KORELASI MINAT MEMBACA TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-KOTA MAKASSAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KORELASI MINAT MEMBACA TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-KOTA MAKASSAR"

Transkripsi

1 KORELASI MINAT MEMBACA TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-KOTA MAKASSAR The Influence of Reading Interest on Speaking Skills of Fifth Grade Elementary School in Makassar TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar RICHA YUNITA RASYID NIM: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020 DAFTAR ISI

2 HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO... ABSTRAK... ABSTRACT... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv v vi vii ix xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 9 C. Tuuan Penelitian D. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoretis Minat Membaca a. Tinjauan tentang Minat Baca b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Minat Baca c. Cara Menumbuhkan Minat Baca... 26

3 2. Keterampilan Berbicara a. Pengertian Keterampilan Berbicara b. Proses Berbicara c. Faktor-faktor Penunjang Keterampilan Berbicara d. Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SD e. Tujuan Pembelajaran Berbicara bagi Siswa SD f. Aspek-Aspek Penilaian Pembelajaran Berbicara B. Kajian Penelitian yang Relevan C. Kerangka Pikir D. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel Populasi Penelitian Sampel Penelitian D. Metode Pengumpulan Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data serta Instrumen yang Digunakan E. Definisi Operator dan Pengkuran Variabel Penelitian... 66

4 F. Teknik Analisis Data Analisis Statistik Deskriptif Analisis Statistik Inferesial BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis Deskriptif Analisis Inferensial ( Pengujian Hipotesis ) B. Pembahasan BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Rubrik Pengamatan Penilaian Keterampilan Berbicara Tabel 2.2 Kategori Skor Intonasi Tabel 2.3 Kategori Skor Pilihan Kata Tabel 2.4 Kategori Skor Kelancaran Tabel 2.5 Kategori Skor Pemahaman Tabel 3.1 Deskripsi Keadaan Populasi Tabel 3.2 Keadaan Sampel Penelitian... 60

5 Tabel 3.3 Kategorisasi Skor Minat Baca Tabel 3.4 Kategorisasi Skor Tes Keterampilan Berbicara Tabel 3.5 Format Kategori Penilaian Variabel Tabel 4.1 Rangkuman Kategori Data Minat Baca Siswa Kelas V SD Negeri Kaccia Tabel 4.2 Rangkuman Kategori Data Minat Baca Siswa Kelas V SDN Pongtiku Tabel 4.3 Rangkuman Kategori Data Minat Baca Siswa Kelas V SDI Bert. Labuang Baji Tabel 4.4 Rangkuman Kategori Data Minat Baca Siswa Kelas V SD Sangir Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Analisis Deskriptif Data Variabel Minat Membaca Siswa Kelas V SD Se-Kota Makassar Tabel 4.6 Rangkuman Kategori Data Minat Baca Siswa Kelas V SD Se- Kota Makassar Tabel 4.7 Rangkuman Kategori Data Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Kaccia Tabel 4.8 Rangkuman Kategori Data Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pongtiku Tabel 4.9 Rangkuman Kategori Data Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDI Bert. Labuang Baji Tabel 4.10 Rangkuman Kategori Data Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Sangir Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Analisis Deskriptif Data Variabel Keterampialan Berbicara Siswa Kelas V Se-Kota Makassar... 76

6 Tabel 4.12 Rangkuman Kategori Data Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Se-Kota Makassar Tabel 4.13 Uji Hipotesis DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 53

7 PRAKATA Segala puji syukur bagi ALLAH swt. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufik Nya kepada seluruh ummat manusia. Sehingga kita tetap iman dan Islam, serta komitmen sebagai insan yang haus akan ilmu pengetahuan. Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir, sebagai mana syarat yang harus dipenuhi dalam jenjang perkuliahan di pascasarjana khususnya di Universitas Muhammadiyah Makassar. Selesainya penyusunan tesis berkat bimbingan dari dosen yang sudah ditetapkan, dan juga berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Erwin Akib,S.Pd., M.Pd., Ph.D dan Dr. Aida Azis. M. Pd. dosen pembimbing yang telah membimbing selama dalam penyusunan tesis ini.

8 Prof. Dr. H. Abdurrahman Rahim, S.E,. MM. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Dasar Unismuh Makassar yang senantiasa membimbing penulis dalam hal ilmu pengetahuan. Dr. H. Darwis Muhdina, M. Ag. Direktur Pascasarjana yang selalu memberikan dorongan semangat dalam mengemban ilmu pengetahuan selama perkuliahan. Segenap Dosen Pascasarjana Pendidikan Dasar Unismuh Makassar yang telah berjasa menghantarkan penulis untuk mengetahui arti pentingnya ilmu pengetahuan. Kedua orang tua dan suami tercinta yang telah memberikan bimbingan, dukungan moral dan spiritual selama studi, serta senantiasa memberikan kasih sayangnya yang tidak ternilai harganya. Teman-teman angkatan 2016 Program Studi Ilmu Pendidikan Dasar yang selalu ada dalam kebersamaan dan bantuannya, baik suka maupun duka selama ini yang memberikan motivasi. Dengan penuh harapan, semoga jasa kebaikan kita semua diterima Allah swt. dan tercatat sebagai amal shahlih. Jazakumullah khairul jaza. Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca dengan harapan ada saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi pengembangan dan perbaikan, serta pengembangan lebih sempurna dalam kajian-kajian pendidikan. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat ridha dari Allah swt. Amin. Makassar, Februari 2020 Penulis, Richa Yunita Rasyid

9 MOTO "Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa Indonesia, sekaligus merupakan bahasa persatuan. Hal ini terbukti dengan keadaan bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka suku, budaya dan bahasa yang berbeda. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Bahasa berperan sebagai penghubung antarmanusia, sehingga mereka bisa saling berkomunikasi. Setiap aktivitas manusia selalu menggunakan bahasa sebagai alat interaksi. Aktivitas berbahasa merupakan aktivitas yang paling esensial dalam kehidupan manusia. Hal ini benar karena berkomunikasi bukan hanya sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga berekspresi, meminta

11 respons dan merespons dengan segala kompleksitas bahasa yang tidak selalu didasari oleh setiap orang. Salah satu pelajaran dasar yang penting dikuasai oleh siswa mulai dari tingkat dasar sampai tingkat atas adalah Bahasa indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk berpikir logis, analitif, kreatif, sistematis yang akan membuat inovasi baru dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam pendidikan. Keterampilan berbahasa ada empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan membaca merupakan aspek reseptif, sementara berbicara dan menulis merupakan aspek produktif. Dalam aktivitas berbicara, si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Sementara, dalam menyimak si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa lisan yang disampaikan si penyampainya. Dalam kegiatan menulis, si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa tulis. Di pihak lain, dalam membaca si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan penulisnya. Hal ini sejalan Badan Standar Nasional Pendidikan (BPSN) (dalam Susanto, 2013:245) bahwa keterampilan berbahasa Indonesia dalam kurikulum di sekolah mencakup empat aspek, yaitu: (1) keterampilan menyimak/mendengarkan, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan menulis, dan (4) keterampilan membaca. Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan

12 bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimilikinya, misalnya profesi sebagai manajer, jaksa, pengacara, guru, penyiar, dai, dan wartawan. Keterampilan membaca sangat penting dalam kehidupan manusia yang kompleks. Hampir disetiap aspek kehidupan membutuhkan kegiatan membaca. Informasi-informasi yang dibutuhkan dalam proses kehidupan dapat ditemukan dalam kegiatan membaca. Kegiatan membaca dilakukan untuk mengetahui suatu hal dan mendapatkan hal yang baru. Terkait hal tersebut, kehidupan yang sudah modern dan serba menggunakan teknologi saat ini sangat membantu dalam meningkatkan kegiatan membaca. Masyarakat yang malas membaca akan ketinggalan informasi yang ada di sekelilingya. Bagi masyarakat yang rajin membaca akan mendapatkan informasi, pengetahuan, dan wawasan sehingga memiliki banyak bekal untuk mengatasi setiap tantangan. Farr (dalam Dalman, 2013:5) mengemukakan, bahwa membaca merupakan jantung pendidikan. Dalam hal ini, orang yang sering membaca, pendidikannya akan maju dan memiliki wawasan yang luas. Kebiasaan membaca haruslah ditanamkan pada anak-anak sedini mungkin, terutama pada dunia sekolah dasar. Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang sangat penting dalam pembelajaran. Pada usia inilah waktu yang tepat untuk menanamkan kebiasaan membaca. Selain kebutuhan sehari-hari, membaca

13 merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah. Melalui membaca seseorang dapat mengetahui apa yang sebelumnya tidak diketahui. Membaca merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Hal tersebut sesuai pendapat Tarigan (2015:7) yang menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Pengertian lain dari membaca menurut Emerland V Dechant (dalam Zucdhi, 2008: 21) membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Hal ini juga dijelaskan pada al Qur an surah al- Alaq ayat 1-5 yaitu: (4) (3) (2) (1) Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan pena, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya. (QS Al Alaq: 1-5) (Al-Qur An Terjemahan: 597) (5) Siswa yang memiliki minat baca tinggi akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan siswa yang lain, baik dilihat dari pengetahuan tentang pelajaran atau dilihat dari pengetahuan umum. Seorang siswa yang tidak berminat untuk membaca, akan kesulitan dalam belajar. Dalam dunia

14 pendidikan kemampuan membaca merupakan salah satu faktor yang sangat menunjang keberhasilan belajar seseorang. Minat tidak dimiliki sejak lahir. Secara umum sesuatu yang dilakukan dengan senang hati dan tanpa adanya suatu paksaan dari pihak lain itu dapat disebut dengan minat. Minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto,2013: 180). Jadi, minat baca adalah sesuatu keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Adanya minat dalam kegiatan membaca dapat digunakan untuk melatih keterampilan membaca, menambah ilmu dan kosakata baru. Hal ini dikarenakan bila mereka mendapatkan kata yang sulit untuk dipahami, maka mereka akan membuka kamus untuk membantunya. Kemampuan berbahasa penting untuk dipelajari oleh siswa, karena jika siswa terbiasa mendengarkan dan berbicara dengan menggunakan bahasa yang tidak baku akan mengalami kesulitan ketika mempelajari pelajaran di sekolah atau membaca literatur dalam bahasa ilmiah. Selain itu, bahasa juga akan menentukan bagaimana anak harus mempelajari lingkungan. Bahasa bisa mengembangkan kemampuan belajar, namun bahasa yang sulit dipahami akan menghambat anak untuk belajar. Bahasa sendiri memunyai bentuk dasar berupa ucapan atau lisan. Jadi, jelas bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi, dan komunikasi itu adalah berbicara. Di samping Kemampuan membaca yang harus dikuasai dalam bahasa,keterampilan berbicarapun sangat penting karena merupakan kemampuan dalam mengucapkan kata-kata untuk mengungkapkan

15 suatu pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Keterampilan berbicara merupakan suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Dengan menguasai keterampilan berbicara, siswa akan mampu mengomunikasikan gagasan-gagasannya serta mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat siswa sedang berbicara. Menurut Mulgrave (dalam Tarigan, 2015:16), berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak. Hakikatnya, siswa telah menyadari bahwa kemampuan berbicara merupakan sarana untuk berkomunikasi, atau bekal melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, keterampilan berbicara di kalangan siswa sekolah dasar, belum seperti yang diharapkan. Setiap mendapat tugas berbicara siswa seringkali mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut dapat berupa kesulitan dalam pemilihan kosakata yang tepat, kurang lancar berbicara, maupun kurang jelas dalam mengungkapkan gagasannya. Berbeda ketika

16 murid berada di luar kelas dan dalam keaadaan tidak resmi, biasanya mereka lebih lancar dalam berbicara. Berbicara merupakan tuntunan kebutuhan siswa di Sekolah Dasar siswa kelas V Se- Kota Makassar. Komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam setiap siswa untuk berdiskusi atau berinteraksi dengan temantemannya di kelas maupun di luar kelas. Kegiatan berbicara sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kemampuan ini perlu dilatih sejak awal. Namun, kenyataannya yang terjadi di lapangan tidak semua siswa seperti itu, ada beberapa siswa juga yang berkunjung ke perpustakaan sekolah. Kurangnya minat membaca adalah salah satu penyebab dari rendahnya keterampilan berbicara siswa. Ini dapat dilihat dari kondisi perpustakaan yang selalu sepi pada saat jam istrahat berlangsung. Hal tersebut dibuktikan waktu istirahat selama 15 menit tidak dimanfaatkan siswa untuk membaca. Mereka lebih suka bermain-main di halaman atau jajan di kantin daripada berkunjung ke perpustakaan sekolah untuk membaca maupun meminjam buku. Tarigan (20015: 143) berpendapat bahwa ada sejumlah siswa masih merasa takut berdiri di hadapan teman sekelasnya. Bahkan tidak jarang terlihat beberapa siswa berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa yang akan dikatakan apabila berhadapan dengan sejumlah siswa lainnya. Sebagaimana disebutkan oleh Supriyadi (2005: 179) bahwa sebagian besar siswa belum lancar berbicara dalam bahasa

17 Indonesia. Siswa yang belum lancar berbicara dapat disertai dengan sikap siswa yang pasif, malas berbicara (ogah-ogahan), sehingga siswa merasa takut salah dan malu, atau bahkan kurang berminat untuk berlatih berbicara di depan kelas. Kegiatan berbicara merupakan bagian dari kemampuan berbicara yang berperan penting baik dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah maupun kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbicara memiliki beberapa manfaat bagi siswa khususnya siswa sekolah dasar yaitu untuk meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi dengan baik, membentuk karakter dan mengembangkan keterampilan dalam berbahasa. Sehubungan dengan penelitian ini yang menjadi fokus penelitian ini adalah melalui kata-kata, ter-ekspresikan pikiran, gagasan, serta perasaan terhadap orang lain. Kosakata sebagai salah satu unsur bahasa memegang peranan penting dalam kegiatan berbicara. Penguasaan kosakata yang cukup dapat diperoleh dari kebiasaan membaca. Siswa yang rajin membaca akan memperoleh sejumlah konsep, pengetahuan, maupun teknologi. Dengan perolehan seperti itu akan mendukung siswa untuk terampil berbicara. Namun kenyataannya yang dijumpai di lapangan bahwa masih ada siswa yang belum terampil berbicara khususnya siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar. Hal ini dilihat di SDN Kaccia, SD Pongtiku I, SDI Bert. Labuang Baji, dan SDI Sangir. Berangkat dari masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian guna menguji ada tidaknya pengaruh

18 signifikan antara minat membaca terhadap keterampilan berbicara. Untuk itu, penelitian ini bertolak dari anggapan bahwa minat membaca berpengaruh terhadap keterampilan berbicara. Keduanya,membaca dan keterampilan berbicara saling berhubungan dan memengaruhi. Berdasar dari hal tersebut, peneliti termotivasi untuk meneliti dan membuktikan pengaruh minat membaca terhadap keterampilan berbicara Sekolah Dasar kelas V Se- Kota Makassar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana minat membaca siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar? 2. Bagaimana kemampuan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar? 3. Adakah pengaruh minat membaca terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui minat baca siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar.

19 2. Mengetahui sejauh mana keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar. 3. Mengetahui pengaruh minat membaca siswa terhadap keterampilan berbicara kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis kepada guru khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan kepada siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar, serta para pembaca pada umumnya. 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a. Memberikan informasi tentang ada tidaknya pengaruh minat membaca terhadap keterampilan berbicara, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. b. Memberikan masukan tentang pengaruh minat membaca terhadap keterampilan berbicara. Menambah wawasan ilmu khususnya bidang pembelajaran Bahasa Indonesia terutama dalam keterampilan berbicara sehingga mendorong peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

20 a. Siswa Manfaat penelitian ini bagi siswa untuk mengetahui kemampuannya dalam hal keterampilan berbicara dan minat membaca sehingga mereka dapat mengukur kemampuannya. b. Guru 1) Sebagai bahan pertimbangan tentang arti penting minat membaca siswa bagi pengembangan keterampilan berbicara, sehingga mendorong para guru untuk mengajarkan keterampilan berbahasa secara merata. 2) Memberi masukan kepada guru bahasa Indonesia tentang komponen-komponen bahasa dan komponen lainnya yang mendukung keterampilan berbicara bahasa Indonesia. 3) Memberikan masukan kepada guru bahasa Indonesia dalam menentukan strategi pembelajaran berbicara yang tepat sehingga tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dapat tercapai. c. Kepala Sekolah Manfaat penelitian ini bagi kepala sekolah untuk memberikan dorongan kepada guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar menerapkan pembelajaran yang integral. d. Pengelola Pendidikan Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kondisi faktual pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah dasar, khususnya di Kecamatan

21 Mamajang. Untuk pengembangannya, tambahan buku bacaan baru sangat diperlukan guna membangkitkan motivasi siswa dalam membaca. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoretis 1. Minat Membaca a. Tinjauan tentang Minat Baca Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan sesuatu yang dianggapnya memberikan kesenangan dan kebahagiaan. Dari perasaan senang tersebut timbul keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan apa yang telah membuatnya senang dan bahagia. Slameto (2003: 180) menyatakan bahwa minat sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,

22 semakin besar minat. Menurut Ana Laila Saufiah dan Zuchdi (2004:116) bahwa minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian pada orang lain, pada aktivitas atau objek lain. Sedangkan Slameto (2013:57) menjelaskan bahwa minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Lebih lanjut Slameto mengemukakan bahwa suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari karena minat menambah dorongan untuk belajar. Menurut Hurlock (2011: 114), minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Hal ini akan mendatangkan kepuasan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu keingian yang berasal dari dalam diri seseorang untuk memberikan perhatian khusus terhadap sesuatu hal yang tercipta dengan penuh kemauan dan perasaan senang. Minat dapat

23 dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkan. Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah dasar. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dan merupakan satu kesatuan. Kegiatan membaca merupakan kegiatan reseptif, suatu bentuk penyerapan yang aktif. Dalam kegiatan membaca, pikiran dan mental dilibatkan secara aktif, tidak hanya aktivitas fisik saja. Banyak ahli yang memberikan definisi tentang membaca. Berikut ini akan dikemukakan berbagai pendapat mengenai kegiatan membaca. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Alwi dkk. 2005: 83), membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dengan kata lain, membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Menurut Tarigan (2015: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Pendapat tersebut didukung oleh Akhadiah dkk. (2012: 22), membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencangkup beberapa kegiatan

24 seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Menurut Soedarso (2006: 4) membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, misalnya pembaca harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat untuk memperoleh informasi dalam bacaan. Klein, dkk. (dalam Rahiem, 2008: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencangkup: 1) Membaca merupakan suatu proses Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. 2) Membaca adalah strategis Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca. 3) Membaca merupakan interaktif Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Anderson (dalam Tarigan, 2015: 7) mengartikan membaca ditinjau dari sudut lingkungan bahwa membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and

25 decoding process). Oleh karena itu, dalam membaca diperlukan kejelian pembaca untuk mengetahui isi yang tersurat ataupun yang tersirat. Finochiaro dan Bonomo (dalam Tarigan, 2008: 8) secara singkat mengatakan bahwa reading adalah bringing meaning ti and getting meaning from printed or written material, memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis. Menurut Nurhadi (2010: 13-14) membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit. Kompleks artinya dalam proses mebaca terlibat berbagai faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan (sederhana-berat, mudah-sulit), faktor lingkungan, atau faktor latar belakang social ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca. Rumit bahwa faktor internal dan eksternal saling bertautan atau berhubungan, membentuk semacam koordinasiyang rumit untuk menunjang pemahaman terhadap bacaan. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses aktivitas komunikasi yang kompleks dan rumit dalam memahami makna tulisan mulai dari mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan menjadi suatu kalimat, dan memahami bacaan secara menyeluruh, serta mampu menarik kesimpulan dengan tujuan yang memperoleh pesan yang

26 disampaikan penulis. Membaca bertujuan untuk melihat, memahami isi atau makna, dan memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis sehingga diperoleh pemahaman terhadap bacaan. Melalui membaca, informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh. Orang yang melakukan aktivitas tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai, demikian juga dalam kegiatan membaca. Seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencangkup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Anderson (dalam Tarigan, 2008: 9-10) mengemukakan beberapa yang tujuan penting dalam membaca, yaitu : 1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau faktafakta (reading for details or fact).yaitu menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh dan apa yang terjadi pada tokoh. 2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). Yaitu mengetahui topik dan masalah yang terdapat dalam cerita, yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh.

27 3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).yaitu menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi dari awal hingga akhir cerita. 4) Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). Yaitu mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka dan apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca. 5) Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). Yaitu menemukan serta mengetahui sesuatu yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. 6) Membaca mengevaluasi (reading to evaluate). Yaitu menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. 7) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast). Yaitu menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehdupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca.

28 Menurut Rahiem (2008: 11) membaca bertujuan untuk mendapatkan informasi atau pesan dari teks. Membaca dengan tujuan, cederung lebih memahami dibandingkan dengan yang tidak mempunyai tujuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhayati (2009: 4) bahwa tujuan membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting karena akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman membaca. Dengan pemahaman bacaan, akan terjadi interaksi antara bahasa dan pikiran kita. Selain itu kita juga bisa mengembangkan kemampuan konsentrasi dan arti yang lebih dalam. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh makna yang tepat dari bacaan yang dibacanya. Oleh karenanya akan menjadikan seseorang terus berpikir untuk memahami makna yang terkandung dalam tulisan. Semakin banyak seseorang membaca, semakin tertantang seseorang untuk terus berpikir terhadap apa yang mereka telah baca. Darling-Hammond (Akib erwin 2018) juga mengungkapkan bahwa The paradigm of 21st century emphasizes the students kill in critical thinking, collaboration, and problem-solving. The achievement of skills will be achieved with the teaching method which supporting knowledge and skill.(paradigma abad ke-21 menekankan pembunuhan siswa dalam pemikiran kritis, kolaborasi, dan penyelesaian masalah. Pencapaian keterampilan akan dicapai dengan metode pengajaran yang mendukung pengetahuan dan keterampilan).

29 Rahiem (2008: 28) mengemukakan bahwa minat baca ialah keinginan yang kuat disertai dengan usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri atau dorongan dari luar. Minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri atau dorongan dari luar. Minat membaca juga merupakan perasaan senang seseorang terhadap bacaan karena adanya pemikiran bahwa dengan membaca itu dapat diperoleh kemanfaatan bagi dirinya. Minat baca merupakan suatu kecenderungan kepemilikan keinginan atau ketertarikan yang kuat dan disertai usaha-usaha yang terus menerus pada diri seseorang terhadap kegiatan membaca yang dilakukan secara terus menerus dan diikuti dengan rasa senang tanpa paksaan, atas kemauannya sendiri atau dorongan dari luar sehingga seseorang tersebut mengerti atau memahami apa yang dibacanya. Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa minat baca terkandung unsur perhatian, kemauan, dorongan dan rasa senang untuk membaca. Perhatian bisa dilihat dari perhatiannya terhadap kegiatan membaca, mempunyai kemauan yang tinggi untuk membaca, dorongan dan rasa senang yang timbul dari dalam diri

30 maupun dari pengaruh orang lain. Semua itu merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap. b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Minat Baca Dawson dan Bamman (dalam Rahman, dkk. 2005: 6-8) mengemukakan prinsip-prinsip yang memengaruhi minat baca sebagai berikut. 1) Seseorang atau siswa dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat bahan-bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan, dan cara penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya. Isi dari bahan bacaan yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan individu, merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap minat bacanya. 2) Kegiatan dan kebiasaan membaca dianggap berhasil atau bermanfaat jika siswa memperoleh kepuasan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, yaitu rasa aman, status, kedudukan tertentu, kepuasan efektif dan kebebasan yang sesuai dengan kenyataan serta tingkat perkembangannya. Jika kegiatan membaca dianggap menguntungkan seseorang, maka membaca merupakan suatu kegiatan yang dianggap sebagai salah satu kebutuhan hidupnya. 3) Tersedianya sarana buku bacaan dalam keluarga merupakan salah satu faktor pendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca. Ragam bacaan yang memadai dan beraneka

31 ragam dalam keluarga sangat membantu anak dalam meningkatkan minat baca. 4) Tersedianya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan sempurna serta kemudahan proses peminjamannya merupakan faktor besar yang mendorong minat baca siswa. 5) Adanya program khusus kurikuler yang memberikan kesempatan siswa untuk membaca secara periodik di perpustakaan sekolah sangat mendorong perkembangan dan peningkatan minat baca siswa. 6) Saran-saran teman sekelas sebagai faktor eksternal dapat mendorong timbulnya minat baca siswa. Pergaulan teman dalam sekolah menjadi salah satu faktor penting dalm pembentukan minat. Siswa yang berminat terhadap kegiatan membaca, lebih sering mengajak temannya ikut melakukan kegiatan membaca baik di dalam kelas ataupun perpustakaan sehingga memberikan pengaruh positif juga terhadap temannya. 7) Faktor guru yang berupa kemampuan mengelola kegiatan dan interaksi belajar mengajar, khususnya dalam program pengajaran membaca. Guru yang baik harus mengetahui karakteristik dan minat anak. Guru menyajikan bahan bacaan yang menarik dan bervariasi supaya siswa tidak merasa bosan. 8) Faktor jenis kelamin juga berfungsi sebagai pendorong pemilihan buku bacaan dan minat baca siswa. Anak perempuan biasanya lebih suka membaca novel, cerita drama

32 maupun cerita persahabatan, sedangkan anak laki-laki biasanya lebih suka cerita bertema kepahlawanan. Menurut Harris dan Sipay (dalam Mujiati, 2001: 24) mengemukakan bahwa minat baca dipengaruhi oleh dua golongan, yaitu golongan faktor personal dan golongan institusional. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri meliputi:(1) usia, (2) jenis kelamin, (3) intelegensi, (4) kemampuan membaca, (5) sikap, (6) kebutuhan psikologis. Faktor institusional yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri yang meliputi: (1) tersedianya buku-buku, (2) status sosial ekonomi, (3) pengaruh orang tua, teman sebaya dan guru. Minat membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seorang siswa melainkan harus dibentuk. Perlu suatu upaya, terutama dari kalangan pendidik, di samping dari lingkungan keluarganya sebagai lingkungan terdekat, untuk melatih, memupuk, membina, dan meningkatkan minat baca. Minat sangat memegang peranan penting dalam menentukan langkah yang kita kerjakan. Walaupun motivasinya sangat kuat tetapi jika minat tidak ada, tentu kita tidak akan melakukan sesuatu yang dimotivasikan pada kita. Begitu pula halnya kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa minat seseorang akan sukar melakukan kegiatan membaca. c. Cara Menumbuhkan Minat Baca Pengajaran membaca tidak saja diharapkan untuk meningkatkan keterampilan membaca. Tetapi juga meningkatkan

33 minat dan kegemaran membaca siswa. Menurut Wiryodijoyo (2009: ) agar membaca menjadi pekerjaan yang menyenangkan bagi para siswa, maka diperlukan kerja sama yang erat antara orang tua dan guru, yaitu memberikan motivasi dan mengusahakan buku-buku bacaan. Pembentukan kebiasaan membaca hendaklah dimulai sedini mungkin dalam kehidupan, yaitu sejak masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak, usaha pembentukan minat yang baik dapat dimulai sejak kira-kira umur dua tahun, yaitu sesudah anak mulai dapat mempergunakan bahasa lisan (memahami yang dikatakan dan berbicara). Setelah anak mulai sekolah, perlu semakin dirangsang untuk membuka dan membaca buku-buku yang sesuai dengan yang dipelajarinya di sekolah. Bercerita kepada anak sebelum tidur atau pada waktu-waktu tertentu lainnya, terutama pada usia 3-5 tahun juga merupakan usaha untuk menumbuhkan minat baca. Selain itu, anak juga perlu dibawa ke perpustakaan dan ditunjukkan bagaimana cara membaca di ruangan baca di perpustakaan. Membaca bahan bacaan, baik itu surat kabar, buku-buku pelajaran, atau buku-buku bacaan merupakan hal penting untuk mendisiplinkan diri agar rajin membaca. Jika disiplin ini telah berjalan, maka minat membaca terbentuk dan akhirnya kebiasaan membaca akan tercapai. 2. Keterampilan Berbicara a. Pengertian Keterampilan Berbicara

34 Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Pembicara berkedudukan sebagai komunikator sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya dengan baik dan benar. Tarigan (2015: 16) menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Diungkapkannya pula bahwa berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang penting bagi kontrol sosial. Burhan Nurgiyantoro (2010: 276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan (Tarigan, 2015:14). Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh

35 manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,semantik, dan linguistik. Arsjad dan Mukti (2005: 23) menjelaskan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata kata untuk mengespresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penenpatan persendian (juncture). Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicaraan. Berbicara bukanlah sekadar kegiatan mengucapkan bunyibunyi bahasa, namun perlu didukung oleh penguasaan beberapa hal sebagai penunjang yang harus dipelajari terlebih dahulu agar bisa dikatakan terampil. Keterampilan berbicara itu akan terlihat manakala seseorang tampil mengekspresikan ide, pikiran, perasaan, aspirasi, dan berbagai pengalaman hidup kepada orang lain secara lisan. Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 241) mengungkapkan bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Ketrampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara

36 wajar, jujur, benar dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa berbicara merupakan keterampilan atau kemampuan menyampaikan pesan berupa pikiran, gagasan dan perasaan melalui bahasa lisan kepada orang lain dan kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat memengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan. b. Proses Berbicara Proses keterampilan berbicara dimulai sejak kecil. Ketika manusia belajar dari mendengar atau menyimak kemudian berbicara sesuai apa yang ia dengar, dilanjutkan dengan belajar membaca dan menulis. Berbicara sendiri merupakan aspek yang sangat mendukung dalam proses komunikasi secara lisan yaitu dengan belajar berbicara maka belajar berkomunikasi. Manusia sendiri setiap harinya harus berkomunikasi dengan manusia lain, maka aspek berbicara sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Manusia kemudian dapat berkomunikasi dengan bahasa dan berbicara agar maksud yang ingin disampaikan dapat tersampaikan kepada rekan bicara. Tahap ini akan berlanjut dengan berbicara untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada pendengar di muka umum. Dalam tahap ini ada beberapa orang yang mengalami

37 kendala. Alasan terbesar dari kondisi ini adalah karena kurang percaya diri yang mengakibatkan demam panggung. Ellis (dalam Rofi uddin dan Zuchdi 2001: 7) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara, yaitu: (1) menirukan pembicaraan orang lain (khususnya guru); (2) mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai; dan (3) mendekatkan atau menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar. Arsjad dan Mukti, (2005: 31) menyatakan suksesnya sebuah pembicaraan sangat tergantung kepada pembicara dan pendengar. Untuk itu dituntut beberapa peryaratan kepada seorang pembicara dan pendengar. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang pembicara, yaitu; (1) menguasai masalah yang dibicarakan; (2) mulai berbicara kalau situasi sudah mengizinkan; (3) pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian pendengar; (4) berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat; (5) pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu; (6) Pembicaraan sopan, terhormat, dan melihatkan rasa persaudaraan; (7) dalam komunikasi dua arah, mulailah berbicara kalau sudah dipersilahkan; (8) kenyaringan suara; (9) pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan pembicaraan sepenuhnya. Bukti proses keterampilan berbicara ini ditunjukkan ketika seseorang senang mendengarkan atau menyimak, membaca dan

38 menulis maka kemampuan berbicaranya menjadi baik, karena menguasai bahan yang cukup untuk dibicarakan atau didiskusikan dengan rekan bicara. Apalagi disertai dengan kepercayaan diri dan pengalaman yang cukup, maka seseorang tersebut menjadi fasih berbicara di depan umum tanpa canggung. Bahkan seseorang yang pandai berbicara di depan umum akan mampu memengaruhi pendengarnya. Tompkins dan Hoskisson (dalam Rofi uddin dan Zuchdi 2001: 8) menyatakan bahwa proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan, yaitu percakapan berbicara estetik, berbicara untuk menyampaikan informasi atau untuk memengaruhi kegiatan berbicara dengan bercerita. Langkah-langkahnya di uraikan sebagai berikut. 1) Percakapan a) Memulai percakapan seorang murid secara sukarela atau dengan ditunjuk guru membuka pembicaraan. b) Menjaga berlangsungnya percakapan Apabila terjadi perbedaan selama mengadakan percakapan murid-murid harus dapat mengatasinya dengan baik sehingga tidak terjadi pertengkaran. c) Mengakhiri percakapan Murid-murid seharusnya dapat mencapai suatu persetujuan, sudah menjawab semua pertanyaan atau sudah melaksanakan tugas dengan baik. 2) Berbicara Estetik (mendongeng) a) Memilih cerita

39 Hal yang paling penting dalam memilih cerita adalah memilih cerita yang menarik. b) Menyiapkan diri untuk bercerita Murid-murid hendaknya membaca kembali dua atau tiga kali cerita yang akan diceritakan untuk memahami perwatakan pelaku-pelakunya dan dapat diceritakannya secara urut. c) Menambah barang-barang yang diperlukan Tiga barang yang dapat digunakan untuk membuat cerita lebih menarik ialah gambar-gambar yang ditempelkan di papan, boneka dan benda-benda yang menggambarkan pelaku binatang atau barang-barang yang diceritakan. d) Bercerita atau mendongeng Dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga penggunaan waktunya dapat efisien. 3) Berbicara Untuk Menyampaikan Informasi atau Memengaruhi Ketiga macam bentuk kegiatan yang termasuk jenis kegiatan ini ialah melaporkan informasi secara lisan, melakukan wawancara dan berdebat. 4) Kegiatan Dramatik Memiliki kekuatan sebagai teknik pembelajaran bahasa karena melibatkan murid-murid dan kegiatan berpikir logis dan kreatif. c. Faktor-faktor Penunjang Keterampilan Berbicara Dalam berkomunikasi seseorang harus memperhatikan faktorfaktor yang dapat memengaruhi dan menunjang kegiatan berbicara.

40 Hal ini dimaksudkan agar dapat mencapai hasil yang memuaskan seperti yang telah direncanakan dan ditargetkan. Keterampilan berbicara seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor penunjang utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang tersebut, baik fisik maupun nonfisik (psikis). Faktor fisik adalah menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir, sedangkan faktor nonfisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma), karakter, temparamen, bakat (talenta), cara berfikir dan tingkat intelegensi. Sedangkan faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, si pembicara juga harus memperlihatkan keberaniannya. Selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Keterampilan berbicara ditunjang oleh beberapa faktor, yang oleh Arsjad dan Mukti (2005: 17) dikelompokkan kedalam dua unsur, yakni faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan. 1) Faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara, antara lain. a) Ketepatan ucapan; b) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; c) Pilihan kata (diksi); dan

41 d) Ketepatan sasaran pembicaraan. 2) Faktor non kebahasaan yang mendukung keterampilan berbicara, antara lain. a) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku; b) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara; c) Kesediaan menghargai pendapat orang lain; d) Gerak-gerik dan mimik yang tepat; e) Kenyaringan suara juga sangat menentukan; f) Kelancaran, relevansi/penalaran, dan g) Penguasaan topik. Mulgrave (dalam Tarigan, 2015: 16) memberikan batasan mengenai penunjang keterampilan berbicara, antara lain: (1) pemahaman berbicara terhadap penyimak dan bahan pembicaraan; (2) sikap yang tenang dan mudah menyesuaikan diri; serta (3) kewaspadaan dan antusiasme sang pembicara. Sementara itu, Tarigan (2015: 5) menuturkan bahwa kemampuan berbahasa lisan mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosakata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat yang lengkap dan sempurna bila diperlukan, pembedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan kejadiankejadian dalam urutan yang wajar serta logis. Di samping itu, Powers (dalam Tarigan, 2015: 20) pun turut mengetengahkan beberapa hal yang turut menunjang keberhasilan sesorang pembicara dalam mengembangkan keterampilannya

42 tersebut. Menurutnya, ada empat keterampilan yang menunjang keterampilan berbicara seperti yang dijelaskan sebagai berikut: 1) Keterampilan sosial ialah kemampuan untuk berpartisipasi secara efektif dalam hubungan-hubungan masyarakat. Keterampilan ini menuntut seorang pembicara untuk mengetahui beberapa hal sebagai berikut: a) Apa yang harus dikatakan b) Bagaimana cara mengatakannya c) Kapan mengatakannya d) Kapan tidak mengatakannya 2) Keterampilan semantik adalah kemampuan untuk mempergunakan kata-kata dengan tepat dan penuh pengertian. 3) Keterampilan fonetik yakni kemampuan membentuk unsur-unsur fonemik bahasa kita secara tepat. Hal ini berkaitan dengan hubungan-hubungan perorangan yang menentukan apakah seseorang itu diterima sebagai anggota kelompok atau sebagai orang luar. 4) Keterampilan vokal yakni kemampuan untuk menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara pembicara. Hal ini bisa dilakukan melalui suara, karena hal ini mampu memperlihatkan kepribadian seseorang. Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan seseorang untuk dapat terampil berbicara ditunjang oleh beberapa faktor yang terbagi menjadi dua, yakni faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan berkaitan dengan penguasaan unsur-unsur

43 linguistik dan kaidah tata bahasa lainnya, sedangkan nonkebahasaan berhubungan dengan penguasaan diri, sikap, dan hubungan sosial pembicara. d. Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SD Berbicara adalah kegiatan menyampaikan ide atau gagasan secara lisan. Dalam kegiatan tersebut, pembicara harus memperhatikan bagaimana cara menyampaikan isi pembicaraan secara baik dan runtut sehingga dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Sebuah proses pembelajaran selalu diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dari pembelajaran keterampilan berbicara bukanlah memberi informasi sebanyakbanyaknya kepada siswa tentang pengetahuan berbicara, namun memberi kemampuan siswa untuk memberikan informasi sebanyak-banyaknya secara lisan tentang berbagai hal. Pembelajaran keterampilan berbicara seharusnya mampu membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara lisan dalam berbagai kegiatan. Kegiatan berbicara dapat diterapkan di dalam kelas dan berbagai topik dalam suatu mata pelajaran khususnya pembelajaran bahasa. Dengan perencanaan dan dukungan yang baik, kesempatan untuk berbicara dapat membua pembelajaran di kelas lebih bermakna sehingga siswa lebih mudah untuk memahami pembelajaran tersebut. Siswa yang tadinya belum memahami suatu bahasa maka dengan kegiatan berbicara yang

44 dilakukan di dalam kelas akan dapat membantu siswa dalam pemahaman sebuah bahasa. Pembelajaran keterampilan berbicara harus dilakukan dengan menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan potensi keterampilan bicaranya semaksimal mungkin. Apapun kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam pembelajaran, harus senantiasa memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih berbicara. Kegiatan berbicara sebagaimana halnya keterampilan berbahasa lainnya hanya dapat dikuasai dengan baik apabila si pembelajar diberi kesempatan berlatih sebanyak-banyaknya. Menurut Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003: 40) terdapat berbagai bentuk kegiatan berbicara yang dapat diajarkan kepada siswa. Untuk pengajaran keterampilan berbicara di SD, bentuk kegiatan keterampilan berbicara yang penting diajarkan dan dilatih kepada siswa adalah bertanya, bercerita, berdialog (wawancara), ceramah, pidato, diskusi kelompok, dan sebagainya. Masing-masing kegiatan berbicara ini memiliki tujuan yang berbeda-beda. Partisipasi kelompok dalam interaksi lisan atau kegiatan berbicara memberi siswa kesempatan untuk memahami kata-kata dan struktur baru yang sudah pernah mereka dengar sebelumnya selama kelas bahasa dan mempraktekannya sesuai konteks. Jika siswa belum mengerti kata-kata yang merupakan struktur baru maka dengan praktek berbicara di dalam kelas akan dapat

45 membantu siswa dalam memahami kata-kata baru tersebut yang biasanya jarang mereka ucapkan. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian diatas yaitu faktor yang dapat memenuhi keberhasilan dalam berbicara harus diajarkan kepada siswa agar penyampaian keberhasilan kegiatan tersebut dapat dipahami dan terarah dengan baik sehingga pendengar dapat memahami apa yang menjadi isi dari yang disampaikan. Selain itu, memberikan kesempatan kepada siswa semaksimal mungkin untuk berlatih berbicara sangat perlu dilakukan oleh guru karena dengan cara inilah siswa dapat menguasai keterampilan berbicara. e. Tujuan Pembelajaran Berbicara bagi Siswa SD Berbicara merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan keterampilan bercerita secara pragmatis. Berkaitan dengan hal ini, Supriyadi (2005: 188) menyebutkan bahwa kegiatan bercerita ini menambah keterampilan berbahasa lisan siswa secara terorganisasi dan membantu menginternalisasi karakter cerita. Kegiatan cerita ini dapat dilakukan oleh siswa di depan temantemannya. Keterampilan bercerita yang merupakan bagian dari kompetensi berbicara perlu diajarkan kepada siswa SD yang difokuskan pada kegiatan mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara, mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama

46 Berbicara merupakan salah satu sumber pendidikan yang sangat dekat dengan dunia anak-anak. Berbicara merupakan salah satu budaya yang sangat hidup dalam masyarakat. Pendidikan awal nonformal anak-anak banyak diperoleh melalui komunikasi dengan berbicara. Melalui bicara, informasi dapat diperoleh dengan cepat karena dalam proses berbicara komunikasi menjadi lebih bermakna. Pembicara dan pendengar akan merumuskan masalah kemudian menanyakannya pada waktu tertentu. Hal inilah yang sebenarnya diperlukan dalam dunia pendidikan yang pada dasarnya hidup dalam suasana harmonis dan komunikasi terjadi secara efektif. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat berkomunikasi secara efektif, sebaiknya pembicara harus menguasai segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Pembicara harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya. Pembicara harus mampu memahami prinsipprinsip yang mendasari segala situasi pembicara, baik secara umum maupun perorangan. Dengan demikian, kemahiran berbahasa akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat, bila ia memungkinkan kita mengembangkan kesanggupan kita untuk dapat memengaruhi orang lain dalam mengembangkan kontrol sosial yang diinginkan. Menurut Ochsdan Winker (dalam Tarigan, 2015: 16), pada dasarnyaberbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu sebagai berikut: (1) memberitahukan dan melaporkan (to inform), (2)

47 menjamu dan menghibur (to entertain), dan (3) membujuk, mengajar, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). f. Aspek-Aspek Penilaian Pembelajaran Berbicara Keberhasilan dalam pengajaran dapat diketahui hasilnya melalui evaluasi atau penilaian pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilaksanakan proses pembelajaran itu. Terkait dengan hal ini, Nurgiyantoro (2001: 5) menyatakan bahwa penilaian di dalam pendidikan adalah suatu proses karena pendidikan dan pengajaran itu sendiri merupakan proses mencapai sejumlah tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian dalam hal ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan tersebut Arsjad dan Mukti (2005: 91) memberi ilustrasi penilaian keterampilan berbicara sebagai berikut: (1) pengajar memberi tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan berbicara (baik secara individu maupun kelompok); (2) pengajar menentukan faktor-faktor yang dinilai atau diamati; (3) siswa yang tidak mendapat giliran berbicara diberi tugas mengamati berdasarkan pedoman penilaian yang telah direncanakan; (4) pengajar dan siswa aktif mengamati dan mengisi tabel penilaian; (5) setelah kegiatan berbicara selesai, para pengamat dan pengajar mengemukakan komentarnya. Saat siswa memberi komentar kepada siswa lain, pengajar harus memperhatikannya dan membetulkan komentar yang kurang tepat; dan (6) selanjutnya kegiatan berbicara diulang kembali untuk melihat perubahan berbicara setelah mendapat umpan balik.

48 Di samping itu, Rofi uddin dan Zuchdi (2001: 171) berpendapat bahwa penilaian kemampuan berbicara dapat dilakukan secara aspektual atau secara komprehensif. Penilaian aspektual adalah penilaian kemampuan berbicara yang difokuskan pada aspek-aspek tertentu, sedangkan penilaian komprehensif merupakan penilaian yang difokuskan pada keseluruhan kemampuan berbicara. Penilaian aspektual dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penilaian aspek individual dan penilaian aspek kelompok. Penilaian aspek individual dapat dibedakan lagi menjadi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi: (1) tekanan; (2) ucapan; (3) nada dan irama; (4) persendian; (5) kosakata atau ucapan atau diksi; dan (6) struktur kalimat yang digunakan. Aspek nokebahasaan meliputi: (1) kelancaran; (2) pengungkapan materi wicara; (3) keberanian; (4) keramahan; (5) ketertiban; (6) semangat; (7) sikap; dan (8) perhatian. Selain itu, penilaian dalam aspek kelompok meliputi: (1) pemerataan kesempatan berbicara; (2) keterarahan, pembicaraan; (3) kejelasan bahasa yang digunakan; (4) kebakuan bahasa yang digunakan; (5) penalaran dalam berbicara; (6) kemampuan mengemukakan ide baru; (7) kesopanan dan rasa saling menghargai; (8) kesopanan dan rasa saling menghargai; (9) keterkendalian proses; (10) ketertiban berbicara; (11) kehangatan dan kegairahan berbicara; (12) pengendalian emosi. Cara untuk mengukur kemampuan berbicara dapat dilakukan melalui berbagai tingkatan. Nurgiyantoro (2010: )

49 menjelaskan tingkatan-tingkatan tes atau penilaian kemampuan berbicara, yakni sebagai berikut : 1) Tes kemampuan berbicara tingkat ingatan. Tes kemampuan berbicara tingkat ingatan umum bersifat teoretis, menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tugas berbicara, misalnya tentang pengertian, fakta, dan sebagainya. 2) Tes tingkat pemahaman Tes kemampuan berbicara tingkat pemahaman juga masih lebih bersifat teoretis, menanyakan berbagai masalah yang berhubungan dengan tugas berbicara. Tes tingkat pemahaman dapat pula dimasukkan untuk mengungkap kemampuan siswa secara lisan. 3) Tes tingkat penerapan. Pada tingkat ini tidak lagi bersifat teoretis, tetapi menghendaki siswa untuk melakukan praktik berbicara. Tes tingkat ini menuntut siswa untuk mampu menerapkan kemampuan berbahasanya untuk berbicara dalam berbagai situasi dan masalah tertentu. Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara adalah tes unjuk kerja yang dilengkapi dengan lembar penilaian observasi (pengamatan) terhadap kemampuan berbicara siswa. The paradigm of 21st century emphasizes the students kill in critical thinking, collaboration, and problem-solving. The

50 achievement of skills will be achieved with the teaching method which supporting knowledge and skill.(paradigma abad ke-21 menekankan pembunuhan siswa dalam pemikiran kritis, kolaborasi, dan penyelesaian masalah. Pencapaian keterampilan akan dicapai dengan metode pengajaran yang mendukung pengetahuan dan keterampilan).pengamatan dilakukan sewaktu siswa tampil berbicara di depan kelas. Guru memberi penugasan kepada siswa untuk tampil berbicara di hadapan teman-temannya. Secara rinci, penilaian berbicara siswa dapat diamati dengan lembar observasi sebagai berikut. Tabel 2.1 Rubrik Pengamatan Penilaian Keterampilan Berbicara No. Nama Siswa Aspek Penilaian Skor I II III IV Diadopsi dari Nurgiyantoro (2010: ) Keterangan: 1. Intonasi

51 Kemampuan menerapkan intonasi (naik dan turunnya suara, serta ketepatan penekanaaannn suku kata) dengan benar dapat dinilai dengan indikator di bawah ini. Tabel 2.2 Kategori Skor Intonasi Skor Deskripsi 1 Siswa dalam berbicara tidak terjadi salah penekanan kosakata yang mencolok, mendekati ucapan standar. 2 Siswa dalam berbicara intonasinya tepat dan tidak menyebabkan kesalahpahaman. Lanjutan Tabel 2.2 Kategori Skor Intonasi 3 Siswa dalam berbicara penekanan kosakatanya sering salah/kurang tepat. 4 Siswa dalam berbicara sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang 5 Siswa dalam berbicara intonasi/penekanannya banyak yang tidak tepat sering tidak dapat dipahami 2. Pilihan Kata Kemampuan memilih kata dengan tepat dapat dinilai dengan indikator di bawah ini. Tabel 2.3 Kategori Skor Pilihan Kata Skor Deskripsi 1 Siswa mampu memilih kata-kata dan ungkapan yang baik dan tepat 2 Siswa terkadang menggunakan kata-kata yang tidak tepat. 3 Siswa sering menggunakan kata yang salah sehingga pembicaraannya menjadi terbatas karena kata-kata yang

52 dipakai tidak tepat. 4 Siswa salah menggunakan kata-kata dan masih terbatas sehingga menyebabkan pembicaraannya sukar sekali untuk dipahami. 5 Siswa menggunakan kata-kata yang sangat terbatas sehingga pembicaraannya hampir tidak pernah dilakukan. 3. Kelancaran Kelancaran sewaktu berbicara dapat dinilai dengan indikator di bawah ini. Tabel 2.4 Kategori Skor Kelancaran Skor Deskripsi 1 Siswa mampu berbicara dengan lancar sekali. 2 Siswa tampak berbicara dengan kecepatan yang sedikit berkurang 3 Siswa tampak berkurang kecepatan dan kelancaran berbicaranya karena pengaruh kesulitan-kesulitan berbahasa. 4 Siswa sedikit ragu-ragu dalam berbicara, sering siswa terpaksa berdiam diri karena penguasaan bahasanya terbatas (sering tersendat-sendat). 5 Siswa sering melakukan pemberhentian dalam berbicara dan pendek-pendek, sehingga menyebabkan pembicaraannya benar-benar tidak berlangsung. 4. Pemahaman Kemampuan pemahaman terhadap isi dan maksud pembicaraan dapat dinilai dengan indikator di bawah ini.

53 Tabel 2.5 Kategori Skor Pemahaman Skor Deskripsi 1 Siswa mampu memahami isi percakapan dan menguasai maksudnya 2 Siswa mampu memahami isi percakapan dengan baik Lanjutan Tabel 2.5 Kategori Skor Pemahaman 3 Siswa mampu memahami isi percakapan dalam kecepatan kurang dari normal, dengan banyak pengulanganpengulangan. 4 Siswa kurang mampu memahami isi percakapan sehingga sulit berbicara. 5 Siswa tidak mampu memahami isi percakapan sehingga tidak mampu berbicara di depan kelas Untuk mencari nilai dari setiap siswa dapat menggunakan teknik penilaian sebagai berikut: 1. Nilai setiap unsur yang dinilai dalam berbicara berkisar antara 1 1sampai dengan 5. Nilai 5 berarti baik sekali, nilai 4 berarti baik, nilai 3 berarti sedang, nilai 2 berarti kurang, dan nilai 1 berarti kurang sekali. 2. Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur penilaian yang diperoleh siswa. 3. Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus: 4. Persentase keberhasilan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

54 B. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Heny Setyowati pada tahun 2016 dengan judul Pengaruh Minat Membaca terhadap Kemampuan Berbahasa Kelas V SDN Se-Gugus II Gembongan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa analisis data dimana minat membaca berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kemampuan berbahasa siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus II Gembongan Tahun Ajaran 2015/2016. Bobot sumbangan efektif variabel minat membaca terhadap kemampuan berbahasa sebesar 18% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh R. R. Endang Sri Sulasih pada tahun 2016 dengan judul Pengaruh Minat Membaca Karya Sastra dan Kreativitas terhadap Keterampilan Menulis Novel. Hasil dari penelitian ini dimana analisis data dengan metode Linear Regresi, terdapat pengaruh yang signifikan minat membaca karya sastra dan kreativitas secara bersama-sama terhadap keterampilan menulis karangan novel, terdapat pengaruh yang signifikan minat membaca karya sastra terhadap keterampilan menulis karangan novel, terdapat pengaruh yang signifikan kreativitas terhadap keterampilan menulis karangan novel. Penelitian yang dilakukan oleh Sigit Widayarto pada tahun 2017 dengan judul Pengaruh Minat Baca dan Penguasaan Kosakata terhadap Keterampilan Menulis Eksposisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh minat baca terhadap keterampilan menulis eksposisi, terdapat

55 pengaruh yang signifikan antara penguasaan kosakata terhadap keterampilan menulis, dan terdapat pengaruh minat baca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama berpengaruh terhadap keterampilan menulis eksposisi. Penelitian yang dilakukan Sumanto pada tahun 2004 dengan judul Hubungan Penguasaan Kosakata dan Minat Baca dengan Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas II Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Boyolali pada Tahun Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa: (1) ada hubungan positif yang berarti antara penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis deskripsi; (2) ada hubungan positif yang berarti antara minat baca dengan kemampuan menulis deskripsi, (3) ada hubungan positif yang berarti antara penguasaan kosakata dan minat baca secara bersama-sama dengan kemampuan menulis deskripsi. Penelitian yang dilakukan oleh Wiryoningsih Pregi pada Tahun 2007 yang berjudul Hubungan antara Derajat Ekstroversi dan Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Berbicara Siswa SMP Negeri Se-Kecamatan Baturetno. Penelitiannya disimpulkan bawa ada hubungan positif antara derajat ekstroversi dan penguasaan kosakata, baik sendirisendiri maupun bersama-sama dengan kemampuan berbicara. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo Apri pada thun 2016 dengan judul Hubungan antara Minat Baca dan Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Atas SD Muhammadiyah Baturan Tahun Ajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara minat baca terhadap prestasi belajar.

56 Penelitian yang dilakukan oleh Musriyatun pada tahun 2004 yang berjudul Pengaruh Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Menulis Argumrntasi Siswa Kelas V SD Negeri Kecamatan Wonogiri. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan ada pengaruh minat membaca dan penguasaan kosakata baik secara parsial maupun simultan terhadap kemampuan menulis argumentasi siswa kelas SD Negeri Kecamatan Wonogiri. Penelitian-penelitian yang disebutkan di atas, relevan dengan variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu variabel keterampilan minat membaca dan variabel minat membaca. Judul penelitian yang penulis angkat adalah Pengaruh Minat Membaca terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V Sekolah Dasar Se-Kecamatan Mamajang Kota Makassar. Penelitian ini juga memiliki objek kajian yang berbeda. Demikian halnya, perihal waktu, tempat dan subjek yang diteliti juga berbeda. Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk membantu guru dalam proses belajar mengajar. C. Kerangka Pikir Bahasa Indonesia mulai diperkenalkan pada siswa sejak SD sampai perguruan tinggi. Hal ini karena bahasa Indonesia berfungsi sebagai dasar untuk mempelajari bagaimana manusia berkomunikasi dengan orang lain di sekitarnya. Di sisi lain banyak anggapan bahwa bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang sulit. Untuk menghilangkan anggapan tersebut guru perlu memberikan informasi yang lebih serta penyajian materi bahasa Indonesia disesuaikan

57 dengan tingkat kemampuan siswa. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar siswa mengenai bagaimana cara yang baik untuk belajar. Para siswa dituntut untuk terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam satu proses pembelajaran dengan fokus satu keterampilan. Misalnya, para siswa sedang belajar keterampilan berbicara maka ketiga keterampilan yang lainnya harus dilatihkan juga, tetapi kegiatan tersebut tetap difokuskan untuk mencapai peningkatan kualitas berbicara. Permasalahan yang dihadapi untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran berbicara akan bagaimana minat membaca siswa. Teknik terjawab dengan melihat membaca dimaksudkan agar siswa mampu mengetahui lebih banyak kosakata yang berkaitan dengan berbicara. Apabila kosakata siswa tersebut kurang, dapat kita simpulkan bahwa siswa akan mengalami keterbatasan dalam berbicara dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Disini kosakata berperan aktif dalam kegiatan berbicara dimana kosakata sangat dibutuhkan pembaca untuk memilih kata-kata yang tepat dan baik untuk berbicara dengan orang lain. Minat membaca yang tinggi mendorong seseorang untuk membaca. Dengan membaca memperkaya penguasaan kosakata. Berbekal minat membaca dan penguasaan kosakata yang tinggi mengantarkan seseorang untuk terampil berbicara. Dalam penelitian ini adalah terampil menceritakan Mengomentari Persoalan faktual

58 didepan teman sekelas. Keterampilan berbicara berkembang dengan optimal manakala didukung oleh minat membaca yang tinggi. Mengacu pada pemikiran tersebut, maka dapat diduga bahwa ada pengaruh minat membaca terhadap keterempilan berbicara. Siswa yang mempunyai minat membaca tinggi maka keterampilan berbicara juga baik hingga sangat baik. Aspek penilaian keterampilan berbicara yang menjadi fokus dalam penelitian ini ada dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Aspek kebahasaan menyangkut lafal, pilihan kata, kalimat efektif. Sedangkan nonkebahasaan adalah kefasihan/kelancaran, keterbukaan, relevansi, keberanian, dan ketenangan juga penguasaan topik. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara, kedua aspek inilah yang harus mendapat perhatian oleh guru, agar siswa dapat memiliki keterampilan berbicara yang memadai sesuai dengan tuntutan standar kompetensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Adapun alur kerangka pikir tampak pada bagan berikut. Minat Membaca Indikator: 1. Kesadaran 2. Kemampuan 3. Perhatian 4. Perasaan senang Keterampilan Berbiacara Indikator: 1. Penguasaan materi 2. Keberanian 3. Kelancaran berbicara 4. Keruntutan cerita 5. Ketepatan pilihan kata Analisis Ada Pengaruh Tidak ada Pengaruh

59 Gambar 2.1 Kerangka Pikir D. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan kerangka pikir di atas hipotesis dalam penelitianini yaitu: - Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan minat membaca terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar se-kota Makassar. - H1 = Ada pengaruh yang signifikan minat membaca terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar se-kota Makassar.

60 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah rangkaian dari cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian dan didasari oleh pandangan filosofis, asumsi dasar, dan ideologis serta pertanyaan dan isu yang dihadapi. Sebuah penelitian memiliki rancangan penelitian tertentu. Rancangan ini menjelaskan prosedur atau langkah-langkah yang harus dijalani, waktu penelitian, kondisi data dikumpulkan, sumber data serta dengan cara apa data tersebut dibuat dan diolah. Tujuan dari rancangan ini adalah menggunakan metode penelitian yang baik dan tepat, dirancang kegiatan yang bisa memberikan jawaban yang benar terhadap pertanyaanpertanyaan dalam penelitian. Penggunaan metode penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian agar memperoleh hasil yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berbobot tidaknya suatu penelitian tergantung pada pertanggungjawaban dari metode penelitian. A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui, sedangkan metode penelitian 54

61 yang digunakan adalah metode survei dengan teknik analisis regresi satu predictor. Penelitian survei merupakan kegiatan penelitian yang mengumpulkan data tertentu dengan tiga tujuan penting, diantaranya: a. Mendeskripsikan keadaan yang alami yang hidup pada saat itu b. Mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk dibandingkan c. Menentukan hubungan sesuatu yang hidup diantara kejadian spesifik 2. Desain Penelitian Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan penelitian. Desain penelitian memberikan gambaran tentang prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk menjawab seluruh pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, sebuah desain penelitian yang baik akan menghasilkan sebuah proses penelelitian yang efektif dan efisien. Desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Y = a+bx Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan: Y = Keterampilan berbicara X= Minat membaca a= Konstanta β= Koefisien regresi variabel X B. Lokasi dan Waktu Penelitian

62 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar tahun pelajaran 2018/2019. Alasan peneliti memilih kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar, karena peneliti adalah guru kelas. Sekolah tersebut mempunyai sarana prasarana yang tergolong lengkap. Masing-masing kelas disertai dengan sudutsudut baca di bagian belakang ditambah dengan perpustakaan umum. Dengan melakukan penelitian di tempat tersebut peneliti mengharapkan dapat mengetahui tingkat pengaruh minat membaca terhadap keterampilan berbicara siswa, yang diharapkan dapat mendorong minat membaca siswa dalam usaha meningkatkan keterampilan berbicara. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2018 sampai dengan bulan Mei Ini berarti jangka waktu penelitian selama 3 bulan. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016: 115). Menurut Arikunto (2013: 173), bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sementara Margono (2003: 108) mengatakan populasi adalah

63 seluruh data yang menjadi perhatian di dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang sudah ditentukan. Populasi di dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar, tahun pelajaran 2018/2019. Untuk lebih jelasnya, keadaan populasi dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 3.1 Deskripsi Keadaan Populasi No Wilayah Jumlah Sekolah 1 Kecamatan Mariso 27 2 Kecamatan Mamajang 28 3 Kecamatan Tamalate 58 4 Kecamatan Rappocini 52 5 Kecamatan Makassar 44 6 Kecamatan Ujung Pandang 33 7 Kecamatan Wajo 14 8 Kecamatan Bontoala 30 9 Kecamatan Ujung Tanah Kecamatan Kep. Sangkarrang Kecamatan Tallo Kecamatan Panakkukang Kecamatan Biringkanaya Kecamatan Tamalanrea 37 Jumlah Sekolah 587 Sumber:Sekolah Dasar Kota Makassar Tahun Pelajaran 2018/ Sampel Penelitian Pengertian Sampel menurut Sugiono (2016:215) adalah sebagian dari populasi itu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

64 nonprobobality sampling jenis purposve sampling. Dimana menentukan sampel dengan cara pertimbangan tertentu. Adapun langkah menentukan sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Mula-mula ditentukan dulu wilayah populasi yaitu semua siswa kelas V Sekolah Dasar Di Kota Makassar yang berjumlah 587 sekolah. 2. Kemudian wilayah populasi diperkecil sebatas terdapat pada wilayah bagian utara, timur, selatan,dan barat Kota Makassar. 3. Kemudian menentukan sampel dengan cara sederhana seperti dilakukan dengan cara menunjuk langsung. Adapun sampel pada penelitian ini adalah memilih SD Negeri Kaccia Kecamatan Tamalate, SD labuang Baji Kecamatan Mamajang, SD Pongtiku I Kecamatan Bontoala dan SD Sangir Kecamatan Wajo Kota Makassar. 4. Penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Kaccia dan SD Pongtiku sebagai sekolah imbas. Sedangkan siswa kelas V SD labuang Baji, dan SDI Sangir Kota Makassar sebagai sekolah model. Tabel 3.2 Keadaan Sampel Penelitian Siswa Kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar Tahun Pelajaran 2018/2019 No. Nama Sekolah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 1. SD Negeri Kaccia 14 siswa 14 siswa 28 Siswa 2. SD Pongtiku I 15 siswa 15 siswa 30 Siswa

65 3. SDI Bert. Labuang Baji 4. SD Sangir 15 siswa 15 siswa 30 Siswa 15 siswa 15 siswa 30 Siswa Jumlah siswa Sumber data: papan kondisi Sekolah dasar se-kota Makassar Tahun Ajaran 2018/ D. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data Data kuantitatif yaitu jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung dalam bentuk angka-angka melalui penyebaran tes instrumen. 2. Sumber Data a. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan baik melalui responden maupun hasil pengamatan. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil bacaan dari bukubuku, majalah, makalah dan maupun kepustakaan lain yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dihadapi. 3. Teknik Pengumpulan Data serta Instrumen yang Digunakan Pengumpulan data penelitian bertempat di Sekolah Dasar Se- Kota Makassar. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan berbicara dalam bentuk tes lisan, sedangkan untuk minat membaca digunakan teknik non tes dalam bentuk angket minat membaca. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada proses pengumpulan data adalah:

66 a. Populasi penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar yang berjumlah 587 Sekolah. b. Sampel penelitian ini adalah Siswa Kelas V SD Negeri Kaccia Kecamatan Tamalate, SDI Bert. Labuang Baji Kecamatan Mamajang, SD Pongtiku I Kecamatan Bontoala dan SD Sangir Kecamatan Wajo Kota Makassar. c. Pemberian angket minat membaca yang digunakan untuk mengetahui minat membaca Siswa Kelas V SD Negeri Kaccia kecamatan Tamalate, SDI Bert. Labuang Baji Kecamatan Mamajang, SD Pongtiku I Kecamatan Bontoala, dan SD Sangir Kecamatan Wajo Kota Makassar. d. Pemberian tes lisan dalam bentuk tes bercerita yang digunakan untuk mengetahui keterampilan berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Kaccia kecamatan Tamalate, SDI Bert. Labuang Baji Kecamatan Mamajang, SD Pongtiku I Kecamatan Bontoala, dan SD Sangir Kecamatan Wajo Kota Makassar. e. Faktor yang sangat menentukan dalam pelaksanaan suatu penelitian adalah penggunaan instrumen tes yang valid. Dengan instrumen yang handal, data yang terkumpul akan semakin objektif, reliabilitas, dan valid. Dalam penelitian ini dilibatkan beberapa instrumen untuk mengukur variabel-variabel yang terlibat antara lain minat membaca, penguasaan kosakata dan keterampilan berbicara. Untuk memperoleh hasil penelitian valid, maka sebelum instrumen ini digunakan, instrumen tersebut terlebih dahulu akan diuji validitasnya, melalui validasi instrumen.

67 a. Angket atau Kuesioner Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang minat membaca siswa yaitu dengan kuesioner skala sikap. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2016: 137). Indikator dari minat membaca meliputi: (1) Kesadaran, (2) Kemampuan, (3) Perhatian, (4) Perasaan senang. Angket ini berisi 40 butir pernyataan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan minat membaca. Setiap butir pernyataan disediakan lima jawaban alternatif tanggapan (respons) yang dapat dipilih oleh responden. Penilaian atas masing-masing item dengan metode kuantitatif mengarah pada penskoran Likert yaitu satu sampai dengan lima. Tabel 3.3 Kategorisasi Skor Minat Baca Skor Skor Maksimal Skor Hasil Kategori Rujukan Sangat Baik Baik Cukup Rendah < < 100 Sangat Rendah b. Tes Lisan Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes lisan termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes

68 soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan Thoha, (2003:61). Pada penelitian ini, siswa tampil di depan teman sekelas memberikan komentar tentang peristiwa faktual dari tema yang dipilih, yang terjadi di sekitar siswa. Tes lisan ini digunakan untuk mendapatkan data tentang keterampilan berbicara. Untuk menghindari kesubjektifan, penilaian berkomentar siswa maka penilaian dilakukan oleh tiga orang yaitu peneliti, guru kelas V dari sekolah lain dan dari seorang pengamat independen yang dianggap memiliki kemampuan untuk menilai keterampilan berbicara siswa. Nilai akhir hasil berkomentar siswa merupakan jumlah keseluruhan nilai dari ketiga penilai tersebut. Skor = Penilai 1 + Penilai 2 + Penilai 3 Tabel 3.4 Kategorisasi Skor Tes Keterampilan Berbicara No Skor Rujukan Skor Maksimal Skor Hasil Kategori Sangat Baik Baik Cukup Rendah 5 < < Sangat Rendah E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian Variabel merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, apa yang akan diteliti oleh peneliti sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2016: 59) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

69 dan ditarik kesimpulannya. Penelitian ini terdiri atas satu variabel bebas (independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable). Kedua variabel penelitian yang menjadi subjek penelitian, adalah : 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah merupakan veriabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2016:59). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Minat Membaca (X). 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Keterampilan Berbicara (Y). Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan adanya suatu pengaruh minat membaca terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V SD Se- Kota Makassar untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang variabelvariabel dalam penelitian ini, maka akan diberikan batasan-batasan sebagai berikut: a. Minat membaca Definisi operasional dari minat membaca adalah kecenderungan untuk selalu ingin melakukan kegiatan membaca dalam berbagai situasi dan kondisi. Indikator data variabel adalah skor angket. Untuk mengukur minat membaca, indikatornya adalah (1) kesadaran, (2) kemampuan, (3) perhatian, dan (4) perasaan senang pada saat membaca. Skala pengukuran variabelnya adalah skala interval X.

70 b. Keterampilan berbicara Tingkat keterampilan siswa dalam melakukan aktivitas berbicara dengan memilih tema peristiwa faktual dan memberi komentar yang dapat dilihat dari indikator penguasaan materi, keberanian, kelancaran berbicara, keruntutan cerita, ketepatan pilihan kata, serta penampilan yang menarik, pada siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. 1. Analisis Statistik Deskriptif Teknik analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang diajukan, bertujuan untuk mendeskripsikan variabel tingkat minat membaca bahasa Indonesia dan penguasaan kosa kata dengan keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar. Analisis data dengan teknik deskriptif dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjukkan pada pernyataan keadaan, ukuran, seperti tinggi atau baik, cukup atau sedang, kurang dan rendah. Hal ini tampak pada table berikut: Tabel 3.5 Format Kategori Penilaian Variabel No. Skor Kategori Sangat Tinggi

71 Tinggi Sedang Rendah 2. Analisis Statistik Inferensial Model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui mengenai ada tidaknya pengaruh positif dari masing-masing variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Dengan demikian, data variable X dan Y diolah dan dinalisis dengan tehnik analisis inferensial, sedangkan untuk pengujian hipotesis digunakan analisis statistic parametric dengan model regresi linear berganda yang diolah dengan program analisis data dengan menggunakan software SPSS 21.0 for windows. Pengambilan keputusan penerimaan hipotesis dengan uji t digunakan kriteria sebagaimana dinyatakan oleh Arif Tiro (1999) sebagai berikut : 1. Jika nilai, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Berarti terdapat pengaruh minat membaca terhadap keterampilan berbicara Siswa Kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar. 2. Jika nilai thitung, maka H1 ditolak dan H0 diterima. Berarti tidak terdapat pengaruh minat membaca terhadap keterampilan berbicara Siswa Kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar.

72 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan rumusan masalah yang telah dilakukan maka, ada dua variabel dalam penelitian ini yang ingin diteliti. Variabel yang dimaksud adalah satu variabel independen yaitu variabel minat baca dan satu variabel dependen yaitu keterampilan berbicara. Variabel independen tersebut akan dianalisis dan dilihat pengaruhnya terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2010). Sebelum analisis dilakukan terlebih dahulu dilaksanakan kegiatan pengumpulan data variabel penelitian sebagai bahan analisis. Adapun data variabel meliputi: data minat baca dan keterampilan berbicara siswa. Data dari lapangan setelah diolah, selanjutnya dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik parametrik yang meliputi analisis regresi linear sederhana sesuai dengan tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi serta pengaruh minat baca terhadap keterampilan berbicara. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian adalah (1) mean (rata-rata), (2) median, (3) modus, (4) simpangan baku, (5) varians. Setelah analisis deskriptif terhadap data masing-masing variabel penelitian ini maka pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah 70 67

73 pengujian analisis regresi linear dan regresi ganda untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel bebas dengan variable terikat. Secara parsial dan simultan (bersama-sama). Hasil analisis deskriptif maupun hasil statistik inferensial secara lengkap dapat dilihat pada daftar lampiran 5 dan rangkuman hasil analisisnya disajikan dengan sistematika penyajian sebagai berikut: A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif a. Data Minat Membaca (X 1 ) Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Analisis Deskriptif Data Variabel Minat Membaca Siswa Kelas V SD Se-Kota Makassar X 1 Mean SD Varians Range Min. Max. Minat Membaca 87,09 22, , Berdasarkan Tabel 4.1 data minat membaca siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar diperoleh melalui angket minat membaca. Data ini memiliki skor tertinggi 171 dan terendah 59. Mean sebesar 87,09; Range sebesar 112; Varians data ini adalah 520,725 dengan standar deviasi sebesar 22,820. Hargaharga statistik ini, pengerjaannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan berdasarkan hasil analisis deskriptif, kemudian skor siswa yang diperoleh dikategorikan, dan dapat dilihat hasil pengkategoriannya pada table 4.2.

74 Tabel 4.2 Rangkuman Kategori Data Minat Baca Siswa Kelas V SD Se-Kota Makassar Interval Skor Jumlah Keterangan Sangat Baik Baik Cukup Rendah < Sangat Rendah Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa minat baca siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar secara keseluruhan dominan berada pada kategori sangat rendah. b. Data Keterampilan Berbicara (Y) Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Analisis Deskriptif Data Variabel Keterampialan Berbicara Siswa Kelas V Se-Kota Makassar Y Mean SD Varians Range Min Max Ket. Berbicara 66,90 68,00 95, Data keterampilan berbicara merupakan skor yang diperoleh melalui tes keterampilan berbicara. Data ini memiliki skor tertinggi 96 dan terendah 50. Mean sebesar 66,90. Selain itu, dapat dideskripsikan varians data ini adalah 95,904 dengan SD sebesar 68,00 dan range 46. Harga-harga statistic ini, pengerjaannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan berdasarkan hasil analisis deskriptif, kemudian skor siswa yang diperoleh dikategorikan, dan dapat dilihat hasil pengkategoriannya pada table 4.6

75 Tabel 4.6 Rangkuman Kategori Data Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Se-Kota Makassar No. Keterampilan Jumlah Kategori berbicara Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar secara keseluruhan dominan berada pada kategori rendah. 2. Analisis Inferensial ( Pengujian Hipotesis ) 1. Hipotesis yang diajukan: Ada pengaruh minat baca terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar. Kriteria Pengujian: Apabila probabilitas signifikan (p) < 0,05 maka Ho ditolak dan H 1 diterima. Apabila probabilitas signifikan (p) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak H 0 : β 1 y = 0, Minat baca tidak berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar. H 1 : β 1 y 0 Minat baca berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar.

76 Tabel Uji Hipotesis Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate a a. Predictors: (Constant), Minat ANOVA a Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression b 1 Residual Total a. Dependent Variable: Berbicara b. Predictors: (Constant), Minat Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) Minat a. Dependent Variable: Berbicara Berdasarkan hasil uji hipotesis pada di atas diperoleh nilai t = 19,026 dengan sig (p) = 0.000, dimana p = < 0.05 sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Jadi pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh minat baca terhadap keterampilan berbicara siswa. Pada hasil analisis regresi sederhana, selain diperoleh nilai t dan signifikansinya, juga diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ), nilai konstanta serta koefisen regresi yang digunakan untuk membentuk model persamaan regresi. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) digunakan melihat seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila variabel independen dimanipulasi. Pada hasil analisis regresi linear diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ) dan nilai konstanta serta koefisen regresi yang digunakan

77 untuk membentuk model persamaan regresi. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai R = 0,870 dan niali R 2 sebesar 0.757, sehingga R 2 x 100% = 75,7%. Nilai R 2 ini menunjukkan 75,7% nilai keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar dipengaruhi oleh variable minat membaca siswa, dan sisanya 24,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai R 2 pada hipotesis ini mengandung makna bahwa pengaruh atau sumbangan yang diberikan oleh minat membaca terhadap keterampilan berbicara adalah sebesar 75,7 %. Pada hasil analisis regresi sederhana, juga diperoleh informasi mengenai nilai konstanta dan koefisen regresi yang digunakan untuk membentuk model persamaan regresi. Model persamaan regresi yang terbentuk pada hipotesis pertama ini adalah: Ŷ = a+ bx 1 Ŷ = X Keterangan: Y = Keterampilan berbicara X = Minat Baca a = parameter intercept/konstanta b = parameter koefisien regresi Nilai merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukkan bahwa jika minat baca (X 1 ) nilainya adalah 0, maka nilai keterampilan berbicara (Y) siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar adalah , Sedangkan nilai merupakan koefisien regresi yang menujukkan pengaruh yang terjadi antara minat membaca dengan keterampilan berbicara adalah pengaruh yang linear. Oleh karena itu, arti

78 dari persamaan regresi ini adalah setiap ada penambahan 1 satuan skor minat membaca (X1), maka terjadi kenaikan nilai keterampilan berbicara (Y) siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar sebesar B. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis deskripsi data dan pengujian hipotesis penelitian yang telah dilakukan menggunakan taraf signifikansi 5% (α 0,05), maka diperlukan pembahasan agar dapat diketahui kesesuaian teori-teori yang dikemukakan dengan hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut: 1. Pengaruh minat membaca terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar Pengaruh minat baca terhadap keterampilan berbicara dapat diketahui melalui hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear. Berdasarkan hasil uji hipotesis mengenai pengaruh minat baca terhadap keterampilan berbicara, diperoleh hasil uji hipotesis bahwa terdapat pengaruh yang positif dari minat baca terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar. Hasil uji hipotesis ini ditunjukkan dengan nilai (t = 19,026 dan sig (p) = 0,000), sehingga h 0 ditolak dan h1 diterima. Hasil uji hipotesis ini juga sesuai dengan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini yang menyatakan terdapat pengaruh minat baca terhadap keterampilan berbicara. Terdapatnya pengaruh pada penelitian ini, telah sesuai dengan penelitain yang dilakukan oleh Yulianti (2009) menunjukkan bahwa

79 terdapat pengaruh minat membaca terhadap keterampilan berbicara. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian bahwa minat membaca siswa mempengaruhi keterampilan berbicara, maka minat baca siswa perlu dikembangkan lebih lanjut lagi oleh tenaga pengajar, guna meningkatkan keterampilan berbicara siswa terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Minat membaca adalah hasrat seseorang atau siswa terhadap bacaan, yang mendorong munculnya keinginan dan kemampuan untuk membaca, diikuti oleh kegiatan nyata membaca bacaan yang diminatinya. Minat baca bersifat pribadi dan merupakan produk belajar (Sudarman,1997:44). Pada masa sekarang ini, pentingnya membaca telah semakin sering diperbincangkan oleh berbagai kalangan masyarakat dalam berbagai kesempatan dan forum. Hal ini sudah merupakan tuntutan kehidupan modern yang terasa semakin mendesak. Kehidupan modern yang salah satu ciri pokoknya adalah perkembangan ilmu dan teknologinya yang semakin menuntut sikap orang mempunyai ketepatan dan kecepatan yang tinggi, menafsirkan dan menyerap berbagai informasi. Informasi bukan hanya sumbersumber lisan tetapi yang terutama dari sumber-sumber yang tertulis. Sekarang ini sumber-sumber tertulis semakin membudaya sehingga terlihat pentingnya membaca. Untuk memperoleh keterampilan berbicara, maka minat baca tinggi memegang peranan penting. Tanpa adanya minat membaca maka kehidupan ini akan diwarnai

80 ketertinggalan. Minat membaca harus dipupuk, dibina dan dibimbing (Rosidi, 1992 : 32). Terdapat beberapa faktor yang dinilai mempengaruhi keterampilan bicara siswa, seperti terbatasnya pengetahuan atau pengalaman yang akan disampaikan kepada lawan bicara atau pendengar. Pengetahuan atau pengalaman yang sebelumnya telah diperoleh siswa tentu akan sangat menunjang dalam kemampuan bercerita karena dalam pengetahuan atau pengalamannya tersebut siswa akan memperoleh kata-kata baru sehingga memperbanyak pengetahuan siswa. Rendahnya kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk berlatih dalam mengutarakan pendapatnya dalam pembelajaran. Pada proses pembelajaran, masih banyak guru yang hanya sekedar memberikan materi kepada siswa tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif melakukan kegiatan berbahasa, yang salah satunya adalah keterampilan bercerita. Dengan kata lain pembelajaran bercerita lebih banyak disajikan dalam bentuk teori yang berimplikasi pada rendahnya pengembangan keterampilan bercerita siswa. Selain faktor-faktor yang diuraikan diatas yang dinilai berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa, terdapat faktor lain yang dinilai juga mempengaruhi keterampilan bercerita siswa, yaitu faktor internal siswa yang berada pada aspek afektif dan kognitif, yaitu minat membaca.

81 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan penelitian dikemukakan berdasarkan hasil analisis regresi dalam pengujian hipotesis. Demikian pula saran agar penelitian ini dimanfaatkan untuk menambah informasi mengenai minat membaca, penguasaan kosakata dan keterampilan berbicara A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dipaparkan di depan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh positif yang signifikan minat membaca terhadap keterampilan berbicara pada siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar telah teruji kebenarannya. Keduanya berjalan seiring, artinya minat membaca siswa yang tinggi, diikuti dengan keterampilan

82 berbicaranya yang baik. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai t = 19,026 dengan sig (p) = 0.000, dimana p = < 0.05 sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima, selain itu sumbangan minat membaca terhadap keterampilan berbicara yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 75,7% Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima, yaitu minat membaca dan penguasaan kosakata secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap keterampilan berbicara para siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar. B. Saran Berdasarkan pada hasil penelitian dan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Pertama, kepada guru bahasa Indonesia, dalam upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara secara optimal, guru diharapkan tidak hanya menekankan pada kemampuan linguistik, namun juga harus memperhatikan aspek-aspek lain yang menunjang pencapaian hasil yang dinginkan, misalnya minat membaca. Selain hal tersebut, dalam pengajaran mata pelajaran bahasa Indonesia haruslah mempunyai tujuan utama yaitu pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada pengetahuan bahasa. Sehingga guru harus memberikan tugas-tugas yang bersifat mengembangkan dan memotivasi pola pikir siswa.

83 2. Kedua, kepada siswa, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa minat membaca memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap keterampilan berbicara. Oleh karena itu usaha meningkatkan minat membaca siswa perlu dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Selain dari sekolah (dalam hal ini guru), peran orang tua untuk menumbuh kembangkan minat membaca juga sangat penting. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan buku-buku dan bacaanbacaan segar yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 3. Ketiga, dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V Sekolah Dasar Se- Kota Makassar, guru perlu memperhatikan aspek minat membaca secara bersamasama, karena aspek tersebut telah terbukti memiliki peran yang penting dalam berbicara. Dengan kata lain, aktivitas berbahasa, khususnya berbicara, perhatian harus diarahkan tidak saja pada minat membaca siswa tetapi juga pada penguasaan kosakata siswa. 4. Keempat, kepada sekolah, supaya minat membaca dapat tumbuh dan berkembang semakin tinggi, sekolah perlu menciptakan wahana untuk pertumbuhan minat membaca dengan mengupayakan penyediaan tempat perpustakaan sekolah yang menarik, penyediaan buku bacaan dan majalah dinding yang terpelihara. Untuk menciptakan agar perpustakaan sekolah diminati siswa, perlu ditempuh langkah-

84 langkah sebagai berikut: (1) pengelola perpustakaan berkemampuan memadai, (2) jumlah dan jenis buku selalu bertambah dari waktu ke waktu, (3) ruangan yang bersih, dan kondusif, sehingga minat membaca siswa dapat terpelihara yang nantinya. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti dkk Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.Jakarta: Erlangga. Al-Qur an Terjemahan Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunnah. Alwi, Hasan dkk Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Akib, Erwin dan Ghafar Asesment for Learning Instrumentation Higher Education. internasional Education Studies.Google Scholar. Pukul (29 Oktober 2019). Akib, Erwin dan Muhsin Assesment Of Teaching In 21ST Century.Journal of Physics. Google Scholar. Pukul (29 Oktober 2019) Ana Laila Saufiah dan Zuchdi Jurnal Penelitian dan Evaluasi. Yogyakarta: UNY.

85 Apri, Prasetyo Hubungan antara Minat Baca dan Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Atas SD Muhammadiyah Baturan Tahun Ajaran 2015/2016. Tesis. Arif, Tiro, Muhammad Dasar-Dasar Statistika. Makassar: Unuversitas Negeri Makassar. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arsjad dan Mukti U.S Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Dalman Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Press. Djaali; dkk Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PPs UNJ. Hurlock, B.E Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed. 5. Jakarta: Erlangga. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosadarya. Margono, S Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Martini. Mujiati Hubungan antara Minat Baca dengan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V SD Se-Gugus III Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: KTP. Munirah Evaluasi Keterampilan Berbahasa Indonesia. Makassar: Berkah Utami. 81 Musriyatun Pengaruh Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Menulis Argumentasi Siswa Kelas V SD Negeri Kecamatan Wonogiri. Program Pascasarjana. Unsemar. Nurgiyantoro, Burhan Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPEF. Nurhadi Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Pandawa, Nurhayati, dkk Pembelajaran Membaca. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Poerwodarminto, W.J.S Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Pregi, Wiryoningsih Hubungan antara Derajat Ekstroversi dan Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Berbicara Peserta Didik

86 SMP Negeri Se-Kecamatan Baturetno. Tesis. Program Pascasarjana. UNSEMAR. Rahiem, Farida Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumiaksara. Rahman, dkk Minat Baca Murid SD di JawaTimur. Jakarta: Depdikbud. Rofi udin Ahmad dan Zuhdi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di KelasTinggi. Malang: Universitas Negeri Malang. Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan Keterampilan Berbicara. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. Setyowati, Heny Pengaruh Minat Membaca terhadap Kemampuan Berbahasa Kelas V SDN Se-Gugus II Gembongan.Google Cindekia. file:///c:/users/acer/downloads/ sm%20(1).pdf. Tanggal 18 januari 2019 (pukul 10:30). Sigit Widayarto Pengaruh Minat Baca dan Penguasaan Kosakata terhadap Keterampilan Menulis Eksposisi. Jurnal Kajian Bahasa dan Satra Indonesia. Google Cindekia. ew/240/ Januari 2019 (Pukul 10:50). Slameto Belajar dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Soedarso Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sri Sulasih, R. R. Endang Pengaruh Minat Membaca Karya Sastra dan Kreativitas terhadap Keterampilan Menulis Novel. Jurnal Pujangga. Google Cindekia. Januari 2019 (Pukul 10.45). Sudarman Pengembangan Minat dan Kegemaran Membaca Siswa. Jakarta.: Depdikbud. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sumanto Hubungan Penguasaan Kosakata dan Minat Baca dengan Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas II Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Boyolali.Tesis. Makassar: PPs UNISMUH. Supriyadi Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud. Surakhmad, Winarno Pengantar Pendidikan Ilmiah. Bandung Tarsito.

87 Susanto, Ahmad Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Tarigan, Henry Guntur Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Thoha, Chabib Teknin Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Widayarto, Sigit Pengaruh Minat Baca dan Penguasaan Kosakata terhadap Keterampilan Menulis Eksposisi. rticle/view/240. Jurnal PGSD. Google Cindekia. 18 Januari 2019 (pukul 11:01) Wiryodijoyo, Suwaryo Membaca: Strategi, Pengantar, dan Tekniknya. Jakarta: Depdikbud. Yasmirah Penerapan Cooperative Learning Tipe Stad untuk Meningkatkan Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI IPA SMA 19 Makassar. Program Pascasarjana. Unismuh. Yuliatun Hubungan Antara Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VI SD Negeri Se Gugus Diponegoro Batuwarno Wonogiri Endarwati. Google Cindekia. file:///c:/users/acer/downloads/yuliatun.pdf. 18 Januari 2019 (pukul 10:55). Zuchdi, Dramiyati Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca Peningkatan Komprehensi. Yogyakarta: UNY Press. RIWAYAT HIDUP Richa Yunita Rasyid, S. Pd. lahir di Camba pada tanggal 11 Mei 1988, merupakan buah

UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA ANAK. Oleh I Ketut Artana. Pustakawan Utama Universitas Pendidikan Ganesha.

UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA ANAK. Oleh I Ketut Artana. Pustakawan Utama Universitas Pendidikan Ganesha. Oleh I Ketut Artana Pustakawan Utama Universitas Pendidikan Ganesha Email: Bagasartana@gmail.com Abstrak Kondisi minat baca anak-anak belum menggembirakan. Anak-anak belum memandang bahwa bahan bacaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan sesuatu

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan sesuatu BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Minat Membaca Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan sesuatu yang dianggapnya memberikan kesenangan

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berbahasa merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara berkedudukan sebagai komunikator, sedangkan

Lebih terperinci

berminat. Hal ini akan mendatangkan kepuasan.

berminat. Hal ini akan mendatangkan kepuasan. BAB II KAJIAN TEORI A. Minat Baca 1. Tinjauan tentang Minat Baca Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan sesuatu yang dianggapnya memberikan kesenangan dan kebahagiaan. Dari

Lebih terperinci

berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kemampuan membaca pemahaman dan berpikir analitis diperlukan dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi terhadap permasalahan

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di 9 BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di antaranya adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana berkomunikasi dengan sesamanya. Kegiatan berkomunikasi merupakan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2 Upaya Peningkatan Pembelajaran... UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1 Oleh: Sri Sudarminah 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia Sesuai dengan fungsinya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional di Indonesia termasuk di dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Nomor 20 Pasal 3. Berdasarkan Undang-Undang Sistem

Lebih terperinci

Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB

Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara Sitti Musdalifah DB Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Imu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar sittimusdalifahdb@gmail.com Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini dititikberatkan pada keterampilan siswa. Berdasarkan kurikulum 2006 siswa dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan bahasa dalam kehidupan manusia amat penting. Oleh karena itu, wajar jika bahasa menjadi perhatian banyak orang, terutama para ahli bahasa dan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah mendukung kepemilikan kompetensi tamatan Sekolah Dasar yang memiliki pengetahuan, nilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa manusia tidak mungkin dapat berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama dengan manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan perasaan, menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Menurut Soedarso (1989: 4) Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah dasar, karena dengan bahasa diharapkan siswa dapat berkomunikasi dengan siswa lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Proses belajar yaitu proses interaksi antara guru dan siswa dimana saat siswa tidak tahu menjadi tahu atau proses belajar dimana adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu perantara untuk memperoleh ilmu sehingga menjadi manusia berguna. Ilmu yang berguna tidak hanya bersifat teoritis atau hanya mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terampil berbahasa Indonesia yang baik dan benar. ragam. Untuk memperoleh keterampilan berbahasa, mula-mula anak pada

BAB I PENDAHULUAN. terampil berbahasa Indonesia yang baik dan benar. ragam. Untuk memperoleh keterampilan berbahasa, mula-mula anak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat memasuki masa Taman Kanak-kanak, anak anak sudah memiliki sejumlah pengetahuan dasar dalam berbahasa yang didapat dari hasil belajar di rumah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan media untuk berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan sasaran pembelajaran berbahasa Indonesia di sekolah dasar.

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan sasaran pembelajaran berbahasa Indonesia di sekolah dasar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa dan juga merupakan sasaran pembelajaran berbahasa Indonesia di sekolah dasar. Keterampilan berbicara dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk BAB II KAJIAN TEORI A. Diskripsi Teori 1. Hakikat Berbicara a. Definisi Berbicara Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

sebuah kelas ataupun dalam mengerjakan sesuatu.

sebuah kelas ataupun dalam mengerjakan sesuatu. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Percaya Diri a. Pengertian Percaya Diri Kepercayaan pada diri sendiri akan menentukan keberhasilan dari tindakan-tindakan yang dilakukan. Percaya diri akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari

Lebih terperinci

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA Siti Reski Nanda Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas muhammadiyah makassar siti.reskinanda03@gmailcom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai empat aspek kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah faktor yang kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara dalam hal ini menyampaikan pesan merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang utama dan yang pertama kali dipelajari oleh manusia dalam hidupnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam peradaban manusia, bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI PERMAINAN BERBASIS BIMBINGAN KELOMPOK PADA ANAK TK B SATU ATAP SDN 03 LEBUAWU TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI PERMAINAN BERBASIS BIMBINGAN KELOMPOK PADA ANAK TK B SATU ATAP SDN 03 LEBUAWU TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI PERMAINAN BERBASIS BIMBINGAN KELOMPOK PADA ANAK TK B SATU ATAP SDN 03 LEBUAWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh ISTIANATUROCHMAH NIM. 2009-31 - 136 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun sering menjadi momok bagi peserta didik, bahkan banyak yang menganggap bahwa Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam bentuk lisan maupun tulisan. Melalui bahasa, seseorang dapat memberikan informasi atau menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris adalah alat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, dalam standar kompetensi dalam Kurikulum 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengacu pada perundang-undangan yang berlaku, tentang pengertian pendidikan telah disebutkan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan atau berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Artinya

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Bercerita Melalui Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas II SDN Dukuhmencek 01 Sukorambi Jember

Meningkatkan Hasil Belajar Bercerita Melalui Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas II SDN Dukuhmencek 01 Sukorambi Jember 1 Meningkatkan Hasil Belajar Bercerita Melalui Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas II SDN Dukuhmencek 01 Sukorambi Jember Improving Learning Outcomes of Storytelling Ability Through Hand Puppet Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Membaca merupakan salah satu keterampilan setelah menulis, berbicara dan menyimak. Bentuk aktualisasi membaca adalah proses yang ingin dicapai dengan baik oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya perubahan yang dilakukan manusia, oleh karena itu pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri sehingga akan melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang disadari atau tidak, selalu hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Kelompok tersebut dimulai dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10 Menurut pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling belajar dengan yang lain, baik komunikasi secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. saling belajar dengan yang lain, baik komunikasi secara lisan maupun tertulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling memberi masukan, dan saling belajar dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara Keterampilan berbicara memiliki cakupan materi mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mengidentifikasi Unsur Kalimat Efektif dalam Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 SMA/SMK Kelas X 2.1.1 Kompetensi Inti Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting dalam suatu perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut memunyai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Konsep Dasar Berbicara Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci