SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Fisika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Fisika"

Transkripsi

1 PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE CONCEPT MAPING TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP ANUGRAH PADA MATERI PEMANTULAN CAHAYA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Disusun oleh: Laurensia Dara Asri Sapdari NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 i

2 ii

3 iii

4 HALAMAN PERSEMBAHAN I will uphold you with my righteos right hand. Aku akan memegangmu dengan tangan kanan-ku yang membawa kemenangan. Yesaya 41:10 Karya ini saya persembahkan untuk: 1. Tuhan Yesus Kristus, 2. Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 3. Keluarga Bapak Ignatius Asmi Saptoto dan Mama Immaculata Darini, Maria Goretti Isti Sapdari, serta 4. Teman-teman Program Studi Fisika angkatan iv

5 v

6 vi

7 ABSTRAK Sapdari, Laurensia Dara Asri Pengaruh Penerapan Model pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Concept maping Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas VIII SMP Anugrah Dalam Materi Pemantulan Cahaya. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matemaika dan Ilmu Pengerahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif melalui metode concept maping terhadap minat belajar siswa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah 35 siswa kelas VIII SMP Anugrah. Sebelum dan sesudah diberikan treatmen, siswa diberikan tes. Insturmen tes berbentuk kuesioner untuk mengukur minat sebelum treatmen dan minat sesudah diberikan treatmen. Instrumen dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping yang digunakan dalam proses pembelajaran pada materi pemantulan cahaya terbukti berpengaruh pada minat belajar siswa SMP Anugrah. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung (5,086) > ttabel (2,042) pada analisis uji T. Penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping pada siswa kelas VIII SMP Anugrah pada materi pemantulan cahaya dapat meningkatkan minat belajar siswa. Minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah sebelum diberikan treatmen berada pada kategori tingkat sedang. Hal ini dapat dilihat dari mean data pretest minat belajar yakni sebesar 52,69. Setelah diterapkan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping, minat belajar siswa menjadi meningkat yaitu pada kategori tinggi dengan mean 59,60. Kata kunci: kooperatif, concept maping, minat belajar. vii

8 ABSTRACT Sapdari, Laurensia Dara Asri The Influence of Application of Cooperative Learning Model with Concept Maping Method of Student Interest in Study in Grade VIII SMP Anugrah In Light Reflecting Material. Thesis. Yogyakarta: Physics Education, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. This study aims to figure out how far the influence of application of cooperative learning model with concept maping method is on students interest in study. This is a descriptive quantitative research, involving subjects which consists 35 students of grade VIII SMP Anugrah. Said student are given a test before and after treatments are given. The test is done using questionnaire samples as its main instrument with a purpose of measuring the student s interest in study before and after treatments are given. Instruments are then analiyzed statistically using the SPSS program. The results of this study indicate that the application of cooperative learning with concept maping method used in the learning process on light reflectance material has an effect on students' interest in study in SMP Anugrah. This can be seen from the value of tcount (5,086) > ttable (2,042) in T-test analysis. Application of cooperative learning with concept maping method in grade VIII SMP Anugrah on light reflecting material can increase students interest in study. The interest of students in grade VIII SMP Anugrah before being given treatments are in the category of moderate level. This can be seen from the mean of data pretest students interest in study that is equal to 52,69. After applied cooperative learning with concept maping method, students interest in study become increasing that is in high category with mean 59,60. Keywords: cooperative, concept maping, interest in study. viii

9 KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil disusun berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menuntun, melindungi dan memberi anugerah yang tiada batasnya. 2. Drs. T. Sarkim M,Ed., Ph. D. selaku pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr.Ignatius Edi Santosa,M.S. selaku Ketua prodi pendidikan fisika yang memberikan arahan selama masa menjalani perkuliahan. 4. Drs. Aufridus Atmadi, M. Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama penulis berdinamika di program studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma. 5. Dosen penguji. 6. Seluruh dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh studi. 7. Seluruh karyawan dan staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu penulis selama bergabung bersama Universitas Sanata Dharma. 8. Bapak, Mama, dan Kakakku selaku keluarga yang selalu mendukung, memotivasi, dan mendampingi penulis dalam perjalanannya selama menempuh kuliah. ix

10 x

11 xi

12 xii

13 xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Kuesioner Minat Belajar Siswa Tabel 3. 2 Validasi Kuesioner Tabel 3. 3 Klasifikasi Minat Siswa Tabel 4. 1 Jadwal Penelitian...34 Tabel 4. 2 Jenis Kelamin Responden Tabel 4. 3 Analisis Kelengkapan Isi Concept Maping Tabel 4. 4 Analisis Garis Penghubung dan Kata pada Garis Penghubung Tabel 4. 5 Analisis Deskriptif Minat belajar Pada Aspek Kesukaan Tabel 4. 6 Analisis Deskriptif Minat belajar Pada Aspek Kepuasan Tabel 4. 7 Analisis Deskriptif Minat belajar Pada Aspek Keterlibatan Tabel 4. 8 Analisis Deskriptif Minat belajar Pada Aspek Perhatian Tabel 4. 9 Klasifikasi minat belajar siswa sebelum diberikan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping Tabel Klasifikasi minat belajar siswa sesudah diberikan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping Tabel Hasil Uji T pengaruh model pembelajaran dengan metode concept maping kelas VIII SMP Anugrah pada materi cahaya xiv

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Hukum Pemantulan Cahaya Gambar 2. 2 Pembentukan bayangan pada cermin datar Gambar 2. 3 Jalannya sinar istimewa pada cermin cekung Gambar 2. 4 Pembentukan bayangan pada cermin cekung Gambar 2. 5 Jalannya sinar istimewa pada cermin cembung Gambar 2. 6 Pembentukan bayangan pada cermin cembung Gambar 2. 7 Peta Konsep Pemantulan Cahaya Gambar 4. 1 Concept maping kelompok Gambar 4. 2 Concept maping kelompok Gambar 4. 3 Concept maping kelompok Gambar 4. 4 Concept maping kelompok Gambar 4. 5 Concept maping kelompok Gambar 4. 6 Concept maping kelompok Gambar 4. 7 Concept maping kelompok Gambar 4. 8 Concept maping kelompok xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 Rencana Rancangan Pembelajaran Lampiran 3 Validasi Isi Instrumen Minat Belajar Lampiran 4 Data Kuesioner Minat Belajar Siswa Lampiran 5 Kuesioner Minat Belajar Sebelum Treatmen Lampiran 6 Kuesioner Minat Belajar Sesudah Treatmen Lampiran 7 Dokumentasi xvi

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi belajar dalam Suprijono (2011:2) adalah suatu proses dari kegiatan seperti mengamati, membaca, meniru, mencoba, mendengar, dan mengikuti suatu arah tertentu yang kemudian menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat permanen. Belajar merupakan proses yang rumit yang menimbulkan beberapa kesulitan bagi orang muda maupun orang dewasa (Surjadi, 2012:1). Oleh karena itu dalam mengajar seorang pendidik atau yang biasa disebut dengan guru akan memberikan bimbingan dan membantu siswa dalam menghadapi permasalahan terutama dalam kesulitan siswa dalam belajar di sekolah. Tujuan dari proses belajar dan mengajar di sekolah akan tercapai apabila prestasi belajar siswa yang merupakan hasil belajar siswa memuaskan. Menurut Ahmadi (1991:130) prestasi belajar yang didapat seorang individu adalah hasil dari interaksi berbagai faktor, baik faktor dalam diri (faktor internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal) individu itu sendiri. Faktor dalam diri individu yaitu faktor internal meliputi beberapa faktor yang salah satunya adalah motivasi. Dalam proses belajar, motivasi siswa selama pelajaran dapat dihubungkan dengan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Menurut Wahab (2016:28) minat secara sederhana dapat diartikan sebagai kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap suatu hal. Seperti yang dikatakan Djiwandono (2008:365) ada kalanya siswa harus menguasai mata pelajaran yang bahkan siswa itu sendiri tidak berminat terhadap mata pelajaran tersebut. Faktor minat dalam Hamalik (2013:33) 1

18 2 akan lebih mendorong siswa dalam belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat dan siswa akan merasa bahwa apa yang dipelajari bermakna bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, minat belajar merupakan hal yang diperlukan siswa supaya mendorong dirinya untuk belajar lebih baik sehingga proses belajar dan mengajar disekolah berhasil dan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran tercapai. Mata pelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdiri dari fisika, biologi, dan kimia. Fisika sendiri merupakan ilmu yang memperlajari tentang gejala-gejala alam yang adalah bentuk dari energi. Karena fisika mempelajari tentang gejala alam, fisika masuk kedalam kategori ilmu pengetahuan alam. Menurut Susanto (2013) ilmu pengetahuan alam seperti fisika dapat dengan mudah dipelajari dikarenakan peralatan dan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar dapat dimanfaatkan dan kemajuan-kemajuan teknologi pun awalnya ditemukan dari penemuan sederhana yang ada di lingkungan sekitar. Ilmu fisika sendiri dalam pelajaran IPA sering dianggap sulit, hal ini dikarenakan konsep, rumus yang banyak, dan hitungan dalam pelajaran ini menjadikan siswa kurang berminat dalam belajar pelajaran ini. Ditambah lagi guru yang mengajar dikelas hanya memakai model belajar seperti ceramah. Model tersebut membuat siswa kurang bersemangat dalam pembelajaran sehingga siswa menjadi kurang meminati pelajaran tersebut. Peningkatan minat siswa dapat diupayakan dengan model dan metode guru dalam proses pembelajaran. Banyak model dan metode pembelajaran yang dibuat agar dapat menjadi pilihan dalam mengajar berbagai macam kondisi siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif adalah salah satu metode

19 3 yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran didalam kelas menjadi lebih aktif. Model kooperatif dalam Taniredja (2011:15) merupakan suatu proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara kerja sama. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan mengenai pembelajaran kooperatif adalah mendorong rasa tanggung jawab sosial dan individual siswa, berkembangnya sikap ketergantungan positif, tumbuhnya sikap kesetiakawanan, dan perilaku siswa berkembang kearah suasana demokrasi dalam kelas (Solihatin, 2008). Metode dalam model pembelajaran berkelompok ini juga banyak. Salah satunya adalah dengan metode Concept maping. Menurut Pribadi (2015), strategi concept maping dapat meningkatkan minat belajar dan dalam penelitian Kholida (2015) pembelajaran kooperatif dengan concept maping merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pelajaran fisika. Dengan concept maping siswa juga akan diajak untuk mengetahui konsep-konsep awal sebelum materi dijelaskan oleh guru. Sehingga, model pembelajaran Kooperatif dengan metode Concept maping ini akan membuat pembelajaran yang aktif karena siswa dalam kelompok akan saling berdiskusi, bekerja sama satu dengan yang lainnya, dan dengan concept maping dalam pembelajaran, siswa menjadi lebih mengetahui konsep awal materi sehingga dalam proses pembelajaran akan lebih mudah sehingga siswa dalam proses belajar mengajar akan lebih aktif. Proses belajar mengajar yang aktif akan membuat suasana kelas yang hidup. Menurut Purba (2015) suasana dalam kelas yang hidup dapat meningkatkan minat belajar siswa.

20 4 Cahaya merupakan salah satu materi pada mata pelajaran IPA pada tingkat pendidikan SMP kelas VIII. Dalam bab cahaya, banyak sub bab yang ada di dalamnya seperti pemantulan, pembiasan, dan optik. Ketika belajar mengenai materi cahaya, siswa memerlukan keseriusan dan konsentrasi yang cukup karena dalam materi ini. Pada materi pemantulan cahaya, konsep-konsep pemantulan cahaya harus dapat diterima dengan baik sehingga siswa dapat mengerti dan dapat menentukan pemantulan bayangan. Berdasarkan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Penerapan Model pembelajaran Kooperatif melalui Metode Concept maping Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas VIII SMP Anugrah Dalam Materi Pemantulan Cahaya B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Sejauh mana penerapan model pembelajaran kooperatif melalui metode concept maping dapat mempengaruhi minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah dalam materi pemantulan cahaya C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran kooperatif melalui metode Concept maping terhadap minat siswa kelas VIII SMP Anugrah dalam materi pemantulan cahaya.

21 5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Penelitian ini memberikan wawasan yang lebih kepada peneliti berkaitan dengan sejauh mana penerapan model pembelajaran kooperatif melalui metode Concept maping terhadap minat siswa pada pelajaran fisika kelas VIII. b. Penelitian ini juga memberikan wawasan yang lebih kepada peneliti berkaitan dengan melakukan suatu penelitian dekriptif kualitatif. c. Penelitian ini akan dijadikan bekal untuk peneliti dalam kehidupan selanjutnya dalam bekerja sebagai guru. 2. Bagi pembaca Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya dan juga untuk bahan perbandingan atau tujuan lain yang relevan. 3. Bagi guru a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan guru mengenai bagaimana meningkatkan minat belajar pada pelajaran fisika melalui metode concept maping. b. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan proses pembelajaran.

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Pendidikan yang berkualitas memerlukan sistem pembelajaran yang berkualitas pula. Maka dari itu, dari waktu ke waktu, perkembangan model pembelajaran mengalami perubahan yang bertujuan untuk mencapai pendidikan yang berkualitas. Model kooperatif dalam Taniredja (2011:15) merupakan suatu proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara kerja sama. Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995:2) merupakan suatu pembelajaran yang membuat siswa berada dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu dalam belajar suatu pelajaran. Menurut Stahl dalam Solihatin (2008:5) suatu sistem dimana siswa ditempatkan dalam suatu sistem kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang maksimal dalam belajar. Pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2011:54) adalah jenis kerja kelompok yang pimpin atau diarahkan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memanfaatkan kelompok kecil yang memungkinkan mahasiswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka (Solihatin, 2008). Sehingga, model pembelajaran kooperatif adalah suatu proses pembelajaran dengan menempatkan siswa dalam kelompok sehingga siswa dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang maksimal dalam belajar dengan pengarahan atau instruksi dari guru dalam proses pembelajaran. 6

23 7 Model pembelajaran kooperatif bukan hanya sekedar bekerja dan belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, 5 unsur pembelajaran kooperatif dalam Lie (2010) adalah sebagai berikut: 1. Saling ketergantungan positif Suatu hasil yang maksimal yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran sangat bergantung pada usaha seluruh anggotanya. Untuk itu, kelompok yang tercipta harus bekerja secara efektif. Bukan hanya dari siswa dalam kelompok tetapi juga pengajar atau guru harus membuat kelompok menjadi efektif dengan menyusun tugas yang membuat setiap anggota kelompoknya mengerjakan tugasnya agar teman yang lain bisa mencapai juga tujuan mereka. Cara membangun saling ketergantungan positif dalam Suprijono (2011:59): a) Menumbuhkan perasaan siswa bahwa dirinya terintergitas dalam kelompok dan tujuan dalam kelompok akan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan sehingga anggota kelompok harus bekerjasama dalam mencapai tujuan. b) Penghargaan yang diberikan sama kepada anggota kelompok jika kelompok mereka berhasil dalam mencapai tujuan. c) Membuat tugas kelompok terpecah kepada masing-masing anggota agar tugas selesai setelah anggota kelompok menyatukan tugas yang dikerjakan masing masing.

24 8 d) Anggota kelompok diberikan tugas atau peran yang saling berhubungan, saling mendukung, saling melengkapi, dan saling terikat dengan anggota yang lain dalam kelompok. 2. Tanggung jawab perseorangan Dengan metode kooperatif, siswa akan merasa untuk bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya karena ada tujuan kelompok yang harus dicapai. Dalam kerja kelompok, persiapan guru juga dibutuhkan yaitu pada saat penyusunan tugasnya. Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan menurut Suprijono (2011:60) a) Kelompok jangan dibuat teralalu besar. b) Melalukan assesmen terhadap setiap anggota kelompok. c) Secara acak memilih anggota dalam kelompok untuk mempresentasikan hasilnya kepada guru maupun semua siswa di depan kelas. d) Mengamati seluruh kelompok dan mencatat bagaiman setiap anggota kelompok dalam membantu kelompok. e) Memberi tugas salah satu anggota kelompok untuk berperan sebagi pemeriksa dalam kelompoknya. f) Memberi tugas untuk saling mengajarkan temannya dalam kelompok. 3. Tatap muka Kelompok dibuat agar anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi. Dengan bertemu dan berdusi akan menghasilkan pemikiran yang lebih kaya karena lebih dari beberapa kepala dalam

25 9 memikirkan jalan keluar dari masalah. Dalam kelompok pasti juga memiliki perbedaan seperti latar belakang pengalaman,keluarga, sosial ekonomi, dll. Perbedaan dalamkelompok ini bukan menjadi modal kelompok dan menjadikan kesempatan setiap anggota kelompok untuk mengenal dan belajar untuk menerima satu sama lain. 4. Komunikasi antar anggota Keberhasilan kelompok dalam pembelajaran kooperatif ini bergantung pada kemauan anggota kelompok untuk saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat mereka. Dengan ini, anggota kelompok akan tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan benar seperti cara menyanggah pendapat agar tidak menyinggung perasaan antar anggota kelompok. Proses komunikasi ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan akan memperbanyak pengalaman belajar sertaperkembangan mental dan emosional para siswa. 5. Evaluasi proses kelompok Mengevaluasi proses kerja dalam kelompok sangat diperlukan untuk melihat bagaimana cara kerja setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil dari evaluasi kelompok ini, akan menajdi masukan agar kelompok lebih dapat bekerja sama dengan lebih efektif. Pembelajaran model kooperatif ini memiliki 6 fase antara lain: 1. Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik. Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran dan menyiapkan perserta didik untuk siap belajar.

26 10 2. Present information Menyajikan informasi. Guru memberikan atau mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal atau secaral langsung. 3. Organize student into learning teams Mengorganisir peserat didik kedalam tim-tim belajar. Guru memberikan penjelasan kepada peserta didika cara membagi mereka dalam tim dan membantu peserat didik dalam berpidah masuk ke dalam kelompok. 4. Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar. Guru membantu kelompok belajar dalam mengerjakan tugasnya. 5. Test on the materials Mengevaluasi. Guru menguji hasil dari semua kelompok. 6. Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan. Setelah menguji hasil, guru mengakuiusaha dan prestasi individu atau kelompok atau juga dapat member hadiah sebagai penghargaan. B. Metode Concept maping (Peta konsep) Sebuah model pembelajaran mempunyai banyak pilihan macam metode untuk mencapai tujuan dari model pembelajaran tersebut salah satunya adalah Concept maping. Concept maping menurut Karakuyu (dalam Hayati, 2013) adalah suatu strategi pembelajaran yang membangun jembatan antara orang yang belajar pengetahuan dan pembelajaran yang dipelajari masuk akal. Menurut Pribadi (2015) concept maping adalah sebuah sarana grafis yang gunanya untuk menyusun dan

27 11 mengembangkan sebuah gagasan yang pada dasarnya memperlihatkan konsepkonsep yang terdapat pada kotak atau lingkaran dan saling mempunyai keterkaiatan antara konsep-konsep tersebut. Concept maping sendiri merupakan sebuah cara untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap bahan yang sudah di pelajarinya. Dari beberapa pengertian di atas, maka Concept maping adalah suatu sarana grafis yang berisi struktur konsep-konsep suatu materi pelajaran yang maknanya saling berkaitan. Concept maping memungkinkan siswa untuk memahami hubungan antara konsep-konsep dan siswa akan memahami konsep itu sendiri dengan pemikiran dan pemahaman mereka miliki (Davies, 2011:280). Dengan menggunakan pemahaman siswa itu sendiri, materi yang dipelajari akan lebih mudah dimengerti oleh siswa tersebut. Concept maping berguna untuk membantu siswa dalam meningkatkan pembelajaran yang memiliki makna dan pemahaman konseptual dalam materi pembelajaran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan termasuk Fisika (Hayati, 2013). Dengan membuat concept maping siswa dapat mengetahui konsep materi diawal pertemuan, sehingga akan memudahkan siswa dalam belajar dan siswa akan lebih senang dalam belajar kemudian dalam pembelajaran siswa akan menjadi lebih aktif. B.1 Ciri-Ciri Concept maping Menurut Trianto yang dilansir dalam situs wawasanpendidikan.com mengemukakan ciri-ciri peta konsep adalah sebagai berikut: 1. Concept maping atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep dan proposisi suatu bidang studi seperti IPA dan

28 12 Matematika. Sehingga dengan menggunakan metode ini, siswa dapat mempelajari dengan lebih jelas bidang studi tersebut. 2. Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari salah satu bidang studi dan memperlihatkan hubungan yang proporsional antara konsepkonsep. 3. Bobot konsep berbeda-beda yang berarti ada konsep yang lebih inklusif daripada konsep yang lainnya. 4. Bila dua atau lebih konsep digambarkan dari bawah konsep yang lebih inklusif maka akan terbentuk suatu hierarki pada konsep tersebut. B.2 Tujuan Concept maping Peta konsep dalam pengajaran dibuat dengan berbagai tujuan antara lain: 1. Untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki sebelumnya oleh siswa sehingga guru lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dikelas. 2. Untuk membantu siswa dalam belajar sehingga siswa dapat mengerti/memahami benar apa yang dipelajari pada saat mereka belajar. 3. Untuk mengurangi resiko pengertian konsep yang salah. Konsep yang salah muncul karena adanya kaitan antara konsep-konsep yang menyebabkan proporsi yang kurang tepat. 4. Sebagai alat evalusasi dalam pembelajaran.

29 13 B.3 Jenis-Jenis Concept maping Concept maping atau peta konsep memiliki beberapa jenis, menurut Nur dalam (Syarif,2011:15) ada empat macam yaitu: 1. Network Tree (Pohon Jaringan) Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, beberap kata lain dihubungkan dengan garis penghubung dan garis penghubung disetai dengan kata-kata yang mewakili hubungan dari antar konsep-konsep tersebut. Mulailah dengan konsep atau ide dari umum kekhusus. Pohon jaringan cocok untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: a. Menunjukan sebab akibat b. Suatu hierarki c. Prosedur yang bercabang d. Istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan 2. Event Chain (Rantai Kejadian) Jenis peta konsep rantai kajadian dapat digunakan untuk menunjukkan suatu urutan kejadian, langkah-langkah suatu prosedur yang linier, dan tahapan suatu proses. 3. Cycle Concept Map (Peta Konsep Siklus) Peta konsep siklus merupakan jenis peta konsep yang tidak menghasilkan suatu akhir. Kejadian pada akhir rantai tersebut terhubung kembali kekejadian awaldan begitu seterusnya.

30 14 4. Spider Concept Map (Peta Konsep Laba-laba) Peta konsep ini sangat cocok untuk ide-ide yang berasal dari ide sentral pada saat curah pendapat. Pada curah pendapat, ide-ide bercampur aduk sehingga peta konsep jenis ini cocok. Jenis ini cocok untuk memvisualisasikan hal-hal: a. Hasil curah pendapat. b. Tidak menurut hierarki. c. Kategori tidak paralel. B.4 Menyusun Concept maping Hal-hal yang dipersiapkan dalam melakukan concept maping ini antara lain: 1. Guru menyiapkan potongan kartu-kartu yang sudah bertulisakan konsep utama. 2. Guru memberikan potongan-potongan kartu yang telah ditulisi konsep utama kepada siswa. 3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba berfikir dan membuat suatu peta yang kemudian digambarkan menjadi hubungan antarkonsep. 4. Memastikan siswa membuat garis penghubung dan memberikan kata atau kalimat yang menjelaskan hubungan antar konsep tersebut sehingga kalimat tersebut menunjukan asumsi yang dibagun oleh siswa dalam menjelaskan hubungan antar konsep.

31 15 C. Minat C.1 Pengertian Minat Menurut Lufri (2001: 121) minat adalah istilah yang dipakai dalam dua arti: 1. Fungsional Secara fungsional, minat dapat diartikan sebagai suatu hal yang menunjukkan pengalaman emosi yang dihubungkan dengan perhatian atau fokus terhadap objek maupun tindakan. 2. Struktural Secara structural, minat dapat diartikan sebagai elemen maupun suatu hal dalam sikap individu yang didapatkan karena faktor hereditas maupun dipelajari. Minat secara sederhana dapat diartikan sebagai kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap suatu hal (Wahab, 2016). Minat merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri sehingga semakin dekat hubungan tersebutakan semakin besar minatnya (Putri, 2017:6). Hal ini berarti seseorang yang menerima suatu hal baru yang berasal dari luar dirinya dan atas dasar keinginannya dan apabila hubungan dengan hal tersebut semakin dekat berarti seseorang tersebut memiliki minat yang besar. Ketika seseorang merasa ada suatu hal yang bermanfaat, seseorang akan menyukai dan fokus terhadap suatu hal tersebut dan kemudian seseorang tersebut memiliki minat kepada hal tersebut. Seorang siswa yang memiliki tujuan dalam belajar suatu mata pelajaran akan mengerti dan merasakan bahwa

32 16 mata pelajaran tersebut bermanfaat bagi dirinya sehingga siswa tersebut akan meminati pelajaran tersebut dan menumbuhkan minat belajarnya. Dari beberapa definisi di atas,dapat disimpulkan bahwa minat adalah sikap ketertarikan individu terhadap suatu hal dimana hal tersebut merupakan hal yang bermanfaat bagi dirinya dan kemudian hal itu akan diperhatikan, difokuskan, dan dipelajari dengan tanpa paksaan dan rasa senang. Sehingga minat belajar adalah sikap ketertarikan individu untuk belajar dimana belajar merupakan suatu hal yang bermanfaat bagi dirinya dan kemudian individu tersebut akan belajar dengan tanpa paksaan dan rasa senang. C.2 Faktor-faktor timbulnya minat Menurut Wetherrington dalam (Putra, 2012) Minat dapat bersumber dari faktor internal yaitu dalam diri seseorang dan juga dari faktor eksternal yaitu dari luar diri seseorang. Minat merupakan sebab akibat dari pengalaman yang telah dialami oleh seseorang. Untuk mengetahui besarnya minat belajar siswa dapat diukur dengan beberapa faktor seperti menurut Safari (dalam Gulo,2016) : 1. Kesukaan Kesukaan terhadap sesuatu yang dirasakan oleh seseorang biasanya disebabkan oleh adanya minat. Siswa yang berminat pada suatu mata pelajaran akan menyukai pelajaran tersebut. Semangat dan tujuan mengikuti pelajaran tersebut dan tujuan dalam belajar merupakan cara yang dapat dilihat jika siswa suka terhadap pelajaran tersebut.

33 17 2. Kepuasan Kepuasan siswa dapat terlihat dari reaksi siswa setelah guru mengajar di kelas. Reaksi yang diberikan seperti siswa merasa berhasil dalam belajar dan menemukan manfaat dalam proses belajar dan timbul tasa ingin tahu yang besar. 3. Keterlibatan Keterlibatan dalam belajar dapat terlihat dari respon ditunjukan oleh siswa. Siswa berusaha memahami pelajaran yang diberikan dengan bertanya dan menanggapi guru merupakan suatu keterlibatan dalam belajar. Dengan demikian, siswa akan memiliki inisiatif dan keinginan untuk belajar. 4. Perhatian Minat siswa yang dimiliki terhadap mata pelajaran tertentu akan cenderung memberikan perhatian yang besar terhadap pelajaran itu. Dengan perhatiannya ini, siswa akan lebih berkonsentrasi dalam belajar dan akhirnya siswa memiliki kemauan dalam belajar. Sehingga, perhatian merupakn faktor yang penting dalam mengikuti kegiatan pembelajaran agar kegiatan tersebut menjadi baik dan hal ini akan berpengaruh terhadap minat siswa dalam belajar. Dengan faktor-faktor diatas dapat dibuat indikator untuk mengukur minat belajar siswa. Indikator ini disusun dengan berdasarkan aspek minat siswa. Aspek yang dimaksud minat siswa adalah faktor-faktor yang telah dijelaskan diatas.

34 18 D. Pemantulan Cahaya Cahaya merupakan materi dalam pelajaran IPA kelas VIII SMP. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yaitu gelombang yang tidak memerlukan medium ketika merambat. Oleh karena itu cahaya matahari dapat sampai ke bumi dan memberikan kehidupan didalamnya. Setiap benda yang memancarkan cahaya disebut sumber cahaya dan setiap benda yang tidak dapat memancarkan cahaya disebut benda gelap. Benda tembus cahaya adalah benda yang dapatmeneruskan cahaya yang diterimanya. Contohnya adalah kaca, air jernih. Sedangkan benda tak tembus cahaya adalah benda yang tidak dapat meneruskan cahaya yang diterimanya. Contohnya kayu, besi, dan tanah. Ciri-ciri cahaya yaitu cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat dibiaskan. Pemantulan Cahaya A. Hukum Pemantulan Cahaya 1. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar. 2. Sudut datang sama dengan sudut pantul Gambar 2. 1 Hukum Pemantulan Cahaya

35 19 Cahaya yang mengenai permukaan bening dan rata akan dipantulkan secara teratur oleh permukaan tersebut. Tetapi, cahaya yang permukaannya tidakrata akan dipantulkan secara tidak teratur yang biasanya disebut dengan pemantulan baur. B. Pemantulan pada cermin datar Pada cermin datar, sinar datang yang mengenai cermin akan dipantulkan. Jika sinar datang tegak lurus terhadap cermin akan dipantulkan tegak lurus cermin. Gambar 2. 2Pembentukan bayangan pada cermin datar Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar yaitu: 1. Sama besar 2. Tegak 3. Berkebalikan 4. Jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan ke cermin 5. Maya

36 20 C. Pemantulan pada cermin cekung Pada cermin cekung bayangan yang dibentuk merupakan perporongan sinarpantul datau merupakan perpotongan dari perpanjangan sinar pantul. Terdapat 3 sinar istimewa pada cermin cekung: 1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus 2. Sinar datang melalui titik fokusakan dipantulkan sejajar sumbu utama. 3. Sinar datang melaluipusat kelengkungan akan dipantulkan kembali melalui pusat kelengkungan cermin. Gambar 2. 3 Jalannya sinar istimewa pada cermin cekung

37 21 Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung: a. Benda di ruang I : maya, tegak, diperbesar. b. Benda di ruang II : nyata, terbalik, diperbesar. c. Benda di ruang III : nyata, terbalik, diperkecil. Gambar 2. 4 Pembentukan bayangan pada cermin cekung

38 22 D. Pemantulan pada cermin cembung Sinar-sinar istimewa yang dimiliki cermin cembung: 1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus. 2. Sinar datang seolah-oleh menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama. 3. Sinar datang yang menuju pusat kelengkungan cermin, akan dipantulkan seolah-olah berasal dari pusat kelengkungan yang sama. Gambar 2. 5 Jalannya sinar istimewa pada cermin cembung

39 23 Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung adalah maya, tegak, diperkecil. Gambar 2. 6 Pembentukan bayangan pada cermin cembung Hubungan titik fokus,jarak benda, dan jarak bayangan di rumuskan sebagai berikut: 1 f = s 0 s 1 Dimana, f s 0 s 1 = jarak fokus = jarak benda = jarak bayangan

40 24 Perbesaran dapat dirumuskan sebagai berikut: M = s 1 s 0 = h 1 h 0 Dimana, M = perbesaran h 1 = tinggi bayangan h 0 = tinggi benda

41 Sifat bayangan 25 CONCEPT MAPING Cahaya Menunjukan fenomena partikel gelombang mengalami pemantulan pembiasan Jenis cermin cermin datar cermin lengkung Terdiri dari Sinar istimewa cermin cekung cermin cembung Sinar istimewa 1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus. 2. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama 3. Sinar datang melalui pusat kelengkungan akan dipantulkan kembali melalui pusat kelengkungan 1. sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus 2. sinar datang seolah-olah datang dari titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama 3. sinat datang melalui pusat kelengkungan cermin, akan dipantulkan kembali seolaholah dari pusat kelengkungan yang sama Sifat bayangan Sifat bayangan sama besar, tegak, maya tergantung letak benda pada ruang I, II, III,atau IV maya, tegak, diperkecil Rumus Rumus θ = θ h = h s = s 1 f = 1 S S 1 M = S 1 S 0 = h 1 h 0 Gambar 2. 7 Peta Konsep Pemantulan Cahaya

42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif Data kuantitatif yang didapatkan berupa skor dari kuesioner nilai minat belajar yang didiskripsikan. Data kuantitatif yaitu kuesioner nilai minat belajar awal siswa dan kuesioner nilai minat belajar akhir siswa. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil topik tentang penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping untuk meningkatkan minat siswa kelas VIII pada pelajaran Fisika yang dilaksanakan di SMP Anugrah pada bulan April- Mei Peneliti melakukan penelitian ini karena ingin mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping dapat meningkatkan minat siswa kelas VIII SMP Anugrah pada materi pemantulan cahaya. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Menurut Suparno (2011:6) populasi adalah kumpulan pengukuran tentang sesuatu yang dapat diidentifikasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Anugrah. 26

43 27 2. Sampel Sampel adalah himpunan bagian dari suatu populasi, kumpulan dari beberapa anggota populasi yang mempresentasikan populasi tersebut (Suparno, 2011:6). Sampel dalam penelitian ini adalah 35 siswa kelas VII SMP Anugrah. D. Metode Pengumpulan Data Data diperoleh dengan memberikan kuesioner tentang minat belajar fisika sebelum dan sesudah diberikan pengajaran model kooperatif dengan metode concept maping kepada siswa SMP Anugrah kelas VIII pada materi pemantulan cahaya. E. Instrumen Penelitian Instrumen Pengukuran Minat Belajar yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang dibentuk berupa kuesioner/angket yang kemudian diberikan kepada objek penelitian sebelum dan sesudah diberikan pengajaran dengan model kooperatif dengan metode concept maping. Item pertanyaan dalam kuesioner dibuat dari instrumen yang dibentuk dari faktor-faktor pengukur minat belajar. Item-item pada kuesioner diadaptasi dari penelitian Putri, 2017.

44 28 Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Kuesioner Minat Belajar Siswa No. Aspek Indikator Contoh Pertanyaan Jumlah Butir Soal Nomer Soal 1. Kesukaan Ketertarikan pada ilmu Ketertarikan pada guru Adanya yang dicapai tujuan ingin 2. Kepuasan Keberhasilan dalam pelajaran Menemukan manfaat dalam proses belajar 3. Keterlibatan Mempunyai ini siatif dalam belajar 4. Perhatian Konsentrasi dalam belajar Kemauan dalam belajar Saya lebih senang menjadi ahli bidang ilmu alam dari pada ilmu lainnya. Guru matapelajaran IPA seringkali lebih menyenangkan daripada guru,matapelajaran lain Saya belajar fisika untuk mempersiapkan diri masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya. Setelah mengikuti pelajaran fisika, saya jadi tahu hubungan antara konsep-konsep fisika dengan hal-hal yang ada dalam kehidupan seharihari. Menurut saya pelajaran fisika lebih bermanfaat di kehidupan sehari-hari. Saya bertanya jika ada hal yang belum saya mengerti atau kurang jelas. Saya jarang mengobrol pada saat guru menjelaskan. Saya belajar fisika karena keinginan saya sendiri. 5 1, 2, 3, 4, 5 3 6, 7, 8 3 9, 10, , 15, , , 20

45 29 F. Validitas Instrumen Valid menurut Sugiyono (2009:172) berarti instrumen yang dibuat tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang memang seharusnya diukur. Validitas Instrumen validasi isi divalidasi oleh Drs. T. Sarkim M,Ed., Ph. D. selaku dosen pembimbing. Validasi Instrumen juga divalidasi dengan diuji coba ke 15 orang siswa yang kemudian diolah menggunakan SPSS. Hasil validasi yang didapat setelah diolah menggunakan spss adalah sebagai berikut: Tabel 3. 2 Validasi Kuesioner Nomer Soal rxy rtabel Keterangan 1 0,721 0,514 Valid 2 0,196 0,514 Tidak Valid 3 0,188 0,514 Tidak Valid 4 0,675 0,514 Valid 5 0,033 0,514 Tidak Valid 6 0,190 0,514 Tidak Valid 7 0,816 0,514 Valid 8 0,631 0,514 Valid 9 0,370 0,514 Tidak Valid 10 0,546 0,514 Valid 11 0,761 0,514 Valid 12 0,709 0,514 Valid 13 0,626 0,514 Valid 14 0,522 0,514 Valid

46 30 Nomer Soal rxy rtabel Keterangan 15 0,770 0,514 Valid 16 0,505 0,514 Tidak Valid 17 0,493 0,514 Tidak Valid 18 0,671 0,514 Valid 19 0,516 0,514 Valid 20 0,803 0,514 Valid Dari 20 item pertanyaan didapat hasil 13 item valid dan 7 item yang tidak valid. 7 item yang tidak valid tersebut kemudian divalidasi oleh dosen pembimbing dengan mengganti pertanyaan. Setelah itu, kuesioner dipakai oleh peneliti untuk penelitian. G. Teknik Analisis Data G.1 Skoring hasil kuesioner Kusioner yang telah diisi oleh sampel penelitian kemudian dianalisis dengan diberikan skor. Untuk pertanyaan positif jawaban SS skornya 4 (empat), jawaban S skornya 3 (tiga), jawaban TS skornya 2 (dua), dan jawaban STS diberi nilai 1 (satu). Untuk pertanyaan negatif jawaban SS skornya 1 (satu), jawaban S skornya 2 (dua), jawaban TS skornya 3 (tiga), dan jawaban STS diberi nilai 4 (empat). G.2 Klasifikasi tingkat minat siswa terhadap pelajaran fisika Untuk mengetahui besar tingkat minat siswa maka hasil dari penskoran akan diklasifikasikan. Jumlah total item pertanyaan adalah 20 item, maka:

47 31 1. Skor untuk tiap siswa Skor minimal = 1 x 20 = 20 Skor maksimal = 4 x 20 = 80 Range = = Pembagian interval Skor kemudian akan diklasifikasikan dalam 5 interval, maka lebar intervalnya adalah 60 : 5 = 12. Maka, skor yang diperoleh diklasifikasikan seperti tabel 3.3 Tabel 3. 3 Klasifikasi Minat Siswa No. Interval Skor Variabel Minat Klasifikasi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang G.3 Uji T Setelah diberi skor kemudian untuk melihat bagaimana pengaruh setelah diberi pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping digunakan uji T dengan menggunakan SPSS. 17. Uji T yang dilakukan adalah T-Test Dependent. Menurut Suparno (2011:87) Uji T dependent dapat digunakan untuk mengetes satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

48 32 1. Merumuskan hipotesis H0 Penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping tidak berpengaruh positif pada minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah H1 Penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping berpengaruh positif pada minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah 2. Menentukan tingkat signifikansi (α) Tingkat signifikansi (α) menunjukan peluang kesalahan yang ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak dan mendukung H0. Penggunaan tingkat signifikansi beragam, tergantung keinginan peneliti, tingkat signifikansi yang umumnya digunakan yaitu 0,01 (1%), 0,05 (5%), 0,10 (10%). Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0.05 (5%) 3. Penentuan thitung dan ttabel 4. Mengambil keputusan a. Jika H0 diterima, maka H1 ditolak berarti penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping tidak berpengaruh positif pada minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah. b. Jika H0 ditolak, maka H1 diterima berarti penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping berpengaruh positif pada minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah.

49 BAB IV DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April Penelitian ini dilakukan di SMP Anugrah Jakarta Pusat. Dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif melalui metode concept maping terhadap minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah dalam materi cahaya, penelitian di awali dengan penyusunan instrumen yang digunakan untuk pengukuran minat belajar pada siswa pada saat penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengawali dengan memberikan surat ijin penelitian kepada kepala sekolah pada tanggal 3 April Pada hari itu juga, pihak sekolah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian. Kepala sekolah juga memberikan pilihan waktu untuk peneliti melaksanakan penelitian karena bulan April, siswa kelas 9 akan melaksanakan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) sehingga kelas 8 belajar di rumah. Setelah diijinkan oleh pihak sekolah, peneliti kemudian berkomunikasi dengan guru IPA yang mengampu mata pelajaran IPA dikelas 8E untuk menentukan kapan pengambilan data dapat dilakukan. Setelah menyesuaikan materi yang diberikan oleh peneliti dan jadwal pelajaran IPA kelas 8E yang akan dijadikan subjek penelitian didapat tanggal penelitian sebagai berikut: 33

50 34 Tabel 4. 1 Jadwal Penelitian No Hari, tanggal Jam ke- Waktu Pertemuan 1. Senin,30 April Rabu, 2 Mei Jumat, 4 Mei Dalam pelaksanaan pengambilan data selama 3 pertemuan siswa yang datang lengkap yaitu 35 siswa. 1. Pertemuan I Pertemuan pertama dilalukan pada hari Senin, 30 April 2018 pada jam pelajaran ke 4-5 dimulai dengan memberikan kuesioner minat sebelum penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping. Setalah siswa mengisi lembar kuesioner, agar Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dan IPK tercapai peneliti menjelaskan materi tentang cahaya. Setelah itu, praktikan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping. Peneliti memberikan arahan bagaimana cara membuat concept maping yaitu dengan mencari konsep apa saja yang berhubungan dengan pemantulan cahaya, kemudian setelah mendapatkan konsep-konsep siswa menuliskan konsep tersebut kemudian membuat garis-garis penghubung antar konsep serta menuliskan kata pada garis-garis penghubung. Kemudian, siswa dibagi dalam 8 kelompok yang kelompok 1-3 beranggotakan 5 siswa dan kelompok 4-8 beranggotakan 4 siswa. Siswa secara berkelompok

51 35 membuat concept maping tentang materi pemantulan cahaya di kertas yang sudah peneliti berikan. Siswa diperbolehkan mencari materi untuk membuat concept maping dari buku paket dan juga dari internet yang dapat diakses menggunakan telepon genggam. Dalam proses pembuatan concept maping, peneliti berjalan ke kelompok-kelompok untuk melihat proses dan mengingatkan untuk membuat garis penghubung dan kata pada garis penghubung. Setelah semua kelompok selesai, kelompok mempresentasikan hasil concept maping yang telah dibuat di depan kelas. Peneliti dan siswa secara bersama menanggapi hasil kerja kelompok siswa. Diakhir pertemuan, peneliti dan siswa menyimpulkan materi pada pertemuan ini. 2. Pertemuan II Pada pertemuan ke II sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, peneliti membagikan concept maping yang telah siswa buat sehingga pada saat peneliti jelaskan materi siswa dapat sambil melihat concept maping yang mereka buat pada pertemuan I untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Kemudian peneliti menjelaskan materi cahaya IPK (Indikator Pencapaian Kompetensi) sampai Materi cahaya IPK sampai membahas tentang pemantulan pada cermin datar, pemantulan pada cermin cekung serta sifat bayangan yang terbentuk pada cermin datar dan cermin cekung. Setelah menjelaskan materi, siswa secara berkelompok menyelesaikan latihan soal yang diberikan oleh peneliti.

52 36 Siswa perwakilan siswa menuliskan jawaban dipapan tulis depan kelas. Pada akhir pertemuan ini, guru dan siswa menyimpulkan materi yang sudah di pelajari pada pertemuan hari ini. 3. Pertemuan III Pertemuan ke III penelitian dilakukan hanya 1 jam pelajaran yaitu 45 menit karena disesuaikan dengan jadwal pelajaran kelas. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, peneliti kembali membagikan concept maping yang telah siswa buat sehingga pada saat peneliti jelaskan materi siswa dapat sambil melihat concept maping yang mereka buat pada pertemuan I untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung seperti pertemuan ke II. Kemudian, peneliti menjelaskan materi cahaya IPK sampai Materi cahaya IPK sampai membahas tentang pemantulan pada cermin cekung, sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cembung, dan hubungan perbesaran bayangan, titik fokus, jarak benda, jarak bayangan. Setelah peneliti menjelaskan, siswa menyelesaikan latihan soal secara berkelompok dan kemudian perwakilan siswa menuliskan jawaban latihan soal di papan tulis depan kelas. Peneliti dan siswa mengecek jawaban bersama-sama. Setelah itu, peneliti dan siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Diakhir pertemuan, praktikan memberikan kuesioner minat sesudah penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping.

53 37 B. Data B.1 Jumlah Responden Responden yang diambil adalah dari 1 kelas yang jumlahnya sebayak 35 siswa. B.2 Analisis Karakteristik Responden Pada analisa ini, responden diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin. Tabel 4. 2 Jenis Kelamin Responden No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase 1. Laki-laki 22 62,86 % 2. Perempuan 13 37,14 % Total % Jenis kelamin responden yang dapat dilihat pada tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 22 siswa atau 62,86 % dan sisanya berjumlah 13 siswa atau sebesar 37,14 % adalah perempuan. B.3 Jumlah Data yang Diperoleh Data yang diperoleh adalah 70 data kuesioner yang terdiri dari 35 data pretest yaitu sebelum peneliti memberi model pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping dan 35 data post-test yaitu sesudah peneliti memberi model pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping dan 8 gambar

54 38 concept maping yang telah dibuat siswa secara berkelompok yang terdiri dari 4 dan 5 siswa. Data kuesioner yang berupa skor dapat dilihat pada bagian lampiran. Berikut adalah beberapa concept maping yang dibuat oleh siswa.

55 39 Gambar 4. 1 Concept maping kelompok 1

56 40 Gambar 4. 2 Concept maping kelompok 2

57 41 Gambar 4. 3 Concept maping kelompok 3

58 42 Gambar 4. 4 Concept maping kelompok 4

59 43 Gambar 4. 5 Concept maping kelompok 5

60 44 Gambar 4. 6 Concept maping kelompok 6

61 45 Gambar 4. 7 Concept maping kelompok 7

62 46 Gambar 4. 8 Concept maping kelompok 8 C. Analisis Data C.1 Analisis Concept maping Concept maping yang dibuat siswa dalam kelompok dianalisis tentang kelengkapan isi, garis penguhubung konsep dan kata atau kalimat pada garis penguhung. Analisis isi, dapat dilihat pada tabel kelengkapan isi concept maping pada tabel 4.3

63 47 Tabel 4. 3 Analisis Kelengkapan Isi Concept Maping Isi concept maping Kel Menunjukan fenomena Cahaya mengalami/ sifat cahaya Jenis cermin Sinar istimewa Cermin cekung Cermin cembung Cermin datar Sifat bayangan Cermin cekung Cermin cembung Rumus Keterangan 1 Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak lengkap Menambahkan manfaat cermin. 2 Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada - 3 Ada Ada Ada Ada Ada Ada 4 Ada Ada Ada Tidak tepat 5 Ada Ada Ada Ada Tidak tepat Tidak Lengkap Tidak Ada Tidak tepat Tidak tepat Ada Ada Tidak lengkap Tidak Ada - Menambahkan manfaat cermin Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada - 6 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada 7 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak lengkap 8 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Menambahkan manfaat cermin Menambahkan manfaat cermin Menambahkan manfaat cermin

64 Pada tabel 4.3 dapat dilihat dari 8 kelompok, kelompok 1 menuliskan 6 isi concept maping yang terdiri dari sifat cahaya sebagai gelombang, jenis cermin, sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung, sifat bayangan pada cerin datar dan rumus. Kelompok 1 juga menambahkan manfaat cermin datar, cekung, dan cembung pada concept mapingnya. Tidak ada rumus perbesaran bayangan pada concept maping ini sehingga rumus yang ditulis tidak lengkap. Cahaya menunjukan fenomena partikel dan gelombang, sifat bayangan pada cermin cekung dan cembung tidak disertakan dalam isi concept maping kelompok 1 ini. Concept maping kelompok 2 menuliskan 3 dari 9 isi concept maping ini yaitu cahaya menunjukan fenomena partikel dan gelombang, sifat cahaya, dan jenis cermin saja. Kelompok 3 menuliskan semua isi concept maping ini. Tetapi, sifat cahaya pada cermin cekung yang dituliskan tidak tepat dan rumus yang dituliskan kurang lengkap hanya ada 1 rumus. Kelompok 4 menuliskan 7 isi dari concept maping yaitu menunjukan fenomena, sifat cahaya, jenis cermin, sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung, sifat bayangan pada cermin cekung dan cembung. Kelompok juga menambahkan manfaat cermin. Tetapi, sinar istimewa yang ditulis tidaklah tepat. Pada sinar istimewa pada cermin cekung, kelompok menuliskan tentang pembisan bukan pemantulan dan pada sinar istimewa pada cermin cembung 48

65 49 kelompok tidak menuliskan secara lengkap dan jelas. Rumus tidak dituliskan dalam concept maping ini. Concept maping kelompok 5 menuliskan 6 dari 9 kelengkapan isi yang terdiri dari menunjukan fenomena, sifat cahaya sebagai gelombang, jenis cermin, dan sinar istimewa. Namun, sinar istimewa yang ditulikan tidaklah lengkap. Sifat bayangan dan rumus tidak dituliskan oleh kelompok pada concept maping ini. Kelompok 6 menuliskan 8 dari 9 kelengkapan isi. Kelompok juga menuliskan manfaat cermin. Kelompok hanya tidak menuliskan rumus pada lembar concept maping. Concept maping kelompok 7 menuliskan semua isi concept maping. Kelompok juga menuliskan manfaat cermin. Namun, kelompok hanya menuliskan rumus perbesaran bayangan saja. Kelompok 8 membuat concept maping dengan meliputi 7 kelengkapan isi konsep maping. Kelompok menuliskan rumus dengan lengkap dan juga menuliskan manfaat cermin. Kelompok belum menuliskan sifat bayangan pada cermin cekung.

66 50 Tabel 4. 4 Analisis Garis Penghubung dan Kata pada Garis Penghubung Kel Garis Penguhubung Kata/Kalimat pada Garis penghunung 1 Garis penghubung dibuat dengan jelas. Garis menghubungkan antar konsep dengan benar. 2 Garis penguhubung dibuat dengan benar yang menunjukan antar konsep. 3 Garis penguhubung dibuat dengan jelas. Garis menghubungkan antar konsep dengan benar. 4 Garis penghubung dibuat dengan jelas. Garis menghubungkan antar konsep dengan benar. 5 Garis penghubung sudah menunjukan hubungan antar konsep. 6 Garis penguhubung sudahmenunjukan hubungan antar konsep. 7 Garis penghubung dibuat dengan jelas dan mengubungkan antar konsep dengan benar. 8 Garis penghubung masih belum jelas dalam menunjukan hubungan antar konsep Ada tetapi tidak pada semua garis penghubung. Hanya ada 1 kata pada konsep maping kelompok ini. Terdapat kata penghubung tiap garisnya untuk menunjukan hubungan antar konsep. Terdapat kata penghubung padagaris penghubung tetapi tidak semua garis peghubung ada. Terdapat kata pada garis pengubung namun tidak disemua garis penghubung. Terdapat kata pada garis penghubung. Ada kata pada garis penghubung yang menunjukan hubungan antar konsep Hanya ada 1 kata pengubung dalam konsep maping kelompok ini. C.2 Analisis Deskriptif Minat Belajar Tabel 4. 5 Analisis Deskriptif Minat belajar Pada Aspek Kesukaan No. Indikator Item x Pre x Post Ketertarikan Belajar fisika membuat saya lebih 1 pada Ilmu mengetahui alam. 2,71 2,91 0,20 2 Saya lebih tertarik menjelaskan fenomena sosial daripada fenomena alam. 2,34 2,37 0,03

67 51 No. Indikator Item x Pre x Post 3 Saya lebih sering memperoleh pengetahuan baru dari pelajaran fisika daripada dari matapelajaran lain. 2,51 2,66 0,14 4 Saya lebih senang menjadi ahli bidang ilmu alam dari pada ilmu sosial. 2,49 2,66 0,17 5 Saya lebih senang membaca buku tentang pengetahuan dalam bidang IPA daripada buku pengetahuan dalam bidang lain (hiburan/sastra/politik/kebudayaan). 2,11 2,29 0, Ketertarikan pada guru Guru matapelajaran IPA seringkali lebih menyenangkan daripada guru,matapelajaran lain. Ketika guru saya menjelaskan materi pelajaran fisika rasa ingin tahu saya sering kali timbul. 3,17 3,43 0,26 2,83 3,03 0,20 8 Saya senang dengan cara mengajar guru saya saat ini. 3,31 3,63 0, Adanya tujuan yang ingin dicapai Saya lebih mendahulukan belajar fisika daripada belajar matapelajaran lain. Saya belajar fiisika untuk mempersiapkan diri masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya. 2,11 2,46 0,34 2,57 2,80 0,23 11 Saya senang bekerja terkait dengan ilmu alam (dokter, fisikawan,insinyur) dari pada ilmu sosial (politik, ekonomi, hukum). 2,51 2,66 0,14 Pada tabel 4.5, dapat dilihat semua nilai rata-rata item pada aspek kesukaan mengalami peningkatan. Rata-rata selisih nilai item posttest dan pretest tertinggi sebesar 0,34 pada indikator adanya tujuan yang ingn dicapai,

68 52 berarti penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping pada materi cahaya siswa lebih mendahulukan belajar fisika daripada belajar matapelajaran lainnya. Sedangkan nilai rata-rata selisih posttest dan pretest terkecil sebesar 0,03 pada indikator ketertarikan ilmu dengan item soal bernilai negatif yaitu siswa lebih tertarik menjelaskan fenomena sosial daripada fenomena alam. Tabel 4. 6 Analisis Deskriptif Minat belajar Pada Aspek Kepuasan No. Indikator Item x Pre x Post Setelah mengikuti pelajaran fisika, saya jadi tahu hubungan antara 1 konsep-konsep fisika dengan halhal yang ada dalam kehidupan 3, ,15 Keberhasilan terhadap sehari-hari. pelajaran Menurut saya pelajaran fisika lebih 2 bermanfaat dikehidupan seharihari. 2, ,09 Dari tabel 4.6 dapat diketahui nilai rata-rata sebelum traetment dan sesudah treatment meningkat. Selisih nilai rata-rata terbesar sebesar 0,15 yaitu Setelah treatment diberikan, siswa jadi tahu hubungan antara konsep-konsep fisika dengan hal-hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selisih nilai ratarata terkecil sebesar 0,09 dengan item soal menurut saya pelajaran fisika lebih bermanfaat dikehidupan sehari-hari.

69 53 Tabel 4. 7 Analisis Deskriptif Minat belajar Pada Aspek Keterlibatan No. Indikator Item x Pre x Post Saya selalu mencatat hal-hal 1 penting selama pelajaran fisika berlangsung. 2,91 3,20 0,29 Mempunyai inisiatif Saya bertanya jika ada hal yang 2 dalam belum saya mengerti atau kurang 2, ,12 belajar jelas. 3 Saya termasuk murid yang aktif dalam matapelajaran fisika 2, ,29 Dari tabel 4.7 selisih nilai rata-rata terbesar adalah 0.29 dan ada pada 2 item yaitu saya selalu mencatat hal-hal penting selama pelajaran fisika berlangsung dan saya termasuk murid yang aktif dalam matapelajaran fisika, berarti setelah treatment ini siswa menjadi lebih aktif dan lebih selalu mencatat hal-hal penting selama pelajaran fisika berlansung. Selisih nilai rata-rata terkecil adalah 0,12 dengan item saya bertanya jika ada hal yang belum saya mengerti atau kurang jelas. Tabel 4. 8 Analisis Deskriptif Minat belajar Pada Aspek Perhatian No. Indikator Item x Pre x Post Di dalam pelajaran fisika saya 1. lebih serius daripada ketika mengikuti pelajaran lain. 2,37 2,74 0,37 2. Konsentrasi dalam belajar Saya jarang mengobrol pada saat guru menjelaskan. 2,23 2,51 0, Kemauan dalam belajar Ketika ada soal saya akan mencoba mengerjakan sampai bisa. 2,91 2,97 0,06 Saya belajar fisika karena keinginan saya sendiri. 2,66 2,74 0,08

70 54 Dari tabel 4.8 dapat dilihat selisih rata-rata terbesar adalah sebesar 0,37 pada aspek konsentrasi dalam belajar dan itemnya adalah didalam pelajaran fisika saya lebih serius daripada ketika mengikuti pelajaran lain. Dan selisih rata-rata terkecil adalah 0,06 pada aspek kemauan dalam belajar dengan item ketika ada soal saya akan mencoba mengerjakan sampai bisa. C.3 Analisis Data Pretest Minat Belajar Siswa Berdasarkan data yang diperoleh dari pengisian kuesioner minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah, minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah sebelum diberikan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4. 9 Klasifikasi minat belajar siswa sebelum diberikan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping No. Interval skor variabel minat Klasifikasi Frekuensi Prosentase (%) Sangat Tinggi 1 2, Tinggi Sedang 27 77, Rendah Sangat Rendah 0 0 Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa skor terbanyak minat belajar siswa sebelum diberikan model pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping berada pada klasifikasi sedang dengan prosentase 77,147 % yang terdapat pada interval skor dengan frekuensi 27 siswa. Skor rata-rata minat belajar siswa sebelum diberikan model pembelajaran kooperatif dengan

71 55 metode concept maping diperoleh 52,69 sehingga masuk dalam klasifikasi sedang. C.4 Analisis Data Posttest Minat Belajar Siswa Setelah dilakukan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping, didapat data yang diperoleh dari pengisian kuesioner minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah. Minat belajar sesudah dilakukan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping dapat dilihat pada tabel 4.10 Tabel Klasifikasi minat belajar siswa sesudah diberikan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping No. Interval skor variabel minat Klasifikasi Frekuensi Prosentase (%) Sangat Tinggi 1 2, Tinggi 20 57, Sedang Rendah Sangat Rendah 0 0 Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa skor terbanyak minat belajar siswa setelah diberikan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping berbeda dari sebelum diberikan model pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping. Data terbanyak berada pada klasifikasi tinggi dengan prosentase 57,143 % yang terdapat pada interval skor dengan frekuensi 20 siswa. Skor rata-rata minat belajar siswa sebelum diberikan model pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping diperoleh 59,60 sehingga masuk dalam klasifikasi tinggi.

72 56 C.5 Analisis Uji T Data minat belajar siswa yang diperoleh dari kuesioner pretest yaitu sebelum diberikan model pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping dan posttest yaitu sesudah diberikan model pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping yang diisi oleh 35 siswa sehingga diperoleh 70 data. Untuk melihat adanya pengaruh penerapan model pembelajaran dengan metode concept maping kelas VIII SMP Anugrah, maka data yang sudah berupa skor dianalisis dengan Uji T dependent yang olah menggunakan program SPSS17. Berikut adalah hasil Uji T untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran dengan metode concept maping kelas VIII SMP Anugrah. Tabel Hasil Uji T pengaruh model pembelajaran dengan metode concept maping kelas VIII SMP Anugrah pada materi cahaya 1. Perumusan Hipotesis H0 Penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping tidak berpengaruh positif pada minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah pada materi cahaya. H1 Penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping berpengaruh positif pada minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah pada materi cahaya.

73 57 2. Penentuan Tingkat Signifikansi Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 5% dan kepercayaan sebesar 95%. Sehingga nilai sig(2 tailed) < Nilai sig yang didapat adalah.000 karena sig 2 tailed (.000) < 0.05 berarti ada hubungan yang signifikan sebelum treatment yaitu sebelum penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping dan sesudah penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping. 3. Penentuan thitung dan ttabel Hasil perhitungan thitung dan ttabel tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping terhadap minat siswa kelasviii SMP Anugrah pada materi cahaya adalah -5,086 dan 2, Pengambilan Keputusan Keputusan diambil berdasarkan perhitungan thitung dan ttabel adalah H0 ditolak kerena thitung (5,086) > ttabel (2,042) 5. Pengambilan Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil karena H0 ditolak dan H1 diterima adalah Penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping berpengaruh positif terhadap minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah pada materi cahaya.

74 58 D. Pembahasan Gambar concept maping yang dibuat oleh siswa adalah jenis concept maping yaitu network tree atau pohon jaringan. Setiap kelompok membuat concept maping sesuai dengan apa yang anggota kelompok itu dapat dari sumber informasi yaitu buku paket dan internet. Dari gambar concept maping tersebut dapat ketahui bahwa 5 dari 8 kelompok dapat menunjukan hubungan-hubungan tentang pemantulan cahaya secara tersusun sehingga membentuk hierarki. Dua dari delapan kelompok membuat concept maping dengan isi yang lengkap. Lima dari delapan kelompok menambahkan manfaat cermin dalam kehidupan dalam concept maping yang mereka buat. Tetapi 6 dari 8 kelompok tidak menuliskan isi concept maping secara lengkap. Tiga dari delapan kelompok tidak membuat concept maping dengan rapih sehingga agak sulit untuk melihat hubungan-hubungan. Secara keseluruhan, pada saat kelompok mempresentasikan concept maping yang telah dibuat, anggota dalam kelompok dapat mempertanggung jawabkan gambar yang telah mereka buat. Dalam petemuan selanjutnya juga, hasil concept maping yang telah dibuat siswa digunakan untuk proses pelajaran. Sehingga dalam pelajaran, siswa semakin aktif dan lebih mudah berinteraksi dengan guru selama pelajaran yang disampaikan sehingga siswa menjadi lebih tertarik kepada pelajaran dan kelas menjadi lebih aktif. Berdasarkan hasil uji T pada tabel 4.11 menunjukan bahwa pengaruh penerapan model kooperatif dengan metode concept maping didapat nilai thitung (5,086) > ttabel (2,042) dengan taraf signifikansi 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti penerapan kooperatif dengan metode concept maping berpengaruh positif

75 59 terhadap minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah pada materi pemantulan cahaya. Hasil mean atau nilai rata-rata sebelum penerapan model kooperatif dengan metode concept maping dan sesudah model kooperatif dengan metode concept maping didapat -3,914. Nilai rata-rata sebelum treatment adalah 52,69 dan nilai rata-rata sesudah treatment sebesar 59,60 selisihnya adalah 3,91 yang berarti treatment memberikan pengaruh positif pada minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah pada materi pemantulan cahaya. Klasifikasi minat siswa kelas VIII SMP Anugrah sebelum dan sesudah diberikan penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping dapat dilihat pada tabel 4.7 dan 4.8. Sebelum diberikan treatment, minat siswa kelas VIII SMP Anugrah berada pada nilai interval dengan tingkat klasifikasi yang sedang. Sedangkan setelah dilakukan treatment minat siswa kelas VIII SMP Anugrah berada pada interval dengan tingkat klasifikasi tinggi. Sehingga, setelah penerapan model kooperatif dengan metode concept maping kepada siswa SMP Anugrah pada materi cahaya ini dapat meningkatkan rata-rata minat siswa dari sedang menjadi tinggi. Penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping yaitu suatu proses pembelajaran dengan menempatkan siswa dalam kelompok untuk menggambar suatu gambar yang berisi struktur konsep-konsep suatu materi pelajaran yang maknanya saling berkaitan, minat belajar belajar yang terdiri dari 4 aspek yaitu kesukaan, kepuasan, keterlibatan, dan perhatian bisa menjadi lebih meningkat. Berdasarkan tabel 4.6 sampai 4.9 semua item yang dibuat berdasarkan indikator beberapa aspek minat belajar mengalami peningkatan.

76 60 Pada aspek kesukaan yaitu tabel 4.6 item dengan nilai terbesar adalah saya lebih mendahulukan belajar fisika daripada belajar mata pelajaran lain dengan dan indikator pada item tersebut adalah adanya tujuan yang ingin dicapai. Dengan kenaikan nilai rata-rata pada indikator ini berarti salah satu dari 5 unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif tercapai. Dalam kelompok yang terbentuk, setiap anggota yang diberi pekerjaan masing-masing anggota dalam mencari konsep akan bekerja secara efektif sehingga perasaan saling bergantung positif kepada anggota kelompok akan terbentuk karena masing-masing anggota kelompok mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan untuk menyelesaikan tugas membuat concept maping. Dalam aspek kesukaan, item dengan nilai selisih terendah adalah saya lebih tertarik menjelaskan fenomena sosial dari pada fenomena alam. Item ini adalah item pertanyaan negatif yang berarti saya lebih tertarik menjelaskan fenomena alam dari pada fenomena sosial. Hal ini dapat disebabkan karena siswa sebagai manusia cenderung selalu memiliki relasi dengan individu lain seperti keluarga, teman, dan masyarakat hal ini menyebabkan mereka lebih menyadari fenomena sosial daripada fenomena alam sehingga mereka lebih tertarik untuk menjelaskan fenomena sosial. Concept maping yang dikerjakan siswa dalam kelompok merupakan jenis network tree atau Pohon jaringan. Pohon jaringan menunjukkan suatu hierarki dan istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan. Pada aspek kepuasan yaitu pada tabel 4.7 item dengan nilai terbesar adalah setelah mengikuti pelajaran fisika, saya jadi tahu hubungan antara konsep-konsep fisika dengan hal-hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan indikatornya adalah

77 61 keberhasilan dalam pelajaran. Dengan kenaikan ini, salah satu tujuan dari concept maping yang adalah untuk membantu siswa dalam mengetahui konsep-konsep dan membantu siswa dalam belajar sehingga siswa dapat mengerti benar apa yang dipelajari saat mereka belajar sehingga siswa dapat berhasil dalam belajar tercapai. Pada aspek kepuasan, item dengan nilai terendah adalah menurut saya pelajaran fisika lebih bermanfaat dikehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, siswa diajak untuk lebih mengenal fisika yang mempunyai manfaat dalam kehidupan sehari-hari hanya pada materi pemantulan cahaya saja sehingga siswa belum mengetahui manfaat fisika untuk kehidupan sehari-hari pada materi fisika lainnya. Aspek keterlibatan merupakan salah satu aspek yang sangat dibutuhkan untuk guru untuk menyambungkan komunikasi guru kepada siswa. Pada aspek keterlibatan yang terdapat pada tabel 4.8 item dengan nilai terbesar adalah saya selalu mencatat hal-hal penting selama pelajaran fisika berlangsung dan saya termasuk murid yang aktif dalam matapelajaran fisika. Dua item ini merupakan item dari indikator mempunyai inisiatif dalam belajar. Dalam membuat concept maping materi pemantulan cahaya secara berkelompok, siswa menuliskan konsepkonsep pemantulan cahaya secara ringkas dan dalam membuat concept maping ini, siswa juga menjadi lebih aktif dalam mengutarakan pendapat dan juga bertanya kepada anggota kelompoknya. Dalam pembelajaran juga siswa aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana dari guru sehingga siswa lebih senang dalam pembelajaran dan siswa juga mencatat hal-hal penting selama pelajaran berlangsung. Pada aspek ini, item dengan nilai selisih terendah adalah saya bertanya jika ada hal yang belum saya mengerti atau kurang jelas. Hal ini dapat disebabkan

78 62 karena peneliti yang pada masa penelitian masih belum memiliki relasi yang dekat dengan siswa, sehingga siswa masih canggung dalam bertanya hal yang belum jelas. Pada aspek perhatian tabel 4.9 item dengan nilai terbesar adalah didalam pelajaran fisika saya lebih serius daripada ketika mengikuti pelajaran lain, item ini terbentuk dari indikator konsentrasi dalam belajar. Pelajaran fisika khususnya pemantulan cahaya memerlukan konsentrasi yang cukup dalam belajar karena banyaknya garis ketika menggambar seperti proses pembentukan bayangan yang memerlukan perhatian serius agar dapat mengerti, dengan membuat concept maping sebelum masuk pada materi, siswa akan terlebih dahulu memahami hubungan konsep-konsep yang ada. Sehingga, dalam proses belajar dikelas, siswa yang sudah mengerti konsep awal akan lebih tertarik dalam pelajaran sehingga mereka lebih aktif dan serius dalam pembelajaran. Pada aspek perhatian, item dengan selisih terendah adalah ketika ada soal saya akan mencoba mengerjakan sampai bisa. Hal ini bisa disebabkan karena siswa kadang mempunyai rasa putus asa ketika ia tidak dapat mengerjakan soal sehingga siswa kadang tidak ingin mencoba kembali soal tersebut. Belajar dalam kelompok dengan membuat concept maping membuat siswa merasa bahwa bukan hanya dirinya sendiri yang mempunyai tujuan tertapi kelompok mempunyai tujuan sehingga mereka akan saling membantu sehingga tujuan kelompok akan tercapai. Belajar kelompok juga membuat siswa yang kurang mengerti akan bertanya kepada teman sekelompoknya atau dengan guru yang menjelaskan materi. Bekerja dalam kelompok dengan metode concept maping

79 63 siswa akan lebih memahami konsep materi apa yang akan dipelajari sehingga dalam pembelajaran mereka lebih aktif. Keaktifan dalam pembelajaran dikelas ini membuat siswa merasa lebih senang dan kemudian siswa lebih memiliki semangat dalam belajar sehingga minat belajar siswa meningkat.

80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah minat belajar siswa kelas VIII SMP Anugrah sebelum diberikan pembelajaran kooperatif dengan concept maping berada pada kategori tingkat sedang dengan mean data pretest minat belajar yakni sebesar 52,69 dan setelah diterapkan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping, minat belajar siswa menjadi meningkat yaitu pada kategori tinggi dengan mean 59,60. B. Saran Dalam penelitian ini, masih mempunyai keterbatasan yang nantinya dapat diperbaiki pada penelitian selanjutya. Keterbatasannya antara lain: 1. Penelitian ini hanya menganalisis minat belajar siswa. Dimana bertujuan untuk mengetahui pengatruh minat belajar siswa setelah penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode concept maping. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih dalam untuk mengetahui pengaruhnya pada pemahaman siswa. 2. Penelitian ini siswa hanya membuat concept maping satu kali yaitu pada saat pertemuan pertama sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan siswa juga membuat concept maping 64

81 65 setelah materi yang diajarkan selesai agar dapat dilihat perkembangan sesudah diberikan pembelajaran dengan concept maping.

82 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Davies, Martin Cncept mapping, mind mapping, and argument mapping: what are the differences and do they matter?. High Educ, 62: Djiwandono, Sri Esti Wuryani Psikologi Pendidikan,Cetakan ke-4. Jakarta: Grasindo Gulo, Yosefin Sulistyawantic Minat Siswa SMA Kelas XI IPA Terhadap Mata Pelajaran Fisika di Kabupaten Nias Barat. Skripsi.Yogyakarta: USD Hamalik, Omar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hayati, Nur Perbandingan Strategi Pembelajaran Mind Map dan Concept Map Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Sawit Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013, Skripsi. Surakarta: UMS Kholida, S. Ida Penerapan Model Kooperatif Dengan Metode Peta Konsep Pada Pokok Bahasan Gerak Melingkar Untuk Menuntaskan Hasil Belajar Siswa di MA Sabilul Muttaqien.. Jurnal Pemikiran Penelitian dan Sains, Vol 3. No 6, Hal Lie, A. (2002). COOPERATIVE LEARNING Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo. Lufri Pengaruh Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah Yang Dikombinasikan Dengan Peta Konsep Terhadap Minat Mahasiswa Pada Materi Dan Metode Pembelajaran. Journal Pancaran Pendidikan, Vol. 17. No. 57. Hal Pribadi, Benni A Implementasi Stategi Peta Konsep (Concept Mapping) Dalam Program Tutorial Teknik Penulisan Artikel Ilmiah Bagi Guru. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol 16. No 2, Hal

83 67 Purba, H Pengaruh Layanan Penguasaan Konten (Pembelajaran) Dalam Mengatasi Siswa Yang Kurang Minat Belajar dikelas VIII SMP Negeri Percut Sei Tuan Medan Tahun Ajaran 2013/2014, Skripsi. Medan: UNM. Putra, Ardyansah Pengaruh Mnat dan Motivasi Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakulikuler Seni Musik Terhadap Prestasi Belajar Seni Budaya di SMPN 1 Wates, Skripsi. Yogyakarta: UNY Putri, Katarina Arum Kusumaning. Korelasi Antara Minat Belajar Dengan Prestasi Belajar Kinematika Pada Siswa SMA Kelas XI Jurusan IPA Di Kota Metrodan Kota Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2016/2017, Skripsi. Yogyakarta: USD Sarea, Syahrul Peta Konsep (Consept Mapping). Ciri-Ciri-Tajuan-Pembuatan-dan-Langkah-Langkah-Pembuatan-Consept- Mapping.html diakses tanggal 6 April 2018, 07:55 WIB Slavin, Robert E Cooperative Learning: theory, research,and practice. 2nd edition. Boston: Allyn and Bacon. Solihatin, E., & Raharjo COOPERATIVE LEARNING Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Suparno, Paul Pengantar Statistik untuk Pendidikan dan Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Suprijono, Agus Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Belajar. Surjadi, A. (2012). Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: Mandar maju Susanto, Agus; dkk IPA FISIKA Jilid 2 Kelas VIII SMP. Jakarta: Erlangga Syarif, Yudi Pemanfaatan peta konsep (concept mapping) untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang IndeksHarga dan inflasi

84 68 (Penelitian Tindakan Kelas Di MAN 1 Tarumajaya Bekasi). Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Taniredja, T. H., Faridli, M. E., & Harmianto, S. (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: CV. ALFABETA Wahab, Rohmalina Psikologi Belajar, Cetakan ke-2. Jakarta: Rineka Cipta Wasis, Sugeng Yuli Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

85 69 LAMPIRAN

86 70 Lampiran 1 Lampiran Surat Ijin Penelitian

87 71

88 72

89 73 Lampiran 2 Rencana Rancangan Pembelajaran RENCANA RANCANGAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP Strada Mardi Utama 1 Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/II Materi Pokok : Optika Sub Materi : Cahaya (Pemantulan Cahaya) Alokasi Waktu : 5x45 menit A. Standar kompetensi 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari B. Kompetensi Dasar 6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. C. Indikator Siswa dapat menjelaskan pengertian cahaya Siswa dapat menyebutkan hukum pemantulan cahaya Siswa dapat menjelaskan pematulan cahaya pada cermin datar Siswa dapat menjelaskan pemantulan cahaya pada cermin cekung Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung

90 Siswa dapat menjelaskan pemantulan cahaya pada cermin cembung Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung Siswa dapat menghitung hubungan perbesaran bayangan, titik fokus, jarak benda, jarak bayangan. D. Materi Cahaya dianggap sebagai gelombang dan cahaya dianggapsebagai partikel. Cahaya sebagai gelombang. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yaitu gelombang yang tidak memerlukan medium ketika merambat. Oleh karena itu cahaya matahari dapat sampai ke bumi dan memberikan kehidupan didalamnya. Setiap benda yang memancarkan cahaya disebut sumber cahaya dan setiap benda yang tidak dapat memancarkan cahaya disebut benda gelap. Benda tembus cahaya adalah benda yang dapatmeneruskan cahaya yang diterimanya. Contohnya adalah kaca, air jernih. Sedangkan benda tak tembus cahaya adalah benda yang tidak dapat meneruskan cahaya yang diterimanya. Contohnya kayu, besi, dan tanah. Ciri-ciri cahaya yaitu cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat dibiaskan. Pemantulan cahaya A. Hukum Pemantulan Cahaya 3. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar. 4. Sudut datang sama dengan sudut pantul Cahaya yang mengenai permukaan bening dan rata akan dipantulkan secara teratur oleh permukaan tersebut. Tetapi, cahaya yang permukaannya tidakrata akan dipantulkan secara tidak teratur yang biasanya disebut dengan pemantulan baur.

91 75 B. Pemantulan pada cermin datar Pada cermin datar, sinar datang yang mengenai cermin akan dipantulkan. Jika sinar datang tegak lurus terhadap cermin akan dipantulkan tegak lurus cermin. Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar yaitu: 6. Sama besar 7. Tegak 8. Berkebalikan 9. Jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan ke cermin 10. Maya C. Pemantulan pada cermin cekung Pada cermin cekung bayangan yang dibentuk merupakan perporongan sinarpantul datau merupakan perpotongan dari perpanjangan sinar pantul. Terdapat 3 sinar istimewa padacermin cekung: 4. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus 5. Sinar datang melalui titik fokusakan dipantulkan sejajar sumbu utama. 6. Sinar datang melaluipusat kelengkungan akan dipantulkan kembali melalui pusat kelengkungan cermin. Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung: d. Benda di ruang I : maya, tegak, diperbesar. e. Benda di ruang II : nyata, terbalik, diperbesar. f. Benda di ruang III : nyata, terbalik, diperkecil. g. Benda berada di pusat kelengkungan : nyata, terbalik, sama besar. D. Pemantulan pada cermin cembung Sinar-sinar istimewa yang dimiliki cermin cembung 4. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus. 5. Sinar datang seolah-oleh menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama. 6. Sinar datang yang menuju pusat kelengkungan cermin, akan dipantulkan seolah-olah berasal dari pusat kelengkungan yang sama.

92 76 Sifat-sifat bayangan yang dibentukoleh cermin cembung adalah mayategak diperkecil. berikut: Hubungan titik fokus,jarak benda, dan jarak bayangan di rumuskan sebagai 1 f = s 0 s 1 Dimana, f = jarak fokus s 0 = jarak benda s 1 = jarak bayangan Perbesaran dapat dirumuskan sebagai berikut: Dimana, M = s 1 s 0 = h 1 h 0 M = perbesaran h 1 = tinggi bayangan h 0 = tinggi benda E. Metode Pembelajaran 1. Model : Pembelajaran Kooperatif 2. Metode : Concept Maping

93 77 F. Langkah-langkah Pertemuan 1 No. Kegiatan Waktu 1. Kegiatan Pendahuluan Guru mengabsen peserta didik Guru menanyakan mengapa benda dapat terlihat ditempat yang terang? 2. Kegiatan Inti Eksplorasi - Guru menjelaskan pengertian cahaya. - Guru membagi siswa dalam 8 kelompok. - Guru melibatkan peserta didik untuk mencari informasi tentang cahaya yang akan dibahas dari berbagai sumber. Elaborasi - Siswa berdiskusi dalam kelompk tentang informasi yang didapatkan. - Siswa membuat Concept Maping dalam kelompok - Siswa mempresentasikan hasil Concept Maping yang telah dibuat di depan kelas Konfirmasi - Guru menanggapi hasil kerja yang dipresentasikan oleh siswa Penutup 15 menit 60 menit 15 Guru menanyakan apakah ada yang belum dimengerti. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari pada pertemuan hari ini menit Pertemuan 2 No. Kegiatan Waktu 1. Kegiatan Pendahuluan 15 Guru mengabsen peserta didik Guru menanyakan apa yang kita pelajari pada saat pertemuan kemarin? Guru membawa sendok dan menanyakan bagaimakah bayangan kita pada saat kita bercermin pada sisi cekung sendok? menit

94 78 Guru menyebutkan tujuan pembelajaran pada pertemuan kali ini 2. Kegiatan Inti Eksplorasi - Guru membagi lembar concept maping yang telah dibuat - Guru menjelaskan materi pemantulan cahaya pada cermin datar dan cermin cekung - Siswa mengikuti penjelasan guru dengan melihat lembar concept maping yang mereka buat pada pertemuan sebelumnya - Guru memberikan latihan soal kepada siswa berkaitan dengan materi yang diajarkan Elaborasi - Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan latihan soal yang diberikan oleh guru - Siswa maju ke depan menuliskan jawaban dari latihan soal yang diberikan oleh guru Konfirmasi - Guru dan siswa mengecek jawaban bersamasama Penutup menit Guru menanyakan apakah ada yang belum dimengerti. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari pada pertemuan hari ini. menit Pertemuan 3 No. Kegiatan Waktu 1. Kegiatan Pendahuluan Guru mengabsen peserta didik Guru menanyakan apa yang kita pelajari pada saat pertemuan kemarin? Guru membawa sendok dan menanyakan bagaimakah bayangan kita pada saat kita bercermin pada sisi cembung sendok? Guru menyebutkan tujuan pembelajaran pada pertemuan kali ini 2. Kegiatan Inti Eksplorasi 10 menit 25 menit

95 79 - Guru membagi lembar concept maping yang telah dibuat - Guru menjelaskan materi pemantulan cahaya pada cermin cembung - Siswa mengikuti penjelasan guru dengan melihat lembar concept maping yang mereka buat pada pertemuan sebelumnya - Guru memberikan latihan soal kepada siswa berkaitan dengan materi yang diajarkan Elaborasi - Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan latihan soal yang diberikan oleh guru - Siswa maju ke depan menuliskan jawaban dari latihan soal yang diberikan oleh guru Konfirmasi - Guru dan siswa mengecek jawaban bersamasama Penutup 10 Guru menanyakan apakah ada yang belum dimengerti. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari pada pertemuan hari ini. menit

96 80 Lampiran 3 Validasi Isi Instrumen Minat Belajar

97 81

98 82

99 83 Lampiran 4 Data Kuesioner Minat Belajar Siswa TABEL DATA POSTTEST KUESIONER MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP MARDI UTAMA 1 NO NOMER ABSEN ITEM

100 84 TABEL DATA PRETEST KUESIONER MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP MARDI UTAMA 1 NO NOMER ABSEN ITEM Lampiran 5 Kuesioner Minat Belajar Sebelum Treatmen

101 85

102 86

103 87

104 88

105 89 Lampiran 6 Kuesioner Minat Belajar Sesudah Treatmen

106 90

107 91

108 92

109 93 Lampiran 7 Dokumentasi

110 94

111 95

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH : SUCI SEKARWATI NIM F15111030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 3 Cibalong Kabupaten Tasikmalaya JURNAL

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 3 Cibalong Kabupaten Tasikmalaya JURNAL Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 3 Cibalong Kabupaten Tasikmalaya JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG Oleh: IIS INDAH WIJAYANTI NIM. 13321698 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA KONSEP SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 16 TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA KONSEP SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 16 TASIKMALAYA JURNAL PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA KONSEP SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 16 TASIKMALAYA JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR FISIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN MEKANISTIK DAN METODE PEMBELAJARAN ANIMASI

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR FISIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN MEKANISTIK DAN METODE PEMBELAJARAN ANIMASI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR FISIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN MEKANISTIK DAN METODE PEMBELAJARAN ANIMASI TESIS Diajukan kepada Program Pasca sarjana Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* )

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* ) IMPLEMENTATION OF THINK TALK WRITE TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL IN HUMAN EXCRETION SYSTEM CONCEPT IN 11 th GRADE SCIENCE CLASS OF 8 th PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOL AT TASIKMALAYA Anggarini Puspitasari*

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Jenis Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian a. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus pada peserta didik kelas

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA NEGERI 1 PONOROGO KELAS X-8 PADA MATERI OPTIKA TAHUN

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 65 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah : SD Negeri Mangunsari 02 Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) : V / II : Cahaya dan Sifat-Sifatnya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh Pahala Alalam Kayana

SKRIPSI. Disusun untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh Pahala Alalam Kayana PENGARUH METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL (CD INTERAKTIF) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD N CABAK KECAMATAN JIKEN KABUPATEN BLORA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan

Lebih terperinci

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University 1 THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL WITH STRUCTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) APPROACH TO IMPROVE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN CLASS VII 3 SMP NEGERI 16 SIJUNJUNG Nadhilah Andriani

Lebih terperinci

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! LAMPIRAN Tahap I : Menggambarkan garis normal dari bidang batas yang datar No. Soal No. Soal 1. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data

Lebih terperinci

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto The Effect of Model Cooperative Learning Type of Take and Give in the Students Learning Result on The Depends Each Other in Ecosystem Concept in 7 th Grade of the 16 th Public Junior High School at Tasikmalaya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Soal. c) sinar datang menuju pusat kelengkungan. a) sinar datang sejajar sumbu utama. b) sinar datang menuju fokus

Lampiran 1. Soal. c) sinar datang menuju pusat kelengkungan. a) sinar datang sejajar sumbu utama. b) sinar datang menuju fokus L A M P I R A 26 Lampiran 1. Soal Tahap Soal Kartu Tugas Kartu Tugas 1 Kartu Tugas 2 Kartu Tugas 3 1. Gambarkan arah sinar pantul, garis normal serta sudut datang dan sudut pantulnya jika sinar datang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan data demi tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti yang bersangkutan. Oleh sebab itu untuk memperolehnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemetaan Konsep Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas, objek-objek,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEAKTIFAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 OLEH EKO BUDIONO K4308085 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) 50 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) Yunie Nurhazannah SMP Negeri 21 Pontianak E-mail: yunienurhazannah@gmail.com

Lebih terperinci

Oleh: ANDREAS CHRISTANTO PERMADI

Oleh: ANDREAS CHRISTANTO PERMADI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS DI KELAS XI IPA SMA KARTIKA WIJAYA SURABAYA Oleh: ANDREAS CHRISTANTO

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematis 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai sebuah interaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh: Kurnia Nawangsari NIM S

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh: Kurnia Nawangsari NIM S UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE WORD SQUARE PADA SISWA KELAS I UMAR BIN KHATTAB SD AL AZHAR SYIFA BUDI SOLO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA Luqman Nizar Aditya 1, Siti Khabibah 2 Pendidikan Matematika 1, FMIPA 1, UNESA 1 Just.lies26@gmail.com 1, khabibah_khabibah@yahoo.com

Lebih terperinci

Oleh : RISKA DWI JAYANTI Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : RISKA DWI JAYANTI Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 1 BADEGAN Oleh : RISKA DWI JAYANTI 12321545 Skripsi ini

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DISERTAI METODE PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA 3 MAN 1 JEMBER Mukhammad Irwansyah

Lebih terperinci

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL Oleh Etik Khoirun Nisa NIM 090210102023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA PRESENTASI POWER POINT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS IV SDLB BINA PUTRA SALATIGA SEMESTER II TAHUN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh YUNI CHRISNAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETUAHAN ALAM

SKRIPSI. Oleh YUNI CHRISNAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETUAHAN ALAM PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMAK DIPONEGORO BLITAR POKOK BAHASAN PEMBIASAN CAHAYA SKRIPSI Oleh YUNI CHRISNAWATI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata pelajaran yang yang bersifat abstrak, sehingga dituntut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain embedded di mana metode kualitatif dan kuantitatif dipergunakan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN STRATEGI QUESTION STUDENT HAVE BERBANTUAN ANIMASI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH :

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN STRATEGI QUESTION STUDENT HAVE BERBANTUAN ANIMASI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN STRATEGI QUESTION STUDENT HAVE BERBANTUAN ANIMASI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH : TARI PURNAMA SARI NIM F15111012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN

Lebih terperinci

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X1 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA YLPI P-MARPOYAN PEKANBARU (Applied

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Lokasi Penelitian Subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah siswa kelas XI IPS di SMA PGII 2 Bandung. Sekolah tersebut terletak di Jalan Pahlawan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN PERSEPSI CARA MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL KOGNITIF BELAJAR FISIKA SISWA SMA

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN PERSEPSI CARA MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL KOGNITIF BELAJAR FISIKA SISWA SMA HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN PERSEPSI CARA MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL KOGNITIF BELAJAR FISIKA SISWA SMA Skripsi Oleh : Muhammad Irfan Jaya K 2308103 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Februari Maret April Observasi Penyusunan proposal dan 2 soal-soal untuk uji validitas 3

BAB III METODE PENELITIAN. Februari Maret April Observasi Penyusunan proposal dan 2 soal-soal untuk uji validitas 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Tegalrejo yang terletak di Jalan Jumprit Km 4 Desa Tegalrejo Kecamatan Ngadirejo

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA Oleh: Leli Dwi Nugraheni, Mujiyem Sapti, Riawan Yudi Purwoko. Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB DI SMA (uji coba pada pokok bahasan optika geometri dan dinamika rotasi) SKRIPSI

PENGEMBANGAN PERANGKAT EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB DI SMA (uji coba pada pokok bahasan optika geometri dan dinamika rotasi) SKRIPSI PENGEMBANGAN PERANGKAT EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB DI SMA (uji coba pada pokok bahasan optika geometri dan dinamika rotasi) SKRIPSI Oleh Mochammad Maulana Trianggono NIM 090210102057 PROGRAM

Lebih terperinci

Leo Ferdinandus Manalu*, Asmadi M. Noer**, dan Rasmiwetti*** Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau

Leo Ferdinandus Manalu*, Asmadi M. Noer**, dan Rasmiwetti*** Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KREATIF SISWA PADA POKOK BAHASAN TERMOKIMIA DI KELAS XI IPA SMAN 3 PEKANBARU Leo Ferdinandus Manalu*, Asmadi M. Noer**, dan Rasmiwetti***

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan berkerjasama bersama

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Universitas PGRI Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana

SKRIPSI. Diajukan kepada Universitas PGRI Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VIII B SMP MATARAM BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilaksanakan dalam praktek pembelajaran di kelas V SD Negeri Jembrak Kabupaten Semarang, dengan jumlah siswa 16 orang pada

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING Novitana Sundora, Teti Rostikawati, Triasianingrum Afrikani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PEKANBARU

PENERAPAN STRATEGI THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PEKANBARU PENERAPAN STRATEGI THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PEKANBARU Hanifli hanafli.sman9@gmail.com SMAN 9 Pekanbaru ABSTRACT This research is motivated by

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA Siti Noor Fauziah 1, Ferdy S. Rondonuwu 1,2, Marmi Sudarmi 1 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolahan : SD Negeri Watu Agung 1 Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Meteri Pokok : Sifat-Sifat Cahaya Kelas/Semester : V/II Alokasi Waktu : 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2008)

Lebih terperinci

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016 Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Penjasorkes... (Aris Bintarko) 1 MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Application of Cooperative Learning Model Type of Question Student Have on The Human Body Excretion System Concept (Experimental Studies at II th Grade Science of the 1 st Public Senior High School Singaparna

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS TUTOR SEBAYA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII-G SMPN 1 SEMANDING KAB. TUBAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS TUTOR SEBAYA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII-G SMPN 1 SEMANDING KAB. TUBAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS TUTOR SEBAYA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII-G SMPN 1 SEMANDING KAB. TUBAN Dwi Setia Rini 1, Siti Maghfirotun Amin 2 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2011-2012, antara bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012 di SDN

Lebih terperinci

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM Penerapan Model Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas VII SMP Negeri 6 Singaraja Tahun Pelajaran 2011/2012 Oleh I Putu Budhi Sentosa, NIM 1015057117 Jurusan

Lebih terperinci

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016 1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016 EFEKTIVITAS MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM UPAYA PENINGKATKAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN KIMIA KARBONDI KELAS X.1 SMA SANG TIMUR YOGYAKARTATAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN KIMIA KARBONDI KELAS X.1 SMA SANG TIMUR YOGYAKARTATAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN KIMIA KARBONDI KELAS X.1 SMA SANG TIMUR YOGYAKARTATAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1)

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MEDIA GEOGEBRAUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 3 SATU ATAP NGEBEL PADA MATERI GARIS SINGGUNG

Lebih terperinci

TESIS SAKAT S.A. NIM

TESIS SAKAT S.A. NIM PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 3 SDN SALERO 1 KOTA TERNATE MALUKU UTARA TESIS SAKAT S.A. NIM. 10712251016

Lebih terperinci

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF MENGGUNAKAN

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF MENGGUNAKAN PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF MENGGUNAKAN APLIKASI SMARTFIELD TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PEMAHAMAN BANGUN DATAR SEDERHANA ANAK TUNARUNGU KELAS II B DI SLB B YAKUTPURWOKERTO TAHUN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

Cahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung.

Cahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung. Bab 7 Cahaya Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 7. Pensil yang dicelupkan ke dalam air Coba kamu perhatikan Gambar 7.. Sebatang pensil yang dicelupkan ke dalam gelas berisi air akan tampak bengkok jika dilihat

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 08 Fisika

Antiremed Kelas 08 Fisika Antiremed Kelas 08 Fisika Cahaya - Latihan Soal Pilihan Ganda Doc. Name: AR08FIS0699 Version: 2012-08 halaman 1 01. Berikut yang merupakan sifat cahaya adalah. (A) Untuk merambat, cahaya memerlukan medium

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS V DI SD KANISIUS CUNGKUP KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH MERY FRANSISKA NIM F32111035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA PERKALIAN BILANGAN BULAT (APPLICATION OF LEARNING MODELS STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING THE INTEGER MULTIPLICATION) Dewik Irlinawati

Lebih terperinci

LAMPIRAN I RPP SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SATUAN PEMBELAJARAN

LAMPIRAN I RPP SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SATUAN PEMBELAJARAN LAMPIRAN I RPP SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SATUAN PEMBELAJARAN Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X3 / II Sekolah : SMA Nation Star Academy Surabaya

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh:

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: i PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE (TPSq) PADA MATERI RUANG DIMENSI TIGA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XA SMA ISLAM TERPADU PUTRI ABU HURAIRAH MATARAM TAHUN

Lebih terperinci

: TRI ESTU HAYUNINGTYAS X

: TRI ESTU HAYUNINGTYAS X PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BANGUN DATAR MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS V SLB C IMMANUEL TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : TRI ESTU HAYUNINGTYAS

Lebih terperinci

Arnentis, Darmawati dan Idel Fitri Mulyani Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293

Arnentis, Darmawati dan Idel Fitri Mulyani Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293 UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) SISWA KELAS X1 SMA NEGERI 1 KAMPAR KIRI TAHUN AJARAN 2009/2010 Arnentis, Darmawati dan Idel Fitri

Lebih terperinci

PERBEDAAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI SMP NEGERI 1 SAMBIREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PERBEDAAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI SMP NEGERI 1 SAMBIREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PERBEDAAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI SMP NEGERI 1 SAMBIREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: RINI MUKTI HADIATI NIM K8409055 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran biologi disekolah. Sistem gerak merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP Muhamad Firdaus Prodi Pendidikan Matematika, IKIP PGRI Pontianak, Jl. Ampera No. 8

Lebih terperinci

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal UPEJ 4 (3) (2015) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE LEARNING START WITH A QUESTION PADA SISWA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Sugiyono (2010:107) mengatakan bahwa penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE DI KELAS X SMA NEGERI 6 KOTA TASIKMALAYA TAHUN AJARAN 2012/2013 JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh ENIE RUSMALINA

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh ENIE RUSMALINA PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN KARANGTENGAH 01 SKRIPSI

Lebih terperinci

Menyetujui : Dosen Pembimbing Skripsi. Drs. M. Yusuf Nasution, M. Si NIP Mengetahui :

Menyetujui : Dosen Pembimbing Skripsi. Drs. M. Yusuf Nasution, M. Si NIP Mengetahui : i Judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Pada Materi Pokok Ekosistem Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar di Kelas VII SMP Negeri 8 Medan Tahun Pembelajaran

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP

PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP Dita Hafsari, Rachmat Sahputra, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP

Lebih terperinci

: BERNADETA BEKA FITRI APRIANTI K

: BERNADETA BEKA FITRI APRIANTI K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF BERMAIN JAWABAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IIS 2 SMA NEGERI 1 BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014-2015 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

Penulis 1: Dwi Yanu Mardi S. Penulis 2: Sri Palupi, M.Pd

Penulis 1: Dwi Yanu Mardi S. Penulis 2: Sri Palupi, M.Pd Peningkatan Keaktifan.(Dwi Yanu ) 1 PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN PERSIAPAN PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTAIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER)

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (PTK Siswa Kelas XI IPA 1 SMA 8 Surakarta

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPK SANTA FAMILIA KUPANG SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPK SANTA FAMILIA KUPANG SKRIPSI PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPK SANTA FAMILIA KUPANG SKRIPSI NAMA : KLEMENSIA ANITA NIM : 131 13 105 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI MEMBILANG BENDA 1-10 MELALUI MEDIA GRAFIS PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS DASAR II SEMESTER I DI SLB BC BINADSIH KARANGANOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

(The Influence of Cooperative Learning Model Type Structured Numbered Heads on Students Learning Result in Excretion System Material)

(The Influence of Cooperative Learning Model Type Structured Numbered Heads on Students Learning Result in Excretion System Material) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM EKSKRESI (Studi Eksperimen di kelas VIII SMPN 17 Tasikmalaya) (The Influence of Cooperative

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIA PADA MATERI LINGKARAN DI SMP NEGERI 2 BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan tentang Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu, Lama Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Rancangan Penelitian Tindakan Kelas, Definisi Konseptual dan Operasional,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dimana siswa dapat bekerja sama dalam satu kelompok, metode kooperatif. berusaha menyelesaikan masalah bersama.

BAB II KAJIAN TEORI. dimana siswa dapat bekerja sama dalam satu kelompok, metode kooperatif. berusaha menyelesaikan masalah bersama. 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model kooperatif baik digunakan sebagai salah satu variasi model yang diterapkan kepada siswa agar dapat memperbaiki proses pembelajaran,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: WAHYU DWIANA SAFITRI X

SKRIPSI. Oleh: WAHYU DWIANA SAFITRI X PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL PADA SISWA LAMBAN BELAJAR KELAS IV SD PURBA ADHI SUTA PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn:

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn: UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 7 BANGKALAN PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) R Ida Wahyuni 1 dan Eka Evriani

Lebih terperinci

Oleh: JANNATUN NA IM. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan. untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: JANNATUN NA IM. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan. untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYUSUNAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SMP NEGERI 2 KAUMAN KELAS VIII G TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci