MODAL PRODUKSI DALAM KONSEP EKONOMI ISLAM Oleh : Naili Rahmawati* 1
|
|
- Ade Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODAL PRODUKSI DALAM KONSEP EKONOMI ISLAM Oleh : Naili Rahmawati* 1 Pendahuluan Faktor penggerak yang sangat mendasar dari suatu aktivitas ekonomi adalah adanya usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan tujuan sekaligus motivasi dari terbentuknya kegiatan ekonomi masyarakat, baik dalam produksi, konsumsi dan distribusi. Namun, tidak semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi, apabila ia dapat mengkonsumsi barang atau jasa dari hasil proses produksi yang tersedia. Dalam memenuhinya, manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh adanya proses produksi, yang sangat terkait dengan faktor-faktor pendukungnya yang masih terbatas jumlah, termasuk modal (capital). Dalam konsep sistem ekonomi Kapitalis, hak milik atas barang modal atau alat-alat produksi lain seperti tanah, mesin dan sebagainya, dapat berada di tangan perorangan. Setiap orang (individu) berhak dan bebas menggunakan, mengembangkan dan mencari keuntungan dari modal yang dimiliki untuk berusaha (melakukan aktivitas ekonomi seperti produksi dan sebagianya), dan negara tidak boleh ikut campur dalam semua aktivitas ekonomi yang bertujuan mencari keuntungan (profit), selama aktivitas itu sah dan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan negara. Oleh karenanya, kebebasan individu dalam menguasai harta secara tak terbatas, akan menyebabkan penumpukan kekayaan secara berlebihan dan dan dapat menimbulkan persaingan bisnis yang tidak sehat. Dan pada akhirnya, di tengah masyarakat akan timbul kekacauan dan problem ekonomi lainnya dalam tatanan perekonomian karena adanya kebebasan individu dalam mengeksploitasi sumber-sumber produksi yang tersedia untuk kepentingn diri sendiri. 1 Penulis adalah Staf Pengajar pada Fakultas Syari ah IAIN Mataram 1
2 Sementara itu, dalam konsep sistem ekonomi Sosialis, kepemilikan atas hak miliki sangat dibatasi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang ditawarkan sistem Kapitalisme. Sistem ini membatasi (melarang) tiap individu memiliki modal yang akan digunakan dalam aktivitas ekonomi, termasuk dalam bidang produksi melarang keras kepemilikikan modal utama (dominan). Semua modal yang ada sepenuhnya milik pemerintah (negara). Hanya negara-lah yang berhak menguasai faktor-faktor yang mendukung proses produksi. Dalam hal ini, posisi negara adalah sangat dominan dan berfungsi sebagai motor penggerak perekonomian dan tiap individu hanya berkedudukan sebagai pelaksana kegiatan produksi yang telah direncanakan. Dengan kata lain, kebebasan ekonomi dan hak atas kepemilikan modal dihapuskan dan telah ditentukan oleh prinsip kesamaan, di mana tiap individu telah disediakan kebutuhan hidupnya menurut keperluan masing-masing. Oleh karenanya, sistem ini pada dasarnya akan menghambat kreativitas individu untuk mengembangkan kegiatan perekonomiannya, karena adanya monopoli yang mengatas-namakan sosialisme. Adapun dalam konsep sistem ekonomi Islam, hak milik individu terhadap harta (termasuk kepemilikan atas modal produksi) pada dasarnya merupakan suatu amanat yang dititipkan Allah kepada hamba-nya. Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang kapitalis yang memberikan kebebasan yang tak terbatas kepada individu untuk menggalakkan usaha secara perorangan, dan tidak pula menghapus semua hak individu dan menjadikan mereka budak ekonomi yang dikendalikan negara seperti yang ditekankan ekonomi sosialis. Akan tetapi, di bawah sistem ekonomi Islam, kepemilikan individu atas harta dan pengembangannya tetap memiliki kebebasan dengan dibatasi ketentuanketentuan yang sesuai aturan-aturan Syari ah. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan mencoba memaparkan bagaimana peran modal dalam suatu aktivitas perekonomian, khususnya dalam proses produksi dan bagaimana pola-pola pengembangannya sesuai dengan konsep-konsep yang ditawarkan sistem ekonomi Islam. 2
3 Modal dalam Proses Produksi Proses produksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan barang-barang (hasil produk) dalam memenuhi kebutuhan hidup, dengan motif (latar belakang) yang berbeda-beda, antara lain misalnya motif ekonomi, yang berorientasi pada keuntungan (profit), motif sosialkemanusian, yaitu kegiatan produksi dilakukan karena adanya manfaat positif dan tidak menimbulkan kerusakan moral (etika) bagi masyarakat, dan motif politik, yaitu kegiatan produksi dilakukan berkaitan dengan adanya kebutuhan negara atas suatu barang produksi sebagai pendukung ketahanan dan stabilitas pemerintahan. Al-Qur an menggunakan konsep produksi dalam artian luas, dan lebih menekankan pada perolehan manfaat dari barang yang akan diproduksi, yaitu harus memiliki hubungan dengan kebutuhan hidup manusia. Kegiatan memproduksi barang-barang secara berlebihan dan tidak sesuai dengan kebutuhan manusia dianggap sebagai kegiatan yang tidak produktif (unproductive). Pengertian Modal Modal sebagai salah satu faktor produksi dapat diartikan sebagai semua bentuk kekayaan yang dapat dipakai langsung atau tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah out put-nya. Dalam pengertian lain, modal didefinisikan sebagai semua bentuk kekayaan yang memberikan penghasilan kepada pemiliknya atau suatu kekayaan yang dapat menghasilkan suatu hasil yang akan digunakan untuk menghasilkan kekayaan lain. Dari ketiga definisi di atas diketahui bahwa pada prinsipnya modal segala sesuatu yang memiliki peranan penting untuk menghasilkan suatu barang produksi dalam suatu proses produksi. Peran Modal dalam Proses Produksi Suatu modal dalam kegiatan ekonomi merupakan salah satu faktor penting produksi yang tidak dapat diabaikan, di samping faktor-faktor pendukung proses 3
4 produksi lainnya. Setiap individu berhak menggunakan modal yang dimiliki dengan baik dan produktif. Produksi berskala besar dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat yang dicapai saat ini, adalah manfaat yang dapat dihasilkan dari penggunaan modal secara maksimal, efisien dan produktif. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki harta, baik yang tidak atau belum mampu mengurusnya, diharuskan dapat mengembangkan harta yang dimiliki dengan benar dan membiayai keuntungan pemiliknya dari keuntungan perputaran modal, bukan dari pokok modalnya. Menurut Bowerk, suatu modal produksi dapat dikatakan sebagai modal yang produktif, jika : a. Modal mempunyai kesanggupan sebagai faktor pendukung dalam memproduksi barang-barang produksi. b. Modal mempunyai kekuatan untuk menghasilkan barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dihasilkan tanpa memakai modal. c. Modal sanggup menghasilkan barang atau benda-benda yang lebih berharga dari apa yang dihasilkan tanpa menggunakan modal. d. Modal sanggup menghasilkan nilai harga (price) yang lebih besar dari nilai modal itu sendiri. Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas, bahwa suatu modal memiliki kedudukan yang sangat penting dalam faktor-faktor produksi, meskipun bukan menjadi yang terpenting. Dalam hal ini faktor manusia mempunyai tempat yang lebih tinggi di atas modal sebagai faktor utama yang menjadi penyebab adanya kegiatan produksi ataupun aktivitas ekonomi lainnya. Oleh karenanya, fungsi modal yang utama adalah sebagai penunjang jalannya proses produksi untuk mengahasilkan barang-barang produksi dalam rangka memenuhi kebutuahan masyarakat (konsumen). Pengembangan Modal Dalam Proses Produksi Menurut Konsep Ekonomi Islam Sebagian penulis sistem ekonomi Islam menyatakan bahwa sesungguhnya Islam hanya memusatkan perhatiannya pada pendistribusian harta (pembagian kekayaan secara adil), dan tidak memiliki hubungan sama sekali dengan produksi 4
5 dan pengembangannya. Pernyataan ini tidak semuanya benar. Jika dilihat lebih mendalam apa yang dimaksud dengan produksi adalah cara atau alat, maka pernyataan ini bisa diterima. Namun, jika yang dimaksud terkait dengan tujuan, nilai dan atauran berproduksi maka tidak diragukan lagi peryataan tadi keliru. Pembahasan mengenai modal yang merupakan salah satu faktor produksi dalam ekonomi Islam, adalah terkait dengan masalah kepemilikan harta. Sedangkan pengembangannya itu sendiri tidak akan lepas dari suatu mekanisme yang dipergunakan seseorang untuk menghasilkan pertambahan kepemilikan tersebut. Dan dalam hal ini Islam menyerahkan masalah pengembangan harta (mekanisme yang dipakai) tersebut kepada individu sesuai pandangan yang menurutnya layak dipergunakan. Konsep pengembangan modal produksi dalam ekonomi Islam dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu : 1. Sistem Pengembangan Sistem pengembangan modal dalam ekonomi Islam (termasuk modal produksi) sangat terkait dengan konsep kepemilikan Islam. Menurut Islam, kepemilikan pada dasarnya adalah sebagai naluri alamiah yang dimiliki manusia dan hanya berfungsi sebagai sarana penunjang untuk mencapai tujuan yang lebih besar, karena semua yang ada di muka bumi (termasuk harta) adalah milik Allah Swt. Sehingga, dalam konsep ekonomi Islam kepemilikan itu haruslah merata dan tidak terfokus pada beberapa golongan saja dan di dalam mendapatkan dan mengembangkannya haruslah melalui cara-cara yang sesuai dengan ketentuan ajaran agama. Dalam hal ini, ekonomi Islam memberikan batasan-batasan sebagai berikut: a. Cara mendapatkan modal (harta) dan mengembangkannya tidak dilakukan dengan yang dilarang Syari at Islam. Antara lain pertama, dengan jalan perjudian, karena cara ini dapat menimbulkan permusuhan dan dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat. Pada dasarnya cara pengembangan ini dilakukan tanpa adanya usaha yang jelas dan hanya bersifat spekulasi semata. Kedua, pengembangan harta/modal dengan jalan riba (apapun 5
6 bentuk dan jumlahnya), yaitu pengambilan keuntungan dengan cara mengeksploitasi tenaga orang lain. Ketiga, pengembangan modal dengan jalan penipuan (al-ghabn atau at-tadlis). Cara-cara penipuan dalam segala kegiatan ekonomi yang dilakukan di masyarakat jelas-jelas dilarang dan diharamkan agama. Keempat, pengembangan modal (harta) dengan jalan penimbunan. Maksudnya adalah seseorang mengumpulkan barang-barang dengan tujuan menunggu waktu naiknya harga barang-barang terebut, sehingga ia bisa menjualnya dengan harga tinggi menurut kehendaknya. b. Menentukan mekanisme pengembangan dan pengelolaannya, di mana dalam mekanisme ini harus jelas cara atau bentuk serta tujuan yang akan dicapai. Prinsipnya adalah peningkatan dan pembagian hasil untuk menciptakan sirkulasi yang benar dan tepat bagi setiap golongan masyarakat dengan latar belakang perekonomian yang berbeda. c. Hak milik pribadi kadangkala dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi milik umum. Di antara hal penting yang diungkapkan ajaran Islam adalah penetapan antara pemilikan bersama menyangkut benda-benda yang bersifat dharuri (yang sangat dibutuhkan bagi semua manusia), sehingga kepemilikannya bersifat bersama dan umum. d. Mensuplai atau memberikan orang yang memiliki keterbatasan faktor-faktor produksi dengan ketentuan-ketentuan yang ada, seperti memberikan pinjaman modal untuk digunakan sebagai modal usaha sehingga dapat dikembangkan lagi menjadi lebih besar, ataupun dengan memberikan modal kepada seseorang dengan perjanjian membagi hasil yang didapat sesuai perjanjian. 2. Bentuk Pengembangan Modal Dalam proses produksi, bentuk pengembangan modal secara umum dilakukan melalui aktivitas transaksi (akad) dengan tetap memegang aturan Syari ah yang terkait. Prinsip utama dalam pengembangan dan pendaya-gunaan suatu modal dalam ekonomi Islam adalah peningkatan dan pembagian hasil, dengan tujuan agar tercipta sirkulasi yang merata dalam masyarakat. Tujuan keadilan sosio-ekonomi dan pemerataan pendapatan sudah jelas dianggap 6
7 sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari filsafat moral Islam dengan komitmennya pada keadilan dan persaudaran manusia. Adapun bentuk-bentuk pengembangan modal menurut ketentuan Syari ah Mu amalah, dapat dilakukan dalam bentuk atau pola sebagai berikut: a. Transaksi akad jual-beli, yaitu pengembangan modal usaha di mana seseorang berada dalam posisi sebagai penjual dan yang lainnya sebagai pembeli, seperti dalam akad al-ba i, as-salam, dan al-istinsya. b. Transaksi akad bagi-hasil, yaitu pengembangan modal usaha di mana seseorang dapat bertindak sebagai pemberi modal dan yang lainnya bertindak sebagai pengelola modal dengan kerentuan akan membagi hasil yang diperoleh sesuai perjanjian yang telah disepakati. Transaksi ini dapat dilihat dalam akad-akad bagi hasil seperti dalam akad as-syirkah seperti akad al-mudharabah dan akad as-syirkah. c. Transaksi akad jasa, yaitu pengembangan modal di mana seseorang bertindak sebagai konsumen/pemakai jasa dan wajib memberikan harga kepada pihak yang telah memberikan jasa tersebut menurut kesepakatan yang dibuat, seperti dalam akad al-rahn, al-wadi ah. Dengan demikian langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam upaya mengembangkan dan mendaya-gunakan modal produksi ini, dapat direalisasikan antara lain dengan cara: a. Mengadakan perjanjian Qardh al-hasan dengan suatu bank Syari ah yang ada untuk tujuan sosial dengan memberikan pinjaman yang lunak kepada golongan ekonomi yang lemah (khususnya) berupa fasilitas modal usaha, agar mereka dapat memiliki usaha yang tetap dan dapat dikembangkan dengan baik. b. Mengadakan berbagai larangan terhadap segala bentuk praktek bisnis yang tidak sehat dalam masyarakat, seperti perjudian, riba dan lain sebagainya, dan mewujudkan proses distribusi melalui wadah zakat, infaq dan shadaqah (yang dikelola oleh Bazis) dengan tujuan untuk memenuhi hak-hak sosial masyarakat lainnya. Dalam hal ini peran pemerintah (institusi yang berwenang) dibutuhkan untuk mewujudkannya. 7
8 Dengan demikian, dengan adanya pengembangan modal usaha yang dilakukan sesuai dengan sistem ekonomi Islam, diharapkan akan tercipta kondisi perekonomian masyarakat yang kondusif bagi pengembangan produksi. Kepemilikan atas faktor-faktor produksi dalam jumlah besar (khususnya modal) dapat dibatasi dan terkontrol dengan baik untuk menghindari tindakan sewenang-wenang pemilik modal terhadap mereka yang sangat butuh terhadap faktor produksi tersebut. Kesimpulan Peranan modal dalam suatu aktivitas ekonomi khususnya produksi adalah sangat penting. Modal berkedudukan sebagai pendukung jalannya proses produksi tersebut disamping faktor-faktor pendukung lainnya. Ekonomi Islam dalam konsep pengembangan modal memberikan ketentuan-ketentuan yang jelas dan terarah, antara lain konsep pengembangan modal yang ditawarkan adalah dengan menyerahkannya pada tiap individu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dengan catatan segala bentuk pengembangan yang akan dilakukan, harus memenuhi ketentuan-ketentuan syari ah yang ada sebagaimana yang diatur dalam Syari ah Mu amalah. DAFTAR PUSTAKA Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid I Bandung, PT. Ma arif, Budiono, Ekonomi Mikro, Yogyakarta, FE UGM, M. Husein Sawit, Sistem Ekonomi Islam, dalam Gunawan, Metodelogi Ilmu Ekonomi Islam : Suatu Pengantar, Yogyakarta, UII Press, M. Manullang, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Yogyakarta, BKLM, Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam : Zakat dan Wakaf, Jakarta : UI Press, Mukhtar Sya rawi, Islam Di antara Kapitalisme dan Komunisme, Jakarta, Gema Insani Press, 1991 M. Umer Chapra, Islam Dan Tantangan Ekonomi Islamisasi Ekonomi Kontemporer, Surabaya, Risalah Gusti, Sri Edi Swasono, Pandangan Islam dalam Sitem Ekonomi Indonesia, Jakarta : UI Press,
9 Syafi i Antonio, Bank Syari ah Suatu Pengenalam Umum, Jakarta, Tazkie Institute, Taqyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Surabaya, Risalah Gusti, Yusuf Qardhawi, Peran Nila Dan Moral Dalam Perekonomi Islam, Jakarta Rabbani Press,
Asas Filsafat Nilai Dasar, Nilai Instrumental, Prinsip-prinsip, dan Faktor-Faktor Ekonomi Islam
. Asas Filsafat Nilai Dasar, Nilai Instrumental, Prinsip-prinsip, dan Faktor-Faktor Ekonomi Islam 2 Pengertian Sistem Ekonomi Islam adalah sistem pemenuhan kebutuhan hidup manusia untuk mencapai kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dicapai dalam segala aspek hidup, termasuk kehakiman, politik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ia berkaitan dengan berbagai macam kebutuhan, seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama yang sempurna, memuat ajaran-ajaran yang bersifat universal. Universal tidak hanya berisi ajaran yang bersifat umum mengenai hubungan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di Indonesia baru berkembang sejak kurang lebih satu dekade terakhir. Perkembangan ini dilatar belakangi
Lebih terperinciS I L A B U S. 1. Tes lisan 2. Tes tulis. 1. Menelaah buku-buku terkait dasar-dasar. ekonomi Islam. 2. Dialog dengan dosen 3. Membuat resume kuliah
Jurusan/Program Studi : TARBIYAH/SYARIAH/ PAI, HES, ES, PS Kode Mata : Nama Mata : DASAR-DASAR EKONOMI ISLAM Bobot : 2 SKS Semester : I/II Mata Prasyarat : Standar Kompetensi : S I L A B U S Kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan telah berperan sangat besar dalam pengembangan dan pertumbuhan masyarakat industri modern. Produksi berskala besar dengan kebutuhan investasi yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SISTEM KERJASAMA ANTARA PEMILIK PERAHU DAN NELAYAN DI DESA BUNGO DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
BAB IV ANALISIS SISTEM KERJASAMA ANTARA PEMILIK PERAHU DAN NELAYAN DI DESA BUNGO DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM A. Analisis Pemahaman Para Nelayan di Desa Bungo dalam Membangun Kerjasama Melautnya Nelayan
Lebih terperinciUsulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi
NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGELOLAAN DANA SIMPANAN SYARI AH ANGGOTA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TAHUN 2015 (STUDI KASUS DI KJKS BMT SURYA MADANI BOYOLALI) Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.
LAMPIRAN Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang PEDOMAN
Lebih terperinciSISTEM EKONOMI INDONESIA BY DIANA MA RIFAH
SISTEM EKONOMI INDONESIA BY DIANA MA RIFAH DEFINISI Sistem ekonomi adalah suatu cara untuk mengatur dan mengorganisasi segala aktivitas ekonomi dalam masyarakat baik yang dilakukan oleh pemerintah atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu yang diutamakan, karena hal itu yang menentukan berhasil atau gagalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis perbankan kepuasan nasabah adalah menjadi salah satu yang diutamakan, karena hal itu yang menentukan berhasil atau gagalnya suatu usaha perbankan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sirkulasi perekonomian akan melahirkan tingkat inflasi yang begitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dominasi transaksi yang tidak berlandaskan kebenaran dalam sirkulasi perekonomian akan melahirkan tingkat inflasi yang begitu berfluktuasi, mendorong pada ketidak
Lebih terperinciANALISA PENGARUH IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH DAN AKAD MURABAHA TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI BEN IMAN LAMONGAN
ANALISA PENGARUH IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH DAN AKAD MURABAHA TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI BEN IMAN LAMONGAN Ratna handayati Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan ABSTRAKSI Koperasi syari
Lebih terperinciMateri 7 Bisnis, Politik dan Perekonomian. Marheni Eka Saputri ST., MBA
Materi 7 Bisnis, Politik dan Perekonomian Marheni Eka Saputri ST., MBA Contents 1 Bisnis dan Politik 2 Bisnis dan Perekonomian Bisnis dan Politik Politik: hal-hal yang berkenaan dengan masalah kenegaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu model lembaga keuangan syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga ribuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil Alamin, rahmat atau kebaikan bagi seluruh alam semesta termasuk manusia, yaitu untuk memperbaiki masyarakat, untuk mengatur pergaulan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau jenis pinjaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan lembaga keuangan syariah seperti Baitul Maal wat Tamwil sangatlah penting bagi sistem perekonomian di Indonesia. Sebagai lembaga keuangan syariah,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA A. Kedudukan Koperasi Dalam Perspektif Hukum Islam Dalam garis besarnya,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula permintaan atau kebutuhan pendanaan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan. Namun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 membuka semua tabir kerapuhan perbankan konvensional. Akibat krisis ekonomi tersebut telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha mikro dan informal merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan strategis atau penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi yang pernah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran serta sektor perbankan. Bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan pesat industri perbankan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan pesat industri perbankan syari ah yang terjadi pada dekade belakangan ini, beberapa lembaga keuangan syari ah tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perolehan kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan tetap. 1 Investasi dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung risiko karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian. Dengan demikian, perolehan kembaliannya (return) tidak
Lebih terperinciMEMBANGUN STRATEGI PENGEMBANGAN DAN SOSIALISASI PERBANKAN SYARIAH. Kemunculan bank-bank dan lembaga keuangan Islam sebagai organisasi
1 MEMBANGUN STRATEGI PENGEMBANGAN DAN SOSIALISASI PERBANKAN SYARIAH Oleh : Naili Rahmawati, M. Ag* 1 Pendahuluan Kemunculan bank-bank dan lembaga keuangan Islam sebagai organisasi yang relatif baru menimbulkan
Lebih terperinciFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UIN AR RANIRY
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UIN AR RANIRY SILABUS BERBASIS KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia/Indonesian Qualification Frame Work) Nama Matakuliah : Kode Matakuliah : EIE 4102 Prodi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini terlihat dari tindakan bank bank konvensional untuk membuka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berkembang pesatnya kegiatan ekonomi dan keuangan syariah telah menarik banyak pihak untuk mengetahui lebih dalam tentangnya. Hal ini terlihat dari tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu keharusan jika suatu negara ingin meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi
Lebih terperinciTugas Resume Hubungan Industrial
A. Sistem Ekonomi Sosialis Tugas Resume Hubungan Industrial Sosialis adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi
Lebih terperinciSEKILAS TENTANG EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL. Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK
SEKILAS TENTANG EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK Dua sistem ekonomi utama (mainstream) yakni ekonomi Kapitalis dan Sosialis, hingga kini masih menguasai ekonomi dunia. Dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. Ibadah zakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga menyajikan pandangan dalam konteks
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO
59 BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO A. Analisis Pelaksanaan Akad Mudharabah Pada Simpanan Serbaguna di BMT Bismillah Sukorejo 1. Pelaksanaan
Lebih terperinciS I L A B U S. V. MATA KULIAH PRASYARAT: Bank dan Lembaga Keuangan Lain (BLKL)
S I L A B U S I. KODE MATA KULIAH/sks : DM 40-140 II. NAMA MATA KULIAH : Lembaga Keuangan Syariah (LKS) III. PROGRAM STUDI : D III Manajemen IV. DESKRIPSI DAN TUJUAN MATA KULIAH: V. MATA KULIAH PRASYARAT:
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU A. Analisis Terhadap Praktek Arisan Tembak Pada umumnya arisan yang diketahui oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG AKAD QIRAD}{ DI GERAI DINAR SURABAYA
BAB IV ANALISIS TENTANG AKAD QIRAD}{ DI GERAI DINAR SURABAYA A. Analisis Hukum Islam terhadap Investasi Dinar di Gerai Dinar Surabaya Allah SWT menurunkan ajaran Islam sebagai tuntunan hidup yang senantiasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya, dalam sistem keuangan Islam lembaga-lembaga keuangan non bank yang diperlukan memiliki peran yang hampir sama. Perbedaannya terletak pada prinsip dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemiskinan hingga saat ini masih menjadi problem yang terjadi bangsa indonesia. Kemiskinan biasanya diukur dengan pendapatnya. Kemiskinan pada dasarnya dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum islam merupakan bagian dalam tata hukum di Indonesia dimana bagi setiap muslim diwajibkan untuk menerapkan aturan yang telah ditentukan oleh Allah SWT termasuk
Lebih terperinciAKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH
AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 14: Akuntansi Sharf Wadiah - Wakalah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA AKAD SHARF TUKAR MENUKAR VALAS 2 Definisi Sharf Bahasa: penambahan, penukaran, penghindaran, atau
Lebih terperinciuntuk bergabung dan berusaha bersama agar kekurangan yang terjadi dalam kegiatan
RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK Koperasi merupakan wadah untuk bergabung dan berusaha bersama agar kekurangan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dapat diatasi. Pada akhir tahun, keuntungan yang diperoleh koperasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan untuk mendirikan keberadaan lembaga-lembaga keuangan syari ah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syari ah merupakan instrument penting dalam pembangunan ekonomi, dimana masyarakat atau negara tidak dapat mengabaikan kepentingan untuk mendirikan
Lebih terperinciKUPON BERHADIAH BAGI KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus Maxcell Depo Teknik Bangunan Kendari)
KUPON BERHADIAH BAGI KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus Maxcell Depo Teknik Bangunan Kendari) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kaitan dengan Muamalah, sebenarnya syariat Islam cukup terbuka dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kaitan dengan Muamalah, sebenarnya syariat Islam cukup terbuka dan mudah dipahami atau dalam bahasa yang sederhana dapat dikatakan semuanya boleh, kecuali yang
Lebih terperinci1. Sistem Ekonomi Pasar Bebas. (Kapitalis/Liberal) 2. Sistem Ekonomi Komando (Sosialis) 3. Sistem Ekonomi Campuran
1. Sistem Ekonomi Pasar Bebas (Kapitalis/Liberal) 2. Sistem Ekonomi Komando (Sosialis) 3. Sistem Ekonomi Campuran Definisi sistem ekonomi adalah cara atau strategi suatu bangsa atau negara dalam mengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup nasional maupun internasional telah memberikan gambaran bahwa sistem ekonomi Islam mampu beradaptasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bank syariah dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan pertumbuhan dan eksistensi
Lebih terperinciterdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan mikro yang berbentuk koperasi dan dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syariah). BMT terdiri dari dua istilah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekhawatiran manusia yang paling puncak di abad mutakhir ini salah satunya adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
Lebih terperinciKedudukan Mu amalah Konsep Dasar Mu amalah Landasan Perekonomian Islam Kegiatan dan Pengembangan Perekonomian Prinsip-prinsip dalam Penataan Ekonomi
MUAMALAH ; ASPEK SOSIAL AJARAN ISLAM Kedudukan Mu amalah Konsep Dasar Mu amalah Landasan Perekonomian Islam Kegiatan dan Pengembangan Perekonomian Prinsip-prinsip dalam Penataan Ekonomi Islam Masalah Pemilikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu fakta yang tidak mungkin dihindari. Perdagangan internasional sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian terbuka, arus perdagangan internasional adalah suatu fakta yang tidak mungkin dihindari. Perdagangan internasional sangat diperlukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah
Lebih terperinciKONSEP DASAR EKONOMI KELEMBAGAAN SYARIAH
EKONOMI SYARIAH KONSEP DASAR EKONOMI KELEMBAGAAN SYARIAH Keberhasilan suatu organisasi bisnis, sosial, atau organisasi lainnya tergantung pada empat hal sebagaimana disebutkan dalam kata-kata hikmah :
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai preferensi
74 BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai preferensi dan sumber modal, dan BAB III yang berisi tentang hasil penelitian, maka dalam BAB IV ini penulis akan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. syari ah yaitu pembiayaan piutang yang mana merupakan bentuk pinjaman
82 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data dari bab sebelumnya, maka dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut : 1. Pengaruh Receivable Financing (X1) Terhadap Profitabilitas (Y) Receivable Financing
Lebih terperinciMENERAPKAN EKONOMI ISLAM DENGAN PENDEKATAN EKONOMI PANCASILA: CARI JITU MENUJU INDONESIA PUSAT EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH DUNIA TAHUN
MENERAPKAN EKONOMI ISLAM DENGAN PENDEKATAN EKONOMI PANCASILA: CARI JITU MENUJU INDONESIA PUSAT EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH DUNIA TAHUN 2035 Amrial Ilmu Ekonomi Islam FEB UI Dalam Al-Qur an surat Al Baqarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi kebenaran yang mutlak bahwa Islam adalah agama persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam sendiri. Di samping
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA A. Analisis Transaksi Derivatif Syariah Perdagangan Berjangka dan Komoditi
Lebih terperinciPrinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme
KRITIK TERHADAP SISTEM EKONOMI SOSIALISME fakta Sosialisme Muncul Akibat Kezhaliman Kapitalisme thd Masyarakat Prinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme (1) Mewujudkan Kesamaan (Equity) Secara Riil (2)
Lebih terperinciKONSEP EKONOMI ISLAM I
Materi: V KONSEP EKONOMI ISLAM I Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Pusat Studi Ekonomi Islam FE Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 TUJUAN PEMBELAJARAN Memberikan pemahaman kepada
Lebih terperinciMATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA A. Definisi Sistem ekonomi adalah cara suatu negara mengatur kehidupan ekonominya dalam rangka mencapai kemakmuran. Pelaksanaan sistem ekonomi suatu negara tercermin
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB I KEBUTUHAN MANUSIA, KELANGKAAN, DAN SISTEM EKONOMI
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB I KEBUTUHAN MANUSIA, KELANGKAAN, DAN SISTEM EKONOMI Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bermuamalah dari zaman ke zaman semakin bervariasi karena adanya kebutuhan yang memaksakan manusia untuk melakukan hal tersebut. Salah satu kegiatan transaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena itu, bank-bank saat ini banyak menawarkan bentuk jasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini makin terlihat adanya peningkatan terhadap munculnya berbagai bidang ekonomi khususnya di lembaga keuangan yang berlandaskan syariah, seperti bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Negeri 1 Pakem Kelas/Semester : X/1 Mata Pelajaran : Ekonomi Materi Pokok : Ilmu Ekonomi Alokasi Waktu : 3 x 45 menit A. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta
Lebih terperinciPerbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional
Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Umum Pendidikan Bahasa Indonesia. Dengan Dosen Pengampu : Asep Purwo Yudi Utomo, S.Pd.,
Lebih terperinciLEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN Lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG A. Segi Akadnya Dalam praktek transaksi nyegget degheng yang terjadi di Pasar Ikan Kec. Ketapang,
Lebih terperinciMEMAHAMI EKONOMI DALAM PRESPEKTIF ISLAM
MAKALAH MEMAHAMI EKONOMI DALAM PRESPEKTIF ISLAM OLEH: ZAINI ABDUL MALIK NIP D.04.0.385 FAKULTAS SYARI AH UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG (UNISBA) 2017 MEMAHAMI EKONOMI DALAM PRESPEKTIF ISLAM ABSTRAK Di Dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syrariah (KSPPS) merupakan pemecahan dari problem tersebut. Dengan prosedur operasional seperti koperasi, KSPPS diharapkan mampu menyokong
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN Modul ke: Fakultas FEB INDONESIA Sistem Ekonomi Indonesia a. Perbandingan sistem (Kapitalis, Sosialis dan campuran) b. Sistem perekonomian Indonesia Sitti Rakhman, SP., MM Program Studi Manajemen
Lebih terperinciMateri: VI KONSEP EKONOMI ISLAM II. Afifudin, SE., M.SA., Ak
Materi: VI KONSEP EKONOMI ISLAM II Afifudin, SE., M.SA., Ak (Pusat Studi Ekonomi Islam FE Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURĀBAḤAH DALAM BENTUK PERJANJIAN PIUTANG MURĀBAḤAH
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURĀBAḤAH DALAM BENTUK PERJANJIAN PIUTANG MURĀBAḤAH A. Analisis Hukum Islam terhadap Pembiayaan Modal Kerja Dengan Skema Murābaḥah Pembiayaan modal kerja yang
Lebih terperinciPengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
Pengertian ADALAH jual beli barang pda harga asal dengan tembahan keuntungan yanng disepakati. Dalam istilah teknis perbankan syari ah murabahah ini diartikan sebagai suatu perjanjian yang disepakati antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak tahun 1992, perkembangan lembaga keuangan syariah terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam
Lebih terperinciFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UIN AR RANIRY
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UIN AR RANIRY SILABUS BERBASIS KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia/Indonesian Qualification Frame Work) Nama Matakuliah : Ekonomi Kode Matakuliah : EPS
Lebih terperinciPANDANGAN TENTANG EKONOMI ISLAM Oleh * Salman Saesar * Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan kehidupan di dalam
PANDANGAN TENTANG EKONOMI ISLAM Oleh * Salman Saesar * Abstrak Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan kehidupan di dalam masyarakat tercapai. Untuk mencapai keseimbangan hidup di dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan lembaga-lembaga keuangan pembiayaan bagi konsumen dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor perbankan yang tetap kukuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyerasikan dan mengembangkan perekonomian dan pembangunan nasional. Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan lembaga wakaf menjadi cukup strategis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah merupakan suatu perwujudan permintaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah merupakan suatu perwujudan permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang menyediakan jasa perbankan/keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian suatu negara. Bank di dalam perekonomian sebagai lembaga perantara keuangan, yang dimana perbankan merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sedangkan alat pemuas untuk memenuhi kebutuhan manusia terbatas adanya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal peradaban manusia, kebutuhan yang diperlukan oleh manusia di muka bumi ini bersifat terbatas dan bersifat sederhana. Dengan semakin majunya tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai kebutuhan beraneka ragam dan kebutuhan itu selalu meningkat, sedang kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang mendasari kegiatan operasional perbankannya sesuai dengan aspek kehidupan ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. praktik akuntansi pembiayaan murabahah pada Bank BRI Syariah telah
98 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan di Bank BRI Syariah Cabang Ngagel Jaya Selatan yang berlokasi di Jl Ngagel Jaya Selatan, praktik akuntansi pembiayaan murabahah
Lebih terperinciPertemuan ke-2 Sistem Perekonimian. Sumber : Presentasi Husnul Khatimah Laporan Bank Indonesia Buku Aris Budi Setyawan
Pertemuan ke-2 Sistem Perekonimian Sumber : 2. Presentasi Husnul Khatimah 3. Laporan Bank Indonesia 4. Buku Aris Budi Setyawan Pengertian Sistem Ekonomi Menurut Dumairy (1996) Sistem ekonomi adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis dapat dikatakan sebagai urat nadi dari sistem perekonomian. Kegiatan pokok
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari lalu lintas pembayaran uang, dimana industri perbankan memegang peranan yang sangat strategis dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary, artinya lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi Islam bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{ berarti terpenuhinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin). Oleh karenanya sifat dari ajaran Islam adalah komperhensif dan universal. Semua aspek kehidupan
Lebih terperinci