EKSPRESI IMUNOSITOKIMIA CALRETININ PADA DIAGNOSIS SITOLOGI EFUSI PLEURA GANAS DENGAN GAMBARAN SITOMORFOLOGI CURIGA ADENOKARSINOMA PARU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSPRESI IMUNOSITOKIMIA CALRETININ PADA DIAGNOSIS SITOLOGI EFUSI PLEURA GANAS DENGAN GAMBARAN SITOMORFOLOGI CURIGA ADENOKARSINOMA PARU"

Transkripsi

1 ISSN ISSN L EKSPRESI IMUNOSITOKIMIA CALRETININ PADA DIAGNOSIS SITOLOGI EFUSI PLEURA GANAS DENGAN GAMBARAN SITOMORFOLOGI CURIGA ADENOKARSINOMA PARU Marliana Nurprilinda1, Syeben Hezer2 dan Raudatul Janah3 1Departemen Patologi Anatomik FK UKI/RSU UKI Jakarta 2Instalasi Patologi Anatomik RS W.Z. Johannes Kupang NTT 3Laboratorium Patologi Anatomik PMN RS Mata Cicendo Bandung E mail: liana_gaol@yahoo.com ABSTRAK: Lebih dari 75% penderita dengan efusi pleura curiga ganas disebabkan oleh metastasis dari limfoma, kanker payudara, paru paru, ovarium atau keganasan mesothel. Pengambilan efusi pleura mengurangi tindakan invasif, namun pemeriksaan dengan kriteria morfologi saja kadanng sulit membedakan keganasan yang ada. Calretinin adalah calcium binding protein yang diekspresikan sel saraf normal dan perifer, juga terdapat pada sel mesothel. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan terdapat ekspresi calretinin pada efusi pleura curiga ganas yang dapat berasal dari mesothelioma malignan. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Terdapat 20 blok sitologi dari efusi pleura yang memenuhi kriteria kemudian dilakukan pengecatan calretinin. Ekspresi positif ditandai dengan tercatnya inti dan sitoplasma sel yang dicurigai ganas dengan intensitas lemah atau kuat. Ekspresinya dibaca oleh 2 orang spesialis Patologi Anatomi secara blindly. Hasil dari penelitian tersebut adalah: Ekspresi calretinin negatif pada 6 sampel, positif 1 (lemah) pada 8 sampel, positif 2 (sedang) pada 2 sampel dan positif 3 (kuat) pada 4 sampel, dengan intensitas kuat pada 6 sampel dan lemah pada 8 sampel. Terdapat ekspresi calretinin positif kuat dengan intensitas kuat pada efusi pleura curiga ganas dapat berasal dari mesothelioma malignan. Kata kunci: calretinin, sitologi efusi. ABSTRACT: More than 75% of people with a malignant pleural effusion have lymphoma or cancers of the breast, lung, ovary or malignant mesothelioma. Effusion aspiration can reduce invasive procedure, however by morphologic criteria alone may be difficult to distinguish malignant cell. Calretinin is a calcium binding protein that is expressed normally in neurons of the central and peripheral nervous system, and in the mesothelial cell. The aim of this study was to prove calretinin expression in malignant effusion originate from malignant mesothelioma. Descriptive analytic study using cross sectional design. Twenty paraffin embedded cells of pleural effusion that meet the criteria were stained with calretinin. Positive staining was defined as nuclear and cytoplasmic staining with intensity weak or strong. The immunoreactivity was evaluated blindly by two pathologists. Calretinin staining was negative in 6 samples, positive 1 (weak) in 8 samples, positive 2 (moderate ) in 2 samples and positive 3 (strong) in 4 samples, with strong intensity in 6 sampes and weak in 8 samples. There was strong positive and strong intensity calretinin expression in malignant effusion originates from malignant mesothelioma. Keywords: calretinin, cytology effusion PENDAHULUAN spesifik, paling umum adalah sesak akibat timbulnya efusi. Sekitar 80% tumor ini disebabkan oleh paparan bahan asbes, sisanya disebabkan oleh infeksi virus SV40 atau paparan bahan non asbes. Insiden tumor ini lebih banyak ditemukan pada pria. Periode laten untuk mesothelioma bisa lebih dari 30 tahun dengan rata rata harapan hidup setelah terdiagnosis 9 12 tahun (Delgerma, 2008:27). Latar belakang dari penelitian ini adalah bahwa efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura, yang merupakan ruang antara paru paru dengan dinding dada bagian dalam. Setengah dari penderita kanker mengalami metastasis ke ruang pleura dan menyebabkan terjadinya efusi. Lebih dari 75% penderita dengan efusi pleura curiga ganas disebabkan oleh metastasis limfoma, kanker payu dara, paru paru, ovarium atau keganasan mesothel. Data dari WHO sejak tahun 1994 sampai 2008, di 83 negara terdapat angka kematian sebanyak jiwa dengan usia penderita rata rata diatas 70 tahun. (Delgerma, 2008:72). Menurut Australian registry mesothelioma (2012:36). Menurut Hurtuk MG ( ) mesothelioma malignan merupakan keganasan sel mesothel, jarang ditemukan namun, sulit didiagnosis dan bersifat fatal. Mesothel sendiri merupakan sel sel yang melapisi pericardial, pleural dan peritoneum. Kasus mesothelioma malignan sebagian besar terjadi pada mesothel yang melapisi pleura dengan gejala tidak Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan terdapat ekspresi calretinin pada efusi pleura curiga ganas yang dapat berasal dari mesothelioma malignan. 1

2 METODOLOGI PENELITIAN pemeriksaan sitologi cairan pleura atau biopsi pleura (Cheng, 200:39) Kenyataannya sel ganas tidak dapat ditemukan pada sekitar 25% kasus efusi pleura yang berhubungan dengan penyakit keganasan, sehingga jika hanya menggunakan definisi di atas dapat terjadi kekeliruan pada kasus dengan sitologi atau histologi negatif. Menentukan diagnosa keganasan pada blok efusi pleura sangat sukar karena sel yang didapatkan tidak sebanyak pada biopsi histopatologi, kita hanya bisa menemukan struktur sel ganas tersebut sehingga diperlukan marker penanda tumor yang spesifik, dengan menggunakan pemeriksaan imunositokimia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan desain cross sectional, ruang lingkup disiplin penelitian ini meliputi bidang ilmu Patologi Anatomi, khususnya sitologi cairan dan imunositokimia yang dilakukan di laboratorium Patologi Anatomi FK UNDIP/RSDK Semarang. Populasi penelitian meliputi penderita yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Kariadi Semarang periode Januari 2012 sampai Desember 2013 yang telah dilakukan pemeriksaan foto thorax atau CT scan dengan diagnosis klinis efusi pleura curiga suatu keganasan dan dilakukan pemeriksaan sitologi. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik sistematik yaitu dengan memilih blok sitologi yang memberi gambaran keganasan dengan kecurigaan suatu keganasan dari mesothel, serta memenuhi kriteria inklusi yaitu penderita yang dirawat inap di RSDK Semarang, mempunyai blok sitologi dengan gambaran curiga suatu keganasan, dengan kriteria inklusi blok sitologi masih dapat dipotong 2 5 kali dengan tebal 2 3 mm, dan kriteria eksklusi blok sitologi rusak atau tidak terdapat sel, blok sitologi sudah tipis dan hanya dapat dipotong 2 kali saja, Sediaan sitologi yang tidak dibuat blok. Didapatkan 20 blok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan tersebut diperlukan untuk men deteksi sel ganas guna mengurangi keterlambatan diagnosis, sehingga tindakan terapi dapat lebih cepat dilaksanakan. Berbagai penelitian telah dikembang kan untuk meningkatkan akurasi diagnosis misalnya menggunakan immunositokimia p40 atau CK 5/6 untuk skuamous cell carcinoma, lalu ekspresi calretinin pada efusi pleura curiga ganas yang dapat berasal dari mesothelioma malignan. Lebih dari 75% efusi penderita efusi pleura disebabkan oleh metastasis tumor (WHO, 2012) Setiap jenis tumor memiliki gambaran karakteristik morfologi masing masing pada sitologi pleura, namun kadang ditemukan gambaran sitologi sel sel ganas yang sulit ditentukan asalnya, misalnya untuk membedakan squamous cell carcinoma dari suatu adenocarcinoma (WHO, 2012) Pada keadaan ini diperlukan pemeriksaan tambahan untuk dapat menegakan diagnosis. Calretinin adalah calcium binding protein yang diekspresikan sel saraf normal dan perifer, juga terdapat pada sel mesothel. Blok dipotong dan dilakukan pengecatan immunohistokimia calretinin. Ekspresi calretinin merupakan skor ekspresi calretinin positif pada sel ganas, dengan pemeriksaan imunositokimia, ber dasarkan intensitas dan persentasi sel ganas yang tercat pada inti dan sitoplasma (Foster, 2001:201) yaitu intensitas lemah atau kuat, dan persentase: 0 = tidak tampak sel ganas yang tercat, 1 = 1 25% tercat pada sel ganas, 2 = 26 50% tercat pada sel ganas, 3 = % tercat pada sel ganas Dengan melihat pada 10 lapang pandang menggunakan pembesaran 400x secara acak, kemudian dibaca oleh dua dokter spesialis Patologi Anatomi secara blindly selanjutnya dibandingkan dengan menggunakan test Kappa. Slide dibaca menggunakan mikroskop Olympus PX51, pembesaran lensa okuler 10x dan lensa obyektif 40x. Dari 20 sampel yang digunakan, 14 sampel berekspresi positif atau 70%, sedangkan 6 sampel atau 30% negatif. Dari 14 sampel tersebut 8 sampel atau 40% positif 1 (lemah), 2 sampel atau 10% positif 2 (sedang) dan 4 sampel atau 20% positif 3 (kuat). Nilai positif ditandai dengan tercatnya inti dan sitoplasma sel yang dicurigai sebagai sel ganas. Pada 14 sampel yang bereaksi positif menunjukan sel sel tersebut mengandung calretinin, dengan tingkat positivitas yang berbeda beda. Secara teoritis calretinin terdapat terutama pada sel sel saraf pusat dan perifer juga pada sel mesothel normal maupun keganasan (Kuznicki J, 1995:308) Pada beberapa penelitian menunjukan adenocarcinoma, squamous cell carcinoma atau tumor lain juga dapat HASIL DAN PEMBAHASAN Efusi Pleura Efusi pleura ganas didefinisikan sebagai efusi yang terjadi berhubungan dengan keganasan yang dibuktikan dengan penemuan sel ganas pada 2

3 bereaksi positif pada pewarnaan dengan calretinin (Ordonez NG, 2006:417). Menurut Hinterberger M (2007:204) meskipun metastais adenocarcinoma, squamous cell carcinoma, atau tumor tumor lain dapat positif namun nilai positivitasnya rendah atau hanya bersifat fokal dibandingkan pada mesothelioma malignan dimana didapatkan positif kuat dan difus pada semua sel ganas. dasikan bahwa untuk mendiagnosis suatu mesothe lioma malignan harus menggunakan panel imuno histokimia dengan hasil dua antibodi positif dan dua antibodi negatif. Antibodi yang direkomendasikan yaitu positif marker calretinin, EMA, trombomodulin, podoplanin, CK5/6, CK7, CK AE1/AE3, CK KL1 dan negatif marker monoclonal CEA, polyclonal CEA, Ber Ep4, CD15, sialyn TN dan TTF 1 (Foster, 2001:20). Pada penelitian ini didapatkan nilai tertinggi diperoleh pada positif lemah atau positif 1 sebanyak 8 sampel dan positif sedang atau positif 2 sebanyak 2 sampel. Meskipun positif belum dapat disimpulkan sel sel tersebut berasal dari mesothelioma malignan. Terdapat 6 sampel yang tidak bereaksi terhadap calretinin, hasil ini tidak dapat langsung disimpulkan bukan berasal dari mesothel malignan karena pada tipe sarcomatoid dari mesothelioma malignan dapat bereaksi negatif terhadap pewarnaan calretinin, nilai sensitivitasnya hanya mencapai 57% (6,22) (Hiterberrger, 2007:55). Terdapat 4 sampel dengan nilai positif kuat, dapat dipastikan berasal dari mesothel malignan (Ordonez NG 2005:147), tetapi perlu juga dipikirkan bahwa calretinin merupakan penanda untuk sel sel mesothel sehingga untuk sel mesothel jinak maupun ganas akan bereaksi positif, yang terpenting gambaran morologi sel sel yang dicurigai ganas tersebut benar benar merupakan sel sel ganas bukan merupakan suatu mesothel reaktif. Reaktif Mesothelial Reaktif mesothelial sering salah diinterpretasikan dengan sel sel ganas. Pada keadaan efusi non neoplastik seperti sirosis hepatis, infak paru dan pericarditis akut juga kadang salah diinterpretasikan juga sebagai keganasan. Untuk menghindari hal hal tersebut dianjurkan sebelum mendiagnosis sebaiknya melihat riwayat klinis penderita. Pada efusi akibat suatu keganasan umumnya rekuren dan hemoragik. Jika terdapat hemoragik efusi yang bukan karena trauma hampir selalu disebabkan oleh keganasan. Keganasan dari semua tempat dapat bermetastasis ke rongga pleura dan akan terlihat pada cairan efusi. Pada pria metastasis sel ganas pada cairan efusi paling banyak berasal dari paru paru, kemudian gastrointestinal tumor dan dari tumor pankreas. Sedangkan pada wanita paling banyak berasal dari mammae, kemudian paru paru dan ovarium. Sedang kan pada rongga peritoneum umumnya berasal dari kanker gastrointestinal, ovarium dan pankreas. Pada efusi yang disebabkan oleh keganasan, reakumulasi cairan terbentuk dengan cepat dibandingkan pada reaktif efusi (Barinka, 2011:123). Berdasarkan intensitasnya ekspresi calretinin dibagi atas negatif, intensitas lemah dan intensitas kuat. Pada penelitian ini diperoleh hasil tertinggi yaitu pada intensitas lemah sebanyak 8 sampel atau 40% sedangkan hasil negatif dan intensitas kuat memperoleh hasil yang sama yaitu 6 sampel atau 30%. Berdasarkan penelitan sebelumnya intensitas lemah dapat ditemukan juga pada metastasis adenocarcinoma atau metastasis tumor lain, sedangkan pada mesothelioma malignan didapatkan intensitas kuat (Hinterberger M, 2007:90). Jika pada cairan efusi ditemukan sel sel yang mencurigakan tetapi tidak dapat disimpulkan sebagai suatu keganasan maka dapat dilakukan pengambilan spesimen ulang pada saat terjadi reakumulasi. Penyebab utama kesulitan dalam mendiagnosis adalah adanya artefak atau proses degeneratif baik itu in vivo atau in vitro. Pada penilaian ulang gambaran sitologinya akan lebih muda dinilai karena pada re akumulasi efusi pleura maka sel sel ganas yang dijumpai akan meningkat jumlahnya dalam kelom pok kelompok sel. Baik epithelial neoplasma dan non epithelian neoplasma dapat menyebakan terjadi efusi. Epithelial neoplasma termasuk metastasis karsinoma dan mesothelioma malignan, sedangkan non epithelial neoplasma termasuk sarkoma, mela noma dan hematologi neoplasma termasuk limphoma Mesothelioma Malignan Terdapat juga hal hal yang dapat mempengaruhi hasil diagnosis diantaranya antibodi yang digunakan, prosedurnya, serta jumlah sel ganas yang ditemukan (Yahya, 2013:613). Perlu juga diingat belum ada satu immunohistokimia marker yang benar benar 100% spesifik dan sensitif untuk diagnosis mesothelioma (Relan V, 2013:8). Menurut WHO dan International Mesothelioma Interest Group (IMIG) merekomen 3

4 meskipun kasusnya jarang. Pada anak, kasus efusi pleura sebagian besar jinak, jika penyebabnya suatu keganasan biasanya diebabkan oleh limphoma atau leukemia. (Gray W & Kocjan 2010:201). Pada Tabel 1 terlihat nilai mean, median dan modus ekspresi calretinin dan pada 20 sampel blok sitologi dengan penialaian 1 = negatif, 2 = positif 1, 3 = positif 2 dan 4 = positif 3. Sedangkan pada Inten sitas ekspresi calretinin diberi nilai 1 = negatif, 2 = intensitas lemah dan 3 = intensitas kuat. Seperti terlihat pada Gambar 1 berikut ini: Gambaran sitologi cairan pleuran dapat di nilai dengan pengecatan Papanicolou (PAP) dan Diff Quik (DQ). Secara umum pewarnaan PAP lebih baik untuk menilai inti sel sedangkan pewarnaan DQ lebih baik dalam menilai sitoplasma sel. Pada sediaan sitologi sel mesothel rata rata berukuran diameter µm (sekitar 1,5 sampai 2 kali ukuran netrofil), namun ukurannya dapat juga sampai diameter 50 µm. Dapat ada secara sendiri sendiri atau dalam kelompok. Pada pewarnaan dengan DQ ukurannya dapat lebih besar dibandingkan dengan pewarnaan PAP (Saunders, 2007:127). Sitoplasma mesothel biasanya terdapat 2 zona, dengan pewarnaan PAP daerah yang lebih pucat, sempit pada ektoplasma terkait dengan mikrovilli yang mengelilingi endoplasma sedangkan yang lebih padat pewarnaannya, merupakan daerah perinuklear. Sedangkan dengan pewarnaan DQ daerah endo plasma tampak lebih terang dibandingkan ekto plasma. Inti sel biasanya terletak sentral namun dapat juga eksentrik. Jika intinya eksentrik, membran inti tidak pernah menyentuh membran sel, dan terdapat daerah sempit disekitar sel yang merupakan mikro villi. Gambaran ini dapat dijadikan pegangan untuk membedakan sel mesothel dari adeno karsinoma atau makrofag, dimana inti sel yang terletak eksentrik akan bersentuhan dengan membran sel (Gray & Kocjan, 2010 Shidham & Atkhinson, 2007). Gambar 1. Frekuensi Ekspresi Calretinin Pada Gambar 1 terlihat bahwa frekuensi ekspresi calretinin terbanyak adalah positif 1 yaitu sebanyak 8 sampel atau 40%, sedangkan yang paling sedikit positif 2 sebanyak 2 sampel atau 10%. Seperti terlihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Intensitas Calretinin Dari Tabel 2 terlihat frekuensi terbanyak intensitas ekspresi calretinin yaitu intensitas lemah 40%, sedangkan negatif dan intensitas kuat memiliki nilai yang sama yaitu 30%. Hasil Penelitian Penelitian ini meggunakan 20 sampel blok sitologi dari cairan efusi pleura dengan gambaran mencurigakan suatu keganasan, kemudian dilakukan pengecatan calretinin. Hasil pengecatan di dibaca oleh dua dokter spesialis Patologi Anatomi, independen selanjutnya dibandingkan dengan meng gunakan test Kappa. Nilai kappa yang diperoleh adalah 0,88. Seperti terlihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Nilai Mean, Median dan Modus Gambar 2. Pengecatan HE pada blok sitologi dengan pembesaran 20x, panah menunjukan kelompok sel yang mencurigakan keganasan. 4

5 ahli setuju bahwa analisis immuno sitokimia penting digunakan untuk membedakan mesothelioma malignan dari adenokarsinoma, sarcoma dan mesothelioma reaktif. (Roberts F ). Beberapa immunohistokimia seperti carcinoembrionic antigen, thyroid transcription factor 1, dan Ber Ep4 merupakan protein yang diekspresikan oleh adenokarsinoma namun negatif untuk mesothelioma. Sedangkan immunohistokimia thrombomodulin, calretinin, CK5/6,n cadherin, HBME 1, CD44S, positif untuk mesothelioma.10,11,15 Sampai saat ini belum ada antibodi yang dapat diandalkan yang benar benar positif untuk mesothelioma dan negatif untuk adenokarsinoma atau tumor tumor lain (Foster MR, ). Gambar 3. Pengecatan calretinin pada blok sitologi dengan pembesaran 200x, menunjukan kontrol positif pada sel sel mesothel Calretinin adalah calcium binding protein yang diekspresikan sel saraf normal baik sentral maupun perifer (Chhieng DC, ). Calretinin memiliki struktur 3 dimensi dan mempunyai afinitas tinggi terhadap ion kalsium. Calretinin pertama kali dikemukakan oleh Rogers pada tahun 1987, dengan memeriksa sel sel di retina. Nama calretinin berdasarkan kesamaan struktur dengan kalbindin D28K. Gen untuk calretinin terletak pada kromosom 16. Calretinin terdiri atas asam amino dan berisi 6 rantai. 4 rantai berikatan dengan Ca2+ dengan afinitas tinggi, 1 rantai berikata dengan Ca2+ dengan afinitas, sedangkan 1 rantai lainnya tidak mengikat Ca2+. Calretinin juga mempunyai afinitas terhada ion Cu2+. Calretinin bisanya berada di sitoplasma sel, namun konsentrasi paling tinggi berada di membran sel. Caretinin bertindak sebagai slow buffer dan fast buffer untuk ion Ca2+. (Raiko ) Gambar 4. Pengecatan calretinin pada blok sitologi dengan pembesaran 400x, panah menunjukan sel sel curiga ganas tercat kuat (+3) Gambar 5. Pengecatan calretinin pada blok sitologi dengan pembesaran 200x, panah menunjukan kelompok sel curiga ganas tidak tercat ( ) Mesothelioma Insiden mesothelioma pada tahun 2012 sebanyak 619 penderita. sedangkan di Indonesia sendiri belum ada data yang akurat mengenai inseden meso thelioma. Gejala klinis yang sering ditemukan berupa sesak napas akibat efusi pleura disertai nyeri dada, penurunan berat badan serta kelelahan (Robinson, 2005:353). PENUTUP Kesimpulan Ekspresi calretinin negatif pada 6 sampel, positif 1 (lemah) pada 8 sampel, positif 2 (sedang) pada 2 sampel dan positif 3 (kuat) pada 4 sampel, dengan intensitas kuat pada 6 sampel dan lemah pada 8 sampel. Terdapat ekspresi calretinin positif kuat dengan intensitas kuat pada efusi pleura curiga ganas dapat berasal dari mesothelioma malignan. Pengambilan efusi pleura mengurangi tindakan invasif dalam menentukan diagnosis keganasan yang berpengaruh pada penanganan penderitanya, namun pemeriksaan dengan kriteria morfologi saja kadang sulit membedakan keganasan yang ada (Chhieng DC, ). Berbagai penelitian telah dikembang kan untuk meningkatkan akurasi diagnosis. Kebanyakan Saran Saran Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan sampel yang lebih besar dengan pengecatan immunohisto kimia yang lebih lengkap. 5

6 DAFTAR PUSTAKA Gray W & Kocjan C. Dyagnostic Cytopathology. 3rd ed. China: Livingstone Elsevier Hinterberger M, Reineke T, Storz M, Weder W, Vogt P, Moch H. D2 40 and calretinin a tissue microarray analysis of 341 malignant mesotheliomas with emphasis on sarcomatoid differentiation. Modern Pathology Hurtuk MG, Carbone M. A Cytokeratin and Calretinin negative Staining Sarcomatoid Malignant Mesothelioma. Anticancer Research Hyun TS, Barnes M, Tabatabai ZL. The Diagnostic Utility of D2 40, Calretinin, CK5/6, Desmin, MOC 31 in the Differentiation of Mesothelioma from Adenocarcinoma in Pleural Effusion Cytology. Acta Cytologica Kuznicki, J, Wang TL, Martin BM, Winsky L, Jacobowitz Dm. Localization of Ca2+ dependent conformational changes of calretinin by limited tryptic proteolysis. Biochem J Ordonez NG. Immunohistochemical Diagnosis of Epithelioid Mesothelioma An Update. Arch Pathol Lab Med Ordonez NG. The diagnostic utility of immunohistochemistry in distinguishing between epithelioid mesotheliomas and squamous carcinomas of the lung: a comparative study. Modern Pathology Relan V, Morrison L, Parsonson K, Clarke Be, Duhig Ee, Windsor Mn, et al. Phenotype and Karyotype of Human Malignant Mesothelioma Cell Lines. Plos One Sandeck HDHP, Roe OD, Kjaerheim K, Willen H and Larsson E. Re evaluation of Histological Diagnoses of Malignant Mesothelioma by Immunohistochemistry. Diagnostic Pathology Shidham VB & Atkhinson BF. Cytopathologic diagnosis of serous fluids, China: Saunders Elsevier Yahya ZM, Ali HH, Hussein HG. Evaluation of the Sensitivity and Specificity of Immunohistochemical Marker in the Differential Diagnosis of Effusion Cytology. Oman Medical Journal Australian Mesothelioma Registry. 2nd Annual Report Mesothelioma in Australia Barinka F, Druga R. Calretinin Expression in the Mammalian Neocortex: A Review. Physiol. Res Bij SV, Schaake E, Koffijberg H, Burgers JA, Mol BD and Moons KG. Markers for Non invasive Diagnosis of Mesothelioma: a systemic review. British Journal of Cancer Cancer Net. Fluid Around the Lungs or Malignant Pleural Effusion. [homepage on the Internet] [cited 2014 Feb 27]. Tersedia dari: Oncologist approved cancer information from the American Society of Clinical Oncology Web site: cancer care/side effects/fluid around lungs or malgnant pleural effusion. Chieng DC, Yen H, Schefer D, Cangiarella Jf, Jagindar J, Chiriboga La, et al. Calretinin Staining Pattern Aids in the Differentiation of Mesothelioma from Adenocarcinoma in Serous Effusions. American Cancer Society Delgerma V, Global mesothelioma deaths reported to the World Health Organization between 1994 and Bulletin of the World Health Organization Ensani F, Nemetizadeh F, Irvanlou G. Accuracy of Immunohistochemistery in Evaluation on Malignant Pleura and Peritoneal Effusion. Pol. J Patho Foster MR, Johnson JE, Olson SJ, Allred C. Immunohistochemical Analysis of Nuclear Versus Cytoplasmic Staining of WT1 in Malignant Mesotheliomas and Primary Pulmonary Adenocarcinomas. Arch Pathol Lab Med Foster MR, Johnson JE, Olson SJ, Allred C. Immunohistochemical Analysis of Nuclear Versus Cytoplasmic Staining of WT1 in Malignant Mesotheliomas and Primary Pulmonary Adenocarcinomas. Arch Pathol Lab Med

Ekspresi Kalretinin Pada Diagnosis Sitologi Efusi Pleura dengan Gambaran Sitomorfologi Adenokarsinoma

Ekspresi Kalretinin Pada Diagnosis Sitologi Efusi Pleura dengan Gambaran Sitomorfologi Adenokarsinoma Ekspresi Kalretinin Pada Diagnosis Sitologi Efusi Pleura dengan Gambaran Sitomorfologi Adenokarsinoma Syeben Hezer, Indra Wijaya, Ika Pawitra Miranti, Meira Dewi Kusuma Bagian Patologi Anatomi Universitas

Lebih terperinci

EKSPRESI p40 DAN CK 5/6 PADA DIAGNOSIS SITOLOGI EFUSI PLEURA DENGAN GAMBARAN KEGANASAN ABSTRACT

EKSPRESI p40 DAN CK 5/6 PADA DIAGNOSIS SITOLOGI EFUSI PLEURA DENGAN GAMBARAN KEGANASAN ABSTRACT EKSPRESI p40 DAN CK 5/6 PADA DIAGNOSIS SITOLOGI EFUSI PLEURA DENGAN GAMBARAN KEGANASAN Marliana Nurprilinda 1, Ika Pawitra Miranti 1, Indra Wijaya 1 1 Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Derajat Diferensiasi Carsinoma Mammae

Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Derajat Diferensiasi Carsinoma Mammae 1 Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Derajat Diferensiasi Carsinoma Mammae Noor Yazid, Afiana Rohmani, Vina Noviyanti Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis di dunia dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Data kasus baru kanker paru di Amerika Serikat

Lebih terperinci

Ekspresi Penanda Tumor CEA dan Calretinin pada Adenocarcinoma dan Sel Mesotel Reaktif dari Cairan Pleura

Ekspresi Penanda Tumor CEA dan Calretinin pada Adenocarcinoma dan Sel Mesotel Reaktif dari Cairan Pleura Adenocarcinoma dan Sel Mesotel Reaktif dari Cairan Pleura ABSTRAK Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang Latar belakang Perbedaan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma tiroid merupakan keganasan tersering organ endokrin.sebagian besar neoplasma tersebut berasal dari sel epitel folikel dan merupakan tipe papiler. Keganasan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif deskriptif untuk melihat pola ekspresi dari Ki- 67 pada pasien KPDluminal A dan luminal B. 3.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ; 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karsinoma mammae / kanker payudara merupakan jenis keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita. Di Indonesia angka kesakitan dan kematian kanker payudara

Lebih terperinci

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura.

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura. Mesothelioma Pendahuluan Mesothelioma berhubungan erat dengan paparan asbes. Mesothelioma merupakan kasus yang jarang. Individu yg mempunyai riwayat paparan dengan asbes mempunyai resiko lebih besar menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan pada jaringan payudara yang berasal dari epitel duktus atau lobulus. 1 Di Indonesia kanker payudara berada di urutan kedua sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang dijumpai hampir 30% dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang IMUNOLOGI TUMOR INNATE IMMUNITY CELLULAR HUMORAL PHAGOCYTES NK CELLS COMPLEMENT CYTOKINES PHAGOCYTOSIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian. nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian. nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012). Mortalitas kanker ini tercatat sebesar 1.590.000 jiwa pada tahun 2012

Lebih terperinci

Tampilan Pulasan Imunohistokimia Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Pada Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe Regaud dan Tipe Schmincke

Tampilan Pulasan Imunohistokimia Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Pada Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe Regaud dan Tipe Schmincke (MMP-9) Pada Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe dan Tipe ABSTRAK Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Medan Latar belakang Pola pertumbuhan undifferentiated

Lebih terperinci

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono ABSTRAK Insiden kanker paru meningkat di seluruh dunia,

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histopatologi tumor payudara di Instalasi Patologi Anatomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010 ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009 31 DESEMBER 2010 Stevanus, 2011; Pembimbing I : dr. Hartini Tiono, M.Kes. Pembimbing II : dr. Sri Nadya J Saanin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan sekitar dan dapat bermetastasis atau menyebar ke organ lain (World Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tumor paru adalah tumor pada jaringan paru yang dapat bersifat jinak maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer maupun sekunder.

Lebih terperinci

Kata kunci: kanker kolorektal, jenis kelamin, usia, lokasi kanker kolorektal, gejala klinis, tipe histopatologi, RSUP Sanglah.

Kata kunci: kanker kolorektal, jenis kelamin, usia, lokasi kanker kolorektal, gejala klinis, tipe histopatologi, RSUP Sanglah. ABSTRAK KARAKTERISTIK KLINIKOPATOLOGI KANKER KOLOREKTAL PADA TAHUN 2011 2015 BERDASARKAN DATA HISTOPATOLOGI DI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) SANGLAH DENPASAR BALI Kanker kolorektal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker paru merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II

ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II Pande Made Angger Parameswara Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Schwarte yang di sebut juga Penebalan plera adalah penyakit paru yang ditandai dengan jaringan parut, kalsifikasi, dan penebalan pleura (disepanjang paru) sering merupakan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ganas ovarium tipe epitel adalah penyebab kematian kanker ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika Serikat terkena tumor ganas

Lebih terperinci

PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL.

PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL. i PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu Kesehatan Mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah keganasan yang berasal dari epitel pada serviks terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar kanker serviks adalah epidermoid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang. menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang. menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang diikuti dengan timbulnya gejala ataupun tidak. WHO-IARC menggolongkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROFIL SITOLOGI CAIRAN PLEURA DENGAN PROFIL PASIEN KANKER PARU DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JULI 2010-JUNI 2013

HUBUNGAN PROFIL SITOLOGI CAIRAN PLEURA DENGAN PROFIL PASIEN KANKER PARU DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JULI 2010-JUNI 2013 HUBUNGAN PROFIL SITOLOGI CAIRAN PLEURA DENGAN PROFIL PASIEN KANKER PARU DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JULI 2010-JUNI 2013 Fransisca Kristina 1 Teguh Widjaja 2, Penny Setyawati Martioso 3 1 Bagian Klinik,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Randomized post test only control group design yang menggunakan binatang percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin pada tubuh manusia yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan triodotironin

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG Dwirama Ivan Prakoso Rahmadi, 1110062 Pembimbing I : dr. Sri Nadya J Saanin, M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ovarium merupakan bentuk neoplasma yang paling sering ditemukan pada wanita. Sekitar 80% merupakan tumor jinak dan sisanya adalah tumor ganas ovarium (Crum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat pada tahun 2014 karsinoma ovarium adalah karsinoma peringkat tujuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi Semarang yang beralamat di jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumor Paru Sekunder 2.1.1 Definisi Tumor Paru Sekunder Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

ABSTRACT. CHARACTERISTICS OF CERVICAL CARCINOMA AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG in 1 JANUARY DECEMBER 2010

ABSTRACT. CHARACTERISTICS OF CERVICAL CARCINOMA AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG in 1 JANUARY DECEMBER 2010 ABSTRACT CHARACTERISTICS OF CERVICAL CARCINOMA AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG in 1 JANUARY 2010-31 DECEMBER 2010 Fadhli Firman Fauzi, 2012 Tutor I : dr. Rimonta Gunanegara, Sp.OG Tutor II : dr. Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian paling tinggi di dunia, berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 terdapat sekitar 14 juta kasus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional 55 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional dengan kekhususan pada penelitian uji diagnostik. Sumber data penelitian menggunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009 ABSTRAK Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009 Fifi, 2010. Pembimbing I: Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes Pembimbing II: Evi Yuniawati,

Lebih terperinci

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi DAFTAR ISI Halaman COVER... i LEMBAR PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.3.1

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013 ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2012-31 DESEMBER 2013 Indra Josua M. Tambunan, 2014 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, M.Kes, AIF.. Kanker serviks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik subjek Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013 berdasarkan data pasien yang sampelnya diperiksa di Laboratorium Patologi Anatomi FK UNUD/RSUP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di

BAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan suatu pertumbuhan abnormal dari sel sel serviks uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di RSDK tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini berbentuk soliter dan dapat tumbuh secara acak di semua sel saraf.

BAB 1 PENDAHULUAN. ini berbentuk soliter dan dapat tumbuh secara acak di semua sel saraf. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Schwannoma adalah tumor yang berasal selubung myelin sel saraf. Tumor ini berbentuk soliter dan dapat tumbuh secara acak di semua sel saraf. Schwannoma telah dilaporkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : KBK301 Blok : NEOPLASMA (Blok 9) Bobot : 4 SKS Semester : III Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu: -

Lebih terperinci

FREKUENSI PERNAFASAN SEBAGAI INDIKATOR ADANYA EFUSI PLEURA PADA DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG ARTIKEL ILMIAH

FREKUENSI PERNAFASAN SEBAGAI INDIKATOR ADANYA EFUSI PLEURA PADA DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG ARTIKEL ILMIAH FREKUENSI PERNAFASAN SEBAGAI INDIKATOR ADANYA EFUSI PLEURA PADA DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG RESPIRATORY RATE AS INDICATOR OF PLEURAL EFFUSION IN CHILDREN WITH DENGUE HAEMORRHAGIC

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA TERHADAP DERAJAT DIFERENSIASI KANKER PAYUDARA PADA WANITA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA TERHADAP DERAJAT DIFERENSIASI KANKER PAYUDARA PADA WANITA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN USIA TERHADAP DERAJAT DIFERENSIASI KANKER PAYUDARA PADA WANITA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program

Lebih terperinci

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 3, September 2015

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 3, September 2015 Akurasi Diagnosa FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) Dibandingkan dengan Pemeriksaan Histopatologi pada Tumor Tiroid (Studi Kasus di Instalasi Patologi Anatomi RS dr. Saiful Anwar Malang Periode 2008-2010)

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2 : Penjelasan Mengenai Penelitian PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS PEMERIKSAAN CEA CAIRAN PLEURA DALAM DIAGNOSIS EFUSI PLEURA GANAS KARENA KANKER PARU Bapak/Ibu/Saudara/I

Lebih terperinci

KANKER PARU. MEILINA Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P

KANKER PARU. MEILINA Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P KANKER PARU MEILINA 02-086 Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P DEFINISI KANKER PARU Semua penyakit keganasan di paru, mencakup baik yang berasal dari paru sendiri maupun dari luar paru Kanker paru primer

Lebih terperinci

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PENDAHULUAN Alveolar soft part sarcoma merupakan neoplasma ganas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM.. i LEMBAR PERSETUJUAN ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii UCAPAN TERIMAKASIH iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.. v ABSTRAK.. vi ABSTRACT... vii RINGKASAN.. viii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan merupakan salah satu kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia. Bahkan menurut Badan Kesehatan Dunia, WHO, kanker jenis ini

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY ABSTRAK KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) DI INSTALASI PATOLOGI ANATOMI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (BAJAH) DALAM MENDIAGNOSIS KANKER PAYUDARA YANG DIKONFIRMASI DENGAN HASIL PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan metode III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian cross sectio dengan menggunakan metode deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami mutasi, diperkirakan 80% disebabkan oleh faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami mutasi, diperkirakan 80% disebabkan oleh faktor lingkungan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang memiliki karakteristik proliferasi atau pembelahan yang tidak terkontrol dan sering menyebabkan terjadinya massa atau tumor (sel abnormal).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru merupakan keganasan kedua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di Indonesia. Penyakit ini merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai

Lebih terperinci

DIAGNOSIS PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN METODE NAIVE BAYES BERBASIS DESKTOP

DIAGNOSIS PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN METODE NAIVE BAYES BERBASIS DESKTOP 1 DIAGNOSIS PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN METODE NAIVE BAYES BERBASIS DESKTOP Achmad Ramadhan Safutra 1, Dwi Wahyu Prabowo 1 1 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Darwan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal karena kanker paru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara disebut juga dengan ca mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan mammae. Merupakan masalah global dan isu kesehatan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah masalah kesehatan pada wanita baik di negara maju maupun di negara berkembang. Menurut Globocan, diestimasikan 14,1 juta kasus baru kejadian kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan penyebab kematian ketujuh pada wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 239.000 kasus baru kanker ovarium dan 152.000 kasus meninggal dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional untuk menilai hubungan ekspresi HER-2/neu dengan ukuran tumor pada

BAB III METODE PENELITIAN. sectional untuk menilai hubungan ekspresi HER-2/neu dengan ukuran tumor pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional untuk menilai hubungan ekspresi HER-2/neu dengan ukuran tumor pada pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv ABSTRAK...v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2011 Christone Yehezkiel P, 2013 Pembimbing I : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. Pembimbing II :

Lebih terperinci

HUBUNGAN JUMLAH VOLUME DRAINASE WATER SEALED DRAINAGE DENGAN KEJADIAN UDEMA PULMONUM RE- EKSPANSI PADA PASIEN EFUSI PLEURA MASIF

HUBUNGAN JUMLAH VOLUME DRAINASE WATER SEALED DRAINAGE DENGAN KEJADIAN UDEMA PULMONUM RE- EKSPANSI PADA PASIEN EFUSI PLEURA MASIF HUBUNGAN JUMLAH VOLUME DRAINASE WATER SEALED DRAINAGE DENGAN KEJADIAN UDEMA PULMONUM RE- EKSPANSI PADA PASIEN EFUSI PLEURA MASIF LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA SERVIKS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2009

ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA SERVIKS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2009 ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA SERVIKS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2009 Pitaria Rebecca, 2011 Pembimbing I : dr. July Ivone., MKK., M.Pd.Ked. Pembimbing II: dr. Sri Nadya

Lebih terperinci

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK TESIS Universitas Andalas Oleh: Reno Muhatiah 1250305210 Pembimbing:

Lebih terperinci

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA PROSTAT BERDASARKAN UMUR, KADAR PSA,DIAGNOSIS AWAL, DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI DI RUMAH IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2009 Wilianto, 2010 Pembimbing I

Lebih terperinci

POLA KLINIS KANKER PARU DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI JULI 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

POLA KLINIS KANKER PARU DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI JULI 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH POLA KLINIS KANKER PARU DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI 2013- JULI 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR.

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR. HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusununtuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara (Carcinoma mamae)adalah suatu penyakit neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit yang tidak menular dan kanker yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang sering, insidennya masih belum diketahui dengan pasti. Massa pada leher dapat terjadi pada semua

Lebih terperinci

Sensitifitas dan Spesifisitas Petanda Tumor CA 125 sebagai Prediksi Keganasan Ovarium

Sensitifitas dan Spesifisitas Petanda Tumor CA 125 sebagai Prediksi Keganasan Ovarium Sensitifitas dan Spesifisitas Petanda Tumor CA 125 sebagai Prediksi Keganasan Ovarium Max Rarung Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Rumah Sakit Prof. Dr. R. D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang yang beralamat di jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan Kerja atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for Reasearch on Cancer (IARC)

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA CA MAMMAE POST MASTECTOMY DI CISC DAN BCS TAHUN 2010

ABSTRAK GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA CA MAMMAE POST MASTECTOMY DI CISC DAN BCS TAHUN 2010 ABSTRAK GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA CA MAMMAE POST MASTECTOMY DI CISC DAN BCS TAHUN 2010 Ayulia Ardiani, 2010. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes. Pembimbing II: Sri Nadya J. Saanin, dr.,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci