JATININGRUM METAPARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JATININGRUM METAPARA"

Transkripsi

1 PALATABILITAS RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren TERHADAP KAYU PINUS ( Pinus merkusii ) DENGAN PERLAKUAN IMPREGNASI PATI DAN PEREBUSAN JATININGRUM METAPARA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2019

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Palatabilitas Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren terhadap Kayu Pinus (Pinus merkusii) dengan Perlakuan Impregnasi Pati dan Perebusan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2019 Jatiningrum Metapara NIM E

4

5 ABSTRAK JATININGRUM METAPARA. Palatabilitas Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren terhadap Kayu Pinus (Pinus merkusii) dengan Perlakuan Impregnasi Pati dan Perebusan. Dibimbing oleh ARINANA. Salah satu metode untuk mendeteksi keberadaan rayap tanah di suatu lokasi dapat dilakukan dengan metode pengumpanan. Saat ini bahan yang digunakan sebagai umpan rayap tanah adalah kayu pinus. Perlu upaya untuk meningkatkan frekuensi serangan rayap tanah terhadap kayu pinus dalam rangka mendeteksi spesies rayap tanah yang ada di suatu lokasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan palatabilitas rayap tanah C. curvignathus terhadap kayu pinus yang diimpregnasi dengan pati dan direbus. Kayu pinus diimpregnasi dengan pati pada konsentrasi 1% dengan metode vakum sebesar 10 atmosfer (atm) selama 1 jam dilanjutkan dengan tekanan sebesar 2.5 bar selama 2 jam dan perlakuan perebusan dilakukan selama tiga jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi pati dan perebusan dapat meningkatkan palatabilitas rayap C. curvignathus terhadap kayu pinus. Perlakuan terbaik adalah perebusan selama tiga jam. Kata kunci: frekuensi serangan, pengumpanan, tekan, vakum. ABTRACT JATININGRUM METAPARA. Palatability of Coptotermes curvignathus Holmgren on Pinus merkusii with Starch Impreganation and Boiling Treatments. Supervised by ARINANA. Termite baiting is a method to monitor and detect termite living colony in an area. Pine woods are commonly used as bait. Raising the termite attacks frequency to wood could identify the termite species living in an area. The objective of this study was to increase subterranean termite C. curvignathus palatability to pine wood. The treatments given to the wood were starch impregation and boiling. The pine wood was impregnated starch solution consentration was 1% in a vacuum amount 10 atm in an hour and pressured 2.5 bars in two hours. For boiling method, the pine wood was boiled in three hours. The result showed that boiling and impregnation could increased rayap tanah C. curvignathus palatability to pine wood. The best treatment for termite baits in this study is boiling method in three hours. Keyword: baiting, frequency of attacks, press, vacuum.

6

7 PALATABILITAS RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren TERHADAP KAYU PINUS (Pinus merkusii) DENGAN PERLAKUAN IMPREGNASI PATI DAN PEREBUSAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2019

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Palatabilitas Rayap Tanah Captotermes curvignathus Holmgren terhadap Kayu Pinus (Pinus merkusii) dengan Perlakuan Impregnasi Pati dan Perebusan ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga September Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Arinana, SHut MSi selaku pembimbing atas kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan ilmu, nasehat, arahan, motivasi, serta dukungan kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, Kakak, Adik, Hanif, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya serta dukungan dalam menghadapi permasalahan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman THH 51 khususnya teman satu bimbingan, Fia atas kerjasamanya dan angkatan Wasur Lawalata IPB atas bantuan dukungannya dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2019 Jatiningrum Metapara

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUN PUSTAKA 2 Kayu Pinus (Pinus merkusii Jungh et. De Vriese) 2 Rayap Tanah Coptotermes curvignathus 2 Keanekaragaman Rayap Tanah di Permukiman 3 METODE 3 Tempat dan Waktu 3 Bahan 4 Alat 4 Prosedur Penelitian 4 Analisis Data 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Identifikasi Jenis 8 Palatabilitas Rayap Tanah C.curvignathus terhadap Kayu Pinus 8 Komponen Kimia 10 Kekerasan (Hardness) 10 SIMPULAN DAN SARAN 11 Simpulan 11 Saran 11 DAFTAR PUSTAKA 11 LAMPIRAN 13 RIWAYAT HIDUP 15

14 DAFTAR GAMBAR 1. Rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren kasta prajurit (a) dan kasta pekerja (b) 3 2. Media pengujian palatabilitas makan rayap tanah C. curvignathus terhadap kayu pinus dengan metode JIS K Foto mikroskopik perbesaran 10x penampang contoh uji pada bidang lintang, bidang radial, bidang tangensial 8 4. Persentase kehilangan berat kayu pinus 9 5. Bentuk contoh uji setelah diumpankan dengan perlakuan rebus 3 jam, dan impregnasi pati 1%, serta kontrol 9 6. Komponen kimia kayu pinus Perbandingan nilai kekerasan kayu pinus antara kontrol, terimpregnasi pati 1% dan perebusan 3 jam 11 DAFTAR LAMPIRAN 1. Rata-rata kehilangan berat kayu pinus dengan berbagai perlakuan `13 2. Hasil sidik ragam nilai kehilangan berat Nilai komponen kimia kayu pinus dengan berbagai perlakuan Nilai kekerasan kayu pinus dengan berbagai perlakuan Hasil sidik ragam nilai kekerasan kayu pinus 14

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk mengetahui keanekaragaman spesies rayap tanah di suatu lokasi diperlukan material berselulosa yang disukai sebagai bahan umpan. Salah satu bahan berselulosa yang mudah diperoleh adalah kayu. Hasil penelitian laboratorium yang dilakukan oleh Arinana et al. (2012) diketahui bahwa rayap tanah Coptotermes formosanus lebih menyukai kayu pinus dibandingkan kayu akasia (Acacia mangium), karet (Hevea brasiliensis), dan sengon (Albizia chinensis). Kayu pinus memiliki zat kimia yang dapat menarik serangga untuk mendekatinya (Priawandiputra 2015). Kayu pinus termasuk ke dalam famili pinaceae dan memiliki Kelas Awet IV sehingga rentan terhadap organisme perusak seperti jamur pelapuk, jamur pewarna dan serangga rayap (Martawijaya 2005). Beberapa hasil penelitian keanekaragaman rayap tanah yang menggunakan kayu pinus sebagai umpan di lokasi permukiman menunjukkan bahwa frekuensi serangan rayap tanah terhadap kayu pinus tidak lebih dari 20%. Hasil penelitian Arinana et al. (2016) menunjukkan bahwa frekuensi serangan rayap tanah terhadap kayu pinus di Taman Darmaga Permai I Ciampea, Bogor sebesar (10.4%). Hasil penelitian Arinana et al. (2015) di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu Bekasi memperoleh hasil bahwa frekuensi serangan tersebut adalah (15%). Sementara itu hasil penelitian Arinana (2017) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta menunjukkan bahwa frekuensi serangan terhadap kayu pinus yang di tanam di permukiman adalah (15.1%). Salah satu keberhasilan dalam menentukan keanekaragaman spesies rayap di suatu lokasi adalah bahan umpan yang digunakan merupakan bahan yang disukai oleh rayap tanah yang diketahui dari frekuensi serangannya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan kesukaan rayap tanah khususnya terhadap kayu pinus. Perumusan Masalah Rayap tanah secara umum berada di dalam tanah karena sarangnya ada di dalam tanah, sehingga sulit untuk mengetahui keberadaan dan keanekaragam rayap di suatu lokasi. Diperlukan material yang disukai oleh rayap tanah. Salah satu cara yang digunakan adalah metode pengumpanan. Saat ini kayu pinus digunakan sebagai bahan pengumpanan rayap tanah. Frekuensi serangan rayap terhadap kayu pinus sebagai bahan umpan diharapkan tinggi untuk memperoleh nilai keanekaragaman spesies rayap yang valid di suatu lokasi. Perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan palatabilitas rayap tanah C. curvignathus terhadap kayu pinus.

16 2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan palatabilitas (tingkat kesukaan) rayap tanah C. curvignathus terhadap kayu pinus sebagai kayu umpan dengan perlakuan impregnasi pati dan perebusan. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai palatabilitas rayap tanah terhadap kayu pinus yang diimpregnasi pati dan kayu pinus yang direbus serta mengetahui komponen kimia serta kekerasan kayu setelah perlakuan tersebut sebagai upaya untuk mengetahui keanekaragaman spesies rayap di suatu lokasi. TINJAUAN PUSTAKA Kayu Pinus (Pinus merkusii Jungh et. De Vriese) Kayu pinus merupakan kayu daun jarum yang banyak tumbuh di Indonesia. Daerah penyebarannya yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan seluruh Jawa (tanaman). Tinggi pohonnya bisa mencapai m dengan panjang batang bebas cabang 2-23 m, diameter hingga 100 cm dan tidak berbanir. Memiliki kulit luar yang kasar berwarna cokelat-kelabu hingga cokelat tua, tidak mengelupas, beralur lebar dan dalam. Warna kayu teras cokelat-kuning muda, kayu yang berdamar berwarna cokelat atau cokelat tua, sedangkan kayu gubal berwarna putih atau kekuingan dengan tebal 6-8 cm dan memiliki teksur kayu yang halus. Kayu pinus termasuk dalam kelas awet IV, tetapi dalam percobaan uji kubur masuk ke dalam kelas awet III-V. Selain menghasilkan produk utama berupa getah pinus (Oleoresin) yang dapat diolah menjadi terpentin dan gondorukem, pohon pinus juga dapat dimanfaatkan kayunya untuk bangunan perumahan, lantai, mebel, kotak dan tangkai korek api, pulp, tiang listrik (diawetkan), papan wol kayu dan kayu lapis. Kayu pinus mudah untuk dikeringkan tetapi sering mengalami pencekungan, retak, pecah dan mudah terserang blue stain. Kayu pinus mudah dipotong dan dibelah, tetapi sukar digergaji dan diserut karena terdapat resin. Kegunaannya untuk bangunan perumahan, lantai, mebel, pulp, kayu lapis dan lain-lain (Martawijaya et al. 2005). Rayap Tanah Captotermes curvignathus Rayap Coptotermes curvignathus merupakan rayap tanah yang termasuk ke dalam famili Rhinotermitidae dan subfamili Coptotermitinae. Karakter genus Coptotermes yaitu bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya, memiliki fontanel yang lebar. Antena terdiri 9-15 segmen, dengan segmen kedua dan keempat sama panjang. Mempunyai mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri, abdomen berwarna putih kekuningkuningan dengan jumlah ruas antara 8-10 ruas (Subekti 2010). Kasta reproduktif (laron) berukuran lebih kecil, berwama coklat sampai hitam dengan sayap yang

17 berwama keperakan dan dapat berjalan dengan cepat. Rayap ini mampu merusak bangunan dan menyebabkan kerusakan, banyak ditemukan di wilayah Indonesia dan dapat ditemukan dengan kelimpahan yang cukup banyak. 3 (a) (b) Gambar 1 Rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren kasta prajurit (a) dan kasta pekerja (b) Keanekaragaman Rayap Tanah di Permukiman Terdapat 300 spesies rayap atau sekitar 13% dari spesies rayap dunia yang ada di Indonesia. Rayap Coptotermes merupakan rayap tanah (subterranean termite) yang bersarang dalam tanah. Oleh karena itu serangannya dapat mencapai bagian-bagian yang tinggi pada bangunan bertingkat. Kondisi iklim, tanah dan keragaman spesies tumbuhan di Indonesia yang merupakan daerah tropis sehingga dapat dipastikan bahwa keanekaragam jenis Coptotermes jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain (Subekti 2006). Hasil penelitian Arinana et al. (2016) frekuensi serangan rayap terhadap kayu pinus di Taman Darmaga Permai I Ciampea-Bogor sebesar 10.4% (dari 250 kayu pinus yang ditanam, sebanyak 26 buah terserang rayap) spesies rayap yang ditemukan yaitu : Coptotermes curvignathus, Schedorhinotermes javanicus, S. sarawakensis, Macrotermes gilvus, dan odontotermes javanicus. Hasil penelitian Arinana et al. (2015) di Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu Bekasi frekuensi serangannya adalah 15% (dari 200 kayu pinus yang ditanam, sebanyak 30 buah terserang rayap) spesies rayap yang ditemukan yaitu : Schedorhinotermes sp. dan Coptotermes sp. Sementara itu hasil penelitian Arinana (2017) di provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta frekuensi serangannya sebesar 15,1% (dari 1645 kayu pinus yang itanam, sebanyak 249 buah terserang rayap) spesies rayap yang ditemukan yaitu : Coptotermes curvignathus, Schedorhinotermes javanicus, Microtermes insperatus, Macrotermes gilvus. dan S. javanicus. Menurut Nandika et al. (2015) di Indonesia kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan rumah pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 8.68 trilyun per tahun. Kondisi ini menyebabkan rayap dapat menjadi suatu ancaman yang besar dan potensial terhadap bangunan baik perumahan maupun gedung. METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rayap Divisi Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu Departemen Hasil Hutan, Fakultas

18 4 Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga September Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu pinus (Pinus merkusii) yang berasal dari Ciampea Bogor, koloni rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren, alkohol 70%, akuades, air mineral, asam asetat 10%, sodium klorit, NaOH 8%, NaOH 17.5%, asam sulfat 72%, NaOH 1%, dan etanol benzene. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung akrilik dengan dasar dental cement sebagai wadah uji, bak penyimpanan, oven, kapas, kain hitam, jaring plastik, gergaji mesin, vakum tekan, timbangan elektrik, panci, kompor pemanas, desikator, disc milling, saringan bertingkat, kain hitam, erlenmeyer, gelas ukur, pipet, waterbath, gelas piala, kertas saring, tabung reaksi, mesin uji sifat mekanis merk Chun Yen dan autoclave. Persiapan Contoh Uji Prosedur Penelitian Contoh uji yang digunakan adalah kayu pinus yang berasal dari Ciampea Bogor, Jawa Barat contoh uji yang digunakan adalah bagian gubalnya saja. Ukuran contoh uji untuk pengujian palatabilitas rayap tanah C. curvignathus terhadap kayu pinus adalah 2 cm x 2 cm x 1 cm berdasarkan Japanese Industrian Standard (JIS) K Ukuran contoh uji kekerasan kayu (hardness) adalah 2 cm x 2 cm x 6 cm berdasarkan standar British (BS (SI)), dan pengujian sifat kimia berupa serbuk berukuran mesh. Contoh uji diberi perlakuan impregnasi pati konsentrasi 1%, dan perebusan selama tiga jam. Setiap pengujian disiapkan juga contoh uji kontrol. Ulangan setiap perlakuan dalam penelitian ini adalah tiga ulangan. Perlakuan perebusan dilakukan dengan contoh uji diletakan dalam panci yang telah terisi air, lalu direbus selama tiga jam. Setelah perlakuan selesai, contoh uji ditiriskan lalu diangin-anginkan. Proses impregnasi pati menggunakan tepung tapioka. Tepung tapioka dilarutkan menggunakan akuades dengan konsentrasi 1%. Contoh uji dan larutan pati dimasukkan kedalam wadah lalu dimasukkan dalam mesin vakum tekan. Proses impregnasi diberi perlakuan vakum 10 atm selama satu jam, setelah itu diberi tekanan 2.5 bar selama dua jam. Setelah perlakuan selesai contoh uji ditiriskan lalu ditimbang untuk mengetahui retensi. Contoh uji kemudian dikeringkan dengan oven bersuhu o C selama dua hari hingga berat konstan. Semua contoh uji yang sudah diberi perlakuan impregnasi pati dan perebusan diamplas sebelum pengujian palatabilitas rayap tanah C. curvignathus. Rumus perhitungan retensi sebagai berikut :

19 5 R = (B 1 B 0 ) xk V Keterangan : R = retensi bahan pengawet (g/cm 3 ) B 1 = bobot contoh uji setelah diawetkan (g) B 0 = bobot contoh uji sebelum diawetkan (g) V = volume contoh uji (cm 3 ) K = konsentrasi larutan (%) Identifikasi Kayu Proses maserasi dibuat mengikuti metode Schluze yang dimodifikasi yaitu dengan memanaskan kayu pada waterbath yang telah diberikan HNO3 dan KCLO3 selama kurang lebih 15 menit hingga serat homogen, kemudian disaring hingga bebas asam lalu serat dimasukkan kedalam botol film dan diberi 1-2 tetes safranin untuk tujuan pewarnaan. Setelah 6 jam serat diamati dibawah mikroskop cahaya. Pengukuran serat dilakukan terhadap 50 sel individu utuh per segmen menggunakan aplikasi imagej. Data-data hasil pengukuran dimensi kemudian dirata-ratakan. Pengamatan struktur anatomi dilakukan dengan metode Forest Products Laboratory untuk sediaan mikrotom pada tiga bidang pengamatan (lintang, radial, dan tangensial) untuk sediaan mikrotom kayu dipresto selama kurang lebih satu jam hingga lunak kemudian kayu di sayat menggunakan sliding mikrotom, lalu dimasukan ke dalam botol film lalu diberi safranin dan diamati dibawah mikroskop cahaya untuk didokumentasikan. Palatabilitas rayap tanah C. curvignathus terhadap contoh uji Pengujian palatabilitas dilakukan berdasarkan JIS K Contoh uji dioven dengan suhu 60 ± 2 o C selama 48 jam untuk mendapatkan nilai berat kayu sebelum pengujian (W 1 ). Contoh uji lalu dimasukan kedalam wadah uji yang terbuat dari tabung akrilik dengan dasar dental cement. Posisi contoh uji diletakan ditengah tabung akrilik di atas jaring plastik. Wadah uji dan jaring plastik yang digunakan harus dalam keadaan steril yaitu telah disemprot dengan alkohol 70%.Selanjutnya kedalam masing-masing wadah uji dimasukkan 150 ekor rayap pekerja dan 15 ekor rayap prajurit. Bagian atas tabung akrilik ditutupi dengan kain hitam lalu dimasukan dalam kontainer yang telah dialasi tisu lembab (Gambar 2). Kontainer disimpan dalam ruangan gelap selama 21 hari. Selama pengujian wadah uji dijaga kelembabannya dengan cara memberi air pada tisu serta dicek setiap hari untuk mengamati rayap yang mati. Rayap yang mati dikeluarkan dari wadah uji. Setelah 21 hari pengujian contoh uji dibersihkan lalu di oven dengan suhu 60±2 o C dan ditimbang (W 2 ). Respon yang dihitung setelah dilakukan pengujian adalah kehilangan berat dengan menggunakan rumus: Wl = (W 1 W 2 ) x100 Keterangan : W l = Kehilangan berat (%) W 1 = Berat kayu kering oven sebelum diumpan (g) W 2 = Berat kayu kering oven setelah diumpan (g) W 1

20 6 Tabung akrilik Contoh uji Tisu basah Jaring plastik Dental cement Gambar 2 Pengujian palatabilitas makan rayap tanah C. curvignathus terhadap kayu pinus dengan metode JIS K Komponen kimia kayu Persiapan contoh uji bebas zat ektraktif Serbuk kayu sebanyak ± 5 g disiapkan dalam timbel ekstraksi dan ditempatkan dalam sokhlet. Ekstraksi dilakukan dengan 300 ml larutan campuran etanol-benzen (1:2) selama 8 jam. Sampel dicuci dengan etanol dan dianginkan untuk menguapkan sisa pelarut. Sampel diekstraksi dengan air panas selama 3 jam lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 103±2 o C hingga beratnya konstan. Kelarutan dihitung dengan persamaan: kelarutan (%) = a b x100 a Keterangan a = Berat kering serbuk awal (g) b = Berat kering serbuk setelah ekstraksi (g) Kadar holoselulosa Metode untuk menentukan kadar holoselulosa mengacu pada Browning (1967). Sampel bebas ekstraktif (2 g) dimasukan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 100 ml air destilata, 1 g NaClO 2 dan 1 ml asam asetat. Sampel dipanaskan pada o C menggunakan waterbath. Setiap satu jam dari waktu reaksi, ditambahkan 1 gram NaClO 2 dan 0.5 ml asam asetat sampai 4 kali. Sampel kemudian disaring dan dicuci menggunakan air destilata panas dan 25 ml asam asetat 10%. Sampel dicuci kembali dengan air destilata panas hingga bebas asam. Sampel dikeringkan tanurkan pada 103 ± 2 o C hingga bobotnya konstan. Kadar holoselulosa dihitung dengan persamaan: berat holoselulosa (g) Kadar holoselulosa (%) = x100 berat serbuk (g) Kadar α-selulosa Metode untuk menentukan kadar -selulosa juga mengacu pada Browning (1967). Sampel holoselulosa 1.5 g dimasukan ke dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 10 ml NaOH 17.5% pada suhu 20 o C (suhu ruangan). Setiap interval waktu 5 menit ditambahkan 5 ml NaOH 17.5%. Penambahan dilakukan sebanyak 3 kali hingga total volume NaOH 17.5% menjadi 25 ml. Sampel dibiarkan selama

21 30 menit pada 25±2 o C. Setelah itu, ke dalam sampel ditambahkan sebanyak 33 ml air destilata dan dibiarkan selama 60 menit. Sampel disaring dan dibilas dengan 100 ml NaOH 8.3%. Pembilasan dilanjutkan dengan air destilata panas. Setelah itu, sampel dibilas lagi dengan asam asetat 10% diikuti dengan air distilasi panas sampai bebas asam. Sampel dikeringtanurkan pada 103±2 o C selama 24 jam dan ditimbang sampai berat keringnya konstan. Kadar α-selulosa dihitung dengan persamaan: Kadar selulosa (%) = berat selulosa (g) x100 berat serbuk (g) Kadar lignin klason Penentuan kadar lignin dilakukan dengan mengacu pada standar TAPPI 222 om 88 (TAPPI 1996) dengan modifikasi (Dence 1992). Sampel bebas zat ekstraktif sebanyak 0.5 g dihidrolisis dengan 5 ml asam sulfat 72% selama 3 jam pada suhu ruangan sambil diaduk setiap 15 menit. Larutan diencerkan hingga konsentrasi asam sulfat menjadi 3%. Hidrolisis dilanjutkan pada konsentrasi asam sulfat 3% pada suhu 121 o C selama 30 menit dalam autoclave. Lignin diendapkan, disaring dan dibilas dengan air destilata panas hingga bebas asam dan dioven pada suhu 103±2 o C hingga bobot konstan. Kadar lignin Klason dihitung dengan rumus: Kadar lignin (%) = berat lignin (g) berat serbuk (g) x100 Kadar zat ekstraktif terlarut dalam etanol-enzena Pengukuran kadar zat ekstraktif mengacu pada standar TAPPI T 204 om 88 (TAPPI 1996). Sampel sebanyak 2 gram ditempatkan dalam timbel kertas yang telah diketahui bobotnya. Sampel dimasukan ke dalam sokhlet dan diekstraksi dengan larutan alkohol : benzena (1:2) selama 6-8 jam. Sampel dibilas dengan etanol dan diangin-anginkan. Sampel dikeringkan pada suhu 103±2 C hingga bobotnya konstan. Kadar zat ekstraktif dihitung dengan rumus: Kadar zat ekstraktif (%) = a b a x100 7 Keterangan a = Berat kering serbuk awal (g) b = Berat kering serbuk setelah ekstraksi (g) Uji kekerasan kayu (hardness) Kekerasan diuji dengan metode setengah bola baja yang dibenamkan pada permukaan contoh uji. Contoh uji yang digunakan berukuran 2 cm x 2 cm x 6 cm berdasarkan standar Inggris (BS (SI)). Nilai kekerasan dihitung dengan persamaan: H = P A

22 8 Keterangan H = Kekerasan (kg/cm 2 ) P = Beban maksimum (kg) A = Luas permukaan bidang tekan (cm 2 ) Analisis data Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap. Data hasil pengujian dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) menggunakan software SPSS versi 20. Jika hasil yang diperoleh dari masingmasing parameter berpengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Jenis Ciri makroskopis kayu pinus yang digunakan sebagai contoh uji adalah sebagai berikut: bagian teras berwarna coklat kuning muda dan bagian gubal berwarna putih atau kekuning-kuningan, teksturnya halus dan arah seratnya lurus. Pengamatan yang dilakukan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x pada bidang lintang menunjukkan adanya saluran resin dengan diameter 29.5 µm. Foto makroskopis bidang lintang, radial, dan tangensial dapat dilihat pada Gambar 3. Panjang serat µm dan tebal dinding 9 µm. Menurut Mandang dan Pandit (2002) ciri utama kayu pinus tidak memiliki pori, namun memiliki saluran aksial berukuran kecil yang menyebar dan jarang. Berdasarkan karakteristik tersebut maka spesies kayu pinus yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pinus merkusii (Martawijaya et al. 2005). (a) (b) (c) Gambar 3 Foto mikroskopik perbesaran 10x penampang contoh uji pada bidang lintang (a), bidang radial (b), bidang tangensial (c). Palatabilitas Rayap Tanah C. curvignathus terhadap Kayu Pinus Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan berat tertinggi terdapat pada kayu pinus perlakuan perebusan selama 3 jam yaitu 4.77%, diikuti oleh perlakuan impregnasi pati 1% sebesar 3.647%. Kayu kontrol paling sedikit dimakan oleh rayap, kehilangan beratnya hanya 2.243%. Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa terjadi kecenderungan peningkatan kehilangan berat kayu pinus terimpregnasi pati 1% maupun yang direbus selama 3 jam dibanding kontrol.

23 9 Weight loss (%) Kontrol Im 1% Rebus 3 jam Gambar 4 Persentase kehilangan berat kayu pinus. Adanya kecenderungan peningkatan kehilangan berat pada setiap contoh uji yang diberi perlakuan menandakan bahwa impregnasi pati maupun perebusan mampu menarik rayap untuk mendekatinya. Pada perlakuan impregnasi pati menunjukkan retensi larutan pati 1% sebesar 3.33% g/cm 3. Besarnya retensi menunjukkan banyaknya bahan yang meresap dan tertinggal dalam kayu (Kusumaningsih 2017). Pati yang merupakan makanan utama kumbang bubuk (Jasni 2015) ternyata juga disukai rayap, sedangkan perebusan mengakibatkan kayu menjadi lebih lunak sehingga rayap menjadi lebih mudah untuk memakannya. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa impregnasi pati 1% dan perebusan 3 jam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kehilangan berat contoh uji. Gambar 5 menyajikan bentuk contoh uji setelah tiga minggu diumpankan pada rayap tanah. Terlihat bahwa contoh uji (a dan b) berlubang-lubang akibat dimakan rayap tanah. (a) (b) (c) Gambar 5 Bentuk contoh uji setelah diumpankan dengan perlakuan rebus 3 jam (a), dan impregnasi pati 1% (b), serta kontrol (c).

24 10 Komponen Kimia Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen kimia yaitu kadar selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstaktif pada kayu kontrol dan perlakuan menunjukkan adanya perbedaan (Tabel 1). Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa secara umum kadar hemiselulusa, lignin, dan kelarutan dalam etanol-benzene pada perlakuan impregnasi pati 1% dan perebusan 3 jam lebih rendah dibandingkan dengan yang terdapat pada kayu kontrol. Hal yang berbeda terlihat pada kadar selulosa, dimana perlakuan impregnasi pati 1% dan persebusan 3 jam mengakibatkan peningkatan kadar selulosa dibanding kontrolnya. Tabel 1 Komponen kimia kayu pinus Perlakuan Selulosa (%) Holoselulosa (%) Hemiselulosa (%) Lignin (%) Kelarutan dalam Etanol-Benzene (%) Kontrol Impregnasi pati 1% Rebus 3 Jam Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi pati 1% dan perebusan 3 jam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap komponen kimia. Menurut Sjostrom (1995) ketika kayu dipanaskan akan terdegradasi secara bertahap. Hemiselulosa akan terdegradasi pada kisaran suhu o C, selulosa o C, dan lignin pada suhu o C. Pada penelitian ini, suhu yang digunakan diperkirakan kurang dari 200 o C sehingga belum terjadi degradasi yang sempurna. Dilihat dari nilai kelarutan kayu dalam ethanol-benzene, nilai pada rebus jauh lebih kecil dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut disebabkan pada saat perlakuan, resin yang terkandung dalam kayu pinus keluar sehingga pada saat pengujian ekstrakif dengan ethanol-benzene hanya sedikit yang terlarut. Kekerasan Kayu (Hardness) Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kekerasan kayu pada perlakuan impregnasi pati 1% dan perebusan 3 jam lebih rendah dibandingkan kontrol. Kekerasan kayu kontrol adalah kg/cm 2, kayu terimpregnasi pati 1% sebesar kg/cm 2, dan perebusan 3 jam sebesar kg/cm 2 (Gambar 6). Hasil analisis sidik ragam juga menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi pati dan perebusan tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan kayu. Perlakuan impregnasi pati 1% dan perebusan 3 jam cenderung mengakibatkan nilai kekerasan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Menurut Nugroho (2003) perebusan dapat mengakibatkan hemiselulosa dan lignin menjadi lunak dan elastis sehingga dapat menurunkan nilai kekerasan kayu. Proses impregnasi dilakukan dengan pemberian tekanan terhadap kayu, hal ini diduga dapat mengakibatkan kekerasan kayu menurun. Hal ini sesuai dengan penelitian Sukatik (2003) yang menyatakan bahwa tekanan pada proses impregnasi menurunkan sifat mekanik, hal ini menunjukkan bahwa kayu sangat rentan terhadap tekanan tinggi.

25 11 Kekerasan (kg/cm 2 ) Kontrol Im 1% Rebus 3 jam Gambar 6 Perbandingan nilai kekerasan kayu pinus antara kontrol, terimpregnasi pati 1% dan perebusan 3 jam. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perlakuan impregnasi pati 1% dan perebusan selama 3 jam berpotensi meningkatkan palatabilitas rayap tanah Coptotermes curvignathus terhadap kayu pinus. Perlakuan terbaik adalah perebusan selama 3 jam, yaitu memberikan nilai kehilangan berat yang tertinggi. Saran Dalam rangka memperkuat hasil palatabitas rayap tanah terhadap kayu pinus perlu dilakukan pengujian dengan perlakuan perebusan lebih dari tiga jam. Selain itu juga perlu dilakukan pengujian palatabilitas pada skala lapang. DAFTAR PUSTAKA Arinana Pengembangan model prediksi risiko kelas serangan rayap tanah di provinsi DKI Jakarta berdasarkan komposisi spesies serta karakteristik tanah dan iklim. [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Arinana, Haneda NF, Nandika D, Lestari SDW, Bahtiar ET, Harahap IS, Rauf A, Sumertajaya IM Termite biodiversity and intensity of residential houses deterioration in Taman Darmaga Permai I Ciampea, Bogor. In : Subyakto, Bakar ES, Hermiati E, Fatriasari W, Yanto DHY, Ermawar RA, Fitria, Zulfitri A, Zulfiana D, Kurniawan YD, Anita SH, Astari L, Pramasari DA, Nurhamiyah Y, Oktaviani M, editor. Role Acceleration and Synergy of Wood Research Society to Support Sustainable Forest Industry Based on Science and Technology. Proceeding of the 7th International Symposium of Indonesian Wood Research Society (IWoRS): 2015 November 5-6: Bandung, Indonesia. Bogor (ID) : IWoRS. Hlm Arinana, Haneda NF, Nandika D, Prawitasari WA Damage Intensity of house building and termite diversity in Perumahan Nasional Bumi Bekasi Baru, Rawalumbu Bekasi. In : Hartono R, Iswanto AH, Hartini KS,

26 12 Susirendahayati A, Elfiati D, Muhdi, Zahra M, Latifah S, Batubara R, Anna N, Sucipto T, Azhar I, editor. The Utilization of Biomass from Forest and Plantation for Environment Conservation Efforts. Proceedings of the 6th International Synposium of Indonesian Wood Research society (IWoRS): 2014 November 17-18: Medan, Indonesia. Bogor (ID): IWoRS. Hlm Arinana, Tsunoda K, Herliyana EN, Hadi YS Termite susceptible species of wood for inclusion as reference in Indonesian standardized laboratory testing. Insects (3): Browning BL Methods of Wood Chemistry. Vol II. Interscience Publishers a Division of John Wiley and Sons. New York, USA. [BS] British Standard Institution Methods of testing small clear spesimens of timber BS 373. London (UK): BSI. Jasni Ketahanan 30 jenis kayu Indonesia terhadap serangan bubuk kayu kering Heterbostrichus aequalis Waterh. Penelitian Hasil Hutan 33(3): [JIS] Japanese Industrial Standard Japanese Industrial Standard : Test Method for Determining the Effectiveness of Wood Preservatives and Their Performance Requirments JIS K Japan: Japanese Standard Association. Kusumaningsih KR Absorption property of preservative on several building woods. Jurnal Wana Tropika 1 (1): Mandang YI dan Pandit IKN Pedoman Identifikasi Kayu di Lapangan. Bogor (ID): PROSEA INDONESIA. Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Bogor (ID): Departemen Kehutanan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Nandika D, Rismayadi Y, Diba F Rayap Biologi dan Pengendaliannya Edisi 2. Surakarta (ID) : Muhammadiyah University press Nugroho N, Surjokusumo S, Nandika D, Sulistyono, Rilatupa J, penemu; Institut Pertanian Bogor Nov 12. Proses pemadatan kayu dan kayu hasil pemadatan. Paten Indonesia ID P Priawandiputra W, Permana AD Efektifitas empat perangkap serangga dengan tiga jenis atraktan di perkebunan pala (Myristica fragrans Houtt). Jurnal Sumberdaya Hayati. 1(2) : Subekti N, Nandika D, Solihin DD Keanekaragaman genetik rayap tanah genus Coptotermes (Isoptera: Rhinotermitidae) di pulau Jawa. Biosfera 23 (2): Subekti N Karakteristik populasi rayap tanah coptotermes spp (blattodea: rhinotermitidae) dan dampak serangannya. Biosaintifika 2(2): Sukatik Sifat mekanis kayu kelapa sawit hasil impregnasi dengan poliropilena bekas hasil modifikasi dengan asam akrilat. Jurnal R & B 3(2): [TAPPI] Technical Association of The Pulp and Paper Industy TAPPI Test Methods. Atlanta (GE): TAPPI Press.

27 13 LAMPIRAN Lampiran 1 Nilai rata-rata kehilangan berat kayu pinus dengan perlakuan impregnasi dan perebusan Perlakuan W1 (g) W2 (g) Kehilangan Berat (%) Kontrol Impernasi Pati 1 % Rebus 3 Jam Lampiran 2 Hasil sidik ragam nilai kehilangan berat Anova Sum of Squares Df Mean Square f Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 3 Nilai komponen kimia kayu pinus dengan perlakuan impregnasi dan perebusan Perlakuan Analisis Kimia Berat Awal (g) BKT Komponen Kimia (%) Kontrol Holoselulosa α-selulosa Lignin Kelarutan NaOH 1% Kelarutan Etanol- Benzene Impregnasi % Holoselulosa α-selulosa Lignin Kelarutan NaOH 1% Kelarutan Etanol- Benzene Rebus 3 Jam Holoselulosa α-selulosa Lignin Kelarutan NaOH 1% Kelarutan Etanol- Benzene

28 14 Lampiran 4 Nilai kekerasan kayu pinus dengan perlakuan impregnasi dan perebusan Perlakuan Ulangan Kekerasan Kayu (kg/cm3) Rata-rata (kg/cm3) Kontrol Impregnasi 1% Rebus 3 Jam Lampiran 5 Hasil sidik ragam nilai kekerasan kayu pinus Anova Sum of Squares Df Mean Square f Sig. Between Groups Within Groups Total

29 15 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu, 21 November 1996 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Narwidi (Bapak) dan Casmiyati (Ibu). Tahun 2014 penulis lulus dari SMA N 1 Indramayu dan pada tahun yang sama, lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih program studi Teknologi Hasil Hutan, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB Bogor. Selama mengikuti perkuliahan di IPB penulis menjadi anggota Lawalata IPB sebagai Bendahara pada tahun , dan himpunan profesi mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) --sebagai anggota Divisi Partnership pada tahun dan anggota Divisi Kewirausahaan pada tahun Pada tahun 2017 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Semeru Karya Buana, Semarang. Penulis pernah mengikuti Ekspedisi Wasur di Taman Nasional Wasur, Papua. Kegiatan fieldtrip dan praktek yang sudah penulis lakukan adalah fieldtrip ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Hutan Pendidikan Haur Bentes pada tahun 2016, fieldtrip ke Taman Nasional Gunung Ciremai pada tahun 2017; dan Praktik Umum Kehutanan (PUK) jalur Pangandaran-Syawal dan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) tahun Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul Palatabilitas Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren terhadap Kayu Pinus dengan Perlakuan Impregnasi Pati dan Perebusan yang dibimbing oleh Dr Arinana SHut, MSi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan Juni dan dilanjutkan kembali bulan November sampai dengan Desember 2011

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 16 BAB III BAHAN DAN METODE 3. 1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai April 2008 November 2008 yang dilaksanakan di Laboratorium Peningkatan Mutu dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan Departemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Empat Jenis Kayu Rakyat berdasarkan Persentase Kehilangan Bobot Kayu Nilai rata-rata kehilangan bobot (weight loss) pada contoh uji kayu sengon, karet, tusam,

Lebih terperinci

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu, Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keawetan Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan organisme perusak yang datang dari luar, seperti misalnya jamur, serangga, marine

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2011 di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan November 2011 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan yaitu mulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Mei 2012, bertempat di Laboratorium Pengelohan Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan November 2011 di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 11 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan September 2011 yang bertempat di laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Papan partikel Papan partikel adalah papan yang dibuat dari partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik ataupun sintesis kemudian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN Oleh: Jendro Zalukhu 081203017 / Teknologi Hasil Hutan

Lebih terperinci

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KARYA TULIS NILAI ph DAN ANALISIS KANDUNGAN KIMIA ZAT EKSTRAKTIF BEBERAPA KULIT KAYU YANG TUMBUH DI KAMPUS USU, MEDAN Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP. 132 296 841 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat (Weight Loss) Contoh Uji Kehilangan berat (WL) merupakan salah satu respon yang diamati karena berkurangnya berat contoh uji akibat aktifitas makan rayap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat

III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dari bulan Pebruari hingga Juni 2009. Identifikasi herbarium dilakukan di Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor, sementara pengamatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN Ruli Herdiansyah.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Limbah tanaman jagung (LTJ) yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Bisi 2 yang komponen utamanya berupa batang, tongkol, klobot, dan daun berasal

Lebih terperinci

KANDUNGAN DAN KOMPONEN KIMIA KAYU MAKILA

KANDUNGAN DAN KOMPONEN KIMIA KAYU MAKILA Volume IX Nomor 1 KANDUNGAN DAN KOMPONEN KIMIA KAYU MAKILA (Litsea sp) PADA ARAH AKSIAL (Chemical Components and their Content Along the Axial Direction of Makila (Litsea sp) Wood) Herman Siruru 1) dan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI /TEKNOLOGI HASIL HUTAN

SKRIPSI. Oleh: AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI /TEKNOLOGI HASIL HUTAN PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) SEBAGAI STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) DENGAN METODE RIIL (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera

Lebih terperinci

PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN

PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.1, No.2, Desember 2009 : 19 24 PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN THE CHARACTERISTIC IMPROVEMENT OF LOW STRENGTH CLASS WOOD BY PRESSING

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

sangat bagus, tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok sendiri (Gambar 4a) (Mulyana et al. 2011).

sangat bagus, tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok sendiri (Gambar 4a) (Mulyana et al. 2011). 10 sangat bagus, tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok sendiri (Gambar 4a) (Mulyana et al. 2011). a b Gambar 4 (a) Tegakan jabon (b) Kayu jabon Warna kayu teras berwarna

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung a. Kadar Air Cawan kosong (ukuran medium) diletakkan dalam oven sehari atau minimal 3 jam sebelum pengujian. Masukkan cawan kosong tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1 cm SNI JIS. 1 cm. Gambar 4 Miselium yang menempel pada kayu contoh uji sengon longitudinal.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1 cm SNI JIS. 1 cm. Gambar 4 Miselium yang menempel pada kayu contoh uji sengon longitudinal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Visual Kayu Pengamatan visual kayu merupakan pengamatan yang dilakukan untuk melihat dampak akibat serangan jamur pelapuk P. ostreatus terhadap contoh uji kayu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Kayu lapis untuk kapal dan perahu Standar Nasional Indonesia Kayu lapis untuk kapal dan perahu ICS 79.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah, definisi,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014

Lebih terperinci

Pulp - Cara uji bilangan kappa

Pulp - Cara uji bilangan kappa Standar Nasional Indonesia Pulp - Cara uji bilangan kappa ICS 85.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Kampus Penelitian Pertanian, Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 10 bulan. Penelitian sifat dasar dilaksanakan di Laboratorium Kayu Solid dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan, pembuatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa tandan kosong sawit (TKS) yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya,

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan September hingga bulan Desember 2008 dan berlokasi di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kualitas Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba M.) dilaksanakan mulai dari bulan. Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

METODE PENELITIAN. Kualitas Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba M.) dilaksanakan mulai dari bulan. Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. 9 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pra Perlakuan Pemadatan Terhadap Kualitas Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba M.) dilaksanakan mulai dari bulan April 2017

Lebih terperinci

KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SKRIPSI Oleh: Odi Lorano Sitepu 041203025/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pembuatan nata dari umbi ubi jalar ungu oleh bakteri Acetobacter xylinum ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mahoni Mahoni merupakan famili Meliaceae yang meliputi dua jenis yaitu Swietenia macrophylla King (mahoni daun besar) dan Swietenia mahagoni Jacq (mahoni daun kecil). Daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2011 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin berkurang pasokan kayunya dari hutan alam, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Rayap Rayap adalah serangga sosial yang termasuk ke dalam ordo Blatodea, kelas heksapoda yang dicirikan dengan metamorfosis sederhana, bagian-bagian mulut mandibula.

Lebih terperinci

Lampiran1. Prosedur analisis proksimat 1. Prosedur analisis kadar air. 2. Prosedur analisis kadar serat kasar

Lampiran1. Prosedur analisis proksimat 1. Prosedur analisis kadar air. 2. Prosedur analisis kadar serat kasar LAMPIRAN 17 Lampiran1. Prosedur analisis proksimat 1. Prosedur analisis kadar air Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110 o C selama 1 jam, dan kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb. KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.) FARIKA DIAN NURALEXA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Penelitian Studi literatur merupakan input dari penelitian ini. Langkah kerja peneliti yang akan dilakukan meliputi pengambilan data potensi, teknik pemanenan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SIFAT ANATOMI KAYU TUSAM (Pinus merkusii) ALAMI DAN TANAMAN

PERBANDINGAN SIFAT ANATOMI KAYU TUSAM (Pinus merkusii) ALAMI DAN TANAMAN PERBANDINGAN SIFAT ANATOMI KAYU TUSAM (Pinus merkusii) ALAMI DAN TANAMAN SKRIPSI Oleh: FRISKA EVALINA GINTING 081203048/ TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat Kehilangan berat dapat menjadi indikasi respon serangan rayap terhadap contoh uji yang diberi perlakuan dalam hal ini berupa balok laminasi. Perhitungan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA 4 Pengantar Jenis-jenis rayap (Ordo Isoptera) merupakan satu golongan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juli 2011 Januari 2012 dan dilaksanakan di Bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Bagian Kimia Hasil Hutan, Bagian Biokomposit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto) Keawetan Alami Sembilan Jenis Kayu dari Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor terhadap Serangan Rayap (Natural Durability of Nine Woods Species Grown in Dramaga Campus Bogor Agricultural University against

Lebih terperinci

Modul Mata Kuliah S1. Mata ajaran Kimia Kayu. Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc

Modul Mata Kuliah S1. Mata ajaran Kimia Kayu. Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc Modul Mata Kuliah S Mata ajaran Kimia Kayu Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc DIVISI KIMIA HASIL HUTAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir. Penyaji: Afif Rizqi Fattah ( ) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Hosta Ardyananta ST, M.Sc.

Sidang Tugas Akhir. Penyaji: Afif Rizqi Fattah ( ) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Hosta Ardyananta ST, M.Sc. Sidang Tugas Akhir Penyaji: Afif Rizqi Fattah (2709 100 057) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Hosta Ardyananta ST, M.Sc. Judul: Pengaruh Bahan Kimia dan Waktu Perendaman terhadap Kekuatan Tarik Bambu Betung

Lebih terperinci

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM C10 DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PADA BEBERAPA VARIASI UMUR POHON DAN LETAK RADIAL BATANG Acacia auriculiformis A. Cunn. Ex Benth. DARI DESA KEDUNGPOH, GUNUNGKIDUL Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA. B.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Labaratorium Analisis

Lebih terperinci

Lampiran 1 Formulir organoleptik

Lampiran 1 Formulir organoleptik LAMPIRA 55 56 Lampiran Formulir organoleptik Formulir Organoleptik (Mutu Hedonik) Ubi Cilembu Panggang ama : o. HP : JK : P / L Petunjuk pengisian:. Isi identitas saudara/i secara lengkap 2. Di hadapan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kelimpahan sel Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way Anova

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Efektifitas Fumigasi Amonia Fumigasi amonia bertujuan mereaksikan amonia dengan tanin dalam kayu agar terjadi perubahan warna secara permanen. Fumigasi amonia akan menhasilkan perubahan

Lebih terperinci

PERBAIKAN MUTU KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN CARA FISIK DAN KIMIA

PERBAIKAN MUTU KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN CARA FISIK DAN KIMIA Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No.1, Juni 0 : 9 16 PERBAIKAN MUTU KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN CARA FISIK DAN KIMIA THE QUALITY IMPROVEMENT OF LOW STRENGHT CLASS WOOD BY PHYSICAL AND CHEMICAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

176 Elis Nina Herliyana et al. J. Silvikultur Tropika. Elis Nina Herliyana 1, Laila Fithri Maryam 1 dan Yusuf Sudo Hadi 2

176 Elis Nina Herliyana et al. J. Silvikultur Tropika. Elis Nina Herliyana 1, Laila Fithri Maryam 1 dan Yusuf Sudo Hadi 2 JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA 176 Elis Nina Herliyana et al. J. Silvikultur Tropika Vol. 02 No. 03 Desember 2011, Hal. 176 180 ISSN: 2086-8227 Schizophyllum commune Fr. Sebagai Jamur Uji Ketahanan Kayu Standar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu. Lampiran 2. Pengujian Sifat Keawetan terhadap rayap tanah (Captotermes curvignathus Holmgreen.

Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu. Lampiran 2. Pengujian Sifat Keawetan terhadap rayap tanah (Captotermes curvignathus Holmgreen. LAMPIRAN 123 124 Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Pengujian sifat fisik mengikuti standar ASTM 2007 D 143-94 (Reapproved 2007) mengenai Standard Test Methods for Small Clear Specimens of Timber

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD i PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Pinus 2.1.1. Habitat dan Penyebaran Pinus di Indonesia Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu perlu diperhatikan untuk pengembangan penggunaan kayu secara optimal, baik dari segi kekuatan maupun keindahan. Beberapa sifat fisis kayu yang harus diketahui

Lebih terperinci

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No., Juni 009 : 7 PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL THE INFLUENCE OF NATURAL AND ARTIFICIAL DRYING FOWORD THE

Lebih terperinci