BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Definisi Diabetes mellitus merupakan suatu kondisi kronis yang menyebabkan hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) dimana ketidakmampuan tubuh untuk mencerna karbohidrat, lipid, dan protein (Black & Hawks, 2014). Diabetes Mellitus menurut Hurst (2016), adalah suatu kondisi metabolisme karbohidrat dimana suplai insulin tidak mencukupi atau tidak efektif dikarenakan resistensi insulin. Sedangkan menurut International Diabetes Federation (IDF), Diabetes Mellitus ialah penyakit kronis yang berkembang dimana pankreas tidak mampu menghasilkan insulin, atau ketika tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang dihasilkannya dengan baik (Federation, 2017). Dari beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa Diabetes Mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan glukosa dalam darah melebihi batas normal dan disebabkan oleh insufisiensi insulin atau aktivitas insulin yang tidak adekuat Klasifikasi Tahapan Diabetes Diabetes Mellitus Type 1 Menurut American Diabetes Association (ADA, 2013), ada 4 derajat klinis diabetes: DM tipe 1, yang disebabkan oleh penghancuran sel pankreas dan biasanya mengakibatkan defisiensi insulin absolut, DM tipe 2, yang disebabkan oleh gangguan progresif sekresi insulin dan merupakan latar belakang resistensi insulin, dan jenis diabetes spesifik lainnya, seperti kelainan genetik pada fungsi sel, kelainan genetik pada kerja insulin, dan DM eksokrin pankreas. Klasifikasi etiologi Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (2018) terdapat 4 jenis, yaitu: a. Diabetes Mellitus Type 1 Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kematian autoimun sel beta pankreas. Tingkat protein c-peptida, yang minimal tidak terdeteksi pada diabetes jenis ini, dapat digunakan untuk menentukan sekresi insulin. Gejala di Klinik Ketoasidosis adalah yang pertama dari gangguan ini (Depkes, 2008). 9

2 10 Faktor utama terjadinya diabetes melitus tipe 1 ada 2 yaitu rekasi autoimun yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada system kekebalan atau infeksi viru serta merusak sel sel penghasil insulin seperti sel-sel pancreas. Akibatnya, pada diabetes tipe I, pankreas tidak mampu membuat insulin. Agar pasien DM dapat bertahan hidup, insulin harus diberikan melalui suntikan ke dalam tubuh pasien. Jika insulin tidak diberikan, pasien akan mengalami koma ketoasidosis, yang biasa disebut koma diabetic (Nurrahmani, Ulfah. 2012). b. Diabetes Mellitus Type 2 Resistensi insulin, yang didefinisikan sebagai penurunan kemampuan insulin untuk meningkatkan pengambilan glukosa oleh jaringan perifer sementara menghambat produksi glukosa oleh hati, terjadi pada orang dengan diabetes jenis ini, namun insulin tidak dapat mentransfer glukosa ke dalam jaringan. Resistensi insulin (reseptor insulin yang tidak lagi aktif akibat kadar insulin darah tinggi) menghasilkan defisit insulin relatif. Desensitisasi sel beta pankreas terhadap glukosa dapat terjadi akibat penurunan sintesis insulin dengan adanya glukosa, serta bahan kimia sekretori insulin lainnya (Maulana, Mirza. 2009). Resistensi insulin serta kegagalan relatif sel pankreas menghasilkan diabetes mellitus tipe 2. Resistensi insulin terjadi ketika kapasitas insulin untuk meningkatkan penyerapan glukosa oleh jaringan perifer dan menghambat sintesis glukosa oleh hati berkurang. Resistensi insulin tidak cukup dikompensasi oleh sel-sel pankreas, mengakibatkan kekurangan insulin relatif. Penurunan sekresi insulin setelah stimulasi glukosa, serta stimulasi glukosa dengan stimulan sekresi insulin lainnya, menunjukkan ketidakmampuan ini (Sulistiyowati, Etik, 2016). Gejala pada diabetes jenis ini menjadi asimtomatik seiring waktu. Penderita biasanya sembuh dengan mengatur pola hidup lebih sehat, yang meliputi makanan dengan gizi seimbang serta berolahraga yang teratur. Selain itu, pasien harus mampu menjaga berat badan yang sehat. Suntikan insulin dapat diberikan kepada individu yang mendekati akhir hidup mereka (ADA, 2018).

3 11 c. Diabetes Tipe Lain Iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun, dan sindrom genetik lain yang terkait dengan diabetes menghasilkan gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi karena faktor genetik yang mempengaruhi fungsi sel beta, defisiensi genetik dalam kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lainnya, iatrogenik, infeksi virus, dan sindrom genetik lain yang terkait dengan diabetes mellitus. Jenis diabetes ini dapat disebabkan oleh obat atau bahan kimia tertentu (misalnya, yang digunakan untuk mengobati HIV/AIDS atau setelah donor organ) (ADA, 2018). d. Diabetes Melitus Gestasional Jenis diabetes ini berkembang pada saat intoleransi glukosa pertama kali diamati selama kehamilan pada trimester kedua dan ketiga. Diabetes gestasional terkait dengan peningkatan masalah perinatal. Penderita diabetes gestasional lebih mungkin menderita diabetes yang berlangsung selama 5-10 tahun setelah melahirkan Patofisiologi A. Diabetes Mellitus Type 1 Diabetes tipe 1 ditandai dengan penghancuran autoimun sel-sel penghasil insulin di pankreas oleh sel T CD4+ dan CD8+ dan makrofag yang menginfiltrasi pulau-pulau. Berikut ciri-ciri DM tipe 1 sebagai penyakit autoimun: 1) Terdapatnya sel imunokompeten dan sel aksesori di pulau pankreas yang terinfiltrasi; 2) Asosiasi kerentanan pada penyakit dengan gen kelas II (respon imun) dari kompleks histocompatibility utama (MHC; antigen leukosit manusia HLA); 3) Terdapatnya autoantibodi spesifik sel pulau; 4) Perubahan imunoregulasi yang diperantarai sel T, khususnya pada kompartemen sel T CD4+; 5) Keterlibatan monokin dan sel TH1 yang memproduksi interleukin dalam proses penyakit;

4 12 6) Respon terhadap imunoterapi dan; 7) Sering terjadinya penyakit autoimun spesifik organ lain pada individu yang terkena atau pada anggota keluarganya. Sebelum memulai terapi insulin, sekitar 85 persen pasien memiliki antibodi sel pulau yang bersirkulasi, dengan mayoritas memiliki antibodi anti-insulin yang dapat dideteksi. Glutamic acid decarboxylase (GAD) dalam sel B pankreas adalah target dari mayoritas antibodi sel pulau. Penghancuran autoimun sel pankreas menghasilkan insufisiensi sekresi insulin, yang menyebabkan masalah metabolisme yang terkait dengan T1DM. Pada pasien DMT1, selain hilangnya sekresi insulin, aktivitas sel pankreas terganggu, dan terjadi sekresi glukagon yang berlebihan. Hiperglikemia biasanya menekan sekresi glukagon, tetapi pada pasien DMT1, hiperglikemia tidak menurunkan sekresi glukagon. Kenaikan berikutnya dalam kadar glukagon yang meningkat secara tidak normal memperburuk masalah metabolisme yang disebabkan oleh insufisiensi insulin. Meskipun kekurangan insulin merupakan kelemahan mendasar pada T1DM, pengobatan insulin juga memiliki efek. Defisiensi insulin menyebabkan lipolisis yang tidak terkontrol dan peningkatan kadar asam lemak bebas plasma, yang membatasi metabolisme glukosa di jaringan perifer termasuk otot rangka. Insufisiensi insulin menurunkan ekspresi sejumlah gen yang diperlukan untuk jaringan target untuk merespons insulin secara efektif, termasuk glukokinase di hati dan kelas transporter glukosa GLUT 4 di jaringan adiposa, yang mengakibatkan gangguan metabolisme yang signifikan. Defisiensi insulin DMT1 menyebabkan masalah dengan metabolisme glukosa, lipid, dan protein.

5 13 Diabetes Melitus Tipe 1 disebabkan oleh Proses Autoimun Idiopatik Destruksi sel beta Sekresi Glukagon meningkat Lipolisis tidak terkontrol, dan terjadi peningkatan pada glukogenolisis dan glukoneogenesi Terjadinya Hiperglikemia Gambar 2.1 Bagan Alir Patofisiologi DM T 1 B. Diabetes Mellitus Type 2 Karena proses ini rusak pada diabetes tipe 2, dua kelainan klinis utama adalah penurunan produksi insulin karena kerusakan sel pankreas dan gangguan kerja insulin karena resistensi insulin. Ketika resistensi insulin lazim, massa sel mengalami metamorfosis yang memungkinkan untuk meningkatkan pasokan insulin dan mengkompensasi permintaan abnormal tinggi. Konsentrasi insulin plasma (baik yang diinduksi oleh puasa dan makan) biasanya meningkat secara absolut, tetapi konsentrasi insulin plasma tidak cukup untuk mempertahankan homeostasis glukosa normal "secara relatif" terhadap keparahan resistensi insulin. Hampir tidak

6 14 mungkin untuk memisahkan kontribusi sekresi insulin dan sensitivitas hormon dalam regulasi kompleks homeostasis glukosa. Resistensi insulin dan hiperinsulinemia menyebabkan toleransi glukosa yang buruk dari waktu ke waktu. Rute pewarisan diabetes mellitus tipe 2, dengan pengecualian diabetes onset dewasa muda (MODY), adalah: tidak pasti. Mutasi pada gen glukokinase pada kromosom 7p dapat menyebabkan MODY, yang diturunkan sebagai kondisi dominan autosomal. Dalam situasi di mana antibodi sel pulau (ICA) negatif, MODY didefinisikan sebagai hiperglikemia yang didiagnosis sebelum usia dua puluh lima tahun dan dirawat selama lebih dari lima tahun tanpa insulin.

7 15 Diabetes Melitus Tipe 2 disebabkan oleh Kurangnya Aktivitas Fisik Obesitas Genetik Resistensi Insulin Menyebabkan terjadinya Hiperinsulinemia Menganggu sekresi insulin melalu disfungsi sel beta Menyebabkan menurunnya sekresi insulin Gangguan toleransi glukosa serta menurunnya glikogenesis dan lipogenesis Terjadinya Hiperglikemia Gambar 2.2 Bagan Alir Patofisiologi DM T 2

8 Etiologi Etiologi menurut WHO 2019, sekarang secara umum disepakati bahwa karakteristik yang mendasari umum untuk semua bentuk diabetes adalah: disfungsi atau penghancur sel pankreas. Banyak mekanisme yang dapat menyebabkan penurunan fungsi atau penghancuran total sel (sel-sel ini tidak diganti, seperti pankreas manusia tampaknya tidak mampu memperbaharui sel setelah usia 30 tahun. Mekanisme ini termasuk predisposisi genetic dan kelainan, proses epigenetic, resistensi insulin, auto-imunitas, penyakit bersamaan, peradangan, dan actor lingkungan. Membedakan disfungsi sel dan penurunan massa sel dapat memiliki implikasi penting untuk pendekatan terapeutik untuk mempertahankan atau meningkatkan toleransi glukosa. Memahami status sel dapat membantu menentukan subtype diabetes, dan panduan pengobatan. Pada kasus Diabetes Melitus Tipe 1 ditandai oleh hancurnya sel-sel beta pancreas, hal itu disebabkan oleh faktor 1. Genetik: Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1; melainkan, kecenderungan atau kecendrungan genetic untuk mendapatkan diabetes tipe 1 diwariskan. Individu dengan tipe spesifik dari antigen HLA (Human Leukocyte Antigen) memiliki kecenderungan turun-temurun ini. HLA merupakan kumpulan gen yang terlibat dalam transplantasi antigen pada pasien berkulit putih (Caucasian) dengan diabetes tipe 1 yang memiliki tipe HLA tertentu. 2. Imunologi: Adapun respon autoimun pada diabetes tipe 1 ini adalah respons menyimpang yang ditujukan pada jaringan normal dimana tubuh bereaksi terhadap jaringan yang dianggap asing. 3. Lingkungan: Menurut penelitian menunjukkan bahwa semakin jauh seseorang tinggal dari garis ekuator atau khatulistiwa, maka semakin tinggi pula risiko terkena diabetes melitus Usia: Anak-anak dengan usia 4-14 tahun lebih rentan terkena penyakit diabetes tipe 1. (Brunner & Suddarth, 2014). Pada kasus Diabetes Melitus Tipe 2 terjadi ketika sel-sel tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin dengan baik, yang mengakibatkan resistensi insulin. Resistensi insulin disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

9 17 1. Usia, insulin akan mengalami peningkatan resistensi insulin cenderung terjadi pada usia diatas 65 tahun. 2. Obesitas 3. Hipertensi 4. Riwayat keluarga 5. Gaya hidup yang kurang baik seperti merokok, kurang olahraga, stress dan kurang istirahat (Brunner & Suddarth, 2014) Faktor Penyebab Diabetes Pada Diabetes Melitus terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Diabetes Melitus. Berikut 5 faktor utama penyebab terjadinya Diabetes Melitus: 1. Usia Diabetes tipe 2 lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia (jumlah sel reproduktif menurun seiring bertambahnya usia). 2. Berat Badan Orang yang kelebihan berat badan dengan BIM 25 atau lebih, dua kali lebih mungkin terkena diabetes dibandingkan mereka yang memiliki BMI 20 atau kurang. obesitas Diabetes dan prevalensi terkait, dengan obesitas sentral menjadi salah satu faktor risiko utama untuk perkembangan DM. obesitas dapat membuat sel resistensi insulin (retensi insulin). Semakin banyak jaringan adiposa dalam tubuh, semakin besar resistensi insulin yang dimilikinya, terutama ketika berkembang di daerah pusar atau perut (Wiardani, Ni K,2016). 3. Riwayat Keluarga Seseorang dalam keluarga menderita DM, baik itu orang tua atau saudara kandung. Sekitar 40% penderita diabetes dilahirkan dalam keluarga dengan penyakit in, dan 60% hingga 90% dari kembar identic menderita penyakit ini. 4. Gaya Hidup Gaya hidup seorang mengacu pada bagaimana mereka bertindak dalam aktivitas sehari-hari. Diabetes melitus tipe 2 dipicu oleh makanan cepat saji, kurang olahraga, serta minuman berkarbonasi (Abdurrahman, Fadlullah. 2014). Penderita DM dipengaruhi oleh kebiasaan makan yang tidak tepat

10 18 karena kurangnya pemahaman tentang cara makan yang seimbang yang meliputi makanan dengan kandungan gizi yang tinggi. Ketika karbohidrat dan sumber glukosa dikonsumsi dengan jumlah yang tinggi, kadar glukosa darah akan meningkat, mengharuskan pengaturan diet sehat untuk pasien dengan menelan 17 item yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka (Bertalina, P. 2016). 5. Riwayat Diabetes pada Kehamilan (Gestational) Ketika seorang ibu hamil menambahkan makanan ke dalam makanannya, berat badannya naik 7-10 kg; namun, jika output insulinnya tidak mencukupi, diabetes berkembang. Memiliki Riwayat diabetes gestasional pada ibu hamil dibawah usia 18 tahun dapat meningkatkan kemungkinan terkena diabetes mellitus, diabetes saat hamil, atau diabetes saat melahirkan. Diabetes tipe 2 lebih mungkin terjadi pada bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg (Ehsan. 2010) Farmakoterapi Tujuan dari manajemen diabetes adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid melalui manajemen pasien yang komprehensif sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes. Sementara itu, tujuan penanganan penderita diabetes melitus tipe 2 adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan manajemen jangka panjang dan jangka pendek keduanya penting. Tujuan pelaksanaan jangka pendek adalah menghilangkan keluhan dan gejala diabetes, menjaga rasa nyaman, dan memenuhi target pengendalian glukosa darah. Tujuan jangka panjang pelaksanaannya adalah untuk menghindari dan memperlambat perkembangan masalah makro dan mikro, serta neuropati diabetik, dan tujuan akhir manajemen diabetes untuk menurunkan angka kesakitan serta kematian. (Decroli, 2019). yaitu: Menurut PERKENI (2020), Langkah-langkah tatalaksanaan diabetes melitus a. Edukasi Edukasi diabetes adalah pelatihan pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes dengan tujuan untuk mendukung perubahan perilaku dalam rangka meningkatkan pemahaman pasien tentang kondisinya, yang bermanfaat

11 19 untuk mencapai kesehatan yang optimal, penyesuaian psikologis, dan kualitas hidup yang lebih tinggi (PERKENI, 2020). Tujuan utama pendidikan gizi adalah untuk menanamkan pemahaman pada masyarakat sehingga pemahaman tersebut terwujud dalam sikap dan tindakannya, yang kemudian menjadi kebiasaan sehat dalam mengelola dan mengendalikan kesehatannya, khususnya dalam hal gizi. Konseling gizi merupakan salah satu cara penyampaian edukasi gizi (International Diabetes Federation, 2015). b. Terapan Nutrisi Medis Keterlibatan langsung anggota tim dan pendekatan yang komprehensif sangat penting untuk keberhasilan fase ini (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan lain dan pasien serta keluarga). Prinsip pemberian makan pasien diabetes hampir identik dengan anjuran diet umum, yaitu diet seimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan kalori dan nutrisi individu. Sangat penting bagi penderita diabetes untuk menekankan pentingnya makan dengan jadwal teratur, serta jenis dan jumlah kalori yang dikonsumsi, terutama jika mereka menggunakan obat yang memproduksi insulin atau menggunakan terapi insulin. Berikut yang harus disertakan dalam perencanaan makan diabetes: 1. Tujuan Diet yang dimana bertujuan membantu memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga pasien untuk mendapatkan control metabolic yang lebih baik. 2. Serta memenuhi atau mengikuti sesuai syarat diet c. Jasmani Salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes melitus adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik pada pasien diabetes mengikuti kriteria yang sama dengan aktivitas fisik pada umumnya, yaitu frekuensi, intensitas, durasi, dan jenis aktivitas. Aktivitas fisik harian dan latihan fisik dilakukan 3-5 kali per minggu selama menit setiap kali, dengan total 150 menit per minggu. Aktivitas aerobik dengan intensitas sedang (denyut jantung maksimum 50-70%) dianjurkan, seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimum diperoleh dengan mengurangkan 220 dari usia pasien. Intensitas latihan dapat ditingkatkan pada orang sehat, tetapi harus

12 20 dikurangi dan disesuaikan dengan setiap orang pada pasien diabetes yang memiliki komplikasi (PERKENI, 2020). d. Farmakologis Obat Hipoglikemik Oral (OHO) seperti sulfonilurea dan biguanida. Sulfonilurea bekerja dengan menyebabkan pelepasan insulin yang disimpan, menurunkan ambang sekretori insulin, dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat dari stimulasi glukosa. Acetohexamide, chlorpropamide, tolazamide, dan tolbutamide adalah contoh obat sulfonylurea generasi pertama, sedangkan gliburides (glibenclamide), glipizides, glycides, glimepiride, dan glycuidone adalah contoh obat sulfonylurea generasi kedua (Anonim, 2005). Dalam hal kehidupan kerja, degradasi, dan aktivitas metabolit, semua obat di kelas ini bekerja dengan cara yang serupa tetapi berbeda. Untuk menghindari hipoglikemia, mulailah dengan dosis sederhana sulfonilurea. Sulfonilurea kerja panjang tidak diindikasikan dalam berbagai keadaan, termasuk orang tua, fungsi ginjal dan hati, malnutrisi, dan penyakit kardiovaskular, untuk mencegah bahaya hipoglikemia yang berkepanjangan. Efek samping sulfonilurea, seperti kelainan gastrointestinal dan penyakit sistem saraf pusat, umumnya sedang dan jarang terjadi (Rachmawati, 2009). Biguanida meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menghasilkan peningkatan penyerapan glukosa di jaringan perifer, serta menghambat glukoneogenesis di hati dan meningkatkan penyerapan glukosa. Metformin adalah pilihan yang tersedia dan aman. Metformin banyak digunakan, terutama pada penderita obesitas, karena tidak menyebabkan penambahan berat badan seperti insulin serta jarang menyebabkan hipoglikemia karena obat ini tidak meningkatkan pelepasan insulin. Metformin juga dapat menurunkan kadar trigliserida sebesar 15% sampai 16%, kolesterol LDL sebesar 8%, dan kolesterol total sebesar 5%, sekaligus meningkatkan kolesterol HDL sebesar 2%. Ini dapat digunakan dengan sulfonilurea pada pasien yang kelebihan berat badan. Karena dua cara kerja yang saling aditif, menggabungkan sulfonilurea dengan metformin adalah kombinasi yang masuk akal. Mual, muntah, dan terkadang diare adalah efek samping yang

13 21 umum, dan jarang menyebabkan asidosis laktat yang fatal (Rachmawati, 2009). Acarbose Akarbose dapat menurunkan HbA1c sekitar 0,8-1,0% dengan cara menghambat α-glikosidase usus yang dimana akan memperlambat pencernaan tepung dan sukrosa. Akarbose dikonsumsi secara bersamaan dengan makanan dan menurunkan peningkatan glukosa darah postprandial. Efek samping utamanya adalah flatulensi/mengeluarkan gas secara berlebihan (Neal M.J, 2006). Streptozotocin (STZ) STZ bekerja dengan membentuk radikal bebas yang dapat merusak sel beta pankreas, sehingga produksi insulin dapat terganggu. STZ memasuki sel beta pankreas melalui glucose transporter 2 (GLUT 2) dan menyebabkan alkilasi DNA (Saputra et al., 2018). Insulin Insulin adalah hormon polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel pulau Langerhans, yang menyusun 1% massa pankreas. Dosis insulin diukur dalam satuan (U). persiapan Insulin manusia terdiri dari UI/mg dalam bentuk homogen. Insulin diberikan secara intravena dan subkutan dengan tujuan menjaga kadar gula darah dalam rentang normal sepanjang hari, yaitu mg/dl setelah makan. Batas ini lebih tinggi untuk orang yang berusia di atas 60 tahun, yaitu kurang dari 150 mg persen puasa dan kurang dari 200 mg persen setelah makan. Dalam keadaan dekompensasi metabolisme ekstrim, seperti ketoasidosis, stres akut, penurunan berat badan yang cepat, atau adanya ketonuria, insulin dapat diberikan segera. Insulin dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan onset dan durasi aktivitasnya yaitu Short-acting, intermediate-acting, and long-acting. Kontaminasi hipoglikemia sejauh ini merupakan efek insulin yang paling umum (Rachmawati, 2009). Ketika memilih obat hipoglikemik oral, beberapa factor harus diperhatikan, termasuk dimulai dengan dosis rendah, memahami cara

14 22 kerjanya, waktu kerja serta efek samping. Indikasi obat hipoglikemik oral menurut Soegondo dalam Fahrudin (2011), sebagai berikut: a. Diabetes diatas umur 40 tahun b. Diabetes 5 tahun c. Mebutuhkan insulin sebanyak 40 unit/hari d. Diabetes mellitus type 2 dengan berat badan normal ataupun lebih. 2.2 Daun Jambu Biji Definisi Jambu biji adalah buah tropis asli Amerika. Jambu biji diperkirakan berasal dari kata Haiti guajava. Jambu biji dibawa ke Filipina oleh penjelajah Spanyol, dan disebarkan ke seluruh India oleh orang Portugis. Kemudian, karena jumlah benih dengan daya tahan yang lama, jambu biji juga menyebar dengan mudah dan cepat ke seluruh daerah tropis, menjadi naturalisasi ke titik di mana orang-orang di berbagai negara menganggap jambu biji asli dari wilayah mereka sendiri. Saat ini juga ditanam di daerah subtropis (Metwally et al., 2011). Daun jambu biji merupakan daun Psidium guajava L., tumbuhan Myrtaceae dengan kandungan flavonoid total kuersetin minimal 0,20 persen. Helaian daun tunggal, batang pendek, daun bulat memanjang, pangkal daun bulat sampai rata, tepi rata, sedikit menggulung, ujung runcing meruncing, permukaan atas agak licin, duri daun menyirip, tulang daun induk, dan tulang cabang menonjol di permukaan bawah, permukaan atas hijau kecoklatan, permukaan bawah hijau (Ii, 2017). Gambar tanaman daun jambu biji dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini. Gambar 2.3 Daun Jambu Biji (Orami.co.id) Berikut merupakan klasifikasi dari tanaman daun jambu biji (Psidium guajava L) :

15 23 Kerjaan Divisi Subdivisi Kelas Orde Keluarga Genus : Plantae : Magnoliophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Myrtales : Myrtaceae : Psidium Spesies : Psidium guajava L. (Shruthi et al., 2013) Morfologi Daun Jambu Biji Secara morfologi, terdapat beberapa bagian terpenting pas tanaman jambu biji seperti akar tanaman, batang, daun, Bunga, buah serta biji. Tetapi pada jurnal kali ini menggunakan daun tanaman jambu biji sebagai alternatif pengobatan pada penyakit diabetes. Berikut morfologi dari daun jambu biji: Gambar 2.4 Morfologi Daun Jambu Biji (Planter and Forester) Daun jambu biji memiliki helaian daun tunggal, batang pendek, daun bulat memanjang, pangkal daun bulat sampai pipih, tepi rata, agak menggulung, ujung meruncing, permukaan atas agak licin, duri daun menyirip, tulang induk daun, dan tulang cabang menonjol pada permukaan bawah; permukaan atas berwarna hijau kecoklatan, permukaan bawah berwarna hijau; saat diremas, mengeluarkan aroma khas; Awalnya tidak terasa pahit, tetapi setelah beberapa saat, warnanya berubah menjadi cokelat dan pahit (Ii, 2017) Senyawa Bioaktif Pada Daun Jambu Biji Jambu biji adalah tanaman yang membantu dalam penurunan kadar gula darah. Polifenol dan tanin yang terkandung dalam daun jambu biji bertindak

16 24 sebagai penghambat α-glukosidase, mencegah hiperglikemia postprandial (Rosalina et al., 2012). Asam galat, katekin, epikatekin, rutin, naringenin, dan kaempferol diidentifikasi dalam daun jambu biji, menurut penelitian Wu et al. Baru benzofenon galoil glikosida, guavinosida A dan B, dan quercetin galoil glikosida, guavinosida C, dan lima glikosida quarcetiin yang diidentifikasi dari daun jambu biji termasuk di antara bahan tambahan dalam jambu biji. Asam askorbat, asam sitrat, asam asetat, epicatechin, xanthine, protocatechin, asam glutamat, asparagin, asam malonat, asam trans-aconitic, asam maleat, asam cis-aconitic, asam betulinic, dan lupeol ditemukan pada daun jambu biji oleh Kim et al (C. S. Huang et al., 2011). Daun jambu biji memiliki kandungan minyak atsiri, tannin, saponin, terpenoid, flavonoid, antosianin, serta alkaloid, demikian menurut penelitian yang dipublikasikan di Yulaeka tahun oleh Suwondo, dkk. Kandungan Flavonoid aktivitas antioksidan ekstrak daun jambu biji (Pisidium guajava L.) bermanfaat sebagai pemulung radikal bebas yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi pembuluh darah endotel pembuluh darah endotel pembuluh darah endotel (Yulaeka et al., 2017). Senyawa flavonoid dan tanin yang terkandung dalam daun jambu biji memiliki mekanisme sebagai penghambat α-glukosidase, mencegah hiperglikemia postprandial. Senyawa ini dapat menjadikan alternatif lain sebagai pengobatan pada penyakit diabetes atau pengganti dari obat acarbose. Senyawa yang terkandung dalam daun jambu biji yang memiliki mekanisme sama seperti obat diabetes golongan sulfonilurea dan biguanid. Sulfonilurea dan biguanid mempunyai mekanisme kerja yang saling melengkapi dan efek yang sinergis karena 2 golongan obat ini mempunyai efek terhadap sensitivitas reseptor insulin. Sulfonilurea (glimepirid) dapat merangsang sekresi insulin oleh sel beta pankreas sehingga memberikan senyawa biguanid (metformin) bekerja secara efektif seperti menurunkan penyerapan glukosa di usus, mengurangi produksi glukosa hepatik, serta memperbaiki sensitivitas insulin melalui perbaikan uptake dan meningkatkan pengambilan glukosa di otot (Blonde & San Juan, 2012). Oleh karena itu senyawa yang terkait dengan obat golongan ini adalah senyawa flavonoid dan tannin. Flavonoid yang memberikan aktivitas terhadap sel β pankreas dan pelepasan insulin dari sel β pancreas dan memilik efek hipoglikemia sama halnya

17 25 seperti Sulfonilurea. Tanin yang sebagai antidiabetik terdapat beberapa mekanisme yaitu menghambat penyerapan glukosa seperti Biguanid. Sehingga senyawa ini dapat dijadikan alternatif lain sebagai pengobatan pada penyakit diabetes Khasiat Daun Jambu Biji Bagi Kesehatan Tubuh Karena daun jambu biji mengandung berbagai komponen bioaktif, maka dapat digunakan sebagai terapi komplementer untuk berbagai penyakit. Di Indonesia, penggunaan jamu yang dikenal dengan jamu telah banyak dilakukan dan bahkan telah menjadi budaya di beberapa daerah. Pengobatan tradisional Ayurveda India dan pengobatan tradisional Tiongkok adalah dua bentuk pengobatan tradisional yang paling bertahan lama yang masih digunakan. Padahal semua pengobatan konvensional bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup seseorang dengan menggunakan terapi berbasis pengobatan alami (Barbalho et al., 2012). Olahan daun jambu biji telah lama dipakai untuk terapi pengobatan tradisional di beberapa negara. Di Meksiko, Brasil, dan Filipina, digunakan sebagai pengobatan luka luar, baik secara oral maupun topikal. Di wilayah India, Cina, dan Indonesia, penggunaan rebusan, rendaman, dan preparat merupakan teknik yang paling sering digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti rematik, diare, diabetes mellitus, dan batuk. Bahkan di Asia Tenggara, komponen tersebut digunakan untuk mengobati sariawan sebagai obat kumur (Díaz-de-Cerio et al., 2017). Yang dimana daun jambu biji sebagai antidiabetes akan dibahas pada skripsi kali ini Mekanisme Singkat Daun Jambu Biji Sebagai Antidiabetes Menurut penelitian yang telah dilakukan secara Analisa univariat menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar glukosa yang disebabkan oleh kandungan yang dimiliki oleh daun jambu biji ialah tannin dan kalsium (Sutrisno & Hidayat, 2018). Tanin merupakan senyawa pahit polifenol dimana dengan baik serta cepat dalam mengikat protein. Daun jambu biji (Psidium guajava) merupakan obat tradisional yang memiliki kegunaan sebagai penormal fungsi kelenjar pankreas dengan efek farmakologis memperlancar sistem sirkulasi darah untuk membantu menormalkan fungsi pankreas dalam mengatasi diabetes mellitus (Buheli et al., 2021).

18 Kajian Literatur Definisi Literatur review merupakan penyelidikan ilmiah ke dalam satu topik. Tinjauan literatur akan memberi Anda gambaran tentang bagaimana topik tertentu telah berkembang. Literatur review akan memungkinkan peneliti untuk menemukan, mengembangkan, dan mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan penerapannya di area / hasil studi. Literatur review meliputi kegiatan: 1) mengumpulkan data/informasi, 2) mengevaluasi data, teori, informasi, atau temuan penelitian, dan 3) mengkaji publikasi seperti buku, artikel penelitian, atau bahan lain yang berkaitan dengan topik penelitian yang telah disiapkan sebelumnya (Cahyono et al., 2019). Literature review atau dikenal dengan narrative review dan Traditional review merupakan kegiatan menelaah berbagai dokumen yang telah diterbitkan oleh para akademis yang sebelumnya telah membahas pokok bahasan yang sedang diteliti dengan tujuan untuk memperolah landasan teori yang dapat membantu memecahkan masalah yang akan diteliti (Mahanum, 2021); (Siregar et al., 2019). Sejauh mana literatur diakui dan ditinjau ditentukan oleh sifat penelitian. Tergantung pada tingkat penelitian, tinjauan literatur mungkin diperlukan. Literatur review masih sebatas rumusan teoritis untuk membantu penyelesaian tugas, baik yang memuat data maupun tidak, pada tataran menghasilkan penelitian sarjana atau S1 (sarjana). Jadi sementara prosedur dapat diulang untuk data lain, penelitian/penulisan menunjukkan kapasitas analitis baik melalui studi literatur atau modifikasi penggunaan metode terhadap data dalam model atau prototipe (Nasution, 2017) Jenis Jenis Kajian Literatur 2. Kajian Literatur Sistematis Tinjauan sistematis adalah strategi serta prosedur untuk menemukan dan mengevaluasi secara kritis penelitian yang relevan, serta mengumpulkan dan menganalisis data dari penelitian itu.. Tujuan tinjauan sistematis adalah untuk menemukan semua data empiris yang menjawab pertanyaan penelitian atau hipotesis tertentu dan memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan sebelumnya. Bias dapat dikurangi dengan memanfaatkan proses yang eksplisit dan sistematis ketika menilai makalah dan semua materi yang

19 27 relevan, menghasilkan temuan yang akurat dari mana kesimpulan dan penilaian dapat diambil (Snyder, 2019). 3. Kajian Literatur Semi-sistematis Pendekatan tinjauan semi-sistematis atau naratif ditujukan untuk isu-isu yang telah dikonseptualisasikan dan dieksplorasi dengan cara yang berbeda oleh kelompok peneliti yang berbeda dari bidang lain sehingga membuat prosedur tinjauan sistematis yang lengkap menjadi tidak mungkin. Artinya, tidak praktis untuk meninjau setiap artikel yang mungkin terkait dengan topik, sehingga teknik alternatif harus dirancang. Pendekatan ini telah digunakan dalam sejumlah publikasi yang diterbitkan dalam jurnal bisnis (Snyder, 2019). 4. Kajian Literatur Integratif Pendekatan tinjauan integratif atau kritis berkaitan erat dengan pendekatan tinjauan semi terstruktur. Sebuah tinjauan integratif, berbeda dengan tinjauan semi-terstruktur, biasanya memiliki tujuan yang berbeda, seperti menilai, mengkritik, dan mensintesis literatur tentang masalah studi dengan cara yang memungkinkan kerangka teoritis baru dan sudut pandang muncul. Meskipun jarang, ada contoh gaya ulasan ini dalam literatur bisnis. Mayoritas tinjauan pustaka integratif dirancang untuk mencakup tema-tema mapan atau baru (Snyder, 2019).

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1 ini akan dipaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, dan manfaat penelitian yang dilakuakan. 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi

Lebih terperinci

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent BAB 1 PENDAHULUAN Hiperglikemia adalah istilah teknis untuk glukosa darah yang tinggi. Glukosa darah tinggi terjadi ketika tubuh memiliki insulin yang terlalu sedikit atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes Melitus (DM) adalah sindrom kelainan metabolik dengan tanda terjadinya hiperglikemi yang disebabkan karena kelainan dari kerja insulin, sekresi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3 patofisiologi dasar : sekresi insulin yang terganggu, resistensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin mengalami kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging Medicine (AAM) atau disebut

Lebih terperinci

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis, BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini terjadi pergeseran pola makan di masyarakat. Kecenderungan untuk beralih dari makanan tradisional Indonesia dan mengkonsumsi makanan cepat saji dan berlemak tampak menggejala.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat, lemak, protein sebagai hasil dari ketidakfungsian insulin (resistensi insulin), menurunnya fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes melitus (DM) atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007, penyebab kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Di daerah pedesaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolisme yang ditandai oleh glukosa darah melebihi normal yang diakibatkan karena kelainan kerja insulin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus Diabetes adalah gangguan metabolisme kronis, ditandai dengan kadar gula darah tinggi, serta adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolisme yang memiliki tingkat prevalensi sangat tinggi di dunia. Prevalensi DM di Amerika Serikat diduga mencapai 10

Lebih terperinci

Definisi Diabetes Melitus

Definisi Diabetes Melitus Definisi Diabetes Melitus Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam bahasa latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit menahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala penyakit degeneratif kronis yang disebabkan karena kelainan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan hormon Insulin baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelainan metabolisme yang dicirikan dengan hiperglikemia yang diakibatkan oleh terjadinya malfungsi pada sekresi insulin dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolute atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN Diabetes mellitus merupakan sindrom kompleks dengan ciri ciri hiperglikemik kronis, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terkait dengan defisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2013). Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sindroma yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM, secara klinik dikarakterisasi oleh gejala intoleransi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia), sebagai akibat dari

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Pengertian Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan kelainan heterogen yang di tandakan apabila kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Keluarga 1.1 Definisi keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing

Lebih terperinci

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh komplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menyebabkan dampak perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi khususnya di kota-kota besar di Indonesia yang berakibat pada meningkatnya berbagai macam penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, diabetes melitus merupakan permasalahan yang harus diperhatikan karena jumlahnya yang terus bertambah. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan diabetes melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemik yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemik yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemik yang berhubungan dengan abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak, protein.

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA Adam M. Ramadhan, Laode Rijai, Jeny Maryani Liu Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat terbesar dari jumlah penderita DM dengan prevalensi 8,6% dari

BAB I PENDAHULUAN. empat terbesar dari jumlah penderita DM dengan prevalensi 8,6% dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang menjadi epidemi di seluruh dunia (Spellman, 2007) dan salah satu penyakit tidak menular yang prevalesinya di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM seluruh dunia sebanyak 171 juta penderita pada Tahun 2000, dan meningkat, menjadi 366 juta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis, metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (atau gula darah), yang mengarah dari waktu ke waktu untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Berenuk (Crescentia cujete L). a. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionata Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolisme yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang memiliki karakteristik berupa hiperglikemia yang terjadi karena adanya suatu kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) yang dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit metabolik kronik yang dapat berdampak gangguan fungsi organ lain seperti mata, ginjal, saraf,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingkat gula darah tinggi (glukosa). Diabetes melitus dikenal juga dengan kencing manis, pertama kali

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena terjadinya gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang disebabkan ketidakmampuan pankreas mengeluarkan insulin. American Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi politik dan ekonomi mengakibatkan perubahan pada tingkat kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus Nama dari diabetes melitus diperoleh dari bahasa latin yang berasal dari kata Yunani, diabere yang berarti siphon atau tabung yang mengalirkan cairan dari suatu

Lebih terperinci

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Rumah Sakit ini merupakan

Lebih terperinci

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi Komala Appalanaidu Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (ria_not_alone@yahoo.com) Diterima: 15 Maret

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263).

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus adalah sekelompok gangguan heterogen ditandai dengan naiknya kadar glukosa dalam darah atau sering disebut hiperglikemia yang biasanya terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (kencing manis) merupakan penyakit menahun dan progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus menahun karena kekurangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

Lebih terperinci

mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalani (Marilyn Johnson, 1998) Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, Indonesia

mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalani (Marilyn Johnson, 1998) Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN Tanaman obat yang menjadi warisan budaya dimanfaatkan sebagai obat bahan alam oleh manusia saat ini untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat sesuai dengan

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

CLINICAL SCIENCE SESSION DIABETES MELITUS

CLINICAL SCIENCE SESSION DIABETES MELITUS CLINICAL SCIENCE SESSION DIABETES MELITUS Lhara raffany 12100114097 Lina yuliana 12100114098 Lisa Valentin Sihombing 12100113001 Maretta Prihardini Hendriawati 12100113025 Preseptor : dr Dartyaman, Sp.PD

Lebih terperinci

Pengobatan diabetes tipe 2 yang agresif. Lebih dini lebih baik. Perjalanan penyakit Diabetes tipe 2 : Keadaan patologik yang mendasarinya

Pengobatan diabetes tipe 2 yang agresif. Lebih dini lebih baik. Perjalanan penyakit Diabetes tipe 2 : Keadaan patologik yang mendasarinya Pengobatan diabetes tipe 2 yang agresif. Lebih dini lebih baik Augusta L.Arifin Pendahuluan Epidemi diabetes tipe 2 pada ahir abad ke 20 dan awal abad ke 21, dan pengetahuan tentang pentingnya pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan timbulnya hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, dan atau peningkatan resistensi

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 5 1.1. Keji Beling... 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kelainan sindrom metabolik dengan karakteristik dimana seseorang mengalami hiperglikemik kronis akibat kelainan sekresi insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes melitus telah dikategorikan sebagai penyakit global dengan prevalensi telah lebih dari dua kali lipat selama tiga dekade terakhir. Hampir satu dari sepuluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes atau peningkatan kadar glukosa dalam darah merupakan penyakit seumur hidup dan kian hari makin populer dengan tingkat kematian yang tinggi. Diabetes mellitus

Lebih terperinci