KATA PENGANTAR. Muara Teweh, 1 Desember Bupati Barito Utara, NADALSYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Muara Teweh, 1 Desember Bupati Barito Utara, NADALSYAH"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya penyusunan dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Tahun dapat diselesaikan oleh Kelompok Kerja (Pokja) AMPL sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan dalam pelaksanaan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Pemutakhitan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Barito Utrara merupakan hasil evaluasi dan kaji ulang sekaligus pemutakhitran data sanitasi yang tertuang dalam dokumen SSK sebelumnya dan dijadikan pedoman semua pihak dalam mengelola sanitasi secara komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif untuk menyusun kosep perencanaan dan pembangunan sanitasi ke depan dalam rangka mempercepat target-target pencapaian layanan sektor sanitasi. Penyusunan Pemutakhitan SSK Barito Utara ini difasilitasi oleh fasilitator PPSP Provinsi Kalimantan Tengah yang ditugaskan oleh pemerintah pusat, provinsi maupun daerah bersama Kelompok Kerja AMPL. Pemutakhitan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) sangat dibutuhkan karena kemajuan layanan sanitasi daerah memerlukan waktu jangka panjang dan oleh karena itu, Pemutakhitan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merinci berbagai usulan kegiatan pengembangan layanan sanitasi Kabupaten yang disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya. Kami menyadari bahwa penyusunan dokumen Pemutakhitan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan perbaikan dari berbagai pihak, terutama yang berpengalaman dalam bidang Sanitasi sangat kami harapkan untuk kesempurnaan dalam penyusunan dokumen Pemutakhitan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Atas segala perhatian yang telah diberikan oleh semua pihak dalam penyusunan Pemutakhitan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini, kami ucapkan terima kasih dengan harapan semoga dokumen ini bermanfaat bagi pembangunan dan pengembangan sektor sanitasi di Kabupaten Barito Utara. Muara Teweh, 1 Desember Bupati Barito Utara, NADALSYAH i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR PETA... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISTILAH... i iii v vii viii ix BAB I PENDAHULUAN... 1-I 1.1 Latar Belakang... 1-I 1.2 Metodologi Penyusunan... 4-I 1.3 Dasar Hukum... 8-I 1.4 Sistematika Penulisan I BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI... 1-II 2.1 Gambaran Wilayah... 1-II 2.2 Kemajuan Pelaksanaan SSK II 2.3 Area Berisiko dan Permasahan Sanitasi II BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI... 1-III 3.1 Visi dan Misi Sanitasi... 1-III 3.2 Pentahapan Pengembangan Sanitasi... 2-III 3.3 Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah III BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI... 1-IV 4.1 Air Limbah Domestik... 1-IV 4.2 Persampahan... 2-IV 4.3 Drainase... 3-IV BAB V KERANGKA KERJA LOGIS... 1-V 5.1 Matriks KKL Pengelolaan Air Limbah Domestik... 2-V 5.2 Matriks KKL Pengelolaan Persampahan... 3-V 5.3 Matriks KKL Pengelolaan Drainase... 5-V ii

4 BAB VI PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI... 1-VI 6.1 Ringkasan... 1-VI 6.2 Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Dengan Sumber Pendanaan Pemerintah... 3-VI 6.3 Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Dengan Sumber Pendanaan Non Pemerintah.. 4-VI 6.4 Antisipasi Funding Gap... 5-VI BAB VII MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK... 1-VII LAMPIRAN... iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 2.15 Tabel 2.16 Tabel 2.17 Tabel 2.18 Tabel 2.19 Tabel 2.20 Tabel 2.21 Tabel 2.22 Tabel 2.23 Tabel 2.24 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Nama,luas wilayah per-kecamatan Jumlah Kelurahan II Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kawasan Perkotaan Saat ini dan Proyeksinya Untuk 5 tahun... 5-II Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kawasan Pedesaan Saat ini dan Proyeksinya Untuk 5 tahun... 5-II Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga dan Proyeksinya untuk 5 tahun... 6-II Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun... 7-II Nama dan Luas Wilayah per-kecamatan serta Jumlah Kelurahan... 7-II Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Air Limbah Domestik...13-II Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Pengelolaan Persampahan II Kemajuan Pelaksanaan Untuk Drainase Lingkungan II Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini Kabupaten/Kota untuk Klasifikasi Wilayah Perkotaan II Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini Kabupaten/Kota untuk Klasifikasi Wilayah Perkotaan II Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik II Rekafitulasi Shit Flow Diagram II Penanganan Sampah Saat Ini di Kabupaten/Kota untuk Klasifikasi Wilayah Perkotaan II Penanganan Sampah Saat Ini di Kabupaten/Kota untuk Klasifikasi Wilayah Perdesaan II Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan II Lokasi Genangan II Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase Perkotaan II Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik II Permasalahan Air Limbah Domestik II Area Berisiko Persampahan II Permasalahan Pengelolaan Persampahan II Area Berisiko Sanitasi Drainase II Permasalahan Drainase Perkotaan II Visi dan Misi Sanitasi... 1-III Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik... 4-III Tahapan Pengembangan Persampahan (sheet rekapan tahapan pengembangan)... 7-III Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan... 8-III Tujuan dan Sasaran Air Limbah Domestik III iv

6 Tabel 3.6 Tujuan dan Sasaran Persampahan (digabung antara sheet rekapitulasi eksisting dan tahapan pengembangan di instrumen SSK) III Tabel 3.7 Tujuan dan Sasaran Drainase Perkotaan III Tabel 3.8 Skenario Pencapaian sasaran jangka menengah Air Limbah Domestik, persampahan dan drainase Perkotaan III Tabel 3.9 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD untuk Sanitasi III Tabel 3.10 Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan III Tabel 3.11 Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan III Tabel 3.12 Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten untuk Kebutuhan Operasional/ Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun III Tabel 3.13 Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK III Tabel 5.1 Matriks Kerangka Kerja Logis Pengelolaan Air Limbah Domestik... 2-V Tabel 5.2 Matriks Kerangka Kerja Logis Pengelolaan Persampahan V Tabel 5.3 Matriks Kerangka Kerja Logis Pengelolaan Drainase... 5-V Tabel 6.1 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi untuk 5 tahun...1-vi Tabel 6.2 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi untuk 5 tahun per Sumber Anggaran...1-VI Tabel 6.3 Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBD...3-VI Tabel 6.4 Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBD Provinsi...3-VI Tabel 6.5 Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBN...4-VI Tabel 6.6 Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan DAK...4-VI Tabel 6.7 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta/CSR...5-VI Tabel 6.8 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta/CSR...5-VI Tabel 6.9 Funding Gap...5-VI Tabel 7.1 Capaian Strategis...3-VII Tabel 7.2 Infastruktur dan Akses...9-VII Tabel 7.3 Pelaporan dan Jadwal Monitoring Implementasi SSK...10-VII v

7 DAFTAR PETA Peta 2.1 Peta 2.2 Peta 2.3 Peta 2.4 Peta 2.5 Peta 2.6 Peta 2.7 Peta 2.8 Peta 2.9 Peta 3.1 Peta 3.2 Peta Wilyah Kajian SSK... 2-II Rencana Struktur Ruang... 9-II Rencana Pola Ruang...11-II Peta Cakupan Akses Dan Sistem Layanan Air Limbah Domestik II Peta Cakupan Akses Dan Sistem Layanan Persampahan II Peta Lokasi Genangan II Peta Area Berisiko Air Limbah II Peta Area Berisiko Persampahan II Peta Area Berisiko Drainasi II Peta Zonasi Air Limbah... 5-III Peta Zonasi Persampahan... 8-III vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Skematik Kedudukan SSK terhadap Dokumen Perencanaan Lainnya...3-I Gambar 1.2 Skema Alur Kerja Penyusunan SSK Pemutakhiran... 5-I Gambar 2.1 Diagram Sistem Pengelolaan Air Limbah di II Gambar 2.2 Shift Flow Diagram (SFD) II Gambar 2.3 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Sampah II Gambar 2.4 Diagram Saluran Drainase II Gambar 3.1 Grafik Pencapaian Sasaran Air Limbah Domestik III Gambar 3.2 Grafik Pencapaian Sasaran Persampahan III Gambar 3.3 Grafik Pencapaian Sasaran Drainase III vii

9 DAFTAR ISTILAH AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BABS : Buang Air Besar Sembarangan Controlled Landfill : Lahan Urug Terkendali CSR : Corporate Social Responsibility CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun DED : Detail Engineering Design Drainase : Prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu kawasan ke bandan air penerima. DSS : Diagram Sistem Sanitasi EHRA : Environment and Health Risk Assessment Enu : Enumerator (petugas pengumpulan data) IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah IPLT : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Jamban : Fasilitas pembuangan tinja KKL : Kerangka Kerja Logis Masterplan : Rencana Induk Monev : Monitoring dan Evaluasi Open dumping : Sampah ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pokja : Kelompok Kerja Prohisan : Promosi Higiens dan Sanitasi PPSP : Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman QA : Quality Assurance (Penjaminan Kualitas) RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah Sanitary Landfill : Metode pengurugan sampah ke dalam tanah, dengan menyebarkan sampah secara lapis per lapis pada sebuah site (lahan) yang telah disiapkan, kemudian dilakukan pemadatan dengan alat berat, dan pada akhir hari operasi, urugan sampah tersebut kemudian ditutup dengan tanah penutup. Saluran primer : Saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan menyalurkannya ke badan penerima air Saluran sekunder : Saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier dan menyalurkannya ke saluran primer viii

10 Saluran tersier : Saluran yang menerima air dari sistem drainase lokal dan menyalurkannya ke saluran drainase sekunder Sistem off-site : Sistem pembuangan air limbah dimana air limbah dibuang serta diolah secara terpusat di Instalasi Pengolahan Limbah Kota. Sistem on-site : Sistem pembuangan air limbah secara individual yang diolah dan dibuang di tempat. SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SMART : Specific, Measurable, Achievable, Rational, Timebound SWOT : Strength, Weakness, Opportunity, Threat Tangki septik : Ruang kedap air yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga TPA : Tempat Pemrosesan Akhir TPS : Tempat Pemrosesan Sementara TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah ix

11 DAFTAR LAMPIRAN 1. Instrument Profil Sanitasi 2. Analisis SWOT Sanitasi - Sektor Air Limbah - Sektor Persampahan - Sektor Drainase 3. Rencana Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi Jangka Menengah 4. Ringkasan Eksekutif Hasil Kajian EHRA 5. Ringkasan Eksekutif Hasil Kajian Non EHRA 6. Ringkasan Eksekutif Kajian Komunikasi dan Media 7. Daftar Program/Kegiatan dan Pengelolaan Sanitasi oleh Masyarakat 8. Ringkasan Eksekutif Kajian Peran Serta Swasta Dalam Penyedian Layanan Sanitasi 9. Kajian Sanitasi Sekolah 10. Daftar Perusahaan yang Potensial Sebagai Penyelenggara CSR di Wilayah. x

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia masih relatif buruk dan jauh tertinggal dari sektor-sektor pembangunan lainnya. Salah satu penyebabnya adalah bahwa sanitasi yang merupakan salah satu pelayanan dasar masih kurang mendapat perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Sistem air bersih dan sanitasi yang baik akan menghasilkan manfaat ekonomi, melindungi lingkungan hidup, dan vital bagi kesehatan manusia. Hingga kini masyarakat tidak selalu menyadari pentingnya kebersihan sehingga berakibat masih tingginya angka kejadian diare, penyakit kulit, penyakit usus,stunting, dan penyakit-penyakit lain yang berasal dari air di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Selain akses yang buruk terhadap air bersih, kegagalan untuk mendorong perubahan perilaku khususnya di kalangan keluarga berpenghasilan rendah dan penduduk di daerah kumuh telah memperburuk situasi air bersih dan sanitasi di Indonesia. dikatakan Sanitasi merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih atau dapat juga adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan, dalam hal ini sanitasi menitik beratkan kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Mengatasi Permasalahan limbah domestik, sampah, drainase pada sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang tidak layak, akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan masyarakat terutama di daerah permukiman padat, kumuh, miskin dan dilewati aliran sungai. Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. mempunyai kebijakan pembangunan yang berkelanjutan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun Dokumen PSSK ini akan menjadi salah satu bahan masukan program sanitasi kedalam RPJMD tahun yang sedang disusun oleh Pemerintah Daerah, juga mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun Pada tahun Pemerintah telah memasuki periode ke tiga tahun RPJMN. Yang menetapkan target baru yaitu (universal Access) atau akses sanitasi layak diakhir tahun Target provinsi Kalimantan Tengah 76% akses sanitasi layak, 26 % akses sanitasi 1 B A B I

13 dasar. Target untuk kabupaten Barito Utara sendiri Target Universal Access adalah 70% akses sanitasi Layak dan 30% akses sanitasi dasar. Pemerintah daerah menjawab tantangan target pembangunan sanitasi tersebut dengan melaksanakan tindak lanjut pelaksanaan PPSP untuk mendorong percepatan implementasi pembangunan sanitasi sebagaimana direncanakan. Pemutakhiran SSK merupakan tindak lanjut dari dokumen sanitasi Buku Putih Sanitasi dan SSK yang telah disusun pada tahun 2015 yang bertujuan untuk menjaga keberlanjutan perencanaan sanitasi yang mengakomodasi pencapaian target universal access. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kab./ Kota (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kab./ Kota. Pemutakhiran SSK ini untuk mengoperasionalkan urusan wajib, sekaligus menjadi wujud perhatian yang lebih dari Pemerintah Daerah Kab/ Kota terhadap pengelolaan sanitasi terutama untuk berkontribusi dalam pencapaian RPJMD dari sektor sanitasi. Pemutakhiran perlu dilakukan mengingat beberapa kondisi di bawah ini: a. Peningkatan kualitas dokumen dari SSK yang disusun sebelumnya sehingga diharapkan adanya kelengkapan data atau validitas data yang akurat. b. Adanya kebutuhan untuk mempercepat implementasi terutama terkait dengan pencapaian target Universal Access di tahun c. PPSP dapat menjadi payung bagi arah pembangunan sanitasi dengan mengkonsolidasikan dan memfokuskan arah pembangunan dari seluruh program pembangunan sanitasi yang ada untuk mencapai target dan sasaran pembangunan sanitasi permukiman yang telah ditetapkan. Diharapkan juga, melalui program ini target pembangunan sanitasi permukiman hingga tahun 2019 dapat terpenuhi. Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (PSSK), merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan. Pengembangan layanan sanitasi kota harus didasari oleh suatu rencana pembangunan sanitasi jangka menengah (5 tahunan) yang kompehensif dan bersifat strategis. Rencana pembangunan jangka menengah sektor sanitasi yang juga disebut Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) itu memang dibutuhkan mengingat banyaknya kabupaten khususnya di Provinsi Kalimantan Tengah yang memerlukan waktu bertahun-tahun (multi years) untuk memenuhi layanan sanitasi yang memenuhi prinsip layanan Sanitasi secara menyeluruh dan tepat sasaran. Strategi Sanitasi 2 B A B I

14 juga dibutuhkan sebagai panduan Satuan Organisasi Perangkat Daerah (SOPD) dan para pelaku pembangunan sanitasi lainnya dalam bersinergi mengembangkan layanan sanitasinya. Pembangunan sanitasi masih banyak dilakukan secara parsial, masing-masing institusi melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri-sendiri sesuai dengan Renstra masing-masing SOPD. Oleh karena itu dibentuklah Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek dan dapat mengintegrasikan semua program sanitasi yang terdapat pada SOPD dalam suatu Pemutakhiran Strategi Sanitasi. SSK yang disusun oleh Pokja Sanitasi ini mengacu kepada 4 karakteristik utama yang tercermin dalam prosesnya maupun produknya, yaitu: 1) Intersektor dan terintegrasi; 2) Mensinkronkan pendekatan top down dengan bottom up ; 3) Skala Kabupaten; 4) Berdasarkan data empiris (dari studi-studi pendukung PSSK. RPJMD menjadi dasar dokumen induk penyusunan SSK agar sesuai dengan alur rencana pembangunan berjangka 5 tahunan tersebut. Disamping itu SSK juga menjadi acuan bagi penyusunan Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM). karena memuat indikasi program yang telah memiliki kemungkinan penganggaran yang kuat khusus sektor sanitasi. Keterkaitan dokumen PSSK dengan RTRW dan RPJMD adalah substansi SSK mendukung visi dan misi pembangunan yang tertuang dalam RTRW dan RPJMD sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 OPD Skematik Kedudukan SSK terhadap Dokumen Perencanaan Lainnya Gambar 1.1. Kedudukan Dokumen Pemutakhiran SSK dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 3 B A B I

15 Hubungan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten dengan RPJMD RPJMD sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dipergunakan sebagai dasar bagi pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten ini merupakan penjabaran operasional dari RPJMD Kabupaten Barito Utara periode Tahun yang tengah disusun, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sanitasi yang bersifat lintas sektor, komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif sesuai dengan konsep dasar pemikiran RPJMD. Pada RPJMD periode Tahun terkait sanitasi dituangkan pada Misi 1 dan 2, yaitu Misi ke-1 yaitu peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi. Membangun dan membenahi infrastruktur (jalan, jembatan, listrik termasuk sanitasi, air bersih, sampah, ruang terbuka hijau dan lain-lain), dalam menunjang pelayanan publik, transportasi, serta pengentasan kemiskinan dan pengangguran, Misi ke-2 : Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan. Melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, dan pendidikan diharapkan terwujud masyarakat yang sehat dan prosuktif. Hubungan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten dengan Renstra OPD Renstra OPD sebagai turunan dari RPJMD Periode Tahun juga dipergunakan sebagai bahan acuan teknis Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten. Dengan demikian, maka implementasi pembangunan sanitasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan OPD terkait penyelenggara program sanitasi. Hubungan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) RTRW dipergunakan sebagai sumber dalam menentukan wilayah kajian. Hal ini berkaitan dengan pola ruang, sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan yang sangat memerlukan rencana pengembangan infrastruktur umum termasuk sektor sanitasi yang erat hubungannya dengan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten. Pada RTRW memuat berbagai macam informasi berbagai macam jaringan infarastruktur daerah termasuk sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan yang meliputi sistem jaringan air limbah, drainase, sistem jaringan layanan persampahan METODOLOGI PENYUSUNAN Pemutakhiran SSK disusun oleh Pokja Sanitasi secara bersamasama dengan skema pembagian tugas sesuai dengan tupoksi masing-masing OPD anggota,melalui tahapan panjang sesuai alur program dalam perencanaan sanitasi. Secara garis besar tahapan 4 B A B I

16 tersebut terbagi dalam 5 (lima) bagian yang ditempuh secara berurutan dan tidak dapat diselesaikan secara acak ataupun dimulai dari belakang sehingga prosesnya harus ditempuh secara teratur dari depan. Masing-masing tahapan diselesaikan dengan metode sendiri-sendiri karena hasil yang diharapkan dalam tiap tahapan adalah spesifik dan akan mempengaruhi tahapan kerja berikutnya tetapi mengarah pada satu sasaran yang sama yaitu pengembangan program kerja sanitasi untuk 5 tahun ke depan. Internalisasi dan Penyamaan Persepsi Pemetaan Kondisi dan Kemajuan Pembangunan Sanitasi Skenario Pembangunan Sanitasi Konsolidasi Penganggaran dan Pemasaran Sanitasi Finalisasi Monitoring dan Evaluasi Skema 1.2 : Alur Kerja Penyusunan SSK Pemutakhiran Tahap Internalisasi dan Penyamaan Persepsi Tahapan ini adalah membangun kesamaan persepsi anggota Pokja Sanitasi mengenai pentingnya pembangunan sanitasi di serta perlunya pemutakhiran SSK yang pernah disusun dengan hasil berupa jadwal dan rencana kerja Pokja Sanitasi dalam pelaksanaan pemutakhiran SSK.Dituliskan sebagai narasi Bab I Tahap Pemetaan Kondisi dan Kemajuan Pembangunan Sanitasi Proses kerja pada tahap ini meliputi penetapan wilayah kajian, penyepakatan profil wilayah dan profil sanitasi, pemetaan kondisi sanitasi saat ini dan permasalahan yang dihadapi, penetapan area resiko sanitasi beserta indeks resiko sanitasi yang menyertainya. Hasil dari tahap ini adalah a. Tersusunnya wilayah zonasi kajian SSK dan profil wilayah. b. Tersedianya hasil study EHRA dan 6 kajian primer yang lain. c. Tersusunnya profil sanitasi dengan terisinya data instrumen profil sanitasi. d. Disepakatinya permasalahan mendesak yang dihadapi pemerintah kabupaten untuk masingmasing sub sektor sanitasi. 5 B A B I

17 e. Didapatnya peta area beresiko beserta indeks resiko sanitasi. Hasil dari tahap ini dituliskan dalam bentuk Bab II Tahap Skenario Pembangunan Sanitasi Sasaran tahap ini adalah tersusunnya indikasi program dan kegiatan percepatan pembangunan sanitasi di untuk waktu 5 tahun mendatang, sedang hasil dari kegiatan di tahap ini adalah sebagai berikut : a. Disepakatinya visi dan misi sanitasi b. Ditetapkannya zona dan sistem sanitasi serta cakupan layanannya c. Perumusan tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi d. Disusunnya strategi pengembangan sanitasi. e. Disepakatinya daftar Indikasi Program dan Kegiatan Pengembangan Sanitasi. f. Disusunnya matriks monitoring dan evaluasi capaian SSK. Hasil pembahasan tahap ini dituliskan dalam Bab III, Bab IV, Bab V,Bab VI dan Bab VII Tahap Konsolidasi Penganggaran dan Pemasaran Sanitasi Tujuan tahap ini adalah mendapatkan kesepahaman dan kesamaan persepsi tentang program, kegiatan dan indikasi pendanaan sanitasi kepada SOPD terkait baik di tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Pusat. Disamping itu juga membangun kesepahaman dan dukungan terhadap rencana penganggaran sanitasi yang diminta dari berbagai pemangku kepentingan baik swasta (CSR), kelompok masyarakat, lembaga donor, pemerintah (Kabupaten, Provinsi, Pusat). Adapun hasil dari tahap ini adalah : a. Teridentifikasinya program, kegiatan dan besaran pendanaan yang diperlukan untuk mencapai sasaran. b. Terbangunnya komitmen program, kegiatan dan indikasi sumber pendanaan pembangunan sanitasi di tingkat Kab./ Kota. c. Dibahasnya daftar program, kegiatan dan indikasi sumber serta besaran pendanaan pembangunan sanitasi di tingkat Provinsi dan Pusat. d. Teridentifikasinya sumber pendanaan indikatif dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, maupun sumber lainnya. e. Teridentifikasinya program, kegiatan dan indikasi besaran pendanaan yang belum ada sumber pendanaan (funding gap). 6 B A B I

18 Tahap Konsolidasi Penganggaran dan Pemasaran Sanitasi dituliskan pada Bab V, Bab VI dan Bab VII Tahap Finalisasi Finalisasi adalah proses untuk menyempurnakan atau melengkapi penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK dan sekaligus untuk mendapatkan pengesahan dari Kepala Daerah, hasil dari tahap ini adalah : a. Tersusunnya dokumen Pemutakhiran SSK. b. Teranggarkannya program dan kegiatan di dalam dokumen penganggaran. c. Pengesahan Pemutakhiran SSK oleh Bupati. Dari kelima tahapan tersebut terdapat tahapan kritis dimana pada proses ini harus mengumpulkan data dari sumber-sumber yang dapat dipercaya, yaitu pada tahapan kedua Pemetaan Kondisi dan Kemajuan Pembangunan Sanitasi, dari data inilah dapat dikaji kondisi pengembangan sanitasi dan dari sini pula akan disusun rencana dan penganggaran sanitasi untuk 5 tahun kedepan. Untuk menyusun dokumen ini data-data yang diperlukan adalah : a. Studi dan Kajian Primer Study primer disini adalah proses pengumpulan data dari sumber/pelaku secara langsung untuk mengetahui kondisi sanitasi saat ini dari berbagai tinjauan (latar belakang) sektoral tertentu, metode yang digunakan ialah survey dan observasi. Dalam hal ini study primer yang dilakukan adalah : Study EHRA (environment healt risk assesment); Kajian peran swasta dalam penyediaan layanan sanitasi; Konsolidasi kelembagaan terkait sanitasi; Pemetaan keuangan dan perekonomian daerah; Kajian komunikasi dan media; Kajian peran masyarakat; Kajian sanitasi sekolah; b. Data Sekunder Kebutuhan data terkait kondisi sanitasi saat ini selain data primer ditambahkan pula data-data sekunder dari SOPD terkait ataupun dokumen resmi yang dimiliki pemerintah kabupaten yang sesuai dengan kebutuhan untuk diolah menjadi fakta yang realistis. Bentuk dari data ini bisa file atau catatan dan data dari program/kegiatan atau proyek terkait sanitasi dari stakeholder yang berkompeten maupun dokumen lain. 7 B A B I

19 Dalam hal ini data yang digunakan antara lain Barito Utara Dalam Angka (BPS), Kecamatan Dalam Angka (BPS), Dokumen RPJMD, Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah, Realisasi APBD, data AMPL dari program di SOPD Kabupaten Barito Utara c. Persepsi SOPD Selain dua data diatas masih ditambahkan pula pendapat subjektif dari anggota Pokja Sanitasi yang mewakili SOPD terkait sanitasi yang dirasa mengetahui situasi dan kondisi kesehatan lingkungan permukiman di wilayah. Pendapat masing-masing anggota akan saling melengkapi dan membentuk gambaran kondisi sanitasi yang ada saat ini DASAR HUKUM Penyusunan Strategi Sanitasi (pemutakhiran) ini berpijak dari semangat untuk mengembangkan potensi pembangunan sanitasi secara lebih baik pada 5 tahun kedepan, adapun peraturan perundang-undangan yang mendasari rencana pengembangan sanitasi dalam buku ini di tingkat nasional, provinsi maupun daerah meliputi ; Kegiatan pengembangan sanitasi di didasarkan pada peraturan dan produk hukum yang meliputi : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 7. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 Tahun 1997 Tentang Kualitas Air Bersih; 8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum; 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2007 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP); 10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Pemukiman (KSNP-SPALP); 8 B A B I

20 11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 19/2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar TPA Sampah; 12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 3/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan PS Persampahan; 13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 01/PRT/M/2014 tentang SPM Bidang PU dan Penataan Ruang; 14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 04/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik; 15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2017 Tentang Penyenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik; 16. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 Tentang Program Kali Bersih; 17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; 18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor /Kep/Bangda// Tentang Penetapan Kabupaten/Kota Sebagai Pelaksana Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun. 19. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 845/ 9287/ SJ Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengelolaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Daerah 20. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah No 04 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Tengah 2005 s/d 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 Nomor 04, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 34). 21. Peraturan RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah nomor 56 Tahun 2014 tentang BASNO 23. Keputusan Bupati Barito Utara Nomor /150/ tentang Pembentukan Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman 24. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah ; 25. Peraturan Bupati Barito Utara Nomor 38 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah. 9 B A B I

21 1.4. SISTIMATIKA PENULISAN Sistematika yang digunakan dalam penulisan dokumen Pemutakhiran SSK ini terperinci dalam 7 Bab dan pada tiap bab memiliki bahasan yang spesifik tetapi saling terkait satu bab dengan lainnya, sehingga didapatlah susunan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Menerangkan tentang latar belakang perlu disusunnya buku ini, metodologi dan cara disusunnya dokumen ini, peraturan-peraturan yang mendasari dokumen dan susunan dari buku ini Bab II : Profil Sanitasi Saat Ini Bab ini pada dasarnya adalah bahasan pemutakhiran data terkait profil sanitasi serta mengidentifikasi sejauh mana kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan sanitasi dari rencana yang telah disusun didalam SSK sebelumnya. Proses ini akan menghasilkan informasi terhadap kemajuan yang dicapai Kab./ Kota dalam pembangunan sanitasi berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya. Bab III : Kerangka Pengembangan Sanitasi Berisi tentang visi - misi sanitasi dan kerangka kerja logis dari untuk mengembangkan sektor sanitasi kedepan beserta tahapan pengembangan sanitasi dalam sistem dan zona disertai perkiraan kemampuan pendanaan sanitasi daerah dalam tiap sub sektor sanitasi terkait. Bab IV : Strategi Pengembangan Sanitasi Berisi tentang strategi pengembangan sanitasi meliputi air limbah domestik, pengelolaan persampahan dan drainase perkotaan. Merupakan kajian tentang posisi sanitasi saat ini menurut analisa SWOT berdasar isue strategis dan permasalahan mendesak yang kemudian menghasilkan strategi yang akan digunakan dalam membangun sanitasi 5 tahun mendatang pada setiap sub sektor sanitasi Bab V : Kerangka Kerja Logis Menjelaskan tentang matriks alur berpikir penentuan kebijakan untuk menangani permasalahan pembangunan sanitasi permukiman yaitu pengelolaan air limbah domestik, persampahan dan drainase. Bab VI : Program, Kegitan Dan Indikasi Pendanaan Sanitasi Berisi ringkasan, kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan pemerintah, kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan non pemerintah serta antisipasi funding gap. 10 B A B I

22 Bab VII : Monitoring dan Evaluasi Capaian SSK Menerangkan tentang capaian strategis, capaian kegiatan serta evaluasi atas SSK terdahulu yang pernah disusun tahun 2015 menjadi kerangka monitoring, serta persiapan dalam pengimplementasian pemutakhiran SSK ini untuk tahun depan. Dibahas pula pembagian tugas untuk melakukan monev terhadap pelaksanaan SSK ini dan mekanisme pendokumentasian kegiatannya termasuk jadwal pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan monitoring evaluasi sendiri. 11 B A B I

23 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1. Gambaran Wilayah Kondisi Umum Topografi dan morfologi daerah terdiri dari sebelah Selatan ke Timur merupakan dataran agak rendah sedangkan ke arah Utara dengan bentuk daerah lipatan, patahan yang dijajari oleh pegunungan Muller/Schwaner. Bagian wilayah dengan kelerengan 0-2% terletak dibagian selatan tepi sungai Barito yaitu kecamatan Montallat dan Teweh Tengah seluas 165 km 2 (1,46%). Bagian wilayah dengan kemiringan 2-15% tersebar di semua kecamatan seluas km 2 (42,35%). Kemiringan 15-40% tersebar di semua kecamatan seluas km 2 (37,83%) dan bagian wilayah dengan kemiringan di atas 40% seluas km 2 (18,36%). adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah yang berada di tengah-tengah pulau Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi '3,32'' '47'' Bujur Timur dan '00'' Lintang Utara '00'' Lintang Selatan, dengan batas-batas : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kapuas dan Murung Raya. Pada tahun 2012 wilayah Barito Utara dimekarkan lagi sebanyak tiga kecamatan pemekaran yaitu Kecamatan Teweh Selatan, Teweh Baru dan Lahei Barat. Sehingga jumlah keseluruhan menjadi 9 (sembilan) kecamatan secara admnitratif: 1 B A B I I

24

25 Pengembangan Wilayah kabupaten Barito Utara berdasarkan rencana penataan tata ruang (RTRW). Tujuan yang ingin dicapai dari pengembangan wilayah adalah : Mewujudkan tata ruang wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan daerah dalam jangka panjang dengan senantiasa memperhatikan aspek kelestarian lingkungan, efisiensi alokasi investasi, dan bersinergi dengan kegiatan pembangunan lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat". Sedangkan sasaran yang diharapkan dari pengembangan wilayah. Dalam rangka perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan adanya dokumen rencana tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) untuk jangka waktu 20 tahun, serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang dikaji ulang setiap 5 tahunnya. Disamping rencana umum, diperlukan juga adanya rencana rinci yang terdiri dari rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, serta rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota. Gambaran Rencana Tata Ruang Wilayah dapat dilihat pada Gambar Wilayah Kajian SSK Wilayah kajian SSK adalah seluruh wilayah administrasi dari. Penentuan wilayah kajian dari penyusunan pemutakiran SSK adalah dengan penentuant arget area dilakukan secara geografi dan demografi berdasar kajian studi primer dan studi ehra, data sekunder dan kesepakatan Pokja Sanitasi. Untuk wilayah kajian sanitasi, disepakati Pokja Sanitasi berdasarkan kriteria wilayah perkotaan, rencana kawasan strategis, kepadatan penduduk, angka kemiskinan daerah/wilayah yang dialiri sungai dan daerah tergenang banjir. Selain itu, untuk mendukung target capaian sasaran Universal access pada tahun 2019, maka kajian wilayah sanitasi meliputi 9 kecamatan 103 kelurahan/desa yaitu : 3 B A B I I

26 Tabel 2.1 Nama,luas wilayah per-kecamatan Jumlah Kelurahan Luas Wilayah NO Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan/Desa (sesuai RTRW) (Ha) Administrasi (%) thd total administrasi (Ha) Terbangun (%) thd luas administrasi 1 Kecamatan Montalat 10 55, % 3, % 2 Kecamatan Gunung Timang 16 89, % 16, % 3 Kecamatan Gunung Purei , % 35, % 4 Kecamatan Teweh Timur 12 59, % 9, % 5 Kecamatan Teweh Tengah , % 2, % 6 Kecamatan Lahei , % 21, % 7 Kecamatan Teweh Baru 10 81, % 3, % 8 Kecamatan Teweh Selatan 10 48, % 2, % 9 Kecamatan Lahei Barat , % 2, % T O T A L , ,561.0 Berikut ini adalah jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga (KK) saat ini dan proyeksinya 5 tahun yang diklasifikasikan dalam wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan seperti yang terlihat pada tabel 2.2 dan tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga kawasan perkotaan saat ini dan proyeksinya dalam 5 tahun seperti yang terlihat pada tabel 2.3. Diiketahui pula jumlah penduduk wilayah perkotaan saat ini dan proyeksi 5 tahun mendatang per kecamatan, dimana yang masuk wilayah perkotaan saat ini dan 5 tahun kedepan adalah kecamatan Teweh Tengah dengan jumlah penduduk di tahun sebesar 35,064 Jiwa/ 8,766 KK dan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2023 sebesar 37,398 Jiwa / 9,350 KK untuk Kecamatan Teweh Tengah dengan jumlah penduduk pada hasil Instrumen SSK seperti terlihat pada tabel di bawah ini : 4 B A B I I

27 Tabel Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kawasan Perkotaan Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun No Nama Kecamatan Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK 1 Kecamatan Montalat Kecamatan Gunung Timang Kecamatan Gunung Purei Kecamatan Teweh Timur Kecamatan Teweh Tengah 35,064 8,766 35,825 8,956 36,212 9,053 36,603 9,151 36,999 9,250 37,398 9,350 6 Kecamatan Lahei Kecamatan Teweh Baru 2, , , , , , Kecamatan Teweh Selatan Kecamatan Lahei Barat PERKOTAAN : 37,368 9,342 38,180 9,545 38,592 9,648 39,009 9,752 39,430 9,857 39,856 9,964 Sumber : Instrumen SSK Jumlah Penduduk dan KK Kawasan Perkotaan Tahun Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kawasan Perdesaan Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun, diketahui jumlah penduduk wilayah perdesaan saat ini dan proyeksi 5 tahun mendatang per kecamatan, dimana jumlah penduduk perdesaan terbesar saat ini berada di Kecamatan Teweh Baru dengan jumlah penduduk sebesar 24,062 Jiwa/ 6,016 KK dan proyeksi 5 tahun kedepan yaitu tahun 2022 dengan jumlah penduduk sebesar 25,664 Jiwa/ 6,416 KK dan jumlah penduduk perdesaan terkecil saat ini berada di Kecamatan Gunung Purei dengan jumlah penduduk sebesar kk dan proyeksi 5 tahun kedepan yaitu tahun 2022 dengan jumlah penduduk sebesar 2,652 Jiwa/ 663 KK, dan data Jumlah Penduduk serta Kepala Keluarga Kawasan Perdesaan Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun dari hasil Instrumen SSK, selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.3 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kawasan Pedesaan Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun No Nama Kecamatan Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK 1 Kecamatan Montalat 11,672 2,918 11,925 2,981 12,054 3,014 12,184 3,046 12,316 3,079 12,449 3,112 2 Kecamatan Gunung Timang 10,710 2,678 10,943 2,736 11,061 2,765 11,180 2,795 11,301 2,825 11,423 2,856 3 Kecamatan Gunung Purei 2, , , , , , Kecamatan Teweh Timur 6,491 1,623 6,632 1,658 6,704 1,676 6,776 1,694 6,849 1,712 6,923 1,731 5 Kecamatan Teweh Tengah 9,448 2,362 9,653 2,413 9,757 2,439 9,863 2,466 9,969 2,492 10,077 2,519 6 Kecamatan Lahei 12,382 3,096 12,651 3,163 12,788 3,197 12,926 3,231 13,065 3,266 13,206 3,302 7 Kecamatan Teweh Baru 15,436 3,859 15,771 3,943 15,942 3,985 16,114 4,028 16,288 4,072 16,464 4,116 8 Kecamatan Teweh Selatan 10,896 2,724 11,133 2,783 11,253 2,813 11,374 2,844 11,497 2,874 11,621 2,905 9 Kecamatan Lahei Barat 10,036 2,509 10,254 2,563 10,365 2,591 10,477 2,619 10,590 2,647 10,704 2,676 PEDESAAN 89,618 22,405 91,564 22,891 92,553 23,138 93,553 23,388 94,563 23,641 95,584 23,896 Sumber : Instrumen SSK Jumlah Penduduk dan KK Kawasan Pedesaan Tahun B A B I I

28 Hasil Instrumen SSK menunjukan jumlah penduduk terbesar saat ini berada di Kecamatan Teweh Tengah dengan jumlah penduduk sebesar 67,298 Jiwa/ 16,825 KK. Proyeksi 5 tahun ke depan sampai dengan tahun 2022 dengan jumlah penduduk sebesar 70,253 Jiwa/ 17,563 KK. Jumlah penduduk terkecil saat ini berada di kecamatan Gunung Purei dengan jumlah penduduk sebesar 2,549 Jiwa/ 637 KK. Proyeksi 5 tahun kedepan sampai dengan tahun 2022 dengan jumlah penduduk sebesar 2,661 Jiwa/ 665 KK. Jumlah penduduk serta Kepala Keluarga Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun dari hasil Instrumen SSK, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini : Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga dan Proyeksinya untuk 5 tahun No Nama Kecamatan Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK Jiw a KK 1 Kecamatan Montalat 11,672 2,918 11,925 2,981 12,054 3,014 12,184 3,046 12,316 3,079 12,449 3,112 2 Kecamatan Gunung Timang 10,710 2,678 10,943 2,736 11,061 2,765 11,180 2,795 11,301 2,825 11,423 2,856 3 Kecamatan Gunung Purei 2, , , , , , Kecamatan Teweh Timur 6,491 1,623 6,632 1,658 6,704 1,676 6,776 1,694 6,849 1,712 6,923 1,731 5 Kecamatan Teweh Tengah 44,512 11,128 45,479 11,370 45,970 11,396 46,466 11,519 46,968 11,643 47,475 11,869 6 Kecamatan Lahei 12,382 3,096 12,651 3,163 12,788 3,197 12,926 3,231 13,065 3,266 13,206 3,302 7 Kecamatan Teweh Baru 17,740 4,435 18,125 4,531 18,321 4,574 18,519 4,623 18,719 4,673 18,921 4,730 8 Kecamatan Teweh Selatan 10,896 2,724 11,133 2,783 11,253 2,813 11,374 2,844 11,497 2,874 11,621 2,905 9 Kecamatan Lahei Barat 10,036 2,509 10,254 2,563 10,365 2,591 10,477 2,619 10,590 2,647 10,704 2,676 TOTAL 126,986 31, ,744 32, ,145 32, ,561 33, ,993 33, ,440 33,860 Sumber : Instrumen SSK Jumlah Penduduk dan KK Total Tahun Kepadatan penduduk kabupaten Barito Utara dari hasil Instrumen SSK dimana dapat di ketahui bahwa wilayah dengan kepadatan tertinggi berada saat ini dan proyeksinya untuk lima tahun kedepan yaitu berada di Kecamatan Teweh Tengah dengan kepadatan penduduk saat ini sebesar 15 jiwa/ha. Jumlah penduduk degan kepadatan paling rendah tingkat kepadatannya adalah Kecamatan Gunung Purei yaitu dengan kepadatan saat ini yakni sebesar 0 jiwa/ha. Kepadatan penduduk didasarkan pada jumlah penduduk yang menghuni suatu wilayah dibagi luas wilayah terbangun dari luas administrasi yang ada pada wilayah tersebut. Jumlah kepadatan penduduk yang ada pada suatu wilayah akan mempengaruhi tingkat prioritas pelayanan maupun sistem penanganan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun dapat dilihat padat tabel 2.5 di bawah ini : 6 B A B I I

29 Tabel 2.5 Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun No. Kecamatan Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (Orang/Luas Area Terbangun) Ha Tahun n n+5 n+10 1 Kecamatan Montalat 1.08% Kecamtan Gunung Timang 1.08% Kecamatan Gunung Purei 1.08% Kecamatan Teweh Timur 1.08% Kecamatan Teweh Tengah 1.08% Kecamatan Lahei 1.08% Kecamatan Teweh Baru 1.08% Kecamatan Teweh Selatan 1.08% Kecamatan Lahei Barat 1.08% Sumber : Instrumen SSK Jumlah penduduk miskin yang ada di per-kecamatan yang bersumber dari data sekunder yang tersaji pada Instrumen SSK diperoleh berasal dari data KK penerima BLM tunai dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.6 Nama dan Luas Wilayah per-kecamatan serta Jumlah Kelurahan NO Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) 1 Kecamatan Montalat Kecamtan Gunung Timang Kecamatan Gunung Purei Kecamatan Teweh Timur Kecamatan Teweh Tengah Kecamatan Lahei Kecamatan Teweh Baru 1,005 8 Kecamatan Teweh Selatan Kecamatan Lahei Barat 833 T O T A L 5,610 Sumber : Instrumen SSK Jumlah Keluarga miskin terbanyak berada pada Kecamatan Teweh Baru sebesar KK dan terendah di Kecamatan Gunung Purei sebanyak 173 KK. 7 B A B I I

30 Tata Ruang Wilayah Perubahan tuntutan dan keinginan masyarakat, baik karena perubahan kualitas hidup sebagai akibat kemajuan pembangunan maupun pengaruh perkembangan teknologi dan globalisasi menuntut pemerintah bersama masyarakat dan komponen lainnya untuk terus berupaya meningkatkan pembangunan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumberdaya dapat diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna. Peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang perlu dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan dengan hal dimaksud, Rencana Tata Ruang sangat penting untuk dijadikan pedoman bagi perencanaan pembangunan agar penataan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan secara aman, tertib, efisien dan efektif. maksud dan tujuan RTRW Sendiri adalah sebagai berikut : 1. Menjadikan ruang wilayah kabupaten yang dikembangkan dan dilestarikan pemanfaatannya secara optimal dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan manusia demi menciptakan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur. 2. Melengkapi muatan RTRW seperti yang digariskan dalam UUPR agar dapat lebih efektif digunakan sebagai pedoman pembangunan daerah. 3. Meningkatkan kemampuan aparat daerah dalam hal perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. 4. Mewujudkan konsistensi RTRW dengan kebijakan penataan ruang di atasnya. Adapun dalam tujuan kegiatan pekerjaan penyesuaian Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) Tahun , maka sasaran adalah sebagai berikut: a. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); b. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kabupaten; c. Acuan dalam mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah pembangunan; d. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten; e. Pedoman penyusunan rencana rinci tata ruang kabupaten (RDTR); f. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang penataan/pengembangan wilayah kabupaten; dan 8 B A B I I

31 g. Acuan dalam administrasi pertanahan. 9 B A B I I

32

33 2.1.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Pola Ruang salah satunya rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang sebagai kawasan Funsi Budidaya dan lindung. Apaun cakupan penjelasan hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kawasan Taman Wisata Cagar Alam Pada sebagian kecamatan di kabupaten Barito Utara merupakan kawasan wisata dan patut dilindungi karena bagian dari kawasan konsevasi alam. Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c, adalah Kawasan Cagar Alam Pararawen I dan II dengan luas 5.927,76 (lima ribu sembilan ratus dua puluh tujuh koma tujuh puluh enam) hektar yang terdapat di Kecamatan Teweh Tengah. 2. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan Perlindungan di Barito Utara seluas ,30 (dua puluh tujuh ribu enam ratus enam puluh tiga, tiga puluh) hektar terdiri atas: a. kawasan perairan; Kawasan perairan sebagaimana dimaksud dengan luas 7.426,46 (tujuh ribu empat ratus dua puluh koma empat puluh enam) hektar meliputi DAS Barito, Sub DAS Lahei, Sub DAS Teweh, Sub DAS Pendreh, Sub DAS Lemo, Sub DAS Montallat dan danaudanau serta anak-anak sungai. b. kawasan sempadan sungai; dan Kawasan sempadan sungai dengan luas ,44 (sembilan belas ribu tiga ratus enam belas koma empat puluh empat) hektar, terdapat di kiri kanan DAS Barito, Sub DAS Lahei, Sub DAS Teweh, Sub DAS Pendreh, Sub DAS Lemo, Sub DAS Montallat dan anak-anak sungai, dengan ketentuan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter di kiri kanan sungai besar (DAS dan Sub DAS) dan 50 (lima puluh) meter di kiri-kanan anak sungai yang berada di luar kawasan permukiman; dan untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara meter. c. kawasan sekitar danau/waduk. Kawasan sekitar danau/waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas 920,40 (sembilan ratus dua puluh koma empat puluh) hektar, terdapat di danau pada Wilayah Kecamatan Teweh Selatan, dengan ketentuan sekurangkurangnya 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau. 11 B A B I I

34

35 2.2. Kemajuan Pelaksanaan SSK Kegiatan pemutakhiran SSK tahun ini merupakan review dari dokumen yang di susun sebelumnya berupa Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Tahun 2014 serta Memorandum Program Sanitasi (MPS) Tahun 2015 yang digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai kemajuan pelaksanaan SSK dalam implementasi terhadap sektor sanitasi yaitu Sektor Air Limbah, Persampahan dan Drainase yang sudah di rencanakan tahun sebelumnya Air Limbah Domestik Pengolahan air limbah domestik yang ada di kabupaten Barito Utara relatif membaik berkat komitmen Pemerintah Daerah melalui OPD terkait yang menangani air limbah. Pada tahun 2019, kabupaten Barito Utara menunjukkan berkurangnya praktik BABS dari 54,7% di tahun 2014 khususnya di wilayah perkotaan menjadi 47% pada tahun. Pemerintah daerah berupaya menekan angka BABS yang sampai dengan tahun 2019 yang ditargetkan 0% khususnya di wilayah perkotaan di wilayah bantaran sungai seperti jamban terapung yang pembuangan limbah tinjanya langsung ke badan sungai dan tidak menggunakan tanki septik serta masyarakat yang tinggal di darat tetapi sanitasinya belum sesuai standar teknis. Salah satu permasalahan yang dihadapi kabupaten Barito Utara adalah belum tersedianya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) untuk menampung dan mengolah lumpur tinja dari tangki septik (IPAL, MCK dan Tangki septik warga) melalui truk tinja yang pada saat ini dioperasionalkan oleh pihak swasta. Rencana pembangunan IPLT dilaksanakan di kawasan TPA Km.13 Desa Ipu, Lahei seluas ± 0,6 ha yang rencana diusulkan pembangunannya pada tahun 2019 melalui dana APBN. Pada tahun telah dibangun beberapa MCK di wilayah kelurahan di ibukota kabupaten dan IPAL komunal berbasis mayarakat di satu tempat yaitu desa Hajak, Teweh Baru. Pengangkutan lumpur tinja di wilayah kota masih dilayanai oleh jasa penyedot lumpur swasta (Bpk. Eman) dan limbahnya dibuang ke areal terbuka sehingga berpotensi mencemari lingkungan. Hal ini menjadi salah satu isu strategis sanitasi yang mendesak untuk ditangani di kabupaten Barito Utara menuju Universal Acces Rencana jangka menengah, Barito Utara memiliki IPLT yang mampu menampung limbah dari masyarakat maupun IPAL, MCK dan tangki septik limbah warga secara terintegrasi guna mengantisipasi volume limbah seiring pertumbuhan penduduk di wilayah dalam dan luar kota sepanjang jalan negara menuju bandara baru Terinsing yang telah berpotensi sebagai kawasan permukiman baru. 13 B A B I I

36 Tabel 2.7 Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Air Limbah Domestik SSK (Periode sebelumnya) Tahun Kemajuan SSK Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 (tahun 2014) (tahun ) Tewujudnya kehidupan masyarakat yang Berkurangnya praktik Buang Air BABS 54,7% di berperilaku hidup bersih dan sehat serta Besar Sembarangan (BABS) dari wilayah perkotaan Stop Buang Air Besar Sembarangan 54.7% pada tahun 2014 menjadi 0% dan perdesaan (Hasil Study EHRA dan (BABS) pada tahun 2019 instrument SSK) BABS 53,37% BABS 51,02% BABS 49,6% BABS 47 % Tersedianya regulasi yang mengatur tentang pengelolaan air limbah Tersedianya landasan hukum berupa Perda dll yang mengatur operasional penanganan air limbah dan retribusi pengelolaannya Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Tersedianya sarana dan prasarana air limbah domestik Tersedianya kendaraan operasional sedot tinja (Truk) dari tidak ada menjadi 2 unit hingga tahun 2019 Terbangunnya IPLT untuk pemrosesan air limbah domestik kabupaten dari tidak ada menjadi 1 unit hingga tahun Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Sumber: Pokja Sanitasi dan Buku SSK Tahun 2014 dan instrumen SSK 14 B A B I I

37 Persampahan Penanganan persampahan di kabupaten Barito Utara hingga saat ini masih melayani wilayah ibukota kabupaten dan sekitarnya yaitu kelurahan Melayu dan Lanjas serta wilayah luar kota yang relatif terjangkau unit pengangkut yaitu di jalan arteri dan jalan kolektor serta sebagian jalan di komplek perumahan, sementara gang di permukiman padat menggunakan mobil Pick Up dan Motor Roda 3 (Tiga). Secara umum kondisi pengelolaan sampah di Barito Utara belum maksimal mengingat terbatasnya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan walaupun TPA yang ada di KM. 13 Desa Ipu sudah menggunakan sistem Sanitary Landfill. Keterbatasan Jumlah TPST dan belum adanya TPS 3R menjadi masalah sendiri khusunya di ibukota kabupaten. Rencana ke depan, Pemerintah Daerah merencanakan membangun TPS 3R di komplek CBD Dermaga, kelurahan Lanjas, sebagai wujud nyata pemerintah daerah dalam melaksanakan regulasi persampahan nasional. Keberadaan sarana penampungan sampah sementara (TPS) di beberapa tempat menimbulkan polemik di sebagian masyarakat karena fasilitas berupa bangunan permanen TPS relatif sulit untuk dibersikah dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah yang melebihi daya tampung TPS dan bahan berbahaya lainnya. Keadaan ni memaksa pemerintah daerah untuk merubah bangunan permanen TPS menjadi sarana portable (bak sampah besar) yang relatif mudah dioperasionalkan dan dibersihkan. Retribusi jasa layanan sampah yang menjadi satu paket dengan penarikan jasa layanan PDAM masih perlu disempurnakan karena menimbulkan polemik ketidakpuasan sebagian masyarakat yang tidak terlayani jasa pengangkutan sampah tetapi masih tetap diwajibkan membayar retribusi sampah. Bentuk penyempurnaannya adalah pengenaan retribusi sampah hanya kepada warga yang terlayani pengangkutan sampah. 15 B A B I I

38 Tabel 2.8 Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Pengelolaan Persampahan SSK (Periode sebelumnya) Tahun Tahun Data Dasar Tujuan Sasaran (tahun 2014) Kemajuan SSK Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Status Saat Ini (tahun ) Terlaksana dengan efisien regulasi pengelolaan persampahan Tersedianya dana untuk sektor persampahan baik dari pusat, provinsi maupun dari pihak swasta. Tersedianya sarana dan prasarana persampahan yang memadai Ditegakannya teknis operasional dan sanksi hukum bagi pelanggar peraturan pengelolaan sampah Tersedianya anggaran untuk sektor persampahan setiap tahunnya Tersedia dan berlaku Tersedia dan berlaku Tersedia dan berlaku Tersedia dan berlaku Tersedia dan berlaku Rp Rp Rp Rp Rp Tersedianya armada pengangkutan sampah dari 3 unit dump truck menjadi 10 unit dump truck hingga tahun Unit 4 Unit 5 Unit 6 Unit 8 Unit Tersedianya armada pengangkutan sampah dari 3 unit motor roda 3 menjadi 18 3 Unit 3 Unit 3 Unit 5 Unit 5 Unit unit Motor Roda 3 pada tahun 2023 Meningkatkan fungsi TPA yang sudah ada pada tahun 2016 Open Dumping Open Dumping Open Dumping Open Dumping Sanitary Landfill Sumber: Pokja Sanitasi dan Buku SSK Tahun B A B I I

39 Drainase Lingkungan Sistem drainase perkotaan yang ada di cenderung menggunakan sistem alami yaitu mengalir oleh gaya gravitasi dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah melalui alur-alur alam dan saluran buatan sesuai dengan topografinya. Sebagaian bentuk saluran yang terlayani dalam perkotaan adalah saluran terbuka umumnya terletak di tepi pinggiran jalan, sedangkan saluran yang lain adalah merupakan saluran tertutup yang sebagian terletak dijalan jalan permukiman kota lama atau pusat kota, dan sudah mulai baik. Saluran induk drainase khususnya di ibukota kabupaten menggunakan sungai alam Bengaris yang membelah kota Muara Teweh dari hulu hingga bermuara ke sungai Barito. Meskipun telah dilakukan upaya perbaikan alur sungai, tetapi masih saja mengalami penurunan daya tampung yang disebabkan oleh meningkatnya aktifitas deforestasi kawasan hulu, perubahan fungsi areal resapan menjadi bangunan permanen rumah tinggal, serta pengurugan kawasan resapan air oleh pihak tertentu sebagai lahan komersial. Oleh beberapa sebab di atas, maka terjadi peningkatan luas genangan khusus di Muara Teweh dari semula sekitar 85 ha pada tahun 2014 menjadi 342 ha pada tahun pada musim penghujan maksimum. Luas genangan di luar wilayah perkotaan seluas 1857,8 ha yang tersebar di 9 Kecamatan. Walaupun luas genangan di luar ibukota masih relatif luas, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap aktifitas dan derajad kesehatan masyarakat karena mayoritas pusat genangan berada di lahan kosong jauh dari pusat pemukiman warga yang jumlah KK nya relatif masih sedikit tetapi luas administrasinya luas, sehingga cukup diskenario untuk penanganan jangka panjang. Pemerintah daerah perlu bersinergi dengan semua pemangku kepentingan dalam mengatasi masalah ini. 17 B A B I I

40 Tabel. 2.9 Kemajuan Pelaksanaan Untuk Drainase Lingkungan SSK (Periode sebelumnya) Tahun Tahun Data Dasar Tujuan Sasaran (tahun 2014) Kemajuan SSK Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Status Saat Ini (tahun ) Tersedianya dana untuk sektor drainase baik dari pusat, provinsi maupun dari pihak swasta. Tersedia anggaran drainase untuk setiap tahunnya Rp Rp Rp Rp Rp Tersedianya sarana dan prasarana drainase yang memadai dan terintegrasi Berkurangnya luas genangan di (wilayah perkotaan) sampai 2023 menjadi 0 Ha. 85 Ha 50 Ha 150 Ha 250 Ha 342 Ha di wilayah perkotaan (ibukota kabupaten) Tersedianya regulasi drainase yang berwawasan lingkungan. Tersedianya perencanaan sistem drainase skala kabupaten pada tahun 2019 outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten outlineplan dan standar sistem drainase skala per kabupaten Sumber: Pokja sanitasi 18 B A B I I

41 Air Limbah Domestik Sistem pengelolaan air limbah di masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal Septic tank Komunal 10 kk yang di bangun oleh pemerintah. Dinas PUPR kabupaten Barito Utara tengah membangun fasilitas MCK 10 kk untuk membantu masyarakat MBR di areal padat penduduk perkotaan dan juga IPAL Komunal berbasis masyarakat (Sanimas) di Desa Hajak, Teweh Baru. Sementara sebagian warga masyarakat perkotaan yang bermukim di bantaran anak sungai di Muara Teweh langsung membuang limbahnya ke saluran atau sungai sehingga berdampak besar pada kesehatan warga. Terdapat dua macam sistem dalam pengelolaan air limbah domestik/permukiman yaitu: a. Sanitasi sistem setempat atau dikenal dengan sistem sanitasi on-site yaitu fasilitas sanitasi individual seperti septic tank atau cubluk. b. Sanitasi sistem off-site atau dikenal dengan istilah sistem terpusat atau sistem sewerage. Sebagian besar masyarakat kabupaten Barito Utara masih menggunakan sistem pengelolaan air limbah on site berupa jamban keluarga. Selebihnya penduduk yang tinggal di tepi sungai memiliki jamban terapung yang langsung terbuang ke sungai. Pengelolaan limbah cair rumah tangga yang dilakukan masyarakat sebagai berikut : a. Membuang air limbah rumah tangga ke got/parit/ saluran drainase dekat rumahnya dengan atau tanpa melalui pipa; b. Membuang ke sungai dengan atau tanpa melalui pipa; c. Menampung /meresapkan air limbah rumah tangga ke dalam lubang/ kubangan terbuka yang dibuat dekat kamar mandi; d. Memakai air limbah rumah tangga untuk menyiram jalan. Ada beberapa alasan yang mempengaruhi masyarakat dalam pengelolaan air limbah seperti disebutkan di atas adalah sebagai berikut : a. Belum adanya pelayanan pengelolaan air limbah rumah tangga seperti halnya persampahan; b. Cara yang dipilih relatif praktis dan tanpa biaya; c. Tidak adanya larangan/ konsekwensi hukum dengan membuang air limbah langsung sungai; Kondisi Pengelolaan Air Limbah Saat ini dapat dilihat dari hasil EHRA dimana tempat penyaluran buangan akhir tinja, sebanyak 85,30% menyalurkan tinjanya ke jamban pribadi. Sebesar 1,1% ke WC umum. Sebesar 0,2% ke jamban helikopter. Sebesar 12,80% ke sungai langsung dan sebesar 0,6% ke pekarangan, seperti terlihat pada gambar dibawah ini : 19 B A B I I

42 ANGGOTA KELUARGA BUANG AIR BESAR DARI HASIL STUDI EHRATAHUN KABUPATEN BARITO UTARA A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum C. Ke WC helikopter D. Ke sungai/pantai/laut E. Ke kebun/pekarangan Gambar 2.1 Diagram Sistem Pengelolaan Air Limbah di (1). Sistem dan Infrastruktur Kondisi Sistem sanitasi yang ada di untuk sektor Air Limbah Domestik di uraikan dalam bentuk diagram sistem sanitasi (DSS) yang menginformasikan mengenai infrastruktur pengelolaan limbah domestik di. Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Air Limbah domestik dapat dilihat pada tabel di bawah ini. a. Praktek BABS atau Pembuangan Langsung Sarana Penggunaan Sub Sistem Pengolahan Setempat Sub Sistem Pengangkutan/ Pengumpulan Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja/ Pengolahan Terpusat Lingkungan 20 B A B I I

43 b. Akses Dasar Sarana Penggunaan Sub Sistem Pengolahan Setempat Sub Sistem Pengangkutan/ Pengumpulan Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja/ Pengolahan Terpusat Lingkungan Kepemilikan swasta c. SPALD Setempat Sarana Pengguna Sub Sistem Pengolahan Setempat Sub Sistem Pengangkutan/ Pengumpulan Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja/ Pengolahan Terpusat Lingkungan d. IPAL Komunal/SANIMAS Sarana Pengguna Sub Sisem Pengolahan Setempat Sub Sistem Pengangkutan/ Pengumpulan Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja/ Pengolahan Terpusat Lingkungan Keterangan : A. Praktik BABS dan Pembuangan Langsung. B. Wilayah Perdesaan Akses Dasar Wilayah Perkotaan Tidak terhitung sebagai akses (BABS) C. SPALD Setempat D. IPAL Komunal 21 B A B I I

44 Gambar DSS diatas menggambarkan kondisi Eksisting pengelolaan Air Limbah Domestik yang ada di saat ini, dimana sistem pengelolaan air limbah per sistem dapat di jelaskan seperti di bawah ini: sistem A : perilaku buang air besar sembarangan masih dilakukan oleh masyarakat baik di wilayah perkotaan maupun wilayah perdesaan, berdasarkan Instrumen SSK masih terdapat 15,89% di wilayah perkotaan dan di wilayah perdesaan 31,12%, dimana masyarakat melakukan praktek BABS (tidak punya akses), terutama yang berada di daerah bantaran sungai. (data hasil dari Instrumen SSK) Sistem B : Masyarakat di sudah melakukan Pembuangan tinja dengan menggunakan akses namun sistem pengolahan tinjanya masih belum memenuhi standar sebagai jamban yang sehat dan masih mencemari lingkungan/tanah (Cubluk) ini terjadi di wilayah perdesaan sebesar 7,55%. (data hasil dari Instrumen SSK) Sistem C : adalah sistem di mana Pembuangan tinja oleh masyarakat yang ada di kabupaten Barito Utara sudah menggunakan akses yang layak dengan sistem pengolahan menggunakan septictank individual dan juga Septictank Komunal 10 kk serta MCK, rata-rata septictank ini di buat kurang dari 1 tahun (tidak Buang Air Sembarangan) dan menjadikan desa-desa yang ada menjadi desa ODF. Sistem D : adalah sistem di mana Pembuangan tinja oleh masyarakat menggunakan akses yang layak dengan sistem pengumpulan dengan sistem perpipaan menuju IPAL Komunal Kapasitas 50 KK yang di bangun melalui program Sanimas akhir tahun 2016, dan baru memiliki 1 unit. 22 B A B I I

45 Gambar 2.4. PETA CAKUPAN AKSES DAN SISTEM LAYANAN AIR LIMB AB AB ABC AB

46 Tabel Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini Kabupaten/Kota untuk Klasifikasi Wilayah Perkotaan No. Kecamatan Total Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Perkotaan BABS Cubluk / Tangki Septik Individual Tidak Layak Skala Individual Skala Komunal IPALD Permukiman Berbasis masyarakat Berbasis institusi IPALD - Perkotaan IPALD Kawasan Tertentu KK KK KK % KK % KK % KK % KK % KK % KK % KK % % % % % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 1 Kecamatan Montalat % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 2 Kecamtan Gunung % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% Timang 3 Kecamatan Gunung % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% Purei 4 Kecamatan Teweh % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% Timur 5 Kecamatan Teweh % % % % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% Tengah 6 Kecamatan Lahei % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 7 Kecamatan Teweh Baru 8 Kecamatan Teweh Selatan 9 Kecamatan Lahei Barat Sumber; Instrumen SSK % % % % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 24 B A B I I

47 Tabel Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini di Kabupaten/Kota untuk Klasifikasi Wilayah Perdesaan No. Kecamatan Total Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Perdesaan BABS Akses Dasar (cubluk/tangki septik individual tidak layak) SPALD Setempat Akses Layak SPALD Terpusat Skala Individual Skala Komunal SPALD - T Permukiman SPALD - T SPALD - T Berbasis masyarakat Berbasis institusi Perkotaan Kawasan Tertentu KK KK KK % KK % KK % KK % KK % KK % KK % KK % % % % % % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 1 Kecamatan Montalat 2 Kecamtan Gunung % % % % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% Timang 3 Kecamatan Gunung % % % % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% Purei 4 Kecamatan Teweh % % % % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% Timur 5 Kecamatan Teweh % % % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% Tengah 6 Kecamatan Lahei % % % % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 7 Kecamatan Teweh % % % % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% Baru 8 Kecamatan Teweh % % % % % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% Selatan 9 Kecamatan Lahei Barat % % % % 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0% Sumber: Instrumen SSK 25 B A B I I

48 Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik Kondisi No Jenis Satuan Jumlah Kapasitas Tidak Keterangan Berfungsi Berfungsi SPALD Terpusat ( sistem Off -site) 1 Berbasis Dibangun tahun Unit 1 Berfungsi - SPALD -T Permukiman Masyarakat Berbasis Institusi Unit SPALD -T Perkotaan Unit SPALD -T Kawasan Tertentu Unit Pengelolaan Lumpur Tinja 1 Truck Tinja Unit/L Belum ada 2 IPLT m3/hari Belum ada Sumber : Pokja AMPL 26 B A B I I

49 (2). Kelembagaan Dan Peraturan Dalam pengelolaan dan pengendalian limbah cair baik yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga di, Dinas PUPR dan Dinas Kesehatan adalah Perangkat Daerah yang diberi kewenangan dalam pengelolaan air limbah di, dan bagian yang di beri kewenangan pada Dinas PUPR adalah Bidang Cipta Karya, dan Dinas Kesehatan Bidang Kesling melakukan kegiatan di bidang pemicuan (STBM). belum mempunyai peraturan khusus terkait pengelolaan air limbah sehingga masih mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP). (3). Peran Serta Swasta dan Masyarakat Peran serta masyarakat dan peran gender dalam penanganan limbah cair di kabupaten mutlak diperlukan. Penanganan Air limbah Domestik di kabupaten Barito Utara tentunya bukan hanya menjadi pekerjaan pemerintah saja, namun diperlukan peran serta dari Swasta dan masyarakat sebagai indikator keberhasilan pemerintah daerah untuk mencapai tujuan dari target universal akses tahun Kajian peran serta Swasta dan masyarakat diperlukan untuk melihat sejauh mana keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan sistem sanitasi berbasis masyarakat pada skala Kabupaten serta prospek pengembangannya ke depan. Peran Pengelolaan sarana air limbah domestik yang dilakukan oleh swasta dan masyarakat sampai saat ini belum ada dilakukan maksimal di karena sarana air limbah yang telah dibangun selama ini belum memiliki biaya operasional dan pemeliharaan untuk pengelolaannya. Namun, sarana dan prasarana yang dibangun oleh OPD teknis terkait seperti sarana komunal berbasis masyarakat yang ada dipelihara oleh masyarakat atau keluarga yang lahannya ditempati untuk pembangunan infrastruktur, dengan dipungut biaya operasional pemeliharaan. Rantai Pelayanan Air Limbah (Shift Flow Diagram) Shift Flow Diagram (SFD) merupakan tahap lanjutan dalam pemetaan kondisi sanitasi di suatu Kabupaten/ Kota setelah dilakukannya pemetaan melalui DSS. Pemetaan DSS adalah kondisi sanitasi (air limbah) rill di lapangan yang dibuat dengan gambar proses pengolahan air limbah 27 B A B I I

50 domestik, sedangkan pemetaan dengan rantai pelayanan air limbah/ SFD adalah kondisi rill atau data di lapangan yang di tuangkan dalam bentuk angka statistik. Data yang ditambahkan dapat berupa data primer dari studi EHRA, maupun data sekunder. Penambahan data tesebut diharapkan dapat memberi gambaran yang lebih terperinci terkait kondisi sanitasi di suatu Kabupaten/Kota. Penggunaan rantai pelayanan air limbah dapat memberi gambaran tingkat keamanan dari pengelolaan air limbah domestik eksisting Pengelolaan air limbah secara aman ditunjukan oleh panah dengan warna hijau sementara pengelolaan yang tidak aman ditunjukan oleh panah dengan warna merah. Panah yang berwarna kuning merepresentasikan akses dasar yang ada di Kabupaten. Pemisahan warna kuning pada akses dasar ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa penerapan cubluk di kawasan perdesaan pada Kabupaten/Kota pada dasarnya tidak terhitung sebagai pengelolaan air limbah yang aman, namun hanya sebagai akses dasar yang untuk kedepannya harus ditingkatkan lagi menjadi akses yang layak dan aman. Persentase pengelolaan yang aman ditampilkan pada ujung kanan diagram, dimana seluruh persentase pengelolaan air limbah domestik yang aman dari tiap sistem akan terakumulasi. Sementara itu persentase pengelolaan yang tidak aman akan ditampilkan di bagian bawah diagram, dimana seluruh persentase pengelolaan air limbah domestik yang aman dari tiap sistem akan terakumulasi. Sumber data untuk pengisian rantai pelayanan air limbah dapat diambil dari hasil studi EHRA dan data sekunder yang digunakan untuk mengisi intrumen SSK, diagram rantai pelayanan air limbah dapat dilihat pada Gambar B A B I I

51 Gambar. 2.2 Shit Flow Diagram (SFD) 29 B A B I I

52 Tabel Rekafitulasi Shit Flow Diagram Kode Keterangan Kode SFD Nilai(%) A Air Limbah Domestik A0 0.00% A1 Air Limbah ditampung (SPALD -T skala kota) AX1 0,00% a Masuk ke SPALD-T skala kota AY1 0.00% b Bocor AY2 0.00% i Effluent terproses baik AZ1 0.00% ii Effluent terproses kurang baik AZ2 0.00% A2 Air Limbah ditampung (SPALD-T Skala tertentu/aerobic AX2 0.00% a Masuk ke IPALD-T sakala kawasan tertentu AY4 0.00% b Bocor AY3 0.00% i Effluent terproses aman AZ4 0.00% ii Effluent terproses kurang aman AZ5 0.00% B Lumpur Tinja BO B1 Lumpur tinja ditampung BX1 27,28% a Lumpur tinja ditampung disedot BY1 27,28% i Diangkut ke IPLT BY4 0,16% Effluent terproses baik BZ1 0,83% Effluent terproses kurang baik BZ2 0,16% ii Tidak diangkut ke IPLT BY5 0,00% b Lumpur Tinja Tidak di sedot /tidak sedot aman BY2 27,12 % B2 Lumpur tinja tidak ditampung (SPLD-S Individu Tidak Layak) BX2=BY3 34,49% B3 Pembuangan Langsung (Setempat) BY6 0,0 % C Tanpa Akses (BABS) BX3 38,23 % TOTAL Pencemaran ke Air Tanah X0 72,72% Pencemaran ke Lingkungan Drainase Y0 27,12% Pencemaran ke Badan Air Z0 0,16% Pengelolaan Aman X 0,0% Pengelolaan Tidak Aman Y 100% Berdasarkan hasil SFD menggambarkan bahwa untuk pengelolaan air limbah di Kabupaten Barito Utara dianggap 100% tidak aman karena Pemda belum memilki IPLT dan penyedotan lumpur tinja yang dilakukan oleh pihak swasta otomatis langsung dibuang ke lahan terbuka seperti lahan kosong dan perkebunan warga. 30 B A B I I

53 Pengelolaan Persampahan (1) Sistem dan infrastruktur Cakupan sistem pelayanan persampahan yang ada di kabupaten Barito Utara saat ini hanya di wilayah ibukota kabupaten dan sekitarnya belum sampai ke wilayah perdesaan. Pada beberapa lokasi ruas jalan perkotaan yang ada, juga masih belum sepenuhnya memperoleh fasilitas tempat sampah. Sistem sanitasi pada sektor persampahan yang ada di kabupaten Barito Utara dijabarkan dalam bentuk diagram sistem sanitasi (DSS) seperti di bawah ini: Gambar Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan A. Sampah Tidak Tertangani Sumber Timbunan Sub sistem Pemilahan Pewadahan dan 3 R Sub Sistem Pengumpulan Sub sistem Pengolahan Kumunal Sub Sistem Pengangkutan Sub system Pengolahan Antara Pemerosen Akhir B. Sampah Tertangani Skala Rumah Tangga Sumber Timbunan Sub sistem Pemilahan Pewadahan dan 3 R Sub Sistem Pengumpulan Sub sisitem Pengolahan Komunal Sub Sistem Pengangkutan Sub system Pengolahan Antara Pemerosen Akhir 31 B A B I I

54 C. Sampah Tertangani Ke Proses Akhir Sumber Timbunan Sub sistem Pemilahan Pewadahan dan 3 R Sub Sistem Pengumpulan Sub sisitem Pengolahan Kumunal Sub Sistem Pengangkutan Sub system Pengolahan Antara Pemrosesan Akhir D. Pengurangan Sampah Sumber Timbunan Sub sistem Pemilahan Pewadahan dan 3 R Sub Sistem Pengumpulan Sub sistem Pengolahan Komunal Sub Sistem Pengangkutan Sub system Pengolahan Antara Pemrosesan Akhir Sumber : Analisis Pokja sanitasi 32 B A B I I

55 Gambar 2.5. PETA CAKUPAN AKSES DAN SISTEM LAYANAN PERSAMPAHA AB AB TPA ABCD AB

56 Tabel Penanganan Sampah Saat Ini di Kabupaten/Kota untuk Klasifikasi Wilayah Perkotaan No. Kecamatan 1 Kecamatan Montalat 2 Kecamtan Gunung Timang 3 Kecamatan Gunung Purei 4 Kecamatan Teweh Timur 5 Kecamatan Teweh Tengah 6 Kecamatan Lahei 7 Kecamatan Teweh Baru 8 Kecamatan Teweh Selatan 9 Kecamatan Lahei Barat Jumlah Penduduk Perkotaan Total Timbunan Sampah Tertangani Skala Rumah Tangga Pengurangan Sampah Total Pengurangan Sampah Tereduksi 3R (TPS3R/TPST/Bank Sampah) Sampah Tertangani ke Pemrosesan Akhir Sampah Tidak Tertangani jiwa (m3/hari) (m3/ hari) % Penduduk Terlayani (jiwa) (m3/ hari) % Penduduk Terlayani (jiwa) (m3/ hari) % Penduduk Terlayani (jiwa) (m3/ hari) % Penduduk Terlayani (jiwa) (m3/hari) % Penduduk Terlayani (jiwa) % 1, % 2, % 2, % % 17, % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % 0 Sumber; Instrumen SSK 34 B A B I I

57 Tabel Penanganan Sampah Saat Ini di Kabupaten/Kota untuk Klasifikasi Wilayah Perdesaan Pedesaan Cakupan Pelayanan Sampah Pedesaan No. Kecamatan 100 Kecamatan Montalat 200 Kecamtan Gunung Timang 300 Kecamatan Gunung Purei 400 Kecamatan Teweh Timur 500 Kecamatan Teweh Tengah 600 Kecamatan Lahei 700 Kecamatan Teweh Baru 800 Kecamatan Teweh Selatan 900 Kecamatan Lahei Barat Jumlah Penduduk Pedesaan Total Timbunan Sampah Tertangani Skala Rumah Tangga Total Pengurangan Pengurangan Sampah Sampah Tereduksi 3R (TPS3R/TPST/Bank Sampah) Sampah Tertangani ke Pemrosesan Akhir Sampah Tidak Tertangani jiwa (m3/hari) (m3/ hari) % Penduduk Terlayani (jiwa) (m3/ hari) % Penduduk Terlayani (jiwa) (m3/ hari) % Penduduk Terlayani (jiwa) (m3/ hari) % Penduduk Terlayani (jiwa) (m3/hari) % Penduduk Terlayani (jiwa) % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % Sumber; Instrumen SSK 35 B A B I I

58 Tabel 2.16 Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan Jenis Kondisi No Satuan Jumlah Kapasitas Ritasi/hari Keterangan Prasarana/Sarana Rusak Rusak Baik ringan Berat i ii iii iv v vi vii viii Ix X 1 Pewadahan A. Individual - Bak Biasa Liter m B. Komunal - Kontainer M Baik - Transfer Depo M Baik 2 Pengumpulan - Gerobak sampah Unit 5 1 M Baik Hanya melayani di wilayah perkotaan - Motor sampah Unit 5 1,2 M Berfungsi - Pick up sampah Unit 3 Pengangkutan - Dump Truck Unit 8 6 M Berfungsi - Amroll Truck Unit 3 6 M Compactor Truck Unit 1 10 M Pengeloahan Sampah - TPS 3R - SPA - ITF - TPST - Bank sampah Unit Kg Incinerator 5 TPA/TPA Regional - Luas Lahan Ha 1 1, Luas sel Landfill Ha / M3 1 Desain sanitary landfill - Daya Tampung (m3/hari) 1 86,75 6 Alat Berat 7 IPLT - Bulldozer Unit 1 Ada - Excavator/backhoe Unit 1 Ada - Truk Tanah Unit 4 4 Berfungsi Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD) Mg/l Egluen di Inlet - Efluen di outlet Sumber: Pokja Tata Kota Kab. Barut 36 B A B I I

59 No 1 (2) Kelembagaan dan Peraturan Pengelolaan dan pengendalian sampah di baik sampah rumah tangga, sampah pada kawasan komersial, fasilitas umum dan industri, sesuai dengan tupoksinya adalah dilakukan oleh Dinas PUPR Bidang Tata Kota. Peraturan dan kebijakan pengelolaan persampahan di dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor : 2 tahun 2005 tentang pengelolaan kebersihan di kabupaten Barito Utara juga telah ditetapkan salah satu sasaran yang akan dicapai adalah peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill. (3) Peran Serta Swasta dan Masyarakat Sampah merupakan masalah bersama sehingga dalam pengelolaannya akan menyentuh semua pihak tanpa memandang status gender. Pengelolaan sampah di Kabupaten Barito Utara, proses pengelolaan sampah selama ini dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum maupun Drainase Perkotaan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Pihak Swata Sudah Ada berperan dalam Persampahan yaitu Pengadaan Bak Sampah (Bank Pembangunan Kalteng dan Bank Nasional Indonesia) dan Peran Serta masyarakat belum ikut berpartisifasi dalam pengelolaan persampahan, kegiatan yang di lakukan oleh Dinas PUPR melalui Bidang Tata Kota. (1) Lokasi Genangan dan Perkiraan luas Genangan Lokasi Genangan KEC. TEWEH TENGAH Kelurahan lanjas* Kelurahan Melayu* merupakan daerah dataran tinggi dengan tofografi berbukit. Frekuensi banjir yang terjadi hampir setiap tahun (1-2 Kali setahun) yang disebabkan oleh tingginya intensitas hujan sehingga sungai Barito dan anak sungai tidak mampu menampung curahan hujan yang mengakibatkan sungai meluap/banjir. Pengelolaan drainase di kabupaten Barito Utara harus dibenahi karena adanya perubahan fungsi resapan air menjadi permukiman dan CBD yang menyebabkan luasan genangan meningkat. Meskipun resiko yang diakibatkan genangan/banjir tidak terlalu besar seperti terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel Lokasi Genangan Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (m) (jam/hari) (kali/tahun) 193 0,3 2-6 Jam 1-2 Air Hujan ,3 2-6 Jam 1-2 Air Hujan - Infrastruktur Penyebab Jenis Keterangan Lokasi genangan pada cekungan (Saat turun Hujan) Lokasi genangan pada cekungan (Saat turun Hujan) 37 B A B I I

60 2 KEC. MONTALLAT 0,3-1, Jam 1-2 Hujan 3 Kelurahan Montalat I Kelurahan Montalat II 5 19 Tumpung Laung I 15 Tumpung Laung II 8 Desa Sikan 40 Desa Rubei 3 Desa Pepas 54 Desa Ruji 53 Desa Paring 62 Lahung Desa Kamawen 63 KEC. GUNUNG TIMANG 0,3-1,0 2-5 Jam 1 Hujan Desa Malungai 53 Desa Rarawa 99 Desa Ketapang 75 Desa Walur 59 Desa Baliti 137 Desa Majangkan 73 Desa Kandui 9 Desa Jaman 158 Desa Pelari KEC. LAHEI 0,3-1, Jam 1-2 Hujan Kelurahan Lahei I 255 Kelurahan Lahei II 137 Sumber : Pokja Sanitasi Tahun berdasarkan instrument SSK. Catatan: tanda * adalah wilayah perkotaan di kabupaten Barito Utara dan prioritas penanganan Sebagian besar genangan terdapat di luar pusat pemukiman warga Sebagian besar genangan terdapat di luar pusat pemukiman warga 38 B A B I I

61 Gambar 2.6. PETA LOKASI GENANGAN 2 Kelurahan yang sering mengalami banjir

62 (1) Sistem Dan Infrastruktur Untuk sistem Sarana infrastruktur drainase terutama di pusat kota dan jalan utama sebagian besar berupa cor beton terbuka dan tertutup sementara untuk luar kota masih berupa galian tanah biasa, dan kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di kabupaten Barito Utara dapat dilihat pada tabel 2.18 berikut ini : Tabel Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase Perkotaan No Jenis Prasarana/Sarana Satuan Bentuk Penampang Saluran Dimensi Kondisi Frekwensi Pemeliharaan H Tdk B ** Berfungsi ( kali/tahun) *** Berfungsi I II III VI V VI VII 1 Saluran Primer A M Saluran Primer A 1 M Trapesium kali/tahun Saluran Primer A 2 M Bangunan Pelengkap Rumah Pompa Pintu air Kolam retensi Tras rack/saringan sampah 2 Primer B Saluran Sekunder A1 Saluran Sekunder A2 Saluran Sekunder A3 Unit Unit Unit Unit M M M Trapesium kali /tahun Trapesium kali /tahun Bangunan Pelengkap Rumah Pompa Unit Pintu air Unit Kolam retensi Unit Tras rack/saringan Unit sampah 3 Saluran Primer C 4 Saluran Primer D Sumber : Pokja Sanitasi Tahun 40 B A B I I

63 Diagram 2.4 Saluran Draianse Sungai Bengaris Saluran Sekunder A2 Saluran Sekunder A3 Saluran Primer A Saluran Sekunder A1 (1) Kelembagaan dan Peraturan Kelembagaan yang di beri kewenangan Dalam pengelolaan Sektor drainase di adalah Dinas PUPR, pada Bidang Cipta Karya Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman merupakan seksi yang diberi kewenangan dalam mengelola drainase wilayah perkotaan. belum memiliki peraturan dan kebijakan khusus terkait pengelolaan drainase sehingga masih mengacu langsung pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/Prt/M/2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. (2) Peran Serta Swasta dan Masyarakat Peran serta Swasta dan masyarakat yang ada di terkait dengan drainase sangat minim. Pemerintah Daerah melalui OPD yang mengelola perlu melakukan sosialisasi yang berkesinambungan akan pentingnya sanitasi agar pihak swasta dan masyarakat tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan terkait drainase. Peran serta masyarakat dapat dilihat dalam kegiatan kerja bakti yang dilakukan oleh masyarakat untuk membersihkan lingkungannya termasuk drainase. Kerja bakti biasanya dilakukan oleh kaum pria. Masyarakat sebetulnya perlu motor penggerak guna bergerak membersihkan lingkungannya. Sampai saat ini juga belum ada program/proyek layanan drainase yang berbasis masyarakat. 41 B A B I I

64 2.3. Area Berisiko dan Permasahan Sanitasi Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi (air limbah domestik, persampahan dan drainase perkotaan) diperoleh dari data primer dan sekunder serta penilaian persepsi oleh OPD terkait yang telah disepakati Pokja Kabupaten antara lain adalah Bappeda Litbang, Dinas PUPR, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup dan DinsosPMD serta hasil studi EHRA. Proses penetapan area berisiko dimulai dengan melakukan analisis data sekunder diikuti dengan penilaian OPD dan melakukan analisi hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko dilakukan bersama-sama seluruh anggota pokja berdasarkan analisis ketiga data tersebut. Hasil analisis data sekunder, data primer yang bersumber dari studi EHRA, persepsi OPD dan studi pendukung yang ada kemudian diinput ke dalam instrumen SSK. Instrumen SSK akan mengeluarkan hasil akhir berupa zonasi area berisiko sanitasi yaitu zona air limbah, persampahan dan drainase. Hasil area berisiko berdasarkan analisa instrumen SSK tersebut akan dilakukan observasi/ kunjungan lapangan untuk verifikasi atau mendapatkan kebenaran atas hasil penentuan serta untuk memahami kondisi sanitasi di wilayah desa/kelurahan. Selanjutnya dikonsultasikan dengan seluruh anggota pokja dan tetapkan areal berisiko. Hasil penentuan area berisiko akan disajikan dalam bentuk tabel dan peta untuk air limbah, persampahan dan drainase. a. Area Berisiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik Peta area berisiko sanitasi air limbah domestik di atas menunjukan area berisiko air limbah domestik yang di kabupaten Barito Utara, dengan ketentuan sangat tinggi bewarna merah, tinggi bewarna kuning, rendah bewarna hijau, sangat rendah bewarna biru yang diperoleh dari data sekunder dan data primer EHRA serta Persepsi OPD yang diinput ke instrumen profil sanitasi. Pokja kabupaten Barito Utara menggunakan instrumen profil sanitasi untuk mempermudah dan menetukan area berisiko. Pokja AMPL kabupaten Barito Utara telah melakukan input instrumen profil sanitasi sehingga diperoleh area berisiko, di sini untuk area berisiko air limbah domestik diambil dari komponen nilai-nilai air limbah domestik yang dihasilkan oleh instrumen profil sanitasi sehingga diperoleh area berisiko air limbah domestik untuk area beresiko sangat tinggi yang digambarakan berwarna merah ada 6 desa/kelurahan, dan area beresiko tinggi yang digambarkan berwarna kuning ada 14 desa/kelurahan. 42 B A B I I

65

66 Tabel Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik No Area Berisiko Wilayah Prioritas Kecamatan Kelurahan/Desa 1 Resiko 4 Gunung Timang Desa Walur Desa Baliti Desa Majangkan Teweh Timur Desa Sei Liju Lahei Barat Desa Benao Hilir Desa Benao Hulu 2 Resiko 3 Montallat Kelurahan Montalat II Teweh Timur Desa Sampirang I Desa Sampirang II Desa Mampuak I Desa Benangin V Desa Jamut Lahei Barat Desa Nihan Hilir Desa Jangkang Lama Desa Luwe Hilir Desa Luwe Hulu Teweh Baru Desa Liang Buah Desa Malawaken Teweh Selatan Desa Bintang Ninggi I Desa Bintang Ninggi II Sumber :Instrumen SSK Area Berisiko Sanitasi Tahun. Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Domestik Permasalahan mendesak di pada sektor air limbah domestik adalah ketiadaan peraturan khusus tentang pengelolaan air limbah domestik dan penyediaan sarana dan prasarana seperti IPLT serta pengadaan sarana truck tinja untuk IPAL komunal. Sementara hanya ada 1 unit mobil sedot lumpur tinja milik swasta yang melakukan penyedotan MCK dan masyarakat. Masyarakat perkotaan yang masih menggunakan akses tidak layak/cubluk masih sebesar 8,80% dan termasuk kategori perilaku BABS yang sementara berkisar 7,01%. Jadi jumlah total perilaku BABS yang terlihat pada tabel permasalahan mendesak sebesar 47% terbagi atas, 44 B A B I I

67 untuk daerah perkotaan perilaku BABS 7,01% dan perilaku BABS di perdesaan sebesar 31,1% dan 8,80% akses tidak layak. Permasalahan Mendesak Pengelolaan Air Limbah Domestik terlihat pada Tabel permasalahan. Tabel Permasalahan Air Limbah Domestik No Permasalahan Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana (user interface-pengolahan awal-pengangkutanpengolahan akhir-pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis 1 Perilaku BABS sebesar 47% ( KK) di perkotaan dan pedesaan 2 Penduduk memiliki akses Dasar/Cubluk sebesar 7,5% di pedesaan 3 Pemda belum memiliki IPLT 4 Pemda hanya memiliki 1 IPAL Komunal 5 Pemda belum memiliki Truck tinja untuk layanan ke masyarakat Aspek Non Teknis : Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peran serta Masyarakat dan Dunia Usaha/ Swasta, serta Komunikasi 1 Belum ada regulasi khusus yang mengatur tentang pengelolaan air limbah Minimnya anggaran Pemerintah Daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan 2 air limbah 3 Belum optimalnya koordinasi kelembagaan antar OPD yang mengatur pengelolaan sektor air limbah domestik 4 Minimnya peran serta swasta/csr dan masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik Masih minimnya kegiatan media dan Komunikasi dalam melakukan sosialisasi dan edukasi terkait 5 pengelolaan air limbah domestik Sumber : Kajian Pokja Sanitasi Tahun 45 B A B I I

68 b. Area Berisiko dan Permasalahan Persampahan Area berisiko Sanitasi Persampahan di bawah ini menunjukan area berisiko persampahan yang skala kabupaten Barito Utara, dengan notasi sangat tinggi bewarna merah, tinggi bewarna kuning, rendah bewarna hijau, sangat rendah bewarna biru yang diperoleh dari data sekunder. Data primer EHRA dan Persepsi OPD yang diinput ke instrumen profil sanitasi untuk menentukan area berisiko. Pokja AMPL kabupaten Barito Utara telah melakukan input istrumen profil sanitasi sehingga diperoleh area berisiko. Area berisiko persampahan diambil dari komponen data dan nilai persampahan yang dihasilkan oleh instrumen profil sanitasi sehingga diperoleh area berisiko persampahan yaitu 6 desa dengan risiko sangat tinggi bewarna merah, 14 kelurahan/desa resiko tinggi bewarna kuning.. 46 B A B I I

69 Gambar 2.8. PETA AREA BERISIKO PERSAMPAHAN

70 Tabel Area Berisiko Persampahan No Area Berisiko Kecamatan Wilayah Prioritas Kelurahan/Desa 1 Resiko 4 Gunung Timang Desa Walur Teweh Timur Desa Kandui Desa Sampirang I Desa Sampirang II Desa Benangin V Desa Mampuak I Desa Jamut Desa Sei Liju Teweh Baru Desa Liang Naga Desa Malawaken Desa Liang Buah Desa Gandring Lahei Barat Desa Nihan Hilir Desa Luwe Hulu Desa Luwe Hilir Desa Jangkang Lama Desa Benao Hilir Benao Hulu Resiko 3 Gunung Timang Desa Baliti Desa Majangkan Desa Batu Raya II Desa Tapen Raya Gunung Purei Teweh Timur Teweh Selatan Teweh Tengah Teweh Baru Desa Lampeong I Desa Liju Desa Bintang Ninggi I Desa Bintang Ninggi II Desa Beringin Raya Desa Datai Nirui Desa Sikui 48 B A B I I

71 Permasalahan Pengelolaan Persampahan Permasalahan mendesak persampahan adalah sarana guna perluasan layanan sampai dengan perdesaan terdekat yang belum terlayani secara menyeluruh dan terintegrasi. Regulasi pengolahan sampah dengan sistem 3R sesuai dengan ketentuan belum terakomodir melalui Perda nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Kebersihan di kabupaten Barito Utara dan penarikan retribusi yang proporsional serta kelembagaan teknis OPD pengelola belum optimal sehingga diperlukan evaluasi dan kaji ulang persampahan yang dapat mencakup layanan. Permasalahan mendesak sektor persampahan seperti terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel Permasalahan Pengelolaan Persampahan No Permasalahan Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana (user interface-pengolahan awalpengangkutan-pengolahan akhir-pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis 1 Sampah Tidak Tertangani sebesar 84,47% untuk skala kabupaten 2 Tidak adanya TPS 3R di perkotaan maupun desa Aspek Non Teknis : Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peran serta Masyarakat dan Dunia Usaha/ Swasta, serta Komunikasi 1 Perlunya kaji ulang regulasi persampahan yang integratif dan proporsional Minimnya kegiatan media dalam melakukan sosialisasi dan edukasi terkait pengelolaan 2 sampah Sumber : Analisis Pokja Sanitasi KabupatenBarito Utara Tahun C. Area Berisiko dan Permasalahan Drainase Perkotaan Area berisiko dan permasalahan mendesak sektor Drainase sangat tinggi dan tinggi terdapat di Kelurahan/ Desa yang ada di kabupaten Barito Utara dari Instrumen SSK dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 49 B A B I I

72 Gambar 2.9. PETA AREA BERISIKO DRAINASE

73 Tabel Area Berisiko Sanitasi Drainase No Area Berisiko Kecamatan Wilayah Prioritas Kelurahan/Desa 1 Resiko 4 Teweh Tengah Kelurahan Melayu 2 Resiko 3 Montalat Kelurahan Montalat I Gunung Purei Teweh Timur Teweh Tengah Teweh Baru Teweh Selatan Lahei Barat Desa Rubei Desa Lampeong I Desa Sampirang I Desa Sampirang II Desa Benangin V Kelurahan Lanjas Desa Liang Naga Desa Malawaken Desa Liang Buah Desa Gandring Desa Bintang Ninggi I Desa Bintang Ninggi II Desa Nihan Hilir Desa Luwe Hulu Desa Luwe Hilir Desa Jangkang Lama Desa Benao Hlir Desa Benao Hulu Sumber : Instrumen SSK Area Berisiko Sanitasi Tahun Permasalahan Drainase Perkotaan Peta area berisiko Sanitasi Persampahan di atas menunjukan area berisiko drainase yang ada di kabupaten Barito Utara, dengan ketentuan sangat tinggi bewarna merah, tinggi bewarna kuning, rendah bewarna hijau, sangat rendah bewarna biru yang diperoleh dari data sekunder, Data primer EHRA dan Persepsi SKPD yang di input ke instrumen profil sanitasi. Pokja kabupaten Barito Utara menggunakan instrumen profil sanitasi untuk mempermudah menetukan area berisiko. 51 B A B I I

74 Pokja sanitasi telah melakukan input istrumen profil sanitasi sehingga diperoleh area berisiko, di sini untuk area berisiko drainase diambil dari komponen nilai-nilai drainase yang dihasilkan oleh instrumen profil sanitasi sehingga diperoleh area berisiko drainase yaitu 1 kelurahan dengan risiko sangat tinggi bewarna merah, 20 desa resiko tinggi bewarna kuning. Permasalahan Mendesak untuk sektor Drainase seperti terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel Permasalahan Drainase Perkotaan No Permasalahan Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana (user-interface pengolahan awalpengangkutan-pengolahan akhir-pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis 1 Masih luasnya genangan akibat hujan khusus di wilayah perkotaan sebesar 342 ha 2 Belum maksimalnya pelaksanaan rencana induk drainase perkotaan Aspek Non Teknis : Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peran serta Masyarakat dan Dunia Usaha/ Swasta, serta Komunikasi Belum adanya regulasi khusus (Perda) yang mengatur tentang pengelolaan drainase 1 lingkungan perkotaan 2 Minimnya anggaran dana untuk pembangunan drainase. 3 Kurangnya peran serta swasta dan masyarakat dalam pengelolaan drainase Masih minimnya kegiatan media dan Komunikasi dalam melakukan sosialisasi dan 4 edukasi terkait pengelolaan Drainase Sumber : Kajian Pokja Sanitasi Kab. Barito Utara Tahun 52 B A B I I

75 BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Pengembangan sanitasi mengacu kepada visi dan misi Kepala Daerah terpilih periode tahun Adanya korelasi dengan RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun dalam menentukan visi sanitasi, pemerintah kabupaten diharapkan memiliki arah dan tujuan fokus dalam menentukan kebijakan pembangunan di bidang sanitasi. Di samping itu, perlu ditetapkan misi dari setiap sub sektor sanitasi untuk mendukung tercapainya visi sanitasi kabupaten Barito Utara. Misi dari masing-masing sub sektor tersebut, yaitu sektor air limbah domestik, persampahan, drainase dan perilaku hidup bersih dan sehat, pemerintah diharapkan dapat lebih fokus untuk memperhatikan pembangunan sektor sanitasi daerah. Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi kabupaten Barito Utara dalam rangka mencapai visi dan misi kabupaten. Keterkaitan antara visi dan misi dengan visi dan misi sanitasi sangat mendukung pencapaian misi kabupaten Barito Utara dapat dilihat dibawah ini: Tabel 3.1.Visi dan Misi Sanitasi Visi Terwujudnya Masyarakat Barito Utara yang religius, mandiri dan sejahtera, melalui percepatan peningkatan pembangunan di bidang Sumber Daya Manusia, Infrastruktur dan ekonomi kerakyatan Misi 1. Peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi 2. Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan 3. Peningkatan ekonomi masyarakat 4. Peningkatan pengelolaan sosial, budaya, pariwisata dan lingkungan hidup 5. Peningkatan pelayanan publik melalui tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) Visi Sanitasi Kabupaten Barito Utara Terwujudnya Sanitasi Barito Utara Yang Berkelanjutan, Berkualitas, Menuju Bumi Iya Mulik Bengkang Turan Sehat Tahun Misi Sanitasi Kabupaten Barito Utara Misi Air Limbah Domestik. Meningkatkan Kualitas Dan Kuantitas, Sarana Dan Prasarana Serta Kelembagaan Dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik Yang Berkelanjutan. Misi Persampahan Meningkatkan Kualitas Dan Kuantitas, Sarana Dan Prasrana Serta Kelembagaan Dalam Pengelolaan Sampah Yang Berkelanjutan. Misi Drainase Perkotaan Meningkatkan Kualitas Dan Kuantitas, Sarana Dan Prasarana Serta Kelembagaan Dalam Pengelolaan Drainase Yang Berkelanjutan. 1 B A B I I I

76 Sumber : Pokja AMPL Tahun 3.2. Pentahapan Pengembangan Sanitasi Adapun tahapan pengembangan sanitasi diangkat dari permasalahan daerah serta area berisiko sanitasi di yang dilakukan berdasarkan hasil analisis Instrumen SSK yang sudah dilakukan oleh Pokja AMPL, baik itu sistem air limbah, persampahan maupun drainase dan akan menjadi salah satu dasar yang bersifat prioritas/utama dalam penentuan arah dan tahapan pengembangan sanitasi untuk mencapai target tahapan pengembangan sanitasi sesuai dengan RPJMN , RPJMD Provinsi maupun Kabupaten Tahapan Pengembangan Sanitasi a. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten/Kota Sistem pengelolaan air limbah di kabupaten Barito Utara masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) secara individu. Sebagian masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya langsung ke saluran air limbah/sungai. Pada pemutakhiran SSK ini, telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah (on site atau komunal) secara umum. Adapun beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, antara lain jumlah dan kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan komersial atau rumah tangga. Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem yang terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut merupakan dasar bagi kabupaten dalam merencanakan pengembangan jangka pendek, menengah dan panjang. Rencana pengembangan air limbah dapat dijelaskan sebagai berikut : Zona 1, merupakan kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan tinggi yaitu dengan pilihan sistem (on-site) pada kecamatan Teweh Baru dan pilihan Sistem Komunal Kecamatan Teweh Tengah Kel. Lanjas dan Melayu. Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko sanitasi yang dapat diatasi dalam jangka Menengah dengan perubahan perilaku. Hal ini disebabkan karena daerah ini mempunyai kepadatan penduduk kategori sedang maka pemilihan satu desa menggunakan sistem Komunal (Desa Nihan Hilir) dan sistem setempat (on-site) dalam skala rumah tangga. Dengan opsi teknologi Jamban tangki septik dan penanganan untuk perubahan perilaku masyarakat. 2 B A B I I I

77 Zona 3, merupakan area dengan tingkat kepadatan rendah yang dapat diatasi dalam jangka Panjang melalui pilihan sistem setempat (on-site) dalam skala rumah tangga dengan pilihan teknologi Jamban tangki septik dan penanganan untuk perubahan perilaku masyarakat. Tahapan pengembangan Air Limbah Domestik di kabupaten Barito Utara terlihat dalam tabel 3.2 di bawah ini, cakupan layanan eksisting berdasarkan data perhitungan dalam instrumen frofil sanitasi dan dihitung berdasarkan persentase penduduk yang terlayani oleh sistem yang dimaksud atas jumlah total penduduk. Angka BABS sebesar 38,2%, target cakupan layanan jangka pendek menjadi 25% dan jangka menengah menjadi 0%, dan jangka panjang 0%. Cubluk ( Akses tidak Layak) dan sejenisnya cakupan layanan eksisting 16,35%, target cakupan layanan jangka pendek menjadi 15%, jangka menengah menjadi 16,93% dan jangka panjang 15%. Tangki septik layak cakupan layanan eksisting 0,16% target cakupan layanan jangka pendek 40%, jangka menengah meningkat menjadi 45% dan jangka panjang 67%. Pada wilayah perdesaan akan direncanakan pengembangan air limbah dengan menggunakan sistem IPAL Komunal sebesar 0,3%, dengan target jangka pendek sebesar 3%, jangka menengah 8% dan jangka panjang 15% dan untuk wilayah perkotaan akan direncanakan pengembangan air limbah dengan menggunakan sistem IPAL Kawasan dengan target jangka pendek sebesar 3%, jangka menengah 8% dan jangka panjang 15%. 3 B A B I I I

78 Berikut adalah tabel tahapan pengembangan air limbah yang ada di. Tabel 3.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik. Cakupan Target Cakupan Layanan (%) layanan No Sistem eksisting Jangka Jangka Jangka (%) pendek menengah panjang (1) (2) (3) (4) (5) (6) Wilayah Perkotaan A Tanpa Akses 1 Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 7.09% 0.00% 0.00% 0.00% 2 Cubluk/ Tangki septik individual- tidak layak 8.80% 0.00% 0.00% 0.00% B Akses Layak B.I SPALD Setempat 1 Skala Individual 10.85% 11.00% 10.20% 8.00% 2 Skala Komunal 2.70% 2.10% 2.15% 2.00% B.II SPALD Terpusat 1 SPALD-T Permukiman a. Berbasis Masyarakat 0.00% 21.00% 22.20% 24.00% b. Berbasis Institusi 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 2 SPALD-T Perkotaan 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 3 SPALD-T Kawasan Tertentu 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Wilayah Perdesaan A Tanpa Akses 1 Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 31.12% 0.00% 0.00% 0.00% B Akses Dasar 1 Cubluk / Tangki Septik individual tidak layak 7.55% 25.60% 21.54% 15.00% C Akses Layak C.I SPALD Setempat 1 Skala Individual 28.07% 36.00% 38.42% 44.00% 2 Skala Komunal 3.77% 4.00% 5.02% 6.00% C.II SPALD Terpusat 1 SPALD-T Permukiman a. Berbasis Masyarakat 0.11% 0.30% 0.48% 1.00% b. Berbasis Institusi 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 2 SPALD-T Perkotaan 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 3 SPALD-T Kawasan Tertentu 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% T O T A L 100% 100% 100% 100% Sumber : Instrument SSK Tahun 4 B A B I I I

79

80 b. Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten/Kota Cara masyarakat dalam mengelola sampah di Barito Utara dimana masih ada sebagian warga yang mengelola sampah dengan cara dibakar di area terbuka, pekarangan dan sebagian kecil dibuang langsung ke sungai (bagi penduduk yang tinggal di bantaran sungai). Sementara sampah yang diolah masyarakat maupun yang di buang ke TPS dan diangkut menuju ke TPA dan hanya di ibukota kabupaten dan sekitarnya serta kawasan CBD (Central Business Districk) saja. Kriteria daerah ditetapkan dengan cakupan layanan sistem tersebut, dikarenakan untuk kabupaten Barito Utara akses cakupan layanan wilayah dari satu kecamatan dengan kecamatan yang lain sangat jauh jaraknya sehingga tidak memungkinkan untuk dilayani dengan menggunakan sarana pengangkut sampah yang ada di pusat perkotaan. Terdapat dua kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan, yaitu tata guna lahan/ klasifikasi wilayah dan kepadatan penduduk. Kedua kriteria tersebut sangat berhubungan dengan aktivitas penghuninya yang akan mempengaruhi perhitungan jenis dan volume timbulan sampah. Hasil analisis yang didasarkan pada kedua kriteria tersebut, rencana pengembangan persampahan diilustrasikan sebagai berikut: Zona 1, merupakan area pusat pelayanan tingkat kabupaten serta Kawasan Permukiman padat dan Perdagangan (CBD) yang harus ditangani secara jangka pendek. Zona ini mencakup kawasan perkotaan di kecamatan Teweh Tengah. Kecamatan dengan pilihan pengembangan pelayanan persampahan hingga 100% dengan metode pengumpulan langsung (RT-TPS-TPA) serta pelayanan penyapuan jalan dan pengolahan sampah 3R pada lokasi-lokasi publik. Zona 2, merupakan area rural dengan tingkat kepadatan rendah yang dapat diatasi dalam jangka menengah dengan pilihan sistem peningkatan cakupan layanan berbasis masyarakat Rumah Tangga, dengan pilihan teknologi penyediaan sarana pengumpulan dan pengolahan sampah sementara. Zona 3, merupakan area penanganan panjang, umumnya berada di area-area dengan kepadatan rendah dengan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan pemilahan sampah berbasis RT cakupan secukupnya. Pada zona ini, dikembangkan pengolahan sampah berskala rumah tangga dengan ditunjang program sosialisasi pengolahan sampah yang ramah lingkungan. 6 B A B I I I

81 Tabel 3.3 Tahapan Pengembangan Persampahan (sheet rekapan tahapan pengembangan) No Sistem Cakupan layanan eksisting (%) Target Cakupan Layanan (%) Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang (1) (2) (3) (4) (5) (6) Wilayah Perkotaan 1. Sampah Tidak Tertangani 13.91% 0.00% 0.00% 0.00% 2. Sampah Tertangani Skala RT 1.42% 0.00% 0.00% 0.00% 3. Sampah Tertangani ke TPA 12.52% 15.00% 19.20% 19.00% 4. Pengurangan Sampah 1.57% 8.94% 15.39% 16.00% Wilayah Perdesaan 1. Sampah Tidak Tertangani 70.56% 0.00% 0.00% 0.00% 2. Sampah Tertangani Skala RT 0.00% 72.73% 46.30% 44.00% 3. Sampah Tertangani ke TPA 0.01% 3.00% 4.52% 6.00% 4. Pengurangan Sampah 0.00% 0.33% 14.60% 15.00% T O T A L % % % % Sumber : Instrument SSK Tahun Tahapan pengembangan persampahan dibagi berdasarkan penentuan zona dan sistem sanitasi komponen persampahan seperti peta berikut ini. 7 B A B I I I

82 Zona Tidak Tertangani

83 c. Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Pengembangan sub sektor drainase di kabupaten Barito Utara memerlukan analisis yang tepat untuk menentukan pengembangan sistem yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah agar pengembangan sistem drainase dapat berjalan dengan efektif dan berkesinambungan dalam mengatasi permasalahan drainase. Permasalahan sistem pengelolaan drainase di kabupaten Barito Utara diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Penurunan kapasitas drainase primer kota (Sungai Berngaris) yang disebabkan oleh sedimentasi maupun sampah serta perubahan sejumlah areal resapan air. 2. Belum adanyanya regulasi khusus drainase (Perda dll), baik yang mengatur layanan secara teknis, operasional maupun retribusi. Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan dapat di liihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.4 Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan No Titik Genangan Area Permukiman Luas Genangan Eksisting (ha) Sisa Luas Genangan Yang Belum Ditangani (Ha) Jangka Menengah (s/d 2019) Jangka Pendek (s/d ) Jangka Panjang (s/d 2024) (a) (b) (c) (d) (e) (f) Kecamatan Teweh Tengah 1 2 Keluran Lanjas Kelurahan Melayu Total Sumber : Instrumen SSK Tujuan Dan Sasaran Pengembangan Sanitasi Dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi sanitasi kabupaten, rumusan pengembangan sanitasi kabupaten untuk layanan sanitasi didasarkan pada isu strategis yang dihadapi pada saat ini. Uraian isu strategis dan tantangan layanan sanitasi kota ini mencakup isu strategis pada aspek non teknis yang terdiri dari aspek kelembagaan, keuangan, teknis operasional dan aspek sumber daya manusia. Sedangkan paparan isu strategis aspek teknis terdiri dari sub sektor air limbah domestik, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan, dan aspek perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terkait sanitasi B A B I I I

84 a. Air Limbah Domestik Dalam pengembangan sektor Air Limbah Domestik, memiliki Tujuan yaitu tercapainya target universal akses tahun 2019 dan mengacu ke arah SDGs yang memiliki Sasaran sebagai berikut : (1) Menurunkan angka BABS menjadi 0% Tahun (2) Berkurangnya penduduk yang memiliki sarana dan prasarana air limbah yang tidak layak. (3) Terpenuhinya anggaran biaya untuk kegiatan air limbah. (4) Adanya regulasi mengenai pengelolaan air limbah. Untuk lebih jelasnya mengenai tujuan dan sasaran pengembangan air limbah domestik di dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.5 Tujuan dan Sasaran Air Limbah Domestik Tujuan Sasaran Data Dasar (1) (2) (3) Tercapainya Target Universal Akses untuk layanan air limbah domestik tahun 2019 dan SDGs tahun Menurunkan angka BABS dari 47% menjadi 0% di Tahun Berkurangnya kepemilikan penduduk terhadap tangki septik tidak layak (cubluk) di perkotaan dari 8,8% menjadi 0% dan cubluk di pedesaan dari 7,55% menjadi 25,60% tahun Terpenuhinya anggaran biaya untuk kegiatan sanitasi bidang air limbah 4. Tersusunnya regulasi/ perda/perbup yang mengatur tentang pengelolaan air limbah pada tahun % Penduduk Barito Utara Melakukan BABS 2. Jumlah tangki septik tidak layak perkotaan 8,8% dan tidak layak pedesaan 7,55% 3. Penganggaran sanitasi bidang air limbah 1-2 % dari total APBD 4. Belum ada regulasi/ perda/ perbup yang mengatur tentang pengelolaan air limbah Pada tabel di atas menunjukan strategi untuk mengurangi BABS di pedesaan, maka warga yang tanpa akses dialihkan menjadi akses tidak layak dan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan masyarakat perdesaan. Harapan di tahun 2019, warga semua penduduk akan memiliki akses terhadap air limbah. b. Persampahan Sektor pengembangan sektor persampahan, kabupaten Barito Utara memiliki Tujuan yaitu Tercapainya target universal akses layanan persampahan. Sementara Sasaran pengembangan sektor persampahan Kabupaten BaritoUtara antara lain : 1) Meningkatnya layanan penanganan persampahan dari 12,52% Tahun menjadi 18% pada tahun 2020 dan 24% pada Tahun B A B I I I

85 berikut ini : 2) Pengurangan sampah hingga 30% pada Tahun 2023 diantaranya melalui pembangunan sarana 3R dan Bank Sampah. 3) Peningkatan anggaran biaya untuk kegiatan pengelolaan persampahan. Tujuan, sasaran dan strategi pengembangan persampahan dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tujuan dan Sasaran Persampahan Tujuan Sasaran Data Dasar (1) (2) (3) Tercapainya target Universal Akses untuk layanan persampahan tahun 2019 dan SDGs 2030 Meningkatnya layanan penanganan persampahan dari 12,52% Tahun menjadi 18% pada tahun 2020 dan 24% pada Tahun 2023 Pengurangan sampah hingga 30% pada Tahun 2023 Terpenuhinya anggaran biaya untuk kegiatan pengelolaan persampahan 12,52% jumlah sampah yang terlayani sampai ke TPA 1,57% pengurangan sampah. Anggaran biaya untuk pengelolaan persampahan masih minim c. Drainase Pengelolaan drainase masih memerlukan perbaikan. membutuhkan usaha yang konkrit dalam menangani drainase perkotaan. Pengelolaan drainase Kabupaten Barito Utara masih memerlukan perbaikan, meskipun resiko genangan/banjir tidak terlalu besar. Pengelolaan drainase perkotaan. Tujuan dan Sasaran serta strategi untuk mencapai visi dan misi sanitasi yang telah dirumuskan sebelumnya, dirumuskan berdasarkan kondisi terkini terkini dari pengelolaan sanitasi subsektor drainase perkotaan seperti tercantum pada tabel dibawah ini : Tabel 3.7. Tujuan dan Sasaran Drainase Perkotaan Tujuan Sasaran Data Dasar (1) (2) (3) Tercapainya target Universal Akses untuk layanan Drainase Perkotaan tahun 2019 Mengurangi luasan wilayah genangan dari 342 ha saat ini menjadi 0 hadi wilayah perkotaan pada tahun 2019 Terpenuhinya anggaran biaya untuk kegiatan pengelolaan drainase Tersusunnya peraturan daerah mengenai pengelolaan drainase perkotaan 342 ha Wilayah Perkotaan terjadi genangan Anggaran biaya untuk pengelolaan drainase masih minim Belum ada Perda mengenai pengelolaan drainase perkotaan 11 B A B I I I

86 Skenariao Pencapaian Sasaran Sektor Air limbah Domestik pada tahun 2019, target akses dasar perdesaan harus mencapai 100% khususnya untuk menangani wilayah perdesaan yang 31,12% masih BABS, sedangkan wilayah perkotaan target pada tahun 2019 sudah bebas cubluk (akses dasar) 0% dan dialihkan ke akses layak. Target akses layak untuk wilayah perkotaan pada tahun 2019 mesti mencapai 34,10% sedangkan target di wilayah perdesaan pada tahun 2019 sebesar 40,30 akses layak dan 25,60% akses dasar Sektor persampahan target pada tahun 2019 sudah bebas sampah tidak terproses 0% baik di wilayah perkotaan maupun wilayah perdesaan. Target Akses Dasar (sampah yang dikelola mandiri oleh masyarakat) berupa penimbunan atau pengomposan pada tahun 2019 di wilayah perdesaan mesti mencapai 25,52%. Target akses layak pada tahun 2019 berupa pengangkutan langsung sampah ke TPA diwilayah perkotaan sebesar 12,52%, sedangkan diwilayah perdesaan 0,01%.dengan sampah. Sementara sampah tidak terperoses 13,91% untuk wilayah perkotaan dan 70,56% wilayah perdeasaan, sehingga total target total pada tahun 2019 bebas sampah tidak terproses 0%, akses tertangani sebesar 87,73%. Sasaran sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) dapat tercapai 100% target Universal Access sesuai target RPJMN yaitu pada tahun Skenario Pencapaian sasaran jangka menengah Air Limbah Domestik, persampahan dan drainase tahun sampai dengan tahun 2022 dapat dilihat pada tabel berikut ini : 12 B A B I I I

87 Tabel 3.8. Skenario Pencapaian sasaran jangka menengah Air Limbah Domestik, persampahan dan drainase Perkotaan Komponen Tahun Air Limbah Domestik Akses Layak 37,75 39,08 41,43 42,85 45,5 74,4 75,5 76,9 77,5 78,47 Akses Dasar 7,55 7,55 7,55 7,55 7,55 25,6 24,5 23,1 22,5 21,53 T anpa Akses 54,7 53,37 51,02 49,6 47, Persampahan Sampah T idak T ertangani 92, , Sampah T ertangani Skala Rumah T angga 0,5 1 1,1 1,2 1,42 72,73 65,73 58,73 53,73 46,3 Sampah T ertangani Ke Pemrosesan Akhir 6 7 8,9 9,8 12, ,72 Pengurangan Sampah ,57 9,27 15,27 20,27 24,27 29,98 3. Drainase Perkotaan Luas genangan Sumber : Instrumen SSK dan Pokja AMPL Kab. Barito Utara 13 B A B I I I

88 Gambar 3.1 Grafik Pencapaian Sasaran Air Limbah Domestik Gambar 3.2 Grafik Pencapaian Sasaran Persampahan Gambar 3.1 Grafik Pencapaian Sasaran Drainase 14 B A B I I I

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur 2015-2019 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan, tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Kabupaten Gunungkidul melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Gunungkidul dilakukan karena usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bandung Barat adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi

1.1 Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bandung Barat adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi 1.1 Latar Belakang Tahun 2016 Kabupaten Bandung Barat melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung Barat dilakukan untuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Takdir geografis Kabupaten Sleman yang merupakan bagian dari ekologi gunung api aktif Gunung Merapi, dari puncak hingga dataran lereng kaki, menjadikan keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Strategi pengembangan sanitasi yang dituangkan di dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini merupakan suatu dokumen perencanaan jangka menengah (5 Tahun)

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi karena lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi : tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Tolitoli merupakan suatu tahapan antara, yaitu setelah penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Tolitoli (SSK)

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pembangunan sanitasi yang ditetapkan untuk memecahkan permasalahan sanitasi seperti yang tertera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tinjauan : tahun Pemutakhiran SSK LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. Tinjauan : tahun Pemutakhiran SSK LATAR BELAKANG 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan bidang sanitasi di Kabupaten Purworejo telah dilakukan oleh SKPD sesuai dengan tupoksinya melalui serangkaian program dan kegiatan dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan. Sanitasi yang tidak memadai atau kurang baik di Kabupaten Ciamis berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

I Pendahuluan

I Pendahuluan 1.1. Pendahuluan Secara umum sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Sedangkan pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pembangunan sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara masih banyak dilakukan secara parsial, dimana masing-masing SKPD melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas wilayah Republik Indonesia dengan sebaran pulau, jumlah masyarakat permukiman dengan kendala pencapaian lingkungan sehat saat ini menjadi sasaran pembangunan pemerintah

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyusunan Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tindaklanjut dari penyusunan Dokumen Buku Putih (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Pendahuluan 1 BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini pembangunan di sektor sanitasi dan pengelolannya kurang mendapatkan perhatian dan prioritas di berbagai daerah di Indonesia, dimana baru 51

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. SSK Pemutakhiran Kab. Banyuwangi 2016 I-1

1.1. Latar Belakang. SSK Pemutakhiran Kab. Banyuwangi 2016 I-1 1.1. Latar Belakang. Sanitasi yang baik dan layak merupakan salah satu faktor penunjang kesehatan masyarakat, akan tetapi belum seluruh stakeholder memberikan perhatian yang memadai terhadap sanitasi,

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada strategi percepatan pembangunan sanitasi ini akan menjelaskan pernyataan tujuan, sasaran, dan strategi yang ingin dicapai dalam pengembangan sanitasi

Lebih terperinci

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Sukoharjo adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Ir. Sri Hartoyo Dipl.SE, ME Direktur Jenderal Cipta Karya. Kata Pengantar

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Ir. Sri Hartoyo Dipl.SE, ME Direktur Jenderal Cipta Karya. Kata Pengantar KATA PENGANTAR Dalam rangka terwujudnya implementasi pembangunan sanitasi yang sistematis dan tepat sasaran, dibutuhkan perencanaan yang baik dan berkualitas. Melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka persiapan implementasi pembangunan sanitasi, di tahap awal diperlukan perencanaan yang baik dan berkualitas. Melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Bone adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Fakfak telah mengalami perkembangan yang cukup pesat di 10 tahun terakhir ini. Perkembangan ini dapat dilihat dari meningkatnya pertambahan penduduk Kabupaten

Lebih terperinci

NOTULENSI KICK OF MEETING PROGRAM PPSP TAHUN 2016

NOTULENSI KICK OF MEETING PROGRAM PPSP TAHUN 2016 NOTULENSI KICK OF MEETING PROGRAM PPSP TAHUN 2016 Dokumen ini memuat notulensi pertemuan awal Pemutakhiran SSK Program PPSP Kabupaten Bandung yang diselenggarakan pada tanggal 23 Mei 2016 P o k j a S a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karimun sebagai daerah yang sangat berpengaruh pada pasang surut dan yang sebagian besar dikelilingi oleh lautan dan penduduk yang masih banyak mendiami pesisir

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai

Lebih terperinci

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam menentukan visi dan misi sanitasi kabupaten Takalar, mengacu kepada visi dan misi kabupaten yang terdapat dalam RPJMD. Dengan adanya kesamaan persepsi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen MPS yang disusun oleh Pokja Sanitasi Kota Tangerang ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan penyusunan Buku Putih Sanitasi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kabupaten Karanganyar adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan. Ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat

Lebih terperinci

2016 BAB I PENDAHULUAN

2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan penanganan drainase lingkungan, diperlukan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Tana Toraja dalam rangka mencapai visi dan

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam organisasi

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci