UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN RAYA MAHASISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN RAYA MAHASISWA"

Transkripsi

1 UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN RAYA MAHASISWA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang Mengingat : a. bahwa pemilihan Pemilihan Raya Mahasiswa UGM secara langsung oleh mahasiswa merupakan sarana perwujudan kedaulatan mahasiswa guna menghasilkan pemerintahan mahasiswa yang demokratis berdasarkan Pancasila, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan filosofi UGM; b. bahwa penyelenggaraan Pemilihan Raya Mahasiswa UGM secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil hanya dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai integritas, profesionalitas, dan akuntabilitas; c. bahwa berdasarkan penyelenggaraan Pemilihan Raya Mahasiswa UGM sebelumnya, diperlukan penyempurnaan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggara Pemilihan Raya Mahasiswa UGM; d. bahwa penyempurnaan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan yang mengatur penyelenggara pemilihan umum dimaksudkan untuk lebih meningkatkan fungsi perencanaan, pelaksanaan,pengawasan, dan evaluasi; e. bahwa diperlukan satu undang-undang yang mengatur penyelenggara Pemilihan Raya Mahasiswa UGM; dan f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan, huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Pemilihan Raya Mahasiswa UGM. : 1. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Pasal 17 Anggaran Dasar Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada; 3. Pasal 25 ayat (1) dan ayat (4) Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada;

2 Dengan Persetujuan Bersama SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA, dan PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN RAYA MAHASISWA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Raya Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, selanjutnya disebut Pemira, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan mahasiswa yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,rahasia, jujur, dan adil dalam KM UGM berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Filosofi UGM. 2. Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, selanjutnya disebut Presiden Mahasiswa, adalah pemimpin tertinggi lembaga eksekutif KM UGM sebagaimana dimaksud dalam AD/ART KM UGM. 3. Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, selanjutnya disebut SM KM UGM, adalah Dewan Perwakilan Mahasiswa sebagaimana dimaksud dalam AD/ART KM UGM. 4. Mahkamah Pemira adalah kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan dalam menyelesaikan sengketa Pemira di tingkat universitas guna menegakkan keadilan yang didasarkan pada fakta dan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan; 5. Panja Pemira adalah Senat Mahasiswa KM UGM yang bertugas untuk mengawasi jalannya pemira dan menyeleksi alat kelengkapan pemira serta kewenangan lain yang diberikan oleh Undang-undang. 6. Badan Pengawas Pemira, selanjutnya disebut Banwasra, adalah badan yang bertugas mengawasi penyelenggar aan Pemira di seluruh wilayah UGM. 7. Komisi Pemilihan Raya Mahasiswa, selanjutnya disebut KPRM, adalah lembaga penyelenggara Pemira ditingkat universitas yang bersifat independen. 8. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disebut TPS, adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara. 9. Pers Mahasiswa adalah badan/ lembaga mahasiswa tingkat universitas dan fakultas yang keberadaannya diakui dan sah secara hukum yang berwenang meliput berita mengenai keseluruhan penyelenggaraan Pemira. 10. Masyarakat Kampus adalah orang/ badan/ lembaga yang diakui keberadaannya di lingkungan UGM.

3 11. Kongres KM UGM adalah sidang yang dilaksanakan pada akhir periode kepengurusan. BAB Il ASAS PENYELENGGARAAN PEMIRA Pasal 2 Penyelenggaraan Pemira berpedoman kepada asas: a. independen; b. jujur; c. adil; d. kepastian hukum; e. tertib penyelenggara Pemira; f. kepentingan umum; g. keterbukaan; h. proporsionalitas; i. profesionalitas; j. akuntabilitas; k. efisiensi; dan l. efektivitas. BAB III PANITIA KERJA ( Panja) PEMIRA SENAT MAHASISWA KM UGM Bagian Kesatu Umum Pasal 3 Panja Pemira adalah Senat Mahasiswa KM UGM yang bertugas untuk mengawasi jalannya pemira dan menyeleksi alat kelengkapan pemira serta kewenangan lain yang diberikan oleh Undang-Undang. Bagian Kedua Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan Pasal 4 (1) PANJA Pemira berkedudukan di Universitas. (2) PANJA Pemira bersifat adhoc. Pasal 5 (1) Anggota PANJA Pemira terdiri dari anggota yang dipilih oleh rapat SM KM UGM. (2) Setiap anggota PANJA Pemira mempunyai hak suara yang sama. (3) Dalam menjalankan kewajibannya, PANJA Pemira mempunyai 1 (satu) pimpinan sidang dari SM KM UGM (4) Pimpinan PANJA Pemira dipilih secara aklamasi oleh seluruh anggota PANJA Pemira yang secara bergantian memimpin sidang PANJA Pasal 6 Tugas Pimpinan PANJA Pemira adalah: a. menjadwalkan agenda Rapat Internal PANJA Pemira; b. menjelaskan materi yang perlu dibahas di Rapat Internal kepada PANJA Pemira;

4 c. memimpin seluruh Rapat Pleno PANJA Pemira dengan Presiden Mahasiswa, Banwasra, KPRM, anggota KM UGM, dan perwakilan badan/ lembaga eksekutif mahasiswa tingkat fakultas; d. mendata dan mengolah seluruh Laporan Periodik dari Banwasra dan KPRM; e. memberitahukan jadwal Rapat Pleno PANJA Pemira kepada Banwasra, KPRM, anggota KM UGM, dan per wakilan badan/ lembaga eksekutif mahasiswa tingkat fakultas; f. menjalankan amanah yang ditetapkan undang-undang dengan penuh tanggung jawab. Bagian Ketiga Hak, Kewajiban dan Wewenang Pasal 7 (1) PANJA pemira berhak : a. Menerima laporan periodik dari presiden mahasiswa mengenai proses pelaksanaan pemira b. Memanggil KPRM, Banwasra, dan MP (Mahkamah Pemira) mengenai proses pelaksanaan Pemira c. Menetapkan pemberhentian anggota Banwasra, KPRM, Mahkamah Pemira; d. Mengaktifkan kembali keanggotaan anggota Banwasra, KPRM, dan Mahkamah Pemira; e. Mengambil kebijakan lebih lanjut apabila KPRM, Banwasra, dan/ atau Mahkamah Pemira tidak bekerja sebagaimana mestinya. (2) PANJA Pemira berkewajiban: a. Menjaga harkat dan martabat Pemira; b. Menjalankan kewajiban dengan penuh tanggung jawab. c. Melaksanakan uji kelayakan dan kepatutan terhadap calon anggota KPRM, Banwasra, dan MP yang diusulkan oleh Presiden Mahasiswa. d. Mengadakan Rapat Pleno PANJA Pemira yang dihadiri oleh Presiden Mahasiswa, Banwasra, KPRM, anggota KM UGM, dan perwakilan badan/ lembaga eksekutif mahasiswa tingkat fakultas; e. mengikuti dan memahami sengketa dalam Sidang Mahkamah Pemira; (3) Dalam menyelesaikan kewajibannya, PANJA Pemira berwenang: a. Bermusyawarah memutuskan nama angota KPRM, Banwasra, dan MP yang diusulkan oleh Presiden Mahasiswa. b. Menetapkan anggota KPRM, Banwasra, dan MP yang terpilih dan kemudian diserahkan kepada Presiden Mahasiswa untuk dilantik. c. Berkoordinasi dengan Presiden Mahasiswa menetapkan pemberhentian anggota KPRM, Banwasra, dan MP. d. Berkoordinasi dengan Presiden Mahasiswa mengaktifkan kembali anggota KPRM, Banwasra, dan MP. Bagian Keempat Pemberhentian Pasal 8 Pemberhentian terhadap anggota PANJA Pemira wajib menggunakan mekanisme internal PANJA. Bagian Kelima

5 Mekanisme Pengambilan Keputusan Pasal 9 Pengambilan keputusan PANJA Pemira dilakukan dalam Rapat Internal PANJA Pemira. Pasal 10 (1) Rapat Internal PANJA Pemira sah apabila dihadiri oleh 50% anggota PANJA Pemira. (2) Keputusan diambil secara musyawarah untuk mufakat dalam Rapat Internal PANJA Pemira yang dicatat dalam Berita Acara Rapat. (3) Apabila musyawarah tidak tercapai mufakat maka dilakukan mekanisme lobi, apabila lobi tidak mencapai mufakat maka dilakukan voting. Pasal 11 (1) Dalam hal tidak tercapai kuorum ditunda selama 2 (dua) kali 20 (dua puluh) menit. (2) Dalam hal Rapat Internal PANJA Pemira telah ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tetap tidak tercapai kuorum, Rapat Internal PANJA dibatalkan. (3) Rapat sebagaimana yang dimaksud ayat 2 bila terjadi sebanyak 1 (satu) kali maka rapat berikutnya dinyatakan sah walaupun tidak kuorum. (4) setelah rapat tanpa kuorum hanya berlangsung 1 kali, maka rapat berikutnya menggunakan mekanisme kuorum pada ayat 1 dan 2, apabila rapat berikutnya tidak kuorum maka mekanisme sesuai ayat 3 kembali. Pasal 12 (1) Undangan dan agenda Rapat Internal PANJA Pemira disampaikan paling lambat 12 (dua belas) jam sebelumnya. (2) Rapat Internal PANJA Pemira dibuka oleh Pimpinan PANJA Pemira. (3) Apabila PANJA Pemira berhalangan, Rapat Internal PANJA Pemira dipimpin oleh pimpinan PANJA yang lain. Pasal 13 Anggota PANJA Pemira yang hadir dalam pengambilan keputusan rapat PANJA Pemira wajib menandatangani hasil keputusan setelah rapat selesai. Bagian Keenam Pertanggungjawaban Pasal 14 Dalam menjalankan tugasnya, mengenai seluruh tahapan Pemira hingga selesai PANJA Pemira bertanggungjawab pada anggota KM UGM melalui Kongres KM UGM.

6 BAB IV KOMISI PEMILIHAN RAYA MAHASISWA Bagian Kesatu Umum Pasal 15 (1) Wilayah kerja KPRM meliputi seluruh wilayah Universitas Gadjah Mada. (2) Dalam menyelenggarakan Pemira, KPRM bebas dari pengaruh pihak mana pun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya. (3) KPRM dapat bekerja sama dengan badan/ lembaga eksekutif dan atau legislatif mahasiswa tingkat fakultas untuk menyelenggarakan Pemira. (4) KPRM bekerjasama dengan alat pelaksana pemilu dari tiap fakultas untuk menyelenggarakan pemira. Bagian Kedua Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan Pasal 16 (1) KPRM berkedudukan di Universitas. (2) KPRM bersifat ad hoc. Pasal 17 (1) Jumlah anggota KPRM yang bertanggung jawab terhadap Presiden Mahasiswa sebanyak 9 (sembilan) orang dari fakultas yang berbeda. (2) Keanggotaan KPRM terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota, dan anggota. (3) Ketua dan Sekretaris KPRM dipilih dari dan oleh anggota dan dicatat dalam Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh semua anggota yang hadir. (4) Setiap anggota KPRM mempunyai hak suara yang sama. Pasal 18 (1) Ketua KPRM bertugas: a. memimpin rapat pleno dan seluruh kegiatan KPRM; b. bertindak untuk dan atas nama KPRM ke luar dan ke dalam; c. memberikan keterangan resmi tentang kebijakan dan kegiatan KPRM; dan d. menandatangani seluruh peraturan dan keputusan KPRM. (2) Sekretaris KPRM bertugas: a. mencatat dan mendokumentasikan seluruh hasil rapat pleno dan seluruh kegiatan KPRM; b. memberikan dukungan teknis dan administratif dalam rapat pleno. c. membuat laporan pertanggungjawaban secara tertulis. (3) Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua KPRM dan Sekretaris KPRM bertanggung jawab kepada Presiden Mahasiswa. Bagian Ketiga Kewajiban dan Wewenang Pasal 19 (1) KPRM berkewajiban: a. menjaga harkat dan martabat KPRM sebagai penyelenggara Pemira yang merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan mahasiswa yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil ;

7 b. bekerja sama dengan badan/ lembaga eksekutif dan atau legislatif mahasiswa tingkat fakultas dalam pelaksanaan Pemira; c. membentuk tim kerja yang bertanggungjawab atas pelaksanaan Pemira di tiap fakultas; d. merencanakan program dan anggaran Pemira; e. menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk tiaptiap tahapan berdasarkan peraturan perundang-undangan; f. mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan; g. membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPRM dan ditandatangani oleh ketua dan anggota KPRM yang hadir; h. melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemira secara tepat waktu; i. menyampaikan laporan periodik mengenai pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemira kepada Banwasra; j. melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemira dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPRM kepada seluruh Masyarakat Kampus; k. meminta dan mengumumkan laporan penggunaan dan sumbangan dana kampanye; l. menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemira kepada masyarakat kampus; m. memperlakukan peserta Pemira dan pasangan calon secara adil; n. memutakhirkan data pemilih berdasarkan data dari Direktorat Administrasi Akademik dan menetapkannya sebagai daftar pemilih lalu dikonfirmasi kepada daftar pemilih tetap dari tiap fakultas. o. membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemira dan Banwasra; p. mengumumkan calon Presiden Mahasiswa dan calon anggota SM KM UGM, dan membuat berita acaranya; q. menetapkan dan mengumumkan Presiden Mahasiswa terpilih, anggota SM KM UGM terpilih dan perolehan jumlah kursi anggota SM KM untuk setiap partai mahasiswa peserta Pemira; r. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara tingkat universitas berdasarkan hasil ekapitulasi penghitungan suara di TPS seluruh fakultas dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara. s. menerbitkan Keputusan KPRM untuk mengesahkan hasil Pemira dan mengumumkannya; t. menerima dan memberikan hasil Putusan Mahkamah Pemira kepada Presiden Mahasiswa, Banwasra, peserta Pemira, perwakilan badan/ lembaga eksekutif mahasiswa tingkat fakultas, dan pihak yang berkepentingan untuk kemudian diinformasikan kepada Masyarakat Kampus; u. melaporkan pertanggungjawaban seluruh pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemira kepada Presiden Mahasiswa dalam rapat pleno dihadapan anggota KM UGM dan perwakilan setiap badan/ lembaga anggota eksekutif mahasiswa di tingkat fakultas; v. memelihara arsip dan dokumen Pemira serta mengelola barang

8 inventaris KPRM; (2) KPRM berwenang: a. bekerja sama dengan badan/ lembaga eksekutif mahasiswa di setiap fakultas atau menentukan sendiri mekanisme perekrutan tim kerja yang bertanggungjawab atas pelaksanaan Pemira di tiap fakultas; b. menyusun dan menetapkan agenda kerja KPRM; c. menentukan jadwal rapat pleno mengenai penyelenggaraan Pemira bersama dengan perwakilan setiap badan/ lembaga eksekutif mahasiswa di tingkat fakultas; d. merekrut satu atau lebih mahasiswa S0/ S1 UGM untuk memperlancar seluruh agenda kerja KPRM; e. menetapkan standarisasi teknis pelaksanaan, kebutuhan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan Pemira; f. menetapkan standarisasi operasional seluruh bentuk persuratan perihal Pemira untuk Presiden Mahasiswa, KPRM, Banwasra, dan Mahkamah Pemira dan meminta bantuan pihak KM UGM manapun dalam pelaksanaannya; g. menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif kepada anggota KPRM yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemira yang sedang berlangsung untuk dilaporkan kepada Banwasra; h. menetapkan peserta Pemira Bagian Keempat Persyaratan Pasal 20 Syarat untuk menjadi calon anggota KPRM adalah: a. warga negara Indonesia; b. Mahasiswa UGM aktif yang terdaftar di DAA (Direktorat Administrasi Akademik) UGM yang menempuh jenjang pendidikan S1 dan Sekolah Vokasi; c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita perjuangan KM UGM; d. mempunyai integritas, pribadi yang kuat, jujur, dan adil; e. memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang tertentu yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemira atau memiliki pengalaman sebagai penyelenggara Pemira; f. sehat jasmani dan rohani; g. tidak pernah menjadi anggota partai mahasiswa yang dinyatakan dalam surat pernyataan yang sah atau sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun tidak lagi menjadi anggota partai mahasiswa yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pengurus partai mahasiswa yang bersangkutan; h. tidak menggunakan Narkoba; i. bersedia bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab dengan menandatangani surat kontrak kerja; dan j. telah menempuh minimal 2 (dua) semester.

9 Bagian Kelima Pengangkatan dan Pemberhentian KPRM Pasal 21 (1) Presiden Mahasiswa membentuk Panitia Seleksi calon anggota KPRM maksimal 7 hari setelah UU Penyelenggaraan Pemira disahkan. (2) Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membantu Presiden Mahasiswa untuk mengusulkan calon anggota KPRM. (3) Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah 5 (lima) orang anggota yang memiliki integritas dan terdaftar sebagai anggota KM UGM. (4) Anggota Panitia Seleksi dilarang mencalonkan diri sebagai calon anggota KPRM. (5) Komposisi Panitia Seleksi terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap anggota, dan anggota. Pasal 22 (1) Panitia Seleksi melaksanakan tugasnya secara terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat kampus. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Panitia Seleksi dapat dibantu atau berkoordinasi dengan lembaga yang memiliki kompetensi pada bidang yang diperlukan. (3) Untuk memilih calon anggota KPRM, Panitia Seleksi melakukan tahapan kegiatan: a. mengumumkan pendaftaran calon anggota KPRM sekurang-kurangnya di 3 (tiga) titik di setiap Fakultas selama 3 (tiga) hari berturut-turut; b. menerima pendaftaran dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak pengumuman terakhir; c. melakukan penelitian administrasi bakal calon anggota KPRM dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari kerja; d. mengumumkan hasil penelitian administrasi bakal calon anggota KPRM dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari kerja; e. melakukan seleksi tertulis dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak pengumuman hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada huruf d; f. melakukan wawancara dengan bakal calon anggota KPRM dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja; dan g. menyampaikan 14 (empat belas) nama bakal calon anggota KPRM kepada PANJA Pemira paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak Panitia Seleksi memutuskan nama bakal calon. h. Penyampaian nama calon yang sudah ditetapkan Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada huruf (g) disusun berdasarkan abjad disertai salinan berkas administrasi tiap-tiap bakal calon anggota KPRM. Pasal 23 PANJA Pemira memutuskan dalam rapat pleno sebanyak 9 (sembilan) nama anggota KPRM terpilih kepada Panitia Seleksi yang telah disahkan dalam bentuk tertulis dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak calon anggota KPRM ditetapkan.

10 Pasal 24 Pelantikan KPRM KM UGM dilakukan oleh Presiden Mahasiswa. Pasal 25 (1) Anggota KPRM berhenti antar waktu karena: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; atau c. diberhentikan. (2) Diberhentikan sebagaimana dimaksud pada (1) huruf c apabila: a. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota KPRM; b. melanggar sumpah/janji jabatan dan/atau kode etik; c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan secara berturutturut selama 7 (tujuh) hari atau berhalangan tetap. d. dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; e. tidak menghadiri rapat pleno yang menjadi tugas dan kewajibannya selama 3 (tiga) kali berturut-turut tanpa alasan yang jelas; atau f. melakukan perbuatan yang terbukti menghambat KPRM dalam mengambil keputusan dan penetapan sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pemberhentian anggota KPRM yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Presiden Mahasiswa setelah adanya laporan tertulis dari Banwasra; (4) Penggantian anggota KPRM yang berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon anggota KPRM urutan peringkat berikutnya dari hasil pemilihan yang dilakukan oleh PANJA Pemira. Pasal 26 (1) Pemberhentian anggota KPRM yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, dan huruf f didahului dengan verifikasi oleh Presiden Mahasiswa atas laporan Banwasra dan/ atau pengaduan KPRM dan/ atau pengaduan masyarakat kampus dengan identitas yang jelas. (2) Dalam proses pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota KPRM harus diberi kesempatan untuk membela diri di hadapan Presiden Mahasiswa. (3) Dalam hal rapat pleno Presiden Mahasiswa memutuskan pemberhentian anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota yang bersangkutan otomatis diberhentikan sementara sebagai anggota KPRM sampai Presiden Mahasiswa memutuskan untuk mengaktifkan kembali. (4) Segala bentuk pengaduan, pembelaan, dan pengambilan keputusan dalam pembuatan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), dan (3) diatas wajib dibuat dalam bentuk yang dapat dipertanggungjawabkan kepada Mahkamah Pemira. Pasal 27 (1) Anggota KPRM diberhentikan sementara karena: a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana; atau b. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2). (2) Dalam hal anggota KPRM dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan

11 tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota KPRM. (3) Dalam hal anggota KPRM dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota yang bersangkutan harus diaktifkan kembali. (4) Dalam hal surat keputusan pengaktifan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak diterbitkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari, dengan sendirinya anggota KPRM dinyatakan aktif kembali. (5) Dalam hal anggota KPRM yang dinyatakan tidak terbukti bersalah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), dilakukan rehabilitasi nama anggota KPRM yang bersangkutan oleh Presiden Mahasiswa. (6) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 10 (sepuluh) hari kerja dan dapat diper panjang paling lama 20 (duapuluh) hari kerja. (7) Dalam hal perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) telah berakhir dan tanpa pemberhentian tetap, yang bersangkutan dinyatakan dengan Undang-Undang ini aktif kembali. Bagian Keenam Sumpah/Janji Pasal 28 (1) Sebelum menjalankan tugas, anggota KPRM mengucapkan sumpah/ janji saat Pelantikan KPRM dan menandatangani surat kontrak kerja (2) Sumpah/janji anggota KPRM sebagai berikut: "Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji: Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya sebagai anggota KPRM dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan perundangundangan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan wewenang akan bekerja dengan sungguhsungguh, jujur, adil dan cermat demi suksesnya Pemira, tegaknya demokrasi dan keadilan, serta mengutamakan kepentingan Keluarga Mahasiswa UGM dan Negara Kesatuan Republik Indonesia daripada kepentingan pribadi atau golongan." Bagian Ketujuh Mekanisme Pengambilan Keputusan Pasal 29 Pengambilan keputusan KPRM dilakukan dalam rapat pleno. Pasal 30 (1) Rapat Pleno KPRM sah apabila dihadiri oleh 50% anggota KPRM. (2) Keputusan diambil secara musyawarah untuk mufakat dalam Rapat Pleno KPRMyang dicatat dalam Berita Acara Rapat. (3) Apabila musyawarah tidak tercapai mufakat maka dilakukan mekanisme lobi, apabila lobi tidak mencapai mufakat maka dilakukan voting. Pasal 31 (1) Dalam hal tidak tercapai kuorum ditunda selama 2 (dua) kali 20 (dua puluh) menit. (2) Dalam hal Rapat Pleno KPRM telah ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat

12 (1) dan tetap tidak tercapai kuorum, Rapat Pleno KPRM dibatalkan. (3) Rapat sebagaimana yang dimaksud ayat 2 bila terjadi sebanyak 1 (satu) kali maka rapat berikutnya dinyatakan sah walaupun tidak kuorum. (4) setelah rapat tanpa kuorum hanya berlangsung 1 kali, maka rapat berikutnya menggunakan mekanisme kuorum pada ayat 1 dan 2, apabila rapat berikutnya tidak kuorum maka mekanisme sesuai ayat 3 kembali. Pasal 32 (1) Undangan dan agenda rapat pleno KPRM disampaikan paling lambat 12 (dua belas) jam sebelumnya. (2) Rapat pleno dipimpin oleh Ketua KPRM. (3) Apabila ketua berhalangan, rapat pleno KPRM dipimpin oleh salah satu anggota yang dipilih secara aklamasi. Pasal 33 Anggota KPRM yang hadir dalam pengambilan keputusan rapat pleno KPRM wajib menandatangani hasil keputusan setelah rapat selesai. Bagian Kedelapan Pertanggungjawaban Pasal 34 (1) Dalam menjalankan tugasnya, mengenai anggaran dan penyelenggaraan seluruh tahapan Pemira hingga selesai KPRM KM UGM bertanggungjawab pada seluruh Masyarakat Kampus melalui Presiden Mahasiswa dengan laporan pertanggungjawaban secara tertulis; (2) Dalam hal Presiden Mahasiswa mengagendakan Laporan Periodik kepada Panja Pemira Senat, sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota KPRM wajib menghadirinya. BAB V BADAN PENGAWAS PEMIRA Bagian Kesatu Umum Pasal 35 (1) Pengawasan penyelenggaraan Pemira dilakukan oleh Banwasra. (2) Banwasra bersifat ad hoc. Pasal 36 (1) Wilayah kerja Banwasra meliputi seluruh wilayah Universitas Gadjah Mada; (2) Dalam menyelenggarakan Pemira, Banwasra bebas dari pengaruh pihak mana pun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya; (3) Banwasra dapat bekerja sama dengan badan/ lembaga eksekutif dan legislatif mahasiswa tingkat fakultas untuk mengawasi keseluruhan penyelenggaraan Pemira. Pasal 37 Banwasra dibentuk paling lambat 3 (tiga) hari setelah KPRM terbentuk dan berakhir paling lambat 2 (dua) pekan setelah seluruh tahapan penyelenggaraan Pemira selesai.

13 Bagian Kedua Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan Pasal 38 Banwasra berkedudukan di universitas. Pasal 39 (1) Jumlah anggota Banwasra sebanyak 7 (tujuh) orang dari fakultas yang berbeda; (2) Banwasra terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota dan anggota. (3) Ketua dan Sekretaris Banwasra dipilih dari dan oleh anggota dan dicatat dalam Berita Acara (4) Rapat yang ditandatangani oleh semua anggota yang hadir. (5) Setiap anggota Banwasra mempunyai hak suara yang sama. Pasal 40 (1) Ketua Banwasra bertugas: a. memimpin rapat pleno dan seluruh kegiatan Banwasra; b. bertindak untuk dan atas nama Banwasra ke luar dan ke dalam; c. memberikan keterangan resmi tentang kebijakan dan kegiatan Banwasra; d. menandatangani seluruh keputusan Banwasra. (2) Sekretaris Bawasra bertugas: a. mencatat dan mendokumentasikan seluruh hasil rapat pleno dan seluruh kegiatan Banwasra; b. memberikan dukungan teknis dan administratif dalam rapat pleno. c. bertugas membuat laporan pertanggungjawaban tertulis (3) Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua dan Sekretaris Banwasra bertanggung jawab kepada rapat pleno. Bagian Ketiga Kewajiban dan Wewenang Pasal 41 Banwasra berkewajiban: a. menjaga harkat dan martabat Banwasra sebagai pengawas penyelenggaraan Pemira yang mana adalah sarana pelaksanaan kedaulatan mahasiswa yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil ; b. bekerja sama dengan badan/ lembaga eksekutif dan legislatif mahasiswa tingkat fakultas dalam pengawasan keseluruhan penyelenggaraan Pemira; c. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya; d. melakukan pengawasan terhadap kinerja KPRM dan seluruh kegiatan penyelenggaraan Pemira; e. menerima, memeriksa, dan menandatangani seluruh pertanggungjawaban dari KPRM; f. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundangundangan mengenai Pemira lalu dilaporkan kepada Mahkamah Pemira; g. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden Mahasiswa sesuai dengan tahapan Pemira secara periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan.

14 h. menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemira kepada masyarakat kampus melalui KPRM Pasal 42 (1) Banwasra berwenang mengawasi seluruh kegiatan tahapan penyelenggaraan Pemira dari awal terbentuk sampai sesaat sebelum Presiden Mahasiswa memberikan pertanggungjawaban kepada anggota KM UGM melalui Kongres KM UGM. (2) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Banwasra berwenang: a. memberikan rekomendasi kepada KPRM untuk menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran; b. memberikan rekomendasi kepada Mahkamah Pemira atas temuan dan laporan terhadap tindakan yang mengandung unsur tindak pidana; c. merekrut satu atau lebih mahasiswa SV/ S1 UGM untuk memperlancar seluruh agenda kerja Banwasra. Bagian Keempat Persyaratan Pasal 43 Syarat untuk menjadi calon anggota Banwasra adalah: a. warga negara Indonesia; b. Mahasiswa UGM aktif yang terdaftar di DAA (Direktorat Administrasi Akademik) UGM yang menempuh jenjang pendidikan S1 dan Sekolah Vokasi; c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita perjuangan KM UGM; d. mempunyai integritas, pribadi yang kuat, jujur, dan adil; e. memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang tertentu yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemira atau memiliki pengalaman sebagai penyelenggara Pemira; f. sehat jasmani dan rohani; g. tidak pernah menjadi anggota partai mahasiswa yang dinyatakan dalam surat pernyataan yang sah atau sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun tidak lagi menjadi anggota partai mahasiswa yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pengurus partai mahasiswa yang bersangkutan; h. tidak menggunakan Narkoba; i. bersedia bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab dengan menandatangani surat kontrak kerja; dan j. telah menempuh minimal 2 semester. Bagian Kelima Pengangkatan dan Pemberhentian Pasal 44 (1) Presiden Mahasiswa membentuk Panitia Seleksi calon anggota Banwasra. (2) Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membantu Presiden Mahasiswa untuk mengusulkan calon anggota Banwasra. (3) Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah 5 (lima) orang anggota yang memiliki integritas dan pernah atau sedang terdaftar sebagai

15 anggota KM UGM. (4) Anggota Panitia Seleksi dilarang mencalonkan diri sebagai calon anggota Banwasra. (5) Komposisi Panitia Seleksi terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota, seorang Sekretaris merangkap anggota, dan anggota. Pasal 45 (1) Panitia Seleksi melaksanakan tugasnya secara terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat kampus. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Panitia Seleksi dapat dibantu oleh atau berkoordinasi dengan lembaga yang memiliki kompetensi pada bidang yang diperlukan. (3) Untuk memilih calon anggota Banwasra, Panitia Seleksi melakukan tahapan kegiatan: a. mengumumkan pendaftaran calon anggota Banwasra sekurang-kurangnya pada 3 (tiga) titik di setiap fakultas selama 3 (tiga) hari berturut-turut; b. menerima pendaftaran dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak pengumuman terakhir; c. melakukan penelitian administrasi bakal calon anggota Banwasra dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari kerja; d. mengumumkan hasil penelitian administrasi bakal calon anggota Banwasra dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari kerja; e. melakukan seleksi tertulis dan wawancara dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak pengumuman hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada huruf d; f. menyampaikan 10 (sepuluh) nama bakal calon anggota Banwasra kepada PANJA Pemira paling lambat 1 (satu) hari terhitung sejak Panitia Seleksi memutuskan nama bakal calon. g. Penyampaian nama calon yang sudah ditetapkan Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada huruf (g) disusun berdasarkan abjad disertai salinan berkas administrasi tiap-tiap bakal calon anggota Banwasra. Pasal 46 PANJA Pemira memutuskan dalam rapat pleno sebanyak 7 (tujuh) nama anggota Banwasra terpilih kepada Panitia Seleksi yang telah disahkan dalam bentuk tertulis dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak calon anggota Banwasra ditetapkan. Pasal 47 Pelantikan Banwasra dilakukan oleh Presiden Mahasiswa. Pasal 48 (1) Anggota Banwasra berhenti antarwaktu karena: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; atau c. diberhentikan. (2) Diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c apabila: a. tidak lagi memenuhi syar at sebagai anggota Banwasra; b. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik; c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan

16 tetap selama berturut-turut selama 7 (tujuh) hari; d. dijatuhi pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; e. tidak menghadiri rapat pleno yang menjadi tugas dan kewajibannya selama 3 (tiga) hari berturut-turut tanpa alasan yang jelas; atau f. melakukan perbuatan yang terbukti menghambat Banwasra dalam mengambil keputusan g. dan penetapan sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pemberhentian anggota yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh Presiden Mahasiswa. (4) Penggantian anggota Banwasra yang berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon anggota Banwasra urutan peringkat berikutnya dari hasil pemilihan yang dilakukan oleh PANJA Pemira. Pasal 49 (1) Pemberhentian anggota Banwasra, yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e dan huruf f didahului dengan verifikasi oleh PANJA Pemira. (2) Dalam proses pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota Banwasra, harus diberi kesempatan untuk membela diri di hadapan Presiden Mahasiswa. (3) Dalam hal rapat Banwasra memutuskan pemberhentian anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan rekomendasi Presiden Mahasiswa, anggota yang bersangkutan diberhentikan sementara sebagai anggota Banwasra sampai Presiden Mahasiswa memutuskan untuk mengaktifkan kembali. (4) pembelaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan pengambilan keputusan dalam pembuatan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dibuat dalam bentuk yang dapat dipertanggungjawabkan kepada Mahkamah Pemira. Pasal 50 (1) Anggota Banwasra diberhentikan sementara karena: a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana; atau b. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 48 ayat (2). (2) Dalam hal anggota Banwasra dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota Banwasra. (3) Dalam hal anggota Banwasra dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota yang bersangkutan harus diaktifkan kembali. (4) Dalam hal surat keputusan pengaktifan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak diterbitkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari, dengan sendirinya anggota Banwasra dinyatakan aktif kembali. (5) Dalam hal anggota Banwasra yang dinyatakan tidak terbukti bersalah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), dilakukan rehabilitasi nama anggota Banwasra yang bersangkutan oleh Presiden Mahasiswa. (6) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 10

17 (sepuluh) hari kerja dan dapat diper panjang paling lama 20 (dua puluh) hari kerja. (7) Dalam hal perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah berakhir dan tanpa pemberhentian tetap, yang bersangkutan dinyatakan dengan Undang-Undang ini aktif kembali. Bagian Keenam Sumpah/ Janji Pasal 51 (1) Sebelum menjalankan tugas, anggota Banwasra mengucapkan sumpah/janji saat Pelantikan Banwasra dan menandatangani surat kontrak kerja. (2) Sumpah/ janji anggota Banwasra adalah sebagai berikut: "Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/ berjanji: Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya sebagai anggota Banwasra dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan berpedoman kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita perjuangan KM UGM; Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan wewenang akan bekerja dengan sungguhsungguh, jujur, adil, dan cermat demi suksesnya Pemira UGM, tegaknya demokrasi dan keadilan, serta mengutamakan kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Keluarga Mahasiswa UGM daripada kepentingan pribadi atau golongan." Bagian Ketujuh Mekanisme Pengambilan Keputusan Pasal 52 Keputusan Banwasra yang berkaitan dengan penetapan dan pemberian rekomendasi kepada KPRM dilakukan melalui rapat pleno. Pasal 53 (1) Rapat Pleno Banwasra sah apabila dihadiri oleh 50% anggota Banwasra. (2) Keputusan diambil secara musyawarah untuk mufakat dalam Rapat Pleno Banwasra yang dicatat dalam Berita Acara Rapat. (3) Apabila musyawarah tidak tercapai mufakat maka dilakukan mekanisme lobi, apabila lobi tidak mencapai mufakat maka dilakukan voting. Pasal 54 (1) Dalam hal tidak tercapai kuorum ditunda selama 2 (dua) kali 20 (dua puluh) menit. (2) Dalam hal Rapat Pleno Banwasra telah ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tetap tidak tercapai kuorum, Rapat Pleno Banwasra dibatalkan. (3) Rapat sebagaimana yang dimaksud ayat 2 bila terjadi sebanyak 1 (satu) kali maka rapat berikutnya dinyatakan sah walaupun tidak kuorum. (4) setelah rapat tanpa kuorum hanya berlangsung 1 kali, maka rapat berikutnya menggunakan mekanisme kuorum pada ayat 1 dan 2, apabila rapat berikutnya tidak kuorum maka mekanisme sesuai ayat 3 kembali. Pasal 55 (1) Undangan dan agenda rapat pleno Banwasra disampaikan paling lambat 12

18 (dua belas) jam sebelumnya. (2) Rapat pleno dipimpin oleh Ketua Banwasra. (3) Apabila Ketua berhalangan, rapat pleno Banwasra dipimpin oleh salah satu anggota yang dipilih secara aklamasi. Pasal 56 (1) Ketua Banwasra wajib menandatangani penetapan hasil Pemira dari KPRM dalam waktu paling lama 1 (satu) hari. (2) Dalam hal penetapan hasil Pemira tidak ditandatangani Ketua dalam waktu 1 (satu) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) salah satu anggota Banwasra dapat menandatangani penetapan hasil Pemira. (3) Dalam hal tidak ada anggota Banwasra menandatangani penetapan hasil Pemira, dengan sendirinya hasil Pemira dinyatakan sah dan berlaku. (4) Sengketa mengenai penetapan hasil Pemira dari KPRM dari pihak lain yang berkepentingan tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk Banwasra tidak menandatangani penetapan hasil Pemira dari KPRM. Bagian Kedelapan Pertanggungjawaban dan Pelaporan Pasal 57 (1) Dalam menjalankan tugasnya, mengenai anggaran dan penyelenggaraan seluruh tahapan Pemira hingga selesai Banwasra bertanggungjawab pada seluruh Masyarakat Kampus melalui Presiden Mahasiswa; (2) Dalam hal PANJA Pemira mengagendakan Laporan Periodik dari Presiden Mahasiswa, sekurang-kurangnya 4 (empat) orang anggota Banwasra wajib menghadirinya. BAB VI MAHKAMAH PEMIRA Bagian Kesatu Umum Pasal 58 (1) Persidangan adalah sidang-sidang yang dilakukan oleh Mahkamah Pemira untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan yang diajukan ke Mahkamah Pemira. (2) Hakim Mahkamah Pemira adalah pejabat peradilan dalam lingkup Pemilihan Raya yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili perselisihan mengenai Pemira. (3) Panitera Mahkamah Pemira, yang selanjutnya disebut dengan Panitera adalah orang yang bertugas mencatat, mendokumentasikan, menghimpun, dan menjaga seluruh hal yang berkaitan dengan kelengkapan Persidangan Mahkamah Pemira selama berlangsung. (4) Panitera Pengganti Mahkamah Pemira, yang selanjutnya disebut dengan Panitera Pengganti adalah orang yang bertugas mengisi kedudukan Panitera Mahkamah Pemira saat berhalangan hadir dan membantu Hakim. (5) Juru Sumpah adalah orang yang ditunjuk Panitera atau/ Panitera Pengganti yang bertugas untuk mengambil sumpah dalam Persidangan Mahkamah Pemira. (6) Para Pihak adalah Pemohon dan/ atau Kuasa Hukumnya, Termohon dan/ atau

19 Kuasa Hukumnya, Turut Termohon dan/ atau Kuasa Hukumnya, Pihak Terkait dan/ atau Kuasa Hukumnya yang hadir di Persidangan. (7) Kuasa Hukum adalah orang yang diberikan Surat Kuasa oleh Pemohon atau/ Termohon untuk mewakili dalam Persidangan Mahkamah Pemira. (8) Pengunjung Sidang adalah orang yang hadir di Per sidangan Mahkamah Pemira untuk menyaksikan jalannya Persidangan, baik di dalam maupundi luar ruang Persidangan. (9) Rapat Permusyawaratan Hakim adalah rapat internal 5 (lima) Hakim Mahkamah Pemira dalam mengadili perselisihan mengenai Pemira. (10) Penutupan Sidang Mahkamah Pemira adalah sidang Mahkamah Pemira setelah memutus perkara terakhir mengenai Pemira yang melaporkan seluruh laporan pertanggungjawaban seluruh penyelenggaraan Pemira. Bagian Kedua Kedudukan, Susunan, dan Keanggotaan Pasal 59 Mahkamah Pemira berkedudukan di universitas. Pasal 60 (1) Keanggotaan Mahkamah Pemira terdiri atas mahasiswa yang mempunyai kemampuan dalam melakukan penyelesaian sengketa dan tidak menjadi anggota partai mahasiswa. (2) Mahkamah Pemira beranggotakan 5 (lima) orang; (3) Mahkamah Pemira terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota dan anggota. (4) Ketua Mahkamah Pemira dipilih dari dan oleh anggota dan dicatat dalam Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh semua anggota yang hadir. (5) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenangnya, Mahkamah Pemira dibantu oleh Panitera, Panitera Pengganti, dan Juru Sumpah. (6) Setiap anggota Mahkamah Pemira mempunyai hak suara yang sama. Bagian Ketiga Kewajiban dan Wewenang Pasal 61 (1) Mahkamah Pemira berkewajiban: a. Memperdalam dan memperluas penguasaan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan tugas sebagai Hakim Mahkamah Pemira, untuk digunakan dalam proses penyelesaian perkara dengan setepat-tepatnya dan seadil- adilnya sesuai dengan kewenangan dan kewajiban yang diamanatkan oleh undang-undang ini; b. menjaga harkat dan martabat Mahkamah Pemira sebagai salah satu penyelenggara Pemira yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan keadilan yang didasarkan pada fakta dan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan; c. menjatuhkan putusan secara obyektif didasarkan kepada fakta dan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan guna menjamin rasa keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum yang optimal; d. menyelesaikan sengketa Pemira yang berkaitan dengan hasil perhitungan suara pemilihan Presiden Mahasiswa, anggota DPM, dan anggota DPF;

20 e. tidak memberikan komentar terbuka atas pendapat anggota Hakim Mahkamah Pemira lain yang berbeda (dissenting opinion), kecuali dilakukan dalam rangka pengkajian ilmiah; f. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya; g. tidak menerima sesuatu pemberian atau janji dari pihak yang berperkara, baik langsung maupun tidak langsung; h. menerima dan menindaklanjuti laporan yang masuk sesuai peraturan perundang-undangan; i. mencurahkan integritasnya untuk memutus perkara sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan tanpa mengurangi rasa keadilan; j. tidak mengeluarkan pendapat atau pernyataan di luar Persidangan atas sesuatu perkara yang sedang ditanganinya mendahului putusan; k. menjatuhkan putusan secara obyektif didasarkan kepada fakta dan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan guna menjamin rasa keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum yang optimal; l. menyampaikan hasil putusan kepada pihak yang bersengketa dan kepada publik melalui Sidang Mahkamah Pemira; m. Mahkamah Pemira wajib mengumumkan laporan pertanggungjawaban kepada Masyarakat Kampus pada Penutupan Sidang Mahkamah Pemira secara terbuka mengenai: permohonan yang terdaftar, diperiksa, dan diputus; pengelolaan keuangan dan tugas administrasi lainnya; n. menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemira kepada masyarakat kampus melalui KPRM (2) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahkamah Pemira berwenang: a. melakukan pemanggilan dan bertanya kepada pihak-pihak yang dibutuhan untuk memutuskan sengketa; b. mengadakan Rapat Permusyawaratan Hakim; c. melakukan kajian dan pembahasan atas sengketa yang masuk; d. melakukan konsultasi dan meminta masukan dari pihak yang dianggap memiliki kapasitas untuk memberikan masukan atas sengketa yang diproses; e. memberikan putusan atas sengketa sebagaimana dimaksud ayat (1) poin b; dan melakukan tindakan lain baik diluar maupun didalam ruang sidang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sengketa sejauh tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diberitahukan kepada Para Pihak serta pengunjung sidang saat sidang berlangsung; f. dalam hal melakukan tindakan lain diluar ruang sidang sebagaimana dimaksud ayat (2) poin e, maka Mahkamah Pemira berkewajiban menyertakan satu (1) Saksi dari Para Pihak. Bagian Keempat Persyaratan Pasal 62 Syarat untuk menjadi calon anggota Mahkamah Pemira adalah: a. warga negara Indonesia; b. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang- Undang Dasar Negara

21 Republik Indonesia tahun 1945, dan cita-cita perjuangan KM UGM; c. mempunyai integritas, pribadi yang kuat, jujur, dan adil; d. memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa pemira; e. tidak pernah menjadi anggota Partai Mahasiswa yang dinyatakan secara tertulis dalam surat pernyataan yang sah atau sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun; dan f. minimal telah menempuh 4 (empat) semester Bagian Kelima Pengangkatan dan Pemberhentian Mahkamah Pemira Pasal 63 (1) Presiden Mahasiswa membentuk Panitia Seleksi calon anggota Mahkamah Pemira (2) Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membantu Presiden Mahasiswa untuk menetapkan calon anggota Mahkamah Pemira. (3) Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah 5 (lima) orang anggota yang memiliki integritas dan atau sedang terdaftar sebagai anggota KM UGM. (4) Anggota Panitia Seleksi dilarang mencalonkan diri sebagai calon anggota Mahkamah Pemira. (5) Komposisi Panitia Seleksi terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota, seorang Sekretaris mer angkap anggota, dan anggota. Pasal 64 (1) Panitia Seleksi melaksanakan tugasnya secara terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat kampus; (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Panitia Seleksi dapat dibantu oleh atau berkoordinasi dengan lembaga yang memiliki kompetensi pada bidang yang diperlukan. (3) Untuk memilih calon anggota Mahkamah Pemira, Panitia Seleksi melakukan tahapan kegiatan: a. mengumumkan pendaftaran calon anggota Mahkamah Pemira sekurangkurangnya pada 3 (tiga) titik di setiap fakultas selama 3 (tiga) hari berturut-turut; b. menerima pendaftaran dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak pengumuman terakhir; c. melakukan penelitian administrasi bakal calon anggota Mahkamah Pemira dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari kerja; d. mengumumkan hasil penelitian administrasi bakal calon anggota Mahkamah Pemira dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari kerja; e. melakukan seleksi tertulis dan wawancara dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak pengumuman hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada huruf d; f. menyampaikan 10 (sepuluh) nama bakal calon anggota Mahkamah Pemira kepada Presiden Mahasiswa paling lambat 1 (satu) hari terhitung sejak Panitia Seleksi memutuskan nama bakal calon. g. Penyampaian nama calon yang sudah ditetapkan Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada huruf (f) disusun berdasarkan abjad disertai

22 salinan berkas administrasi tiap-tiap bakal calon anggota Mahkamah Pemira. (4) PANJA Pemira memutuskan dalam rapat pleno sebanyak 5 (lima) nama anggota Mahkamah Pemira terpilih kepada Panitia Seleksi yang telah disahkan dalam bentuk tertulis dalam waktu paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak calon anggota Mahkamah Pemira ditetapkan. Pasal 65 Pelantikan Mahkamah Pemira dilakukan oleh Presiden Mahasiswa. Pasal 66 (1) Anggota Mahkamah Pemira berhenti antar waktu karena: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; atau c. diberhentikan. (2) Diberhentikan sebagaimana dimaksud pada (1) huruf c. apabila: a. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota Mahkamah Pemira; b. melanggar sumpah/ janji jabatan dan/ atau kode etik; c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan secara berturut-turut selama 7 (tujuh) hari atau berhalangan tetap; d. dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; e. tidak menghadiri rapat pleno yang menjadi tugas dan kewajibannya selama 3 (tiga) kali berturut-turut tanpa alasan yang jelas; atau f. melakukan perbuatan yang terbukti menghambat Mahkamah Pemira dalam mengambil keputusan dan penetapan sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pemberhentian anggota Mahkamah Pemira yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Presiden Mahasiswa. (4) Penggantian anggota Mahkamah Pemira yang berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon anggota Mahkamah Pemira urutan peringkat berikutnya dari hasil pemilihan yang dilakukan oleh PANJA Pemira. Pasal 67 (1) Pemberhentian anggota Mahkamah Pemira yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, dan huruf f didahului dengan verifikasi oleh PANJA Pemira atas rekomendasi Presiden Mahasiswa; (2) Dalam proses pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota Mahkamah Pemira harus diberi kesempatan untuk membela diri di hadapan Presiden Mahasiswa dalam Rapat Pleno yang dihadiri oleh anggota KPRM dan Banwasra; (3) Dalam hal rapat pleno PANJA Pemira memutuskan pemberhentian anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan rekomendasi Banwasra, anggota yang bersangkutan diberhentikan sementara sebagai anggota Mahkamah Pemira sampai sampai Presiden Mahasiswa memutuskan untuk mengaktifkan kembali. (4) pembelaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan pengambilan keputusan dalam pembuatan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib

23 dibuat dalam bentuk yang dapat dipertanggungjawabkan saat Penutupan Sidang Mahkamah Pemira. Pasal 68 (1) Anggota Mahkamah Pemira diberhentikan sementara karena: a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana; b. melakukan kegiatan yang mengganggu upaya menuntaskan sengketa; atau c. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2). (2) Dalam hal anggota Mahkamah Pemira dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota Mahkamah Pemira. (3) Dalam hal anggota Mahkamah Pemira dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota yang bersangkutan harus diaktifkan kembali. (4) Dalam hal surat keputusan pengaktifan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak diterbitkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari, dengan sendirinya anggota Mahkamah Pemira dinyatakan aktif kembali. (5) Dalam hal anggota Mahkamah Pemira yang dinyatakan tidak terbukti bersalah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), dilakukan rehabilitasi nama anggota Mahkamah Pemira yang bersangkutan oleh Presiden Mahasiswa. (6) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c paling lama 10 (sepuluh) hari kerja dan dapat diperpanjang paling lama 20 (dua puluh) hari kerja. (7) Dalam hal perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) telah berakhir dan tanpa pemberhentian tetap, yang bersangkutan dinyatakan dengan Undang-Undang ini aktif kembali. Bagian Keenam Sumpah/ Janji Pasal 69 (1) Sebelum menjalankan tugas, anggota Mahkamah Pemira mengucapkan sumpah/janji dan menandatangani surat kontrak kerja. (2) Sumpah/janji anggota Mahkamah Pemira sebagai berikut: "Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji: Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya sebagai anggota Mahkamah Pemira dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan perundangundangan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan wewenang akan bekerja dengan sungguhsungguh, jujur, adil dan cermat demi suksesnya Pemira, tegaknya demokrasi dan keadilan, serta mengutamakan kepentingan Keluarga Mahasiswa UGM dan Negara Kesatuan Republik Indonesia daripada kepentingan pribadi atau golongan." Bagian Ketujuh Tata Cara Persidangan Pasal 70 (1) Persidangan dilaksanakan di ruangan lingkungan UGM dengan tertib,

Dengan Persetujuan Bersama SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA, dan PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA

Dengan Persetujuan Bersama SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA, dan PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN MAHASISWA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memilih Presiden

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung, umum, bebas,

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin tercapainya cita-cita dan

Lebih terperinci

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal...

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal... DAFTAR ISI Hal - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum... - BAB I Ketentuan Umum... 4 - BAB II Asas Penyelenggara Pemilu... 6 - BAB III Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin tercapainya cita-cita dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin tercapainya cita-cita dan tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2017 PEMERINTAHAN. Pemilihan Umum. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6109) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 02/Kpts/KPU-Wng-012329512/2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN MEMUTUSKAN : : UNDANG-UNDANG TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI MAHASISWA UNIVERSITAS.

MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN MEMUTUSKAN : : UNDANG-UNDANG TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI MAHASISWA UNIVERSITAS. UNDANG-UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI MAHASISWA UNIVERSITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENEGAKAN KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM BAGI ANGGOTA DAN JAJARAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 03/Kpts-K/KPU-Kab-012.329506/2013 TENTANG PENETAPAN PEDOMAN TEKNIS ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG UNDANG NO. 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan kehidupan kenegaraan yang demokratis konstitusional berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN LUAR NEGERI DAN KELOMPOK PENYELENG

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN LUAR NEGERI DAN KELOMPOK PENYELENG - 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN LUAR NEGERI DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA LUAR NEGERI DALAM PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BAHAN UJI PUBLIK 12 MARET 2015 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH, KOMISI

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

MATRIKS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI MATRIKS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UU MK (UU No. 24 Tahun 2003) LNRI Tahun 2003 No.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, RPKPU UNTUK UJI PUBLIK Draft tanggal 17 November 2017 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN LUAR NEGERI DAN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 03/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS NOMOR 6/Kpts/KPU-Kab-019.435667/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SOLOK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SOLOK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SOLOK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SOLOK, PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAN SELEKSI CALON ANGGOTA KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA (KPPS) DAN PETUGAS KETERTIBAN TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI MUARO JAMBI PADA PEMILIHAN

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN PEMBERHENTIAN ANTARWAKTU, PENGGANTIAN ANTARWAKTU,

Lebih terperinci

UNDANG- UNDANG KELUARGA MAHASISWA

UNDANG- UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNDANG- UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM MAHASISWA PRESIDEN MAHASISWA DAN SENAT MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF

Lebih terperinci

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN AD/ART KM UGM PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan Republik Indonesia harus diisi dengan kegiatan pembangunan yang bervisi kerakyatan sebagai perwujudan rasa syukur bangsa Indonesia atas rahmat Tuhan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba

2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba No.1892, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Bawaslu Provinsi. Bawaslu Kab/Kota. Panwaslu Kecamatan. Panwaslu Kelurahan/Desa. Panwaslu LN. Pengawas TPS. Pembentukan, Pemberhentian, dan Penggantian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN NOMOR: 20/Kpts/KPU-Kab/005.435316/Pilbup/Tahun 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA KERJA PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UNDANG-UNDANG KMFT UGM Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UNDANG-UNDANG KMFT UGM Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UNDANG-UNDANG KMFT UGM Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Ketua Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Pelanggaran. Kode Etik. Daerah. Pemeriksaaan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN SERTA PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA

PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN SERTA PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA Lampiran I KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3/Kpts/KPU-Kab-012.329455/2015 TANGGAL : 18 APRIL 2015 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN SERTA

Lebih terperinci