PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) DI SEKOLAH INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) DI SEKOLAH INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) DI SEKOLAH INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Ardika Gea Prabawati NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019

2 PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) DI SEKOLAH INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Ardika Gea Prabawati NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 i

3 ii

4 iii

5 PERSEMBAHAN Dalam nama Tuhan Yesus skripsi ini aku persembahkan untuk: 1. Tuhan Yesus yang telah memberikan berkat dan mujizatnya. 2. Ayah dan Ibuku tercinta, Bapak Ignatius Prayitna dan Ibu Elisabeth Maryati yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan yang tak terhingga besar dan waktunya. 3. Adikku Daru Titah Prasetya yang selalu memberikanku dukungan untukku. 4. Ibu Erlita dan Ibu Laura selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing dan membantuku dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 5. Sahabat perjuangan skripsiku, Afri, Intan, Zindy, Sasa, Evita, Novi, Tiwi, dan Farika yang saling memberikan dukungan dan bantuan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 6. Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma, yang telah memberiku pengalaman dan ilmu. iv

6 MOTTO Kesuksesan adalah buah dari usaha-usaha kecil, yang diulang hari demi hari. (Robert Collier) Banyak kegagalan hidup yang terjadi karena orang-orang tidak menyadari seberapa dekat kesuksesan mereka saat mereka menyerah. (Thomas A. Edison) v

7 vi

8 vii

9 ABSTRAK PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) DI SEKOLAH INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF Ardika Gea Prabawati Universitas Sanata Dharma 2019 Sekolah inklusi merupakan salah satu bentuk hak untuk setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan tanpa membeda-bedakan karakteristik setiap warga negara, terutama bagi yang memiliki kebutuhan khusus sehingga dapat memperoleh pendidikan yang setara dengan warga negara lainnya. Sekolah yang ditunjuk untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi harus memperhatikan 8 aspek penyelenggaraan sekolah inklusi. Salah satu aspek dalam penyelenggaraan sekolah inklusi yaitu aspek penerimaan peserta didik baru yang mengakomodasikan semua anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan aspek penerimaan peserta didik baru yang ada di sekolah dasar inklusi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Peneliti mengumpulkan data dengan wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) 1 dari 4 sekolah inklusi sudah menyediakan kuota peserta didik berkebutuhan khusus dengan jumlah 1-3 siswa, 2) 4 sekolah inklusi sudah mempertimbangkan sarana dan prasarana di dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru, 3) 4 sekolah inklusi yang ada, 1 diantaranya mempertimbangkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan dengan maksimal, 1 diantaranya mempertimbangkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan namun belum maksimal, dan 2 kurang mempertimbangkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan secara maksimal, 4) 4 sekolah inklusi sudah menggunakan sumber biaya yang sesuai dengan peraturan pemerintah dalam pelaksanaan PPDB, 5) 4 sekolah inklusi membentuk panitian PPDB yang melibatkan GPK, dan 6) 4 sekolah inklusi menggunakan persyaratan PPDB yang sesuai dengan peraturan dalam pedoman PPDB. Kata Kunci: sekolah inklusi, anak berkebutuhan khusus, penerapan aspek PPDB viii

10 ABSTRACT ADMISSION OF NEW STUDENTS IN INCLUSIVE SCHOOLS: DESCRIPTIVE STUDY Ardika Gea Prabawati Sanata Dharma University 2019 Inclusion school is a kind of rights for every citizen in obtaining education without discriminating every citizen, especially for those who have special needs, so that they can obtain an education equivalent to that of other citizens. Schools that were appointed to organize inclusive education must pay attention to 8 aspects of implementing inclusive schools. One aspect of the implementation of inclusive schools is the aspect of acceptance of new students that accommodates all children. The purpose of this study is to describe the application of aspects of the acceptance of new students in elementary school inclusion. This research is a qualitative descriptive research with a case study method. The researcher collected data by interviewing and studying documentation. The results of this study indicate that:1) 1 out of 4 inclusive schools had provided quota of special needs students with a number of 1-3 students,2) 4 inclusive schools had considered the facilities and infrastructures in the implementation of accepting new students,3) from 4 inclusion schools, 1 of them considered the resources of educators and the educators maximally, another 1 considered the resources of educators and educators but not maximal, and other 2 not really considered the maximum resources of educators and educators,4) 4 inclusive schools had used the funding sources in accordance with government regulations in implementing PPDB, 5) 4 inclusion schools formed the PPDB committee involving GPK, and 6) 4 inclusive schools used PPDB requirements that complied with the regulations in the PPDB guidelines. Keywords: inclusion schools, children with special needs, applying aspects of PPDB ix

11 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Sekolah Inklusi: Studi Deskriptif. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memenuhi gelar sarjana. Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat selesai dan berhasil dengan baik. Dengan segenap hati, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. 4. Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kepala Sekolah SD Cinta Kasih di wilayah Kota Yogyakarta yang memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Guru Kelas dan GPK SD Cinta Kasih di wilayah Kota Yogyakarta yang telah membantu dan menjadi narasumber dalam penelitian ini. 8. Kedua orangtuaku yang telah memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang untuk kelancaran skripsiku. x

12 9. Teman-teman seperjuanganku, Afri, Zindi, Intan, Tiwi, Sasa, Evita, Novi, dan Farika yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini selesai. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi sumber belajar bagi peneliti lain yang memiliki tujuan mengembangkan pendidikan inklusi. Peneliti xi

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii ABSTRAK... viii ABSTRACK... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR BAGAN... xiv DAFTAR TABEL... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 5 E. Asumsi Penelitian... 6 F. Definisi Operasional... 7 BAB II LANDASAN TEORI... 8 A. Kajian Pustaka Anak Berkebutuhan Khusus Pendidikan Inklusi a. Pengertian Pendidikan Inklusi b. Tujuan Pendidikan Inklusi Sekolah Inklusi Aspek-aspek Penyelenggaraan Sekolah Inklusi xii

14 5. Aspek Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Setting Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian C. Desain Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data Wawancara Dokumentasi E. Instrumen Penelitian Pedoman Wawancara Pedoman Daftar Dokumen F. Kredibilitas dan Transferabilitas Kredibilitas Transferabilitas G. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian B. Hasil Penelitian Wawancara C. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Keterbatasan Penelitian C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENELITI xiii

15 DAFTAR BAGAN Gambar 2.1 Bagan Literatur Map xiv

16 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Tabel 3.2 Pedoman Studi Dokumentasi Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Mekar Jaya Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Cinta Kasih Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Pagi Cerah Tabel 4.4 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Harapan Mulia xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 3. Pedoman Wawancara Lampiran 4. Reduksi Hasil Wawancara Lampiran 5. Pedoman Dokumentasi Lampiran 6. Hasil Studi Dokumentasi Lampiran 7. Display Data Wawancara xvi

18 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Permendiknas Nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusi berisi pengertian pendidikan inklusi yaitu sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersamasama dengan peserta didik pada umumnya. Pendidikan inklusi ini berbeda dengan pendidikan khusus. Selama ini pendidikan khusus bagi anak yang memiliki keterbatasan disediakan dalam tiga macam lembaga pendidikan, yaitu SLB (Sekolah Berkelainan), SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), dan Pendidikan Terpadu. SLB sudah ada sejak tahun 1945 karena di tahun tersebut sudah ada anak berkebutuhan khusus dengan jumlah 100 anak. Setelah SLB didirikan, 6 tahun kemudian pemerintah mendirikan SDLB karena pemerintah mewajibkan sekolah 6 tahun (Budiyanto, 2017: 7). Di Indonesia, praktik penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dimulai sejak tahun 1990 melalui kerjasama antara Kementerian Pendidikan Nasional pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Kerajaan Norwegia. Kemunculan pendidikan inklusi di Indonesia diawali oleh ketidakpuasan sistem segregasi dan pendidikan khusus yang terlebih dahulu mengiringi perjalanan anak berkebutuhan khusus dalam memperoleh layanan pendidikan yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan mereka. Sistem segregasi yang ada dianggap gagal serta kurang mampu mengembangkan potensi dan keterampilan anak didik (Ilahi, 2013: 7). Hal lain yang melatarbelakangi pendidikan inklusi ini muncul adalah akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus semakin tidak terjangkau karena 1

19 lokasi sekolah yang tersebar tidak merata. SLB (Sekolah Luar Biasa) jarang sekali ditemui di lingkungan pedesaan yang terpencil. Padahal anak berkebutuhan khusus banyak ditemui di daerah-daerah kecil. Di tengah permasalahan tentang sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, pendidikan inklusi muncul sebagai solusi untuk melanjutkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tanpa harus merasa kecil hati ketika harus berkumpul dengan anak-anak normal lainnya (Ilahi, 2013: 9). Pendidikan inklusi hadir dengan tujuan untuk membangun dan menciptakan suasana kelas yang menghargai keanekaragaman dan perbedaan yang menyangkut fisik, sosial, ekonomi, suku, agama dan sekaligus mengakomodasi semua anak tanpa terkecuali (Ardika, 2016: 11). Selain itu, sekolah inklusi bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosial siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam menjalin sebuah pertemanan (Olivia, 2017: 9). Konsep pendidikan inklusi ini merupakan konsep pendidikan yang merepresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara. Pendidikan inklusi ini hadir untuk membantu anak-anak yang mengalami keterbatasan dalam memperoleh hak pendidikan yang sama dengan anak-anak lainnya (Ilahi, 2013: 26). Dengan adanya sistem pendidikan inklusi, anak-anak yang memiliki keterbatasan dididik secara bersama-sama dengan anak reguler supaya dapat memaksimalkan potensi dan keterampilan mereka. Sistem pendidikan ini menjadi penopang dalam menciptakan rasa saling menghargai dan keterbukaan antar mereka yang memiliki keterbatasan dengan mereka yang normal, sehingga tidak ada lagi sikap diskriminasi yang muncul (Ilahi, 2013: 4-6). Kustawan (2013: 5) mengatakan bahwa untuk untuk menyelenggarakan sebuah sekolah dengan sistem pendidikan inklusi, sekolah harus memperhatikan kompetensi pendidik dan tenaga pendidikan yang ada. Salah satu tenaga pendidik yang harus diperhatikan oleh sekolah yaitu kepala sekolah. Kepala sekolah adalah sosok yang sangat berperan penting dalam 2

20 mengembangkan mutu sekolah. Kepala sekolah harus memahami filosofi dan konsep pendidikan inklusi dan harus berani menjamin serta bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang dapat mengakomodasi semua anak. Sekolah inklusi yang dipimpin oleh tenaga pendidik yang profesional, dapat merancang agar sekolah menjadi ramah anak, terbuka, dan tidak ada sikap mendiskriminasi. Triani (2013: 4) memaparkan bahwa guruguru di sekolah inklusi harus mampu mempersiapkan diri dengan keberagaman yang dimiliki peserta didik. Guru harus mempersiapkan metode yang sesuai dengan karakteristik setiap peserta didik. Selain itu, kurikulum yang digunakan untuk mengajar anak berkebutuhan khusus juga harus diperhatikan karena kurikulum yang digunakan berbeda dengan anak reguler. Dalam penyelenggaran pendidikan inklusi, sekolah harus memperhatikan beberapa aspek. Kustawan (2013: 90) menyebutkan ada 8 aspek penting yang harus diperhatikan dalam penyelenggaran pendidikan inklusi. Salah satu aspeknya yaitu, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak. Dalam proses PPDB, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 17 Tahun 2017 tentang penerimaan peserta didik baru pada pasal 5 menyebutkan bahwa syarat calon peserta didik baru kelas 1 sekolah dasar yaitu berusia 7 (tujuh) tahun dan paling rendah 6 (enam) tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan. Disebutkan juga bahwa calon peserta didik yang berusia 6 tahun tersebut diperuntukkan bagi calon peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa atau bakat istimewa yang kesiapan belajarnya dibuktikan dengan rekomendasi tertulis dari psikologi profesional. Pedoman PPDB ini juga menyebutkan bahwa jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar belajar yaitu paling sedikit berjumlah 20 (dua puluh) peserta didik dan paling banyak 28 (dua puluh delapan) peserta didik. Kustawan (2012: 91) menambahkan bahwa sekolah inklusi perlu menyediakan kursi atau kuota paling sedikit 1 (satu) peserta didik dan paling banyak 3 (tiga) peserta didik. Sekolah juga perlu membentuk panitia PPDB yang dilengkapi dengan Guru Pendamping Khusus (GPK) dan menyiapkan panduan PPDB yang 3

21 mencantumkan mekanisme penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus. Selain itu, sekolah perlu mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah, seperti sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan, sumber daya sarana dan prasarana, dan sumber daya biaya pada setiap tahunnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistyaningsih (2017), di wilayah Kota Yogyakarta saat ini sudah ada 29 sekolah dasar negeri yang dianggap mampu untuk menerapkan pendidikan inklusi. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui kesesuaian penyelenggaraan sekolah dasar inklusi dengan aspek-aspek sekolah inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 dari 7 sekolah dasar yang dijadikan sampel sudah menerapkan 8 aspek penyelenggaraan sekolah inklusi. Hasil yang kedua yaitu tentang penerapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi dengan hasil menunjukkan bahwa semua sekolah yang dijadikan sampel sudah melaksanakan aspek penerimaan peserta didik baru yang mengakomodasi semua anak. Selanjutnya, Pradevi (2018) melakukan penelitian di salah satu sekolah dasar di wilayah Kota Yogyakarta. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui permasalah yang muncul di sekolah dalam menyelenggarakan sekolah inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi, hanya tiga yang dapat memenuhi. Ketiga aspek tersebut yaitu aspek identifikasi, penataan kelas yang ramah anak, dan penilaian dan evaluasi pembelajaran. Salah satu aspek yang belum terpenuhi yaitu aspek penerimaan peserta didik baru yang mengakomodasi semua anak. Peneliti bermaksud ingin mengetahui secara mendalam, bagaimana penerapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi di wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Oleh karena iu, penelitian ini fokus mengkaji salah satu penerapan aspek yaitu aspek penerimaan peserta didik baru di sekolah inklusi yang terletak di wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Sekolah inklusi yang dijadikan objek penelitian adalah SD Tadika Mesra, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia. Peneliti mengangkat judul Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Sekolah Inklusi : Studi Deskriptif. 4

22 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menentukan rumusan masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan aspek Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah inklusi? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan penerapan aspek Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah inklusi. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi tentang penerapan aspek-aspek penyelengaaran sekolah inklusi, salah satunya adalah aspek Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Dasar Inklusi Melalui penelitian ini, sekolah dapat mengkaji dan membuat evaluasi tentang penerapan aspek-aspek dalam penyelenggaraan sekolah inklusi, terutama penerapan dalam aspek Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). b. Bagi Guru Guru dapat mengetahui sejauh mana penerapan aspek Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah dan bisa mengidentifikasi kesesuaian aspek sekolah inklusi dengan penerapannya di sekolah. c. Bagi Peneliti 5

23 Peneliti dapat mendeskripsikan penerapan aspek PPDB di sekolah inklusi dan dapat mempelajari kesesuaian aspek dalam penerapannya di sekolah. E. Asumsi Penelitian Dalam penyelenggaraan sekolah inklusi, sekolah harus memperhatikan aspek-aspek penting yang ada. Salah satu aspek yang harus diperhatikan yaitu aspek penerimaan peserta didik baru yang mengakomodasi semua anak. Dalam penerimaan peserta didik baru, Kustawan (2013: 91) menyebutkan bahwa sekolah harus memperhatikan beberapa hal seperti, kuota atau kursi bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus, sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan, sumber daya biaya, sumber daya sarana dan prasarana, persyaratan dan panitia pelaksanaan PPDB. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pradevi (2018) menunjukkan bahwa salah satu sekolah inklusi yang berada di wilayah Kota Yogyakarta belum menerapkan aspek-aspek penyelenggaraan sekolah inklusi secara maksimal, terutama pada aspek Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Peneliti berasumsi bahwa sekolah mengalami kendala dalam menerapkan aspek PPDB. F. Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan beberapa istilah yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Pendidikan Inklusi Pendidikan inklusi adalah sebuah konsep pendidikan yang terbuka dan mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus ataupun tidak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan anak seusianya di sekolah reguler. 6

24 2. Sekolah Inklusi Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang mengakomodasi siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dan memberikan pelayanan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut. 3. Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak anak yang mengalami gangguan fisik maupun mental dan juga anak potensial berbakat yang memerlukan pendidikan secara khusus. 4. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah inklusi perlu memperhatikan beberapa hal yaitu, sumber sarana dan prasarana, sumber pendidik dan tenaga kependidikan, sumber biaya, kuota peserta didik berkebutuhan khusus, panitian PPDB, dan persyaratan bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus. 7

25 BAB II LANDASAN TEORI Bab II membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir. A. Kajian Pustaka 1. Anak Berkebutuhan Khusus a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat diartikan sebagai anak yang mengalami gangguan fisik, mental, intelegensi serta emosi sehingga diharuskan mendapat pembelajaran secara khusus (Atmaja, 2017: 6). Anak berkebutuhan khusus memerlukan perhatian yang lebih agar mereka dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Anak berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan khusus dan pelayanan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Ilahi (2013: 137) berpendapat bahwa anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak anak yang tergolong cacat atau menyandang ketunaan dan juga anak berbakat. Dari beberapa pendapat di atas, anak berkebutuhan khusus adalah anak anak yang mengalami gangguan fisik maupun mental dan juga anak potensial berbakat yang memerlukan pendidikan secara khusus. b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Kauffman dan Hallahan (dalam Delphie, 2006: 15) mengungkapkan ada sepuluh tipe anak berkebutuhan khusus. Kesepuluh tipe anak berkebutuhan khusus tersebut yaitu: 1) Tunagrahita (mental retardation), memiliki kesulitan belajar karena terhambat dalam perkembangan intelegensi, mental, fisik, dan emosi sosial. 2) Kesulitan belajar (learning disabilities), memiliki masalah dalam perkebangan kognitif, emosi dan sosial. 8

26 3) Hiperaktif, memiliki gangguan mental yang dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya, kurangnya asupan gizi pada saat kehamilan dan faktor radiasi yang menyerang anak saat balita. Ciri-ciri yang dapat dilihat antara lain tidak mau diam, suka mengganggu teman, sulit berkonsentrasi, sulit mengikuti perintah, dan bermasalah dalam belajar. 4) Tunalaras (emotional or behavior disorder), memiliki hambatan emosional dan tingkah laku sehingga mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. 5) Tunarungu wicara (communication disorder and deafness), memiliki hambatan pendengaran sehingga sulit berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. 6) Tunanetra (partially seing and legally blind), individu yang memiliki hambatan penglihatan. 7) Anak autistik (autistic children), memiliki gangguan intelektual dan fungsi saraf. Kelainan yang dimiliki meliputi kelainan bicara, kelainan fungsi saraf, intelektual, dan perilaku. 8) Tunadaksa (physical disability), ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya secara normal. 9) Tunaganda (multiple handicapped) memiliki kelainan perkembangan neurologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan kemampuan intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi masyarakat. Kelain ini juga mencakup kelainan perkembangan fungsi adaptif. 10) Anak berbakat (giftedness and special talents) memiliki kemampuan yang unggul dalam segi intelektual, fisik, dan perilakuk sosial. Permendiknas Nomor 70 tahun 2009 (dalam Sartika, 2013: 7) tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan/bakat istimewa, bahwa peserta didik yang memiliki 9

27 kelainan fisik, emosi, mental, dan memiliki potensi kecerdasan yaitu sebagai berikut: 1) Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan yang diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu buta total dan low vision. 2) Tunarungu adalah individu yang mengalami hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. 3) Tunawicara adalah individu yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit dimengerti orang lain. 4) Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. 5) Tunadaksa adalah individu yang mengalami gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-maskular dan struktur tulang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, amputasi, polio, dan lumpuh. 6) Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. 7) Kesulitan belajar (learning disability) adalah gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman bahasa, lisan maupun tulis, sehingga sering mengalami kesulitan untuk mendengarkan, berpikir, bicara, membaca, menulis, mengeja, maupun melakukan perhitungan. Jenis-jenis kesulitan belajar ini diantaranya diskalkulia, disgraphia, disleksia, dan dispraksia. 8) Lambat belajar (slow learner) adalah individu yang memiliki prestasi belajar rendah dan di bawah rata-rata anak pada umumnya tapi bukan tergolong anak keterbelakangan mental. Jika dilakukan pengetesan, IQ mereka menunjukkan skor antara ) Autis (autism spectrum disorder) adalah keadaan gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi 10

28 menutup diri. Gangguan ini membuat anak mengalami keterbatasan dalam berinteraksi, berkomunikasi, dan berperilaku. Dari beberapa pernyataan di atas, klasifikasi anak berkebutuhan khusus yaitu tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autisme, hiperaktif, kesulitan belajar (learning disability), lambat belajar (slow learner), tunaganda, dan gifted. 2. Pendidikan Inklusi a. Pengertian Pendidikan Inklusi Ilahi (2013: 24) mendefinisikan pendidikan inklusi sebagai sebuah konsep pendidikan yang menampung semua anak yang berkebutuhan khusus tanpa membeda-bedakan latar belakang dan keterbatasan pada diri anak. Konsep dalam pendidikan inklusi ini merupakan konsep pendidikan yang merepresentasikan seluruh aspek yang berkaitan dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar sebagai warga negara. Sebagai konsep pendidikan terpadu, pendidikan inklusi mencerminkan pendidikan untuk semua anak tanpa terkecuali. Rosilawati (2013: 9) memaparkan bahwa pendidikan inklusi adalah sebuah pendidikan yang memberikan layanan kepada semua anak tanpa terkecuali. Pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolahsekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Model pendidikan ini berupaya memberikan kesempatan yang sama terhadap anak berkebutuhan khusus dengan anak reluger lainnya dalam mencari sumber-sumber belajar yang tersedia (Ilahi, 2013: 27). Dari beberapa pendapat para ahli di atas, pendidikan inklusi adalah sebuah konsep pendidikan yang terbuka dan mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus ataupun tidak berkebutuhan khusus 11

29 untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan anak seusianya di sekolah reguler. b. Tujuan Pendidikan Inklusi Kustawan (2013: 10) menyebutkan bahwa pendidikan inklusi yang ramah anak bertujuan untuk membangun konsep yang koheren dan kerangka kebijakan yang kontekstual dengan kondisi lingkungan, sehingga tersedia akses pendidikan dasar untuk semua anak. Ilahi (2013: 39) memaparkan beberapa tujuan pendidikan inklusi, yaitu: 1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. 2) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Santoso (dalam Ardika, 2016: 11) memaparkan tujuan pendidikan inklusi, yaitu: 1) Menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas, menciptakan kelas yang hangat, menerima dan menghargai keanekaragaman, menciptakan suasana kelas yang menampung semua anak dan menekankan suasana kelas yang menghargai perbedaan yang menyangkut kemampuan, kondisi fisik, sosial ekonomi, suku, agama, dan sekaligus mengakomodasi anak tanpa memandang fisik, sosial, dan intelektual. 2) Memberikan kesempatan agar memperoleh pendidikan yang sama bagi semua anak dan orang dewasa yang memerlukan pendidikan baik yang memiliki kercerdasasan tinggi, memiliki hambatan fisik atau intelegensi dan bagi mereka yang terpisahkan. 12

30 3. Sekolah Inklusi Ilahi (2013: 87) berpendapat bahwa sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang mengakomodasi siswa reguler dan siswa penyandang cacat dalam program yang sama. Penerapan pendidikan inklusi pada sekolah inklusi dapat membuat anak berkebutuhan khusus merasa tenang, percaya diri, merasa dihargai dan diperhatikan. Murtie (2014: 225) mengemukakan pendapat tentang sekolah inklusi yaitu sekolah yang dibuat untuk mendidik anak-anak pada umumnya namun menyediakan tempat juga bagi anak berkebutuhan khusus yang mampu didik. Sekolah ini merupakan sekolah yang menyiapkan pelayanan untuk siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dengan dampingan seorang guru pendamping. Pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan siswa reguler dan siswa khusus sesuai dengan potensi masing-masing. Dari beberapa pendapat di atas, sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang mengakomodasi siswa reguler maupun siswa berkebutuhan khusus dan memberikan pelayanan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut. 4. Aspek aspek Penyelenggaraan Sekolah Inklusi Kustawan (2013) dalam bukunya yang berjudul Model Implementasi Pendidikan Inklusif Ramah Anak menyebutkan ada 8 aspek penyelenggaraan sekolah inklusi, yaitu: a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang Mengakomodasi Semua Anak Kustawan (2013: 90) berpendapat bahwa guru perlu memahami keberagaman anak dalam haknya untuk memperoleh pendidikan yang bermutu tanpa melihat perbedaan fisik, intelektual, sosial, emosi atau kondisi lainnya. Dalam hal ini, semua anak memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, termasuk dengan anak berkebutuhan khusus. Hal inilah yang menjadi dasar bagi sekolah inklusi untuk menerima dan mengakomodasi semua anak termasuk 13

31 dengan anak berkebutuhan khusus agar mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Ilahi (2013: 24) juga memaparkan pendapat yang sama, yaitu bahwa pendidikan inklusi memang mencerminkan pendidikan untuk semua tanpa terkecuali, apakah dia mengalami keterbatasan fisik atau tidak memiliki kemampuan finansial. b. Identifikasi Identifikasi adalah upaya pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menemukan dan mengenali anak yang mengalami hambatan/kelainan/gangguan baik fisik, intelektual, mental, emosional dan sosial dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhannya (Kustawan, 2013: 93). Guru melaksanakan identifikasi dengan cara mengamati gejalagejala yang nampak, seperti gejala fisik, perilaku dan hasil belajar. Tujuan dari identifikasi ini adalah untuk menghimpun informasi atau data apakah seorang anak mengalami kelainan atau penyimpangan dalam pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Hasil yang diperoleh dari proses identifikasi ini nantinya digunakan sebagai dasar penyusunan program pembelajaran dan penanganan yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya (Kustawan, 2013: 94). c. Assesmen Pedoman umum penyelenggaraan pendidikan inklusi mendefinisikan istilah assesmen sebagai suatu upaya seseorang (dalam hal ini orang tua, guru maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang mengalami kelainan atau penyimpangan (dalam hal ini fisik, intelektual, sosial, emosional atau tingkah laku) dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai (Kustawan, 2013: 93). Assesmen juga didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk memantau 14

32 kemajuan dan mengambil keputusan pendidikan yang diperlukan (Friend dan Bursuck, 2015: 209). Lerner dalam (Kustawan, 2013: 95) mengemukakan bahwa identifikasi dilakukan untuk lima keperluan yaitu penjaringan (screening), pengalihtanganan (referral), klasifikasi (classification), perencanaan pembelajaran (instructional planning), dan pemantauan kemajuan belajar (monitoring pupil progress). Ketika melakukan assesmen, seorang guru harus memahami halhal sebagai berikut: 1) menyadari kegiatan-kegiatan assesmen yang sedang dilakukannya, 2) memiliki bekal yang cukup tentang bagaimana melakukan assesmen, 3) memiliki alat atau instrumen yang baik untuk melakukan penelahan secara seksama dari data yang diperolehnya, 4) memiliki kemampuan untuk menganalisa dan menginterpretasi data yang sudah diperolehnya (Kustawan, 2013: 98). Hal-hal tersebut sangat penting dipahami oleh guru agar informasi yang didapat dari proses assesmen dapat menjadi dasar bagi seorang pendidik untuk menyusun pembelajaran yang efektif yang sesuai dengan kebutuhan siswa. d. Adaptasi Kurikulum (Kurikulum Fleksibel) Kurikulum fleksibel yakni kurikulum yang mengakomodasi anak dengan berbagai latar belakang kemampuan dan disusun sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik anak (Kustawan, 2013: 107). Kustawan (2013: ) memaparkan model pengembangan kurikulum yang bisa dilakukan dalam upaya penyusunan kurikulum yang fleksibel, yaitu: 1) model eskalasi (ditingkatkan), 2) model duplikasi (meniru atau menggandakan), 3) model duplikasi (merubah untuk disesuaikan), 4) model substitusi (mengganti), dan 5) model omisi (menghilangkan). Prinsip pengembangan kurikulum fleksibel yaitu kurikulum umum yang diberlakukan untuk anak pada umumnya perlu diubah 15

33 atau dimodifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi anak berkebutuhan khusus (Kustawan, 2013: 108). Modifikasi yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan anak. Anak berkebutuhan khusus yang sekolah di sekolah reguler secara umum menggunakan kurikulum standar, kurikulum di atas standar, dan kurikulum di bawah standar. Hal tersebut disesuaikan dengan kemampuan IQ anak. e. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran yang Ramah Anak Bahan ajar atau materi pembelajaran yang fleksibel atau ramah anak secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari anak berkebutuhan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan atau hambatannya dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Kustawan, 2013: 111). f. Penataan Kelas yang Ramah Anak Kustawan (2013: 115) menjelaskan bahwa menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, perlu memperhatikan pengaturan atau penaatan ruang kelas. Meja dan kursi diatur dengan mudah dipindahkan agar anak dapat duduk secara berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa. Friend (2015: 285) menjelaskan bahwa penataan ruang kelas mencakup semua hal yang dilakukan oleh para guru demi mengoptimalkan proses belajarmengajar yang efektif, mulai dari mengatur peserta didik, ruang, waktu, hingga materi. g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Adaptif Media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus pada hakekatnya adalah media yang dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam kegiatan pembelajaran (Kustawan, 2013: 117). Dalam hal ini, media yang digunakan untuk anak berkebutuhan khusus harus sesuai dengan kebutuhan anak tersebut dan bersifat 16

34 adaptif. Media adaptif yang dimaksud merupakan media yang disesuaikan dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun non tes. Penilaian dalam konteks sekolah inklusi adalah sebuah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja anak berkebutuhan khusus setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran (Kustawan, 2013: 123). Sedangkan, evaluasi adalah sebuah kegiatan mengumpulkan tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan (Kustawan, 2013: 125). Kustawan (2013: ) memaparkan beberapa teknik penilaian yang dapat digunakan oleh guru di sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi, yaitu: 1) teknik tertulis, 2) observasi, 3) tes kinerja, 4) penugasan, 5) tes lisan, 6) penilaian portofolio, 7) jurnal, 8) inventori 9) penilaian diri, dan 10) penilaian antar teman. Dari uraian di atas, delapan aspek dalam penyelenggaraan sekolah inklusi antara lain: a) Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak; b) identifikasi; c) adaptasi kurikulum (kurikulum fleksibel); d) merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran ramah anak; e) penataan kelas ramah anak; f) assesmen; g) penilaian dan evaluasi pembelajaran. 17

35 5. Aspek Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang Mengakomodasi Semua Anak Terdapat delapan (8) aspek yang harus ada dalam penyelenggaraan sekolah inklusi. Dari delapan (8) aspek tersebut, peneliti memfokuskan penelitian pada salah satu aspek yaitu aspek Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak. Salah satu konsep dari pendidikan inklusi adalah bersifat terbuka dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara (Ilahi, 2013: 24). Melalui kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) ini, sekolah inklusi memberikan keleluasaan dalam menerima semua anak berkebutuhan khusus. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusi bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa menambahkan bahwa pendidikan inklusi memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan bersama dengan peserta didik pada umumnya. Menindaklanjuti peraturan ini, semua guru harus memahami keberagaman karakteristik anak. Pemahaman ini diawali pada kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak tanpa memandang keterbatasan ataupun kecerdasasan yang dimiliki oleh anak tersebut. Dalam proses PPDB, SD/MI di setiap tahunnya perlu mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah, yaitu sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan, sumber daya sarana dan prasarana, dan sumber daya biaya (Kustawan, 2013: 90). Dalam sekolah inklusi, Kustawan (2013: 91) memaparkan bahwa satuan pendidikan harus mengalokasikan kursi peserta didik atau kuota paling sedikit 1 (satu) anak berkebutuhan khusus dan paling banyak 3 (tiga) peserta didik berkebutuhan khusus dalam setiap rombongan belajar. Pada Pedoman Umum Penerimaan Peserta Didik Baru tahun pelajaran 18

36 2017/2018 juga menyebutkan hal yang berkaitan dengan sumber dana yang digunakan untuk pelaksanaan PPDB. Dalam pedoman umum PPDB tersebut disebutkan bahwa sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah dan menerima dana BOS dari pemerintah dilarang untuk melakukan pemungutan yang terkait pelaksanaan PPDB. Selain sumber dana, dalam pedoman PPDB tahun 2017/2018 juga memaparkan tentang persyaratan dalam pelaksanaan PPDB. Dalam pedoman penerimaan peserta didik baru disebutkan bahwa persyaratan calon peserta didik baru yang berumur 7 (tujuh) tahun wajib diterima sebagai peserta didik dan calon peserta didik baru berusia paling rendah 6 (enam) tahun pada tanggal 1 Juli. Syarat usia ini dibuktikan dengan akta kelahiran atau surat keterangan lahir yang dikeluarkan oleh pihak berwenang. Disebutkan juga bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus harus dibuktikan dengan rekomendasi tertulis dari psikolog profesional. Kustawan (2013: 91) berpendapat bahwa sekolah inklusi perlu membentuk panitia PPDB yang dilengkapi dengan pendidik (dalam hal ini guru pendidikan khusus atau konselor) yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus. Selaras dengan yang diungkapkan Kustawan, Friend dan Bursuck (2015: 68) berpendapat bahwa ada dua sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan dalam pendidikan inklusi yaitu guru pendidikan umum dan pendidikan khusus. Guru pendidikan umum adalah tenaga profesional yang mengetahui paling banyak tentang keseharian, keunggulan dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Sedangkan guru pendidikan khusus atau sering disebut dengan guru pendamping khusus adalah guru yang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam bidang anak berkebutuhan khusus (Murtie, 2014: 126). Dari beberapa pendapat para ahli mengenai proses PPDB yang mengakomodasi semua anak dalam sekolah inklusi, peneliti menyimpulkan bahwa dalam proses PPDB yang mengakomodasi semua anak, sekolah perlu mengalokasikan kuota bagi calon peserta didik 19

37 berkebutuhan khusus pada setiap rombongan belajar dengan jumlah paling sedikit 1 (satu) dan paling banyak 3 (tiga), memberikan pelayanan dengan cara menyediakan guru pendamping khusus dalam pelaksanaan PPDB untuk membantu melayani dan melakukan assesmen awal pada peserta didik yang berkebutuhan khusus, memperhatikan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, memperhatikan sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan PPDB, dan memperhatikan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Rika Widyawati pada tahun Judul penelitian tersebut adalah Evaluasi Pelaksanaan Program Inklusi Sekolah Dasar. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan untuk pengambilan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program inklusi di SD Negeri Klero 02 Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Teknis analisis data pada penelitian ini menggunakan uji triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil dari penelitian ini adalah SD Negeri Klero 02 secara keseluruhan sudah melaksanakan program inklusi dengan baik, namun ada beberapa hal yang kurang maksimal seperti, kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana bagi ABK dan belum adanya GPK yang memadahi. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Fannisa Aulia Rahmania pada tahun 2016 dengan judul Tugas Guru Pendamping Khusus (GPK) dalam Memberikan Pelayanan Pendidikan Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusif SD Negeri Giwangan Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tugas GPK sudah terlaksana dalam melayani kebutuhan diantaranya 20

38 menyelenggarakan administrasi khusus yaitu catatan harian, pencatatan hasil assesmen dan dokumen identitas siswa. Penelitian yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Ana Nastiti pada tahun 2017 dengan judul Manajemen Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan peserta didik berkebutuhan khusus, pembinaan peserta didik berkebutuhan khusus, layanan khusus peserta didik berkebutuhan khusus dan evaluasi peserta didik berkebutuhan khusus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Hasil dari penelitian ini yaitu tidak adanya GPK dalam manajemen peserta didik. Berdasarkan ketiga penelitian di atas terdapat relevansi antara penelitian yang akan peneliti lakukan oleh peneliti. Penelitian pertama memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu untuk mengevaluasi penyelenggaraan sekolah inklusi dengan memperhatikan aspek dalam penyelenggaraan sebuah sekolah inklusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekolah sudah melaksanakan program inklusi dengan baik, namun ada beberapa hal yang kurang maskimal seperti sarana dan prasarana di sekolah. Penelitian yang kedua memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu mengetahui tugas dan peran GPK (guru pendamping khusus), dimana GPK termasuk sumber daya pendidik yang harus diperhatikan untuk menyelenggarakan sekolah inklusi. Penelitian yang ketiga memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui pelayanan yang dilakukan sekolah kepada peserta didik berkebutuhan khusus dan evaluasi peserta didik berkebutuhan khusus. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa sekolah tidak memiliki GPK (guru pendamping khusus) sebagai salah satu layanan bagi peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. Selain itu, relevansi ketiga penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh 21

39 peneliti yaitu menggunakan jenis penelitian yang sama; yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Ketiga penelitian tersebut memberikan relevansi kepada peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai penerapan salah satu aspek dalam penyelenggaraan sekolah inklusi di 4 sekolah inklusi yang ada di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Penelitian ini juga melanjutkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pradevi (2018) tentang permasalah yang ada di sekolah selama melaksanakan program sekolah inklusi. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa dari delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi, hanya ada tiga aspek yang diterapkan secara maksimal, yaitu aspek identifikasi, penataan kelas yang ramah anak, dan penilaian dan evaluasi pembelajaran. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan mengetahu lebih dalam mengenai salah satu aspek yang belum dilaksanakan secara maksimal, yaitu aspek penerimaan peserta didik baru yang mengakomodasi semua anak. Di bawah ini digambarkan dengan bagan bagaimana hubungan antara ketiga penelitian yang relevan di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam bentuk literature map. 22

40 Rika Widyawati Evaluasi Pelaksanaan Program Inklusi Sekolah Dasar Fannisa Aulia Rahmannia Tugas Guru Pendamping Khusus dalam Memberikan Pelayanan Pendidikan Siswa Berkebutuhan Khsusus di Sekolah Inklusif SD Negeri Giwangan Ana Nastiti Manajemen Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di Muh. 2 Kota Magelang Evaluasi tentang penerapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi. Tugas GPK dalam aspek penyelenggaraan sekolah inklusi dalam proses PPDB. Manajemen peserta didik berkebutuhan khusus. Ardika Gea Prabawati Penerapan PPDB di Sekolah Inklusi: Studi Deskriptif Bagan 2.1 Literature Map C. Kerangka Berpikir Pendidikan inklusi adalah sebuah konsep pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan yang setara dengan anak reguler dalam satu lingkungan pendidikan. Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, sekolah harus mampu menerapkan delapan (8) aspek penyelenggaraan sekolah inklusi dengan maksimal. Kustawan (2015: ) memaparkan bahwa aspek penyelenggaraan sekolah inklusi yaitu, penerimaan peserta didik baru yang mengakomodasi semua anak, identifikasi, assesmen, adaptasi kurikulum, merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, penataan kelas yang ramah 23

41 anak, pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, dan penilaian dan evaluasi pembelajaran. Ferinda dan Sulistyaningsih (2017) pernah melakukan penelitian survei di wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman untuk mengetahui penerapan aspek-aspek penyelenggaraan sekolah inklusi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 14,2% sekolah dasar inklusi di wilayah Kota Yogyakarta telah mencakup 8 aspek. Sedangkan, di Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa 22% sekolah dasar inklusi telah mencakup 8 aspek. Pradevi (2018) melakukan penelitian lanjutan dari penelitian survei sebelumnya. Penelitian tersebut meneliti tentang permasalahan yang ada dalam penyelenggaraan sekolah inklusi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi, hanya ada tiga aspek yang dilaksanakan dengan maksimal. Ketiga aspek tersebut yaitu, identifikasi, penilaian dan evaluasi pembelajaran, dan penataan kelas yang ramah anak. Penelitian tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang penerapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi, tetapi peneliti memfokuskan penelitian pada salah satu aspek saja. Aspek yang diteliti yaitu aspek penerimaan peserta didik baru yang mengakomodasi semua anak. Dalam proses pelaksanakan PPDB, sekolah harus memperhatikan beberapa hal seperti, jumlah kuota bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus. Sekolah inklusi harus menyediakan kuota setiap tahunnya bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus dengan jumlah paling sedikit satu (1) dan paling banyak tiga (3). Selain menyediakan kuota, sekolah perlu membentuk panitia sebelum pelaksanaan penerimaan peserta didik baru. Panitia yang dibentuk sekolah harus melibatkan guru dan guru pendamping khusus. Keterlibatan guru pendamping khusus ini tidak lain adalah untuk membantu menganalisa hasil assesmen yang telah dibawa oleh calon peserta didik berkebutuhan khusus. Setelah guru pendamping khusus melakukan analisa, hasil analisa selanjutnya akan didiskusikan dengan guru lain dan kepala sekolah untuk menentukan tipe anak berkebutuhan khusus yang akan diterima 24

42 sekolah. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah juga harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk menerima tipe anak berkebutuhan khusus. Sekolah inklusi yang tidak memiliki fasilitas lengkap untuk anak berkebutuhan khusus, disarankan untuk tidak menerima tipe anak berkebutuhan khusus tersebut. Sekolah juga harus memperhatikan guru yang menangani anak berkebutuhan khusus seperti guru pendamping khusus (GPK) dan guru kelas, agar anak berkebutuhan khusus bisa menerima pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Biaya dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik juga menjadi salah satu hal penting di sekolah. Sekolah tidak diperbolehkan untuk memungut biaya penerimaan peserta didik baru kepada calon peserta didik. Hal tersebut sudah tercantum dalam Pedoman Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Dalam pedoman tersebut juga dicantumkan bahwa semua biaya yang digunakan untuk pelaksanaan PPDB berasal dari biaya BOS. Peneliti terdorong untuk melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru pendamping khusus, dan guru di sekolah untuk mengetahui proses pelaksanaan penerimaan peserta didik baru yang mengakomodasi semua anak yang berpedoman dengan salah satu aspek penyelenggaraan sekolah inklusi, yaitu aspek penerimaan peserta didik baru yang mengakomodasi semua anak. Peneliti membuat 14 butir pertanyaan, namun karena peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur, maka ada kemungkinan pertanyaan lain akan terlontar ketika melakukan wawancara. Data wawancara yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis dan digunakan untuk mendeskripsikan penerapan aspek penerimaan peserta didik baru yang mengakomodasi semua anak di empat sekolah inklusi di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil judul Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Sekolah Inklusi: Studi Deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan melakukan pengambilan data dengan cara wawancara dan dokumentasi di sekolah inklusi wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. 25

43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian metode penelitian ini menjelaskan jenis penelitian, setting penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, kredibilitas dan transferabilitas, dan teknik analisis data. A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Sugiyono (2010: 15) berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara pusposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Ahmadi (2014: 15) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara alamiah (natural) dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadi secara alamiah. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode studi kasus. Emzir (2012: 20) mengemukakan bahwa penelitian studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi. Penelitian yang menggunakan metode ini adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang dipelajari sebagai suatu kasus. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Penelitian studi kasus ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek (Nazir, 2013: 45). 26

44 B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di empat (4) sekolah inklusi yang terletak di wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, yaitu SD Mekar Jaya, SD Pagi Cerah, SD Cinta Kasih, dan SD Harapan Mulia. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Agustus 2018 hingga bulan Juni Peneliti menentukan judul pada bulan Desember Peneliti kemudian menyusun pedoman wawancara dan observasi yang dilakukan dari bulan Desember 2018 hingga bulan Februari Pada akhir bulan Februari, peneliti membuat surat ijin melakukan observasi dan wawancara di SD Mekar Jaya. Setelah mendapat ijin, peneliti langsung memulai penelitian pada bulan April Di bulan April hingga Juni, peneliti melakukan pengolahan data. C. Desain Penelitian Emzir (2012: 14-16) memaparkan prosedur atau desain dalam penelitian kualitatif. Prosedur tersebut meliputi: 1. Mengidentifikasi sebuah topik atau fokus. Topik-topik tersebut diidentifikasi berdasarkan pengalaman dan obervasi. Topik-topik ini ditentukan pada awal studi, namun fokus studi dapat ditulis kembali selama fase pengumpulan data. 2. Melakukan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka ini dilakukan oleh peneliti untuk mengidentifikasi informasi yang relevan dengan studi. Tinjauan pustaka berlanjut sampai data terkumpul dan memungkinkan peneliti mendefinisikan kembali pertanyaan penelitian. 3. Mendefinisikan peran peneliti. Peneliti menjalin hubungan yang akrab dengan partisipan untuk memperoleh data yang benar. Sebagaimana dengan partisipan, peneliti harus menjadi bagian dari budaya yang akan diteliti. 27

45 4. Mengelola jalan masuk lapangan dan menjaga hubungan baik di lapangan. Peneliti mendefinisikan fokus penelitian dan lapangan studi (tempat untuk melaksanakan penelitian) harus diidentifikasikan. Pemilihan lapangan harus disesuaikan dengan topik atau fokus penelitian 5. Memilih partisipan. Peneliti akan memilih partisipan yang dapat menyediakan informasi penting, yaitu kunci untuk studi tersebut. 6. Menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan. Pertanyaan bayangan dirancang oleh peneliti dan didasarkan pada topik penelitian yang sudah diidentifikasi baik pada permulaan studi maupun selama studi berlangsung. Pertanyaan ini membantu peneliti untuk mengumpulkan data. 7. Pengumpulan data. Penelitian kualitatif secara umum menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan analisis dokumen. 8. Analisis data. Data dalam penelitian kualitatif dianalisis melalui membaca dan mereview data (catatan observasi, transkrip wawancara) untuk mendeteksi tema-tema dan pola-pola yang muncul. 9. Interpretasi dan disseminasi hasil. Peneliti merangkum dan menjelaskan hasil dalam bentuk naratif. Lebih lanjut peneliti kualitatif berusaha berbagi temuan mereka melalui jurnal, laporan, webside, dan pertemuan formal atau informasi. D. Teknik Pengumpulan Data Emzir (2012: 65) memaparkan tiga macam teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu: pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi. Penelitian ini hanya menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan studi dokumentasi. 1. Wawancara Djamal (2015: 75) mengemukakan wawancara merupakan salah satu teknik mendapatkan data dengan cara mengadakan percakapan secara langsung antara pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan 28

46 dengan pihak yang diwawancarai yang menjawab pertanyaan itu. Wawancara juga dapat didefinisikan sebagai sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan kepercayaan sebagai landasan utama dalam memahami (Herdiansyah, 2013: 31). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara untuk menggali informasi tentang proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah dasar inklusi. Wawancara dilakukan dengan guru, kepala sekolah, dan Guru Pendamping Khusus (GPK) dalam sekolah tersebut. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk wawancara semi terstruktur. Sugiyono (2015: 267) memaparkan bahwa wawancara semi terstruktur termasuk dalam kategori wawancara mendalam (in-dept interview). Bentuk wawancara ini lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya. 2. Dokumentasi Djamal (2015: 86) berpendapat dokumen ialah setiap bahan tertulis atau film yang tidak dipersiapkan karena ada permintaan seorang peneliti. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dll. Djamal (2015: 86-87) memberikan alasan kenapa studi dokumen berguna bagi penelitian kualitatif, diantaranya: 29

47 a) Dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, karena tidak mengalami perubahan yang disebabkan faktor-faktor seperti perubahan tempat maupun perubahan waktu. b) Dokumen dapat dipergunakan sebagai bukti untuk pengujian apakah data yang diperoleh benar atau salah. c) Dokumen bersifat alamiah sesuai dengan konteksnya. d) Dokumen tidak reaktif seperti manusia yang memiliki keinginan, perasaan dan pikiran sehingga dapat memberikan reaksi terhadap setiap pengaruh yang datang dari luar. Penelitian ini menggunakan studi dokumentasi sebagai salah satu bentuk teknik pengumpulan data. Studi dokumentasi ini meliputi studi dari skripsi tentang permasalahan yang ada di sekolah inklusi. Selain menggunakan skripsi, peneliti juga mengumpulkan data dari dokumendokumen yang berkaitan dengan kegiatan PPDB di sekolah inklusi. E. Instrumen Penelitian Sugiyono (2015: 191) mengungkapkan bahwa instrumen penelitian merupakan alat ukur seperti tes, kuesioner, pedoman wawancara dan pedoman observasi yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai instrumen penelitian, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya (Sugiyono, 2012: 306). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan studi dokumentasi. Berikut pedoman wawancara dan studi dokumentasi: 1. Pedoman Wawancara Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data tentang penerapan PPBD di sekolah dasar inklusi. Peneliti memilih kepala 30

48 sekolah, guru kelas bawah, guru kelas atas dan Guru Pendamping Khusus (GPK) sebagai narasumber. Berikut tabel kisi-kisi wawancara yang akan diajukan kepada narasumber: Tabel 3.1 Pedoman Wawancara No. Aspek Indikator Pertanyaan Pokok 1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengalokasi semua anak Menyediakan kursi/kuota bagi siswa berkebutuhan khusus Menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus Syarat PPDB Apakah setiap tahun sekolah menyediakan kursi/kuota untuk siswa berkebutuhan khusus? Berapa jumlah kursi/kuota yang disediakan? Apakah ada tes khusus yang diberikan bagi siswa berkebutuhan khusus saat PPDB? Apakah sekolah menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus? Dokumen apa yang harus dipersiapkan calon peserta didik ketika proses PPDB? Menyediakan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah Mempersiapkan sarana dan prasarana Apakah ada dokumen khusus yang harus dilengkapi siswa berkebutuhan khusus saat PPDB? Apakah sekolah membentuk panitia khusus untuk PPDB? Apakah sekolah melibatkan Guru Pendamping Khusus (GPK) ketika proses PPDB? Apa peran GPK ketika proses PPDB? Fasilitas apa yang disediakan pihak sekolah untuk menunjang proses PPDB? Apakah ada fasilitas 31

49 Mempersiapkan sumber biaya khusus yang disediakan untuk siswa berkebutuhan khusus? Darimana asal biaya yang digunakan untuk PPDB? Apakah ada biaya khusus yang dipersiapkan untuk siswa berkebutuhan khusus saat PPDB? 2. Pedoman Daftar Dokumen Peneliti menggunakan pedoman daftar dokumen ketika melakukan studi dokumentasi. Studi dokumentasi ini memudahkan peneliti untuk memperoleh informasi penting yang terkait dengan penerapan PPDB di SD Mekar Jaya. Berikut ini adalah pedoman daftar dokumen yang digunakan oleh peneliti: Tabel 3.2 Pedoman Studi Dokumen No. Dokumen Keterangan Deskripsi Ada Tidak 1. Pedoman PPDB 2. Formulir PPDB 3. Susunan Kepanitiaan PPDB 4. Dokumen syarat-syarat PPDB F. Kredibilitas dan Transferabilitas 1. Kredibilitas Djamal (2015: 127) memaparkan fungsi kredibilitas adalah untuk menjelaskan bahwa data hasil penelitian yang dilakukan benar-benar menggambarkan keadaan objek yang sesungguhnya. Kredibel berarti peneliti dipercaya telah mengumpulkan data yang real di lapangan serta menginterpretasi data autentik tersebut dengan akurat. Uji kredibilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang 32

50 bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2014: 83). Sugiyono (2014: 125) menambahkan bahwa triangulasi terbagi menjadi triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber adalah pengujian kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2014: 127). Penelitian ini menggunakan narasumber dari kepala sekolah, guru kelas bawah, guru kelas atas dan Guru Pendamping Khusus (GPK). Data yang diperoleh dari narasumber dapat diperkuat dengan narasumber lainnya dan dapat dijadikan pembanding oleh peneliti. Penelitian ini juga menggunakan triangulasi teknik. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2014: 127). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan studi dokumentasi. 2. Transferabilitas Djamal (2015: 135) mengungkapkan bahwa trasferabilitas (keteralihan) berarti hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan pada situasi lain yang memiliki karakteristik dan konteks yang relatif sama. Transferabilitas juga didefinisikan sebagai derajad ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian ini dapat diterapkan atau digunakan pada situasi lain (Sugiyono, 2014: 444). Oleh karena itu, supaya orang dapat memahami hasil penelitian kualitatif dan ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dapat membuat laporan secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Uji transferabilitas dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan menyajikan data hasil wawancara dan studi dokumen yang kemudian disimpulkan dan ditulis dalam bentuk deskripsi. Deskripsi 33

51 ditulis secara jelas, rinci, dan sistematis agar informasi tentang penerapan aspek PPDB di sekolah inklusi dapat tersampaikan dengan jelas. G. Teknik Analisis Data Sugiyono (2014: 89) mengemukakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Penelitian ini menggunakan teknis analisis data model Miles dan Huberman. Djamal (2015: 147) menyatakan bahwa aktivitas dalam pengolahan data kualitatif meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan (conclusion). Langkah-langkah tersebut dilakukan pada penelitian ini yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Data Reduction Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah reduksi data atau data reduction. Pada tahap reduksi data, peneliti merangkum data yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi dokumen dari 4 narasumber yaitu guru kelas bawah, guru kelas atas, kepala sekolah, dan Guru Pendamping Khusus (GPK). Data yang akan dirangkum adalah data yang sesuai atau relevan dengan permasalahan yang dikaji yaitu tentang penerapan aspek PPDB di empat (4) sekolah dasar inklusi wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. 2. Data Display Langkah kedua dalam analisis data kualitatif adalah melakukan display data atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk grafik, tabel, bagan dan hubungan antar kategori. Data yang disajikan perlu disusun secara sistematis berdasarkan konsep, urutan, dan pola sehingga mudah untuk dipahami 34

52 oleh pembaca. Penelitian ini melakukan penyajian data dalam bentuk tabel dan ditulis dalam bentuk uraian singkat. Display data ini berisikan hasil dari wawancara berdasarkan penerapan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah inklusi. 3. Conclusion Langkah ketiga setelah display data atau penyajian data adalah pengambilan kesimpulan. Kesimpulan pada penelitian kualitatif pada dasarnya masih bersifat sementara, sehingga dapat berubah setiap saat apabila tidak didukung dengan bukti-bukti yang dapat dipercaya. Kesimpulan yang diambil harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah dan menghasilkan temuan baru di bidang ilmu yang sebelumnya telah ada. Pada penelitian ini, peneliti akan membuat kesimpulan berdasarkan dengan landasan dan bukti yang kuat agar mudah dipahami. Kesimpulan pada penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan penerapan PPDB di sekolah inklusi. 35

53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab IV mendeskripsikan tentang deskripsi penelitian dan hasil penelitian. A. Deskripsi Penelitian Peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan judul Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Sekolah Inklusi: Studi Deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di empat (4) sekolah dasar inklusi di wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Sekolah yang dijadikan objek penelitian yaitu SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia. Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2019 sampai dengan bulan Juni Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan data dengan teknik wawancara dan studi dokumentasi. Penelitian diawali dengan meminta surat ijin melakukan penelitian dari Sekretariat Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma. Setelah mendapat surat pengantar, peneliti kemudian meminta ijin dan menyerahkan surat pengantar tersebut ke sekolah. Setelah mendapatkan ijin, peneliti kemudian melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru kelas, dan guru pendamping khusus. Kepala sekolah dipilih sebagai partisipan karena kepala sekolah adalah pemimpin dalam sekolah dimana secara keseluruhan mengerti tentang perencanaan dan pengelolaan dalam sekolah. Narasumber selanjutnya yaitu guru pendamping khusus dipilih sebagai partisipan karena guru pendamping khusus adalah guru yang menangani anak berkebutuhan khusus selama pembelajaran di sekolah, sehingga informasi tentang anak berkebutuhan khusus bisa peneliti dapatkan secara mendetail. Narasumber yang terakhir yaitu guru kelas, dipilih peneliti untuk mendapatkan informasi tentang keadaan anak berkebutuhan khusus selama pembelajaran di kelas. Data yang diperoleh dari semua partisipan dijadikan penguat antara data dari partisipan satu dan lainnya. Berikut jadwal penelitian yang dilakukan: 36

54 Tabel 4.1 Jadwal Wawancara SD Mekar Jaya No Hari/Tanggal Subjek Wawancara 1. Jumat, 5 April 2019 Guru Pendamping Khusus (GPK) 2. Jumat, 12 April 2019 Kepala Sekolah 3. Jumat, 12 April 2019 Guru Kelas I Tabel 4.2 Jadwal Wawancara SD Cinta Kasih No Hari/Tanggal Subjek Wawancara 1. Selasa, 9 April 2019 Kepala Sekolah 2. Kamis, 11 April 2019 Guru Pendamping Khusus (GPK) 3. Selasa, 9 April 2019 Guru Kelas I 4. Kamis, 11 April 2019 Guru Kelas IV Tabel 4.3 Jadwal Wawancara SD Pagi Cerah No Hari/Tanggal Subjek Wawancara 1. Jumat, 29 Maret 2019 Guru Pendamping Khusus (GPK) 2. Jumat, 29 Maret 2019 Guru Kelas II 3. Sabtu, 30 Maret 2019 Kepala Sekolah 4. Sabtu, 30 Maret 2019 Guru Kelas IV Tabel 4.4 Jadwal Wawancara SD Harapan Mulia No Hari/Tanggal Subjek Wawancara 1. Kamis, 28 Maret 2019 Guru Kelas II 2. Selasa, 2 April 2019 Guru Kelas VI 3. Jumat, 12 April 2019 Guru Pendamping Khusus (GPK) 4. Jumat, 12 April 2019 Kepala Sekolah B. Hasil Penelitian 1. Wawancara Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara. Teknik ini digunakan dengan harapan dapat memberikan informasi yang lebih dalam dari narasumber sehingga 37

55 mampu menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. Wawancara yang dilakukan peneliti berkaitan dengan penerapan aspek-aspek penyelenggaraan sekolah inklusi. Namun, peneliti fokus pada satu aspek, yaitu aspek Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang diterapkan di empat (4) sekolah inklusi yang ada di wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Adapun hasil wawancara yang dilakukan sebagai berikut: a. Narasumber 1 Kepala Sekolah SD Mekar Jaya setiap tahunnya menyediakan kuota bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus. Kuota yang disediakan bagi siswa berkebutuhan khusus jumlahnya 2-3 siswa. Namun dalam penerapannya, sekolah sering menemui anak-anak yang terindikasi berkebutuhan khusus setelah mereka masuk di kelas 1. Kepala sekolah SD Mekar Jaya mengatakan Jumlahnya itu untuk setiap tahunnya kan 2 ya mbak.. atau 3 begitu, tapi kan di dalam proses pembelajaran sering menemui anak-anak yang ternyata juga terindikasi ABK.. jadi jumlahnya lebih dari itu, disini itu malah per kelas biasanya 6 anak (W2.KSa ). Hal yang sama terjadi di SD Cinta Kasih. SD Cinta Kasih selalu menyediakan kuota bagi anak berkebutuhan khusus setidaknya 2 anak di setiap tahunnya. Kuota itu diprioritaskan bagi anak berkebutuhan khusus dengan tipe slow learner dan yang memiliki daya penglihatan ringan. Kepala sekolah SD Cinta Kasih mengatakan, Iya yaitu sekitar dua anak, terutama ya yang...ya yang eee slow learner dan daya penglihatan ringan tapi yang ringan kalau sedang gak nerima (W1.KSb ). SD Pagi Cerah dan SD Harapan Mulia juga menyediakan kuota yang sama di setiap tahunnya. Kepala sekolah SD Harapan Mulia menyampaikan bahwa sekolah menyediakan kuota bagi anak berkebutuhan khusus dengan jumlah 3 kuota. 38

56 Dalam proses PPDB, tidak ada tes khusus yang diberikan bagi siswa berkebutuhan khusus. Namun calon peserta didik wajib melampirkan hasil assesmen sebagai tanda bahwa calon peserta didik tersebut memiliki kebutuhan khusus. Kepala sekolah SD Mekar Jaya mengatakan, Ndak ada tes khusus mbak... ee tapi nanti orangtua menyerahkan assesmen saja yang menandakan bahwa anak itu ABK (W2.KSa ). Kepala sekolah inklusi lainnya yaitu SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia juga menyampaikan hal yang sama. Tidak ada tes khusus yang diberikan untuk calon peserta didik yang berkebutuhan khusus saat PPDB. Calon peserta didik cukup diminta untuk melampirkan hasil assesmen dalam formulir PPDB. SD Mekar Jaya sampai saat ini belum mampu menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus karena terhalang beberapa kendala. Salah satu kendala yang dialami oleh sekolah yaitu jumlah GPK yang kurang memadahi dan fasilitas yang ada di sekolah belum mendukung. Kepala sekolah SD Mekar Jaya mengatakan disini cuma ada 4 sedangkan fasilitas disini juga belum terlalu mendukung untuk sekolah inklusi, jadi kami hanya menerima beberapa ABK saja. kalau yang seperti tunanetra gitu kami ndak bisa nerima mbak, tapi nanti kami arahkan untuk langsung ke SLB saja (W2.KSa ). Tipe anak berkebutuhan khusus yang diterima di sekolah saat ini yaitu lambat belajar, low vision, autis, ADHD, dan tunagrahita. Hal serupa juga terjadi di tiga sekolah inklusi lainnya. Kepala sekolah SD Pagi Cerah mengatakan Eee..untuk sekolah kami, itu kami hanya menerima slow learner sama tunagrahita ya yang ringan. Serta low vision ringan. (W3.KSc ). Kepala sekolah SD Harapan Mulia juga menyampaikan bahwa saat ini tipe anak berkebutuhan khusus yang diterima adalah tipe anak berkebutuhan khusus yang tergolong ringan, Slow lerner misalnya itu kan masih bisa di ini eeh diatasi di 39

57 kelas tapi spesial-spesial itu yang kayak autis, hiperaktif itu kan memang harus di batasi (W4.KSd ). Hal penting yang harus diperhatikan ketika proses PPDB yaitu persyaratan yang harus dibawa oleh calon peserta didik. Kepala sekolah SD Mekar Jaya mengatakan, Biasanya formulir PPDB, akte, sama foto. (W1.KSa ). Kepala sekolah dari SD Pagi Cerah menambahkan bahwa untuk siswa reguler persyaratan PPDB yaitu C1 (Kartu Keluarga), akte kelahiran dan hasil assesmen bagi siswa berkebutuhan khusus, yang pertama hanya data pribadi anak, yang kedua seperti KK, akta terus surat keterangan dari pemerintah serta kalo anak itu berkebutuhan khusus yo asessmennya (W3.KSc ). Hasil assesmen tersebut wajib dilampirkan agar sekolah dapat memberikan penanganan yang tepat pada siswa berkebutuhan khusus tersebut. Menurut kepala sekolah SD Mekar Jaya, sekolah perlu membentuk panitia PPDB yang melibatkan Guru Pendamping Khusus (GPK), nanti kan melihat yang ABK kira-kira mampu kita tangani atau tidak. Nanti kan kalau ada ABK yang seperti tunanetra kan ee.. anu langsung kita apa itu.. rujuk ke SLB saja. (W2.KSa ). Keterlibatan GPK tersebut untuk melihat dan menganalisa hasil assesmen yang dibawa oleh calon peserta didik. Sama seperti SD Mekar Jaya, kepala sekolah SD Cinta Kasih juga menyampaikan bahwa GPK perlu dilibatkan pada proses PPDB. Beliau mengatakan, ya untuk mengetahui tingkat ke-abk-anya itu kan guru GPK yang berperan (W1.KSb ). SD Mekar Jaya tidak menyiapkan fasilitas khusus dalam proses PPDB. Fasilitas yang ada seperti fasilitas pada umumnya yaitu menyediakan alat tulis untuk pengisian formulir PPDB. Sekolah sudah memiliki beberapa fasilitas untuk anak berkebutuhan khusus, tetapi belum terlalu memadahi. Beliau mengatakan, Ndak ada fasiltasnya kalau pas PPDB, kalau di sekolah ini juga belum banyak 40

58 .. ee.. itu tapi disini sudah punya toilet untuk yang difabel (W2.KSa ). Kepala sekolah SD Cinta Kasih juga menyampaikan hal yang sama. Tidak ada fasilitas khusus selain alat tulis yang disediakan ketika pelaksanaan PPDB. Sekolah memerlukan dana selama melaksanakan kegiatan PPDB. Dana yang digunakan untuk pelaksanaan PPDB berasal dari dana BOS. Kepala sekolah SD Mekar Jaya mengatakan Dari BOS mbak.. ee sudah ada dari BOS. (W2.KSa ). Dana tersebut digunakan untuk biaya seluruh calon peserta didik yang reguler maupun yang berkebutuhan khusus. Kepala sekolah SD Mekar Jaya juga menyampaikan bahwa tidak ada biaya khusus yang dianggarkan untuk anak berkebutuhan khusus, tetapi orangtua siswa sendiri yang memberikan subsidi secara sukarela untuk kebutuhan di sekolah. Hal yang sama disampaikan oleh kepala sekolah SD Pagi Cerah, beliau mengatakan Ee..untuk biaya PPDB itu sekolah tidak menarik apapun itu sudah ditekel BOS setiap anak itu PPDB kalo gak salah tahun kemaren Rp atau Rp itu sudah dicukupi oleh BOS (W3.KSc ). Kepala sekolah dua (2) sekolah inklusi lain yaitu SD Cinta Kasih dan SD Harapan Mulia juga mengungkapkan hal yang sama. b. Narasumber 2 GPK (Guru Pendamping Khusus) Menurut GPK di SD Mekar Jaya, sekolah menyediakan kuota bagi siswa berkebutuhan khusus dengan jumlah melebihi ketentuan dari dinas. GPK di SD Mekar Jaya mengatakan kuota sebenarnya kalau dari dinas itu ditetapkan yang ini banget yang kebutuhannya yang kami ini tu cuma 2, tapi kami mempunyai kebijakan sendiri untuk menerima 3-4 siswa yang berkebutuhan khusus di setiap kelas. (W1.GPKa ). Menurut GPK di SD Mekar Jaya, kuota tersebut dapat berubah setelah sekolah mengadakan assesmen 41

59 yang dibantu dari dinas. GPK dari tiga sekolah inklusi lainnya juga menyampaikan hal yang sama. GPK dari SD Harapan Mulia menambahkan Kalau PPDB sebetulnya begini mbak dari awal, dari awal itu kan ibuk kepala sekolah kan nanya.. bu mas mau berapa.. kan gitu.. dua buk waktu itu kan aku juga ngajar di kelas 1 aku bilang paling banyak 2 tapi kenyataannya yang belum assesmen kan banyak (W3.GPKd ). Di dalam pelaksanaan PPDB, GPK di SD Mekar Jaya mengatakan, Untuk ABK tidak ada test khusus tapi dari orang tua harus membawa asessmen. Kalo tidak bawa hasil assesmen kami masukan ke yang reguler (W1.GPKa ). GPK di SD Cinta Kasih juga menyampaikan bahwa calon peserta didik berkebutuhan khusus, perlu membawa hasil assesmen. Beliau mengatakan, tidak mbak, tapi kalau ada hasil tes IQ bisa dilampirkan (W2.GPKb ). Hasil tes IQ yang dimaksud adalah hasil assesmen. Jadi, ketika PPDB, calon peserta didik berkebutuhan khusus wajib membawa hasil assesmen sebagai tanda bahwa calo peserta didik tersebut berkebutuhan khusus. Selain hasil assessmen, calon peserta didik reguler maupun berkebutuhan khusus wajib membawa persyaratan lainnya. GPK di SD Mekar Jaya menambahkan, C1, akte fotocopyan maksutnya sama asli, kalau C1 kopian, kemudian biasanya itu ee.. anak-anak sekolah yang tidak mampu membawa KMS, itu biasanya mereka membawa itu.. kemudian ada foto, dan hasil assesmen tersebut kalau yang berkebutuhan khusus kalau yang tidak ya tidak. (W1.GPKa ). Tiga sekolah inklusi lainnya yaitu SD Pagi Cerah, Cinta Kasih, dan SD Harapan Mulia juga menggunakan persyaratan yang sama sebagai syarat pendaftaran calon peserta didik baru. Menurut GPK di SD Mekar Jaya, sekolah sudah membentuk panitia PPDB di setiap tahunnya. Beliau mengatakan ketika PPDB 42

60 kami GPK selalu disertakan karna untuk nanti bagaimana tipe-tipe ABK ini apakah mampu ditangani atau tidak. Peran GPK biasanya kami lihat hasil asesmen kemudian analisa kemudian rembugan sesama GPK, guru kelas, kepsek (W1.GPKa ). Hal yang sama juga disampaikan oleh GPK di SD Cinta Kasih. Di SD Cinta Kasih, semua guru termasuk GPK dilibatkan menjadi panitia PPDB. Beliau mengatakan, Iya, di tempat kita ada 3 GPK, nanti ya tadi itu mbak prosesnya, nanti disaring, nanti ada penyaringan juga kok mbak, tapi nggak ada sih tes-tesnya (W2.GPKb ). Jumlah GPK di setiap sekolah tidak sama. SD Mekar Jaya memiliki 5 GPK dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. GPK di SD Mekar Jaya mengatakan, Ada 5 GPK mbak yang di sekolah terus.. Kalau saya dari BK, sama Bu Kamboja, kemudian yang 1 dari Pendidikan Ekonomi, yang satu lagi itu.. ee..mipa mbak.. ada GPK yang dari ULD itu 1, seminggu sekali ke sekolah (W1.GPKa ). Dari kelima GPK yang ada, 1 GPK berasal dari latar belakang pendidikan inklusi, tetapi hanya datang ke sekolah setiap satu minggu sekali. Sedangkan, SD Cinta Kasih memiliki 3 GPK. Beberapa sekolah melibatkan GPK dalam pelaksanaan PPDB untuk membantu melakukan assesmen awal kepada calon peserta didik berkebutuhan khusus. GPK di SD Pagi Cerah mengatakan, Saya dampingi aja kadang karena saya kan di dua tempat ya mbak di SLB sama disini. Kadang di SLB juga banyak kegiatan gitu. Untuk disini aja saya bantu cuma satu minggu satu kali (W1.GPKc ). Peran GPK di SD Pagi Cerah belum maksimal, karena jumlah GPK yang ada hanya 1. Menurut Bu Mawar selaku GPK di SD Mekar Jaya, sampai saat ini sekolah belum bisa menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus, ABK yang ada disini paling banyak lambat belajar, kemudian tunagrahita, ada yang low vision tunadaksa, autis, dan ADHD (W1.GPKa ). Berbeda dengan SD Mekar 43

61 Jaya, GPK di SD Cinta Kasih menyampaikan bahwa pada dasarnya sekolah bersedia menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus, namun hingga saat ini tipe anak berkebutuhan khusus yang ada baru slow learner. Menurut GPK di SD Harapan Mulia, sekolah juga belum bisa menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus. Hal tersebut juga disebabkan karena kurangnya jumlah GPK yang ada di sekolah. Selain jumlah GPK yang kurang, sekolah tidak bisa menerima tipe anak berkebutuhan khusus yang berat seperti tunanetra dan tunarungu karena fasilitas yang dimiliki untuk menangani tipe ABK tersebut belum memadahi. Meskipun fasilitas yang dimiliki belum memadahi, SD Mekar Jaya berusaha untuk menyempurnakan fasilitas yang ada dengan cara mengajukan proposal. Bu Mawar menambahkan Kami sudah mengajukan beberapa proposal gitu ya mbak.. kalau misalnya ada yang mau dibeli sesuatu gitu kan nggak bisa langsung beli gitu. (W1.GPKa ). Untuk fasilitas ketika PPDB, Bu Mawar menambahkan, Fasilitas untuk PPDB paling kami ini saja sih kadang menyediakan buku-buku yang menarik untuk anak, apakah tertarik atau tidak belajar di sekolah (W1.GPKa ). Guru Pendamping Khusus di SD Pagi Cerah menambahkan fasilitas yang ada ketika PPDB, beliau mengatakan Sekolah cuma menyiapkan formulir, formulir pendaftaran, menyediakan alatnya itu timbangan sama yang untuk tinggi badan itu loh mbak (W1.GPKc ). Tidak ada fasilitas khusus yang disediakan oleh pihak sekolah untuk menunjang pelaksanaan PPDB. Untuk sumber biaya yang digunakan dalam pelaksanaan PPDB, semua GPK di setiap sekolah yang diteliti menyampaikan bahwa biaya pelaksanaan PPDB diperoleh dari BOS. c. Narasumber 3 Guru Kelas Bawah 44

62 Ibu Dahlia selaku guru kelas 1 di SD Mekar jaya mengatakan Kalau aturannya itu kan 2 apa 3 gitu tapi disini kan banyak ya mbak yang mau masuk itu. Jadi ya lebih dari 2, di kelas 1 itu awalnya 2 tapi seiring berjalannya waktu kok disuruh nulis nggak bisa, diajak komunikasi nggak nyambung.. jadi disarankan untuk assesmen. sekarang itu ada 5 siswa yang ABK (W3.GK1a ). Pada proses PPDB, sekolah memang menerapkan kebijakan yaitu menerima maksimal 3 siswa berkebutuhan khusus. Namun, saat KBM guru sering menjumpai siswa yang terindikasi berkebutuhan khusus. Siswa yang terindikasi tersebut selanjutnya diassesmen oleh pihak sekolah yang dibantu oleh dinas sehingga dalam satu kelas sekolah memiliki lebih dari 2 siswa berkebutuhan khusus. Tiga sekolah inklusi yang lain juga mengalami kendala yang sama dalam memberi kuota bagi siswa berkebutuhan khusus. SD Pagi Cerah menerima lebih dari 2 siswa berkebutuhan khusus dengan mempertimbangkan rasa kemanusiaan, Sebenernya itu kuota itu harusnya hanya 2. Kalo di SD SD yang sudah inklusi itu cuma 2. Tapi kalo di sini belum bisa mbak. Rasa kemanusiaannya itu loh mbak hehe (W2.GK2c ). SD Cinta Kasih juga menyediakan kuota bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus, tetapi menurut guru kelas 1 di SD Cinta Kasih jumlah kuota yang disediakan tidak menentu, Kalau itu kurang pasti mbak, soalnya kan kita juga gak boleh keliebihan dan kekurangan. Tapi kalau ada yang mendaftar pasti ada kuotanya mbak (W3.GK1b ). Tidak ada tes khusus ketika PPDB untuk ABK, tetapi orangtua wajib menyerahkan hasil assesmen. Jika siswa berkebutuhan khusus belum memiliki assesmen, sekolah menyarankan orangtua untuk melakukan assesmen di puskemas ataupun lembaga-lembaga inklusi lainnya, Bukan testlah namanya tapi harus punya asesmen, kalau belum disuruh mencari dari sekolah menyarankan kalau ini berkebutuhan terus dicari asesmen (W3.GK1a ), kata 45

63 Bu Dahlia selaku guru kelas 1 di SD Mekar Jaya. Untuk tipe anak berkebutuhan khusus yang diterima, SD Mekar Jaya hanya menerima beberapa tipe saja dengan kategori ABK ringan. Hal yang serupa juga terjadi di SD Pagi Cerah. Salah satu guru kelas bawah di SD Pagi Cerah mengatakan, Sebenarnya iya tapi kalo yang selama ini yang kami terima itu cuma yg slow learner, tuna daksa ringan, kemaren juga sempet yang tidak punya telinga tapi masih bisa mendengar tapi kebetulan pindah rumah jadi dia juga pindah. Terus kemudian yang dulu parah sekali itu yg IQ nya Cuma di bawah 70. Terus kemudian yang hiperaktif juga ada. Kalau yang low vision parah juga ada tapi udah lulus. (W2.GK2c ). Tipe anak berkebutuhan khusus seperti tunanetra dan tunarungu juga belum bisa diterima di SD Mekar Jaya karena sekolah belum memiliki fasilitas yang memadahi, Kalau disini itu juga belum banyak mbak, makane kami itu kan belum anu.. istilahnya belum berani gitu lho kalau nerima ABK yang seperti tunanetra gitu kan karena belum ada fasilitasnya. (W3.GK1a ). Fasilitas yang kurang memadahi tersebut juga disampaikan oleh salah satu guru kelas bawah di SD Pagi Cerah, beliau mengatakan, Kalo misalnya ada yang tuna netra aja kita gak bisa menerima. Karena fasilitas undak-undakan nggak ada terus braille juga belum ada yang menguasai to (W2.GK2c ). SD Cinta Kasih juga belum bisa menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus karena fasilitas yang dimiliki tidak memenuhi. Hal ini disampaikan guru kelas bawah, Sementara kita belum, untuk berkebutuhan khusus hanya untuk yang memakai kursi roda (W3.GK1b ). Tidak banyak perbedaan untuk syarat-syarat yang harus dilengkapi calon peserta didik reguler dan berkebutuhan khusus. Untuk calon peserta didik reguler Bu Dahlia guru kelas bawah di SD Mekar Jaya mengatakan Ya itu kan yang pasti formulir.. ee.. anu foto, akte lahir, KK. Kalau yang ABK ya pasti bawa hasil assesmen 46

64 gitu lho mbak (W3.GK1a ). Hal serupa juga diungkapkan oleh guru kelas bawah di SD Pagi Cerah, yaitu Ya cuma itu yang jelas cuma akte sama KK to sekarang yang diperlukan cuma itu seperti yang lain (W2.GK2c ). Menurut guru kelas bawah di SD Pagi Cerah, GPK perlu dilibatkan dalam pelaksanaan PPDB. Beliau mengatakan, Kalo peran GPK nya itu paling gak secara kan biasanya anaknya kan disuruh datang disuruh ikut nah dia yang ngajak ngobrol, jadi ngecek apakah anak itu e nyambung gak kalo diajak ngobrol, kayak gitu-gitu jadi ya proses identifikasi secara gak langsung lah gitu (W2.GK2c ). Sama seperti di SD Pagi Cerah, Bu Dahlia selaku guru kelas bawah di SD Mekar Jaya juga menyampaikan bahwa GPK perlu dilibatkan dalam pelaksanaan PPDB. Keterlibatan GPK tersebut untuk melihat dan menganalisis jenis kebutuhan anak yang bisa ditangani di sekolah. Untuk biaya PPDB, Bu Dahlia mengatakan Biasanya dianggarke dari BOS sama BOSDA itu sudah ada sendiri. (W3.GK1a ). Biaya tersebut digunakan untuk biaya calon peserta didik reguler maupun yang berkebutuhan khusus. Sekolah tidak memungut biaya sepeserpun dari calon peserta didik ketika pelaksanaan PPDB. Hal itu diungkapkan oleh guru kelas bawah di SD Harapan Mulia dengan mengatakan, Oh tidak ada mbak kan sekarang tanpa di pungut biaya sepeserpun dari siswa selama siswa sekolah juga tidak boleh di pungut biaya apapun. (W1.GK2d ). Meskipun sekolah tidak memungut biaya dari calon peserta didik, namun peserta didik berkebutuhan khusus mendapatkan beasiswa selama di sekolah. Guru kelas bawah di SD Pagi Cerah mengatakan, Itu yang dari provinsi, beasiswa. Kemudian yang dari BOSS seperti yang reguler ada. Iya tapi kalo dari provinsi khusus untuk ABK yang bener-bener masuk ABK (W2.GK2c ). Beasiswa yang diperoleh digunakan untuk 47

65 keperluan sekolah selama satu tahun, Beasiswanya itu sekarang pengajuan per anak untuk 1 tahun itu bisa dibelikan ATK, seragam, LKS, kemudian jam belajar atau les. Itu tapi kalo yang GPK dari provinsi gak boleh dikasih transportasi tapi kalo GPK yang dari kelas itu bisa untuk itu kemudian untuk membeli alat itu misalnya dia membutuhkan apa dia perlu apa. Kalo misalnya yang low vision itu kita butuh kacamata, senter kita butuh, lup itu (W2.GKc ). d. Narasumber 4 Guru Kelas Atas Salah satu guru kelas atas di SD Cinta Kasih mengatakan, Kuota dinas itu 28 siswa untuk ABK itu paling tidak 10% karena pendamping ABK hanya guru kelas untuk GPK belum mencukupi (W4.GK4b ). Lain halnya dengan SD Cinta Kasih, salah satu guru kelas atas di SD Harapan Mulia menyampaikan bahwa kuota yang ada di SD Harapan Mulia sering melebihi batas yang ditentukan. Beliau mengatakan, Kalo aturannya kan 2 kursi tetapi karena disini tu baik, satu kelas tu 2 kursi, disini tu baik buktinya apa kelas saya tu paling sedikit jumlahnya kalo kelas lain banyak, jumlah siswa nya ya maksud nya. Kelas saya tu 9 anak kalo yang lain 20 ke atas. Kelas saya tu terakhir, kelas saya terakhir yang paling sedikit itu yang sudah terasesmen itu 4 orang ABK jelas, yang masih tanda tanya 2 orang, bayangkan 9 anak 6 orang ABK (W2.GK6d ). Untuk tipe anak berkebutuhan khusus yang diterima, SD Harapan Mulia mempunyai kriteria tersendiri agar sekolah dapat memilah tipe anak berkebutuhan khusus seperti apa yang akan diterima. Guru kelas atas mengatakan, Ya ada kriteria nya, kalo kriterianya di sini kalo untuk tunawicara, tunarungu kan kita belum bisa, ya kan karna kita belum bisa menangani, ya ada kriterianya harus dibedakan (W2.GK6d ). Berbeda 48

66 dengan SD Harapan Mulia, guru kelas atas di SD Cinta Kasih mengatakan, Tipe ABK yang diterima sekolah selama ini baru slow learner (W4.GK4b ). Tidak semua tipe anak berkebutuhan khusus dapat diterima di SD Cinta Kasih karena fasilitas yang ada di sekolah belum memenuhi, Untuk ABK belum ada fasilitas khusus yang disediakan, karena sekolah baru sekolah inklusi rintisan (W4.GK4b ). Hal yang sama juga disampaikan oleh guru kelas atas di SD Harapan Mulia. SD Harapan Mulia belum memiliki fasilitas khusus yang digunakan untuk membantu anak berkebutuhan khusus, Kalo untuk fasilitas kurang ya, fasilitasnya memang kurang, harusnya kita punya ruang instalasi khusus dan sebagainya untuk ABK dan penanganan ABK padahal level sekolah kita tu sudah sekolah inklusi, kok gak di bangun pak, loh uang dari mana, kok bisa uang dari mana, lah kita kan dari pemerintah gak boleh memungut anak sedikit pun (W2.GK6d ). Guru kelas atas di SD Pagi Cerah menambahkan fasilitas yang disediakan sekolah ketika pelaksanaan PPDB, Karena kami butuh berat badan dan tinggi badan jadi ya alat pengukur berat badan dan tinggi badan (W4.GK4c ). Menurut guru kelas atas di SD Pagi Cerah, calon peserta didik harus membawa persyaratan berupa formulir pendaftaran dan fotokopi akta kelahiran. Bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus, persyaratan yang dibawa dilengkapi dengan hasil assesmen. Di SD Harapan Mulia, calon peserta didik berkebutuhan khusus juga harus membawa hasil assesmen, Harus ada assesmen, assesmennya harus jelas, ketika orang tua itu mau mendaftarkan anaknya, orang tua itu harus jujur, anaknya itu masuk kategori apa (W2.GK6d ). SD Pagi Cerah membuat panitia dalam setiap tahunnya untuk membantu pelaksanaan PPDB, Ya iya heem. Biasanya penanggung jawab kemudian bendahara, sekretaris sama 49

67 pembantu umum. Cuma itu jadi semuanya ikut kerja (W4.GK4c ). Dalam susunan panitia tersebut, guru kelas atas di SD Harapan Mulia menyampaikan bahwa GPK ikut terlibat dalam pelaksanaan PPDB. Beliau mengatakan, GPK itu kan yang sudah berkompeten untuk mengenai.. ee.. menangani anak-anak inklusi ya mbak setidaknya kan beliau kan tau, misalnya bu misalnya ini di sekolah umum kira-kira kita bisa gak menanganinya, kurang lebih gitu kalau gak bisa ya kita serahkan ke, kita bicarakan dulu kepada orang tua (W2.GK6d ). Sumber biaya yang digunakan untuk pelaksanaan PPDB di 4 sekolah inklusi sama yaitu berasal dari sumber dana BOS, Dari boss kan nanti kita sekolah buat RKAS dan RAPBS nanti sudah dianggarkan untuk PPDB (W4.GK4c ). C. Pembahasan Penelitian dilakukan di empat (4) sekolah dasar inklusi yang terletak di wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Dalam penelitian ini, peneliti menyamarkan nama sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian menjadi SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia, hal ini dikarenakan peneliti ingin menjaga identitas dari sekolah tersebut. Prosedur penelitian diawali peneliti dengan mengidentifikasi topik atau fokus penelitian (Emzir, 2012: 14). Peneliti memilih topik penelitian berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pradevi (2018) tentang permasalahan dalam proses penyelenggaraan sekolah inklusi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa delapan aspek yang ada dalam proses penyelenggaraan sekolah inklusi, hanya tiga aspek yang dapat diterapkan oleh sekolah secara maksimal. Ketiga aspek tersebut yaitu, identifikasi, penilaian dan evaluasi pembelajaran, dan penataan kelas yang ramah anak. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam proses penerapan salah satu aspek yang belum diterapkan secara maksimal oleh 50

68 sekolah inklusi. Aspek tersebut yaitu aspek penerimaan peserta didik baru yang mengakomodasi semua anak. Setelah mengetahui topik dan fokus penelitian, prosedur penelitian selanjutnya yaitu melakukan tinjauan pustaka untuk mengidentifikasi informasi yang relevan dengan penelitian (Emzir, 2013: 14). Proses tinjauan pustaka ini peneliti paparkan dalam Bab II, yaitu dengan melihat jurnal, hasil penelitian, maupun buku-buku yang mendukung dalam penelitian ini. Langkah selanjutnya yaitu peneliti mendefinisikan peran peneliti dengan cara menentukan sikap dan menjalin keakraban dengan partisipan. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pewawancara, sehingga peneliti tidak mempengaruhi narasumber dalam mendapatkan informasi. Setelah mendefisinikan peran peneliti, kemudian peneliti menentukan sekolah inklusi sebagai objek penelitian. Penelitian ini dilakukan di 4 sekolah dasar inklusi di wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Sekolah tersebut dipilih sebagai objek penelitian berdasarkan data dari dinas tahun 2017 tentang nama-nama sekolah inklusi yang ada di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Langkah selanjutnya yang peneliti lakukan setelah menemukan objek penelitian yaitu menentukan partisipan atau narasumber yang dapat menyediakan informasi. Narasumber atau partisipan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru pendamping khusus, guru kelas. Langkah penelitian selanjutnya yaitu menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan (Emzir, 2013: 15). Pertanyaan bayangan ini ditulis peneliti dengan membuat beberapa indikator yang sesuai dengan topik penelitian. Indikator dalam penelitian ini peneliti cocokkan dengan teori yang ada di dalam topik penelitian, yaitu teori tentang PPDB di sekolah inklusi. Pertanyaan yang ditulis oleh peneliti digunakan untuk proses wawancara. Pertanyaanpertanyaan tersebut bersifat semi struktur yaitu peneliti tidak hanya fokus dengan pertanyaan yang sudah dibuat, tetapi bisa menambahkan pertanyaan sesuai dengan informasi yang ingin didapat secara mendalam. Setelah menulis pertanyaan, peneliti kemudian melakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara dan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan untuk 51

69 mendapatkan informasi yang akurat dari partisipan, sedangkan studi dokumentasi dilakukan untuk mengetahui dokumen-dokumen yang digunakan dan dipersiapkan dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru. Setelah melakukan pengolahan data, peneliti kemudian menganalisis data dengan cara membaca dan melakukan transkrip wawancara. Data yang diperoleh kemudian direduksi oleh peneliti dan disajikan dalam bentuk tabel (lampiran 4). Prosedur penelitian yang terakhir yaitu menginterpretasikan hasil penelitian dalam bentuk naratif. Prosedur penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di atas sudah sesuai dengan prosedur penelitian kualitatif yang disampaikan oleh Emzir (2012). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di empat (4) sekolah dasar inklusi di wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, proses pelaksanaan PPDB di sekolah dasar inklusi sedikit banyak sudah sesuai dengan teori, tetapi ada beberapa hal yang belum dilaksanakan dengan baik. Kustawan (2013: 91) mengemukakan bahwa satuan pendidikan harus mengalokasikan kursi atau kuota bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus paling sedikit 1 (satu) dan paling banyak 3 (tiga) peserta didik dalam setiap rombongan belajar. Hasil wawancara yang dilakukan mengenai penerapan penerimaan peserta didik baru di SD Mekar Jaya menunjukkan bahwa sekolah menyediakan kuota bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus di setiap tahunnya, tetapi jumlah kuota yang disediakan tidak menentu. Menurut guru pendamping khusus di SD Mekar Jaya, sekolah memiliki kebijakan untuk menerima 3-4 calon peserta didik berkebutuhan khusus. Kebijakan tersebut dilakukan karena sebagian orangtua calon peserta didik berkebutuhan khusus memaksa sekolah untuk menerima anaknya dengan alasan kuota PPDB di sekolah lain penuh. Meskipun di dalam pelaksanaan PPDB sekolah memberi batasan untuk menerima 3-4 anak berkebutuhan khusus, jumlah anak berkebutuhan khusus dalam setiap tahunnya bisa bertambah. Kepala sekolah menyampaikan bahwa dalam 52

70 periode tiga bulan sekali, wali kelas dibantu dengan guru pendamping khusus melakukan pengamatan kepada peserta didik. Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama tiga bulan, wali kelas dan guru pendamping khusus sering menemui peserta didik reguler yang terindikasi berkebutuhan khusus. Peserta didik yang terindikasi berkebutuhan khusus tersebut, nantinya akan diarahkan oleh pihak sekolah untuk segera melakukan assesmen. Wawancara kedua yaitu wawancara di SD Cinta Kasih dengan hasil yang menunjukkan bahwa sekolah sudah menyediakan kuota bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus, tetapi jumlah yang disediakan tidak menentu. Kepala sekolah menyampaikan calon peserta didik berkebutuhan khusus akan diterima jika kuota dalam satu rombongan belajar belum melebihi ketentuan, yaitu dengan jumlah kurang dari 28 siswa. Jika dalam satu rombongan belajar jumlah calon peserta didik kurang dari 28 siswa, calon peserta didik berkebutuhan khusus bisa diterima di sekolah. Wawancara ketiga di SD Pagi Cerah menunjukkan hasil yang sama dengan SD Mekar Jaya. SD Pagi Cerah sudah menyediakan kuota bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus. Guru kelas II menyampaikan bahwa kuota yang disediakan setiap tahunnya berbeda, tetapi selalu lebih dari 2 siswa. Menurut beliau, sekolah memiliki kebijakan untuk menerima calon peserta didik berkebutuhan khusus dengan jumlah banyak karena jumlah calon peserta didik berkebutuhan khusus yang mendaftar di SD Pagi Cerah setiap tahunnya selalu berjumlah banyak. Wawancara keempat dilakukan di SD Harapan Mulia dengan hasil menunjukkan bahwa kuota calon peserta didik berkebutuhan khusus sudah disediakan di sekolah dalam setiap tahunnya. Jumlah kuota yang disediakan yaitu 3 siswa. Meskipun diawal pelaksanaan PPDB sekolah menerima 3 peserta didik berkebutuhan khusus, jumlah tersebut akan bertambah selama kegiatan belajar mengajar. Hal ini sama seperti yang diterjadi di beberapa sekolah sebelumnya. Dari empat (4) sekolah inklusi yang diteliti, satu diantaranya sudah menerapkan aspek penerimaan peserta didik baru yang sesuai dengan teori yang ada, yaitu menyediakan kuota bagi peserta didik berkebutuhan khusus 53

71 dengan jumlah 1-3 siswa dalam setiap rombongan belajar. Sekolah tersebut yaitu SD Harapan Mulia. Tiga sekolah inklusi lainnya yaitu SD Mekar Jaya, SD Pagi Cerah, dan SD Cinta Kasih belum menerapkan aspek PPDB secara maksimal. Hal itu dikarenakan sekolah mempunyai beberapa pertimbangan yang berkaitan dengan jumlah kuota untuk menerima peserta didik berkebutuhan khusus. Salah satu hal yang menjadi pertimbangan dalam menerima peserta didik berkebutuhan khusus yaitu karena rasa kemanusiaan yang muncul karena tidak tega untuk menolak. Kustawan (2013: 90) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh sekolah dalam menerima peserta didik baru yaitu, sumber daya sarana dan prasarana, sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan, dan sumber daya biaya. Sumber daya sarana dan prasarana yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu fasilitas sekolah yang dapat menunjang pembelajaran bagi peserta didik. Wawancara yang dilakukan di SD Mekar Jaya menunjukkan bahwa sekolah belum memiliki fasilitas yang memadahi terutama fasilitas bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Dari wawancara yang dilakukan dengan guru pendamping khusus dan kepala sekolah, didapat hasil bahwa sekolah memiliki satu buah kursi roda dan toilet bagi difabel. Fasilitas tersebut tentu saja sangat kurang memadahi jika melihat jumlah peserta didik berkebutuhan khusus yang ada. Fasilitas yang kurang memadahi ini menjadi salah satu pertimbangan untuk sekolah dalam menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus. Kauffman dan Hallahan (dalam Delphie, 2006: 16) menyebutkan tipe anak berkebutuhan khusus yaitu tunagrahita, kesulitan belajar, hiperaktif, tunalaras, tunarungu, tunanetra, autis, tunaganda, dan anak berbakat (gifted). Saat ini, tipe anak berkebutuhan khusus yang diterima di SD Mekar Jaya yaitu low vision, tunagrahita atau lambat belajar, ADHD, dan autis. Kondisi yang sama juga terjadi di tiga sekolah inklusi lainnya. SD Cinta Kasih saat ini hanya memiliki satu buah kursi roda. Keterbatasan fasilitas tersebut membuat sekolah tidak bisa menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus. Tipe anak berkebutuhan khusus yang ada di SD Cinta Kasih saat ini adalah slow learner. Sedangkan di SD Pagi Cerah, 54

72 sekolah menerima anak berkebutuhan khusus dengan tipe slow learner, tunagrahita ringan, hiperaktif, dan low vision. Dari keempat sekolah inklusi yang diteliti, hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sekolah sudah mempertimbangkan sumber daya sarana dan prasarana yang dimiliki. Sekolah menyadari bahwa fasilitas yang dimiliki belum memadahi, sehingga sekolah mempunyai kebijakan untuk tidak menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus. Dari empat sekolah di atas, peneliti berhasil mengorek informasi dari salah satu sekolah terkait dengan usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memenuhi fasilitas yang ada. Sekolah tersebut yaitu SD Mekar Jaya. Guru pendamping khusus di SD Mekar Jaya menyampaikan bahwa sekolah berusaha memenuhi fasilitas yang ada dengan cara mengajukan beberapa proposal ke dinas pendidikan terkait. Usaha ini dilakukan sekolah demi menunjang kegiatan belajar mengajar terutama bagi peserta didik berkebutuhan lain. Hal lain yang peneliti dapatkan yaitu, guru kelas bawah di SD Pagi Cerah menyampaikan bahwa anak berkebutuhan khusus di sekolah tersebut mendapatkan beasiswa yang berasal dari provinsi. Beasiswa tersebut diperoleh dengan cara mengajukan surat memperoleh beasiswa di provinsi. Beasiswa yang diperoleh sebesar Rp ,00/anak. Beasiswa ini digunakan untuk menunjang pembelajaran anak berkebutuhan khusus selama satu tahun. Menurut guru kelas bawah di SD Pagi Cerah, beasiswa ini biasanya digunakan untuk membeli keperluan anak berkebutuhan khusus seperti seragam, LKS, dan kebutuhan seperti kacamata pembesar atau lup bagi anak berkebutuhan khusus dengan tipe low vision. Hal kedua yang harus dipertimbangkan dalam penerimaan peserta didik baru menurut Kustawan (2013) yaitu sumber pendidik dan tenaga kependidikan. Sumber pendidik dan tenaga kependidikan dalam hal ini adalah wali kelas, Guru Pendamping Khusus (GPK), dan kepala sekolah. Bagi sekolah inklusi, jumlah dan latar belakang pendidikan guru pendamping khusus harus diperhatikan. Selain itu, wawasan wali kelas tentang pendidikan inklusif juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan agar guru bisa 55

73 menentukan penanganan yang akan dilakukan untuk menangani peserta didik berkebutuhan khusus. Hasil wawancara yang diperoleh di SD Mekar Jaya menunjukkan bahwa guru pendamping khusus yang ada di sekolah berjumlah 5 orang. Dari 5 jumlah guru pendamping khusus yang ada, 1 merupakan guru pendamping khusus dari SLB yang ditunjuk oleh dinas dan 4 diantaranya adalah guru pendamping khusus yang ditunjuk oleh sekolah. GPK yang ditunjuk oleh dinas, datang ke sekolah setiap hari Jumat, sedangkan untuk 4 GPK lainnya setiap hari berada di sekolah. Dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah guru pendamping khusus di SD Mekar Jaya, diperoleh data bahwa 4 GPK yang ditunjuk sekolah merupakan guru honorer dengan latar belakang yang berbeda dengan pendidikan inklusi. Wawancara kedua dilakukan di SD Cinta Kasih dengan diperoleh data jumlah GPK yang ada di sekolah tersebut berjumlah 3 orang. Sedangkan, SD Pagi Cerah dan SD Harapan Mulia sampai saat ini memiliki 1 guru pendamping khusus. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh mengenai sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di empat (4) sekolah inklusi, 1 sekolah sudah mempertimbangkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaan PPDB, 1 sekolah mempertimbangkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan namun belum maksimal, dan 2 sekolah terlihat kurang mempertimbangkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaan PPDB. Salah satu (1) sekolah yang sudah mempertimbangan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan yang ada yaitu SD Mekar Jaya. Hal itu dapat dilihat dari jumlah GPK yang ada di sekolah. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu GPK di SD Mekar Jaya, sekolah berinisiatif untuk menunjuk guru pendamping khusus karena dari tahun ke tahun jumlah peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah bertambah. Untuk meningkatkan profesionalisme dan wawasan guru tentang pendidikan inklusif, sekolah memberikan kesempatan guru kelas dan guru pendamping khusus untuk mengikuti pelatihan atau workshop tentang pendidikan inklusif. Selanjutnya, sekolah yang berusaha mempertimbangkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan dalam 56

74 pelaksanaan PPDB yaitu SD Cinta Kasih. Hal itu dapat dilihat dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa jumlah GPK yang ada saat ini di SD Cinta Kasih adalah tiga (3) orang. Jumlah GPK tersebut, sedikit banyak sudah membantu memberikan pelayanan bagi peserta didik berkebutuhan khusus meskipun belum maksimal. SD Pagi Cerah dan SD Harapan Mulia merupakan sekolah inklusi yang belum mempertimbangkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan. Hal itu dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan guru pendamping khusus di sekolah. GPK yang dimiliki SD Pagi Cerah dan SD Harapan Mulia berjumlah satu (1) orang saja. GPK yang ada berasal dari SLB, sehingga tidak bisa setiap hari datang ke sekolah. Hal ini membuat pelayanan yang diberikan untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah tidak maksimal. Hal terakhir yang harus dipertimbangkan dalam penerimaan peserta didik baru menurut Kustawan (2013) adalah sumber daya biaya. Pedoman penerimaan peserta didik baru tahun 2017/2018 pada pasal 19 dituliskan bahwa biaya pelaksanaan PPDB dan pendataan ulang pada sekolah dibebankan pada BOS. Hasil wawancara yang dilakukan di empat sekolah inklusi, yaitu SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia diperoleh data bahwa semua sekolah tidak memungut biaya dari peserta didik ketika pelaksanaan PPDB karena semua biaya yang digunakan berasal dari BOS. Hal itu sudah sesuai dengan teori ataupun peraturan yang ditetapkan pemerintah tentang sumber daya biaya yang digunakan untuk pelaksanaan PPDB. Kustawan (2013: 91) berpendapat bahwa dalam melaksanaan PPDB, sekolah perlu membentuk panitia dan bekerja sama dengan pendidik (dalam hal ini Guru Pendidikan Khusus) yang memahami tentang sistem pendidikan inklusif. Hasil wawancara yang diperoleh dari empat (4) sekolah inklusi menunjukkan bahwa sekolah membentuk panitia penerimaan peserta didik baru di setiap tahunnya dan melibatkan semua guru termasuk guru pendamping khusus. GPK di SD Mekar Jaya menyampaikan bahwa keterlibatan guru pendamping khusus ini untuk membantu melihat hasil 57

75 assesmen dan menganalisa tipe anak berkebutuhan khusus. Hasil analisa ini kemudian menjadi bahan pertimbangan untuk sekolah dalam menerima tipe anak berkebutuhan khusus. Tipe anak berkebutuhan khusus seperti tunanetra dan tunarungu selama ini belum bisa diterima sekolah karena terkendala fasilitas yang ada. Di SD Cinta Kasih, semua guru, GPK, dan TU dilibatkan dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru. Selanjutnya, hasil wawancara di SD Harapan Mulia diperoleh data bahwa pada saat pelaksanaan PPDB tahun 2018/2019, GPK di sekolah tersebut tidak bisa hadir karena sakit. Meskipun begitu, guru di sekolah tetap menjalin komunikasi dengan GPK melalui telepon untuk merundingkan masalah yang berkaitan dengan tipe anak berkebutuhan khusus yang akan diterima di sekolah. Sama seperti tiga sekolah inklusi sebelumnya, SD Pagi Cerah juga membuat panitia PPDB di setiap tahunnya dan melibatkan GPK di dalamnya. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh tentang pembentukan panitia dan keterlibatan guru pendamping khusus di dalam pelaksanaan PPDB, empat (4) sekolah inklusi sudah membentuk panitia yang melibatkan guru pendamping khusus dalam pelaksanaan PPDB. Satu sekolah inklusi yaitu SD Harapan Mulia sudah membentuk panitia untuk pelaksanaan PPDB dan melibatkan GPK, tetapi GPK tidak bisa hadir. Hal ini dikarenakan pada waktu pelaksanaan PPDB, guru pendamping khusus sedang sakit. Pedoman penerimaan peserta didik baru tahun 2017/2018 memaparkan usia calon peserta didik baru yaitu 7 (tujuh) tahun dan paling rendah usia 6 (enam) pada tanggal 1 Juli tahun berjalan. Persyaratan usia dibuktikan dengan akta kelahiran atau surat keterangan lahir yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang. Hasil wawancara yang dilakukan di SD Mekar Jaya diperoleh data bahwa calon peserta didik reguler dan berkebutuhan khusus wajib menyiapkan fotokopi akta kelahiran, fotokopi KK (Kartu Keluarga) dan hasil assesmen bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus. Wawancara di tiga sekolah inklusi yang lainnya juga diperoleh data yang sama. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa semua sekolah 58

76 inklusi yang menjadi objek penelitian sudah mencantumkan persyaratan yang sesuai dengan isi pedoman penerimaan peserta didik baru. 59

77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V mendeskripsikan tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran dalam penelitian. A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, SD Mekar jaya, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia sudah menerapkan aspek penerimaan peserta didik baru dengan baik namun belum maksimal. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu pertama, 1 dari 4 sekolah inklusi yang diteliti sudah menerapkan aspek penerimaan peserta didik baru yang sesuai dengan teori, yaitu menyediakan kuota bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus dengan jumlah 1-3 siswa. 3 sekolah inklusi lain yaitu SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah menyediakan kuota melebihi kententuan karena beberapa hal, yaitu jumlah peserta didik berkebutuhan khusus yang mendaftar selalu banyak setiap tahunnya, sehingga sekolah tidak berani mengambil kebijakan untuk menolak peserta didik yang mendaftar. Kedua, empat (4) sekolah inklusi yang ada di wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman sudah mempertimbangkan sumber daya sarana dan prasarana di dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru. Keempat sekolah inklusi tersebut menyadari bahwa fasilitas yang dimiliki sekolah belum memadahi untuk anak berkebutuhan khusus, sehingga sekolah tidak bisa menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus. Ketiga, dari 4 sekolah inklusi, 1 diantaranya sudah mempertimbangkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan dengan maksimal yaitu dengan memiliki 5 GPK, 1 sekolah mempertimbangkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan namun belum maksimal karena sudah memiliki 3 GPK, dan 2 sekolah terlihat kurang mempertimbangkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru karena hanya memiliki 1 GPK. Keempat, 4 sekolah inklusi 60

78 sudah melaksanakan PPDB yang sesuai dengan teori tentang peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah mengenai sumber biaya yang digunakan dalam pelaksanaan PPDB, yaitu menggunakan biaya BOS sebagai sumber biaya untuk proses dalam pelaksanaan PPDB. Kelima, 4 sekolah inklusi sudah membentuk panitia yang melibatkan guru pendamping khusus dalam pelaksanaan PPDB. Meskipun 4 sekolah tersebut sudah membentuk panitia, namun ada 1 sekolah yang belum melibatkan GPK dalam pelaksanaan PPDB tahun 2017/2018. Hal itu karena GPK tidak dapat hadir di sekolah untuk mendampingi pelaknsaan PPDB. Keenam, semua sekolah inklusi yang menjadi objek penelitian sudah mencantumkan persyaratan yang harus dipenuhi calon peserta didik reguler maupun berkebutuhan khusus sesuai dengan peraturan dalam pedoman penerimaan peserta didik baru, yaitu bagi peserta didik berkebutuhan khusus harus melampirkan hasil assesmen sebagai syarat PPDB. B. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari penelitian ini mengalami banyak kelemahan dan keterbatasan. Berikut keterbatasan peneliti: 1. Peneliti mengalami kendala dalam proses pencarian sekolah yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Kendala yang dihadapi yaitu beberapa sekolah sebelumnya menolak untuk dijadikan tempat penelitian karena di sekolah tersebut sudah ada yang melakukan penelitian. 2. Adanya kendala saat proses wawancara dengan salah satu narasumber karena waktu yang dipilih untuk wawancara pada saat jam istirahat, sehingga hasil rekaman yang diperoleh tercampur dengan suara gaduh. Hal ini membuat proses verbatim terganggu. 3. Adanya kendala pada alat recording yang sempat tidak bisa diputar karena proses wawancara yang dilakukan terlalu lama. 61

79 C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyampaikan saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya, sebaiknya lebih detail dalam mencari informasi sesuai dengan topik penelitian agar informasi yang diperoleh lebih mendalam. 2. Penelitian selanjutnya, sebaiknya memilih waktu untuk wawancara yang tidak bertepatan dengan jam istirahat agar data yang didapat lebih jelas dan mudah untuk melakukan proses verbatim. 3. Penelitian selanjutnya, sebaiknya mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk proses pengambilan data dengan detail seperti pengecekan kembali alat recording yang akan digunakan agar tidak terjadi kendala dalam pengambilan dan pengolahan data. 62

80 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, R. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Atmaja, J.R. (2017). Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Remaja Rosdakarya. Bandur, A. (2016). Penelitian Kualitatif Metodologi, Desain, dan Teknik Analisis Data dengan NVIVO 11 Plus. Jakarta: Mitra Wicana Media. Budiyanto. (2017). Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal. Jakarta: Rajagrafindo Group. Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT Refika Aditama. Djamal. (2015). Paradigma Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dikpora. (2017). Pedoman Umum Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada TK, SD, dan SMP Tahun Pelajaran 2017/2018. Kulon Progo: Dikpora. Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Friend, Marilyn dan Bursuck W.D. (2015). Menuju Pendidikan Inklusi Panduan Praktis untuk Mengajar Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Herdiansyah, H. (2012). Wawancara, Observasi, dan Focus Groups sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Depok: Raja Grafindo Persada. Ilahi, Takdir M. (2013). Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Kustawan, Dedy dan Hermawan B. (2013). Model Implementasi Pendidikan Inklusif Ramah Anak. Jakarta: PT Luxima Metro Media. Meteri Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional. 63

81 Murtie, A. (2014). Ensiklopedi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Maxima. Nazir, M. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Olivia, S. (2017). Pendidikan Inklusi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus Diintregasikan Belajar di Sekolah Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Rosilawati, I. (2013). Trik Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan Inklusif. Yogyakarta: Familia. Sartika, Y. (2013). Ragam Media Pembelajaran Adaptif Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Familia. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Tindakan Komprehensif (Untuk Perbaikan Kinerja dan Pengembangan Ilmu Tindakan). Bandung: Alfabeta. Triani, Wahyu dan Rakhmawati, D. (2013). Konsep Sekolah Inklusi yang Humanis. Yogyakarta: Familia, 64

82 Lampiran 1. Surat Izin Penelitian 66

83 Lampiran 2. Surat Izin sudah melakukan penelitian 67

84 Lampiran 3. Pedoman Wawancara No. Aspek Indikator Pertanyaan Pokok 1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengalokasi semua anak Menyediakan kursi/kuota bagi siswa berkebutuhan khusus Apakah setiap tahun sekolah menyediakan kursi/kuota untuk siswa berkebutuhan khusus? Berapa jumlah kursi/kuota yang disediakan? Apakah ada tes khusus yang diberikan bagi siswa berkebutuhan Menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus Syarat PPDB khusus saat PPDB? Apakah sekolah menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus? Dokumen apa yang harus dipersiapkan calon peserta didik ketika proses PPDB? Menyediakan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah Mempersiapkan sarana dan prasarana Mempersiapkan Apakah ada dokumen khusus yang harus dilengkapi siswa berkebutuhan khusus saat PPDB? Apakah sekolah membentuk panitia khusus untuk PPDB? Apakah sekolah melibatkan Guru Pendamping Khusus (GPK) ketika proses PPDB? Apa peran GPK ketika proses PPDB? Fasilitas apa yang disediakan pihak sekolah untuk menunjang proses PPDB? Apakah ada fasilitas khusus yang disediakan untuk siswa berkebutuhan khusus? Darimana asal biaya 68

85 sumber biaya yang digunakan untuk PPDB? Apakah ada biaya khusus yang dipersiapkan untuk siswa berkebutuhan khusus saat PPDB? 69

86 Lampiran 4. Reduksi Wawancara REDUKSI HASIL WAWANCARA SD Mekar Jaya (SD a) Narasumber 1 Subjek : Guru Pendamping Khusus (GPK) Hari, tanggal : Jumat, 5 April 2019 Kode Wawancara : W1.GPKa Narasumber 2 Subjek : Kepala Sekolah Hari, tanggal : Jumat, 12 April 2019 Kode Wawancara : W2.KSa Narasumber 3 Subjek : Guru Kelas 1 Hari, tanggal : Jumat, 12 April 2019 Kode Wawancara : W3.GK1a SD Cinta Kasih (SD b) Narasumber 1 Subjek : Kepala Sekolah Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2019 Kode Wawancara : W1.KSb Narasumber 2 Subjek : Guru Pendamping Khusus (GPK) Hari, tanggal : Kamis, 11 April 2019 Kode Wawancara : W2.GPKb Narasumber 3 Subjek : Guru Kelas 1 Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2019 Kode Wawancara : W3.GK1b Narasumber 4 Subjek : Guru Kelas 4 Hari, tanggal : Kamis, 11 April 2019 Kode Wawancara : W4.GK4b SD Pagi Cerah (SD c) Narasumber 1 Subjek : Guru Pendamping Khusus (GPK) Hari, tanggal : Jumat, 29 Maret 2019 Kode Wawancara : W1.GPKc Narasumber 2 Subjek : Guru Kelas 2 Hari, tanggal : Jumat, 29 Maret 2019 Kode Wawancara : W2.GK2c Narasumber 3 Subjek : Kepala Sekolah Hari, tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019 Kode Wawancara : W3.KSc Narasumber 4 Subjek : Guru Kelas 4 Hari, tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019 Kode Wawancara : W4.GK4c SD Harapan Mulia (SD d) Narasumber 1 Subjek : Guru Kelas 2 Hari, tanggal : Kamis, 28 Maret 2019 Kode Wawancara : W1.GK2d Narasumber 2 Subjek : Guru Kelas 6 Hari, tanggal : Selasa, 2 April 2019 Kode Wawancara : W2.GK6d Narasumber 3 Subjek : Guru Pendamping Khusus (GPK) Hari, tanggal : Jumat, 12 April 2019 Kode Wawancara : W3.GPKd Narasumber 4 Subjek : Kepala Sekolah Hari, tanggal : Jumat, 12 April 2019 Kode Wawancara : W4.KSd

87 SD Mekar Jaya SD a Aspek Inklusi Sub Aspek yang Digali Jawaban Kesimpulan Menyediakan kursi bagi anak berkebutuhan khusus Penerimaan Peserta Didik Baru yang mengakomodasi semua anak Kepala Sekolah Iya.. Jumlahnya itu untuk setiap tahunnya kan 2 ya mbak.. atau 3 begitu, tapi kan di dalam proses pembelajaran sering menemui anak-anak yang ternyata juga terindikasi ABK.. jadi jumlahnya lebih dari itu, disini itu malah per kelas biasanya 6 anak.( W2.KSa ) Ndak ada tes khusus mbak... ee tapi nanti orangtua menyerahkan assesmen saja yang menandakan bahwa anak itu ABK, assesmen darimana saja. (W2.KSa ) GPK Ya.. setiap tahun kami sudah menyediakan kuota untuk siswa baru maupun untuk yang pindahan untuk anak berkebutuhan khusus. Kalau kuota sebenarnya kalau dari dinas itu ditetapkan yang ini banget yang kebutuhannya yang kami ini tu cuma 2, tapi kami mempunyai kebijakan sendiri untuk menerima 3-4 siswa yang berkebutuhan khusus di setiap kelas. Ya jadi kami kadang ini mbak ada yang memaksa karna dimana-mana sudah penuh, kadang minta diterima.. Kami liat dulu kalau kami bisa terima ya kami terima. (W1.GPKa ) Untuk abk tidak ada test khusus tapi dari orang tua harus membawa asessmen. Kalo tdk bawa hasil asesmen kami masukan ke yang reguler. Tapi kalo kami lihat anak tsb sudah abk kami sarankan untuk diasesmen dulu lalu dibawa kesini lagi hasilnya. (W1.GPKa ) Guru Kelas 1 Oiyaa.. kalau aturannya itu kan 2 apa 3 gitu tapi disini kan banyak ya mbak yang mau masuk itu. Jadi ya lebih dari 2, di kelas 1 itu awalnya 2 tapi seiring berjalannya waktu kok disuruh nulis nggak bisa, diajak komunikasi nggak 1. SD Mekar Jaya menerima lebih dari 2 anak berkebutuhan khusus setiap tahunnya. 2. Tidak ada tes khusus bagi anak berkebutuhan khusus ketika PPDB, namun calon peserta didik wajib membawa hasil assesmen. 71

88 Menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus Persyaratan PPDB nyambung.. jadi disarankan untuk assesmen. sekarang itu ada 5 siswa yang ABK. (W3.GK1a ) Kalau yang berkebutuhan itu tidak ada...bukan testlah namanya tapi harus punya asesmen, kalau belum disuruh mencari dari sekolah menyarankan kalau ini berkebutuhan terus dicari asesmen. Bisa di ugm, bisa di puskesmas, bisa di wirosaban. Kalau yang normal yang reguler itu enggak, kalau secara umum kan berdasarkan umur, jadi umur 7tahun itu harus diterima (W3.GK1a ) Kepala sekolah nggak mbak... yaa seperti yang Bu Mawar kemarin sampaikan.. karena gimana ya mbak, GPK disini cuma ada 4 sedangkan fasilitas disini juga belum terlalu mendukung untuk sekolah inklusi, jadi kami hanya menerima beberapa abk saja. kalau yang seperti tunanetra gitu kami ndak bisa nerima mbak,... tapi nanti kami arahkan untuk langsung ke SLB saja. (W2.KSa ) (W2.Ksa ) GPK ABK yang ada disini paling banyak lambat belajar, kemudian tunagrahita, ada yang low vision tunadaksa, autis, dan adhd.. (W1.GPKa ) Guru Kelas 1 Kalau semua tipe itu belum ya mbak. Disini itu ada low vision yang paling banyak sama lambat belajar itu.. ee anu tunagrahita, ada juga yang autis. (W3.GK1a ) Kepala sekolah Biasanya formulir ppdb, akte, sama foto. (W1.KSa ) Untuk abk ada ee surat pernyataan dari ortu bahwa anak 1. SD Mekar Jaya belum menerima tipe semua anak berkebutuhan khusus karena terkendala dengan fasilitas khusus untuk ABK. 2. Tipe ABK yang diterima adalah low vision, tunarahita atau lambat belajar, adhd, dan autis. 1. Peserta didik wajib membawa C1 (Kartu Keluarga) akte kelahiran, foto, formulir PPDB, kartu KMS (Kartu 72

89 tsb abk dan butuh pendampingan. Biasanya kalau sudah masuk baru kalo memang terkendala sekali baru ada psikolog. Dan sekolah inklusi sudah kerjasama dengan ULD sini itu kami mintai tolong. (W1.KSa ) Menuju Sejahtera) bagi yang tidak mampu, dan hasil assesmen bagi siswa berkebutuhan khusus. Sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan GPK Ee.. C1, akte fotocoyan maksutnya sama asli, kalau C1 kopian, kemudian biasanya itu ee.. anak-anak sekolah yang tidak mampu membawa KMS, itu biasanya mereka membawa itu.. kemudian ada foto, dan hasil assesmen tersebut kalau yang berkebutuhan khusus kalau yang tidak ya tidak. (W1.GPKa ) Guru Kelas 1 Ya itu kan yang pasti formulir.. ee.. anu foto, akte lahir, KK. Kalau yang ABK ya pasti bawa hasil assesmen gitu lho mbak. (W3.GK1a ) Kepala sekolah Oiyaa.. setiap tahun pasti ada panitiannya.. biasanya Bu Mawar itu yang ikut panitianya. (W2.KSa ) Ya itu mbak.. nanti kan melihat yang ABK kira-kira mampu kita tangani atau tidak. Nanti kan kalau ada ABK yang seperti tunanetra kan ee.. anu langsung kita apa itu.. rujuk ke SLB saja. (W2.KSa ) Sering... sering dapat pelatihan, setahun sekali itu pasti ada pelatihan inklusi gitu. (W2.Ksa ) GPK Iya. ketika ppdb kami GPK selalu disertakan karna untuk nanti bagaimana tipe-tipe ABK ini apakah mampu ditangani atau tidak. Peran GPK biasanya kami lihat hasil asesmen kemudian analisa kemudian rembugan sesama GPK, guru kelas, kepsek. Tidak ada test khusus, test khusus hanya 1. SD Mekar Jaya setiap tahunnya membentuk panitia PPDB dengan melibatkan GPK. 2. Jumlah GPK di SD Mekar Jaya ada 5. 1 GPK dari SLB dan 4 GPK dari sekolah yang mempunyai latar belakang bukan dari pendidikan inklusi. 3. Peran GPK ketika proses PPDB yaitu melihat dan menganalisa hasil assesmen anak berkebutuhan khusus. 73

90 Sumber daya sarana dan prasarana pengenalan huruf setelah masuk. Tidak ada perbedaan hari pendaftaraan, kami membatasi. (W1.GPKa ) Ada 5 GPK mbak yang di sekolah terus.. Kalau saya dari BK, sama Bu Kamboja, kemudian yang 1 dari Pendidikan Ekonomi, yang satu lagi itu.. ee..mipa mbak.. ada GPK yang dari ULD itu 1, seminggu sekali ke sekolah. (W1.GPKa ) Guru Kelas 1 Kalau yang tahun kemarin engga tapi yang tahun ini tahun 2019/2020 saya ikut sebagai panitia untuk yang reguler, kalau Bu Mawar yang inklusi yang berkebutuhan. (W3.GK1a ) Bu Mawar ya itu tadi.. kan kalau ABK membawa assesmen to mbak, nanti dilihat jenis kebutuhannya dia apa, kalau masih bisa kita tangani nanti kita terima.. tapi kalau tidak ya kita sarankan ke SLB begitu. (W3.GK1a ) Kepala Sekolah Ndak ada fasiltasnya kalau pas PPDB, kalau di sekolah ini juga belum banyak.. ee.. itu tapi disini sudah punya toilet untuk yang difabel. Tangganya juga masih seperti itu, ya untungnya disini Cuma ada satu siswa itu kelas 6 pake kursi roda, kelas itu dibawah terus dari kelas 1. Enggak.. ee temen-temennya mengerti kalau tidak pernah pindah kelas ke lantai 2. (W2.KSa ) GPK Fasilitas untuk PPDB paling kami ini saja sih kadang menyediakan buku-buku yang menarik untuk anak, apakah tertarik atau tidak belajar di sekolah. Belum termasuk sarpras ya (W1.GPKa ) Kalau sarpras itu.. ee.. kemungkinan sih belum sempurna sekali tapi kami berusaha ee.. menuju kesana. Kami ada 1. Tidak ada fasilitas khusus untuk PPDB ketika proses PPDB berlangsung. 2. Fasilitas untuk ABK yang ada di sekolah belum sempurna karena terkendala pada biaya, tetapi sekolah berusaha untuk menyempurnakan fasilitasfasilitas yang ada dengan mengajukan proposal. 3. Fasilitas untuk ABK yang ada di SD Mekar Jaya saat ini ada 1 kursi roda dan kamar kecil/toilet untuk difabel. 74

91 Sumber daya biaya toilet yang untuk difabel, kemudian kebetulan disini ee ada trengsengan itu tapi belum ada ramnya jadi belum sempurna. Kemudian karena ini lantai 2, anak yang makai kursi roda tentu kesulitan jadi itu masih.. masih tahap yaa penyempurnaan. (W1.GPKa ) Kami sudah mengajukan beberapa proposal gitu ya mbak.. kalau misalnya ada yang mau dibeli sesuatu gitu kan nggak bisa langsung beli gitu.. ee jadi itu kami mengajukan proposal dulu untuk fasilitas disini. Sekolah ada kursi roda tapi ee.. anaknya pake kursi roda sendiri. (W1.GPKa ) Guru Kelas 1 Sarpras pas PPDB.. ee. anu enggak ada fasilitasnya pas PPDB. Kalau disini itu juga belum banyak mbak, makane kami itu kan belum anu.. istilahnya belum berani gitu lho kalau nerima ABK yang seperti tunanetra gitu kan karena belum ada fasilitasnya. (W3.GK1a ) Kepala Sekolah Dari BOS mbak.. ee sudah ada dari BOS. (W2.KSa ) Untuk biaya ppdb gratis, tp memang ada subsidi tapi dari orantua ABK sendiri mbak biasanya sukarela, untuk PPDBnya sendiri gratis tidak dipungut biaya. (W2.KSa ) GPK Kalau sumber dana PPDB itu dari BOS dan BOSDA. (W1.GPKa ) Kebetulan itu kita kalau SD negeri itu tidak dipungut biaya to mbak.. kalau untuk anak inklusi itu nanti.. orangtua ee sukarela untuk memberikan ee biaya pendampingan.. gitu.. setiap bulannya. Jadi itu dari sukarelanya orangtua gitu. (W1.GPKa ) 1. Sumber dana PPDB dari BOS dan BOSDA. 75

92 Guru Kelas 1 Biasanya dianggarke dari BOS sama BOSDA itu sudah ada sendiri. (W3.GK1a ) SD Cinta Kasih SD b Aspek Inklusi Sub Aspek yang Digali Jawaban Kesimpulan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak Menyediakan kursi bagi siswa berkebutuhan khusus Kepala sekolah Iya yaitu sekitar dua anak, terutama ya yang...ya yang eee slow learner dan daya penglihatan ringan tapi yang ringan kalau sedang gak nerima..eeee khususnya kita kita tanyakan dulu apakah dia sudah punya assesmen untuk memenuhi gitu, kalo sudah berarti kuota tu nanti langsung masuk tapi kalo belum itu kita terima dengan syarat kuotanya bener belum terpenuhi. Kalo sini biasanya yang masuk kuotanya selalu selalu kurang yang 28, ini kelas tertinggi cuma 27. (W1.KSb ) (W1.KSb ) GPK Iya setiap tahun ada, tidak tentu mbak.. tidak ada tes mbak. (W2.GPKb ) Guru Kelas 1 Kalau itu kurang pasti mbak, soalnya kan kita juga gak boleh keliebihan dan kekurangan. Tapi kalau ada yang mendaftar pasti ada kuotanya mbak. itu tadi mbak belum tentu, ini aja kelas 1 Cuma 28 anak, tahun kemarin juga sebenarnya kurang mbak, tapi ada yang pindahan jadi terlampaui (W3.GK1b ) Tidak ada tes, semua yang normal maupun berkebutuhan khusus tidak ada tes, hanya persyaratan yang memenuhi 1. SD Cinta Kasih menyediakan kuota untuk anak berkbutuhan khusus namun jumlahnya tidak tentu. 2. Tidak ada tes khusus untuk anak berkebutuhan khusus ketika PPDB. 76

93 Menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus dengan syarat-syaratnya itu seperti akta kelahiran asli, blanko, usia, nanti untuk membedakan berkebutuhan khusus atau tidak nanti kan ada tes dari dinas setiap setahun sekali, tapi tidak semuanya murid mbak, jadi umpamanya SD mana dapet bagian 15 orang gitu lo kita berharap kalau bisa tu kalau kelas 1 ada tesnya itu tapi rencana kok kalau diijinkan atau gak rencana mau kalau ada pemasukan siswa baru ada dia membawakan hasil tes IQ rencana seperti itu, tapi berjalan atau tidak saya kurang tau. (W3.GK1b ) Guru Kelas 4 Sekolah menyediakan kuota untuk ABK, kuota dinas itu 28 siswa untuk ABK itu paling tidak 10% karena pendamping ABK hanya guru kelas untuk GPK belum mencukupi. (W4.GK4b ) Tidak ada tes khusus untuk ABK saat PPDB mungkin hanya tes lisan ditanya alamat, nama ayah dan ibu. (W4.GK4b ) Kepala Sekolah Tidak bisa semua tipe diterima karna kalau semua kita kehabisan tenaga. (W1.KSb ) GPK Iya semua diterima. (W2.GPKb ) Guru Kelas 1 Sekolah menerima semua anak berkebutuhan khusus. (W3.GK1b ) 1. SD Cinta Kasih mempunyai kebijakan untuk menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus, tetapi saat ini hanya ada anak berkebutuhan khusus dengan tipe slow learner saja. Guru Kelas 4 Tipe ABK yang diterima sekolah selama ini baru slow learner. (W4.GK4b ) Persyaratan PPDB Kepala Sekolah 1. Pesyaratan PPDB di SD 77

94 Akta asli plus fotocopy ne, trus c1 fotocopy KK cuma itu, ditambah asesmen untuk anak berkebutuhan khusus kalau udah punya. (W1.KSb ) GPK Blanko harus ditanda tangani, tetapi iya.. tadi orang tua tidak jujur jadi tau-taunya waktu pelajaran baru kelihatan sehat tapi ternyata ada kekurangan.. kan nggak kelihatan mbak kalau slow learner, disleksia juga nggak kelihatan. Kelihatan jika waktu pelajaran. tidak mbak, tapi kalau ada hasil tes IQ bisa dilampirkan (W2.GPKb ) Cinta Kasih yaitu, akte kelahiran, Kartu Keluarga (C1), usia 7 tahun dan hasil assesmen bagi anak yang berkebutuhan khusus. Sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan Guru Kelas 1 Ya itu tadi mbak seperti akta kelahiran asli, blanko, usia, kalau ada ya tes IQ itu untuk anak berkebutuhan khusus (W3.GK1b ) Guru Kelas 4 C1 dan akta asli, dokumen yang dilengkapi untuk siswa berkebutuhan khusus biasanya kalau sudah punya asesmen nanti disertakan. (W4.GK4b ) Kepala Sekolah Iya untuk mengetahui tingkat ke-abk-anya itu kan guru GPK yang berperan. (W1.KSb ) GPK Iya, semua guru ikut menjadi panitia PPDB. (W2.GPKb ) Iya, di tempat kita ada 3 GPK, nanti ya tadi itu mbak prosesnya, nanti disaring, nanti ada penyaringan juga kok mbak, tapi nggak ada sih tes-tesnya. (W2.GPKb ) Cuma mendaftar aja, disini nggak ada proses gimana- 1. SD Cinta Kasih setiap tahun ajaran baru membentuk panitia PPDB yang melibatkan semua guru termasuk GPK, namun peran GPK saat pelaksanaan PPDB belum terlihat. 78

95 Sumber daya sarana dan prasarana gimananya, nanti juga kelihatan waktu proses pembelajaran aja mbak, tapi nanti kelihatan kok mbak. Guru Kelas 1 Kalau panitia iya. semuanya terjun sini mbak, Tu bagian admintrasi, terus guru olahraga biasanya perlengkapan semuanya ada panitianya. (W3.GK1b ) Kalau guru GPKnya sini kan gabung mbak antara guru kelas gabung menjadi GPK Belum ada mbak sini, gak ada perannya. Guru kelas 4 Sekolah membentuk panitia PPDB, semua guru dilibatkan dan termasuk juga GPK, namun peran GPK ketika PPDB belum terlalu terlihat. (W4.GK4b ) Kepala Sekolah Fasilitasnya ya alat tulis, ATK itu lo mbak ATK, terus formulir. Fasilitas untuk anak berkebutuhan khsusus kalo PPDB gak ada, cuma hanya anak yang di kategorikan ABK itu nanti ada wawancara khusus dengan orangtuanya. (W1.KSb ) GPK Sama aja sih mbak, prosesnya sama aja kaya formulir itu tadi dari dinas ada bahwa anak ini seperti ini ada kekurangan tapi kadangkala mereka tidak jujur cuma itu aja mbak, kan kembali ke orangtuanya. (W2.GPKb ) Guru Kelas 1 Sementara kita belum, untuk berkebutuhan khusus hanya untuk yang memakai kursi roda. (W3.GK1b ) 1. Fasilitas untuk PPDB di SD Cinta Kasih adalah alat tulis dan formulir pendaftaran untuk diisi. 2. Tidak ada fasilitas khusus untuk ABK, hanya ada kursi roda. 79

96 Sumber daya biaya Guru Kelas 4 Fasilitas untuk menunjang PPDB hanya formulir untuk diisi, untuk ABK belum ada fasilitas khusus yang disediakan, karena sekolah baru sekolah inklusi rintisan. (W4.GK$b ) Kepala Sekolah Tidak, sudah dibiayai oleh dinas, nanti kalo formulir kita ambil dari BOS, sumber biaya ya dari BOS itu, nanti di pos BOS itu ada yang digunakan untuk PPDB dan itu diperbolehkan, dan setiap siswa tidak ada biaya khusus dalam PPDB. (W1.KSb ) GPK Dari dinas dan dari dana BOS. Ada, biasanya ada yang dari pihak dinas dan dari pihak kita juga mbak. (W2.GPKb ) (W2.GPKb ) Guru Kelas 1 Biaya kita dari BOS mbak. Nggak ada mbak, sekarang tidak boleh meminta biaya, beli seragam juga tidak boleh, jadi ini sekolahnya gratis semuanya gratis. (W3.GK1b ) (W3.GK1b ) Guru Kelas 4 Dari dinas lalu sekolah mempersiapkan lewat anggaran BOS yang telah diberikan dan tidak ada biaya khusus yang harus dipersiapkan siswa, malah siswa mendapatkan banyak bantuan seperti PKK dan BIP. (W4.GK4b ) (W4.GK4b ) 1. Sumber biaya PPDB di SD Cinta Kasih yaitu dari anggaran BOS. 2. Tidak ada biaya khusus yang dianggarkan untuk siswa berkebutuhan khusus, tetapi siswa mendapatkan bantuan/subsidi dari sekolah, PKK dan BIP. 80

97 SD Pagi Cerah SD c Aspek Inklusi Sub Aspek yang Digali Jawaban Kesimpulan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak Menyediakan kursi bagi siswa berkebutuhan khusus Kepala Sekolah Ya untuk SPPI sekolah kami setiap tahun ada kuota untuk siswa yang masuk ke SD kami, itu paling banyak atau maksimal itu 3 anak satu kelasnya. Selebihnya kalo ada yang daftar lagi sudah saya ee..edarkan ke SD yang lain. Satu kelas hanya 3. (W3.KSc ) Eee..untuk PPDB tes khusus tidak ada namun tetap kami minta ee.. kalo memang anak itu berkebutuhan khusus itu kami minta untuk asesmennya nanti itu untuk data kelengkapan siswa itu. (W3.KSc ) GPK Kuota itu gak tentu e mbak. Tergantung anaknya nanti tapi paling 4 atau 5 dalam satu kelas itu. Tapi sebenarnya kalo saya pernah mengikuti diklat dulu tuh satu kelas tuh hanya 2 orang ABK nya. Harusnya. Tapi kan kalo disini ada rasa kemanusiaan atau gimana kan. Kita tuh sebenarnya kadang tau kalo ABK setelah masuk mbak. Gak tau didaftarkan setelah diassesmen, diidentifikasi loh ternyata ABK.. (W1.GPKc ) Gak ada. Cuma biasanya kita melihat. Biasanya tuh dilihat dari muka itu udah kelihatan to mbak. Ada juga yang kadang pindahan dari SD mana, kita terima atau enggak nanti pertimbangannya dalam rapat.. Kalo untuk kelas 1 itu kita kan belum tahu. Kalo dilihat dari fisik udah kelihatan pertimbangannya harus tes IQ dulu karena itu kan yang menentukan nanti bisa diterima atau enggaknya itu tes IQ. Tapi orangtua gak mesti mau e mbak tes IQ anaknya itu (W1.GPKc ) 1. Kuota yang disediakan untuk anak berkebutuhan khusus di SD Pagi Cerah lebih dari 3 siswa dalam setiap kelas karena jumlah peserta didik yang mendaftar banyak. 2. Tidak ada tes khusus untuk ABK, namun ABK wajib melampirkan hasil assesmen saat PPDB. 81

98 Guru Kelas 2 Ya pasti.. Sini tuh sebenernya gini mbak, masalah kuota itu lain-lain mbak sama SD yg lain itu beda. Sini tuh kalo misalnya kuota Cuma 5 itu kasian. Jadi kalo misalnya ada yang daftar ada 5 ada 6 itu kita terima dulu, nanti kan ada asesmen. Nah dari asesmen itu kita bisa lihat apakah ini mampu didik atau mampu latih tapi kalo yang mampu latih nyuwon sewu itu saya suruh ke SLB. Terus terang karena SD ini untuk fasilitas ABK sangat kurang. Kalo misalnya ada yang tuna netra aja kita gak bisa menerima. Karena fasilitas undak-undakan gak ada. Terus braille juga belum ada yang menguasai to. Kalo saya semuanya menguasi tapi kasian yang lainnya gak kebagian to. Ini yang kemarin ini kelas 1 sudah banyak tapi belum semua diassesmen. Kalo nanti kenaikan kelas dalam satu tahun itu bisa mengikuti atau tidak kemudian juga faktor orang tua, kemudian diidentifikasi dulu. Kita cari faktor identifikasi dulu to. Dari orang tua bisa, dari lingkungan bisa nah itu bagaimana perkembangan selama satu tahun itu gimana. Kalo tidak mau mengikuti itu saya sarankan ke SLB. Tapi kan orang tua malu, terkadang ada yang bilang sudah di sini saja yang penting sekolah. Nah itu kan yang repot. Padahal ABK kan gak boleh tinggal kelas. itu yang berat. Karena huh gimana ya anak ini kok gak bisa tapi dinaikan, yang bisa aja kadang kita tinggalkan to kalo ga memenuhin KKM, disesuaikan KKM nya juga sih. Kemaren itu yg kelas 2 akhirnya terpaksa saya suruh pindah karena ga bisa anu apa ngikuti pelajaran. Banyak sebenernya itu kuota itu harusnya hanya 2. Kalo di SD SD yang sudah inklusi itu Cuma 2. Tapi kalo di sini belum bisa mbak. Rasa kemanusiaannya itu loh mbak hehe (W2.GK2c ) (W2.GK2c ) (W2.GK2c ) 82

99 Menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus Guru Kelas 4 Ya pasti.. Kalo kuotanya kami tidak membatasi tapi setiap anak yang ke sini dan umurnya sudah cukup untuk masuk kami terima. Jadi tidak ada yang ditolak kecuali kuotanya sudah penuh dan anaknya belum cukup umur. Jadi untuk kuota gak ada kuota berapa-berapa. Sama sekali gak ada. Kecuali memang dari wajahwajahnya sudah terlihat berkebutuhan khusus kami baru menyarankan untuk asesmen. Jadi asesmen ke puskesmas sendiri nanti hasilnya dari sana baru dilampirkan untuk formulir pendaftaran. Kalo gak yang biasa opo penampilannya biasa gitu gak keliatan biasanya gak ada. (W4.GK4c ) (W4.GK4c ) Kepala Sekolah Eee..untuk sekolah kami, itu kami hanya menerima slow learner sama tuna grahita ya yang ringan. Serta low vision ringan. Mungkin yang sekiranya masih bisa ditangani kita perbaiki untuk ke depannya. (W3.KSc ) GPK Tapi biasanya ABK nya lambat, slow learner gitu, ya heem. Ya kalo batasan yang ABK bener itu kita cuma yang IQ nya yang dibawah berapa ya itu kemarin ya, tergantung, kalo diasesmen itu kan nanti ada IQ nya berapa gitu kan mbak. Kalo kita dibawah 90 itu udah gak berani karna nanti takut anaknya dalam akademik ketinggalan banyak kan mbak. (W1.GPKc ) Guru Kelas 2 Sebenarnya iya tapi kalo yang selama ini yang kami terima itu cuma yg slow learner, tuna daksa ringan, kemaren juga sempet yang tidak punya telinga tapi masih bisa mendengar tapi kebetulan pindah rumah jadi dia juga pindah. Terus 1. SD Pagi Cerah tidak menerima semua ABK. 2. Tipe ABK yang diterima di SD Pagi Cerah yaitu slow learner, tunagrahita ringan, hiperaktif, dan low vision dengan pertimbangan sekolah tidak memiliki cukup fasilitas untuk tipe ABK yang tergolong berat, seperti tunanetra dll. 83

100 Persyaratan PPDB kemudian yang dulu parah sekali itu yg IQ nya Cuma di bawah 70. Terus kemudian yg hiperaktif juga ada. Kalo yang low vision parah juga ada tapi udah lulus. Itu jan parah sekali. itu dikasih Gimana ya saya juga gak tega e. Itu kan yang low vision itu kan kita membuat nya dari yang UN itu kan dari provinsi mbak jadi dari sana itu dibuat yang ukurannya berapa ya mbak kalo yang di komputer itu yang ukurannya paling gede terus di fotocopy juga yang ukurannya paling gede. Itu nggeh. Jadi yang lainnya 3 lembar, yang lainnya bisa 6-7 lembar. Kemaren juga itu yg kelas 6 ada yang low vision memakai senter yang kecil itu. Kalo yang kemaren saya bantu dengan kacamata dia gak pede katane aku ra pede nek pake kacamata. Kita juga bantu yang dari beasiswa itu kebetulan juga ada. (W2.GK2c ) Guru Kelas 4 Selama ini ya, selama ini iya. (W4.GK4c ) Kepala Sekolah Oiya untuk persiapan PPDB dokumen yg kami perlukan dari para peserta didik baru itu yang pertama hanya data pribadi anak, yang kedua seperti KK, akta terus surat keterangan dari pemerintah serta kalo anak itu berkebutuhan khusus yo asesmennya. Jadi masih masih masih ee..penerimaan itu masih eee.. sederhana. Belum ada tidak belum ada tes. (W3.KSc ) GPK Biasanya dokumennya itu KK, Akte. Kebanyakan ya hanya itu. KK sama akte aja. Foto, Nek foto udah di awal itu deh nanti pihak sekolah ada foto bersama. (W1.GPKc ) Iya tadi itu tes IQ. Tes intelegensi itu. Kalo disini kita 1. Dokumen yang dipersiapkan oleh peserta didik ketika PPDB yaitu Kartu Keluarga (C1), akte kelahiran, foto, dan hasil assesmen bagi siswa berkebutuhan khusus. 84

101 Sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan sarankan ke puskesmas atau ke RS Grasia. Walaupun nanti setelah masuk kita ada asesmen dari puskesmas lagi gitu loh, kita coba. Karena kalo sudah melihat apa ya, bentuk fisik itu sudah nganu kita sarankan untuk tes IQ tapi kalo yang slow learner kadang gak keliatan. Nanti ketauannya pas kita asesmen setelah diterima. (W1.GPKc ) Guru Kelas 2 Kayaknya enggak sih mbak. Cuma kayak yang normal biasa. Ya cuma itu yang jelas cuma akte sama KK to sekarang yang diperlukan cuma itu sepeti yang lain. (W2.GK2c ) Guru Kelas 4 PPDB nya kami cuma e apa namanya fotokopi akte kelahiran kemudian formulir pendaftaran ngisi itu terus udah cuma itu sama cukup umur udah. Kalo, kalo ya itu tadi kalo orang tua nya sudah menyadari sudah tau kalau anaknya berkebutuhan khusus biasanya kami meminta hasil assesmen. (W4.GK4c ) (W4.GK4c ) Kepala Sekolah Ya sekolah kami selalu sebelum penerimaan siswa baru itu membentuk panitia tentang penerimaan siswa baru setiap tahunnya ee..kita keluarkan SK panitiaan dan seterusnya. Untuk panitia PPDB itu guru dan karyawan itu kita libatkan sesuai tugasnya masing-masing ee..yang bagian pendataan terus nanti bagian ee.. untuk pengumpulan data-data seperti itu. (W3.KSc ) Ya secara otomatis kami libatkan untuk pendamping khusus. Ee..untuk anu memonitor khususnya yang eh anak yang anak berkebutuhan khusus itu nanti yang sesuai. 1. Setiap tahun sekolah membentuk panitian PPDB yang melibatkan semua guru termasuk GPK. 2. Peran GPK ketika PPDB yaitu ikut mendampingi dan berinteraksi dengan ABK sebagai proses assesmen awal. 85

102 Apakah tipenya apa untuk yang sudah tau yang sudah apa itu terbiasa itu pendamping khusus itu sudah kelihatan. Eh pak ini sudah ini ini ini. (W3.KSc ) GPK Ada, ada ada. Biasanya ada di sana. Ya biasanya melibatkan saya tapi kadang saya gak ada waktu tapi kadang saya berusaha semaksimal mungkin. Ada akte, KK, nanti timbang berat badannya, tinggi nya itu nanti diitu semua. Saya dampingi aja kadang karena saya kan di dua tempat ya mbak. Di SLB sama di sini. Kadang di SLB juga banyak kegiatan gitu. Untuk di sini aja saya bantu cuma satu minggu satu kali. Ya membantu, membantu juga. Kita ikut menimbang ikut partisipasi juga. Tapi kan sekarang waktunya cuma berapa hari gitu kan mbak, kebetulan saya ikut beberapa kali itu ya membantu mendata anak, mendampingi. (W1.GPKc ) (W1.GPKc ) Guru Kelas 2 Ya iya heem. Semua guru dilibatkan kadang kan ada guru yang tidak masuk jadi kita ya tetep dalam waktu pendaftaran tetep semua bantu. Bahkan TU pun dilibatkan. Kalo pas penerimaan siswa baru itu kan biasanya semuanya bareng-bareng tapi kalo peran GPK nya itu paling gak secara kan biasanya anaknya kan disuruh datang disuruh ikut nah dia yang ngajak ngobrol, jadi ngecek apakah anak itu e nyambung gak kalo diajak ngobrol, kayak gitu-gitu jadi ya proes identifikasi secara gak langsung lah gitu. (W2.GK2c ) (W2.GK2c ) Guru Kelas 4 86

103 Sumber daya sarana dan prasarana Ya iya heem. Biasanya penanggung jawab kemudian bendahara, sekretaris sama pembantu umum. Cuma itu jadi semuanya ikut kerja. (W4.GK4c ) Kepala Sekolah Ee..untuk penunjang waktu penerimaan PPDB itu mungkin kelengkapannya ya itu mungkin tinggi badan, ukuran tinggi badan serta berat badan. Itu persiapannya seperti itu nanti terus nanti setelah masuk kita buat, setelah diterima kita buatkan seperti pengenalan lingkungan ya lingkungan itu nanti berbagai macam permainan yang menyenangkan untuk anak. (W3.KSc ) Untuk fasilitas khusus dari sekolah itu tidak ada. Hanya fasilitas khusus ya itu gurunya saja yang selalu mendampingi selalu mengamati. Untuk fasilitas ini dipenuhi oleh ee..daerah jadi mendapat beasiswa ee.. inklusi ya siswa anak berkebutuhan khusus, itu setiap tahunnya kisaran Rp per anak tapi tidak semua anak dapat. Mungkin hanya beberapa. Dari 10 anak itu mungkin hanya 8 anak. Itu sudah saya anggarkan disitu, fasilitas terpenuhi disitu. Termasuk anu itu sudah perlengkapan alat belajar sudah, sudah dengan beasiswa itu sudah. (W3.KSc ) GPK Kita sekolah cuma menyiapkan formulir, formulir pendaftaran, menyediakan alatnya itu timbangan sama yang untuk tinggi badan itu loh mbak. Formulir yang pasti ada formulirnya. (W1.GPKc ) Guru Kelas 2 Gak ada mbak. Penerimaan itu kan kita belum mengetahui kan itu ABK apa enggak. Jadi secara umum sama. Ini juga 1. SD Pagi Cerah menyediakan fasilitas alat pengukur tinggi dan berat badan ketika PPDB. 2. Tidak ada fasilitas untuk anak berkebutuhan khusus. 87

104 Sumber daya biaya dana dari BOSS to jadi ya sama gitu. (W2.GK2c ) Guru Kelas 4 Kalo alatnya biasanya karena kami butuh berat badan dan tinggi badan jadi ya alat pengukur berat badan dan tinggi badan. Karena kami juga gak ada tes khusus kan. Kalo sekolah-sekolah yang ada tes khususnya kan membaca dan sebagainya kan kalo di sini enggak. Jadi cuman itu tok. (W4.GK4c ) Kepala Sekolah Ee..untuk biaya PPDB itu sekolah tidak menarik apapun itu sudah ditekel BOS setiap anak itu PPDB kalo gak salah tahun kemaren Rp atau Rp itu sudah dicukupi oleh BOSS. Sekolah tidak menarik sepeserpun. (W3.KSc ) GPK - Guru Kelas 2 Dari BOS. (W2.GK2c ) Itu yang dari provinsi, beasiswa. Kemudian yang dari BOSS seperti yang reguler ada. Iya tapi kalo dari provinsi khusus untuk ABK yang bener-bener masuk ABK tapi kalo dari BOSS itu kan kewajiban dari sana itu. Istilahe ki jatah dan kewajiban pemeritah itu mbak memberikan dana itu untuk pembelajaran gak boleh diambil itu. Beasiswanya itu sekarang pengajuan per anak untuk 1 tahun itu bisa dibelikan ATK, seragam, LKS, kemudian jam belajar atau les. Itu tapi kalo yang GPK dari provinsi gak boleh dikasih transportasi tapi kalo GPK yang dari kelas itu bisa untuk itu. Kemudian untuk membeli alat itu misalnya dia membutuhkan apa dia perlu apa. Kalo misalnya yang low 1. Sumber biaya PPDB berasal dari dana BOS. 2. Siswa berkebutuhan khusus mendapatkan beasiswa dari provinsi sebesar Rp ,00 tiap anak dan digunakan untuk menunjang kebutuhan anak tersebut selama di sekolah. 88

105 vision itu kita butuh kacamata, senter kita butuh, lup itu. Emang harus habis satu tahun. Kalo dikelola beneran itu kurang mbak sebenernya. Buku aja kadang kalo anak ABK kadang 1 buku berapa lembar coret-coret itu udah. Boros juga itu. Pokoknya difokuskan untuk pembiayaan atau apa itu keperluan-keperluan dalam satu tahun. Boleh itu sepatu boleh. Kalo yang gak boleh itu dikasih uang. Maksudnya berupa uang tunai. (W2.GK2c ) (W2.GKc ) Guru Kelas 4 Dari boss kan nanti kita sekolah buat RKAS dan RAPBS nanti sudah dianggarkan untuk PPDB. Jadi per anak sudah ada besarannya berapa gitu. Tidak, karena saat PPDB kan kami apa ya intinya menganggap semua anak itu sama. Jadi, nggak ada biaya khusus gitu. (W4.GK4c ) (W4.GK4c ) SD Harapan Mulia SD d Aspek Inklusi Sub Aspek yang Digali Jawaban Kesimpulan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak Menyediakan kursi bagi siswa berkebutuhan khusus Kepala Sekolah Untuk ppdb itu kita menerapkan kuota perkelas, jadi untuk anak abk itu maksimal satu kelas 3 karna kalau lebih dari itu akan kewalahan. (W4.KSd ) eee pada tahun ajaran baru kita bebas siapa dateng, karna untuk inklusi kan kita seleksinya usia ya kalo sd itu tetapi khusus untuk anak inklusi itu siapa yang datang duluan, nahh jadi pertama datang eee kalo sudah sepakat antara kepala sekolah dengan orang tua (W4.KSd ) 1. SD Harapan Mulia mempunyai kebijakan untuk memberi kuota bagi ABK maksimal 3 peserta. Namun seiring berjalannya KBM, banyak peserta didik yang terindikasi ABK sehingga sekolah membantu untuk mendapatkan assesmen. 89

106 GPK Kalau PPDB sebetulnya begini mbak dari awal, dari awal itu kan ibuk kepala sekolah kan nanyak.. bu mas mau berapa.. kan gitu dua buk waktu itu kan aku juga ngajar di kelas satu aku bilang paling banyak 2 tapi kenyataannya yang belum assesmen kan banyak. (W3.GPKd ) Guru Kelas 2 Biasanya 2 tapi juga tergantung sih mbak eee tergantung ABK-nya juga, yang tahun kemarin itu ada autis sama apa ya satunya itu saya lupa jadinya 2 karna autis kan berat to mbak, termasuk yang berat jadi nya 2 taun kemaren itu 2, nah mulai 2 nya itu tahun kemarin. Taun sebelumnya itu banyak mbak karna kan tidak ada seleksi kan mbak kan gak boleh kita sekarang kayak apa namanya ada tes masuk ada tes nya begitu kan gak ada jadi kita tidak bisa mendeketeksi itu abk atau tidak gitu, ketauaan nya nanti pas di pembelajarannya, karna itu kita nanti ada usulan assesmen gitu, ya bila kira-kira anak itu termasuk di indikasi itu ya kita segera lakukan assesmen itu akhirnya ya bener memang dia slow gitu. Ada juga yang sebelum masuk itu sudah memberikan assesmen ada juga yang belum dan yang belum itu nanti nya akan kita assesmen mbak. (W1.GK2d ) Belum ada, paling ya hasil assesmen tadi mbak. (W1.GK2d ) Guru Kelas 6 Iya.. kalo aturannya kan 2 kursi tetapi karena disini tu baik, satu kelas tu 2 kursi, disini tu baik buktinya apa kelas saya tu paling sedikit jumlah nya kalo kelas lain banyak, jumlah siswa nya ya maksud nya. kelas saya tu 9 anak kalo yang lain 20 ke atas. Kelas saya tu terakhir, kelas saya terakhir 90

107 Menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus Persyaratan PPDB yang paling sedikit itu yang sudah terasesmen itu 4 orang ABK jelas, yang masih tanda tanya 2 orang, bayangkan 9 anak 6 orang ABK. (W2.GK6d ) Kepala Sekolah Slow lerner misalnya itu kan masih bisa di ini eeh diatasi di kelas tapi spesial-spesial itu yang kayak autis, hiperaktif itu kan memang harus di batasi. (W4.KSd ) GPK Belum semuanya.. kan anu to mbak GPKnya juga kurang. (W3.GPKd ) Guru Kelas 2 Kalo selama ini sih belum pernah kayaknya mbak sekolah menerima semua anak berkebutuhan khusus, pernah hiperaktif, autis pernah. (W1.GK2d ) Guru Kelas 6 Ya ada kriteria nya, kalo kriterianya di sini kalo untuk tunawicara, tunarungu kan kita belum bisa, ya kan karna kita belum bisa menangani, ya ada kriterianya harus di bedakan kan. (W2.GK6d ) Kepala Sekolah assesmen nya seperti apa, kalo sudah seperti itu kita anu komunikasikan kepada orang tua, kalo memang butuh pendamping, maka guru pendamping itu orang tua yang bawa karna di sekolah tidak ada fasilitas nya, tidak ada gpk nya jadi gpk nya tu yang bawa orang tua (W4.KSd ) GPK 1. Tidak semua tipe ABK diterima di SD Harapan Mulia karena terkendala pada masalah kurangnya GPK dan fasilitas untuk menanganinya. 2. Tipe ABK yang diterima di SD Harapan Mulia hingga saat ini yaitu slow learner. 1. Calon peserta didik yang ABK wajib melampirkan hasil assesmen ketika PPDB. 91

108 Sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan Assesmennya itu tadi mbak, nanti dibawa to dilampirkan sama formulir.. sama syarat-syarat yang lain itu. (W3.GPKd ) Guru Kelas 2 Yang abk ya biasanya langsung ditanyai tentang gimana kondisi anak nya terus kalo ada ya assesmen itu di bawa ya itu aja mbak. (W1.GK2d ) Guru Kelas 6 Yang pertama begini harus ada assesmen, assesmen nya harus jelas, ketika orang tua itu mau mendaftarkan anak nya, orang tua itu harus jujur, anak nya itu masuk kategori apa, gitu kan harus jujur, aaa itu dibuktikan dengan assesmen, assesmen nya kayak gimana, kalo terlalu berat kita juga mungkin kesulitan kita akan alihkan ke sekolahan yang memang fasillitas dan eee kompetensi guru nya, kompetensi guru GPKnya itu lebih banyak, gitu kita arahkan ke sana monggo silahkan disana juga ada, kalo disini mungkin kurang tertangani, kurang baik dalam penanganannya, karna kan keterbatasan pertama sarana, yang ke dua GPK nya. gitu. (W2.GK6d ) (W2.GK6d ) Kepala Sekolah Kalo memang butuh pendamping, maka guru pendamping itu orang tua yang bawa karna di sekolah tidak ada fasilitas nya, tidak ada GPK nya jadi GPK nya tu yang bawa orang tua. (W4.KSd ) GPK Ada panitianya ya. iya ada. Saya ya bantu-bantu ngajak ngobrol nanti nyambung apa nggak gitu.(w3.gpkd ) 1. SD Harapan Mulia membentuk panitian PPDB yang melibatkan semua guru, termasuk GPK. 2. Peran GPK ketika PPDB yaitu menyeleksi tipe-tipe ABK yang bisa diterima di SD Harapan Mulia. 92

109 Sumber daya sarana dan prasarana Guru Kelas 2 Karna taun kemaren itu GPK kita masih satu dan waktu itu sakit jadi kita komunikasi nya lewat pesan kita tanya buk ada ini begini terus ya nggak papa kalo satu kelas itu hanya dibatasi 2 orang yo nggak masalah gitu akhirnya kan yang autis bisa masuk juga selama tidak melebihi kuotanya. (W1.GK2d ) Guru Kelas 6 Ya.. ya semua karyawan dilibatkan. Ya gini, kalo GPK itu kan di yang sudah berkompeten untuk mengenai ee menangani anak-anak inklusi ya mbak setidaknya kan beliau kan tau, misalnya bu misalnya ini di sekolah umum kira-kira kita bisa gak menanganinya, kurang lebih gitu kalau gak bisa ya kita serahkan ke, kita bicarakan dulu kepada orang tua. (W2.GK6d ) Kepala Sekolah Yang khusus pas PPDB? enggak, belum ada. tapi ada kursi roda kebetulan di sekolah. Sarprasnya belum memadahi ya, masih.. masih banyak yang kurang. (W4.KSd ) GPK - Guru Kelas 2 GPK-nya mbak kan tahun ini itu GPK-nya mau nambah jadi 2 gitu lalu ada kursi roda juga yang di siapkan oleh sekolah gitu mbak. (W1.GK2d ) Guru Kelas 6 Kalo, masalahnya kita di negeri, jadi kalo untuk fasilitas 1. SD Harapan Mulia tidak menyediakan fasilitas umum maupun khusus untuk calon peserta didik, tetapi sekolah sudah mempunyai satu kursi roda untuk fasilitas anak berkebutuhan khusus. 93

110 Sumber daya biaya kurang ya, fasilitas nya memang kurang, harus nya kita punya ruang instalasi khusus dan sebagainya untuk ABK dan penanganan ABK padahal level sekolah kita tu sudah sekolah inklusi, kok gak di bangun pak, loh uang dari mana,kok bisa uang dari mana, lah kita kan dari pemerintah gak boleh memungut anak sedikit pun, kan buku-buku semuanya sudah gratis semua sekolah yang menyediakan, anak tinggal bawa badan dan belajar. (W2.GK6d ) Ada tapi hanya kursi roda. (W2.GK6d ) Kepala Sekolah PPDB itu lho kan dari BOS sudah dianggarkan. Nanti kita rinci dari BOS itu.(w4.ksd ) GPK Kebetulan itu kurang begitu tahu ya.. tapi sepertinya dari BOS yaa. (W3.GPKd ) Guru Kelas 2 Itu dari pusat dari dana bos kita. Oh tidak ada mbak kan sekarang tanpa di pungut biaya sepeserpun dari siswa selama siswa sekolah juga tidak boleh di pungut biaya apapun. (W1.GK2d ) (W1.GK2d ) Guru Kelas 6 Sama sekali tidak ada biaya untuk PPDB, bahkan untuk seragam pun kita serahkan kepada orang tua, silahkan beli sendiri, makannya disini kita tidak menyeragamkan anak seperti sekolah yang lain dalam artian gini ada kan sekolah yang memberi seragan khusus olahraga atau batik, itukan memungkinkan sekolah untuk mengelola uang dari orang tua, kenapa guru yang mengelola, karena yang pesan harus sekolah gitu kan, memesan lewat sekolah yakan nah itu yang 1. Sumber biaya untuk PPDB berasal dari BOS sehingga sekolah tidak memungut biaya dari peserta didik. Sekolah juga mempunyai kebijakan untuk seragam orangtua diminta untuk membeli sendiri. 94

111 perlu kita hindari kita menghindari hal-hal kecil seperti itu supaya tidak mengelola uang orang tua bahkan LKS pun kita yang menyediakan, LKS dari guru nya sendiri, gitu jadi tidak ada sepeserpun uang apa, uang apa olahraga pun, nah ini yang penting, baju olahraga pun itu kan harus ada emble sekolah, harus ada lebelnya sekolah ya kan, itu orang tua saya suruh memesan sendiri di percetakan sendiri dan kita hanya menyediakan disainnya saja, buk ini silahkan memesan sendiri. (W2.GK ) 95

112 Lampiran 5. Pedoman Dokumentasi No. Dokumen Keterangan Deskripsi Ada Tidak 1. Pedoman PPDB 2. Formulir PPDB 3. Susunan Kepanitiaan PPDB 4. Dokumen syarat-syarat PPDB 96

113 Lampiran 6. Hasil Studi Dokumentasi No. Keterangan Dokumen Ada Tidak 1. Pedoman PPDB 2. Formulir PPDB 3. Susunan Kepanitian PPDB 4. Dokumen syarat-syarat PPDB Deskripsi Pedoman PPDB yang digunakan SD Mekar Jaya adalah panduan Umum PPDB pada TK, SD, dan SMP tahun Pelajaran 2017/2018. Pada formulir PPDB berisi data pribadi anak, identitas orangtua, keterangan penyakit yang diderita anak yang digunakan guru sebagai assesmen awal. Dalam dokumen susunan kepanitian berisi susunan panitia PPDB pada tahun 2017/2018. Di dalam dokumen tersebut, peneliti menemukan nama Guru Pendamping Khusus (GPK) yang berarti sekolah melibatkan GPK dalam kegiatan PPDB. Dokumen yang diperlukan untuk melengkapi identitas calon peserta didik baru antara lain fotocopy C1 (Kartu Keluarga), fotocopyakta kelahiran dan asli, foto, dan hasil assesmen bagi siswa berkebutuhan khusus.. 96

114 Lampiran 7. Display Data DISPLAY DATA WAWANCARA SD Mekar Jaya SD a No. Aspek yang Digali Sub Aspek yang Digali Wawancara 1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi Menyediakan kuota bagi siswa berkebutuhan khusus 1. SD Mekar Jaya menerima lebih dari 2 anak berkebutuhan khusus setiap tahunnya. semua anak 2. Tidak ada tes khusus bagi anak berkebutuhan khusus ketika PPDB, namun calon peserta didik wajib membawa hasil Menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus assesmen. 1. SD Mekar jaya belum menerima tipe semua anak berkebutuhan khusus karena terkendala dengan fasilitas khusus untuk ABK. 2. Tipe ABK yang diterima adalah low vision, tunarahita/lambat belajar, ADHD, dan autis. Syarat PPDB 1. Peserta didik wajib membawa C1 (Kartu Keluarga) akte kelahiran, foto, formulir PPDB, kartu KMS (Kartu Menuju Sejahtera) bagi yang tidak mampu, dan hasil assesmen bagi siswa berkebutuhan khusus. Sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan 1. SD Mekar Jaya setiap tahunnya membentuk panitia PPDB dengan melibatkan GPK. 2. Jumlah GPK di SD Mekar Jaya ada 5. 1 GPK dari SLB dan 4 GPK dari sekolah yang mempunyai latar belakang bukan dari pendidikan inklusi. 3. Peran GPK ketika proses PPDB yaitu melihat dan menganalisa hasil assesmen anak berkebutuhan khusus. Sumber sarana dan prasarana 1. Tidak ada fasilitas khusus untuk PPDB ketika proses PPDB berlangsung. 2. Fasilitas untuk ABK yang ada di sekolah belum sempurna karena terkendala pada biaya, tetapi sekolah berusaha untuk menyempurnakan fasilitas-fasilitas yang ada dengan 111

115 mengajukan proposal. 3. Fasilitas untuk ABK yang ada di SD Tedika Mesra saat ini ada 1 kursi roda dan kamar kecil/toilet untuk difabel. Sumber daya biaya 1. Sumber dana PPDB dari BOS dan BOSDA. SD Cinta Kasih SD b No. Aspek yang Digali Sub Aspek yang Digali Wawancara 1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi Menyediakan kuota bagi siswa berkebutuhan khusus 1. SD Cinta Kasih menyediakan kuota untuk anak berkbutuhan khusus namun jumlahnya tidak tentu. semua anak 2. Tidak ada tes khusus untuk anak berkebutuhan khusus ketika Menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus PPDB. 1. SD Cinta Kasih mempunyai kebijakan untuk menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus, tetapi saat ini hanya ada anak berkebutuhan khusus dengan tipe slow learner saja. Syarat PPDB 1. Pesyaratan PPDB di SD Cinta Kasih yaitu, akte kelahiran, Kartu Keluarga (C1), usia 7 tahun dan hasil assesmen bagi anak yang berkebutuhan khusus. Sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan 1. SD Cinta Kasih setiap ajaran baru membentuk panitia PPDB yang melibatkan semua guru termasuk GPK, namun peran GPK saat PPDB belum terlihat. Sumber sarana dan prasarana 1. Fasilitas untuk PPDB di SD Cinta Kasih adalah alat tulis dan formulir pendaftaran untuk diisi. 2. Tidak ada fasilitas khusus untuk ABK, hanya ada kursi roda. Sumber daya biaya 1. Sumber biaya PPDB di SD Cinta Kasih yaitu dari anggaran BOS. 2. Tidak ada biaya khusus yang dianggarkan untuk siswa berkebutuhan khusus, tetapi siswa mendapatkan bantuan/subsidi dari sekolah, PKK dan BIP. 112

116 SD Pagi Cerah SD c No. Aspek yang Digali Sub Aspek yang Digali Wawancara 1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak Menyediakan kuota bagi siswa berkebutuhan khusus 1. Kuota yang disediakan untuk anak berkebutuhan khusus di SD Pagi Cerah lebih dari 3 siswa dalam setiap kelas karena jumlah peserta didik yang mendaftar banyak. 2. Tidak ada tes khusus untuk ABK, namun wajib melampirkan Menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus hasil assesmen saat PPDB 1. SD Pagi Cerah tidak menerima semua ABK 2. Tipe ABK yang diterima di SD Pagi Cerah yaitu slow learner, tunagrahita ringan, hiperaktif, dan low vision dengan pertimbangan sekolah tidak memiliki cukup fasilitas untuk tipe ABK yang tergolong berat, seperti tunanetra dll. Syarat PPDB 1. Dokumen yang dipersiapkan oleh peserta didik ketika PPDB yaitu Kartu Keluarga (C1), akte kelahiran, foto, dan hasil assesmen bagi siswa berkebutuhan khusus. Sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan 1. Setiap tahun sekolah membentuk panitian PPDB yang melibatkan semua guru termasuk GPK. 2. Peran GPK ketika PPDB yaitu ikut mendampingi dan berinteraksi dengan ABK sebagai proses assesmen awal. Sumber sarana dan prasarana 1. SD Pagi Cerah menyediakan fasilitas alat pengukur tinggi dan berat badan ketika PPDB. 2. Tidak ada fasilitas untuk anak berkebutuhan khusus. Sumber daya biaya 1. Sumber biaya PPDB berasal dari dana BOS. 2. Siswa berkebutuhan khusus mendapatkan beasiswa dari provinsi sebesar Rp ,00 tiap anak dan digunakan untuk menunjang kebutuhan anak tersebut selama di sekolah SD Harapan Mulia SD d No. Aspek yang Digali Sub Aspek yang Digali Wawancara 1. Penerimaan Peserta Didik Baru Menyediakan kuota bagi siswa 1. SD Harapan Mulia mempunyai kebijakan untuk memberi (PPDB) yang mengakomodasi berkebutuhan khusus kuota bagi ABK maksimal 3 peserta. Namun seiring 113

117 semua anak berjalannya KBM, banyak peserta didik yang terindikasi ABK sehingga sekolah membantu untuk mendapatkan assesmen. Menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus 1. Tidak semua tipe ABK diterima di SD Harapan Mulia karena terkendala pada masalah kurangnya GPK dan fasilitas untuk menanganinya. 2. Tipe ABK yang diterima di SD Harapan Mulia hingga saat ini yaitu slow learner. Syarat PPDB 1. Calon peserta didik yang ABK wajib melampirkan hasil assesmen ketika PPDB. Sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan 1. SD Harapan Mulia membentuk panitian PPDB yang melibatkan semua guru, termasuk GPK. 2. Peran GPK ketika PPDB yaitu menyeleksi tipe-tipe ABK yang bisa diterima di SD Harapan Mulia. Sumber sarana dan prasarana 1. SD Harapan Mulia tidak menyediakan fasilitas umum maupun khusus untuk calon peserta didik. Namun sekolah mempunyai satu kursi roda Sumber daya biaya 1. Sumber biaya untuk PPDB berasal dari BOS sehingga sekolah tidak memungut biaya dari peserta didik. Sekolah juga mempunyai kebijakan untuk seragam orangtua diminta untuk membeli sendiri. 114

118 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Ardika Gea Prabawati, lahir di Gunungkidul pada tanggal 16 Agustus 1996 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Ignatius Prayitna dan Ibu Elisabeth Maryati. Menempuh pendidikan formal TK Kanisius Pulutan lulus pada tahun 2003, dilanjutkan menempuh pendidikan formal di SD Kanisius Pulutan lulus pada tahun 2009, SMP Negeri 1 Wonosari lulus pada tahun 2012, dan SMA Negeri 2 Wonosari lulus pada tahun Peneliti melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Selama menempuh pendidikan S1 PGSD, peneliti mengikuti kegiatan kepanitiaan yang diselenggarakan oleh kampus seperti Inisiasi Fakultas (Infisa), Sport League. Peneliti juga mengikuti seminar umum yang diadakan oleh kampus. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Sekolah Inklusi: Studi Deskriptif. 117

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia agar mampu menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban

Lebih terperinci

Bagaimana? Apa? Mengapa?

Bagaimana? Apa? Mengapa? ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Bagaimana? Apa? Mengapa? PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,

Lebih terperinci

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 SIAPAKAH? ANAK LUAR BIASA ANAK PENYANDANG CACAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia unggul dan kompetitif dalam upaya menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Melalui pernyataan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik yang terjadi pada peradaban umat manusia sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk dapat menerima perbedaan yang terjadi diantara umat manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan proses-proses sosial di dalam masyarakat (Bungin 2006: 48). Dalam lembaga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan proses-proses sosial di dalam masyarakat (Bungin 2006: 48). Dalam lembaga BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Sosial Lembaga sosial adalah sekumpulan tata aturan yang mengatur interaksi dan proses-proses sosial di dalam masyarakat (Bungin 2006: 48). Dalam lembaga sosial ini ada

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS HERRY WIDYASTONO Kepala Bidang Kurikulum Pendidikan Khusus PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 6/9/2010 Herry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga Negara dengan negaranya begitu juga sebaliknya. Hak dan kewajiban ini diatur dalam undang-undang

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Oleh SRI DELVINA,S.Pd NIP. 198601162010012024 SLB NEGERI PELALAWAN KEC. PANGKALAN KERINCI KAB. PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Berkebutuhan Khusus (Children with special needs) atau yang sering disingkat ABK adalah anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang mungkin saja berbeda dan terbentuk dengan cara-cara yang juga beragam. Namun sebagian

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd BEBERAPA ISTILAH ABK ANAK LUAR BIASA ANAK CACAT ANAK TUNA ANAK ABNORMAL ANAK LEMAH INGATAN ANAK IDIOT ANAK BERKELAINAN ANAK BERKEBUTUHAN

Lebih terperinci

SEMINAR TENTANG ABK DISAMPAIKAN DALAM RANGKA KAB. BANDUNG BARAT (10 MEI 2008) OLEH: NIA SUTISNA, DRS. M.Si

SEMINAR TENTANG ABK DISAMPAIKAN DALAM RANGKA KAB. BANDUNG BARAT (10 MEI 2008) OLEH: NIA SUTISNA, DRS. M.Si SEMINAR TENTANG ABK DISAMPAIKAN DALAM RANGKA PELANTIKAN PENGURUS BPOC KAB. BANDUNG BARAT (10 MEI 2008) OLEH: NIA SUTISNA, DRS. M.Si ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS) ABK: ANAK YG MEMPUNYAI

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki kewajiban pada warga negaranya untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada warga negara lainnya tanpa terkecuali termasuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pendidikan menjadi hak bagi setiap individu, bukan hanya individu dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pendidikan menjadi hak bagi setiap individu, bukan hanya individu dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan mengenai Pendidikan Inklusi a. Pengertian Pendidikan Inklusi Pendidikan menjadi hak bagi setiap individu, bukan hanya individu dengan keadaan normal saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adanya perubahan paradigma baru tentang pendidikan, yaitu pendidikan untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas usia, tingkat

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SATUAN PENDIDIKAN JENJANG SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH DASAR LUAR BIASA DI KABUPATEN JEMBER

Lebih terperinci

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam perkembangan anak karena, pendidikan merupakan salah satu wahana untuk membebaskan anak dari keterbelakangan, kebodohan

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA TASIKMALAYA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas dikemukakan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan tersebut berlaku bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu negara memiliki kewajiban untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang normal saja, tetapi juga untuk anak yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu pemerintah

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Nur Hidayati, Sukarno, Lies Lestari PGSD, FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet Riyadi

Lebih terperinci

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK Jurnal Pendidikan Rokania Vol. I (No. 1/2016) 20-26 20 PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK Oleh Nia Purnama Sari Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani

Lebih terperinci

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga ataupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan bertujuan

Lebih terperinci

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG Dewi Anggraeni Iswandia Dr. H. Kusmintardjo, M.Pd Dr. H. A. Yusuf Sobri, S. Sos, M.Pd Administrasi Pendidikan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 1 TENTANG: PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu, setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang berusaha menjangkau semua orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) MENUJU PENDIDIKAN BERMUTU DAN BERTANGGUNG JAWAB

PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) MENUJU PENDIDIKAN BERMUTU DAN BERTANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) MENUJU PENDIDIKAN BERMUTU DAN BERTANGGUNG JAWAB ASPEK LEGAL Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah dalam upaya pemerataan layanan pendidikan untuk menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang berkualitas bagi semua anak di Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk bekal mengarungi samudera kehidupan yang semakin penuh dengan persaingan. Oleh karena itu pendidikan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tesis ini bertujuan untuk menganalisis pelayanan pendidikan inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) 1. Dengan mengambil lokus pada Sekolah Menengah Pertama Negeri

Lebih terperinci

PENANGANAN PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA TUNALARAS YANG BERPERILAKU AGRESIF DI LINGKUNGAN ASRAMA SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI

PENANGANAN PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA TUNALARAS YANG BERPERILAKU AGRESIF DI LINGKUNGAN ASRAMA SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI PENANGANAN PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA TUNALARAS YANG BERPERILAKU AGRESIF DI LINGKUNGAN ASRAMA SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM INKLUSI SD NEGERI KLERO 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG. Tesis

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM INKLUSI SD NEGERI KLERO 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG. Tesis EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM INKLUSI SD NEGERI KLERO 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG Tesis Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Lebih terperinci

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP. 131 755 068 PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) Konsep special education (PLB/Pendidikan Khusus):

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus di Indonesia bila dilihat dari data statistik jumlah Penyandang Cacat sesuai hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2004 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prinsip penyelenggaraan pendidikan yang tercantum pada pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Luar Biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses penbelajaran karena kelainan fisik,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal

Lebih terperinci

MENGENAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

MENGENAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MENGENAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Atien Nur Chamidah Jurs Pend. Luar Biasa Fak. Ilmu Pendidikan UNY atien@uny.c.id Anak berkebutuhan khusus atau yang pada masa lampau disebut anak cacat memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Pendidikan diberikan kepada seorang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta untuk menyiapkan generasi masa kini sekaligus yang akan datang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu anak yang bermasalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Rizki Panji Ramadana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap Warga Negara Indonesia, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Semua anak berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) RINGAN MELALUI PEMBELAJARAAN KOOPERATIF SETTING INKLUSIF SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri Abstrak: Salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1 IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1 Abstract: Artikel ini dimaksudkan untuk membantu para guru dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda perkembangan fisik, mental, atau sosial dari perkembangan

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2017 KEMENRISTEK-DIKTI. Pendidikan Khusus. Pendidikan Layanan Khusus. PT. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46

Lebih terperinci

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DAN GAMBAR SISWA KELAS PERSIAPAN TUNARUNGU WICARA SLBN KENDAL TAHUN 2009 / 2010

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DAN GAMBAR SISWA KELAS PERSIAPAN TUNARUNGU WICARA SLBN KENDAL TAHUN 2009 / 2010 PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DAN GAMBAR SISWA KELAS PERSIAPAN TUNARUNGU WICARA SLBN KENDAL TAHUN 2009 / 2010 SKRIPSI Oleh SUHARDIYANA NIM : X5108532 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya yang dapat mengembangkan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat

Lebih terperinci

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Siapakah?

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Siapakah? Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Siapakah? Anak Berkebutuhan Khusus yang sering disebut anak ABK adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya mengalami kelainan atau penyimpangan apakah

Lebih terperinci

DESKRIPSI MODEL PELAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI KELAS INKLUSI DI SDN 1 KABILA KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL

DESKRIPSI MODEL PELAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI KELAS INKLUSI DI SDN 1 KABILA KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL DESKRIPSI MODEL PELAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI KELAS INKLUSI DI SDN 1 KABILA KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL Oleh OYIS LAWANI NIM 151 411 319 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS

Lebih terperinci

Implementasi Pendidikan Segregasi

Implementasi Pendidikan Segregasi Implementasi Pendidikan Segregasi Pelaksanaan layanan pendidikan segregasi atau sekolah luar biasa, pada dasarnya dikembangkan berlandaskan UUSPN no. 2/1989. Bentuk pelaksanaannya diatur melalui pasal-pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak setiap orang. Begitu pula pendidikan untuk orang orang yang memiliki kebutuhan khusus. Seperti dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KURIKULUM ADAPTIF DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIWANGAN, YOGYAKARTA

PELAKSANAAN KURIKULUM ADAPTIF DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIWANGAN, YOGYAKARTA Pelaksanaan Kurikulum Adaptif... (Isnaini Mukarromah) 908 PELAKSANAAN KURIKULUM ADAPTIF DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIWANGAN, YOGYAKARTA IMPLEMENTATION OF CURRICULUM

Lebih terperinci

FAKTOR - FAKTOR YANG MENINGKATKAN HARGA DIRI PADA REMAJA TUNANETRA DI SEKOLAH INKLUSI SKRIPSI

FAKTOR - FAKTOR YANG MENINGKATKAN HARGA DIRI PADA REMAJA TUNANETRA DI SEKOLAH INKLUSI SKRIPSI FAKTOR - FAKTOR YANG MENINGKATKAN HARGA DIRI PADA REMAJA TUNANETRA DI SEKOLAH INKLUSI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART GUNAWAN WIRATNO, S.Pd SLB N Taliwang Jl Banjar No 7 Taliwang Sumbawa Barat Email. gun.wiratno@gmail.com A. PENGANTAR Pemerataan kesempatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam UUD 1945 dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hak warga negara sebagai sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tercipta sebagai mahluk indvidu dan juga sebagai mahluk sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia memiliki keunikan dan karakteristik

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki atribut fisik dan/atau kemampuan belajar yang berbeda dari anak normal, sehingga membutuhkan program individual dalam

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 28 TAHUN 2017

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 28 TAHUN 2017 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK NEGERI, SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah ditegaskan dalam UU RI 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus

Lebih terperinci

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan di segala bidang, salah satu komponen kehidupan yang harus dipenuhi manusia adalah pendidikan. Pendidikan dalam hal ini adalah konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ;

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ; BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat 1 s.d 4 menyatakan bahwa ; Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY DENGAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI-IIS 6 SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pendidikan adalah hak bagi setiap anak, termasuk anak dengan disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi

Lebih terperinci

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial. Adaptif Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial. Pelatihan Adaptif Program latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan perorangan yang dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945, Amandemen IV Pembukaan, alinea IV yaitu dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif menghargai keberagaman apapun perbedaannya. Pendidikan inklusif berkeyakinan bahwa setiap individu dapat berkembang sesuai dengan potensi yang

Lebih terperinci