ANALISIS KARAKTERISTIK IKLIM UNTUK OPTIMALISASI PRODUKSI KEDELAI Dl PROVINSI LAMPUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KARAKTERISTIK IKLIM UNTUK OPTIMALISASI PRODUKSI KEDELAI Dl PROVINSI LAMPUNG"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN PROGRAM INSENTIF PKPP RISTEK 2010 ANALISIS KARAKTERISTIK IKLIM UNTUK OPTIMALISASI PRODUKSI KEDELAI Dl PROVINSI LAMPUNG Koordinator Tim Peneliti: Ora. Nurhayati, M.Sc Peneliti Pembantu Peneliti Sekretaris : Nuryadi, S.Si, M.Si Drs. Basuki, M.Si lndawansani, S.Si : Anggoro S.R, S.Kom Ratna Satyaningsih, S.Si : Ammi Yustisha, SH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JAKARTA, 22 NOPEMBER 2010

2 RINGKASAN Optimalisasi produksi komoditas tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Penentuan lokasi sentra kedelai dan periode waktu tanam yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya sangat penting guna memperoleh produksi yang maksimal. lnformasi kesesuaian iklim sangat diperlukan untuk perencanaan alokasi penggunaan lahan, jenis komoditas yang dibudidayakan (intensifikasi), dan peningkatan produksi nasional melalui perluasan areal tanam (ekstensifikasi). Kaitan dengan hal tersebut, analisis iklim yang lebih spesifik untuk tanaman kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan penentuan pola dan jadwal tanam yang lebih tepat. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang pernah menjadi sentra produksi tanaman kedelai nasional. Namun demikian, saat ini komoditas tanaman pangan lahan kering yang lebih dominan diusahakan adalah jagung dan singkong, sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai provinsi lampung harus mendapatkannya dari wilayah lain, bahkan import dari negara lain. Kajian iklim terkait optimalisasi produksi tanaman kedelai diharapkan dapat mendukung provinsi Lampung berswasembada kedelai dan ikut menunjang kebutuhan kedelai secara nasional. Analisis yang akan dilakukan meliputi (1) anal isis tipe iklim, (2) anal isis pengelompokan pola hujan (clustering), (3) neraca air lahan untuk kebutuhan tanaman kedelai, dan (4) kesesuaian iklim untuk tanaman kedelai. Hasil menunjukan sebagian wilaya~ Provinsi Lampung memiliki kesesuaian tinggi (51) dan kesesuaian sedang (52) khususnya beberapa tern pat di Kabupaten Lampung Utara dan Tulang Bawang Barat. Wilayah yang tidak sesuai (N) meliputi Kabupaten Lampung Barat, sebagian besar Tanggamus, bagian timur Mesuji, beberapa tempat di Tulang Bawang, sebagian PesaWciran, dan sebagian Lampung 5elatan bagian selatan.

3 DAFTAR lsi Halaman RINGKASAN...i PRAKATA... ii DAFTAR iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BASI PENDAHULUAN 1.1. La tar Belakang Perumusan Masalah... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Wilayah Budidaya Komoditas Kedelai Klasifikasi lklim Pewilayahan Pola Hujan dan Musim Neraca Air Lahan BAB Ill TUJUAN DAN MANFAAT 3.1. Tujuan Manfaat BABIV METODOLOGI 4.1. Data Ungkup Penelitian Pengolahan dan Anal isis Anal isis Tipe lklim Oldeman Analisis Clustering Anal isis Neraca Air Lahan Kesesuaian Lahan Tanaman Kedelai Analisis lnterpolasi dan Overlay Pembobotan Unsur lklim dan Fisik Tanah BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik lklim Curah Hujan Suhu Udara Kelembaban Udara Tipe lklim Oldeman Pewilayahan Pol a Hujan Rata-Rata Periode Musim Kandungan Air Tanah Dasarian..._ Kesesuaian lklim untuk Tanaman Kedelai Kesesuaian lklim BAB VI Jadwal Awal Tan am Kedelai KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMP IRAN

4 DAFT AR T ABEL Tabel 2a Kesesuaian agroklimat tanaman kedelai Tabel 2b Beberapa varietas unggul kedelai rakitan Badan Litbang Pertanian abel 2c Penjabaran kegiatan pertanian berdasarkan klasifikasi Oldeman abel 2d Kriteria klasifikasi Schmidth-Ferguson abel 2e Kapasitas La pang pad a beberapa jenis tanah dan tanaman abel 4a Kriteria klasifikasi Oldeman abel 4b Subdivisi peri ode kering dan masa tanam abel 4c Matriks komponen utama berdasarkan data curah hujan dasarian abel 4d Prosedur perhitungan NAL abel 4e Unsur fisik yang digunakan dalam analisis interpolasi kesesuaian iklim Tabel4f Klasifikasi dan nilai bobot dari setiap unsur Tabel Sa Tipe lklim Oldeman pada setiap pos hujan Provinsi Lampung Tabel Sb Daftar pos hujan pada setiap kelompok pola hujan abel Sc Rata-rata hujan dasarian pada setiap kelompok pola hujan ,..abel 5d Karakteristik musim pad a setiap kelompok pola hujan abel 5e Luas kesesuaian tanaman kedelai setiap kabupaten abel Sf Luas awal tanam kedelai pada setiap kabupaten lv

5 DAFTAR GAMBAR 3ambar 2a Peta kontur Provinsi Lampung ambar 2b Peta penggunaan tanah Provinsi Lampung... 6 Gam bar 2c Beberapa varietas unggul hasil penelitian Bad an Litbang Pertanian... 9 :=.am bar 2d Penanaman dengan cara tug a I :=.am bar 2e Cara pemupukan lahan ~mbar 2f (a) Kel. Larva instar 1 S.litura, (b) Ulat instar; (c) gejala serangan penggerek polong ambar 2g Gejala penyakit hawar batang ambar 2h Penjemuran brangkasan dan biji kedelai pasca pan en ambar 4a Alur penyusunan kesesuaian lahan tanaman kedelai ambar Sa Rata-rata curah hujan tahunan Propinsi Lampung ambar 5b Rata-rata suhu udara tahunan Propinsi Lampung ambar 5c Suhu udara rata-rata bulan an Provinsi Lampung :.,jambar 5d Rata-rata kelembaban udara tahunan Provinsi Lampung ambar 5e Tipe iklim Oldeman Provinsi Lampung Gam bar Sf Dendogram hasil clustering hujan dasarian dari 26 pos hujan :,;,am bar 5g Plot jarak antar kelompok hujan pad a setiap step clustering Gam bar 5h Sebaran pos hujan sesuai kelompoknya di Provinsi Lampung ~ mbar 5i Peta pewilayahan tipe hujan Provinsi Lampung ~ mbar 5j Grafik pol a hujan dasarian Provinsi Lampung ambar 5k Grafik KAT lahan pada setiap kabupaten ambar 51 Grafik KAT tanaman kedelai pada setiap kabupaten ambar 5m Peta kesesuaian tanaman kedelai Provinsi Lampung ambar 5n Peta jadwal tanam kedelai Provinsi Lampung ' 3ambar 5o Luas wilayah berdasarkan jadwal tanam kedelai v

6 BABI PENDAHULUAN.1. Latar Belakang Komoditas kedelai sudah sangat dikenal sebagai bahan baku untuk ::>embuatan tahu, tempe, kecap dan susu kedelai serta untuk pakan ternak. Dewasa ini kedelai bahkan tidak hanya digunakan sebagai sumber protein, _,elainkan juga sebagai produk pangan fungsional yang dapat mencegah mbulnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner dan hipertensi. Sementara kebutuhan kedelai nasional kian meningkat, produksi kedelai dalam ~eg eri belum dapat memenuhi kebutuhan nasional. Karenanya pemerintah donesia kembali menggalakkan penanaman kedelai untuk memenuhi ebutuhan dalam negeri. Saat ini kebutuhan kedelai mencapai 2 juta ton/tahun :Jan baru dapat dipenuhi sebanyak 1 juta ton, sehingga untuk kekurangannya ::>emerintah masih perlu mengimpor dari negara lain. Berbagai upaya telah dilaksanakan pemerintah untuk mendorong ::>eningkatan produksi kedelai, antara lain melalui program intensifikasi, yaitu ""'"' lalui pemilihan komoditas yang akan dibudidayakan dan program el(stensifikasi, yaitu dengan perluasan areal tanam dan pengaturan pola tanam ::..,tar kedelai dan tanaman lain. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang sempat : canangkan sebagai provinsi sentra produksi tananian kedelai nasional. :sayangnya, saat ini komoditas tanaman pangan untuk lahan kering yang lebih... ominan dibudidayakan dari provinsi ini adalah jagung dan singkong; sehingga..... uk memenuhi kebutuhannya sendiri, provinsi ifli harus mendatangkan edelai dari daerah lain, atau mengimpor dari luar negeri. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi aman. lnformasi kesesuaian iklim sangat diperlukan untuk perencanaan a.ol<asi penggunaan lahan, perluasan areal tanam dan rekomendasi pola ::nam dan pengaturan jadwal tanam. Guna memperoleh produksi kedelai yang 1

7 optimal, perlu dilakukan pemilihan lokasi dan penentuan jadwal tanam yang sesuai. Pengaturan pola tanam terkait dengan kebutuhan air, khususnya di daerah non irigasi yang sangat bergantung pada curah hujan dan faktor-faktor Kli m lainnya, seperti suhu udara dan penyinaran matahari, dapat mendukung ::>ertumbuhan tanaman sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimal. Disamping ketergantungan terhadap faktor iklim, penyediaan varietas unggu/ edelai juga memegang peranan penting, di samping penerapan teknologi ::>udidaya lain, sarana produksi, penyuluhan, dan jaminan pasar yang baik (A azar dkk., 2008). Analisis karakteristik iklim untuk tanaman kedelai di provinsi Lampung diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya mengoptimalkan ::>roduksi kedelai di daerah ini serta dapat mendukung provinsi Lampung sebagai provinsi berswasembada kedelai dan ikut menunjang kebutuhan edelai nasional. Anal isis yang akan dilakukan meliputi (1) analisis tipe iklim, (2) anal isis ::>engelompokan pola hujan (clustering), (3) neraca air lahan untuk kebutuhan anaman kedelai, dan (4) kesesuaian iklim untuk tanaman kedelai. Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk Karya Tulis llmiah untuk diterbitkan pada jurnal terakreditasi tingkat nas1onal dan internasional. Hasil ana/isis 'karakteristik iklim dan kesesuaian iklim untuk tanaman kedelai' ini akan disampaikan kepada Dinas Pertanian Provinsi, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, dan BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) untuk dapat diterapkan dalam kebijakan Pemerintah Daerah Lampung Perumusan Masalah Kondisi iklim merupakan salah satu parameter penting dalam 11enentukan keberhasilan pertanian. Penentuan jadwal tanam yang tepat yang disesuaikan dengan karakteristik iklim yang sesuai dapat menghasikan nroduksi kedelai yang optimal. 2

8 Beberapa hal yang menjadi permasalahan utama dari riset terapan "analisis karakteristik iklim untuk optimalisasi produksi kedelai di Provinsi Lampung" adalah sebagai berikut: a) Bagaimana distribusi kesesuaian lahan tanaman kedelai berdasarkan ana/isis ik/im dan kondisi fisik wi/ayah? o) Bagaimana mengoptimalkan awal tanam kedelai dengan memanfaatkan karakteristik iklim guna peningkatan produksi? 3

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Wilayah Secara umum wilayah Provinsi Lampung berada pada 3 45' LS-6 45' LS serta ' BT dan ' BT dan berbatasan langsung dengan dua :xovinsi, yaitu Sumatera Selatan dan Bengkulu di sebelah utara, Laut Jawa di sebelah timur, Selat Sunda di sebelah selatan, dan Samudera Indonesia di sebelah barat. Letak Provinsi Lampung yang demikian strategis menjadikan ampung sebagai penghubung utama lalu lintas pulau Jawa dan Sumatera -naupun sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki wilayah cukup yang luas, ""'lencapai ,50 km 2. Ada beberapa pulau yang termasuk wilayah Provinsi _ampung, sebagian besar berada di Teluk Lampung, antara lain Pulau Darot, =>ulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, =>ulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus, dan Pulau Tabuan. Provinsi Lampung juga merupakan sambungan dari jalur Bukit Barisan di ::>ulau Sumatera. lni bisa dilihat dari kondisi alamnya yang berbukit-bukit. Di :aerah tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan di sepanjang tepi Laut _ awa, dari timur sampai utara, merupakan perairan yang luas. Ada beberapa sungai besar yang mengalir di Provinsi Lampung, di a!"'ltaranya adalah Way Sekampung, Way Seputih, Way Tulangbawang, dan ay Mesuji. Way Mesuji mengalir di perbatasan Provinsi Lampung dan \Jmatera Selatan, dan memiliki anak sungai bernama Sungai Buaya yang canjangnya mencapai 70 km. Provinsi Lampung dibagi menjadi 12 Kabupaten,. aitu Way Kanan, Tulang Bawang, Tanggamus, P~s~waran, Lampung Utara, _ampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Barat, Mesuji, 1::..;ngsewu, Tulang Bawang Barat, dan 2 Kota, yakni Metro dan Bandar _ampung. Rata-rata curah hujan tahunan di wilayah Provinsi Lampung umumnya ::-tara mm, kecuali sebagian Lampung Barat bagian utara, sekitar 4

10 Gunung Tanggamus dan sekitar Kalianda lebih dari 2500 mm, sedangkan Tulang Bawang bagian timur dan Pesawaran bagian selatan kurang dari 2000 mm. Di bidang pertanian Provinsi Lampung cukup mempunyai kontribusi di tingkat nasional. Beberapa prestasi pertanian Provinsi Lampung antara lain merupakan sentra nomor 7 padi nasional, sentra nomor 3 jagung nasional, sentra nomor 10 kedelai nasional, dan sentra utama ubi kayu. Pemerintah Provinsi Lampung mengharapkan dengan adanya peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian Lampung akan dapat berswasembada kedelai pada tahun Provinsi Lampung memiliki kontur mulai dari pantai hingga ketinggian sekitar 1500 meter. Penggunaan tanah di Lampung Barat, beberapa tempat di Tanggamus, Way Kanan, Mesuji, Tulang Bawang, dan pesisir timur Lampung Timur merupakan hutan. Sementara itu, kebun campur dan perkebunan rakyat umumnya berada di sebagian besar Way Kanan, Lampung Utara, Tenggamus, Pringsewu, dan sebagian besar Lampung Selatan. PROP...!! IUIIATIRA HLATAN ~ 10'f-20'&T 105'«Ys.r l ~ c; KONTUR lampung H W~E s 2: SD~IIrl KETERAHGAH : /V 0 /V 100 5H /V llicni!! ~ ~ c; Gl l(ota Propinsl /V.._.f'ropin.; /V B... KoiMipaten/Kota. SaiuKe~atm - /V COorio P...t.i -IN 11>0 1 1.,..,.A<Imilllllr.ul--I'ANAt-I'2H.8H 7. Polo!I..-JMOIIIIITAIMI..,._1 : "'YBT ' :d '(, PUL.AIJ.IAWA 105~&T Gambar 2a. Peta kontur Provinsi Lampung. I _, -...n...,...,.., KJUn.t.l Jf Mn Ch,.,/Mk.a 5

11 I I'"OI"INal ~ IUMATiiRA IILATAN ~ t _...,..,..., l 1.hlo _ I&!~ IT 1 : 2HMf 1 "-lof'o_t_iaii'*'iitah.ll-1 : HIMfl ; ~: PU.L.AU JAWA...,.., I """"' ~ PEN66UNAAN TANAH LAMPlJNG w~c ' 2! 0 25 >----< > < I "'- UJ'UAHQMI :... l " -tmtma CM~p&~r. ~ _.K_.... % /V -~ -- -,.., a...k/t...-.n'....aw-pr.... ;"-;;-:;:;,. ""' -0 eu.n.... ~ ~op -., O atlllllh Gam bar 2b. Peta penggunaan tanah Provinsi Lampung Budidaya Komoditas Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merill) berasal dari daerah China Utara. Di Indonesia kedelai dikenal semenjak abad ke-16. Mula-mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai hanya di Pulau Jawa kemudian menyebar ke pulaupulau lain seperti Bali dan Nusa Tenggara. Kondisi Tanah, Ketinggian, dan lklim untuk Pertumbuhan Tanaman Kedelai Tanaman kedelai umumnya berbentuk semak yang tumbuh tegak. Pertumbuhan tanaman semusim ini dipengaruhi oleh media tanam. Pada mumnya tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah jenis apa saja selama drainase dan aerasinya cukup baik. Tanah yang terlalu basah atau digenangi air akan menyebabkan akar tanaman kedelai menjadi busuk sedangkan aerasi penting untuk ketersediaan oksigen. Tanah berpasir pun rnasih bisa ditanami kedelai selama air dan hara tanaman cukup tersedia untuk :::>ertumbuhannya. Tingkat keasaman (ph) yang bisa ditoleransi tanaman edelai berkisar antara 5,8 s.d. 7. Tanaman kedelai juga memerlukan tanah ang banyak mengandung humus/bahan organik yang akan memperbaiki daya 6

12 lah dan aerasi bila tersedia cukup dalam tanah (Prihatman, 2000; lrwan, 2006). Sebaiknya tanaman kedelai dibudidayakan pada lokasi yang kondisi :Jpografinya datar dan pada ketinggian kurang dari 500 m dpl. Varietas kedelai erbiji kecil tumbuh dengan baik di lahan dengan ketinggian 0,5-300m dpl sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam pada lahan dengan etinggian m dpl (Prihatman, 2000; lrwan, 2006). Tabel2a. Kesesuaian agroklimat tanaman kedelai TINGKA T KESESUAIAN I KARAKTERISTIK Suhu rata-rata ('C) B evasi (m dpq Curah hujan (mm/tahun) :urah hujan/musim tanam rnm) S1 Sang at sesuai S2 Sesuai S3 Sesuai bersyarat S4 Kurang sesuai <18 >32 >1300 >3500 <1500 <100 >900 ::rainase _engas tanah (%).t:edalaman tanah (em),:.rl tanah 3ahan organik ::: '.r :a dan Mg <ejenuhan AI(%),aungan (%) S...1mber: 1. Balitkabi, Malang 2. Balitanak, Bogor Baik >40 6,0-6,5 Tinggi sedang-tinggi tinggi tinggi tinggi <8 0-8 Sedang Lambat/cepat > ,6-7,0 4,5-5,0 5,0-6,0 Sedang Agak rendah Sedang rendah Sedang rendah Sedang rendah sedang rendah 10-Aug 19-Nov 15-Aug rendah <50 >95 <15 <4,5 >7,0 Rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah >20 >25 I! Selain media tanam dan ketinggian, faktor penting untuk pertumbuhan - - aman kedelai adalah iklim. Unsur iklim yang mempengaruhi pertumbuhan :::-1aman kedelai antara lain lama penyinaran matahari, suhu, dan curah hujan. -a'laman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama yinaran sinar matahari karena tanaman ini tergolong tanaman "hari dek", yang artinya tanaman tidak akan berbunga jika panjang hari melebihi.. : jam/hari (lrwan, 2006). Suhu udara yang optimum untuk budidaya kedelai ::Blah C (Nazar dkk, 2008). Selama pertumbuhan suhu optimum 7

13 :aalah oc sedangkan pada masa proses perkecambahan suhu yang cok adalah 30 C (Prihatman, 2000). Suhu yang optimum untuk pembungaan edelai adalah oc (lrwan, 2006). Suhu yang terlampau tinggi ataupun -~n ampau rendah pada masa ini akan menurunkan produksi kedelai. Bila -~'i ampau tinggi (40 C), bunga akan rontok sehingga jumlah polong dan biji edelai yang terbentuk akan berkurang. Sebaliknya, bila suhu terlalu rendah 4 0 C), proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai akan -~'"'h ambat. Curah hujan yang_ dibutuhkan agar tanaman kedelai tumbuh baik :1tara mm/bulan (Prihatman, 2000; Nazar dkk, 2008). Tanaman edelai berproduksi optimal bila curah hujan antara mm/bulan 0 rihatman, 2000). Curah hujan ini berkaitan dengan kebutuhan air pada :::1aman kedelai pada masa pertumbuhannya, yakni mm. Hal ~.--p enting adalah distribusinya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman :?delai dapat terpenuhi. omponen Teknologi Produksi Kedelai ~=-=o erapa komponen penting dalam teknologi produksi kedelai, antara lain: Persiapan lahan Persiapan lahan dilakukan dengan cara berbeda untuk jenis lahan yang :e"beda. Apabila lahan kering, dilakukan pengolahan terlebih dahulu (lrwan, ). Lahan sawah dengan tanaman monokultur perlu dibersihkan dari jerami =---:ebih dahulu baru kemudian tanah diolah dua kali (Nazar dkk, 2008). Jika ::-.ah lahan bersifat asam, lahan ditambah kapur berbarengan dengan 1::~, golahan tanah (lrwan, 2006). Tanah yang baru pertama kali ditanami edelai, pada persiapan /ahan perlu diberi bakteri Rhizobium, kecua/i tanah ::'lg sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang panjang) (lrwan, 2006). _ tuk menghindari tejadinya penggenangan air dibuat saluran drainase setiap -..., dengan kedalaman em dan Iebar 20 em (Nazar dkk, 2008). Penggunaan Varietas Unggul Pemilihan varietas mempertimbangkan umur panen, ukuran dan warna serta tingkat adaptasi terhadap lingkungan tumbuh. Umur panen dari _.etas yang akan ditanam disesuaikan dengan pola tanam pada lahan untuk -~., ghindari terjadinya pergeseran waktu tanam pasca panen kedelai. 8

14 Pemilihan ukuran dan warna biji varietas mempertimbangkan faktor ekonomi, yakni permintaan pasar, sehingga memudahkan saat menjual hasil panen. Untuk kondisi lahan tertentu (misalnya, tanahnya terlampau asam atau daerah empat pembudidayaan rentan terhadap serangan hama) ditanam varietas o<edelai yang mudah beradaptasi dengan kondisi lahan tersebut agar tetap bisa umbuh dengan baik. Gambar 2c. Beberapa varietas unggul hasil penelitian Badan Litbang Pertanian: (a) ari etas Tanggamus, (b) varietas Wilis, (c) varietas Anjasmoro. (Sumber: Nazar dkk, 2008). 3ambar 2c menunjukkan beberapa varietas unggul hasil penelitian Badan!-.tbang Pertanian. Varietas lainnya beserta sifat-sifat keunggulannya dapat.: lihat pada Tabel 2b. Tabel r Varietas Umur Bobot Potensi Warn a Sifat-sifat Tahun (hari) 100 biji hasil biji penting (gr) (ton/ha) \';,.lis Kuninq Adaotasi luas 1983 G..Jrangrang _ Kuning T a han penyakit karat, 1999 rendemen susu tinqqi..ana Kuninq 2001.:...-Jasmoro Kuning Tahan karat, tidak _3 mudah pecah :: '"'abu ng Kuning Agaktahan 2001 karat, tidak mudah pecah Kuninq ~ahan ulat qravak f :: -.ggam us Kuning Agak tahan karat, 2001 adaptif lahan masam.s..i t Kuning Adaptif pada lahan 2001 rawa tipe B & C : - ay Hi tam 1993 '.':-api Hi tam 1999 ;.! ::_ <a Hi tam :) r. Nazar dkk.,

15 3) Penanaman Waktu yang tepat untuk penanaman dipilih sedemikian rupa sehingga ahan tidak mengalami kebanjiran atau kekeringan. Penanaman dilakukan ::engan mengisi lubang yang dibuat dengan menggunakan tugal dan berjarak.!o em x 15 em atau 40 em x 20 em sebanyak 2-3 biji/lubang. Semakin subur anan, sebaiknya jarak tanam dibuat semakin Iebar (Nazar dkk, 2008; Rahayu ::'(1(, 2009). Gambar 2d. Penanaman dengan cara tugal (sumber: Rahayu dkk, 2009). Pemupukan Kedelai merupakan sumber protein nabati. Nitrogen sebagai bahan _:ama protein diperoleh dari proses fiksasi nitrogen oleh bakteri Rhizobium = 'Ylnieum, yang terbentuk pad a bintil akar. Pemupukan nitrogen pad a satu ggu pertama) perlu dilakukan untuk merangsang pembentukan akar. - etelah tanaman berumur hari pemupukan susulan dilakukan hanya :aja tanah yang kurang subur saja (lrwan, 2006). Tanaman kedelai yang _ :anam pada sawah yang subur dan sebelumnya ditanami padi tidak -ernerlukan tambahan NPK (Rahayu dkk, 2009). Pupuk diberikan pada lajur di.:.-:ara tanaman kemudian ditutup tanah sedangkan kapur (dolomit) ditebar - =-::elum tanam saat pengolahan lahan kedua (Nazar dkk, 2008). Gambar 2e. Cara pemupukan lahan (Sumber: Nazar dkk, 2008) 10

16 5) Penyiangan Penyiangan dilakukan pada saat tanaman kedelai berumur 15 dan 30 hari. Bila rumput masih banyak penyiangan dilakukan lagi pada umur 55 hari (Nazar dkk, 2008). Frekuensi penyiangan bisa ditekan dengan menghamparkan mulsa jerami secara merata dengan ketebalan <10 em. Penggunaan mulsa jerami juga bermanfaat untuk menekan serangan lalat bibit (Rahayu dkk, 2009). 6) Pengendalian Hama Kedelai Menurut Nazar dkk.(2008), pengendalian hama terpadu (PHT) dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a) Menggilir dengan tanaman selain kedelai dan kacang-kacangan; ::>) Menanam kedelai pada satu wilayah seawal mungkin dengan beda waktu... ~ - : tan am kurang dari 10 hari; Menggunakan varietas berumur; Menerapkan sistem tanam tumpangsari dengan tanaman bukan kedelai atau bukan kacang-kacangan; Tidak menanam tanaman inang di luar musim tanam; Menanam varietas tahan hama; Menghamparkan mulsa jerami untuk mengurangi serangan hama lalat kacang; Mengumpulkan dan memusnahkan kelompok telur, ulat, dan serangga hama dewasa secara mekanis/fisik; Menggunakan insektisida secara efektif menurut takaran, cara dan waktu penyemprotan bila populasi hama telah mencapai ambang kendali. :=ambar 2f menunjukkan larva dan ulat instar serta gejala yang menunjukkan : -:adinya serangan hama penggerek polong. Gambar 2f. (a) Kel. Larva instar 1 S.litura, (b) Ulat instar; (c) gejala serangan penggerek polong (Sumber: Nazar dkk, 2008). 11

17 7) Pengendalian Penyakit Kedelai Penyakit tanaman yang sering menyerang tanaman kedelai adalah karat daun, hawar batang, dan virus. Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh vi rus dapat dilakukan dengan upaya pencegahan dengan rotasi tanaman, oembakaran tanaman inang, pemberantasan serangga vektor, penggunaan oenih sehat, dan pembuangan.tanaman sakit. (Nazar dkk, 2008). Gambar 2g. Gejala penyakit hawar batang (sumber: Nazar dkk, 2008). 8) Panen dan Pasca Panen Jumlah dan mutu hasil panen kedelai dipengaruhi oleh waktu, cara, dan 3 at panen. Penanganan pascapanen, yang terdiri dan penjemuran brangkasan ::.anaman, pembijian, pengeringan, pembersihan, dan penyimpanan juga --.enentukan dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, = s.ologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pasca :anen. ~a m bar 2h. Penjemuran brangkasan dan biji kedelai pasca panen (Sumber: Nazar dkk, 2008). 12

18 2.3. Klasifikasi lklim Perilaku unsur iklim di suatu wilayah merupakan resultan dari unsur iklim ainnya. Meskipun po/a peri/aku ik/im di bumi cukup rumit, tetapi ada ecenderungan pola/karakteristik dari unsur iklim di berbagai daerah yang -etaknya berjauhan, menunjukkan perilaku yang sama apabila faktor utamanya sama. Faktor utama tersebut dapat berupa salah satu unsur iklim atau letak Jengendalinya. Keadaan iklim tiap wilayah seperti daerah dingin, daerah panas, gurun,... ~epa atau hutan tropis ternyata tersebar di berbagai tempat sehingga ~.e mbutuhkan suatu sistem penamaan untuk kelompok-kelompok yang sama -e,.sebut. Sistem penamaan terhadap pokok bahasan dalam setiap cabang 1u yang mendasarkan pada sifat-sifat yang sama dikenal sebagai sistem asifikasi. Di dalam membahas iklim juga dikenal klasifikasi iklim yang pada sipnya membuat formulasi-formulasi kesamaan tentang sifat unsur -unsur m di suatu wilayah sehingga dapat dikelompokkan menjadi kelas-kelas iklim. asifikasi lklim Indonesia Berdasarkan klasifikasi iklim global, wilayah kepulauan Indonesia :-=.agian besar tergo/ong da/am zona iklim tropika basah dan sebagian kecil --asuk zona iklim pegunungan atau tropika monsun. Variasi suhu udara ~an tung pada ketinggian tempat (altitude). Fluktuasi suhu musiman tidak.adi (minimal). Keberadaan lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut perkecil gejolak suhu udara yang mungkin timbul. Zona iklim pegunungan berada pada ketinggian tempat >1000 meter dari kaan laut. Dengan demikian suhu rata-rata pada zona iklim pegunungan - lebih rendah 6 C dibanding pada dataran rendah (penurunan suhu ' ar 0.6 C setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat). Zona iklim :: - -ungan di Indonesia meliputi wilayah pegunungan Bukit Barisan, daerah ;:c'!; ::2' puncak (Jawa Barat), sekitar Wonosobo (Jawa Tengah), beberapa..a: di Jawa Timur, Pegunungan Jaya Wijaya, serta pegunungan di bagian :r Pulau Kalimantan dan Sulawesi. n

19 Kl asifikasi lklim Berdasarkan Pertumbuhan Vegetasi (di Indonesia) Sistem Klasifikasi Koppen Klasifikasi ini merupakan klasifikasi utama yang berdasarkan pada -ubungan antara iklim dan pertumbuhan vegetasi. Sistem klasifikasi ini paling : 'Kenai dan digunakan secara intemasional sejak publikasi pertamanya pad a.anun 1901 sampai perbaikan-perbaikannya yang tertulis dalam buku Gruudis :er Klimakunde tahun Dasar klasifikasi ini adalah suhu dan hujan rata-rata bulanan maupun -~n unan yang dihubungkan dengan keadaan vegetasi alami berdasarkan peta egetasi De Candolle (1874). Menurut Koppen vegetasi yang hidup secara :: ami menggambarkan iklim tempat tumbuhnya. Vegetasi tersebut tumbuh dan _._rkembang sesuai dengan hujan efektif, yaitu kesetimbangan antara hujan, ~h u, dan evapotranspirasi. Jumlah hujan yang sama akan berbeda.egunaannya bila jatuh pada musim yang berbeda. Oteh karena itu, batas _.atas klasifikasi Koppen berkaitan dengan batas-batas penyebaran vegetasi. Klasifikasi iklim Koppen disusun berdasarkan lambang atau simbol yang -erumuskan sifat dan corak masing-masing tipe hanya dengan tanda yang =~diri dari kombinasi huruf. Berdasarkan dua kombinasi huruf pertama, maka ada 12 tipe iklim -.urut klasifikasi Koppen, yaitu:.:: Daerah lklim Hujan Tropik Oaerah lklim Kering Oaerah lklim Sedang Berhujan : Af, Aw, Am : BS, BW : CF, Cs, Cw - u aerah lklim Hujan Oingin :Of, Ow - Oaerah lklim Kutub : Ew, Ef em Klasifikasi /klim 0/deman Klasifikasi iklim Oldeman untuk keperluan praktis sangat berguna, _s<jsnya dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia an menggunakan unsur curah hujan. Kriterianya didasarkan pada 14

20 :>erhitungan bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) berturut-turut yang :)atasannya memperhatikan peluang hujan, hujan efektif, dan kebutuhan air tuk tanaman. Konsep yang dikemukakan Oldeman adalah: a' Padi sawah akan membutuhkan air rata-rata per bulan 145 mm pada musim hujan. Palawija membutuhkan air rata-rata per bulan 50 mm pada musim kemarau. Hujan bulanan yang diharapkan mempunyai peluang kejadian 75% atau sama dengan 0,82 kali hujan rata-rata bulanan dikurangi Hujan efektif untuk padi sawah adalah 100%. ~ Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman tertutup rapat sebesar 75%. Berdasarkan konsep tersebut, maka dapat dihitung hujan bulanan yang oerlukan untuk padi sawah maupun palawija (misal X) dengan menggunakan ~-..:es data yang panjang, yaitu: Padi sawah : 145 = 1,00 (0,82 X - 30) X = 213 mm per bulan Palawija 50 = 0, 75 (0,82 X - 30) X = 118 mm per bulan Nilai 213 mm dan 118 mm, selanjutnya dibulatkan menjadi 200 mm dan... mm, yang digunakan sebagai batas penentuan "bulan basah (BB)" dan an kering (BK)." Dengan demikian, maka: Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan > 200 mm Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan < 100 mm bungan Dengan Kegiatan Pertanian Hubungannya dengan pertanian khususnya tanaman pangan, Oldeman gemukakan penjabaran dari setiap tipe iklimnya seperti pada Tabel 2c ut. 15

21 Tabel 2c. Penjabaran kegiatan pertanian berdasarkan klasifikasi Oldeman Tipe lklim Penjabaran Kegiatan Keterangan A1 Sesuai untuk padi terus menerus, 3 PS umur pendek A2. produksi kurang, karena fluks radiasi surya rendah atau 2 PS + 1 PL. 81 Sesuai untuk padi terus menerus, dengan perencanaan yang baik, produksi tinggi bila panen musim kemarau 3 PS umur pendek atau 2 PS + 1 PL Oua kali padi varietas umur pendek, 82 musim kemarau Yang pendek cukup 2 PS + 1 PL untuk palawija C1 Tanam padi sekali dan palawija dua kali 1 PS + 2 PL C2 C3 C4 01 Tanam padi sekali, Palawija kedua jangan jatuh pada musim kering Padi umur pendek satu kali, produksi tinggi, palawija 1 PS + 1 PL +1 SK 1 PS + 1 PL 02 Hanya mungkin satu kali padi atau satu 03 kali palawija 04 1 PS atau 1 PL E Terlalu kering, hanya mungkin satu kali palawija 1 PL em Klasifikasi lklim Schmidth-Ferguson (SF) Sistem klasifikasi ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan ebunan serta sudah sangat dikenal di Indonesia. Kriteria yang digunakan ah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bulan kering (BK) bulan basah (BB) dikalikan 100% ( Q = BK I BB ~ '1.00%). Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi (Mohr menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan a periode pengamatan). BB dan BK pada klasifikasi Schmidth-Ferguson ukan tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian lahkan dan dihitung rata-ratanya. BB dan BK diartikan sebagai berikut: 16

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life Klasifikasi Iklim Klimatologi Klasifikasi?? Unsur-unsur iklim tidak berdiri sendiri tetapi saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Terdapat kecenderungan dan pola yang serupa apabila faktor utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki arti penting

Lebih terperinci

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat. 11 yang akan datang, yang cenderung mengalami perubahan dilakukan dengan memanfaatkan keluaran model iklim. Hasil antara kondisi iklim saat ini dan yang akan datang dilakukan analisis dan kemudian dilakukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP 1 KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016 di Propinsi Bali merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi Negara Bali. Prakiraan Awal

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA I. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp. (021) 7353018, Fax: (021) 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

Brady (1969) bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, air harus ditambahkan bila 50-85% dari air tersedia telah habis terpakai.

Brady (1969) bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, air harus ditambahkan bila 50-85% dari air tersedia telah habis terpakai. 6 KAT i = KAT i-1 + (CH-ETp) Hingga kandungan air tanah sama dengan kapasitas lapang yang berarti kondisi air tanah terus mencapai kondisi kapasitas lapang. Dengan keterangan : I = indeks bahang KL =Kapasitas

Lebih terperinci

ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH Wenas Ganda Kurnia, Laura Prastika Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Palu Email: gaw.lorelindubariri@gmail.com

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur http://lasiana.ntt.bmkg.go.id/publikasi/prakiraanmusim-ntt/ Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Propinsi Banten dan DKI Jakarta BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016 B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI IKLIM. Agroklimatologi ROMMY ANDHIKA LAKSONO

KLASIFIKASI IKLIM. Agroklimatologi ROMMY ANDHIKA LAKSONO KLASIFIKASI IKLIM Agroklimatologi ROMMY ANDHIKA LAKSONO IKLIM Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau dikatakan iklim merupakan rerata cuaca (selama 30 tahun). Faktor pengendali

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

III. DATA DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 2.11 Kapasitas Lapang dan Titik Layu Permanen

III. DATA DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 2.11 Kapasitas Lapang dan Titik Layu Permanen 7 radiasi surya, suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara dalam penentuan evapotranspirasi. Sedangkan faktor tanah yang mempengaruhi seperti tekstur, kedalaman tanah, dan topografi. Kebutuhan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Siantan Pontianak pada tahun 2016 menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau dan Prakiraan Musim Hujan. Pada buku Prakiraan Musim Kemarau 2016

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

A. Metode Pengambilan Data

A. Metode Pengambilan Data 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Data Dalam penelitian ini prosedur yang digunakan dalam pengambilan data yaitu dengan mengambil data suhu dan curah hujan bulanan dari 12 titik stasiun

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti diklat ini peseta diharapkan mampu Menjelaskan tentang kebutuhan air tanaman A. Deskripsi Singkat Kebutuhan air tanaman

Lebih terperinci

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Unsur-unsur Iklim 1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran - 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Puncak Atmosfer ( 100 km ) Tekanan Udara

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Arif Ismul Hadi, Suwarsono dan Herliana Abstrak: Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran siklus bulanan dan tahunan curah hujan maksimum

Lebih terperinci

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Musyadik 1), Agussalim dan Pungky Nungkat 2) 1) BPTP Sulawesi Tenggara 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Kedelai

Teknologi Budidaya Kedelai Teknologi Budidaya Kedelai Dikirim oleh admin 22/02/2010 Versi cetak Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah padi dan jagung. Menurut Irwan (2006), kandungan gizi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Curah hujan dan ketersediaan air tanah merupakan dua faktor utama yang saling berkaitan dalam memenuhi kebutuhan air tanaman. Terutama untuk tanaman pertanian. yang

Lebih terperinci

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB IKLlM INDONESIA HANDOKO Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB Secara umum, daerah tropika terletak di antara lintang 23,5O LU (tropika Cancer) sampai 23,5O LS (tropika Capricorn). Batasan ini berdasarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S. i REDAKSI KATA PENGANTAR Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si Penanggung Jawab : Subandriyo, SP Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S. Kom Editor : Idrus, SE Staf Redaksi : 1. Fanni Aditya, S. Si 2. M.

Lebih terperinci

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah KLASIFIKASI IKLIM Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi).

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG 1. TINJAUAN UMUM 1.1.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Januari 2015 di Jurusan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Januari 2015 di Jurusan 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014- Januari 2015 di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Stasiun Klimatologi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT I.Gunarto, B. de Rosari dan Tony Basuki BPTP NTT ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di hamparan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Embung Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berada di bagian hulu. Konstruksi embung pada umumnya merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Komoditas Basis Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Secara komparatif, tingkat keunggulan ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 Provinsi Jawa Barat PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan. Dalam siklus hidrologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK DAS Citarum merupakan DAS terpanjang terbesar di Jawa Barat dengan area pengairan meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Cianjur, Indramayu,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Semarang setiap tahun menerbitkan buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Propinsi Jawa Tengah. Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini mempunyai arti penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES Abstrak Kondisi fisiografis wilayah Indonesia dan sekitarnya, seperti posisi lintang, ketinggian, pola angin (angin pasat dan monsun),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

IV. PENETAPAN WAKTU TANAM OPTIMAL PADA WILAYAH TERKENA DAMPAK ENSO DAN IOD

IV. PENETAPAN WAKTU TANAM OPTIMAL PADA WILAYAH TERKENA DAMPAK ENSO DAN IOD IV. PENETAPAN WAKTU TANAM OPTIMAL PADA WILAYAH TERKENA DAMPAK ENSO DAN IOD 4.1. Pendahuluan Kondisi iklim dan ketersediaan air yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG

PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PENGAIRAN Tujuan peembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

Perlu diketahui bahwa untuk mengetahui penyimpangan iklim harus berdasarkan pada harga normal suatu harga rerata selama 30 tahun.

Perlu diketahui bahwa untuk mengetahui penyimpangan iklim harus berdasarkan pada harga normal suatu harga rerata selama 30 tahun. IKLIM Merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau merupakan rata-rata cuaca. Anasir iklim: Anasir Cuaca Untuk mencari harga rata-rata tergantung kebutuhan dan keadaan. Perlu diketahui bahwa

Lebih terperinci

Pengelolaan Air Tanaman Jagung

Pengelolaan Air Tanaman Jagung Pengelolaan Air Tanaman Jagung M. Aqil, I.U. Firmansyah, dan M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna mendukung program pengembangan

Lebih terperinci

Gambar 2 Sebaran Sawah Irigasi dan Tadah Hujan Jawa dan Bali

Gambar 2 Sebaran Sawah Irigasi dan Tadah Hujan Jawa dan Bali 7 Lambang p menyatakan produktivitas (ton/ha), Δp persentase penurunan produktivitas (%). Penggunaan formula linest dengan menggunakan excel diatas akan menghasilkan nilai m yang dapat diinterpretasikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah.

Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah. 6 Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah. Kehilangan Air Tanaman Kentang Data yang digunakan untuk menduga nilai kehilangan air tanaman kentang melalui perhitungan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan ubikayu bagi penduduk dunia, khususnya pada negara tropis setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci