SIFAT FISIK-KIMIA DAN NILAI ENERGI METABOLIS RESIDU PROSES EKSTRAKSI MANNAN DARI BUNGKIL INTI SAWIT SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK UNGGAS TESIS.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIFAT FISIK-KIMIA DAN NILAI ENERGI METABOLIS RESIDU PROSES EKSTRAKSI MANNAN DARI BUNGKIL INTI SAWIT SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK UNGGAS TESIS."

Transkripsi

1 SIFAT FISIK-KIMIA DAN NILAI ENERGI METABOLIS RESIDU PROSES EKSTRAKSI MANNAN DARI BUNGKIL INTI SAWIT SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK UNGGAS TESIS Oleh : EMMY KEJORA PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2 SIFAT FISIK KIMIA DAN NILAI ENERGI METABOLIS RESIDU PROSES EKSTRAKSI MANNAN DARI BUNGKIL INTI SAWIT SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK UNGGAS TESIS Oleh : EMMY KEJORA Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Peternakan pada Program Studi Ilmu Peternakan PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

3 Judul Tesis : Sifat Fisik Kimia dan Nilai Energi Metabolis Residu Proses Ekstraksi Mannan dari Bungkil Inti Sawit sebagai Bahan Pakan Ternak Unggas Nama Mahasiswa : Emmy Kejora NIM : Program Studi : Magister Ilmu Peternakan Menyetujui : Komisi Pembimbing Ketua Anggota Dr. Ir. Ma ruf Tafsin, M.Si Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si Ketua Program Studi Dekan Fakultas Pertanian Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si Dr. Ir. Hasanuddin, MS Tanggal Ujian : 05 Juni 2017 Tanggal Lulus : 05 Juni 2017

4 Tesis ini telah diuji di Medan Tanggal : 05 Juni 2017 PANITIA PENGUJI TESIS : Ketua Anggota Penguji : Dr. Ir. Ma ruf Tafsin, M.Si : Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si : 1. Dr. Ir. Simon P Ginting, M.Sc 2. Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si

5 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam tesis SIFAT FISIK KIMIA DAN NILAI ENERGI METABOLIS RESIDU PROSES EKSTRAKSI MANNAN DARI BUNGKIL INTI SAWIT SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK UNGGAS adalah benar merupakan gagasan dan hasil penelitian saya sendiri di bawah arahan komisi pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang digunakan dalam tesis ini dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis serta dapat diperiksa kebenarannya. Tesis ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis diperguruan tinggi lain. Medan, Juni 2017 EMMY KEJORA NIM

6 ABSTRAK EMMY KEJORA, Sifat Fisik Kimia dan Nilai Energi Metabolis Residu Proses Ekstraksi Mannan dari Bungkil Inti Sawit sebagai Bahan Pakan Ternak Unggas. Dibimbing oleh MA RUF TAFSIN dan NEVY DIANA HANAFI. Bungkil inti sawit adalah hasil ikutan dari industri pengolahan kelapa sawit dan di Indonesia ketersediaannya sangat tinggi. Dalam meningkatkan nilai tambah penggunaan BIS sebagai imbuhan pakan dilakukan teknologi pengolahan ekstraksi yang akan menghasilkan supernatant yang dianggap mampu menjadi prebiotik pada ternak ayam dan residu. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas nutrisi residu bungkil inti sawit hasil ekstraksi mannan pada ayam broiler dengan mengevaluasi sifat fisik (berat jenis, kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan dan kimia (analisis proksimat dan uji Van Soest) serta uji biologi (energi metabolis murni). Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Program Studi Magister Ilmu Peternakan Fakultas Pertanian. Dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai dengan Januari Perlakuan yang dicobakan adalah P 0 : bungkil inti sawit diekstrak aquades (kontrol), P 1 : bungkil inti sawit diekstrak asam asetat (CH 3 COOH) 1%, P 2 : bungkil inti sawit diekstrak aquades + enzim mannanase 100 u/l dan P 3 : bungkil inti sawit diekstrak asam asetat (CH 3 COOH) 1%+enzim mannanase 100 u/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi mannan berpengaruh nyata (P<0,05) dalam meningkatkan kualitas sifat fisik (berat jenis, kerapatan tumpukan dan kerapatan tumpukan dan secara numeric meningkatkan nilai protein kasar dan menurunkan nilai NDF (Neutral Detergent Fiber) mewakili kualitas sifat kimia serta memberikan pengaruh sangat signifikan (P<0,01) terhadap nilai energi metabolis residu bungkil inti sawit pada ayam broiler. Dapat disimpulkan bahwa ekstraksi dengan aquadest + enzim mannanase 100 u/l menghasilkan kualitas nutrisi residu bungkil inti sawit terbaik bagi ayam broiler. Kata kunci : ekstraksi mannan, bungkil inti sawit, residu, nutrisi, unggas

7 ABSTRACT EMMY KEJORA, "Physical-Chemical Characteristics and The Metabolizable Energy of Residue from Mannan Extraction Process of Palm Kernel Cake as Poultry Feed". Under supervised by MA'RUF TAFSIN and NEVY DIANA HANAFI. The palm kernel cake is a by - product of the palm oil processing industry and in Indonesia its availability is very high. In increasing the added value of the use of palm kernel cake as a feed additive extraction processing technology that will produce a supernatant that is considered capable of being prebiotic in chicken livestock and residues. This study aims to know the nutrient residue of palm kernel cake from mannan extraction on broiler chicken by evaluating physical quality (specific gravity, bulk density and compacted bulk density), chemical quality (proximate analysis and Van Soest test) and biological test (metabolizable energy). The research conducted at Nutrition and Feed Science Laboratory Jl Prof. A. Sofyan No. 3 Animal Science Study Program, Faculty of Agriculture University of Sumatera Utara. Executed in May 2016 until January Treatment composed of P 0 : palm kernel cake extracted aquadest (control), P 1 : palm kernel cake extracted acetic acid (CH 3 COOH) 1%, P 2 : palm kernel cake extracted aquadest + mannanase enzyme 100 u/l and P 3 : palm kernel cake extracted acetic acid (CH3COOH) 1% + enzyme mannanase 100 u/l. The results showed that mannan extraction had significant effect (P<0.05) in improving the quality of physical (specific gravity, bulk density and compacted bulk density) and numerically increase the value of crude protein and decrease the value of NDF (Neutral Detergent Fiber) representing the quality of chemical and give a very significant influence (P<0.01) to the metabolic energy value of palm kernel cake residue in broiler chickens. It can be concluded that extraction with aquadest + enzyme mannanase 100 u/l yields the best nutrient residue quality of palm kernel cake for broiler chicken. Keywords: mannan extraction, palm kernel cake, residue, nutrition, poultry

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Sibolangit Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 19 November 1988 dari ayahanda Andel Sembiring dan ibunda Atemalem Br Tarigan. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1995 penulis memasuki pendidikan dasar di SD Swasta Masehi Sibolangit dan lulus tahun Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Masehi Sibolangit dan lulus tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Sibolangit dan lulus pada tahun Tahun 2008 diterima sebagai mahasiswi, Fakultas Pertanian, Program Studi Peternakan melalui jalur SNMPTN dan lulus pada Tahun Pada Tahun 2014 di terima sebagai guru muatan lokal Bidang Studi Agro Industri di SMP Swasta Masehi Sibolangit Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Diawal tahun 2016 diterima sebagai Fasilitator Sosial Tim Pendampingan Relokasi Mandiri Badan Nasional Penanggulangan Bencana (TPRM-BNPB) untuk daerah terkena dampak erupsi Gunung Sinabung wilayah Desa Gurukinayan Kecamatan Payung Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Pada Tahun 2015 melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu Peternakan di Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU).

9 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Sifat Fisik Kimia dan Nilai Energi Metabolis Residu Proses Ekstraksi Mannan dari Bungkil Inti Sawit sebagai Bahan Pakan Ternak Unggas. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Ir.Hasanuddin, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian, Dr.Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si selaku ketua Program Studi Magister Ilmu Peternakan Universitas Sumatera Utara merangkap anggota komisi pembimbing, Dr.Ir.Ma ruf Tafsin, M.Si selaku ketua komisi pembimbing, Dr.Ir.Simon P. Ginting, M.Sc selaku penguji I dan Dr.Ir.Elisa Julianti, M.Si selaku penguji II. Ucapan terima kasih turut pula penulis sampaikan kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) serta segenap dosen, civitas akademika dan juga teman-teman mahasiswa Magister Ilmu Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan bantuan baik moril dan sprituil kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua Orang tua tercinta yang telah mendidik penulis dengan penuh rasa cinta dan kasih. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga besar yang telah banyak mendorong, menyemangati dan memberikan perhatiannya kepada penulis. Kepada teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, diucapkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, karenanya saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan langkah-langkah selanjutnya. Terlepas dari kekurangannya, penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak. Medan, Juni 2017 Penulis

10 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Hipotesis Penelitian... 3 Manfaat Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA Bungkil Inti Sawit... 4 Ekstraksi... 5 Asam Asetat (CH3COOH)... 6 Penggunaan Asam Asetat Mengingkatkan Kecernaan BIS... 7 Enzim... 7 Aplikasi Enzim dalam Meningkatkan Nilai Nutrisi Bungkil Inti Sawit.. 8 Sifat Fisik Bahan Baku Pakan... 9 Kerapatan Tumpukan (Bulk Density)... 9 Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Compacted Bulk Density) Berat Jenis (Spesific Gravity) Analisa Proksimat Analisis Van Soest Energi Metabolis MATERI DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Skema Penelitian 17 Prosedur Penelitian Metode Penelitian. 30 Peubah penelitian Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Berat Jenis Kerapatan Tumpukan Kerapatan Pemadatan Tumpukan Sifat Kimia Sifat Biologi i ii iv v vi

11 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 53

12 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit Persentase Komponen Gula Netral Pada Bungkil Inti Sawit Nilai Kerapatan Tumpukan Beberapa Bahan Pakan Kriteria Penilaian Kerapatan Tumpukan Nilai Kerapatan Pemadatan Tumpukan Bebarapa Pakan Nilai Berat Jenis Beberapa Bahan Pakan Hasil Uji Kualitas Sifat Fisik Residu BIS dari Perlakuan Penelitian Hasil Analisis Proksimat, Komponen Serat Residu dan Gross Energi bahan Pakan Penelitian Nilai Energi Metabolis Residu Bungkil Inti Sawit Hasil Perlakuan... 44

13 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Skema Penelitian Grafik Nilai PK, ADF dan NDF Hasil Proksimat Residu BIS Hasil Perlakuan. 36

14 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Bobot badan ayam broiler umur 5 minggu (g/ekor) Berat ekskreta ayam broiler Berat endogenous ayam broiler Berat residu BIS hasil perlakuan pada skala tabung reaksi 30 ml Nilai energi metabolis masing-masing perlakuan Nilai kerapatan tumpukan residu BIS hasil perlakuan Nilai kerapatan pemadatan tumpukan residu BIS hasil perlakuan Nilai berat jenis residu bungkil inti sawit hasil perlakuan Hasil perhitungan analisis keragaman kerapatan tumpukan Hasil perhitungan analisis keragaman kerapatan pemadatan tumpukan Hasil perhitungan analisis keragaman berat jenis Hasil perhitungan analisis keragaman energi metabolis Korelasi berat jenis residu BIS hasil perlakuan dan kandungan NDF Korelasi kerapatan tumpukan dan kandungan NDF Korelasi kerapatan pemadatan tumpukan dan kandungan NDF Hasil analisis proksimat residu bungkil inti sawit hasil perlakuan Hasil analisis energi bruto ekskreta ayam... 66

15 ABSTRAK EMMY KEJORA, Sifat Fisik Kimia dan Nilai Energi Metabolis Residu Proses Ekstraksi Mannan dari Bungkil Inti Sawit sebagai Bahan Pakan Ternak Unggas. Dibimbing oleh MA RUF TAFSIN dan NEVY DIANA HANAFI. Bungkil inti sawit adalah hasil ikutan dari industri pengolahan kelapa sawit dan di Indonesia ketersediaannya sangat tinggi. Dalam meningkatkan nilai tambah penggunaan BIS sebagai imbuhan pakan dilakukan teknologi pengolahan ekstraksi yang akan menghasilkan supernatant yang dianggap mampu menjadi prebiotik pada ternak ayam dan residu. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas nutrisi residu bungkil inti sawit hasil ekstraksi mannan pada ayam broiler dengan mengevaluasi sifat fisik (berat jenis, kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan dan kimia (analisis proksimat dan uji Van Soest) serta uji biologi (energi metabolis murni). Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Program Studi Magister Ilmu Peternakan Fakultas Pertanian. Dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai dengan Januari Perlakuan yang dicobakan adalah P 0 : bungkil inti sawit diekstrak aquades (kontrol), P 1 : bungkil inti sawit diekstrak asam asetat (CH 3 COOH) 1%, P 2 : bungkil inti sawit diekstrak aquades + enzim mannanase 100 u/l dan P 3 : bungkil inti sawit diekstrak asam asetat (CH 3 COOH) 1%+enzim mannanase 100 u/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi mannan berpengaruh nyata (P<0,05) dalam meningkatkan kualitas sifat fisik (berat jenis, kerapatan tumpukan dan kerapatan tumpukan dan secara numeric meningkatkan nilai protein kasar dan menurunkan nilai NDF (Neutral Detergent Fiber) mewakili kualitas sifat kimia serta memberikan pengaruh sangat signifikan (P<0,01) terhadap nilai energi metabolis residu bungkil inti sawit pada ayam broiler. Dapat disimpulkan bahwa ekstraksi dengan aquadest + enzim mannanase 100 u/l menghasilkan kualitas nutrisi residu bungkil inti sawit terbaik bagi ayam broiler. Kata kunci : ekstraksi mannan, bungkil inti sawit, residu, nutrisi, unggas

16 ABSTRACT EMMY KEJORA, "Physical-Chemical Characteristics and The Metabolizable Energy of Residue from Mannan Extraction Process of Palm Kernel Cake as Poultry Feed". Under supervised by MA'RUF TAFSIN and NEVY DIANA HANAFI. The palm kernel cake is a by - product of the palm oil processing industry and in Indonesia its availability is very high. In increasing the added value of the use of palm kernel cake as a feed additive extraction processing technology that will produce a supernatant that is considered capable of being prebiotic in chicken livestock and residues. This study aims to know the nutrient residue of palm kernel cake from mannan extraction on broiler chicken by evaluating physical quality (specific gravity, bulk density and compacted bulk density), chemical quality (proximate analysis and Van Soest test) and biological test (metabolizable energy). The research conducted at Nutrition and Feed Science Laboratory Jl Prof. A. Sofyan No. 3 Animal Science Study Program, Faculty of Agriculture University of Sumatera Utara. Executed in May 2016 until January Treatment composed of P 0 : palm kernel cake extracted aquadest (control), P 1 : palm kernel cake extracted acetic acid (CH 3 COOH) 1%, P 2 : palm kernel cake extracted aquadest + mannanase enzyme 100 u/l and P 3 : palm kernel cake extracted acetic acid (CH3COOH) 1% + enzyme mannanase 100 u/l. The results showed that mannan extraction had significant effect (P<0.05) in improving the quality of physical (specific gravity, bulk density and compacted bulk density) and numerically increase the value of crude protein and decrease the value of NDF (Neutral Detergent Fiber) representing the quality of chemical and give a very significant influence (P<0.01) to the metabolic energy value of palm kernel cake residue in broiler chickens. It can be concluded that extraction with aquadest + enzyme mannanase 100 u/l yields the best nutrient residue quality of palm kernel cake for broiler chicken. Keywords: mannan extraction, palm kernel cake, residue, nutrition, poultry

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Bungkil inti sawit (BIS) adalah hasil samping dari industri pengolahan kelapa sawit yang mempunyai ketersediaan dan kontinuitas yang tinggi di Indonesia. Berdasarkan buku statistik komoditas kelapa sawit terbitan Dirjen Perkebunan (2015), pada tahun 2014 luas areal kelapa sawit mencapai 10,9 juta hektar. Produksi tandan buah segar kelapa sawit sekitar 12,5 27,5 ton/hektar dan sekitar 2 persennya berupa bungkil inti sawit (Sinurat, 2001). BIS dapat digunakan untuk pakan ternak (Davendra 1978; Swick dan Tan 1995) sebagai sumber energi atau protein. Penggunaan BIS sebagai salah satu pakan potensial telah banyak dilaporkan baik pada ternak ruminansia (Elisabeth dan Ginting, 2003; Mathius et al., 2003), ternak ayam (Sundu dan Dingle, 2005), bahkan ikan (Keong dan Chong, 2005). BIS tinggi akan serat kasar, hal ini menjadi salah satu faktor pembatas dalam penggunaannya sebagai sumber pakan ternak monogastrik terutama pada unggas. Unggas merupakan ternak yang tidak toleran terhadap bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi karena di dalam saluran pencernaan unggas tidak terdapat enzim selulase seperti ruminansia. Komponen dominan serat kasar pada BIS adalah berupa mannose yang mencapai 56,4% dari total BIS dan ada dalam bentuk ikatan β-mannan (Daud et al.,1993). Selanjutnya Tafsin (2007) melaporkan komponen gula yang terdeteksi dari BIS tersusun atas komponen mannose, glukosa dan galaktosa dengan rasio mendekati 3: 1: 1. Kandungan mannan yang tinggi menjadi faktor pembatas bagi kecernaan BIS pada ternak monogastrik juga dapat dianggap

18 sebagai potensi untuk mendapatkan imbuhan pakan seperti prebiotik yang akan meningkatkan kesehatan ternak. Sundu et al. (2005) menduga bahwa ada kesamaan antara BIS dengan mannanoligosakarida (MOS) yang akan memperbaiki kesehatan dan sistem kekebalan ternak unggas. Sejauh ini, BIS hanya dipakai sebagai salah satu sumber pakan, padahal melihat potensi tersebut dapat ditingkatkan nilai tambahnya menjadi bahan baku pembuatan imbuhan pakan. Dalam proses meningkatkan nilai tambah penggunaan BIS sebagai imbuhan pakan dilakukan teknologi pengolahan, dalam hal ini dengan kombinasi ekstraksi menggunakan asam asetat (CH 3 COOH) yang merupakan golongan asam lemah yang memiliki kemampuan memecah serat dan tidak berbahaya bila dikonsumsi manusia maupun hewan dengan dosis yang tepat dan dengan enzim mannanase yang memiliki kemampuan memecah ikatan polisakarida non pati dengan meningkatkan kecernaaan BIS. Dari hasil ekstraksi BIS dengan asam asetat (CH 3 COOH) dan enzim mannanase akan dihasilkan supernatant (cairan) yang dianggap mampu menjadi immunostimulator pada ternak ayam (Tafsin, 2007) dan residu (padatan). Residu BIS hasil ekstraksi tersebut dianggap limbah dan tidak dimanfaatkan lagi. Dengan melihat potensi supernatant yang mampu menjadi immunostimulator, maka residu BIS diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber bahan pakan bagi ternak unggas. Penelitian tentang residu hasil ekstraksi mannan dari BIS belum pernah dilakukan dan belum ada informasi terkait mengenai sifat fisik-kimia dan nilai energi metabolisnya. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan.

19 Tujuan Penelitian Sejalan dengan uraian rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik-kimia dan nilai energi metabolisme residu proses ekstraksi mannan dari bungkil inti sawit. Hipotesis Penelitian Perlakuan ekstraksi mannan dengan bahan pengekstrak yang berbeda pada bungkil inti sawit akan menghasilkan residu yang memiliki nilai nutrisi yang potensial sebagai sumber bahan pakan ternak unggas. Manfaat Penelitian 1. Informasi untuk masyarakat peternak unggas dan industri makanan ternak untuk memanfaatkan residu proses ekstraksi mannan dari bungkil inti sawit yang telah mengalami perlakuan dengan pengesktrak yang tepat sebagai sumber pakan unggas. 2. Bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahun tentang optimalisasi penggunaan bungkil inti sawit sebagai sumber pakan unggas yang potensial.

20 TINJAUAN PUSTAKA Bungkil Inti Sawit Bungkil inti sawit (Palm Kernel Cake) merupakan hasil ikutan pengolahan minyak sawit (Crude Palm Oil) yang paling tinggi nilai gizinya untuk pakan ternak. Kandungan protein kasarnya bervariasi antara 15-17%. Kandungan protein dipengaruhi oleh kualitas buah sawit dan sistem pengolahan. Bungkil inti sawit cukup potensial untuk pakan ternak dengan melihat kandungannya 15,43% protein kasar, 15,47% serat kasar, 7,71% lemak, 0,83% Ca, 0,86% P, dan 3,79% Abu (Amri, 2006). BIS memiliki nilai energi metabolis (ME): kcal/kg. Ketersediaan asam amino essensil (essential amino acid digestibility) BIS tidak terlalu rendah, yaitu berkisar antara 66,7 92,7% (Onwudike, 1986). Namun, penggunaannya untuk pakan unggas terbatas karena tingginya kadar serat kasar, termasuk hemiselulosa (mannan dan galaktomanan), serta rendahnya kadar dan kecernaan asam amino. Batas penggunaan bungkil inti sawit dalam campuran pakan unggas bervariasi, yaitu antara 5-10% pada ransum ayam broiler dan bisa digunakan hingga 20-25% dalam ransum ayam petelur (Chong et al., 2008 ; Sinurat, 2012). Dinding sel BIS merupakan polisakarida berupa a-gel like matrix yang keras oleh adanya lignin dan silika sehingga sukar dicerna oleh enzim. Komponen terbesar lainnya adalah sellulosa yang resisten terhadap degradasi biologis dan hidrolisis asam. Hidrolisis sellulosa dapat ditingkatkan dengan perlakuan penggilingan untuk memperluas bidang permukaan material, pengukusan atau perlakuan zat kimia (Sukria et al., 2009).

21 Kandungan nutrisi BIS dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit Nutrien Peneliti A B C Kadar Air (%) - 10,40 5,50-12,00 Protein Kasar (% BK) 16,30 16,80 14,50-19,60 BETN (% BK) 28,19 35,00 46,70-58,80 Serat Kasar (% BK) 36,68 24,00 13,00-20,00 Lemak (% BK) 6,49 9,50 5, Abu (% BK) 4,14 4,30 3,00-12,00 NDF (%) - 70,07* 66,80-78,90 EB (kkal/kg) * - Keterangan :BETN = Bahan ekstrak tanpa nitrogen; A = Elisabeth dan Ginting (2003) B = Simanjuntak (1998) C = Alimon (2005) * = Chong (1999) Persentase komponen gula netral pada bungkil inti sawit (BIS) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase komponen gula netral pada bungkil inti sawit Gula Netral Persentase dari dinding sel (%) Mannosa 56,4 ± 7,0 Selulosa 11,6 ± 0,7 Xylosa 3,7 ± 0,1 Galaktosa 1,4 ± 0,2 Total 73,1 ± 7,2 Sumber : Daud et al., (1993) Ekstraksi Ekstraksi merupakan peristiwa pemindahan zat terlarut (solut) diantara dua pelarut yang saling tidak bercampur (Nur dan Adijuwana, 1989). Menurut Winarno et al. (1973), ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat menjadi komponen-komponen yang terpisah.

22 Ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: aqueous phase (menggunakan air sebagai pelarut) dan organic phase menggunakan pelarut organik, seperti : kloroform, eter dan sebagainya). Syarat pelarut yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi antara lain: murah, tersedia dalam jumlah yang besar, tidak beracun, tidak dapat terbakar, tidak eksplosif bila tercampur dengan udara, tidak korosif, tidak menyebabkan terbentuknya emulsi dan stabil secara kimia dan termis (Bernasconi et al., 1995). Asam Asetat (CH 3 COOH) Asam asetat adalah senyawa kimia asam organik yang dapat di produksi dalam berbagai konsentrasi. Dalam bentuk murni asam asetat di kenal sebagai asam asetat glasial karena berubah menjadi kristal jika dalam suhu dingin. Rumus molekulnya CH 3 COOH adalah suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol dan eter. Pada tekanan asmosferik, titik didihnya 118,1 0 C (Hardoyono, 2007). Asam asetat dapat digunakan sebagai pelarut zat organik yang baik dan untuk membuat selulosa asetat yang dibutuhkan untuk pembuatan film, rayon, selofan. Asam asetat dapat juga digunakan sebagai pengawet, bumbu-bumbu masak atau penambah rasa masakan, untuk membuat aneka ester, zat warna dan propanan (DepkesRI, 2005). Penggunaan Asam Asetat (CH 3 COOH) Meningkatkan Kecernaan BIS Asam asetat adalah asam organik yang aman digunakan sebagai preservatif makanan. Selain itu berdasarkan penelitian, asam organik adalah

23 subtansi antimikrobial yang digunakan dalam pangan. Penambahan preservatif diharapkan dapat memperpanjang masa simpan dan mencegah kerusakan pada bahan pangan (Ray,1992). Untuk meningkatkan kegunaannya BIS telah diekstrak dengan asam atau basa Ramli et al. (2008) melaporkan teknologi ekstraksi yang digunakan dalam penelitiannya telah mampu mengubah polisakarida non pati menjadi molekul yang lebih sederhana (mono dan disakarida), sehingga nilai kelarutan BIS hasil ekstraksi (BIS PRO) meningkat secara signifikan dibandingkan dengan BIS tanpa ekstraksi (70,22 vs 23,15%).. Perendaman partikel dalam asam asetat menyebabkan sebagian zat ekstraktif terlarut serta mendegradasi polisakarida amorf (hemiselulosa) dan pati. Hal ini menyebabkan sifat higroskopis partikel menurun karena hemiselulosa dan pati merupakan polihidroksi. Penurunan sifat higroskopis menyebabkan kapasitas pengikatan air rendah sehingga kadar air menurun (Endriadila, 2014). Enzim Enzim merupakan molekul organik (protein) yang dihasilkan oleh makhluk hidup dan berfungsi sebagai katalis atau mempercepat reaksi kimia tertentu. Enzim yang ditambahkan ke dalam pakan atau bahan pakan akan meningkatkan kecernaan gizi melalui pemecahan struktur molekul yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana, misalnya dari polisakarida menjadi di- atau monosakarida atau dari protein menjadi asam amino (Sinurat et al., 2008). Enzim juga merupakan zat yang dapat bereaksi di dalam sel hidup, enzim mengkatalisis semua aspek metabolisme sel seperti dalam proses pencernaan makanan yang meliputi hidrolisis senyawa protein, karbohidrat dan

24 lemak menjadi molekul yang lebih kecil; penyimpanan dan perpindahan energi kimia serta pembentukkan struktur penyusun sel (Purawadaria et al., 1994). Kerja enzim dapat dihambat oleh beberapa faktor, antara lain pengaruh suhu tinggi, konsentrasi substrat, pengaruh ph, inhibitor, regenerasi enzim, dan pengaruh suhu pembekuan (Piliang et al., 2006). Aplikasi Enzim dalam Meningkatkan Nilai Nutrisi Bungkil Inti Sawit Penambahan enzim pada bungkil inti sawit dapat meningkatkan nilai nutrisinya. Iyayi dan Davies (2005) menyatakan bahwa penggunaan enzim pada bungkil inti sawit sebagai penyusun ransum ayam pedaging mampu memperbaiki beberapa komponen nutrien (protein, lemak, dan serat), memberikan keuntungan secara ekonomis dengan memecah ikatan polisakarida non pati dengan meningkatkan kecernaan bungkil inti sawit. Penggunaan enzim komersial Gamanase dan mannanase (Sundu et al., 2004) dan PKCase-Alltech Inc., KY (Chong, 1999) telah dilakukan untuk meningkatkan nilai nutrisi BIS. Penambahan enzim pada BIS secara nyata meningkatkan efisiensi dan daya cerna nutrien serta menurunkan viskositas nutrien dalam saluran pencernaan (jejunum) (Sundu et al., 2004). Penambahan enzim mannanase sebanyak 2,0 ml /g BIS. Nilai aktivitas enzim (IU/ml) menunjukkan kemampuan enzim untuk mempercepat proses hidrolisis substrat yang digunakan (Handoko, 2010). Sifat Fisik Bahan Baku Pakan Sifat fisik merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh suatu bahan (material) sehingga dapat menetapkan mutu pakan dan keefisienan proses produksi.

25 Sifat fisik untuk pangan telah banyak diketahui, tetapi data untuk sifat fisik bahan pakan masih sangat terbatas. Sifat fisik pakan penting untuk diketahui dalam beberapa permasalahan dan perancangan alat-alat yang dapat membantu proses produksi pakan serta membantu industri pengolahan hasil pertanian (Handayani, 2010). Bahan pakan yang diberikan kepada ternak sangat berpengaruh terhadap daya produksi ternak tersebut.uji ini untuk mencegah penggunaan bahan pakan yang berbahaya bagi ternak. Bahan pakan mempunyai sifat fisik yaitu sudut tumpukan, berat jenis, daya ambang, luas permukaaan spesifik, kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan (Khalil, 1997). Menurut Jaelani (2007), sifat fisik pakan adalah salah satu faktor yang penting untuk diketahui. Keefisienan suatu penanganan, pengolahan, dan penyimpanan, dalam industri pakan tidak hanya membutuhkan informasi tentang komposisi kimia dan nilai nutrisi saja tetapi juga menyangkut sifat fisik, sehingga kerugian akibat kesalahan penanganan bahan pakan dapat dihindari. Kerapatan tumpukan (Bulk Density) Kerapatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempati dalam satuan kg/m 3. Pengukuran kerapatan tumpukan (bulk density) dilakukan untuk menentukan volume ruang pada suatu bahan dengan berat jenis tertentu seperti dalam pengisian alat pencampur dan elevator (Khalil, 1999). Ukuran partikel bahan mempengaruhi nilai kerapatan tumpukan. Semakin banyak jumlah partikel halus dalam ransum, maka akan meningkatkan nilai kerapatan tumpukan (Johnson, 1994).

26 Kerapatan tumpukan memiliki pengaruh terhadap daya campur dan ketelitian pengukuran. Kerapatan tumpukan juga berpengaruh terhadap daya ambang dan stabilitas pencampuran pakan. Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukan nilai kerapatan tumpukan beberapa bahan pakan menurut Khalil (1999) dan kriteria dalam penilaian kerapatan tumpukan menurut Kolatac (1996). Tabel 3. Nilai kerapatan tumpukan beberapa bahan pakan Bahan Pakan Kerapatan Tumpukan (kg/m 3 ) Jagung 691,3 Sorghum 684,0 Bungkil Inti Sawit 503,2 Bungkil Kedelai 320,0 Tepung Ikan 435,3 Sumber: Khalil (1999) Tabel 4. Kriteria penilaian kerapatan tumpukan Kerapatan Tumpukan Kriteria < 450 kg/m 3 Waktu alir lebih lama dan butuh ketelitian lebih dalam proses penimbangan, volumetris dan gravimetris. 3 > 500 kg/m Sulit dalam proses pencampuran serta mudah terpisah. 3 > 1000 kg/m Waktu alir lebih cepat Sumber: Kolatac (1996) Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Compacted Bulk Density) Kerapatan pemadatan tumpukan adalah merupakan perbandingan antara berat bahan pakan terhadap volume ruang yang ditempatinya setelah melalui proses pemadatan seperti penggoyangan. Besarnya nilai kerapatan pemadatan tumpukan sangat tergantung pada intensitas proses pemadatan. Sedangkan volume

27 yang dibaca merupakan volume terkecil yang diperoleh selama penggetaran. Sebaiknya pemadatan dilakukan tidak lebih dari 10 menit (Mujnisa, 2008). Menurut Khalil (1999), kerapatan pemadatan tumpukan dipengaruhi oleh ukuran partikel dan kadar air suatu bahan. Selain kadar air dan ukuran partikel, besarnya kerapatan pemadatan tumpukan juga dipengaruhi ketidaktepatan pengukuran (Sayekti,1999). Besarnya nilai kerapatan pemadatan tumpukan mementukan kapasitas pengisian tempat penyimpanan silo. Tabel 5 menunjukkan nilai kerapatan pemadatan tumpukan beberapa bahan pakan. Tabel 5. Nilai kerapatan pemadatan tumpukan beberapa bahan pakan Bahan Kerapatan Pemadatan Tumpukan (kg/m 3 ) Jagung 704,2 Sorghum 707,6 Bungkil Inti Sawit 700,7 Bungkil Kedelai 340,5 Tepung Ikan 562,0 Sumber: Khalil (1999) Kerapatan pemadatan tumpukan yang tinggi berarti bahan memiliki kemampuan memadat yang tinggi dibandingkan dengan bahan yang lain. Semakin rendah kerapatan pemadatan tumpukan yang dihasilkan maka laju alir semakin menurun (Rikmawati, 2005). Berat Jenis (Spesific Gravity) Berat jenis juga disebut berat spesifik (specific gravity), merupakan perbandingan antara berat bahan terhadap volumenya, satuannya adalah kg/m 3. Berat jenis memegang peranan penting dalam berbagai proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan. Berat jenis diukur dengan

28 menggunakan prinsip Hukum Archimedes, yaitu suatu benda di dalam fluida, baik sebagian ataupun seluruhnya akan memperoleh gaya archimedes sebesar fluida yang dipindahkan dan arahnya ke atas (Khalil,1999). Tabel 6 menunjukkan nilai berat jenis beberapa bahan pakan. Tabel 6. Nilai berat jenis beberapa bahan pakan Bahan Berat Jenis (kg/m 3 ) Jagung 1579,1 Sorghum 1221,4 Bungkil Inti Sawit 1574,3 Bungkil Kedelai 912,2 Tepung Ikan 1289,3 Sumber: Khalil (1999) Berat jenis dipengaruhi oleh komposisi kimia pakan. Menurunnya nilai berat jenis disebabkan ruang antar partikel bahan sudah terisi oleh aquades dalam pengukuran sehingga nilai berat jenisnya rendah. Apabila partikel semakin kasar maka ukuran partikel semakin besar dan kerapatan semakin menurun sehingga air lebih mudah mengisi ruang antara partikel (Gautama, 1998). Analisa Proksimat Analisa proksimat merupakan pengujian kimiawi untuk mengetahui kandungan nutrien suatu bahan baku pakan atau pakan. Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan oleh Henneberg dan Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di Weende, Jerman (Hartadi et al., 1997). (Mc.Donald et al., 1995) menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrient yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).

29 Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Selain itu,manfaat dari analisis proksimat adalah dasar untuk formulasi ransum dan bagian dari prosedur untuk uji kecernaan. Besarnya nilai kandungan zat makanan yang diperoleh pada analisis proksimat, bukan nilai yang sebenarnya, tetapi mendekati. Kelemahan dari analisis proksimat menduga kedudukan vitamin, sebab kedudukan vitamin tidak jelas dalam analisis proksimat, sehingga penentuan vitamin dalam pakan/ransum dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur analisis tersendiri (Tillman,1998). Analisis Van Soest Untuk mengetahui fraksi selulosa dan lignin perlu dilakukan analisa lain yang lebih khusus yaitu metode analis Van Soest. Peter J. Van Soest dari USDA Beltville National Research, sekitar tahun 1965 mengembangkan prosedur pengujian yang memisahkan serat kasar menjadi dua bagian, yakni Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF), selanjutnya ADF diuraikan lagi menjadi Acid Detergent Lignin (ADL). Sistem analisis Van Soest menggolongkan zat pakan menjadi isi sel dan dinding sel. Neutral Detergent Fiber (NDF) mewakili kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa, dan protein yang berikatan dengan dinding sel (Pina et al., 2009). Bagian yang tidak terdapat sebagai residu dikenal sebagai Neutral Detergent Soluble (NDS) yang mewakili isi sel dan mengandung lipid, gula, asam organik, non protein nitrogen, pektin, protein terlarut, dan bahan terlarut dalam air lainnya (Suparjo, 2010).

30 Kandungan ADF merupakan indikator kecernaan hijauan, karena kandungan lignin merupakan bagian dari fraksi yang dapat dicerna. Nilai NDF selalu lebih besar dari ADF, karena ADF tidak mengandung hemiselulosa. Serat detergen netral (neutral-detergen fiber, NDF), yang merupakan sisa setelah ekstraksi dalam keadaan mendidih dengan larutan netral natrium lauril sulfat dan asam etilendiamintetraasetat (EDTA), terutama atas lignin, selulosa, dan hemiselulosa, dan dapat dianggap sebagai komponen dinding sel tumbuhan (Hernawati, 2009) Energi Metabolis Energi metabolis merupakan standar perhitungan ketersediaan energi pada ayam dan ternak unggas lainnya. Perhitungan energi metabolis mudah dilakukan pada ayam karena muara saluran urin dan feses menjadi satu yaitu di kloaka, sedangkan untuk memisahkan kedua saluran tersebut diperlukan operasi. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan energi metabolis dengan pengambilan urin dan feses (ekskreta) secara bersamaan (Leeson dan Summers, 2001). Menurut Wahju (2004), minimal ada 4 nilai energi, yaitu energi bruto (Gross energy), energi dapat dicerna, energi metabolis dan energi netto. Energi yang dikonsumsi oleh ternak akan menjadi energi dapat dicerna dan sisanya dibuang dalam kotoran (feses). Selanjutnya energi yang dapat dicerna dirombak menjadi energi metabolis serta energi dalam urin. Energi metabolis akan diubah oleh tubuh menjadi panas dari proses metabolisme zat-zat makanan dan energi netto. Energi netto oleh tubuh digunakan untuk hidup pokok dan untuk produksi.

31 Daya cerna suatu bahan pakan dipengaruhi oleh kandungan serat kasar, keseimbangan zat - zat makanan dan faktor ternak (bobot badan) yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai energi metabolisme suatu bahan pakan. Hal ini didukung oleh pernyataan Mc. Donald et al. (1994) bahwa rendahnya daya cerna terhadap suatu bahan pakan mengakibatkan banyaknya energi yang hilang dalam bentuk ekskreta sehingga nilai energi metabolisme menjadi rendah. Energi metabolis dinyatakan dalam energi metabolis semu/ems (Apparent metabolizable energy/ame) dan energi metabolis murni/emm (True metabolizable energy/tme). Nilai AME dan TME tersebut sangat tergantung pada energi bruto yang dikonsumsi dan energi bruto yang diekskresikan melalui ekskreta. Menurut Ensminger (1991) tidak semua energi yang terkandung dalam ransum dapat dipergunakan oleh ternak, sebagian akan terbuang melalui feses dan urin. Energi tercerna (digestible energy/de) merupakan selisih antara energi bruto (gross energy) makanan dengan energi yang dikeluarkan tubuh melalui feses, dimana sebenarnya bukan jumlah energi yang diserap melalui tubuh namun energi tersebut hilang berupa gas metan, CO2 dan panas jadi masih merupakan energi tercerna semu. Berbeda dengan energi metabolis semu pada energi metabolis murni nilainya dipengaruhi oleh energi endogenus. Energi endogenus merupakan energi bruto yang diekskresikan oleh ayam tanpa dipengaruhi konsumsi ransum (Sibbald, 1980).

32 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Program Studi Magister Ilmu Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 sampai dengan Januari Bahan dan Alat Penelitian Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain: bungkil inti sawit (BIS), Asam Asetat (CH 3 COOH) 1 %, enzim mannanase, aquades dan bahan-bahan k i m i a untuk analisis laboratorium yang diperoleh dari perusahaan komersil serta 25 ekor ayam broiler berumur 5 minggu yang digunakan untuk mengukur energi metabolis. Alat Alat yang digunakan antara lain timbangan digital, grinder, oven, shaker water bath, centrifuge, vortex mixer, ayakan, autoclave, freezer, gelas ukur, aluminium foil, tabung reaksi, labu Erlenmeyer, labu ukur, pipet mikro, plastik tahan panas, plastik klip dan kandang metabolis ukuran 50 x 20 x 50 cm yang dilengkapi dengan penampung feses, tempat pakan dan air minum serta alat tulis dan kalkulator.

33 Skema Penelitian Skema penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Bungkil Inti Sawit Diayak pada Mesh 10 Bungkil Inti Sawit Hasil ayakan Diekstrak Aquades (P0) Asam Asetat 1% (P1) Aquades + Enzim mannanase (P2) Asam Asetat 1% + Enzim mannanaase (P3) Residu Bungkil Inti Sawit Hasil Ekstraksi Dioven 60 0 C selama 24 Jam Uji Fisik 1.Kerapatan Tumpukan 2.Kerapatan Pemadatan Tumpukan 3.Berat Jenis Uji Kimia 1. Kadar Air 2. Kadar Abu 3. Bahan Kering 4. Protein Kasar 5. Serat Kasar 6. Lemak Kasar 7. ADF 8. NDF 9. Gross Energy Uji Biologi -Energy Metabolis Gambar 1. Skema penelitian

34 Prosedur Penelitian Persiapan Bungkil Inti Sawit Bungkil inti sawit yang diperoleh dari industri dipisahkan menggunakan ayakan No.10 mesh 9 (2 mm/0,787 inches). BIS yang diperoleh, selanjutnya diproses sesuai perlakuan. Ekstraksi Bungkil Inti Sawit 1. Ekstraksi Bungkil Inti Sawit Dengan Aquades Bungkil inti sawit yang sudah diayak ditimbang sebanyak 50 g. kemudian dituang ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml ditambahkan aquades sebanyak 500 ml. Perbandingan BIS dengan aquades adalah 1:10. Larutan BIS dengan aquades dihomogenkan kemudian dibungkus dengan plastik bening tahan panas. Disterilkan dengan autoclave pada suhu C selama 1 jam kemudian didinginkan sampai suhu 40 0 C kemudian campuran BIS dengan aquades dicentrifuge pada suhu 15 0 C 4200 rpm selama 15 menit. Supernatant dan residu dipisahkan, dikoleksi dan disimpan difreezer pada suhu 5 0 C. Residu diovenkan pada suhu 60 0 C selama 24 jam. Residu kering ini menjadi bahan perlakuan P0. 2. Ekstraksi Bungkil Inti Sawit dengan Asam Asetat (CH 3 COOH) a. Pembuatan Asam Asetat 1 % Aquades 500 ml dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian asam asetat murni/glasial 10 ml dipipetkan ke dalam aquades 500 ml tersebut dengan menggunakan pipet skala. Tambahkan aquadest sampai batas tanda tera kemudian diaduk dengan memasukkan magnetic stirrer dan diletakkan dialat stirrer.

35 b. Ekstraksi Bungkil Inti Sawit Dengan Asam Asetat 1 % Bungkil inti sawit yang sudah diayak ditimbang sebanyak 50 g. kemudian dituang ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml ditambahkan asam asetat 1% sebanyak 500 ml. Perbandingan BIS dengan asam asetat 1% adalah 1:10. Larutan BIS dengan asam asetat 1% dihomogenkan kemudian dibungkus dengan plastik bening tahan panas. Disterilkan dengan autoclave pada suhu C selama 1 jam kemudian didinginkan sampai suhu 40 0 C kemudian campuran BIS dengan Asam Asetat 1% dicentrifuge pada suhu 15 0 C 4200 rpm selama 15 menit. Supernatant dan residu dipisahkan, dikoleksi dan disimpan difreezer suhu 5 0 C. Residu diovenkan pada suhu 60 0 C selama 24 jam. Residu kering ini menjadi bahan perlakuan P1. 3. Ekstraksi Bungkil Inti Sawit dengan Aquades Ditambah Enzim Mannanase Bungkil inti sawit yang sudah diayak ditimbang sebanyak 50 g, kemudian dituang ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml ditambahkan aquades sebanyak 500 ml dan enzim mannanase sebanyak 83 µl. Perbandingan BIS dengan aquadest adalah 1:10. Larutan diinkubasi dengan shaker water bath pada suhu 60 0 C selama 72 jam kemudian didinginkan sampai suhu 40 0 C, kemudian campuran BIS dengan aquadest tambah enzim mannanase dicentrifuge pada suhu 15 0 C 4200 rpm selama 15 menit. Supernatant dan residu dipisahkan, dikoleksi dan disimpan difreezer suhu 5 0 C. Residu diovenkan pada suhu 60 0 C selama 24 jam. Residu ini menjadi bahan perlakuan P2.

36 4. Ekstraksi BIS dengan Asam Asetat 1% Ditambah Enzim Mannanase Bungkil Inti sawit yang sudah diayak ditimbang sebanyak 50 g, kemudian dituang ke dalam labu Erlenmayer 500 ml ditambahkan asam asetat 1% sebanyak 500 ml dan enzim mannanase sebanyak 83 µl. Perbandingan BIS dengan asam asetat 1 % adalah 1:10. Larutan diinkubasi dengan shaker water bath pada suhu 60 0 C selama 72 jam kemudian didinginkan sampai suhu 40 0 C kemudian campuran BIS dengan asam asetat tambah enzim mannanase dicentrifuge pada suhu 15 0 C 4200 rpm selama 15 menit. Supernatant dan residu dipisahkan, dikoleksi dan disimpan difreezer suhu 5 0 C. Residu diovenkan pada suhu 60 0 C selama 24 jam. Residu ini menjadi bahan perlakuan P3. Prosedur Uji Kualitas Fisik Pakan 1. Kerapatan Tumpukan (Khalil, 1999) Kerapatan tumpukan diukur dengan menggunakan metode Khalil (1999). Bahan dicurahkan ke dalam gelas ukur dengan menggunakan corong dan sendok teh sampai volume 30 ml. Gelas ukur yang telah berisi bahan ditimbang. Adapun perhitungan kerapatan tumpukan adalah dengan cara membagi berat bahan dengan volume ruang yang ditempati. Kerapatan tumpukan dihitung dengan rumus : Kerapatan tumpukan = Berat Bahan (kg) Volume Ruang (m 3 ) 2. Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Khalil, 1999) Kerapatan pemadatan tumpukan diukur dengan menggunakan metode khalil (1999). Pengukuran hampir sama dengan pengukuran kerapatan tumpukan, namun volume bahan dibaca setelah dilakukan pemadatan dengan cara

37 menggoyang-goyangkan gelas ukur dengan tangan selama 10 menit. Kerapatan pemadatan tumpukan dihitung dengan rumus: Kerapatan pemadatan tumpukan = Berat bahan (kg) Volume setelah pemadatan (m 3 ) 3. Berat Jenis (Khalil,1999) Berat jenis (kg/m 3 ). Bahan dimasukan ke dalam galas ukur 100 ml dengan menggunakan sendok teh secara perlahan sampai volume 30 ml. Gelas ukur yang sudah berisi bahan ditimbang. Aquadest sebanyak 50 ml dimasukan ke dalam gelas ukur. Pengadukan menggunakan pengaduk mika dilakukan untuk menghilangkan udara antar partikel. Sisa bahan yang menempel pada pengaduk dimasukan dengan menyemprotkan aquades dan ditambahkan kedalam volume awal. Pembacaan volume akhir dilakukan setelah konstan. Perubahan volume aquadest merupakan volume bahan sesungguhnya. Pembacaan volume dilakukan setelah volume air konstan. Berat jenis dihitung dengan rumus : Berat Jenis = Berat Bahan (kg) Perubahan volume Aquades (m 3 ) Prosedur Uji Kualitas Kimia Pakan 1. Kadar Air dan Bahan Kering (AOAC, 1995) Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105⁰ C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap. Prosedur kerjanya, cawan porselin kosong dipanaskan dalam tanur pengabuan pada suhu C selama 2 jam. Kemudian suhu tanur diturunkan

38 hingga C. Angkat cawan porselin dan dinginkan ke dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang. Timbang residu BIS hasil perlakuan seberat 2 g (A) setelah itu masukan ke dalam cawan porselen (A) kemudian panaskan cawan yang berisi residu BIS hasil perlakuan ke dalam oven C selama 2 jam (B). Angkat dan dinginkan ke dalam desikator selama 30 menit, lalu ditimbang (C) dan dihitung ke dalam rumus : Kadar Air = (A + B) C X 100 % B Dan bahan kering dihitung dengan rumus : Kadar bahan kering (BK) = 100 %- kadar air 2. Kadar Abu (AOAC, 1995) Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu C sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Prosedur kerjanya, cawan porselin kosong dipanaskan dalam tanur pengabuan suhu C selama 2 jam, kemudian suhu tanur diturunkan hingga C. Cawan porselin kosong dalam tanur diangkat dan dinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu timbang (A). kemudian masukan ke dalam cawan porselin berisi residu BIS hasil perlakuan dalam tanur suhu C selama minimal 3-4 jam, kemudian suhu tanur diturunkan menjadi C (C). Angkat sampel dan dinginkan selama 30 menit didalam desikator dan ditimbang.

39 Dihitung dengan rumus : Kadar Abu = (C - A) X 100 % B 3. Kadar Serat Kasar Bahan dilarutkan dengan larutan H 2 SO 4 1,25 % (setara 0,255 N) mendidih selama 30 menit dan larutan NaOH 1,25 % (setara 0,313 N) mendidih selama 30 menit. Bagian yang tidak larut dinyatakan sebagai serat kasar. Prosedur kerjanya, kertas Whatman no. 40 dipanaskan dalam oven pada suhu C selama 1 jam. Diangkat dan dinginkan kedalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang (A). Ditimbang sebanyak 2 g residu BIS hasil perlakuan (B). Dieksatraksi lemaknya lalu dipindahkan kedalam becker glass 600 ml. Ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 1,25 % panas, dipasang di dalam alat pereduksi dengan pendingin dibalik dan didihkan selama 30 menit. Suspensi yang diperoleh disaring dengan menggunakan kertas Whatman no. 41 dan pisahkan ke dalam beker glass 600 ml dan ditambahkan larutan NaOH 1,25 % panas. Dipasang kembali alat destruksi dengan pendingin terbalik, didihkan kembali selama 30 menit. Suspensi yang diperoleh kembali disaring dengan kertas whatman no 40 yang telah di oven dan telah diketahui bobotnya (A). Dibilas dengan akuades panas hingga netral, dicuci dengan larutan K2SO4 10 % sebanyak 50 ml. Dibilas kembali dengan akuades panas hingga netral kembali dan disiram alcohol 95 % 15 ml. Dikeringkan kertas residu berisi serat panaskan ke dalam oven pada suhu C selama 2 jam minimal. Kemudian diangkat dan dinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang ( C ).

40 Perhitungan dilakukan dengan rumus : Kadar Serat (%) = (C - A) x 100 % B 4. Kadar Protein Kasar (AOAC, 1995) Kadar protein diukur dengan menggunakan metoda Kjeldahl. Protein ratarata mengandung 16% Nitrogen, maka 100 % : 16 % = 6.25 harus dipakai untuk mendapatkan nilai protein kasar (Protein kasar = N % x 6.25). Prosedur kerjanya, ditimbang 0,3 gram residu BIS hasil perlakuan (A) kemudian dimasukkan ke dalam tabung destruksi dan tambahkan 1,5 ml katalisator, 1 ml H2O2 dan 10 ml H2SO4 pekat, kemudian dipanaskan secara perlahan hingga suhu C pada unit alat destruksi dalam ruang asam sehingga cairan jernih, kemudian dinginkan dan tambahkan 25 ml aquades seacara perlahan setelah itu tabung destruksi dengan perangkat alat destilasi dihubungkan, ditambahkan larutan NaOH 40 % secara otomatis. Lakukan destilasi selama 4 menit hingga diperoleh destilat ml asam borat 4 %. Kemudian dititrasi dengan larutan HCL 0,2 N hingga warna berubah dari hijau menjadi merah muda atau jingga. Dihitung dengan rumus : Kadar Nitrogen (%) = Y Y (%) = 14,01x N titran x100 x (ml titrasi sampel- ml titrasi blanko)x100 % Mg Sampel Kadar Protein (%) = % Nitrogen X angka Faktor 5. Kadar Lemak Kasar (AOAC, 1995) Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet. Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni.

41 Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994). Prosedur kerjanya, ditimbang residu BIS hasil perlakuan sebanyak 0,5-2 g (A) dan kemudian masukan ke dalam cawan stainless homogenizer kemudian tambah air sebanyak 0,6 ml aduk secara manual hingga merata, ditambahkan 10 ml methanol dan 20 ml chloroform kemudian diaduk dengan alat homogenizer dengan kecepatan 1500 rpm selama 3 menit. Dibuka dan ditambahkan lagi 10 ml methanol, aduk kembali dengan alat yang sama selama 1 menit. Disaring dengan kertas saring top filter paper dan tamping dalam labu terpisah. Hasil saringan ditambahkan 7,5 ml larutan NaCl 0,9 % selanjutnya dikocok hingga homogen, diamkan hingga terbentuk lapisan sempurna. Dipindahkan lapisan bawah (lemak dalam larutan chloroform) tamping dalam botol asah evaporator, uapkan pelarut dengan alat evaporator. Lemak dipindahkan ke dalam botol contoh yang telah diketahui botolnya, (B). Keringkan dengan oven pengering suhu 41 0 C, kemudian diangkat dan didinginkan di desikator selama 30 menit lalu ditimbang. Dihitung dengan rumus Kadar Lemak = (C - B) X 100 % A 7. Kandungan NDF (Metoda Van Soest & Robertson 1968). Residu BIS hasil perlakuan ditimbang 1 g dan dimasukkan ke dalam gelas piala 600 ml. Kemudian ditambahkan 100 ml larutan NDS (Neutral Detergent Fiber). Setelah itu dipanaskan (ekstraksi) dengan pemanas listrik selama 1 jam dihitung mulai dari mendidih. Hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan

TINJAUAN PUSTAKA. minyak sawit (Crude Palm Oil) yang paling tinggi nilai gizinya untuk pakan

TINJAUAN PUSTAKA. minyak sawit (Crude Palm Oil) yang paling tinggi nilai gizinya untuk pakan TINJAUAN PUSTAKA Bungkil Inti Sawit Bungkil inti sawit (Palm Kernel Cake) merupakan hasil ikutan pengolahan minyak sawit (Crude Palm Oil) yang paling tinggi nilai gizinya untuk pakan ternak. Kandungan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai Mei sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

SUPARJO Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN

SUPARJO Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN SUPARJO jatayu66@yahoo.com Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN P enyediaan bahan pakan pada hakekatnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat-zat makanan.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap 1: Uji Fisik dan Uji Kimia Bungkil Inti Sawit Bentuk Umum dan Rasio Produk Hasil Ayakan Penggilingan bungkil inti sawit menggunakan Hammer mill yang dilengkapi dengan saringan

Lebih terperinci

PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA

PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA NUTRISI TERNAK : Berbagai aktivitas kimiawi dan faali yang mengubah nutrien penyusun pakan menjadi nutrien penyusun tubuh ternak BAHAN PAKAN : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para peternak selayaknya memanfaatkan bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan produk sampingan olahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ANALISIS PROKSIMAT (Proximate Analysis)

PENDAHULUAN. ANALISIS PROKSIMAT (Proximate Analysis) SUPARJO 2010. LABORATORIUM MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI PENDAHULUAN Penyediaan bahan pakan pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang diperlukan oleh ternak.

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu 1. Analisa Proksimat a. Kadar Air (AOAC 1999) Sampel sebanyak 2 g ditimbang dan ditaruh di dalam cawan aluminium yang telah diketahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September 2013--Oktober 2013. Pengambilan sampel onggok diperoleh di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Jonggol, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 15 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012. Preparasi bahan baku, perhitungan rendemen, dan analisis morfometrik dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Diambil 1 kg tepung onggok singkong yang telah lebih dulu dimasukkan dalam plastik transparan lalu dikukus selama 30 menit Disiapkan 1 liter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa 22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Laboratorium Nutrisi dan Kimia serta Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 40 setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 ml. Reaksi enzimatik dibiarkan berlangsung selama 8 jam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi 25 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2016. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012 26 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak 21 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak dilaksanakan pada Mei 2013 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang evaluasi komposisi nutrisi kulit ubi kayu dengan perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Mei

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. D-Mannose (Sumber: McDonald, 2002) CHO HOC HOCH HCOH HCOH CH 2 OH

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. D-Mannose (Sumber: McDonald, 2002) CHO HOC HOCH HCOH HCOH CH 2 OH TINJAUAN PUSTAKA Bungkil Inti Sawit Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi non migas dari sektor pertanian andalan Indonesia. Deptan (2010) melaporkan bahwa luas tanam kelapa sawit tahun 2008 mencapai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Terpadu, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas daging ayam kampung super dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2015 sampai dengan 3 Maret 2016

Lebih terperinci

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. III. MATERI METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pasca Panen dan Laboratorium Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (AOAC, 1995)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (AOAC, 1995) LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (AOAC, 1995) Cawan alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya akan diisi sebanyak 2 g sampel lalu ditimbang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi

MATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Maret hingga bulan Mei 2013. Proses fermentasi dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini

Lebih terperinci

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). LAMPIRAN 74 Lampiran 1. Klasifikasi fraksi tanah menurut standar Internasional dan USDA. Tabel kalsifikasi internasional fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). Fraksi Tanah Diameter (mm) Pasir 2.00-0.02

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Kambing Perah milik Yayasan Pesantren Darul Falah Ciampea dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah dan Laboratorium Ilmu dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea canaliculata) dan tepung paku air (Azolla pinnata) terfermentasi terhadap produktivitas,

Lebih terperinci

Gambar 2. Bentuk Umum Bungkil Inti Sawit

Gambar 2. Bentuk Umum Bungkil Inti Sawit TINJAUAN PUSTAKA Produksi dan Komposisi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Barat yang mempunyai iklim tropis. Tanaman ini awalnya dikembangkan perusahaan besar dan kemudian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, 18 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit. diuapkan dengan evaporator menjadi 1 L.

Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit. diuapkan dengan evaporator menjadi 1 L. LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Prosedur Kerja Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.),Penetapan Kadar Protein, Penetapan Kadar Lemak, dan Penetapan Kadar Kolesterol Hati Itik Cihateup 48 Ekstraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. 3.2 Alat Alat

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 28 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa serta Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2015. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Kambing Perah, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang. Kegiatan penelitian ini berlangsung pada

Lebih terperinci