Dr.dr. Susy Purnawati, MKK Prof. Dr.dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dr.dr. Susy Purnawati, MKK Prof. Dr.dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes."

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA TERHADAP METABOLIK SINDROM PADA KARYAWAN RESTORAN DI DESA PELIATAN KECAMATAN UBUD Dr.dr. Susy Purnawati, MKK Prof. Dr.dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2 HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA TERHADAP METABOLIK SINDROM PADA KARYAWAN RESTORAN DI DESA PELIATAN KECAMATAN UBUD 1 Susy Purnawati, 2 Putu Astawa 1 Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran 2 Anggota Ikatan Ilmu Faal Indonesia, Fakulatas Kedokteran Universitas Udayana; Dosen Pengajar Program Studi Magister Pascasarjana Universitas Udayana. Abstract. Job stress can be assosciated to several diseases, such as gastric ulcerations, nephrosclerosis, myocardial infarction, rheumatoid arthritis and other conditions are termed as "Diseases of Adaptation". Similarly, the metabolic syndrome among workers can be also triggered by job stress or chronic stress. The workers of a busy restaurant in a tourist area are at risk of job stress which results in dysfunction of the body's adaptation system. This cross-sectional analytic study conducted in September to December The participants were restaurant employees in the village of Peliatan Ubud, Bali Province, which aims to determine the relationship between job stresses with metabolic syndrome among workers. From the six restaurants including the category of busy restaurants were selected two restaurants randomly. Of the 50 subjects that are designated as sample, there are two incomplete in filling questionnaires and the three subjects do not come when the data retrieval. We assessed job stress variable by job strain index (JSI), as measured using a questionnaire Brief Job Stress Questionnaire (BJSQ). While metabolic syndrome is determined based on abnormality at least 3 of the following 5 criteria, such as: central obesity (if the waist circumference of more than 90 cm in men and 80 cm in women, hypertension is blood pressure is over 130/85 mmhg or under treatment with anti-hypertensive drugs, triglyceride levels over 150 mg / dl, HDL cholesterol <40 mg / dl in men or <50 mg / dl in women, and glucose intolerance that is the fasting plasma glucose level of 100 mg / dl. The results of this study we found that: of the 45 study subjects, 32 (71%) men and 13 (29%) women with a mean age of 37 ± y.o. Thirteen subjects (24%) experiencing job stress (JSI> 1). The prevalence of metabolic syndrome in a restaurant in the village Peliatan employees obtained 42% (male, 68%; women, 32%). Chi-square test results showed that no significant relationship between job stress and the metabolic syndrome, in which the value of p = (p> 0.05). It can be concluded that in this study found no significant association between job stress and the metabolic syndrome in a restaurant employee in the District Peliatan village of Ubud. Keywords: metabolic syndrome, job stress, employee restaurants Abstrak. Stres kerja dapat dihubungkan dengan beberapa penyakit, seperti: gastric ulcerations, nephrosclerosis, myocardial infarction, rheumatoid arthritis dan kondisikondisi lainnya yang diistilahkan sebagai Diseases of Adaptation. Demikian juga halnya dengan metabolic sindrom pada pekerja yang dapat dipicu oleh stres kronis. Pekerja-pekerja restoran di daerah wisata dengan tingkat kunjungan yang tinggi berisiko mengalami stres kerja yang berakibat terjadinya disfungsi sistem adaptasi tubuh. Telah dilakukan penelitian cross sectional analitik pada bulan September sampai Desember 2

3 tahun 2014 karyawan restoran di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara stres kerja dengan sindrom metabolik pada pekerja tersebut. Dari enam restoran yang termasuk kategori ramai pengunjung dipilih secara random sebanyak dua restoran. Dari 50 subjek yang ditetapkan sebagai sampel, terdapat dua kuesioner yang tidak lengkap terisi dan tiga orang subjek penelitian tidak datang saat pengambilan data. Stres kerja dinilai berdasarkan job strain index (JSI), yang diukur menggunakan kuesioner Brief Job Stress Questioner (BJSQ). Sedangkan metabolik sindrom ditentukan berdasarkan ditemukan sedikitnya 3 kelainan dari 5 kriteria berikut, yaitu: obesitas sentral yaitu lingkar pinggang 90 cm pada pria dan 80 cm pada wanita, hipertensi yaitu tekanan darah 130/ 85 mmhg atau sedang dalam pengobatan dengan obat anti hipertensi, kadar trigliserida 150 mg/dl, kadar kolesterol HDL < 40 mg/dl pada pria atau < 50 mg/dl pada wanita, dan intoleransi glukosa yaitu kadar glukosa plasma puasa 100 mg/dl. Hasil penelitian mendapatkan bahwa: dari 45 subjek penelitian, 32 (71 %) pria dan 13 (29 %) wanita dengan rerata usia 37 ± 10,96 tahun. Tiga belas subjek (24%) mengalami job stress (JSI > 1). Prevalensi sindrom metabolik pada karyawan restoran di Desa Peliatan didapatkan 42% (laki-laki, 68%; wanita, 32%). Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara stres kerja dan sindrom metabolik, di mana nilai p = 0,314 (p > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara stres kerja dan sindrom metabolik pada karyawan restoran di Desa Peliatan Kecamatan Ubud. Kata kunci: sindrom metabolik, stres kerja, karyawan restoran 1. PENDAHULUAN Bali sebagai daerah tujuan wisata mengundang meluasnya industri restoran atau rumah makan. Kemajuan dalam perkembangan pemberian pelayanan jasa menuntut diadakannya perubahan-perubahan dalam kecepatan dan metode pelayanan. Tuntutan tugas dalam memberikan pelayanan yang memuaskan bagi konsumen yang tidak diimbangi dengan kapasitas kerja yang memadai berisiko terhadap timbulnya gangguan stres akibat kerja atau job stress (Dean and Robert, 2000). Stres secara umum, ataupun stress kerja dapat dihubungkan dengan beberapa penyakit, seperti: gastric ulcerations, nephrosclerosis, myocardial infarction, rheumatoid arthritis kondisi-kondisi lainnya yang diistilahkan sebagai Diseases of Adaptation. (Folkow, 2014). Demikian juga halnya dengan metabolik sindrom yang dapat dipicu akibat respon stress kronis terhadap pasokan energy tubuh yang tidak sesuai dengan kebutuhan normal. Metabolik sindrom adalah kumpulan kelainan metabolik baik lipid maupun non-lipid yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Kumpulan 3

4 gejalanya terdiri atas obesitas sentral, dislipidemia aterogenik (kadar trigliserida tinggi dan kadar kolesterol High-Density Lipoprotein yang rendah), hipertensi, dan glukosa plasma yang abnormal. Glukosa yang abnormal terjadi akibat resistensi insulin. Pekerja-pekerja restoran di daerah wisata dengan tingkat kunjungan yang tinggi berisiko mengalami stres kerja yang berakibat terjadinya disfungsi system adaptasi tubuh. Selain terhadap aspek mental, manifestasi lainnya berakibat gangguan metabolisme sebagai respon dari stimulasi terhadap SAM (simpato-adreno-medulary)-axis dan HPA (hipothalamo-pituitari-adrenal)-axis yang mengarah kepada kondisi patologis. Proses kerja di industri penyaji makanan atau restoran menuntut kerja fisik yang disertai pemenuhan target waktu penyelesaian pesanan pelanggan dengan cepat. Hal ini memberi tendensi munculnya job stress. Tuntutan kinerja dengan penampilan kerja yang sangat prima baik dalam kondisi fisik dan mental sangat dibutuhkan bagi karyawan restoran. Pekerja yang mengalami job stress dapat mengalami ketidak stabilan emosi yang berakibat kepada perilaku makan berlebihan dan semakin memperbesar risiko untuk terjadinya metabolik sindrom. Saat ini metabolik syndrom telah sangat diyakini sebagai faktor risiko timbulnya penyakit jantung koroner dan cerebrovascular accident atau yang lebih umum dikenal sebagai penyakit stroke. Faktor umur juga berperan dalam kejadian metabolik syndrom. Karyawan dengan kategori umur 45 tahun ke atas memiliki hambatan-hambatan dalam aktivitas fisik sehingga lebih banyak memilih sikap kerja yang sedentary dan berakibat kepada risiko metabolik syndrom. Selain fator umur, indeks masa tubuh kategori over weight dan obesitas (terutama obesitas sentral) juga dihubungkan dengan risiko metabolik syndrom. Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengidentifikasi stres kerja pada karyawan restoran serta menganalisis hubungannya dengan metabolik syndrom. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam upaya pencegahan metabolik syndrom di masa mendatang. II. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Peliatan Kecamatan Ubud pada bulan September sampai Desember tahun 2014, menggunakan rancangan cross sectional, dengan sampel penelitian adalah pekerja restoran di Desa Peliatan Ubud sebanyak 50 orang, yang ditentukan secara random sederhana. Dari enam restoran yang termasuk kategori ramai 4

5 pengunjung dipilih secara random sebanyak dua restoran yang kemudian menjadi tempat di mana subjek penelitian diambil. Data stres kerja yang dinilai dari job strain index diukur memakai kuesioner BJSQ (Brief Job Stress Questionnaire). Stres kerja didefinisikan sebagai kondisi distres yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara job demand (tuntutan tugas) dan job control (kemampuan mengantisipasi tugas). Dinilai berdasarkan job strain index (JSI), yang diukur berdasarkan skor job demand (7 pernyataan) dan job control (3 pernyataan) dalam kuesioner Brief Job Stress Questioner (BJSQ) dengan 4 skala Likert. JSI ditentukan dengan rumus skor job demand dibagi job control. Dikatakan mengalami stres kerja jika JSI > 1. Sedangkan metabolik sindrom didefinisikan sebgai sekumpulan gejala penyakit. Kriteria sindroma metabolik yang digunakan adalah berdasarkan statement bersama dari IDF, NHLBI, WHF, IAS, dan AHA, yaitu bila ditemukan sedikitnya 3 kelainan dari 5 kriteria berikut: obesitas sentral yaitu lingkar pinggang 90 cm pada pria dan 80 cm pada wanita, hipertensi yaitu tekanan darah 130/ 85 mmhg atau sedang dalam pengobatan dengan obat anti hipertensi, kadar trigliserida 150 mg/dl, kadar kolesterol HDL < 40 mg/dl pada pria atau < 50 mg/dl pada wanita, dan intoleransi glukosa yaitu kadar glukosa plasma puasa 100 mg/dl (Folkow, 2014). Semua subjek diambil contoh darah plasma untuk pemeriksaan profil lipid lengkap dan gula darah setelah berpuasa selama 12 jam sebelumnya. Pemeriksaan lingkar pinggang, diukur dengan posisi subjek berdiri tegak tanpa alas kaki dengan jarak kedua kaki cm. Pengukuran dilakukan melingkar secara horizontal dari titik tengah antara puncak krista iliaka dan tepi bawah kosta terakhir pada garis aksilaris medium (Adam et al, 2011). Lingkar pinggang dinyatakan abnormal bila > 90 cm pada pria dan > 80 cm pada wanita. III. HASIL PENELITIAN Dalam penelitian ini sebanyak 50 karyawan yang terpilih sebagai sample dalam penelitian. Berdasarkan data yang terkumpul, terdapat dua kuesioner yang tidak lengkap terisi dan tiga orang subjek penelitian tidak datang saat pengambilan data atas alasan ijin tidak masuk kerja (dengan alasan pulang kampung untuk upacara adat). Sehingga dalam 5

6 penelitian ini terdapat 45 data subjek penelitian yang dianalisis. Hasil penelitian dipaparkan dalam uraian berikut. 3.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian terdiri dari 32 (71 %) pria dan 13 (29 %) wanita dengan rerata usia 37 ± 10,96 tahun. Lingkungan kerja berupa mikroklimat di dapur restoran memiliki temperature basah 30 o C dan temperature kering 27 o C. Karyawan restoran melakukan pekerjaan menyiapkan hidangan-hidangan bagi para tamu-tamu disesuaikan dengan pesanan yang masuk ke bagian penerimaan pesanan. Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian (n= 45) Variabel Minimum Maksimum Rerata Simpang Baku Umur (tahun) ,96 IMT (Kg/m 2 ) ,7 4,78 Job strain index (JSI) 0,52 1,41 0,90 0,20 Lingkar perut (cm) Triglyserida (g/dl) Gula darah puasa (g/dl) Kolesterol total (g/dl) Kolesterol LDL (g/dl) Kolesterol HDL (g/dl) Tekanan darah sistolik (mmhg) ,9 Tekanan darah diastolik (mmhg) ,3 Tabel 2. Prevalensi metabolik syndrome pada karyawan restoran di Desa peliatan berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Total Variabel Laki-laki Wanita Metabolic syndrome tidak ya

7 Pada Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa prevalensi sindroma metabolik pada karyawan restoran di Desa Peliatan didapatkan 42% (laki-laki, 68%; wanita, 32%). Tabel 3. Tabulasi silang prevalensi stress kerja pada karyawan restoran di Desa Peliatan berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Total Laki-laki Wanita Job stress tidak ya Tiga belas subjek (24%) terdiri dari 8 orang laki-laki dan 5 orang wanita mengalami job stress (JSI > 1), sesuai dengan Tabel Hubungan antara stres kerja dan metabolik syndrome Table 4. Hasil analisis statistik hubungan antara stres kerja dan sindrom metabolik dengan chi square test (n = 45) Metabolic Syndrome Tidak Ya Nilai p Stres Kerja Tidak ,314 Ya 6 7 Berdasarkan table 2 di atas, dalam penelitian ini hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara stres kerja dan sindrom metabolic pada karyawan restoran di Desa Peliatan. Hasil uji chi square mendapatkan nilai p = 0,314 atau nilai p > 0,05. IV. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara stress kerja dan sindrom metabolik (nilai p = 0,314 atau nilai p > 0,05). Hal ini berbeda dengan studi meta analisis oleh Bergmann et al yang menemukan dari sebagian studi yang dianalisis tentang hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut (Bergmann et al, 2014). Hal yang kontra lainnya bahwa sampai saat ini belum sinkronnya temuan beberapa penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara stres kerja dan sindrom metabolic 7

8 (Heraclides et al, 2011). Penjelasan lainnya adalah juga karena Meskipun dalam teori general mal-adaptation respon stres fisik maupun psikologis secara simultan dapat mendrive mekanisme lanjutannya dalam HPA-axis dan SAM-axis (Guyton and Hall, 2006), akan tetapi terdapat variasi individual respon stres psikologis terhadap mekanisme lapar dan kenyang di hypothalamus yang berakibat sebagian orang yang mengalami stress kerja yang berpengaruh terhadap kecemasan dan pola makan yang tidak terkontrol yang berdampak kepada risiko munculnya metabolic syndrome. Jumlah sampel yang kecil dapat menjadi penyebab tidak terjawabnya hipotesis alternatif dalam penelitian ini. Berbeda halnya dengan penelitian Giang et al, (2014), yang meneliti perbedaan skor stres kerja pada 2687 pekerja di Shanghai yang mengalami metabolik syndrome dan yang tidak (Giang et al, 2014). Dalam penelitian tersebut ditemukan perbedaan yang signifikan. Demikian juga halnya dengan Chandola et al (2006) dalam penelitian prospective cohort study melihat hubungan antara stress di tempat kerja terhadap metabolic syndrome terhadap orang pegawai sipil di London, yang di-follow up selama rata-rata 14 tahun menemukan hubungan respon dosis antara paparan stress kerja setelah 14 tahun terhadap risiko sindrom metabolik. Pekerja yang mengalami stress kronis dan memiliki tiga atau lebih jenis paparan memiliki risiko lebih dari dua kali lipatnya mengalami syndrome metabolic dibandingkan pekerja yang tidak mengalami stress kerja. Studi tersebut menyimpulkan bahwa stres di tempat kerja merupakan faktor risiko yang sangat penting terhadap metabolic syndrome. Fakta lainnya menemukan bahwa metabolic syndrome erat hubungannya dengan inaktivitas fisik, riwayat minum alkohol dan gangguan fungsi hati oleh penyebab lain yang tidak targali dalam penelitian ini. Aktivitas fisik dengan melakukan exercise misalnya terbukti sangat efektif dalam mencegah hipertensi dan potensinya 10 kali lipat disbanding diit rendah garam. Exercise dapat menghilangkan perasaan depresi dan kecemasan dan memberi perasaan kesejahteraan psikologis (Rosch, 2014). Menurut Jim Henry, secara teori, hipertensi primer yang ditemukan pada kebanyakan kasus-kasus hipertensi di masyarakat, erat hubungannya atau seringnya diinisiasi oleh respon neurohormonal terhadap stres psikososial (Giang, 2014; Rosch, 2014). Predisposisi polygenetic berinteraksi dengan factor lingkungan masih dipercaya sebagai penyebab hipertensi primer. Hipertensi juga merupakan salah satu gejala selain gabungan gejala 8

9 dislipidemia dalam menentukan metabolic syndrome. Mekanisme terjadinya hipertensi related stress dapat dijelaskan bahwa stimulasi sympatho-adrenomedullary berakibat aktivasi produksi renin yang dimediasi oleh ß1-receptor-mediated. Yang pada akhirnya menstimulasi the renin-angiotensin-aldosterone axis. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis hubungan antara stres kerja terhadap hipertensi. Dan hanya 7 orang responden dalam penelitian ini dengan tekanan darah sistolik di atas 120 mmhg. Menurut teori Jim Henry, abdominal obesity, insulin resistance, lipid disturbances dan manifestasi lain dari metabolik syndrome adalah akibat stress-related yang meningkatkan sekresi hormon glucocorticoid, dan dalam axis yang lain stress psikososial juga meningkatkna sekresi catecholamines. Resistensi insulin yang juga merupakan bagian dari gejala metabolik syndrome juga sering menyertai gejala hipertensi primer. Aktivasi dari hypothalamic-pituitary-adrenal axis berakibat peningkatan cortisol dan hormone-hormon lainnya yang mengakibatkan insulin resistance dan juga penumpukan (deposit) visceral fat. Penelitian tentang kondisi stress kerja yang dihubungkan dengan metabolic syndrome belum pernah dilakukan di Indonesia. Akan tetapi mengacu pada studi-studi yang telah dilakukan di Negara lain dapat sebagai predictor bahwa hubungan antara variable tersebut memiliki hubungan yang signifikan. Penelitian yang dilakukan di Makassar oleh Adam dkk (2011) misalnya sudah menggali tentang prevalensi metabolic syndrome di masyarakat, hanya saja tidak mengikutkan variable status pekerjaan sebagai satu factor risiko 38. Penelitian Adam dkk tersebut dilakukan terhadap pengunjung Poliklinik Penyakit Dalam / Klinik Diabetes, Obesitas, dan Lipid sebuah Rumah Sakit Swasta dan klinik pribadi di Makassar yang datang untuk pemeriksaan kesehatan rutin sebanyak 1219 orang selama periode Oktober 2002 sampai dengan Desember Adam dkk menemukan prevalensi metabolic syndrome pada subjek penelitiannya pada wanita lebih banyak dibandingkan pria yaitu masing-masing 47,1% dan 19,6%. Studistudi tentang metabolic syndrome lainnya di Indonesia juga masih terbatas pada pasienpasien yang datang ke klinik-klinik maupun rumah sakit ketika mengalami suatu keluhan suatu gejala fisik. Untuk mengetahui gambaran yang lebih mendekati kondisi yang sebenarnya di masyarakat, tentunya sangat dibutuhkan studi-studi untuk mencari prevalensi metabolic syndrome pada pekerja di berbagai bidang pekerjaan yang 9

10 dihubungkan dengan stres kerja. Pertimbangan untuk pembuktian stress kerja menggunakan biomarker tentunya akan memberikan data kondisi stress kerja yang menjadi risiko sindrom metabolik yang lebih valid untuk subjek penelitian orang Indonesia. Kelemahan Penelitian 1. Penilaian stress kerja menggunakan kuesioner yang bersifat subjektif. Subjek dalam penelitian ini sebagaimana juga halnya gambaran masyarakat Indonesia (masyarakat timur), tidak mengekspresikan dengan sebenar-benarnya (secara terus terang) apa yang sebenarnya dirasakan. Ada keengganan menyampaikan kondisi yang sebenarnya karena pengaruh budaya setempat dan adat ketimuran. Sehingga kemungkinan rendahnya skor job strain indeks dikarenakan oleh kondisi tersebut. 2. Terdapatnya chance of confounding variable yang tidak digali dalam penelitian ini yaitu inaktivitas fisik, riwayat minum alcohol dan gangguan fungsi hati oleh penyebab lain yang berhubungan dengan sindrom metabolik. 3. Jumlah sampel yang kecil dikarenakan keterbatasan waktu dan dana penelitian. V. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Tiga belas karyawan (24%) mengalami job stress (JSI > 1) dan prevalensi sindroma metabolik didapatkan 42% (lakilaki, 68%; wanita, 32%); (2) Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara stres kerja dan metabolik sindrome pada pekerja restoran di Desa Peliatan, Ubud. Dapat disarankan, bahwa dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hubungan antara stres kerja dan sindrom metabolik menggunakan marker biologi untuk mengukur kondisi stres kerja pada karyawan. Sehingga data mengenai stres kerja yang dipakai untuk melakukan analisis hubungan antar variabel tersebut bersifat objektif. Misalnya dengan melakukan pengukuran kadar hormon kortisol saliva pagi hari. Serta dengan jumlah sampel penelitian yang lebih besar. 10

11 DAFTAR PUSTAKA Adam JM, Herman Adriansjah H, Fabiola MSA. (2011). Sindroma metabolik di klinik, hasil penelitian di Makassar. Available from: Access 1/12/2014 Alyssa BS. (2009). Metabolic syndrome and workplace outcomes. (Disertation). Doctor of Philosophy (Kinesiology) in the University of Michigan. Anne S. (2003). Working time. Its impact on safety and health. International Labour Office and Occupational Safety & Health Research Institute Korea Occupational Safety & Health Agency. Bergmann, N., Gyntelberg F and Faber J. (2014). The appraisal of chronic stress and the development of the metabolic syndrome: a systematic review of prospective cohort studies. Endocr Connect 2014 vol. 3 no. 2. Chandola T, Brunner E and Marmot M. (2006). Chronic stress at work and the metabolic syndrome: prospective study. BMJ, 332(7540): Dean BB. and Robert AK. (2000). Stress. Occupational Health. Lippincott Williams Wilkins: Philadelphia. p Debra KD, Donald IT, Michael JC. (1996). The Human factors aspects of shift work. Occupational ergonomic. Marcel Dekker, INC. p Evolahti A, Hultcrantz M and Collins A. (2006). Women s work stress and cortisol levels: a longitudinal study of the association between the psychosocial work environment and serum cortisol. Journal of Psychosomatic Research, 61:

12 Folkow B. (2014). Stress, Hypertension and the Metabolic Syndrome Giang Z, Li X, Yunsheng M, Persuitte G, Jinsong W, Miaozhao M, Liwu J and Li J. (2014). Relationship between job stress and metabolic syndrome in occupational population. J Am Coll Cardiol;64(16_S). Guyton and Hall. (2006). Adrenocortical hormones. In Textbook of Medical Physiology. 7 th ed. Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier Inc. Heraclides AM, Chandola T, Witte DR & Brunner EJ. (2011). Work stress, obesity and the risk of type 2 diabetes: gender-specific bidirectional effect in the Whitehall II study. Obesity 20 (428) 33 Inoue A, Kawakami N, Tsuno K, Tomioka K and Nakanishi Y. (2012). Organizational Justice and Psychological Distress Among Permanent and Non-permanent Employees in Japan: A Prospective Cohort Study. Int J Behav Med. Karasek R. (1992). Stress prevention through work reorganization: A Summary of 19 international case studies. Condition of Work Digest; 11, 2. Kawaguchi Y, Toyomasu K, Yoshida N, Baba K, Uemoto M, Minota S. (2007). Measuring job stress among hospital nurses: an attempt to identify biological markers. Fukuoka Acta Med; 98 (2): Kroemer KHE. (2009). Workload and stress. In Fitting the Human, Introduction to Ergonomics. USA: Taylor & Francis. p Lauralee S. (2001). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal:

13 Lee H, Hyunmi, Miller A, Chang GP and Kim SJ Acculturative stress, workrelated psychosocial factors and depression in Korea-Chinese migrant workers in Korea. J Occup Health; 54: Lin QH, Jiang CQ and Lam TH. (2013). The relationship between occupational stress, burnout, and turnover intention among managerial staff from Sino-Japanese joint venture in Guangzhou, China. J Occup Health; 55: Montgomery B. (2008). CBT (Cognitive Behavior Therapy). International workshop on clinical skill for CBT. Denpasar. April th Munandar AS. (2001). Stres dalam Pekerjaan. Psikologi Industri & organisasi. UIP. Rachmad S, Andi W, Sidartawan S, Tommy H. (2004). Estimating BMI and waist circumference cut-offs for obesity in Indonesia and health impact (ISSO Epidemiological Study). Proceeding 3 rd National Obesity Symposium (NOS III). p Rolf H and Walter R. (1998). Fatigue and recovery. Encyclopedia of Occupational Health and Safety Fourth Edition. Geneva: ILO. p Rosch PJ. (2014). Stress, Hypertension and the Metabolic Syndrome. Available from: Access 1/12/2014 Sastroasmoro S dan Ismael S. (2005). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. Shimazu A, Kawakami N, Irimajiri H, Sakamoto M and Amano S. (2005). Effects of web-based psycho-education on self-efficacy, problem solving behavior, stress responses and job satisfaction among workers: A controlled clinical trial. J Occup Health; 47,

14 Shimazu A, Kubota K, Bakker AB, Demerouti E, Shimada K, and Kawakami N. (2013). Work-to-family conflict and family-to-work conflict among Japanese dual-earner couples with preschool children: A spillover-crossover perspective. J Occup Health. Accepted for Publication: April 17. Shimomitsu. (2000). The brief job stress questionnaire (BJSQ) for self-stress monitoring. In Kawakami, N Assessment of job stress, lecture material. October. Tokyo University. Japan. Siegrist J. (1996). Adverse health effects of high-effort/low-reward conditions. J Occup Health Psych; 1: Smith JC. (2002). Stress Management, A Comprehensive Handbook of Techniques and Strategies. New York: Springer Publishing Company, Inc. Sonnentag S and Fritz C. (2006). Endocrinological processes associated with job stress: catecholamine and cortisol responses to acute and chronic stressors. Employee Health, Coping and Methodologies Research in Occupational Stress and Wellbeing. Elsevier Ltd., 5: 1-59 Stephen P. (1991). Shiftwork. Ergonomics, Work and health. p Steven Sauter and Gwendolyn Puryear Keita. Work Stress and Health 99: Available from: Akses tanggal 27/09/14. Sun W, Fu J, Chang Y and Wang L. (2012). Epidemiological study on risk factors for anxiety disorder among Chinese doctors. J. Occup Health; 34: 1-8. Susy-Purnawati. (2010). CBO stress management program on vigilance, stress index and cortisol among A Bank X employees in Bali. Journal Spirits; 1(2) Mei:

15 Susy-Purnawati. (2012). Pekerja stres dan solusinya. Koran mingguan Tokoh. No.670/Tahun ke XII, November th. Susy-Purnawati. (2014). Program manajemen stres kerja di perusahaan: sebuah petunjuk untuk menerapkannya. Buletin Psikologi; 22(1) Juni: Winfried, Peter R. (1998). Psychological Aspects. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety Fourth Edition. ILO: Geneva. p

EFEK PEMBERIAN SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN LINGKAR PINGGANG LANSIA DESA JEGU TABANAN

EFEK PEMBERIAN SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN LINGKAR PINGGANG LANSIA DESA JEGU TABANAN EFEK PEMBERIAN SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN LINGKAR PINGGANG LANSIA DESA JEGU TABANAN ABSTRAK Susy Purnawati, I PG Adiatmika, Made Muliarta, Ratna Sundari, Krisna Dinata, Indah Adiputra, Adiartha G,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Viola Stephanie, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes. Obesitas

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Thereatdy Sandi Susyanto, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima,M.Kes.

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG Skripsi Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah Dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD; Dra Eti Yerizel, MS; dr Zulkarnain Edward,MS, PhD dan Intan Widuri, Sked Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lemak adalah substansi yang tidak larut dalam air dan secara kimia mengandung satu atau lebih asam lemak. Tubuh manusia menggunakan lemak sebagai sumber energi, pelarut

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS ABSTRAK PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS Wendy Sadikin, 2010. Pembimbing I Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes : dr. Ellya Rosa Delima,

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA Rilla Saeliputri, 2012. Pembimbing: Meilinah Hidayat, dr., MKes., Dr., Felix Kasim, dr., MKes.,

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON Daniel Hadiwinata, 2016 Pembimbing Utama : Hendra Subroto, dr.,sppk. Pembimbing Pendamping: Dani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, baik prehipertensi maupun hipertensi, merupakan permasalahan yang patut diperhatikan karena merupakan salah satu manifestasi dari kejadian gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin disertai abnormalitas fungsi dan deposisi lemak. Sindroma metabolik menjadi faktor risiko penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL Levina Stephanie, 2007. Pembimbing I : dr. Hana Ratnawati, M.Kes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan kelainan metabolik yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Cameron dkk memperkirakan prevalensi sindrom

Lebih terperinci

Testosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS )

Testosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS ) Testosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS ) Asman Manaf Subbagian Endokrin Metabolik Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RSUP Dr M Jamil Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasma trigliserida merupakan salah satu bentuk lemak yang bersirkulasi dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan kalori dari makanan

Lebih terperinci

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS ABSTRAK Shella Monica Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung Latar belakang Tidur yang cukup merupakan faktor penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor yang saling berhubungan dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, yaitu diabetes

Lebih terperinci

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013 THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013 Ercho, NC, Berawi K, Susantiningsih T Medical Faculty of Lampung University Abstract Obesity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai saat ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia seperti Penyakit

Lebih terperinci

THE CORRELATION BETWEEN OBESITY AND PREDIABETES AMONG THE STUDENT OF LAMPUNG UNIVERSITY 2013

THE CORRELATION BETWEEN OBESITY AND PREDIABETES AMONG THE STUDENT OF LAMPUNG UNIVERSITY 2013 THE CORRELATION BETWEEN OBESITY AND PREDIABETES AMONG THE STUDENT OF LAMPUNG UNIVERSITY 2013 Putri RA, Tjiptaningrum A 1), Basuki W 1) 1) Medical Faculty of Lampung University Abstract Obesity is a condition

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan insidensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan insidensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun di seluruh dunia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom metabolik dan depresi merupakan dua penyakit yang prevalensi dan insidensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun di seluruh dunia. Sindrom metabolik prevalensinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga menderita sindroma metabolik. Seluruh subyek penelitian adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...

Lebih terperinci

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN 2014 Oleh: PAHYOKI WARDANA 120100102 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 KORELASI HBA1C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang teknologi dan industri. Seiring dengan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Shift Kerja dengan Imt, Tekanan Darah dan Kadar Glukosa Darah

Hubungan Antara Shift Kerja dengan Imt, Tekanan Darah dan Kadar Glukosa Darah Jurnal Labora Medika Vol.1, No. 2 (2017) 1-5 Journal Homepage: http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jlabmed e-issn: 2549-9939 Hubungan Antara Kerja dengan Imt, Tekanan Darah dan Kadar Glukosa Darah Merry

Lebih terperinci

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2 HUBUNGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DENGAN HIPERTENSI SISTOLIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK ENDOKRIN RUMAH SAKIT UMUM SANGLAH PERIODE JANUARI DESEMBER 2011 A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) INDIREK DENGAN DIREK PADA KADAR TRIGLISERIDA

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2 GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH 17-27 kg/m 2 Agung Setiyawan MahasiswaPeminatanEpidemiologidanPenyakitTropik FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasDiponegoro

Lebih terperinci

Susy Purnawati. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar

Susy Purnawati. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar Susy Purnawati Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar Email: s_purnawati@yahoo.com Pendahuluan Perkembangan studi-studi tentang stres kerja dewasa ini tidak terlepas

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr.

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr. ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL Marissa Johannes, 2006 Pembimbing: Suhendar A.G.,dr.FCCP. FACA Aming Tohardi,

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN HIPERTENSI PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANIKI BAWAH KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO Ceidy Silva Tamunu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS Shella Monica, 2013 Pembimbing : Rita Tjokropranoto, dr.,m.sc. Latar belakang Tidur yang cukup merupakan faktor penting bagi kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat terjadi seiring dengan meningkatnya arus globalisasi, perkembangan teknologi dan industri. Hal ini juga mempengaruhi

Lebih terperinci

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Andri Gunawan e-mail : mixtape.inside.andri@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA PEDAGANG PASAR KLEWER PASCA KEBAKARAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA PEDAGANG PASAR KLEWER PASCA KEBAKARAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA PEDAGANG PASAR KLEWER PASCA KEBAKARAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran AGUNG SETIAWAN G0012007 FAKULTAS

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2011

ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2011 ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2011 Hilman Ramdhani, 2011. Pembimbing I : H. Edwin Setiabudi,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Denpasar, 27 Desember Penulis

KATA PENGANTAR. Denpasar, 27 Desember Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul PREVALENSI

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan jenis penyakit yang melibatkan jantung atau pembuluh darah. Penyakit ini masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia.

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Kadar Kolesterol Total dan Ukuran Lingkar Perut dengan Kejadian Hipertensi pada Pegawai UIN Alauddin Makassar Tahun 2014

Analisis Hubungan Kadar Kolesterol Total dan Ukuran Lingkar Perut dengan Kejadian Hipertensi pada Pegawai UIN Alauddin Makassar Tahun 2014 Al-Sihah : Public Health Science Journal 99-105 Analisis Hubungan Kadar Kolesterol Total dan Ukuran Lingkar Perut dengan pada Pegawai UIN Alauddin Makassar Tahun 2014 Rauly Rahmadhani 1 1 Bagian Kebidanan

Lebih terperinci

GAMBARAN OBESITAS SENTRAL PADA MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

GAMBARAN OBESITAS SENTRAL PADA MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO GAMBARAN OBESITAS SENTRAL PADA MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Marisa Gita Putri, Ari Udiyono, Mateus Sakundarno Adi, Lintang Dian Saraswati Bagian Epidemiologi dan Penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE Paulin Yuliana, 2011 Pembimbing I Pembimbing II : Winny Suwindere, drg., MS. : Adrian Suhendra, dr.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin atau tidak dapat mempergunakan insulin secara baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek yang muncul sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular serta diabetes mellitus tipe 2. Komponen

Lebih terperinci

SINDROMA METABOLIK PADA LANSIA. Hendra Kurniawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

SINDROMA METABOLIK PADA LANSIA. Hendra Kurniawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember SINDROMA METABOLIK PADA LANSIA Hendra Kurniawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember Email: hendrakurniawan@unmuhjember.ac.id ABSTRAK Sindroma Metabolik merupakan kelainan metabolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan dan obesitas menjadi masalah kesehatan yang serius di berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA NI KADEK FEBRIYANTI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL

ABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL ABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL Silvia, 2007 Pembimbing 1 Pembimbing 2 : Dr. Iwan Budiman,dr.,MS.,MM.,MKes.,AIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah gizi ganda diantaranya prevalensi gizi kurang dan meningkatnya prevalensi obesitas. Obesitas tidak lagi di anggap sebagai masalah kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI. Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI. Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM 080100410 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ABSTRACT Introduction.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE

INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE SKRIPSI INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE LEBIH MENURUNKAN TEKANAN DARAH DARIPADA LATIHAN DEEP BREATHING PADA WANITA MIDDLE AGE DENGAN PRE-HYPERTENSION NI PUTU HARYSKA WULAN DEWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT KECENDERUNGAN PRIA DENGAN TESTOSTERON DEFICIENSI SYNDROM TERHADAP RISIKO MENDERITA METABOLIC SYNDROM

KAJIAN TINGKAT KECENDERUNGAN PRIA DENGAN TESTOSTERON DEFICIENSI SYNDROM TERHADAP RISIKO MENDERITA METABOLIC SYNDROM KAJIAN TINGKAT KECENDERUNGAN PRIA DENGAN TESTOSTERON DEFICIENSI SYNDROM TERHADAP RISIKO MENDERITA METABOLIC SYNDROM Bambang Wasito1 ABSTRACT Man above 50 years old, as women who experience menopause, will

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause menyebabkan > 80% wanita mengalami keluhan fisik dan psikologis dengan berbagai tekanan dan gangguan penurunan kualitas hidup (Esposito et al., 2007). Wanita

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH ( IMT ) DAN LINGKAR LENGAN ATAS ( LILA ) DENGAN KADAR GULA DARAH DAN KOLESTEROL PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Gambaran Faktor Risiko Stroke pada Pasien Stroke Infark Aterotrombotik di RSUD Al Ihsan Periode 1 Januari 2015 31 Desember 2015 The Characteristic of Stroke

Lebih terperinci

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease ABSTRAK GAMBARAN PASIEN RAWAT INAP DIABETIC KIDNEY DISEASE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE OKTOBER 2010 SEPTEMBER 2011 Widyasanti, 2012; Pembimbing I : dr. Sylvia Soeng, M.Kes Pembimbing II : Dra.

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian mengenai kontribusi job stressors terhadap gejala stres kerja pada karyawan flight crew di perusahaan X di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL PADA ANGGOTA KEPOLISIAN RESOR KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL PADA ANGGOTA KEPOLISIAN RESOR KARANGANYAR HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL PADA ANGGOTA KEPOLISIAN RESOR KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran Diajukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2005, penyakit ini menyebabkan 17,5 juta kematian, yaitu

Lebih terperinci

Pembimbing II : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc.

Pembimbing II : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc. ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA PREVALENSI GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMAHAI, KECAMATAN AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH, PROVINSI MALUKU, TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang, khususnya bidang perekonomian, kesehatan, dan teknologi menyebabkan peningkatan usia harapan hidup. Meningkatnya usia harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Alopesia androgenetik merupakan alopesia yang dipengaruhi oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Alopesia androgenetik merupakan alopesia yang dipengaruhi oleh faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alopesia merupakan yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan efek dari androgen perifer, dimana faktor tersebut akan mengakibatkan perubahan secara bertahap dari rambut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, LINGKAR PERGELANGAN TANGAN, DAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, LINGKAR PERGELANGAN TANGAN, DAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, LINGKAR PERGELANGAN TANGAN, DAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami

Lebih terperinci

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Edukasi Gaya Hidup terhadap Peningkatan Pengetahuan Karyawan Obesitas di Universitas X

Pengaruh Pemberian Edukasi Gaya Hidup terhadap Peningkatan Pengetahuan Karyawan Obesitas di Universitas X , Vol.04, No.01, Februari 2017, hal: 69-73 ISSN-Print. 2355 5386 ISSN-Online. 2460-9560 http://jps.unlam.ac.id/ Research Article 69 Pengaruh Pemberian Edukasi Gaya Hidup terhadap Peningkatan Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang digunakan untuk menilai status gizi seorang individu. IMT merupakan metode yang murah dan mudah dalam mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah terjadi perubahan pola penyakit akibat program kesehatan serta perubahan gaya hidup dan perubahan pola makan pada masyarakat. Penyakit infeksi dan

Lebih terperinci

SINDROM METABOLIK [ ARTIKEL REVIEW ] Sandra Rini Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

SINDROM METABOLIK [ ARTIKEL REVIEW ] Sandra Rini Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung [ ARTIKEL REVIEW ] SINDROM METABOLIK Sandra Rini Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstract Metabolic syndrome is a complex metabolic disorder caused by an increasing incidence of obesity. Metabolic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamik seseorang

Lebih terperinci

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Hubungan Obesitas Sentral Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner Pada Usia 40-60 Tahun Di RSUP H.Adam Malik, Medan. Oleh: HEMAKANEN NAIR A/L VASU 110100413 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini 61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera Linn) TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK. PENGARUH AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera Linn) TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL PADA PRIA DEWASA ABSTRAK PENGARUH AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera Linn) TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL PADA PRIA DEWASA Hanny Rusli Indrowiyono,2010, Pembimbing I : Pinandojo Djojosoewarno,dr.,Drs,AIF Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGGI HAK SEPATU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PRAMUNIAGA DI LIPPO MALL BADUNG BALI

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGGI HAK SEPATU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PRAMUNIAGA DI LIPPO MALL BADUNG BALI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGGI HAK SEPATU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PRAMUNIAGA DI LIPPO MALL BADUNG BALI NI KOMANG SITITI NIRMALA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

Lebih terperinci