BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peralatan, atau alat-alat yang digunakan untuk mendukung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peralatan, atau alat-alat yang digunakan untuk mendukung"

Transkripsi

1 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Jenis Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Untuk mengoperasikan kegiatan usahanya, perusahaan menggunakan berbagai macam peralatan, atau alat-alat yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional. Peralatan yang digunakan itu dapat berupa peralatan, mesin-mesin, bangunan, tanah, dan sebagainya yang disebut sebagai aktiva tetap. Aktiva tetap merupakan salah satu dari komponen aktiva (harta) milik perusahaan yang umumnya paling dominan di dalam struktur neraca. Dari sudut nilai, ia selalu merupakan bagian terbesar dari seluruh aktiva. Sedangkan dari sudut penggunaannya, ia merupakan jenis aktiva yang paling lama digunakan di dalam perusahaan, karena ia memiliki umur pemakaian yang panjang. Untuk mengetahui aktiva tetap lebih jauh, disini akan diuraikan mengenai pengertian aktiva tetap. Menurut Mulyadi (2002:179) mengemukakan pengertian aktiva tetap sebagai berikut, Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Sesuai dengan defenisi diatas, maka aktiva tetap harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut: 18

2 19 a. Berwujud, artinya mempunyai bentuk fisik, dengan kata lain dapat dilihat maupun dapat diraba oleh manusia. b. Digunakan dalam operasi perusahaan, artinya aktiva tetap tersebut benar-benar dipergunakan dalam operasi perusahaan. Oleh sebab itu aktiva yang mempunyai bentuk aktiva tetap, tetapi tidak dipergunakan dalam kegiatan normal perusahaan tidak dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap. Misalnya, perusahaan memiliki sebidang tanah yang telah beberapa tahun belum dimanfaatkan (masih dalam keadaan kosong), dan dalam waktu dekat juga belum ada rencana untuk memanfaatkannya, maka tanah tersebut tidak dapat dikelompokkan sebagai aktiva tetap, tetapi dikelompokkan sebagai aktiva lainlain. c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, artinya bahwa aktiva tersebut dimaksudkan tidak untuk dijual kembali. Misalnya, membeli mobil untuk dijual kembali dengan tujuan memperoleh keuntungan, maka mobil tersebut tidak dapat dikelompokkan sebagai aktiva tetap, tetapi rumah yang dimiliki oleh perusahaan real estate, yang dipakai sebagai kantor merupakan aktiva tetap dan rumah yang telah selesai dibangun tetapi belum terjual bukan kelompok aktiva tetap melainkan sebagai persediaan. d. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, artinya berwujud tersebut digunakan lebih dari satu kali periode kegiatan perusahaan. 19

3 20 Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 16.2) definisi aktiva tetap adalah aset berwujud yang: 1. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan 2. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Aktiva tetap adalah jenis aktiva yang digunakan dalam operasi, namun keterlibatan atau peranan dari tiap-taip perusahaan tidak sama. Keterlibatan aktiva tetap tergantung dari jenis dan sifat usahanya. Misalnya bangunan bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang perhotelan, merupakan aktiva tetap yang langsung berperan aktif dalam memberikan pendapatan. Tetapi bagi perusahaan angkutan, bangunan merupakan aktiva tetap yang bersifat sebagai sarana penunjang. Sebaliknya bagi perusahaan angkutan (bus, taksi, dan lain-lain) merupakan aktiva tetap yang berperan aktif (terlibat langsung) dalam rangka memperoleh pendapatan. 2. Jenis Aktiva Tetap Aktiva tetap yang dinilai perusahaan bermacam-macam jenisnya dan bersifat heterogen. Adapun ragam aktiva tetap pada setiap perusahaan adalah tergantung pada jenis kegiatan perusahaan itu sendiri dan luasnya operasi perusahaan tersebut. Untuk tujuan akuntansinya maka aktiva tetap dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu: 20

4 21 a. Aktiva tetap tidak dapat disusutkan. Aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan adalah aktiva yang mempunyai umur atau masa kegunaannya yang tidak terbatas. Termasuk dalam aktiva jenis ini misalnya, tanah untuk bangunan kantor,atau untuk bangunan pabrik. Harga perolehan tanah ini tidak perlu disusutkan karena masa penggunaannya tidak terbatas dan fungsi tanah ini untuk kegiatan perusahaan di masa mendatang tidak akan mengalami penurunan dalam keadaan normal. b. Aktiva tetap dapat disusutkan. Aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah aktiva tetap yang umur atau masa penggunaannya terbatas. Jenis aktiva tetap yang dapat disusutkan terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu: 1). Aktiva tetap yang bila masa penggunaannya atau umurnya telah berakhir dapat diganti dengan aktiva sejenis. Aktiva semacam ini harga perolehannya dapat dialokasikan dengan cara menyusutkan (depresiasi). Jenis aktiva ini misalnya: bangunan, kendaraan, mesin-mesin pabrik, alat-alat perbengkelan, peralatan kantor, dan sebagainya. 2). Aktiva tetap yang bila masa penggunaannya atau umurnya telah berakhir tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis. Jenis aktiva tetap ini harga perolehannya dapat dialokasikan dengan cara menyusutkan (depletion). Misalnya: tanah,tambang, hutan, dan lain sebagainya. 21

5 22 Aktiva tetap dapat digolongkan sebagai berikut: 1). Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas Jenis aktiva tetap sudah jelas relatif tidak berubah bentuk wujudnya, sehingga tidak perlu dilakukan penyusutan terhadap harga perolehan, misalnya tanah yang dimiliki oleh perusahaan yang dipergunakan sebagai lokasi kegiatan perusahaan seperti tanah untuk tempat perusahaan, pertanian dan peternakan. 2). Aktiva tetap yang umurnya terbatas, dapat dibagi atas: a). Aktiva tetap yang apabila habis masa manfaat harus diganti dengan aktiva sejenisnya, untuk aktiva tetap ini dilakukan penyusutan (depresiasi) terhadap harga perolehan. Jenis aktiva tetap ini misalnya bangunan, gedung, mesin, kendaraan, dan lain-lain. b). Aktiva tetap yang apabila habis masa manfaat tidak dapat diganti dengan aktiva tetap sejenisnya, untuk aktiva tetap tersebut dilakukan penyusutan yang disebut dengan istilah Deplesi, misalnya sumber alam seperti lahan pertambangan, hutan, dan lain-lain. B. Perolehan dan Pencatatan Aktiva Tetap Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat diperoleh perusahaan dengan berbagai cara sehingga harga aktiva tetap yang diakui oleh perusahaan juga dipengaruhi oleh bagaimana cara yang dilakukan untuk memperoleh aktiva tetap yang dimaksud. Sebagaimana halnya dengan aktiva yang lain, maka aktiva tetap ini akan dicatatkan sebesar harga perolehannya (cost). 22

6 23 Menurut Soemarso (2005:20) harga perolehan adalah semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai di tempat dan siap digunakan. Dari defenisi diatas dapat dilihat bahwa harga perolehan suatu aktiva tetap tidak terbatas pada harga belinya saja. Termasuk dalam harga perolehan adalah biaya pengiriman, asuransi, pemasangan, dan bea balik nama. Hanya biaya yang bermanfaat untuk menyiapkan aktiva berumur panjang hingga dapat digunakan,yang termasuk ke dalam biaya aktiva tetap. Biaya-biaya yang dikeluarkan, tetapi tidak membuat aktiva tetap siap-pakai, tidak menambah manfaat dari aktiva tetap yang bersangkutan. Biaya-biaya semacam itu jangan dimasukkan sebagai bagian dari total biaya aktiva tetap. Sebagai contoh, biaya-biaya berikut harus didebit langsung ke dalam akun beban: Kerusakan akibatnya kekerasan Kesalahan pemasangan Pencurian yang tidak diasuransikan Kerusakan selama masa bongkar pasang Denda akibat tidak lengkapnya izin dari badan-badan pemerintah. Demikian juga bila dibeli aktiva tetap bekas, maka harga perolehan sampai siap pakai, seperti pengeluaran untuk suku cadang baru, ongkos perbaikan. Di pihak lain, biaya yang berkaitan dengan pembelian aktiva tetap tidak dimasukkan dalam perkiraan aktiva tetap itu, sejauh biaya tersebut tidak meningkatkan kegunaan aktiva yang bersangkutan. 23

7 24 Harga perolehan aktiva tetap merupakan dasar pencatatan suatu aktiva, harga perolehan tersebut mencakup seluruh biaya-biaya dalam rangka proses perolehan aktiva tetap. Proses perolehan aktiva tetap dimulai dari survey, pembelian, pengangkutan pemasangan sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Dan menurut Sofyan Syafri (2002:25) ada beberapa cara memperoleh aktiva tetap yaitu: a. Pembelian kontan b. Pembelian secara kredit jangka panjang c. Perolehan dengan surat berharga d. Diterima dari sumbangan atau ditemukan sendiri e. Dibangun sendiri f. Tukar tambah Dibawah ini penulis akan menguraikan tiap cara dari perolehan aktiva ini, a. Pembelian secara kontan uang kas. Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara pembelian tunai akan memerlukan b. Perolehan aktiva melaui pembelian secara kredit/angsuran Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara angsuran maka yang dibukukan sebagai harga perolehannya adalah jumlah uang yang dibayarkan. c. Perolehan aktiva tetap dengan pertukaran Sesuatu aktiva tetap yang diperoleh dengan cara pertukaran, maka harga perolehannya dari aktiva tetap tersebut ditetapkan sebesar harga pasar dari aktiva tetap yang diserahkan. 24

8 25 d. Perolehan aktiva tetap dengan saham / obligasi Aktiva tetap tersebut harus dicatat sebesar harga pasar saham. Bila harga pasar saham tidak diketahui, maka harganya ditetapkan sebesar harga pasar dari aktiva yang diperoleh. e. Perolehan aktiva tetap dengan cara pemberian Dalam hal ini perolehan aktiva tetap yang diserahkan oleh pihak lain (donasi) maka perusahaan harus mencatatnya sebesar harga pasar yang wajar dari aktiva tetap tersebut. Bila dalam hal ini ada dikeluarkan biaya tertentu, maka biaya tersebut haruslah dikurangkan ke nilai Modal Donasi. f. Perolehan aktiva tetap dengan dibuat sendiri / dibangun sendiri Dalam hal ini harga perolehannya adalah seluruh pengorbanan yang dikeluarkan dalam proses pembangunan itu. Bila dalam pembuatan itu terjadi pengeluaran biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan kalau dibeli dari pihak luar, maka kelebihan tersebut dibebankan dalam periode terjadinya, tetapi bila terjadi penghematan tersebut tidak boleh dinyatakan sebagai laba, melainkan tetap dianggap sebagai penghematan. C. Pengertian dan Tujuan Penyusutan Aktiva Tetap Bersamaan dengan berlalunya waktu, semua aktiva tetap kecuali tanah akan kehilangan kemampuan menghasilkan jasa. Dengan demikian harga perolehan aktiva ini harus dipindahkan ke perkiraan biaya secara teratur selama umur manfaatnya diharapkan. Biaya yang timbul akibat penggunaan aktiva tetap tidak boleh dibebankan langsung ke dalam periode akuntansi bersangkutan, tetapi harus 25

9 26 dialokasikan selama periode pemakaian aktiva tersebut. Alokasi biaya yang ditaksir karena berkurangnya kemampuan aktiva dalam suatu jangka waktu tertentu dalam akuntansi disebut dengan penyusutan atau depresiasi. Menurut Niswonger, Fess, Warren (1996:432), Penyusutan merupakan penurunan manfaat aktiva tetap secara periodik. Defenisi diatas mengemukakan bahwa bersamaan dengan berlalunya waktu, semua aktiva tetap kecuali tanah akan kehilangan kemampuannya menghasilkan jasa. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dan keterbelakangan teknologi. Dan harga perolehan aktiva semacam ini harus dipindahkan ke perkiraan beban secara teratur selama umur manfaatnya yang diharapkan. Menurut Earl K. Stice, James D. Stice, K. Fred Skousen (2005:104) Penyusutan adalah alokasi yang sistematis dari harga perolehan aktiva selama periode-periode berbeda yang memperoleh manfaat dari penggunaan suatu aktiva. Dari defenisi diatas menjelaskan akumulasi penyusutan bukanlah dana penggantian aktiva, melainkan jumlah seluruh harga perolehan aktiva yang telah dipergunakan selama periode-periode sebelumnya. Nilai buku (harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan) aktiva adalah harga perolehan aktiva yang tersisa yang akan diakumulasikan pada periode-periode yang akan datang tetapi bukan merupakan suatu perkiraan harga yang berlaku dari aktiva tersebut. Atau istilah penyusutan digunakan untuk menunjukkan alokasi harga perolehan 26

10 27 aktiva tetap berwujud yang dapat diganti, seperti gedung, mesin, peralatan, dan lain-lain. Cara pengalokasian harga perolehan aktiva aktiva dikenal dengan istilahistilah sebagai berikut: 1. Depreciation (penyusutan) 2. Depletion (deplesi) 3. Amortization (amortisasi) Ad 1. Depreciation (penyusutan) Istilah penyusutan digunakan sebagai alokasi periodik biaya atas aktiva tetap yang digunakan oleh manusia berulang kali untuk pendapatan periodik yang dihasilkan. Ad 2. Depletion (deplesi) Istilah deplesi digunakan sebagai alokasi periodik dari biaya sumber daya alam, seperti cadangan minyak dan kayu, terhadap pendapatan periodik yang dihasilkan. Aktiva ini tidak digunakan berulang-ulang karena sifat alamiahnya menjadi hasil produksi. Ad 3. Amortization (amortisasi) Istilah amortisasi digunakan sebagai alokasi periodik dari aktiva tidak berwujud terhadap pendapatan periodik yang dihasilkan. Istilah amortisasi juga digunakan pada aktiva keuangan dan kewajiban, misalnya: patent, copyright, goodwill, dan biaya yang ditangguhkan. 27

11 28 Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:495) Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kemampuan aktiva tetap untuk menyediakan manfaat bisa diidentifikasi sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan Fisik (physical depreciation) terjadi dari kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena pengaruh cuaca. Penyusutan fungsional (functional depreciation) terjadi jika aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti diharapkan. Sebagai contoh, PC yang dibuat tahun 1980-an tidak akan mampu menyediakan jasa internet. Kemajuan teknologi selama abad ini telah menyebabkan penyusutan fungsional menjadi sumber utama penyusutan. Dan menurut Niswonger, Fess, Warren (1996:432) mengemukakan: Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan manfaat dapat dibagi dua kategori, yaitu penyusutan fisik, yang mencakup keusangan karena pemakaian dan keausan karena gerakan elemen-elemen, dan penyusutan fungsional, yang meliputi ketidaklayakan (inadequancy) dan ketinggalan zaman (absolesience). Dari definisi diatas mengemukakan bahwa suatu aktiva tetap dikatakan tidak layak lagi apabila kemampuannya untuk memenuhi permintaan peningkatan produksi tidak memadai lagi. Suatu aktiva tetap dikatakan ketinggalan zaman apabila aktiva tersebut menghasilkan barang yang tidak diminta lagi atau seperti sebuah mesin yang lebih baru dapat memproduksi barang dengan mutu yang lebih baik dan penghematan biaya dalam jumlah besar. Menurut Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo (1997:506) untuk mengukur penyusutan dari suatu aktiva tetap, kita harus mengetahui: 28

12 29 1. Harga perolehan 2. Umur kegunaan 3. Perkiraan nilai sisa dari aktiva tersebut Harga perolehan adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli aktiva tersebut sampai aktiva itu dapat digunakan oleh perusahaan. Perkiraan umur kegunaan adalah periode dimana perusahaan dapat memanfaatkan aktiva tetap tersebut. Umur kegunaan biasanya ditetapkan dalam jumlah tahun, jumlah unit produksi, jumlah kilometer yang ditempuh, dan ukuran-ukuran yang lain. Misalkan penyusutan dari suatu bangunan dapat didasarkan pada umur kegunaan dari bangunan tersebut, sedangkan mesin penjilid buku, penyusutannya dapat didasarkan pada jumlah buku yang dijilid, sedangkan truk dapat disusutkan berdasarkan jumlah kilometer jarak yang telah ditempuh. Perusahaan memperkirakan dasar penyusutan tersebut dari pengalamanpengalaman masa lalu, rata-rata pemakaian di industri dan lain-lain. Perkiraan nilai sisa yang nantinya akan kita sebut nilai sisa adalah nilai kas yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut pada akhir masa kegunaannya. Misalkan suatu perusahaan mengharapkan akan dapat menggunakan suatu jenis mesin selama tujuh tahun. Setelah itu, perusahaan berharap dapat menjual aktiva tetap tersebut sebagai besi tua. Nilai penjualan yang diharapkan oleh perusahaan itu dinamakan dengan nilai sisa. Dalam penyusutan, nilai sisa ini tidak dimasukkan dalam nilai aktiva tetap yang disusutkan, karena nilai sisa tersebut diharapkan akan didapat oleh perusahaan melalui hasil penjualan aktiva tetapnya setelah masa penggunaan aktiva tetap tersebut. Seluruh harga perolehan dari 29

13 30 suatu aktiva tetap akan disusutkan apabila nilai sisa yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut adalah nol. Selisih antara harga perolehan aktiva tetap dengan nilai sisa dinamakan harga perolehan yang dapat disusutkan. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi penyusutan, hanya harga perolehan yang dapat diketahui secara pasti, sedangkan umur kegunaan dan nilai sisa harus diperkirakan oleh perusahaan. Dengan demikian jumlah penyusutan merupakan jumlah perkiraan. Beban penyusutan biasanya dicatat pada setiap akhir periode pembukuan biasanya akhir tahun buku, akhir semester, akhir tahun, atau pada saat terjadinya transaksi tertentu yang menyangkut aktiva tetap seperti pada saat penjualan atau penarikan. Jurnal pembebanan biaya penyusutan adalah sebagai berikut: Biaya penyusutanrp. xxx Akumulasi penyusutanrp xxx Biaya penyusutan dapat diklasifikasikan ke dalam biaya overhead, biaya penjualan atau biaya umum dan biaya administrasi, tergantung pada penggunaan aktiva tetap itu. Perkiraan akumulasi penyusutan merupakan perkiraan lawan terhadap harga pokok aktiva tersebut. Pengurangan ini dimaksudkan untuk menghitung nilai buku aktiva tetap yang bersangkutan. Dalam menghitung besarnya beban penyusutan setiap periode (tahun), ada beberapa metode yang dapat dipergunakan. Metode penyusutan yang lazim digunakan dalam praktek akuntansi seperti halnya menurut Ikatan Akuntan 30

14 31 Indonesia (2004:17.3) menyatakan metode penyusutan dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut: a). berdasarkan waktu i). Metode garis lurus (straight-line method) ii). Metode pembebanan yang menurun: - metode jumlah-angka-tahun (sum-of-the-years-digit method); - metode saldo-menurun/saldo-menurun-ganda (declining/double- declining balance method). b). berdasarkan penggunaan: i). Metode jam-jasa (service-hours method); ii). Metode jumlah unit produksi (productive-output method). c). berdasarkan kriteria lainnya: i). Metode berdasarkan jenis dan kelompok (grup and composite method); ii). Metode anuitas (annuity method); iii).sistem persediaan (inventory systems). Ad a). Berdasarkan waktu yaitu: Adapun metode penyusutan berdasarkan waktu dapat dibagi menjadi 2 (dua) i). Metode Garis Lurus ( straight line method) Metode penyusutan aktiva ini merupakan metode yang paling sederhana dan paling umum dipakai. Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa sebuah aktiva tetap menurun kegunaannya dengan tingkat yang konstan. Dalam metode garis lurus, beban penyusutan setiap tahunnya merupakan fungsi dari lewatnya waktu dan bukan fungsi penggunaan aktiva. Juga dalam metode penyusutan ini, beban penyusutan tiap periodenya adalah sama tanpa memperdulikan tingkat penggunaan aktiva yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung besarnya penyusutan menurut metode garis lurus adalah: Beban penyusutan= biaya akuisisi-nilai residu estimasi umur manfaat dalam tahun 31

15 32 Atau 100%, n= taksiran umur manfaat n Contoh: Tanggal 1 September 1999 perusahaan membeli sebuah mesin dengan harga Rp ,-. Diperkirakan nilai residu mesin ditaksir Rp ,- dan taksiran umur penggunaannya 5 tahun. Hitunglah penyusutan mesin tersebut. Diketahui: Biaya akuisisi= Rp ,- Nilai aktva (n)= 5 tahun, maka Beban penyusutan= = Rp ,- Atau 100% : 5 = 20%, maka tarif yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutannya adalah 20%. Untuk melihat penyusutannya tiap tahun dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus Tahun Harga perolehan Beban penyusutan Akumulasi penyusutan Nilai buku /12x = /12x = /12x = /12x = /12x = /12x =

16 33 ii). Metode Pembebanan Yang Menurun Metode beban yang menurun seringkali disebut juga dengan metode penyusutan dipercepat untuk menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Secara umum ada metode beban menurun yang digunakan, yaitu: - Metode jumlah angka tahun (sum-of-the-years-digit method) Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan (biaya awal nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut, misalnya umur ekonomis 5 tahun maka ( =15) 15 sebagai penyebut, atau n (n + 1)/2. Dan jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang. Contoh: Seperti pada kasus terdahulu, harga perolehan Rp ,-. Nilai sisa Rp ,- dan umur penggunaan aktiva 5 tahun. Untuk menghitung penyusutan tiap tahunnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun Tahun Harga Perolehan Beban penyusutan Akumulasi penyusutan Nilai buku /15x4/12x = (5/15x4/12x )+ (4/15x4/12x )= (4/15x8/12x )+ (3/15x4/12x )= (3/15x8/12x )+ (2/15x4/12x )= (2/15x8/12x )+ (1/15x4/12x )= (1/15x8/12x )=

17 34 Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa beban penyusutan pada periode awal taksiran umur mafaat tinggi dan periode selanjutnya menurun. Pandangan yang dianut metode ini adalah bahwa aktiva pada umur awalnya dianggap memberikan performance yang lebih besar pada perusahaan sehingga penyusutannya pada awal pemakaiannya besar. - Metode saldo menurun (declining-balance method) Metode ini sama halnya seperti metode jumlah angka tahun, dalam metode saldo menurun beban penyusutan secara periodik akan menurun selama taksiran umur aktiva. Hanya saja beban penyusutan dihitung dengan cara mengalikan suatu tarif persentase tertentu dengan nilai buku aktiva. Persentase tarif penyusutan dapat dihitung dengan rumus: r- n S / C Dimana: r (ratio)= tarif penyusutan S (solvage value)= nilai residu C (cost)= harga perolehan aktiva n= taksiran umur manfaat Contoh : Seperti kasus terdahulu, dimana: C = Rp ,- S = Rp ,- N = 5 tahun 34

18 35 Maka r = / = 1-5 0, 910 = 1 0,6191 = 38.09% Beban penyusutan tiap tahunnya dapat dilihat melalui tabel berikut: Tabel 3: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Tahun Harga Beban penyusutan Akumulasi Nilai buku perolehan penyusutan %x4/12x = %x8/12x = %x4/12x = %x8/12x = %x4/12x = %x8/12x = %x4/12x = %x8/12x = %x4/12x = %x8/12x = Metode saldo menurun ganda (double declining balance method) Metode saldo menurun ganda menghasilkan beban penyusutan secara periodik semakin menurun sepanjang umur manfaat aktiva. Beban penyusutan diperoleh dengan mengalikan tarif penyusutan yang tiap periodenya tetap dengan nilai buku aktiva yang semakin menurun. Sama seperti perhitungan untuk menentukan beban penyusutan menurut metode saldo menurun, dalam metode ini nilai residu juga tidak diperhitungkan. Cara yang paling umum dan mudah untuk mendapatkan beban penyusutan dengan metode saldo menurun ganda adalah dengan melipatgandakan tarif penyusutan garis lurus. Misalnya, umur aktiva ditaksir adalah 4 tahun, beban penyusutan dasar garis lurus adalah 100% : 4 = 25%. Maka tarif penyusutan metode saldo menurun ganda adalah: 2x25% = 50%. 35

19 36 Contoh: Seperti kasus terdahulu, maka depresiasi untuk hal diatas adalah: Depresiasi = 2 x 100% n = 2 x 100% = 40% 5 Beban penyusutan tiap tahunnya dihitung melalui tabel berikut: Tabel 4: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda. Tahun Harga Beban penyusutan Akumulasi Nilai buku perolehan penyusutan %x4/12x = %x8/12x = %x4/12x = %x8/12x = %x4/12x = %x8/12x = %x4/12x = %x8/12x = %x4/12x = %x8/12x = Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai residunya tidak sama dengan yang diperkirakan yaitu Rp ,-. Hal ini dapat dialihkan penggunaan metode saldo menurun ganda ke metode garis lurus atau metode jumlah angka tahun, karena jumlah nilai residualnya melebihi dari penyusutan yang dihitung. Tujuan diubahnya metode adalah untuk mencapai nilai residualnya yang sama seperti taksiran pada awal perolehan aktiva tetap bersangkutan. Perubahan metode ini tidak memerlukan jurnal koreksi. Ad b). Berdasarkan penggunaan Metode yang digunakan atas dasar penggunaan lebih memandang faktor berlalunya waktu daripada faktor penggunaan sebagai dasar penyusutan. Metode 36

20 37 penyusutan berdasarkan faktor penggunaan memandang faktor teknis aktiva yang berhubungan dengan tingkat pemakaian aktiva tersebut. Penyusutan berdasarkan penggunaan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: i). Metode Jam Jasa (service-hours method). Metode jam jasa didasarkan suatu anggapan bahwa pembelian aktiva tetap adalah merupakan pembelian sejumlah jam pemakaian/penggunaan jam kerja aktiva dikalikan dengan tarif penyusutan. Harga perolehan dikurangi dengan nilai residu (jika ada) dibagi dengan taksiran jam kerja produktif seluruhnya adalah merupakan tarif penyusutan. Dalam rumus dapat ditulis: Penyusutan perjam = Dimana: C S n C (cost)= harga perolehan aktiva S (solvage value)= nilai reside N= taksiran total jam kerja Contoh: Seperti kasus terdahulu, harga perolehan mesin adalah Rp ,-, nilai residu Rp ,- bila estimasi umur pemakaiannya adalah jam, maka penyusutan per jam dapat dihitung sebagai berikut: Penyusutan per jam = jam = Rp. 240, per jam Untuk penyusutan berdasarkan metode jam jasa dapat disajikan melalui tabel berikut: 37

21 38 Tabel 5: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Jam Jasa Tahun Jam Penyusutan Akumulasi Nilai Pemakaian Perhitungan Jumlah penyusutan Buku xRp. 240 Rp Rp xRp xRp xRp xRp ii). Metode Jumlah Unit Produksi (Productive-Output Method) Dengan metode ini beban penyusutan dihitung berdasarkan jumlah unit yang diproduksi dalam periode tersebut. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan membagi nilai perolehan dikurangi nilai residu (jika ada) dengan taksiran total unit yang diproduksi aktiva untuk periode tersebut. Rumus untuk menghitung penyusutan adalah: Penyusutan per unit = C = nilai perolehan aktiva C S n S = nilai residu N = taksiran total unit produksi Jika dalam contoh kasus sebelumnya ditaksir bahwa mesin tersebut akan dapat menghasilkan unit, maka penyusutan per unit produksi dihitung sebagai berikut: Penyusutan per unit = = C S n = Rp

22 39 Misalkan selama tahun pertama mesin tersebut diharapkan akan menghasilkan produksi unit, tahun kedua unit, tahun ketiga unit, tahun keempat unit dan tahun kelima unit, maka daftar penyusutan untuk mesin tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit Produksi Tahun Harga Penyusutan Akumulasi Nilai perolehan Tarif peny (Rp) Nilai barang yang disusutkan Beban penyusutan penyusutan Buku x = x = x = x = x = = Metode jumlah unit produksi sebaiknya dipakai bila aktiva tetap tersebut kondisinya menjadi menurun karena banyaknya pemakaian dan bukannya karena untuk memproduksi suatu barang, semakin banyak barang yang dihasilkan, semakin besar penyusutan yang akan dibebankan. Ad c). Metode berdasarkan kriteria lainnya Dalam menentukan beban penyusutan dengan metode ini dapat dibedakan atas: i). Metode berdasarkan jenis (group depreciation method) Untuk menghitung penyusutannya terlebih dahulu harus ditentukan tarif rata-rata dari sekelompok aktiva tetap yang mempunyai jenis dan manfaat yang sama, sehingga biaya penyusutan adalah hasil kali antara tatif rata-rata tersebut setelah dikurangi nilai sisanya. 39

23 40 Contoh: Sepuluh buah peralatan sejenis mempunyai cost total Rp ,- ditaksir mempunyai masa manfaat rata-rata 5 tahun. Tiga buah peralatan tersebut akan berhenti dari operasinya pada akhir tahun k-4, dan empat buah pada akhir tahun ke-5, dan sisanya akhir tahun ke-6. Dengan menggunakan group depreciation method, berdasarkan rata-rata umur tersebut 20% dari cost akan dibebankan sebagai penyusutan, ikhtisar penyusutan dibuat tabel berikut: Tabel 7: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Berdasarkan Jenis Akhir Biaya Harga Perolehan Harga Perolehan Nilai peny. Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo Buku tahun 20% pertahun Maka pada akhir tahun ke-1, 2, 3 dan 4 dicatat penyusutan sebagai berikut: Biaya penyusutan peralatan Rp ,- Akumulasi penyusutan peralatan Rp ,- Pada akhir tahun ke-5 dan ke-6 akan dicatat biaya penyusutan masing-masing sebesar Rp ,- dan Rp ,-. i). Metode berdasarkan kelompok (composite depreciation method) Jika dalam metode jenis aktiva yang dikelompokkan adalah sejenis, maka dalam metode ini aktiva yang dikelompokkan itu tidak sejenis, penyusutan dihitung dengan cara mencari rate terlebih dahulu. Penyusutan harus dicatat 40

24 41 dalam perkiraan tersendiri untuk setiap aktiva. Jika terjadi penarikan salah satu aktiva yang dikelompokkan maka dijurnal dengan mengkredit perkiraan aktiva itu dan mendebet perkiraan akumulasi penyusutan sebesar perbedaan harga pokok dengan nilai residu. Untuk menghitung tarif (rate) tersebut diperlihatkan melalui contoh berikut: Tabel 8: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Berdasarkan Kelompok Peralatan Harga Nilai Jumlah Taksiran Penyusutan Perolehan Residu Dapat Umur Pertahun Disusutkan A B C D Tarif penyusutan dihitung sebagai berikut: Total Biaya Penyusutan Tarif penyusutan = x 100% Total harga perolehan = x 100% = 81,11% Tarif penyusutan tersebut dikenakan terhadap total harga perolehan untuk memperoleh biaya penyusutan setiap tahunnya yaitu: 81,11% x Rp ,- = Rp ,- Biaya Penyusutan dicatat sebagai berikut: Biaya penyusutan peralatan Rp ,- Akumulasi penyusutan peralatan Rp ,- 41

25 42 ii). Metode Anuitas (anuity method) Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang memberikan konstribusi selama umur teknisnya. Harga perolehannya dianggap sebagai present value yang didiskontokan dari jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Dalam metode ini, penyusutan dianggap sebagai angka bunga yang diperhitungkan atas harga pokok aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. Rumus untuk mencari beban penyusutan dengan metode anuitas adalah: penyusutan (d) = C NS PVIF m Dimana: C= Harga perolehan N=Present value S= Nilai residu N= Umur aktiva I= Bunga Contoh: Dalam contoh kasus sebelumnya, yaitu: C = Rp ,- S = Rp ,- N = 5 tahun I = 10% 42

26 43 Maka penyusutannya adalah: (d) = ( PV PVIF 5 :10% x ) 5:10% (d) = (0.6209x ) 3,7908 (d) = Rp ,- Beban penyusutan pertahun adalah Rp ,-. Angka tersebut akan didistribusikan sebagai Implicit Interest Revenue dan penyusutan. Interest revenue adalah 10% dari nilai buku. Tabel 9: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Anuitas Tahun Penyusutan Implicit Akumulasi Akumulasi Nilai buku interest penyusutan penyusutan revenue 10% pertahun 0 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp iii). Sistem Persediaan (inventory system) Sistem persediaan adalah tipe sistem yang digunakan dalam situasi dimana jumlah aktiva itu besar dengan harga perolehan yang kecil-kecil, seperti peralatan untuk sebuah perusahaan industri atau perkakas untuk sebuah restauran. Metode ini cukup mudah dipakai tetapi tidak sistematis dan rasional karena ada unsur penafsiran yang dilakukan dalam perhitungan penyusutan, disamping itu juga sulit untuk menentukan nilai aktiva tersebut pada akhir periode. Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan menambahkan persediaan awal aktiva tetap yang 43

27 44 tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi dengan persediaan akhir aktiva tetap tersebut. D. Kebijakan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap 1. Undang-Undang Pajak No. 17 Pasal 11 Tahun 2000 Pengaturan penyusutan menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang No. 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Ketentuan tersebut menegaskan bahwa penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud kecuali tanah yang bersatatus Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, dan Hak Pakai yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut. Menurut Waluyo, Wirawan (2002:94) syarat aktiva tetap yang dapat disusutkan menurut ketentuan perpajakan meliputi: 1. harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud; 2. harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun; 3. harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Undang-Undang Pajak penghasilan secara khusus menetapkan saat dimulainya penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan. Penyusutan harus dilakukan 44

28 45 sebulan penuh. Pengecualian dari ketentuan ini hanya dapat terjadi karena hal-hal berikut: i. harta/aktiva dalam pengerjaan ii. harta/aktiva dalam usaha leasing iii. wajib pajak yang mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak. Ad i. Harta/Aktiva Dalam Pengerjaan Untuk harta/aktiva tetap dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun selesainya pekerjaan tersebut. Jadi walaupun pada umumnya penyusutan atas harta/aktiva dimulai pada tahun perolehan tetapi untuk harta/aktiva yang pengerjaannya memerlukan waktu lebih dari satu tahun, perhitungan penyusutan dimulai saat selesainya harta/aktiva yang bersangkutan. Ad ii. Harta/Aktiva Dalam Usaha Sewa Guna Usaha (Leasing) Penyusutan terhadap dalam usaha sewa guna (leasing) khususnya sewa guna usaha tanpa hak opsi dimulai pada bulan harta tersebut disewa-guna-usahakan. Ad iii. Persetujuan Direktur Jenderal Pajak Wajib pajak dapat mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak, apabila tidak mengikuti prinsip umum penyusutan. Misalnya penyusutan baru dilakukan pada tahun harta/aktiva tersebut menghasilkan. Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aktiva tetap berwujud yang mempunyai syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi 2 (dua) golongan, yaitu: a. Harta berwujud kelompok bukan bangunan. b. Harta berwujud kelompok bangunan. 45

29 46 Sebagaimana telah diatur dalam pasal 9 ayat (2) UU PPh bahwa pengeluaran untuk mendapatkan manfaat, menagih, dan memelihara dibebankan melalui penyusutan. Hal ini sesuai dengan kelaziman dunia usaha dan selaras dengan prinsip penandingan antara pengeluaran dan penerimaan. Dalam ketentuan ini pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan mempertahankan penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dapat dikurangkan sebagai biaya sekaligus pada tahun pengeluarannya. Namun demikian, dalam perhitungan dan penerapan tarif penyusutan untuk keperluan pajak perlu diperhitungkan dasar hukum penyusutan fiskal, karena dapat berbeda dengan penyusutan untuk akuntansi (komersial). Dalam arti metode dan dasar penyusutan yang dipakai tetap sama, sebagaimana tertera dibawah ini menurut IKAPI (2000:148): PASAL 11 (1) Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat aktiva tetap tersebut. (2) Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) selain bangunan,dapat juga dilakukan dalam bagianbagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku,dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat secara taat asas. (3) Penyusutan dimulai pada bulan dilakukan pengeluaran kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut. (4) Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan. 46

30 47 (5) Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, maka dasar penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut. (6) Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut : Kelompok Harta Masa Tarif Berwujud Manfaat penyusutan dalam Ayat (1) Ayat (2) I.Bukan bangunan Kelompok 1 4 tahun 25% 50% Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25% Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5% Kelompok 4 20 tahun 5% 10% II.Bangunan Permanen 20 tahun 5% Tidak Permanen 10 tahun 10% (7) Menyimpang dari ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (1), ketentuan tentang penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam usaha tertentu, ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. (8) Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut. (9) Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui dengan pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak jumlah sebesar kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) dibukukan sebagai beban masa kemudian tersebut. (10)Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, yang berupa harta berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan. (11)Kelompok harta berwujud sesuai dengan masa manfaat sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. 47

31 48 Ad 1). Dalam IKAPI (2000:148) ayat 1 pasal 11 dijelaskan pengeluaranpengeluaran yang dialokasikan melalui penyusutan yaitu pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat tersebut melalui penyusutan. Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh tanah hak milik, termasuk tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai pertama kali tidak boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebut dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang karena penggunaannya untuk memperoleh penghasilan, misalnya tanah dipergunakan untuk perusahaan genteng, perusahaan keramik, atau perusahaan batubara. Yang dimaksud dengan pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna bangunan, hak guna dan hak pakai yang pertama kali adalah biaya perolehan tanah berstatus hak guna bangunan. Hak guna usaha dan hak pakai diamortisasikan selama jangka waktu hak-hak tersebut. 2. Metode Penyusutan Aktiva Tetap berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 17 Pasal 11 Tahun 2000 Dalam ayat 1 dan ayat 2 pasal 11 Undang-Undang Pajak No. 17 Tahun 2000 dijelaskan metode penyusutan menurut fiskal. Metode penyusutan yang dibolehkan dalam ketentuan ini adalah: 48

32 49 a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Dalam ketentuan fiskal metode ini disebut penyusutan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut. Contoh: Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp ,- dan masa manfaatnya 20 (dua puluh) tahun, penyusutan setiap tahun adalah sebesar Rp ,- (Rp ,- : 20) b. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method) Penyusutan atas harta berwujud dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan dengan syarat dilakukan secara taat azas. Contoh penggunaan metode saldo menurun adalah: Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2000 dengan harga perolehan sebesar Rp ,- masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50%, maka perhitungan penyusutan adalah sebagai berikut: Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku Harga Perolehan 2000 Rp , % Rp ,- Rp , % Rp ,- Rp , % Rp ,- Rp , disusutkan sekaligus Rp ,- 0 49

33 50 Penggunaan metode penyusutan atas harta harus dilakukan secara taat asas. Harta berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus. Harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Dalam hal wajib pajak memilih penggunaan metode saldo menurun, nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus. Sesuai dengan pembukuan wajib pajak, alat-alat kecil (small tools) yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan. Ad 3,4). Ayat 3 dan 4 pasal 11 Undang-Undang Pajak No. 17 tahun 2000 menjelaskan kapan dimulainya penyusutan. Penyusutan dimulai pada bulan pertama dilakukannya pengeluaran, atau pada bulan selesainya pengerjaan suatu harta sehingga penyusutan pada tahun pertama dihitung secara pro rata. Wajib Pajak diperbolehkan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta digunakan dalam proses produksi atau untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, atau pada saat harta yang bersangkutan mulai menghasilkan. Yang dimaksud menghasilkan dalam ketentuan fiskal ini dikaitkan dengan saat dimulai berproduksi dan tidak dikaitkan dengan saat diterima atau diperolehnya penghasilan. Untuk memberikan penjelasan yang lebih baik ada tiga contoh dari Undang-Undang yang dapat dikutip yaitu: Contoh 1: Pengeluaran untuk pembangunan sebuah gedung adalah sebesar Rp ,-. Pembangunan dimulai pada bulan Oktober 2000 dan selesai digunakan pada bulan Maret Penyusutan atas harga perolehan bangunan gedung tersebut dimuali pada saat bulan Maret tahun pajak

34 51 Contoh 2. Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2000 dengan harga perolehan sebesar Rp ,- masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50% (lima puluh persen), maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Tabel 10: Perhitungan Penyusutan Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku Harga Perolehan Rp , /12 x 50% Rp ,- Rp , % Rp ,- Rp , % Rp ,- Rp , % Rp ,- Rp , Disusutkan sekaligus Rp ,- - Contoh 3. PT. X yang bergerak di bidang perkebunan membeli traktor pada tahun Perusahaan tersebut mulai menghasilkan (panen) pada tahun Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, penyusutan traktor tersebut dapat dilakukan mulai tahun Ad 5). Ayat 5 pasal 11 Undang-Undang Pajak No. 17 tahun 2000 menyebutkan wajib pajak melakukan penilaian kembali aktiva setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut. Misalnya karena adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahan kebijakan di bidang moneter dapat menyebabkan kekurangserasian antara pembiayaan dan penghasilan, yang dapat mengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar. Dalam keadaan demikian, Menteri Keuangan diberi wewenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi) atau indeksasi biaya dan penghasilan. 51

35 52 Ad 6). Untuk memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak dalam melakukan penyusutan atas pengeluaran harta berwujud, ayat 6 dari pasal 11 Undang-Undang Pajak No. 17 tahun 2000 ini mengatur masa manfaat dan tarif penyusutan baik menurut metode garis lurus maupun saldo menurun. Tabel 11: Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Undang- Undang PPh No. 17 Tahun 2000 Pasal 11 Ayat 6 Kelompok Harta Masa Tarif penyusutan Berwujud Manfaat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Ayat (2) I. Bukan bangunan Kelompok 1 4 tahun 25% 50% Kelompok 2 8 tahun 12.5% 2.5% Kelompok 3 16 tahun 6.25% 12.5% Kelompok 4 20 tahun 5% 10% II.Bangunan Permanen 20 tahun 5% Tidak permanen 10 tahun 10% Bangunan tidak permanen maksudnya yang bersifat sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan, yang masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun. Misalnya barak atau asrama yang dibuat dari kayu untuk karyawan. Ad 7). Ayat 7 pasal 11 Undang-Undang Pajak No. 17 tahun 2000 menyebutkan dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik bidang-bidang usaha tertentu, seperti pertambangan minyak dan gas bumi, perkebunan tanaman keras, perlu diberikan pengaturan tersendiri untuk penyusutan harta berwujud yang digunakan dalam usaha tersebut yang ketentuannya ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan. Ad 8,9). Ayat 8 dan 9 pasal 11 Undang-Undang Pajak No. 17 tahun 2000 menjelaskan bahwa pada dasarnya keuntungan atau kerugian karena peralihan 52

36 53 atau penarikan harta menurut Undang-Undang No.17 tahun 2000 pasal 4 ayat (1) huruf d adalah karena: a. Penjualan; b. Pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; c. Pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota; d. Pengalihan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha; e. Pengalihan karena hibah, bantuan atau sumbangan. Apabila terjadi pengalihan harta atau penarikan harta maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jumlah atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan harta dikenakan pajak dalam tahun harta tersebut dialihkan. Apabila harta wajib pajak dijual, penerimaan netto dari penjualan harta tersebut dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penjualan. Penerimaan netto adalah selisih antara harga penjualan dengan biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan penjualan. Nilai sisa buku dari harta wajib pajak dibebankan sebagai kerugian dalam tahun pajak yang bersangkutan. Contoh 1. Penarikan harta karena dijual menurut fiskal. Nilai sisa buku sebesar Rp ,- dibebankan sebagai kerugian dalam tahun pajak yang bersangkutan. Keuntungan sebesar Rp ,- 53

37 54 merupakan penghasilan yang menjadi objek pajak PPh. Apabila transaksi ini dicatat maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut: Penerimaan Kas Rp ,- Akumulasi Penyusutan Rp ,- Mesin Rp ,- Biaya Rp ,- Laba Rp ,- Dalam prinsip akuntansi komersial ada tiga langkah yang harus ditempuh sehubungan dengan penarikan harta yaitu: 1. Menghitung besarnya akumulasi penyusutan sampai saat penarikannya. 2. Menghapus rekening aktiva dan akumulasi penyusutan. 3. Menghitung rugi-laba penjualan. Contoh 2. Penarikan harta menurut akuntansi Pada awal 1996 Usaha Bersama menjual sebuah mesin dengna harga Rp ,- yang dibelinya pada tanggal 5 Januari 1990 dengan harga Rp ,-. Mesin disusutkan dengan metode garis lurus dengan tarif penyusutan 10% setahun. Transaksi ini dicatat dengan cara: (1) mencatat penyusutan dalam tahun berjalan, dan (2) menghitung laba penjualan. Catatan 1. Membukukan biaya penyusutan sebagai beban tahun 1990 sebesar Rp ,- (Rp ,- x 10%) dengan ayat jurnal sebagai berikut: 54

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. macam peralatan, atau alat-alat yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. macam peralatan, atau alat-alat yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Aktiva Tetap Untuk mengoperasikan kegiatan usahanya, perusahaan menggunakan berbagai macam peralatan, atau alat-alat yang digunakan untuk mendukung

Lebih terperinci

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan apapun jenis usahanya pasti memiliki kekayaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Aset tetap (fixed assets) merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen. Aset tetap sering disebut aset berwujud (tangible assets) karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori a. Pengertian Akuntansi Manfaat akuntansi dalam menyediakan informasi keuangan sangat berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan serta memudahkan pengendalian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian dari harta kekayaan perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi. Manfaat menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Akuntansi sering disebut sebagai bahasanya dunia usaha karena akutansi akan menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang menyelenggarakannya dan pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah suatu aktiva yang berwujud yang dipergunakan dalam operasi perusahaan sehari-hari dan merupakan aktiva tahan lama yang secara berangsur-angsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap tanaman menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa

Lebih terperinci

MAKALAH PENGATAR PAJAK. Diajukan Untuk Mmenuhi Tugas Pengantar Pajak

MAKALAH PENGATAR PAJAK. Diajukan Untuk Mmenuhi Tugas Pengantar Pajak MAKALAH PENGATAR PAJAK Diajukan Untuk Mmenuhi Tugas Pengantar Pajak Diusulkan oleh: Fredericko Dananto (155030400111035) Widy Iswahyudi (155030400111051) Nur Istito ah (155030407111049) KELOMPOK 5 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Aset Tetap Pengertian aset tetap menurut IAI, PSAK No 16 (2011 : 16.2) adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN. ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN (Skripsi) OLEH Nama : Veronica Ratna Damayanti NPM : 0641031138 No Telp :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi keuangan Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis (bussnines language). Akuntansi menghasilkan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penjelasan Umum Aset Tetap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 16 adalah Standar Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Setiap perusahaan menggunakan berbagai aktiva tetap, seperti peralatan, perabotan, alat-alat, mesin-mesin, bangunan, dan tanah. Aset tetap (fix asset)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan harta kekayaan perusahaan yang dimiliki setiap perusahaan. Aset tetap yang dimiliki perusahaan digunakan untuk menjalankan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets)

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets) BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets) Tujuan Pengajaran: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian aktiva tetap berwujud 2. Menerangkan penentuan harga

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aktiva Tetap 2.1.1 Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen, seperti peralatan, tanah, bangunan, gedung, dimana merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan harta kekayaan perusahaan yang dimiliki setiap perusahaan. Aset tetap yang dimiliki perusahaan digunakan untuk menjalankan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana menurut Grady (2000 : 12) transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana menurut Grady (2000 : 12) transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Akuntansi Ada banyak pengertian akuntansi yang diartikan oleh para ahli akuntansi, sehingga memberikan pengetian yang berbeda sesuai pandangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Berbagai definisi aset tetap yang dikemukakan oleh para ahli, semuanya mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian aset tetap agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Keuangan Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis (business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA Aset tetap merupakan harta kekayaan perusahaan yang dimiliki setiap perusahaan. Aset tetap yang dimiliki perusahaan digunakan untuk menjalankan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Kebijakan Akuntansi Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tercantum sebagai berikut: Kebijakan akuntansi meliputi pilihan-pilihan, dasar-dasar, konvensi peraturan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN A. Pengertian Aset Tetap Menurut Widjajanto (2008:2), pengertian sistem adalah sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang

Lebih terperinci

AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS)

AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS) AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS) KUWAT RIYANTO, SE. M.M. 081319434370 http://kuwatriy.wordpress.com Kuwat_riyanto@yahoo.com PENGERTIAN AKTIVA TETAP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu:

BAB II KAJIAN TEORITIS. Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Analisis Pengertian Analisis Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu: Menurut Kamus Bahasa Indonesia : Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap akhir tahun perusahaan akan membuat laporan keuangan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak khususnya para pemakai laporan keuangan yang berguna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PENELITIAN. 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan

BAB II TINJAUAN PENELITIAN. 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan BAB II TINJAUAN PENELITIAN A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva operasional yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Menurut Reeve, Warren, dkk (2013:2) Aset tetap (fixed asset) adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan baik perusahaan yang bergerak dibidang industri, dagang, dan jasa pasti memiliki harta kekayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akuntansi Keuangan Eksistensi suatu perusahaan sangat tergantung pada transaksitransaksi yang dilakukannya. Perusahaan yang dapat melakukan transaksi dengan baik berdasarkan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Aktiva Berwujud

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Aktiva Berwujud AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: Akuntansi Pajak atas Aktiva Berwujud Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013 Email

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PENELITIAN. 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan

BAB II TINJAUAN PENELITIAN. 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan BAB II TINJAUAN PENELITIAN A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva operasional yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika BAB 2 LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Penggolongan dan Perolehan Aset Tetap 1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika suatu aset digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, dimiliki oleh perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual serta memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bagian aset yang umumnya selalu dimiliki oleh setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bagian aset yang umumnya selalu dimiliki oleh setiap BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Salah satu bagian aset yang umumnya selalu dimiliki oleh setiap perusahaan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah barang fisik yang dimiliki perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam operasi normalnya, memiliki unsur yang terbatas, pada

Lebih terperinci

BAB 7 ASET TETAP. dilakukan agar bisa digunakan secara optimal selama umur ekonominya.

BAB 7 ASET TETAP. dilakukan agar bisa digunakan secara optimal selama umur ekonominya. BAB 7 ASET TETAP Pendahuluan Aset tetap mempunyai karakteristik: digunakan untuk operasi, berumur lebih dari satu tahun, mempunyai substansi fisik Perusahaan bisnis ingin mengelola aset yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian dan Karakteristik Aset Tetap Aset tetap adalah aset yang memiliki masa manfaatnya lebih dari satu tahun, digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki

Lebih terperinci

PENYUSUTAN dan AMORTISASI

PENYUSUTAN dan AMORTISASI PENYUSUTAN dan AMORTISASI PENYUSUTAN HARTA BERWUJUD KECUALI TANAH YG BERSTATUS HAK MILIK, HGB, HGU, DAN HAK PAKAI DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN YANG SAMA BESAR SELAMA MASA YG TELAH DITENTUKAN BANGUNAN

Lebih terperinci

DEPRESIASI DAN AMORTISASI FISKAL

DEPRESIASI DAN AMORTISASI FISKAL Jurnal Cakrawala Akuntansi ISSN 1979-4851 Vol. 6 No. 2, September 2014, hal. 194-200 http://jca.unja.ac.id DEPRESIASI DAN AMORTISASI FISKAL Wiwik Tiswiyanti 1) 1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur BAB II BAHAN RUJUKAN Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur sebagai landasan untuk melakukan pembahasan dalam permasalahan yang dijadikan topik tugas akhir ini. 2.1. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. menentukan bagaimana sederhana dan kompleknya suatu badan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. menentukan bagaimana sederhana dan kompleknya suatu badan usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Peranan aktiva tetap sangat penting dalam suatu bentuk badan usaha untuk menentukan bagaimana sederhana dan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION A. Pengertian Sistem Akuntansi Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi

Lebih terperinci

Pengeluaran yang Tidak Boleh Dibebankan Sekaligus Pasal 9 Ayat (2) UU PPh

Pengeluaran yang Tidak Boleh Dibebankan Sekaligus Pasal 9 Ayat (2) UU PPh Pengeluaran yang Tidak Boleh Dibebankan Sekaligus Pasal 9 Ayat (2) UU PPh Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Dikapitalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk dipergunakan dalam operasional perusahaan bukan untuk diperjualbelikan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk dipergunakan dalam operasional perusahaan bukan untuk diperjualbelikan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Menurut peneliti aktiva tetap adalah harta milik perusahaan yang bertujuan untuk dipergunakan dalam operasional perusahaan bukan untuk diperjualbelikan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset Aset sebagai sumber ekonomi sangat diharapkan oleh seluruh perusahaan dapat memberikan manfaat jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan di kemudian hari. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Aktiva a. Pengertian Aktiva Aktiva/harta adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, yang lebih dikenal dengan istilah asset perusahaan. Jadi, aktiva (asset)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian, Pengakuan, dan Penggolongan Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva adalah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan dikuasai oleh suatu perusahaan sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang seseorang, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, dunia usaha telah mengalami perubahan dengan kecepatan yang luar biasa. Selain globalisasi dan perubahan teknologi, kita juga dapat menyaksikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Akuntansi Menurut Dwi (2012:4) Akuntansi adalah informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada

Lebih terperinci

AKTIVA TETAP BERWUJUD (FIXED ASSETS)

AKTIVA TETAP BERWUJUD (FIXED ASSETS) Dosen : Christian Ramos Kurniawan AKTIVA TETAP BERWUJUD (FIXED ASSETS) INTERMEDIATE ACCOUNTING L/O/G/O Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting Definisi Aktiva

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan bagi masyarakat dalam memahami

Lebih terperinci

AKTIVA TETAP. Prinsip Akuntansi => Aktiva Tetap harus dicatat sesuai dengan Harga Perolehannya.

AKTIVA TETAP. Prinsip Akuntansi => Aktiva Tetap harus dicatat sesuai dengan Harga Perolehannya. 1. Pengertian Aktiva Tetap AKTIVA TETAP Aktiva tetap adalah aktiva berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. (Haryono Jusup,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang seseorang, akan tetapi pada dasarnya pengertian akuntansi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Menurut Munawir (2004) mendefinisikan Akuntansi adalah seni dari pada pencatatan, penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Metode Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap berwujud sebagai salah satu aktiva penting yang dimiliki perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aktiva Tetap 2.1.1. Pengertian Aktiva Tetap Beberapa pendapat ahli dan sumber lain memberikan pengertian mengenai aktiva tetap, antara lain : Dalam Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1. Definisi Aset Tetap Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 68), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Aktiva Menurut Mardiasmo (2009:158) Aktiva merupakan (harta) kekayaan, baik yang berupa uang maupun benda lain yang dapat dinilai dengan uang ataupun yang tidak berwujud

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Definisi Aset Tetap Aset tetap merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih dari satu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Definisi Aset Tetap Definisi aset tetap berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2011:16) paragraf 06, adalah Aset tetap adalah aset berwujud yang: (a)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, dalam buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomer 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain paragraf 5 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aktiva tetap didefenisikan PSAK No.16 paragraf 05 (IAI:2004) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aktiva tetap didefenisikan PSAK No.16 paragraf 05 (IAI:2004) sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap didefenisikan PSAK No.16 paragraf 05 (IAI:2004) sebagai aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih

Lebih terperinci

PENYUSUTAN (Depreciation)

PENYUSUTAN (Depreciation) PENYUSUTAN (Depreciation) A. PENYUSUTAN METODE ALOKASI BIAYA Menurut para Akuntan, penyusutan bukan merupakan masalah penilaian, namun merupakan alat untuk alokasi biaya. Penyusutan (depreciation), adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Secara umum Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman pokok penyusunan dan penyajian laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Aktiva Tetap A. Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap PSAK No. 16 (revisi 2007) menjelaskan definisi aset tetap sebagai berikut: Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan

Lebih terperinci

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET)

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET) AKTIVA TETAP (FIXED ASSET) PENGERTIAN AKTIVA TETAP sebagai aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset tetap adalah aset berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.

Lebih terperinci

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP Listian Nurbaeni Program Studi Akuntansi STIE STEMBI, listian.nurbaeni@gmail.com Abstrak Tujuan_Untuk mengetahui bagaimana implementasi PSAK 16 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Soemarso S.R

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Soemarso S.R BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sebuah perusahaan yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan hidup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan salah satu harta kekayaan yang dimiliki setiap perusahaan. Aset tetap yang dimiliki perusahaan digunakan untuk menjalankan operasionalnya

Lebih terperinci

Bab 10 PERUSAHAAN MODAL ASING (PMA) YANG MENGGUNAKAN BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH

Bab 10 PERUSAHAAN MODAL ASING (PMA) YANG MENGGUNAKAN BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH Bab 10 PERUSAHAAN MODAL ASING (PMA) YANG MENGGUNAKAN BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH Dalam Bab ini akan dibahas penghitungan pajak apabila penduduk asing memiliki usaha di Indonesia, dan harus

Lebih terperinci

BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD

BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD A. UMUM 1. Definisi Menurut PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, penyusutan

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 17 AKUNTANSI PENYUSUTAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 17 AKUNTANSI PENYUSUTAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 17 AKUNTANSI PENYUSUTAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 17 tentang Akuntansi Penyusutan disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis dan Kebijakan 2.1.1 Pengertian Analisis dan Kebijakan Pengertian analisis menrut Kamus Akuntansi (2000;) Analisis adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos

Lebih terperinci

Tinjauan Terhadap Pengelolaan Aset Tetap Pt.Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung

Tinjauan Terhadap Pengelolaan Aset Tetap Pt.Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-16 Tinjauan Terhadap Pengelolaan Aset Tetap Pt.Kereta

Lebih terperinci

PENYUSUTAN DAN AMORTISASI. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PENYUSUTAN DAN AMORTISASI. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com PENYUSUTAN DAN AMORTISASI Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com PENYUSUTAN HARTA BERWUJUD KECUALI TANAH YG BERSTATUS HAK MILIK, HGB, HGU, DAN HAK PAKAI DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Aktiva Tidak Berwujud

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Aktiva Tidak Berwujud AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: Akuntansi Pajak atas Aktiva Tidak Berwujud Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya BAB III PEMBAHASAN A. AKTIVA TETAP 1. Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya pengertian aktiva tetap ini memiliki makna dan tujuan yang sama. Ada

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aktiva Tetap 2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi banyak di definisikan para ahli akuntansi, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi banyak di definisikan para ahli akuntansi, sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi banyak di definisikan para ahli akuntansi, sehingga memberikan defenisi atau pengertian yang berbeda sesuai pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan pada umumnya menjalankan kegiatan operasionalnya selain bertujuan mencari laba juga mempertahankan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Agar

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Kebijakan Akuntansi Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tercantum sebagai berikut : Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasardasar, konvensi peraturan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap Aset tetap merupakan aset tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, serta merupakan komponen aset yang paling besar nilainya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Pada umumnya perusahaan menggunakan aktiva tetap dalam menjalankan aktivitas operasinya, sehingga dengan menggunakan aktiva tetap kinerja perusahaan akan

Lebih terperinci

PERTEMUAN KEENAM. Pengertian Aktiva Tetap

PERTEMUAN KEENAM. Pengertian Aktiva Tetap PERTEMUAN KEENAM AKTIVA TETAP BERWUJUD (1) Pengertian Aktiva Tetap Definisi Aktiva Tetap Yaitu Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Aktiva Aktiva adalah harta atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan dalam kegiatan atau operasi perusahaan yang sewaktu waktu

Lebih terperinci

PENYUSUTAN DAN AMORTISASI KELOMPOK 5

PENYUSUTAN DAN AMORTISASI KELOMPOK 5 PENYUSUTAN DAN AMORTISASI KELOMPOK 5 PENYUSUTAN Pengertian Penyusutan Alokasi jumlah yang dapat disusutkan suatu aset selama umur manfaatnya. Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk

Lebih terperinci

ANALISIS AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT. SRI AGUNG MULIA PEKANBARU

ANALISIS AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT. SRI AGUNG MULIA PEKANBARU SKRIPSI ANALISIS AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT. SRI AGUNG MULIA PEKANBARU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Sosial Universitas Islam Negeri Sultan

Lebih terperinci

APLIKASI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 2000 DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Oleh : Evi Ekawati. Abstrak

APLIKASI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 2000 DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Oleh : Evi Ekawati. Abstrak APLIKASI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 2000 DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Oleh : Evi Ekawati Abstrak Perbedaan antara laba menurut akuntansi dengan laba menurut pajak, untuk mengatasi perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2009:4) Akuntansi adalah sebuah sistem yang mengidentifikasi, merekam, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement No.4 dalam Smith Skousen (1995:3), pengertian akuntansi adalah

Lebih terperinci