Ensefalopati Hipertensi pada Anak dengan Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokal Arif Sigit Ananto 1, Elvi Suryati 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ensefalopati Hipertensi pada Anak dengan Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokal Arif Sigit Ananto 1, Elvi Suryati 2"

Transkripsi

1 Ensefalopati Hipertensi pada Anak dengan Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokal Arif Sigit Ananto 1, Elvi Suryati 2 1 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2 Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Hipertensi ensefalopati adalah sindrom neurologi akut yang ditandai satu atau lebih manifestasi klinis seperti nyeri kepala, muntah, gangguan penglihatan, penurunan kesadaran dan kejang yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah yang tinggi. Hipertensi ini merupakan bagian dari hipertensi urgensi, yaitu ketika tekanan darah pada anak persentil mmhg atau 140/90 mmhg dengan tanpa kerusakan atau komplikasi minimum pada organ yang berkaitan. Kejadian hipertensi anak di Indonesia dapat berkaitan dengan kasus GNAPS (Glomerulonefritis Akut pasca Streptokokus). Anak dengan GNAPS 1,8% nya mengalami hipertensi dan 9,2% nya mengalami hipertensi ensefalopati. Kasus yang ditemukan adalah An. A, laki-laki 12 tahun, dengan keluhan nyeri kepala hebat, confusion, mual dan muntah sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Pasien sempat kejang sebanyak 3x selama ± 3menit. Delapan hari SMRS pasien demam yang tidak terlalu tinggi disertai dengan banyaknya luka koreng yang muncul pada tubuh pasien. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/110 mmhg (lebih dari persentil 99), edema wajah, refleks patologis dan tanda rangsang meningeal negatif. CT scan kepala dengan gambaran lesi iskemik pada serebellum bilateral dan subkortikal occipitalis kanan. Pemeriksaan kimia darah leukosit /μl, ureum 15 mg/dl, kreatinin 0,58 mg/dl. Pemeriksaan urinalisis warna kuning, jernih, keton 3+, darah samar 300 Ery/μi. Pemeriksaan anti streptolisin O (ASTO) (+) dan CRP (+/24). Dari penemuan klinis yang didapat, pasien didiagnosis dan ditatalaksana sesuai dengan penanganan ensefalopati hipertensi dengan GNAPS. Kata kunci: Glomerulonefritis, hipertensi ensefalopati, kejang Encephalopathy Hypertension in Children with Acute Glomerulonephritis Post Streptococcal Abstract Encephalopathy hypertension is an acute neurological syndrome, characterized by one or more clinical manifestations such as headache, vomiting, impaired vision, decreased awareness and seizures associated with increased high blood pressure. This hypertension is part of urgency hypertension, when blood pressure in children 95th percentile + 12 mmhg with no damage or minimum complication in related organs. The incidence of pediatric hypertension in Indonesia is related with case of ASPGN (Acute Poststreptococcal Glomerulonephritis). Children with ASPGN 1,8% had hypertension and 9,2% had hypertension encephalopathy. An. A, 12 year old male omplaining of severe headache, confusion, nausea and vomiting since 5 hours before entering the hospital. The patient had seizures for 3 times, ± 3 minutes. Two days later, fever patients were not too high accompanied by many of sores that appear on the patient s body. Physical examination found blood pressure 160/110 mmhg (more than 99th percentile), facial oedema, negative of pathological reflexes and meningeal signs. CT head scan showing ischemic lesions on the bilateral cerebellum and right occipital subcortical. Chemical examination of blood leukocytes /μl, ureum 15 mg/dl, creatinine 0,58 mg/dl. Yellow, clear urinalysis, ketones 3+, faint blood 300 Ery/μi. Anti-streptolysin O (ASTO) (+) dan CRP (+/24). From the clinical findings obtained, the patient was diagnosed and managed according to management of encephalopathy hypertension with ASPGN. Keywords: Encephalopathy hypertension, glomerulonefritis, seizure Korespondensi: Arif Sigit Ananto, S.Ked., alamat , arifsigit1810@gmail.com Jl. Dr. Soetomo, Panengahan, Tanjung Karang Pusat No. 27, HP Pendahuluan Hipertensi ensefalopati adalah sindrom neurologi akut yang ditandai satu atau lebih manifestasi klinis seperti nyeri kepala, muntah, gangguan penglihatan, penurunan kesadaran dan kejang yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah yang tinggi. 1,2 Anak dengan riwayat hipertensi dapat berkembang menjadi hipertensi ensefalopati ketika tekanan darahnya >180/110 mmhg, tetapi kebanyakan anak dengan atau tanpa riwayat hipertensi yang tekanan darahnya >220/120 mmhg lebih beresiko. 3 Medula Volume 9 Nomor 3 Oktober

2 Kejadian hipertensi anak di Indonesia, berkaitan dengan kasus GNAPS (Glomerulonefritis Akut Pasca Streptococus). Albar memberikan penjelasan mengenai kejadian tersebut melalui penelitiannya pada pasien GNAPS yang berumur 2,5-15 tahun. Pada pasien GNAPS ini didapatkan 1,8% mengalami hipertensi dan 9,2% mengalami hipertensi ensefalopati. 4 Ensefalopati hipertensi merupakan bagian dari hipertensi urgensi, yaitu ketika tekanan darah pada anak persentil mmhg atau 140/90 mmhg dengan tanpa kerusakan atau komplikasi minimum pada organ yang berkaitan. 5,6 Jika sudah terjadi kerusakan atau komplikasi pada organ target, maka sudah termasuk bagian dari hipertensi emergensi. 5 Anak dengan ensefalopati hipertensi harus segera diturunkan tekanan darahnya. Penurunan tekanan darah ini dimaksudkan agar komplikasi seperti perdarahan serebri, edem serebri serta retinopati dapat dihindari. 1,7,8 Selain itu penurunan tekanan darah secepatnya umumnya memberikan prognosis yang baik sehingga tidak menimbulkan gejala sisa. 9 Kasus An. A, laki-laki 12 tahun, diantar keluarganya dengan keluhan nyeri kepala hebat, confusion, mual dan muntah sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Ibu pasien mengatakan bahwa sebelumnya sempat kejang sebanyak 3x selama ± 3menit. Dalam 8 hari ini pasien juga dikeluhkan adanya demam yang tidak terlalu tinggi disertai dengan banyaknya luka koreng yang muncul pada tubuh pasien. Pemeriksaan fisik pasien didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, TB 152 cm, BB 45 kg, gizi normal, TD 160/110 mmhg (lebih dari persentil 99), frekuensi nadi 96 kali/menit, pernafasan 26 kali/menit, suhu 36,4 C, edema wajah, visus ODS (Oculi Dekstra Sinistra) normal, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Semua refleks patologis dan tanda rangsang meningeal negatif. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, dan pemeriksaan CT scan kepala. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar hb 11,1 g/dl, jumah leukosit /μl, trombosit /μl, pemeriksaan ureum 15 mg/dl, kreatinin 0,58 mg/dl, pemeriksaan ASTO (+), dan CRP (+/24). Pemeriksaan urinalisis didapatkan warna kuning, jernih, keton 3+, darah samar 300 Ery/μi. Sedangkan pada pemeriksaan CT scan kepala hasilnya berupa gambaran lesi iskemik pada serebellum bilateral dan subkortikal occipitalis kanan. Hasil dari pemeriksaan penunjang tersebut menunjukan bahwa sudah terjadinya komplikasi dari ensefalopati hipertensi. Selain itu diagnosis juga mengarah kepada glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS). Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi tatalaksana nonmedikamentosa yaitu pembatasan konsumsi garam, protein serta menjaga ballance cairan yang masuk dan keluar. Sedangkan tatalaksana medikamentosanya pada hari pertama berupa pemberian nifedipine 10 mg/6jam secara sublingual, ramipril tablet 5 mg/24jam, injeksi furosemid 20 mg/24jam, dan seftriakson 1 g/12jam. Pada hari kedua tekanan darah pasien masih dalam persentil 99, sehingga pada pemberian medikamentosanya ditambahkan klonidin 12 mcg/jam selama 8 jam pertama, 24 mcg/jam pada 8 jam kedua, dan 35 mcg/jam pada 8 jam berikutnya (568 mcg/24jam). Pada hari ketiga dan keempat pemberian klonidin 25 mcg/jam (600 mcg/24jam). Pada hari kelima klonidin diturunkan menjadi 20 mcg/jam selama 12 jam pertama dan 15 mcg/jam pada 12 jam berikutnya (420 mcg/24jam). Pada hari keenam pemberian klonidon kembali diturunkan dalam 10 mcg/jam selama 12 jam pertama dan 5 mcg/jam pada 12 jam berikutnya (180 mcg/24jam). Pada hari ketujuh pemberian klonidin dihentikan karena tekanan darah pasien sudah masuk persentil 50, sedangkan pemberian nifedipin, ramipril dan furosemid tetap dilanjutkan. Pembahasan An. A, umur 12 tahun datang dengan nyeri kepala hebat disertai mual dan muntah. Nyeri dirasakan makin bertambah sehingga membuat pasien gelisah. Keluhan yang dirasakan pasien tersebut merupakan gejala Medula Volume 9 Nomor 3 Oktober

3 dari peningkatan tekanan intrakranial. 1,2 Peningkatan ini terjadi karena mekanisme breakthrough of cerebral autoregulation. Ketika tekanan darah melampaui batas, maka pembuluh darah otak akan melakukan vasodilatasi untuk mempertahankan homeostasis cerebral blood flow (CBF). Namun ketika terjadi kegagalan cerebral autoregulation maka vasodilatasi yang terjadi akan semakin menyebar sehingga nantinya akan terjadi ekstravasasi cairan plasma. Ekstravasasi ini memberikan gambaran edema cerebri, dengan manifestasi klinis berupa peningkatan tekanan intrakranial. 7,10,11 Pasien juga mengeluhkan kejang beberapa kali sebelum masuk rumah sakit.kejang yang terjadi sebelum 24 jam ini merupakan gambaran dari acute ischemic injury pada otak. 12,13 Menurut teori over autoregulation, saat tekanan darah meningkat melampaui batas autoregulasi mengakibatkan terjadinya spasme berat pada arteriol. Spasme ini memberikan efek turunnya CBF, sehingga pompa Na + /K + -ATPase akan terganggu. Akibatnya sodium intravaskuler meningkat dan memicu keluarnya glutamat dan membukanya calcium channel. Kalsium ini membuat sel apoptosis melalui mitochondrial injury. Selain itu keluarnya glutamat juga menjadi pemicu terjadinya kejang akut. 14,15 Diagnosis dari kasus ini didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang baik dari laboratorium maupun CT scan. Gejala klinis ensefalopati hipertensi yang sering ditemukan berupa nyeri kepala, muntah, gangguan penglihatan, penurunan kesadaran dan kejang. 1 Kecurigaan akan adanya ensefalopati hipertensi ditemukan dari anamnesis dimana pasien mengalami sakit kepala hebat, disertai mual dan muntah serta kejang yang terjadi sebelum 24 jam. Pada riwayat pribadi, pasien mengaku sebelumnya sempat demam selama 8 hari yang disertai banyaknya koreng yang muncul pada tubuhnya. Selain itu pasien merupakan anak yang tinggal di dalam asrama dengan higienitas tempat yang kurang. Diagnosis ensefalopati hipertensi dari GNAPS makin kuat saat dilakukan pemeriksaan fisik karena ditemukannya edema pada daerah periorbital dan juga peningkatan tekanan darah yang mencapai 160/110 mmhg (lebih dari persentil 99). 3,4 Pengukuran tekanan darah pada pasien dilakukan pada keempat ekstremitas, dengan mempertimbangkan jenis kelamin, tinggi badan dan usia untuk menggolongkannya kedalam persentil sesuai tabel tekanan darah dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 16 Tekanan darah An. A masuk diatas persentil mmhg. Keadaan ini tergolong dalam hipertensi urgensi. Hipertensi ini terbagi dalam hipertensi refrakter, hipertensi akselerasi, hipertensi maligna dan hipertensi ensefalopati. Hipertensi refrakter dijumpai ketika tekanan darah > 200/100 mmhg, meskipun sudah diberikan pengobatan. Hipertensi akselerasi yaitu ketika diastolik > 120 mmhg disertai dengan kelainan funduskopi. Hipertensi maligna adalah hipertensi akselerasi yang diastoliknya > mmhg dan kelainan funduskopi beserta papil edema, tekanan intrakranial meningkat atau gagal ginjal akut. Hipertensi ensefalopati merupakan peningkatan tekanan darah dengan keluhan neurologis yang bersifat reversibel bila penurunan tekanan darah segera dilakukan. 5 Pemeriksaan penunjang yang mengarah ke diagnosis hipertensi ensefalopati adalah dari CT scan kepala. Gambaran lesi iskemik pada cerebellum bilateral dan subkortikal occipitalis kanan sesuai dengan keluhan pasien dimana ketika terjadi peningkatan tekanan darah yang sampai over autoregulation dapat mengakibatkan kematian sel yang berujung terjadinya iskemia. 14,15 Sedangkan pemeriksaan penunjang yang mengarahkan diagnosis GNAPS adalah pemeriksaan titer ASTO, CRP, pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan urinalisis. Pada pemeriksaan titer ASTO (+) dan CRP (+/24) memberikan informasi bahwa pasien terinfeksi bakteri streptococcus. Pemeriksaan darah leukosit /μl, sedikit meninggi sebagai kompensasi adanya infeksi. Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan gambaran hematuria dan protreinuria (darah samar 300 Ery/μi, keton 3+). 17 GNAPS terjadi karena adanya proses kompleks imun yaitu reaksi antigen antibodi didalam darah yang bersirkulasi di kapiler glomerulus. Reaksi ini memicu aktivasi dari Medula Volume 9 Nomor 3 Oktober

4 sistem komplemen yang akan mengakibatkan lesi dan peradangan, serta menarik trombosit dan leukosit polimorfonuklear (PMN). Pelepasan enzim lisosom dan fagositosis juga akan merusak endotel kapiler dan membran basalis glomerulus. kerusakan ini bisa berakibat terjadinya kebocoran kapiler glomerulus sehingga menyebabkan sel darah merah dan protein keluar bersama urin (hematuria dan proteinuria). Agar kebocoran tidak semakin parah maka sel endotel, sel mesangium, dan sel epitel terpicu untuk terus berproliferasi. 18 Tatalaksana non medikamentosa pada pasien ini adalah dengan bed rest selama hari. Untuk diet dengan edema ringan, pemberian garam hanya dibolehkan 0,5-1 g/hari sedangkan protein terbatas 0,5-1 g/kgbb/hari. Untuk ballance cairan diusahakan agar cairan masuk sama dengan jumlah urin yang sudah ditambahkan insible water loss (20-25 ml/kgbb/hari) dan kebutuhan cairan saat terjadi kenaikan suhu 1 0 C dari normal (10mL/kgBB/har). 19 Terapi medikamentosa yang harus disegerakan adalah penangan ensefalopati hipertensi. Pemberian empat golongan anti hipertensi dilakukan pada hari kedua setelah gagalnya terapi dengan tiga golongan anti hipertensi pada hari pertama (nifedipine 10 mg/6jam secara sublingual, ramipril tablet 5 mg/24jam, injeksi furosemid 20 mg/24jam). Golongan obat yang dipilih sebagai tambahan obat yang keempat adalah klonidin, yaitu obat antihipertensi golongan alfa bloker. Pemberian klonidin dilakukan secara tapering off (hari kedua 568 mcg/24jam, hari ketiga dan keempat 600 mcg/24jam, hari kelima 420 mcg/24jam, hari keenam 180 mcg/24jam, hari ketujuh klonidin dihentikan) agar tidak terjadi rebound hypertension. 19,20 Pemberian antibiotik untuk kasus GNAPS ini adalah seftriakson yaitu antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga. Antibiotik ini mampu melakukan pengikatan lebih dari satu penicillin binding protein (PBP) sehingga menghambat transpeptidase tahap akhir dari sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri. 21 Meskipun menurut Unit Kerja Koordinasi (UUK) nefrologi, pemberian antibiotik ini kurang sesuai dimana seharusnya obat golongan penisilin (amoksisilin 50 mg/kgbb terbagi dalam 3 dosis) yang menjadi pilihan, namun sifat spektrum sefalosporin yang luas mencakup bakteri gram positif dan negatif bisa dipertimbangkan. Seftriakson diberikan melalui parenteral dengan dosis 1 g/12jam. 22 Prognosis pada pasien ini baik jika penanganan ensefalopati hipertensi segera tertangani. Keterlambatan pengobatan akan memperburuk kondisi pasien bahkan bisa mengakibatkan perdarahan intracranial, retinopati hipertensi hingga pasien mengalami koma dan meninggal. Sebaliknya penanganan yang segera dilakukan akan mengurangi gejala sisa dan komplikasi tersebut. 23 Simpulan An. A, laki-laki 12 tahun, datang dengan keluhan nyeri kepala hebat, confusion, mual dan muntah sejak 5 (SMRS). Riwayat sebelumnya kejang sebanyak 3x selama ± 3 menit dan demam selama 8 hari. Kemudian pasien ditatalaksana dengan empat golongan anti hipertensi yaitu nifedipine 10 mg/6jam, ramipril tablet 5 mg/24jam, injeksi furosemid 20 mg/24jam, klonidin drip 600 mcg/24jam serta antibiotik seftriakson 1 g/12jam. Daftar Pustaka 1. Chang HA, Seung AH, Young HK, Sun JK. Clinical characteristics of hypertensive encephalopathy in pediatric patients. Korean Pediatr. 2017; 60(8): Bert JH, Van DB, Gregory YHL, Jana BH, Antoine C, Alexandre P, et al. ESC council on hypertension position document on the management of hypertensive emergencies. European Heart Journal. 2019; 5; Oseph BM, Kushak S, Namita, Daniel H, Aditya S, Snigdha S, et al. New developments in hypertensive encephalopathy. Current Hypertension Reports. 2018; 20: Albar H, Rauf S. The profile of acute glomerulonephritis among indonesian children. Pediatrica Indonesiana. 2005; 45: Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo L, et al. The seventh report of joint national committee on prevention, detection, Medula Volume 9 Nomor 3 Oktober

5 evaluation, and treatment of high blood pressure. The JNC Report JAMA. 2003; 289; Margaret RMD, Anita KH, Angela LK. High blood pressure in children and adolescents. University of Michigan Medical School. 2018; 98: Ahsan NV, Moosa, Mamata E, Manikum M. Journal of Child Neurology. 2011; 2(8); Mei HH, Huei SW, Kuang LL, Jing LH, Shao HH, Ming LC, et al. Experience of chilhood hypertensive encephalopathy over an eight year period. Chang Gung Med. 2008; 31(2) 9. Erica FS, Ritvavannine, Toumas R, John CS. Hypertensive encephalopathy presenting as status epilepticus in three year old. The Journal of Emergency Medicine. 2012; 42(6): Ville L, Ritvavanninen, Thomas. Raised intracranial pressure and brain edema. Handbook of Clinical Neurology. 2018; Yang SH, Liu R. Cerebral autoregulation. Primer on cerebrovascular disease Sara G, Edoardo F, Chiara S, Vittoria C, Michele A, Salvatore MC. Hypertension, seizures, and epilepsy: a review on pathophysiology and management. Neurological Science Tomas B, Petra S, Neha MK, Jay M, Robert M, Brown J. Seizures following ischemic stroke: frequency of occurrence and impact on outcome in a long term population based study. J Stroke Cerebrovasc Dis.2016; 25(1): Venketesubramanian N, Chan BP, Chang HM, Chua HC, Gan RN, Hui F, et al. Brain attack: needing resuscitation. Singapore Med. 2011; 52(8); Hao H, Yang MC, Fei Z, Shithing T, Ji-dong X, Lv-li L, et al. Down-regulated Na+/K+ ATPase activity in ischemic penumbra after focal cerebral ischemia/reperfusion in rats. Int Clin Exp Pathol. 2015; 8(10): Flegal KM, Wei R, Ogden CL, Freedman DS, Johnson CL, Curtin LR. Characterizing extreme values of body mass index for age by using the 2000 centers for disease control and prevention growth charts. Am Clin Nutr.2009; 90: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Nordstand A, McShan WM, Ferretti JJ, et al. Nelson textbook of pediatrics. Philadelpia: WB Saunders Rasyd H, Wahyuni S. Immunomechanisms of glomerulonephritis. The Indonesian Journal of Medical Science Syarifuddin R, Husein A, Jusli A. Konsensus glomerulonefritis pasca streptokokus. UKK Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Joseph AG, Sean MT, James J, Craford. Alpha 2 adrenergic receptor agonists: a review of current clinical applications. Anesth Prog. 2015; 62: Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi ke-12. Jakarta:EGC; Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO. Konsensus tatalaksana sindrom nefrotik idiopatik pada anak. Unit Kera Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia Sugiyanto E. Hipertensi dan komplikasi serebrovaskuler. Cermin Dunia Kedokteran. 2007; 157: Medula Volume 9 Nomor 3 Oktober

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Sari Pediatri, Sari Vol. Pediatri, 6, No. Vol. 4, Maret 6, No. 2005: 4, Maret 144-148 2005 Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara berkembang meskipun frekuensinya lebih rendah di negara-negara maju

Lebih terperinci

Profil glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D.

Profil glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Profil glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 1 Agung R. E. Hidayani 2 Adrian Umboh 2 Stefanus Gunawan 1 Kandidat

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan

Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan Sari Pediatri, Sari Pediatri, Vol. 4, Vol. No. 4, 1, No. Juni 1, 2002: Juni 20022-6 Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan Partini P Trihono, Eva Miranda Marwali,

Lebih terperinci

ACUTE POST-STREPTOCOCCUS GLOMERULONEPHRITIS WITH GRADE I HYPERTENSION

ACUTE POST-STREPTOCOCCUS GLOMERULONEPHRITIS WITH GRADE I HYPERTENSION [ LAPORAN KASUS ] ACUTE POST-STREPTOCOCCUS GLOMERULONEPHRITIS WITH GRADE I HYPERTENSION Nolanda Trikanti 1, Etty Widyastuti 2 1 Faculty of Medicine, Universitas Lampung 2 Department of Pediatric, RSU Hi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prevalensi hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk

Lebih terperinci

Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus dengan Krisis Hipertensi pada Anak

Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus dengan Krisis Hipertensi pada Anak Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus dengan Krisis Hipertensi pada Anak Indriasari Nurul Putri, Susianti Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Glomerulonefritis adalah penyakit ginjal yang

Lebih terperinci

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) Pembicara/ Fasilitator: DR. Dr. Dedi Rachmadi, SpA(K), M.Kes Tanggal 15-16 JUNI 2013 Continuing Professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi telah menjadi penyebab kematian yang utama dari 57,356 penduduk Amerika, atau lebih dari 300,000 dari 2.4 milyar total penduduk dunia pada tahun 2005. Selebihnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi menurut kriteria JNC VII (The Seventh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure), 2003, didefinisikan

Lebih terperinci

GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN

GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN ABSTRAK GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN IgM ANTI Salmonella typhi (+) DI DUA RUMAH SAKIT SUBANG TAHUN 2013 Rinda Harpania Pritanandi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kejang demam atau febrile seizure (FS) merupakan kejang yang terjadi pada anak dengan rentang umur 6 sampai dengan 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia >200 mg/dl, dan lipiduria 1. Lesi glomerulus primer

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia >200 mg/dl, dan lipiduria 1. Lesi glomerulus primer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom nefrotik merupakan salah satu manifestasi klinik glomerulonefritis yang ditandai dengan edema anasarka, proteinuria massif 3,5 gram/hari, hipoalbuminemia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di ruang perawatan anak RSUD Dr Moewardi Surakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret- September 2015 dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan penyebab kematian ketiga didunia, dengan angka mortalitas tertinggi di negara dengan pendapatan rendah sampai menengah. Dari data WHO,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7) adalah

Lebih terperinci

Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem

Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem Komponen dalam pendekatan berorientasi problem Daftar problem Catatan SOAP Problem? A problem is defined as a patient concern, a

Lebih terperinci

Bagian Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek, Bandar Lampung

Bagian Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek, Bandar Lampung [LAPORAN KASUS] Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokal dengan Hipertensi pada Anak Ria Rizki Jayanti 1, Etty Widyastuti 2, Betta Kurniawan 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2 Bagian Ilmu

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vertigo merupakan adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan darah sistole 140 mmhg atau lebih tinggi dan tekanan darah diastole 90 mmhg atau lebih tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering

Lebih terperinci

GLOMERULONEFRITIS AKUT PADA ANAK PASCA INFEKSI STREPTOKOKUS

GLOMERULONEFRITIS AKUT PADA ANAK PASCA INFEKSI STREPTOKOKUS GLOMERULONEFRITIS AKUT PADA ANAK PASCA INFEKSI STREPTOKOKUS Made Suadnyani Pasek Jurusan Penjaskesrek, Fakultas Olahraga dan Kesehatan email : suadnyanipasek@yahoo.com Abstrak Glomerulonefritis merupakan

Lebih terperinci

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract.  Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3 705 Artikel Penelitian Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Kejang Demam Berulang pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 Desember 2012 Vivit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

Mengetahui Hipertensi secara Umum

Mengetahui Hipertensi secara Umum Mengetahui Hipertensi secara Umum Eldiana Lepa Mahasiswa Kedokteran Universitas Krida Wacana Jakarta, Indonesia Eldiana.minoz@yahoo.com Abstrak Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistole, yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ENSEFALOPATI HIPERTENSI

BAHAN AJAR ENSEFALOPATI HIPERTENSI BAHAN AJAR ENSEFALOPATI HIPERTENSI Nama Mata Kuliah/Bobot SKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Level Kompetensi Alokasi Waktu : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS : area kompetensi 5: landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke masih menjadi perhatian dunia karena angka kematiannya yang tinggi dan kecacatan fisik yang ditimbulkannya. Berdasarkan data WHO, Stroke menjadi pembunuh nomor

Lebih terperinci

Diagnosis, klasifikasi Hipertensi. Yuda Turana Indonesian Society of Hypertension FK UNIKA AtmaJaya

Diagnosis, klasifikasi Hipertensi. Yuda Turana Indonesian Society of Hypertension FK UNIKA AtmaJaya Diagnosis, klasifikasi Hipertensi Yuda Turana Indonesian Society of Hypertension FK UNIKA AtmaJaya Klasifikasi Hipertensi Kategori TD Sistolik TD Diastolik Optimal < 120 dan/atau < 80 Normal 120 129 dan/atau

Lebih terperinci

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Hipertensi dalam kehamilan Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi DEFINISI Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik pada dua kali

Lebih terperinci

DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK DENGAN ALGORITMA STROKE GAJAH MADA

DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK DENGAN ALGORITMA STROKE GAJAH MADA DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK DENGAN ALGORITMA STROKE GAJAH MADA Dibuat oleh: Indah Widyasmara,Modifikasi terakhir pada Mon 23 of Aug, 2010 [00:17 UTC] ABSTRAK stroke adalah gangguan fungsional otak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 70 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 41 penderita stroke iskemik. Subyek penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 (48,8%). Rerata (SD) umur penderita stroke

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera Linn) TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK. PENGARUH AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera Linn) TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL PADA PRIA DEWASA ABSTRAK PENGARUH AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera Linn) TERHADAP TEKANAN DARAH NORMAL PADA PRIA DEWASA Hanny Rusli Indrowiyono,2010, Pembimbing I : Pinandojo Djojosoewarno,dr.,Drs,AIF Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Agustus :41 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 02 April :20

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Agustus :41 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 02 April :20 KRISIS HIPERTENSI 1. Pendahuluan Hipertensi adalah salah satu faktor resiko utama penyakit vaskular jantung, saraf dan ginjal, dimana lebih dari setengah penyebab angka kematrian pada negara maju. Prevalensi

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dibanding hemoragik. Studi rumah sakit yang ada di Medan pada

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dibanding hemoragik. Studi rumah sakit yang ada di Medan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN 1.1 Definisi Definisi hipertensi pada kehamilan berdasarkan nilai tekanan darah absolut (sistolik 140 atau diastolik 90 mmhg) dan dibedakan antara kenaikan tekanan darah ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas. Hasil

Lebih terperinci

1. Nama : Tgl lahir / Umur : Pekerjaan : Alamat :...

1. Nama : Tgl lahir / Umur : Pekerjaan : Alamat :... 1. Nama :... 2. Tgl lahir / Umur :... 3. Pekerjaan :... 4. Alamat :... 5. No telp :... 6. No RM :... 7. Tgl MRS :... 8. Tgl keluar RS :... 9. Onset saat serangan :... 10. Tgl kontrol :... 11. Keadaan setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai salah satu penyulit kehamilan. 1. (AKI) di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai salah satu penyulit kehamilan. 1. (AKI) di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Kejadian ini diketahui berperan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed. Author : Hirawati, S.Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk Definisi Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE 2012-2014 Darrel Ash - Shadiq Putra, 2015. Pembimbing I : Budi Liem, dr., M.Med dan Pembimbing II : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009-31 DESEMBER 2009 Muhammad Randy, 2010 Pembimbing I : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes. Pembimbing II : DR. Felix Kasim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pre-eklamsia adalah hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan yang biasanya terjadi setelah 20 minggu kehamilan. Pada pre-eklamsia, ditandai dengan hipertensi

Lebih terperinci

KRISIS HIPERTENSI. Hypertensive Crises. Risa Herlianita ABSTRAK

KRISIS HIPERTENSI. Hypertensive Crises. Risa Herlianita ABSTRAK KRISIS HIPERTENSI Hypertensive Crises Risa Herlianita Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Bendungan Sutami 188A Malang 65145 Email: ns.risa.liani@gmail.com

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer & Suzane, 2001). Hal ini dapat

Lebih terperinci

Peningkatan kadar kreatinin serum 24 jam setelah tindakan intervensi koroner di RSUP.H. Adam Malik Medan.

Peningkatan kadar kreatinin serum 24 jam setelah tindakan intervensi koroner di RSUP.H. Adam Malik Medan. Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN Peningkatan kadar kreatinin serum 24 jam setelah tindakan intervensi koroner di RSUP.H. Adam Malik Medan. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang terhormat Assalamualaikum Wr. Wb. Saya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di masyarakat. Seseorang dapat dikatakan hipertensi ketika tekanan darah sistolik menunjukkan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Dept. Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA GEJALA DAN TANDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. 1 Infeksi ini merupakan penyebab

Lebih terperinci

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang) BAB. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Rancang Bangun Penelitian N K+ K- R+ R- R+ R- N : Penderita

Lebih terperinci

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini bertempat di Instalasi Rekam Medik

Lebih terperinci

Etiologi dan Epidemiologi Glomerulonefritis

Etiologi dan Epidemiologi Glomerulonefritis Etiologi dan Epidemiologi Glomerulonefritis Oleh Achmad Rizki Yono 1406527803 DK 13 I. PENDAHULUAN Glomerulonefritis adalah suatu kondisi terjadinya peradangan pada glomerulus di ginjal. 1-3 Secara umum,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK MIGRAIN DI RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN (RSUP) DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JUNI 2012

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK MIGRAIN DI RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN (RSUP) DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JUNI 2012 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK MIGRAIN DI RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN (RSUP) DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JUNI 2012 Dwi Nur Pratiwi Sunardi. 2013. Pembimbing I : Dedeh Supantini, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan

Lebih terperinci

PROFIL PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK GINJAL-HIPERTENSI.

PROFIL PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK GINJAL-HIPERTENSI. PROFIL PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK GINJAL-HIPERTENSI 1 Marillyn M. Tamburian 2 Emma Sy. Moeis 2 Fandy Gosal 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian Ilmu Penyakit

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : YASMEEN BINTI MOHAMMED AKRAM 100100270 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE 2015 Norlia Hidayati 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Erveni Aulia 3

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN GARAM SODIUM RENDAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI BLUD RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR.

PENGARUH PEMBERIAN GARAM SODIUM RENDAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI BLUD RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR. PENGARUH PEMBERIAN GARAM SODIUM RENDAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI BLUD RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR.H. ALOE SABOE GORONTALO Salman, Sofyawati Talibo, Nur Rahmi Amma

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien stoke akut di bangsal rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA NIKEN ANDALASARI Pengertian Eklampsia Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney;

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013 Melianti Mairi, 2014. Pembimbing 1 : dr. Dani, M.Kes Pembimbing 2 : dr. Budi Widyarto, M.H Pneumonia

Lebih terperinci

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN IDENTIFIKASI FAKTOR PROGNOSTIK GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKKUS PADA ANAK

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN IDENTIFIKASI FAKTOR PROGNOSTIK GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKKUS PADA ANAK JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : 82 89 ISSN 2252-5416 IDENTIFIKASI FAKTOR PROGNOSTIK GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKKUS PADA ANAK Identification of Acute Post Streptococcal Glomerulonephritis

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

Kejang Demam Kompleks

Kejang Demam Kompleks Kejang Demam Kompleks Uli Kartika Sihaloho Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh seperti suhu rektal di atas 38 C yang

Lebih terperinci

3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria)

3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria) Lampiran : Surat No. 224/DL.004/V/AMG-2012 Tanggal 15 Mei 2012 Hal : Pemeriksaan Kesehatan MACAM DAN JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN 1. Riwayat Penyakit (Anamnesis) 2. Pemeriksaan Fisik (Physical Test) 3.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan 140 mmhg dan

Lebih terperinci

Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia dan Eklampsia Preeklampsia dan Eklampsia P2KS PROPINSI SUMATERA UTARA 1 Tujuan Membahas praktek terbaik untuk mendiagnosis dan menatalaksana hipertensi, pre-eklampsia dan eklampsia Menjelaskan strategi untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan National Kidney Foundation penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan dengan kelainan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan hidup semakin meningkat dan sebagai konsekuensinya maka masalah kesehatan berupa penyakit

Lebih terperinci

Advanced Neurology Life Support Course (ANLS) Overview

Advanced Neurology Life Support Course (ANLS) Overview Advanced Neurology Life Support Course (ANLS) Overview 1 Motto : Save our brain and nerve!! Time is brain!! 2 Latar belakang Sebagian besar kasus neurologi merupakan kasus emergensi. Morbiditas dan mortalitas

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2. Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( bersamaan. ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang 3.2. H0A0 H0A1 H1A0 N H1A1 H2A0 H2A1 H3A0 H3A1 Keterangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA DI PUSKESMAS JELAMBAR 1. Edwin

LAPORAN KASUS PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA DI PUSKESMAS JELAMBAR 1. Edwin LAPORAN KASUS PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA DI PUSKESMAS JELAMBAR 1 Edwin 102012096 Diabetes Melitus Dm tipe 1 Diabetes yang bergantung pada insulin di mana tubuh kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan masalah medis yang serius karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Kecacatan

Lebih terperinci

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran

Lebih terperinci