BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Belajar dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia. mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan, baik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Belajar dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia. mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan, baik"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia Menurut Arifin, et al (2003), belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan, baik individual maupun maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing. Gagne (dalam Dahar, 1989) mengungkapkan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses perubahan perilaku suatu organisme sebagai akibat pengalaman. Hintzman (dalam Syah, 1997) berpendapat sama, yakni bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Sejalan dengan Gagne dan Hintzman, Chaplin (dalam Syah, 1997) membatasi belajar dengan dua rumusan. Pertama, belajar merupakan perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat pengalaman. Kedua, belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Menurut teori Gestalt-field (dalam Dahar, 1989), belajar merupakan proses perolehan atau perubahan pandangan-pandangan, harapan-harapan atau pola-pola berpikir. Sedangkan menurut Robert Slavin (dalam Nur, 2004) sebagai penganut teori kognitif mengemukakan bahwa belajar merupakan pemprosesan informasi yang menguraikan fungsi dari pencatat panca indera atau sensory register, memori jangka pendek, jangka panjang, serta 10

2 menjelaskan bagaimana tiap-tiap komponen itu menyumbang kepada pemprosesan informasi. Evaluasi menjadi tolak ukur keberhasilan belajar adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan suatu kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau memberikan prestasi tertentu, yaitu kemampuan yang diperoleh setelah mendapatkan kegiatan belajar yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar (Muhaimin, 2008). Sedangkan menurut Firman (1991), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami program pembelajaran Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi di diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif yang kemudian berpengaruh pada perilaku. Dengan demikian perilaku seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes, dan pada akhirnya muncul hasil belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel (Apriyani, 2008). Hasil belajar tergantung pada apa yang dipelajari dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar tersebut baik secara intern ataupun ekstern. Pembagian hasil belajar menurut Bloom (dalam Arifin) terbagi atas tiga kategori yaitu: 1. Ranah kognitif yang mencakup tentang pengetahuan, merupakan sekelompok perubahan tingkah laku (kemampuan) yang dipengaruhi oleh 11

3 kemampuan berfikir/intelektual 2. Ranah afektif yang mencakup tentang sikap dan penerimaan, yaitu perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh perasaan 3. Ranah psikomotorik yang mencakup tentang kesiapan dan persepsi yang dipengaruhi oleh kemampuan fisik/otot Ada beberapa prosedur pengukuran hasil belajar, yaitu pengukuran secara tertulis, secara lisan, dan melalui observasi (Rustaman, 2003). Dalam mengukur hasil belajar yang sifatnya kognitif, bisa dipakai prosedur secara tertulis. Sedangkan prosedur observasi digunakan untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya psikomotrik (Rustaman, 2003). Proses hasil belajar dapat di lihat dari bagan di bawah ini : Pengetahuan belajar Tes nilai Perilaku Hasil belajar (Usman dalam Apriyani, 2008) Gambar 2.1 Bagan Proses Hasil Belajar 12

4 Dimensi Pengetahuan B. Aspek Kognitif Model taksonomi Bloom merupakan salah satu pengembangan teori kognitif, yang biasa sering dikaitkan dengan persoalan dalam merumuskan tujuan pembelajaran dan masalah standar penilaian atau pengukuran hasil belajar sebagai pengembangan sebuah kurikulum. Taksonomi kognitif Bloom awalnya terdiri dari enam tingkatan kognitif, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Anderson dan Krathwohl (2001) lalu merevisinya dari satu dimensi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi proses kognitif (cognitive process) dan dimensi pengetahuan (types of knowledge). A.Pengetahuan Faktual B.Pengetahuan Konseptual C.Pengetahuan Prosedural D.Pengetahuan Metakognitif Hasil revisi dari Taksonomi Bloom dapat dilihat dari tabel berikut 1. Tabel 2.1 Taksonomi Bloom hasil revisi 2. Dimensi Proses Kognitif 3. Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisa Mengevaluasi Membuat

5 Dimensi proses kognitif merupakan hasil revisi dari taksonomi Bloom ranah kognitif. Kategori proses kognitif diharapkan dapat menyediakan salah satu set klasifikasi yang komprehensif untuk proses kognitif siswa yang termasuk dalam tujuan seperti yang terlihat pada tabel 2.1. Anderson mengklasifikasikan proses kognitif menjadi enam kategori, yaitu ingatan (remember), mendapat kembali, mengenali, dan mengulang kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang pemahaman (understand), membangun gagasan secara lisan, lewat tulisan, dan menginterpretasikan pesan dari sebuah grafik, menerangkan dengan contoh, menggolongkan, meringkas, menduga, membandingkan, dan menjelaskan aplikasi (apply), menyelesaikan atau menggunakan suatu prosedur dimulai dari pelaksanakan, atau penerapannya analisis (analyze), memisahkan materi ke dalam bagian utama, menentukan bagaimana suatu bagian berhubungan satu sama lain dan bagi suatu struktur atau tujuan secara keseluruhan dapat membedakan, mengorganisir, dan menghubungkannya evaluasi (evaluate), membuat keputusan berdasar pada ukuran-ukuran dan standar-standar sampai pemeriksaan dan pengkritikan kreatifitas (create), meletakkan suatu bersama-sama untuk dapat membentuk suatu fungsional yang utuh; menyusun kembali elemenelemen ke dalam suatu struktur atau pola teladan baru. 14

6 Mengingat banyaknya tipe-tipe pengetahuan, khususnya dalam pengembangan psikologi kognitif, maka secara umum Anderson dan Krathwohl (2001) mengklasifikasikan ke dalam empat tipe pengetahuan umum, yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Pengetahuan faktual adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. Meliputi istilah pengetahuan, pengetahuan umum dan elemenelemen. Banyak hal yang dipelajari siswa di sekolah berupa fakta-fakta yang harus diingat. Fakta-fakta ini membentuk kerangka yang menopang konsep-konsep yang lebih kompleks. Materi-materi faktual harus dipelajari seefektif dan seefisien mungkin agar dapat menyisihkan waktu dan energi untuk pembelajaran bermakna, seperti pemecahan masalah, konsep dan aktivitas-aktivitas kreatif Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan yang lebih rumit dalam bentuk pengetahuan yang tersusun. Meliputi pengetahuan pengklasifikasian kategori, prinsip-prinsip dan generalisasi, teori-teori, model-model, dan struktur. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu. Meliputi pengetahuan keterampilan dan algoritma, teknikteknik dan metode-metode, maupun kriteria penentuan penggunaan pengetahuan atau pembenaran ketika melakukan apa dalam domain dan disiplin khusus. Metakognitif adalah pengetahuan tentang berfikir secara umum sebagai kesadaran dan pengetahuan tentang berfikir sebagai dirinya sendiri. 15

7 Meliputi pengetahuan strategi, pengetahuan tentang tugas-tugas, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional, dan pengetahuan itu sendiri. Tentunya, beberapa aspek pengetahuan metakognitif tidaklah sama dengan pengetahuan yang digambarkan oleh para ahli. Istilah metakognisi merupakan pengetahuan yang dimiliki individu sebagai kemampuan dalam menyusun kesadaran dalam terhadap proses berfikirnya sendiri agar apa yang dilakukannya dapat terkontrol dengan baik (Anderson dan Krathwol, 2001). Pengembangan proses kognitif dapat di lihat pada tabel di bawah ini Tabel 2.2 Tipe-tipe Umum dan Subtipe domain proses kognitif Kategori dan proses kognitif 1. Mengingat- Pengetahuan yang relevan dari memori yang panjang 2. Memahami- Membangun pengertian dari pesan Pembelajaran, meliputi lisan, Sub tipe proses kognitif Nama lain Definisi 1.1 Mengenal Mengidentifikasi Penempatan pengetahuan dalam memori yang panjang dan konsisten dengan materi yang diberikan Mengingat Mendapat Mendapatkan kembali kembali kembali pengetahuan yang relevan dari materi yang lama. 2.1 Mengartikan. Klarifikasi, Merubah dari satu menguraikan bentuk gambaran dengan kata-kata (numerik) ke bentuk sendiri, yang lain (verbal). menggambarkan, menterjemahkan. 16

8 tulisan dan komunikasi grafik. 3. Menerapkanmenggunakan prosedur dalam situasi yang diberikan. 4. Menganalisa- Membawa atau menggunakan prosedur dalam situasi yang diberikan/dihada 2.2 Memberi contoh. Mengilustrasikan. Menemukan contoh khusus atau ilustrasi konsep atau prinsip. 2.3 Mengklasifikasikan Mengkategorikan, menggolongkan. Menentukan sesuatu ke dalam kategori. 2.4 Menyimpulkan. Meringkas, mengeneralisasik Meringkas tema umum atau khusus. an. 2.5 Menduga. Menyimpulkan, meramalkan, menyisipkan, Menggambarkan kesim-pulan logika dari informasi yang ada. memprediksi. 2.6 Membandingkan. Membedakan, memetakan, mencocokkan. Mendeteksi korespondensi antara dua ide, objek, dan semacamnya. 2.7 Menjelaskan. Membuat model. Membuat sistem model penyebab dan pengaruh. 3.1 Menjalankan. Membawa. Menerapkan prosedur ke tugas yang umum 3.2 Melaksanakan. Menggunakan. Menerapkan prosedur menjadi tugas yang tidak umum. 4.1 Membedakan. Mendiskriminasik Membedakan bahanbahan an, memusatkan, yang relevan menyeleksi. atau tidak relevan atau yang penting dengan yang tidak penting. 4.2 Mengatur. Menemukan Menetapkan bagaimana 17

9 pi. 5. Mengevaluasi- Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standarisasi. hubungan, mengintergrasika n, meringkas, elemen-elemen cocok atau berfungsi dalam sebuah struktur menguraikan, menyusun. 4.3 Menghubungkan. Membangun. Menetapkan pandangan, gangguan, nilai-nilai atau maksud yang mendasari materi. 5.1 Memeriksa. Mengkoordinasi, Mendeteksi mendeteksi, ketidakkonsekwenan mengawasi, atau buah pikiran yang mengevaluasi. keliru dalam sebuah proses atau produk, menetapkan proses atau produk yang masuk akal, mendeteksi ketidakefektifan prosedur sebagai hasil yang sudah dilaksanakan. 5.2 Mengkritik Mengevaluasi. Mendeteksi ketidakkonsistenan antara hasil dan kriteria eksternal, menetapkan produk yang memiliki konsistensi eksternal, mendeteksi ketidaktepatan prosedur. 18

10 6. Menciptakan : Menaruh elemenelemen dalam keseluruhan fungsi menjadi sebuah pola atau struktur yang baru. 6.1 Menghasilkan. Berhipotesis. Alternatif hipotesis berdasarkan kriteria. 6.2 Merencanakan. Merancang. Melengkapi prosedur dalam menyempurnakan beberapa tugas. 6.3 menciptakan Menghasilkan. Membuat sebuah produk. Sedangkan untuk dimensi pengetahuan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 2.3 Tipe-tipe Umum dan Subtipe Dimensi Pengetahuan Tipe Umum domain pengetahuan A. Pengetahuan Faktualelemen dasar, yang digunakan untuk mengetahui dan saling mengenal dengan disiplin atau penyelesaian masalah. Sub tipe A.a pengertian pengetahuan A.b Pengetahuan khusus dan elemen-elemen yang diandalkan. Contoh Teknik kosakata, sombol-simbol musikal. Sumber-sumber utama, sumbersumber informasi. B. Pengetahuan Konseptual-hubungan timbal balik antara elemen dasar dalam struktur besar yang memungkinkan mereka saling berfungsi satu sama lain. B.a Pengetahuan klasifikasi dan kategori B.b Pengetahuan dasar dan umum. B.c Pengetahuan teori-teori, model-model dan Periode waktu yang berhubungan dengan geologi, bentuk-bentuk kepemilikan usaha. Teori pitagoras, hukum penawaran dan permintaan. Teori evolusi, struktur kongres. 19

11 C Pengetahuan Prosedural-Bagaimana melakukan sesuatu, metoda pemeriksaan, kriteria pemanfaatan keterampilan, algoritma, teknik-teknik dan metoda-metoda. struktur. C.a. Pengetahuan keterampilan umum dan khusus. C.b. Pengetahuan teknikteknik dan metodametoda umum dan khusus. C.c Pengetahuan kriteria untuk menggambarkan ketika menggunakan prosedur yang tepat. Keterampilan digunakan dalam melukis dengan cat air, keseluruhan bilangan dalam algoritma. Teknik-teknik pewawancaraan, metode ilmiah. Kriteria yang digunakan untuk menggambarkan pelaksanaan prosedur yang meliputi hukum Newton yang kedua, kriteria untuk mengevaluasi kemungkinan yang terjadi dalam menggunakan metoda khusus untuk memperkirakan biaya atau pengeluaran. D. Pengetahuan Metakognitif- Pengetahuan pengertian umum dan pengetahuan dari salah satu pengertian itu sendiri. D.a. Pengetahuan strategi. D.b. Pengetahuan mengenai tugas-tugas kognitif. Pengetahuan bagan yang artinya membentuk struktur kumpulan mata pelajaran dalam buku teks, pengetahuan heuristik. Pengetahuan mengingat kembali tugas-tugas (contoh, jawaban singkat) yang dibuat secara umum dalam sistem memori individu yang dibandingkan dengan pengenalan tugas-tugas (contoh, pilihan berganda). 20

12 D.c. Pengetahuan itu sendiri siswa yang mengerjakan tes itu lebih mudah yang bentuknya pilihan berganda dibandingkan dengan bentuk essay, karena memiliki pengetahuan sendiri dalam memilih keterampilan penilaian. Aspek-aspek kognitif dalam penguasaan suatu materi pelajaran merupakan salah satu tujuan pembelajaran yang penting di sekolah. Namun, yang sangat menarik dari kasus revisi taksonomi tersebut adalah, Anderson dan Krathwohl ingin lebih menampakkan atau mempertegas dimensi proses yang menjadi prinsip teori kognitif, yaitu bagaimana sebuah pengetahuan itu diproses dalam otak manusia. Selain itu, keduanya juga lebih memperinci dan mengklasifikasikan pengetahuan dalam beberapa tipe. Di sinilah, interkoneksi antara dua dimensi tersebut bersinergi dan dalam posisi tertentu akan mengindikasikan kerumitan tertentu pula, baik dalam proses maupun dalam jenis pengetahuannya. Di samping itu, ternyata dalam revisi taksonomi ini lebih melihat fungsi otak dalam satu kesatuan ranah (domain). Tidak seperti sebelumnya yang menggunakan klasifikasi dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, tapi yang dikemukakan dalam revisi itu hanya ranah kognitif dengan deskripsi yang mencakup proses afektif dan psikomotor, karena semua 21

13 aspek tersebut merupakan satu bagian utuh. Sebagai contoh, pada kategori pengetahuan metakognitif, misalnya, di dalamnya juga melibatkan ranah afektif, sebuah contoh yang juga menjadi indikasi kompleksitas fungsi otak manusia. C. Metode Praktikum dalam Pembelajaran Kimia Dalam pendidikan IPA kegiatan praktikum merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan IPA (Rustaman, 2003). Penggunaan praktikum dalam pembelajaran IPA didorong oleh sifat IPA yang memiliki keabstrakan tinggi dan sulit untuk dipahami. Arifin et al., (2000) mengemukakan keuntungan penggunaan metode praktikum, diantaranya memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa, siswa dapat mengamati proses, dapat mengembangkan keterampilan inkuiri, dapat mengembangkan sikap ilmiah, membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Sejalan dengan Arifin, Sumintono (2008) menyatakan bahwa pembelajaran melalui metode praktikum berperan : untuk memberikan realitas yang lebih nyata dan tiga dimenasi daripada sekedar penjelasan tertulis, persamaan matematik atau diagram seperti yang ada di buku teks 22

14 untuk memberikan bayangan realitas yang memang butuh penjelasan untuk melatih penggunaan alat-alat laboratorium dan teknik penggunaannya untuk menguji atau mengkonfirmasi perkiraan-perkiraan teoriteori ilmiah. Sedangkan Hodson (1996) berpendapat bahwa kegiatan praktikum dapat memotivasi siswa, mengajarkan keterampilan laboratorium, membantu perolehan dan pengembangan konsep, menanamkan sikap ilmiah dan mendorong terbangunnya kecakapan sosial. Sikap ilmiah adalah sikap yang tertanam dalam diri siswa yang meliputi rasa ingin tahu, kerendahan hati, jujur, objektif, kemauan untuk mempertimbangkan data yang diperoleh, pendekatan positif terhadap kegagalan, keterbukaan dan ketelitian (Amin, dalam ihsan, et al, 1994) Firman (1990) menyebutkan bahwa " kegiatan praktikum dapat dipakai untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses, membangkitkan minat belajar, serta memberikan bukti-bukti bagi kebenaran teori. Dengan bahasa ilmu kependidikan dapat dikatakan bahwa kegiatan laboratorium dapat menjadi wahana pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sekaligus". Walaupun kegiatan praktikum memiliki berbagai macam kelemahan seperti yang diungkapkan Van den berg (1992) yaitu: a) kurangnya pembedaan antara prioritas dan sasaran kegiatan; 23

15 b) kelemahan dalam pilihan eksperimen yang biasanya dilakukan, seperti percobaan untuk menguji prinsip ilmiah; c) ketidaksesuaian antara tujuan praktek laboratorium dengan prosedur percobaan yang tertulis; d) ketidaksesuaian antara tujuan praktek laboratorium dengan strategi pembelajaran; e) ketidaksesuaian antara tujuan praktek laboratorium dengan penilaian yang dilakukan. Namun, berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa pembelajaran dalam kegiatan praktikum ini sangat berguna. Biasanya guru dan instruktur lab tidak menyadari prasyarat keterampilan yang seharusnya dikuasai, namum belum juga dikuasai siswa lebih baik. Mereka biasanya menganggap bahwa kemampuan dasar rata-rata siswa sudah cukup bagus untuk melakukan praktikum. Kenyataannya, keterampilan psikomotor yang dibutuhkan dalam praktikum sepenting kemampuan kognitif (Riyadi, 2008). Sehingga, kegiatan praktikum dapat menjadi wahana untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa. 24

16 D. Tinjauan Materi Hidrolisis Garam Banyak proses-proses kimia yang penting termasuk hampir semua gejala kimia di alam terjadi dalam medium larutan. Salah satu sifat larutan yang penting adalah larutan asam basa dan keadaan kesetimbangan asam basa dalam larutannya. Ion-ion dalam larutan dapat bereaksi dengan air membentuk suatu asam atau basa konjugat dan ion OH - atau ion H 3 O + mengakibatkan larutan bersifat basa atau asam. Di samping itu, terdapat ion-ion yang tidak bereaksi dengan air, tetapi hanya terhidrasi, ion-ion tersebut berasal dari asam dan basa kuat. Konsep Hidrolisis garam Sifat larutan garam dapat dijelaskan dengan konsep hidrolisis garam. Hidrolisis garam merupakan istilah yang umum digunakan untuk reaksi zat dengan air (hidrolisis garam berasal dari kata Hydro yang berarti air dan lysis yang berarti peruraian). Menurut konsep ini, komponen garam (kation atau anion) yang berasal dari asam lemah atau basa lemah bereaksi dengan air (terhidrolisis garam). Hidrolisis garam dari kation menghasilkan ion H 3 O + = (H + ), sedangkan hidrolisis anion dari menghasilkan ion OH -. Terdapat 2 jenis hidrolisis, yaitu hidrolisis sempurna dan hidrolisis parsial/sebagian. Pada hidrolisis sebagian/parsial hanya salah satu ion yang mengalami reaksi hidrolisis, yang lainnya tidak. 25

17 a. Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat Baik kation maupun anion dari garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis. Contoh : Natrium Klorida (NaCl) terdiri dari kation Na + dan anion Cl -. Ion Na + merupakan asam konjugasi yang lebih lemah daripada air dan Cl - merupakan basa konjugasi yang lebih lemah dari pada air, sehingga keduanya tidak bereaksi dengan air, sehingga garam NaCl tidak terhidrolisis. NaCl(aq) Na + (aq) + Cl - (aq) Na + (aq) + H 2 O(l) Cl - (aq) + H 2 O(l) (tidak terjadi reaksi) (tidak terjadi reaksi) Pada reaksi di atas NaCl tidak mengubah perbandingan konsentrasi ion H + dan OH - dalam air, dengan kata lain, larutan NaCl bersifat netral. b. Garam dari Basa Kuat dan Asam Lemah Garam yang terbentuk dari basa kuat dan asam lemah mengalami hidrolisis garam parsial, yaitu hidrolisis garam dari anion. Anion-anion yang mengakibatkan larutan bersifat basa adalah anion yang lebih kuat daripada air. Anion-anion tersebut merupakan basa konjugat dari asam lemah dan menstabilkan kesetimbangan, sebab anion-anion tersebut dapat menarik proton dari molekul air. Akibat penarikan proton dari molekul air oleh anion, meninggalkan sisa ion OH - yang menyebabkan larutan menjadi basa. 26

18 Contoh : Natrium asetat terdiri dari kation Na + dan anion CH 3 COO -. Ion Na + merupakan asam konjugasi yang lebih lemah daripada air, berasal dari basa kuat NaOH, sehingga tidak bereaksi dengan air. Sedangkan ion CH 3 COO - merupakan basa konjugasi yang lebih kuat daripada air, berasal dari asam lemah HCH 3 COO, sehingga dapat bereaksi dengan air. Pada reaksi tersebut NaCH 3 COO terhidrolisis, yaitu hidrolisis garam dari anion CH 3 COO -. Karena yang terhidrolisis hanya anionnya, maka disebut juga sebagai hidrolisis sebagian (parsial). NaCH 3 COO(aq) Na + (aq) + CH 3 COO - (aq) CH 3 COO - (aq) + H 2 O(l) Na + (aq) + H 2 O(l) CH 3 COOH(aq) + OH - (aq) (tidak terjadi reaksi) Hidrolisis garam menghasilkan ion OH -, maka larutan bersifat basa. c. Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis parsial, yaitu hidrolisis garam dari kation. Kation yang menjadikan larutan bersifat asam adalah asam yang lebih kuat darpada air atau asam konjugat dari basa lemah. Contoh : Amonium klorida (NH 4 Cl) terdiri dari kation NH + 4 dan anion Cl -. Ion NH + 4 merupakan asam konjugasi yang lebih kuat daripada air, berasal dari basa lemah NH 3, sehingga ion NH + 4 bereaksi dengan air. Sedangkan ion Cl - merupakan basa konjugasi yang lebih lemah daripada air, berasal dari asam 27

19 kuat HCl, sehingga ion Cl - tidak bereaksi dengan air. Garam NH 4 Cl terhidrolisis, yaitu hidrolisis kation NH 4 +. Karena yang terhidrolisis hanya anionnya saja, maka disebut juga sebagai hidrolisis sebagian (parsial) NH 4 Cl(aq) NH 4 + (aq) + Cl - (aq) NH 4 + (aq) + H 2 O(l) Cl - (aq) + H 2 O(l) NH 3 (aq) + H 3 O + (aq) (tidak terjadi reaksi) Hidrolisis garam menghasilikan ion H 3 O + atau H +, maka larutan bersifat asam. d. Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah Baik kation maupun anion dari garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis sempurna. Sehingga disebut hidrolisis garam total. Contoh : Amonium asetat (NH 4 CH 3 COO) terdiri dari kation NH 4 + dan anion CH 3 COO -. Ion NH + 4 merupakan asam konjugasi yang lebih kuat daripada air, berasal dari basa lemah NH 4 OH, sehingga ion NH + 4 dapat bereaksi dengan air. Begitupun dengan ion CH 3 COO - yang merupakan basa konjugasi yang lebih kuat daripada air, berasal dari asam lemah CH 3 COOH, sehingga ion CH 3 COO - dapat bereaksi dengan air. Jadi garam NH 4 CH 3 COO dapat terhidrolisis, karena yang terhidrolisis adalah kation dan anionnya, maka dapat disebut sebagai hidrolisis total. NH 4 CH 3 COO(aq) NH 4 + (aq) + CH 3 COO - (aq) 28

20 NH 4 + (aq) + H 2 O(l) CH 3 COO - (aq) + H 2 O(l) NH 3 (aq) + H 3 O + (aq) CH 3 COOH(aq) + OH - (aq) Sifat larutan bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa yang bersangkutan. Jika asam lebih lemah daripada basa (K a < K b ), maka anion akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan akan bersifat basa. Jika basa lebih lemah daripada asam (K b < K a ), maka kation yang terhidrolisis garam lebih banyak dan larutan akan bersifat asam. Sedangkan jika asam sama lemahnya dengan basa (K a = K b ), larutan akan bersifat netral. 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Berpikir Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan berpikir seseorang dapat mengolah berbagai informasi yang diterimanya dan mengembangkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak ditunjang dengan praktikum yang dilaksanakan dilaboratorium. Laboratorium disini dapat berarti

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual

Lebih terperinci

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP PENDAHULUAN Kalian pasti mendengar penyedap makanan. Penyedap makanan yang sering digunakan adalah vitsin. Penyedap ini mengandung monosodium glutamat

Lebih terperinci

3/30/2010 Rustaman file 1

3/30/2010 Rustaman file 1 3/30/2010 Rustaman file 1 3/30/2010 Rustaman file 2 MATERI PERKULIAHAN Pertemuan 3 Prosedur dan Alat Penilaian: Ranah 17 09-2009 kognitif (C1-C6) relevansi dengan tujuan pembelajaran Pertemuan 4 Perbandingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Konsep dan Pemahaman Konsep Kimia Banyak definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF 22-199 ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF Herni Budiati SMP Negeri 22 Surakarta hernibudiati@yahoo.co.id Abstrak- Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses Sains. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains adalah ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

Lebih terperinci

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak

Lebih terperinci

BAB 7. ASAM DAN BASA

BAB 7. ASAM DAN BASA BAB 7. ASAM DAN BASA 7. 1 TEORI ASAM BASA 7. 2 TETAPAN KESETIMBANGAN PENGIONAN ASAM DAN BASA 7. 3 KONSENTRASI ION H + DAN ph 7. 4 INDIKATOR ASAM-BASA (INDIKATOR ph) 7. 5 CAMPURAN PENAHAN 7. 6 APLIKASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Untuk mendapat pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Untuk mendapat pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar 6 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Belajar dan Hasil Belajar Untuk mendapat pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengalaman. Definisi lain mengenai belajar adalah proses aktif siswa untuk

Lebih terperinci

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran.

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Memahami sifatsifat larutan asambasa, metode pengukuran, dan terapannya. Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

Lebih terperinci

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Dosen Pembina: PROF. DR.Ahmad Fauzan,M.Pd, M.Sc. Oleh: Kelompok I Asmi yuriana Dewi Desi Delarosa Isra Marlinawaty Sri Rahayu KONSENTRASI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan lain-lain.

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi. PETA KONSEP Larutan Penyangga mempertahankan berupa ph Larutan Penyangga Asam mengandung Larutan Penyangga Basa mengandung Asam lemah Basa konjugasi Asam konjugasi Basa lemah contoh contoh contoh contoh

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Temuan 4.1.1 Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga Penggunaan level mikroskopik dalam buku teks

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Kegiatan Evaluasi Dalam Pendidikan Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Stufflebeam (1971)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sunyono (2013) model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sunyono (2013) model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Sunyono (2013) model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dan informasiinformasi

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian berupa hasil pretest, posttest,dan dokumentasi. Data hasil pretest (sebelum diberi perlakuan) dan pottest

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada permasalahan yang harus dipecahkan. Pembelajaran

Lebih terperinci

MODUL HIDROLISIS. Modul Hidrolisis Page 1

MODUL HIDROLISIS. Modul Hidrolisis Page 1 MODUL HIDROLISIS HIDROLISIS erasal dari kata hydro yang erarti air dan lysis yang erarti peruraian HIDROLISIS adalah komponen garam ( kation dan anion ) ereaksi dengan air. Reaksi pementukan garam, antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Metode Eksperimen Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 136) metode eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan fenomena-fenomena

Lebih terperinci

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5 Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak mengalami hidrolisis adalah... A. NH 4 Cl C. K 2 SO 4 D. CH 3 COONa E. CH 3 COOK Yang tidak mengalami peristiwa hidrolisis adalah garam yang berasal

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013 LARUTAN PENYANGGA [Yea r] LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013 MARI BELAJAR Indikator Produk Menjelaskan komponen pembentuk larutan penyangga dengan berpikir kritis. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Berdasarkan hal tersebut, negara-negara di dunia berkompetisi dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Berdasarkan hal tersebut, negara-negara di dunia berkompetisi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator dari kemajuan suatu bangsa. Berdasarkan hal tersebut, negara-negara di dunia berkompetisi dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Bahwa dalam penelitian ini diperoleh data sebagai berikut: 1. Lembar Observasi Keterampilan Generik Sains Berdasarkan penelitian diperoleh data obsevasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan lingkungan belajar bagi siswa. Agar proses belajar. media pembelajaran, khususnya penggunaan komputer.

II. TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan lingkungan belajar bagi siswa. Agar proses belajar. media pembelajaran, khususnya penggunaan komputer. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoretis 1. Simulasi Dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran perlu adanya usaha peningkatan lingkungan belajar bagi siswa. Agar proses belajar mengajar terlaksana

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR. A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom. Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki

BAB II STUDI LITERATUR. A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom. Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki 10 BAB II STUDI LITERATUR A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam mata pelajaran matematika. Dalam penelitian ini, kemampuan

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BAB 6 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat larutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah enam orang siswa SMA kelas XI IPA yang sudah

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjaun Pustaka 1. Keterampilan Eksperimen Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan merancanakan percobaan merupakan kegiatan mengidenfikasi berapa

Lebih terperinci

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh)

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh) Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh) Berdasarkan teori asam basa Arhenius, suatu larutan dapat bersifat asam, basa atau netral tergantung pada konsentrasi ion H+ atau ion OH dalam larutan tersebut.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Pokok Bahasan Kelas/semester : Madrasah Darul Ihksan Samarinda : Kimia : Larutan Penyangga : XI /Genap Tahun Ajaran : 2012/2013 Alokasi waktu

Lebih terperinci

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan penyangga disebut juga larutan penahan atau larutan dapar atau buffer.

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan materi dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia BAB III PEMBAHASAN Pemahaman orang terhadap hakekat sains, hakekat belajar dan pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran sains. Pemahaman terhadap sains telah berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal-soal kimia yang diujikan pada Cambridge International Examination (CIE) level International General

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa dilakukan tiga tahap yaitu tahap pertama melakukan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar

Lebih terperinci

PENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN

PENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN PENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN Evaluasi pendidikan dengan memperhatikan jenjang kemampuan semakin hari semakin popular. Jenjang kemampuan ini dibuat berdasarkan sistem klasifikasi tujuan-tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Satrisman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Satrisman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang berfungsi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS 6 LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS A. LARUTAN PENYANGGA B. HIDROLISIS Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajari tentang reaksi asam-basa dan titrasi. Jika asam direaksikan dengan basa akan menghasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

wanibesak.wordpress.com 1

wanibesak.wordpress.com 1 Ringkasan, contoh soal dan pembahasan mengenai asam, basa dan larutan penyangga atau larutan buffer Persamaan ionisasi air H 2O H + + OH Dari reaksi di atas sesuai hukum kesetimbangan, tetapan kesetimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan sains dan teknologi yang demikian pesat pada era informasi kini, menjadikan pendidikan IPA sangat penting bagi semua individu. Kemampuan siswa

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL. Mata pelajaran : Kimia. Kelas/Program : XI/IPA Hari, tanggal : Selasa, 8 April 2008 Alokasi waktu : 90 Menit

LEMBAR SOAL. Mata pelajaran : Kimia. Kelas/Program : XI/IPA Hari, tanggal : Selasa, 8 April 2008 Alokasi waktu : 90 Menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN KIMIA Gedung D6. Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telp. 8508035 LEMBAR SOAL Mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling penting dan sangat

Lebih terperinci

2/14/2012 LOGO Asam Basa Apa yang terjadi? Koma Tulang keropos Sesak napas dll

2/14/2012 LOGO Asam Basa Apa yang terjadi? Koma Tulang keropos Sesak napas dll LOGO Bab 08 Asam Basa Apa yang terjadi? - Koma - Tulang keropos - Sesak napas - dll 1 Ikhtisar Teori Asam Basa Sifat Asam-Basa dari Air ph-suatu ukuran keasaman Kesetimbangan Asam-Basa Lemah dan Garam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivis Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak

Lebih terperinci

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi Netralisasi a. Netralisasi Neutralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton (atau ion hidronium) dan ion hidroksida membentuk air. Dalam bab ini kita hanya mendiskusikan netralisasi di larutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di kabupaten Garut. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang telah mempelajari materi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan merupakan kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan merupakan kemampuan BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan

Lebih terperinci

GALAT TITRASI. Ilma Nugrahani

GALAT TITRASI. Ilma Nugrahani GALAT TITRASI Ilma Nugrahani Galat Titrasi Adalah galat yang terjadi karena indikator berubah warna sebelum atau sesudah titik setara ditunjukkan dari kurva titrasi titik akhir titik ekivalen. Dapat disebabkan

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab17 Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Larutan buffer adalah larutan yg terdiri dari: 1. asam lemah/basa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN. data validitas tes yang dikembangkan dan data hasil uji coba tes. Data hasil uji

BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN. data validitas tes yang dikembangkan dan data hasil uji coba tes. Data hasil uji BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian dan Analisis Setelah melakukan penelitian, diperoleh data hasil penelitian berupa data validitas tes yang dikembangkan dan data hasil

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data hasil penelitian diperoleh dari hasil tes uraian berupa pretest yang dilakukan sebelum pembelajaran dan posttest yang dilakukan setelah proses

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab 16 Asam dan Basa Asam Memiliki rasa masam; misalnya cuka mempunyai rasa dari asam asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Belajar merupakan sebuah proses kehidupan yang akan dialami oleh setiap manusia di sepanjang perjalanan hidupnya. Disadari atau tidak, manusia akan selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa Kemampuan siswa dalam belajar adalah kecakapan seorang peserta didik, yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang dapat ditunjukkan atau dilihat melalui

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. LKS biasanya berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Teori Belajar Belajar menurut Oemar Hamalik dalam Subini menyatakan caracara berperilaku yang baru berkat latihan dan pengalaman yang terjadi karena adanya pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci

Dikenal : - Asidimetri : zat baku asam - Alkalimetri : zat baku basa DASAR : Reaksi penetralan Asam + Basa - hidrolisis - buffer - hal lain ttg lart

Dikenal : - Asidimetri : zat baku asam - Alkalimetri : zat baku basa DASAR : Reaksi penetralan Asam + Basa - hidrolisis - buffer - hal lain ttg lart Dikenal : - Asidimetri : zat baku asam - Alkalimetri : zat baku basa DASAR : Reaksi penetralan Asam + Basa - hidrolisis - buffer - hal lain ttg lart a. AK + BK ph = 7 B. AK + BL ph < 7 C. AL + BK ph >

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data-data yang telah dikumpulkan dapat dikaji lebih lanjut untuk dilihat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data-data yang telah dikumpulkan dapat dikaji lebih lanjut untuk dilihat 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Data-data yang telah dikumpulkan dapat dikaji lebih lanjut untuk dilihat bagaimana komposisi soal berdasarkan domain kognitif Taksonomi Bloom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains serta menumbuhkan kreativitas siswa. Keterampilan proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Boud (Zulharman, 2007) peer assessment merupakan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Boud (Zulharman, 2007) peer assessment merupakan proses 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peer Assessment Menurut Boud (Zulharman, 2007) peer assessment merupakan proses seorang siswa menilai hasil belajar teman atau siswa lainnya yang setingkat. Maksud dari setingkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP PENDAHULUAN Dengan mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam standar nasional pendidikan, setiap satuan pendidikan (sekolah) diberi kebebasan (harus) mengembangkan Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pendidikan di Indonesia telah lama menggunakan teori taksonomi pendidikan secara adaptif sebagai landasan pendekatan belajar. Implikasi dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan

Lebih terperinci

BAB II. POE adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain. POE ini sering juga

BAB II. POE adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain. POE ini sering juga BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA KONSEP DIFUSI DAN OSMOSIS A. Strategi POE (Predict, Observe, Explain)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga Bab 7 Soal-Soal Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Larutan Penyangga 1. Berikut ini yang merupakan pasangan asam basa terkonjugasi (A) H 3 O + dan OH

Lebih terperinci

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses 6 II._TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 proses pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

Lebih terperinci

Lampiran 2.2 (Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Lampiran 2.2 (Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Lampiran 2.2 (Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) I. Analisis Indikator 4. Memahami sifat-sifat larutan asambasa, metode pengukuran, dan terapannya SMAN 1 Dasar SMAN 4 Bandung SMAN 1 Cimahi SMAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar, hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subjek penelitian berupa instrumen tes diagnostik yang dikembangkan. Subjek ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal. Pendidikan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Sumber: James Mapple, Chemistry an Enquiry-Based Approach Pengukuran ph selama titrasi akan lebih akurat dengan menggunakan alat ph-meter. TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Isi dan tujuan mata pelajaran kimia SMA, pembelajaran kimia

Lebih terperinci

T E K N I K B E R T A N Y A

T E K N I K B E R T A N Y A T E K N I K B E R T A N Y A Susiwi S 6/1/2010 1 Pentingnya Teknik Bertanya dalam Kegiatan Pembelajaran Bertanya sebagai indikator berpikir. Keterampilan bertanya sangat dekat dengan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Penilaian Proses dan Hasil Belajar Penilaian Proses dan Hasil Belajar Oleh: Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd. FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Revisi Taksonomi Bloom (Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.: 2001) Taksonomi Bloom C1 (Pengetahuan)

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain)

Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain) Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain) Neng Tresna Umi Culsum*, Ida Farida dan Imelda Helsy Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kimia Berdasarkan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik

Lebih terperinci

LOGO TEORI ASAM BASA

LOGO TEORI ASAM BASA LOGO TEORI ASAM BASA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP 2012 Beberapa ilmuan telah memberikan definisi tentang konsep asam basa Meskipun beberapa definisi terlihat kurang jelas dan berbeda satu sama lain, tetapi

Lebih terperinci