PEMBATALAN PEMBELIAN BARANG ONLINE KARENA TIDAK SESUAI DENGAN YANG DIPERJANJIKAN (STUDI PADA ZALORA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBATALAN PEMBELIAN BARANG ONLINE KARENA TIDAK SESUAI DENGAN YANG DIPERJANJIKAN (STUDI PADA ZALORA)"

Transkripsi

1 PEMBATALAN PEMBELIAN BARANG ONLINE KARENA TIDAK SESUAI DENGAN YANG DIPERJANJIKAN (STUDI PADA ZALORA) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara OLEH : ELLEN WIJAYA NIM : DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS HUKUM MEDAN 2019

2

3 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ellen Wijaya NIM : Departemen : Hukum Keperdataan Judul Skripsi : Pembatalan Pembelian Barang Online Karena Tidak Sesuai Dengan Yang Diperjanjikan (Studi Pada Zalora) Dengan ini menyatakan : 1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak merupakan jiplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain. 2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun. Medan, 19 November 2018 Ellen Wijaya NIM :

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Pembatalan Pembelian Barang Online Karena Tidak Sesuai Dengan Yang Diperjanjikan (Studi Pada Zalora) sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S-I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi perbaikan di masa akan datang. Dalam penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum. 2. Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I, Fakultas Hukum, sekaligus Dosen Pembimbing Akademis penulis. 3. Ibu Puspa Melati, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan II, Fakultas Hukum. 4. Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum. 5. Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu yang sudah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini serta waktu bimbingan yang diberikan agar skripsi ini diselesaikan dengan baik. i

5 6. Ibu Aflah, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu atas segala bantuan, kritikan, bimbingan, saran, dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini. 7. Para Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh staf administrasi di Fakultas Hukum yang telah berjasa mendidik dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepada Papa Mama penulis, Sani Wijaya dan Erawaty yang telah membesarkan, mendidik, dan mendukung penulis hingga bisa menyelesaikan pendidikan formal Strata Satu (S1) ini. 9. Adik-adik Penulis, Eiffel Wijaya dan Elson Wijaya serta anggota keluarga penulis yang lain, Olivian Wijaya, dkk yang telah menjadi semangat dan faktor pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan formal strata satu dan juga memberikan dukungan moral dalam menjalani hidup penulis. 10. Elfine Owen, Katherine, Cilo yang selalu setia menemani penulis melepas stress, yang selalu setia mendengar segala repetan dan keluhan penulis, memberikan nasihat, teman shopping, teman gosip, teman ngafe, teman jalanjalan dan lain-lain. Thank you so much for being my sister from another parents. 11. Kaje, Merinda, Eric, Albert, Billy, teman yang selalu hadir memberikan canda dan tawa yang tak terkira. 12. Bapak Notaris Jhon Situmorang, Bapak Hendrik Situmorang dan Cece Irene Mulia, yang selalu memberikan semangat motivasi dan dukungan serta selalu memberikan arahan dan bantuan bagi penulis. 13. Rimma Hutauruk dan Indira Elfiza Siregar, teman seperjuangan penulis selama masa perkuliahan di FH USU yang selalu bersama penulis dalam suka maupun duka pada saat menjalani masa perkuliahan dan selalu memberikan dukungan kepada penulis. 14. Maya Sinaga, Rindam Sipayung, Fathurwansyah, teman-teman yang senasib dan sepenanggungan selama masa perkuliahan di FH USU. ii

6 15. Cynthia Leonardy, Lydia Almira Wirawan, Margery, Ci Stefanie, Wendy, Grifin, Hawdy, Irwin, KK, Willy, Felix, Stefan, para member grup Wa KK yang selalu hadir memberikan canda dan tawa yang tak terkira kepada penulis selama masa perkuliahan di FH USU. Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih. Medan, November 2018 Penulis Ellen Wijaya iii

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv ABSTRAK... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian 7 D. Manfaat Penelitian... 7 E. Keaslian Penulisan...8 F. Metode Penelitian... 8 G. Tinjauan Kepustakaan. 11 H. Sistematika Penelitian. 16 BAB II PROSES PERJANJIAN DAN PELAKSANAAN TRANSAKSI JUAL BELI DALAM E-COMMERCE. 19 A. Tinjauan Umum tentang Hukum Perjanjian Pengertian Perjanjian Syarat Sahnya Perjanjian Asas-asas dalam Perjanjian 26 B. Tinjauan Umum tentang E-Commerce iv

8 C. Proses Perjanjian dan Pelaksanaan Transaksi Jual Beli dalam E-Commerce Kajian Jual Beli Menurut KUH Perdata Kajian Transaksi Jual Beli dalam E-Commerce 34 D. Proses Transaksi Jual Beli Barang Online Jika Salah Satu Pihak Membatalkannya Pembatalan Jual Beli Menurut KUH Perdata Pembatalan Jual Beli dalam Transaksi E-Commerce pada Toko Online Zalora 45 BAB III BENTUK PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE A. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli dalam E-Commerce B. Perlindungan Konsumen dalam Transaksi E-Commerce Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik C. Penyelesaian Sengketa antara Konsumen dan Toko Online Zalora Karena Barang Yang Dibeli Tidak Sesuai Dengan Barang Yang Diperjanjikan 68 v

9 BAB IV AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN PERJANJIAN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE A. Faktor-Faktor Penyebab Pembatalan Perjanjian dalam Transaksi E-Commerce B. Akibat Hukum dari Pembatalan Perjanjian dalam Transaksi E- Commerce Karena Barang Yang Dibeli Tidak Sesuai Dengan Barang Yang Diperjanjikan (Wanprestasi) pada Toko Online Zalora.. 76 C. Penyelesaian Transaksi E-Commerce Akibat Pembatalan Perjanjian.77 BAB V PENUTUP...81 A. Kesimpulan B. Saran...83 DAFTAR PUSTAKA. 84 LAMPIRAN 1. Persyaratan dan Ketentuan Transaksi di Zalora vi

10 ABSTRAK Ellen Wijaya* Rosnidar Sembiring** Aflah*** Perkembangan dalam transaksi e-commerce merupakan akibat dari pertumbuhan di bidang teknologi internet karena tanpa adanya jaringan internet, transaksi e-commerce juga tidak akan berkembang. Maraknya transaksi online menyebabkan terjadinya ketidakpuasan masyarakat atas pelayanannya sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang penjual lalai dalam melakukan kewajibannya, oleh karena itu, muncul salah satu solusi untuk mengatasi kelalaian tersebut, yaitu dengan membatalkan perjanjian jual beli yang telah disepakati oleh para pihak. Dari hal inilah diangkat permasalahan pada skripsi ini yaitu bagaimana proses perjanjian dan pelaksanaan transaksi jual beli dalam e-commerce, bagaimana bentuk perlindungan konsumen dalam transaksi e- commerce, dan bagaimana akibat hukum dari pembatalan pembelian barang online dalam transaksi e-commerce. Metode yang digunakan dalam pembahasan rumusan masalah tersebut adalah metode penelitian hukum normatif dengan mengkaji dan menganalisa data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. Seluruh data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan dan dianalisis secara normatif. Pembatalan perjanjian jual beli online atau dalam transaksi e-commerce hanya dapat dilakukan apabila para pihak yang melakukan transaksi tersebut sepakat, contohnya, dalam toko online Zalora, pembatalan transaksi dapat dilakukan baik oleh pihak pembeli ataupun pihak penjual. Pembatalan transaksi tersebut dapat berupa pengembalian barang, pengembalian dana, dan penggantian barang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam perjanjian oleh kedua belah pihak. Kata Kunci : Transaksi E-Commerce, Jual Beli Online *Mahasiswa Fakultas Hukum **Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum *** Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera vii

11 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi melaju dengan sangat cepat dan pesat dalam era globalisasi saat ini. Perkembangan teknologi ini tentunya sangat mempengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Teknologi akan berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia. Perkembangan teknologi yang sangat berdampak dalam kehidupan masyarakat adalah perkembangan teknologi internet. Manusia dalam menjalankan aktivitasnya sangatlah dipermudah dengan adanya internet ini. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya kemudahan dalam berkomunikasi dan kemudahan dalam mendapatkan informasi yang tidak terbatas, selain itu, manusia juga memanfaatkan internet sebagai salah satu sarana untuk kegiatan belajar mengajar dan internet juga telah dimanfaatkan untuk melaksanakan transaksi bisnis dalam lingkup perdagangan. Perdagangan yang menggunakan sarana internet tentunya akan sangat memudahkan manusia dalam membeli produk dan/atau barang yang diinginkan. Dengan adanya perdagangan melalui internet, manusia dapat menggunakan waktu secara efisien dalam proses transaksi jual beli. Transaksi bisnis lewat internet biasanya disebut juga dengan Transaksi Elektronik atau E-Commerce. E-commerce secara umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen, manufaktur, service providers, dan pedagang perantara dengan menggunakan jaringan-jaringan

12 2 komputer yaitu internet. 1 Terlihat jelas bahwa transaksi elektronik muncul karena adanya perkembangan yang sangat pesat dalam bidang teknologi. Transaksi bisnis biasanya dilaksanakan secara konvensional. Transaksi bisnis secara konvensional ini merupakan transaksi yang dilakukan dengan bertemunya pembeli dan penjual secara langsung serta produk yang dibeli juga berada di tempat dan dapat dilihat secara langsung. Transaksi dengan cara seperti disebut diatas saat ini telah beralih menjadi transaksi bisnis yang dilaksanakan secara online atau melalui jaringan internet transaksi bisnis dengan jaringan internet merupakan transaksi yang dilaksanakan dengan tidak bertemunya pembeli dan penjual secara langsung tetapi melalui perantara media internet. Perkembangan dalam transaksi e-commerce merupakan akibat dari pertumbuhan di bidang teknologi internet karena tanpa adanya jaringan internet, transaksi e-commerce juga tidak akan berkembang. Perkembangan teknologi saat ini telah menghasilkan beberapa jenis dan peluang bisnis yang baru. Jenis dan peluang bisnis yang baru tersebut merupakan transaksi bisnis yang dilakukan dan dipasarkan secara online di seluruh dunia. Transaksi e-commerce telah menciptakan transaksi bisnis yang jauh lebih praktis tanpa kertas (paperless) dan dalam transaksi e-commerce ini, kita dapat melakukan transaksi tanpa bertemu secara langsung (face to face) antara para pihak yang melakukan transaksi yaitu 1 Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce : Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hlm. vii.

13 3 antara pihak penjual dan pembeli. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa e- commerce sudah menjadi penggerak ekonomi yang baru dalam bidang teknologi. 2 Penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung dalam transaksi jual beli secara online, namun transaksi tersebut dapat tetap dilaksanakan dengan mengadakan suatu perjanjian perdagangan. Transaksi e-commerce dalam perdagangan pada umumnya dapat menimbulkan perikatan antara para pihak untuk memberikan suatu prestasi, contohnya dalam perikatan atau perjanjian jualbeli sehingga dalam perikatan tersebut, timbullah hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak yang terlibat. 3 Jenis perjanjian yang terdapat dalam perikatan jual beli, adalah berupa perjanjian baku. Perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang mana klausul-klausulnya telah ditentukan atau dirancang oleh salah satu pihak, yang biasanya adalah penjual dan pihak lain yaitu pembeli hanya tinggal menyepakatinya, sehingga terbentuklah suatu perjanjian jual beli yang dikarenakan telah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak dan apabila pihak lain tidak menyetujuinya, maka transaksi jual beli tidak akan terjadi. Keabsahan suatu kontrak yang telah terbentuk dapat diukur dari terpenuhinya kehendak para pihak pada klausula-klausula yang telah disepakati (expression of will) dan karena itu Pasal 1320 KUH Perdata dengan tegas menyebutkan bahwa kesepakatan para pihak merupakan unsur perjanjian yang 2 Abdul Halim Barkatullah, Urgensi Perlindungan Hak-Hak Konsumen Dalam Transaksi E-Commerce, Jurnal Hukum No. 2, Vol.14, 2007, hlm Dian Mega Erianti Renouw, Perlindungan Hukum E-Commerce : Perlindungan Hukum Pelaku Usaha & Konsumen E-Commerce di Indonesia, Singapura, dan Australia, Jakarta, Pramuka Grafika, 2016, hlm. 19.

14 4 pertama dan utama. 4 Penggunaan kontrak baku dalam perjanjian jual beli pada umumnya berlaku bagi semua pihak yang melakukan transaksi dengan pihak penjual. Hal tersebut diatur dan dipertegas dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 5 Perjanjian adalah persetujuan kedua belah pihak, maka jika ingin dibatalkan harus dengan persetujuan kedua belah pihak. 6 Adapun hal-hal yang dapat menjadi alasan dari pembatalan perjanjian tersebut antara lain : a. Actio Paulina Alasan pembatalan semacam ini dikarenakan debitur telah merugikan kreditur sehingga kreditur berhak untuk mengajukan pembatalan terhadap segala transaksi yang disepakati. b. Pembatalan Perjanjian Karena Kekhilafan (Dwaling) Pembatalan Perjanjian Karena Kekhilafan dapat terjadi apabila kreditur lalai memenuhi prestasinya, sehingga debitur meminta agar perjanjian jual beli tersebut dibatalkan, misalnya seseorang membeli sebuah lukisan yang dikiranya lukisan Basuki Abdullah, tetapi kemudian baru tahu kalau lukisan tersebut terhanya hanya tiruan saja. c. Pembatalan Perjanjian Karena Paksaan (Dwang) 4 Resa Raditio, Aspek Hukum Transaksi Elektronik : Perikatan, Pembuktian, dan Penyelesaian Sengeketa, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2014, hlm Ahmadi Miru, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2016, hlm Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2011, hlm. 305.

15 5 Pembatalan Perjanjian Karena Paksaan terjadi apabila debitur dengan terpaksa harus membatalkan perjanjian karena adanya ancaman dari pihak ketiga, seperti seseorang yang diancam akan dibunuh keluarganya apabila ia tidak menandatangani suatu perjanjian. d. Pembatalan Perjanjian Karena Penipuan (Bedrog) Pembatalan Perjanjian Karena Penipuan terjadi apabila debitur ditipu agar membuat suatu perjanjian, misalnya tidak memberitahukan informasi yang benar mengenai suatu produk. Maraknya transaksi online sekarang ini menyebabkan terjadinya ketidakpuasan masyarakat atas pelayanannya. Contoh yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah dimana toko online tidak mengirimkan barang sesuai dengan permintaan pembeli. Salah satu situs jual beli online yang sangat populer di Indonesia adalah Zalora. Zalora merupakan situs jual beli online yang telah mengakses pasar sampai ke Asia Tenggara, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa Zalora juga merupakan toko fesyen online yang tidak hanya menawarkan produk-produk lokal, melainkan juga menawarkan produk international. Zalora sudah menjadi salah satu situs jual beli online yang sangat populer di Indonesia, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa Zalora juga terkadang lalai dalam melakukan kewajibannya sebagai penjual, sebagaimana telah disebut diatas bahwa dengan seringnya terjadi kelalaian dalam pemenuhan prestasi, maka muncul salah satu solusi untuk mengatasinya, yaitu dengan membatalkan perjanjian jual beli yang telah disepakati oleh para pihak.

16 6 Pemerintah Republik Indonesia juga turut andil dengan memberi solusi dalam mengatasi problema tersebut dengan membuat kebijakan dalam bentuk diterbitkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang selanjutnya disebut UU ITE dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, yang selanjutnya disebut PP PSTE serta Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji, menganalisis, dan meneliti tentang Pembatalan Pembelian Barang Online Karena Tidak Sesuai Dengan Yang Diperjanjikan (Studi pada Zalora). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang ingin dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana proses perjanjian dan pelaksanaan transaksi jual beli dalam e-commerce pada toko online Zalora? 2. Bagaimana bentuk perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce di Zalora? 3. Bagaimana akibat hukum dari pembatalan pembelian barang online dalam transaksi e-commerce di Zalora?

17 7 C. TUJUAN PENELITIAN Dari rumusan masalah yang akan dibahas diatas, penulisan skripsi ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui tentang proses perjanjian dan pelaksanaan transaksi jual beli dalam e-commerce terutama pada toko online Zalora. 2. Mengetahui tentang bentuk perlindungan konsumen dalam transaksi e- commerce di Zalora. 3. Mengetahui tentang akibat hukum dari pembatalan pembelian barang online dalam transaksi e-commerce di Zalora. D. MANFAAT PENULISAN Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum terutama dalam hukum transaksi e-commerce tentang Pembatalan Pembelian Barang Online Karena Tidak Sesuai Dengan Barang Yang Diperjanjikan dengan meneliti dan mengambil contoh pada salah satu toko online yaitu Zalora. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penambahan wawasan kepada masyarakat mengenai pembatalan pembelian barang online karena

18 8 tidak sesuai degan barang yang diperjanjikan di salah satu toko online yaitu Zalora. E. KEASLIAN PENULISAN Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri atas masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud. Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum, penelitian tentang Pembatalan Pembelian Barang Online Karena Tidak Sesuai Dengan Yang Diperjanjikan (Studi pada Zalora), belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, bila dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya. F. METODE PENELITIAN Pada penelitian hukum ini, menjadikan ilmu hukum sebagai landasan ilmu pengetahuan induknya. Menurut Soejono Soekanto, yang dimaksud dengan penelitian hukum adalah kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau segala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. 7 Sedangkan menurut Mohammad Natsir, yang dimaksud dengan metode penelitian adalah merupakan 7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1981, hal. 43.

19 9 cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan. 8 Agar mendapat hasil yang lebih maksimal maka peneliti melakukan penelitian hukum dengan menggunakan metode-motode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. 9 Pada penelitian hukum normatif, yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder, yang mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tertier Sifat penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu bersifat deskiptif. Penelitian Deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu. 3. Sumber Data Penelitian Pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena dengan adanya proses pengumpulan data, maka akan diperoleh data yang diperlukan untuk selanjutnya dapat dianalisis guna untuk 8 Topan Setiawan, Pengertian dan Definisi Metode, Penelitian dan Metode Penelitian, diakses tanggal 16 Oktober Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009, hal Soerjono Soekanto, Op Cit., hlm. 52.

20 10 menunjukkan jalan pemecahan permasalahan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. 11 a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Bahan Hukum Primer meliputi : 1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; 2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; 3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; 4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 5) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder,merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang terdiri dari buku-buku, jurnal-jurnal, majalah-majalah, dan artikel-artikel. 11 Soejono Soekanto dan Sri Manudji, Op Cit, hal. 38.

21 11 c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yang berupa kamus, ensiklopedia dan lain lain Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data sekunder yang berupa bahan bahan hukum primer, sekunder dan tersier, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data berupa penelitian kepustakaan (library reseach). Penelitian Kepustakaan (library reseach) dilakukan untuk mengumpulkan dan menyusun data sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, bukubuku, tulisan-tulisan para pakar hukum, dan dokumen resmi. 5. Analisa data Analisa data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga ditemukan jawaban terhadap masalah yang diteliti. 13 Analisa data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah analisis data kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundangundangan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. G. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Berdasarkan judul penelitian penulis mengenai Pembatalan Pembelian Barang Online Karena Tidak Sesuai Dengan Yang Diperjanjikan (Studi pada Zalora), maka tinjauan kepustakaannya berupa : 12 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 1997, hal Dian Mega Erianti Renouw, Op cit., hlm. 77.

22 12 1. Pengertian Pembatalan Kontrak Pembatalan kontrak pada dasarnya adalah suatu keadaan yang membawa akibat suatu hubungan kontraktual itu dianggap tidak pernah ada, sehingga dengan pembatalan kontrak, maka eksistensi kontrak dengan sendiri menjadi hapus. 14 Pembatalan pada umumnya berakibat bahwa keadaan antara kedua pihak dikembalikan seperti pada waktu perikatan belum dibuat. Dalam Pasal 1266 KUH Perdata dapat disimpulkan, bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan sebagai syarat pembatalan suatu perjanjian, yaitu: 15 a. Perjanjian harus bersifat timbal balik. b. Pembatalan harus dilakukan di muka hakim. c. Harus ada wanprestasi. Hapusnya perikatan karena pembatalan diatur dalam Pasal 1446 sampai dengan Pasal 1456 KUH Perdata. Menurut KUH Perdata, disebutkan mengenai pembatalan perikatan apabila : a. Perikatan itu dibuat oleh mereka yang tidak cakap hukum, seperti belum dewasa, ditaruh di bawah pengampuan dan wanita yang bersuami (Pasal 1446 KUH Perdata). b. Perikatan itu dibuat dengan paksaan, kekhilafan, atau penipuan (Pasal 1449 KUH Perdata) Pengertian Pembelian Barang 14 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Jakarta, Prenadamedia Group, 2010, hlm P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, Jakarta, Prenadamedia Group, 2015, hlm Ibid, hlm.283.

23 13 Pembelian merupakan salah satu aspek dari jual beli. Jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik 17, dimana pihak yang satu yaitu penjual mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak yang lain yaitu pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga benda yang telah diperjanjikan (Pasal 1457 KUH Perdata) dan jika belum mencapai kesepakatan, maka didahului dengan perbuatan tawar-menawar, yang berfungsi sebagai penentu sejak kapan terjadi persetujuan tetap. Sejak terjadinya persetujuan tetap, maka perjanjian jual beli tersebut baru dinyatakan sah dan mengikat sehingga wajib dilaksanakan oleh penjual dan pembeli. 18 Penjual dan pembeli setelah melaksanakan kewajiban mereka, maka barang akan diserahkan oleh penjual kepada pembeli. Dengan adanya penyerahan barang, maka terjadi pemindahan barang yang telah dijual ke dalam kekuasaan dan kepunyaan si pembeli, itulah yang disebut dengan pembelian. Membeli dan menjual adalah dua kata kerja yang sering dipergunakan dalam istilah sehari-hari yang apabila digabungkan antara keduanya, berarti salah satu pihak menjual dan pihak lainnya membeli, dan hal ini tidak dapat berlangsung tanpa pihak yang lainnya, dan itulah yang disebut perjanjian jual beli. 3. Pengertian Jual Beli Secara Online a. Menurut Dedik Kurniawan, online adalah sebuah kegiatan yang menggunakan fasilitas jaringan internet untuk melakukan segala kegiatan yang dapat 17 Ibid, hlm Abdulkadir Muhammad, Op Cit., hlm. 317.

24 14 dilakukan secara online seperti halnya bisnis, daftar kuliah, searching, stalking, mencari berita dan lain sebagainya. b. Menurut Yudhi Wicaksono, online juga bisa menjadi media untuk berbisnis yang menjadikan pemahaman online sebagai kegiatan jual beli dalam sambungan internet dan fitur belanja online yang sudah tersedia. 19 c. Menurut Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. d. Menurut Adi Nugroho, transaksi elektronik merupakan persetujuan jual beli antara pihak pembeli dan penjual secara elektronik yang biasanya menggunakan jaringan komputer pribadi. 20 e. Menurut Onno W. Purbo dan Aang Arif, e-commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang menggabungkan perusahaan, konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik. 21 Electronic Commerce atau yang disingkat dengan E-Commerce adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen (consumers), manufaktur (manufactures), service providers dan pedangang perantara 19 Informasi Pengetahuan, Pengertian Online Menurut Para Ahli, diakses tanggal 16 Oktober Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hlm Ibid, hlm. 58.

25 15 (intermediateries) dengan jaringan-jaringan komputer (computer network) yaitu internet. 22 Dalam Kamus Black s Law Dictionary Seventh Edition E-Commerce didefinisikan : E-commerce; The practice of buying and selling goods and services through online consumer services on the internet. The e, a shortened form of electronic, has become a populer prefix for other terms associated with electronic transaction. Pengertian e-commerce adalah pembelian dan penjualan barang dan jasa dengan menggunakan jasa konsumen online di internet Pengertian Wanprestasi Menurut Kamus Hukum, wanprestasi berarti kelalaian, kealpaan, cidera janji, tidak menepati kewajibannya dalam perjanjian. 24 Dalam Pasal 1238 KUH Perdata, dikatakan bahwa : Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuat akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak dipenuhinya kewajiban yang telah disepakati dalam perikatan. Kewajiban yang tidak dipenuhi oleh debitor karena dua kemungkinan alasan, yaitu : a. Karena kesalahan debitor, baik karena kesengajaan maupun kelalaian, dan 22 Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Op Cit, hlm Ibid, hlm Subekti dan Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, 1996, hlm. 110.

26 16 b. Karena keadaan memaksa (force majeure), di luar kemampuan debitor. Jadi, debitor tidak bersalah. 25 Wanprestasi atau tidak dipenuhinya janji dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak sengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi dapat terjadi karena memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga karena terpaksa untuk tidak melakukan prestasi tersebut. Wanprestasi dapat berupa : 1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi; 2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna; 3. Terlambat memenuhi prestasi; 4. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan. 26 Akibat hukum dari wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa : Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya. H. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa tahapan yang disebut dengan bab dan setiap bab masing-masing diuraikan permasalahannya 25 Abdulkadir Muhammad, Op. cit.,hlm Ahmadi Miru, Op cit., hlm. 74.

27 17 secara tersendiri namun konteksnya masih berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Materi pembahasan keseluruhan skripsi ini diatur secara sistematis dan terperinci serta dibagi menjadi 5 (lima) bab sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan hal-hal yang bersifat umum sebagai awal dari penulisan skripsi ini. Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian, tinjauan kepustakaan dan sistematika penulisan. BAB II PROSES PERJANJIAN DAN PELAKSANAAN TRANSAKSI JUAL BELI DALAM E-COMMERCE Bab ini menguraikan tentang hukum perjanjian dan e-commerce, bagaimana proses perjanjian dan pelaksanaan transaksi jual beli dalam e-commerce, serta bagaimana proses transaksi jual beli barang online jika salah satu pihak membatalkannya. BAB III BENTUK PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE Bab ini menguraikan mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian jual beli dalam e-commerce, bagaimana perlindungan konsumen dalam transaksi e-commerce ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

28 18 Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, serta bagaimana penyelesaian sengketa antara konsumen dan toko online Zalora karena barang yang dibeli tidak sesuai dengan barang yang diperjanjikan. BAB IV AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN PERJANJIAN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE Bab ini menguraikan tentang faktor-faktor penyebab pembatalan perjanjian dalam transaksi e-commerce, akibat hukum dari pembatalan pembelian barang online karena tidak sesuai dengan barang yang diperjanjikan pada toko online Zalora, serta bagaimana penyelesaian transaksi e-commerce akibat pembatalan perjanjian tersebut. BAB V PENUTUP Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

29 19 BAB II PROSES PERJANJIAN DAN PELAKSANAAN TRANSAKSI JUAL BELI DALAM E-COMMERCE A. Tinjauan Umum tentang Hukum Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, disebutkan pengertian perjanjian, yaitu: Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu orang atau lebih lainnya. Para sarjana pun memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai pengertian perjanjian, antara lain : - Menurut Prof. Subekti, S.H., perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal Menurut Abdulkadir Muhammad, S.H., perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu hal dalam lapangan harta kekayaan Menurut M. Yahya Harahap, perjanjian mengandung pengertian sebagai suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh hlm Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, PT. Intermasa, 1994, hlm Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1990,

30 20 prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak yang lain untuk melunasi prestasinya. Berdasarkan pengertian yang diuraikan oleh para sarjana, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian perjanjian adalah suatu peristiwa dimana pihak yang satu mengikatkan diri kepada pihak yang lainnya atau kedua pihak saling mengikatkan diri sehingga timbul hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Dari rumusan perjanjian tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsurunsur perjanjian adalah: a. Adanya para pihak. b. Ada persetujuan antara pihak-pihak tersebut. c. Ada tujuan yang akan dicapai. d. Ada prestasi yang akan dilaksanakan. e. Ada bentuk tertentu, baik lisan maupun tulisan. f. Ada syarat-syarat tertentu. Perjanjian adalah hal yang mengikat antara orang yang satu dan orang yang lain. Hal yang mengikat itu adalah sebuah peristiwa hukum. Peristiwa hukum adalah kejadian-kejadian yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat yang mempunyai akibat hukum. Adapun bentuk peristiwa hukum antara lain: 29 a. Perbuatan, misalnya jual-beli, utang-piutang, hibah. b. Kejadian, misalnya kelahiran, kematian, pohon tumbang, rumah hancur karena gempa. 29 Abdulkadir Muhammad, Op Cit., hlm. 229.

31 21 c. Keadaan, misalnya pekarangan berdampingan, rumah susun, kemiringan tanah pekarangan. Peristiwa hukum menciptakan adanya hubungan hukum antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Hubungan hukum merupakan hubungan yang diatur oleh hukum dimana setiap pihak memiliki hak dan kewajiban yang timbal balik. Hak adalah wewenang yang diberikan oleh hukum atau undang-undang kepada subjek hukum untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, sedangkan kewajiban adalah pembebanan yang diberikan oleh hukum atau undang-undang kepada subjek hukum untuk melaksanakan sesuatu. Pihak yang satu mempunyai hak untuk menuntut sesuatu terhadap pihak lainnya dan pihak lain itu wajib memenuhi tuntutan itu dalam suatu hubungan hukum, atau dengan kata lain, perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak menimbulkan hubungan hukum, sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak lain untuk memperoleh prestasi, sedangkan pihak yang lain dibebani kewajiban untuk menunaikan prestasi tersebut. 30 ialah : 31 Prestasi merupakan objek dari perjanjian. Adapun macam-macam prestasi a. Memberikan sesuatu, seperti membayar harga, menyerahkan barang, dan sebagainya. 30 Ibid, hlm C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2002, hlm. 247.

32 22 b. Berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki barang yang rusak, membongkar bangunan, kesemuanya karena putusan Pengadilan, dan sebagainya. c. Tidak berbuat sesuatu, misalnya untuk tidak mendirikan sesuatu bangunan, untuk tidak menggunakan merek dagang tertentu, kesemua karena ditetapkan oleh putusan Pengadilan, dan sebagainya. Sulit membedakan antara memberikan sesuatu dan berbuat sesuatu, menurut Mariam Darus Badzulzaman, memberikan sesuatu adalah perbuatan menyerahkan hak milik atau berdasarkan ukuran-ukuran tertentu, menyerahkan kenikmatan dari hak milik itu. Sedangkan berbuat sesuatu adalah semua prestasi positif yang tidak berupa memberikan sesuatu, misalnya, menjilid buku, melukis potret, dan sebagainya. 32 Para pihak saling mengikatkan diri dalam suatu perjanjian, artinya pihak yang satu mengikatkan diri pada pihak yang lain dan pihak yang lain juga mengikatkan diri pada pihak yang satu, dan sebagai contohnya, perjanjian jual beli. Menurut Pasal 1457 KUH Perdata, perjanjian jual beli adalah satu perjanjian yang mengikat antara pihak penjual berjanji menyerahkan suatu barang/ benda dan pihak yang lain yang bertindak sebagai pembeli mengikatkan diri berjanji untuk membayar harga barang yang dibeli tersebut. Persetujuan jual beli tersebut membebankan dua kewajiban, yaitu sebagai berikut : 1. Kewajiban pihak penjual untuk menyerahkan barang yang akan dijual kepada pembeli. 32 Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Perikatan dalam KUH Perdata Buku Ketiga, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2015, hlm. 19.

33 23 2. Kewajiban pihak pembeli untuk membayar harga barang yang akan dibeli kepada penjual. Segala sesuatu yang menjadi akibat atau konsekuensi dari adanya perjanjian mendapatkan jaminan atas adanya kepastian hukum. 2. Syarat Sahnya Perjanjian Perjanjian sah dan mengikat adalah perjanjian yang memenuhi unsurunsur dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh undang-undang. Perjanjian yang sah dan mengikat diakui dan memiliki akibat hukum. Suatu perjanjian secara umum lahir karena tercapainya kesepakatan antara para pihak, sebagai contoh, apabila dalam perjanjian jual beli telah tercapai kesepakatan tentang barang dan harga, maka lahirlah sebuah perjanjian jual beli. Suatu perjanjian walaupun lahir karena adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, masih ada syarat-syarat lain yang harus dipenuhi agar perjanjian tersebut sah dan mengikat bagi para pihak. Syarat-syarat tersebut diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Isi dari Pasal 1320 KUHPerdata tersebut, yaitu : Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal.

34 24 Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya dimaksudkan bahwa para pihak yang mengadakan suatu perjanjian itu harus bersepakat, setuju, atau seia sekata mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang menjadi kehendak pihak yang satu, juga dikehendaki oleh pihak yang lain. 33 Menurut Pasal 1321 KUH Perdata, para pihak menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik dengan tidak ada paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun, kekhilafan, dan penipuan, hanya betul-betul atas kemauan sukarela para pihak. Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk lahirnya suatu perjanjian. Menurut Subekti, yang dimaksud dengan kata sepakat adalah persesuaian kehendak antara dua pihak yaitu apa yang dikehendaki oleh pihak ke satu juga dikehendaki oleh pihak lain dan kedua kehendak tersebut menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik, dan dijelaskan lebih lanjut bahwa dengan hanya disebutkannya sepakat saja tanpa tuntutan sesuatu bentuk cara (formalitas) apapun sepertinya tulisan, pemberian tanda atau panjar dan lain sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa bilamana sudah tercapai sepakat itu, maka sahlah sudah perjanjian itu atau mengikatlah perjanjian itu atau berlakulah ia sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan bahwa tidak cakap membuat perjanjian adalah orang yang belum dewasa, orang yang ditaruh dibawah pengampuan, dan orang-orang yang dilarang oleh undang-undang untuk 33 Ibid, hlm. 87.

35 25 melakukan perbuatan hukum tertentu, misalnya orang yang dinyatakan pailit. Orang yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu) tahun dan sebelumnya belum kawin.apabila perkawinan itu dibubarkannya sebelum umur mereka genap 21 (dua puluh satu) tahun, maka mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa. 34 Pasal 433 KUH Perdata disebutkan bahwa orang yang diletakkan di bawah pengampuan adalah setiap orang dewasa yang selalu dalam keadaan dungu, gila, mata gelap, dan pemboros. Suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah barang yang menjadi objek suatu perjanjian. Barang tersebut bisa berupa barang yang sudah ada maupun barang yang akan ada. Ketentuan di dalam Pasal 1332 KUH Perdata jo Pasal 1333 KUH Perdata jo Pasal 1334 KUH Perdata, hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok-pokok perjanjian. Barang tersebut pun setidaknya harus ditentukan jenisnya, dan jika jumlah barang itu tidak dapat dipastikan, dapat ditentukan di kemudian hari, sedangkan untuk barang yang akan ada, seperti warisan, Undang-undang melarang untuk mengalihkan warisan yang belum terbuka walaupun pihak yang nantinya akan meninggalkan warisan yang menjadi pokok persetujuan menyatakan persetujuannya tentang hal tersebut. Dan yang dimaksud untuk suatu sebab yang halal adalah bahwa isi perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 34 Mariam Darus Badzulzaman, Op Cit, hlm. 117.

36 26 Pasal 1338 KUH Perdata disebutkan bahwa perjanjian yang dibuat dengan sah dan mengikat pada akhirnya akan berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yang membuatnya, tidak dapat dibatalkan tanpa persetujuan kedua belah pihak, dan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Berlaku sebagai undang-undang, artinya perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa serta memberi kepastian hukum kepada para pihak yang membuatnya sehingga para pihak wajib menaati perjanjian itu dan apabila ada pihak yang melanggar perjanjian yang dibuat, akan memberikan akibat hukum berupa sanksi hukum. Karena perjanjian adalah berdasarkan persetujuan kedua belah pihak, maka jika akan dibatalkan harus dengan persetujuan kedua belah pihak. Pelaksanaan perjanjian dengan itikad baik artinya pelaksanaan perjanjian itu mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. 3. Asas-Asas dalam Perjanjian Dikenal beberapa asas penting yang merupakan dasar kehendak pihakpihak untuk mencapai tujuan dalam hukum perjanjian, yaitu : 1. Asas Konsensualisme. Asas Konsensualiasme merupakan dasarnya perjanjian yang lahir sejak tercapainya kesepakatan dimana dua pihak sudah setuju mengenai sesuatu hal. Perjanjian sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal pokok dan tidaklah diperlukan sesuatu formalitas tertentu, kecuali untuk perjanjian yang memang oleh undang-undang dipersyaratkan suatu

37 27 formalitas tertentu 35, contohnya perjanjian perdamaian, hibah dan pertanggungan (asuransi) Asas Kebebasan Berkontrak. Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu dasar yang menjamin kebebasan orang dalam melakukan kontrak. Asas kebebasan kontrak memberikan kebebasan dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian, diantaranya: Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak; 2. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian; 3. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian; 4. Bebas menentukan isi bentuk perjanjian; dan 5. Kebebasan-kebebasan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 3. Pacta Sunt Servanda. Pacta Sunt Servanda adalah asas mengikatnya kontrak, artinya perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 38 Hal ini didasarkan pada Pasal 1338 KUH Perdata, yang mengatakan : Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya.suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasanalasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. 35 Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Op Cit., hlm Abdulkadir Muhammad, Op Cit, hlm Ahmadi Miru, Op Cit, hlm Ibid, hlm.5.

38 28 4. Asas Itikad Baik. Seperti yang telah disebutkan di atas, Pasal 1338 KUHPerdata menghendaki bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Asas itikad baik terbagi 2, yaitu: Itikad baik dalam pengertian subjektif yang merupakan sikap batin seseorang pada waktu melakukan hubungan hukum yang sah, yakni kejujuran, sehingga perjanjian yang timbul dari kesepakatan tidak boleh diperoleh karena paksaan, penipuan, kekhilafan, dan penyalahgunaan keadaan. 2. Itikad baik dalam pengertian objektif adalah kepatutan dari isi perjanjian itu sendiri. Asas itikad baik ini menghendaki bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan secara jujur, yakni dengan mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. B. Tinjauan Umum tentang E-Commerce Transaksi melalui internet sering disebut dengan e-commerce (electronic commerce). Di dalam Pasal 1 angka (2) Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, disebutkan pengertian transaksi elektronik, yaitu: Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. 39 Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Op Cit., hlm. 86.

39 29 Pengertian e-commerce dalam kamus Black s Law Dictionary adalah pembelian dan penjualan barang dan jasa dengan menggunakan jasa konsumen online di internet. 40 Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa e-commerce adalah merupakan transaksi elektronik melalui jaringan internet. Karakteristik dari e-commerce adalah sebagai berikut : Terjadinya transaksi antar dua belah pihak; 2. Adanya pertukaran barang, jasa atau informasi; 3. Internet merupakan medium utama dalam proses atau mekanisme perdagangan tersebut. yaitu: 42 Pada dasarnya transaksi e-commerce dapat dibedakan menjadi tiga jenis, 1. Business to Business (B to B); 2. Business to Consumer (B to C); dan 3. Consumer to Consumer (C to C). Business to Business (B to B) merupakan sistem komunikasi bisnis antar pelaku bisnis yang dilakukan secara rutin dan dalam kapasitas atau produk volume yang besar. Aktivitas e-commerce dalam ruang lingkup ini ditujukan untuk menunjang kegitan para pelaku bisnis itu sendiri. Pebisnis yang mengadakan perjanjian tentu saja adalah para pihak yang bergerak dalam bidang bisnis yang dalam hal ini mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian untuk melakukan usaha 40 Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Op Cit., hlm Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law: Aspek Hukum Teknologi Informasi, Bandung, PT Refika Aditama, 2009, hlm Endang Purwaningsih, Op Cit, hlm. 59.

40 30 dengan pihak pebisnis lainnya.pihak-pihak yang mengadakan perjanjian dalam hal ini adalah Internet Service Provider (ISP) dengan website. ISP adalah pengusaha yang menawarkan akses kepada internet, sedangkan internet merupakan suatu jalan bagi komputer-komputer untuk mengadakan komunikasi bukan merupakan tempat, akan tetapi merupakan suatu jalan untuk dilalui. 43 Karakteristik dari transaksi e-commerce B to B adalah sebagai berikut: 1. Trading partners yang sudah saling mengetahui dan antara mereka sudah terjalin hubungan yang berlangsung cukup lama. Pertukaran informasi hanya berlangsung di antara mereka dan karena sudah sangat mengenal, maka pertukaran informasi tersebut dilakukan atas dasar kebutuhan dan kepercayaan. 2. Pertukaran data dilakukan secara berulang-ulang dan berskala dengan format data yang telah disepakati. Jadi, servis yang digunakan antara kedua sistem tersebut sama dan menggunakan standar yang sama. 3. Salah satu pelaku tidak harus menunggu partner mereka lainnya untuk mengirim data. 4. Model yang umum digunakan adalah pear to pear, dimana processing intelegence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis. Business to Consumer (B to C) merupakan transaksi jual-beli melalui internet antara pelaku usaha dan pihak konsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan pada saat tertentu. Banyak cara melakukan pendekatan 43 Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Op Cit., hlm. 19.

41 31 dengan konsumen, antara lain dengan toko online. Toko online memanfaatkan website dalam menjajakan produknya. 44 contohnya Zalora. Konsumen dapat memasuki internet dan melakukan pencarian (search) terhadap apa saja yang akan dibeli, menemukan website, dan melakukan transaksi dalam Transaksi e- commerce jenis B to C ini. 45 Umumnya jenis perjanjian dalam bisnis ke konsumen merupakan perjanjian online yang telah berbentuk perjanjian dan ditawarkan kepada pihak umum dalam bentuk take it or leave it contract. Karakteristik dari transaksi e-commerce B to B adalah sebagai berikut: 1. Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan secara umum pula; 2. Service yang dilakukan juga bersifat umum sehingga mekanismenya dapat digunakan oleh banyak orang. Contohnya, karena sistem web sudah umum dikalangan masyarakat, maka sistem yang digunakan adalah sistem web pula; 3. Servis yang diberikan berdasarkan permintaan dimana konsumen berinisiatif sedangkan produsen harus siap memberikan respon terhadap inisiatif konsumen; 4. Sering dilakukan pendekatan client-server, yang mana konsumen di pihak klien menggunakan sistem yang minimal (berbasis web) dan pihak penyedia barang atau jasa (business procedure) berada pada pihak server. Consumer to Consumer (C to C) merupakan transaksi bisnis secara elektronik yang dilakukan antar konsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan 44 Dian Mega Erianti Renouw, Op Cit, hlm Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Op Cit., hlm. 151.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah internet. Internet (interconnection networking) sendiri

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah internet. Internet (interconnection networking) sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media informasi dan telekomunikasi sangat pesat berkembang saat ini adalah internet. Internet (interconnection networking) sendiri adalah jaringan komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi membawa dampak yang signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah membawa kontribusi yang begitu domain

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya 36 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya Perjanjan memiliki definisi yang berbeda-beda menurut pendapat para ahli yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wanprestasi 1. Pengertian Wanprestasi Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11 BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN A.Pengertian Perjanjian Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena jumlah jemaah haji dan umroh Indonesia yang sangat besar, melibatkan berbagai instansi

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan A. Pengertian Perjanjian Jual Beli BAB II PERJANJIAN JUAL BELI Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara

Lebih terperinci

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN Rosdalina Bukido 1 Abstrak Perjanjian memiliki peran yang sangat penting dalam hubungan keperdataan. Sebab dengan adanya perjanjian tersebut akan menjadi jaminan

Lebih terperinci

Penerapan Pasal 1320 KUHPerdata terhadap jual beli secara online (e commerce) Herniwati, SH, MH. Dosen STIH Padang. Abstrak

Penerapan Pasal 1320 KUHPerdata terhadap jual beli secara online (e commerce) Herniwati, SH, MH. Dosen STIH Padang. Abstrak Penerapan Pasal 1320 KUHPerdata terhadap jual beli secara online (e commerce) Herniwati, SH, MH Dosen STIH Padang Abstrak Pasar 1320 KUHPerdata mengatur tentang syarat-syarat sah perjanjian. Ketentuan

Lebih terperinci

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V8.i4 ( )

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V8.i4 ( ) PENERAPAN PASAL 1320 KUHPERDATA TERHADAP JUAL BELI SECARA ONLINE (E COMMERCE) Herniwati STIH Padang Email: herni@yahoo.co.id Submitted: 22-07-2015, Rewiewed: 22-07-2015, Accepted: 23-07-2015 http://dx.doi.org/10.22216/jit.2014.v8i4.13

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tentu tidak selamanya hubungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tentu tidak selamanya hubungan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Kehidupan manusia yang tidak lepas dari hubungan kausal dangan manusia yang lain di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tentu tidak selamanya hubungan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN.  hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia dalam era globalisasi ini semakin menuntut tiap negara untuk meningkatkan kualitas keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah

Lebih terperinci

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana ketentuan hukum mengenai pembuatan suatu kontrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau kepentingan-kepentingan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Manusia di dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI A. Pengertian Perjanjian Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:

AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh: AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh: Abuyazid Bustomi, SH, MH. 1 ABSTRAK Secara umum perjanjian adalah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi 142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut e-commerce (electronic commerce) atau transaksi elektronik. E- serta tidak menggunakan tanda tangan asli (non-sign).

BAB I PENDAHULUAN. disebut e-commerce (electronic commerce) atau transaksi elektronik. E- serta tidak menggunakan tanda tangan asli (non-sign). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi akhir-akhir ini, membawa banyak perubahan dalam dunia bisnis. Salah satu bentuk perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA (UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999) 1 Oleh: Aristo Yermia Tamboto 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian

Lebih terperinci

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan permasalahan penting yang perlu mendapat perhatian, mengingat perjanjian sering digunakan oleh individu dalam aspek kehidupan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berkembang secara dinamik sesuai dengan perkembangan zaman. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari interaksi antar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Perjanjian Kerja 1. Pengertian Perjanjian Kerja Dengan telah disahkannya undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUKK) maka keberadaan perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini dikarenakan manusia diberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pesat dan majunya teknologi internet mempermudah untuk mengakses informasi apapun yang dibutuhkan, termasuk di dalamnya informasi produk. Adanya kemudahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi maka hubungan antar manusia menjadi hampir tanpa batas, karena pada dasarnya manusia adalah

Lebih terperinci

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A.Pengertian perjanjian pada umumnya a.1 Pengertian pada umumnya istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah Overeenkomst

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia. Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia Oleh : Lili Naili Hidayah 1 ABSTRAK Setiap perbuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum perjanjian merupakan bagian daripada Hukum Perdata pada umumnya, dan memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global yang. sosial secara signifikan berlangsung semakin cepat.

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global yang. sosial secara signifikan berlangsung semakin cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan dalam berbagai bidang kehidupan dan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus. AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI KELALAIAN DEBITUR DALAM JUAL BELI TANAH 1 Oleh : Rael Wongkar 2

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus. AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI KELALAIAN DEBITUR DALAM JUAL BELI TANAH 1 Oleh : Rael Wongkar 2 AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI KELALAIAN DEBITUR DALAM JUAL BELI TANAH 1 Oleh : Rael Wongkar 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah akibat hukum yang timbul dari kelalaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK A. Kekuatan Hukum Memorandum Of Understanding dalam Perjanjian Berdasarkan Buku III Burgerlijke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Semakin meningkatnya kebutuhan atau kepentingan setiap orang, ada kalanya seseorang yang memiliki hak dan kekuasaan penuh atas harta miliknya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai sekarang pembuatan segala macam jenis perjanjian, baik perjanjian khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman pada KUH Perdata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari tahun ke tahun terus berupaya untuk melaksanakan peningkatan pembangunan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang, ditegaskan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan kodrat alam, manusia sejak lahir hingga meninggal dunia hidup bersama sama dengan manusia lain. Atau dengan kata lain manusia tidak dapat hidup

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE oleh Frans Noverwin Saragih I Nyoman Wita Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT E-Commerce is an engagement that connects

Lebih terperinci

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUHPerdata: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Oleh: Nama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat, hal ini berdampak pada perubahan aktivitas dalam dunia bisnis. Perubahan tersebut mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, globalisasi ekonomi guna mencapai kesejahteraan rakyat berkembang semakin pesat melalui berbagai sektor perdangangan barang dan jasa. Seiring dengan semakin

Lebih terperinci

BAB II PROSEDUR PERALIHAN HAK GUNA USAHA MELALUI PERIKATAN JUAL BELI SEKALIGUS ALIH FUNGSI PENGGUNAAN TANAH

BAB II PROSEDUR PERALIHAN HAK GUNA USAHA MELALUI PERIKATAN JUAL BELI SEKALIGUS ALIH FUNGSI PENGGUNAAN TANAH BAB II PROSEDUR PERALIHAN HAK GUNA USAHA MELALUI PERIKATAN JUAL BELI SEKALIGUS ALIH FUNGSI PENGGUNAAN TANAH A. Pengaturan tentang Perikatan Jual Beli Pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan eksistensinya di dunia. Naluri self preservasi selalu. mengatasi bahaya-bahaya yang dapat mengancam eksistensinya.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan eksistensinya di dunia. Naluri self preservasi selalu. mengatasi bahaya-bahaya yang dapat mengancam eksistensinya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki naluri self preservasi yaitu naluri untuk mempertahankan eksistensinya di dunia. Naluri self preservasi selalu berhadapan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, PERJANJIAN BAKU DAN KREDIT BANK Pengertian Perjanjian dan Dasar Hukumnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, PERJANJIAN BAKU DAN KREDIT BANK Pengertian Perjanjian dan Dasar Hukumnya 16 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, PERJANJIAN BAKU DAN KREDIT BANK 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian dan Dasar Hukumnya Dalam bahasa Belanda, perjanjian disebut juga overeenkomst dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang ditunjang oleh perkembangan jaringan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang ditunjang oleh perkembangan jaringan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang ditunjang oleh perkembangan jaringan internet yang semakin cepat akan memberi pengaruh dan perubahan dalam segala aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Pasal 1234 KHUPerdata yang dimaksud dengan prestasi adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak melakukan sesuatu, sebaiknya dianggap

Lebih terperinci

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN A. Dasar Hukum Memorandum Of Understanding Berdasarkan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi : Kemudian daripada

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 29 BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan terutama dalam bidang teknologi, dimana dalam teknologi dapat dilihat dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN ST., S.H.,M.H Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN) Makassar Abstract Vehicle financing agreement was made as the embodiment of the financing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian perbedaan tersebut diakomodir dan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang pesat. Berbagai informasi telah dapat disajikan dengan canggih

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang pesat. Berbagai informasi telah dapat disajikan dengan canggih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi, dan informasi telah berjalan sedemikian rupa sehingga pada saat ini sudah sangat jauh berbeda, pemanfaatan teknologi

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian Menurut pasal 1313 KUHPerdata: Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Dalam menjalankan bisnis pada dasarnya manusia tidak bisa melakukannya dengan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama atau dengan mendapat bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, maka manusia mengingkari kodratnya sendiri. Manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, maka manusia mengingkari kodratnya sendiri. Manusia dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada prinsipnya manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang hidup bermasyarakat, sebagai mahluk sosial, manusia selalu mempunyai naluri untuk hidup bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, perkembangan aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan adalah keinginan manusia untuk memiliki dan menikmati kegunaan barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi jasmani dan rohani demi kelangsungan hidup.

Lebih terperinci

[FIKA ASHARINA KARKHAM,SH]

[FIKA ASHARINA KARKHAM,SH] BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan arus globalisasi ekonomi dunia dan kerjasama di bidang perdagangan dan jasa berkembang sangat pesat. Masyarakat semakin banyak mengikatkan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian terus berlangsung di manapun dan oleh siapapun sebagai pelaku usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik, bahkan oleh gabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk serba efektif dan efisien dalam pemanfaatan waktu akibat tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk serba efektif dan efisien dalam pemanfaatan waktu akibat tuntutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin pesat memberikan dampak tidak langsung dalam perubahan pola kehidupan masyarakat. Masyarakat dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE)

ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE) ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE) ANDI RISMA Universitas Muslim Indonesia Email: permata.mitha@yahoo.com ABSTRACT Online transaction is a process of buying and selling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh dua orang atau

Lebih terperinci

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Perikatan dalam bahasa Belanda disebut ver bintenis. Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam literatur hukum di Indonesia. Perikatan dalam hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa orang lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri

BAB I PENDAHULUAN. tanpa orang lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah menjadi kodrat manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum, 19 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian Pembiayaan Konsumen 2.1.1 Pengertian Perjanjian Pembiayaan konsumen Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

BAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA 53 BAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Pengertian Hutang Piutang Pengertian hutang menurut etimologi ialah uang yang dipinjam dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani* Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 17-23 17 AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Istiana Heriani* ABSTRAK Masalah-masalah hukum yang timbul dalam perjanjian

Lebih terperinci

KEABSAHAN KONTRAK ELEKTRONIK DALAM PENYELENGGARAAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

KEABSAHAN KONTRAK ELEKTRONIK DALAM PENYELENGGARAAN TRANSAKSI ELEKTRONIK KEABSAHAN KONTRAK ELEKTRONIK DALAM PENYELENGGARAAN TRANSAKSI ELEKTRONIK SKRIPSI Oleh: FATMA ROOSDIYANA Nomor Mahasiswa : 06.410.175 Jurusan : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci