Skripsi PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN OBJEK WISATA ALAM PANTAI KARSUT DI DESA KAMPALA KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO RISKAYANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Skripsi PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN OBJEK WISATA ALAM PANTAI KARSUT DI DESA KAMPALA KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO RISKAYANA"

Transkripsi

1 Skripsi PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN OBJEK WISATA ALAM PANTAI KARSUT DI DESA KAMPALA KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO RISKAYANA Nomor Stambuk : PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

2 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN OBJEK WISATA ALAM PANTAI KARSUT DI DESA KAMPALA KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Disusun dan Diajukan Oleh RISKAYANA Nomor Stambuk : Kepada PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015 ii

3 iii

4 iv

5 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Mahasiswa : Riskayana Nomor Stambuk : Program Studi : Ilmu Pemerintahan Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelas akademik. Makassar, Agustus 2015 Yang Menyatakan Riskayana v

6 ABSTRAK RISKAYANA: , Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut Di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto (dibimbing oleh Abdul Kadir Adys, dan Rudi Hardi). Penelitian ini mengkaji tentang partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Dan untuk mengetahui apa faktor yang menghambat dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Jenis penelitian adalah kualitatif dan analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Sementara informan dalam penelitian ini mulai dari : Kepala Desa Kampala 1 orang, Pemilik Pantai 1 orang, Anggota Pokdarwis 2 orang, pengurus pantai 1 orang, dan masyarakat 2 orang. Maka jumlah semua informan yang ada yaitu 7 0rang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto harus memperhatikan apa yang menjadi indikator dari partisipasi masyarakat yaitu peranserta atau keikutsertaan dalam perencanaan pengelolaan, pemberian sumbangan berupa ide/pendapat serta tenaga dan juga tanggungjawab. Ketiga indikator ini belum berjalan maksimal dapat terlihat dari keikutsertaan masyarakat Desa Kampala yang sudah mulai berkurang, dikarenakan apa yang mereka inginkan tidak sesuai dengan harapan mereka. Adapun faktor yang menghambat dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto yaitu keterbatasan dana, tidak adanya keterlibatan pemerintah daerah, serta sarana dan prasarana yang belum memadai. Kata Kunci: Partisipasi, Masyarakat, Pengelolaan, Objek,Wisata. vi

7 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum warhmatullahi wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut Di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. 2. A.Luhur Prianto, S.IP, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar 3. Abdul Kadir Adys, SH,MM selaku pembimbing I dan Rudi Hardi, S.Sos, M.Si. Selaku pembimbing II yang telah berkenang meluangkan waktu dan tenanganya dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang begitu berharga dari awal persiapan penelitian hingga selesainya skripsi ini. vii

8 4. Kedua Orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil. 5. Seluruh teman-teman mahasiswa di kelas VIII-F Jurusan Ilmu Pemerintahan yang tiada hentinya menjadi teman diskusi dan teman dalam segala hal mengenai urusan kampus dan perkuliahan. Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Makassar, Agustus 2015 Penulis Riskayana viii

9 DAFTAR ISI Halaman Pengajuan Skripsi... ii Halaman Persetujuan... iii Halaman Penerimaan Tim... iv Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah... v Abstrak... vi Kata Pengantar... vii Daftar Isi... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Kegunaan Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Partisipasi Pengertian Partisipasi Pengertian Partisipasi Masyarakat Bentuk dan Jenis Partisipasi Tujuan Partisipasi B. Konsep Pengelolaan Pariwisata Pengertian Pengelolaan Pengertian Pariwisata Pengertian Objek Wisata Alam Jenis-jenis Pariwisata Industri Pariwisata Peneglolaan Pariwisata C. Kerangka Pikir D. Fokus Penelitian E. Deskripsi Fokus Penelitian ix

10 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi B. Jenis dan Tipe Penelitian C. Sumber Data D. Informan Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik analisis Data G. Kengabsahan Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Kecamatan Arungkeke B. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto Peranserta dalam Perencanaan Sumbangan (ide/gagasan dan tenaga) Tanggungjawab C. Faktor Yang Menghambat Dalama Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut Di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto Keterbatasan Dana Tidak Adanya Kerjasama Dengan Pemerintah Daerah Sarana dan Prasarana Yang Belum Lengkap BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-Saran DAFTAR PUSTAKA x

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sumber daya alam yang tidak akan pernah habis. oleh karena itu sektor pariwisata harus dirawat dan dijaga keberadaannya. Dan sektor pariwisata juga merupakan salah satu penyumbang pendapatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Memasuki abad sekarang perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi masyarakat setempat yang menerima kedatangan wisatawan (tourist reseiving countries). Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, serta dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berfikir maupun sifat perkembangan itu sendiri. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kekayaan alam yang melimpah tidak terkecuali di Kabupaten Jeneponto, yang memiliki potensi alam yang tentunya dapat dimanfaatkan dalam bidang kepariwisataan sebagai sektor komoditi yang sangat baik bagi perekonomian masyarakat. Indonesia merupakan negara bahari dengan luas 7,7 juta km 2 yang terbagi atas kawasan berupa lautan 75 % (5,8 juta km 2 ) yang berupa dataran yang terdiri dari buah pulau yang terdiri atas pulau-pulau besar maupun kecil. Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) lautan terbesar didunia karena memiliki ekosistem-ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, dan padang lamun yang sangat luas dan beragam. 1

12 2 Sumber daya ikan diperkirakan terdapat kurang lebih jenis ikan terkandung dalam perairan pesisir dan dalam Indonesia. Indonesia juga memiliki panjang garis pantai km dengan berbagai potensi. Jika melihat kekayaan pesisir pantai tersebut, maka kawasan pesisir berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata (DTW), antaranya yaitu wisata pantai. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ataupun pengelolaan pariwisata bukan hanya berarti pengarahan tenaga kerja masyarakat secara sukarela, akan tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya masyarakat untuk mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan mau memperbaikki kualitas hidupnya. Partisipasi berarti peran serta dalam proses pengelolaan objek wisata baik dalam bentuk kegiatan, serta ikut memanfaatkan objek wisata yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Pelaku partisipasi sangat tergantung pada besar dan mutu peransertanya dalam proses pembangunan tergantung tingkat kemampuan serta kesempatannya untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan pengelolaan pariwisata tersebut (Hilyana, 2001:29). Menurut Undang-Undang No.10/2009 Tentang Kepariwisataan dalam sebuah pengelolaan pariwisata perlu direncanakan secara matang dengan memperhatikan segala aspek yang saling mempengaruhi agar tidak terjadi kesalahan yang akan berakibat pada objek wisata tersebut. Apalagi objek wisata tersebut memiliki nilai jual yang sangat berharga baik dari sejarahnya atau pun karena jumlahnya yang terbatas di dunia ini. Hal tersebut dapat dimulai dari potensi yang dimiliki suatu wilayah, adat istiadat, perkembangan ekonomi, sampai aspek politik.

13 3 Menurut Isbandi (2007:27) Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengevaluasi perubahan yang terjadi. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan dapat diukur secara nyata dalam aktivitas riil yang merupakan perwujudan program yang telah digariskan didalam kegiatan fisik. Dengan demikian ukurannya adalah bagaimana masyarakat memberikan sumbangan dalam hubungannya dengan kegiatan. Sumbangan tersebut dapat berupa uang, material (barang) dan juga tenaga. Dan sumbangan tersebut tidak tertutup kemungkinan dapat dilakukan secara ketiga-tiganya. Mengukur peranserta masyarakat dapat dilakukan dengan mengukur tingkat keterlibatan individu dalam kegiatan bersama yang diukur dengan skala yang dikemukakan oleh Chapin dan Goldhamer (Slamet, 1994:82-89), yaitu : a. Keanggotaan dalam organisasi b. Kehadiran dalam pertemuan c. Membayar iuran/sumbangan d. Keanggotaan dalam pengurusan e. Kedudukan keanggotaan dalam kepengurusan Tujuan dari partisipasi masyarakat untuk menghasilkan ide dan persepsi yang berguna untuk masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan (Center dalam Santoso, 1990:4) sebab dengan melibatkan masyarakat yang potensial terkena dampak

14 4 dari kegiatan, dari cara mengambil keputusan, kebutuhan dari pengharapan kelompok masyarakat, dan kelompok masyarakat itu menuangkannya dalam suatu konsep. Reaksi dari pandangan masyarakat saja akan membantu masyarakat itu sendiri dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas, arah dan kepentingan yang positif dari berbagai faktor. Pantai karsut ini awalnya adalah sebuah tempat pemancingan milik pribadi Andi Tahal Fasni Karaeng Sutte. Karena lokasinya yang berdekatan dengan pantai dan melihat banyaknya orang yang datang kesana maka masyarakat Desa Kampala berinisiatif memberikan ide/gagasan maupun saran kepada pemilik tempat untuk menjadikan pantai itu sebagai objek wisata. Setelah tempat pemancingan milik Andi Tahal Fasni Karaeng Sutte beralih menjadi sebuah tempat objek wisata maka partisipasi masyarakat sudah mulai berkurang terlihat dari sudah tidak adanya lagi masyarakat di Desa Kampala yang ingin ikut berpartisipasi dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut, mulai dari pemberian tenaga maupun sumbangan lainnnya. Padahal awalnya masyarakatlah yang pertama kali mengusulkan untuk menjadikan tempat pemancingan tersebut sebagai objek wisata. Hal itu dikarenakan tidak sesuainya antara tujuan dengan harapan masyarakat lagi sehingga pengelolaan objek wisata Pantai Karsut sudah kurang optimal lagi. Pengembangan potensi wisata alam dalam daerah dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dengan melibatkan peran pemerintah daerah dalam pengelolaan wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala. Dengan demikian pendapatan asli daerah yang merupakan gambaran potensi keuangan pada

15 5 umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang berupa objek wisata. Selain itu jika dilihat objek wisata yang ada di Pantai Karsut memilik ini jual yang sangat tinggi dan dapat menarik minat para wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Serta dapat membuka peluang bisnis bagi warga setempat yang tinggal di sekitar Pantai Karsut. Sehingga mampu meningkatkan perekonomian bagi masyarakat Desa Kampala. Dan juga apabila pemerintah daerah ikut berpartisipasi dalam pengelolaan objek wisata yang ada di Desa Kampala, otomatis pendapatan asli daerah (PAD) akan bertambah. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Obyek Wisata Alam Pantai Karsut Di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto? 2. Apa faktor yang menghambat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

16 6 C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian sesuai dengan disiplin ilmu penelitian, maka peneliti yang dilaksanakan berdasarkan atas bidang ilmu pemerintahan, dan terkhusus membahas membahas masalah Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Obyek Wisata Alam Pantai Karsut Di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. b. Untuk mengetahui apa faktor yang menghambat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. 2. Kegunaan Penelitian Dari hasl penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut : a. Penelitian ini akhirnya dapat berguna bagi masyarakat di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto agar bsa meningkatkan partisipasinya terutama dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut. b. Penelitian ini selanjutnya dapat mengembangkan dan melanjutkan pada ruang lingkup yang lebih luas.

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Partisipasi Marsyarakat 1. Pengertian Partisipasi Kata partisipasi berasal dari bahasa latin partisipare yang mempunyai arti mendalam dalam bahasa Indonesia mengambil bagian atau turut serta. Partisipasi adalah keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggungjawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama. (Sastrodipoetra 1988). Sedangkan menurut White dalam Sastrodipoetra (1988) partisipasi diartikan, keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaannya terhadap proyek-proyek pembangunan. Menurut Koentjaraningrat dalam Slamet (1994) terdapat dua (2) pengertian mengenai partisipasi, dalam kaitannya dengan pembangunan antara lain : (i) partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam aktivitas-aktivitas dalam proyek-proyek pembangunan khusus. (ii) partisipasi sebagai individu di luar aktivitas dalam pembangunan. Rahardjo dalam Mardijono (2008:19) mengemukakan partisipasi diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Lebih lanjut dijelaskan partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan. Pada dasarnya partisipasi dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi yang bersifat swakarsa dan partisipasi yang bersifat simobilisasikan. Partisipasi 7

18 8 swakarsa mengandung arti bahwa keikutsertaan dan peran sertanya atas dasar kesadaran dan kemauan sendiri, sementara partisipasi yang dimobilisasikan memiliki arti keikutsertaan dan berperan serta atas dasar pengaruh orang lain. Pusic dalam Purnamasari (2008:51-52), menyatakan bahwa Perencanaan pembangunan tanpa memperhatikan partisipasi masyarakat akan menjadi perencanaan di atas kertas. Berdasarkan pandangannya, partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dari 2 hal yaitu: a. Partisipasi dalam perencanaan Segi positif dari partisipasi dalam perencanaan adalah programprogram pembangunan yang telah direncanakan bersama sedangkan segi negatifnya adalah adanya kemungkinan tidak dapat dihindari pertentangan antar kelompok dalam masyarakat yang dapat menunda atau bahkan menghambat tercapainya keputusan bersama. Disini dapat ditambahkan bahwa partisipasi secara langsung dalam perencanaan hanya dapat dilaksanakan dalam masyarakat kecil, sedangkan untuk masyarakat yang besar sukar dilakukan. Namun dapat dilakukan dengan sistem perwakilan. b. Partisipasi dalam pelaksanaan Segi positif dari Partisipasi dalam pelaksanaan adalah bahwa bagian terbesar dari program (penilaian kebutuhan dan perencanaan program) telah selesai dikerjakan. Tetapi segi negatifnya adalah kecenderungan menjadikan warga negara sebagai obyek pembangunan, dimana warga hanya dijadikan pelaksana pembangunan tanpa didorong untuk mengerti dan menyadari

19 9 permasalahan yang mereka hadapi dan tanpa ditimbulkan keinginan untuk mengatasi masalah. Sehingga warga masyarakat tidak secara emosional terlibat dalam program yang berakibat kegagalan seringkali tidak dapat dihindari. Keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat mutlak harus dilakukan dalam partisipasi dan bukan hanya keterlibatan mental semata, tetapi harus disertai dengan keterlibatan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan. Satropoetro dalam Apriyani (2012:34), mengemukakan ada tiga buah unsur penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan partisipasi yaitu : 1. Bahwa partisipasi, keikutsertaan, keterlibatan atau peranserta, sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmani. 2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa kesukarelaan untuk membantu kelompok. Seseorang menjadi anggota dengan segala nilainya. 3. Unsur ketiga adalah unsur tanggungjawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Diakui sebagai anggota artinya ada rasa (sense of belongingnes). Senada dalam Purnamasari (2008:56-57), mengemukakan kriteriakriteria dari perencanaan partisipatif sebagai berikut: 1. Adanya pelibatan seluruh stakeholder.

20 10 2. Adanya upaya pembangunan institusi masyarakat yang kuat dan legitimate. 3. Adanya proses politik melalui negosiasi yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan kesepakatan bersama (collective agreement). 4. Adanya usaha pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pembelajaran kolektif yang merupakan bagian dari proses demokratisasi. Pembangunan adalah proses partisipasi, secara lebih luas, partisipasi dipandang sebagai suatu proses yang dinamis dan berdimensi jamak. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bukan hanya berarti pengarahan tenaga kerja masyarakat secara sukarela, akan tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya masyarakat untuk mau memanfaatkan kesempatankesempatan memperbaiki kualitas hidupnya. Partisipasi berarti peranserta dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Besarnya manfaat pembangunan yang dapat dinikmati oleh masyarakat pelaku partisipasi sangat tergantung pada besar dan mutu peransertanya dalam proses pembangunan itu, sedangkan besar dan mutu peransertanya dalam proses pembangunan tergantung pada tingkat kemampuan serta kesempatannya untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan tersebut (Hilyana 2001:29). 2. Pengertian Partisipasi Masyarakat Menurut Habitat defenisi tentang partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut : participation is a proses of involving people; especially

21 11 those directly effected, to define the problem involve solutions with them. (Habitat 1997;29) Partisipasi masyarakat dapat simpulkan sebagai pembentukan kerja sama yang berdasarkan pada kepercayaan dan keterbukaan. Menutut Habitat partisipasi masyarakat bukanlah untuk ; a. Menyuruh masyarakat untuk melakukan pekerjaan pada proyek-proyek pemerintah yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat. b. Menanyakan pendapat masyarakat tentang program yang telah dipersiapkan, untuk selanjutnya membuat perubahan-perubahan kecil. c. Meminta masyarakat untuk membayar sebagaian biaya proyek atau kegiatan yang dilakukan (Habitat;1997:32) Menurut Isbandi (2007:27) Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengevaluasi perubahan yang terjadi. Manurut Slamet (1994) tipe partisipasi masyarakat digolongkan menjadi 9 penggolongan diantaranya a) Partisipasi berdasarkan pada derajat kesukarelaan b) Penggolongan berdasarkan pada cara keterlibatan c) Penggolongan berdasarkan pada keterlibatan dalam berbagai tahap proses pembangunan d) Penggolongan berdasarkan tingkat organisasi e) Penggolongan berdasarkan pada intensitas dan frekuensi kegiatan f)

22 12 Penggolongan berdasarkan pada lingkup kegiatan g) Penggolongan berdasarkan pada efektivitas h) penggolongan berdasarkan pada siapa yang terlibat. i) Penggolongan berdasarkan gaya partisipasi. Untuk mengukur peranserta masyarakat dapat dilakukan dengan mengukur tingkat keterlibatan individu dalam kegiatan bersama yang diukur dengan skala yang dikemukakan oleh Chapin dan Goldhamer (Slamet, 1994:82-89), yaitu : f. Keanggotaan dalam organisasi. g. Kehadiran dalam pertemuan. h. Membayar iuran/sumbangan.keanggotaan dalam pengurusan. i. Kedudukan keanggotaan dalam kepengurusan. Dari skala tingkat peran serta individu dapat disimpulkan secara singkat bahwa untuk mengukur peran peranserta masyarakat berdasarkan aspek : 1. Frekuensi kehadiran anggota kelompok dalam pertemuan. 2. Keaktifan anggota kelompok dalam berdiskusi dalam pembahasan permasalahan. 3. Keterlibatan anggota dalam kegiatan fisik. 4. Kesedian memberikan iuran atau sumbangan berbentuk uang yang telah ditetapkan. 3. Bentuk Dan Jenis Partisipasi Masyarakat Davis (dalam Oktami, 2013:16) mengemukakan bentuk dan jenis partisipasi masyarakat sebagai berikut. Bentuk Partisipasi: (a) konsultasi, jasa;

23 13 (b) sumbangan spontan dalam bentuk barang dan jasa; (c) mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari sumbangan industri/ instansi yang berada di luar lingkungan tertentu; (d) mendirikan proyek yang bersifat berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh komunikasi (rapat desa); (e) sumbangan dalam bentuk kerja biasanya dilakukan oleh tenaga ahli setempat; (f) aksi swasta; (g) mengadakan pembangunan dikalangan sendiri. Jenis jenis partisipasi: (a) pikiran (phychological participation); (b) tenaga (physical participation); (c) pikiran dan tenaga (physichological and physical participation); (d) keahlian (participation with skill); (e) barang (material participation); (f) uang (money participation). 4. Tujuan Partisipasi Masyarakat Tujuan dari partisipasi masyarakat untuk menghasilkan ide dan persepsi yang berguna untuk masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan (Center dalam Santoso, 1990:4) sebab dengan melibatkan masyarakat yang potensial terkena dampak dari kegiatan dari cara mengambil keputusan, kebutuhan dari pengaharapan kelompok masyarakat, dan kelompok masyarakat itu menuangkannya dalam suatu konsep. Reaksi dari pandangan masyarakat saja akan membantu masyarakat itu sendiri dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas, arah dan kepentingan yang positif dari berbagai faktor.

24 14 B. Konsep Pengelolaan Pariwisata 1. Pengertian Pengelolaan Pengertian pengelolaan dalam kamus umum bahasa Indonesia memberikan penjelasan sebagai berikut : a. (1) proses, cara pembuatan mengelola, (2) proses melakukan perbuatan tertentu dengan menggerakan tenaga orang lain, (3) proses yang membentuk merumuskan kebijakan dan tujuan organisasi, dan (4) proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. b. Manajemen adalah suatu proses yang membedakan atau perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasaan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pengelolaan adalah suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasaan. a. Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah suatu pemeliharaan yang berhubungan dengan waktu yang akan datang dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatankegiatan yang diusulkan demi mencapai hasil yang dikehendaki. b. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan, dan pegaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan.

25 15 c. Pelaksanaan (Acuntting) Pelaksanaan adalah usaha agar setiap anggota kelompok mengusahakan pencapaian tujuan dengan berpedoman dengan pada perencanaan dan usaha pengorganisasian. d. Pengawasan (Controlling) Pengawasan adalah proses penentuan apa yang seharusnya diselesaikan yaitu penilaian, pelaksanaan, bila perlu melakukan tindakan korektif agar pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana. 2. Pengertian Pariwisata Secara etimologi pariwisata berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari dua kata yaitu Pari dan Wisata. Pari berarti berulang-ulang, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian, jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara beputar-putar, berulang-ulang atau berkali-kali. Kemudian dijelaskan oleh (Pitana I Gede, 2009 : 5) Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafka ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

26 16 Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. The Association International Des Experts Scientifique Du Tourisme (AIEST) mendefinisikan pariwisata sebagai keseluruhan hubungan dan fenomena yang timbul akibat perjalanan dan pertinggalan (stay) pada pendatang, namun yang dimaksud pertinggalan bukan berarti untuk bermukim tetap. Menurut Kurt Morgentroth dalam Yoeti (1984:117), Pariwisata dalam arti sempit adalah lalu-lintas orang-orang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu, untuk berpesiar di tempat lain semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonamian dan kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayannya atau keinginan yang beraneka ragam dari pribadinya. Gunawan, M.P. dalam Suwantoro, (2004:115) mengemukakan bahwa pengertian pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang yang tinggal di tempat lain di luar lingkungan tempat tinggalnnya untuk waktu kurang dari satu tahun terus-menerus dengan maksud bersenang-senang, berniaga dan keperluan-keperluan lainnya. Pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu pengertian pariwisata yaitu suatu kegiatan yang melibatkan orang-orang yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu dalam kurun waktu tertentu dan bukan mencari nafka.

27 17 3. Pengertian Objek Wisata Alam Objek wisata dan atraksi wisata atau tourism resource adalah segala sesuatu yang ada didaerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Salah satu unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah objek wisata dan atraksi wisata. Secara pintas produk dengan objek wisata serta atraksi wisata seolah-olah memiliki pengertian yang sama, namun sebenarnya memiliki perbedaan `secara prinsipil. Menurut Yoeti, (1996 : 172) menjelaskan bahwa diluar negeri terminology objek wisata tidak dikenal, disana hanya mengenal atraksi wisata yang mereka sebut dengan nama Tourist Attaction sedangkan negara Indonesia keduanya dikenal dan keduanya memiliki pengertian masing-masing. Menurut Fandeli dalam Widyasmi (2012:17), objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan objek wisata alam adalah objek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan sumber daya alam dan tata lingkungannya. Adapun pengertian objek wisata yaitu : semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja. Sedangkan pengertian dari pada atraksi wisata yaitu: sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati, dan

28 18 dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan. Mengenai pengertian objek wisata, maka dapatlah dilihat beberapa sumber acuannya, antara lain: 1. Peraturan Pemerintah No. 24/1979 menjelaskan bahwa objek wisata adalah : perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. 2. SK. MENPARPOSTEL No: KM. 98/PW.102/MPPT-87 menjelaskan bahwa objek wisata adalah : tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan. (Ismatanti.2008:10) Namun pada dasarnya objek wisata dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat itu. Suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang baik harus dikembangkan 3 (tiga) hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi, yaitu: a. Adanya Something to see maksunya adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat. b. Adanya Something to maksudnya adalah sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli.

29 19 c. Adanya Something to do maksudnya sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan ditempat itu. Ketiga hal diatas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: a. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada dan serupa dengan objek wisata di tempat lain. b. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali bidang pembangunan dan pengembangan. c. Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai cirri-ciri khas tersendiri. d. Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat. (Editor : N. Raymond Frans) Konsep dan defenisi tentang pariwisata, serta klasifikasinya perlu ditetapkan dikarenakan sifatnya yang dinamis. Dalam kepariwisataan menurut Liper dalam Cooper et.al (1998:5) terdapat tiga elemen utama yang menjadikan kegiatan tersebut bisa terjadi yaitu: a. Wisatawan adalah aktor dalam kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah pengalaman untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa didalam kehidupan. b. Elemen Geografi pergerakan wisatawan berlangsung pada tiga area geografis seperti berikut ini:

30 20 1. Daerah Asal Wisatawan (DAW) daerah tempat asal wisatawan berada, tempat ketika ia melakukan aktivitas keseharian, seperti bekerja, belajar, tidur dan kebutuhan dasar lain. 2. Daerah Transit (DT) Tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah itu, namun seluruh wisatawan akan melalui daerah tersebut sehingga peranan daerah transitpun penting. c. Daerah Tujuan Wisata : Daerah ini sering dikatakan sharp end (ujung tombak) pariwisata. Di DTW ini dampak pariwisata sangat dirasakan sehingga dibutuhkan perencanaan dan strategi manajemen yang tepat. Dalam undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa: a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang akan dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi pengembangan pribadi. b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisatawan. c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. d. Kepariwisatawaan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multi dimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud setiap orang.

31 21 4. Jenis-Jenis Wisata a. Wisata Agro ; ragam pariwisata baru yang dikaitkan dengan industri pertanian, misalnya wisata durian pada saat musim durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turun terjun aktif menanam padi dan memandikan kerbau disungai. b. Wisata Belanja ; dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian dari jenis pariwisata lain, misalnya bandung dengan pusat Jens di Jl.Cihampelas, Sidoarjo dengan pusat tas di Tanggulangin. c. Wisata Budaya ; berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi misalnya mudik lebaran setahun sekali atau ada pariwisata budaya yang digelar pada saat-saat tertentu, misalnya : Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta, Ngaben di Bali, Labuhan di Cilacap, Pemakaman Jenazah di Tana Toraja. d. Wisata Ikllim ; bagi negara yang beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar dilakukan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain hanya untuk berburu pada sinar matahari. Begitu juga untuk masyarakat tropis seperti Indonesia, penduduk kota pantai berwisata ke pegunungan dan sebaliknya. e. Wisata Karya ; jenis pariwisata yang parawisatawannya berkunjung dengan maksud dinas atau tugas-tugas lain, misalnya : peninjauan/inspeksi daerah, segi lapangan. f. Wisata Kesehatan ; berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu penyakit.

32 22 g. Wisata Konvensi atau Seminar ; dilakukan dengan sengaja memilih salah satu daerah tujuan wisata (DTW) sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya pengembangan DTW yang bersangkutan. h. Wisata Niaga ; berkaitan dengan kegiatan perniagaan (usaha perdagangan), wisatawan datang karena ada urusan perniagaan ditempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga ada disana. 5. Industri Pariwisata Industri Pariwisata adalah gambaran suatu industri suatu bangunan pabrik yang mempunyai cerobong dan menggunakan mesin-mesin tetapi industri pariwisata merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lain. Produk industri pariwisata adalah semua jasa yang diberikan oleh macam-macam perusahaan, semenjak seorang wisatawan meninggalkan tempat kediamannya, sampei di tempat tujuan, hingga ke tempat asalnya. Sedangkan produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang salin terkakit, yaitu jasa yang dihasilakan dari berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial), dan jasa alam. Sejak calon wisatawan memilih-milih destinasi yang akan di kunjungi dan merencanakan meninjau obyek dan melakukan berbagai kegiatan di daerah tujuan, mulailah industri informasi memasuki lahan kepariwisataan. Selanjutnya, sepanjang perjalanan dari rumah sampai

33 23 destinasi dan kembali ke rumah, berbagai macam produk industri menjadi bagian pariwisata. Pengangkutan, perhotelan, perbankan, rumah makan, pertokoan, produk seni budaya, komunikasi pakaian dan lain-lain. (Suswantoro : 2007) 1. Sektor Daya Tari/Atraksi Wisata ( The Attaction Sector) Sektor ini berfokus pada daya tarik atau atraksi wisata bagi wisatawan. Lokasi utamanya berada pada daerah tujuan wisatawan di daerah transit. Misalnya taman budaya, hiburan, even olah raga, dan peninggalan budaya. 2. Sektor Tour Operator (The Tour Operator Sector ) mengcakup perusahaan penyelenggaraan dan penyedia paket wisata. Perusahaan ini membuat dan mendesain paket perjalanan dengan memilih dua atau lebih komponen (baik tempat, paket, atraksi wisata) 3. Sektor Pendukung/rupa-rupa (The Miscellaneous Sector) sektor ini mengcakup pendukung terselenggaranya kegiatan wisata baik di negara/tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit, maupun di negara/tempat tujuan wisata. Misalnya toko oleh-oleh (Souvenir). 4. Sektor Pengkoordinasi/regulator (The Coordinatting Sector) mengcakup peran pemerintah selaku regulator dan asosiasi di bidang pariwisata selaku penyelenggara pariwisata, baik ditingkat lokal, regional, maupun internasional. Sektor ini biasanya menangani perencanaan dan fungsi manajerial untuk membuat sistem koordinasi antara seluruh sektor dalam industri pariwisata. Disamping itu,

34 24 pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip keseimbangan antar berbagai elemen yang saling berinteraksi dan mempengaruhi prinsip-prinsip keseimbangan yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut : (Kodyat H, 2010 : 5-13) a. Pembangunam versus konvers pariwisata tidak hanya menyangkut bagaimana membangun dan mengelola suatu kawasan menjadi objek wisata, namun mengelolanya harus mempertimbangkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan proteksi baik terhadap aspek ekonomi, budaya dan lingkungan. Keseimbangan antara pembangunan dan konservasi menjadi faktor yang esensial bagi keberlanjutan pariwisata. b. Penawaran versus permintaan Pengelolaan pariwisata harus memperhatikan keseimbangan antara sisi penawaran (supply) dan pemerintah (daymand). Penawaran mewakili produk pariwisata seperti wisata alam, akomodasi, dan gaya lokal, sarana rekreasi, aktivitas budaya dan sebagainya. Sedangkan permintaan mengacu kepada pasar pariwisata, yaitu wisatawan tipe apa yang akan disasar, berapa jumlah yang akan berwisata, dimana mereka akan menginap, berapa uang yang mereka akan keluarkan, kegiatan menarik apa yang mereka lakukan, dan sebagainya. Menmyeimbangkan penawaran dan permintaan merupakan salah satu kunci untuk tetap suksesnya pariwisata. Penekanan salah satu atas lainnya akan membawa masalah di masa yang akan datang.

35 25 c. Keuntungan versus biaya Pengelolaan pariwisata harus memperhatikan dan memastikan bahwa ada keseimbangan distribusi keuntungan (benefit) dan biaya (cozt). Hal ini menyangkut investasi yang cukup pengalokasian fee untuk mengatasi dampak aktivitas pariwisata, pengembalian yang oktimal atas biaya sosial, ekonomi dan budaya bagi penduduk lokal, insentif dan bersasaran pajak yang wajar. Dalam rangka menciptakan pengelolaan pariwisata yang mampu membiayai diri sendiri (economically self-sufficient) perlu di susun kebijakan financial dan fiscal yang wajar disamping juga harus memperlihatkan faktor non ekonomi seperti biaya menjadi salah satu penentu keberlanjutan pariwisata. d. Manusia versus lingkungan Tatanan pengelolaan pariwisata dalam mencari keseimbangan antara tradisional ways dengan practices. Disamping beberapa kawasan wisata, penduduk lokal kadang belum bahkan tidak menerapkan metode konservasi dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Hal itu mungkin disebabkan oleh ketersediaan sumber daya di masa lalu. Cepat atau lambat kondisi itu tidak akan bertahan mengingat pertumbuhan penduduk yang begitu cepat yang secara alami akan memerlukan ruang dan sumber daya untuk hidup dan penghidupannya. Keberagaman pariwisata dapat diarahkan sebagai wahana penyeimbang antara kepentingan kebutuhan manusia dan kelestarian

36 26 lingkunga. Pariwisata hendaknya menyediakan metode untuk mengelola lingkungan yang lestari baik melalui konsep kawasan konservasi, pembaharuan sumber daya alam, daur ulang dan sebagainya. Tentu saja usaha pelestarian lingkungan ini bisa berjalan jika sejalan dengan tata nilai dan norma yang dianut komunitas lokal. Melalui proses pendidikan dan pembelajaran dapat diusahakan perubahan perilaku dan kebiasaan komunitas lokal yang merugikan lingkungan, seperti pembuangan sampah sembarangan, penghancuran terumbu karang dan perusakan pantai, pembalakan liar, pengambilan sumber daya yang melebihi kapasitas normal, serta praktek-praktek tradisional yang merugikan lainnya. Sebaliknya penekanan dan penguatan atas nilai-nilai lokal yang mendukung kelestarian lingkungan perlu diakui. 6. Pengelolaan Pariwisata Menurut Sastrayuda (2010:6-7) mengemukakan dalam perencanaan pengelolaan meliputi : a. Pendekatan Participatory Planning, dimana seluruh unsur yang terlibat dalam perencanaan dan pengembangan kawasan objek wisata diikutsertakan baik secara teoritis maupun praktis. b. Pendekatan potensi dan karakteristik ketersediaan produk budaya yang dapat mendukung keberlanjutan pengelolaan kawasan objek wisata. c. Pendekatan pemberdayaan masyarakat, adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan

37 27 kemampuannya agar tercapai kemampuan baik yang bersifat pribadi maupun kelompok. d. Pendekatan kewilayahan, faktor keterkaitan antar wilayah merupakan kegiatan penting yang dapat memberikan potensinya sebagai bagian yang harus dimiliki dan diseimbangkan secara berencana. e. Pendekatan optimalisasi potensi, dalam optimalisasi potensi yang ada di suatu desa seperti perkembangan potensi kebudayaan masih jarang disentuh atau digunakan sebagai bagian dari indikator keberhasilan penggembangan. Menurut Spillane dalam Sari (2011:45-47) ada lima unsur industri pariwisata yang sangat penting, yaitu: a) Attractions (daya tarik) Attractions dapat digolongkan menjadi site attractions dan event attractions. Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah tujuan wisata seperti kebun binatang, keratin, dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya dapat diubah atau dipindah dengan mudah seperti festival-festival, pameran, atau pertunjukan-pertunjukan kesenian daerah. b) Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan) Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat

38 28 tujuan wisata wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan. Fasilitas-fasilitas dan jasa pelayanan yang diperlukan untuk pengembangan objek wisata, antara lain meliputi: a. Operasional tour dan travel, b. Restoran, kafe dan tempat sejenis lainnya, c. Toko atau penjual barang-barang kerajinan, souvenir dan kebutuhan sehari hari, d. Bank, money changer, serta fasilitas jasa keuangan lainnya, e. Kantor informasi objek wisata, f. Jasa layanan pribadi, g. Fasilitas dan jasa pelayanan kesehatan, h. Fasilitas keamanan (kantor polisi), i. Fasilitas kemudahan masuk dan keluar area wisata & imigrasi. c) Infrastructure (infrastruktur) Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur dari suatu daerah sebenarnya dinikmati baik oleh wisatawan maupun rakyat yang juga tinggal di sana, maka ada keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Pemenuhan atau penciptaan infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata. Sebagai pelengkap, infrastruktur antara lain: a. Air, Listrik, Telekomukasi,

39 29 b. Persampahan dan Pembuangan Limbah. d) Transportations (transportasi) Dalam objek wisata kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan pariwisata. Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala pariwisata. Fasilitas dan jasa layanan transportasi, antara lain meliputi: a. Akses transportasi masuk ke area pengembangan, b. Sistem transportasi internal penghubung lokasi wisata dan area pengembangannya, c. Transportasi dalam area pengembangan, d. Semua jenis fasilitasi dan layanan yang berkaitan dengan transportasi darat, air dan udara e) Hospitality (keramahtamahan) Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata.

40 30 Pengertian objek wisata adalah sumberdaya alam, buatan dan budaya yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan. Pada umumnya daya tarik wisata menurut Suwontoro (2007) dipengaruhi oleh : a. Adanya sumber atau objek yang dapat menimbulkan rasa senang, nyaman, dan bersih. b. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjungi. Adanya arti khusus yang bersifat langka. c. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. d. Objek wisata alam mempunyai daya tarik yang tinggi karena keindahannya, seperti keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya. Menurut Mariotto dalam Arsyadha (2002:27) yang merupakan objek dan atraksi wisata adalah : a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang istilah pariwisata disebut dengan natural amenities b. Hasil cipta manusia (man made supply) c. Tata cara hidup (the way of life) Tersedianya objek wisata dan daya tarik wisata merupakan salah satu syarat yang harus tersedia dalam pengembangan pariwisata. Karena objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Jadi, dalam pengelolaan objek wisata alam pantai karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten

41 31 Jeneponto harus memperhatikan potensi objek wisata yang ada, serta daya tarik wisata yang tersedia. Pengelolaan pariwisata berpengaruh positif terhadap perluasan peluang usaha da kerja. Peluang tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, homestay, restaurant, warung, pedagang asongan, sarana dan olahraga, jasa dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat pesisir untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk menunjang kehidupan rumah tangganya (Suwantoro dalam Aziz, 2003: 17). Selanjutnya Suwantoro dalam Aziz (2003:17-18) mengemukakan bahwa pertumbuhan pariwisata telah mampu memberikan berbagai keutungan sosial, ekonomi, dan lingkungan pada berbagai wilayah pesisir. Kecenderungan wisatawan untuk menikmati wisata di wilayah pesisir telah mendorong pertumbuhan di wilayah tersebut, mengakibatkan semakin banyaknya masyarakat terlibat dalam kegiatan pariwisata seperti peningkatan fasilitas dan aksesibilitas. Menurut Suwantoro dalam Aziz (2003:19-20) manfaat pembangunan pariwisata, yaitu : 1. Bidang ekonomi, yaitu (a) dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, baik secara langsung maupun tidak langsung; (b) meningkatkan devisa, mempunyai peluang besar untuk mendapatkan devisa dan dapat mendukung kelanjutan pembangunan di sektor lain;

42 32 (c) meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dengan belanja wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung; (d) meningkatkan penjualan barang-barang lokal keluar; dan (e) menunjang pembangunan daerah, karena kunjungan wisatawan cenderung tidak terpusat di kota melainkan pesisir, dengan demikian sangat berperan dalam menunjang pembangunan daerah. 2. Bidang sosial budaya, dengan keanekaragaman sosial budaya merupakan modal dasar bagi pengembangan pariwisata. Oleh karena itu harus mampu melestarikan dan mengembangkan budaya yang ada. 3. Bidang lingkungan hidup, karena pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk pariwisata pada dasarnya adalah lingkungan yang menarik, maka penhembangan wisata alam dan lingkungan senantiasa menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup, melalui perencanaan yang teratur dan terarah. C. Kerangka Pikir Pengelolaan pariwisata harus merupakan pengelolaan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomis, sosial dan kultural. Pengelolaan tersebut harus mengintergrasikan pengelolaan pariwisata dalam program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan obyek wisata alam Pantai Karsut sangat ditentukan oleh bagaimana partisipasi masyarakat dalam

43 33 keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat mulai dari perencanaan sampai dengan proses pelaksanaan. Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada unsur-unsur partisipasi yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Dalam partisipasi ada unsur-unsur penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan partisipasi yaitu: unsur pertama bahwa partisipasi, keikutsertaan, keterlibatan atau peranserta, sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari itu semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmani. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa kesukarelaan untuk membantu kelompok. Seseorang menjadi anggota dengan segala nilainya. Unsur ketiga adalah unsur tanggungjawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Diakui sebagai anggota artinya ada rasa (sense of belongingnes). Namun untuk melaksanakan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan obyek wisata ini, tidak akan berjalan semudah yang dibayangkan, akan selalu ada faktor yang menghambat dalam pelaksanaanya maka pelaksanaan pengelolaan akan lebih cepat begitupun sebaliknya. Ketika pengelolaan yang dilakukan berjalan dengan baik, maka hasilnya adalah meningkatkan efektivitas partisipasi masyarakat. Dan akhirnya akan berimbas kepada masyarakat setempat yang tinggal disekitar Pantai Karsut dan itu menandakan keberhasilan pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat dalam

44 34 upaya pengelolaan obyek wisata, khususnya Obyek Wisata Alam Pantai Karsut. Bagan Kerangka Pikir Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut. Indikator 1. Peranserta (Perencanaan) 2. Sumbangan 3. Tanggungjawab Faktor penghambat 1. Keterbatasan Dana 2. Tidak ada kerjasama dengan pemerintah daerah. 3. Sarana dan prasarana yang belum lengkap. Efektivitas Partisipasi D. Fokus Penelitian Yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Dan apa faktor yang menghambat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. E. Deskripsi Fokus Penelitian Yang menjadi deskripsi fokus penelitian adalah : 1. Partisipasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

45 35 a. Peranserta dalam perencanaan pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut. b. Sumbangan yang dimaksud adalah materi, barang dan jasa c. Tanggungjawab yang dimaksud dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut adalah tanggungjawab dalam pengelolaaan keuangan yang masuk di Pantai Karsut. 2. Perencanaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peralihan objek dari tempat pemancingan menjadi objek wisata 3. Sumbangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberian ide/gagasan maupun materi. 4. Tanggungjawab yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut. 5. sfaktor-faktor yang menghambat dalam penelitian ini adalah a. Keterbatasan dana untuk mengelola Pantai Karsut. b. Tidak adanya kerjasama dengan pemerintah daerah. c. Fasilitas sarana dan prasarana yang belum lengkap.

46 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini kurang lebih 2 bulan dan adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arugkeke Kabupaten Jeneponto. Alasan pemilihan lokasi ini berdasarkan pada keinginan penulis untuk melihat bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan obyek wisata di Pantai Karsut serta faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pengelolaan obyek wisata alam Pantai Karsut. B. Tipe dan Dasar Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Obyek Wisata Alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arugkeke Kabupaten Jeneponto 2. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Alam Karsut. C. Sumbar Data 1. Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawangcara langsung dari informan berupa informasi dan persepsi serta tanggapan yang 36

47 37 berkaitan dengan penelitian ini yaitu dengan melakukan wawancara (interview) dengan beberapa informan yang terkait. 2. Data Sekunder adalah mengcakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang mewujud laporan dan sebagainya. Dalam hal ini yang menjadi data sekunder yaitu buku-buku yang berhubugan dengan masalah yang diteliti yang berisi informasi penting. D. Informan Dalam penelitian ini penulis menggunakan purposive sampling atau dengan sengaja penulis memilih informan. Informan merupakan sasaran objek peneliti yang akan menjadi sumber informasi dalam pengumpulan data-data primer melalui proses observasi dan wawancara lapangan. Target peneliti yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah betul-betul warga yang memahami langsung dalam pengelolaan objek wisata pantai karsut dikabupaten jeneponto. Dalam ini yang dimaksud adalah : Tabel 01 Nama-Nama Informan No Nama Jabatan Ket 1 Hj. Rosmiati Karaeng Kenang Kepala Desa Kampala 1 Orang 2 Dr.A.Tahal Fasni Karaeng Sutte Pemilik Pantai Karsut 1 Orang 3 Bakri Dg Jarre Penjaga Pantai Karsut 1 Orang 4 Suryati Anwar Wakil Ketua Pokdarwis 1 Orang 5 Muh Ilyas Anggota Pokdarwis 1 Orang 6 Jufri Ady Masyarakat 1 Orang 7 Muh. Ramli Masyarakat 1 Orang Jumlah 7 Orang

48 38 E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung dilapangan. 2. Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung terhadap informan yang telah ditentukan. 3. Dokumentasi adalah pemanfaatan informasi melalui dokumen-dokumen tertentu yang dianggap mendukung. F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah langkah selanjutnya untuk mengelola data dimana data yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Dalam model ini terdapat 3 (tiga) komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiono : 2012) ketiga komponen tersebut yaitu : 1. Reduksi data merupakan komponen pertama analisis data yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membangun hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan penelitian dapat dilakukan. 2. Sajian data merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan kesimpulan secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis agar makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami. 3. Penarikan kesimpulan dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dengan mencatat

49 39 peraturan-peraturan sebab akibat dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat dipertanggung jawabkan. G. Keabsahan Data Validitas data sangat mengdukung hasil akhir penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda. Menurut Wiliam (Dalam Sugiyono 2011) triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu. a. Triangulasi sumber Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada data sumber lain yang telah diperoleh sebelumnya. b. Triangulasi metode Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau ketidak akuratannya. c. Triangulasi waktu Triangulasi waktu yang dilakukan disini dengan menguji kredibilitas data yang dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan

50 40 wawancara, observasi, atau teknik lainnya dalam waktu dan situasi yang berbeda.

51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daeranh Kecamatan Arungkeke 1.1 Letak geografis dan Batas Wilayah Kecamatan Arungkeke merupakan salah satu dari 11 Kecamatan di Kabupaten Jeneponto yang berbatasan dengan Kecamatan Batang di sebelah utara, Laut Flores di sebelah timur, Kecamatan Binamu di sebelah barat dan Laut Flores di sebelah selatan dengan Kota Kecamatan di Desa Arungkeke. PETA IV. 1.1 KECAMATAN ARUNGKEKE Perkembangan desa/kelurahan di Kecamatan Arungkeke tahun 2014 terdiri dari 4 Desa/Kelurahan dengan klasifikasi swakarya dan 3 Desa/Kelurahan lainnya tergolong swasembada. Seluruh Desa/Kelurahan di Kecamatan Arungkeke tergolong Desa berkembang, namun demikian masih ada 3 Desa/Kelurahan yang termasuk Desa tertinggal. Ini berarti program 41

52 42 pemerintah daerah belom membawahasil positif bagi masyarakat pedesaan di Kecamatan Arungkeke. Dilihat dari sumber mata pencaharian menunjukan bahwa dari jumlah penduduk yang bekerja, sebanyak orang adalah petani pangan, sedangkan peternak sebanyak 288 orang. Tambak dan nelayan sebanyak 843 orang. Penduduk yang bekerja diluar sector pertanian antara lain pedagang sebanyak 638 orang, industri 482 orang, angkutan 713 orang, dan jasa hanya 253 orang. Adapun penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan ABRI sebanyak 240 orang. Menurut jaraknya, maka letak Desa Kampala berjarak 5 km dari pusat Ibu Kota Jeneponto. di Desa Kampala terdiri dari 4 Dusun yaitu : Dusun Monroloe, Dusun Penyang Ka bung, Dusun Buntulu dan Dusun Kalukuang yang dimana masing-masing Dusun memilik jarak yang berbeda-beda. Desa Kampala memiliki luas wilayah 3,94 km 2 yang dimana masing-masing Dusun memilik jarak yang berbeda-beda. Tingkat klasifikasi Desa Kampala tahun 2014 terdiri dari 4 Dusun dengan klasifikasi swakarya dan 3 Dusun lainnya tergolong swadaya. Seluruh Dusun di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke tergolong Desa berkembang. 1.2 Sejarah Pantai Karsut Pantai karsut yang terletak di Desa Kampala, Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto, lokasi Pantai Karsut berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Jeneponto, pemberian nama Pantai Karsut ini diambil dari nama pemilik lahan Andi Tahal Fasni Karaeng Sutte. Pantai karsut ini adalah merupakan kaki gunungnya Sulawesi Selatan konong katanya jika kita

53 43 bernasar dan mandi di Pantai Karsut maka nasarnya kita akan terwujud. Oleh karena itu banyak orang yang penasaran dan datang ke Pantai Karsut untuk membuktikanya sendiri. Untuk menunjang keberhasilan Pantai Karsut maka berbagai sarana dan prasarana wisata keluarga tersedia dikawasan ini, dan itu tentu saja akan memudahkan anda berserta keluarga menikmati kesejukan udara pantai. Jejeran baruga atau balai dapat anda sewa dengan harga yang terjangkau. Balai-balai ini sebagai tempat untuk menikmati hamparan laut sehabis berenang/mandi. Selain keindahan pantai pengunjung juga dapat berenang di kolam yang sudah disediakan oleh masyarakat setempat yang mengelola pantai tersebut. 1.3 Jumlah pengunjung yang datang dari 2010 sampai 2015 Tabel 02 Jumlah Pengunjung Pantai Karsut. No Tahun Pengunjung kepala keluarga kepala keluarga kepala keluarga kepala keluarga kepala keluarga Sumber Data Dari Kelompok Sadar Wisata singaken 2014 Tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah pengunjung yang datang dari tahun ketahun mengalami penurunan dikarenakan sudah banyaknya fasilitas sarana dan prasarana yang mulai rusak serta masih banyak lagi hal yang membuat para pengunjung malas untuk datang berekreasi. Pantai Karsut

54 44 ramai dikunjungi hanya saat waktu-waktu libur dan tanggal mereh sedangkan saat hari-hari biasa pengunjung yang datang sangat sedikit. B. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut Di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. 1. Peranserta dalam Perencanaan Perencanaan merupakan proses yang mempersiapkan seperangkat keputusan untuk melakukan tindakan dimasa depan. Tahap perencanaan merupakan tahapan awal dalam proses pelaksanaan pengelolaan objek wisata. Hal ini dimaksudkan bahwa perencanaan akan memberikan arah, langkah atau pedoman dalam proses pembangunan pengelolaan objek wisata. Pada tahapan ini akan ditelusuri aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, dimulai dari keterlibatan mereka dalam rencana program pembangunan pengelolaan objek wisata. Peralihan dari Tempat Pemancingan menjadi Objek Wisata Pariwisata merupakan sumber daya alam yang tidak akan pernah habis. Oleh karena itu sektor pariwisata harus dirawat dan dijaga keberadaannya. Objek wisata adalah fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik disuatu daerah atau tempat tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil wawancara langsung yang penulis lakukan dengan beberapa informan yang ada terkait dengan peralihan tempat

55 45 pemancingan menjadi suatu objek wisata, maka diperoleh berbagai informasi atas wawancara yang penulis lakukan sebagai berikut: Sebagaimana wawancara yang dilakukan penulis kepada salah satu informan yaitu pengurus Pantai Karsut yang mengatakan bahwa :.Awalnya Pantai Karsut ini adalah merupakan milik pribadi Dr.A.Tahal Fasni karaeng sutte yang dijadikan sebagai tempat untuk memancing dan juga beristirahat bersama keluarga. Karena lokasi ini berdekatan dengan pantai dan banyaknya orang yang datang ke Pantai Karsut maka di bangunlah berbagai fasilitas di Pantai Karsut ini mulai dari tempat pemancingan, kolam renang, baruga dan balai-balai untuk tempat peristirahatan pengunjung sehabis berenang. (Wawancara, JA, 05 April, 2015). Hal senada juga disampaikan oleh pemilik Pantai Karsut yang mengatakan bahwa:.masyarakat Desa Kampala mendatangi kediaman saya untuk menyampaikan insiatif mereka untuk menjadikan tempat pemancingan saya sebagai objek wisata. Dan bersedia untuk ikut berpartisipasi dalm mendukung rencana ini, dengan harapan objek wisata ini bisa membuka peluang untuk meningkatkan perekonomian mereka. (Wawancara, KS, 23 Maret, 2015). Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh jawaban bahwa perencanaan peralihan suatu tempat pemancingan yang diusulkan oleh masyarakat Desa Kampala untuk menjadikanya sebagai sebuah objek wisata yang memiliki daya tarik sehingga mampu menjadikan suatu tempat pemancingan menjadi suatu objek wisata yang memiliki nilai jual tinggi yang mampu menarik minat para wisatawan/ pengunjung untuk datang berwisata. Sebagaimana wawancara yang dilakukan penulis kepada salah satu informan yaitu pengurus Pantai Karsut yang mengatakan bahwa :.Setelah masyarakat menyampaikan usulan mereka, maka pemilik pantai bersedia menjadikan tempat pemancingannya sebagai objek

56 46 wisata yang mampu meningkatkan perekonomian bagi masyarakat Desa Kampala.(Wawancara, BJ, 05, April, 2015). Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Desa Kampala yang mengatakan bahwa:.masyarakat bersedia ikut terlibat dalam pembangunan pengelolaan objek wisata Pantai Karsut, setelah mereka dijanjikan bahwa perekonomian mereka akan meningkat setelah Pantai Karsut dibuka. (Wawncara, KK, 20, Maret, 2015) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh jawaban bahwa suatu objek wisata yang memiliki daya tarik mampu menjadikan suatu tempat pemancingan menjadi suatu objek wisata yang memiliki nilai jual tinggi yang mampu menarik minat para wisatawan/ pengunjung untuk datang berwisata ke Pantai Karsut. Serta masyarakat Desa Kampala juga bersedia ikut ambil bagian dalam berpartisipasi memberikan sumbangan berupa tenaganya untuk ikut mendirikan baruga dan juga villa. Berdasarkan hasil wawancara diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa menurut Tosun (dalam Turkey, 2004:494) partisipasi dapat membuat masyarakat, penduduk melakukan berbagai kegiatan, baik itu berskala lokal maupun nasional. Jadi untuk mengetahui bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek wisata Pantai Karsut yang harus diperhatikan adalah sampai dimana keikutsertaan dan keterlibatan atau bahkan peranserta masyarakat mulai dari proses perencanaan sampai dengan proses pelaksanan pengelolaan objek wisata. Berdasarkan teori diatas maka partisipasi masyarakat yang ada dilapangan berjalan sesuai dengan teori menurut Tosun (dalam Turkey, 2004:494).

57 47 Gambar IV. 1.2 Pantai Karsut Sumber data : Pantai Karsut di Desa Kampala Sumbangan Keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat mutlak harus di lakukan dalam partisipasi dan bukan hanya keterlibatan mental semata, tetapi harus disertai dengan keterlibatan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan. Satropoetro dalam Apriyani (2012:34) Unsur kedua dari indikator partisipasi masyarakat adalah kesediaan untuk memberi sesuatu sumbangan kepada keberhasilan objek wisata untuk mencapai tujuan kelompok yang dibentuk agar mampu mengelolaa objek wisata menjadi lebih baik dan berkembang. Ini berarti bahwa terdapat rasa kesukarelaan untuk membantu kelompok agar ingin berpartisipasi membantu proses perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan objek wisata. a. Pemberian Tenaga Keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat mutlak harus dilakukan dalam partisipasi dan bukan hanya keterlibatan mental semata, tetapi harus disertai dengan keterlibatan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan.

58 48 Satropoetro dalam Apriyani (2012:34) Unsur kedua dari indikator partisipasi masyarakat adalah kesediaan untuk memberi sesuatu sumbangan kepada keberhasilan objek wisata untuk mencapai tujuan kelompok yang dibentuk agar mampu mengelola objek wisata menjadi lebih baik dan berkembang. Ini berarti bahwa terdapat rasa kesukarelaan untuk membantu kelompok agar ingin berpartisipasi membantu proses perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan objek wisata. Partisipasi masyarakat dalam tahap pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut merupakan sebagai sumbangan masyarakat dalam bentuk pemberian tenaga kerja yang diberikannya. 1. Pemeliharaan Kebersihan Pemeliharaan kebersihan objek wisata perlu diperhatikan demi kenyamanan para wisatawan/pengunjung saat berwisata. Menjaga kebersihan Pantai Karsut akan memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Sebagaimana wawancara yang dilakukan penulis kepada salah satu informan yaitu dengan pengurus Pantai Karsut yang mengatakan bahwa:.salah satu kendala yang ada di Pantai Karsut adalah banyaknya daun-daun kering yang berjatuhan didalam pantai. Pemeliharaan kebersihan pantai hanya dilakukan seminggu sekali saja dengan dibantu oleh 2 orang tukang bersih, (Wawancara, BJ, 05, April). Hal senada juga disampaikan oleh anggota Pokdarwis Singaken yang mengatakan bahwa:.masyarakat yang tinggal disekitar pantai kurang memperhatikan kebersihan Pantai Karsut mereka acuh tak acuh lagi, padahal jika pemeliharan kebersihan pantai karsut diperhatikan maka suasana di Pantai Karsut akan tambah sejuk lagi. (Wawncara, MI, 23 Maret, 2015)

59 49 Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh jawaban bahwa menjaga kebersihan Pantai Karsut sangat perlu diperhatikan demi kenyamanan pengunjung sehingga suasana semakin nyaman terasa, ketika angin berembus dari sela-sela pohon kelapa yang berderet rapi di bibir pantai. Sehingga membuat para wisatawan akan senang berkunjung ke Pantai Karsut. Sebagaimana wawancara yang dilakukan penulis kepada salah satu informan yaitu dengan pemilik Pantai Karsut yang mengatakan bahwa:.pemeliharaan kebersihan pantai sudah kurang terjaga dikarenakan kurangnya pengurus pantai yang bersedia membantu, menjaga, dan memelihara kebersihan pantai. Saya harus mengeluarkan uang pribadi saya untuk membayar orang agar menjaga dan memelihara kebersihan Pantai Karsut. (Wawancara, KS, 23, Maret, 2015) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh jawaban bahwa Pemeliharaan kebersihan objek wisata perlu diperhatikan demi kenyamanan para wisatawan/pengunjung saat berwisata. Menjaga kebersihan Pantai Karsut akan memberikan kenyamanan bagi pengunjung yang datang ke Pantai Karsut. Berdasarkan hasil wawancara diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut haruslah memperhatikan kebersihan Pantai Karsut agar wisatawan saat berkunjung akan merasa nyaman dan betah saat berada di Pantai Karsut. Dikarena suguhan panorama alamnya mampu menghilangkan sejenak rasa capek akibat aktivitas yang padat.

60 50 Gambar IV.1.5 Kebersihan Pantai Karsut Kurang Terawat Sumber data : Pantai Karsut Di Desa Kampala Pemeliharaan Keamanan Dan Kenyamanan Keamanan dan kenyamanan, ada 2 hal yang saling berkaitan dalam hubungan sebab akibat. Dimana terdapat rasa aman, pastinya akan menimbulkan rasa nyaman. Begitu juga sebaliknya, kenyamanan wisatawan akan didapat jika rasa aman sudah terpenuhi seperti di objek wisata alam Pantai Karsut. Pada dasarnya wisatawan mendatangi objek wisata dengan tujuan mendapatkan kesenangan sehingga para pengelola pariwisata harus memberikan jaminan keamanan pada yang datang. Tapi tidak dengan objek wisata alam Pantai Karsut sendiri keamanannya masih cukup memprihatinkan disebabkan karenanya banyak anak muda yang datang kesana mabukmabukan dan mengakibatkan perkelahian antar pengunjung wisatawan dengan masyarakat yang tidak senang prilaku pengunjung yang datang sehingga inilah salah satu yang membuat wisatawan yang ingin berkunjung menjadi menurun.

61 51 Sebagaimana wawancara yang dilakukan penulis kepada salah satu informan yaitu pengurus Pantai Karsut yang mengatakan bahwa:.mengenai soal rasa keamanan dan juga kenyamanan yang ada di Pantai Karsut memang masih jauh dari yang diharapkan, dikarenakan sering terjadi perkelahian yang dilakukan oleh anak muda yang datang ke Pantai Karsut akibat minuman keras. Selain itu juga kerusakan fasilitas sering terjadi setiap kali ada yang berkelahi.(wawancara, JA, 05, April, 2015). Hal senada juga disampaikan oleh pengurus Pantai Karsut yang mengatakan bahwa:.mengenai soal rasa keamanan dan juga kenyamanan yang ada di Pantai Karsut memang masih jauh dari yang diharapkan, dikarenakan sering terjadi perkelahian yang dilakukan oleh anak muda yang datang ke Pantai Karsut akibat minuman keras. Selain itu juga kerusakan fasilitas sering terjadi setiap kali ada yang berkelahi. (Wawancara, MR, 05, April, 2015). Hal senada juga disampaikan oleh pemilik Pantai Karsut yang mengatakan bahwa:.melihat sering adanya perkelahian yang terjadi di Pantai Karsut ini, maka saya pribadi pemilik pantai beserta masyarakat setempat mulai membenahi hal tersebut sehingga tidak membuat minat wisatawan semakin menurun untuk datang ke Pantai Karsut. (wawancara, KS, 23, maret, 2015) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh jawaban bahwa peningkatan keamanan sangat perlu dilakukan demi menjaga rasa keamanan bagi para pengunjung saat berada di Pantai Karsut. 3. Pemberian Tenaga Mendirikan Balai Dan Baruga. Keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat mutlak harus dilakukan dalam partisipasi dan bukan hanya keterlibatan mental semata, tetapi harus disertai dengan keterlibatan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan.

62 52 Satropoetro dalam Apriyani (2012:34) Unsur kedua dari indikator partisipasi masyarakat adalah kesediaan untuk memberi sesuatu sumbangan kepada keberhasilan objek wisata untuk mencapai tujuan kelompok yang dibentuk agar mampu mengelola objek wisata menjadi lebih baik dan berkembang. Ini berarti bahwa terdapat rasa kesukarelaan untuk membantu kelompok agar ingin berpartisipasi membantu proses perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan objek wisata. Partisipasi masyarakat dalam tahap pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut merupakan sebagai sumbangan masyarakat dalam bentuk pemberian tenaga kerja yang diberikannya. Sebagaimana wawancara yang dilakukan penulis kepada salah satu informan yaitu pemilik Pantai Karsut yang mengatakan bahwa:.masyarakat Desa Kampala sudah tidak mau lagi memberikan sumbangsih dalam hal pemberian tenaga mereka sudah acuh tak acuh lagi. (Wawancara, KS, 23, Maret, 2015) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh jawaban bahwa partisipasi masyarakat dalam tahap pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut merupakan sebagai sumbangan masyarakat dalam bentuk pemberian tenaga kerja yang diberikannya. Sebagaimana wawancara yang dilakukan penulis kepada salah satu informan yaitu pengurus Pantai Karsut yang mengatakan bahwa:.jika kita melihat bangunan villa dan juga jejeran baruga yang ada di Pantai Karsut semuanya itu masyarakat setempat yang membangunnya secara sukarela. Akan tetapi baruga yang berjejeran sudah banyak yang rusak ketika masyarakat setempat di minta tenaganya mereka sudah tidak mau lagi. (Wawancara, MR, 05, April, 2015)

63 53 Hal senada juga disampaikan oleh anggota pokdarwis singaken yang mengatakan bahwa:.jika kita melihat bangunan villa dan juga jejeran baruga yang ada di Pantai Karsut semuanya itu masyarakat setempat yang membangunnya secara sukarela. Akan tetapi baruga yang berjejeran sudah banyak yang rusak ketika masyarakat setempat di minta tenaganya mereka sudah tidak mau lagi. (Wawancara, MI, 05, April, 2015) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh jawaban bahwa akibat partisipasi yang kurang lagi masyarakat berikan, maka banyak fasilitas di Pantai Karsut mengalami kerusakan. Sebagaimana wawancara yang dilakukan penulis kepada salah satu informan yaitu pengurus Pantai Karsut yang mengatakan bahwa :.Setiap jejeran baruga yang ada di Pantai Karsut awalnya semua masyarakat setempat yang membangunnya secara sukarela. Akan tetapi baruga yang berjejeran sudah banyak yang rusak ketika masyarakat setempat di minta tenaganya mereka sudah tidak mau lagi. (Wawancara, JA, 05, April, 2015) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diperoleh jawaban bahwa akibat partisipasi yang kurang lagi masyarakat berikan maka banyak fasilitas di Pantai Karsut mengalami kerusakan. Di akibatkan tidak sesuainya antara tujuan dan harapan masyarakat Desa Kampala yaitu dengan adanya objek wisata ini mampu membuka peluang bisnis bagi masyarakat Desa Kampala agar perekonomian mereka dapat meningkat. Berdasarkan hasil wawancara diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek wisata Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke

64 54 Kabupaten Jeneponto tidak terlepas dari unsur kedua dari partisipasi masyarakat yaitu pemberian sumbangan berupa ide/gagasan dan juga tenaga. Pemberian sumbangan berupa ide/gagasan dan tenaga ini juga sangat bermanfaat bagi menunjang berhasilnya pengeloaan objek wisata alam Pantai Karsut sumbangan yang diperoleh dari masyarakat sangat bermaanfaat besar sekali untuk kepentingan Pantai Karsut. Melalui pengelolaan objek wisata yang baik dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana mampu meningkatkan kualitas objek wisata sehingga mampu menarik minat wisatawan/pengunjung untuk datang menikmati keindahan yang dimiliki. Gambar IV.1.4 Villa dan Baruga Yang Dibangun Masyarakat Sumber data : Pantai Karsut Di Desa Kampala 2015 b. Pemberian Ide/Gagasan (Dukungan) Pemberian sumbangan ide/gagasan (dukungan) yang diberikan masyarakat setempat terhadap pemilik tempat pemancingan agar mau menjadikannya sebagai tempat objek wisata yang memiliki nilai jual yang

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN OBJEK WISATA ALAM PANTAI KARSUT DI DESA KAMPALA KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN OBJEK WISATA ALAM PANTAI KARSUT DI DESA KAMPALA KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN OBJEK WISATA ALAM PANTAI KARSUT DI DESA KAMPALA KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO Riskayana 1, Abdul Kadir Adys 2, Ahmad Taufik 1 1 Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pariwisata Keberadaan pariwisata dalam suatu daerah bisa dikatakan merupakan suatu gejala yang kompleks di dalam masyarakat. Di sini terdapat suatu keterkaitan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, yang dihuni oleh bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah tersebut

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata dan Industri Pariwisata

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata dan Industri Pariwisata BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata dan Industri Pariwisata 2.1.1 Pengertian Pariwisata Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA 2.1 Pengertian Pariwisata Keberadaan pariwisata dalam suatu daerah biasa dikatakan merupakan suatu gejala yang kompleks di dalam masyarakat. Di sini terdapat suatu keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Obyek Wisata Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan ( something to see).

Lebih terperinci

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR Oleh: TUHONI ZEGA L2D 301 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang salah satunya dikenal dengan bila diterapkan di alam, merupakan sebuah peluang besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata dewasa ini adalah sebuah Negara bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel. Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: Wisata : Perjalanan, dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan wisata yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan wisata yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata Istilah pariwisata secara etimologi yang berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata pari yang berarti halus, maksudnya mempunyai tata krama tinggi

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Bersyukurlah, tanah kelahiran kita Cilacap Bercahaya dianugerahi wilayah dengan alam yang terbentang luas yang kaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau

Lebih terperinci

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA 2.1 Pengertian Objek Wisata Objek wisata adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang sifatnya sudah berkembang dan sudah mendunia. Indonesia sendiri merupakan negara dengan potensi pariwisata yang sangat tinggi. Pemerintah

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

Conventional vs Sustainable Tourisms WISATA KONVENSIONAL 1. Satu tujuan: Keuntungan 2. Tak terencana 3. Berorientasi pada wisatawan 4. Kontrol oleh pi

Conventional vs Sustainable Tourisms WISATA KONVENSIONAL 1. Satu tujuan: Keuntungan 2. Tak terencana 3. Berorientasi pada wisatawan 4. Kontrol oleh pi STRATEGI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN WISATA PANTAI DAN LAUT (Ekowisata Berbasis Masyarakat) Ani Rahmawati, S.Pi, M.Si Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Conventional vs Sustainable Tourisms

Lebih terperinci

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Kriteria desain arsitektur yang sesuai untuk masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan Setelah mengkaji desa labang secara keseluruhan dan melihat teori -teori pengembangan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata pariwisata berasal dari kata bahasa sangskerta yang terdiri atas dua kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaan perusahaan yang menghasilkan jasa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi industri yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata terlihat dari munculnya atraksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA Tinjauan penelitian sebelumnya sangat penting dilakukan guna mendapatkan perbandingan antara penelitian yang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah suatu kegiatan sebagai industri pelayanan dan jasa yang akan menjadi andalan Indonesia sebagai pemasukan keuangan bagi negara. Kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata dewasa ini adalah sebuah mega bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia wisata di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya tempat wisata yang berdiri dimasing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu cara dalam mensejahterakan hidup manusia pada suatu daerah tertentu dan ekonomi diterapkan sebagai bentuk pengurusan terhadap sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Tentang : Pengusahaan Pariwisata Alam Di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Dan Taman Wisata Alam Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 18 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan perencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan paparan pendahuluan yang menunjukkan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan paparan pendahuluan yang menunjukkan gejala-gejala 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan paparan pendahuluan yang menunjukkan gejala-gejala kesenjangan yang terjadi di lapangan dengan teori yang ada, maka dengan demikian perlu dilakukan penelitian ini.

Lebih terperinci

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta penggerak ekonomi masyarakat. Pada tahun 2010, pariwisata internasional tumbuh sebesar 7% dari 119

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994 PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL,TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai penggerak sektor ekonomi dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016 BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. YTH

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat menghasilkan pendapatan daerah terbesar di beberapa negara dan beberapa kota. Selain sebagai

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Wisata Alas Pala Sangeh Kabupaten Badung yang merupakan suatu studi kasus

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Wisata Alas Pala Sangeh Kabupaten Badung yang merupakan suatu studi kasus BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 1.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya Kajian dalam penelitian ini mengambil tentang Pengelolaan Daya Tarik Wisata Alas Pala Sangeh Kabupaten Badung yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah dikenal di dunia. Indonesia memiliki berbagai destinasi wisata yang tersebar dari Sabang sampai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan perekonomian. Hal ini karena Pariwisata merupakan ujung tombak dan kemajuan perekonomian suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5800 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Kepariwisataan. Hortikultura. Agro. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 332) PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beribu pulau dengan area pesisir yang indah, sehingga sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata bahari. Pariwisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara pada saat ini lebih fokus berorientasi kepada industri non migas seperti industri jasa yang didalamnya termasuk industri pariwisata,

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, memiliki wilayah (daerah) tertentu, adanya rakyat yang hidup teratur,

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, memiliki wilayah (daerah) tertentu, adanya rakyat yang hidup teratur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan sistem desentralisasi, adanya pemerintahan yang berdaulat, memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan gaya hidup dan tatanan dalam masyarakat saat kini ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang memacu perkembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Ilmu Pariwisata dan Wisatawan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Ilmu Pariwisata dan Wisatawan BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata, Ilmu Pariwisata dan Wisatawan Istilah pariwisata adalah: Suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak

Lebih terperinci