PRODUKSI, DISTRIBUSI DAN KONSUMSI CERITA PANAS PADA SUBFORUM CERITA DI SITUS SEMPROT.COM: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKSI, DISTRIBUSI DAN KONSUMSI CERITA PANAS PADA SUBFORUM CERITA DI SITUS SEMPROT.COM: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA"

Transkripsi

1 View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Diponegoro University Institutional Repository PRODUKSI, DISTRIBUSI DAN KONSUMSI CERITA PANAS PADA SUBFORUM CERITA DI SITUS SEMPROT.COM: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Disusun Oleh: BINTANG AKSAMA DINIHARI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG, INTISARI Dinihari, Bintang Aksama Produksi, Distribusi dan Konsumsi Cerita Panas pada Subforum Cerita di Situs Semprot.com: Kajian Sosiologi Sastra. Skripsi. Program Strata I dalam Ilmu Sastra Indonesia. Semarang. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Pembimbing: I Drs. Moh. Muzakka, M. Hum., II Khothibul Umam, S.S., M.Hum. Objek material penelitian ini adalah cerita panas di situs Semprot.com sebagai forum daring yang difokuskan pada subforum Cerita sebagai salah satu wadah bagi cerita panas di dunia siber. Masalah yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah proses produksi, distribusi dan konsumsi cerita panas di dalam subforum Cerita di situs Semprot.com, serta menjelaskan deskripsi fitur dan fasilitas serta peran dari pengelola forum dan anggota forum di dalam situs Semprot.com. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana cerita panas di situs Semprot.com diproduksi, didistribusi dan dikonsumsi menurut regulasi yang berlaku di dalam situs tersebut. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan situs Semprot.com berdasarkan dari sejarah berdirinya, pihak yang terlibat aktif di dalamnya serta fitur dan fasilitas yang tersedia di dalam situs tersebut sebagai salah satu wadah bagi cerita panas di dunia siber.

2 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis studi lapangan dengan pendekatan sosiologi sastra Robert Escarpit. Metode ini digunakan untuk menganalisis produksi, distribusi dan konsumsi cerita panas di situs Semprot.com. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa cerita panas di situs Semprot.com diproduksi dan didistribusikan secara bersamaan oleh anggota terdaftar di dalam forum dengan melalui regulasi penerbitan yang sudah ditentukan oleh pengelola forum (moderator) dan disepakati bersama oleh anggota terdaftar. Tanggapan terhadap cerita panas yang diterbitkan berupa komentar dan fitur likes yang disediakan forum digunakan oleh anggota terdaftar sebagai bukti aktivitas konsumsi di dalam forum dan timbal balik aktif antara karya, penulis dan pembaca. Selain itu hasil penelitian juga mendiskripsikan bagaimana fitur, komponen dan tampilan situs secara umum serta menjelaskan apa saja kegiatan aktif di dalam forum terhadap cerita panas yang dipublikasikan secara khusus di dalam subforum cerita. Kata Kunci: Semprot.com, Cerita Panas, Produksi, Distribusi, Konsumsi.

3 2. LATAR BELAKANG Cerita panas dalam dunia sastra di Indonesia dianggap sebagai karya sastra sampah. Hal ini juga pernah dikemukakan oleh salah seorang penyair dan budayawan, Rendra, yang kutipannya berbunyi sebagai berikut: Sebab, karya sastra semacam ini hanya akan dipandang sebelah mata oleh kalangan seniman dan masyarakat. Serta hanya dianggap sebagai sastra sampah dan dimasukkan dalam aliran viagra. (Suara Pembaruan, Senin, 10 Desember 2007). Cerita panas bisa dikatakan sastra sampah karena dianggap sebagai karya sastra yang hanya mengedepankan vulgaritas dan fantasi seks belaka. Menurut wacana postmodernisme, salah satu bentuk vulgaritas dan pendangkalan nilai-nilai estetik adalah kitsch. Semacam peristilahan untuk karya kepenulisan kreatif yang dianggap sebagai bentuk bad taste (selera rendah) atau sampah artistik. Hal ini disebabkan oleh rendahnya standar estetik yang digunakan. Sehingga, nilai estetik tidak menonjol, melainkan dibalut oleh nilai provokasi, yakni erotisme, sensualitas, seksualitas (Damhuri Muhammad, Suara Karya, 2009). Label negatif yang diberikan kepada cerita panas karena unsur seksualitasnya yang vulgar dan bertentangan dengan nilai dan norma kebudayaan serta agama. Padahal di sisi lain cikal bakal cerita panas yaitu unsur erostisme sebelumnya juga telah muncul pada sastra daerah, misalnya sastra Jawa klasik, sebagaimana terlihat dalam Babad Tanah Jawi, Serat

4 Gatolotjo, Serat Darmogandul, Serat Centimi, dan Serat Damarwulan. Di lain pihak, berdasarkan artikel di air pada awal hingga pertengahan periode 1960 (yang berpuncak pada peristiwa 1965) menyebabkan sedikitnya novel ensiklopedia.kemdikbud.go.id berjudul yang diterbitkan dalam periode ini. Sastra Erotis tertulis bahwa karya sastra yang mengandung unsur erotik dalam khazanah Sastra Indonesia Modern telah ada sejak 1930-an, yaitu "Fenomena Novel Medan" tahun an atau novel-novel yang penerbitannya didominasi oleh Penerbit Melayu Cina pada tahun 1930-an. Di tahun 1950-an sajak Sitor Situmorang yang berjudul "La Ronde" dapat disebut sebagai salah satu contoh karya Sastra Indonesia Modern yang mampu melahirkan asosiasi tentang seksualitas yang erotik. Pada perkembangan selanjutnya, distribusi sastra erotisme tidak dapat dilepaskan oleh gejolak politik di tanah Stabilitas politik yang belum bisa dicapai hingga akhir dasawarsa 1960 membuat Orde Baru masih disibukkan dengan penumpasan sisa-sisa simpatisan PKI. Hal lain yang memacetkan kelahiran novel pada dasawarsa 1960 adalah ketidakstabilan ekonomi negara. Macetnya penerbitan novel-novel sastra justru menyuburkan penerbitan novel "populer" atau "hiburan" yang kental dengan bumbu erotis, seperti karya Motinggo Boesje (novel-novel tersebut diterbitkan dalam bentuk stensil dengan bahan kertas dan cetakan berkualitas rendah). Beberapa pengarang seperti Enny Arrow, Kelik Diono, Asbari

5 Nurpatria Krisna, dan Fredy S., meneruskan "resep" erotisme, yang menjadikan alur cerita tidak lebih dari sekadar sarana untuk membangun adegan erotik yang berpadu dengan pornografi. Tidaklah mengherankan bila pada helat waktu karya sastra berbau erotisme yang diproduksi secara stensil karya Enny Arrow dan kawanannya menjamur lalu menjadi tren di kalangan remaja ( rita-stensilan-di-tahun-80.html.). Memasuki milenium baru, teks semacam itu mulai jarang ditemui terutama setelah masuknya internet di Indonesia. Masuknya internet di Indonesia pada awal 2000-an menjadi pembaharu bagi distribusi teks cerita panas. langsung mempengaruhi distribusi cerita panas untuk sampai ke pembaca. Pemanfaatan perkembangan teknologi sebagai media distribusi karya sastra dikemukakan oleh Robert Escarpirt dalam Sosiologi Sastra; kemajuan budayabudaya dan teknologi canggih seperti internet membawa dampak terhadap perkembangan kesusastraan (2003:5-48). Artikel berjudul Guncangan di Ruang Sosial Virtual dalam Suara Merdeka oleh Triyanto Triwikromo (2009), juga mengungkapkan bahwa pada generasi berikutnya atau yang disebut dengan the next generation, harus mampu hidup dalam ruang sosial dunia virtual (internet). Hal ini membuat cerita panas masuk ke ranah siber dan menjadikannya salah satu dari bagian sastra siber. Kehadiran komputer dan internet secara

6 Istilah sastra siber menurut Endraswara mulai meluas di Indonesia tahun 2001, berikut kutipannya: Sejak tahun 2001 baru merebak istilah demikian.yakni, pada saat budaya internet mulai berkecamuk di negeri kita. Melalui internet tersebut, muncul cybersastra. Apapun yang terjadi, kehadiran cybersastra seakan-akan telah menabuh gong besar dunia sastra (2001:182). Sejak mulainya era sastra siber yang sekarang berumur dua dekade di Indonesia, perkembangan sastra siber terus meningkat dengan meningkatnya jumlah karya karena kebebasan dan ketidaketerbatasan internet. Bagaimanapun distribusi cerita panas ikut terpengaruh kedalam pusaran perkembangan teknologi seperti internet. Situs-situs awal yang memuat cerita panas (namun kini sudah tidak aktif) seperti pondokputri.com dan nyamuk.com menjadi bukti bagaimana cerita panas didistribusikan secara virtual. Tahun 2010, tepatnya tanggal 4 Maret, situs bernama Semprot.com hadir sebagai salah satu situs forum daring dengan berbagai subforum yang disediakan. Salah satu subforumnya menyediakan konten cerita panas di dalamnya dengan label Cerita. Subforum Cerita berisi kumpulan cerita panas yang dikerucutkan lagi ke dalam beberapa kategori seperti Daun Muda, Sedarah, Cerita Bersambung, Pemaksaan, Fiksi dan Setengah Baya. Cerita panas dalam forum tersebut ditulis oleh para anggota yang sudah terdaftar. Ribuan cerita panas terkumpul dalam forum tersebut hingga

7 kini dan terus bertambah serta ditanggapi oleh anggota lain sebagai sebuah timbal balik yang aktif dalam sebuah forum. Siapapun boleh berkontribusi, seperti ikut menyumbangkan karyanya atau sekadar menanggapi dengan mendaftar sebagai anggota dengan membuat akun secara gratis dan mudah (Sumber: Semprot.com). Berdasarkan data statistik situs yang tertera di beranda forum, Semprot.com hingga kini berhasil memiliki sekitar lebih anggota terdaftar dari seluruh penjuru Indonesia sewindu sejak awal berdiri. Sebagai forum daring yang aktif, pada tahun 2015 hingga 2019, di setiap tahunnya Semprot.com juga sempat mengadakan LKTCP (Lomba Karya Tulis Cerita Panas) yang diikuti para anggota yang aktif berkontribusi di forum tersebut. Semprot.com juga membuat kurasi Index Daftar Cerita Terbaik dengan kriteria view (berapa kali dibaca), comment (banyaknya komentar) dan like (banyaknya penyuka) yang dikumpulkan dari anggota forum. Forum menyediakan tampilan counter (penghitung) untuk view, comment dan like yang diterima di setiap terbitan cerita panas sebagai bentuk apresiasi dari cerita panas yang ditulis oleh anggota Semprot.com. Sebagai penyedia cerita panas di internet, Semprot.com menarik diteliti secara sosiologis mengingat perannya sebagai distributor dan wadah bagi terbitnya cerita panas setelah nama-nama seperti Freddy S. dan Enny Arrow tenggelam. Selain itu, produksi, distribusi dan konsumsi karya sastra di Semprot.com berupa cerita panas juga menarik untuk dikajii mengingat Semprot.com

8 mempunyai sistem dan regulasi tersendiri dalam proses serta aktivitasnya. Semprot.com yang secara sistem berbentuk sebuah forum daring memungkinkan interaksi secara terbuka cerita panas diproduksi, didistribusikan dan dikonsumsi di forum Semprot.com. Disitribusi di sini meliputi sistem yang diterapkan oleh Semprot.com untuk meregulasi produksi dan penerbitan cerita dari anggota terdaftar untuk langsung panas, seperti kriteria dan seleksi, terlibat dalam produksi dan konsumsi cerita panas yang diterbitkan membuat kajian ini semakin menarik untuk dijabarkan lebih luas sebagai salah satu kajian sosiologis untuk sastra siber. peraturan, kategorisasi, pemantauan hingga sampai ke pembaca untuk direspon secara langsung di dalam forum. Selain itu, seperti apa deskripsi fitur dan fasilitas serta peran dari pengelola forum dan anggota forum di dalam situs Semprot.com. 4. METODE DAN TEKNIK 3. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis merumuskan permasalahan bagaimana PENELITIAN Metode penelitian merupakan pilihanpilihan strategis yang nantinya akan digunakan untuk memperoleh data seperti

9 melakukan studi lapangan, kajian kepustakaan atau eksperimen. Berdasarkan apa yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana cerita panas di situs Semprot.com diproduksi, distribusi dan dikonsumi maka penulis memilih untuk melakukan penelitian lapangan dengan pendekatan sosiologi sastra. Berikut ini adalah langkah kerja yang akan penulis lakukan: A. Pengumpulan Data spesifik tentang situs Semprot.com, penulis mengumpulkan data melalui observasi langsung pada situs Semprot.com. Data dan informasi yang ada di dalam situs nantinya akan dikumpulkan dengan cara pengambilan tangkapan layar (screenshot) terhadap beberapa bagian di situs Semprot.com. Selain itu juga pengumpulan data yang berupa informasi yang berkaitan dengan cerita panas di dunia maya berdasarkan literasi cetak maupun digital. Pengumpulan data berupa informasi mengenai situs Semprot.com, seperti informasi tentang sejarah, tampilan, regulasi dan komponen yang terlibat secara aktif (moderator dan anggota). Mengingat kegiatan aktif situs Semprot.com hanya berlangsung secara daring dan kurangnya literasi cetak B. Analisis Data dan Pemaparan Analisis Data Penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra untuk menganalisis kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi cerita panas pada di situs

10 Semprot.com. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif untuk menjabarkan secara singkat apa itu Semprot.com, bagaimana sejarah, tampilan, komponen dan fitur yang ditawarkan kepada pengguna dan anggota yang terdaftar, terutama subforum Cerita yang menyediakan cerita panas dalam berbagai jenis. Selain itu juga dijabarkan kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi cerita panas dalam situs Semprot.com. Data yang sudah terkumpul, nantinya akan disusun secara rapi dan direduksi dengan rinci menjadi data pokok-pokok yang sesuai dengan fokus penelitian yang dapat memberikan gambaran dan informasi yang jelas. Dalam bab awal dalam buku Sosiologi Sastra oleh Robert Escarpit disebutkan bahwa semua fakta sastra menyiratkan adanya penulis, buku dan pembaca, atau, secara umum dapat dikatakan: pencipta, karya dan publik. Setiap fakta sastra merupakan bagian suatu sirkuit. Dengan alat transmmisi yang sangat kompleks, yang merupakan bagian seni sekaligus juga teknologi dan usaha dagang, ia mengaitkan individu-individu yang jelas definisinya (atau dikenal namanya) pada suatu kolektifitas yang dapat dikatakan minim (namun terbatas). A. Konsep Sosiologi Sastra Sosiologi sastra, yang memahami fenomena sastra dalam hubungannya dengan aspek sosial, merupakan 5. LANDASAN TEORI pendekatan atau cara membaca dan

11 memahami sastra yang bersifat Pendekatan terhadap sastra yang interdisipliner (Wiyatmi, 2013:5). mempertimbangkan segi-segi Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat sebagai usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dengan demikian, karya sastra dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial, yaitu hubungan manusia dengan keluarga, lingkungan, politik, negara, ekonomi, dan sebagainya yang juga menjadi urusan sosiologi. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi dapat memberi penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan bahwa sosiologi, pemahaman kita tentang sastra belum lengkap (Damono, 1978). kemasyarakatan disebut dengan sosiologi sastra, istilah tersebut tidak berbeda dengan pengertian sosiosastra, pendekatan sosiologis, atau pendekatan sosiokultural terhadap sastra. Pendekatan tersebut menunjukkan menunjukan satu kesamaan yaitu perhatian terhadap sastra sebagai lembaga sosial, yang diciptakan oleh sastrawan maupun anggota masyarakat. Damono melalui bukunya juga menyatakan ada dua kecenderungan telaah sosiologis terhadap sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial-ekonimis belaka. Pendekatan tersebut bergerak dari faktorfaktor di luar sastra untuk membicarakan sastra; sastra hanya berharga dalam

12 hubungannya dengan faktor-faktor di luar sastra. Pendekatan tersebut merupakan pendekatan yang menganggap teks sastra merupakan gejala kedua (epiphenomenon). Kedua pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelitian. Metode yang digunakan dalam pendekatan kedua adalah analisis teks untuk mengetahi strukturnya, kemudian digunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang di luar sastra (Damono, 1978). Wellek dan Warren melalui Damono membuat klasifikasi yang singkatnya sebagai berikut: Pertama, sosiologi pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan Iain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra. Kedua, sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri; yang menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Ketiga, sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra. Oleh kedua penulis tersebut, sosiologi sastra dianggap sebagai pendekatan ekstrinsik. Hal tersebut ditambah lagi dengan pernyataan Ian Watt dalam esainya yang berjudul Literatur an Society yang membicarakan tentang hubungan timbalbalik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat, yang secara keseluruhan adalah; konteks sosial pengarang, yang kaitanya dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat, yang mana sastra dapat dianggap sebagai cerminan

13 keadaan masyarakat. Ketiga, fungsi sosial sastra (Damono, 1978:3-4). Keberadaan karya sastra, dapat dipahami dalam hubungannya dengan segi-segi kemasyarakatan. Sastra dianggap sebagai salah satu fenomena sosial budaya, sebagai produk masyarakat. Pengarang, sebagai pencipta karya sastra adalah anggota masyarakat. Dalam menciptakan karya sastra, tentu dia juga tidak dapat terlepas dari masyarakat tempatnya hidup, sehingga apa yang digambarkandalam karya sastra pun sering kali merupakan representasi dari realitas yang terjadi dalam masyarakat. Demikian juga, pembaca yang menikmati karya sastra. Pembaca pun merupakan anggota masyarakat, ikut berpengaruh dalam memilih bacaan maupun memaknai karya yang dibacanya (Wiyatmi, 2013). Sosiologi sastra yang merupakan studi ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, ilmu yang mempelajari mengenai lembaga dan proses-proses sosial. Sastra memiliki kenyataan yang menyiratkan adanya penulis, karya dan publik. Setiap fakta tersebut merupakan bagian suatu sirkuit dengan alat transmisi yang sangat komplek yang merupakan bagian seni sekaligus juga teknologi dalam proses sosiologi sastra (Escarpit, 2008:3). Sastra berkaitan dengan sejumlah faktor sosial untuk bisa memahami asalusul, bentuk, dan isinya. Sosiologi sastra dengan sejumlah aspek dan latar belakang sosial budaya, politik, dan psikologi yang yang mendasari pada pengamatan dan bukan pada teori, sudah selayaknya

14 digunakan apabila ingin melakukan penelitian tentang faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain; tipe dan taraf ekonomi masyarakat, kelas atau kelompok sosial, sifat-sifat pembaca, sistem sponsor, sistem pengayoman, tradisi dan keadaaan kejiwaan (Damono, 1978). Escarpit dalam bukunya mengatakan, unsur terpenting dari fakta sastra adalah, buku, pembacaan buku, dan sastra. Dalam sosiologi sastra ketiga kata tersebut saling bertumpang tindih dan batas-batasannya sangat tidak jelas. Escarpit juga membagi sosiologi sastra menjadi tiga yaitu, produksi, distribusi, dan konsumsi (Escarpit, 2008). Dahulu penyebaran karya sastra dilakukan oleh pengarang itu sendiri dengan pembacaan di muka umum, atau yang disebut trubadur oleh Escarpit (2008:69). Pada abad ke-5, naskah karya sastra mulai disalin dan ditulis tangan oleh pengarang lalu dijual ke toko-toko buku. Penyebaran karya sastra kemudian mengalami banyak perubahan setelah mesin cetak ditemukan pada abad ke-14. Penerbit sudah mulai bermunculan dan bertugas menerbitkan serta menjual bukubuku karya sastra. Pada abad ke-16, perusahaanperusaahn industri semakin banyak menyebabkan penerbitan semakin rumit menjual hasil produksi mereka. Karena itu, penerbit menyerahkan penjualan atau hasil produksi mereka kepada para spesialis, sehingga muncul toko-toko buku besar. Escarpit menjelaskan bahwa abad ke-18 penerbit dan pemilik toko bertanggung jawab akan buku-buku yang mereka

15 produksi (2008:72). Namun, kebijakan tersebut sudah tidak berlaku di abad ke-19 karena penerbit seutuhnya bertanggung jawab untuk setiap publikasi buku mereka. Ketika biaya percetakan semakin mahal pada abad ke-20, banyak penerbit yang mundur dan menyerahkan tugas mereka kepada perusahaan-perusahaan besar. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan promosi besar-besaran pada penerbitan buku oleh perusahaan-perusahaan besar yang akan memberikan dampak pada perkembangan dan fungsi penerbitan di masa yang akan datang. Escarpit menyebutkan bahwa kritikus termasuk sirkuit sastra yang bertugas mengklasifikasikan buku-buku sastra bermutu ke dalam sebuah resensi buku. Berbeda dengan penerbitan pada sastra kepada toko buku besar, sirkuit populer memublikasikan karya kepada pedagang eceran. Pedagang eceran yang dimaksud seperti toko rokok, kios surat kabar ataupun pedagang buku keliling (sirkuit penjaja keliling). Selain pedagang eceran, proses publikasi karya sastra dalam sirkuit populer juga melalui press seperti majalah, film, radio, dan televisi dan media daring (Escarpit, 2008). B. Produksi, Distribusi dan Konsumsi Sejarah penerbitan suatu karya merupakan hal yang berbeda dengan sejarah buku. Buku hanyalah salah satu media atau alat yang paling mutakhir dan paling umum digunakan untuk reproduksi suatu karya sastra dalam kegiatan penerbitan. Pada dewasa ini, sinema, siaran radio dan televisi menunjukan bahwa publikasi sirkuit sastra yang memublikasikan karya

16 audio-visual lebih efektif daripada publikasi yang dicetak (Escarpit, 2008:67). Pada buku teori Sosiologi Sastra Pengantar Ringkas oleh Sapardi Joko Damono juga dijelaskan bahwa berbagai media elektronik yang semakin lama semakin canggih rupanya memberi peluang juga pada sastra untuk berkembang. Hubungan-hubungan antara karya sastra dan media yang menyiarkannya menjadi bagian penting dalam penelitian sosiologi sastra. Di zaman tradisi media cetak dan elektronik ini sastra disebar seluas mungkin, dan salah satu sarana yang paling efektif adalah koran dan majalah, di samping media eleftronik yang tampaknya semakin meningkat peran dan fungsinya sebagai alat untuk menyebarluaskan sastra (2013:97). A. Fungsi Penerbitan Pada intinya, kegiatan penerbitan adalah suatu kegiatan mengantar suatu karya individual kedalam kehidupan kolektif. Dalam bukunya Robert Escarpirt juga menyebutkan bahwa kegiatan penerbit dapat dirangkum dengan tiga kata kerja: memilih, membuat (fabriquer), membagikan. Ketiga kegiatan itu saling berkatitan, masing-masing bergantung satu sama lain, dan saling mempengaruhi, serta membentuk suatu siklus yang merupakan keseluruhan kegiatan penerbitan (2008:74). Distribusi penerbitan dan publikasi produksi karya sastra oleh Escarpit disebut dengan sirkuit, yang terdiri dari sirkuit sastra dan sirkuit populer. Sirkuit sastra sepenuhnya dimotori oleh penerbit dan toko buku besar, sedangkan sirkuit

17 populer ditujukan kepada pembaca tertentu dan tempat penyaluran buku adalah tokotoko kecil. Sirkuit populer yang dijelaskan Escarpit dapat dileburkan dengan perkembangan teknologi masa kini, seperti karya sastra yang tersebar di dunia maya atau bisa disebut sastra siber, yaitu sastra yang ditunjukan kepada pembaca tertentu. Pembaca terntentu di sini bisa ditunjukan kepada masyarakat siber. Selanjutnya Robert Escarpit juga mengemukakan dalam bukunya bahwa idealnya bagi seorang penerbit adalah menemukan pengarang yang dapat berlanjut. Pengarang yang dapat berlanjut tersebut bisa didapatkan dengan menerapkan sebuah formula yang disebut Kelompok spesialisasi di mana formula tersebut memiliki satu pimpinan, satu penampilan dan satu kepentingan. Di satu pihak, dengan formula itu, para pengarang dapat disalurkan menuju tipe-tipe produksi yang sudah diuji kehandalannya, di lain pihak, formula tersebut dapat memuaskan suatu permintaan tertentu yang pasti terbatas dan selalu ada. Contohnya adalah Serie bleme dari penerbit Gallimard atau Vies quotidiesnnes dari Hachette. Bahkan dapat juga dilakukan pendekatan dengan publik kolektif itu agar lebih dapat dipegang dan menjalin hubungan yang bersifat lebih pribadi antara mereka dan tim pengarang. Hal itu biasa dilakukan untuk genre-genre yang sangat khas misalnya, roman detektif, sciene fiction suspense, dsb., melalui majalahmajalah khusus, majalah klub dan buletin penghubung. Maka terbentukalah doktrin dan estetika karya sejenis itu dan komunitas publik-pengarang memiliki ciri

18 suatu kesadaran kolektif yang baru lahir: suatu dogma (Escarpit, 2008:75-76). 6. PRODUKSI, DISTRIBUSI DAN KONSUMSI CERITA PANAS PADA SUBFORUM CERITA DI SITUS SEMPROT.COM: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Tahun 2010, Semprot.com hadir sebagai salah satu situs berbasiskan forum daring dengan berbagai subforum yang disediakan. Menurut sejarah yang ditulis di situs Semprot.com, tepatnya tanggal 4 Maret 2010 merupakan tanggal kelahiran Semprot.com diambil dari keterangan tanggal pendaftaran di profil akun dengan username (nama pengguna) admin yang merupakan moderator Semprot paling tua, dikarenakan tanggal pasti lahirnya situs ini belum bisa dipastikan secara langsung, bahkan oleh para jajaran moderator yang mempunyai akses dan bertanggung jawab secara langsung terhadap berjalannya situs Semprot.com. Seperti forum daring pada umumnya, Semprot.com mempunyai Lounge yang dibuat sebagai wadah para anggota terdaftar untuk bertukar sapa dan mengobrol dengan anggota lainnya. Terdapat juga forum Bisnis yang dipecah lagi menjadi berbagai subforum Diskusi Bisnis dan Jual Beli. Pada forum Hiburan disediakan juga bermacam subforum dengan judul Anime dan Manga non-hentai, Film, Humor dan Musik. Dari berbagai forum yang disediakan, Semprot.com mempunyai forum populer dengan judul Khas Semprot. Salah satu subforum yang paling ikonik dari Forum Khas Semprot adalah subforum dengan judul Cerita.

19 Subforum tersebut berisi ribuan konten cerita dewasa yang ditulis oleh anggota di dalam forum. Dalam subforum ini terdapat pengkategorian cerita panas melalui berdasarkan jenis cerita yang diterbitkan. Ada 5 pengkategorian cerita panas yang dibuat menjadi subforum lagi di subforum Cerita yang bisa dikuti oleh para anggota dan pembaca. Kategori pertama adalah Cerita Bersambung di mana cerita yang diterbitkan biasanya lebih panjang dan mempunyai beberapa episode lanjutan yang diterbitkan di lain waktu. Jadwal penerbitan lanjutan setiap cerita bersambung diatur oleh penulis cerita tersebut. Katergori selanjutnya adalah Pemaksaan yang merupakan kategori cerita panas di mana dalam cerita mengandung unsur pemaksaan, contohnya dalam cerita ada adegan pemaksaan, penculikan dan pemerkosaan. Sedarah merupakan kategori ketiga di mana tokoh dalam cerita ada hubungan darah atau incest, misalkan dalam cerita panas yang melibatkan persetubuhan antara ibu dan anak kandungnya. Kategori keempat diberi judul Fiksi di mana dalam cerita memasukan unsur fantasi, fiksi ilmiah, misteri atau cerita detektif maupun drama. Kategori terakhir adalah kategori yang memuat cerita dengan tokoh yang sudah berumur 55 tahun atau lebih. Sub forum dengan kategori ini diberinama Setengah Baya. Berdasarkan pada tampilan counter (penghitung statistik) di subforum cerita, terdapat total jumlah cerita panas yang diterbitkan dan masih bertahan hingga penelitian ini ditulis. Jumlah

20 tersebut merupakan gabungan dari 5 subforum di dalam subforum Cerita yang dipisahkan sesuai genre. Subforum Cerita Bersambung menyumbang terbitan paling banyak dengan jumlah cerita, sedangkan sub-forum Pemaksaan menerbitkan 410 cerita, Sedarah 910 cerita, Fiksi 518 cerita dan Setengah Baya 577 cerita. Kegiatan publikasi atau penerbitan suatu karya adalah kegiatan membawa suatu karya individual kedalam kehidupan kolektif. Seiring perkembangan teknologi dan informasi yang kian meluas serta munculnya jaringan internet memungkinkan kegiatan produksi dan distribusi karya sastra mengambil jalur alternatif melalui media daring. Media daring seperti Facebook, Twitter, Wordpress, Blogspot dan Tumblr dapat menjadi pilihan untuk mempublikasi dan mendistribusikan karya sastra dengan mudah. Tidak terkecuali dengan cerita panas yang cenderung dicekal di media cetak Indonesia karena dicap sebagai konten yang negatif. Semprot.com sebagai sebuah situs berbasiskan forum daring menyediakan wadah untuk cerita panas tumbuh berkembang di dalamnya. Penulis dari cerita panas di dalam situs Semprot.com adalah para anggota yang menyumbangkan karyanya di dalam subforum Cerita. Semprot.com sebagai wadah menggabungkan kegiatan publikasi dan distribusi karya personal berupa cerita panas kepada khalayak menjadi satu aksi. Dalam pendekatan sosiologi sastra oleh Robert Escarpit juga ditegaskan bahwa distribusi siber dengan distribusi cetak

21 adalah hal yang berbeda di mana distribusi siber bekerja dengan merangkap kegiatan publikasi dan distribusi menjadi satu. Suatu karya yang diproduksi dan dipublikasikan secara daring di internet, terutama di dalam forum dapat dikatakan karya tersebut sudah masuk ke dalam kegiatan distribusi karena karya siber yang sudah diterbitkan secara langsung sampai kepada pembaca (warga internet). Hal ini berbeda dengan sastra cetak yang harus didistribusikan ke toko/ pasar untuk nantinya dibeli dan sampai kepada pembaca. Pada kasus penerbitan karya sastra cetak terdapat kegiatan seleksi. Seleksi yang dimaksudkan adalah kegiatan memilih target publik dan karya yang akan dipasarkan. Hal tersebut merupakan hal umum yang harus diperhatikan oleh setiap penerbit. Kemudian dalam penerbitan atau publikasi sastra siber, terutama di subforum Cerita di situs Semprot.com hal tersebut difokuskan hanya kepada cerita panas. Selain itu, Semprot.com memiliki pasar dan lingkungannya sendiri di mana sasaran konsumsi publiknya sudah terbentuk sebagai kesadaran kolektif dengan jangkauan publik di dunia siber yang luas nan acak. Bisa dikatakan warga internet (sebagai sasaran publik) sendirilah yang memilih dan datang sesuai dengan minat maupun kebutuhan akan hiburan berupa cerita panas yang disediakan oleh situs Semprot.com. Kemudahan akses internet dan luasnya jangkauannya adalah salah satu faktor pendukung yang mempertemukan Semprot.com (dengan cerita panasnya) dengan publik yang berminat tanpa mempertimbangkan lebih

22 lanjut tentang apa yang diinginkan calon publiknya, tentang selera bagaimana yang harus dimiliki publik tersebut mengingat sistem etis-moral masyarakat di mana kegiatan penerbitan itu dilakukan. Siklus penerbitan yang diterapkan oleh situs Semprot.com seperti hal pemilihan konten atau karya dan teknis tentang editorial konten yang akan diterbitkan juga berbeda dengan Kegiatan produksi, publikasi dan distribusi di forum daring meninggalkan cara tradisional seperti yang dilakukan sastra cetak pada umumnya. Distribusi cerita panas di Semprot.com menjadi lebih mudah dengan keefektifan, kecepatan, jangkauan yang luas dari dunia internet. Hanya dengan bermodalkan koneksi internet, kegiatan publikasi, distribusi dan konsumsi bisa sekaligus terlaksana. penerbitan pada umumnya. Aktivitas seleksi editorial cerita panas yang dipublikasikan oleh anggota di forum Semprot.com dilakukan oleh moderator yang bertugas setelah karya itu terbit atau dipublikasikan di dalam forum. Seleksi karya cenderung bersifat represif seperti penghapusan karya dari forum dikarenakan keluar dari aturan yang telah 7. KESIMPULAN Penelitian terhadap situs Semprot.com yang difokuskan kepada kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi cerita panas di subforum Cerita serta fasilitas dan fitur yang disediakan Semprot.com. Simpulan dari hasil analisis tersebut adalah: ditetapkan di dalam forum.

23 a. Semprot.com merupakan situs forum daring yang mempunyai regulasi dalam penerbitan cerita panas dengan menggabungkan kegiatan publikasi dan distribusi karya kepada khalayak menjadi satu aksi. Suatu karya yang diproduksi dan dipublikasikan secara daring di internet dapat dikatakan karya tersebut sudah masuk ke dalam apakah karya tersebut sesuai dengan penempatan dan kategori yang dimaksudkan di forum. Karya yang tidak sesuai dengan kriteria dan peraturan di dalam forum akan ditindaklanjuti oleh admin atau moderator forum dan diberikan sanksi seperti diberi peringatan atau pencabutan karya dari forum. kegiatan distribusi karena karya siber yang sudah diterbitkan di dalam forum secara langsung sampai kepada pembaca di situs tersebut. Proses seleksi dari karya yang diterbitkan di subforum Cerita Semprot.com bersifat represif. Represif yang dimaksudkan adalah karya diseleksi setelah dipublikasi di dalam forum, apakah karya tersebut melanggar aturan yang diberlakukan di forum, b. Fitur dan fasilitas yang ada di situs Semprot.com yang diterima anggota sebagai penulis atau pembuat karya cerita panas di dalam forum berupa anonimitas. Anggota yang terdaftar di dalam situs semprot.com tidak diwajibkan untuk mengisi profil pengguna dengan identitas asli. Selain itu terdapat fitur komentar, likes (suka) dan personal message pada

24 thread forum sebagai sarana interaksi antar anggota dan sebagai sarana tanggapan atau apresiasi terhadap cerita panas yang dipublikasikan di Escarpit, Robert Sosiologi Sastra. Jakata: Yayasan Obor Indonesia. subforum Cerita di situs Semprot.com Hidayat, Arif Sastra Cyber: Alternatif Komunikasi antara 8. DAFTAR PUSTAKA Damono, Sapardi Djoko Sosiologi Sastra. Jakarta: Pusat Karya Sastra dan Masyarakat Pembaca. Purwokerto: Jurnal Komunika Vol.2, No.2. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. a/artikel/sastra_erotis. Diakses Damono, Sapardi Djoko Sosiologi Sastra: Sebuah pengantar Ringkas. pada tanggal 16 Maret 2018, pukul WIB Jakarta: Depdikbud. Endraswara, Suwardi Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta: tisme-bukan-pornografi-dalamsastra.html. Diakses pada Medpress.

25 tanggal 16 Maret 2018, pukul WIB Mohamad, Goenawan Seks, Sastra, Kita. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan. Diakses pada tanggal 1 Maret 2018, pukul WIB Muhammad, Damhuri Sastra dalam Bingkai Estetika Tak Bermalu. Suara Karya, 18 April. cerita-stensilan-di-tahun- 80.html. Diakses pada tanggal 1 Januari 2018, Laku Etik dan Estetik dalam Watak pukul WIB Kepenyairan. Rakyat, 23 Juni. Pikiran Jabrohim (Ed.) Metodologi Penelitian Yogyakarta: Graha Widya. Sastra. Haninditya NH, Miftahul Dinamika Jakarta Nyastra Dalam Produksi, Distribusi, Dan Konsumsi Sastra Pada Media Sosial Line: Kajian

26 Sosiologi Sastra. Skripsi S1 Sastra Indonesia Fakultas Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia UNY Vol.4, No.2. Ilmu Budaya, Universitas. Roikan M.A, Forum Internet sebagai Cyber Public Space: Analisa Komparatif Kaskus, Adsense-ID dan Semprot.com. Jurnal Situmorang, Saut (Ed.) Cyber Graffiti: Polemik Sastra Cyberpunk (edisi revisi). Yogyakarta: Jendela Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016, hal. 70 Teeuw, A Sastra dan Ilmu Sastra: Rokib, Mohammad Gerak Komunitas Fiksimini di Ruang Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Raya. Siber. Surabaya: Jurnal Jentera Vol.1, No.2. Triwikromo, Triyanto Guncangan Setiawan, Teguh dan Maslakhah Pembentukan Kosakata Slang di Ruang Sosial Virtual. Suara Merdeka, 30 Desember. dalam Komunitas JKBoss pada Akun

27 Wellek, Rene & Warren, Austin Teori Kesustraan. Jakarta: Gramedia Wiyatmi Bahan Ajar Sosiologi Sastra. Tanpa Kota: Kanwa Publisher.

DINAMIKA JAKARTA NYASTRA DALAM PRODUKSI, DISTRIBUSI, DAN KONSUMSI SASTRA PADA MEDIA SOSIAL LINE: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

DINAMIKA JAKARTA NYASTRA DALAM PRODUKSI, DISTRIBUSI, DAN KONSUMSI SASTRA PADA MEDIA SOSIAL LINE: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DINAMIKA JAKARTA NYASTRA DALAM PRODUKSI, DISTRIBUSI, DAN KONSUMSI SASTRA PADA MEDIA SOSIAL LINE: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Disusun Oleh: MIFTAHUL NUR HIDAYAT 13010113120018 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA 8 BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA Resensi atas karya sastra berkaitan erat dengan resepsi sastra. Resensi-resensi karya sastra di surat kabar dapat dijadikan sasaran penelitian resepsi sastra. Dalam bab

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

MENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y

MENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y MENGAPA MEDIA SOSIAL Selamat Datang di Era Generasi Y 1 Media Sosial di Indonesia 2 Dokter, Pasien, dan Media sosial Sisi positif Sisi Negatif 3 MENGENAL MEDIA SOSIAL Masihkah Anda ingat dengan perangko,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep A. Sosiologi Sastra Ratna (2004:339) mengatakan, Sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan manusia. Jadi, sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, perkembangan jaman yang semakin maju membawa kita untuk masuk ke dalam kehidupan yang tak lepas dari teknologi. Keberadaan teknologi yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk penerimanya sehingga dapat bermanfaat dan dapat digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk penerimanya sehingga dapat bermanfaat dan dapat digunakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan manusia. Informasi sendiri merupakan data yang sudah diolah/diproses ke dalam bentuk yang sangat berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian tentang kumpulan cerpen Lupa Endonesa karya Sujiwo Tejo dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair. ABSTRAK Lucyana. 2018. Kritik Sosial dalam Syair Nasib Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi, Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dr. Drs. Maizar Karim, M.Hum (II) Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 Tinjauan aspek sosiokultural puisi-puisi pada harian Solopos dan relevansinya sebagai materi ajar alternatif bahasa Indonesia di SMA (harian Solopos edisi oktober-desember 2008) Oleh: Erwan Kustriyono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen penting bagi kehidupan masyarakat modern terutama fungsinya dalam bersosialisasi dan berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup kepemilikan manusia atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan sebuah karya dari peradaban manusia yang sangat bermanfaat. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang terkenal karena banyak hal, salah satunya adalah bidang hiburan. Baik budaya tradisional maupun modern yang dihasilkannya sering kali berhasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kumpulan cerpen Dalang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan pencerminan masyarakat, melalui karya sastra, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Narasi memiliki unsur penting pada jurnalistik. Jurnalis tidak hanya sekadar menulis artikel tetapi harus memberikan cerita kepada pembaca yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana ilmu pengetahuan bidang lain, sastra sebagai ilmu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana ilmu pengetahuan bidang lain, sastra sebagai ilmu memiliki 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sebagaimana ilmu pengetahuan bidang lain, sastra sebagai ilmu memiliki karakteristiknya sendiri. Abrams (Teeuw, 1988: 50) dalam bukunya yang berjudul The Mirror

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra dari berbagai macam karya sastra yang ada. Dalam perkembangannya, puisi mengalami pasang surut sesuai pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak dengan menggunakan bahasa visual. Baik itu berupa tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. khalayak dengan menggunakan bahasa visual. Baik itu berupa tulisan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desain komunikasi visual merupakan disiplin ilmu yang berperan dalam penyampaian informasi, ide, konsep, ajakan dan sebagainya kepada khalayak dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO Oleh Kristevel Mokoagow e-mail: kristevelmokoagow@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif dimana manusia beserta kehidupannya menjadi objeknya. Sebagai hasil seni kreatif sastra juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra, yaitu puisi, prosa (cerpen dan novel), dan drama adalah materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah.

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan teknologi semakin berkembang. Salah satu teknologi yang berkembang paling pesat adalah internet. Seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi ini, komunikasi menjadi sebuah kegiatan penting. Informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye politik juga terus berkembang. Mulai dari media cetak, seperti: poster, stiker, dan baliho. Media

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA FACEBOOK DAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PUBLISHING. telah diperoleh pada saat penelitian berlangsung.

BAB IV ANALISIS DATA FACEBOOK DAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PUBLISHING. telah diperoleh pada saat penelitian berlangsung. BAB IV ANALISIS DATA FACEBOOK DAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PUBLISHING A. Temuan Penelitian Pada penelitian kualitatif dibutuhkan analisis data berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini karya sastra banyak berisi tentang realitas kehidupan sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang percintaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangatlah pesat, salah satu buktinya adalah banyak stasiun televisi yang bermunculan. Stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa/i sering kali menggunakan media sosial path untuk mengutarakan konsep diri mereka. Cara yang dilakukan beraneka ragam seperti, memposting foto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, buku telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Indonesia, baik dalam bentuk komik, novel, maupun majalah. Akan tetapi, sungguh disayangkan hal ini

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Ada begitu banyak kebudayaan dalam dunia tempat kita tinggal. Mulai dari budaya tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH SOSIOLOGI SASTRA IN 331 DRS. MEMEN DURACHMAN, M.HUM. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SILABUS MATAKULIAH SOSIOLOGI SASTRA IN 331 DRS. MEMEN DURACHMAN, M.HUM. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SILABUS MATAKULIAH SOSIOLOGI SASTRA IN 331 DRS. MEMEN DURACHMAN, M.HUM. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2006 SILABUS 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang menceritakan tentang interaksi manusia dengan lingkungannya dan merupakan hasil kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Untuk membahas sebuah karya sastra ada dua macam pendekatan, yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik bertolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan informasi semakin cepat, dan di era informasi seperti sekarang ini banyaknya pemberitaan, informasi yang datang ke masyarakat. Penyebaran informasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON Motivasi menonton menurut McQuail ada empat jenis, yaitu motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan.

Lebih terperinci

REPRESENTASI PANDANGAN DUNIA PENGARANG PADA NOVEL LANANG KARYA YONATHAN RAHARDJO DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI SASTRA

REPRESENTASI PANDANGAN DUNIA PENGARANG PADA NOVEL LANANG KARYA YONATHAN RAHARDJO DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI SASTRA REPRESENTASI PANDANGAN DUNIA PENGARANG PADA NOVEL LANANG KARYA YONATHAN RAHARDJO DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI SASTRA Oleh DELTA RATIH ASMARA NIM 09340164 PROGRAM STUDI BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya Thalia Salsabilla ini menggunakan metode deskriptif analisis. Dalam hal ini, cara kerja

Lebih terperinci

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA KARYA UMAR KAYAM SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA DI SMA Sun Suntini Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu benda budaya yang dapat ditinjau dan ditelaah dari berbagai sudut. Teks-teks sastra bersifat multitafsir atau multiinterpretasi. Isi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini 1 Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan, kelahirannya di

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kebutuhannya dalam kegiatan kelompok (Rakhmat, 2001 : 160). Pernyataan

1. PENDAHULUAN. kebutuhannya dalam kegiatan kelompok (Rakhmat, 2001 : 160). Pernyataan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kelompok dikatakan efektif apabila kelompok tersebut dapat menjalankan fungsi-nya yaitu untuk saling berbagi informasi. Karena itu keefektifan suatu kelompok dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimaksudkan mengungkapkan nilai-nilai estetis, dan diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimaksudkan mengungkapkan nilai-nilai estetis, dan diharapkan dapat digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Novel merupakan jenis karya sastra yang menarik untuk dikaji. Kehadirannya dimaksudkan mengungkapkan nilai-nilai estetis, dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan wayang sebagai salah satu aset berharga budaya Indonesia yang perlu dijaga kelestariannya. Wayang sudah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup kita tidak akan lepas dari peran media massa, mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi pikiran kita dipenuhi informasi dari media massa. Betapa media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu karya yang sifatnya estetik. Karya sastra merupakan suatu karya atau ciptaan yang disampaikan secara komunikatif oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pujangga besar Yunani, Horatius dalam bukunya Ars Poetica (dalam A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pujangga besar Yunani, Horatius dalam bukunya Ars Poetica (dalam A. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pujangga besar Yunani, Horatius dalam bukunya Ars Poetica (dalam A. Teeuw, 1988:183) menyatakan bahwa tujuan penyair menulis sajak adalah memberi nikmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan komunikasi non verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan. melalui isyarat, simbol, tanpa menggunakan kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan komunikasi non verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan. melalui isyarat, simbol, tanpa menggunakan kata-kata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan kebutuhan sehari-hari bagi seluruh umat manusia. Tiada hari tanpa berkomunikasi. Karena pada dasarnya manusia membutuhkan orang lain untuk bertahan

Lebih terperinci

BEBERAPA PENDEKATAN PENGKAJIAN SASTRA. Hartono, M. Hum. PBSI FBS UNY

BEBERAPA PENDEKATAN PENGKAJIAN SASTRA. Hartono, M. Hum. PBSI FBS UNY BEBERAPA PENDEKATAN PENGKAJIAN SASTRA Hartono, M. Hum. PBSI FBS UNY Mengapa Pendekatan Pengkajian Sastra selalu Berkembang? 2 1. Ragam sastra sangat banyak dan berkembang secara dinamis. Kondisikondisi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi penelitian, maka harus memiliki konsep-konsep yang jelas.

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Buku merupakan salah satu media yang bisa digunakan dalam hal penyampaian informasi. Diantara faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan juga pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari

BAB I PENDAHULUAN. Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari masyarakat karena memiliki daya tarik berupa program audio visualnya yang mampu menjangkau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era saat ini, masyarakat modern dituntut untuk mendapatkan sebuah informasi yang aktual dan akurat. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui beberapa media penyiaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Unit tematik terbagi atas status updates, comment, photos, dan like. Di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Unit tematik terbagi atas status updates, comment, photos, dan like. Di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Reliabilitas Unit tematik terbagi atas status updates, comment, photos, dan like. Di mana setiap unit terdiri atas beberapa tema. Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci