pembelajaran dan sistem penjaminan mutu belum menunjukkan efektivitas sebagaimana yang diharapkan dalam prinsip-prinsip standardisasi pendidikan. Apa yang sesungguhnya terjadi dalam wilayah mikro seperti pada proses pengelolaan dan pembelajaran sehari-hari di sekolah dalam rangka mengubah visi menjadi aksi belum dapat terukur secara objektif. 3 Pemendiknas 78/2009 Pasal 2

4 Semua aktivitas pembaharuan itu telah meningkatkan kemandirian sekolah dalam menentukan kebijakan mutu dan strategi meraih keunggulan pada sistem sekolah secara nasional dan meningkatkan kemandirian sekolah dalam level nasional dan internasional. Fokus Utama Implementasi Kebijakan Fokus utama implementasi kebijakan adalah menempatkan standar sebagai the rules of a fair game di sekolah. Aturan main itu seharusnya terbuka kepada publik. Sekolah menentukan indikator kunci efektivitas, mengukur tingkat efektivitas, menggunakan target mutu sebagai tantangan. 4 Prinsip itu sesuai dengan pemikiran yang diungkapkan Ouglas B. Reeves. Secara empirik pembaharuan sekolah bertaraf internasional telah meningkatkan kecepatan pemenuhan standar sarana-prasarana. Luas lahan dan kelayakan gedung menjadi wacana utama pemenuhan standar. Di samping itu, kebersihan, kerindangan, dan keindahan sekolah berkembang cepat. Keunggulan sekolah dalam memenuhi standar ISO, sister school, dan kolaborasi internasional telah menjadi bidang yang sangat banyak menyerap perhatian. Meskipun demikian, pemerataan prestasi dalam kompetisi agaknya tidak mungkin dapat terwujud. Sekolah-sekolah yang memiliki kultur dengan kebutuhan berprestasi yang rendah terjebak dalam lingkar kebingungan mendapatkan alternatif solusi membangun daya kompetisi. Buah pikir Edward Salis tentang mutu ada dua aspek, yaitu, mengukur kesesuaian dengan spesifikasi dan kedua memenuhi kebutuhan pelanggan 5 Pemenuhan mutu meliputi dua. Pada kedua aspek itu terdapat dua kaidah yang kata kunci yaitu pengukuran dan menjadi perhatian sekolah yaitu pengukuran dan peningkatan untuk memenuhi pemenuhan. Penerapan prinsip pemenuhan standar kebutuhan pelanggan. melahirkan dua konsekuensi, yaitu, merumuskan rencana dan melaksanakan peningkatan mutu. Penerapan standar ISO dalam meningkatkan mutu pengelolaan dan pembelajaran menjadi strategi terpilih. Penerapan prinsip-prinsip ISO melalui penetapan kebijakan mutu dan penjaminan mutu dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan sekolah melalui penerapan manajemen modern. memenuhi SKL nasional yang diperkaya standar negara maju, berkeunggulan lokal, memiliki daya kolaborasi dan kompetisi internasional : mampu berbahasa Inggris dan pengguna TIK Meskipun begitu, harapan itu dapat terwujud jika sekolah menerapkan standar proses yang tercermin dalam proses dan dokumen. Yang terjadi pada saat ini berbagai instrumen pengukuran terjebak dalam penelusuran bukti fisik dalam bentuk dokumen. 4 Ouglas B. Reeves,2002. The Leader,s Guide to Standar: A Blueprint for Educational Equity and Excellence, The Jossey-Bass Education Series, A Wiley Imprint, San Francisco. 5 Edward Sallis,1993. Total Quality Management in Education. British Library Catalog in Publication Data, Great Britain by Biddles Ltd Guildford ank King,s Lynn.

5 Sekolah mulai membangun budaya mutu dengan menerapkan standar ISO. Model siklus pengendalian mutu Plan, Do, Check, Act 6 sebagai proses pemecahan masalah merupakan konsep yang harus diintegrasikan dalam sistem pemenuhan standar dalam delapan standar nasional pendidikan. Di samping itu penetapan standar penyelenggaraan satuan pendidikan dengan melaksanakan sistem informasi pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan subsistem dari sistem informasi pendidikan nasional. Penerapan standar sesungguhna mendorong sekolah lebih mandiri mengembangkan budaya dan pengambilan keputusan berbasis data. Sistem penyelenggaraan sekolah menerapakan model pengelolaan berbasis data sehingga pengelolaan sistem informasi hasil pengukuran dan evaluasi diri menempati posisi yang strategis terutama dalam menyediakan data yang digunakan dasar pengambilan keputusan. Profil Pengelolaan Data yang dari Direktorat Pembina SMA pada tahun 2009/2010 mengenai hasil evaluasi kinerja sekolah menunjukkan rata-rata kinerja sekolah sebagai berikut; Tabel Rata-Rata Kinerja SMA RSBI Dalam Pemenuhan Standar NO STANDAR % 1 Pengelolaan 81,19% 2 Kurikulum / Isi 85,86% 3 Standar Kompetensi Lulusan 66,07% 4 Proses Pembelajaran 82,64% 5 Penilaian 80,32% 6 Pendidik dan Tenaga Kependidikan 73,61% 7 Sarana dan Prasarana 79,44% 8 Pembiayaan 74,37% Jumlah 77,46% Pada tabel di atas, kinerja sekolah dalam memenuhi standar SKL berada pada posisi terendah dibandingkan dengan kinerja pada standar yang lain. Penilaian kinerja sekolah dalam standar SKL diukur dengan pencapaian siswa dalam meraih sesuai kriteria ketuntasan, pencapaian rata-rata nilai UN, kompetensi siswa dalam meraih prestasi dalam kopetisi, siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi, dan penguasaan TIK serta Bahasa Inggris. Evaluasi kinerja hingga saat ini belum menyentuh data empirik yang sesungguhya berproses di sekolah. Data yang terhimpun lebih banyak diperoleh melalui penelusuran dokumen dan artefak yang dapat diamati oleh evaluator. 6

6 Kendala dan Permasalahan menunjukkan Masalah yang lebih mendalam dalam pengamatan pada beberapa sekolah bahwa dalam sistem pengelolaan RSBI masih memperlihatkan berbagai kelemahan utama yang fundamental seputar kebijakan penyelenggaran SBI, yaitu 1. Implementasi kebijakan tanpa dipersiapkan sumber daya manusianya terlebih dahulu secara terencana. Pembelajaran bilingual dicanangkan tanpa menyiapkan guru-guru yang berkompetensi. 2. Sekolah belum menetapkan indikator kunci efektivitas pemenuhan standar terintegrasi dengan sistem penjaminan mutu dan perbaikan mutu berkelanjutan. 3. Pendidik dan tenaga kependidikan belum menguasai pengetahuan dan keterampilan menerapkan standar sehingga pemetaan target mutu lulusan belum sejalan dengan penyempurnaan kurikulum, penjaminan proses pembelajaran, pejaminan proses penilaian, dan peningkatan kompetensi pendidik yang sesuai dengan kebutuhan pencapaian target mutu. 4. Pemetaan target mutu yang elitis seperti meraih pretasi internasional dan penetapan target pelayanan siswa secara keseluruhan belum mendapat pembagian yang proporsional. Memenangkan prestasi puncak dan pengembangan kerja sama internsional, misalnya, mendapat perhatian lebih besar daripada mengukur perkembangan belajar siswa secara berkala. 5. Dampak dari perkembangan yang kurang sehat, serta rendahnya perhatian penyelenggara kebijakan terhadap pentingnya penyebaran informasi kinerja yang memenuhi target mutu, maka perkembangan ini berdampak pada keputusan politik. 6. Perguruan tinggi terlambat mengantisipasi kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan yang dibutuhkan program RSBI/SBI. 7. Masalah pada tingkat makro, Pemerintah terlambat pula membangun model sekolah rujukan. Idealnya setiap keunggulan yang dapat dijadikan model pada sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai penyelenggara diangkat dan didesiminasikan. Dengan demikian pemodelan tidak perlu menunggu satu sekolah sempurna dalam memenuhi seluruh kriteria, namun setiap bagian mutu yang memenuhi harapan dapat dijadikan model. 8. Dengan sifat yang elitis, desentralisasi dan ekslusif, RSBI mendapat apresiasi negatif dari publik pendidikan dan umum. Masalah ini diperparah dengan tumbuhnya penilaian bahwa dana yang disalurkan pemerintah serta yang dipungut dari masyarakat terlalu besar dibandingkan dengan output yang dapat sekolah wujudkan Dalam bisnis waralaba standar sistem telah terbukti mampu diduplikasi, diadopsi, dan diadaptasi untuk menberikan pelayaan yang relatif sama. Pengembangan bisnis waralaba seperti Indomaret, Alfamart, hingga Kentucky Fried Chicken dan sejenisnya telah membuktikan efektivitas sistem standar yang disempurnakan melalui aplikasi standar secara empirik dapat menghasilkan unit-unit baru yang bermutu. Hingga saat ini kita belum mendapatkan model sistem 8 standar nasional pendidikan yang aplikatif dan praktis. Permendiknas masih perlu dijabarkan lebih lanjut pada berbagai

7 Prosedur Operasional Standar (POS) yang bisa diubah ke dalam bentuk aksi sehari-hari di sekolah. Kebijakan Pemerintah di Masa Mendatang Berbagai peraturan pemerintah memandu sekolah menetapkan kebijakan tata kelola pendidikan untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan. 7 Terjaminnya pengelolaan RSBI bergantung pada kecerdasan pemangku kepentingan dalam menetapkan dan menterjemahkan visi dan misi ke dalam aksi. Harapan itu tidak sepenuhnya terwujud. Bersamaan dengan itu, pertumbuhan persepsi publik yang memburuk telah meningkatkan apresiasi politik yang lemah, maka pemerintah mendapat beban politis yang berat dalam penyelenggaraan kebijakan RSBI. Oleh karena itu, kebijakan untuk mendorong sekolah agar lebih efektif melaksanakan strategi pembaharuan mutu harus terus ditingkatkan, Sekolah tidak boleh surut dalam memenuhi nasional pendidikan, melaksanakan pengawasan dan evaluasi, dan mengelola sistem informasi manajemen. Di samping itu satuan pendidikan wajib melakukan pembinaan berkelanjutan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mencapai prestasi puncak di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga pada tingkat satuan pendidikan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan internasional. Untuk menumbuhkan iklim kompetitif yang kondusif bagi pencapaian prestasi puncak satuan pendidikan melakukan secara teratur kompetisi di satuan atau program pendidikan dalam bidang: ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga. Dengan memperhatikan permasalah yang ada tanpaknya kebijakan pemerintah ke depan akan melaksanakan beberapa kebijakan strategis sebagai berikut: Mengevaluasi kinerja sekolah dalam pemenuhan standar, menyeleksi sekolah yang memenuhi kriteria SBI untuk dikukuhkan statusnya menjadi sekolah bertaraf internasional. Melaksanakan pembinaan terhadap sekolah yang telah memenuhi kriteria SBI. Menghentikan bantuan kepada sekolah yang telah dibantu dalam jangka waktu tertentu namun tidak menunjukkan kemajuan sesuai kriteria. Mengalihkan bantuan kepada sekolah lain yang berpotensi untuk dibina sehingga berpotensi menjadi SBI. Menyediakan ajang kompetisi dan kolaborasi. Pengurangan jumlah bantuan dana untuk penyelenggaraan untuk tiap satuan pendidikan. 7 Peraturan Pemerintah Nomor 17 /2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

8 Mendorong perguruan tinggi untuk menyediakan mutu sumber daya manusia yang sesuai kebutuhan pengembangan RSBI. Mengalihkan kewenangan pembinaan sebagian sekolah dari Kabupaten/Kota ke pemerintahan propinsi. Berbagai isu dan alternatif solusi itu, menjadi pertimbangan yang terus dibicarakan para penimbang kebijakan pada hari-hari belakangan ini. Succes story Kepala Sekolah Dalam Pengelolan RSBI/SBI Tugas utama kepala sekolah adalah mewujudkan keunggulan. Keunggulan utama adalah yang dapat memfasilitasi siswa belajar dan guru mengajar sehingga sekolah menghasilkan mutu lulusan sesuai dengan target yang direncanakan. Untuk mewujudkan keunggulan yang dikembangkan melalui kerja sama dengan pendidik dan tenaga kependidikan untuk memfasilitasi siswa mengembangkan potensi dirinya, maka kepala sekolah perlu memperhatikan berbagai kiat yang diangkat dari kesuksesan memegang tampuk kepemimpinan di sekolah. Kiat ini dikembangkan dari dasar pemikiran; Tinggi rendahnya prestasi sekolah bergantung pada tingkat keyakinan kepala sekolah dan warga sekolah dapat meraih target mutu. Sekolah yang sukses memiliki kepala sekolah yang terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Inti dari kepemimpinan Kepala sekolah adalah pengambil keputusan, baik sekali apabila menjadi yang dominan namun tidak mendominasi. Keberhasilan lebih ditentukan oleh kecerdasan emosional daripada oleh kecerdasan intelektual. Kuatnya belajar adalah melalui pengulangan dan kekerapan mengekspresikan buah pikiran kepada orang dalam sekolah sebagai organisasi pembelajar. Berdasarkan sejumlah pemikiran itu, dapat dikembangkan berbagai cerita sukses melakukan pembaharuan sekolah perlu memperhatikan kiat sukses sebagai berikut: Pertama, dalam mengembangkan kebijakan dan aksi kebijakan sekolah, kepala sekolah perlu mendefiniskan target yang tinggi yang dapat dijabarkan ke dalam aksi sehari-hari di sekolah. Target rendah akan membuat warga sekolah bekerja seadanya. Target akan lebih bermakna jika didesiminasikan kepada penyelenggaraan, ubahlah target kebijakan ke dalam tansaksi dan aksi individu atau kelompok.

9 Kedua, kemampuan profesional kepala sekolah ditentukan dengan pengetahuan yang selalu terbarukan dan keterampilan yang selalu diperbaiki. Pengetahuan dan keterampilan menerapkan standar merupakan bagian strategis yang perlu kepala sekolah pertajam bersamaan dengan usaha mengekspresikan dukungan terhadap pengembangan pengetahuan dan keterampilan guru dan siswa. Ketiga, meningkatkan mutu berkelanjutan memerlukan tenaga, pikiran, usaha, waktu, dan proses yang bertahap dan berkelanjutan. Energi yang dibutuhkan untuk itu banyak. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu menjaga kekompakan dan kebersamaan agar tujuan tercapai. Keempat; banyak sekolah yang gagal mengembangkan keunggulan karena masing-masing individu bergerak sendiri-sendiri karena kepala sekolah kuang tepat dalam menempatkan diri di tengah dinamika perkembangan sekolah. Keharmonisan hubungan kerja, perasaan senasib dan sepenanggungan, rasa memiliki terhadap sekolah penting untuk dipupuk melalui program yang terencana dan diimplementasikan secara terkontrol. Rasa kebersamaan dalam mengejar target yang tinggi adalah modal penting mengembangkan keunggulan sekolah. Kunci sukses mengembangkan kebersamaan adalah melalui pengembangan komunikasi. Kelima; ulangilah sesuatu yang baik dan tambahlah kebaikan itu untuk menjadi kebiasaan hingga menjadi kultur di sekolah. Kuatnya pendidikan adalah melalui pengulangan dan mengembangkan kebiasaan baru yang adaptif terhadap pengemangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengulangan membuat kepala sekolah harus menjadi contoh, bukan sebagi pemberi contoh. Memberi peluang kepada setiap orang untuk mengekspresikan intuisinya, imajinasinya, serta pikirannya menjadi sebagian kunci sukses meraih keunggulan sekolah. Demikian uraian singkat ini, saya sajikan. Meskipun sedikit mudah-mudahan ada faedahnya. Terima kasih. DAFTAR BACAAN Edward Sallis,1993. Total Quality Management in Education. British Library Catalog in Publication Data, Great Britain by Biddles Ltd Guildford ank King,s Lynn. Ouglas B. Reeves,2002. The Leader,s Guide to Standar: A Blueprint for Educational Equity and Excellence, The Jossey-Bass Education Series, A Wiley Imprint, San Francisco. Thomas J Sergovanni, Martin Burlingame, Fred S. Coombs, Paul W. Thurston, Educational Governance and Administration, Second Edition, Prentice-Hall, Ind. Englewood Cliffs, New Jersey. Pemendiknas 78/2009 Pasal 2 Permendiknas Nomor 78/2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Rintisan Bertaraf Intenasional Peraturan Pemerintah Nomor 17 /2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

SBI adalah sekolah yang telah memenuhi SNP dan diperkaya dengan keungulan mutu tertentu dari negara maju.

SBI adalah sekolah yang telah memenuhi SNP dan diperkaya dengan keungulan mutu tertentu dari negara maju. 26 Pebruari 2011 SBI adalah sekolah yang telah memenuhi SNP dan diperkaya dengan keungulan mutu tertentu dari negara maju. Kebijakan penyelenggran SBI merupakan alternatif perbaikan mutu pendidikan dalam

Lebih terperinci

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Abstrak

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Abstrak Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Adi Dwi Susanto Arifin Nur Ahmadi Bhian Rangga JR Ika Nourma Sari Intan Purnamasari K5410004 K5410008 K5410012 K5410025 K5410026 Abstrak Manajemen Berbasis Sekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEWENANGAN PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN RSBI/SBI menurut PP No 17/2010

KEWENANGAN PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN RSBI/SBI menurut PP No 17/2010 KEWENANGAN PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN RSBI/SBI menurut PP No 17/2010 Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 KEWENANGAN PEMERINTAH (PUSAT) Kewenangan

Lebih terperinci

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri untuk berbagi pengalaman Oleh: Mardiyana Disampaikan pada Seminar Nasional Di FKIP UNS Surakarta, 26 Februari 2011 Landasan

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL

TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LANDASAN KONSEPTUAL Definisi Umum: SBI adalah sekolah/madrasah yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Abstrak Evaluasi kinerja penyelenggaraan rintisan SMA bertaraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbaikan mutu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia telah lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Untuk itu diperlukan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LATAR BELAKANG PROGRAM SBI 1. Pada tahun 90-an, banyak sekolah-sekolah yang

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa tujuan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Penyelenggara pendidikan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional kita telah beberapa kali mengalami pembaharuan kurikulum, mulai dari Kurikulum 1994 sampai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk

BAB I P E N D A H U L U A N. pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Selama ini ekspansi sekolah tidak menghasilkan lulusan dengan pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan; meliputi input, proses, output, dan outcome; yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR 41 LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang:

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 TH. 2010 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan atau wawasan, mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju kesuksesan

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang Mengingat : a. bahwa pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Berikut Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) DIMENSI KOMPETENSI INDIKATOR Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Merumuskan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa pendidikan nasional

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa dalam mewujudkan masyarakat Bantul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA TERNATE, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA

Lebih terperinci

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) LATAR BELAKANG PROGRAM SBI 1. Pada tahun 90-an, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh suatu yayasan dengan menggunakan identitas internasional tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sebagai saka utama negara dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah Indonesia guna meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia Indonesia yang rendah disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar mempunyai daya saing dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terjadinya kompetisi bagi lembaga pendidikan yang tidak hanya bersifat lokal atau regional saja, tetapi juga internasional. Kompetisi global

Lebih terperinci

DRAFT RENCANA STRATEGIS

DRAFT RENCANA STRATEGIS DRAFT RENCANA STRATEGIS UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2012-2017 DISCLAIMER: Draft ini diedarkan dalam mailing list DosenUGM dalam rangka mensukseskan Pemilihan Dekan di lingkungan UGM Tahun 2012. Materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah terus berupaya memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Sejalan dengan itu,

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Tjondro Indrasutanto Abstrak. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor ketersediaan jaminan mutu oleh penyelenggara pendidikan. Peran pendidikan dalam membangun terciptanya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN BAB I BAB I BAB I 1 A Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan untuk menjawab tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasayarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut

Lebih terperinci

1. Jatidiri prodi 2. Makna tatapamong 3. Tatapamong dalam konteks SNP 4. Tatapamong dalam perspektif kegiatan akreditasi BAN PT

1. Jatidiri prodi 2. Makna tatapamong 3. Tatapamong dalam konteks SNP 4. Tatapamong dalam perspektif kegiatan akreditasi BAN PT 1. Jatidiri prodi 2. Makna tatapamong 3. Tatapamong dalam konteks SNP 4. Tatapamong dalam perspektif kegiatan akreditasi BAN PT 5. Tatapamong prodi yang efektif 6. Pengembangan tatapamong prodi S1 PGSD

Lebih terperinci

STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR PENGELOLAAN SMP

STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR PENGELOLAAN SMP STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR PENGELOLAAN SMP Paningkat Siburian Abstrak Strategi pencapaian standar pengelolaan pendidikan merupakan cara dan upaya untuk merubah pengelolaan pendidikan pada SMP saat ini

Lebih terperinci

mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009).

mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejatinya bukan hanya sekedar proses transfer pengetahuan saja, atau melainkan juga mengembangkan aspek intelektual, tapi juga merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang

Lebih terperinci

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR A. Tujuan dan Sasaran Strategis Berdasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta misi dan visi Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan membahas tentang: 1) latar belakang; 2) fokus penelitian; 3) rumusan masalah; 4) tujuan penelitian; 5) manfaat penelitian; dan 6) penegasan istilah.

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd Pendidikan bermutu dalam pembangunan sebuah bangsa (termasuk di dalamnya pembangunan pada lingkup kabupaten/kota) adalah suatu keniscayaan, melalui pendidikan bermutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan sumberdaya manusia dipersiapkan untuk memiliki kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, terjadi perkembangan dan persaingan yang sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, 2010:10) teknologi

Lebih terperinci

MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH By: Estuhono, S.Pd, M.Pd Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Estuhono, S.Pd, M.Pd Latar Belakang Muncul MBS 1. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

INSTRUMEN AUDIT MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ISLAM MALANG

INSTRUMEN AUDIT MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ISLAM MALANG UNIVERSITAS ISLAM MALANG INSTRUMEN AUDIT MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ISLAM MALANG Kode : UNISMA-PPM.01.05.15 Tanggal : Revisi : 1 Halaman : 1 dari 9 INSTRUMEN AUDIT MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas (mutu) yang dapat diterima oleh masyarakat secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. kualitas (mutu) yang dapat diterima oleh masyarakat secara langsung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberlangsungan suatu satuan pendidikan tidak dapat lepas dari kualitas (mutu) yang dapat diterima oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Mutu

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Milenium ketiga merupakan tonggak bagi bangsa-bangsa untuk melakukan

BAB. I PENDAHULUAN. Milenium ketiga merupakan tonggak bagi bangsa-bangsa untuk melakukan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Milenium ketiga merupakan tonggak bagi bangsa-bangsa untuk melakukan perubahan dalam berbagai macam aspek kehidupan, Pada awal millenium ini para pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI KOTA YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI KOTA YOGYAKARTA LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI KOTA YOGYAKARTA Peneliti Prof. Dr. Wuradji, M.S. Prof. Dr. Muhyadi PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENCAPAIAN INDIKATOR IKKT PADA PENYELENGGARAAN SMK RSBI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENCAPAIAN INDIKATOR IKKT PADA PENYELENGGARAAN SMK RSBI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENCAPAIAN INDIKATOR IKKT PADA PENYELENGGARAAN SMK RSBI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Amat Jaedun (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, FT UNY) Abstrak Penelitian ini bertujuan:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi I. KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi SMM ISO 9001:2000 terhadap penjaminan mutu kinerja sekolah yang dilaksanakan di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro 47 IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro Pembangunan Kota Metro bersandar pada Visi Kota Metro jangka panjang, yaitu terwujudnya Metro sebagai kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan unsur penunjang lainnya termasuk sumber dana. Potensi - potensi itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan unsur penunjang lainnya termasuk sumber dana. Potensi - potensi itu dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dan keberhasilan satuan pendidikan sangat ditentukan dari pengelolaan sumber daya yang meliputi sumber daya manusia, sarana prasarana dan unsur penunjang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Seringkali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT EDISI X 1

BAB 1 PENDAHULUAN PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT EDISI X 1 BAB 1 PENDAHULUAN Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat disamping melaksanakan pendidikan sebagaimana diamanahkan oleh Undangundang Nomor 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan titik berat pembangunan dalam memasuki era global. Era globalisasi dan pasar bebas tingkat AFTA dan AFLA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program peningkatan mutu pendidikan, di antaranya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. program peningkatan mutu pendidikan, di antaranya adalah program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (sekarang Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan) mulai tahun 2003 mengembangkan program peningkatan mutu pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pendidikan berkaitan erat dengan proses pendidikan. Tanpa proses pelayanan pendidikan yang bermutu tidak mungkin diperoleh produk layanan yang bermutu. Banyak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG PEMBINAAN PRESTASI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

1. Latar Belakang Kemunculannya

1. Latar Belakang Kemunculannya KURIKULUM SBI 1. Latar Belakang Kemunculannya 1. Pada era 90 1n banyak berdiri sekolah swasta dengan identitas internasional tanpa standar yang jelas 2. Banyak orangtua yang berkemampuan mengirim anak-anaknya

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH 5.1 VISI DAN MISI KOTA CIMAHI. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Komponen kelembagaan sekolah; kurikulum, proses dan hasil belajar, administrasi dan manajemen satuan pendidikan, organisasi kelembagaan satuan

Komponen kelembagaan sekolah; kurikulum, proses dan hasil belajar, administrasi dan manajemen satuan pendidikan, organisasi kelembagaan satuan Komponen kelembagaan sekolah; kurikulum, proses dan hasil belajar, administrasi dan manajemen satuan pendidikan, organisasi kelembagaan satuan pendidikan, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan,

Lebih terperinci