JURNAL ILMIAH TANGGUNG JAWAB MEDIS TERHADAP RESIKO AKIBAT OPERASI BEDAH CAESAR
|
|
- Liani Kurnia
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JURNAL ILMIAH TANGGUNG JAWAB MEDIS TERHADAP RESIKO AKIBAT OPERASI BEDAH CAESAR Oleh: Zaenathul Mardiani NIM D1A FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2015
2
3 TANGGUNG JAWAB MEDIS TERHADAP RESIKO AKIBAT OPERASI BEDAH CAESAR Zaenathul Mardiani NIM.DIA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wanprestasi dalam pelayanan kesehatan khususnya dalam kasus operasi bedah Caesar, akibat hukum wanprestasi dari tindakan dokter, tanggung jawab hukum rumah sakit terhadap resiko operasi bedah Caesar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris dengan metode pendekatan perundang-undangan, pendekatan Konseptual dan pendekatan Sosiologis. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tindakan operasi bedah Caesar oleh dokter dapat dikatakan wanprestasi sehingga akibat hukum wanprestasi dari tindakan dokter yaitu berupa penggantian biaya sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 1239 KUHPerdata serta secara hukum rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit sesuai dengan Pasal 46 Undang-Undang No. 44 Tahun 2004 Tentang Rumah Sakit. Kata Kunci : Wanprestasi MEDICAL RESPONSIBILITY OF THE RISK ASSOCIATED WITH CAESAREAN ABSTRACT This research aims to find out default in health care, especially in the case of C-section, what the legal consequences of default of medical practice, and how the legal responsibility of the hospital to the risk of a caesarean. The method is an empirical legal research with statute approach, conceptual approach and sociological approach. From the research is conclude that the C-section by default so that the doctor can be said legal consequences of medical practice physicians in the form of compensation provided for in Article 1239 of the civil code and the hospital legally held responsible for any losses incurred on negligence by health workers at the hospital in accordance with Article 46 of constitution No. 44 of 2009 about the hospital. Key Word : Breach of contract
4 i I. PENDAHULUAN Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan kedokteran serta didukung oleh sarana kesehatan yang semakin canggih telah membawa manfaat yang besar untuk terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu contoh dari perkembangan teknologi di bidang kesehatan dan kedokteran ialah perkembangan berbagai teknik obstetric dan ginekologi dalam persalinan yakni dengan ditemukannya metode operasi bedah caesar. Operasi bedah caesar ialah proses persalinan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu dan rahim untuk mengeluarkan bayi. Dengan ditemukannya operasi bedah caesar ini dapat mempermudah proses persalinan normal yang bermasalah. Meskipun demikian, melakukan operasi bedah caesar tentu bukannya tanpa resiko. Bahkan terjadinya suatu kelalaian dan resiko dari tindakan medis semakin besar apabila tidak dilakukan secara cermat, teliti serta kehati-hatian yang tinggi. Ada satu contoh kasus yang terjadi di masyarakat pasca persalinan caesar. Peristiwa ini bermula dari seorang pasien yang mengalami pendarahan abnormal setelah enam hari melakukan operasi bedah caesar di rumah sakit X. Pada dasarnya hubungan hukum yang terjadi antara dokter dengan pasien adalah hubungan dua subjek hukum yang membentuk hak dan kewajiban kedua belah pihak dalam pelayanan kesehatan. Hubungan ini disebut dengan perjanjian terapeutik. Di dalam perjanjian terapeutik maka prestasi yang harus dipenuhi ialah berbuat
5 ii sesuatu secara cermat, teliti dan kehati-hatian yang tinggi dari dokter dalam melakukan tindakan medisnya. Sehingga apabila prestasi itu tidak dipenuhi maka dapat menimbulkan wanprestasi dalam pelayanan kesehatan. Hal ini memotivasi penyusun untuk melakukan penelitian terhadap apakah tindakan operasi bedah caesar yang telah dilakukan oleh dokter tersebut dapat dikatakan wanprestasi?, lalu apa akibat hukum wanprestasi dari tindakan dokter?, dan bagaimana tanggung jawab hukum rumah sakit terhadap resiko operasi bedah caesar? Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum empiris yakni penelitian yang melihat hukum dalam penerapannya di dalam masyarakat. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual, dan pendekatan sosiologis. Sumber data dan bahan hukum yang digunakan adalah data yang diperoleh dari lapangan berupa data primer dan data sekunder dan bahan kepustakaan berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik untuk memperoleh data yaitu studi dokumen dan studi lapangan, kemudian menggunakan analisis Deskriptif Kualitatif. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk dapat mengetahui apakah tindakan dokter dapat dikatakan wanprestasi, akibat hukum wanprestasi dari tindakan dokter, dan tanggung jawab hukum rumah sakit terhadap resiko operasi bedah caesar. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat teoritis yang dapat menambah literatur, refrensi, dan
6 iii bahan-bahan informasi ilmiah serta pengetahuan dibidang hukum khususnya untuk memberikan deskripsi yang jelas mengenai bentuk tanggung jawab hukum terhadap resiko operasi bedah caesar. Manfaat praktisnya yakni dapat memberikan informasi kepada pasien dalam melakukan operasi bedah caesar.
7 iv II. PEMBAHASAN A. Wanprestasi Dalam Pelayanan Kesehatan Wanprestasi adalah suatu perbuatan seseorang yang tidak memenuhi suatu prestasi (kewajiban) didalam perjanjian yang telah kedua belah pihak sepakati. Dalam hukum perdata seseorang dianggap telah melakukan perbuatan wanprestasi atau ingkar janji apabila: 1. Tidak melakukan apa yang telah disepakati untuk dilakukan atau tidak melakukan prestasi sama sekali, 2. Melakukan prestasi tetapi sudah terlambat, tidak tepat waktu sebagaimana yang diperjanjikan, 3. Melakukan prestasi tidak sebagaimana mestinya, tidak sesuai kualitas atau kuantitas dengan yang diperjanjikan, 4. Melakukan sesuatu yang menurut hakikat perjanjian tidak boleh dilakukan. Dalam kaitannya dengan kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh dokter tersebut ialah unsur ketiga yakni melakukan prestasi tetapi tidak sebagaimana mestinya. Karena perjanjian terapeutik merupakan upaya dokter secara optimal untuk melakukan tindakan medis dalam upaya penyembuhan penyakit pasiennya. Untuk dapat melihat apakah tindakan dokter itu dapat dikatakan wanprestasi atau tidak adalah pertama, dengan melihat hubungan antara dokter dengan pasien yang terjadi berdasarkan kontrak terapeutik. Dengan adanya kontrak terapeutik maka pasien dapat mengajukan rekam medik atau dengan persetujuan tindakan medik yang diberikan oleh pasien. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh pasien, bahwa
8 v memang benar, pasien telah melakukan hubungan kontrak terapeutik dengan dokter, serta telah mempunyai rekam medis yang bernomor 01XXX dan persetujuan tertulis yang telah disimpan di rumah sakit. Sehingga dapat dianggap telah terjadi perjanjian terapeutik. Selanjutnya unsur yang kedua, harus dibuktikan dengan adanya kesalahan atau kelalaian dokter. Kesalahan dan kelalaian dokter dapat dianalisis dan dilihat dari keterangan pasien yakni pada tahap yang ke-5 yaitu dokter kurang teliti dan lalai dalam mengambil placenta yang menyebabkan sebagian placenta masih tertinggal didalam rahim sehingga yang menyebabkan terjadinya pendarahan. B. Akibat Hukum Wanprestasi dari Tindakan Dokter Akibat hukum wanprestasi bagi dokter itu sendiri ialah penggantian biaya-biaya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1239 KUHPerdata yaitu tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya. Selain itu di dalam Pasal 1246 KUHPerdata menerangkan bahwa biaya, ganti rugi dan bunga, yang boleh dituntut kreditur, terdiri atas kerugian yang telah dideritanya dan keuntungan yang sedianya dapat diperolehnya tanpa mengurangi pengecualian dan perubahan yang disebut di bawah ini. Wujud kerugian akibat wanprestasi (malpraktik kedokteran) hanya berupa kerugian materiil yang dapat diukur dengan nilai uang,
9 vi terutama biaya perawatan, biaya perjalanan, dan biaya obat-obatan (pengobatan). Kerugian-kerugian ini dapat dituntut oleh pasien atau ahli waris kepada dokter atau rumah sakit yang melakukan perawatan. 1 Wujud ganti kerugian itu sendiri bertujuan untuk memperbaiki keadaan dan sebagian besar berupa sejumlah uang. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien, biaya operasi pengangkatan rahim pasca persalinan Caesar, biaya perawatan dan biaya obat-obatan semuanya ditanggung oleh pasien. Sehingga dalam hal ini tidak ada wujud ganti kerugian yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien. 2 Ukuran cermat dan baik dalam pelayanan medis dokter adalah standar profesi medis dan standar prosedur operasional, termasuk kebiasaan umum yang wajar dari sudut disiplin ilmu kedokteran. Sepanjang perlakuan medis terhadap pasien telah dilakukan secara benar dan patut menurut standar profesi, standar prosedur operasional maka meskipun tanpa hasil penyembuhan yang diharapkan tidak melahirkan malpraktik kedokteran dari sudut hukum. Namun apabila setelah perlakuan medis terjadi keadaan tanpa hasil sebagaimana yang diharapkan atau bisa jadi lebih parah sifat penyakitnya karena perlakuan medis dokter yang menyalahi standar Adam Chazawi, malpraktik kedokteran, Cet.1, Bayumedia Publishing, Malang, 2007, hlm. 2 Hasil wawancara dengan Ibu Nina, pasien operasi bedah Caesar pada tanggal 7 Januari
10 vii profesi atau standar prosedur maka dokter dapat dianggap melakukan malpraktik kedokteran. 3 Di dalam penjelasan Pasal 50 Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran: Standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi. Sedangkan standar operasional prosedur adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. Standar prosedur operasional memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan consensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi. Jadi, dengan dipenuhinya standar profesi dan standar prosedur operasional dalam melaksanakan tindakan medisnya, seorang dokter atau dokter gigi serta tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit dapat terhindar dari kasus dugaan malpraktik yang dituntut oleh pasien. C. Tanggung Jawab Medis Terhadap Resiko Akibat Operasi Bedah Caesar Dengan timbulnya akibat hukum kerugian perdata maka terbentuklah pertanggung jawaban hukum perdata bagi dokter 3 Adam Chazawi, Op.cit., hlm. 51
11 viii terhadap kerugian yang timbul. Hubungan hukum dokter dengan pasien dalam pelayanan kesehatan disebut dengan perjanjian terapeutik. Perjanjian ini lahir karena adanya kesepakatan dan persetujuan yang diberikan oleh pasien dengan suatu persetujuan baik lisan ataupun tertulis yang disebut informed consent. Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2004 Tentang Rumah Sakit menerangkan bahwa secara hukum, rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. Menurut Guwandi, dalam buku Hukum Kesehatan, suatu rumah sakit mempunyai empat bidang tanggung jawab, yaitu: Tanggung jawab terhadap personalia hal ini berdasarkan hubungan majikan-karyawan. Hubungan ini, dahulu berlaku universal dan Negara kita sampai kini masih berlaku berdasarkan KUHPerdata Pasal 1366 jo 1365 jo Di dalam tanggung jawab ini termasuk seluruh karyawan yang bekerja di rumah sakit, Tanggung jawab terhadap professional mutu pengobatan atau perawatan hal ini berarti bahwa tingkat pemberian pelayanan kesehatan, baik oleh dokter maupun oleh perawat dan tenaga kesehatan lainnya harus berdasarkan ukuran standar profesi. Dengan demikian, maka secara yuridis rumah sakit bertanggung jawab apabila ada pemberian pelayanan cure and care yang tidak lazim atau dibawah standar. Tanggung jawab terhadap sarana dan peralatan Dalam bidang tanggung jawab ini
12 ix termasuk peralatan dasar perhotelan, perumahsakitan, peralatan medis, dan lain-lain. Yang paling penting adalah bahwa peralatan tersebut selalu harus berada di dalam keadaan aman dan siap pakai pada setiap saat. Tanggung jawab terhadap keamanan bangunan dan perawatannya misalnya, bangunan roboh, genteng jatuh sampai mencederai orang, lantainya licin sehingga sampai ada pengunjung yang jatuh dan menderita fraktur, dan lain-lain. Di Indonesia diatur dalam KUHPerdata Pasal 1369 yaitu tanggung jawab pemilik terhadap gedung. 4 Tanggung jawab profesi kedokteran dapat dikategorikan menjadi dua hal, yaitu tanggung jawab etik dan tanggung jawab hukum. Tanggung jawab hukum ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tanggung jawab berdasarkan hukum administrasi, hukum perdata dan hukum pidana. Dalam hal ini penyusun memfokuskan berdasarkan hukum perdata. Pada dasarnya tanggung jawab hukum perdata timbul karena adanya hubungan hukum yang terjadi antara dokter dengan pasien yang disebut dengan perjanjian terapeutik. Kemudian, setelah perjanjian dilakukan secara benar dan sah, maka timbullah hak dan kewajiban masing-masing pihak atas pemenuhan perjanjian dimaksud. Gugatan untuk meminta pertanggung jawaban dokter bersumber pada dua sumber hukum, yaitu berdasarkan wanprestasi sebagaimana diatur dalam Pasal J. Guwandi dalam Cecep Triwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan, Cet.1, Nuha Medika, Yogyakarta, 2014, hlm. 231
13 x KUHPerdata dan berdasarkan perbuatan melawan hukum yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Dalam hal ini berkaitan dengan tanggung jawab medis terhadap resiko operasi bedah Caesar. Terkait dengan resiko operasi bedah Caesar berarti kita berbicara mengenai resiko dari tindakan medis yang dilakukan oleh dokter. Setiap tindakan medik, sekecil apapun tindakan medik itu selalu menimbulkan resiko yang kadangkadang tidak dapat diprediksi sedikitpun. Disini sangat diperlukan penjelasan-penjelasan tentang kemungkinan-kemungkinan atau resiko yang akan terjadi apabila dokter melakukan tindakan medisnya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 45 ayat (1), (2), dan (3) serta Pasal 52 Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik kedokteran, yang mengharuskan setiap tindakan kedokteran harus mendapatkan persetujuan dari pasien atau keluarganya dan penjelasan lengkap tentang tindakan medisnya. Apabila dokter atau dokter gigi telah berusaha semaksimal mungkin dengan telah memenuhi standar profesi, standar pelayanan medis dan standar operasional prosedur, namun kecelakaan medis tetap juga terjadi. Dengan demikian kecelakaan medis atau resiko medis ini tidak dapat dipertanggung jawabkan atas akibat yang tidak dikehendaki dalam melakukan pelayanan medis.
14 xi III. PENUTUP Tindakan operasi bedah Caesar yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien dapat dikatakan wanprestasi, hal ini didasari atas keterangan yang diberikan pasien yaitu dokter kurang teliti, kurang hatihati pada saat melakukan tindakan operasi bedah Caesar. Yang disebabkan karena pada saat dokter mengambil placenta, serta mengangkat dan membersihkan placenta yang diambil dari dalam rahim tidak secara teliti dan hati-hati sehingga sebagian placenta masih tertinggal di dalam rahim yang menyebabkan terjadinya pendarahan. Akibat hukum wanprestasi dari tindakan medis dokter yaitu penggantian biaya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1239 KUHPerdata yaitu setiap perikatan untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu wajib diselesaikan dengan memberikan penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya. Wujud kerugian akibat wanprestasi hanya berupa kerugian materiil yang dapat diukur dengan nilai uang, terutama biaya perawatan, biaya perjalanan, dan biaya pengobatan. Wujud kerugian dalam wanprestasi pelayanan dokter harus benar-benar akibat dari perlakuan medis yang menyalahi standar profesi dan standar prosedur operasional. Dengan timbulnya akibat hukum kerugian yang diterima oleh pasien akibat dari tindakan medis yang dianggap tidak memenuhi standar profesi dan standar prosedur operasional maka terbentuklah suatu tanggung jawab yang harus diberikan oleh dokter, tenaga kesehatan ataupun rumah sakit. Secara
15 xii hukum, rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. Di dalam hukum perdata tanggung jawab medis terdiri dari pertanggung jawaban karena wanprestasi dan pertanggungjawaban karena perbuatan melawan hukum. Wanprestasi dalam pelayanan kesehatan timbul karena tindakan seorang dokter berupa pemberian jasa perawatan yang tidak patut sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Sedangkan perbuatan melawan hukum bertumpu pada tiga asas dalam Pasal 1365, 1366 dan 1367 KUHPerdata. Setiap dokter dalam melakukan tindakan mediknya harus memperhatikan kewajiban serta melakukannya sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasionalnya serta diiringi dengan sikap ketelitian, kehati-hatian serta kecermatan yang tinggi sehingga dengan begitu dokter dapat memenuhi kewajibannya dengan baik sehingga dapat memperkecil baik kesalahan maupun resiko yang akan terjadi terhadap pasien setelah tindakan medik itu dilakukan.
16 DAFTAR PUSTAKA 1. Buku: Amiruddin; Asikin Zainal, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012 Atmasasmita Romli, Asas-Asas Perbandingan Hukum Pidana, Yayasan LBH, Jakarta, 1989 Chazawi Adami, malpraktik Kedokteran, Bayumedia Publishing, Malang, 2007 Bratasasmita Ningrum, Hamil Sehat dan Menyenangkan, Grafindo Litera Media, Yogyakarta, 2012 Indiarti M.T, Cesar Kenapa Tidak? Cara Aman Menyambut Kelahiran Buah Hati Anda, elmstera Publishing, Yogyakarta, 2007 Machmud Syahrul, Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek, CV Mandar Maju, Bandung, 2008 Fuady Munir, Perbuatan Melawan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010 Nasution Bahder Johan, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Rineka Cipta, Jakarta, 2013 Safitri Haryani, Sengketa Medik Alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter Dengan Pasien, Diadit Media, Jakarta, Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak di luar KUHPerdata, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007 Triwibowo Cecep, Etika dan Hukum Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta, 2014
17 2. Peraturan Perundang-undangan: Indonesia, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Kedokteran. Praktik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran. Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum perdata
TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN KESALAHAN TINDAKAN KEDOKTERAN KEPADA PASIEN
TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN KESALAHAN TINDAKAN KEDOKTERAN KEPADA PASIEN Oleh: Gede Prasetia Adnyana I Wayan Bela Siki Layang Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciJURNAL ILMIAH. Oleh : SITI KEMALA ROHIMA D1A
JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN TERHADAP KELALAIAN TENAGA KESEHATAN ( DOKTER ) DALAM MELAKSANAKAN TINDAKAN MEDIK BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN YANG BERLAKU Oleh : SITI KEMALA ROHIMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Operasi bedah Caesar (Caesarean Section atau Cesarean Section) atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi bedah Caesar (Caesarean Section atau Cesarean Section) atau biasa disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat SC) adalah suatu persalinan buatan, di
Lebih terperinciKODE MATA KULIAH : : Dr. Budiyanto, S.H.,M.H William H. Reba, S.H.,M.Hum Victor Th. Manengkey, S.H.,M.Hum Farida Kaplele, S.H.,M.
PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM MATA KULIAH : KODE MATA KULIAH : 4220 SEMESTER : IV (Empat) SKS : 2 (Dua) DOSEN : Dr. Budiyanto, S.H.,M.H William H. Reba, S.H.,M.Hum Victor Th. Manengkey, S.H.,M.Hum Farida
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, Malpraktik Kedokteran, Bayumedia, Malang, 2007.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Adami Chazawi, Malpraktik Kedokteran, Bayumedia, Malang, 2007. Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010. Andi Hamzah,
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER KEPADA PASIEN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK
TANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER KEPADA PASIEN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK Oleh Made Hadi Setiawan A.A.Gede Agung Dharma Kusuma Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper titled
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. continental dan sistem Anglo Saxon. Perkembangan hukum secara. campuran karena adanya kemajemukan masyarakat dalam menganut tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara maju maupun negara berkembang di dunia ini menganut berbagai sistem hukum, apakah sistem hukum kodifikasi maupun sistem hukum-hukum lainnya. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Lebih terperinciKEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM
KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM PEMBUKTIAN PERKARA MALPRAKTEK DI BIDANG KEDOKTERAN 1 Oleh: Agriane Trenny Sumilat 2 ABSTRAK Kesehatan memiliki arti yang sangat penting bagi setiap orang. Kesehatan menjadi
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
64 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dalam pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penegakan hukum terhadap tindakan malpraktek di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia medis yang semakin berkembang, peranan rumah sakit sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau mundurnya pelayanan kesehatan rumah
Lebih terperinciOleh Mochammad Nasichin. Abstrak
PELAKSANAAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT) ANTARA PIHAK RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH GRESIK DENGAN PASIEN OPERASI CAESAR BERDASARKAN PASAL 45 UNDANG-UNDANG NO 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN.
Lebih terperinciInform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L
Inform Consent Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L 1 PENDAHULUAN Malpraktek pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional (profesi) yang bertentangan dengan Standard Operating Procedure
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016 Website :
KAJIAN HUKUM INFORMED CONSENT PADA PERJANJIAN TERAPEUTIK ANTARA DOKTER DAN PASIEN DIBAWAH UMUR BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Informed Consent, kesehatan, medis
ABSTRAK INDRA SETYADI RAHIM, NIM 271409137, Implementasi Informed Consent di Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Dibawah bimbingan I DR. Fence M. Wantu S.H., M.H dan bimbingan II Dian Ekawaty Ismail
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS INFORMED CONCENT BAGI PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT
TINJAUAN YURIDIS INFORMED CONCENT BAGI PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT Oleh I Komang Gede Oka Wijaya I Gede Pasek Eka Wisanjaya Program Kehususan Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap profesi kedokteran di Indonesia akhir-akhir ini makin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pengetahuan masyarakat seiring pesatnya perkembangan teknologi dan kemudahan dalam mendapatkan informasi, membuat masyarakat lebih kritis terhadap pelayanan
Lebih terperinciJurnal Hukum Bisnis/Vol II/ Nomor 1 /April 2018 E-ISSN
TANGGUNG GUGAT RUMAH SAKIT BM DAN TIM DOKTER ATAS TINDAKAN PEMBIUSAN TOTAL DI PERGELANGAN TANGAN TN YANG BERAKIBAT SYARAF JARINGAN TANGAN MATI DAN MEMBUSUK SEHINGGA DUA JARI HARUS DIAMPUTASI Stevie Maggie
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini profesi kesehatan merupakan salah satu profesi yang banyak mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada masyarakat yang sangat kompleks.
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN TINDAKAN MALPRAKTEK DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA INDONESIA
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN TINDAKAN MALPRAKTEK DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA INDONESIA Oleh : I Gede Indra Diputra Ni Md. Ari Yuliartini Griadhi Bagian Hukum
Lebih terperinciSUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI
SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI Oleh Fery Bernando Sebayang I Nyoman Wita Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Sales Returns
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia karena kesehatan merupakan modal utama manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Melaksanakan upaya kesehatan yang
Lebih terperincivii DAFTAR WAWANCARA
vii DAFTAR WAWANCARA 1. Apa upaya hukum yang dapat dilakukan pasien apabila hak-haknya dilanggar? Pasien dapat mengajukan gugatan kepada rumah sakit dan/atau pelaku usaha, baik kepada lembaga peradilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu parameter untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia. Tanpa kesehatan manusia tidak akan produktif untuk hidup layak dan baik. Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pasien, dikenal dengan istilah transaksi terapeutik. Menurut Veronica
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam hal pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh seorang dokter terhadap pasien, kedua belah pihak mempunyai hak dan kewajiban, adanya hak dan kewajiban dikarenakan adanya perjanjian.
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP MALPRAKTEK UPAYA MEDIS TRANSPLANTASI ORGAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP MALPRAKTEK UPAYA MEDIS TRANSPLANTASI ORGAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN Oleh I Gusti Agung Ayu Elcyntia Yasana Putri A.A. Ngurah
Lebih terperinciDaftar pustaka. Bastian, Indra dan Suryono, 2011, Penyelesaian Sengketa Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta.
137 Daftar pustaka Buku Azwar, Azrul, 1991, Informed Consent (Informasi dan Persetujuan Tindakan Medik), Rumah Sakit Pusat Pertamina bekerja sama dengan FH. UI, Bastian, Indra dan Suryono, 2011, Penyelesaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berkembang sangat pesat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kehidupan masyarakat modern saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berkembang sangat pesat karena didukung
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. Dokter terhadap Pasien Gawat Darurat atas Tindakan Medis Dalam Bentuk Implied
55 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Tanggung Jawab Dokter terhadap Pasien Gawat Darurat atas Tindakan Medis Dalam Bentuk Implied Consent (Studi Kasus di
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN OLEH PEMBELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM LUNAS DI KABUPATEN BADUNG
AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN OLEH PEMBELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM LUNAS DI KABUPATEN BADUNG Oleh : Gde Yogi Yustyawan Marwanto Program Kekhususan Hukum Keperdataan Fakultas
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK
AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : I Made Aditia Warmadewa I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tulisan ini berjudul akibat hukum wanprestasi dalam perjanjian
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015
IMPLEMENTASI PEMERINTAH UNTUK MELINDUNGI KEPENTINGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN AKIBAT PELAYANAN KESEHATAN 1 Oleh: Robinson Konyenye 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV. merupakan cangkupan dari bahasan sebelumnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV (empat) skripsi ini, maka penulis menarik beberapa point kesimpulan dan saran yang merupakan cangkupan
Lebih terperinciWANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )
WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps ) Oleh: Ayu Septiari Ni Gst. Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciINFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN
INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciTanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien. 1. Tanggung Jawab Etis
Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien 1. Tanggung Jawab Etis Peraturan yang mengatur tanggung jawab etis dari seorang dokter adalah Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Lafal Sumpah Dokter. Kode etik
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk
BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Informed Consent dalam keadaan darurat, Perlindungan Hukum bagi Dokter
TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER DIHUBUNGKAN DENGAN PERATURAN MENGENAI PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN DALAM KEADAAN DARURAT YANG MEMBUTUHKAN PEMBEDAHAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM PASIEN PADA PENGOBATAN ALTERNATIF
PERLINDUNGAN HUKUM PASIEN PADA PENGOBATAN ALTERNATIF JURNAL ILMIAH Oleh: ABDURRAHIM ISMAIL D1A 109 076 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2014 PERLINDUNGAN HUKUM PASIEN PADA PENGOBATAN ALTERNATIF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang, karena dengan hidup sehat setiap orang dapat menjalankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sehat merupakan suatu hal yang diinginkan dalam kehidupan setiap orang, karena dengan hidup sehat setiap orang dapat menjalankan segala pemenuhan kebutuhan hidupnya
Lebih terperinciAndrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
* Andrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta *Kesehatan dlm kosnep duni internasional adalah a state of complete physical, mental and social, well being and not merely the
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Kekecewaan pasien terhadap perilaku dokter seringkali terjadi
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kekecewaan pasien terhadap perilaku dokter seringkali terjadi akibat pasien merasa tidak terpenuhinya hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan. Dokter di Indonesia memiliki
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG
PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG Oleh : Dewa Ayu Putu Andina Novianta Dewa Gede Rudy A.A. Sri Indrawati Hukum
Lebih terperinciPENULISAN HUKUM. Oleh : ERZA TRI WIDYANINGGAR NIM :
ANALISA KETENTUAN MENGENAI PERTANGGUNG JAWABAN DOKTER TERHADAP RAHASIA MEDIS PASIEN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CEPU DITINJAU DARI UU NO.29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN PENULISAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus ditunaikannya dimana ia berkewajiban untuk menangani hal-hal yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Profesi dokter dipandang sebagai profesi yang mulia dan terhormat dimata masyarakat. Namun pada pelaksanaannya, seorang dokter memiliki tanggungjawab besar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. optimal oleh sarana kesehatan dalam hal ini rumah sakit. Dalam kaitannya dengan
BAB I PENDAHULUAN Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat yang optimal oleh sarana kesehatan dalam hal ini rumah sakit. Dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan tersebut, pasien
Lebih terperinciPEMBUKTIAN MALPRAKTIK
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 PEMBUKTIAN MALPRAKTIK Syarifah Hidayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat dan diikuti oleh majunya pemikiran masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Sedangkan pembangunan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga
1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Sehat merupakan suatu keadaan yang ideal oleh setiap orang. Orang yang sehat akan hidup dengan teratur, mengkonsumsi makanan bergizi, berolah raga, bersosialisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Dalam
12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Dalam kondisi sehat, orang dapat berpikir dan melakukan segala aktifitasnya secara optimal dan menghasilkan
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE oleh Frans Noverwin Saragih I Nyoman Wita Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT E-Commerce is an engagement that connects
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGATURAN PELAYANAN KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG KESEHATAN NOMOR 36 TAHUN 2009
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGATURAN PELAYANAN KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG KESEHATAN NOMOR 36 TAHUN 2009 E. Pengertian Pelayanan Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS TERJADINYA FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA)
AKIBAT HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS TERJADINYA FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA) Oleh Putu Parama Adhi Wibawa I Ketut Artadi Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Engagement is a
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DOKTER DALAM MENJALANKAN PROFESI KEDOKTERAN
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DOKTER DALAM MENJALANKAN PROFESI KEDOKTERAN Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana (S1) dalam Ilmu Hukum pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. mendapatkan hasil dari penelitian pihak Polda DIY dan Rumah Sakit Panti
59 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Data yang saya dapat dilapangan dengan melakukan wawancara dan mendapatkan hasil dari penelitian pihak Polda DIY dan Rumah Sakit Panti Rapih, bahwa penyidik dan MKDKI serta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan persaingan antar rumah sakit. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya badan atau institusi yang
Lebih terperinciISSN Vol 13 No. 2 Oktober 2017
ISSN 2579-5198 Vol 13 No. 2 Oktober 2017 TINJAUAN YURIDIS TENTANG INFORMED CONSENT SEBAGAI HAK PASIEN DAN KEWAJIBAN DOKTER Dian Ety Mayasari 1 * 1 Fakultas Hukum Universitas Katolik Darma Cendika *Demasari@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA
PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA Oleh: I Made Adi Dwi Pranatha Putu Purwanti A.A. Gede Agung Dharmakusuma Bagian
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP LESSEE DALAM HAL OBJEK LEASING MENGANDUNG CACAT TERSEMBUNYI
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP LESSEE DALAM HAL OBJEK LEASING MENGANDUNG CACAT TERSEMBUNYI Oleh : I Putu Gede Yoga Pramana I Nyoman Mudana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This journal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena jumlah jemaah haji dan umroh Indonesia yang sangat besar, melibatkan berbagai instansi
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS TERHADAP MALPRAKTEK YANG BERTENTANGAN DENGAN INFORMED CONSENT
TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS TERHADAP MALPRAKTEK YANG BERTENTANGAN DENGAN INFORMED CONSENT YANG DI BUAT OLEH DOKTER DALAM MELAKSANAKAN PROFESI KEDOKTERAN (Studi Di Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang) PENULISAN
Lebih terperinciPEMBERIAN GANTI RUGI SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN DALAM TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIS
PEMBERIAN GANTI RUGI SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN DALAM TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIS I Gede Andika Putra I Wayan Wiryawan Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrac
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian pada hakikatnya sering terjadi di dalam masyarakat bahkan sudah menjadi suatu kebiasaan. Perjanjiaan itu menimbulkan suatu hubungan hukum yang biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, globalisasi ekonomi guna mencapai kesejahteraan rakyat berkembang semakin pesat melalui berbagai sektor perdangangan barang dan jasa. Seiring dengan semakin
Lebih terperinciRUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar
RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) 444168, Fax. (0342) 444289 Kembangarum - Sutojayan - Blitar PERJANJIAN KERJA ANTARA RUMAH SAKIT UMUM AULIA DAN DOKTER No. Yang bertanda tangan
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016
TANGGUNG GUGAT TENAGA MEDIS TERHADAP PASIEN DALAM TRANSAKSI TERAUPETIKAR 1 Oleh: Andreas Wenur 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dalam hal apa dokter dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mempromosikan produknya. perjanjian itu sah, diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis di Indonesia sekarang ini sangat pesat, karena munculnya para pembisnis muda yang sangat inovatif dan kreatif di segala bidang. Apalagi bisnis
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK Kesehatan merupakan hal yang harus dijaga oleh setiap manusia, karena
Lebih terperinciLILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG
LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG OUTLINE PENDAHULUAN TENAGA KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG TUGAS & WEWENANG PERAWAT PENDELEGASIAN
Lebih terperincidisebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri
Informed Consent adalah istilah yang telah diterjemahkan dan lebih sering disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri dari dua kata, yaitu : Informed dan Consent.
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI KARENA FORCEMAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN
PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI KARENA FORCEMAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN Oleh: Merilatika Cokorde Dalem Dahana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri rekaman musik sepertinya melawan arus umum. 3 Industri rekaman musik terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Ketetapan MPR Nomor 4 Tahun 1999-2004 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) mengenai kebudayaan dan kesenian diatur bahwa negara berusaha untuk:
Lebih terperinciPENGATURAN TINGKAT KESALAHAN DOKTER SEBAGAI DASAR PENENTUAN GANTI RUGI PADA PASIEN KORBAN MALPRAKTEK
PENGATURAN TINGKAT KESALAHAN DOKTER SEBAGAI DASAR PENENTUAN GANTI RUGI PADA PASIEN KORBAN MALPRAKTEK Oleh Kadek Arini Ida Bagus Putra Atmadja Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Malpractice
Lebih terperinciPERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG
PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG Oleh : I Ketut Gde Juliawan Saputra A.A Sri Utari Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tulisan yang berjudul Perbedaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Lex Crimen Vol. VI/No. 9/Nov/2017
KAJIAN HUKUM MENGENAI PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT) DALAM PELAYANAN KESEHATAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERJANJIAN 1 Oleh: Octovian E. Sitohang 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian
Lebih terperinciKEDUDUKAN DAN KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM SISTEM HUKUM KONTRAK ABSTRACT
KEDUDUKAN DAN KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM SISTEM HUKUM KONTRAK Disusun Oleh : Cyntia Citra Maharani, Fitri Amelia Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (amelia_fitri25@yahoo.com)
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Perjanjian Kerja 1. Pengertian Perjanjian Kerja Dengan telah disahkannya undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUKK) maka keberadaan perjanjian
Lebih terperinciAspek Hukum Informed Consent Dalam Pelaksanaan Tindakan Operasi Medik. Oleh : Firman Floranta Adonara S.H.,M.H.
Aspek Hukum Informed Consent Dalam Pelaksanaan Tindakan Operasi Medik Oleh : Firman Floranta Adonara S.H.,M.H. I.Pendahuluan Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan keluhan jasmani danrohani kepada dokter yang. merawat, tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rahasia kedokteran berkaitan erat dengan hak asasi manusia, seperti tertulis dalam United Nation Declaration of Human Right pada tahun 1984 yang intinya menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia
Lebih terperinciTANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PENYEDIA JASA AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PEKERJA OUTSOURCING
TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PENYEDIA JASA AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PEKERJA OUTSOURCING Dhevy Nayasari Sastradinata *) *) Dosen Fakultas hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Iklim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
Lebih terperinciBAB III ANALISA HASIL PENELITIAN
BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi dokter merupakan profesi istimewa karena berhadapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi dokter merupakan profesi istimewa karena berhadapan langsung dengan begitu banyak segi-segi kehidupan manusia dan yang lebih utama dengan hidup itu sendiri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang
1 A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Disatu sisi ada masyarakat yang kelebihan
Lebih terperinciHospital by laws. Dr.Laura Kristina
Hospital by laws Dr.Laura Kristina Definisi Hospital : Rumah sakit By laws : peraturan Institusi Seperangkat peraturan yang dibuat oleh RS (secara sepihak) dan hanya berlaku di rumah sakit yang bersangkutan,dapat
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. IV/No. 3/Mar/2016
ANALISIS HUKUM KONTRAK TERAPEUTIK TERHADAP TINDAKAN MEDIK DALAM HUBUNGAN PASIEN DENGAN DOKTER DI RUMAH SAKIT 1 Oleh : Richard Nuha 2 ABSTRAK Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM KONTRAK TERAPEUTIK
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM KONTRAK TERAPEUTIK Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Email: erlina_fshuin@yahoo.co.id Abstract Doctor-patient relationship in health care was born
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis saat ini semakin berkembang sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, berbagai kegiatan dapat dilakukan oleh seseorang dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini sedang giatnya melakukan pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana diberbagai sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, timbul pula kebutuhan dan keinginan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman sekarang adalah era reformasi.dengan bertambah cerdasnya masyarakat Indonesia, timbul pula kebutuhan dan keinginan untuk menambah pengetahuan, mengetahui
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM PELAKSANAAN INFORMED CONSENT 1 Oleh : Indra Setyadi Rahim 2
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM PELAKSANAAN INFORMED CONSENT 1 Oleh : Indra Setyadi Rahim 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pasien dan pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang. Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 (empat) yaitu, melindungi segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 (empat)
Lebih terperinci