Bab. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)"

Transkripsi

1 Bab VI Rencana Pengelolaan (RKL) dan Rencana Pemantauan (RPL) Addendum Analisis Dampak (ANDAL), Rencana Pengelolaan (RKL), dan Rencana Pemantauan (RPL) Kegiatan Penambangan Bijih Nikel di dan,

2 VI.1 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) Berdasarkan Kegiatan AMDAL 2009, PT WBN telah menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) terhadap kegiatan-kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak, memberikan peraturan-peraturan yang perlu diikuti oleh seluruh kontraktor/rekanan perusahaan. Selanjutnya dalam FS 2020 Tekno Ekonomi, telah direncanakan pengelolaan lingkungan yang menjadi bagian dari rencana kegiatan, sebagian besar dari rencana tersebut telah dilakukan berdasarkan dokumen AMDAL 2009 dan Izin Seperti yang kita ketahui, tahap konstruksi dan operasi dalam proyek tambang berjalan beriringan, saat ini PT WBN berdasarkan Izin Tahun 2014 dan Izin Beroperasi dari Kementerian ESDM telah memasuki tahap operasi, namun tahap konstruksi masih terus berjalan seperti pembukaan jalan akses, pembersihan lahan yang dilakukan bertahap mengikuti jadwal aktivitas penambangan. Disamping itu kegiatan tambang dan segala pendukungnya sangat dinamis sehingga sistem komunikasi antara kontraktor, pengawasan lapangan dengan manajemen WBN menjadi sangat penting karena kemungkinan metode teknis rinci pengelolaan bisa berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi lapangan. Begitu pula dengan lokasi pengelolaan tidak selalu berada pada titik koordinat yang sama. Pada dasarnya lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan pada semua area kontrak karya dan sekitarnya yang dianggap perlu dikelola berdasarkan laporan kondisi lapangan. Beberapa pengelolaan lingkungan, PT WBN bekerja sama dengan Kawasan Industri PT IWIP seperti kegiatan basecamp karyawan/tenaga kerja WBN di Tanjung Ulie, programprogram pengembangan dan pemberdayaan masyarakat untuk desa-desa yang termasuk, seperti program sosial ekonomi, penyediaan air, program kesehatan (penyediaan fasilitas kesehatan, ruang isolasi, rawat inap, apotek), pelaksanaan protokol kesehatan pandemi COVID-19, transportasi tenaga kerja ke luar pulau. Berikut ini disajikan ringkasan pengelolaan lingkungan yang telah dan akan dilakukan PT WBN yang terdiri dari pendekatan teknis; pendekatan peraturan, SOP pekerjaan, perizinan; dan yang terakhir pendekatan sosial, ekonomi, budaya. VI.1.1 Pendekatan Teknis Berdasarkan FS 2020 Tekno Ekonomi, pendekatan teknis pengelolaan sebagai berikut: 1. Pengendalian erosi, aliran permukaan dan longsor dengan pembangunan drainase, pembuatan kolam sedimen, perawatan lereng, revegetasi, pengelolaan aliran air, teknik pembukaan lahan yang benar, pemasangan platform, pembangunan sedimen trap. 2. Pemeliharaan kualitas tanah pucuk dengan kendali penirisan yang terletak dekat penimbunan, stabilisasi dan pemberian nutrien tanah melalui penanaman tumbuhan penutup polong-polongan yang dapat tumbuh dengan cepat dan pengendalian ketinggian dan ukuran penimbunan. VI-2

3 3. Konservasi keanekaragaman biologis seperti melakukan pembibitan dan atau penanaman kembali tanaman yang mempunyai nilai ekonomi atau budaya. 4. Pengendalian pencemaran air yaitu air limbah domestik menggunakan septic tank, membangun pengendali sedimen di area aliran permukaan dan drainase. 5. Pengendalian pencemaran udara dengan injeksi air selama pemindahan material dan penyiraman jalan akses primer dan sekunder (jika diperlukan), menggunakan material penutup pada truk selama pengiriman material. 6. Pengelolaan limbah non proses menerapkan prinsip 3R yaitu reuse, reduce, recycle, memiliki TPS LB3 umum, bekerja sama dengan perusahaan pengelolaan limbah B3 yang telah berizin. VI.1.2 Pendekatan Peraturan, Perizinan dan SOP Pekerjaan Pendekatan peraturan, perizinan dan SOP pekerjaan antara lain meliputi: 1. Rekrutmen tenaga kerja mengikuti ketentuan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 12 Tahun Rekrutmen tenaga kerja asing mengikuti Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.02/MEN/III/2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. 3. Protokol kesehatan pencegahan Covid-19 mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nomor 5/151/AS.02/XI/2020 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Pada Masa Pandemi Covid Pemenuhan kewajiban pemegang IPPKH sesuai dengan KepMenLHK SK.993/MENLHK/SETJEN/PLA.0/10/ Kewajiban yang tercantum dalam Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah untuk Dibuang ke Badan Air Permukaan PT WBN sesuai SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.21/PPKL/PPA/PKL.2/1/2022 Tanggal 31 Januari Kewajiban yang tercantum dalam Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi PT WBN sesuai SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3/1/2022 Tanggal 31 Januari Persetujuan Teknis Perpanjangan Izin Tempat Penyimpanan Limbah B3 PT WBN sesuai surat DLH 660/56/DLH/ Standar Operasional Prosedur (SOP) Tanggap Darurat Pembuangan Air Limbah ke Badan Air Permukaan PWBN-HSE-SOP-001 Tanggal 25 November Prosedur Pengelolaan Sediment Pond Nomor PWBN-HSE-SOP-0004 Tanggal 25 November VI-3

4 10. Prosedur Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Udara No: Pwbn-Hse-Sop-002 Tanggal 20 Desember Weda Lestari Environment Management System Manual Based on The ISO 14001:2004 Standard. VI.1.3 Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya Pendekaan sosial ekonomi dan budaya dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut. 1. Pelaksanaan Ganti Tanam Tumbuh Pemanfaatan Hutan Pelaksanaan ganti tanam tumbuh pemanfaatan hutan sebagai bentuk pengelolaan lingkungan pembersihan lahan adalah sebagai berikut: a. Survey lokasi untuk mendata masyarakat pemanfaat hutan. b. Penentuan biaya berdasarkan kesepakatan antara tim dari perusahaan dan masyarakat pemanfaat hutan. c. Pelaksanaan disaksikan oleh Kepala Desa dan instansi terkait. d. Dokumentasi dan pemberian tanda pada lokasi yang sudah dibayarkan. 2. Program Pengembangan Masyarakat (PPM) a. Perencanaan Program Pengembangan Masyarakat berpedoman pada dokumen Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (RI PPM) WBN yang telah disusun pada tahun 2019 dan didasarkan pada Cetak Biru (Blue Print) PPM yang disetujui tahun 2019 serta hasil assessment kebutuhan dasar masyarakat lingkar tambang. b. PT WBN melaksanakan PPM berdasarkan dokumen Rencana Induk PPM yang disetujui oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral SK 2280/36.09/DBM.HK/2019 Tanggal 23 Desember c. Pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat (PPM) setiap tahunnya mengacu pada aspek-aspek RI PPM WBN, meliputi: 1) Pendidikan; 2) Kesehatan Masyarakat; 3) Pengembangan Ekonomi dan Usaha Setempat; 4) Kemandirian Ekonomi; 5) Sosial Budaya; 6) ; 7) Kelembagaan Masyarakat; 8) Infrastruktur Publik; VI-4

5 9) Pengembangan Industri Daerah; dan 10) Kelembagaan/Organisasi Komunitas Masyarakat. d. Wilayah pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat WBN mencakup desa lingkar tambang yang berada di wilayah dan Halmahera. e. Biaya Program Pengembangan Masyarakat merupakan bagian dari program CSR WBN dan dimasukkan pada Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) tahunan dan lima tahunan dengan total biaya pengembangan masyarakat yang sudah disepakati dengan berbagai pihak dan atau dapat berubah seiring dengan perkembangan kebutuhan pengembangan masyarakat dan inflasi yang terjadi. f. Pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat yaitu selama tahap operasi produksi dan pasca tambang. Rencana Pengelolaan (RKL) Addendum Amdal modifikasi dari RKL-RPL 2009 untuk kegiatan yang mengalami perubahan saja. Matriks RKL terdiri dari tahap konstruksi dan tahap operasi untuk dampak penting hipotetik dan dampak lainnya yang dikelola. Selengkapnya disajikan pada Tabel VI.1 dan selanjutnya peta lokasi pengelolaan lingkungan disajikan pada Gambar VI.1 s.d. Gambar VI.5. VI-5

6 Tabel VI.1. Rencana Pengelolaan (RKL) Addendum ANDAL RKL RPL PT WBN Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan A DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) A.1 TAHAP KONSTRUKSI A.1.1 Komponen Geofisik Kimia 1 Penurunan kualitas udara ambien (parameter TSP, PM 10, PM 2,5 ) Pembangunan fasilitas penunjang (jalan, quarry) Konsentrasi TSP (debu), PM 10 dan PM 2.5 tidak melebihi baku mutu udara ambien sesuai Lampiran VII Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan ; TSP = 230 µg/nm 3 PM 10 = 75 µg/nm 3 PM 2.5 = 55 µg/nm 3 PT WBN memiliki 9 unit kendaraan penyiraman kapasitas liter untuk melakukan penyiraman jalan dan lokasi pembangunan fasilitas penunjang yang berpotensi menimbulkan debu di musim kemarau secara berkala. Tidak membiarkan lahan terbuka terlalu lama tetapi segera melanjutkan tahapan kegiatan lain sehingga lahan terbuka tidak terekspos paparan sinar matahari dan mengering dan juga paparan angin. Mempertahankan tanaman (vegetasi eksisting) pada sekitar area yang tidak tergabung sebagai windbreaks. Pemeliharaan pohon-pohon di sekitar jalan tambang dan quarry yang berfungsi sebagai green barrier jika kerapatan berkurang dilakukan penanaman. Membentuk organisasi Pengelolaan dan Pemantauan dalam struktur organisasi perusahaan yang bertanggung jawab mengelola dampak kualitas udara ambien. Pembangunan jalan tambang: Kaorahai-Tofu Alternatif Kaorahai Jl. Coastal Pintu 1 Jalan Coastal- Tofu Penyediaan quarry: Nuspera Doromesmesan Loy Poloy Kaorahai Selama kegiatan pembangunan fasilitas penunjang tahun Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas 2 Peningkatan kebisingan Pembangunan fasilitas penunjang (jalan, quarry) Tingkat kebisingan tidak melebihi baku mutu kebisingan untuk pemukiman sebesar 55 dba dan untuk industri 70 dba berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan Melakukan perawatan alat berat dan kendaraan supaya mempunyai proses pembakaran yang lebih baik dan tingkat kebisingan yang relatif rendah. Melaksanakan SOP yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga yakni, Pedoman Konstruksi dan Bangunan No: 010/BM/2009 diantaranya melakukan pengaturan waktu pekerjaan yang menimbulkan kebisingan pada pukul s.d Pemeliharaan pohon-pohon di sekitar jalan tambang dan quarry yang berfungsi sebagai green barrier jika kerapatan berkurang dilakukan penanaman. Menginformasikan dan mensosialisasikan kepada masyarakat Pembangunan jalan tambang: Kaorahai-Tofu Alternatif Kaorahai Jl. Coastal Pintu 1 Jalan Coastal- Tofu Penyediaan quarry: Nuspera Doromesmesan Loy Poloy Selama kegiatan pembangunan fasilitas penunjang tahun Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas VI-6

7 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan yang terkena dampak terkait pelaksanaan kegiatan konstruksi dengan sosialisasi diantaranya memasang papan pengumuman proyek sebelum kegiatan dimulai. Kaorahai Dinas Membentuk organisasi Pengelolaan dan Pemantauan dalam struktur organisasi perusahaan yang bertanggung jawab mengelola dampak kebisingan. Dinas Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas 3 Timbulnya getaran Pembangunan fasilitas penunjang (quarry) Intensitas PPV tidak lebih dari 2 berdasarkan SNI 7571:2010; dan/atau Jarak 1 km dari sumber ledakan tidak melebihi 2,9 mm/detik. Pemeliharaan pohon-pohon tinggi di sekitar lokasi quarry yang berfungsi sebagai green barrier, jika kerapatan pohon berkurang dilakukan penanaman. Menginformasikan dan mensosialisasikan rencana (jadwal rutin) peledakan tambang kepada masyarakat terdekat. Memasang papan informasi yang berisi rencana (jadwal rutin) peledakan tambang minimal pada: o Dalam areal penambangan (emplasemen); o Di perbatasan areal penambangan dengan wilayah pemukiman agar dapat diketahui oleh semua kepada masyarakat terdekat; o Di kantor desa yang terdampak. Menerapkan SOP peledakan. Penyediaan quarry Nuspera Doromesmesan Loy Poloy Kaorahai Selama kegiatan peledakan Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas VI-7

8 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan Dinas 4 Timbulnya erosi tanah Pembersihan lahan area fasilitas penunjang (jalan, quarry) Secara visual tidak ada indikasi tanah tererosi. Tidak terjadi kerusakan pada tanaman rambat, jute net, rock wall, yang sudah dibangun. Sebelum pembersihan lahan dilakukan survey terlebih dahulu untuk mendeteksi potensi erosi, arah aliran air, posisi badan air utama, creek sesuai SOP pembukaan lahan. Kemudian melakukan pencegahan erosi yaitu: Membuat jebakan sedimen pada alur-alur yang mengarah ke sungai. Pemasangan platform, jute net di tebing-tebing. Pembuatan rock wall. Pemasangan platform dan kolam sedimen pengendap sementara (temporary sediment pond) yang berfungsi untuk mengalirkan seluruh aliran permukaan dari areal terbuka menuju kolam tersebut (agar terjadi pengendapan terlebih dahulu). Melakukan penanaman tanaman rambat Land Cover Crop (LCC) di lereng-lereng. Melakukan pemeliharaan yaitu: Pemeliharaan temporary sediment pond dengan pengerukan berkala. Pemeliharaan drainase dengan pengerukan berkala. Pemeliharaan tanamana rambat. Pembangunan jalan tambang: Kaorahai-Tofu Alternatif Kaorahai Jl. Coastal Pintu 1 Jalan Coastal- Tofu Penyediaan quarry: Nuspera Doromesmesan Loy Poloy Kaorahai Selama kegiatan pembersihan lahan berlangsung Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas 5 Peningkatan air limpasan Pembersihan lahan area fasilitas penunjang (jalan, quarry) Saluran drainase terpelihara. Jarak jalan dengan sempadan sungai minimal 100 m. Sebelum pembersihan lahan dilakukan survey terlebih dahulu untuk mendeteksi arah aliran air, posisi badan air utama, creek. Sesuai SOP pembukaan lahan. Pembuatan saluran drainase, sedimen trap di sepanjang jalan tambang dan di area quarry dilengkapi dengan kolam sedimen pengendap sementara (temporary sediment pond). Untuk Jalan Coastal-Tofu yang berdekatan dengan Sungai Sagea, jalan yang dibangun dipastikan berjarak minimal 100 m dari sempadan sungai (PP 38 Tahun 2011 Pasal 10), tidak membuka areal dengan kemiringan lebih besar dari 40% pada areal sempadan sungai. Mengikuti Peraturan Menteri PUPR untuk pekerjaan di sempadan sungai. Pemeliharaan saluran drainase, kolam sedimen pengendap Pembangunan jalan tambang: Kaorahai-Tofu Alternatif Kaorahai Jl. Coastal Pintu 1 Jalan Coastal- Tofu Penyediaan quarry: Nuspera Doromesmesan Loy Poloy Kaorahai Selama kegiatan pembersihan lahan berlangsung Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas VI-8

9 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan sementara dengan pengerukan berkala Dinas Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas A.1.2 Komponen Biologi 1 Habitat satwa liar Pembersihan lahan area fasilitas penunjang Kegiatan pembersihan area fasilitas penujang tidak boleh melebihi lahan yang direncanakan yaitu seluas 332,39 ha. 63 spesies yang bernilai konservasi tinggi tidak terganggu. Keberadaan spesies bernilai konservasi tinggi (lokasi, kelimpahan individu) berlangsung serta tidak ada kehilangan jenis fauna yang signifikan terutama jenis yang memiliki nilai konservasi tinggi. Kegiatan pembersihan lahan area fasilitas penunjang mengacu pada SOP Pembukaan Lahan dengan memperhatikan spesies yang bernilai konservasi tinggi (63 spesies). Dalam kegiatan pembersihan lahan, tidak mengganggu ekosistem hutan primer. Menerapkan hierarki mitigasi dalam pengelolaan keanekaragaman hayati. Pembangunan jalan tambang: Kaorahai-Tofu Alternatif Kaorahai Jl. Coastal Pintu 1 Jalan Coastal- Tofu Penyediaan quarry: Nuspera Doromesmesan Loy Poloy Kaorahai Selama kegiatan pembersihan lahan fasilitas penunjang Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Seksi Konservasi Wilayah I Kota Ternate Sumber: Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Industri Pertambangan, 2016 Melakukan pencegahan gangguan/ancaman terhadap satwa dengan membuat papan peringatan dan rambu-rambu. Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas VI-9

10 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan Sebelum melakukan pembersihan lahan lakukan survey untuk mengidentifikasi flora dan fauna yang dilindungi, tanaman yang bernilai ekonomi, lokasi rawan erosi dan longsor. Dinas Melakukan pengelolaan untuk melindungi flora langka dan pohon yang bernilai ekonomis milik warga jika ada. Melakukan kajian mitigasi, revegetasi dan translokasi spesies bernilai konservasi tingggi. Dinas Melakukan penyuluhan dan pembinaan secara berkala mengenai flora dan fauna dilindungi untuk karyawan dan masyarakat. Membuat perjanjian kerja yang mencantumkan bahwa karyawan dan kontraktor WBN tidak boleh mengganggu, berburu, menangkap dan memelihara satwa liar dilindungi, apabila terjadi pelanggaran akan dikenakan sanksi PHK. Tidak melakukan kegiatan penebangan pada jarak 100 m sepanjang kiri dan kanan sungai besar dan ± 50 m pada sungai kecil yang ada di area Wilayah Kontrak Karya. Mempertahankan sebanyak mungkin pohon-pohon buah, terutama pohon yang berbuah sepanjang tahun yang sangat penting bagi satwa pemakan buah yang hidup di tajuk selama periode tidak ada buah. Pembuatan Koridor Satwa Liar berupa hutan yang secara kontinyu menghubungkan antara kantong-kantong satwa dengan sempadan sungai maupun kawasan lindung lainnya. Dalam kegiatan pembersihan lahan untuk area fasilitas penunjang berupa jalan akan memperhatikan dan menjaga kesinambungan tajuk pohon (tajuk atas pohon saling berkaitan) pada tempat-tempat tertentu, paling tidak setiap jarak 100 m panjang jalan. Membuat titik penaatan lokasi atau plot permanen pengelolaan habitat satwa liar berupa plang/rambu-rambu yang dilengkapi keterangan lokasi dan koordinat. Pemasangan kamera trap di lokasi plot permanen untuk mengetahui keberadaan jenis satwa liar yang bernilai konservasi tinggi. Melakukan penggantian dengan segera apabila terjadi kerusakan rambu-rambu terkait satwa liar. Melakukan koordinasi dan sosialisasi dengan pihak terkait jika diperlukan. 2 Struktur dan komposisi vegetasi Pembersihan lahan area fasilitas penunjang Tutupan hutan wilayah studi (HL, HPT, HP, PIPPIB). Nilai Indeks Keragaman Indeks Shannon-Wiener H >1. Kerapatan pohon. Dominansi. Keberadaan spesies bernilai konservasi tinggi (lokasi, kelimpahan individu) berlangsung serta tidak ada kehilangan jenis flora yang signifikan terutama Kegiatan pembersihan lahan area fasilitas penunjang mengacu pada SOP Pembukaan Lahan dengan memperhatikan spesies yang bernilai konservasi tinggi (63 spesies). Dalam kegiatan pembersihan lahan, tidak mengganggu ekosistem hutan primer. Menerapkan hierarki mitigasi dalam pengelolaan keanekaragaman hayati (Sumber: Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Industri Pertambangan, 2016). Melakukan pencegahan gangguan/ancaman terhadap satwa dengan membuat papan peringatan dan rambu-rambu. Pembangunan jalan tambang: Kaorahai-Tofu Alternatif Kaorahai Jl. Coastal Pintu 1 Jalan Coastal- Tofu Penyediaan quarry: Nuspera Selama kegiatan pembersihan/ penyiapan lahan berlangsung Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas VI-10

11 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan jenis yang memiliki nilai konservasi tinggi. Sebelum melakukan pembersihan lahan lakukan survey untuk mengidentifikasi flora dan fauna yang dilindungi, tanaman yang bernilai ekonomi, lokasi rawan erosi dan longsor. Melakukan pengelolaan untuk melindungi flora langka dan pohon yang bernilai ekonomis milik warga jika ada. Melakukan kajian mitigasi, revegetasi dan translokasi spesies bernilai konservasi tinggi. Melakukan penyuluhan dan pembinaan secara berkala mengenai flora dan fauna dilindungi untuk karyawan dan masyarakat. Membuat perjanjian kerja yang mencantumkan bahwa karyawan dan kontraktor WBN tidak boleh mengganggu, berburu, menangkap dan memelihara satwa liar dilindungi, apabila terjadi pelanggaran akan dikenakan sanksi PHK. Tidak melakukan kegiatan penebangan pada jarak 100 m sepanjang kiri dan kanan sungai besar dan ± 50 m pada sungai kecil yang ada di area Wilayah Kontrak Karya. Dalam kegiatan pembersihan lahan untuk area fasilitas penunjang berupa jalan akan memperhatikan dan menjaga kesinambungan tajuk pohon (tajuk atas pohon saling berkaitan) pada tempat-tempat tertentu, paling tidak setiap jarak 100 m panjang jalan. Membuat titik penaatan lokasi pengelolaan struktur dan komposisi vegetasi berupa plang permanen yang dilengkapi keterangan lokasi dan koordinat. Melakukan penggantian dengan segera apabila terjadi kerusakan plang/rambu-rambu terkait vegetasi/flora. Doromesmesan Loy Poloy Kaorahai Area tapak proyek yang dibuka dan habitat pada radius 100 meter dari batas tapak proyek (atau sampai sejauh radius terdampak jika dampak terjadi melebihi 100 m). Dinas Dinas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Seksi Konservasi Wilayah I kota Ternate Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas Melakukan koordinasi dan sosialisasi dengan pihak terkait jika diperlukan. A.2 TAHAP OPERASI A.2.1 Komponen Geofisik Kimia 1 Penurunan kualitas udara ambien (parameter TSP, PM 10, PM 2,5 ) Penggalian dan penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang Pengangkutan bijih: Truk (Trucking) Kualitas udara ambien tidak melebihi BML yaitu Lampiran VII Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan. Baku Mutu parameter TSP: 230 µg/nm 3, PM 10 : 75 µg/nm 3, PM 2,5 : 55 µg/nm 3. Perbaikan dan perawatan mesin kendaraan dan alat berat secara rutin. Penggalian tanah pucuk secara bertahap pada luasan area progres penambangan, seminimal mungkin membuka lahan, atau lahan yang dibuka hanya lahan yang benar-benar akan dimanfaatkan sebagai lokasi kegiatan penambangan. Tanah penutup dikupas dengan menggunakan bulldozer dan dengan menggunakan dump truck dipindahkan untuk diamankan di tempat yang relatif datar dan ditanami dengan tanaman penutup tanah (cover crop) untuk mencegah mengering dan tererosi angin. Pemeliharaan tanaman di sekitar area penambangan yang dibuka yang berfungsi sebagai green barrier. Di musim kemarau, mengurangi tingkat partikulat yang dapat terhirup yang disebabkan oleh lalu lintas kendaraan pengangkut tanah penutup/bijih dengan menggunakan teknik dan konsep yang memadai dan secara berkala mengurangi debu dengan melakukan penyemprotan jalan tambang dengan air Lokasi penggalian dan penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang Jalur pengangkutan bijih (trucking) Deposit Pantai: a. Sake West b. Uni-Uni c. Biri-Biri Tofu Bleuwen: a. Kaorahai b. Tofu Akejira Selama kegiatan penggalian dan penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang Selama pengangkutan bijih Deposit Pantai: Sake West: Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas VI-11

12 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan (sprayer/penyiraman). PT WBN memiliki 9 unit kendaraan penyiram dengan kapasitas liter. Mengurangi kecepatan truk hingga batas kecepatan dan keselamatan yang diperbolehkan. Bukit Limber Uni-Uni: Biri-Biri: Tofu Bleuwen: Kaorahai: Tofu: Akejira: Jira Bukit Limber: Bukit Limber Barat Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas 2 Timbulnya erosi tanah Pembersihan lahan area pertambangan Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk Penggalian dan penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang Secara visual tidak ada indikasi tanah tererosi. Tidak terjadi kerusakan pada tanaman penutup (LCC), drainase, rock wall, kolam sedimen, yang sudah dibangun. Pelaksanaan penambangan sesuai Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara yang diatur pada Permen ESDM Nomor 26 Tahun Melakukan teknis penambangan dengan mempertimbangkan faktor keamanan geoteknik yang memenuhi standar KepMenESDM 1827 Tahun Pengelolaan timbunan tanah pucuk: o Tanah pucuk dipindahkan ke lokasi penimbunan yang telah disiapkan dan untuk menjaga kestabilan lereng, tanah pucuk disusun berjenjang dengan memperhatikan faktor kestabilan lereng. o Melakukan revegetasi dengan menanam tanaman penutup (LCC). Pengelolaan waste dump: o Timbunan tanah penutup dibuat berjenjang dan dilengkapi dengan saluran drainase. o Jenjang dibuat dengan memperhatikan kestabilan lereng. o Untuk menghindari tingkat kejenuhan maka limpasan air dari waste dump dialirkan ke kolam settling pond. Pengelolaan pada bukaan tambang: o Pembuatan jenjang dilakukan dengan mempertimbangkan faktor keamanan lereng. o Melakukan upaya perubahan desain jenjang tambang dalam upaya meningkatkan kestabilan lereng. o Pemsangan rockwall jika diperlukan. o Setiap jenjang dilengkapi dengan saluran drainase. Untuk menghindari tingkat kejenuhan maka air dari bukaan tambang dialirkan ke kolam settling pond. Desain settling pond, sesuai dengan dokumen Kajian Teknis Pembuangan Air Limbah PT WBN Tahun Settling pond yang dibangun pada masing-masing pit yaitu: - Pit Biri-biri terdapat 10 Settling pond; - Uni-Uni 4 settling pond; Lokasi pembersihan lahan area pertambangan Lokasi pengupasan dan penimbunan tanah pucuk Lokasi penggalian dan penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang Deposit Pantai: Sake West Uni-Uni Biri-Biri Tofu Bleuwen: Kaorahai Tofu Akejira Bukit Limber Selama kegiatan Pembersihan lahan area pertambangan Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk Penggalian dan penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang Deposit Pantai: a. Sake West: b. Uni-Uni: c. Biri-Biri: Tofu Bleuwen: c. Kaorahai: d. Tofu: Akejira: Jira Bukit Limber: Bukit Limber Barat Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas VI-12

13 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan - Sake west 2 settling pond; - Bukit Limber Barat 4 settling pond; - Akejira 3 settling pond; - Kaorahai 4 settling pond; - Tofu 5 settling pond. Melakukan pemeliharaan area timbunan, waste dump, bukaan tambang, settling pond, apabila terjadi kerusakan segera diperbaiki. 3 Peningkatan air limpasan Pembersihan lahan area pertambangan Tidak ada pembuangan ke badan air dari kolam sedimen kecuali Biri-biri - 08 dan Uni-uni 04. Debit total yang terbuang ke Sungai Wosea hanya untuk 2 kolam yaitu Uniuni 2 dan Biri-Biri 4 sesuai baku mutu Persetujuan Teknis Pembuangan Air Limbah Nomor S.21/PPKL/PPA/PKL.2/1/2022 Tanggal 31 Januari Musim hujan: Biri-Biri 08: m 3 /hari Uni-uni 04: m 3 /hari Musim kemarau: Biri-Biri 08: m 3 /hari Uni-uni 04: m 3 /hari I. Pembangunan kolam sedimen di setiap pit penambangan yaitu: 1. Deposit Pantai (10 area Biri-biri, 4 area Uni-uni, 2 Sake West) dari 14 tersebut yang dibuang ke badan air 1 dari Biri-biri 02 kode BBSP08 dan Uni-uni 04 sesuai Persetujuan Teknis Pembuangan Air Limbah Nomor S.21/PPKL/PPA/PKL.2/1/2022 Tanggal 31 Januari Bukit Limber (4) dimanfaatkan. 3. Akejira (3) dimanfaatkan. 4. Tofu (5) dimanfaatkan. 5. Kaorahai (4) dimanfaatkan. Selain kedua kolam Biri-Biri 08 dan Uni-Uni 04 itu dilakukan pengelolaan air limbah dengan penggunaan kembali di area penambangan (Lampiran 1 Permenlhk Nomor 5/2021). II. Melakukan pengaturan debit buangan di Biri-Biri 08 dan Uni- Uni 04 ke Sungai Wosea yaitu debit total yang terbuang ke Sungai Wosea maksimal 4,5 m 3 /s dari 2 kolam sedimen masingmasing 2,25 m 3 /s. sesuai dengan Persetujuan Teknis pembuangan air limbah Nomor S.21/PPKL/PPA/PKL.2/1/2022 Tanggal 31 Januari Lokasi pembersihan lahan area pertambangan Deposit Pantai: Sake West Uni-Uni Biri-Biri Tofu Bleuwen: Kaorahai Tofu Akejira Bukit Limber Selama kegiatan Pembersihan lahan area pertambangan Deposit Pantai: a. Sake West: b. Uni-Uni: c. Biri-Biri: Tofu Bleuwen: e. Kaorahai: f. Tofu: Akejira: Jira Bukit Limber: Bukit Limber Barat Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas 4 Penurunan kualitas air permukaan (parameter TSS) Pembersihan lahan area pertambangan Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk Penggalian dan Parameter air limbah yang dibuang ke badan air dari Biri-Biri 08 dan Uni-uni 04 memenuhi baku mutu Persetujuan Teknis Pembuangan Air Limbah Nomor S.21/PPKL/PPA/PKL.2/1/2022 Tanggal 31 Januari Penurunan kualitas air permukaan adalah dampak sekunder dari erosi tanah dan peningkatan air limpasan. Oleh karena itu pengelolaan dampak sekunder adalah pengoptimalan pengelolaan dampak primer atau dampak utamanya yaitu pengelolaan erosi dan air limpasan. Pengelolaan kolam sedimen di masing-masing pit: o Deposit Pantai (10 area Biri-biri, 4 area Uni-uni, 2 Sake West) dari 14 tersebut yang dibuang ke badan air 1 dari Biri-biri 02 Lokasi pembersihan lahan area pertambangan Deposit Pantai: Sake West Uni-Uni Biri-Biri Tofu Bleuwen: Selama kegiatan Pembersihan lahan area pertambangan Deposit Pantai: a. Sake West: b. Uni-Uni: Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal VI-13

14 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang Reklamasi bekas tambang Indikator Keberhasilan Pengelolaan Parameter Unit BMAL Pertek Musim Hujan Musim kering ph TSS mg/l Cu* mg/l Cd* mg/l Zn* mg/l Pb* mg/l Ni* mg/l Cr (6+) * mg/l Cr Total mg/l Fe* mg/l Co* mg/l Parameter TSS badan air permukaan memenuhi baku mutu yang berlaku saat ini yaitu PP Nomor 22 Tahun 2021 Lampiran VI 1 Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya Kelas II. Bentuk Pengelolaan kode BBSP08 dan Uni-uni 04 sesuai Persetujuan Teknis Pembuangan Air Limbah Nomor S.21/PPKL/PPA/PKL.2/1/2022 Tanggal 31 JANUARI o Bukit Limber (4) dimanfaatkan. o Akejira (3) dimanfaatkan. o Tofu (5) dimanfaatkan. o Kaorahai (4) dimanfaatkan. Selain kedua kolam Biri-Biri 08 dan Uni-Uni 04 itu dilakukan pengelolaan air limbah dengan penggunaan kembali di area penambangan (Lampiran 1 Permenlhk Nomor 5/2021). Melakukan pemeliharaan kolam sedimen dengan pengerukan berkala. Melakukan pemeliharaan saluran pembuangan Biri-Biri 08 dan Uni-uni 04 yang menuju Sungai Wosea. Memenuhi kewajiban dan larangan dalam Persetujuan Teknis Pembuangan Air Limbah Nomor S.21/PPKL/PPA/PKL.2/1/2022 Tanggal 31 Januari 2022 yaitu: o Kolam sedimen dan saluran air limbah yang kedap air; o Memiliki sistem tanggap darurat; o Memiliki alat ukur debit; o Melakukan penanggulangan pencemaran air dan pemulihan baku mutu air jika terjadi pencemaran air; o Pengelolaan lumpur; o Melaksanakan kegiatan pemanfaatan air limbah penyiraman jalan dan stockpile di musim kering; o Dilarang membuang air limbah secara sekaligus dalam 1 kali pembuangan; o Dilarang mengencerkan air limbah dalam upaya penaatan batas kadar yang dipersyaratkan; o Membuang air limbang di luar titik penaatan. Lokasi Pengelolaan Kaorahai Tofu Akejira Bukit Limber Periode Pengelolaan c. Biri-Biri: Tofu Bleuwen: g. Kaorahai: h. Tofu: Akejira: Jira Bukit Limber: Bukit Limber Barat Institusi Pengelolaan Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas A.2.2 Komponen Biologi 1 Habitat satwa liar Pembersihan lahan area penambangan Kegiatan pembersihan lahan area penambangan tidak melebihi luas yang direncanakan sebesar 1.605,62 ha. Sebanyak 63 spesies yang bernilai konservasi tinggi tidak terganggu. Keberadaan spesies bernilai konservasi tinggi (lokasi, kelimpahan individu) berlangsung serta tidak ada kehilangan jenis fauna yang signifikan terutama jenis yang memiliki nilai konservasi tinggi. Kegiatan pembersihan lahan area penambangan mengacu pada SOP Pembukaan Lahan dengan memperhatikan spesies yang bernilai konservasi tinggi (63 spesies). Menerapkan hierarki mitigasi dalam pengelolaan keanekaragaman hayati (Sumber: Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Industri Pertambangan, 2016). Dalam kegiatan pembersihan lahan, tidak mengganggu ekosistem hutan primer. Melakukan pencegahan gangguan/ancaman terhadap satwa dengan membuat papan peringatan dan rambu-rambu. Sebelum melakukan pembersihan lahan lakukan survey untuk mengidentifikasi flora dan fauna yang dilindungi, tanaman yang bernilai ekonomi, lokasi rawan erosi dan longsor. Melakukan pengelolaan untuk melindungi flora langka dan pohon yang bernilai ekonomis milik warga jika ada. Melakukan kajian mitigasi, revegetasi dan translokasi spesies bernilai konservasi tinggi. Area tapak proyek pertambangan yang dibuka. Area tapak proyek pertambangan yang dibuka dan habitat pada radius 100 meter dari batas tapak proyek (atau sampai sejauh radius terdampak jika dampak terjadi melebihi 100 m). Selama kegiatan pembersihan/ penyiapan lahan berlangsung Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas VI-14

15 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan Melakukan penyuluhan dan pembinaan secara berkala mengenai flora dan fauna dilindungi untuk karyawan dan masyarakat. Membuat perjanjian kerja yang mencantumkan bahwa karyawan dan kontraktor WBN tidak boleh mengganggu, berburu, menangkap dan memelihara satwa liar dilindungi, apabila terjadi pelanggaran akan dikenakan sanksi PHK. Tidak melakukan kegiatan penebangan pada jarak 100 m sepanjang kiri dan kanan sungai besar dan ± 50 m pada sungai kecil yang ada di area Wilayah Kontrak Karya. Mempertahankan sebanyak mungkin pohon-pohon buah, terutama pohon yang berbuah sepanjang tahun yang sangat penting bagi satwa pemakan buah yang hidup di tajuk selama periode tidak ada buah. Pembuatan Koridor Satwa Liar berupa hutan yang secara kontinyu menghubungkan antara kantong-kantong satwa dengan sempadan sungai maupun kawasan lindung lainnya. Dalam kegiatan pembersihan lahan untuk area fasilitas penunjang berupa jalan akan memperhatikan dan menjaga kesinambungan tajuk pohon (tajuk atas pohon saling berkaitan) pada tempat-tempat tertentu, paling tidak setiap jarak 100 m panjang jalan. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Seksi Konservasi Wilayah I Kota Ternate Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas Membuat titik penaatan lokasi atau plot permanen pengelolaan habitat satwa liar berupa plang/rambu-rambu yang dilengkapi keterangan lokasi dan koordinat. Pemasangan kamera trap di lokasi plot permanen atau di kawasan hutan produksi primer untuk mengetahui keberadaan jenis satwa liar. Melakukan penggantian dengan segera apabila terjadi kerusakan rambu-rambu terkait satwa liar. Melakukan koordinasi dan sosialisasi dengan pihak terkait jika diperlukan. 2 Struktur dan komposisi vegetasi Pembersihan lahan area penambangan Tutupan hutan wilayah studi (HL, HPT, HP, PIPPIB). Nilai indeks keragaman Indeks Shannon-Wiener H >1. Kerapatan pohon. Dominansi. Keberadaan spesies bernilai konservasi tinggi (lokasi, kelimpahan individu) berlangsung serta tidak ada kehilangan jenis fauna yang signifikan terutama jenis yang memiliki nilai konservasi tinggi. Pembersihan lahan area penambangan Kegiatan pembersihan lahan area penambangan mengacu pada SOP Pembukaan Lahan dengan memperhatikan spesies yang bernilai konservasi tinggi (63 spesies). Menerapkan hierarki mitigasi dalam pengelolaan keanekaragaman hayati (Sumber: Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Industri Pertambangan, 2016). Dalam kegiatan pembersihan lahan area penambangan, tidak mengganggu ekosistem hutan primer. Melakukan pencegahan ganggguan/ancaman terhadap satwa dengan membuat papan peringatan dan rambu-rambu. Sebelum melakukan pembersihan lahan lakukan survey untuk mengidentifikasi flora dan fauna yang dilindungi, tanaman yang bernilai ekonomi, lokasi rawan erosi dan longsor. Melakukan pengelolaan untuk melindungi flora langka dan pohon yang bernilai ekonomis milik warga jika ada. Melakukan kajian mitigasi, revegetasi dan translokasi spesies Area tapak proyek pertambangan yang dibuka dan habitat pada radius 100 meter dari batas tapak proyek (atau sampai sejauh radius terdampak jika dampak terjadi melebihi 100 m). Selama kegiatan pembersihan/ penyiapan lahan berlangsung Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas VI-15

16 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan bernilai konservasi tinggi. Melakukan penyuluhan dan pembinaan secara berkala mengenai flora dan fauna dilindungi untuk karyawan dan masyarakat. Membuat perjanjian kerja yang mencantumkan bahwa karyawan dan kontraktor WBN tidak boleh mengganggu, berburu, menangkap dan memelihara satwa liar dilindungi, apabila terjadi pelanggaran akan dikenakan sanksi PHK. Tidak melakukan kegiatan penebangan pada jarak 100 m sepanjang kiri dan kanan sungai besar dan ± 50 m pada sungai kecil yang ada di area Wilayah Kontrak Karya. Dalam kegiatan pembersihan lahan untuk area fasilitas penunjang berupa jalan akan memperhatikan dan menjaga kesinambungan tajuk pohon (tajuk atas pohon saling berkaitan) pada tempat-tempat tertentu, paling tidak setiap jarak 100 m panjang jalan. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Seksi Konservasi Wilayah I Kota Ternate Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Membuat titik penaatan lokasi pengelolaan struktur dan komposisi vegetasi berupa plang permanen yang dilengkapi keterangan lokasi dan koordinat. Dinas Melakukan penggantian dengan segera apabila terjadi kerusakan plang/rambu-rambu terkait vegetasi/flora. Melakukan koordinasi dan sosialisasi dengan pihak terkait jika diperlukan. Reklamasi bekas tambang Tutupan hutan wilayah studi (HL, HPT, HP, PIPPIB). Nilai indeks keragaman Indeks Shannon-Wiener H >1. Kerapatan pohon. Dominansi. Keberadaan spesies bernilai konservasi tinggi (lokasi, kelimpahan individu) berlangsung serta tidak ada kehilangan jenis fauna yang signifikan terutama jenis yang memiliki nilai konservasi tinggi. Hasil kegiatan reklamasi tambang (luas, jenis, jumlah individu, pertumbuhan dan persen tumbuh, kendala). Reklamasi bekas tambang mengacu pada dokumen Jaminan Reklamasi 5 Tahunan. Memasang papan tanda area yang direklamasi. Kegiatan revegetasi adalah: Melakukan penanaman area bekas tambang dengan berbagai jenis vegetasi meiputi tanaman lokal, jenis endemik, dan jenis tanaman yang bernilai konservasi tinggi. Melakukan pemeliharaan tanaman berupa penyiraman dan pemupukan. Melakukan melakukan penyulaman terhadap tanaman yang mati. Area reklamasi sampai radius 100 m dari batas area reklamasi (atau sampai sejauh radius terdampak jika dampak terjadi melebihi 100 m). Selama kegiatan reklamasi sampai pengelolaan pasca penanaman. Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Seksi Konservasi Wilayah I Kota Ternate Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak VI-16

17 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas A.2.3 Komponen Sosial Ekonomi Budaya 1 Terbukanya kesempatan kerja Penerimaan tenaga kerja Kuota tenaga kerja untuk desa-desa lingkar tambang sebesar 10% (393 orang). Kuota tenaga kerja untuk Kabupaten Halmahera sebesar 20% (787 orang) dan sebesar 20% (787 orang). Kuota tenaga kerja untuk Provinsi sebesar 25% (983 orang) di luar dan. Kuota tenaga kerja nasional sebesar 25% (983 orang). Menerapkan kebijakan skala prioritas bagi tenaga kerja desa-desa lingkar tambang, namun tetap disesuaikan dengan kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan. Melakukan kroscek bagi KTP dari desa lingkar tambang dengan pengutamaan warga asli berdasarkan tahun penerbitan KTP. Melakukan komunikasi dan koordinasi kepada perwakilan masyarakat dan pemangku kepentingan di seluruh desa lingkar tambang ketika akan dilakukan penerimaan tenaga kerja dan menyepakati pembagian proporsi kuota tenaga kerja. Menerapkan regularly community meeting untuk penyampaian informasi perusahaan kepada masyarakat. Untuk calon tenaga kerja desa-desa lingkar tambang yang tidak memenuhi kualifikasi, pihak WBN akan membantu mengadakan pelatihan untuk peningkatan kapasitas calon tenaga kerja lokal (desa-desa lingkar tambang) yang masuk wilayah studi. Program pelatihan atau peningkatan skill calon tenaga kerja lokal menjadi bagian dari Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Desa-desa lingkar tambang Selama kegiatan penerimaan tenaga kerja Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Kabupaten Halmahera Dinas Transmigrasi & Tenaga Kerja Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas 2 Timbulnya kesempatan berusaha Penerimaan tenaga kerja Peningkatan jumlah pelaku usaha di desa sekitar tapak proyek minimal tumbuh 88 unit usaha baru. Membeli hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan masyarakat lokal. Memberikan kesempatan kepada kontraktor lokal dalam kegiatan penambangan. Membuat program PPM/CSR sesuai kebutuhan masyarakat wilayah studi dan kemampuan perusahaan. Kec. Weda meliputi desa-desa: Lelilef Sawai, Lelilef Waibulan, Kobe, Sawai Itepo, Woejerana, Kulo Jaya, Woekob. Selama kegiatan operasional penambangan Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan VI-17

18 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan Melakukan upaya pengembangan, pembinaan, dan pendampingan para pelaku usaha rumah tangga, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berasal dari masyarakat lokal melalui program PPM/CSR perusahaan. Meningkatkan koordinasi dengan masyarakat sekitar dan pihak pemerintahan desa/kecamatan yang berbatasan langsung dengan PT WBN. Membantu peningkatan kapasitas masyarakat desa-desa lingkar tambang melalui pelatihan untuk mengelola hasil-hasil perkebunan dan perikanan masyarakat lokal. PPM yang bekerja sama dengan CSR KI PT IWIP beserta tenant dibuat spanduk, billboard, undangan dalam dua logo perusahaan, dokumentasi lengkap (spanduk, perwakilan masing-masing sponsor dan perwakilan masyarakat penerima program). Kec. Weda Utara meliputi desa-desa: Gemaf, Sagea, Kiya, & Fritu. Kec. Weda meliputi desa-desa: Sidanga, Fidi Jaya, Were, & Nurweda. Kec. Wasile Selatan meliputi desa-desa: Nusa Jaya, Saolat, Waijo, Minamin, Loleba, Ino Jaya, Ake Jawi, Ekorino, Ekor, Jiku Moi, Tanure, & Yawal. Kec. Kota Maba meliputi desa: Maba Sangaji, Soagimalaha, Wailukum & Soa Sangaji. Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Kabupaten Halmahera Dinas Transmigrasi & Tenaga Kerja Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas B DAMPAK LAINNYA YANG DIKELOLA B.1. TAHAP KONSTRUKSI B.1.1 Komponen Geofisik Kimia 1 Penurunan kualitas air permukaan (parameter TSS) Pembersihan lahan fasilitas penunjang Parameter TSS badan air permukaan memenuhi baku mutu yang berlaku saat ini yaitu PP Nomor 22 Tahun 2021 Lampiran VI 1 Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya Kelas II. Penurunan kualitas air permukaan adalah dampak sekunder dari erosi tanah dan peningkatan air limpasan. Oleh karena itu pengelolaan dampak sekunder adalah pengoptimalan pengelolaan dampak primer atau dampak utamanya yaitu pengelolaan erosi dan air limpasan. Pemeliharaan drainase, sedimen trap, temporary settling pond agar berfungsi dengan baik sehingga tanah tidak jatuh ke badan air. Pembangunan jalan tambang: Kaorahai-Tofu Alternatif Kaorahai Jl. Coastal Pintu 1 Jalan Coastal- Tofu Penyediaan quarry Nuspera Doromesmesan Loy Poloy Kaorahai Selama kegiatan pembersihan lahan berlangsung Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas Kementerian VI-18

19 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas 2 Timbulan limbah cair domestik Aktivitas pekerja di camp Bioseptiktank selalu kedap air tidak bocor. Pengangkutan air limbah untuk diolah kerjasama dengan DLH Kab. Halteng dan pihak ke 3 berizin selalu tersedia. Menggunakan toilet bioseptiktank yang kedap air. Pengangkutan dari bioseptiktank yang sudah penuh dari camp penambangan dibawa ke Tanjung Ulie untuk kemudian diangkut oleh pihak ke 3 berizin. Pengelolaan air limbah domestik bekerjasama dengan Pemda Dinas dan pihak ke 3 berizin. Camp Penambangan Kaorahai Selama kegiatan pembangunan fasilitas penunjang Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas B.1.2 Komponen Biologi 1 Gangguan biota air (plankton, Pembersihan lahan area fasilitas Kelimpahan biota air tawar (plankton dan bentos) menggunakan Nilai Indeks Gangguan biota air tawar adalah dampak tersier dari dampak primer erosi dan air limpasan berdampak sekunder kepada Pembangunan jalan tambang: Selama kegiatan pembersihan VI-19

20 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan bentos) penunjang Keragaman Indeks Shannon-Wiener H >1 penurunan kualitas air permukaan parameter TSS. Oleh karena itu pengelolaan dilakukan pada dampak utamanya yaitu erosi tanah dan air limpasan. Kaorahai-Tofu Alternatif Kaorahai Jl. Coastal Pintu 1 Jalan Coastal- Tofu Penyediaan quarry: lahan berlangsung Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Nuspera Doromesmesan Loy Poloy Kaorahai Dinas Dinas Dinas Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas B.1.3 Komponen Sosial Ekonomi Budaya 1 Timbulnya keresahan masyarakat Pembersihan lahan dan pembangunan fasilitas penunjang (quarry) Tidak ada konflik dengan masyarakat mengenai penggantian tanaman/ tumbuhan yang ada di area proyek dengan metode kompensasi tanam tumbuh serta Program PPM (Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat) berdasarkan Kep. Menteri ESDM RI 1824 K/30/MEM/2018. Membayar kompensasi tanam tumbuh sesuai kesepakatan. Melakukan kerjasama dengan pemerintah desa-desa lingkar tambang. Membuat berita acara secara lengkap mengenai pembayaran kompensasi tanam tumbuh kepada masyarakat yang disaksikan oleh kepala desa dan instansi terkait. PPM yang bekerja sama dengan CSR KI PT IWIP beserta tenant dibuat spanduk, billboard, undangan dalam dua logo perusahaan, dokumentasi lengkap (spanduk, perwakilan masing-masing sponsor dan perwakilan masyarakat penerima program). Lokasi yang dilakukan pembukaan/ pembersihan lahan untuk pembangunan fasilitas penunjang. Selama kegiatan permbersihan lahan dan pembangunan fasilitas penunjang. Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas VI-20

21 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas B.2. TAHAP OPERASI B.2.1 Komponen Geofisik Kimia 1 Penurunan kualitas udara ambien (emisi penggunaan genset) Penggunaan Genset Emisi genset memenuhi baku mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3/1/2022 Tanggal 31 Januari 2022 yaitu NOx (3.400 mg/nm 3 ), CO (170 mg/nm 3 ). I. Pengelolaan genset agar tidak cepat rusak dan menghasilkan emisi yang rendah adalah: 1. Melakukan pengoperasian genset dengan benar. 2. Pemeliharaan genset sesuai dengan SOP Genset. II. Mentaati kewajiban dan larangan dalam Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3/1/2022 Tanggal 31 Januari Melaksanakan pengurangan emisi. - Memiliki penanggung jawab yang memiliki kompetensi di bidang perlindungan dan pengelolaan mutu udara. - Memiliki sistem tanggap darurat pencemaran udara. - Dilarang membuang emisi secara langsung atau pelepasan dadakan. - Dilarang membuang emisi non fugitive tidak melalui cerobong. - Dilarang menambahkan udara ke cerobong setelah alat pengendali di luar proses kegiatan. Lokasi genset: Kaorahai Uni-Uni Periode 2 mingguan; Periode bulanan; Periode 3 bulanan; Periode 6 bulanan; Periode tahunan. Sesuai Bab 2 Pengendalian Emisi Utilitas Tabel II.47 Pemeliharaan Rutin Genset Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas VI-21

22 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan 2 Perubahan kualitas dan kuantitas air tanah Aktivitas Penambangan Kualitas air tanah memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Sumur pantau selalu ada (tidak hilang atau tertimbun). Tidak melakukan penambangan di daerah spring air tanah. Pembuatan sumur pantau di setiap pit penambangan: Koordinat (UTM 52N) SP-1 Tofu Bleuwen (392696; 87498) SP-2 Kaorahai (385882; 72029) SP-3 Akejira (380021; 70462) SP-4 Selatan Akejira (380566; 66782) SP-5 Bukit Limber (385950; 59695) SP-6 Biri-Biri Barat (382474; 59286) SP-7 Biri-Biri (380907; 57310) SP-8 Uni-Uni 01 (381657; 53698) SP-9 Sake West (384382; 55743) SP-10 Uni-Uni 02 (382406; 51926) Di setiap pit penambangan: SP-1 Tofu Bleuwen SP-2 Kaorahai SP-3 AKejira SP-4 Selatan Akejira SP-5 Bukit Limber SP-6 Biri-Biri Barat SP-7 Biri-Biri SP-8 Uni-Uni 01 SP-9 Sake West SP-10 Uni-Uni 02 Selama kegiatan penambangan Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Pembuatan sumur pantau di sekitar Mata Air Sagea minimal 1 sumur meskipun lokasi ini di luar WKK WBN namun perlu dibangun sumur pantau untuk memastikan jangka panjang tidak berpengaruh. Menjaga keberadaan sumur pantau dengan cara dibuat pagar/pengaman, diberi Papan bertuliskan SUMUR PANTAU WBN berikut koordinat. Melakukan studi hidrogeokimia untuk memastikan pengaruh penambangan terhadap kuantitas dan kualitas air tanah mengingat cekungan air tanah di lokasi studi belum ada yang memetakan. Dinas Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas B.2.2 Komponen Biologi 1 Gangguan biota air (plankton, bentos) Pembersihan lahan area pertambangan Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk Penggalian dan penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang Kelimpahan biota air tawar (plankton dan bentos) menggunakan Indeks Keragaman Shanon Wiener (H ) >1. Gangguan biota air tawar adalah dampak tersier dari dampak primer erosi dan air limpasan berdampak sekunder kepada penurunan kualitas air permukaan parameter TSS. Oleh karena itu pengelolaan berada pada dampak utamanya yaitu erosi tanah dan air limpasan dampak sekundernya kualitas air permukaan. Lokasi pembersihan lahan area pertambangan Deposit Pantai: Sake West Uni-Uni Biri-Biri Tofu Bleuwen: Kaorahai Tofu Akejira Bukit Limber Selama kegiatan Pembersihan lahan area pertambangan Deposit Pantai: a. Sake West: b. Uni-Uni: c. Biri-Biri: Tofu Bleuwen: a. Kaorahai: b. Tofu: Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Dinas VI-22

23 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan Akejira: Jira Bukit Limber: Bukit Limber Barat Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas B.2.3 Komponen Sosial Ekonomi Budaya 1 Terbukanya kesempatan kerja Eksplorasi penambangan Kuota tenaga kerja desa lingkar tambang sebesar 10% (20 orang) dari jumlah total tenaga kerja untuk eksplorasi penambangan sebesar 204 orang. Kuota tenaga kerja Kabupaten Halmahera dan Halmahera sebesar 40% (82 orang). Kuota tenaga kerja Provinsi Maluku Utara sebesar 25% (51 orang). Kuota tenaga kerja nasional sebesar 25% (51 orang). Menginformasikan lowongan pekerjaan pada desa-desa terdampak. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan aparat pemerintahan desa/kecamatan setempat terkait informasi penerimaan tenaga kerja. Memasang pengumuman penerimaan tenaga kerja di kantor desa-desa atau kantor kecamatan terdampak. Mengutamakan tenaga kerja dari desa-desa terdampak dengan tetap mengacu pada spesifikasi dan kualifikasi yang dibutuhkan oleh PT WBN. Humas PT WBN HRD PT WBN Selama kegiatan eksplorasi penambangan Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Kabupaten Halmahera Dinas Transmigrasi & Tenaga Kerja Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas VI-23

24 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan 2 Peningkatan pendapatan Penerimaan tenaga kerja Pendapatan masyarakat di wilayah studi mengalami peningkatan dibandingkan pendapatan rata-rata masyarakat sebelum adanya kegiatan. Pemberian upah kerja/gaji karyawan minimal sesuai dengan upah minimum yang berlaku dan berbagai ketentuan yang berlaku menyesuaikan dengan tingkatan status tenaga kerja dalam ketenagakerjaan pada kegiatan pertambangan. Mengikutsertakan seluruh pekerja dalam program BPJS ketenagakerjaan dan kesehatan. Melakukan penyesuaian upah/gaji karyawan secara berkala. Memberi kesempatan kepada pengusaha/kontraktor lokal untuk ikut menjadi rekanan dalam proyek-proyek yang bisa disubkontrakkan. Penyetaraan hak dan kewajiban tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja pendatang. Melakukan kordinasi Dinas Tenaga Kerja dan. Melakukan koordinasi/kerjasama dengan camat, kepala Desa, tokoh masyarakat (adat, agama, pemuda dll), lembaga-lembaga adat, dan pengusaha di sekitar lokasi kegiatan. Bekerjasama dengan masyarakat khususnya kepada masyarakat atau pengusaha yang sebelumnya mempunyai akses kesempatan berusaha di sekitar lokasi kegiatan. Kec. Weda meliputi desa-desa: Lelilef Sawai, Lelilef Waibulan, Kobe, Sawai Itepo, Woejerana, Kulo Jaya, Woekob. Kec. Weda Utara meliputi desa-desa: Gemaf, Sagea, Kiya, & Fritu Kec. Weda meliputi desa-desa: Sidanga, Fidi Jaya, Were, & Nurweda. Kec. Wasile Selatan meliputi desa-desa: Nusa Jaya, Saolat, Waijo, Minamin, Loleba, Ino Jaya, Ake Jawi, Ekorino, Ekor, Jiku Moi, Tanure, & Yawal. Kec. Kota Maba meliputi desa: Maba Sangaji, Soagimalaha, Wailukum & Soa Sangaji. Selama penerimaan tenaga kerja Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Sosial Kabupaten Halmahera Dinas Sosial Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas 3 Timbulnya keresahan masyarakat Penerimaan tenaga kerja Eksplorasi penambangan Tidak adanya keluhan masyarakat akibat dampak-dampak eksplorasi. Dalam kegiatan eksplorasi telah memiliki ketentuan sebagai berikut: o Metode atau teknis mengikuti SOP teknis eksplorasi penambangan PT WBN. o Penerimaan tenaga kerja mengikuti ketentuan penerimaan tenaga kerja. o Mengikuti ketentuan umum PT WBN: pengelolaan limbah, tanggap darurat, K3, prokes Covid-19, koordinasi dan sosialisasi, komunikasi, dsb. Mengadakan sosialisasi dampak seiring dengan kemajuan penambangan. Penanganan keluhan masyarakat dengan cepat dan tepat. PPM PT WBN bekerja sama dengan CSR PT IWIP untuk membangun masyarakat sekitar penambangan. PPM yang bekerja sama dengan CSR KI PT IWIP beserta tenant dibuat spanduk, billboard, undangan dalam dua logo perusahaan, dokumentasi lengkap (spanduk, perwakilan masing-masing sponsor dan perwakilan masyarakat penerima program). Bagian komunikasi masyarakat desa/kantor desa lingkar tambang. Humas PT WBN. Selama kegiatan eksplorasi penambangan Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Dinas Sosial Kabupaten Halmahera Dinas Sosial Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, VI-24

25 Dampak yang Dikelola Sumber Dampak Indikator Keberhasilan Pengelolaan Bentuk Pengelolaan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan Institusi Pengelolaan Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Dinas Dinas Sumber: WBN, 2021 VI-25

26 Gambar VI.1. Peta Rencana Pengelolaan Addendum AMDAL Sumber: WBN, 2021 VI-26

27 Gambar VI.2. Peta Rencana Pengelolaan Kualitas Air, Air Limpasan, dan Erosi Sumber: WBN, 2021 VI-27

28 Gambar VI.3. Peta Rencana Pengelolaan Flora dan Fauna Daratan Sumber: WBN, 2021 VI-28

29 Gambar VI.4. Peta Rencana Pengelolaan Udara Ambien, Kebisingan dan Getaran Sumber: WBN, 2021 VI-29

30 Gambar VI.5. Peta Rencana Pengelolaan Sosial Ekonomi Budaya Sumber: WBN, 2021 VI-30

31 VI.2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) Rencana Pemantauan (RPL) ini berintegrasi dengan pemantauan lingkungan PT WBN yang sudah berlangsung berdasarkan Amdal 2009 dan Izin Secara garis besar pemantauan lingkungan PT WBN yang telah dan/atau akan dilakukan sebagai berikut: 1. Metode pemantauan lingkungan yang digunakan antara lain: a. Pengamatan langsung atau survey visual dilakukan untuk aspek biologi terestrial, erosi lahan, air limpasan. b. Pengukuran insitu dilakukan untuk getaran, kebisingan, kualitas udara, debit air permukaan. c. Analisis laboratorium yang terakreditasi dan teregistrasi untuk kualitas udara ambien, kualitas air permukaan, kualitas air kolam sedimen. d. Pendataan harian seperti tenaga kerja, keluhan-aduan-komplain dari masyarakat, limbah B3 non proses, limbah domestik. Pendataan harian berada di departemen PT WBN yaitu HSE, Humas, HRD. 2. Waktu dan frekuensi pemantauan antara lain: a. Waktu pemantauan berkala untuk komponen lingkungan bervariasi 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan. b. Beberapa komponen lingkungan memiliki pemantauan insidentil yaitu intensif pemantauan pada saat kondisi tertentu seperti kebisingan dan getaran akibat ledakan di area quarry, erosi tanah dan air limpasan setelah hujan lebat. c. Dokumen pelaporan keseluruhan dilakukan 6 bulan sekali. 3. Analisis data pemantauan yang digunakan antara lain: a. Deskriptif kualitatif dan/atau kuantitatif. b. Perbandingan baku mutu, penaatan dengan perizinan dan peraturan-peraturan yang berlaku. c. Analisis kecenderungan (trend) dalam bentuk tabulasi atau grafik setiap waktu pemantauan. d. Analisis tingkat kritis dari masing-masing komponen lingkungan. e. Membandingkan data pemantauaan dengan indikator keberhasilan pengelolaan untuk mendapatkan efektivitas pengelolaan lingkungan. 4. Lokasi pemantauan yang dipilih berdasarkan lokasi yang paling terdampak oleh kegiatan, ada reseptornya (pemukiman atau aktivitas masyarakat), dan kemudahan akses ke lokasi tersebut. Rencana Pemantauan (RPL) Addendum Amdal merupakan modifikasi dari RKL-RPL 2009 untuk kegiatan yang mengalami perubahan saja. Matriks RPL terdiri dari tahap konstruksi dan tahap operasi untuk dampak penting hipotetik dan dampak lainnya yang dipantau. Selengkapnya disajikan pada Tabel VI.2 dan selanjutnya peta lokasi pemantauan lingkungan disajikan pada Gambar VI.6 s.d. Gambar VI.13. VI-31

32 Tabel VI.2. Rencana Pemantauan (RPL) Addendum ANDAL RKL RPL PT WBN A Jenis Dampak yang Ditimbulkan Dampak yang Dipantau DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) A.1 TAHAP KONSTRUKSI A.1.1 Komponen Geofisik Kimia 1 Penurunan kualitas udara ambien (parameter TSP, PM 10, PM 2,5 ) Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Parameter yang berpedoman pada Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3 /1/2022 Tanggal 31 Januari Parameter SO 2, CO, NO 2, O 3, HC, PM 10 (24jam), PM 2,5 (24jam), TSP (24 jam), Pb. Dengan baku mutu PP Nomor 22 Tahun 2021 Lampiran VII. Pembangunan fasilitas penunjang (jalan, quarry). Ketentuan Pemantauan Lokasi pemantauan dibuatkan papan bertuliskan titik pantau udara ambien PT WBN, berikut koordinatnya. Pemeliharaan papan pemantauan. Pengumpulan Data: Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif kontinu secara langsung dianalisis di laboratorium lingkungan terakreditasi. Metode pengambilan sampel mengikuti SNI dan peraturan yang berlaku. Laboratorium dapat menyampaikan raw data jika nilai konsentrasi di bawah limit deteksi. Analisis Data: Analisis dan baku mutu sesuai dengan Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3/1/2022 Tanggal 31 Januari Dfg Analisis laboratorium sesuai SNI*) : Parameter Metode Analisis 1 SO 2 SNI CO SNI NO 2 SNI O 3 SNI HC SNI Particulate (Dust) SNI *) SNI mengikuti perkembangan Hasil analisis laboratorium kemudian dibandingkan dengan baku mutu Lampiran VII Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan. Pembuatan grafik trending time series dari hasil laboratorium setiap periode pemantauan. Analisa efektivitas pengelolaan lingkungan dari hasil pemantauan. Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Berdasarkan Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3/1 /2022: Nuspera 0 28' " N; ' " E Wosea 0 28' " N; ' " E KR (Kaorahai) Camp 0 39' 6.834" N; ' " E Grizzly Kaorahai 0 39' " N; ' " E KR 4 ; 0 39' " N; ' " E Bukit Limber 0 32' " N; ' " E Waktu dan Frekuensi Pemantauan Pengambilan sampel setiap 6 bulan sekali. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Institusi Pemantauan Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera VI-32

33 Jenis Dampak yang Ditimbulkan 2 Peningkatan kebisingan Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Parameter yang berpedoman pada Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PK L.3/1/2022 Tanggal 31 Januari Tingkat kebisingan tidak melebihi baku mutu kebisingan untuk pemukiman sebesar 55 dba dan untuk industri 70 dba berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan. 3 Timbulnya getaran Berdasarkan Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pembangunan fasilitas penunjang Pembangunan fasilitas penunjang (quarry) Ketentuan Pemantauan Lokasi pemantauan dibuatkan papan bertuliskan titik pantau kebisingan PT WBN, berikut koordinat. Pemeliharaan papan pemantauan. Metode Pengumpulan Data Analisis dan baku mutu sesuai dengan Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3/1/2022 Tanggal 31 Januari Pengukuran langsung di lapangan menggunakan sound level, durasi waktu 24 jam. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran sesuai Permen LH 48 Tahun Contoh: o L1 diambil jam mewakili jam o L2 diambil pada jam mewakili jam o L3 diambil pada jam mewakili jam o L4 diambil pada jam mewakili jam o L5 diambil pada jam mewakili jam o L6 diambil pada jam mewakili jam o L7 diambil pada jam mewakili jam Metode pengukuran tingkat kebisingan mengacu pada KepMen LH 48 Tahun Analisis Data: Hasil pengukuran dibandingkan dengan baku mutu Pembuatan grafik trending time series dari hasil pengukuran setiap periode pemantauan. Analisis efektivitas pengelolaan lingkungan dari hasil pemantauan. Ketentuan Pemantauan Lokasi pemantauan dibuatkan papan bertuliskan titik pantau getaran PT WBN, berikut koordinat Pemeliharaan papan pemantauan Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Berdasarkan Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3/1 /2022. Lokasi pengembangan di Kaorahai 0 39' 6.834" N; ' " E. Berdasarkan Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Waktu dan Frekuensi Pemantauan Pengukuran tingkat kebisingan secara insitu setiap 6 bulan sekali. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Pengukuran getaran secara insitu sesuai jadwal peledakan. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Institusi Pemantauan Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan VI-33

34 Jenis Dampak yang Ditimbulkan 4 Timbulnya erosi tanah Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3 /1/2022. Getaran-frekuensi (Hz); L-III Permenlh 49/1996 (getaran mekanik). Getaran-Kecepatan (mm/s); L-IV Permenlh 49/1996 (getaran kejut). Temuan potensi erosi baru segera dilakukan penanganan. Temuan pengendali erosi yang rusak segera ditangani. Mencatat efisiensi TSS di kolam sedimen dari inlet ke outlet > 80%. Pembersihan lahan area fasilitas penunjang (jalan, quarry) Pengumpulan Data: Merekap jadwal peledakan setiap semester/periode pemantauan. Melakukan pengukuran tingkat getaran dengan vibrometer dan membandingkan hasilnya dengan baku mutu yang berlaku. 1 pengukuran dilakukan pada titik perbatasan areal tambang wilayah pemukiman terdekat minimal 700 m dari pusat peledakan. Analisis Data: Hasil pengukuran dibandingkan dengan baku tingkat getaran peledakan pada kegiatan tambang terbuka terhadap bangunan. Pembuatan grafik trending time series dari hasil pengukuran setiap periode pemantauan. Analisis efektivitas pengelolaan lingkungan dari hasil pemantauan. Pengumpulan Data Melakukan pengamatan visual dan inspeksi terhadap upaya penerapan pengendalian erosi (pola drainase, kemiringan dinding, pemasangan jute net atau penanaman tanaman rambat, penanganan material lunak, dan kolam sedimentasi). Melakukan pengamatan visual dan inspeksi di lokasi yang rawan erosi (dinding lereng, material timbunan). Pemasangan patok berskala pada tempat-tempat tertentu (dinding lereng, material timbunan). Untuk mendapatkan data tentang muatan sedimen dan efisiensi kolam pengendapan/dam dilakukan dengan cara: o Melakukan pemantauan kandungan TSS dan debit air di saluran masuk kolam pengendapan. o Melakukan pemantauan kandungan TSS dan debit air di saluran keluar kolam pengendapan (close outlet karena hanya 2 outlet yang membuang ke luar yaitu Uni-uni 04 dan Biri-biri 08). Analisis Data Pemancangan patok berskala digunakan untuk membantu analisis kedalaman lapisan tanah yang telah tererosi dengan membandingkan ketinggian muka tanah pada kondisi awal (pada saat Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3/1 /2022. Loy Poloy 0 29' " N;127 54' 9.103" E Doromesmesan 0 31' 8.151" N; ' " E Kaorahai 0 45' " N; 128 2' " E Tofu 0 39' " N; ' " E Lokasi: Dinding Lereng Timbunan Drainase Sedimen trap Kolam sedimen Pengendali erosi lainnya (rockwal, jute net, tanaman rambat) Lokasi Pemantauan erosi (UTM 52N): ER02 (382715, 73080) ER03 (385643, 69758) ER04 (380300, 65932) ER06 (380255, 60125) ER07 (378601, 57773) ER08 (381077, 56229) ER11 (386435, 53980) ER12 (385854, 73802) ER13 (387483, ER14 (397574, 62187) ER15 (383267, ) ER01 (392841, ) SO06 (394058, ) ER05 (388025, ) ER09 (380035, ) ER10 (389401, ) Waktu dan Frekuensi Pemantauan Dilakukan 1 kali pada musim hujan untuk potensi erosi baru. Dilakukan 3 bulan sekali untuk pengecekan pemeliharaan pengendali erosi. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Institusi Pemantauan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera VI-34

35 Jenis Dampak yang Ditimbulkan 5 Peningkatan air limpasan A.1.2 Komponen Biologi Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Aliran air drainase jalan tidak meluap. Debit aliran drainase jalan yang masuk ke badan air utama < debit badan air utama. 1 Habitat satwa liar Kegiatan pembersihan area fasilitas penujang tidak boleh melebihi lahan yang direncanakan seluas 332,39 ha. Sebanyak 63 spesies yang bernilai konservasi tinggi Pembersihan lahan area fasilitas penunjang (jalan, quarry). Pembersihan lahan area fasilitas penunjang pemasangan) dengan ketinggian pada saat pemantauan. Selisih ketinggian yang terjadi merupakan ketebalan tanah yang telah tererosi. Bila diasumsikan, berat jenis tanah (bulk density) rata-rata sebesar 1 gr/cm 3, maka kehilangan lapisan atas tanah setebal 1 mm/tahun setara dengan laju erosi sebesar 10 ton/ha/tahun. Analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data Pengamatan visual aliran air drainase. Mencatat debit sungai di sekitar jalan tambang dan quarry (Sungai Kobe, Seloi, Mein, Sagea, Gemaf, Sake, Doma). Analisis Data Debit aliran dihitung langsung berdasarkan hasil pengukuran kecepatan arus, lebar sungai dan kedalaman atau tinggi air rata-rata Analisis deskriptif. Pembuatan grafik trending time series dari hasil pengukuran setiap periode pemantauan. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data: Pengamatan satwa liar dengan metode Transek untuk mamalia, IPA untuk burung. Menggunakan kamera trap yaitu jenis kamera yang dilengkapi sensor gerak dan sensor panas dan atau termal yang dapat digunakan untuk merekam keberadaan satwa liar yang ada di kawasan tertentu. Wawancara dengan penduduk atau responden lokal tentang jenis-jenis satwa liar yang pernah Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan ER16 (385118, ) ER17 (390163, ) (Gambar VI.8) Koordinat pemantauan sungai (UTM 52 N) AP-04 (377886, 59472) AP-021 (381304, 52126) AP-031 (381719, 56591) AP-05 (387160, 59804) AP-011 (394670, 52800) AP-06 (395725, 65067) AP-08 (380289, 69674) AP-09 (386923, 71958) AP-07 (377046, 64904) AP-10 (394131, 89465) Koodinat plot permanen flora dan fauna (UTM 52N): Deposit Pantai PP-01 (X,Y): (381975, 52971) Quarry PP-02 (X,Y): (377273, 56514) Waktu dan Frekuensi Pemantauan Satu bulan sekali. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Setiap 6 bulan sekali selama kegiatan pembersihan lahan area fasilitas penunjang. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Institusi Pemantauan Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi VI-35

36 Jenis Dampak yang Ditimbulkan 2 Struktur dan komposisi vegetasi Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data tidak terganggu. Tutupan hutan wilayah studi (HL, HPT, HP, PIPPIB). Nilai indeks keragaman Indeks Shannon-Wiener H >1. Kerapatan pohon. Dominansi. Keberadaan spesies bernilai konservasi tinggi (lokasi, kelimpahan individu). Pembersihan lahan area fasilitas penunjang mereka temui di hutan atau ladang dekat hutan. Analisis Data Data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan penduduk kemudian menggolongkan jenis menurut PP 7 Tahun 1999, IUCN dan CITES sehingga diketahui status satwa tersebut. Analisis deskriptif kualitatif terhadap hasil observasi dan pencatatan lapangan dilengkapi foto terbaru setiap pelaporannya. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data: Tutupan hutan wilayah studi: overlay peta menggunakan GIS. Keragaman jenis: Metode transek (jalur berpetak), sistematik sampling, dengan membuat petak contoh dalam jalur dengan ukuran 2 x 2 m untuk semai, 5x5 m untuk pancang, 10 x10 m untuk tiang dan 20 x 100 m untuk pohon, dengan intensitas sampling 0,01%. Analisis Data Analisis vegetasi dengan menghitung nilai INP dan Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener, untuk mengetahui jenis-jenis dominan dan kemantapan suatu komunitas tumbuhan. Analisis Indeks Keanekaragaman Jenis (H ) dihitung menggunakan rumus keragaman jenis Shannon (Magurran 1988) sebagai berikut: H = i i=1 n i N ln n i N Keterangan: H = Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon N = Jumlah nilai penting individu seluruh jenis Ni = Jumlah nilai penting individu suatu jenis Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Akejira Bawah PP-03 (X,Y): (378636, 67827) Akejira Atas PP-04 (X,Y): (381838; 71643) Kaorahai PP-05 (X,Y): (385655: 75391) Tofu PP-06 (X;Y) (390561; 88952) Koodinat plot permanen Flora dan fauna (UTM 52N): Deposit Pantai PP-01 (X,Y): (381975, 52971) Quarry PP-02 (X,Y): (377273, 56514) Akejira Bawah PP-03 (X,Y): (378636, 67827) Akejira Atas PP-04 (X,Y): (381838; 71643) Kaorahai PP-05 (X,Y): (385655: 75391) Tofu PP-06 (X;Y): (390561; 88952) Waktu dan Frekuensi Pemantauan Enam sekali selama kegiatan pembersihan lahan area fasilitas penunjang. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Institusi Pemantauan Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Seksi Konservasi Wilayah I Kota Ternate Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Seksi Konservasi Wilayah I Kota Ternate Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera VI-36

37 Jenis Dampak yang Ditimbulkan A.2 TAHAP OPERASI A.2.1 Komponen Geofisik Kimia 1 Penurunan kualitas udara ambien (parameter TSP, PM 10, PM 2,5 ) 2 Timbulnya erosi tanah Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Parameter yang berpedoman pada Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3/1/2022 Tanggal 31 Januari Parameter SO 2, CO, NO 2, O 3, HC, PM 10 (24jam), PM 2,5 (24jam), TSP (24 jam), Pb. Dengan baku mutu PP Nomor 22 Tahun 2021 Lampiran VII. Efisiensi TSS di kolam sedimen dari inlet ke outlet > 80%. Penggalian dan penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang. Pengangkutan bijih: Truk (trucking). Pembersihan lahan area penambangan. Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk. Penggalian dan penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang. Pengumpulan Data: Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif kontinu secara langsung dianalisis di laboratorium lingkungan terakreditasi. Metode pengambilan sampel mengikuti SNI dan peraturan yang berlaku. Laboratorium dapat menyampaikan raw data jika nilai konsentrasi di bawah limit deteksi. Analisis Data: Analisis dan baku mutu sesuai dengan Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3/1/2022 Tanggal 31 Januari Analisis laboratorium sesuai SNI*): Parameter Metode Analisis 1 SO 2 SNI CO SNI NO 2 SNI O 3 SNI HC SNI Particulate (Dust) SNI *) SNI mengikuti perkembangan Hasil analisis laboratorium kemudian dibandingkan dengan baku mutu Lampiran VII Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan. Pembuatan grafik time series dari hasil laboratorium setiap periode pemantauan. Pengumpulan Data Melakukan pengamatan visual dan inspeksi terhadap upaya penerapan pengendalian erosi (pola drainase, kemiringan dinding, pemasangan jute net atau penanaman tanaman rambat, penanganan material lunak, dan kolam sedimentasi). Melakukan pengamatan visual dan inspeksi di lokasi yang rawan erosi (dinding lereng, material timbunan). Pemasangan patok berskala pada tempat-tempat tertentu (dinding lereng, material timbunan). Untuk mendapatkan data tentang muatan Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Berdasarkan Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3/1 /2022 (Gambar VI.7). Nuspera 0 28' " N; ' " E Wosea 0 28' " N; ' " E KR (Kaorahai) Camp 0 39' 6.834" N; ' " E Grizzly Kaorahai 0 39' " N; ' " E KR 4 ; 0 39' " N; ' " E Bukit Limber 0 32' " N; ' " E Lokasi: Dinding Lereng Timbunan Drainase Sedimen trap Kolam sedimen Pengendali erosi lainnya (rockwal, jute net, tanaman rambat). Lokasi Pemantauan erosi (UTM 52N) (Gambar VI.12) ER02 (382715, 73080) Waktu dan Frekuensi Pemantauan Pengambilan sampel udara ambien Parameter SO 2, CO, NO 2, O 3, HC, PM 10 (24jam), PM 2,5 (24jam), TSP (24 jam), Pb Oleh laboratoriun terakreditasi KAN dan teregistrasi KLHK setiap 6 bulan sekali. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. 1 kali pada musim hujan untuk potensi erosi baru. 3 bulan sekali untuk pengecekan pemeliharaan teknologi pengendali erosi. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Institusi Pemantauan Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera VI-37

38 Jenis Dampak yang Ditimbulkan 3 Peningkatan air limpasan Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Debit buangan outlet ke Sungai Wosea hanya untuk 2 kolam yaitu: Uni-uni 2 dan Biri-Biri 4 sesuai baku mutu Persetujuan Teknis pembuangan air limbah Nomor S.21/PPKL/PPA/PKL.2 /1/2022 Tanggal 31 Januari Musim hujan: Biri-Biri 08: m 3 /hari. Uni-uni 04: m 3 /hari. Musim kemarau: Biri-Biri 08: m 3 /hari. Uni-uni 04: m 3 /hari. Pembersihan lahan area penambangan sedimen dan efisiensi kolam pengendapan/dam dilakukan dengan cara: o Melakukan pemantauan kandungan TSS dan debit air di saluran masuk kolam pengendapan. o Melakukan pemantauan kandungan TSS dan debit air di saluran keluar kolam pengendapan (close outlet karena hanya 2 outlet yang membuang ke luar Uni-uni 04 dan BIri-biri 08). Analisis Data Pemancangan patok berskala digunakan untuk membantu analisis kedalaman lapisan tanah yang telah tererosi dengan membandingkan ketinggian muka tanah pada kondisi awal (pada saat pemasangan) dengan ketinggian pada saat pemantauan. Selisih ketinggian yang terjadi merupakan ketebalan tanah yang telah tererosi. Bila diasumsikan, berat jenis tanah (bulk density) rata-rata sebesar 1 gr/cm 3, maka kehilangan lapisan atas tanah setebal 1 mm/tahun setara dengan laju erosi sebesar 10 ton/ha/tahun. Analisis deskriptif kualitatif. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data Mengukur debit di semua kolam sedimen. Mencatat debit yang dimanfaatkan untuk kegiatan penambangan seperti penyiraman stockpile, jalan tambang. Mengukur debit buangan dari masing-masing outlet Biri-Biri 08 dan Uni-Uni 04 sesuai dengan Persetujuan Teknis pembuangan air limbah Nomor S.21/PPKL/PPA/PKL.2/1/2022 Tanggal 31 Januari Mengaktifkan kembali 4 stasiun hujan yang berada di pit penambangan untuk mendapatkan data curah hujan lokal yang kontinyu. Analisis Data Debit aliran dihitung langsung berdasarkan hasil pengukuran di semua kolam sedimen. Analisis deskriptif. Pembuatan grafik time series dari hasil pengukuran setiap periode pemantauan. Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan ER03 (385643, 69758) ER04 (380300, 65932) ER06 (380255, 60125) ER07 (378601, 57773) ER08 (381077, 56229) ER11 (386435, 53980) ER12 (385854, 73802) ER13 (387483, ER14 (397574, 62187) ER15 (383267, ) ER01 (392841, ) SO06 (394058, ) ER05 (388025, ) ER09 (380035, ) ER10 (389401, ) ER16 (385118, ) ER17 (390163, ) Sebanyak 32 kolam sedimen yang dibangun di semua pit penambangan dengan koordinat lokasi (Tabel II.44) kolam sedimen dan Persetujuan Teknis Pembuangan Air Limbah Nomor S.21/PPKL/PPA/PKL.2/1 /2022 Tanggal 31 januari 2022 (Gambar VI.9). Waktu dan Frekuensi Pemantauan Pemantuaan paling sedikit satu kali dalam 1 hari untuk parameter debit di semua kolam sedimen. Mencatat debit yang telah dimanfaatkan Pelaporan setiap 6 bulan sekali Institusi Pemantauan Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi VI-38

39 Jenis Dampak yang Ditimbulkan 4 Penurunan kualitas air permukaan (parameter TSS) A.2.2 Komponen Biologi Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data 1. Air limbah kolam Biri-biri 08 dan Uniuni 04 yang dibuang ke badan air dengan Parameter ph, TSS, Cu, Cd, Zn, Pb, Ni, Cr(6+), Cr Total, Fe, Co memenuhi baku mutu sesuai Persetujuan Teknis Pembuangan Air Limbah Nomor S.21/PPKL/PPA/P KL.2/1/2022 Tanggal 31 Januari Air limbah kolam Ake Sake, Waste Dump Uni-uni dan Nuspera dengan Parameter TSS, ph, debit kolam sedimen izin Pemkab Halmahera 660/156/DLH/2021 Tanggal 21 September Pemantauan badan air permukaan (sungai) sesuai baku mutu air PP Nomor 22 Tahun 2021 Lampiran VI Kelas II. 1 Habitat satwa liar Luas hutan yang dibuka tidak melebihi 1.605,62 ha. Pembersihan lahan area penambangan. Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk. Penggalian dan penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang. Pembersihan lahan area penambangan Ketentuan Pemantauan Lokasi titik penaatan, titik outfall dan titik pemantauan dibuatkan papan tanda, nama titik sampling, koordinat dan logo WBN. Pemeliharan papan tersebut. Melakukan pemasangan dan pemantauan secara otomatis dan terus menerus di titik penaatan dengan beban terbesar untuk parameter ph, TSS, Debit. Pengumpulan Data Pengambilan sampel air permukaan dan analisis oleh laboratorium terakreditasi KAN dan teregistrasi KLHK. Metode pengambilan sampel mengikuti SNI 8995:2021 (metode pengambilan contoh uji air untuk pengujian fisika dan kimia) dan peraturan yang berlaku. Analisis Data Analisis laboratorium sesuai SNI*): Parameter Metode Analisis 1 ph SNI TSS SNI Cu SNI Cd SNI Zn SNI Ni SNI : Cr (6+) SNI Cr total SNI Fe SNI Co SNI *) SNI mengikuti perkembangan Perbandingan baku mutu dengan data hasil analisis laboratorium. Pembuatan grafik time series dari hasil analisis laboratorium setiap periode pemantauan. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan data: Pengamatan satwa liar dengan metode Transek untuk mamalia, IPA untuk burung. Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Lokasi sampling berdasarkan Persetujuan Teknis Pembuangan Air Limbah Nomor S.21/PPKL/PPA/PKL.2/ 1/2022 Tanggal 31 Januari 2022 (Gambar VI.9) Titik Penaatan (Outlet): o OTBB08 (127 56' " E; 0 30' " N). o OTUN04 (127 56' " E; 0 29' " N). Titik Outfall: o OFUN04 Sungai Wosea (127 56' " E; 0 29' " N). o OFBB08 Sungai Wosea (127 57' 6.081" E; 0 29' " N). Titik Pemantauan: Sungai Wosea o AP1 (127 57' " E; 0 30' 4.918" N). o AP2 (127 56' " E; 0 29' " N). o AP3 (127 57' 5.182" E; 0 28' " N). Titik penaatan sesuai izin Pemkab Halmahera 660/156/DLH/2021 Tanggal 21 September 2021; Kolam sedimen Nuspera, Ake Sake, Waste Dump Uni-uni. Koodinat plot permanen flora dan fauna (UTM 52N): (Gambar VI.11) Waktu dan Frekuensi Pemantauan Pemantauan di titik penaatan air limbah 1 (satu) kali dalam sebulan untuk parameter debit, ph, TSS, Cu, Cd, Zn, Pb, Ni, Cr(6+), Cr total, Fe, Co oleh laboratorium terakreditasi KAN dan registrasi KLHK. Pemantauan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) hari untuk parameter ph, debit, TSS. Pemantauan di titik pemantauan Sungai Wosea setiap 6 (enam) bulan sekali. Pelaporan setiap 3 bulan sekali untuk kualitas air limbah di titik penaatan dan setiap 6 bulan sekali untuk hasil pemantauan di titik pemantauan badan air. Pemantauan habitat satwa liar dilakukan setiap 6 bulan sekali. Institusi Pemantauan Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera VI-39

40 Jenis Dampak yang Ditimbulkan 2 Struktur dan komposisi vegetasi Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Tutupan hutan wilayah studi (HL, HPT, HP, PIPPIB). Nilai Indeks Keragaman Indeks Shannon-Wiener H >1. Kerapatan pohon. Dominansi. Keberadaan spesies bernilai konservasi tinggi (lokasi, kelimpahan individu). Hasil reklamasi tambang: luas, jenis, jumlah individu, pertumbuhan dan persentase tumbuh. Kendala. Pembersihan lahan area pertambangan Menggunakan kamera trap yaitu jenis kamera yang dilengkapi sensor gerak dan sensor panas dan atau termal yang dapat digunakan untuk merekam keberadaan satwa liar yang ada di kawasan tertentu. Wawancara dengan penduduk atau responden lokal tentang jenis-jenis satwa liar yang pernah mereka temui di hutan atau ladang dekat hutan. Analisis Data Data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan penduduk kemudian menggolongkan jenis menurut PP 7 Tahun 1999, IUCN dan CITES sehingga diketahui status satwa tersebut. Analisis deskriptif kualitatif terhadap hasil observasi dan pencatatan lapangan dilengkapi foto terbaru setiap pelaporannya. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data Tutupan hutan wilayah studi: overlay peta menggunakan GIS Keragaman jenis: Metode transek (jalur berpetak), systematic sampling, dengan membuat petak contoh dalam jalur dengan ukuran 2 x 2 m untuk semai, 5x5 m untuk pancang, 10 x10 m untuk tiang dan 20 x 100 m untuk pohon, dengan intensitas sampling 0,01%. Analisis Data Analisis vegetasi dengan menghitung nilai INP dan Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener, untuk mengetahui jenis-jenis dominan dan kemantapan suatu komunitas tumbuhan. Analisis Indeks Keanekaragaman Jenis (H ) dihitung menggunakan rumus Keragaman Jenis Shannon (Magurran 1988) sebagai berikut: H = i i=1 n i N ln n i N Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Deposit Pantai PP-01 (X,Y): (381975, 52971) Quarry PP-02 (X,Y): (377273, 56514) Akejira Bawah PP-03 (X,Y): (378636, 67827) Akejira Atas PP-04 (X,Y): (381838; 71643) Kaorahai PP-05 (X,Y): (385655: 75391) Tofu PP-06 (X;Y) (390561; 88952) Koodinat plot permanen flora dan fauna (UTM 52N): (Gambar VI.11) Deposit Pantai PP-01 (X,Y) : (381975, 52971) Quarry PP-02 (X,Y): (377273, 56514) Akejira Bawah PP-03 (X,Y): (378636, 67827) Akejira Atas PP-04 (X,Y): (381838; 71643) Kaorahai PP-05 (X,Y): (385655: 75391) Tofu PP-06 (X;Y): (390561; 88952) Waktu dan Frekuensi Pemantauan Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Pemantauan setiap 6 bulan sekali Pelaporan setiap 6 bulan sekali Institusi Pemantauan Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Seksi Konservasi Wilayah I Kota Ternate Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Seksi Konservasi Wilayah I Kota Ternate Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan VI-40

41 A.2.3 Jenis Dampak yang Ditimbulkan Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Tutupan hutan wilayah studi (HL, HPT, HP, PIPPIB). Nilai Indeks Keragaman Indeks Shannon-Wiener H >1. Kerapatan pohon. Dominansi. Keberadaan spesies bernilai konservasi tinggi (lokasi, kelimpahan individu). Hasil reklamasi tambang : luas, jenis, jumlah individu, pertumbuhan dan persentase tumbuh. Kendala. Komponen Sosial Ekonomi Budaya 1 Terbukanya kesempatan kerja Kuota tenaga kerja untuk desa-desa lingkar tambang sebesar 10% (393 orang). Kuota tenaga kerja untuk Kabupaten Halmahera sebesar 20% (787 orang) dan Reklamasi bekas tambang Penerimaan tenaga kerja Keterangan: H = Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon N = Jumlah nilai penting individu seluruh jenis Ni = Jumlah nilai penting individu suatu jenis Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data Tutupan hutan wilayah studi: overlay peta menggunakan GIS. Keragaman jenis: Metode transek (jalur berpetak), systematic sampling, dengan membuat petak contoh dalam jalur dengan ukuran 2 x 2 m untuk semai, 5x5 m untuk pancang, 10 x10 m untuk tiang dan 20 x 100 m untuk pohon, dengan intensitas sampling 0,01%. Analisis Data Analisis vegetasi dengan menghitung nilai INP dan Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener, untuk mengetahui jenis-jenis dominan dan kemantapan suatu komunitas tumbuhan. Analisis Indeks Keanekaragaman Jenis (H ) dihitung menggunakan rumus keragaman jenis Shannon (Magurran 1988) sebagai berikut: H = i i=1 n i N ln n i N Keterangan: H = Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon N = Jumlah nilai penting individu seluruh jenis Ni = Jumlah nilai penting individu suatu jenis Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data: Pemeriksaan data kepegawaian pada personalia perusahaan dan kontraktor pelaksana. Mencatat tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan eksplorasi (biodata, domisili, kontrak kerja). Mencatat jalur dan prosedur penerimaan tenaga kerja di masyarakat. Wawancara dengan tenaga kerja secara mendalam. Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Area bekas tambang yang sudah direvegetasi Humas PT WBN. HRD PT WBN. Desa lingkar tambang. Waktu dan Frekuensi Pemantauan Pemantauan setiap 6 bulan sekali setelah revegetasi bekas tambang dimulai. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Pendataan setiap ada penerimaan tenaga kerja. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Institusi Pemantauan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku, Seksi Konservasi Wilayah I Kota Ternate Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi VI-41

42 Jenis Dampak yang Ditimbulkan 2 Timbulnya kesempatan berusaha B Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Kabupaten Halmahera sebesar 20% (787 orang). Sebanyak 25% tenaga kerja Provinsi Malut (983 orang) di luar Kabupaten Halmahera dan Kabupaten Halmahera. Sebanyak 25% tenaga kerja nasional (983 orang). Peningkatan jumlah pelaku usaha di desa sekitar tapak proyek minimal tumbuh 88 unit usaha baru. DAMPAK LAINNYA YANG DIPANTAU B.1 TAHAP KONSTRUKSI B.1.1 Komponen Geofisik Kimia 1 Penurunan kualitas air permukaan Parameter TSS badan air permukaan memenuhi baku Penerimaan tenaga kerja Pembangunan fasilitas penunjang (pembangunan jalan) Wawancara dengan aparat pemerintahan setempat (desa). Analisis Data: Melakukan tabulasi dan grafik time series dari data yang diperoleh dalam periode pemantauan. Melakukan analisis deskriptif. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data: Mencatat jumlah dan jenis usaha baru yang muncul di desa sekitar area kerja PT WBN. Wawancara dengan pelaku-pelaku usaha kecil, secara mendalam. Wawancara dengan aparat pemerintahan setempat (desa). Analisis Data: Melakukan tabulasi dan grafik time series dari data yang diperoleh dalam periode pemantauan. Melakukan analisis deskriptif. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data Pengambilan sampel air permukaan dan analisis laboratorium oleh laboratorium terakreditasi. Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Humas PT WBN. Lokasi timbulnya usaha baru di sekitar PT WBN, khususnya dekat gerbang PT WBN/PT IWIP. (Gambar VI.8) Koordinat pemantauan sungai (UTM 52 N) Waktu dan Frekuensi Pemantauan Pendataan setiap ada jenis dan jumlah usaha. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Pengukuran setiap 3 bulan sekali. Pelaporan setiap 6 Institusi Pemantauan Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Dinas Transmigrasi & Tenaga Kerja Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Dinas Transmigrasi & Tenaga Kerja Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera VI-42

43 Jenis Dampak yang Ditimbulkan (parameter TSS) 2 Timbulan limbah cair domestik Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data mutu yang berlaku saat ini yaitu PP Nomor 22 Tahun 2021 Lampiran VI I. Baku mutu TSS air sungai di area PT WBN termasuk kategori Kelas II dengan nilai 50 mg/l. Kualitas air limbah domestik memenuhi baku mutu Peraturan Menteri dan Kehutanan RI 68 Tahun 2016 tentang Baku mutu Air Limbah Domestik sebagai berikut; TSS: 30 mg/l ph: 6-9 BOD: 30 mg/l COD: 100 mg/l Amoniak, NH3-N: 10 mg/l Minyak & Lemak: 5 mg/l. Total coliform: MPN/100mL. Aktivitas pekerja di camp pembersihan lahan area fasilitas penunjang (jalan, quarry) Metode pengambilan sampel mengikuti SNI 8995:2021 (metode pengambilan contoh uji air untuk pengujian fisika dan kimia) dan peraturan yang berlaku. Analisis Data Analisis laboratorium sesuai SNI *): Parameter Metode Analisis 1 ph SNI TSS SNI *) SNI mengikuti perkembangan Data hasil analisis dibandingkan dengan baku mutu. Pembuatan grafik time series dari hasil analisis laboratorium setiap periode pemantauan. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan data Melakukan pengambilan sampel air limbah (inlet dan outlet) untuk dianalisis di laboratorium terakreditasi. Metode pengambilan sampel mengikuti SNI 8995:2021 dan peraturan yang berlaku. Analisis data Analisis laboratorium sesuai SNI *): Parameter Metode Analisis 1 ph SNI TSS SNI BOD SNI COD SNI Amoniak SNI Minyak & Lemak SNI Total coliform APHA.9221 B ed 23rd *) SNI mengikuti perkembangan Hasil analisis laboratorium dibandingkan dengan baku mutu PermenLHK 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Limbah Domestik. Pembuatan grafik time series dari hasil analisis laboratorium setiap periode pemantauan. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan AP-04 (377886, 59472) AP-021 (381304, 52126) AP-031 (381719, 56591) AP-05 (387160, 59804) AP-011 (394670, 52800) AP-06 (395725, 65067) AP-08 (380289, 69674) AP-09 (386923, 71958) AP-07 (377046, 64904) AP-10 (394131, 89465) Bioseptictank Camp Kaorahai Waktu dan Frekuensi Pemantauan bulan sekali. Pengambilan sampel air limbah dilakukan setiap 1 bulan sekali. Pelaporan setiap 3 bulan sekali. Institusi Pemantauan Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten VI-43

44 B.1.2 Jenis Dampak yang Ditimbulkan Komponen Biologi 1 Gangguan biota air (plankton dan bentos) B.1.3 Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Kelimpahan biota air tawar (plankton dan bentos) menggunakan Nilai Indeks Keragaman Indeks Shannon-Wiener H >1. Komponen Sosial Ekonomi Budaya 1 Timbulnya keresahan masyarakat Tidak ada jumlah aduan atau komplain dari masyarakat dalam pelaksanaan tali asih. Catatan keluhan masyarakat terkait kegiatan pembersihan lahan area fasilitas penunjang. Pembersihan lahan area fasilitas penunjang. Pembersihan lahan area fasilitas penunjang. diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data Pengambilan sampel dengan menggunakan plankton net untuk plankton dan Peterson Grab untuk benthos. Dilanjutkan dengan analisis pada laboratorium terakreditasi KAN. Untuk nekton dilakukan pengamatan visual dan wawancara dengan penduduk. Analisis Data Menghitung nilai H dan membandingkannya dengan kriteria kualitas air berdasarkan Indeks H Shannon. Membandingkan nilai H hasil pemukuran dengan H rona awal analisis kecenderungan (grafik trend) dan analisis deskriptif. Pembuatan grafik time series dari hasil analisis laboratorium setiap periode pemantauan. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data Pengumpulan data mengenai keluhan, aduan, komplain mengenai pelaksanaan tali asih. Mendata tindak lanjut perusahaan menangani keluhan tersebut. Status keluhan/aduan terakhir. Analisis Data Melakukan tabulasi dan grafik time series dari data yang diperoleh dalam periode pemantauan. Melakukan analisis deskriptif. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan (Gambar VI.8) Koordinat pemantauan sungai (UTM 52 N) AP-04 (377886, 59472) AP-021 (381304, 52126) AP-031 (381719, 56591) AP-05 (387160, 59804) AP-011 (394670, 52800) AP-06 (395725, 65067) AP-08 (380289, 69674) AP-09 (386923, 71958) AP-07 (377046, 64904) AP-10 (394131, 89465) Bagian Komunikasi dan Inspirasi Masyarakat Desa. Humas PT WBN. Waktu dan Frekuensi Pemantauan Pengukuran setiap 3 bulan sekali. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Pencatatan dilakukan setiap ada keluhan dari masyarakat. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Institusi Pemantauan Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan VI-44

45 B.2. B.2.1 Jenis Dampak yang Ditimbulkan TAHAP OPERASI Komponen Geofisik Kimia 1 Penurunan kualitas udara ambien (emisi penggunaan genset) 2 Perubahan kualitas dan kuantitas air tanah Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Parameter yang berpedoman pada Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3 /1/2022 Tanggal 31 Januari Yaitu NOx ( 3400 mg/nm 3 ), CO (170 mg/nm 3 ) dengan paramater pemantauan adalah sebagai berikut: NOx, CO, SO 2, partikulat, laju alir, O 2, CO 2, temperature. Kualitas air tanah memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Penggunaan genset Aktivitas penambangan Ketentuan Pemantauan Pembuatan papan tulisan titik pantau emisi genset, lokasi, koordinat. Pemeliharaan papan tanda. Pengumpulan Data Pengambilan sampel emisi genset menggunakan gas sampler. Metode pengambilan sampel mengikuti SNI dan peraturan yang berlaku. Sampel dengan Spektrofotometri dan Gravimetri di laboratorium terakreditasi. Analisis Data Analisis laboratorium sesuai SNI*): Parameter Metode Analisis 1 SO 2 SNI CO SNI NO 2 SNI Particulate SNI *) SNI Mengikuti perkembangan Data hasil analisis laboratorium terakreditasi, parameter dibandingkan dengan baku mutu. Melakukan perhitungan beban emisi (SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/ PPKL/PPU/PKL.3 /1/2022 Tanggal 31 Januari 2022). Pembuatan grafik time series dari hasil analisis laboratorium setiap periode pemantauan. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data Pemantauan air tanah dengan pengambilan sampel air tanah pada sumur pantau. Sampel air dianalisis pada laboratorium terakreditasi. Metode pengambilan sampel mengikuti SNI dan peraturan yang berlaku. Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Lokasi pemantauan berpedoman pada Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi SK Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Nomor S.25/PPKL/PPU/PKL.3/1 /2022 Tanggal 31 Januari (Gambar VI.7) Generator Camp Kaorahai (EG-CPKR-02) (0 o ' LU; 127 o ' BT). Generator Camp & Workshop STM Uni Uni (EG-STMUU-01) (0 o ' LU; 127 o ' BT). Generator Camp Sma Uni- Uni (EG-CSMAUU-01) (0 o ' LU; 127 o ' BT). Di lokasi sumur pantau yang akan dibangun di setiap pit penambangan: Biri-Biri Barat Koordinat (UTM 52N) SP-1 Tofu Bleuwen Waktu dan Frekuensi Pemantauan Setiap 3 tahun sekali. Pengambilan sampel Setiap 6 bulan sekali. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Institusi Pemantauan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya VI-45

46 Jenis Dampak yang Ditimbulkan Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Waktu dan Frekuensi Pemantauan Institusi Pemantauan Mutu Kesehatan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Metode pengambilan sampel mengikuti SNI 8995:2021 (metode pengambilan contoh uji air untuk pengujian fisika dan kimia) dan peraturan yang berlaku. Pengukuran tinggi muka air tanah. Analisis Data Analisis labortorium sesuai SNI*): Parameter Metode Analisis 1 Hg SNI As SNI Fe SNI Fluoride SNI Cd SNI CaCO 3 SNI Cr 6+ SNI Mn SNI NO 3 _N 5.4-IK GQA.WQ NO 2 _N SNI ph 5.5/IK/GQA/023 (392696; 87498) SP-2 Kaorahai (385882; 72029) SP-3 Akejira (380021; 70462) SP-4 Selatan Akejira (380566; 66782) SP-5 Bukit Limber (385950; 59695) SP-6 Biri-Biri Barat (382474; 59286) SP-7 Biri-Biri (380907; 57310) SP-8 Uni-Uni 01 (381657; 53698) SP-9 Sake West (384382; 55743) SP-10 Uni-Uni 02 (382406; 51926) Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera 12 Se US EPA 7741 A 13 Total coliform APHA.9221 B ed 22rd 14 E. Coli APHA.9221 E ed 23rd *) SNI mengikuti perkembangan Data hasil analisis laboratorium dibandingkan dengan baku mutu. Pembuatan grafik time series dari hasil analisis laboratorium setiap periode pemantauan. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. B.2.2 Komponen Biologi 1 Gangguan biota air (plankton, bentos) Kelimpahan biota air tawar (plankton dan bentos) menggunakan Nilai Indeks Keragaman Indeks Shannon-Wiener H >1. Pembersihan lahan area pertambangan. Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk. Penggalian dan penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang. Pengumpulan Data Pengambilan sampel plankton, bentos di lokasi yang sama dengan pengambilan sampel air permukaan. Untuk nekton dilakukan pengamatan visual dan informasi dari penduduk (wawancara). Analisis Data Sampel plankton dan bentos dianalisis di laboratorium terakreditasi. Data hasil analisis contoh air permukaan di laboratorium kemudian dibandingkan dengan tolok ukur yaitu Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon dan Wiener. Analisis kecenderungan Lokasi yang sama dengan pengambilan sampel Sungai Wosea (Gambar VI.9) AP1 (127 57' " E, 0 30' 4.918" N) AP2 (127 56' " E, 0 29' " N) AP3 (127 57' 5.182" E, 0 28' " N) Pengukuran setiap 3 bulan sekali. Pelaporan setiap 6 bulan sekali. Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera VI-46

47 B.2.3 Jenis Dampak yang Ditimbulkan Dampak yang Dipantau Komponen Sosial Ekonomi Masyarakat 1 Terbukanya kesempatan kerja 2 Timbulnya keresahan masyarakat Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Kuota tenaga kerja desa lingkar tambang sebesar 10% (20 orang) dari jumlah total tenaga kerja untuk eksplorasi penambangan sebesar 204 orang. Kuota tenaga kerja Kabupaten Halmahera dan Halmahera sebesar 40% (82 orang). Kuota tenaga kerja Provinsi Maluku Utara sebesar 25% (51 orang). Kuota tenaga kerja nasional sebesar 25% (51 orang). Tidak ada keresahan masyarakat akibat dampak eksplorasi penambangan. Eksplorasi penambangan Eksplorasi penambangan (grafik trend) dan analisis deskriptif. Dihitung indeks kelimpahan, keseragaman dan keanekaragaman. Hasil perbandingan dianalisis secara deskriptif. Pembuatan grafik time series dari hasil analisis laboratorium setiap periode pemantauan. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data: Mencatat tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan eksplorasi (biodata, domisili, kontrak kerja). Mencatat keluhan dan komplain yang timbul akibat survey eksplorasi. Analisis Data: Melakukan tabulasi dan grafik time series dari data yang diperoleh dalam periode pemantauan. Melakukan analisis deskriptif. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Pengumpulan Data: Mencatat tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan eksplorasi (biodata, domisili, kontrak kerja). Mencatat keluhan dan komplain yang timbul akibat survey eksplorasi. Analisis Data: Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Humas PT WBN HRD PT WBN Humas PT WBN HRD PT WBN Waktu dan Frekuensi Pemantauan Pendataan setiap ada penerimaan tenaga kerja Pendataan setiap ada keluhan masyarakat Pelaporan setiap 6 bulan sekali Pendataan setiap ada penerimaan tenaga kerja Pendataan setiap ada keluhan masyarakat Pelaporan setiap 6 bulan sekali Institusi Pemantauan Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Dinas Transmigrasi & Tenaga Kerja Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral VI-47

48 Jenis Dampak yang Ditimbulkan 3 Peningkatan pendapatan masyarakat Sumber: WBN, 2021 Dampak yang Dipantau Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Pendapatan masyarakat di wilayah studi mengalami peningkatan dibandingkan pendapatan rata-rata masyarakat sebelum adanya kegiatan. Penerimaan tenaga kerja Melakukan tabulasi dan grafik time series dari data yang diperoleh dalam periode pemantauan. Melakukan analisis deskriptif. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Metode Pengumpulan Data: Wawancara dengan karyawan dan pelaku usaha di wilayah studi. Pemeriksaan data kepegawaian di personalia. Pengamatan langsung jumlah dan jenis usaha yang timbul karena adanya kegiatan penerimaan tenaga kerja. Analisis Data: Melakukan tabulasi dan grafik time series dari data yang diperoleh dalam periode pemantauan. Melakukan analisis deskriptif. Melakukan analisis tingkat kritis dari hasil yang diperoleh dan efektivitas pengelolaan yang sudah dilakukan. Bentuk Pemantauan Lokasi Pemantauan Humas PT WBN HRD PT WBN Desa-desa sekitar lokasi kegiatan: Kec. Weda : Ds. Lelilef Sawai, Ds Lelilef, Woebulan, Ds Kobe, Ds. Sawai, Ds. Itepo Woejerana, Ds Kulo Jaya, Ds Woekob Kec. Weda Utara: Ds. Gemaf, Ds. Sagea, Ds. Kiya, Ds. Fritu Kec. Weda: Ds. Sidanga, Ds. Fidi Jaya, Ds. Were, Ds. Nurweda Kec. Wasile Selatan: Ds. Nusa Jaya, Ds. Saolat, Ds. Waijoy, Ds. Minamin, Ds. Loloba, Ds. Ino Jaya, Ds. Ake Jawi, Ds. Ekorino, Ds. Ekor, Ds. Jikumoi, Tanure, Yawal Kec. Kota Maba: Ds. Maba Sangaji, Ds. Soagimalaha, Ds. Wailukum Waktu dan Frekuensi Pemantauan Selama kegiatan penerimaan karyawan berlangsung, dengan frekuensi 3 bulan sekali Institusi Pemantauan dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Sosial Dinas Sosial Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera Kementerian dan Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Dinas Provinsi Dinas Sosial Dinas Sosial Kementerian dan Kehutanan, Direktorat Pencegahan Dampak Usaha dan Kegiatan Dinas Provinsi Dinas Kabupaten Halmahera Dinas Kabupaten Halmahera VI-48

49 Gambar VI.6. Peta Rencana Pemantauan Addendum AMDAL Sumber: WBN, 2021 VI-49

50 Gambar VI.7. Peta Pemantauan Udara Ambient dan Kebisingan Sumber: WBN, 2021 VI-50

51 Gambar VI.8. Peta Rencana Pemantauan Kualitas dan Debit Sungai Sumber: WBN, 2021 VI-51

52 Gambar VI.9. Peta Pembuangan Air Kolam Sedimen ke Badan Air Sumber: Kajian Teknis Pembuangan Air Limbah PT WBN, 2021 VI-52

53 Gambar VI.10. Peta Pemantauan Kuantitas dan Kualitas Air Tanah Sumber: Kajian Teknis Pembuangan Air Limbah PT WBN, 2021 VI-53

54 Gambar VI.11. Peta Rencana Pemantauan Flora dan Fauna Sumber: WBN, 2021 VI-54

55 Gambar VI.12. Peta Rencana Pemantauan Erosi Tanah Sumber: WBN, 2021 VI-55

56 Gambar VI.13. Peta Rencana Pemantauan Sosial dan Budaya Sumber: WBN, 2021 VI-56

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG. KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/ j/! /1I.05/HK/2015

GUBERNUR LAMPUNG. KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/ j/! /1I.05/HK/2015 GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/ j/! /1I.05/HK/2015 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN BIDUP RENCANA KEGIATAN PENAMBANGAN EMAS DAN MINERAL PENGlKUTNYA DI KECAMATAN BARADATU, BANJIT, BLAMBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL)

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL) BAB VI RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL) 6.1 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 6.1.1 Tahap Pra-Konstruksi 6.1.1.1 Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya 6.1.1.1.1 Penguasaan Lahan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAMBANGAN. Reklamasi. Pasca Tambang. Prosedur. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Tabel Hasil Proses Pelingkupan Tabel 2.50. Hasil Proses No. menimbulkan A. Tahap Pra 1. Sosialisasi Permen 17 tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam ProsesAMDAL dan Izin Lingkungan terkena Sosial Budaya Munculnya sikap Evaluasi

Lebih terperinci

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang Peraturan Reklamasi dan Pascatambang Ir. Bambang Susigit, MT KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA Contents

Lebih terperinci

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA Antung Deddy Asdep Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Lebih terperinci

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No. 1211 k Tahun 1995 Tentang : Pencegahan Dan Penaggulangan Perusakan Dan Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum MENTERI PERTAMBANGAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Disampaikan pada acara:

Disampaikan pada acara: GOOD MINING PRACTICE Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Perhitungan Kontribusi Penurunan Beban Pencemaran Lingkungan Sektor Pertambangan DIREKTORAT TEKNIK

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara 4 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan

Lebih terperinci

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN PENDAHULUAN Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi berdampak terhadap air tanah dan air permukaan. Perubahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. AREAL. Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. PNBP. Penentuan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. AREAL. Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. PNBP. Penentuan. No.49, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. AREAL. Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. PNBP. Penentuan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor: P.56/Menhut-II/2008 TENTANG TATA CARA PENENTUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Kriteria Proper terdiri dari dua bagian yaitu: a. kriteria penilaian ketaatan; dan b. kriteria penilaian lebih dari ketaatan (beyond compliance).

Kriteria Proper terdiri dari dua bagian yaitu: a. kriteria penilaian ketaatan; dan b. kriteria penilaian lebih dari ketaatan (beyond compliance). Setelah calon peserta Proper telah terdata di sekretariat Proper, selanjutnya tim teknis Proper menetapkan daftar peserta Proper dengan mengacu kepada: a. kriteria peserta Proper; b. rencana strategis

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA

PELAKSANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA PELAKSANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA D I S A M P A I K A N P A D A : K A J I A N T E K N O L O G I R E K L A M A S I L A H A N P A S C A T A M B A N G B A T U B A R A D I P R O V I N S I

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA PT. ALNO AGRO UTAMA/PMA NAMA DOKUMEN Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Kebun Sumindo di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PPM) PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NO 41 TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR / 94 / 2012 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR / 94 / 2012 TENTANG GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 94 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. PERSADA KAPUAS PRIMA SELUAS 4.944 HEKTAR, KAPASITAS

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TANGGAL : PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN

Lebih terperinci

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/35; TLN NO. 3441 Tentang: RAWA Indeks:

Lebih terperinci

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2. Analisis Mengenai Dampak (AMDAL) 3. Pengelolaan Kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan harus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Aplikasi Website Pendataan dan PelaporanPenggunaan Lahan Pertambangan

Aplikasi Website Pendataan dan PelaporanPenggunaan Lahan Pertambangan Aplikasi Website Pendataan dan PelaporanPenggunaan Lahan Pertambangan http://www.djmbp.esdm.go.id/index_dbt.php Latar Belakang 1 2 3 Tujuan Cara Mengakses website Step 1 Step 2 www.themegallery.com Cara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN Menimbang : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pada umumnya setelah manusia berhasil menguasai sebidang

Lebih terperinci

2 Menteri Kehutanan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Penentuan Luas Areal Terganggu dan

2 Menteri Kehutanan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Penentuan Luas Areal Terganggu dan No. 1445, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Luas Areal Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. Pajak. Kawasan Hutan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.84/Menhut-II/2014

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

A.A Inung Arie Adnyano 1 STTNAS Yogyakarta 1 ABSTRACT

A.A Inung Arie Adnyano 1 STTNAS Yogyakarta 1 ABSTRACT PENILAIAN TINGKAT KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG PIT 2 PT. PIPIT MUTIARA JAYA DI KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA A.A Inung Arie Adnyano STTNAS Yogyakarta arie_adnyano@yahoo.com, ABSTRACT

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent No.1535, 2014. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LH. Sumber Tidak Bergerak. Usaha. Pertambangan. Baku Mutu Emisi. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BAKU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG DISAMPAIKAN PADA BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... INTISARI... ABSTRACT... BAB I

Lebih terperinci

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI BAB 4. RENCANA DAN PEMANTAUAN DOKUMEN EVALUASI HIDUP TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI TOLOK UKUR METODE HIDUP 1. Penurunan Kualitas Air permukaan Aktifitas Kantor Aktifitas

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 LAMPIRAN IX KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN TATA CARA PENGAWASAN LINGKUNGAN SERTA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BIDANG PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.84/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.84/Menhut-II/2014 TENTANG Maret 2012 2012-1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.84/Menhut-II/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.56/MENHUT- II/2008 TENTANG TATA CARA PENENTUAN LUAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

KAJIAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI TERHADAP LAHAN BEKAS PENAMBANGAN DI PT. SUGIH ALAMANUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI TERHADAP LAHAN BEKAS PENAMBANGAN DI PT. SUGIH ALAMANUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI TERHADAP LAHAN BEKAS PENAMBANGAN DI PT. SUGIH ALAMANUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Fanny Crosby Elisabeth Wona Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal 37 Peraturan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci

CARA PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN

CARA PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN CARA PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN keberadaan UU No.32 Tahun 2009 KHLS (Kajian Lingkungan hidup Strategis) Tata ruang Baku mutu lingkungan Kreteria baku kerusakan lingkungan Amdal UKL-UPL Perizinan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH

Lebih terperinci

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR ASPEK PENILAIAN 1 2 3 4 5 6 KETAATAN TERHADAP IZIN (IPLC) KETAATAN TERHADAP TITIK PENAATAN KETAATAN TERHADAP PARAMETER BAKU MUTU AIR LIMBAH KETAATAN TERHADAP

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 62 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. SUMUR PANDANWANGI LUAS AREAL

Lebih terperinci

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL adalah suatu telaah secara garis besar tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan atau diusulkan yang kemungkinan menimbulkan dampak lingkungan dari kegiatan

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN No. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN 1 Kepala Dinas 2 Sekretaris Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi penyelenggaraan program/kegiatan di bidang sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENCEMARAN PERAIRAN

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENCEMARAN PERAIRAN PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENCEMARAN PERAIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.59/DJ-PSDKP/2011 TENTANG PENGAWASAN PENCEMARAN PERAIRAN DIREKTORAT PENGAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia mengakibatkan tumbuhnya berbagai macam industri, baik industri yang langsung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) RENCANA (RKL) PENGEMBANGAN PROYEK LAPANGAN UAP PUSAT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI KARAHA BODAS KABUPATEN KABUPATEN PROVINSI AKHIR NOVEMBER 2009 LAMPIRAN 1 RENCANA PENGEMBANGAN LAPANGAN UAP & PLTP PANAS BUMI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.9/MENHUT-II/2010 TENTANG IZIN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS BINA MARGA, PENGAIRAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL

PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL A. PENJELASAN UMUM 1.

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 Tentang : Rawa

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 Tentang : Rawa Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 Tentang : Rawa Oleh : Presiden Republik Indonesia Nomor : 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal : 2 MEI 1991 (JAKARTA) Sumber : LN 1991/35; TLN NO. 3441 Presiden Republik

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 94 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP RENCANA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (UPHHK-HTI)

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa kegiatan usaha

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO Hal. 1 NO. PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR 1. SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN 1.1 Perizinan dan sertifikat. 1. Telah memiliki izin lokasi dari pejabat yang Pengelola perkebunan harus memperoleh

Lebih terperinci

Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ika Tri Novianti Siregar, Riko Suryanata, Indri Febriyanti,

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.226.00. Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004 KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004 KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004 TENTANG IZIN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KORIDOR UNTUK KEGIATAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 2

Lebih terperinci