Tri Wuryani. Pengawas Sekolah Dabin Tanon Kabupaten Sragen Jawa Tengah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tri Wuryani. Pengawas Sekolah Dabin Tanon Kabupaten Sragen Jawa Tengah"

Transkripsi

1 MENINGKATKAN KREATIVITAS GURU TK DABIN TANON DALAM PEMBUATAN ALAT PERAGA DARI BARANG BEKAS MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DI KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2022/2023 Tri Wuryani Pengawas Sekolah Dabin Tanon Kabupaten Sragen Jawa Tengah ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas guru TK Dabin Tanon dalam pembuatan alat peraga dari barang bekas melalui bimbingan kelompok di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2022/2023. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan sekolah yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Penelitian dilakukan di Taman Kanak-Kanak Dabin Tanon Kabupaten Sragen antara bulan Juli sampai bulan Desember Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan pada guru TK Dabin Tanon Kabupaten Sragen. Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis data dalam PTS bertujuan bukan untuk digeneralisasikan, melainkan untuk memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan sebagaimana yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi awal kreativitas guru dalam membuat alat peraga masih cukup rendah, terdapat beberapa guru yang kurang memahami kompetensi sebagai seorang guru TK dalam proses belajar mengajar termasuk dalam kaitannya dengan pembuatan alat peraga sebagai media pembelajaran dan beberapa guru yang lain belum memahami metode pembuatan alat peraga pembelajaran yang menarik. Kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga pembelajaran pada siklus 1 sudah mulai ada peningkatan, namun masih termasuk dalam kategori yang cukup. Hal ini disebabkan sebagian guru masih belum memiliki kreativitas dalam membuat alat peraga yang menarik, guru juga belum mampu merencanakan alat peraga yang sesuai dengan karakteristik siswa dan guru juga belum memahami hakikat dari alat peraga pembelajaran. Kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga pada siklus 2 termasuk dalam kategori yang baik, dengan nilai rata-rata tingkat kreativitas guru sebesar 78,0. Hal ini tentunya berimplikasi pada pembelajaran yang aktif dan interaktif, sehingga membuat siswa menjadi bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kata kunci: kreativitas guru, alat peraga, bimbingan kelompok. PENDAHULUAN Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, bagi pendidik pada semua jenjang pendidikan lebih-lebih pada perguruan tinggi. Guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan ketrampilan tertentu. Kemampuan dan ketrampilan 49

2 Meningkatkan Kreativitas Guru Melalui Bimbingan Kelompok (Tri Wuryani) tersebut sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik. Tugas guru erat kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia melalui sektor pendidikan, oleh karena itu perlu upaya-upaya untuk meningkatkan mutu guru untuk menjadi tenaga profesional. Agar peningkatan mutu pendidikan dapat berhasil, sebagaimana dikemukakan oleh Tilaar (2010) peningkatan kualitas pendidikan tergantung banyak hal, terutama mutu gurunya. Guru sebagai tenaga profesional maka perlu diadakan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan, dan menjadikan guru sebagai tenaga kerja perlu diperhatikan, dihargai, dan diakui keprofesionalannya. Untuk membuat mereka menjadi professional tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh kesempatan untuk belajar lagi, namun perlu juga memperhatikan guru dari segi yang lain, seperti peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian insentif, gaji yang layak dengan keprofesionalnya sehingga memungkinkan guru menjadi puas dalam bekerja sebagai pendidik. Taman Kanak-kanak merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berfungsi untuk membantu orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak usia dini. Sekolah memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada anak didiknya secara lengkap sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Semua fungsi sekolah tersebut tidak akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan baik, karena kelemahan dari salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri. Salah satu dari bagian komponen sekolah adalah guru. Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya. Seorang guru dikatakan profesional apabila (1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2) bangga dengan tugas profesinya, (3) selalu menjaga dan berupaya meningkatkan kompetensinya, (4) bekerja dengan sungguh tanpa harus diawasi, (5) menjaga nama baik profesinya, (6) bersyukur atas imbalan yang diperoleh dari profesinya. Dunia pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak adalah sebuah dunia yang tidak terlepas dari bermain dan juga berbagai alat permainan anak-anak. TK merupakan sebuah tempat belajar dan juga bermain anak-anak yang memiliki berbagai sarana dan pra sarana untuk mendukung terlaksanannya proses pembelajaran dengan baik dan berkualitas. Salah satu sarana yang juga menjadi sumber belajar bagi anak di TK adalah alat pendidikan edukatif. Alat ini bisa didapatkan dengan cara membelinya dari produsen alat-alat permainan anak atau juga bisa dengan membuatnya sendiri. Pada umumnya para penyelenggara pendidikan TK dan juga para guru TK masih banyak yang membeli alat-alat permainan untuk sumber belajar anak. Hal ini tentu saja akan menumbuhkan budaya konsumtif dan akan melemahkan daya kreativitas dan inovasi para guru TK dalam menyelenggarakan proses belajar yang berkualitas bagi anak. 50

3 KASTARA KARYA: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 2, No. 4, November 2022 Penyelenggara pendidikan TK dan guru TK berpendapat bahwa memperoleh alat peraga dengan cara membeli adalah lebih mudah dan ekonomis. Namun jika para guru mau berkreasi dan berinovasi untuk menciptakan alat peraga dari barang-barang bekas maka tentu saja akan lebih ekonomis lagi. Banyak mainan sekarang ini yang semakin kreatif, mahal, dan beraneka macam. Tentunya hal ini akan banyak membuat orang tua bingung. Banyak mainan yang dibuat oleh pabrik yang sebetulnya kurang berfaedah bagi anak-anak karena sebenarnya alat bermain hanyalah alat bantu saja bagi seorang anak dan bukan merupakan indikator mutlak untuk anak berkembang lebih baik. Jadi mahal dan murahnya alat mainan bukanlah merupakan indikator. Anak akan dapat bermain dengan manfaat yang besar apabila orang tua dapat mengetahui sisi kegunaannya mainan tersebut. Masalah utama yang dihadapi dunia pendidikan adalah menumbuhkan kreativitas guru (Wijaya, 2011). Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu hasil belajar siswanya. Kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila hal ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru. Guru TK pada Dabin Tanon Kabupaten Sragen dalam menghadapi tantangan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas anak didiknya melalui peningkatan kreativitas guru. Berdasarkan supervisi pada Guru TK pada Dabin Tanon Kabupaten Sragen masih ada guru yang masih menggunakan cara konfensional dalam mengajar, jarang menggunakan alat peraga, menggunakan alat peraga buatan pabrik, sehingga diperlukan bimbingan agar guru dapat lebih kreatif dalam mengajar dengan menggunakan alat peraga. Di samping itu guru juga masih jarang yang memanfaatkan barang bekas sebagai alat peraga. Berdasarkan permasalahan tersebut merupakan dasar bagi penulis untuk melakukan Penelitian Tindakan Sekolah dengan mengangkat judul Meningkatkan Kreativitas Guru TK Dabin Tanon dalam Pembuatan Alat Peraga dari Barang Bekas melalui Bimbingan Kelompok di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2022/2023, diharapkan dengan melalui bimbingan kelomok dapat meningkatkan kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga yang nantinya dapat membawa dampak yang positif baik hasil belajar maupun proses pembelajaran yang aktif dan kreatif. LANDASAN TEORI Guru UU Guru dan Dosen Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan, bahwa pendidik (guru) harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 51

4 Meningkatkan Kreativitas Guru Melalui Bimbingan Kelompok (Tri Wuryani) Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Rusijono (2010) menguraikan bahwa usia anak belajar di TK adalah masa yang sangat penting karena itu pendidikan TK menjadi sangat penting bagi perkembangan anak. Dalam UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Peran dan tanggung jawab guru TK dalam proses pendidikan sangat besar. Guru dituntut dapat memberikan pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga dapat mengoptimalkan perkembangannya. Untuk mendukung keterlaksaan tugas yang harus diemban guru PAUD termasuk guru TK, perlu ada sejumlah kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru PAUD. Guru akan menjadi sumber kekuatan bagi sekolah untuk mewujudkan visi dan misi sekolah apabila guru tersebut memiliki kompetensi yang handal dan relevan sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Profesi guru adalah suatu bentuk pengabdian yang penuh cinta kasih dan kelembutan budi. Guru harus mampu menjadi teladan yang dapat digugu dan ditiru, menggugah semangat belajar siswanya dan mendorong siswa agar berfikir maju. Mulyasa (2011) menyatakan bahwa kompetensi guru TK mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru menunjuk pada performance dan perbuatan yang rasional (memiliki arah dan tujuan) untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Selanjutnya Usman (2012) menjelaskan kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasangagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 2014). Kreativitas merupakan menciptakan gagasan baru yang asli dan imajinatif, dan juga kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang sudah dimiliki (Moeslichatoen, 2014). Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan pengalaman kemampuan seseorang untuk melahirkan gagasan imajinasi yang mampu menghasilkan sesuatu yang orisinal, memberdayakan pikirannya untuk menghasilkan produk yang kreatif, membuat ide yang bertujuan menghasilkan sesuatu produk yang baru. Menurut Herlinawati (2011), macam-macam kreativitas diantaranya adalah: 1. Kreativitas ekspresi, yaitu memuat kemampuan untuk mengevaluasi, berpikir divergen, dapat mengembangkan kreativitasnya. 52

5 KASTARA KARYA: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 2, No. 4, November Kreativitas produktif, yaitu kemampuan untuk mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk. 3. Kreativitas inovatif, hasil inovasi yang akan memberikan informasi secara utuh. Kreativitas dalam mengajar penting dimiliki oleh guru, karena kreativitas mempunyai manfaat besar dalam proses belajar mengajar. Manfaat kreativitas, adalah: 1. Meningkatkan apresiasi terhadap ide orang lain. 2. Meningkatkan motivasi dan semangat hidup. 3. Awal terjadinya inovasi dan perubahan. 4. Meningkatkan kualitas dan taraf hidup manusia. Alat Peraga Pendidikan Alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar anak didik lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2009). Sedangkan menurut Faizal (2010) mendefinisikan alat peraga pendidikan sebagai instrument audio maupun visual yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan membangkitkan minat anak didik dalam mendalami suatu materi. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa pengertian alat peraga pendidikan adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri anak didik. Tujuan alat peraga pendidikan adalah: 1. Alat peraga pendidikan bertujuan agar proses pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar anak didik. 2. Alat peraga pendidikan memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para anak didik belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu. 3. Alat peraga pendidikan memiliki manfaat agar belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan di luar kelas. 4. Alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur. Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok, artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya (Prayitno, 2013). Sementara Romlah (2011) mendefinisikan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada peserta dan mengembangkan potensi peserta. 53

6 Meningkatkan Kreativitas Guru Melalui Bimbingan Kelompok (Tri Wuryani) Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara kelompok yang dilakukan oleh beberapa orang guru dengan memanfaatkan berbagai macam dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin dalam kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal. Bimbingan kelompok merupakan sebuah kegiatan informasi kepada sekelompok guru untuk membantu menyusun berbagai rencana pembelajaran dan keputusan yang tepat. Bimbingan kelompok kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial. Dengan demikian jelas bahwa kegiatan dalam bimbingan kelompok merupakan pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok. Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan sekolah yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). PTS merupakan suatu prosedur penelitian yang diadaptasi dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan sekolah merupakan (1) penelitian partisipatoris yang menekankan pada tindakan dan refleksi berdasarkan pertimbangan rasional dan logis untuk melakukan perbaikan terhadap suatu kondisi nyata; (2) memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan; dan (3) memperbaiki situasi dan kondisi sekolah/pembelajaran secara praktis (Depdiknas, 2008). Secara singkat, PTS bertujuan untuk mencari pemecahan permasalahan nyata yang terjadi di sekolahsekolah, sekaligus mencari jawaban ilmiah bagaimana masalah-masalah tersebut bisa dipecahkan melalui suatu tindakan perbaikan. Masalah nyata yang ditemukan di sekolah, khususnya pada guru TK Dabin Tanon Kabupaten Sragen adalah belum optimalnya guru dalam membuat alat peraga. Prosedur penelitiannya dilakukan secara siklus. Satu siklus dimulai dari (1) perencanaan awal, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi. Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan pada guru TK Dabin Tanon Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2022/2023 yang terdiri dari 10 guru, yaitu dari TK ABA Slogo, TK Pertiwi Karangasem, TK Gabugan 1, TK Pertiwi Pengkol 2, TK Pertiwi Kecik 2, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Suwatu, TK Pertiwi Gawan 1, TK Pertiwi Sambiduwur, TK Pertiwi Bonagung dan TK Pertiwi Suwatu. Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis data dalam PTS bertujuan bukan untuk digeneralisasikan, melainkan untuk memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini karena masalah yang diangkat dalam PTS bersifat kasuistik, artinya masalah yang spesifik terjadi dan dihadapi oleh guru yang melakukan PTS tersebut dan alternatif pemecahan masalah yang dilakukan belum tentu 54

7 KASTARA KARYA: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 2, No. 4, November 2022 akan memberikan hasil yang sama untuk kasus serupa. Oleh karena itu ketika suatu PTS berhasil menunjukkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan sebagaimana yg diharapkan, maka berarti sekaligus peneliti (pengawas) telah berhasil menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah tersebut. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal Pengamatan terhadap kondisi awal dilaksanakan pada awal bulan Agustus Kegiatan dalam rangka mengetahui kondisi awal guru meliputi pengamatan terhadap kreativitas guru dalam membuat alat peraga pembelajaran pada guru TK Dabin Tanon Kabupaten Sragen. Pelaksanaan kegiatan ini kemudian peneliti lakukan pengamatan (observasi) dan diakhir latihan guru dites untuk mempraktikkan kemampuan dalam membuat alat peraga pembelajaran. Persiapan pembelajaran yang dilakukan yakni peneliti berkoordinasi dengan guru bahwa peneliti akan melaksanakan penelitian tindakan sekolah bagi para guru, selanjutnya peneliti melanjutkan koordinasi dengan guru dalam rangka menyampaikan maksud dan tujuan penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada guru TK Dabin Tanon Kabupaten Sragen dilakukan dengan membuka kegiatan yang diawali mengucapkan salam, lalu mengecek kehadiran guru. Setelah itu, peneliti menyampaikan materi yang dijelaskan di depan kelas. Dalam menyampaikan materi, peneliti masih menggunakan metode ceramah yaitu materi dari awal sampai akhir disampaikan secara lisan oleh peneliti tanpa menggunakan media pembelajaran. Ketika menyampaikan materi guru-guru diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada materi yang belum dimengerti. Menjelang akhir kegiatan bimbingan kelompok, peneliti melakukan tes kemampuan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran. Tes awal yang diberikan yaitu guru mencoba untuk merencanakan dan membuat alat peraga pembelajaran untuk membaca. Berdasarkan hal itu guru dinilai kemampuan dalam membuat alat peraga pembelajaran. Bersamaan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas kegiatan membuat alat peraga yang dilakukan oleh guru. Kondisi awal menunjukkan bahwa kreativitas guru dalam membuat alat peraga masih cukup rendah, terdapat beberapa guru yang kurang memahami kompetensi sebagai seorang guru TK dalam proses belajar mengajar termasuk dalam kaitannya dengan pembuatan alat peraga sebagai media pembelajaran dan beberapa guru yang lain belum memahami metode pembuatan alat peraga pembelajaran yang menarik, sehingga diperlukan bimbingan yang lebih intensif agar guru dapat lebih memahami tentang pentingnya alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar. Kondisi awal menunjukkan bahwa tingkat kreativitas guru dalam membuat alat peraga pembelajaran terendah adalah 64, sedangkan nilai tertinggi adalah 70. Kreativitas guru dalam membuat alat peraga pembelajaran secara umum diperoleh rata-rata 66,5 yang masih termasuk dalam kategori rendah, hal tersebut menggugah peneliti untuk melakukan penelitian terhadap guru. Untuk itu peneliti berfikir sekiranya dilakukan bimbingan kelompok terhadap guru, maka akan membantu meningkatkan kreativitas guru dalam membuat alat peraga pembelajaran melalui bimbingan kelompok. 55

8 Meningkatkan Kreativitas Guru Melalui Bimbingan Kelompok (Tri Wuryani) Deskripsi Hasil Siklus 1 Pada Siklus 1 rencana perbaikan disusun dengan memperhatikan kekurangankekurangan yang ditemukan pada aktivitas bimbingan sebelumnya. Selanjutnya kekurangankekurangan itu diperbaiki pada bimbingan kelompok Siklus 1 dengan menitikberatkan identifikasi analisa dan merumuskan masalah, menyusun RPP, menyiapkan alat peraga atau media, dan penggunaan metode yang bervariasi. Pelaksanaan kegiatan tindakan disesuaikan dengan perencanaan tindakan siklus 1. Dalam pelaksanaan ini melibatkan 10 guru yang diobservasi. Tindakan pertama, seluruh guru dikumpulkan dalam satu ruangan kemudian diberikan bimbingan secara berkelompok dalam meningkatkan kreativitas guru dalam membuat alat peraga pembelajaran. Bimbingan kelompok yang dilakukan menekankan pada proses pengumpulan informasi baik dari buku maupun dari internet, guru dibimbing untuk dapat membuat alat peraga pembelajaran mulai dari perencanaan alat peraga pembelajaran sampai dengan implementasinya di kelas, selain itu guru juga diberikan pengetahuan tentang efektivitas penggunaan alat peraga dan pengembangan alat peraga pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui bimbingan kelompok. Selama pelaksanaan, observer duduk di belakang mengamati kegiatan peneliti. Setelah melakukan serangkaian kegiatan bimbingan kelompok pada guru yang diteliti diukur kreativitas guru dalam membuat alat peraga pembelajaran. Hasil kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga kemudian dianalisis. Tidak ada kendala yang berarti yang dihadapi peneliti selama proses pelaksanaan penelitian. Selama melakukan serangkaian kegiatan bimbingan kelompok, guru terlihat antuasias dalam menyimak, bertanya, dan mengumpulkan materi tentang pembuatan alat peraga pembelajaran dalam meningkatkan kreativitasnya untuk proses belajar mengajar. Hasil pengamatan siklus 1 diketahui bahwa kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga pembelajaran sudah mulai ada peningkatan, namun masih termasuk dalam kategori yang cukup, dengan nilai rata-rata kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga pembelajaran sebesar 70,6. Guru dengan tingkat kreativitas dalam pembuatan alat peraga pembelajaran tertinggi mendapatkan nilai 74, adapun guru dengan tingkat kreativitas dalam pembuatan alat peraga pembelajaran terendah mendapatkan nilai 68. Hasil pengamatan siklus 1 menunjukkan bahwa rata-rata guru TK Dabin Tanon Kabupaten Sragen semester I tahun pelajaran 2022/2023 mempunyai krativitas dalam pembuatan alat peraga yang termasuk dalam kategori cukup, hal ini disebabkan sebagian guru masih belum memiliki kreativitas dalam membuat alat peraga yang menarik, guru juga belum mampu merencanakan alat peraga yang sesuai dengan karakteristik siswa dan guru juga belum memahami hakikat dari alat peraga pembelajaran, sehingga kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga pembelajaran belum sesuai dengan yang tercantum dalam perencanaan pembelajaran, sehingga perlu adanya peningkatan. Deskripsi Hasil Siklus 2 Berdasarkan hasil refleksi dari Siklus 1 peneliti melakukan rencana perbaikan latihan Siklus 2 yang disusun untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada perbaikan pelatihan Siklus 1 yaitu dengan menitik beratkan pada implementasi pembuatan alat peraga pembelajaran, peningkatan pada daya kreativitas dalam pembeuatan alat 56

9 KASTARA KARYA: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 2, No. 4, November 2022 peraga, memperkaya informasi tentang alat peraga yang dapat diterapkan di kelas serta pengembangan potensi yang dimiliki oleh guru melalui bimbingan kelompok yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pelaksanaan kegiatan tindakan disesuaikan dengan perencanaan tindakan siklus 2. Dalam pelaksanaan ini melibatkan 10 guru yang diobservasi. Tindakan yang dilakukan dimulai dengan mengumpulkan seluruh guru dalam satu ruangan kemudian diberikan bimbingan yang dilakukan secara berkelompok dalam meningkatkan kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga pembelajaran. Metode belajar kelompok ditekankan pada proses perencanaan alat peraga sampai dengan praktik penggunaan alat peraga, guru dibimbing untuk merencanakan alat peraga serta model alat peraga sesuai dengan ketentuan, selain itu guru juga diberikan pengetahuan tentang alat peraga yang interaktif serta perkembangan alat peraga pembelajaran. Selama pelaksanaan, observer duduk di belakang mengamati kegiatan peneliti. Setelah melakukan serangkaian kegiatan pada guru yang diteliti diukur tingkat kreativitasnya dalam pembuatan alat peraga. Hasil kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga pembelajaran kemudian dianalisis. Tidak ada kendala yang berarti yang dihadapi peneliti selama proses pelaksanaan penelitian. Pada pelaksanaan perbaikan, peneliti melakukan perbaikan yang diperoleh pada Siklus 1. Perbaikan yang dilaksanakan memberikan hasil yang sangat memuaskan, sehingga kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga pembelajaran mengalami peningkatan. Guru telah memahami arti penting alat peraga dalam pembelajaran, sehingga dapat merencanakan sebuah alat peraga yang dapat membantu siswa dalama aktivitas belajar mengajar dengan baik. Hasil pengamatan siklus 2 diketahui bahwa kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga termasuk dalam kategori yang baik, dengan nilai rata-rata tingkat kreativitas guru sebesar 78,0. Guru dengan tingkat kreativitas tertinggi mendapatkan nilai 80, adapun guru dengan tingkat kreativitas terendah dalam pembuatan alat peraga pembelajaran mendapatkan nilai sebesar 76. Hasil pengamatan siklus 2 menunjukkan bahwa rata-rata guru TK Dabin Tanon Kabupaten Sragen semester I tahun pelajaran 2022/2023 mengalami peningkatan kreativitasnya dalam pembuatan alat peraga pembelajaran yang lebih baik. Hal ini tentunya berimplikasi pada pembelajaran yang aktif dan interaktif, sehingga membuat siswa menjadi bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. KESIMPULAN 1. Kondisi awal menunjukkan bahwa kreativitas guru dalam membuat alat peraga masih cukup rendah, terdapat beberapa guru yang kurang memahami kompetensi sebagai seorang guru TK dalam proses belajar mengajar termasuk dalam kaitannya dengan pembuatan alat peraga sebagai media pembelajaran dan beberapa guru yang lain belum memahami metode pembuatan alat peraga pembelajaran yang menarik. 2. Kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga pembelajaran pada siklus 1 sudah mulai ada peningkatan, namun masih termasuk dalam kategori yang cukup. Hal ini disebabkan sebagian guru masih belum memiliki kreativitas dalam membuat alat peraga yang menarik, guru juga belum mampu merencanakan alat peraga yang 57

10 Meningkatkan Kreativitas Guru Melalui Bimbingan Kelompok (Tri Wuryani) sesuai dengan karakteristik siswa dan guru juga belum memahami hakikat dari alat peraga pembelajaran. 3. Kreativitas guru dalam pembuatan alat peraga pada siklus 2 termasuk dalam kategori yang baik, dengan nilai rata-rata tingkat kreativitas guru sebesar 78,0. Hal ini tentunya berimplikasi pada pembelajaran yang aktif dan interaktif, sehingga membuat SARAN siswa menjadi bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. 1. Bagi guru TK kegiatan pembelajaran pengembangan kreativitas guru merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan perkembangan potensi yang dimiliki anak didik, untuk itu dalam pelaksanaannya guru diharapkan mampu berpikir kreatif, inisiatif, serta mampu mengemukakan ide atau gagasannya. 2. Guru diharapkan menjadi fasilitator bagi anak didik, sehingga diharapkan dalam proses pembelajaran guru mempergunakan media atau alat peraga yang bervariatif dan menarik bagi anak, serta mengoptimalkan penggunaan barang bekas di sekitar lingkungan. 3. Guru diharapkan memperkaya wawasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pengembangan kreativitas dalam pembuatan alat peraga. Masukan dan pengetahuan yang sudah diperoleh saat mengikuti bimbingan kelompok tentang pembuatan alat peraga dari barang bekas hendaknya terus dipertahankan dan ditingkatkan sehingga dapat diimplementasikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional Peraturan Pemerintah No.74 tahun 2008 tentang Peraturan Pemerintah tentang Guru. Faizal Keaktifan Belajar. dalam belajar. html, tanggal 5 Agustus 2019) Herlinawati, Ely Menjadi Pribadi Kreatif Inovatif, dan Cendikia. Bandung: Acarya Media Utama. Mulyasa, E Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda Karya. Rusijono Tahapan Pembelajaran dengan Metode Tutor Sebaya. Jakarta: Bumi Akasara. Moeslichatoen R Metode Pengajaran di Taman Kanak Kanak. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Munandar, Utami Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sudjana, Nana Berbagai Media Gambar sebagai Alat Peraga. Jakarta: Pustaka. Usman, Uzer Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 58