Gambar 4.1 Pengemalan sebelum implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 4.1 Pengemalan sebelum implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021)"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISISDAN PEMBAHASAN 4.1. AnalisisKondisi Lingkungan Kerja Sebelum Implementasi 5S Area yang akan dilakukan implementasi 5S adalah di area pengemalan, pemotongan, penghalusan, pengemalan, pembobokan, perakitan, servis perakitan finishing dan packing. Karena dibagian proses tersebut masih banyak alat dan bahan yang masih kurang tertata dan berserakan hal ini bisa menyebabkan penurunan produktivitas karena saat melakukan pekerjaan tersebaut pekerja membutuhkan waktu yang lama sehingga terjadi pemborosan waktu dan pekerja harus mencari alat dan bahan terlebih dahulu karena kurang tertatanya bahan dan alat yang di butuhkan, dapat dilihat gamabar dibawah ini sebeleum implementasi 5S: 1. Pengemalan Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan meja nakas adalah kayu mahoni yang sudah dikeringkanterlebih dahulu, proses pertama dalam pembuatan meja nakas adalah pengemalan kayu sesuai pola yang diiniginkansebelum memasuki proses kedua pemotongan, gambar 4.1 adalah area pengemalan sebelum implementasi 5S alat pengemalan biasanya di letakkandi tumpukkan pengemalan kursi sehingga saat pengemalan meja nakas membutuhkan waktu yang lama untuk mencari mal meja nakas. Area yang dilakukan penerapan 5S pada kegiatan seiri adalah area pengemalan. Gambar 4.1 Pengemalan sebelum implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021) 28

2 29 2. Pemotongan Gambar 4.2Layout Pengemalan Sebelum implementasi Sumber : Bayu Furniture (2021) Langkah kedua saat pembuatan nakas adalah melakukan pemotongan kayu, kayu yang akan dipotong terlihat masih menumpuk tidak sesuai ukuran ketebalan, sehingga saat proses mencari kayu sesuai dengan ukuran yang diinginkan membutuhkan waktu yang lama. Hal ini dapat berpengaruh pada waktu saat pembuatan nakas. Gambar 4.3 Area pemotongan sebelum implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021)

3 30 Gambar 4.4Layout pemotongan sebelum implementasi Sumber : Bayu Furniture (2021) 3. Penghalusan Pada tahap penghalusan masih banyak alat penghalusan seperti amplas dan lem alteco yang sudah tidak dipakai masih berserakan sehingga membutuhkan waktu untuk memilih alat baru dan bekas untuk proses penghalusan. Gamabar 4.5 Area penghalusan sebelum implementasi 5S Sumber : Pengolahan Data (2021) Gambar 4.6 layout penghalusan sebelum implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021)

4 31 4. Pembobokan dan Pembuatan purus Pada proses pembobokan terlihat masih banyak komponen meja nakas yang masih tercampur dengan komponen yang lainnya dan jarak jangkauan tangan terlalu jauh utnuk mengambil komponen yang akan di bobok. Gambar 4.7Area pembobokan sebelum implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021) Gamabar 4.8Layout area pembobokan sebelum implementasi Sumber : Bayu Furniture (2021) 5. Perakitan Pada saat proses perakitan banyak alat-alat yang tercampur antara alat yang digunakan saat perakitan dan alat yang tidak digunakan saat perakitan hal ini bisa membuang waktu untuk penggunaan alat karena alatnya masih tercampur dengan yang lainya.

5 32 Gambar 4.9Area perakitan sebelum implementasi 5S+ Sumber : Bayu Furniture (2021) Gambar 4.10Layout perakitan sebelum implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021) 6. Servis Perakitan Di area servis meja nakas terdapat alat-alat yang tercampur sehingga saat proses servis operator terlalu lama memilih alat yang di gunakan saat servis dan tidak tertatanya alat yang di gunakan pada saat servis hal ini dapat membuang banyak waktu saat servis perakitan Gambar 4.11 Area servis sebelum implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021)

6 33 7. Finishing Gambar 4.12 layout servis perakitan sebelum implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021) Di area Finishing masih banyak bahan-bahan serta alat Finishing yang masih tercampur antara yang digunakan dan yang tidak digunakan, dan juga tidak tertatanya bahan yang di gunakan pada saat proses Finishing. Gambar 4.13 Area Finishing Sebelum implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021) Gamabar 4.14 layout finishing sebelum implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021)

7 Pengumpulan Data Data waktu proses perakitan ini diperoleh dari hasil pengamatan sebelum dilakukan perbaikan metode kerja. Data ini diambil menggunakan jam henti (stopwatch) dengan satuan menit perunit. Adapun data hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Proses Produksi No Proses 1 Pengemalan 1 dan pengukuran 2 Pemotongan 3 Penghalusan 4 Pengemalan 2 5 Pembobokan dan pembuatan purus 6 Perakitan 7 Servis perakitan 8 Finishing 9 Packing Sumber : Bayu Furniture (2021) Tabel di atas menunjukkan langkah-langkah dalam proses produksi pembuatan meja nakas di Bayu furniture. Penelitian Ke- Tabel 4.2 Waktu Proses Proses (menit)

8 35 Penelitian Ke Pengolahan Data Proses (menit) Sumber : Pengolahan Data (2021) Uji Keseragaman Data Setelah memperoleh waktu yang dilakukan menggunakan stopwatch maka langkah selanjutya melakukan uji keseragaman data. Adapun hasil dari uji keseragaman data adalah sebagai berikut : 1. Pengemalan 1 dan Pengukuran a. Rata-Rata = = =25,1 menit

9 36 b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) =0,756 menit c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =25,1+3(0,758) =25,1 + 2,276 =27,376 menit d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =25,1 3(0,758) =25,1 2,276 =22,824 menit Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini: Pengemalan 1 Dan Pengukuran Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.15Control Chart Pengemalan 1 dan Pengukuran awal Sumber : Pengolahan Data (2021)

10 37 Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat dikatakan bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 2. Pemotongan a. Rata-rata = = =38,87 menit b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) =1,382 menit c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =38,87+3(1,382) =38,87 + 4,148 =43,018 menit d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =38,87 3(1,382) =38,87 4,148 =34,722 menit Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini:

11 38 44 Pemotongan Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.16Control Chart Pemotongan awal Sumber : Pengolahan Data (2021) Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat dikatakan bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 3. Penghalusan a. Rata-rata = = =47,8333 menit b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =2,450 menit c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =47,83+3(2,450) =47,83+ 7,351 =55,181 menit

12 39 d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =47,83 3(2,450) =47,83 7,351 =40,479menit Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini: Penghalusan Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.17 Control Chart Penghalusan awal Sumber : Pengolahan Data (2021) Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat dikatakan bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 4. Pengemalan 2 a. Rata-rata = = =16,97 menit

13 40 b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =0,850 menit c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =16,97+3(0,850) =16,97+ 2,550 =19,52 menit d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =16,97 3(0,850) =16,97 2,550 =16,12 menit Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini: Pengemalan Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.18 Control Chart Pengemalan 2 Sumber : Pengolahan Data (2021)

14 41 Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat diketahui bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 5. Pembobokan dan Pembuatan Purus a. Rata-rata = = =51,5 menit b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =1,613 menit c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =51,5+3(1,613) =51,5+ 4,840 =56,34 menit d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =51,5 3(1,613) =51,5 4,840 =46,66 menit Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini:

15 42 57 Pembobokan Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.19 Control Chart Pembobokan dan Pembuatan Purus awal Sumber : Pengolahan Data (2021) Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat diketahui bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 6. Perakitan a. Rata-rata = = 45 =123,1 menit b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =1,322 menit c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =123,1+3(1,322) =123,1+ 3,966 =162,76 menit

16 43 d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =123,1 3(1,322) =123,1 3,966 =119,134 menit Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini: Perakitan Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.20 Control Chart Perakitan Awal Sumber : Pengolahan Data (2021) Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat diketahui bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 7. Servis Perakitan a. Rata-rata = = =16,966menit

17 44 b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =1,449 menit c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =16,967+3(1,449) =16,967+ 4,349 =21,316 menit d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =16,967 3(1,449) =16,967 4,349 =12,618 menit Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini: Servis Perakitan Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.21Control Chart Servis Perakitan Awal Sumber : Pengolahan Data (2021)

18 45 Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat diketahui bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 8. Finishing a. Rata-rata = = =93,7 menit b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =2,423 menit c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =93,7+3(2,423) =93,7+ 7,269 =100,969 menit d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =93,7 3(2,423) =93,7 7,269 =86,431 menit Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini:

19 Finishing Gambar 4.22 Control ChartFinishing Sumber : Pengolahan Data (2021) Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat diketahui bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 9. Packing a. Rata-rata = = =23,366 menit b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =1,973 menit c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =23,366+3(1,973) =23,366+ 5,921 =29,287 menit

20 47 d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =23,366 3(1,973) =23,366 5,921 =17,445 menit Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini: Packing Gambar 4.23 Control Chart Packing Sumber : Pengolahan Data (2021) Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat diketahui bahwa data penelitian tersebut sudah seragam Uji Kecukupan Data Berdasarkan data pengamatan diatas maka dapat dilakukan uji kecukupan data proses operasi sebagai berikut: 1. Pengemalan I dan pengukuran N =[ ( ) ( ) ( ) ]

21 48 = [ ( ) ( ) ] = 1,189 2 Dikarenakan N = 2 dan N = 30, dapat diketahui bahwa N < N. Maka data penelitian tersebut dianggap cukup. Berdasarkan data pengamatan diatas maka dapat dilakukan uji kecukupan data proses operasi sebagai berikut: 2. Pemotongan N =[ ( ) ( ) ( ) ] = [ ( ) ( ) ] = 1,339 2 Dikarenakan N = 2 dan N = 30, dapat diketahui bahwa N < N. Makadata penelitian tersebut dianggap cukup. 3. Penghalusan N =[ ( ) ( ) ( ) ] = [ ( ) ( ) ] = 2,01 2 Dikarenakan N = 2 dan N = 30, dapat diketahui bahwa N < N. Maka data penelitian tersebut dianggap cukup.

22 49 4. Pengemalan 2 N =[ ( ) ( ) ( ) ] = [ ( ) ( ) ] = 1,97 2 Dikarenakan N = 2 dan N = 30, dapat diketahui bahwa N < N. Maka data penelitian tersebut dianggap cukup. 5. Pembobokan dan Pembuatan Puru N =[ ( ) ( ) ( ) ] = [ ( ) ( ) ] = 1,23 2 Dikarenakan N = 2 dan N = 30, dapat diketahui bahwa N < N. Maka data penelitian tersebut dianggap cukup. 6. Perakitan N =[ ( ) ( ) ( ) ] = [ ( ) ( ) ] = 0,422 1

23 50 Dikarenakan N = 1 dan N = 30, dapat diketahui bahwa N < N. Maka data penelitian tersebut dianggap cukup. 7. Servis Perakitan N =[ ( ) ( ) ( ) ] = [ ( ) ( ) ] = 3,36 4 Dikarenakan N = 4 dan N = 30, dapat diketahui bahwa N < N. Maka data penelitian tersebut dianggap cukup. 8. Finishing N =[ ( ) ( ) ( ) ] = [ ( ) ( ) ] = 1,01 1 Dikarenakan N = 1 dan N = 30, dapat diketahui bahwa N < N. Maka data penelitian tersebut dianggap cukup. 9. Packing N =[ ( ) ( ) ( ) ] = [ ( ) ( ) ]

24 51 = 3,32 4 Dikarenakan N = 4 dan N = 30, dapat diketahui bahwa N < N. Maka data penelitian tersebut dianggap cukup Faktor Penyesuaian Faktor penyesuaian digunakan untuk menyeimbangkan waktu hasil pengamatan terhadap operator mesin operasi dalam menyelesaikan suatu aktivitas pekerjaan. Dalam penelitian ini terdapat 9 proses produksi. Maka dapat dianalisis faktor penyesuaian pekerja pada setiap proses produksi dengan menggunakan sistem westinghouse, berikut merupakan sampel dari perhitungan faktor penyesuaian pekerja proses produksi nakas di Bayu Furniture : Tabel 4.3 Faktor penyesuaian Elemen Kerja Rating Kondisi Pekerja Score Total Skill Cocok dengan pekerjannya dan terlatih pada bidangnya 0,08 Pengemalan dan pengukuran Effort Bekerja secara ekonomis dan dapat menerima saran atau masukan 0,05 0,16 Condition Kondisinya baik 0,02 Consistency Konsistensi kerjanya baik 0,01 Skill Pekerja terlatih dengan baik dan dapat menggunakan perlatan dengan baik 0,08 Pemotongan Effort Kualitas kerjanya baik dan stabil 0,02 Condition Kondisi kerjanya baik 0,02 Consistency Konsistensinya sangat baik 0,03 0,18 Penghalusan Skill bekerja dengan teliti dan terlihat terlatih 0,08 0,18

25 52 Elemen Kerja Rating Kondisi Pekerja Score Total Effort Kecepatan kerjanya baik dan dapat dipertahankan 0,05 Condition Kondisi kerjanya baik 0,02 Consistency Konsistensinya sangat baik 0,03 Skill Cocok dengan pekerjannya dan terlatih pada bidangnya 0,08 Pengemalan Effort kecepatan kerjanya tinggi dan gerakannya ekonomis 0,08 0,19 Condition Kondisi kerjanya baik 0,02 Consistency Konsistensi kerjanya baik 0,01 Skill bekerja dengan teliti dan terlihat terlatih 0,08 Pembobokan dan pembuatan purus Effort waktu menganggurnya sedikit 0,02 Condition Kondisi kerjanya baik 0,02 Consistency Konsistensinya sangat baik 0,03 0,16 Skill Cocok dengan pekerjannya dan terlatih pada bidangnya 0,08 Perakitan Effort Kecepatan kerjanya baik dan dapat dipertahankan 0,05 0,18 Condition Kondisi kerjanya baik 0,02 Consistency Konsistensinya sangat baik 0,03 Servis perakitan Skill Pekerja terlatih dengan baik dan dapat menggunakan perlatan dengan baik 0,08 0,16

26 53 Elemen Kerja Rating Kondisi Pekerja Score Total Effort Bekerja secara ekonomis dan dapat menerima saran atau masukan 0,05 Condition Kondisi kerjanya baik 0,02 Consistency Konsistensi kerjanya baik 0,01 Skill bekerja dengan teliti dan terlihat terlatih 0,08 Finishing Effort kecepatan kerjanya tinggi dan gerakannya ekonomis 0,08 0,19 Condition Kondisi kerjanya baik 0,02 Consistency Konsistensi kerjanya baik 0,01 Skill Pekerja terlatih dengan baik dan dapat menggunakan perlatan dengan baik 0,08 Packing Effort Bekerja secara ekonomis dan dapat menerima saran atau masukan 0,05 0,18 Condition Kondisi kerjanya baik 0,02 Consistency Konsistensinya sangat baik 0,03 Sumber : Pengolahan Data (2021) Dari tabel diatas maka dapat diketahui faktor penyesuaian proses operasi sebagai berikut Tabel 4.4Perhitungan Faktor penyesuaian No. Proses RF (1+Total Nilai) Pengemalan 1 dan 1,16 1 Pengukuran 2 Pemotongan 1,16

27 54 No. Proses RF (1+Total Nilai) 3 Penghalusan 1,18 4 Pengemalan 2 1,19 5 Pembobokan 1,16 6 Perakitan 1,18 7 Servis Perakitan 1,16 8 Finishing 1,19 9 Packing 1,18 Sumber : Pengolahan Data (2021) Waktu Kelonggaran Allowance atau kelonggaran dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada operator untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukannya, sehingga waktu baku yang diperoleh menjadi waktu kerja lengkap. Berikut merupakan perhitungan sampel nilai allowance pekerja: Tabel 4.5 Allowance Elemen Kerja Faktor Kondisi Pekerjaan Kelonggaran (%) Jumlah Pengeamalan dan pengukuran Pemotongan Tenaga yangdikeluark 7,5 an Ringan Sikap Kerja Berdiri diatas 2 kaki 1 Gerakan Kerja Normal 0 Kelelahan Mata Pandangan berubah-ubah dengan fokus tetap 4 Keadaan Suhu Normal 2,5 Keadaan Atmosfer Baik 0 Keadaan Bersih, sehat, cerah dengan lingkungan kebisingan rendah 0 Kebutuhan Pribadi Pria 2 Tenaga yang dikeluarkan Sedang 9 Sikap Kerja Berdiri diatas 2 kaki 1 Gerakan Kerja Normal ,5

28 55 Elemen Kerja Faktor Kondisi Pekerjaan Kelonggaran (%) Jumlah Penghalusan Penghalusan Pengemalan 2 Pandangan terus-menerus Kelelahan Mata dengan fokus berubah-ubah 1 Keadaan Suhu Normal 2,5 Keadaan Atmosfer Baik 0 Keadaan lingkungan Sangat Bising 1 Kebutuhan Pribadi Pria 2 Tenaga yang dikeluarkan Sedang 9 Sikap Kerja Berdiri diatas 2 kaki 1 Gerakan Kerja Normal 0 Kelelahan Mata Pandangan terus-menerus dengan fokus berubah-ubah 1 Keadaan Suhu Normal 2,5 Keadaan Atmosfer Baik 0 Keadaan lingkungan Sangat Bising 1 Kebutuhan Pribadi Pria & Wanita 2 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 7,5 Sikap Kerja Berdiri diatas 2 kaki 1 Gerakan Kerja Normal 0 Kelelahan Mata Pandangan berubah-ubah dengan fokus tetap 4 Keadaan Suhu Normal 2,5 Keadaan Atmosfer Baik 0 Keadaan Bersih, sehat, cerah dengan lingkungan kebisingan rendah 0 Kebutuhan Pribadi Pria 2 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 7,5 Sikap Kerja Berdiri diatas 2 kaki 1 Gerakan Kerja Normal 0 16,

29 56 Elemen Kerja Faktor Kondisi Pekerjaan Kelonggaran (%) Jumlah Pembobkan dan pembuatan purus Perakitan Servis perakitan Kelelahan Mata Pandangan berubah-ubah dengan fokus tetap 4 Keadaan Suhu Normal 2,5 Keadaan Atmosfer Baik 0 Keadaan Bersih, sehat, cerah dengan lingkungan kebisingan rendah 0 Kebutuhan Pribadi Pria 2 Tenaga yang dikeluarkan Sedang 9 Sikap Kerja Berdiri diatas 2 kaki 1 Gerakan Kerja Normal 0 Kelelahan Mata Pandangan terus-menerus dengan fokus tetap 1 Keadaan Suhu Normal 2,5 Keadaan Atmosfer Baik 0 Keadaan lingkungan Sangat Bising 1 Kebutuhan Pribadi Pria 2 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 7,5 Sikap Kerja Berdiri diatas 2 kaki 1 Gerakan Kerja Normal 0 Kelelahan Mata Pandangan berubah-ubah dengan fokus tetap 4 Keadaan Suhu Normal 2,5 Keadaan Atmosfer Baik 0 Keadaan Bersih, sehat, cerah dengan lingkungan kebisingan rendah 0 Kebutuhan Pribadi Pria 2 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 7,5 Sikap Kerja Berdiri diatas 2 kaki 1 16,

30 57 Elemen Kerja Faktor Kondisi Pekerjaan Kelonggaran (%) Jumlah Finishing Gerakan Kerja Normal 0 Kelelahan Mata Pandangan berubah-ubah dengan fokus tetap 4 Keadaan Suhu Normal 2,5 Keadaan Atmosfer Baik 0 Keadaan Bersih, sehat, cerah dengan lingkungan kebisingan rendah 0 Kebutuhan Pribadi Pria 2 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 7,5 Sikap Kerja Duduk 0 Gerakan Kerja Normal 0 Kelelahan Mata Pandangan berubah-ubah dengan fokus tetap 4 Keadaan Suhu Normal 2,5 Keadaan Atmosfer Baik 0 Keadaan Bersih, sehat, cerah dengan lingkungan kebisingan rendah 0 Kebutuhan Pribadi Wanita Perhitungan Waktu Siklus Berdasarkan data pengamatan diatas maka dapat diketahui waktu siklus seluruh proses operasi sebagai berikut: 1. Pengemalan 1 dan pengukuran Waktu siklus = = =25,1 menit 2. Pemotongan Waktu sikluis =

31 58 = =38,87 menit 3. Penghalusan Waktu Siklus = = =47,8333 menit 4. Pengemalan 2 Waktu Siklus = = =16,97 menit 5. Pembobokan dan Pembuatan Purus Waktu Siklus = = =51,5 menit 6. Perakitan Waktu Siklus = = =123,1 menit 7. Servis Perakitan Waktu Siklus = = =16,97 menit 8. Finishing Waktu Siklus = =

32 59 =93,7 menit 9. Packing Waktu Siklus = = =23,366 menit Perhitungan Waktu Normal Setelah diketahui waktu siklus dan faktor penyesuaian pekerja maka dapat dihitung pula waktu normal proses operasi sebagai berikut: 1.Pengemalan 1 dan Pengukuran Waktu Normal = Ws x PR = 25,1 x 1,16 =29,116 menit 2.Pemotongan Waktu Normal = Ws x PR = 38,87x1,16 =45,089 menit 3.Penghalusan Waktu Normal = Ws x PR = 47,833x1,18 =56,442 menit 4.Pengemalan 2 Waktu Normal = Ws x PR = 16,97x1,19 =20,194 menit 5.Pembobokan dan Pembuatan Purus Waktu Normal = Ws x PR

33 60 = 51,5x1,16 =59,74 menit 6.Perakitan Waktu Normal = Ws x PR = 123,1 x 1,18 =145,258 menit 7.Servis Perakitan Waktu Normal = Ws x PR = 16,966 x 1,6 =19,680 menit 8.Finishing Waktu Normal = Ws x PR =93,7 x 1,19 =111,503 menit 9.Packing Waktu Normal = Ws x PR = 23,366 x 1,18 =27,571 menit Perhitungan Waktu Baku Berdasarkan hasil waktu normal proses operasi dan allowance diatas maka dapat dihitung waktu baku proses operasi berikut ini: 1. Pengemalan Waktu Baku =Wn x =29,116 x =35,08 menit 2. Pemotongan Waktu Baku =Wn x =45,0853x

34 61 3. Penghalusan Waktu Baku =53,99 menit =Wn x =56,443x =67,60 menit 4. Pengemalan 2 Waktu Baku =Wn x =20,190 x 5. Pembobokan Waktu Baku =24,33 menit =Wn x =59,74x =71,98 menit 6. Perakitan Waktu Baku =Wn x =145,258 x =173,96 menit 7. Servis Perakitan Waktu Baku =Wn x =19,6813 x 8. Finishing Waktu Baku =23,71 menit =Wn x =111,503x =134,34 menit 9. Packing

35 62 Waktu Baku =Wn x =27,5727x =32,82 menit Tabel 4.6 Perhitungan Waktu Baku No Nama Proses Waktu Baku (Menit) 1 Pengemalan 1 dan pengukuran 35,08 2 Pemotongan 53,99 3 Penghalusan 67,60 4 Pengemalan 2 24,33 5 Pembobokan dan pembuatan purus 71,98 6 Perakitan 173,96 7 Servis perakitan 23,71 8 Finishing 134,34 9 Packing 32,82 Jumlah 617,81 Sumber : Pengolahan Data (2021) Dari pengolahan data di atas waktu baku untuk pembuatan nakas dari proses pengemalan sampaipacking diperoleh: = 10,30 jam 4.4. Analisis Sesudah Penerapan 5S Kegiatan Seiri/Pemilihan 1. Pengemalan Diproses pengemalan ini harus membedakan antara mal yang di gunakan untuk proses pengemalan meja nakas dan mal yang tidak digunakan, sehingga operator mudah untuk proses pengemalan.

36 63 Gambar 4.24 Area Pengemalan Sesudah implementasi seiri Sumber : Bayu Furniture (2021) 2. Pemotongan Yang dilakukan pada area pemotongan adalah bahan yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan dipilah berdasarkan kebutuhan. Bahan yang di gunakan di letakkan pada tempat yang mudah di jangkau sehingga pekerja tidak harus mencari bahan tersebut, dapat dilihat pada gambar kondisi dibagian pemotongan setelah penerapan Seiri. Gambar 4.25Area Pemotongan Sesudah Implementasi Seiri Sumber : Bayu Furniture (2021) 3. Penghalusan Diproses penghalusan operator harus mebedakan antara bahan atau alat yang masih di gunakan dan tidak digunakan, karena alat yang tidak digunakan bisa mengganggu saat operator ingin mengganti peralatan yang sudah tidak bisa di pakai lagi.

37 64 Gambar 4.26Area Penghalusan Sesudah implementasi Seiri Sumber : Bayu Furniture (2021) 4. Pembobokan dan pembuatan purus Pada saat proses pembobokan bahan baku harus di bedakan sesuai dengan ukranya hal ini dapat memudahkan operator saat proses pembobokan 5. Perakitan Gambar 4.27Area Pembobokan Sesudah implementasi Seiri Sumber : Bayu Furniture (2021) Peralatan yang menunjang untuk aktivitas perakitan adalah gergaji tangan, planner, bor, penggaris siku, sekrup, karet, palu, obeng, dan alat pahat, dapat di lihat pada gamabar sebelum implementasi masih banyak alat yang tidak digunakan sehingga dapat mengganggu proses aktivitas perakitan, berikut adalah kondisi lingkungan setelah penerapan Seiri dengan pemilihan alat yang perlu di gunakan.

38 65 6. Servis Perakitan Gambar 4.28Area Perakitan Sesudah implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021) Di area perakitan alat yang digunakan masih tercampur dengan alat yang masih tidak digunakan, untuk memudahkan operator harus dilakukan pemilihan alat yang masih digunakan. Gambar 4.29Area Servis Perakitan Sesudah implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021) 7. Finishing Pada area Finishing terdapat bahan-bahan yang sudah tidak digunakan seperti kaleng bekas cat, tindakan yang dilakukanadalah memilih bahan yang masih di gunakan dan membuang bahan yanhg sudah tidak digunakan lagi sehingga kondisi area finishing tidak lagi menjadi berantakan dan penumpukan bahan.

39 66 Gambar 4.30Area Finishing Sesudah implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021) KegiatanSeiton/ Penataan Tahap kedua adalah Seiton, Seiton adalah kegiatan penataan barang-barang yang sudah dipilih kemudian ditata dengan baik. Penataan tidak hanya menyimpan barang, namun harus mencari cara penyimpanan yang optimal. 1. Pengemalan Area kerja pengemalan terdapat rak untuk menaruh mal/pola meja nakas, mal/pola meja nakas diletakkan di rak meja dan di bedakan antara pola untuk kaki meja, sunduk meja, dan daun meja, hal ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja karena operator tidak lagi mencari pola yang di perlukan untuk proses pengemalan dan juga tidak adanya waktu yang terbuang suntuk proses pengemalan. Gambar 4.31 Area Pengemalan Sesudah implementasi Seiton Sumber : Bayu Furniture (2021)

40 67 Gambar 4.32layout pengemalan sesudah implementasi Seiton Sumber : Bayu Furniture (2021) 2. Pemotongan Area pemotongan adalah proses lanjutan setelah bahan dimal/pola, area pemotongan membutuhkan tempat yang cukup luas untuk penataan bahan supaya bahan tidak menumpuk saat akan di potong, oleh karena itu operator harus melakukan tindakan penataan bahan sesuai ketebalan yang akan di potong, sehingga saat proses pemotongan tidak lagi memilih bahan yang akan di potong terlebih dahulu. Gambar 4.33 Area Pemotongan Sesudah implementasi Seiton Sumber : Bayu Furniture (2021)

41 68 Gambar 4.34layout pemotongan sesudah implementasi Seiton Sumber : Bayu Furniture (2021) 3. Penghalusan Di area penghalusan sebelum implementasi 5S terlihat masih banyak alat dan bahan seperti amplas dan lem alteco yang masih berserakan oleh karena itu akan dibuatkan tempat untuk menaruh alat supaya operator mudah untuk menggunakan dan tidak mencari terlebih dahulu saat proses penghalusan. Gambar 4.35 Area Penghalusan Sesudah implementasi Seiton Sumber : Bayu Furniture (2021) Gambar 4.36 layout penghalusan sesudah implementasiseiton Sumber : Bayu Furniture (2021)

42 69 4. Pembobokan Di areapembobokan purus bahan harus tertata dengan baik sehingga memudahkan operator dalam proses pembobobokan dan tidak memenuhi tempat produksi. Gambar 4.37 Area Pembuatan Purus Sesudah implementasi Seiton Sumber : Bayu Furniture (2021) 5. Perakitan Gambar 4.38layout pembobokan sesudah implementasi Seiton Sumber : Bayu Furniture (2021) Peralatan yang menunjang untuk aktivitas perakitan adalah gergaji tangan, planner, bor, penggaris siku, sekrup, karet, palu, obeng, dan alat pahat. Sebeleum implementasi 5S alat-alat tersebut masih berserakan bercampur dengan sisa-sisa potongan kayu sehingga hal ini sangat mengganggu operator saat proses perakitan, oleh karena itu perlu di terapkan 5S untuk penataan alat sehingga pada saat perakitan memudahkan operator.

43 70 Gambar 4.39 Area Perakitan Sesudah implementasi Seiton Sumber : Bayu Furniture (2021) Gamabar 4.40layout perakitan sesudah implementasiseiton Sumber : Bayu Furniture (2021) 6. Servis perakitan Setelah dilakukan pemilihan alat selanjutnya adalah menempatkan alat tersebut ditempat yang sudah di sediakan, karena ditempatkan alat tersbut dapat memudahkan operator saat penggunaanya.

44 71 Gambar 4.41 Area Servis Perakitan Sesudah implementasi Seiton Sumber : Bayu Furniture (2021) Gambar 4.42layout servis perakitan sesudah implementasi Seiton Sumber : Bayu Furniture (2021) 7. Finishing Setelah implementasi seiri/ pemilihan, barang yang sudah di pilih sesuai dengan kebutuhan maka harus diletakkan diwadah yang sudah dibuat hal ini bisa memotong waktu pencarian bahan saat proses finishing dan memudahkan karyawaan saat pengambilan bahan maupun alat. Gambar 4.43 Area Finishing Sesudah implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021)

45 72 Gambar 4.44Layout finishing sesudah implementasi 5S Sumber : Bayu Furniture (2021) Kegiatan Seiso/Pembersihan Seiso adalah kegiatan pembersihan mesin, peralatan, sampah, kotoran yang ada di area produksi Bayu furniture. Berikut adalah rancangan seiso untuk Bayu furniture : 1. Menentukan skala pembersihan (makro, individual, mikro) a. Makro Dalam area produksi Bayu furniture harus selalu terjaga kebersihannya. Kebersihan pada area mesin, area bahan baku dan area produksi harus di perhatikan. Area produksi harus bersih dari kotoran, debu dan juga sisa limbah kayu. b. Individual Tiap barang yang ada di area produksi hanya barang yang menunjang proses produksi saja. Barang pribadi milik operator seharusnya di tempatkan di luar ruang area produksi agar tidak mengganggu proses kerja dan konsentrasi operator yang sedang bekerja seperti contohnya handphone milik operator. c. Mikro Dalam skala mikro yang harus lebih diperhatikan adalah kebersihan mesin, peralatan dan perlengkapan area produksi. Alat-alat produksi harus dibersihkan setelah selesai digunakan supaya keesokan harinya saat akan digunakan keadaan alat sudah bersih. Hal ini untuk menghindari debu-debu yang akan menempel apabila tidak dibersihkan.

46 73 2. Jadwal pembersihan Tabel 4.7 Jadwal Pembersihan Bayu Furniture Area Pembersihan Alat Standar Jadwal Petugas Pengemalan 1 Pemotongan Penghalusan Pengemalan 2 Pembobokan Membersihkan segala dan debu kotoran Memebersihkan sisa limbah kayu pemotongan dan serbuk kayu Membersihkan debu di area penghalusan Membersihkan segala dan debu kotoran Membersihkan serbuk kayu dan mesin bobok Kemoceng dan sapu Sapu dan ekrak Sapu dan kemoceng Kemoceng dan sapu Alat yang ada di area pengemalan bebas debu Area dari pemotongan harus bebas dari lembah kayu dan serbuk kayu Di area penghalusa n bebas debu kotoran Alat harus dari dan yang ada di area pengemalan bebas debu dari Sapu Di area pemboboka n harus bersih dari serbuk kayu Setiap (setiap hari) sore Setiap selesai pemotongan Setiap dan sore Setiap (setiap hari) pagi sore Setelah selesai pembobokan Operator Operator Operator Operator Operator

47 74 Area Pembersihan Alat Standar Jadwal Petugas Perakitan Membersihkan Sapu Di area Siang dan sore Operator debu dan serbuk perakitan kayu dan alat harus bersih perakitan harus dari debu bersih dan serbuk kayu Servis perakitan Membersihkan debu dan serbuk kayu Finishing Membersihkan sisa cat yang menempel di lantai dan di alat finishing Packing Membersihkan sisa pembungkus Sapu Di area Siang dan sore Operator perakitan harus bersih dari debu dan serbuk kayu Kuas dan Di area Siang dan sore Operator tiner finishing harus bersih dari cat Sapu Di area Setiap selesai Operator packing pembungkusan harus bersih dari sisa pembungku s Sumber : Bayu Furniture (2021) Kegiatan Seiketsu/Pemantapan Maka dari itu implementasi seiri, seiton dan seiso tidak akan ada artinya apabila tidak ada tindakan yang bisa mendukung implementasi seiri, seiton, dan seiso. Beberapa tindakan yang mendukung implementasi tersebut adalah : 1. Menggunakan kontrol visual

48 75 Kontrol visual dimaksud untuk menegaskan ketika melakukan kegiatan operasional, diperlukan adanya standar yang harus di taati agar kegiatan seiri, seiton dan seiso dapat berjalan dengan baik. Kontrol visual dapat dilakukan dengan menggunakan tulisan-tulisan maupun gambar-gambar yang diletakkan disekitar area tertentu dan dipastikan agar dapat terlihat oleh semua orang. 2. Alat dan metode kontrol visual Gambar 4.45 Implementasi Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual Sumber : Bayu Furniture (2021) Contoh pada gambar diatas ditempelkan di area produksi Bayu Furniture. gambar bisa terlihat oleh semua operator. Dalam hal ini pemilik juga harus memberikan contoh pada operatornya agar tidak bermain handphone untuk keperluan pribadi pada saat produksi berlangsung. Gambar 4.46 Implementasi Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual Sumber : Bayu Furniture (2021) Gambar diatas ditempelkan di area produksi supaya operator tidak merokok jika operator merokok di lingkungan produksi, karena bisa terjadinya bahaya kebakaran oleh karena itu perlu di tempelkan gambar visual tersebut.

49 76 Gambar 4.47Implementasi Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual Sumber : Bayu Furniture (2021) Gambar di atas bertujuan untuk mengajak operator untuk menjaga kebersihan di area produksi Bayu furnitur Kegiatan Shitsuke/ Pembiasaan Tahap pembiasaan merupakan tahap terakhir dalam penerapan metode 5S. Setelah keempat tahap di atas (seiri, seiton, seiso, seiketu) sudah diterapkan maka tahap selanjutnya adalah tahap pembiasaan. Pada tahap ini operator menerapkan tahap-tahap di atas secara berulang sehingga menjadi sebuah kebiasaan padapekerja supaya terbiasa dengan penerapan 5S ini, dalam hal ini atasan juga harus melakukan kontrol setiap harinya.mengontrol pekerja dapat dilakukan dengan alat bantu atau instrument ceklist audit harian. Tabel 4.8 Ceklist Audit Harian

50 Analisis Perbandingan Implementasi 5S Analisis Perbandingan Implementasi Seiri Dari analisis dan pembahasan diatas maka dapat diperoleh perbandingan sebelum dan sesudah implementasi 5S Seiri: Tabel 4.9 Analisis Perbandingan Implementasi Seiri No Elemen Kerja Sebelum Implementasi 5S Sesudah Keterangan 1 Pengemala Sebelum implementasi n kayu masih tercampur, setelah implementasi kayu sudah dipilih mana yang akan dipakai mana yang tidak. 2 Pemotonga Sebelum implementasi n kayu masih tercampur, setelah implementasi kayu sudah dibedakan sesuai ketebalan kayu 3 Penghalusa Sebelum implementasi n peralatan masih berserakan setelah implementasi alat yang akan digunakan disisihkan.

51 78 No Elemen Kerja 4 Pembobok an dan Pembuatan purus Sebelum Implementasi 5S Sesudah Sebelum Keterangan implementasi kayu yang dibobok dan dipurus masih bercampur jadi satu, setelah implementasi kayu sudah dibedakan sesuai dengan ukuran. 5 Perakitan Sebelum implementasi 6 Servis Perakitan alat masih berserakan tidak rapi setelah implementasi yangdigunakan alat untuk produksi dipilih dan disisihkan. Sebelum implementasi jarak alat dan tempat produksi lumayan jauh setelah implementasi alat yang digunakan diletakkan di tempat produksi. 7 Finishing Sebelum implementasi cat masih berserakan setelah implementasi cat yang dipisahkan digunakan Sumber: Data yang diolah (2021)

52 Analisis Perbandingan Implementasi Seiton Dari analisis dan pembahasan diatas maka dapat diperoleh perbandingan sebelum dan sesudah implementasi 5S Seiton : Elemen No Kerja 1 Pengemala n Tabel 4.10 Analisis Perbandingan Implementasi Seiton Implementasi 5S Keterangan Sebelum Sesudah Sebelum implementasi kayu masih tercampur setelah implemntasi kayu sudah tertata rapi sesuai ukuran. 2 Pemotong an Sebelum implementasi kayu masih tercampur setelah implemntasi kayu sudah tertata rapi sesuai ketebalan. 3 Penghalus an Sebelum implementasi alat masih berserakan setelah implementasi alat tertata rapi ditempat penyimpanan alat.

53 80 No Elemen Kerja Sebelum Implementasi 5S Sesudah Keterangan 4 Pembobok Sebelum implementasi andan kayu masih berserakan Pembuata setelah implementasi n purus kayu sudah tertata rapi. 5 Perakitan Sebelum implementasi alat masih berserakan setelah implementasi alat tertata rapi ditempat penyimpanan alat. 6 Servis Perakitan Sebelum implementasi alat masih berserakan setelah implementasi alat tertata rapi ditempat penyimpanan alat. 7 Finishing Sebelum implementasi cat masih berserakan setelah implementasi cat tertata rapi ditempat penyimpanan bahan. Sumber : Data yang diolah (2021)

54 Analisis Perbandingan Implementasi Seiso Dari analisis dan pembahasan diatas maka dapat diperoleh perbandingan sebelum dan sesudah implementasi 5S Seiso : Tabel 4.11 Analisis Perbandingan Implementasi Seiso Area Pembersihan Implementasi 5S Sebelum Sesudah Pengemalan 1 Membersihkan segala kotoran dan debu Masih terdapat kotoran dan debu sisa proses produksi Alat yang ada di area pengemalan bebas dari debu Pemotongan Membersihkan sisa limbah kayu pemotongan Masih terdapat sisa limbah kayu dan serbuk. Area pemotongan harus bebas dari lembah kayu dan serbuk kayu dan serbuk kayu Penghalusan Membersihkan debu di area penghalusan Tempat produksi masih berdebu Di area penghalusan harus bebas dari debu dan kotoran Pengemalan 2 Membersihkan segala kotoran dan debu Tempat produksi masih terdapat debu dan kotoran Alat yang ada di area pengemalan bebasdari debu Pembobokan Membersihkan serbuk kayu dan mesin bobok Masih terdapat serbuk kayu dan mesin bobok yang kotor Di area pembobokan harus bersih dari serbuk kayu Perakitan Membersihkan debu dan serbuk kayu dan alat perakitan harus bersih Masih terdapat debu dan serbuk kayu pada tempat dan alat perakitan Di area perakitan harus bersih dari debu dan serbuk kayu

55 82 Area Servis perakitan Finishing Packing Pembersihan Implementasi 5S Sebelum Sesudah Membersihkan Masih terdapat debu Di area perakitan debu dan dan serbuk kayu harus bersih dari debu serbuk kayu dan serbuk kayu Membersihkan Masih terdapat sisa Di area finishing harus sisa cat yang cat yang menempel bersih dari cat menempel di pada lantai dan alat lantai dan di finishing alat finishing Membersihkan Masih terdapat sisa Di area packing harus sisa bahan pembungkus bersih dari sisa pembungkus pembungkus Sumber : Data yang diolah (2021) Analisis Perbandingan Implementasi Seiketsu Dari analisis dan pembahasan diatas maka dapat diperoleh perbandingan sebelum dan sesudah implementasi 5S Seiketsu: Sebelum Tabel 4.12 Analisis Perbandingan Implementasi Seiketsu Implementasi Keterangan Sesudah Sebelum implementasi tidak ada alat bantu kontrol visual sebagai standar yang harus di taati agar kegiatan Sebelum implementasi tidak terdapat alat bantu kontrol visual, setelah implementasi dengan adanya alat

56 83 seiri, seiton dan seiso dapat berjalan dengan baik bantu kontrol visual sebagai aturan yang harus ditaati oleh operator agar proses produksi berjalan kondusif Sumber: Data yang diolah (2021) Analisis Perbandingan Implementasi Shitsuke Dari analisis dan pembahasan diatas maka dapat diperoleh perbandingan sebelum dan sesudah implementasi 5S Shitsuke: Tabel 4.13 Analisis Perbandingan Implementasi Shitsuke Implementasi 5S Sebelum Sesudah Kegiatan pemilihan (seiri), Mulai melakukan penataan (seiton), pembiasaan yang jika pembersihan (seiso) tidak dilakukan maka jarang dilakukan. akan diberikan sanksi bagi setiap operator. Tidak memberikan Memberikan apresiasi apresiasi bagi operator bagi operator yang yang berinisiatif berinisiatif tinggi melakukan pemilihan dengan memberikan (seiri), penataan (seiton) penghargaan. dan pembersihan (seiso) tanpa instruksi dari atasan Operator tidak diberikan Mulai memberitahukan

57 Audit Checklist Implementasi 5S Sebelum Sesudah pengetahuan dan wawasan tentang informasi tentang pentingnya 5S pada lingkungan kerja seputar pentingnya 5S pada lingkungan kerja. Sumber: Data yang diolah (2021) Berdasarkan analisis diatas maka dapat diperlukan audit checklist pembiasaan yang akan menjadi acuan kontrol pada proses produksi selanjutnya dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.14 Tabel Audit Checklist No Daftar Kegiatan Yes No 1 Pemisahan bahan dan alat yang akan digunakan dan tidak digunakan dalam proses produksi 2 Pemisahan bahan sesuai ukuran 3 Peletakan alat dan bahan ditempat penyimpanannya masing-masing. 4 Melakukan pembersihan lingkungan kerja 5 Melakukan pembersihan alat 6 Merapikan tempat proses produksi 7 Merapikan alat dan bahan 8 Mentaati standarisasi peraturan perusahaan 9 Menjaga kebersihan lingkungan kerja 10 Tidak merokok 11 Tidak menggunakan smartphone saat bekerja 12 Tidak membuang sampah sembarangan 13 Memberikan apresiasi kepada operator yang berinisiatif tinggi menjaga kondusivitas lingkungan kerja 14 Memberikan sanksi kepada operator yang tidak patuh dengan peraturan atau standarisasi. 15 Memberikan informasi tentang menjaga lingkungan kerja dengan 5S Mengetahui, 1 2 Sumber : Data yang diolah (2021)

58 Pengolahan Data Waktu Baku Setelah Implementasi 5S Data waktu proses perakitan ini diperoleh dari hasil pengamatan sebelum dilakukan perbaikan metode kerja. Data ini diambil menggunakan jam henti (stopwatch) dengan satuan menit perunit. Adapun data hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel Tabel 4.15 Proses Produksi No Proses 1 Pengemalan 1 dan pengukuran 2 Pemotongan 3 Penghalusan 4 Pengemalan 2 5 Pembobokan dan pembuatan purus 6 Perakitan 7 Servis perakitan 8 Finishing 9 Packing Sumber : Bayu Furniture (2021) Tabel di atas menunjukkan langkah-langkah dalam proses produksi pembuatan meja nakas di Bayu furniture Penelitian Ke- Tabel 4.16 Waktu Proses Proses(Menit)

59 86 Penelitian Ke- Proses(Menit) Sumber : Pengolahan Data (2021) 4.7 Pengolahan Data Uji Keseragaman Data Setelah memperoleh waktu yang dilakukan menggunakan stopwatch maka langkah selanjutya melakukan uji keseragaman data. Adapun hasil dari uji keseragaman data adalah sebagai berikut : 1. Pengemalan 1 dan Pengukuran a. Rata-Rata = = =22,96 b. Standar Deviasi = ( )

60 87 = ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) =0,85 c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =22,96+3(0,85) =22,96 + 2,550 =25,51 d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =22,96 3(0,85) =22,96 2,550 =20,41 Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini: Pengemalan dan Pengukuran Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.48Control Chart Pengemalan 1 dan Pengukuran Sumber : Pengolahan Data (2021) Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat dikatakan bahwa data penelitian tersebut sudah seragam.

61 88 2. Pemotongan a. Rata-Rata = = =37,70 menit b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) =1,178 c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =37,70+3(1,178) =37,70+ 3,536 =41,236 d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =37,70 3(1,178) =37,70 3,536 =34,164 Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat dikatakan bahwa data penelitian tersebut sudah seragam.

62 Pemotongan Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.49Control Chart Pemotongan Setelah Perbaikan Sumber : Pengolahan Data (2021) Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat dikatakan bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 3. Penghalusan a. Rata-Rata = = =46,00 menit b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) =1,313 c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =46,00+3(1,313) =46,00+ 3,939 =49,939

63 90 d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =46,00 3(1,313) =46,00 3,939 =42,607 Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat dikatakan bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 51 penghalusan Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.50Control Chart Penghalusan Setelah Perbaikan Sumber : Pengolahan Data (2021) Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat dikatakan bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 4. Pengemalan 2 a. Rata-rata = = 39 =16,97 menit

64 91 b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =0,850 c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =16,97+3(0,850) =16,97+ 2,550 =19,52 d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =16,97 3(0,850) =16,97 2,550 =16,12 Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini: Pengemalan Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.51 Control Chart Pengemalan Sumber : Pengolahan Data (2021)

65 92 Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat diketahui bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 5. Pembobokan dan pembuatan purus a. Rata-rata = = =51,53 menit b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =1,613 c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =51,53+3(1,613) =51,53+ 4,839 =56,369 d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =51,53 3(1,613) =51,53 4,839 =46,691 Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini:

66 93 57 Pembobokan Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.52 Pembobokan Setelah Perbaikan Sumber : Pengolahan Data (2021) Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat diketahui bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 6. Perakitan a. Rata-rata = = =122,1 menit b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =1,295 c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =122,1+3(1,295) =122,1+ 3,887

67 94 =125,987 d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =122,1 3(1,295) =122,1 3,887 =118,213 Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini: Gambar 4.53 Control Chart Perakitan Setelah Perbaikan Sumber : Pengolahan Data (2021) Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat diketahui bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 7. Servis Perakitan a. Rata-rata = = =16,23 menit Perakitan Waktu Operasi Rata2 BKA BKB

68 95 b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =1,165 c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =16,23+3(1,165) =16,23+ 3,495 =19,725 d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =16,23 3(1,65) =16,23 3,495 =12,735 Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini: Servis Perakitan Waktu Operasi Rata2 BKA BKB Gambar 4.54 Control Chart Servis Perakitan Sumber : Pengolahan Data (2021)

69 96 Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat diketahui bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 8. Finishing a. Rata-rata = = =89,83 menit b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =2,102 c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =89,83+3(2,102) =89,83+ 6,306 =96,136 d. Batas Kontrol Bawah (BKB) BKB = ( ) =89,83 3(2,102) =89,83 6,306 =83,524 Untuk membuktikan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kontrol atas ( BKA ) dan batas kontrol bawah ( BKB ) maka dapat dilihat pada control chart dibawah ini:

70 97 Gambar 4.55 Control Chart Finishing Setelah Perbaikan Sumber : Pengolahan Data (2021) Dari control chart diatas data penelitian tidak ada yang berada diluar batas kontrol atas (BKA)dan batas kontrol bawah ( BKB ), maka dapat diketahui bahwa data penelitian tersebut sudah seragam. 9. Packing a. Rata-rata = = =23,366 menit b. Standar Deviasi = ( ) = ( ) ( ) ( ) ( ) =1,973 c. Batas Kontrol Atas (BKA) BKA = ( ) =23,366+3(1,973) =23,366+ 5,921 =29,287

BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi)

BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melihat pembahasan pada bab 4 mengenai kondisi awal perusahaan dan rancangan 5S yang telah dibuat untuk memperbaiki keadaan perusahaan UKM Dian Rubber, maka peneliti

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melihat kondisi awal perusahaan, menganalisis masalahnya, dan membuat rancangan untuk memperbaikinya maka alat analisi yang digunakan yaitu metode 5S (Seiri,

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Percetakan Karet UKM Dian Rubber adalah sebuah perusahaan yang mencetak lembaran karet menjadi sebuah bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Sumber Bahagia adalah Perusahaan yang bergerak di bidang percetakan Digital yang didirikan oleh Bapak Tommy Handoko

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek perusahaan Teh 999 yang terletak di jalan Kartini nomor 61-63 Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari. bungkus tempe dengan berat perbungkus 6 ons.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari. bungkus tempe dengan berat perbungkus 6 ons. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Home industry pembuatan tempe sebuah usaha yang memproduksi tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari satu tahun

Lebih terperinci

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Uji Keseragaman Data Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Pengamatan (Menit) No Kegiatan Rata rata sigma (Xirata)^2 S BKA BKB Keterangan 1 Plat MS di ukur, digambar dan

Lebih terperinci

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja Lampiran 1 Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja WC 1 (Laminating) Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Sub Total Keterampilan Good C2 +0.03 Usaha Good C2 +0.02 Kondisi Fair E -0.03 Konsistensi Average

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. memproduksi produk khusus seragam olahraga. Produk yang diproduksi oleh

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. memproduksi produk khusus seragam olahraga. Produk yang diproduksi oleh BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Perusahaan Konveksi Denny Sport adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi produk khusus seragam olahraga. Produk yang diproduksi oleh Konveksi Denny Sport

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia industri dan teknologi yang terjadi sekarang ini, menyebabkan semakin meningkatnya persaingan. Untuk dapat memenangkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring 38 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring dengan adanya tuntunan jaman yang

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Berdasarkan analisis konsep 5S yang telah dilakukan, untuk masingmasing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti sekarang, alat transportasi kendaraan bermotor semakin dibutuhkan baik untuk kendaraan operasional perusahaan maupun kendaraan pribadi.

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Berdasarkan analisis konsep 5S yang telah dilakukan, untuk masingmasing

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan pada bab 5, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Rating Factor Kriteria rating factor, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : Super Skill: 1. Bekerja dengan sempurna 2. Tampak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Setelah dilakukannya pengolahan data dan analisis data dalam penelitian Tugas Akhir ini, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut ini : 1. Gerakan kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan 5S atau 5R 1. Defini 5S atau 5R 5R atau 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Kondisi fasilitas fisik saat ini masih kurang baik karena kursi kerja yang digunakan tidak memiliki sandaran, beberapa stasiun kerja tidak memiliki meja dan

Lebih terperinci

Lamp n (menit) x/n

Lamp n (menit) x/n BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Hasil Pengukuran Waktu Dibawah ini merupakan hasil pengukuran langsung (menggunakan stopwatch) waktu rakit panel. Box n (menit) x/n 1 2 3 4 5 1 11.9 12.5

Lebih terperinci

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data 96 Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Uji keseragaman data 1. waktu setup bagian pencetakan Subgroup No (i) Waktu (detik) (detik) (detik) BKA BKB 1 712 2 564 1 3 534 603,4 4 602 5

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV.Motekar merupakan salah satu perusahaan home industry yang memproduksi berbagai jenis boneka. Perusahaan ingin mengetahui apakah sistem kerja yang diterapkan dalam perusahaan ini sudah baik

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang sudah maju ini, persaingan bisnis yang semakin ketat akan membuat para pelaku bisnis berpikir lebih keras bagaimana caranya memenangkan sebuah persaingan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan telah diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Untuk dapat merancang sistem kerja yang baik perlu diperhatikan faktor pekerja, mesin dan peralatan serta lingkungan. CV.MOTEKAR adalah pabrik yang memproduksi berbagai jenis boneka.boneka yang

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang operator yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理,

Bab 3. Analisis Data. Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理, Bab 3 Analisis Data Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理, seiton 整頓, seiso 清掃, seiketsu 清潔, shitsuke 仕付 ), atau bisa juga disebut 5 R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah tata cara yang lebih terperinci mengenai tahaptahap melakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan pada Marlan Collection adalah untuk mengurangi

Lebih terperinci

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling Nama : Johanes Susanto NIM : 2012-21-046 Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian Work Sampling Sampling Pekerjaan (Work Sampling) adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pekerjaan yang diamati pada praktikum kali ini adalah produktifitas kasir hypermart oleh dua operator. Proses kinerja kasir tersebut adalah kasir tersebut

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7. Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab 4 dan 5, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. 20 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sutalaksana dkk. (2006), Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating Petunjuk Sitasi: Cahyawati, A. N., & Pratiwi, D. A. (2017). Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B211-216). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Kondisi postur kerja operator di C.V. Beranda Kriya Graha dari 17 postur yang muncul dari 10 pekerjaan terdapat 6 postur kerja yang perlu tindakan perbaikan

Lebih terperinci

Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0.

Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0. Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating. SKILL EFFORT 0.15 A1 0.13 A1 Superskill 0.13 A2 0.12 A2 Superskill 0.11 B1 0.1 B1 Excellent 0.08 B2 0.08 B2 Excellent 0.06 C1 0.05 C1 Good 0.03 C2 0.02 C2

Lebih terperinci

UPAYA PENGHEMATAN WAKTU BAKU MELALUI PENERAPAN PROGRAM 5S PADA BAGIAN LINI PRODUKSI (Studi Kasus Di Mujahid Meubel Kadipiro Solo)

UPAYA PENGHEMATAN WAKTU BAKU MELALUI PENERAPAN PROGRAM 5S PADA BAGIAN LINI PRODUKSI (Studi Kasus Di Mujahid Meubel Kadipiro Solo) UPAYA PENGHEMATAN WAKTU BAKU MELALUI PENERAPAN PROGRAM 5S PADA BAGIAN LINI PRODUKSI (Studi Kasus Di Mujahid Meubel Kadipiro Solo) Disusun untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) Kelvin Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Aliran produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus memiliki kinerja yang optimal, sehingga perusahaan tersebut dapat tetap unggul dalam persaingan.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

ANALISIS PENGUKURAN KERJA ANALISIS PENGUKURAN KERJA Disusun oleh: Subodro (135060700111043) Siti Astrid Meidiani (135060700111044) Armelynda Beverly S (135060701111056) Andini Sulviana (135060701111065) Dzaky Falakhi (135060701111082)

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN SEBELUM PELATIHAN 5S PADA PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PTPN IV DOLOK ILIR TAHUN 2016-2017 Nama : Jenis Kelamin : Departemen/ Bagian : Usia : Masa Kerja

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah PENGUKURAN WAKTU Nurjannah Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat diletakan barang sesuai posisi yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi :

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat diletakan barang sesuai posisi yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian adalah perusahaan percetakan CV. Sumber Bahagia.Lokasi penelitian di jalan Moch Suyudi no 34 Semarang. Alasan memilih lokasi di

Lebih terperinci

Lampiran-1. Perhitungan Kapasitas Normal

Lampiran-1. Perhitungan Kapasitas Normal Lampiran-1. Perhitungan Kapasitas Normal Untuk menghitung kapasitas normal dari proses yang menggunakan manusia, maka terlebih dahulu harus diketahui lama waktu baku proses yang dikerjakan dan kemudian

Lebih terperinci

MODUL II WORK MEASUREMENT

MODUL II WORK MEASUREMENT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu merupakan salah satu kriteria dari suatu alternatif beberapa metode kerja yang paling sering digunakan sebab kriteria ini memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Agape Craft merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi Quilt yang diberi merk AGAPE CRAFT. Perusahaan ingin mengetahui apakah metode kerja terutama pada stasiun potong dan setrika

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perancangan tata

Lebih terperinci

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Apa itu 5R? 5R merupakan kegiatan menata tempat kerja sehingga diperoleh lingkungan kerja yang nyaman dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Manusia merupakan salah satu elemen utama pada sistem industri dalam menjalankan aktivitas. Tanpa adanya campur

Lebih terperinci

PERANCANGAN 5S PADA HOME INDUSTRY PEMBUATAN TEMPE PAK SAPTO SKRIPSI. Katolik Soegijapranata Semarang.

PERANCANGAN 5S PADA HOME INDUSTRY PEMBUATAN TEMPE PAK SAPTO SKRIPSI. Katolik Soegijapranata Semarang. PERANCANGAN 5S PADA HOME INDUSTRY PEMBUATAN TEMPE PAK SAPTO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Kesarjanaan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian, T u j uan dan Manfaat Penerapan 5 R ( 5S) di Tempat Kerja Langka h- Langka h P enerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Tata Cara Kerja Teknik tata cara kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan ( design ) terbaik dari sistem kerja.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang diperhatikannya produktivitas pekerja pada suatu proyek konstruksi dapat menghambat pekerjaan konstruksi tersebut. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengertian Sampling pekerjaan adalah suatu prosedur pengukuran cara langsung yang dilakukan pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Standar pekerja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut Sutalaksana (1979) manusia dengan segala aktivitasnya memiliki sifat yang kompleks. Mulai cabang ilmu yang ada dibutuhkan disiplin

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data gerakan kerja dilakukan dengan cara merekam proses perakitan resleting polyester dengan handycam / kamera video. Setelah itu data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk membuat perancangan 5S diperlukan panduan untuk menunjang penulisan skripsi ini yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku-buku mengenai 5S. 2.2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE KERJA BERDASARKAN MICROMOTION STUDY DAN METODE 5S UNTUK MENYEIMBANGKAN LINTASAN PRODUKSI

PERBAIKAN METODE KERJA BERDASARKAN MICROMOTION STUDY DAN METODE 5S UNTUK MENYEIMBANGKAN LINTASAN PRODUKSI PERBAIKAN METODE KERJA BERDASARKAN MICROMOTION STUDY DAN METODE 5S UNTUK MENYEIMBANGKAN LINTASAN PRODUKSI Risanita Setyananda Widodo, Imam Sodikin, Titin Isna Oesman Jurusan Teknik Industri, Institut Sains

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PENGUKURAN WAKTU KERJA PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari waktu ke waktu sehingga setiap pelaku industri harus siap berkompetisi. Hal ini tidak terjadi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Sari Harum adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang produksi kerupuk, dimana perusahaan tersebut ingin meningkatkan kelancaran sistem kerjanya, dalam memenangkan persaingan

Lebih terperinci

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 121 Lampiran A Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 122 Tabel Penyesuaian Metode Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Ketrampilan Superskil A1 +0,15 A2 +0,13 Excelent B1 +0,11 B2 +0,08 Good

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU STANDAR PROSES PEMOTONGAN DAN PENGHALUSAN KAYU PADA PEMBUATAN FURNITURE KAYU JATI

PENENTUAN WAKTU STANDAR PROSES PEMOTONGAN DAN PENGHALUSAN KAYU PADA PEMBUATAN FURNITURE KAYU JATI Volume 03, omor, 016, 58 66 ISS : 355-701X PEETUA WAKTU STADAR PROSES PEMOTOGA DA PEGHALUSA KAYU PADA PEMBUATA FURITURE KAYU JATI Iswandi Idris 1 *, Yuana Delvika, Ruri Aditya Sari 3, & Uthumporn, U 4

Lebih terperinci

WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM

WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM Praktikum Genap 2011/2012 1 WORK SAMPLING I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Memperkenalkan kepada praktikan tentang metode sampling kerja sebagai alat yang efektif menentukan kelonggaran (allowance time) diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Bab 2 ini merupakan dasar pengembangan peneliti dalam melakukan penelitian agar menjadi suatu yang terarah. Tinjauan pustaka berisi mengenai studi penelitian terdahulu

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG MESIN AMPLAS KAYU PROFIL LENGKUNG UNTUK PERBAIKAN POSISI KERJA DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PERANCANGAN ULANG MESIN AMPLAS KAYU PROFIL LENGKUNG UNTUK PERBAIKAN POSISI KERJA DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERANCANGAN ULANG MESIN AMPLAS KAYU PROFIL LENGKUNG UNTUK PERBAIKAN POSISI KERJA DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Agung Kristanto 1 dan Tri Sugiantoro 2 Abstrak: Abu Production adalah salah satu industri

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Menentukan Waktu Siklus Tiap Proses. 4.1.1 Proses Pemasangan Komponen (Setting Part) 4.1.1.1 Elemen operasi pada proses ini adalah : 1. Setting holder magnet ke rotor dan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1) Tata letak tempat kerja saat ini : Tata letak tempat kerja keseluruhan PT Kecap Salem pada saat ini masih kurang baik. Gang yang terdapat dalam pabrik hanya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO Darsini Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo E-mail : dearsiny@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis Penelitian bersifat deskriptif yang artinya mengumpulkan data yang dibutuhkan yang dikumpulkan yang diteliti dan diolah untuk mudah dimengerti. Metode

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.JATI ASELI. Oleh : 1. Wilson Limong Daniel Indra W

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.JATI ASELI. Oleh : 1. Wilson Limong Daniel Indra W LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.JATI ASELI Oleh : 1. Wilson Limong 5303010021 2. Daniel Indra W 5303010031 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. 3.1. Studi Lapangan Tahap persiapan penelitian ini merupakan tahap penentuan objek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kecil dan menengah merupakan akar dari perkembangan ekonomi di Indonesia karena banyaknya masyarakat yang bergerak di dunia bisnis skala kecil atau

Lebih terperinci

Peningkatan Produktivitas Kerja pada Proses Packaging di PT. Samando

Peningkatan Produktivitas Kerja pada Proses Packaging di PT. Samando Peningkatan Produktivitas Kerja pada Proses Packaging di PT. Samando Kevin 1, Prayonne Adi 2 Abstract: PT. Samando is a company engaged in the distribution of machinery and machinery parts as well as the

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan melalui beberapa tahap seperti pengumpulan data, pengolahan data dan analisis diperoleh kesimpulan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja didalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK Debrina Puspita Andriani 1, Billy Anugrah 2, Annissa Dian Islami 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada cara pembuatan produknya, khususnya produk yang dimaksudkan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada cara pembuatan produknya, khususnya produk yang dimaksudkan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pabrik yang bergerak dalam perakitan cenderung mengarah pada cara pembuatan produknya, khususnya produk yang dimaksudkan adalah sepatu buccheri wanita. Cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1. Pendahuluan Bab 1. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan di dunia usaha semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri. Setiap perusahaan sudah pasti

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengaturan Jam Kerja Berikut adalah kebijakan jam kerja di PT. XX Tabel 4.1 Jam Kerja Reguler Reguler Hari Jam Kerja Istirahat Total Waktu Kerja Senin - Kamis

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN BERDASARKAN METODE 5S (SEIRI, SEITON, SEISO, SEIKETSU, SHITSUKE) UNTUK AREA KERJA LANTAI PRODUKSI DI PT.X *

USULAN PERBAIKAN BERDASARKAN METODE 5S (SEIRI, SEITON, SEISO, SEIKETSU, SHITSUKE) UNTUK AREA KERJA LANTAI PRODUKSI DI PT.X * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2015 USULAN PERBAIKAN BERDASARKAN METODE 5S (SEIRI, SEITON, SEISO, SEIKETSU, SHITSUKE)

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S Merry Siska 1 dan Henriadi 2 Abstrak: UD. Dhika Putra merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan tahu. Saat ini kondisi

Lebih terperinci