SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 ANALISIS KADAR KALIUM, KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA BUAH KIWI (Actinidia deliciosa C.F Liang & A.R Ferguson) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DENGAN VARIASI LARUTAN PENDESTRUKSI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara OLEH AFRIDA RIANI PUTRI NIM PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI MEDAN 2019

2 ANALISIS KADAR KALIUM, KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA BUAH KIWI (Actinidia deliciosa C.F Liang & A.R Ferguson) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DENGAN VARIASI LARUTAN PENDESTRUKSI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara OLEH AFRIDA RIANI PUTRI NIM PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI MEDAN 2019

3

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepadatuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan karunia- Nya yang memberikan pengetahuan dan kemampuan kepada penulis sehingga dapa tmenyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kadar Kalium, Kalsium dan Magnesium Pada Buah Kiwi (Actinidia deliciosa C.F Liang & A.R Ferguson) Secara Spektrofotometri Serapan Atom dengan Variasi Larutan Pendestruksi. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Salah satu bagian penting dalam proses destruksi adalah larutan pendestrusi yang digunakan untuk mendestruksi sampel. Ada beberapa jenis larutan pendestruksi yang dapat digunakan seperti HNO3 pekat, Hcl pekat, dan campuran asam asam peat seperti aqua regia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan hasil dari larutan pendestruksi yang berbeda. Ternyata, terdapat perbedaan pada hasil yang didapati dengan larutan pendestruksi yang berbeda. Dalam menyelesaikan skripsi ini tentunya penulis menemukan banyak hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan, dukungan dan saran dari berbagai pihak skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. selaku pembimbing skripsi, yang telah ikhlas dan sabar mengajarkan, membimbing dan memberikan motivasi selama mengerjakan penelitian hingga penyusunan skripsi. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof. Dr. rer. nat Effendy De Lux Putra, SU., Apt. Dan ibu Sri Yuliasmi, S.Farm., M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji dan memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas iv

5 Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu selama masa perkuliahan dan Ibu Embun Suci Nasution, S.Si., M.Farm.Klin., Apt. selaku penasehat akademik yang selalu memberi bimbingan, perhatian danmotivasi selama masa perkuliahan. Saya persembahkan skripsi ini sebagai ucapan terima kasih yang tulus kepada orangtua, Ayahanda Idrus Abdullah dan Ibunda Misnawati Zahari serta adik tersayang saya Farika Dara Adiningsih yang telah memanjatkan doa, memberikan dukungan, kasih sayang, dan perhatian yang tak pernah henti dari masa perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperdopingan Bella Ditamy yang telah memberikan banyak solusi dan semangat selama penelitian, sahabat tersayang Tita Ari Utami, Kenko Khairunnisa, Annisa Fitriani, Fitri Sri Rahma dan Rofikhatul Husna yang sudah menjadi teman sepanjang perjalanan ini, teman-teman asisten dan laboran TPSOA, juga teman-teman angkatan 2015 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menambah pengetahuan dan wawasan saya di masa depan. Akhir kata saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan di bidang farmasi serta adik-adik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan, 08 Agustus 2019 Penulis, Afrida Riani Putri NIM v

6 SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Afrida Riani Putri Nomor Induk Mahasiswa : Program Studi : Sarjana Farmasi Judul Skripsi :AnalisisKadar Kalium, Kalsium dan Magnesium pada Buah Kiwi (Actinidia Deliciosa C.F Liang & A.RFerguson) Secara Spektrofotometri Serapan Atom Dengan Variasi Larutan Pendestruksi Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya sendiri dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui skripsi saya tersebut terbukti plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut. Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat. Medan, 08 Agustus 2019 Afrida Riani Putri NIM vi

7 ANALISIS KADAR KALIUM, KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA BUAH KIWI (Actinidia deliciosa C.F Liang & A.R. Ferguson) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DENGAN VARIASI LARUTAN PENDESTRUKSI ABSTRAK Latar Belakang: Kiwi Hijau (Actinidia deliciosa C.F Liang & A.R Ferguson) mengandung mineral seperti kalium, kalsium, magnesium, fosfor, natrium, besi, mangan, tembaga. Mengkonsumsi buah kiwi dapat bermanfaat bagi penderita penyakit jantung. Analisis mineral dapat dilakukan dengan metode AAS dengan mendestruksi sampel dengan menggunakan metode destruksi basah. Dekomposisi sampel dilakukan dengan cara menambahkan pereaksi asam tertentu ke dalam suatu bahan yang dianalisis diantaranya asam nitrat (HNO3) dan aqua regia yaitu campuran asam nitrat dan asam klorida dengan perbandingan 1:3. Pemilihan jenis asam untuk mendestruksi suatu bahan dapat mempengaruhi hasil analisis. Tujuan: Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menentukan kadar kalium, kalsium dan magnesium dengan variasi larutan pendestruksi menggunakan asam nitrat dan aqua regia pada buah kiwi Metode penelitian: Sampel masing-masing didestruksi basah dengan menggunakan asam nitrat dan aqua regia, kemudian dilakukan analisis kuantitatif secara spektrofotometri serapan atom (AAS) untuk kalium panjang gelombang 766,5 nm; kalsium 422,7 nm; dan untuk magnesium 285,5 nm. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kadar kalium, kalsium dan magnesium dengan larutan pendestruksi asam nitrat masing-masing 55,9682±0,4009 mg/100g; 3,2404±0,0237 mg/100g; 9,4482±0,0039 mg/100g. Sedangkan kadar kalium, kalsium dan magnesium pada larutan pendestruksi aqua regia masingmasing 48,4674±0,4098 mg/100g; 5,0925±0,0187 mg/100g; 8,9398±0,0010 mg/100g. Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar kalium dan magnesium lebih tinggi pada asam nitrat, dan kalsium lebih tinggi pada aqua regia. Kata kunci: Kiwi hijau, asam nitrat, aqua regia, spektrofotometri serapan atom vii

8 ANALYSIS OF POTASSIUM, CALCIUM AND MAGNESIUM LEVELS IN KIWI FRUITS (Actinidia deliciosa C.F Liang & A.R. Ferguson) ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY WITH VARIATION OF ESTABLISHMENT SOLUTIONS ABSTRACT Background: Green Kiwi (Actinidia deliciosa C.F Liang & A.R Ferguson) contains minerals such as potassium, calcium, magnesium, phosphorus, sodium, iron, manganese, copper. Eating kiwifruit can be beneficial for people with heart disease. Mineral analysis can be done by the AAS method by destroying the sample using the wet destruction method. The decomposition of the sample is done by adding certain acid reagents into an ingredient which is analyzed including nitric acid (HNO3) and aqua regia which is a mixture of nitric acid and hydrochloric acid with a ratio of 1: 3. The choice of the type of acid to destroy a material can influence the results of the analysis. Objective: The purpose of this study was to determine the levels of potassium, calcium and magnesium with varying destructive solutions using nitric acid and aqua regia in kiwi fruit Method: Each sample was wetly constructed using nitric acid and aqua regia, then quantitative analysis was carried out by atomic absorption spectrophotometry (AAS) for wavelength potassium nm; nm calcium; and for magnesium nm. Results: The results showed the levels of potassium, calcium and magnesium with nitric acid destroying solutions respectively ± mg / 100g; ± mg / 100g; 9,4482 ± 0,0039 mg / 100g. While the levels of potassium, calcium and magnesium in the aqua regia destroying solution were ± mg / 100g respectively; ± mg / 100g; ± mg / 100g. Conclusion: From the results of the study it can be concluded that the levels of potassium and magnesium are higher in nitric acid, and calcium is higher in aqua regia. Keywords: Green kiwi, nitric acid, aqua regia, atomic absorption spectrophotometry viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pikir Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Buah Kiwi Sistematika tumbuhan Kandungan kimia dan kegunaan buah kiwi Mineral Kalium Kalsium Magnesium Spektrofotometri Serapan Atom Validasi Metode Analisis BAB III METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Jenis Penelitian Identifikasi Sampel Bahan Sampel Pereaksi Alat Pembuatan Pereaksi Larutan aquabides asam Larutan aqua regia Larutan CsCl Larutan La2O Prosedur penelitian Pengambilan sampel Penyiapan sampel Proses destruksi basah Proses destruksi basah dengan larutan HNO Proses destruksi basah dengan larutan aqua regia ix

10 3.6.4 Analisis kuantitatif Pembuatan kurva kalibrasi kalium Pembuatan kurva kalibrasi kalsium Pembuatan kurva kalibrasi magnesium Penetapan kadar mineral dalam sampel Penetapan kadar mineral kalium Penetapan kadar mineral kalsium Penetapan kadar mineral magnesium Analisis data secara statistik Penolakan hasil pengamatan Validasi metode analisis Uji perolehan kembali (Recovery) Simpangan baku relatif BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kurva Kalibrasi Kalium, Kalsium dan Magnesium Penetapan Kadar Kalium, Kalsium dan Magnesium dalam Buah Kiwi dengan Variasi Larutan Pendestruksi Batas deteksi dan batas kuantitasi Uji perolehan kembali (Recovery) Simpangan baku relatif BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL 2.1 Kandungan gizi dalam buah kiwi Hasil analisis kadar kalium, kalsium dan magnesium pada buah kiwi Batas deteksi dan batas kuantitasi Persen uji perolehan kembali (Recovery) kalium, kalsium dan magnesium dengan variasi larutan pendestruksi Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif kalium, kalsium dan magnesium xi

12 DAFTAR GAMBAR 2.1 Spektrofotometer serapan atom Kurva kalibrasi kalium Kurva kalibrasi kalsium Kurva kalibrasi magnesium Hasil pengujian independent t-test xii

13 DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN 1. Buah kiwi Spetrofotometri serapan atom xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil identifikasi buah kiwi Surat keterangan telah melakukan penelitian Gambar buah kiwi Gambar alat Bagan alir penyiapan sampel dan destruksi basah buah kiwi dengan larutan pendestruksi HNO Bagan alir penyiapan sampel dan destruksi basah buah kiwi dengan larutan pendestruksi aqua regia Bagan alir penetapan kadar kalium, kalsium dan magnesium pada buah kiwi Data kalibrasi kalium dengan spektrofotometri serapan atom, perhitungan persamaan garus regresi dan koefisien korelasi (r) Data kalibrasi kalsium dengan spektrofotometer serapan atom, perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi (r) Data kalibrasi magnesium dengan spektrofotometer serapan atom, perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi (r) Hasil analisis kadar kalium, kalsium dan magnesium pada buah kiwi Perhitungan kadar kalium, kalsium dan magnesium pada buah kiwi Perhitungan statistik kadar kaliu, kalsium dan magnesium Hasil uji perolehan kembali kalium, kalsium dan magnesium pada buah kiwi Perhitungan uji perolehan kembali kalium, kalsium dan magnesium pada buah kiwi Perhitungan simpangan baku (SD) dan simpangan baku relatif (RSD) Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi kalium, kalsium dan magnesium xiv

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan adalah bagian penting dari diet sehat kitarutinitas harian. Diisi denganvitamin, enzim, mineral, beberapa diantaranya sangat beraromadan mudah dicerna dan juga dapat mengurangi risiko bagi banyak orangpenyakit. Buah kiwi telah menjadi sangat populer selamadua dekade terakhir karena berbagai khasiat pengobatan (Tyagi dkk., 2015). Umumnya beberapa varietas buah kiwi ditemukan di Cinamemiliki efek anti-mutagenesis yang kuat. Apalagi buah-buahan ini memiliki efek meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Untukmeningkatkan efek perawatan kesehatan, buah kiwi menarik komponen yang efektif, seperti isoflavon antikanker, asam organik, polisakarida dengan formulasi dan percobaan ilmiah untuk menghasilkan fungsionalproduk / minuman perawatan kesehatan, dapat meningkatkan sistem pertahanan antikanker secara keseluruhan (Tyagi dkk., 2015). Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa penyakit seperti asmabatuk dan diabetes telah menunjukkan peningkatan positifdengan konsumsi harian buah kiwi. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa kiwi mengandung banyak senyawa yang bermanfaat secara medis,yang mungkin bermanfaat dalam pengobatan gangguan tidur (Tyagi dkk., 2015). Buah Kiwi menyajikan nilai nutrisi dan obat yang tinggi sebagai sumber vitamin C yang setara dengan lima lemon, mineral (Na, K, Ca, Mg, Mn, Fe, Cu, Zn) dan asam hidroxixi organik yang terlibat dalam keseimbangan asam-basa tubuh (Peticila dkk., 2015). 1

16 Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh secara keseluruhan. Disamping itu, mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama dalam kofaktor dalam aktifitas enzim-enzim. Mineral digolongkan kedalam mineral makro dan mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dan 100mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari (Almatsier, 2004). Menurut Yuniastuti (2008), Unsur-unsur mineral makro adalah kalsium, fosfor, kalium, sulfur natrium, klor, magnesium. Unsur-unsur mineral mikro adalah besi, seng, selenium, silikon, nikel, arsen dan flour. Kalium memegang peranan dalam pemeliharaan keseimbangan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa. Kalium terdapat di dalam semua makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sumber utama adalah makanan mentah/segar, terutama buah, sayuran dan kacang-kacangan. Kebutuhan minimum akan kalium ditaksir sebanyak 2000 mg sehari (Almatsier, 2004). Kalsium merupakan mineral paling banyak terdapat dalam tubuh yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa. Peningkatan kebutuhan kalsium terjadi pada masa pertumbuhan, kehamilan dan menyusui. Kalsium di tubuh berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, mengatur pembekuan darah, katalisator reaksireaksi biologik, dan kontraki otot. Di dalam tubuh terdapat kalium sebanyak 0,35% dari berat badan (Almatsier, 2004). Magnesium memegang peranan penting dalam lebih dari tiga ratus jenis sistem enzim di dalam tubuh. Magnesium bertindak di dalam semua sel jaringan lunak sebagai katalisator dalam reaksi-reaksi biologik. Kecukupan magnesium rata-rata sehariuntuk Indonesia ditetapkan sekitar 4,5 mg/kg berat badan (Almatsier, 2004). 2

17 Metode destruksi basah lebih baik daripada cara kering karena tidak banyak bahan yang hilang dengan suhu pengabuan yang sangat tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor mengapa cara basah lebih sering digunakan oleh para peneliti. Di samping itu destruksi dengan cara basah biasanya dilakukan untuk memperbaiki cara kering yang biasanya memerlukan waktu yang lama (Kristianingrum, 2012). Kandungan logam dapat ditentukan dengan metode AAS. Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) merupakan salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan dan kadar logam dalam berbagai bahan, namun terlebih dahulu dilakukan tahap pendestruksi cuplikan. Pada metode destruksi basah dekomposisi sampel dilakukan dengan cara menambahkan pereaksi asam tertentu ke dalam suatu bahan yang dianalisis. Asam-asam yang digunakan adalah asam-asam pengoksidasi seperti H2SO4, HNO3, H2O2, HClO4, aqua regia (3HCl : 1HNO3). Pemilihan jenis asam untuk mendestruksi suatu bahan akan mempengaruhi hasil analisis (Kristianingrum, 2012). Kandungan mineral pada tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kandungan hara dan tanaman berbeda-beda, tergantung pada jenis hara, jenis tanaman, kesuburan tanah atau jenis tanah, dan pengolahan tanaman.berdasarkan hal di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian analisis kandungan kalium, kalsium, magnesium, pada buah kiwi (Actinidia deliciosa) dengan perbandingan variasi larutan pendestruksi secara spektrofotometri serapan atom serta mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar kalsium, kalium, dan magnesium antar buah dengan perbedaan larutan pendestruksi (Kristianingrum, 2012). 3

18 1.2 Perumusan Masalah a. Berapakah kadar kalium, kalsium dan magnesium yang terdapat pada kiwi? b. Apakahterdapat perbedaan kadar kalium, kalsium dan magnesium yang terdapat pada kiwi segar dengan variasi larutan pendestruksi? 1.3 Hipotesis a. Terdapat dengan jumlah tertentu kadar kalium, kalsium dan magnesium yang terdapat pada kiwi. b. Terdapat perbedaan kadar kalium, kalsium dan magnesium pada buah kiwi dengan variasi larutan pendestruksi. 1.4 Tujuan Penelitian a. Untuk menentukan kadar kalium, kalsium dan magnesium yang terdapat pada kiwi. b. Untuk mengetahui perbedaan kadar kalium, kalsium dan magnesium yang terdapat pada kiwi dengan variasi larutan pendestruksi. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaatdaripenelitianiniadalahdapatmemberikaninformasikepadamasyara kattentangkandunganmineral kalium, kalsium, dan magnesium yang terdapat dalam buah kiwi sehinggadapatdimanfaatkansebagaipengobatan dan memberitahu masyarakat larutan pendestruksi apa yang lebih baik digunakan. 4

19 1.6 Kerangka Pikir Penelitian Buah Kiwi (Actinidia deliciosa) Variabel Bebas Destruksi dengan asam nitrat dan aqua regia Analisis Kuantitatif Uji Perolehan Kembali (Recovery) Simpangan Baku Relatif Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Variabel Terikat Kadar Kalium, Kalsium dan Magnesium Pengujian Beda Kadar (Signifikansi) Pengaruh variasi larutan pendestruksi terhadap mineral pada buah kiwi Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian 5

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Kiwi Kiwi (Actinidia deliciosa) merupakan tanaman yang memiliki tinggi sekitar 9 meter dan memiliki buah yang umumnya berbentuk oval, dengan ukuran kurang lebih 3 inci. Memiliki kulit buah warna hijau gelap kecoklatan dengan daging buah berwarna hijau atau berwarna kuning emas dengan barisan biji warna hitam gelap kecil yang bisa dimakan. Kiwi tidak hanya dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar, tetapi juga dapat dikonsumsi dalam bentuk selai, juice, jeli (Tyagi dkk., 2015) Sistematika Tumbuhan Dibawah ini adalah klasifikasi dari tanaman kiwi (Actinidia deliciosa) menurut MEDA (2019): Kingdom : Plantae Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Dicotyledoneae : Ericales : Actinidiaceae : Actinidia : Actinidia deliciosa C.F Liang & A.R. Ferguson Kandungan dan Kegunaan Buah Kiwi Umumnya beberapa varietas buah kiwi ditemukan di Cinamemiliki efek anti-mutagenesis yang kuat. Apalagi buah-buahan ini memiliki efek meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Untukmeningkatkan efek perawatan kesehatan, buah kiwi menarik komponen yang efektif, seperti isoflavon anti- 6

21 kanker, asam organik dengan formulasi dan percobaan ilmiah untuk menghasilkan fungsionalproduk / minuman perawatan kesehatan, dapat meningkatkan sistem pertahanan antikanker secara keseluruhan (Tyagi dkk., 2015). Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa penyakit seperti asmabatuk dan diabetes telah menunjukkan peningkatan positifdengan konsumsi harian buah kiwi. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa kiwi mengandung banyak senyawa yang bermanfaat secara medis,yang mungkin bermanfaat dalam pengobatan gangguan tidur (Tyagi dkk., 2015). Buah kiwi mengandung vitamin C, vitamin E, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin K. Selain itu juga mengandung mineral seperti kalium, kalsium dan magnesium, natrium, tembaga, dan fosfor (Guroo dkk., 2017). Adapun kandungan gizi dari kiwi dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 KandunganGizi dalam Buah Kiwi No. Unsur Gizi Kadar /100g bahan 1. Karbohidrat 14,66 g 2. Kolin 7,8 mg 3. Gula 8,99 g 4. Lemak 0,52 g 5. Protein 1,14 g 6. Vitamin A 122 µg 7. Vitamin B1 0,027 mg 8. Vitamin B2 0,025 mg 9. Vitamin B3 0,341 mg 10. Vitamin B5 0,183 mg 11. Vitamin B9 25 µg 12. Vitamin C 92,7 mg 13. Vitamin E 1,46 mg 14. Vitamin K 40,3 µg 15. Mangan 0,098 mg 16. Kalsium 34 mg 17. Besi 0,31 mg 18. Magnesium 17 mg 19. Fosfor 34 mg 20. Kalium 312 mg 21. Natrium 3 mg 22. Zink 0,14 mg (Guuro dkk., 2017). 7

22 2.2 Mineral Mineral merupakan bagian dari tubuh juga memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Jumlah mineral mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg (Almatsier, 2004) Kalium (K) Kalium merupakan ion bermuatan positif. Kalium memegang peranan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan transmisi otot. Didalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi biologi, terutama dalam metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein. Kalium berperan dalam pertumbuhan sel (Almatsier, 2004) Kalsium (Ca) Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg. Dari jumlah ini, 99% berada didalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit. Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang dengan kalsium plasma pada konsentrasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/l (9-10,4 mg/100ml). Densitas tulang berbeda menurut umur, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan menurun secara berangsur setelah dewasa. Selebihnya kalsium tersebar luas didalam tubuh. Didalam cairan ekstraseluler dan intraselular kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, dan penggumpalan darah (Almatsier, 2004). 8

23 2.2.3 Magnesium (Mg) Magnesium dalam tubuh mempunyai fungsi sebagai pembentuk unsur tulang dan gigi, dan banyak jaringan lainnya. Dan juga mempengaruhi kepekaan otot dan saraf. Magnesium diabsorpsi didalam usus halus, kemungkinan dengan bantuan alat angkut aktif dan secara difusi pasif. Kelebihan magnesium dalam jangka panjang sama dampaknya dengan kekurangan magnesium yaitu gangguan fungsi saraf (neurologi disturbances). Gejala awal kelebihan magnesium adalah mual, muntah, penurunan tekanan darah, perubahan elektrokardiografik dan kelambanan refleks (Yuniastuti, 2008). 2.3 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur mineral dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif sederhana dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2017). Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Gandjar dan Rohman, 2017). 9

24 Bagian instrumentasi spekrofotometri serapan atom adalah sebagai berikut: 1. Sumber sinar Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu(gandjar dan Rohman, 2017). 2. Tempat sampel Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameless) (Gandjar dan Rohman, 2017). a. Nyala (Flame) Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Suhu yangdapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Gandjar dan Rohman, 2017). b. Tanpa nyala (Flameless) Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit (hanya beberapa µl), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi 10

25 atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2017). 3. Monokromator Pada spektofomoteri serapan atom, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinu yang disebut dengan chopper (Gandjar dan Rohman, 2017). 4. Detektor Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman (Gandjar dan Rohman, 2017). 5. Readout Readout merupakan alat penunjuk atau juga diartikansebagaipencatat hasil.hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2017). Komponen spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada Gambar 2.1 Gambar 2.1 Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Harris, 2010). 11

26 Gangguan-gangguan (interference) pada spektrofotometri serapan atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2017). Secara luas dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni interferensi spektral dan interferensi kimia. Interferensi spektral disebabkan karena overlapping absorpsi antara spesies pengganggu dan spesies yang diukur, karena rendahnya resolusi monokromator. Interferensi kimia dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala. Gangguan kimia disebabkan karena adanya reaksi kimia selama atomisasi, sehingga mengubah sifat absorpsi (Khopkar, 1995). Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsurunsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan, yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik. Pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi ini memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang berbeda (Kristianingrum, 2012). Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat, dan asam klorida. Kesemua pelarut tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun campuran. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi, yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawa- 12

27 senyawa garam yang terbentuk setelah destruksi merupakan senyawa garam yang stabil dan disimpan selama beberapa hari. Pada umumnya pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan secara metode Kjeldhal. Dalam usaha pengembangan metode telah dilakukan modifikasi dari peralatan yang digunakan (Kristianingrum, 2012). Destruksi kering merupakan perombakan organic logam di dalam sampel menjadi logamlogam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara o C, tetapi suhu ini sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis. Untuk menentukan suhu pengabuan dengan system ini terlebih dahulu ditinjau jenis logam yang akan dianalisis. Bila oksida-oksida logam yang terbentuk bersifat kurang stabil, maka perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik. Untuk logam Fe, Cu, dan Zn oksidanya yang terbentuk adalah Fe2O3, FeO, CuO, dan ZnO. Semua oksida logam ini cukup stabil pada suhu pengabuan yang digunakan. Oksida-oksida ini kemudian dilarutkan ke dalam pelarut asam encer baik tunggal maupun campuran, setelah itu dianalisis menurut metode yang digunakan. Contoh yang telah didestruksi, baik destruksi basah maupun kering dianalisis kandungan logamnya. Metode yang digunakaan untuk penentuan logam-logam tersebut yaitu metode Spektrofotometer Serapan Atom. Metode ini digunakan secara luas untuk penentuan kadar unsur logam dalam jumlah kecil atau trace level (Kristianingrum, 2012). Menurut Sumardi (1981) Metode destruksi basah lebih baik daripada cara kering karena tidak banyak bahan yang hilang dengan suhu pengabuan yang sangat tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor mengapa cara basah lebih 13

28 sering digunakan oleh para peneliti. Di samping itu destruksi dengan cara basah biasanya dilakukan untuk memperbaiki cara kering yang biasanya memerlukan waktu yang lama. Sifat dan karakteristik asam pendestruksi yang sering digunakan antara lain: Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk mempercepat terjadinya oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan pengoksidasi yang kuat. Meskipun demikian waktu yang diperlukan untuk mendestruksi masih cukup lama. Campuran asam sulfat pekat dengan kalium sulfat pekat dapat dipergunakan untuk mempercepatdekomposisi sampel. Kalium sulfat pekat akan menaikkan titik didih asam sulfat pekat sehinggadapat mempertinggi suhu destruksi sehingga proses destruksi lebih cepat. Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan untuk mempercepat prosesdestruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator yang kuat. Dengan penambahan oksidator ini akanmenurunkan suhu destruksi sampel yaitu pada suhu C, dengan demikian komponen yangdapat menguap atau terdekomposisi pada suhu tinggi dapat dipertahankan dalam abu yang berartipenentuan kadar abu lebih baik. Asam perklorat pekat dapat digunakan untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi, karenaperklorat pekat merupakan oksidator yang sangat kuat. Kelemahan dari perklorat pekat adalahsifat mudah meledak (explosive) sehingga cukup berbahaya, dalam penggunaan harus sangat hati-hati. Aqua regia yaitu campuran asam klorida pekat dan asam nitrat pekat dengan perbandingan volume 3:1 mampu melarutkan logam-logam mulia seperti emas dan platina yang tidak larut dalam HCl pekat dan HNO3 14

29 pekat. Reaksi yang terjadi jika 3 volume HCl pekat dicampur dengan 1 volume HNO3 pekat: 2HCl(aq) + HNO3(aq)Cl2(g) + NOCl(g) + 2H2O(l). 2.4 Validasi Metode Analisis Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut: a. Kecermatan Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery)analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analisis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik didalam keseluruhan tahapan analisis. Kecermatanditentukan dengan dua cara, yaitu metode simulasi dan metode penambahanbaku. Kriteria kecermatan sangat tergantung kepada konsentrasi analit dalam matriks sampel dan pada RSD (Harmita, 2004). b. Keseksamaan (presisi) Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility) (Harmita, 2004). 15

30 c. Selektivitas (Spesifisitas) Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004). d. Linearitas dan rentang Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel (Harmita, 2004). e. Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of quantitation) Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004). 16

31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan pada bulan Maret Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan maksud mengetahui dan membandingkan hasil kadar mineral kalium, kalsium dan magnesium pada buah kiwi (Actinidia deliciosa) dengan variasi larutan pendestruksi secara spektrofotometri serapan atom. 3.3 Identifikasi Sampel Identifikasi buah kiwi hijau dilakukan di Laboratorium Herbarium Medanense (MEDA) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. 3.4 Bahan Sampel Sampel yang digunakan adalah daging buah kiwi hijau (Actinidia deliciosa) yang diambil dari Brastagi Supermarket, Medan Pereaksi Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air suling bebas logam, dan bahan berkualitas pro analisa keluaran E. Merck yaitu asam nitrat (HNO3 p.a) 65%, asam klorida (HCl p.a) 37%, larutan baku kalium 1000 µg/ml, 17

32 larutan baku kalsium 1000 µg/ml, larutan baku magnesium 1000 µg/ml, larutan CsCl dan larutan La2O Alat-Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer Serapan Atom (Shimadzu AA-7000) dengan nyala udara-asetilen lengkap dengan lampu katoda K, Ca dan Mg, Autosampler (Shimadzu ASC-7000), Neraca analitik (BOECO),Hot plate (Boeco Germany) kertas saring Whatman no.42, dan alat-alat gelas (Pyrex dan Oberol). 3.5 Pembuatan Pereaksi Larutan Aquabides Asam Aquabidest sebanyak 2 L ditambahkan 1,5 ml HNO3(p) (SNI, 1998) Larutan Aqua Regia Dicampurkan 10 ml HNO3(p) dan 30 ml HCl(p)(Santoro, 2017) Larutan CsCl Dicampurkan 6,325 g CsCl dengan 25 ml HCl (p) dan dicukupkan dengan akuades hingga 250 ml (Antanasopoulos, 1996) Larutan La3O3 Dicampurkan 5,875 g La3O3 dengan 50 ml HCl(p) dan dicukupkan dengan akuades hingga 250 ml (Antanasopoulos, 1996). 3.6 Prosedur Penelitian Pengambilan Sampel Sampel kiwi yang akan diperiksa, diambil dari Brastagi Supermarket Medan dengan metode sampling purposif yaitu sampel diambil secara acak 18

33 (random) dari populasinya dan dianggap sebagai sampel yang representatif (mewakili) dan memiliki sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri dan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya Penyiapan Sampel Sebanyak ±500 g dari buah kiwi segar dikupas dari kulitnya. Diambil daging buah kiwi hijau yang sudah dikupas kulitnya lalu di potong kasar dan dihaluskan menggunakan blender Proses Destruksi Basah Proses Destruksi Basah dengan Larutan HNO3 Hasil blender ditimbang ±25 gram lalu dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambahkan dengan 40 ml HNO3, sampel didestruksi diatas hot plate hingga larutan sampel berwarna kuning jernih. Kemudian didinginkan, lalu dipindahkan kedalam labu tentukur 100 ml dan ditepatkan sampai garis tanda dengan aquabides asam. Disaring dengan kertas saring Whatman no.42 dengan membuang larutan ± 2 ml larutan pertama hasil penyaringan. Analisis yang sama dilakukan sebanyak 6 kali untuk masing-masing sampel (Darmono, 1995) Proses Destruksi Basah dengan Larutan Aqua Regia Hasil blender ditimbang ±25 gram lalu dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambahkan dengan 10 ml HNO3 dan 30 ml HCl. hingga larut sempurna, kemudian dipanaskan dihot platehingga larutan sampel berwarna kuning jernih. Kemudian didinginkan, lalu dipindahkan kedalam labu tentukur 100 ml dan ditepatkan sampai garis tanda dengan aquabides asam. Disaring dengan kertas saring Whatman no.42 dengan membuang larutan ± 2 ml larutan pertama hasil penyaringan. Analisis yang sama dilakukan sebanyak 6 kali untuk masing-masing sampel (Jan-Michael dan Aniano, 2015). 19

34 3.6.4 Analisis Kuantitatif Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium Larutan baku kalsium (1000 μg/ml) dipipet sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 50 μg/ml) (larutan baku II). Larutan untuk kurva kalibrasi dibuat dengan memipet larutan induk baku II sebanyak 4 ml, 8 ml, 12 ml, 16 ml dan 20 ml dilarutkan dalam labu 100 ml lalu ditambahkan 2,5 ml larutan CsCl dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda sehingga didapatkan konsentrasi berturut-turut 2 μg/ml, 4 μg/ml, 6 μg/ml, 8 μg/ml dan 10 μg/ml dan diukur pada panjang gelombang 766,5 nm dengan nyala udara-asetilen Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium Larutan baku kalsium (1000 μg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan aquabides asamhingga garis tanda (konsentrasi 100 μg/ml) (larutan baku I). Larutan baku I dipipet 10 ml, dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 10 µg/ml). Larutan untuk kurva kalibrasi dibuat dengan memipet larutan induk baku II sebanyak 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml dan 10 ml, dilarutkan dalam labu 100 ml lalu ditambahkan 2,5 ml La2O3 dan dicukupkan dengan aquabides asam sehingga didapatkan konsentrasi berturut-turut 0,2 μg/ml, 0,4 μg/ml, 0,6 μg/ml, 0,8 μg/ml dan 1 μg/ml dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm dengan nyala udaraasetilen. 20

35 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium Larutan baku kalsium (1000 μg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan aquabides asamhingga garis tanda (konsentrasi 100 μg/ml) (larutan baku I). Larutan baku I dipipet 10 ml, dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (konsentrasi 10 µg/ml). Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet larutan induk baku II sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml dan 5 ml, dilarutkan dalam labu 100 ml lalu ditambahkan 2,5 ml La2O3 dan dicukupkan dengan aquabides asam sehingga didapatkan konsentrasi berturut-turut 0,1 μg/ml, 0,2 μg/ml, 0,3 μg/ml, 0,4 μg/ml dan 0,5 μg/ml dan diukur pada panjang gelombang 285,2 nm dengan nyala udara-asetilen Penetapan Kadar Mineral dalam Sampel Penetapan Kadar Kalium Larutan sampel buah kiwi masing-masing sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 2,5 ml larutan CsCl lalu diencerkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (faktor pengenceran 100ml/2ml = 50 kali). Diukur absorbansinya dengan spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh berada di dalam rentang nilai kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi Penetapan Kadar Kalsium Larutan sampel buah kiwi masing-masing sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu ditambahkan 2,5 ml larutan La2O3dan diencerkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (faktor pengenceran 100ml/10ml = 10 21

36 kali). Diukur absorbansinya dengan spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh berada di dalam rentang nilai kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi Penetapan Kadar Magnesium Larutan sampel buah kiwi masing-masing sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu ditambahkan 2,5 ml larutan La2O3 diencerkan dengan aquabides asam hingga garis tanda (faktor pengenceran 100ml/10ml = 10x). Diukur absorbansinya dengan spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 285,2 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh berada di dalam rentang nilai kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi magnesium dalamsampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi Analisis Data Secara Statistik Penolakan Hasil Pengamatan Kadar kalsium, kalium dan magnesium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis secara statistik. Menurut Sudjana (2001), standar deviasi dapat dihitung dengan rumus: SD = (Xi X)² n 1 Keterangan: Xi = Kadar mineral X = Kadar rata-rata mineral n = Jumlah pengulangan Untuk mencari t hitung digunakan rumus: thitung= X X SD/ n 22

37 dan untuk menentukan kadar mineral di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99%, α = 0.01, dk = n-1, dapat digunakan rumus: Kadar Mineral :μ = X ± (t(α/2, dk) x SD / n ) Keterangan : X = Kadar rata-rata mineral SD = Standar Deviasi dk = Derajat kebebasan (dk = n-1) α n = interval kepercayaan = jumlah pengulangan Validasi Metode Analisis Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapadideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analitdalam sampel yangmasih dapat memenuhikriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004). Menurut Harmita (2004), batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Simpangan Baku (µg/ml) Batas Deteksi (µg/ml) Batas Kuantitasi (µg/ml) = (Y Yi)2 n 2 = 3 X SY X slope = 10 X SY X slope Uji Perolehan Kembali (Recovery) Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan standar (standard addition method). Dalam metode ini, kadar mineral dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan 23

38 penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu (Ermer dan McB. Miller, 2005). Sampel 500 g diambil daun lalu dibersihkan dari pengotoran, lalu dihaluskan. Sampel yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak25 gram di dalambeaker glass, lalu ditambahkan larutanbaku kalium, kalsium dan magnesium pada larutan pendestruksi HNO3 masing-masing 14 ml, 0,8 ml, dan 2,5 ml. Dan pada larutan pendestruksi aqua regia dimasukkan larutan baku kalium, kalsium dan magnesium masing-masing 12 ml, 1,3 ml dan 2,3 ml. Kemudian dilanjutkan dengan proses destruksi basah seperti pada sebelumnya. Menurut (Harmita, 2004) persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini: Persen Perolehan Kembali = C F- X C A 1x 100% Keterangan : * C A CA CF = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku C * A = Kadar larutan baku yang ditambahkan dalam sampel Simpangan Baku Relatif Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif ataukoefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Menurut (Harmita, 2004), rumus untuk menghitung simpangan baku SD relatif adalah sebagai berikut:rsd = 100% X 24

39 Keterangan : X SD RSD = Kadar rata-rata sampel = Standar Deviasi = Relative Standard Deviation 25

40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kurva Kalibrasi Kalium, Kalsium dan Magnesium Kurva kalibrasi kalium, kalsium dan magnesium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan induk baku kalium, kalsium dan magnesium pada panjang gelombang masing-masing secara berturut-turut 766,50 nm; 422,7 nm; 285,20 nm. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk ketiga mineral tersebut diperoleh persamaan garis regresi yaitu: Y = 0,0817X + 0,0097 untuk kalium, Y = 0,3095X + 0,0015 untuk kalsium, dan Y = 0,6022X - 0,0009 untuk magnesium yang terdapat pada lampiran 8 halaman 48. Kurva kalibrasi larutan baku kalium, kalsium dan magnesium dapat dilihat pada Gambar 4.1; Gambar 4.2; dan Gambar Kurva Kalibrasi 0,8 Absorbansi 0,6 0,4 0,2 0-0, Konsentrasi µg/ml Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Kalium 26

41 Absorbansi 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0-0,05 Kurva Kalibrasi 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 Konsentrasi (µg/ml) Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Kalsium Absorbansi 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0-0,05 Kurva Kalibrasi 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 Konsentrasi (µg/ml) Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Magnesium Berdasarkan Garmbar 4.1;4.2; dan 4.3 di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan serapan, dengan koefisien korelasi (r) kalium 0,9994, kalsium 0,9997 dan magnesium 0,9988. Nilai r 0,997 menunjukkan adanya hubungan antara X (konsentrasi) dan Y (absorbansi) (Ermer dan McB. Miller, 2005). 27

42 4.2 Penetapan Kadar Kalium, Kalsium dan Magnesium dalam Buah Kiwi Hijau Dengan Variasi Larutan Pendestruksi Penetapan kadar kalium, kalsium dan magnesium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Konsentrasi kalium, kalsium dan magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan regresi kurva kalibrasi larutan baku masing-masing mineral. Hasil analisis kuantitatif kalium, kalsium dan magnesium pada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan pada lampiran 11 halaman 54. Tabel 4.1 Hasil Analisis Kadar Kalium, Kalsium dan Magnesium pada Buah Kiwi No. Larutan Pendestruksi Mineral yang diukur Kadar (mg/100g) Kalium 55,9682 ± 0, Larutan HNO3 Kalsium 3,2404 ± 0,0237 Magnesium 9,4482 ± 0,0039 Kalium 48,4674 ± 0, Larutan Aqua Regia Kalsium 5,0925 ± 0,0187 Magnesium 8,9398 ± 0,0010 Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, terdapat perbedaan kadar kalium, kalsium dan magnesium pada buah kiwi dengan larutan pendestruksi HNO3 dan aqua regia. Dimana pada mineral kalium dan magnesium kadar yang dihasilkan oleh larutan pendestruksi HNO3 lebih tinggi dari pada kadar oleh larutan pendestruksi aqua regia. Sedangkan pada kalsium, kadar yang diperoleh dari larutan aqua regia lebih besar dari kadar yang diperoleh dari larutan HNO3. Hal ini disebabkan terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi dari tiap-tiap masing mineral. Umumnya, banyak asam yang digunakan dalam destruksi basah. HNO3 merupakan zat pengoksid yang kuat yang dapat mendekomposisikan logam tersebut dengan baik dibandingkan dengan aqua regia (Lestari dkk., 2017). Reaksi yang terjadi antara asam dan logam dapat dijelaskan dengan menggunakan teori orbit molekular. Teori orbit molekular menggambarkan proses 28

43 pembentukan ikatan yang terjadi akibat tumpang tindih orbital pada kulit terluar dari atom-atom yang berinteraksi. Proses pembentukan ikatan dalam teori orbit molekular digambarkan dengan meninjau energi relatif dari orbit atomik. Setiap atom memiliki energi potensial orbital yang berbeda sehingga energi potensial orbital dapat digunakan untuk memperkirakan energi orbital atomik yang berinteraksi. Energi potensial orbital secara umum bernilai negatif yang menunjukkan bahwa setiap nilai mewakili tarikan antara elektron valensi dan atom pusat (Lestari dkk., 2017). Aqua regia adalah campuran HCl dan HNO3 dengan perbandingan 1:3, yang akan menimbulkan reaksi HNO3 + 3HCl NOCl + 2H20 + Cl2. Ketika aqua regia yang mengandung Cl2 bebas direaksikan dengan sampel yang mengandung kalium, kalsium dan magensium, kedua senyawa akan saling berinteraksi membentuk orbit molekular. Orbit atomik Kalium, kalsium dan magnesium memiliki energi yang berbeda sehingga saat berinteraksi dengan Cl2, baik kalium, kalsium maupun magnesium akan memberikan kontribusi yang berbeda dalam membentuk orbital molekular. Berdasarkan perbedaan energi potensial orbital, ikatan yang terjadi antara Cl2 dan magnesium lebih kuat dibandingkan dengan kalsium dan kalium dikarenakan adanya perbedaan energi potensial orbital yang kecil antara magnesium dengan HCl yaitu nilai potensial magnesium sebesar 7,64 ev dan nilai potensial Cl2sebesar 13,01. Sehingga didapati selisih antara Magnesium dan Cl2sebesar 5,37 ev. Sedangkan kalsium dan kalium memiliki energi potensial masing-masing sebesar 6,1 ev dan 4,3 ev dengan selisih masing-masing sebesar 6,91 ev dan 8,71 ev. Semakin kecil perbedaan energi orbital berarti semakin kuat interaksi yang terjadi. Berdasarkan perbedaan tersebut maka magnesium lebih banyak larut dalam Cl2dibandingkan 29

44 dengan kalsium dan kalium. Kadar magnesium yang dihasilkan sedikit lebih rendah dapat dikarenakan kesalahan dalam proses pengerjaan (Lestari dkk., 2017). Salah satu interferensi yang terjadi pada AAS yaitu kesalahan matrix yang disebabkan perbedaan sifat-sifat fisis seperti viskositas dan tegangan penguapan antara sampel dan larutan standar. Hal ini disebabkan oleh karena sampel mengandung garam/asam yang brut, suhu yang berbeda atau karena pelarut yang berbeda antara sampel dan standart. Bisa juga karena beda kecepatan dan efisiensi nebulization yang menyebabkan viskositas dan tegangan permukaan sampel dan viskositas berbeda.adanya kadar garam/asam yang tinggi menyebabkan sampel memiliki viskositas yang lebih besar dari standar sehingga menekan sinyal analit/mengurangi sensitifitas (Djunaidi, 2018). Menurut Guuro dkk. (2017) kandungan kalium, kalsium dan magnesium pada buah kiwi masing-masing yaitu 314 mg/100g, 34mg/100g, dan 17 mg/100g. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kandungan mineral. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) Hal ini disebabkan oleh karena kandungan unsur hara dan tanaman berbeda-beda, tergantung pada jenis hara, jenis tanaman, &kesuburan tanah atau jenis tanah, dan pengolahan tanaman. Untuk atomisasi logam-logam ini digunakan bahan bakar dan bahan pengoksida yaitu udara asetilen. Suhu campuran bahan bakar ini adalah sekitar 2200 o C. Suhu ini tidak dapat membuat senyawa kalium, kalsium dan magnesium menjadi atom netral, dikarenakan atom mineral tersebut bersifat refractory atau sukar terurai. Untuk mengatasi hal ini, dalam pengerjaannya perlu ditambahkan suatu senyawa yaitu dilanthanum trioksida (La2O3) untuk mineral kalsium dan magnesium serta penambahan senyawa cesium klorida (CsCl) untuk mineral 30

45 kalium, sehingga senyawa yang bersifat refractory tersebut mudah terlepas dari senyawanya dan menjadi atom netral. Senyawa penyangga akan mengikat gugusan pengganggu (silikat, fosfat, aluminat, sulfat dan sebagainya). Contoh unsur penyangga adalah strontium dan lanthanum yang ditambahkan pada analisis kalsium secara spektrofotometri serapan atom, dengan penambahan senyawa penyangga ini maka ion fosfat akan terikat dan tidak akan membentuk kalsiumfosfat yang bersifat refractory. Sementara itu, untuk menghindari pengaruh gangguan karena ionisasi dapat ditambahkan unsur lain yang mempunyai potensial yang lebih rendah dari unsur yang dianalisis (Gandjar dan Rohman, 2012). Senyawa penyangga akan mengikat gugusan pengganggu (silikat, fosfat, aluminat, sulfat dan sebagainya). Contoh unsur penyangga adalah Sr dan La yangditambahkan pada analisis Ca secara belum muncul di kalimat sebelumnya. Penambahan senyawa penyangga ini maka ion fosfat akan terikat dan tidak akanmembentuk Ca-fosfat yang bersifat refraktoris. Sementara itu, untuk menghindaripengaruh gangguan karena ionisasi dapat ditambahkan unsur lain yangmempunyai potensial yang lebih rendah dari unsur yang dianalisis (Gandjar dan Rohman, 2012). Pada logam magnesium dapat mengalami gangguan kimiawi biasa terjadi pada nyala udara-asetilena. Penambahan agen pelepas (strontium atau lanthanum) membantu menghilangkan gangguan tersebut (Antanasopoulos, 1996). Pada logam kalium dapat mengalami gangguan ionisasi dalam nyala api setilena dikurangi dengan penambahan cesium, natrium atau rubidium. Sedangkan Penambahan cesium atau kalium klorida pada konsentrasi akhir akan menekan ionisasi (Antanasopoulos, 1996). 31

46 Perbedaan signifikan antara kalium, kalsium dan magnesium dengan variasi larutan pendestruksi dapat dilihat pada hasil uji statistik Independent T- Test yang terdapat pada Gambar 4.4 dimana hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ho : Data terdistribusi normal; Ha : Data tidak terdistribusi normal Pengambilan keputusan Jika Sig. (p) > 0,005 maka Ho diterima Jika Sig (p) < 0,005 maka Ho ditolak - Kalium Group Statistics pendestruksi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kadar HNO aqua regia

47 - Kalsium Group Statistics pendestruksi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kadar HNO aqua regia

48 - Magnesium Group Statistics pendestruksi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kadar HNO aqua regia Gambar 4.4 Hasil Pengujian Independent T-Test Pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yangsignifikan antara rata-rata kadar Kalium, kalsium dan magnesium dengan variasi larutan pendestruksi yaitu asam nitrat dengan aqua regia dengan probabilitas lebih kecil dari 0,05 (Sig 2- Tailed: 0,000). 34

49 4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Berdasarkan data kurva kalibrasi kalium, kalsium dan magnesium diperoleh batas deteksi dan batas kuantitasi untuk mineral kalium, kalsium dan magnesium. Batas deteksi dan batas kuantitasi kalium, kalsium dan magnesium dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan pada lampiran 17 halaman 86. Tabel 4.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Kalium, Kalsium dan Magnesium Mineral Batas Deteksi (µg/ml) Batas Kuantitasi (µg/ml) Kalium 0,6462 2,1542 Kalsium 0,1105 0,3683 Magnesium 0,0214 0,0713 Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, bahwa semua hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi dan batas kuantitasi dan memenuhi syarat batas deteksi dan batas kuantitasi yang diperoleh. 4.4 Uji Perolehan Kembali (Recovery) Hasil uji perolehan kembali (recovery) kadar kalium, kalsium dan magnesium setelah penambahan masing-masing larutan baku kalium, kalsium dan magnesium dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan pada lampiran 14 halaman 70. Tabel 4.3Persen Uji Perolehan Kembali (Recovery) Kalium, Kalsium dan Magnesium dengan Variasi Larutan Pendestruksi No. Larutan Pendestruksi Mineral yang Persen Recovery diukur (%) Kalium 98,18 1. Larutan HNO3 Kalsium 103,88 Magnesium 102,83 Kalium 99,79 2. Larutan Aqua Regia Kalsium 101,04 Magnesium 101,14 35

50 Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, bahwa rata-rata hasil uji perolehan kembali (recovery) pada larutan pendestruksi HNO3 untuk kalium 98,18%, kalsium 103,88% dan untuk magnesium 102,83%. Dan pada larutan pendestruksi aqua regia diperoleh untuk kalium 99,79%, kalsium 101,04%, dan magnesium 101,14%. Hasil perolehan kembali (recovery) ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan, jika rata-rata hasil perolehan kembali (recovery) berada pada rentang % (Harmita, 2004). Dari hasil persen recovery yang diperoleh menunjukkan kecermatan (accuracy) kerja yang memuaskan pada saat pemeriksaan kadar kalium, kalsium dan magnesium. 4.5 Simpangan Baku Relatif Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif ubntuk kalium, kalsium dan magnesium dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan pada lampiran 16 halaman 80 Tabel 4.4Nilai Simpangan Baku dan Simpangan Baku Relatif Kalium, Kalsium dan Magnesium No. Larutan Mineral yang Simpangan Simpangan Pendestruksi diukur baku baku relatif Kalium 0,6290 0,7048% 1. Larutan HNO3 Kalsium 3,3165 3,1935% Magnesium 1,7354 1,6876% 2. Kalium 0,4632 0,4641% Larutan Aqua Kalsium 0,6090 0,6027% Regia Magnesium 0,1477 0,1460% Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat dilihat nilai simpangan baku (SD) pada buah kiwi dengan larutan pendestruksi HNO3 untuk kalium, kalsium dan magnesium masing-masing sebesar 0,6290; 3,3165; 1,7354. Untuk larutan pendestruksi aqua regia untuk kalium, kalsium dan magnesium masing-masing 0,4632; 0,6090; 0,1477. Nilai simpangan baku relatif (RSD) yang diperoleh dari larutan pendestruksi HNO3 untuk kalium, kalsium dan magnesium masing-masing 36

51 0,7048%; 3,1935%; dan 1,6876%. Dan untuk larutan pendestruksi aqua regia diproleh nilai simpangan baku relatif (RSD) untuk kalium, kalsium dan magnesium masing-masing 0,4641%; 0,6027%; 0,1460%. Menurut Harmita (2004), nilai simpangan baku relatif (RSD) untuk analit dengan kadar part per million (ppm) adalah tidak lebih dari 16%. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan ini memiliki keseksamaan (presisi) yang baik. 37

52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Diperoleh kadar kalium, kalsium, dan magnesium dengan larutan pendestruksi HNO3 masing-masing 55, ,0227 mg/100g sampel; 3,2365-3,2434 mg/100g sampel; 9,4467-9,4496 mg/100g sampel. Dan untuk larutan pendestruksi aqua regia diperoleh kadar kalium, kalsium dan magnesium masing-masing 48, ,5230 mg/100g sampel; 5,0965-5,1019 mg/100g; 8,9321-8,9356 mg/100g sampel. b. Dari hasil penelitian terdapat perbedaan jumlah kadar yang cukup signifikan antara masing-masing mineral dengan variasi larutan pendestruksi 5.2 Saran Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk a. Menentukan kadar mineral lainnya yang terdapat pada buah kiwi dengan variasi larutan pendestruksi. 38

53 DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S Prinsip dasar ilmu gizi. Cetakan Keempat.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 228, 235, 249. Darmono Logam dalam sistem biologi makhluk hidup. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Halaman 64-65, 67. Djunaidi M.C Studi interferensi pada aas (atomic absorption spektroscopy). Disertasi. Jurusan Kimia. Fakultas Sains dan Matematika. Universitas Diponegoro. Semarang. Ermer, J., McB. Miller, J. H Method validation in pharmaceutical analysis. A guide to best practice. Weinheim: Wiley-VchVerlag GmbH & Co. KGaA. Page 171. Gandjar, I.G., Rohman, A Kimia farmasi analisis. Cetakan XVI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 298, , 309, , 319. Guroo, I., Wani S.A., Wani S.M., Ahmad M., Mir S.A., dan Masoodi F.A A review of production and processing of kiwi fruit. Journal of Food Processing & Technology. 8(10) : 3. Harmita Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): , 121, 122, 127, 128, 130. Harris, D.C Quantitative chemical analysis. Eight Edition. New York: WH. H. Freeman and Company. Page 481. Herbarium Medanense Hasil identifikasi buah kiwi hijau. Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara. Jan-Michael C.C., dan Aniano N.A.J Extraction methods for quantifying iron, calcium and magnesium in a historic brickwork produced during the spanish colonial period in the philippine. KIMIKA 26(1): 4. Khopkar, S.M Basic concepts of analitycal chemistry. Penerjemah Saptoharjo, A dan Nurhadi, A. Konsep dasar kimia analitik Jakarta: UI Press. Halaman 35, 238, 395. Kristianingrum, S Kajian berbagai proses destruksi sampel dan efeknya. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. Jurusan pendidikan kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Lestari, L., Malino M.B., dan Lapanporo B.P Analisis Mekanisme Interaksi antara Asam Klorida dengan Senyawa Rb2O, K2O, CaO, dan P2O5 dalam Abu Kerak Boiler Berdasarkan Tinjauan Beda Energi Potensial Orbital. Prisma Fisika. 5(3) : Peticilia, A., Scaeteanu G.V., Madjar R., Stanica F., dan Asanica A Fertilization effect on mineral nutrition of actinidia deliciosa (kiwi) cultivated on different substrates. Agriculture and Agricultural Science Procedia. 6(2015): Rosmarkam A., Yuwono N.W. (2002) Ilmu kesuburan tanah. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit PT. Kanisius. Halaman 9-11 Santoro, A., Held A., Linsinger, T.P.J., Perez, A., Ricci, M Comparison of total and aqua regia extractability of heavy metals in sewage sludge: the case study of a certified reference material. Trend in Analysis Chemical Journal homepage: 89 (2017) : 35. SNI Cara uji cemaran logam. SNI Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Halaman 3. 39

54 Sudjana Metoda statistika. Edisi Keenam. Bandung: Penerbit PT. Tarsito Bandung. Halaman 93, 168. Sumardi Metode destruksi contoh secara kering dalam analisa unsur-unsur Fe-Cu-Mn dan Zn dalam contoh-contoh biologis. Proseding Seminar Nasional Metode Analisis. Lembaga Kimia Nasional. Jakarta: LIPI. Tyagi, S., Nanher A.H., Sahay S., Kumar V., Bhamini K., Nishad S.K., dkk Kiwifruit: health benefit and medicinal importance. Hind Agricultural Research And Training Institut. Bihar Agricultural University.10(2) : 1. Yuniastuti, A Gizi dan kesehatan. Cetakan Pertama. Yogyakarta. Graha Ilmu. Halaman66. 40

55 Lampiran 1. Hasil Identifikasi Buah Kiwi 41

56 Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 42

57 Lampiran 3. Gambar Buah Kiwi Gambar 1.Buah kiwi 43

58 Lampiran 4. Gambar Alat Gambar 2. Spektrofotometri Serapn Atom Shimadzu AA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Medan pada bulan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015 BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Tempat danwaktupenelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Januari-April 2015 2.2Bahan-bahan 2.2.1 Sampel Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penyiapan sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daun kari (Murraya koenigii (L.) Spreng) merupakan daun majemuk dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daun kari (Murraya koenigii (L.) Spreng) merupakan daun majemuk dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daun Kari (Murraya koenigii (L.) Spreng) Daun kari (Murraya koenigii (L.) Spreng) merupakan daun majemuk dan bentuk daunnya menyirip. Bentuk daun kari hampir sama dengan daun

Lebih terperinci

ANALISIS KALSIUM, MAGNESIUM, DAN TIMBAL PADA AIR MINERAL DALAM KEMASAN DAN AIR MINUM ISI ULANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS KALSIUM, MAGNESIUM, DAN TIMBAL PADA AIR MINERAL DALAM KEMASAN DAN AIR MINUM ISI ULANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS KALSIUM, MAGNESIUM, DAN TIMBAL PADA AIR MINERAL DALAM KEMASAN DAN AIR MINUM ISI ULANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syaruniversitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suku kubis-kubisan (Brassicaceae). Brokoli diperkirakan didomestikasi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suku kubis-kubisan (Brassicaceae). Brokoli diperkirakan didomestikasi di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Brokoli Brokoli (Brassica oleraceae, L.) adalah tanaman sayuran yang termasuk dalam suku kubis-kubisan (Brassicaceae). Brokoli diperkirakan didomestikasi di wilayah Mediterania

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Teri 2.1.1 Klasifikasi ikan teri Menurut Anonim c (2014), klasifikasi ikan teri adalah sebagai berikut: Filum Sub-Filum Class Ordo Famili Genus Species : Chordata : Vertebrae

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR KALIUM, KALSIUM, NATRIUM, DAN MAGNESIUM DALAM ALPUKAT LOKAL DAN ALPUKAT IMPOR SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENETAPAN KADAR KALIUM, KALSIUM, NATRIUM, DAN MAGNESIUM DALAM ALPUKAT LOKAL DAN ALPUKAT IMPOR SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENETAPAN KADAR KALIUM, KALSIUM, NATRIUM, DAN MAGNESIUM DALAM ALPUKAT LOKAL DAN ALPUKAT IMPOR SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan logam Timbal pada kerupuk rambak dengan menggunakan alat Spektrofotometer serapan atom Perkin Elmer 5100 PC. A.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya sejumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya sejumlah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Natrium Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya sejumlah kecil natrium berada dalam cairan intraselular (Suhardjo, 1992). Makanan sehari hari biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) Leguminosae yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) Leguminosae yang banyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kacang Hijau Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo, mung bean, green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama daerah, seperti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Kimia Bahan Makanan Fakultas Farmasi USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories. 3.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman JUDUL..... i HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... iv vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010) strawberry dikenal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010) strawberry dikenal dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Strawberry Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010) strawberry dikenal dengan nama arbei yang bersal dari bahasa belanda, aardbhei yaitu sebuah genus tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daun katuk Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman katuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salagundi (Vitex trifolia L.) adalah tumbuhan dari famili tumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salagundi (Vitex trifolia L.) adalah tumbuhan dari famili tumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Salagundi (Vitex trifolia L.) adalah tumbuhan dari famili tumbuhan berbunga (dikenal dengan famili Verbenaceae) yang tersebar di seluruh Indonesia. Salagundi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 PENETAPAN KADAR MINERAL BESI, KALIUM, KALSIUM DAN NATRIUM PADA KOL (Brassica oleracea L.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sukun Sukun merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik pada lahan kering (daratan), dengan tinggi pohon dapat mencapai 10 m atau lebih dan mempunyai cabang-cabang yang melebar

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR MINERAL KALSIUM, KALIUM DAN NATRIUM PADA DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI

PENETAPAN KADAR MINERAL KALSIUM, KALIUM DAN NATRIUM PADA DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI PENETAPAN KADAR MINERAL KALSIUM, KALIUM DAN NATRIUM PADA DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

ANALISIS MINERAL KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA BEBERAPA JENIS AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA MEDAN

ANALISIS MINERAL KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA BEBERAPA JENIS AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA MEDAN ANALISIS MINERAL KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA BEBERAPA JENIS AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syaruniversitas Sumatera OLEH: JULI HANDAYANI PASARIBU

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN MINERAL KALIUM, NATRIUM, MAGNESIUM PADA SELADA

STUDI KANDUNGAN MINERAL KALIUM, NATRIUM, MAGNESIUM PADA SELADA STUDI KANDUNGAN MINERAL KALIUM, NATRIUM, MAGNESIUM PADA SELADA ( Lactuca sativa L. ) HIDROPONIK DAN NON-HIDROPONIK SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI OLEH: SONDANG NOVIN M. H. NIM 081524020 PROGRAM

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C DAN NATRIUM BENZOAT PADA MINUMAN SARI BUAH SECARA SIMULTAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI OLEH: FELICIA CHRISTINE NIM 101501027 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah klasifikasi ilmiah dari buah naga (Idawati, 2012):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah klasifikasi ilmiah dari buah naga (Idawati, 2012): BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Buah Naga Dalam dunia taksonomi, buah naga masuk dalam Family Cactaceae. Berikut adalah klasifikasi ilmiah dari buah naga (Idawati, 2012): Kingdom Divisi

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL KALSIUM, KALIUM DAN NATRIUM PADA APEL HIJAU (Pyrus malus, L.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL KALSIUM, KALIUM DAN NATRIUM PADA APEL HIJAU (Pyrus malus, L.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL KALSIUM, KALIUM DAN NATRIUM PADA APEL HIJAU (Pyrus malus, L.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pandey (1981), taksonomi tumbuhan daun singkong adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pandey (1981), taksonomi tumbuhan daun singkong adalah: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Daun Singkong Menurut Pandey (1981), taksonomi tumbuhan daun singkong adalah: Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian telur dari luka atau kerusakan (Anonim, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian telur dari luka atau kerusakan (Anonim, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kulit Telur Kulit telur merupakan lapisan luar dari telur yang berfungsi melindungi semua bagian telur dari luka atau kerusakan (Anonim, 2003). Pembentukan kulit telur

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN KANDUNGAN BESI PADA BEBERAPA SPESIES BAYAM SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

STUDI PERBANDINGAN KANDUNGAN BESI PADA BEBERAPA SPESIES BAYAM SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM STUDI PERBANDINGAN KANDUNGAN BESI PADA BEBERAPA SPESIES BAYAM SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI OLEH: WINDA YANI NIM 111524049 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Mata air yang terletak di Gunung Sitember Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat 48 Air minum yang dialirkan menggunakan pipa besi Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhover, ketika menelaah garis garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daerah nanas yang terkenal di Negara kita ini adalah Palembang, Riau, Jambi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daerah nanas yang terkenal di Negara kita ini adalah Palembang, Riau, Jambi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan buah yang cukup popular. Daerah nanas yang terkenal di Negara kita ini adalah Palembang, Riau, Jambi, Bogor, Subang dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Sarden (Sardinella lemuru) Ikan sarden (Sardinella lemuru)merupakan jenis ikan pelagis kecil pemakan plankton. Hidupnya bergerombol, badannya bulat memanjang, bagian perut

Lebih terperinci

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran

Lebih terperinci

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 PENETAPAN KADAR MINERAL KALSIUM, BESI, ZINK, TEMBAGA DAN MANGAN PADA BUAH PEPINO (Solanum muricatum L.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI OLEH: NURHADI NIM 121524067 PROGRAM EKSTENSI SARJANA

Lebih terperinci

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 ANALISIS KANDUNGAN MINERAL DALAM AIR KELAPA HIJAU (Cocos nucifera, L.) DARI DAERAH DATARAN RENDAH DAN DAERAH DATARAN TINGGI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengembangan Metode Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun hanya salah satu tahapan saja. Pengembangan metode dilakukan karena metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingginya mencapai 5 15 m, dengan batang yang bulat, dan mempunyai akar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingginya mencapai 5 15 m, dengan batang yang bulat, dan mempunyai akar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daun Ekor Naga Daun ekor naga sejenis tanaman merambat yang besar, memanjat, tingginya mencapai 5 15 m, dengan batang yang bulat, dan mempunyai akar pelekat dan akar gantung

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA AIR TEBU MERAH DAN AIR TEBU HIJAU SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI

PENETAPAN KADAR KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA AIR TEBU MERAH DAN AIR TEBU HIJAU SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI PENETAPAN KADAR KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA AIR TEBU MERAH DAN AIR TEBU HIJAU SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI OLEH: NOVEN PRISSILIA NIM 091501064 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Depkes RI (2000), taksonomi tumbuhan kangkung sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Depkes RI (2000), taksonomi tumbuhan kangkung sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kangkung 2.1.1 Taksonomi tumbuhan Menurut Depkes RI (2000), taksonomi tumbuhan kangkung sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA DETERMINATION OF COPPER CONTENT IN MEATBALLS AND BEEF BURGERS DISTRIBUTED IN SURAKARTA Endang Sri Rejeki 1)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rossi (2011), jamur merang (volvariella volvacea) adalah salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rossi (2011), jamur merang (volvariella volvacea) adalah salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamur Merang Menurut Rossi (2011), jamur merang (volvariella volvacea) adalah salah satu spesies jamur pangan yang banyak dibudayakan di Asia Timur dan Asia Tenggara yang beriklim

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

Gambar 2. Daun Tempuyung

Gambar 2. Daun Tempuyung Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Tanaman Daun Tempuyung Gambar. Daun Tempuyung 41 Lampiran 1. (Lanjutan) Gambar 3 Kapsul Ekstrak Tempuyung Gambar 4. Kemasan Kapsul 4 Lampiran 1. (Lanjutan) Gambar 5.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang. Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan. Gambar 5. Air Minum Isi Ulang

Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang. Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan. Gambar 5. Air Minum Isi Ulang Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan Gambar 5. Air Minum Isi Ulang Lampiran. Hasil Analisis Kualitatif Kalsium, Magnesium dan Timbal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kurma (Phoenix dactylifera) adalah sejenis tumbuhan palem yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kurma (Phoenix dactylifera) adalah sejenis tumbuhan palem yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kurma Kurma (Phoenix dactylifera) adalah sejenis tumbuhan palem yang buahnya dapat dimakan karena rasanya manis. Pohon kurma memiliki tinggi sekitar 15-25 meter dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel. 2.1.1 Taksonomi Kucai. Menurut United States Department of Agriculture (2015), klasifikasi lengkap dari tanaman kucai adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Selada Taksonomi tumbuhan selada : Kingdom Divisio Subdivisio Class Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Asterales : Asteraceae : Lactuca

Lebih terperinci

Teknik Analisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Teknik Analisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) Teknik Analisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) Kuliah Analisis Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Pertemuan Ke 4 & 5 siti_marwati@uny.ac.id Langkah-langkah analisis dengan AAS

Lebih terperinci

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Laporan Kimia Analitik KI-3121 Laporan Kimia Analitik KI-3121 PERCOBAAN 5 SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 19 Oktober 2012 Tanggal Laporan : 2 November 2012 Asisten

Lebih terperinci

ANALISIS ION KALIUM (K + ), ION NATRIUM (Na + ), DAN PROTEIN DARI AIR KELAPA VARIETAS KELAPA DALAM DAN KELAPA HIBRIDA SKRIPSI EFAN EFENDI

ANALISIS ION KALIUM (K + ), ION NATRIUM (Na + ), DAN PROTEIN DARI AIR KELAPA VARIETAS KELAPA DALAM DAN KELAPA HIBRIDA SKRIPSI EFAN EFENDI ANALISIS ION KALIUM (K + ), ION NATRIUM (Na + ), DAN PROTEIN DARI AIR KELAPA VARIETAS KELAPA DALAM DAN KELAPA HIBRIDA SKRIPSI EFAN EFENDI 100822053 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR KALSIUM DAN KALIUM DALAM BROKOLI (Brassica oleracea, L.) SEGAR DAN DIREBUS SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENETAPAN KADAR KALSIUM DAN KALIUM DALAM BROKOLI (Brassica oleracea, L.) SEGAR DAN DIREBUS SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENETAPAN KADAR KALSIUM DAN KALIUM DALAM BROKOLI (Brassica oleracea, L.) SEGAR DAN DIREBUS SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI Diajukan untuk muniversitas Sumatera Uta OLEH: KHALIL FAHMI NIM 091501007

Lebih terperinci

MEDAN MEDAN

MEDAN MEDAN PENETAPAN KADAR MINERAL KALSIUM, NATRIUM DAN MAGNESIUM PADA DAUN SALAM (Eugenia polyantha Wight) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 PENENTUAN KADAR NITRIT DAN NITRAT DALAM KORNET DAGING SAPI DAN DAGING SAPI ASAP SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK SKRIPSI OLEH: NIA SYOFYASTI MATONDANG NIM 121524046 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jalan Tangkuban Perahu No. 157 Lembang, Bandung. 3.2.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mineral dalam Diet Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh

Lebih terperinci

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 STUDI PERBANDINGAN KANDUNGAN MANGAN PADA TELUR AYAM KAMPUNG, TELUR AYAM RAS DAN TELUR BEBEK SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI OLEH: RAFIKA SARI NIM 060804035 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Gambar 6. Sayur Sawi yang dijadikan Sampel Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri a. Penetapan Bobot Tetap Cawan Kosong Dengan pernyataan bobot

Lebih terperinci

KADAR ABU & MINERAL. Teti Estiasih - THP - FTP - UB

KADAR ABU & MINERAL. Teti Estiasih - THP - FTP - UB KADAR ABU & MINERAL 1 PENDAHULUAN Analisis kadar abu penting untuk bahan atau produk pangan Menunjukkan kualitas seperti pada teh, tepung, atau gelatin Merupakan perlakuan awal untuk menentukan jenis mineral

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jalan Tangkuban Perahu No. 157 Lembang, Bandung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALYSIS OF LEAD, COPPER, AND ZINC IN FRESH COW S MILKS COMMERCIAL

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN MINERAL ESENSIAL PADA DAUN EKOR NAGA (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS KANDUNGAN MINERAL ESENSIAL PADA DAUN EKOR NAGA (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS KANDUNGAN MINERAL ESENSIAL PADA DAUN EKOR NAGA (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI OLEH: SYAFRIDAH NIM 071501030 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Alat-alat gelas pyrex - Pipet volume pyrex - Hot Plate Fisons - Oven Fisher - Botol akuades - Corong - Spatula

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN ANALISIS MERKURI DALAM SEDIAAN KOSMETIK BODY LOTION MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Agung Dimas Jatmiko, Tjiptasurasa, Wiranti Sri Rahayu Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Puwokerto,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Sampel

Lampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Sampel Lampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Gambar 1. Gambar Depot Air Minum Isi Ulang Gambar.Gambar Depot Air Minum Isi Ulang Teknik Reverse Osmosis Gambar 3. Gambar air minum reverse osmosis dalam kemasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amerika. Penyebarannya segera meluas ke berbagai tempat sejak Columbus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amerika. Penyebarannya segera meluas ke berbagai tempat sejak Columbus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai (Capsicum sp) Cabai (Capsicum sp) adalah salah satu jenis sayuran yang berasal dari benua Amerika. Penyebarannya segera meluas ke berbagai tempat sejak Columbus menemukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Taksonomi Buah Apel Nama umum : Apel Bahasa Inggris : Apple Nama Latin : Malus domestica Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

Lebih terperinci

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 PENETAPAN KADAR MINERAL KALSIUM, MAGNESIUM, BESI DAN MANGAN PADA KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC. SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penanaman kelapa (dataran tinggi dan dataran rendah) dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penanaman kelapa (dataran tinggi dan dataran rendah) dapat 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Lokasi penanaman variabel bebas Kadar kalium air kelapa variabel terikat Lokasi penanaman kelapa (dataran tinggi dan dataran rendah) dapat mempengaruhi kadar

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. 3.1 Bahan Buah jeruk nipis, belimbing, jeruk lemon, vitamin C baku (PPOMN),

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN ANALISIS CEMARAN TEMBAGA DALAM AIR SUMUR INDUSTRI PELAPISAN EMAS DI KOTA TEGAL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Listiowati, Wiranti Sri Rahayu, Pri Iswati Utami Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm No Menit ke- Absorbansi 1 4 0,430 5 0,431 3 6 0,433 4 7 0,434 5 8 0,435 6 9 0,436 7 10 0,437 8 11 0,438 9 1 0,439

Lebih terperinci

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Kentang (Solanum tuberosum L.) Gambar 1. Kentang (Solanum tuberosum L.) Kentang (Solanum tuberosum L.) Gambar. Tanaman Kentang Tanaman Kentang Gambar 3. Hasil Analisis Kualitatif Timbal dan Kadmium Kadmium Timbal Hasil Analisa Kualitatif

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN PADA SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN ZERO CROSSING SKRIPSI

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN PADA SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN ZERO CROSSING SKRIPSI PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN PADA SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN ZERO CROSSING SKRIPSI OLEH: RISTINA HASIBUAN NIM 121524085 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

Lebih terperinci

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan Lampiran 1. Flowsheet Destruksi Basah Sampel yang telah dihomogenkan Ditimbang 5 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 5 ml Didiamkan selama 4 jam Sampel + HNO 3 (p) Larutan Sampel Hasil Dipanaskan di

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 36 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah asam klorida pekat 37% (Merck KG, aa), sampel krim, metil paraben pa (Brataco), dan propil paraben

Lebih terperinci

KLASIFIKASI MINERAL. Makro : Kebutuhan minimal 100 mg/hari utk orang dewasa Ex. Na, Cl, Ca, P, Mg, S

KLASIFIKASI MINERAL. Makro : Kebutuhan minimal 100 mg/hari utk orang dewasa Ex. Na, Cl, Ca, P, Mg, S ANALISIS KADAR ABU ABU Residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari bahan menunjukkan : Kadar mineral Kemurnian Kebersihan suatu bahan yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan asam klorida pekat 37% (Merck KG aa), akuadestilata, sampel hand body lotion, standar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Melinjo Menurut Herbarium Medanense (2017), hasil identifikasi tumbuhan melinjo adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Gnetophyta : Gnetopsida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air yang digunakan sebagai kebutuhan air bersih sehari-hari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air yang digunakan sebagai kebutuhan air bersih sehari-hari, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air yang digunakan sebagai kebutuhan air bersih sehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak bewarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dan mempunyai suhu yang sesuai dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

ANALISIS MINERAL KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA AIR MINUM PDAM TIRTANADI DI BEBERAPA LOKASI DI KOTA MEDAN SKRIPSI

ANALISIS MINERAL KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA AIR MINUM PDAM TIRTANADI DI BEBERAPA LOKASI DI KOTA MEDAN SKRIPSI ANALISIS MINERAL KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA AIR MINUM PDAM TIRTANADI DI BEBERAPA LOKASI DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH: FRIKSON TRY HARYADI HUTASOIT NIM 101501069 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh/hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara PENETAPAN KADAR KALIUM, NATRIUM DAN MAGNESIUM PADA SEMANGKA (Citrullus vulgaris, Schard) DAGING BUAH BERWARNA KUNING DAN MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii iv vi vii viii xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging. III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang mengarah pada pengembangan metode dengan tujuan mengembangkan spektrofotometri ultraviolet secara adisi standar

Lebih terperinci

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DAN PREDNISOLON DALAM SEDIAAN KRIM SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN METODE ZERO CROSSING SKRIPSI OLEH: DELYUVIN NASUTION NIM 131524106 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai parasetamol adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Rumus Struktur Parasetamol Nama Kimia

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL PADA DAUN EKOR NAGA (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL PADA DAUN EKOR NAGA (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL PADA DAUN EKOR NAGA (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Masfria, Chairul Azhar Dalimunte, Syafridah ABSTRAK Daun ekor naga (Rhaphidophora

Lebih terperinci