PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE INKUIRI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD BUDYA WACANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE INKUIRI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD BUDYA WACANA"

Transkripsi

1 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE INKUIRI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD BUDYA WACANA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Disusun oleh: Trisno Nugroho PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

2 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE INKUIRI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD BUDYA WACANA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Disusun oleh: Trisno Nugroho PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 i

3 ii

4 iii

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Lebih baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketentraman, daripada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan. (Amsal 17 : 1) Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan. (Amsal 18 : 12) Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak dan ibuku yang selalu memberi kasih sayang, mendukungku, dan senantiasa mendoakanku. 2. Kakak dan adikku yang selalu memberi semangat. 3. Anggit Rita D.W. yang selalu mendampingiku dan mendukungku. iv

6 v

7 vi

8 ABSTRAK PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE INKUIRI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD BUDYA WACANA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010/2011 Trisno Nugroho Universitas Sanata Dharma 2011 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan keterlibatan siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Budya Wacana semester genap tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pada siklus I dan siklus II dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri dengan subyek penelitian adalah siswa kelas V. Data dikumpulkan menggunakan observasi dan hasil evaluasi pada setiap akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V di SD Budya Wacana. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata siswa pada kondisi awal 81,71 dengan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM 83,3%, mengalami peningkatan nilai rata-rata pada akhir siklus I menjadi 83,13 dengan persentase siswa yang mencapai KKM sebesar 84,2% dan meningkat lagi pada siklus II yaitu nilai rata-rata 86,00 dengan persentase siswa yang mencapai KKM 94,74%. (2) penggunaan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri dapat meningkatkan keterlibatan siswa kelas V di SD Budya Wacana. Hal tersebut ditunjukkan dari kondisi awal keterlibatan siswa 43,75% mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 75,99% dan pada siklus II menjadi 79,61%. Kata kunci : Prestasi belajar, keterlibatan siswa, pendekatan kontekstual dan metode inkuiri vii

9 ABSTRACT THE IMPROVEMENT OF STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT BY CONTEXTUAL APPROACH THROUGH INQUIRY METHOD ON THE FIFTH GRADE NATURAL SCIENCE (IPA) OF BUDYA WACANA PRIMARY SCHOOL IN THE SECOND SEMESTER OF 2010/2011 ACADEMIC YEAR Trisno Nugroho Sanata Dharma University 2011 The research is intended to know whether the use of contextual approach through inquiry method can improve students learning achievement and the participation of students on the fifth grade natural science of Budya Wacana Primary School in the second semester of 2010/2011 academic year. This is a Class Action Research which is done in two cycles. Each of cycles consists of two learning hours. On the first and the second cycles, learning is done by means of contextual approach through inquiry method on the fifth grade as the research subject. Data is collected by observation and evaluation result at the end of the cycles. The result of the research shows that (1) the use of contextual approach through inquiry method can improve the learning achievement on the fifth grade Natural Science of Budya Wacana Primary School. It can be proved by the students average score on 81,71 of the initial condition with 83,3% of the percentage numbers of students who are above the Minimal Successful Criteria (KKM), experiencing an improvement at the end of the first cycle to be 83,13 with 84,2% of the percentage numbers of students who are above the Minimal Successful Criteria (KKM), and experiencing an improvement at the end of the second cycle to be 86,00 with 94,74% of the percentage numbers of students who are above the Minimal Successful Criteria (KKM), (2) the use of contextual approach through inquiry method can improve the participation of the fifth grade students of Budya Wacana Primary School. It can be proved by 43,75% of students participation on the initial condition, experiencing an improvement on the first cycle to be 75,99% and on the second cycle to be 79,61% Keywords : Learning Achievement, Students Participation, contextual approach and inquiry method. viii

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kemurahan rahmat dan kasihnya Skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Selain itu, Skripsi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan materi, memahami peserta didik, dan pembelajaran peserta didik sebagai usaha untuk memenuhi kompetensi seorang guru. Penulisan Skripsi ini dapat selesai karena berkat, keterlibatan, dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih, kepada: 1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. 2. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Ketua Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma. 3. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan saran yang berguna bagi penulis. 4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan saran yang berguna bagi penulis. 5. Dra. Magdalena Sri Susanti selaku Kepala SD Budya Wacana Yogyakarta ix

11 x

12 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... PERSETUJUAN PUBLIKASI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiv xv xvi BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Pembatasan Masalah... 3 C. Perumusan Masalah... 3 D. Pemecahan Masalah... 4 E. Batasan Pengertian... 4 F. Tujuan Penelitian... 5 G. Manfaat Penelitian... 5 xi

13 BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 7 A. Pembelajaran, Hakekat Belajar, dan Hasil Belajar... 7 B. Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning, CTL) C. Metode Inkuiri D. Hakekat IPA E. Sifat-sifat Cahaya F. Pembelajaran IPA dengan Pendekatan kontekstual melalui Metode Inkuiri G. Kerangka berpikir H. Hipotesis Tindakan BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Setting Penelitian C. Prosedur Penelitian D. Pengumpulan Data dan Instrumen E. Penyusunan Instrumen F. Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian Siklus I Siklus II B. Hasil Penelitian xii

14 1. Siklus I Siklus II C. Pembahasan BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

15 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jadwal Penelitian Tabel 2. Peubah data dan pengumpul data.. 40 Tabel 3. Kisi-kisi soal siklus I. 41 Tabel 4. Kisi-kisi soal siklus II Tabel 5. Peubah dan indikator ketercapaian siswa Tabel 6. Rubrik penilaian proses Tabel 7. Perbandingan nilai rata-rata kondisi awal dan siklus Tabel 8. Persentase siswa yang mencapai KKM siklus I.. 62 Tabel 9. Persentase keterlibatan siswa siklus I.. 63 Tabel 10. Perbandingan nilai rata-rata kondisi awal, siklus I dan siklus II 64 Tabel 11. Persentase siswa yang mencapai KKM siklus II. 65 Tabel 12. Persentase keterlibatan siswa siklus II. 66 Tabel 13. Perbandingan nilai keterlibatan siswa siklus I dan siklus II Tabel 14. Perbandingan nilai evaluasi siklus I dan siklus II 68 Tabel 15. Perbandingan nilai rata-rata siklus I dan siklus II 70 Tabel 16. Hasil Penelitian.. 71 xiv

16 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Cahaya merambat lurus Gambar 2. Cahaya menembus benda bening Gambar 3. Jenis pemantulan. 26 Gambar 4. Cahaya dibiaskan. 27 Gambar 5. Diagram nilai rata-rata kondisi awal dan siklus I.. 61 Gambar 6. Diagram nilai rata-rata kondisi awal, siklus I dan siklus II 64 xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Silabus 79 Lampiran 2 RPP siklus I pertemuan Lampiran 3 RPP siklus I pertemuan Lampiran 4 RPP siklus II pertemuan Lampiran 5 RPP siklus II pertemuan Lampiran 6 LKS siklus I pertemuan Lampiran 7 LKS siklus I pertemuan Lampiran 8 LKS siklus II pertemuan Lampiran 9 LKS siklus II pertemuan Lampiran 10 Lembar soal evaluasi siklus I Lampiran 11 Lembar soal evaluasi siklus II. 120 Lampiran 12 Kunci jawaban soal evaluasi siklus I Lampiran 13 Kunci jawaban soal evaluasi siklus II. 124 Lampiran 14 Kondisi awal siswa Lampiran 15 Nilai rata-rata siswa siklus I. 127 Lampiran 16 Nilai keterlibatan siswa siklus I Lampiran 17 Nilai rata-rata siswa siklus II 129 Lampiran 18 Nilai keterlibatan siswa siklus II Lampiran 19 Lembar observasi keterlibatan siswa Lampiran 20 Contoh hasil LKS siklus 1 pertemuan Lampiran 21 Contoh hasil LKS siklus 1 pertemuan Lampiran 22 Contoh hasil LKS siklus 1I pertemuan Lampiran 23 Contoh hasil LKS siklus 1I pertemuan Lampiran 24 Contoh hasil evaluasi siklus Lampiran 25 Contoh hasil evaluasi siklus II. 151 Lampiran 26 Surat permohonan izin penelitian. 154 Lampiran 27 Surat keterangan telah melakukan penelitian Lampiran 28 Dokumentasi foto. 156 xvi

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengajar dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Meskipun proses belajar mengajar berlangsung di luar kelas, tidak akan mengurangi kualitas belajar mengajar. Bahkan, pembelajaran yang dilakukan di luar kelas akan lebih menarik dan berkesan bagi siswa, dimana siswa diajak mengenal objek di sekitarnya dengan mengkaitkan pada materi sifat-sifat cahaya. Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman untuk mengembangkan kemampuannya agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Materi sifat-sifat cahaya merupakan salah satu materi pembelajaran yang ada dalam cabang IPA yaitu fisika. Dalam materi sifat-sifat cahaya, kebanyakan siswa kelas V SD Budya Wacana masih mengalami kesulitan dalam memahami dan mempelajari materi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai ulangan IPA materi cahaya masih ada nilai siswa di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Nilai rata-rata siswa untuk 1

19 2 materi sifat-sifat cahaya adalah 81,71 dengan persentase dari total siswa yang nilainya belum mencapai KKM adalah 16,67% SD Budya Wacana. Proses belajar mengajar hendaknya bersifat mendidik dan mengembangkan. Guru tidak hanya menyampaikan materi akan tetapi sebagai model yang dapat merangsang perkembangan siswa. Siswa sebaiknya diajak untuk berlatih menemukan sendiri pengetahuannya agar dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya. Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk mengolah proses belajar mengajar yang baik. Guru yang mampu mengolah kelas saat proses belajar mengajar berlangsung akan memberikan hasil belajar yang optimal. Siswa akan lebih tertarik pada materi jika materi tersebut dikemas ke dalam kegiatan yang menarik pula. Bagaimana membuat kegiatan menarik? Dengan metode yang bervariasi, siswa akan bergairah, termotivasi belajar secara inovatif dan kreatif. Metode mengajar yang digunakan guru dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran. Siswa akan bosan jika metode yang digunakan monoton. Dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran, siswa dilatih melakukan kegiatan yang dilakukan para ahli dalam memperoleh ilmu pengetahuan untuk menemukan konsep-konsep serta menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep jika belajar dengan menarik. Menemukan pengetahuan sendiri oleh siswa dan terlibat langsung

20 3 akan lebih menyenangkan dibandingkan siswa hanya didikte beribu-ribu informasi oleh guru. Banyak siswa sering menggunakan konsep-konsep tertentu tetapi siswa tersebut tidak tahu makna dari konsep itu sendiri. Melihat permasalahan seperti itu, pendekatan kontekstual melalui metode pembelajaran inkuiri akan membantu siswa lebih aktif dalam suasana yang menarik dan gembira. Peningkatan hasil belajar siswapun akan dapat dirasakan. Dengan demikian penulis mengangkat sebuah judul Peningkatan prestasi belajar siswa dengan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri pada mata pelajaran IPA Kelas V SD Budya Wacana Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 B. Pembatasan Masalah Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis hanya dibatasi pada kompetensi dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Dalam penelitian ini akan digunakan salah satu model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran kontekstual melalui metode inkuiri. Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, sehingga prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA dapat meningkat. C. Perumusan Masalah 1. Apakah dengan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri pada mata pelajaran IPA kelas V semester genap SD Budya Wacana dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?

21 4 2. Apakah dengan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri pada mata pelajaran IPA kelas V semester genap SD Budya Wacana dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran? D. Pemecahan Masalah Untuk meningkatkan prestasi belajar dan keterlibatan siswa diperlukan beberapa komponen pendukung pembelajaran. Pendukung itu adalah pendekatan kontekstual dan metode inkuiri. Melalui metode pembelajaran ini, siswa lebih termotivasi belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan keterlibatan siswa, khususnya pada mata pelajaran IPA kelas V materi tentang sifat-sifat cahaya. E. Batasan Pengertian 1. Pembelajaran adalah suatu rangkaian kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. 2. Belajar adalah proses yang didalamnya terbentuk tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktik atau latihan. 3. Hasil belajar siswa adalah pencapaian tujuan belajar oleh siswa dan terlihat pada perubahan-perubahan kemampuan siswa. 4. Pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan

22 5 dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja. 5. Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. F. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang nampak pada nilai rata-rata siswa dan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM kelas V SD Budya Wacana semester genap tahun ajaran 2010/ Untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri dapat meningkatkan persentase keterlibatan siswa kelas V SD Budya Wacana semester genap tahun ajaran 2010/2011. G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Siswa memperoleh kebebasan untuk menemukan hal-hal baru bagi dirinya didalam pembelajaran IPA yang bersifat nyata, konkret secara menyenangkan sehingga mempermudah memahami materi yang diberikan guru.

23 6 2. Bagi Guru Dapat meningkatkan profesionalisme guru dengan bertambahnya metode baru dan membantu guru dalam memecahkan masalah yang sama dengan yang dilakukan oleh peneliti. 3. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam merancang metode yang tepat dan menarik serta mempermudah proses pembelajaran melalui metode inkuiri. 4. Bagi sekolah Memberikan masukan kepada sekolah bahwa penggunaan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri adalah salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan keterlibatan siswa. Selain itu, memberi inspirasi dan memacu guru untuk melakukan penelitian yang sama atau yang berbeda. 5. Bagi Prodi PGSD Menambah referensi bacaan tentang bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri.

24 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran, Hakikat Belajar, dan Hasil Belajar 1. Pengertian Pembelajaran Menurut Gagne dan Briggs dalam modul kuliah Perkembangan dan Belajar Peserta Didik yang ditulis oleh Wens Tanlain (2007:20), pembelajaran adalah suatu rangkaian kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Dalam pembelajaran, guru berfungsi sebagai fasilitator yaitu orang yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung agar siswa dapat mewujudkan kemampuan belajarnya sehingga dapat mengubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik. Menurut Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 14), pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut. a. Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri. b. Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut. c. Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah. d. Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi. 7

25 8 Jadi dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu rangkaian kejadian yang mempengaruhi tingkah laku siswa dimana guru sebagai fasilitator. 2. Hakekat Belajar Pengertian belajar dapat diartikan bermacam-macam. Dalam modul mata kuliah Perkembangan dan Belajar Peserta Didik yang ditulis oleh Wens Tanlain (2007:20), arti belajar secara umum dikemukakan oleh Hilgard, 1948: Belajar adalah proses yang didalamnya terbentuk tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktik atau latihan. Menurut Kimble dan Garmezy dalam Mohamad Ali (1984 :5), sifat perubahan perilaku dalam belajar relatif permanen. Dengan demikian hasil belajar dapat diidentifikasikan dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama. Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara disengaja. Kesengajaaan itu sendiri tercermin dari adanya faktor-faktor berikut : a. Kesiapan (readiness); yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. b. Motivasi; yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk meakukan sesuatu. c. Tujuan yang dicapai Ketiga faktor di atas merupakan pendorong seseorang untuk melakukan proses belajar.

26 9 Dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:9), Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Menurut penulis, belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh pengetahuan yang baru berdasarkan pengalaman secara praktik maupun teori. Belajar adalah proses perubahan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan latihan. Perilaku dikategorikan menjadi tiga yaitu: a. Kognitif (kecerdasan berpikir) b. Afektif (sikap, perasaan, emosi) c. Psikomotorik ( keterampilan) Faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut: a. Faktor dari dalam Faktor dari dalam adalah faktor yang mempengaruhi belajar dari dalam diri siswa. Faktor ini meliputi: kondisi fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kesehatan badan, faktor gizi, dan kondisi panca indera. Sedangkan faktor psikologis meliputi kecerdasan, bakat, minat, emosi, motivasi, dan perasaan. b. Faktor dari luar Faktor dari luar yaitu faktor yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar yang berasal dari luar diri anak atau siswa yang belajar. Faktor ini meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan meliputi lingkungan alam, fisik, dan lingkungan sosial. Sedangkan faktor instrumental

27 10 meliputi kurikulum, program pendidikan, sarana, dan prasarana serta faktor guru atau tenaga pengajar. 3. Hasil Belajar Dalam modul kuliah Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, ditulis oleh Wens Tanlain (2007 :6), hasil belajar siswa dapat diartikan pencapaian tujuan belajar oleh siswa dan terlihat pada perubahan-perubahan kemampuan siswa. Jika hasil belajar siswa diperbandingkan dengan tujuan belajar siswa, maka ada tiga kemungkinan hasil belajar siswa yaitu: a. Hasil belajar siswa belum mencapai seluruh tujuan belajar b. Hasil belajar siswa sama dengan tujuan belajar siswa c. Hasil belajar siswa melebihi tujuan belajar siswa Menurut penulis, hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh oleh siswa setelah mengalami aktivitas pembelajaran. Hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa yaitu: a. proyek atau kegiatan dan laporan b. PR c. kuis d. karya siswa e. presentasi atau penampilan siswa f. demonstrasi g. laporan h. jurnal

28 11 i. hasil tes tertulis. B. Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning, CTL) Menurut Us. Departemen of Education the national School-to-Work Office dalam Trianto (2009:104), pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja. Menurut penulis, CTL adalah suatu bentuk pembelajaran yang merumuskan dan memecahkan masalah dalam konten mata pelajaran dengan mengaitkan situasi atau masalah dunia nyata. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk siswa belajar dan mengalami, bukan sekedar mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dan mendalam sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara penyelesaiannya. Dalam hal ini siswa perlu mengerti makna belajar dan manfaatnya bagi kehidupan dan bagaimana cara mencapainya, mereka harus sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya, sehingga mereka dapat menempatkan diri sendiri untuk membekali diri di dalam hidupnya.

29 12 Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya mencapainya. Dalam upaya ini, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Menurut Trianto (2009:104), fungsi dan peranan guru hanya sebagai mediator-siswa lebih proaktif merumuskan sendiri tentang fenomena yang berkaitan dengan fokus secara kontekstual bukan tekstual. Dari pernyataan di atas, guru hanya membantu atau memfasilitator. Tugas guru lebih banyak berkaitan dengan strategi daripada memberi informasi, mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Pengetahuan dan keterampilan dapat ditemukan oleh siswa, bukan dari apa kata guru. Dalam Trianto (2009:111), pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment). Menurut Trianto (2009:111), secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut: 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

30 13 3. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya. 4. Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok). 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan. 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Dalam ( Doantara Yasa, contextual-teaching-and-learning-ctl/), adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut: 1. Konstruktivisme (Constructivism) Teori belajar tentang konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus membangun pengetahuan di dalam pikiran mereka sendiri. Setiap pengetahuan dapat dikuasai dengan baik jika siswa secara aktif mengubah pengetahuannya menjadi pengetahuan yang baru. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Siswa harus mengubah pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Oleh karena itu pengetahuan menjadi proses membangun bukan menerima pengetahuan. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi lebih diutamakan daripada seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa. b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

31 14 2. Menemukan (inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil menemukan sendiri. Guru selalu merangsang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajukan. Siklus inquiry yaitu merumuskan masalah, observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data dan penyimpulan. 3. Bertanya (Questioning) Questioning atau bertanya adalah salah satu strategi pembentukan pendekatan kontekstual. Bagi guru, bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, membimbing dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa, bertanya merupakan kegiatan penting dalam melaksanakan pembelajaran berbasis inquiry. 4. Permodelan (Modelling) Modelling atau permodelan adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan ide yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan sesuatu yang kita inginkan. Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu selalu ada model yang dapat dicontoh dan diamati siswa. Guru memberi model tentang bagaimana cara belajar misalnya guru memberi contoh tentang cara belajar sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas. Dalam pendekatan CTL guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirangsang dengan melibatkan siswa-

32 15 siswa ditunjuk untuk memberi contoh temannya mendemonstrasikan keterampilan tertentu. 5. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari diskusi dengan teman, antar kelompok, antara yang tahu dengan yang belum tahu. Dalam kelas kontekstual guru selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya heterogen. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan. Siswa menyimpan apa yang telah dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau pembetulan dari pengatahuan yang baru diterima. Kegiatan pada akhir pembelajaran, guru memberi waktu sebentar agar siswa melakukan refleksi berupa: a. pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu, b. catatan di buku siswa, c. kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, d. diskusi, e. hasil kerja.

33 16 7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment) Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberi gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran itu perlu diperoleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Apabila data yang dikumpulkan guru untuk mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Penilaian dilakukan bersama dari kegiatan pembelajaran. Data yang dikumpulkan harus dari kegiatan yang nyata yang dikerjakan siswa pada proses pembelajaran. Jika guru ingin mengetahui perkembangan siswa, maka guru harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat siswa melakukan kegiatan atau percobaan. Penilaian autentik didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Karakteristik penilaian sebenarnya dilakukan sebagai berikut. a. Dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran b. Dapat digunakan untuk formatif atau sumatif c. Yang diukur adalah keterampilan dan kinerja bukan mengingat fakta atau konsep d. Berkesinambungan e. Dapat digunakan sebagai feed back Dalam Doantara Yasa ( contextual-teaching-and-learning-ctl/), pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan

34 17 (relating),mengalami (experiencing) menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring). 1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. 2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif. 3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistis dan relevan. 4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata. 5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan.

35 18 C. Metode inkuiri 1. Sejarah Model Pembelajaran Inkuiri Model pembelajaran inkuiri dikemukakan oleh Richard Suchman. Ia menginginkan siswa bertanya, mengapa suatu peristiwa terjadi kemudian siswa melakukan kegiatan untuk mencari jawaban. Adapun data-data yang didapat diproses secara logis sehingga siswa dapat menemukan jawaban yang tepat atas pertanyaannya. 2. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Dalam ( Inkuiri-Dalam-Pembelajaran-IPA-Di-SD-Untuk-Meningkatkan-Hasil-Belajar- SiswaPada-Konsep-Cahaya), menurut beberapa ahli inkuiri dapat dirumuskan sebagai berikut: Menurut Ahmadi, (1999:76) Inkuiri berasal dari kata inquiry yang berarti menanyakan, meminta keterangan atau penyelidikan, dan inkuiri berarti penyelidikan. Menurut Koes, (2003:12) inkuiri adalah suatu yang dipergunakan dalam pembelajaran (fisika/sains) dan mengacu pada salah satu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi atau mempelajari suatu gejala. Menurut Sumantri (1998/1999:164), metode inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode ini melibatkan peserta didik

36 19 dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Metode inkuiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk tujuan belajarnya. Inkuiri ini sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk memperoleh informasi. Inkuiri juga dinyatakan sebagai kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara maksimal dalam mencari dan menyelidiki suatu fenomena secara sistematis, kritis, logis, dan analitis. Dengan demikian inkuiri adalah suatu penyelidikan untuk menemukan prinsip dan konsep yang dipandu dengan pertanyaan ilmiah. Menurut peneliti, inkuiri merupakan suatu proses untuk memecahkan suatu masalah dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk memperjelas pemahaman dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi model pembelajarn inkuiri merupakan suatu kegiatan pengajaran yang menekankan pada pemecahan persoalan melalui observasi dan eksperimen. Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa.

37 20 Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Dalam Amien (1987 :127), mengatakan bahwa seseorang sedang melakukan suatu kegiatan inkuiri jika ia merumuskan problemnya sendiri, merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Menurut Amien (1987: 131) bahwa proses inkuiri akan berlangsung terus hingga jumpaan baru mempunyai makna bagi siswa yang terlibat. Guru di dalam kelas harus mengambil langkah-langkah tertentu untuk mendorong keegiatan inkuiri. Suchman dalam Amien (1987: 131) menyarankan bahwa guru harus : 1. Menciptakan kemerdekaan untuk memiliki dan mengekspresikan ide-ide dan mengetes ide-ide tersebut dengan data. 2. Menyediakan suatu lingkungan yang responsif sehingga: a. Setiap ide/ gagasan didengar dan dimengerti b. Setiap siswa dapat memperoleh data yang ia perlukan 3. Membantu siswa menemukan suatu pengarahan untuk bergerak maju; suatu tujuan untuk pengajaran intelektual (tingkat intelektual yang tinggi)

38 21 3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri Dalam Trianto (2009), ada beberapa langkah atau siklus dalam model pembelajaran inkuri, yaitu : a. Observasi (Observation) b. Bertanya (Questioning) c. Mengajukan dugaan (hyphotesis) d. Pengumpulan data (Data gathering) e. Penyimpulan (Conclussion) Dalam hal ini, guru membimbing siswa untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Guru merangsang anak dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah ke dalam suatu kesimpulan yang telah di lakukan dalam pembelajaran. 4. Kelebihan dan kekurangan metode inkuri Menurut suryobroto ( metodeinkuiri-dalam-pembelajaran-matematika/) ada beberapa kelebihan dan kelemahan inkuiri antara lain: Kelebihan metode inkuiri a. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. b. Membangkitkan gairah pada siswa. c. Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. d. Strategi ini berpusat pada siswa

39 22 Kelemahan metode inkuiri a. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori tertentu. b. Harapan yang ditumpahkan pada metode ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri. 5. Tujuan metode inkuiri Adapun tujuan dari penggunaan metode inkuiri adalah: a. Memberi pengalaman belajar seumur hidup. b. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan. c. Mengurangi ketergantungan peserta didik kepada guru. d. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan palajaran. D. Hakekat IPA Pengalaman-pengalaman mengajar telah membangkitkan kesadaran kita tentang adanya berbagai macam problem yang selalu menantang kita. Di antara problem-problem ini ialah problem pendidikan IPA. Beberapa rumusan mengenai definisi IPA dalam Moh. Amien (1987:4) sebagai berikut: Fisher (1975) menyatakan: IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi.

40 23 Carin (1985) menyatakan : IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang didalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat dari hakikatnya dapat dibagi menjadi : 1. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk IPA sebagai produk nampak pada bahan mata pelajaran atau materi. Bentuk Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk adalah fakta-fakta, konsepkonsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA. Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasikan secara obyektif. Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA. Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Contohnya: udara yang dipanaskan memuai adalah prinsip yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas, dan pemuaian. 2. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Proses Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan di antaranya adalah mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen. 3. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Sikap Dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap, dan cara berpikir. Kemajuan IPA pesat disebabkan oleh proses ini. Karena sering dikatakan

41 24 bahwa proses mendapatkan IPA merupakan bagian IPA yang tidak dapat dipisahkan dari IPA itu. IPA tidak hanya fakta tapi juga proses. Dalam memecahkan suatu masalah seorang ilmuwan sering berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkinkan usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap itu dikenal dengan nama sikap ilmiah dalam IPA. Beberapa ciri sikap ilmiah itu ialah : a. Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang terhadap sesuatu. b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu. c. Berhati terbuka. Artinya bersedia mempertimbangkan pendapat atau penemuan orang lain, sekalipun pendapat atau penemuan itu bertentangan dengan penemuannya sendiri. d. Tidak mencampur adukan fakta dengan pendapat. e. Bersifat hati-hati. f. Ingin menyelidiki. E. Sifat-sifat Cahaya Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang bisa dilihat dengan mata dan gelombang ini tentunya membawa energi. Jadi sebenarnya cahaya itu sendiri merupakan salah satu bentuk energi. Energi ini bergerak bersama gelombang itu sendiri.

42 25 Adapun sifat-sifat cahaya adalah sebagai berikut: 1. Cahaya merambat lurus Cahaya merambat lurus dapat dika buktikan ketika kita menyalakan lampu senter. Cahaya dari lampu senter akan merambat lurus. Percobaan lain yang sering dilakukan untuk membuktikan bahwa cahaya merambat lurus adalah sebagai berikut: Gambar 1. Cahaya merambat lurus 2. Cahaya dapat menembus benda bening Cahaya menembus benda bening dapat terlihat jika kita menerawangkan plastik bening ke arah sinar lampu. Sinar tersebut dapat kita lihat karena cahaya dapat menembus benda bening. Jika cahaya mengenai benda yang gelap (tidak bening) misalnya pohon, tangan, mobil, maka akan membentuk bayangan. Gambar 2. Cahaya menembus benda bening

43 26 3. Cahaya dapat dipantulkan a. Pengertian pemantulan Pemantulan atau pencerminan (refleksi) merupakan proses memantulnya atau terpancarnya kembali cahaya dari suatu permukaan benda yang terkena cahaya. Artinya jika suatu benda terkena cahaya, maka cahaya yang mengenai benda tadi dipantulkan kembali oleh benda tadi dan hanya sebagian kecil yang diserap atau dibiaskan. Benda yang dapat memantulkan cahaya dengan baik adalah benda yang memiliki permukaan yang rata dan mengkilap misalnya cermin. b. Hukum pemantulan Ada dua butir hukum pemantulan cahaya dikemukakan oleh W. Snellius, menurutnya apabila seberkas cahaya mengenai permukaan bidang datar yang rata, maka akan berlaku aturan-aturan sebagai berikut: 1) Sinar datang (sinar jatuh), garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar 2) Sudut sinar datang (sinar jatuh) selalu sama dengan sudut sinar pantul. c. Macam atau ragam pemantulan Ada dua jenis bentuk pemantulan menurut bentuk dan hasil pemantulan, hal ini dipengaruhi oleh bentuk atau rata tidaknya suatu permukaan benda yang memantulkan cahaya. Dua macam pemantulan itu adalah:

44 27 Gambar 3. Jenis pemantulan 1) Pemantulan teratur Ciri-ciri dalam pemantulan teratur sebagai berikut: a) Pemantulan teratur akan dapat terjadi apabila permukaan bidang pantulnya licin dan rata. b) Sinar-sinar yang datang akan dipantulkan dengan sejajar. c) Hampir semua sinar pantulan akan masuk ke dalam mata pengamat. 2) Pemantulan baur (difus) Ciri-ciri pemantulan baur adalah sebagai berikut : a) Pemantulan baur akan terjadi apabila permukaan dalam bidang pantulnya kasar atau tidak rata. b) Sinar-sinar yang datang akan dipantulkan secara acak. c) Hanya sebagian saja dari sinar pantul yang akan masuk ke dalam mata pengamat.

45 28 4. Cahaya dapat dibiaskan Cahaya dapat dibiaskan (dibelokkan) jika melaui medium yang berbeda, misalnya ketika kita mencelupkan pensil ke air, maka bagian pensil yang berada di air akan tampak bengkok.. Gambar 4. Cahaya dibiaskan 5. Cahaya dapat diuraikan Cahaya dapat diuraikan, dapat juga disebut cahaya mengalami disfersi cahaya. Cahaya mengalami difraksi sehingga dapat menimbulkan banyak warna yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Warna tersebut dinamakan dengan spektrum warna. Spektrum warna jika diputar dalam satu bidang maka warna itu akan berubah menjadi warna putih. F. Pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya dengan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri untuk meningkatkan prestasi belajar dan keterlibatan siswa. Dalam pembelajaran IPA mengenai sifat-sifat cahaya dengan pendekatan kontekstual lebih mengutamakan dan lebih memberdayakan siswa. Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kelas yang jumlah siswanya banyak. Dalam

46 29 penerapannya tidak perlu mengubah kurikulum, apalagi sekarang ini sudah menggunakan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), pendekatan kontekstual sesuai dengan KTSP. Selama pembelajaran ini berlangsung guru mengutamakan kegiatan siswa untuk mengutamakan sendiri konsep IPA mengenai sisfat-sifat cahaya, siswa memecahkan sendiri masalah dalam kehidupan sehari-hari sesuai konten mata pelajaran yang dihadapinya, sebagai contoh ketika siswa dalam kegelapan, siswa memerlukan sumber cahaya, senter atau lilin, kita tidak harus menoleh kebelakang saat naik motor karena sudah ada spion yang mementulkan benda yang ada dibelakang kita, dll. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru. Mengembangkan sifat keingintahuan siswa dengan cara bertanya, ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok), hadirkan contoh model pembelajaran, lakukan refleksi pada akhir pembelajaran dan penilaian otentik yang betul-betul menunjukan kemampuan siswa. Untuk melihat kemajuan belajar siswa, kita melakukan tes, observasi, dan wawancara. Dengan pendekatan kontekstual dalam memberdayakan siswa lebih berfokus pada siswa sehingga kelas lebih hidup, kondusif, dan menyenangkan. Dalam hal inipun siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa dapat belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi serta pembelajarannyapun dikaitkan dengan kehidupan nyata.

47 30 Melihat kondisi seperti itu, siswa dapat meningkat dalam hal prestasi belajar dan keterlibatan siswa setelah mempergunakan penekatan kontekstual melalui metode inkuiri. G. Kerangka Berpikir Untuk meningkatkan prestasi belajar diperlukan beberapa komponen pendukung pembelajaran. Salah satunya adalah pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan guru yang tentunya sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kontekstual dan metode inkuiri. Dengan model pembelajaran ini, guru dapat mengarahkan proses pembelajaran, sementara antar siswa dapat bekerjasama dalam belajar. Melalui metode pembelajaran ini, siswa lebih termotivasi belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran IPA kelas V materi tentang sifat-sifat cahaya. H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, penelitian ini dilakukan memiliki harapan bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri, prestasi belajar dan ketelibatan siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Budya Wacana semester genap tahun ajaran 2010/2011 materi sifat-sifat cahaya akan meningkat.

48 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang akan peneliti lakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas, mengacu model pendekatan kontekstual melalui metode Inkuiri. Dalam penelitian ini, terbagi dalam empat bagian yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. B. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian : SD Budya Wacana Jl. Kranggan No Subjek penelitian : Siswa kelas V, berjumlah 19 anak yang terdiri dari Putra 10 dan Putri 9 3. Objek penelitian : Peningkatan prestasi belajar IPA dan keterlibatan siswa. 4. Waktu penelitian : Semester Genap Tahun pelajaran 2010/2011 Pengambilan data : Januari, Februari, Maret, April, Mei Tabel 1. Jadwal penelitian No. Kegiatan Tahun 2011 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1. Observasi 2. Identifikasi 31

49 32 masalah 3. Mempersiapkan proposal 4. Mempersiapkan instrumen 5. Siklus 1 6. Siklus 2 7. Pengolahan data 8. Penyusunan laporan 9. Ujian 10. Revisi C. Prosedur Penelitian Langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini disusun sebagai berikut: 1. Persiapan Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa persiapan diantaranya. a. Permintaan ijin kepada Kepala SD Budya Wacana. b. Observasi sebelum kegiatan wawancara. c. Identifikasi masalah.

50 33 Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi masalah tentang prestasi belajar siswa tentang materi sifat-sifat cahaya Semester genap Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini untuk mengetahui permasalahan pembelajaran IPA khususnya pada materi pokok tersebut. Dari hasil studi pendahuluan diperoleh informasi bahwa prestasi siswa pada materi pokok tersebut masih rendah. Hal ini terbukti dari hasil ulangan pada pembelajaran pertama. Untuk memecahkan permasalahan tersebut peneliti merencanakan dan menerapkan sebuah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri pada mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD Budya Wacana mengkaji Kompetensi Dasar dan Materi pokok pembelajaran. Kompetensi dasar yang mengalami permasalahan adalah KD : Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya d. Mempersiapkan Silabus Silabus disusun dengan mengambil satu Kompetensi Dasar semester Genap, mata pelajaran IPA yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Langkah berikutnya adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dibuat tiap siklus. f. Menyiapkan Instrumen Penelitian g. Membuat soal untuk tes atau evaluasi pada siklus I dan siklus II.

51 34 2. Rencana tindakan setiap siklus Siklus I Siklus I terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan 1 membahas tentang sifat cahaya dapat merambat lurus dan menembus benda bening. Pertemuan 2 membahas tentang sifat cahaya dapat diuraikan dan evaluasi siklus I Pertemuan 1 a. Rencana tindakan Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan awal siswa ( Kontruktivisme) Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar) Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya merambat lurus, kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa dengan media yang berbeda (pemodelan) Peserta didik mendengarkan petunjuk cara kerja dalam kelompok Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya merambat lurus sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Observasi atau pengamatan terhadap fenomena alam Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan

52 35 Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya dapat menembus benda bening sesuai langkah-langkah dalam kelompok Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya) Peserta didik menyebutkan contoh peristiwa sehari-hari yang meliputi sifat cahaya yang telah dipelajari Peserta didik bersama guru menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari Peserta didik bersama guru melakukan refleksi (Refleksi) b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana tindakan. c. Observasi Mengamati kegiatan siswa. d. Refleksi Kesulitan-kesulitan yang masih dialami oleh siswa.

53 36 Pertemuan 2 a. Rencana tindakan Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan awal siswa ( Kontruktivisme) Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar) Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya dapat diuraikan, kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa (pemodelan) Peserta didik mendengarkan petunjuk cara kerja dalam kelompok Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya dapat diuraikan sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Observasi atau pengamatan terhadap fenomena alam Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya)

54 37 Peserta didik menyebutkan contoh peristiwa sehari-hari yang meliputi sifat cahaya yang telah dipelajari Peserta didik bersama guru menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari Peserta didik bersama guru melakukan refleksi (Refleksi) Peserta didik mengerjakan soal evaluasi siklus I b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana tindakan. c. Observasi Mengamati kegiatan siswa. d. Refleksi Kesulitan-kesulitan yang masih dialami oleh siswa. Siklus II Siklus II terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan 3 membahas mengenai sifat cahaya dapat dipantulkan. Pertemuan 2 membahas mengenai sifat cahaya dapat dibiaskan dan evaluasi siklus II Pertemuan 3 a. Rencana tindakan Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan awal siswa ( Kontruktivisme)

55 38 Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar) Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya dapat dipantulkan, kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa dengan media yang berbeda (pemodelan) Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya dapat dipantulkan sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Observasi atau pengamatan terhadap fenomena alam Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya) Peserta didik menyebutkan contoh peristiwa sehari-hari yang meliputi sifat cahaya yang telah dipelajari Peserta didik menarik kesimpulan Peserta didik bersama guru melakukan refleksi (Refleksi) b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana tindakan. c. Observasi

56 39 Mengamati kegiatan siswa. d. Refleksi Kesulitan-kesulitan yang masih dialami oleh siswa. Pertemuan 4 a. Rencana tindakan Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan awal siswa ( Kontruktivisme) Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar) Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya dapat dibiaskan, kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa dengan media yang berbeda (pemodelan) Peserta didik mendengarkan petunjuk cara kerja dalam kelompok Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya dapat dibiaskan sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Observasi atau pengamatan terhadap fenomena alam Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata)

57 40 Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya) Peserta didik menyebutkan contoh peristiwa sehari-hari yang meliputi sifat cahaya yang telah dipelajari Peserta didik bersama guru menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari Peserta didik bersama guru melakukan refleksi (Refleksi) Peserta didik mengerjakan soal evaluasi siklus 2 b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana tindakan. c. Observasi Mengamati kegiatan siswa dengan lembar observasi. d. Refleksi Kesulitan-kesulitan yang masih dialami oleh siswa. D. Pengumpulan Data dan Instrumen 1. Peubah Peubah dalam PTK kali ini adalah prestasi belajar, yaitu prestasi belajar dan keterlibatan siswa pada mata pelajaran IPA pada kompetensi dasar Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.

58 41 2. Indikator Indikator dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata siswa dalam materi sifatsifat cahaya pada tes di akhir siklus, persentase jumlah siswa yang mencapai KKM dan persentase keterlibatan siswa. 3. Jenis Data Data yang dipakai pada penelitian ini adalah nilai ulangan, yaitu nilai ulangan pada setiap akhir siklus dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. 4. Cara Pengumpulan Data Data diperoleh dari ulangan siswa pada akhir siklus atau akhir pembelajaran dan penilaian proses. Data tersebut dikumpulkan kemudian dianalisis. 5. Instrumen Instrumen dalam PTK kali ini sebagai berikut : a. Soal tertulis soal-soal tes yang terdiri dari soal pilihan ganda dan soal isian singkat. Soal pilihan ganda berjumlah 10 dan soal isian singkat berjumlah 10. b. Rubrik penilaian proses Rubrik penilaian proses ini ditulis untuk mengukur keterampilan proses pada saat siswa melakukan percobaan dengan metode inkuiri. Adapun aspek yang diamati ada 8 antara lain : 1) Siswa menyusun/merangkai alat percobaan 2) Siswa merumuskan hipotesis (jawaban sementara) 3) Siswa melakukan percobaan

59 42 4) Siswa mencatat data 5) Siswa mengolah/menganalisis data 6) Siswa merumuskan kesimpulan 7) Siswa melaporkan hasil percobaan 8) Siswa melakukan kerjasama Tabel 2. Peubah data dan pengumpul data No. Peubah Data Pengumpulan Instrumen 1 Prestasi belajar Skor nilai tes tes Lembar tes untuk siswa 2 Keterlibatan siswa Skor nilai proses pengamatan Rubrik penilaian proses E. Penyusunan Instrumen 1. Proses penyusunan soal Soal disusun berdasarkan indikator pada kisi-kisi. Penyusunan soal ini merupakan validitas isi dimana soal dicek dan diuji oleh dosen. Soal disusun berdasarkan tingkat perkembangan siswa dengan kisi-kisi pada evaluasi I sebagai berikut :

60 43 Tabel 3. Kisi-kisi soal siklus I Indikator Kriteria Mudah Sedang Sulit 1. Peserta didik mampu menyebutkan 3 contoh sumber cahaya A3, A4 A10 B9 2. Peserta didik mampu mendefinisikan mengenai cahaya 3. Peserta didik mampu menyebutkan sifatsifat cahaya B1 A1, B8 4. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya merambat lurus A7 B6 5. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya menembus benda bening A2, A5, A8, B4 A6, A9, B2, B3 6. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya dapat diuraikan 7. Peserta didik mampu melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat diuraikan B5 B7 B10

61 44 Soal disusun berdasarkan tingkat perkembangan siswa dengan kisi-kisi pada evaluasi II sebagai berikut : Tabel 4. Kisi-kisi soal siklus II Indikator Kriteria Mudah Sedang Sulit 1. Peserta didik mampu menjelaskan sifat A1 A2, A10, A5, B8, cahaya dapat dipantulkan B5 B9, B10 2. Peserta didik mampu menyebutkan A7 B2, B4 sifat bayangan pada cermin 3. Peserta didik mampu menyebutkan A9 B1 contoh sifat cahaya dapat dipantulkan B6 4. Peserta didik mampu melakukan A6 percobaan mengenai sifat cahaya dapat dipantulkan 5. Peserta didik mampu menjelaskan sifat B3 A4, A3 cahaya dapat dibiaskan 6. Peserta didik mampu menyebutkan B7 contoh cahaya dapat dibiaskan 7. Peserta didik mampu melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat A8 dibiaskan Keterangan A : Soal Pilihan Ganda B : Soal Isian

62 45 Kriteria penentuan skor a. Soal tertulis Pilihan ganda Jawaban benar, skor yang diperoleh 1. Jawaban salah, skor yang diperoleh 0. Isian Singkat Mudah Jawaban benar, skor yang diperoleh 1 Jawaban salah atau tidak ada jawaban, skor yang diperoleh 0. Sedang Jawaban benar, skor yang diperoleh 1 Jawaban salah atau tidak ada jawaban, skor yang diperoleh 0. Sulit Jawaban benar, skor yang diperoleh 1 Jawaban salah atau tidak ada jawaban, skor yang diperoleh 0. b. Rubrik penilaian proses Siswa diberi tanda cek ( ) pada lembar rubrik penilaian proses jika siswa melakukan aspek yang dimaksud. F. Analisis Data Data dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber aslinya, sedangkan data sekunder

63 46 adalah data yang diperoleh melalui perantara. Dalam penelitian ini data yang ada merupakan data primer yang diperoleh langsung dari proses pembelajaran. Untuk memperoleh data diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat. Berdasarkan instrumen penelitian di atas, peneliti menggunakan teknik pengumpulan yang berupa tes dan pengamatan. Teknik ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tes dilaksanakan setiap selesai pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat tentang pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dan pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data kondisi awal siswa, peneliti peroleh dari hasil ulangan materi sifat-sifat cahaya siswa tahun lalu dan untuk mengetahui persentase keterlibatan siswa, peneliti menggunakan angket penilaian. Tabel 5. Peubah dan indikator ketercapaian siswa No Peubah Indikator Kondisi awal Kondisi akhir Siklus I Siklus II a. Nilai rata-rata siswa 81, Prestasi belajar b. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM 83,3% 84,2% 89,5% 2 Keterlibatan siswa Persentase keterlibatan siswa 43,75% 50% 60%

64 47 1. Nilai Tertulis a. Menghitung nilai yang diperoleh masing-masing siswa (x). Penilaian Tertulis (NT) = Total skor yang telah diperoleh siswa X 100 Total skor maksimal b. Menentukan skor rata-rata kelas X = X1 + X2 + + X19 N c. Membandingkan nilai rata-rata kelas dengan target untuk menentukan kesimpulan apakah terjadi peningkatan atau tidak terjadi peningkatan. d. Menentukan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM % KKM = Jumlah siswa yang mencapai KKM Jumlah siswa X 100% 2. Rubrik Penilaian Proses Aktivitas siswa yang diamati: a) Siswa menyusun/merangkai alat percobaan b) Siswa merumuskan hipotesis (jawaban sementara) c) Siswa melakukan percobaan d) Siswa mencatat data e) Siswa mengolah/menganalisis data f) Siswa merumuskan kesimpulan g) Siswa melaporkan hasil percobaan

65 48 h) Siswa melakukan kerjasama Tabel 6. Rubrik penilaian proses Aktivitas yang diamati No. Nama siswa a b c d e f g h Skor Nilai Jumlah siswa yang melakukan aktivitas Jumlah Siswa diberi tanda cek ( ) pada lembar rubrik penilaian proses jika siswa melakukan aspek yang dimaksud.

66 49 Skor = Jumlah aspek yang dilakukan oleh siswa 1. Menentukan nilai proses tiap siswa (xnp) xnp = Jumlah aspek yang dilakukan 8 X Menentukan persentase nilai proses total siswa (NP) NP = Jumlah aspek yang dilakukan 19x8 X 100 % Nilai: = Amat Baik (A) = Baik (B) = Cukup (C) = Kurang (K) < 50 = Sangat Kurang (SK) 3. Penilaian Final NA = Penilaian Proses (NP) + Penilaian Tertulis (NT) = (40 % x ) + (60 % x.) =

67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian Pengambilan data penelitian dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar siswa dengan pendekatan Kontekstual Melalui Metode Inkuiri Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Budya Wacana Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 dilaksanakan pada tanggal 25 maret 2011 sampai dengan tanggal 8 April Pelaksanaan penelitian terdiri dari 2 siklus. Masingmasing siklus terdiri dari dua pertemuan dan empat bagian yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun penjelasan tiap siklus akan peneliti uraikan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Perencanaan Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian siklus I, peneliti melakukan tanya jawab dan meminta nilai ulangan IPA siswa semester genap tahun ajaran 2009/2010 kepada guru mata pelajaran untuk mengetahui kondisi awal pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPA. Hasil Tanya jawab dengan guru yang bersangkutan, peneliti menentukan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut: SK: 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model 50

68 51 KD: 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya Setelah menentukan SK dan KD, peneliti menyusun suatu perangkat untuk melaksanakan siklus I. Pada tahap siklus I ini peneliti menyiapkan beberapa perangkat pembelajaran yang terdiri dari: silabus, Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal evaluasi siklus I, alat peraga dan media pembelajaran. Pada tahap siklus ini peneliti menyampaikan materi sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun langkahlangkah pembelajaran pada siklus I sebagai berikut: 1) Peneliti mengkondisikan siswa di dalam kelas. 2) Peneliti menyampaikan tujuan pembelanjaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut yaitu siswa dapat memahami materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri. 3) Peneliti dalam menyampaikan materi sifat-sifat cahaya dengan langkah-langkah pendekatan kontekstual melalui metode inkuri. Langkah-langkah pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut: Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan awal siswa ( Kontruktivisme) Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar)

69 52 Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa dengan media yang berbeda (pemodelan) Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Observasi atau pengamatan terhadap fenomena alam Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya) Peserta didik bersama guru melakukan refleksi (Refleksi) b. Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan 1 yaitu pada hari Jumat, 25 Maret 2011 selama 2 jp (2 x 35 menit) dan pertemuan 2 yaitu pada hari Rabu, 30 Maret Proses pembelajaran IPA mengacu pada RPP dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri.

70 53 Pertemuan 1 (2 JP) Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengkondisikan siswa dan melakukan tanya jawab. Guru mendemonstrasikan mengenai sifat cahaya merambat lurus dengan menghidupkan senter dan mengarahkan ke tembok. Dari situ siswa mengajukan pertanyaan, apakah cahaya merambat lurus? Dengan bantuan guru, siswa memperoleh jawaban sementara (hipotesis) bahwa cahaya merambat lurus. Kemudian siswa belum cukup berhenti disitu, siswa mencari data atas hipotesis yang diperoleh yaitu dengan melakukan percobaan. Siswa melakukan percobaan dengan 3 karton berlubang yang diletakkan muka belakang. Di depan lubang karton yang tersusun lurus tersebut diletakkan sebuah lilin yang menyala. Dari arah yang berbeda, siswa melihat nyala lilin dari lubang, ternyata siswa melihat nyala lilin tersebut. Cara yang kedua, karton diletakkan secara acak dan ternyata siswa tidak dapat melihat nyala lilin. Dari hasil percobaan tersebut, siswa dalam kelompok membuat kesimpulan atas data yang diperolehnya. Kegiatan yang kedua, siswa melakukan percobaan untuk mencari data mengenai sifat cahaya menembus benda bening. Siswa mengambil benda-banda yang telah dipersiapkan oleh guru. Siswa menghidupkan senter dan mengarahkan senter tersebut ke benda secara bergantian. Dalam kegiatan tersebut siswa mendapat data bahwa cahaya dapat menembus benda bening dan tidak menembus

71 54 pada benda gelap yang mengakibatkan terjadi bayangan pada benda tersebut. Untuk pembahasan, masing-masing perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Dalam kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk mengambil kesimpulan. Pertemuan 2 (2JP) Pada pertemuan 2, guru sebelumnya melakukan tanya jawab untuk mengetahuai pengetahuan awal mengenai sifat cahaya dapat diuraikan. Guru melakukan demonstrasi dengan sebuah cermin yang diletakkan dalam ember kecil yang berisi air, kemudian cermin tersebut diberi sinar. Ternyata sinar tersebut memiliki warna yang berbeda. Siswa mengajukan pertanyaan, apakah itu merupakan bentuk penguraian cahaya? Dari pertanyaan tersebut, siswa menyusun hipotesis bahwa cahaya dapat diuraikan menjadi warna-warna yang berbeda. Kemudian siswa melakukan percobaan untuk membuktikan hipotesisnya dengan bahan dan alat yang berbeda. Siswa membuat cakram warna sederhana yang terbuat dari karton tebal yang ditempel kertas dengan warna yang berbeda. Setelah itu, siswa memutar dengan kencang cakram warna tersebut. Dari percobaan tersebut, siswa mendapat data bahwa warna yang berbeda tersebut berubah menjadi warna putih. Guru membantu siswa untuk membuat kesimpulan. Akhir kegiatan, setiap kelompok membacakan hasil dari percobaan yang telah dilakukan.

72 55 c. Observasi Dalam mengobservasi kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung, peneliti meminta bantuan kepada guru mata pelajaran IPA. Observer mengamati siswa selama kegiatan pembelajaran dan mengisi rubrik penilaian proses dengan memberi tanda cek ( ) sesuai aktivitas siswa yang dilakukan. Informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan selama proses siklus I adalah pada kegiatan pembelajaran terlihat ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan dan merumuskan hipotesis. Ada siswa yang aktif menjawab pertanyaan guru dan mengajukan pendapat, serta mencatat penjelasan yang disampaikan oleh guru. Tetapi ada pula siswa yang hanya diam dan sering sibuk bermain sendiri. Sebagian besar siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. Setelah melakukan proses tindakan dan observasi pada siklus I diperoleh hasil peningkatan terhadap kondisi awal siswa. Nilai ratarata siswa yang semula 81,71 menjadi 83,13. Peningkatan tersebut melebihi target yang diinginkan oleh penulis yaitu 83. Hal tersebut juga meningkatkan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM yang semula 83,3% setelah dilakukan tindakan menjadi 84,2% sesuai dengan target yang diinginkan peneliti (lihat lampiran 15). Sedangkan untuk persentase keterlibatan siswa meningkat jauh dari target yang diinginkan. Kondisi awal 43,75% setelah dilakukan tindakan menjadi

73 56 75,66% dengan target yang diinginkan 50%. Secara keseluruhan indikator yang diuji oleh peneliti mengalami peningkatan. d. Refleksi Kegiatan pembelajaran IPA yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri pada siklus I menemukan beberapa kendala. Beberapa kendala tersebut antara lain: 1) Beberapa siswa asyik bermain dengan alat percobaan yaitu senter. Di sini peneliti mendekati siswa dan menegurnya agar kembali berpusat pada pembelajaran. 2) Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam merangkai alat dan bahan untuk percobaan. Peneliti masuk dalam kelompok dan mengarahkan cara merangkainya. 3) Siswa kesulitan dalam memutar alat spektrum warna sederhana yang telah dibuat karena harus memutar dengan kencang. Dalam hal ini, peneliti membantu untuk memberi satu peragaan untuk memutar alat dan siswa mengamati. 4) Beberapa siswa kesulitan dalam menyusun kesimpulan atas hasil percobaan, kemudian peneliti menuntun siswa untuk menyusun suatu kesimpulan hasil percobaan. Dalam hal ini, guru membimbing siswa untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Guru merangsang anak dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah ke dalam suatu kesimpulan yang telah di lakukan dalam pembelajaran.

74 57 5) Ada siswa yang kurang berpartisipasi dalam kelompok selama percobaan kemudian peneliti menegur siswa dan mengajak untuk bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Meskipun indikator yang ditentukan telah mengalami peningkatan, peneliti ingin menguji kembali tingkat prestasi dan keterlibatan siswa pada siklus II. Pada siklus II, peneliti akan lebih mengoptimalkan proses pembelajaran, sehingga siswa yang tidak tuntas karena nilai evaluasi atau nilai keterlibatan siswa dapat meningkat dan tuntas. 2. Siklus II a. Perencanaan Seperti pada siklus I, siklus II peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran yang sama untuk dua kali pertemuan. Perangkat tersebut antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, alat dan bahan percobaan. Pada tahap siklus ini peneliti menyampaikan materi sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun langkahlangkah pembelajaran pada siklus I sebagai berikut: 1) Peneliti mengkondisikan siswa di dalam kelas. 2) Peneliti menyampaikan tujuan pembelanjaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut yaitu siswa dapat memahami materi

75 58 sifat-sifat cahaya dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri. 3) Peneliti dalam menyampaikan materi sifat-sifat cahaya dengan langkah-langkah pendekatan kontekstual melalui metode inkuri. Langkah-langkah pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut: Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan awal siswa ( Kontruktivisme) Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar) Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa dengan media yang berbeda (pemodelan) Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Observasi atau pengamatan terhadap fenomena alam Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya)

76 59 Peserta didik bersama guru melakukan refleksi (Refleksi) b. Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus II terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan 1 yaitu pada hari rabu, 6 April 2011 dan pertemuan 2 yaitu pada hari jumat, 8 April Pada siklus II ini siswa melakukan percobaan tentang sifat cahaya dapat dipantulkan pada pertemuan 1 dan sifat cahaya dapat dibiaskan pada pertemuan 2. Baik pertemuan 1 maupun pertemuan 2 pada siklus II ini menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri. Pertemuan 1 (2 JP) Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengkondisikan siswa dan melakukan tanya jawab. Guru mendemonstrasikan mengenai sifat cahaya dapat dipantulkan dengan dengan menggunakan spion motor. Dari situ siswa mengajukan pertanyaan, apakah cahaya dapat dipantulkan? Dengan bantuan guru, siswa memperoleh jawaban sementara (hipotesis) bahwa cahaya dapat dipantulkan. Kemudian siswa mencari data atas hipotesis yang diperoleh yaitu dengan melakukan percobaan. Siswa melakukan percobaan dengan menggunakan senter dan cermin. Senter disorotkan siswa tepat di cermin, kemudian cahaya dipantulkan cermin dan mengenai tembok. Kegiatan kedua, siswa melakukan percobaan untuk memperoleh data mengenai sifat bayangan benda jika dipantulkan

77 60 oleh cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Siswa meletakkan cermin datar di meja, siswa mengambil huruf yang telah dipersiapkan guru dan diletakkan tepat di depan cermin datar. Kemudian siswa mengamati bayangan benda pada cermin. Siswa mengambil sendok makan yang mengkilap dan menghadapkan sendok bagian yang cekung. Siswa meletakkan pulpen di depan sendok dan menjauh dekatkan posisi pulpen. Kemudian siswa mengamati bayangan pulpen pada bagian sendok yang cekung. Siswa memegang bagian sendok yang cembung. Siswa meletakkan pulpen dan menjauh dekatkan posisi pulpen dari sendok. Kemudian siswa mengamati dan membandingkan bayangan pulpen saat jauh dan saat dekat dengan sendok. Dari hasil percobaan tersebut, siswa dalam kelompok membuat kesimpulan atas data yang diperolehnya. Dalam kegiatan akhir, siswa membacakan hasil percobaan yang telah dilakukan. Pertemuan 2 (2JP) Pada pertemuan kedua, guru sebelumnya melakukan tanya jawab untuk mengetahuai pengetahuan awal mengenai sifat cahaya dapat dibiaskan. Guru melakukan demonstrasi dengan sebuah sedotan yang diletakkan dalam gelas yang berisi air. Dari demonstrasi guru tadi siswa mengajukan pertanyaan, apa yang terjadi dan mengapa itu bisa terjadi? Dari pertanyaan tersebut, siswa menyusun hipotesis

78 61 bahwa sedotan terlihat patah karena cahaya dibiaskan melalui dua medium yang berbeda yaitu air dan udara. Kemudian siswa melakukan percobaan untuk membuktikan hipotesisnya dengan bahan dan alat yang berbeda. Siswa menyiapkan ember berisi air dan ember kosong. Kemudian siswa meletakkan uang logam di tengah ember kosong. Satu siswa mengamati uang logam. Satu siswa menuangkan air ke dalam ember kosong secara perlahan agar uang logam tidak hanyut. Siswa menahan pandangan mata pada uang logam dan mengamati perubahan yang terjadi setelah air dituangkan. Guru membantu siswa untuk membuat kesimpulan. Akhir kegiatan, setiap kelompok membacakan hasil dari percobaan yang telah dilakukan. c. Observasi Dalam mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung, peneliti meminta bantuan kepada guru mata pelajaran IPA. Observer mengamati siswa selama kegiatan pembelajaran dan mengisi rubrik penilaian proses dengan memberi tanda cek ( ) sesuai aktivitas siswa yang dilakukan. Siswa semakin senang melakukan percobaan dan semakin aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa banyak yang bertanya dan berpendapat untuk memperoleh data. Pada siklus II ini, peneliti memperoleh hasil atas tindakan yang telah dilakukan. Pada siklus II, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari siklus I. Pada siklus I nilai rata-rata mencapai 83,13

79 62 dan pada siklus II menjadi 86,00 dengan target yang diinginkan 85. Persentase siswa yang mencapai KKM pada siklus I adalah 84,2 % meningkat pada siklus II menjadi 94,74% dengan target yang diinginkan 89,5% (lihat lampiran 17). Untuk nilai keterlibatan siswa meningkat pula dari siklus I yaitu 75,66% menjadi 79,61% di siklus II. Dari data di atas, indikator pada setiap siklus mengalami peningkatan. d. Refleksi Pada siklus II ini, masih ada beberapa hambatan yang ditemukan. Siswa masih kurang bisa terampil menggunakan alat percobaan, khususnya pada percobaan sifat cahaya dapat dipantulkan. Pada saat itu, percobaan menggunakan sendok. Sendok yang digunakan kurang mengkilap yang dapat menyulitkan siswa untuk melihat bayangan benda sehingga sulit bagi siswa untuk menyimpulkan hasil percobaan. Namun, guru langsung menukar sendok kelompok lain yang sudah selesai melakukan percobaan pada tahap itu. Dalam percobaan sifat cahaya dapat dibiaskan, siswa menuang air ke dalam ember terlalu cepat sehingga uang logam langsung bergeser. Melihat hal itu, guru menyuruh siswa mengulang dengan perlahan dan mengamati dengan benar. Siswa senang dan berantusias melakukan percobaan-percobaan tersebut. Siswa banyak yang bertanya dan mengeluarkan pendapatnya tanpa ragu-ragu.

80 63 B. Hasil Penelitian Setelah melakukan penelitian, peneliti memperoleh data sebagai hasil dari pemahaman dan keterlibatan siswa selama kegiatan pembelajaran. 1. Siklus I 1) Prestasi belajar a) Nilai rata-rata siswa mengenai sifat-sifat cahaya Dari hasil observasi diperoleh data mengenai kondisi awal nilai rata-rata siswa adalah 81,71. (lihat lampiran 14). Setelah diketahui kondisi awal siswa, maka peneliti melakukan tindakan siklus I. Pada tindakan siklus I diperoleh data nilai rata-rata siswa adalah 83,13. (lihat lampiran 15) Berikut ini kami paparkan nilai rata-rata kondisi awal siswa dan siklus I. Tabel 7. Perbandingan nilai rata-rata kondisi awal dan siklus 1 Siklus I Indikator Kondisi awal Target Hasil Nilai rata-rata 81, ,13 Dari data di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

81 64 Kondisi awal Target yang diinginkan Siklus Kondisi awal Target yang diinginkan Siklus I Gambar 5. Diagram nilai rata-rata kondisi awal dan siklus I Dari diagram di atas dapat kita amati bahwa nilai rata-rata siswa terjadi suatu peningkatan. Pada siklus I ini, terjadi peningkatan pada nilai rata-rata yaitu sebesar 1,42. b) Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM Dari hasil nilai rata-rata siswa yaitu 83,13 ada 3 siswa yang tidak tuntas. Persentase siswa yang mencapai KKM pada siklus I dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 8. Persentase siswa yang mencapai KKM siklus I Siklus I Indikator Kondisi awal Target Hasil Persentase siswa mencapai KKM 83,3 % 84,2 % 84,2 % Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 16 siswa dari 19 siswa atau mencapai 84,2 %. Sedangkan siswa yang nilainya di bawah KKM ada 3 anak dengan persentase 15,8 %. Hal yang menyebabkan 2 dari 3 siswa yang tidak mencapai KKM

82 65 adalah kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, kurang kerjasama, kurang bertanya. Kedua anak tersebut memiliki nilai evaluasi yang baik, masing-masing mendapat 80 dan 90. Sedangkan satu anak tidak mencapai KKM disebabkan karena nilai evaluasi yang rendah yaitu 65. Dari tabel di atas persentase jumlah siswa yang mencapai KKM terjadi peningkatan, dari 83 % menjadi 84,2 %. Peningkatan ini sama dengan target peneliti. 2) Nilai keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran Selain nilai prestasi siswa, peneliti juga menilai aspek keterlibatan siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam menilai aspek ini, peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk mengisi rubrik penilaian proses yang telah disiapkan peneliti. Dari hasil observasi oleh observer, dapat diperoleh hasil data dari 19 siswa. (lihat lampiran 16). Berikut persentase keterlibatan siswa pada siklus I: Tabel 9. Persentase keterlibatan siswa siklus I Indikator Persentase keterlibatan siswa Siklus I Kondisi awal Target Hasil 43,75 % 50 % 75,99 % Dari tabel di atas, terjadi peningkatan persentase keterlibatan siswa yang cukup banyak yaitu 32,24 %.

83 66 2. Siklus II 1) Prestasi belajar a) Nilai rata-rata siswa mengenai sifat-sifat cahaya Setelah melakukan pengujian kedua pada siklus II, peneliti memperoleh data nilai rata-rata siswa adalah (lihat lampiran 17) Berikut ini kami paparkan nilai rata-rata kondisi awal siswa, siklus I dan siklus II. Tabel 10. Perbandingan nilai rata-rata kondisi awal, siklus I dan siklus II Siklus I Siklus II Indikator Kondisi awal Target Hasil Target Hasil Nilai ratarata 81, , ,00 Dari data di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut: Kondisi awal Target siklus I Siklus 1 Target siklus II Siklus II Kondisi awal Target siklus I Siklus I Target siklus II Siklus II Gambar 6. Diagram nilai rata-rata kondisi awal, siklus I dan siklus II

84 67 Dalam siklus II nilai rata-rata siswa sesuai yang diharapkan. Bahkan, dapat melebihi target yang telah ditentukan. Dari diagram di atas dapat kita amati bahwa nilai rata-rata siswa terjadi suatu peningkatan. Pada siklus I, nilai rata-rata mencapai 83,13 dan pada siklus II mencapai 86,00. Nilai rata-rata ini mengalami peningkatan yaitu 2,87. b) Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM Pada siklus II, guru lebih memperhatikan siswa-siswa yang masih di bawah KKM pada siklus I. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses mengajar dan prestasi belajar siswa. Guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa 2 siswa yang di bawah KKM pada siklus I. Pada tahap ini, masing-masing meningkat dalam kelemahannya di siklus I. Satu siswa yang semula pada siklus I tidak tuntas karena nilai proses yang berkaitan dengan keterlibatan siswa, pada siklus II dapat meningkat sehingga ia dapat mencapai KKM. Satu siswa yang lain, nilai evaluasi pada siklus I meningkat di siklus II, dari 65 menjadi 85. Persentase ketuntasan jumlah siswa yang mencapai KKM harus mencapai 89,5% dari 19 siswa. Itu berarti harus mencapai 17 siswa yang mencapai KKM. Dari hasil pengujian pada siklus II, diperoleh data bahwa siswa yang mencapai KKM sebanyak 18

85 68 siswa yaitu mencapai 94,74%. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini. Tabel 11. Persentase siswa yang mencapai KKM siklus II Indikator Persentase siswa mencapai KKM Siklus II Kondisi awal Target Hasil 83,3 % 89,5 % 94,74 % Dari tabel di atas persentase jumlah siswa yang mencapai KKM sudah mencapai target yang diharapkan dan bahkan jauh melebihi target peneliti sebesar 5,24%. Hal ini membuktikan bahwa dengan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri, dapat meningkatkan prestasi belajar sehingga persentase siswa yang mencapai nilai di atas KKM juga meningkat. 2) Nilai keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran Dari data yang diperoleh (lihat lampiran 18), dapat kita perhatikan bahwa persentase keterlibatan siswa selama pembelajaran pada siklus II mencapai target yang diinginkan yaitu 60%. Pada siklus II ini, persentase keterlibatan siswa mencapai 79,61%. Ini berarti persentase keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri meningkat dari kondisi awal yaitu 43,75%. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel di bawah ini untuk menggambarkan kondisi di atas.

86 69 Tabel 12. Persentase keterlibatan siswa siklus II Siklus II Indikator Kondisi awal Target Hasil Persentase 43,75 % 60 % 79,61 % keterlibatan siswa C. Pembahasan Dalam pembahasan kali ini, peneliti ingin membahas mengenai perbandingan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II. Beberapa hasil tindakan pada siklus I mengalami perubahan pada siklus II. Perubahan tersebut yaitu hasil tindakan siswa pada siklus II terjadi peningkatan dari siklus I dan hasil tindakan siswa pada siklus II mengalami penurunan dari siklus II. Adapun hasil tindakan dari penelitian ini terdiri dari: Nilai keterlibatan siswa, nilai evaluasi, nilai rata-rata siswa. 1. Nilai keterlibatan siswa Nilai keterlibatan diperoleh dari data melalui kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh observer selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri. Pada nilai keterlibatan siswa mengalami peningkatan dan penurunan pada siklus II. Adapun hasil perbandingan nilai keterlibatan siswa pada siklus I dengan siklus II sebagai berikut:

87 70 Tabel 13. Perbandingan nilai keterlibatan siswa siklus I dan siklus II Nomor Absen Nilai Proses Perbandingan Siklus I Siklus II Naik Sama Turun Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang mengalami peningkatan sebanyak 10 siswa, 3 siswa tidak mengalami perubahan, dan 6 siswa mengalami penurunan pada siklus II. Hal ini disebabkan siswa kurang aktif dalam menyusun rumusan masalah, menyimpulkan, mencatat data yang diperoleh pada siklus II. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran taraf peningkatan

88 71 keterlibatan siswa lebih besar daripada tingkat penurunan keterlibatan siswa. 2. Nilai evaluasi siswa Kegiatan evaluasi siswa dilakukan pada setiap akhir siklus. Dalam penelitian ini dilakukan 2 evaluasi. Adapun perbandingan hasil evaluasi siswa pada siklus I dan siklus II, sebagai berikut: Tabel 14. Perbandingan nilai evaluasi siklus I dan siklus II No. Nomor Absen Nilai Evaluasi Perbandingan Siklus I Siklus II Naik Sama Turun

89 72 Dari data dalam tabel di atas, dapat diperoleh bahwa nilai evaluasi siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebanyak 8 siswa, 5 siswa tidak terjadi perubahan, dan 6 siswa mengalami penurunan nilai evaluasi dari siklus I ke siklus II. Hal ini disebabkan karena keterlibatan siswa saat proses pembelajaran kurang sehingga materi belum dipahami sepenuhnya. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan terhadap nilai evaluasi siswa pada siklus II. 3. Nilai rata-rata siswa Nilai rata-rata siswa merupakan hasil rata-rata nilai keseluruhan, dengan bobot masing-masing yang telah disinggung dalam bab III. Adapun perbandingan hasil nilai rata-rata siswa siklus I dan siklus II, sebagai berikut: Tabel 15. Perbandingan nilai rata-rata siklus I dan siklus II Nomor Absen Nilai rata-rata Perbandingan Siklus I Siklus II Naik Sama Turun

90 Dari tabel di atas, dapat diperoleh bahwa 12 siswa mengalami peningkatan pada siklus II, 1 siswa tidak mengalami perubahan, dan 6 siswa mengalami penurunan. Hal itu menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan pada siklus II. Tabel 16. Hasil Penelitian No Peubah Indikator Kondisi awal Siklus I Siklus II Target Hasil Target Hasil 1. Nilai ratarata siswa 81, , ,00 1. Prestasi belajar Keterlibatan 2 siswa 2. Persentase Jumlah siswa yang mencapai KKM Persentase keterlibatan siswa 83,3 % 84,2% 84,2% 89,5% 94,74% 43,75% 50% 75,99% 60% 79,61%

91 74 Dari data di atas, dapat kita lihat bahwa dari kondisi awal sampai siklus II nilai rata-rata siswa, persentase jumlah siswa yang mencapai KKM, dan persentase keterlibatan siswa mengalami peningkatan.

92 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri membawa dalam kondisi kelas yang menarik, penuh semangat belajar, mampu berpikir kritis, dan memiliki keterampilan ilmiah. 2. Pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Budya Wacana semester genap tahun ajaran 2010/2011, terbukti dari nilai rata-rata siswa dan persentase siswa yang mencapai KKM. Nilai rata-rata siswa kondisis awal 81,71 meningkat pada siklus I menjadi 83,13 dan siklus II menjadi 86,00. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM, kondisi awal 83,3% meningkat pada siklus I menjadi 84,2% dan siklus II 94,74%. 3. Pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri dapat meningkatkan keterlibatan siswa pada mata pelajaran IPA tentang materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Budya Wacana semester genap tahun ajaran 2010/2011, terbukti dengan meningkatnya persentase keterlibatan siswa. Kondisi awal persentase keterlibatan siswa 43,75% meningkat pada siklus I menjadi 75,99% dan siklus II menjadi 79,61%. 75

93 76 B. Saran Berdasarkan pengamatan dan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang perlu peneliti sampaikan, yaitu: 1. Untuk meningkatkan prestasi belajar dan keterlibatan siswa dalam materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode inkuiri, peneliti harus memahami penggunaan alat-alat pembelajaran yang akan digunakan dan menyiapkan strategi pembelajaran yang menarik sehingga dalam proses pembelajaran siswa senang dan mudah untuk memahami pengetahuan yang akan diterimanya. 2. Hasil penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di SD Budya Wacana, apabila ada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan dan metode yang sama, hendaknya guru memahami kondisi siswa yang akan dijadikan subyek penelitian, memahami langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran dan dapat mengalokasikan waktu dengan baik sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

94 DAFTAR PUSTAKA Ali, Drs. Mohamad Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : CV. Sinar Baru Bandung Amien, Dr. Moh Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Yogyakarta :Depdikbud Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Eka L. Koncara. Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep cahaya. Diakses tanggal: 20 Maret Hamalik, Oemar Prof. Dr Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara Haryanto. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V Jakarta: Erlangga. Hermana, Dodo Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA Kelas 5 SD. Yogyakarta : Kanisius Susilofy Metode inkuiri dalam pembelajaran matematika. Diakses tanggal: 13 Maret Tanlain, Wens Modul kuliah Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Yogyakarta: USD Trianto,M.Pd Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Yasa, Doantara Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning ctl. Diakses tanggal: 28 Februari

95 LAMPIRAN 78

96 79 SILABUS Satuan Pendidikan : SD Budya Wacana Kelas/ Semester : V/ 2 Mata Pelajaran : IPA Unit/ Tema : Sifat-sifat cahaya Alokasi Waktu : 8 x 35 menit ( 8 JP ) SK : Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat karya model Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi Sumber / Alat Waktu Mendiskripsikan sifatsifat cahaya Pertemuan 1 Peserta didik melakukan tanya jawab bersama IPBA 1. Peserta didik mampu Pengamatan kinerja Tes tertulis 2 JP Haryanto. untuk Sains Sekolah guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan menyebutkan 3 sumber Dasar Kelas V. awal siswa ( Kontruktivisme) Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar) Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya merambat lurus, kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa dengan media yang berbeda (pemodelan) Peserta didik mendengarkan petunjuk cara kerja Fisika cahaya 2. Peserta didik mampu menjelaskan mengenai pengertian cahaya 3. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya merambat lurus Jakarta: Erlangga. Hermana, Dodo Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA Kelas 5 SD. Yogyakarta : Kanisius

97 80 dalam kelompok Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya merambat lurus sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya dapat menembus benda bening sesuai langkah-langkah dalam kelompok Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya) Peserta didik menyebutkan contoh peristiwa sehari-hari yang meliputi sifat cahaya yang telah dipelajari 4. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya menembus benda bening 5. Peserta didik mampu melakukan percobaan mengenai sifat-sifat cahaya LKS Kertas ( 3 buah) Lilin Paku kecil Gelas kaca Karton Lampu senter Plastic bening Globe Paku Air dalam botol

98 81 Pertemuan 2 Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan awal siswa ( Kontruktivisme) Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar) Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya dapat diuraikan, kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa (pemodelan) Peserta didik mendengarkan petunjuk cara kerja dalam kelompok Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya dapat diuraikan sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Guru melakukan pengamatan terhadap proses Fisika 1. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya dapat diuraikan 2. Peserta didik mampu melakukan percobaan mengenai sifat dapat diuraikan Pengamatan kinerja Tes tertulis 2 jp Haryanto. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V Jakarta: Erlangga. Hermana, Dodo Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA Kelas 5 SD. Yogyakarta : Kanisius LKS Kertas karton Kertas lipat Paku kecil Bilah bambu Lem percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan

99 82 (Bertanya) Peserta didik menyebutkan contoh peristiwa sehari-hari yang meliputi sifat cahaya yang telah dipelajari Peserta didik mengerjakan soal evaluasi siklus 1 Pertemuan 3 Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan awal siswa ( Kontruktivisme) Fisika 1. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya dapat dipantulkan Pengamatan kinerja Tes tertulis 2 JP Haryanto. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V Jakarta: Erlangga. Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar) Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya 2. Peserta didik mampu menyebutkan sifat bayangan pada cermin Hermana, Dodo Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA Kelas 5 dapat dibiaskan, kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa dengan media yang berbeda (pemodelan) Peserta didik mendengarkan petunjuk cara kerja dalam kelompok 3. Peserta didik mampu menyebutkan contoh cahaya dapat dipantulkan 4. Peserta didik mampu SD. Yogyakarta : Kanisius LKS Senter Cermin Kertas berbentuk huruf

100 83 Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat melakukan percobaan Sendok yang cahaya dapat dipantulkan sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) mengenai sifat cahaya dapat dipantulkan mengkilap pulpen Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya) Peserta didik menyebutkan contoh peristiwa sehari-hari yang meliputi sifat cahaya yang telah dipelajari Pertemuan 4 Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan Fisika 1. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya Tes tertulis Kinerja pengamatan 2 JP Haryanto. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V Jakarta: Erlangga.

101 84 awal siswa ( Kontruktivisme) Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar) Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya dapat dibiaskan, kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa dengan media yang berbeda (pemodelan) Peserta didik mendengarkan petunjuk cara kerja dalam kelompok Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya dapat dibiaskan sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) dapat dibiaskan 2. Peserta didik mampu menyebutkan contoh cahaya dapat dibiaskan 3. Peserta didik mampu melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat dibiaskan Hermana, Dodo Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA Kelas 5 SD. Yogyakarta : Kanisius LKS Gelas bening 2 buah (Gelas A dan Gelas B) Air putih Pulpen 2 buah Uang logam 2 buah Ember Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan

102 85 guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya) Peserta didik menyebutkan contoh peristiwa sehari-hari yang meliputi sifat cahaya yang telah dipelajari Peserta didik mengerjakan soal evaluasi siklus 2 Mengetahui Yogyakarta, 23 Maret 2011 Kepala Sekolah Guru ( Dra. Magdalena Sri Susanti ) ( Trisno Nugroho )

103 Lampiran 2 86 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan 1 Satuan Pendidikan : SD Budya Wacana Hari/Tanggal : 25 Maret 2011 Kelas / Semester : V / 2 Mata Pelajaran Alokasi Waktu : IPA : 2 x 35 menit ( 2 JP) I. Standar Kompetensi Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat karya model II. Kompetensi Dasar Mendiskripsikan sifat-sifat cahaya III. Indikator IPBA Peserta didik mampu menyebutkan 3 contoh sumber cahaya Fisika Peserta didik mampu mendefinisikan mengenai cahaya Peserta didik mampu menyebutkan sifat-sifat cahaya Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya merambat lurus Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya menembus benda bening IV. Tujuan pembelajaran Peserta didik dapat menjelaskan tentang cahaya Peserta didik dapat menyebutkan 3 sumber cahaya

104 87 Peserta didik dapat menjelaskan sifat-sifat cahaya Peserta didik dapat melakukan percobaan mengenai sifat-sifat cahaya. V. Materi Ajar Sifat-sifat cahaya VI. Metode dan Pendekatan Pembelajaran Tanya jawab Inkuiri CTL VII. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal Salam Pembuka Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Apersepsi Siswa dengan guru melakukan tanya jawab 2. Kegiatan Inti Guru mengkaitkan materi dengan apersepsi Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan awal siswa ( Kontruktivisme) Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar) Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya merambat lurus, kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa dengan media yang berbeda (pemodelan) Peserta didik mendengarkan petunjuk cara kerja dalam kelompok

105 88 Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya merambat lurus sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Observasi atau pengamatan terhadap fenomena alam Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya dapat menembus benda bening sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya) Peserta didik menyebutkan contoh peristiwa sehari-hari yang meliputi sifat cahaya yang telah dipelajari 3. Kegiatan Akhir Peserta didik bersama guru menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari Guru memberikan beberapa saran / pesan kepada peserta didik Peserta didik bersama guru melakukan refleksi (Refleksi) Salam penutup

106 89 VIII. Refleksi Bagaimana perasaanmu setelah mempelajari materi ini? Adakah kesulitan saat mengikuti pelajaran ini? IX. Aksi Bagaimana cara kamu menerapkan pelajaran ini? Bagaimana cara kamu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan materi ini? X. Sumber Belajar Haryanto. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V Jakarta: Erlangga. Hermana, Dodo Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA Kelas 5 SD. Yogyakarta : Kanisius XI. Penilaian Tes tertulis ( terlampir ) Tes kinerja ( rubrik penilaian terlampir) XII. Media Pembelajaran LKS Mengetahui Yogyakarta, 25 Maret 2011 Kepala Sekolah Guru ( Dra. Magdalena Sri Susanti ) ( Trisno Nugroho )

107 Lampiran 3 90 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan 2 Satuan Pendidikan : SD Budya Wacana Hari / Tanggal : 30 Maret 2011 Kelas / Semester : V / 2 Mata Pelajaran Alokasi Waktu : IPA : 2 x 35 menit ( 2 JP) I. Standar Kompetensi Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat karya model II. Kompetensi Dasar Mendiskripsikan sifat-sifat cahaya III. Indikator Fisika Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya dapat diuraikan Peserta didik mampu melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat diuraikan IV. Tujuan pembelajaran Peserta didik dapat menjelaskan sifat cahaya dapat diuraikan Peserta didik dapat melakukan percobaan mengenai sifat cahaya. V. Materi Ajar Sifat-sifat cahaya VI. Metode dan Pendekatan Pembelajaran Tanya jawab

108 91 Inkuiri CTL Eksperimen Demonstrasi Pemodelan Diskusi VII. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal Salam Pembuka Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Apersepsi Siswa dengan guru melakukan tanya jawab 2. Kegiatan Inti Guru mengkaitkan materi dengan apersepsi Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan awal siswa ( Kontruktivisme) Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar) Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya dapat diuraikan, kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa (pemodelan) Peserta didik mendengarkan petunjuk cara kerja dalam kelompok Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya dapat diuraikan sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Observasi atau pengamatan terhadap fenomena alam

109 92 Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya) Peserta didik menyebutkan contoh peristiwa sehari-hari yang meliputi sifat cahaya yang telah dipelajari Peserta didik mengerjakan soal evaluasi mengenai materi 3. Kegiatan Akhir Peserta didik bersama guru menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari Guru memberikan beberapa saran / pesan kepada peserta didik Peserta didik bersama guru melakukan refleksi (Refleksi) Salam penutup VIII. Refleksi Bagaimana perasaanmu setelah mempelajari materi ini? Adakah kesulitan saat mengikuti pelajaran ini?

110 93 IX. Aksi Bagaimana cara kamu menerapkan pelajaran ini? Bagaimana cara kamu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan materi ini? X. Sumber Belajar Haryanto. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V Jakarta: Erlangga. Hermana, Dodo Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA Kelas 5 SD. Yogyakarta : Kanisius XI. Penilaian Tes tertulis ( terlampir ) Tes kinerja ( rubrik penilaian terlampir) XII. Media Pembelajaran LKS Mengetahui Yogyakarta, 30 Maret 2011 Kepala Sekolah Guru ( Dra. Magdalena Sri Susanti ) ( Trisno Nugroho )

111 Lampiran 4 94 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 1 Satuan Pendidikan : SD Budya Wacana Hari / Tanggal : 6 April 2011 Kelas / Semester : V / 2 Mata Pelajaran Alokasi Waktu : IPA : 2 x 35 menit ( 2 JP) I. Standar Kompetensi Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat karya model II. Kompetensi Dasar Mendiskripsikan sifat-sifat cahaya III. Indikator Fisika Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya dapat dipantulkan Peserta didik mampu menyebutkan sifat bayangan pada cermin Peserta didik mampu menyebutkan contoh cahaya dapat dipantulkan Peserta didik mampu melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat dipantulkan V. Tujuan pembelajaran Peserta didik dapat menjelaskan sifat cahaya dapat dipantulkan Peserta didik mampu menyebutkan sifat bayangan pada cermin

112 95 Peserta didik dapat menyebutkan contoh cahaya dapat dipantulkan Peserta didik dapat melakukan percobaan mengenai sifat-sifat cahaya. V. Materi Ajar Sifat-sifat cahaya VI. Metode dan Pendekatan Pembelajaran Tanya jawab Inkuiri CTL Eksperimen Demonstrasi Pemodelan Diskusi VII. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal Salam Pembuka Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Apersepsi Siswa dengan guru melakukan tanya jawab 2. Kegiatan Inti Guru mengkaitkan materi dengan apersepsi Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan awal siswa ( Kontruktivisme) Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar)

113 96 Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya dapat dipantulkan, kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa dengan media yang berbeda (pemodelan) Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya dapat dipantulkan sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Observasi atau pengamatan terhadap fenomena alam Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya) Peserta didik menyebutkan contoh peristiwa sehari-hari yang meliputi sifat cahaya yang telah dipelajari 3. Kegiatan Akhir Peserta didik bersama guru menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari Guru memberikan beberapa saran / pesan kepada peserta didik Peserta didik bersama guru melakukan refleksi (Refleksi) Salam penutup

114 97 VIII. Refleksi Bagaimana perasaanmu setelah mempelajari materi ini? Adakah kesulitan saat mengikuti pelajaran ini? IX. Aksi Bagaimana cara kamu menerapkan pelajaran ini? Bagaimana cara kamu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan materi ini? X. Sumber Belajar Haryanto. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V Jakarta: Erlangga. Hermana, Dodo Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA Kelas 5 SD. Yogyakarta : Kanisius XI. Penilaian Tes tertulis ( terlampir ) Tes kinerja ( rubrik penilaian terlampir) XII. Media Pembelajaran LKS Mengetahui Yogyakarta, 6 April 2011 Kepala Sekolah Guru ( Dra. Magdalena Sri Susanti ) ( Trisno Nugroho )

115 Lampiran 5 98 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 2 Satuan Pendidikan : SD Budya Wacana Hari / Tanggal : 8 April 2011 Kelas / Semester : V / 2 Mata Pelajaran Alokasi Waktu : IPA : 2 x 35 menit ( 2 JP) I. Standar Kompetensi Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat karya model II. Kompetensi Dasar Mendiskripsikan sifat-sifat cahaya III. Indikator Fisika Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya dapat dibiaskan Peserta didik mampu menyebutkan contoh cahaya dapat dibiaskan Peserta didik mampu melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat dibiaskan IV. Tujuan pembelajaran Peserta didik dapat menjelaskan sifat cahaya dapat dibiaskan Peserta didik dapat melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat dibiaskan V. Materi Ajar Sifat-sifat cahaya

116 99 VI. Metode dan Pendekatan Pembelajaran Tanya jawab Inkuiri CTL Eksperimen Demonstrasi Pemodelan Diskusi VII. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal Salam Pembuka Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Apersepsi Siswa dengan guru melakukan tanya jawab 2. Kegiatan Inti Guru mengkaitkan materi dengan apersepsi Peserta didik melakukan tanya jawab bersama guru tentang cahaya berdasarkan pengetahuan awal siswa ( Kontruktivisme) Peserta didik membentuk kelompok kecil (masyarakat belajar) Guru melakukan demonstrasi tentang sifat cahaya dapat dibiaskan, kemudian siswa menirukan cara kerja yang serupa dengan media yang berbeda (pemodelan) Peserta didik mendengarkan petunjuk cara kerja dalam kelompok

117 100 Peserta didik melakukan percobaan tentang sifat cahaya dapat dibiaskan sesuai langkah-langkah dalam kelompok (inkuiri) Observasi atau pengamatan terhadap fenomena alam Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data Guru melakukan pengamatan terhadap proses percobaan yang dilakukan siswa (penilaian nyata) Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru mengenai hasil percobaan yang dilakukan (Bertanya) Peserta didik menyebutkan contoh peristiwa sehari-hari yang meliputi sifat cahaya yang telah dipelajari Peserta didik mengerjakan soal evaluasi siklus 2 3. Kegiatan Akhir Peserta didik bersama guru menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari Guru memberikan beberapa saran / pesan kepada peserta didik Peserta didik bersama guru melakukan refleksi (Refleksi) Salam penutup VIII. Refleksi Bagaimana perasaanmu setelah mempelajari materi ini? Adakah kesulitan saat mengikuti pelajaran ini?

118 101 IX. Aksi Bagaimana cara kamu menerapkan pelajaran ini? Bagaimana cara kamu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan materi ini? X. Sumber Belajar Haryanto. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V Jakarta: Erlangga. Hermana, Dodo Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA Kelas 5 SD. Yogyakarta : Kanisius XI. Penilaian Tes tertulis ( terlampir ) Tes kinerja ( rubrik penilaian terlampir) XII. Media Pembelajaran LKS Mengetahui Yogyakarta, 8 April 2011 Kepala Sekolah Guru ( Dra. Magdalena Sri Susanti ) ( Trisno Nugroho )

119 Lampiran 6 LEMBAR KERJA SISWA 102 SIKLUS I PERTEMUAN 1 Satuan Pendidikan Mata Pelajaran : SD Budya Wacana : IPA Kelas/Semester : V / 2 Hari/Tanggal : Jumat / 25 Maret 2011 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2JP) I. Indikator Hasil Belajar 1. Peserta didik mampu menyebutkan 3 sumber cahaya 2. Peserta didik mampu menjelaskan mengenai pengertian cahaya 3. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya merambat lurus 4. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya menembus benda bening 5. Peserta didik mampu melakukan percobaan mengenai sifat-sifat cahaya II. Petunjuk ( Untuk Siswa ) Bacalah dan kerjakanlah sesuai perintah guru III. Kegiatan Belajar A. Kegiatan Belajar I Peserta didik melakukan percobaan mengenai sifat cahaya merambat lurus Tujuan : mengetahui sifat cahaya merambat lurus Alat dan Bahan Kertas ( 3 buah) Lilin Paku kecil

120 Langkah kerja Tandai ketiga karton tersebut dengan huruf A, B, dan C. 2. Lubangi ketiga karton setinggi lilin dengan paku kecil. 3. Letakkan ketiga karton secara berurutan, dengan penyangga, mulai dari karton A, B, dan C, sehingga setiap lubang terletak pada satu garis lurus. Untuk memudahkan, gunakan benang yang dimasukkan pada setiap lubang karton. Amatilah gambar di atas. 4. Nyalakan lilin dan letakkan di depan karton C! 5. Amati olehmu cahaya lilin dari balik karton A! Jawablah pertanyaan berikut 1. Apakah cahaya lilin terlihat dari lubang A? 2. Geserlah karton A atau karton B ke kanan dan ke kiri. Apakah cahaya lilin masih terlihat ketika posisi karton dipindahkan? 3. Bagaimanakah letak lubang ketiga karton agar cahaya lilin terlihat? 4. Apakah kesimpulanmu dari kegiatan itu? B. Kegiatan Belajar 2 Peserta didik melakukan percobaan mengenai sifat cahaya menembus benda bening

121 Tujuan : menunjukkan sifat cahaya menembus benda bening 104 Alat dan bahan 1. gelas kaca 2. karton 3. Lampu senter 5. Globe 6. Buku 7. Air dalam botol 4. Plastik bening Langkah kerja 1. Sinarilah setiap benda dengan lampu senter seperti pada gambar. 2. Amatilah bayangan yang terbentuk pada tembok. Apakah terbentuk bayangan benda? Bila ya, maka benda tersebut termasuk benda tak tembus cahaya. 3. Cobalah ulangi kegiatan tersebut dengan menggunakan bahan-bahan yang berbeda. 4. Isilah tabel di bawah ini berdasarkan pengamatan! Beri tanda cek ( ) pada kolom di bawah ini Nama Benda Tembus Cahaya Tak Tembus Cahaya Gelas kaca Plastik bening Globe Buku karton Air dalam botol Tabel Hasil Pengamatan Setiap Benda Setelah Disinari Senter

122 Jawablah pertanyaan berikut Apa yang terjadi jika cahaya mengenai benda tak tembus cahaya? 2. Tuliskanlah benda yang terlihat bayangannya pada tembok? 3. Tuliskanlah benda yang tidak ada bayangannya? 4. Apa kesimpulan dari percobaan tersebut?... Refleksi 1. Kesulitan apa yang masih kamu alami? Bagaimana perasaanmu setelah mempelajari materi ini? Apa rencana tindak lanjutnya?...

123 LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS I PERTEMUAN Lampiran 7 Satuan Pendidikan Mata Pelajaran : SD Budya Wacana : IPA Kelas/Semester : V / 2 Hari/Tanggal : Rabu / 30 Maret 2011 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2JP) I. Indikator Hasil Belajar 1. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya dapat diuraikan 2. Peserta didik mampu melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat diuraikan II. Petunjuk ( Untuk Siswa ) Bacalah dan kerjakanlah sesuai perintah guru III. Kegiatan Belajar Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya matahari yang kita lihat berwarna putih. Namun, sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan sehingga terbentuk warna-warna pelangi. A. Kegiatan Belajar I Peserta didik melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat diuraikan Tujuan : mengetahui sifat cahaya dapat diuraian

124 Alat dan Bahan 107 Kertas karton Kertas lipat Bilah bambu Lem Paku kecil Langkah-langkah 1. Sediakan alat dan bahan! 2. Buatlah 2 buah lingkaran dari kertas karton dengan garis tengah 12 cm 3. Bagilah lingkaran (1) menjadi 6 bagian dan tempellah tiap-tiap bagian kertas lipat dengan warna yang berbeda yaitu merah (M), jingga (J), kuning (K), hijau (H), biru (B), dan ungu (U)! 4. Bagilah lingkaran (2) menjadi empat bagian dan warnailah dengan warna yang berbeda, yaitu: merah (M), kuning (K), biru (B), dan hijau (H)! 5. Lubangilah kedua lingkaran pada titik tengahnya, lalu masukkan kayu sebagai poros! Permukaan kertas yang diberi warna dihadapkan ke atas. 6. Putarlah sekencang-kencangnnya kedua lingkaran tersebut seperti memutar gasing! 7. Amatilah warna pada kedua lingkaran saat keduanya berputar kencang! Adakah perbedaan warna pada kedua lingkaran tersebut?

125 Jawablah pertanyaan berikut! Apa yang terjadi pada lingkaran 1? 2. Apa yang terjadi pada lingkaran 2? 3. Apakah kesimpulanmu dari kegiatan itu? Refleksi 1. Kesulitan apa yang masih kamu alami? 2. Bagaimana perasaanmu setelah mempelajari materi ini? 3. Apa rencana tindak lanjutnya?

126 109 LEMBAR KERJA SISWA Lampiran 8 SIKLUS II PERTEMUAN 1 Satuan Pendidikan Mata Pelajaran : SD Budya Wacana : IPA Kelas/Semester : V / 2 Hari/Tanggal : Rabu / 6 April 2011 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2JP) I. Indikator Hasil Belajar 1. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya dapat dipantulkan 2. Peserta didik mampu menyebutkan sifat bayangan pada cermin 3. Peserta didik mampu menyebutkan contoh cahaya dapat dipantulkan 4. Peserta didik mampu melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat dipantulkan II. Petunjuk ( Untuk Siswa ) Bacalah dan kerjakanlah sesuai perintah guru III. Kegiatan Belajar A. Kegiatan Belajar I Peserta didik melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat dipantulkan Tujuan : mengetahui sifat cahaya dapat dipantulkan Alat dan Bahan Senter Cermin

127 Langkah kegiatan : Sorotkan cahaya senter ke cermin datar! 2. Amati cahaya yang keluar dan setelah terkena cermin! Pertanyaan Bagaimana cahaya setelah mengenai cermin?.. B. Kegiatan Belajar 2 Menyelidiki sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar Alat dan Bahan Kertas berbentuk huruf Cermin Langkah kegiatan : 1. Letakkan cermin pada meja! 2. Letakkan kertas berbentuk huruf tepat di depan cermin datar! 3. Amati bayangan kertas berbentuk huruf! Pertanyaan a. Adakah perbedaan antara kertas berbentuk huruf yang asli dengan bayangannya pada cermin?.. b. Apa perbedaannya yang kamu amati?

128 c. Tuliskan kesimpulanmu! 111 Bayangan pada cermin datar bersifat C. Kegiatan Belajar 3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin cekung Alat dan Bahan Sendok yang mengkilap pulpen Langkah kegiatan : 1. Dekatkan kepala pulpen ke bagian sendok yang cekung! 2. Amatilah bayangan pulpen pada cekungan sendok! 3. Bandingkan ukuran pulpen asli dengan ukuran bayangan pulpen! 4. Setelah itu, jauhkan pulpen dari sendok! 5. Amatilah bayangan pulpen pada cekungan sendok! 6. Bandingkan ukuran pulpen asli dengan ukuran bayangan pulpen! Pertanyaan a. Saat pulpen di dekatkan pada cekungan sendok, lebih besar atau lebih kecilkah bayangan pulpen? Tegakkah bayangan pulpen pada sendok? b. Saat pulpen di jauhkan pada cekungan sendok, lebih besar atau lebih kecilkah bayangan pulpen? Tegakkah bayangan pulpen pada sendok?

129 c. Tuliskan kesimpulanmu! 112 Jika benda dekat dari cermin cekung maka bayangan... Jika benda jauh dari cermin cekung maka bayangan... D. Kegiatan Belajar 4 Menyelidiki sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin cembung Alat dan Bahan Sendok yang mengkilap pulpen Langkah kegiatan : 1. Dekatkan kepala pulpen ke bagian sendok yang cembung! 2. Amatilah bayangan pulpen pada bagian sendok yang cembung! 3. Bandingkan ukuran pulpen asli dengan ukuran bayangan pulpen! 4. Setelah itu, jauhkan pulpen dari sendok! 5. Amatilah bayangan pulpen pada bagian sendok yang cembung! 6. Bandingkan ukuran pulpen asli dengan ukuran bayangan pulpen! Pertanyaan a. Saat pulpen di dekatkan pada bagian sendok yang cembung, lebih besar atau lebih kecilkah bayangan pulpen? Tegakkah bayangan pulpen pada sendok?

130 b. Saat pulpen di jauhkan pada bagian sendok yang cembung, lebih besar atau lebih kecilkah bayangan pulpen? Tegakkah bayangan pulpen pada sendok?. c. Tuliskan kesimpulanmu! Jika benda dekat dari cermin cembung maka bayangan bersifat Jika benda jauh dari cermin cembung maka bayangan bersifat Refleksi 1. Kesulitan apa yang masih kamu alami? Bagaimana perasaanmu setelah mempelajari materi ini? Apa rencana tindak lanjutnya?...

131 114 LEMBAR KERJA SISWA Lampiran 9 SIKLUS II PERTEMUAN 2 Satuan Pendidikan Mata Pelajaran : SD Budya Wacana : IPA Kelas/Semester : V / 2 Hari/Tanggal : Jumat / 8 Maret 2011 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2JP) I. Indikator Hasil Belajar 1. Peserta didik mampu menjelaskan sifat cahaya dapat dibiaskan 2. Peserta didik mampu menyebutkan contoh cahaya dapat dibiaskan 3. Peserta didik mampu melakukan percobaan mengenai sifat cahaya dapat dibiaskan II. Petunjuk ( Untuk Siswa ) Bacalah dan kerjakanlah sesuai perintah guru III. Kegiatan Belajar A. Kegiatan Belajar 1 Tujuan: Mengamati peristiwa pembiasan cahaya.

132 Alat dan bahan: Gelas bening 2 buah (Gelas A dan Gelas B) 2. Air putih 3. Pulpen 2 buah 4. Uang logam 2 buah 5. Ember Langkah Kegiatan: 1. Masukan air ke dalam gelas bening (A) yang telah disediakan! 2. Masukan Pulpen ke dalam gelas A yang telah diisi air dan masukan pulpen lainnya ke dalam gelas kosong (B) yang tidak diisi air. Amati perbedaan antara pensil yang ada di dalam gelas A dan gelas B! 3. Taruhlah ember plastik di atas meja, kemudian letakkan uang logam di dalamnya! 4. Pandanglah bibir mangkuk A B 5. segaris dengan pinggiran uang logam! Usahakan uang logam sedikit terlihat oleh mata! Terlihatkah uang itu? Lihat gambar A! 6. Tahan posisi pandanganmu! Mintalah bantuan temanmu untuk menuangkan air jernih ke dalam mangkuk (lihat gambar B)! 7. Amati apa yang terjadi! Terlihatkah uang logam itu?

133 116 a. Apa yang terjadi pada pensil? Mengapa demikian? b. Dapatkah kita melihat uang logam setelah digeser? Mengapa demikian?... Kesimpulan Refleksi 1. Kesulitan apa yang masih kamu alami? Bagaimana perasaanmu setelah mempelajari materi ini? Apa rencana tindak lanjutnya?...

134 Lampiran SOAL EVALUASI SIKLUS 1 A. Jawablah dengan menyilang pilihan yang tepat! 1. Sorot senter diarahkan ke plastik. Cahaya terlihat di tembok yang terletak di belakang plastik. Hal ini membuktikan bahwa cahaya memiliki sifat... a. merambat lurus b. menembus benda bening c. dapat dibiaskan d. dapat dipantulkan 2. Di bawah ini merupakan benda yang dapat di tembus cahaya, kecuali..... a. gelas bening b. karton c. kaca jendela d. plastik 3. Berikut merupakan sumber cahaya adalah.... a. lilin b. dinamo c. batu baterai d. generator 4. Semua benda yang dapat menghasilkan cahaya disebut.... a. sumber cahaya b. lampu c. alat cahaya d. senter 5. Cahaya dapat menembus kaca karena kaca termasuk benda.... a. gelap b. padat c. mati d. bening 6. Kita dapat melihat benda dibalik kaca jendela karena.... a. kaca jendela tipis b. kaca jendela mengkilap c. cahaya dapat melewati kaca d. benda memancarkan cahaya

135 Peristiwa yang merupakan bukti cahaya merambat lurus yaitu.... a. memantulnya cahaya pada cermin b. rambatan cahaya matahari yang lurus melewati genting kaca c. cahaya menembus menembus benda bening d. terbentuknya pelangi setelah hujan 8. Benda yang tidak dapat ditembus cahaya disebut benda... a. mati b. hidup c. bening d. gelap 9. Salah satu dampak jika cahaya mengenai benda gelap adalah... a. terjadi bayangan b. berubah warna c. menembus d. pecah 10. Sumber cahaya yang paling utama bagi bumi adalah... a. bulan b. lampu c. matahari d. senter B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan isian! 1. Kita dapat melihat benda karena ada Benda yang dapat ditembus cahaya disebut Kita dapat melihat ikan di akuarium. Hal itu membuktikan bahwa cahaya memiliki sifat Salah satu contoh benda gelap adalah Warna-warna yang membentuk cahaya putih disebut. 6. Salah satu peristiwa cahaya merambat lurus adalah...

136 Peruraian warna cahaya disebut juga.. 8. Cahaya yang keluar dari sumber cahaya disebut Salah satu contoh benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri yaitu Salah satu contoh bukti cahaya dapat diuraikan adalah

137 Lampiran SOAL EVALUASI SIKLUS 2 A. Jawablah dengan menyilang pilihan yang tepat! 1. Kaca spion mobil berfungsi untuk melihat kendaraan lain di belakangnya tanpa perlu menoleh ke belakang. Hal itu disebabkan karena cahaya... a. bisa dipantulkan b. dapat diuraikan c. dapat dibiaskan d. bergerak lurus cahaya dapat dipantulkan 2. cahaya dapat diuraikan 3. cahaya dibiaskan 4. cahaya menembus benda gelap Dari pernyataan di atas, yang benar tentang sifat-sifat cahaya adalah a. 1 dan 4 c. 1, 2, dan 3 b. 2 dan 4 d Peristiwa yang merupakan akibat pembiasan cahaya adalah.... a. terbentuknya warna pada gelembung sabun b. dasar sungai yang airnya jernih tampak lebih dangkal daripada yang sebenarnya c. terbentuknya bayangan oleh cermin d. sampainya matahari di permukaan bumi 4. Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis.... a. horisontal b. vertikal c. lurus d. normal

138 Pernyataan di bawah ini yang benar.... a. sinar datang dan garis normal = sinar pantul dan garis normal b. sudut pantul = sinar datang dan garis normal c. sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang lemgkung d. sudut datang = sinar datang dan sinar pantul 6. Kaca spion sepeda motor menggunakan cermin.... a. cekung b. cembung c. datar d. cekung cembung 7. Berikut ini yang bukan termasuk jenis cermin adalah.... a. cermin cekung b. cermin cembung c. cermin datar d. cermin cekung cembung 8. Cermin diletakkan pada ember berisi air dan sinar matahari mengenai cermin. Kegiatan tersebut akan membuktikan bahwa... a. cahaya matahari terdiri dari tujuh warna b.cahaya matahari dipantulkan air c. air dapat menyerap warna pelangi d. cahaya matahari dapat diserap oleh air 9. Di antara benda berikut yang bisa memantulkan cahaya adalah... a. kain b. kertas c. gelas d. cermin

139 Huruf A menunjukkan... a. sinar datang b. sinar pantul A c. sudut datang d.sudut pantul B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan isian! 1. Cahaya yang mengenai cermin akan Bayangan pada cermin cembung bersifat.. 3. Cahaya dapat dibiaskan jika cahaya merambat melalui 2 medium yang 4. Benda sama besar dengan bayangannya jika dipantulkan pada cermin Pemantulan teratur terjadi jika terkena bidang yang 6. Satu manfaat bagi kita dengan adanya cahaya dapat dipantulkan adalah Pensil tampak patah jika dimasukkan dalam gelas yang berisi air. Hal itu merupakan sifat cahaya yaitu 8. Pemantulan cahaya ada 2 jenis yaitu dan Berdasarkan hukum pemantulan cahaya, besar sudut datang sama besar dengan besar. 10. Arah sinar pantul pada pemantulan baur adalah...

140 Lampiran KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI SIKLUS I A. 1. A 2. B 3. A 4. A 5. D 6. C 7. B 8. D 9. A 10. C B. 1. Cahaya 2. Benda bening 3. Menembus benda bening 4. Kertas karton 5. Spectrum warna 6. Sinar matahari merambat lurus ke bumi. 7. Disfersi cahaya 8. Berkas cahaya 9. Matahari 10. Sinar matahar diuraikan oleh titik-titik air hujan menjadi pelangi.

141 Lampiran KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI SIKLUS II A. 1. A 2. C 3. B 4. D 5. A 6. B 7. D 8. A 9. D 10. D B. 1. Dipantulkan 2. Maya, tegak, diperkecil 3. Berbeda 4. Datar 5. Rata 6. Kita dapat melihat benda karena cahaya dipantulkan benda dan ditangkap oleh mata 7. Dapat dibiaskan 8. Baur dan teratur 9. Sudut pantul 10. Tidak teratur

142 Lampiran Kondisi Awal Siswa 1. Nilai rata-rata siswa No. Nama Nilai Keterangan 1 Ardellia Clarisa Octaviana 80 Tuntas 2 Ignatius Aurora Aginta 60 saragih Tidak tuntas 3 Sara Athea 100 Tuntas 4 semaya Adi Purwanto 90 Tuntas 5 Shellyna grysyta Santosa 90 Tuntas 6 Vanessa Krista Widyaprasetia 86 Tuntas 7 Laura Karunia fridestya 76 Tuntas 8 Ong vania Valentina 75 Tuntas 9 Benecditus Virtus Tan 84 Tuntas 10 Richard Michael Saputra 64 Tidak tuntas 11 Samantha aquielera Sundoro 82 Tuntas 12 Trivena Frisdayanti 76 Tuntas 13 Vanessa Clarisa Ali Satra 96 Tuntas 14 Zefanya Atalya 88 Tuntas 15 Michael Ariawan 84 Tuntas 16 Millenadya Angelina 82 Tuntas 17 Raffael Lorenzo 90 Tuntas 18 Shine Crossifixio Sianturi 75 Tuntas 19 Stupa Enjang Sekar Bhumi 80 Tuntas 20 Yosio Filisteo Santoso 73 Tidak tuntas 21 Haratua Zosra Abednego 80 Tuntas 22 Gloria Herlina Gunawan 90 Tuntas 23 Ananda Dharma Setiawan 70 Tidak tuntas 24 Rusel Alexander 90 Tuntas Jumlah 1961 Total Seharusnya 2400 Rata-rata Persentase yang mencapai KKM 83.33

143 Nilai keterlibatan siswa No. Nama Nilai 1 Ardellia Clarisa Octaviana Ignatius Aurora Aginta saragih Sara Athea semaya Adi Purwanto Shellyna grysyta Santosa Vanessa Krista Widyaprasetia Laura Karunia fridestya Ong vania Valentina Benecditus Virtus Tan Richard Michael Saputra Samantha aquielera Sundoro Trivena Frisdayanti Vanessa Clarisa Ali Satra Zefanya Atalya Michael Ariawan Millenadya Angelina Raffael Lorenzo Shine Crossifixio Sianturi Stupa Enjang Sekar Bhumi Yosio Filisteo Santoso Haratua Zosra Abednego Gloria Herlina Gunawan Ananda Dharma Setiawan Rusel Alexander Jumlah 1050 Total Seharusnya 2400 Persentase 43.75%

144 127 Lampiran 15 Nilai rata-rata siklus I Nilai Proses Siklus I Rata-rata Nilai (40%xNP + 60%xNT) Nilai Rata-rata Keterangan No. Skor 1 Nilai Skor 2 Nilai Nilai Proses Evaluasi Siklus I Tuntas Tidak Tuntas (40%x81, %x95) (40%x87, %x100) (40%x68, %x85) (40%x68, %x85) (40%x87, %x75) (40%x75, %x95) (40%x93, %x100) (40%x75, %x90) (40%x56, %x80) (40%x68, %x90) (40%x62, %x95) (40%x68, %x80) (40%x81, %x65) (40%x43, %x90) (40%x56, %x95) (40%x87, %x95) (40%x93, %x90) (40%x93, %x85) (40%x93, %x80) 85.5 Rata-rata ,2% 15,8%

145 Lampiran Nilai keterlibatan siswa siklus I No. Nama Siswa Nilai Proses Siklus I Skor 1 Nilai Skor 2 Nilai Rata-rata Nilai Proses 1 Yosua Calvin Setiawan Graciela Nathalia Ilham Agung Saputra Juan Subastian Matruty Kidung Gracio Nada P Levina Chrisa Anjani S Fabianus Aldora Yanuar Felicya Limin Wijaya Jaffet Timothy Gani W Michelle Aristia L Octa Nadia Melinda Philbert Nathan Tjahjono Priscilla Aureli Xena T Rafael Luis Figo Julius Leonardo Subagio Krisnamurti Dadi Pratomo Matsumura Asaga Eunike Cintiya Putri w Regina Yuliana Rata-rata

146 Lampiran No. Nilai rata-rata siswa siklus II Nilai Proses Siklus I Rata-rata Nilai (40%xNP + 60%xNH) Nilai Rata-rata Keterangan Skor 1 Nilai Skor 2 Nilai Nilai Proses Evaluasi Siklus II Tuntas Tidak Tuntas (40%x75, %x100) (40%x %x100) (40%x81, %x100) (40%x56, %x65) (40%x93, %x95) (40%x68, %x95) (40%x93, %x95) (40%x81, %x90) (40%x62, %x85) (40%x81, %x90) (40%x75, %x90) (40%x75, %x85) (40%x68, %x85) (40%x68, %x100) (40%x75, %x85) (40%x81, %x85) (40%x93, %x90) (40%x93, %x85) (40%x87, %x100) 95 Rata-rata ,74% 5,26%

147 Lampiran Nilai keterlibatan siswa siklus II No. Nama Siswa Nilai Proses Siklus I Rata-rata Skor 1 Nilai Skor 2 Nilai Nilai Proses 1 Yosua Calvin Setiawan Graciela Nathalia Ilham Agung Saputra Juan Subastian Matruty Kidung Gracio Nada Perkasa Levina Chrisa Anjani Setiawan Fabianus Aldora Yanuar H Felicya Limin Wijaya Jaffet Timothy Gani Wijaya Michelle Aristia Lengkong Octa Nadia Melinda Philbert Nathan Tjahjono Priscilla Aureli Xena Tanama Rafael Luis Figo Julius Leonardo Subagio Krisnamurti Dadi Pratomo Matsumura Asaga Eunike Cintiya Putri w Regina Yuliana Rata-rata

148 131 LEMBAR OBSERVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE INQUIRY Siklus ke- : Pertemuan ke- : Waktu : Pengamat : Hari/ Tanggal : Aktivitas siswa yang diamati: 1. Siswa menyusun/merangkai alat 2. Siswa merumuskan hipotesis (jawaban sementara) 3. Siswa melakukan percobaan 4. Siswa mencatat data 5. Siswa mengolah/menganalisis data 6. Siswa merumuskan kesimpulan. 7. Siswa melaporkan hasi percobaan 8. Siswa melakukan kerjasama

149 132 Aktivitas yang diamati No. Nama siswa Skor Nilai Jumlah siswa yang melakukan aktivitas 1 Yosua Calvin Setiawan 2 Graciela Nathalia 3 Ilham Agung Saputra 4 Juan Subastian Matruty 5 Kidung Gracio Nada Perkasa 6 Levina Chrisa Anjani Setiawan 7 Fabianus Aldora Yanuar H. 8 Felicya Limin Wijaya 9 Jaffet Timothy Gani Wijaya 10 Michelle Aristia Lengkong 11 Oeta Nadia Melinda 12 Philbert Nathan Tjahjono 13 Priscilla Aureli Xena Tanama 14 Rafael Luis Figo 15 Julius Leonardo Subagio 16 Krisnamurti Dadi Pratomo 17 Matsumura Asaga 18 Eunike Cintiya Putri w. 19 Regina Yuliana Jumlah Yogyakarta,... Pengamat, (...)

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173 156 DOKUMENTASI FOTO Siswa mendengarkan penjelasan guru. Guru membagi siswa dalam kelompok. Guru membagi LKS. Siswa merangkai spektrum warna. Siswa merangkai spektrum warna. Siswa merangkai spektrum warna.

174 157 Siswa melakukan percobaan sifat cahaya dapat diuraikan. Siswa melakukan percobaan sifat cahaya dapat diuraikan Siswa melakukan percobaan sifat cahaya dapat diuraikan. Siswa melakukan percobaan sifat cahaya dapat diuraikan Siswa membacakan hasil diskusi. Siswa membuktikan benda gelap.

175 158 Siswa melakukan percobaan sifat cahaya merambat lurus. Siswa melakukan percobaan sifat cahaya merambat lurus. Siswa membuktikan sifat cermin. Siswa membuktikan sifat cermin. Siswa mencatat data yang diperoleh. Siswa mencatat data yang diperoleh.

176 159 Siswa melakukan percobaan bahwa sifat cahaya dapat dibiaskan. Siswa melakukan percobaan bahwa sifat cahaya dapat dibiaskan.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS INKUIRI DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI PASIRIAN LUMAJANG Intan Fitriani 1, Dewi Iriana 2,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed. PENDEKATAN KONTEKSTUAL Oleh : Toto Fathoni, Apakah CTL itu? Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan

Lebih terperinci

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA 10 BAB II 10 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah

Lebih terperinci

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal soal yang berkaitan dengan menghitung luas selimut tabung, kerucut dan bola, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL contextual teaching and learning Strategi Pembelajaan Kontekstual Strategi pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SDN GUMILIR 04 TAHUN AJARAN

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SDN GUMILIR 04 TAHUN AJARAN PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SDN GUMILIR 04 TAHUN AJARAN 2015/2016 Atsani Rohmatun Nisa 1, Triyono 2, Joharman 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Kuiz 1. Contextual 2. Konstruktivisme 3. Inquiry 4. Questioning 5. Learning Community 6. Modeling 7. Refleksi 8. Authentic Assessment 9. Skenario CTL PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Contextual

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Pembelajaran Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan ini terjadi sebagai hasil dari pengalaman (wikipedia.org). Dalam dunia pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang email: diah_fisika@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati dalam waktu

Lebih terperinci

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. DASAR FILOSOFI Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 RAMBAH HILIR

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 RAMBAH HILIR PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 RAMBAH HILIR Mustopa *), Hardianto 1), Suwandi 2) 1&2) Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Proses belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI 163086 TEBING TINGGI Helmina Siagian Surel: hrmnsiagian@gmail.com ABSTRACT This aim of this

Lebih terperinci

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Oleh Nana Supriatna Universitas Pendidikan Indonesia Makalah Semiloka di Musibanyuasin, Sumsel 7 September 2007 Pengertian Pendekatan Contextual

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 KARANGANYAR SKRIPSI

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kontekstual Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya mengenai pengertian belajar, namun demikian

Lebih terperinci

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Yohana Hiqmawati 1, Imam Suyanto 2, M. Chamdani

Lebih terperinci

IMANUEL DALAPANG K

IMANUEL DALAPANG K HALAMAN JUDUL UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PENGELASAN LAS LISTRIK MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PAIKEM PADA SISWA KELAS X TPM II SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER Dien Puspitawarti 1, Tri Saptuti Susiani 2, Kartika Chrysti

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEAKTIFAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT CAHAYA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT CAHAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT CAHAYA DENGAN METODE INKUIRI SISWA KELAS V SDN SOOKA 1 KECAMATAN PUNUNG KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 SKRIPSI Oleh : SINGGIH WINARSO K7108226

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PARTISIPASI SISWA KELAS VIII.I SMP NEGERI 3 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP Elizabeth Cahya Kristina 1, Caswita 2, M. Coesamin 2 elizabethcahyakristina@gmail.com 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA Dedy Juliandri Panjaitan Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Jl. Garu II No. 93 Medan juliandri.dedy@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia KONSEP CTL Merupakan Konsep Belajar yang dapat Membantu Guru Mengaitkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting tempat Penelitian Penelitian ini rencananya akan kami laksanakan di kelas V SD Negeri 3 Nglinduk Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan pada Semester 2 tahun 2011/2012.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd Dosen Pembimbing II : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd

Dosen Pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd Dosen Pembimbing II : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINIER KELAS X JURUSAN AKUTANSI SMK NEGERI 4 JEMBER SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MULTIMEDIA DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENGGUNAAN MULTIMEDIA DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR 1 PENGGUNAAN MULTIMEDIA DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN MATERI ORGANISASI SISWA KELAS V SD N KARTASURA 07 TAHUN 2012 Wahyu Fajar Prasetyo, A. Dakir, Samidi

Lebih terperinci

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD Retno Megawati 1, Suripto 2, Kartika Chrysti Suryandari 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun

Lebih terperinci

APLICATION CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TO IMPROVE THE RESULT OF SCIENCE STUDY OF STUDENTS OF SD NEGERI 001 SEIKIJANG BANDAR SEIKIJANG DISTRICT

APLICATION CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TO IMPROVE THE RESULT OF SCIENCE STUDY OF STUDENTS OF SD NEGERI 001 SEIKIJANG BANDAR SEIKIJANG DISTRICT 1 APLICATION CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TO IMPROVE THE RESULT OF SCIENCE STUDY OF STUDENTS OF SD NEGERI 001 SEIKIJANG BANDAR SEIKIJANG DISTRICT Yeni Marleni, Munjiatun, Mahmud Alpusari Yeni_Marlinaagt@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya. Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) mengatakan tujuan belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya. Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) mengatakan tujuan belajar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Juliah (Jihad dan Haris, 2012: 15) hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik dan kekayaan peserta didik sebagai akibat dari kegiatan belajar yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Oleh: Muslim Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM SIRKULASI MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL SMP NEGERI 2 MEMPAWAH

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM SIRKULASI MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL SMP NEGERI 2 MEMPAWAH 1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM SIRKULASI MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL SMP NEGERI 2 MEMPAWAH Syamswisna, M.Si 1, Titin, M.Pd 2, Evi Salvia Murdiana 3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan. 8 BAB II KAMAN PUSTAKA A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah Manusia. Meningkatkan kemampuan siswa merupakan upaya meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetap juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetap juga merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis, ilmu pengetahuan alam bukan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG GERAK BENDA DAN ENERGI PADA SISWA KELAS III SDN GESIKAN TAHUN AJARAN 2016/2017 Laila

Lebih terperinci

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL)

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL) Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL) 2.1.3.1 Hakikat Contextual Teaching and Learning Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KEMASAN I KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : SITI RASYIDAH

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL Muryatin SDN Pakunden 1, Jalan Bogowonto 48A Kota Blitar E-mail: muryatin2@gmail.com Abstract: Improvement Efforts of Learning

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA Oleh Lilis Dahlia 82321112082 Abstrak Dalam proses pembelajaran matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di SD Negeri Kumesu 01 Reban Batang Semester II tahun pelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (Suherman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar, - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangatlah penting bagi manusia karena didalam pendidikan, maka akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS 5 SDN KARANGASEM IV NO. 204 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH: SETYARI HERLIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk

Lebih terperinci

PEMANFAATAN HALAMAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh : Restuning Ropika Putri, S.Pd

PEMANFAATAN HALAMAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh : Restuning Ropika Putri, S.Pd PEMANFAATAN HALAMAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh : Restuning Ropika Putri, S.Pd Abstract : Salah satu metode pembelajaran yang memberdayakan siswa dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA NEGERI 1 PONOROGO KELAS X-8 PADA MATERI OPTIKA TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setiap tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahapan yang dilaksanakan sebagai realisasi dari perencanaan yang telah disusun. Perencanaan yang telah disusun, belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata pendidikan pun sudah tidak asing lagi di dengar oleh seluruh lapisan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA Kartika Teti Kadarsih 1), Usada 2), Matsuri 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta e-mail: kartikateti@gmail.com

Lebih terperinci

1. Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2,3. Dosen PGSD FKIP UNS

1. Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2,3. Dosen PGSD FKIP UNS APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VI SDN SIDOMULYO TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: Agus Wiji Utami 1), H. Setyo Budi 2)

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL Oleh: SUARDI 608311454745 UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN C T L (Contextual Teaching and Learning) MELALUI METODE DEMONSTRASI Rini Budiharti Pendidikan Fisika P.MIPA UNS ABSTRAK Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI MEMBILANG BENDA 1-10 MELALUI MEDIA GRAFIS PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS DASAR II SEMESTER I DI SLB BC BINADSIH KARANGANOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING Ramtia Darma Putri, Universitas PGRI Palembang email: tyadhuarrma27@gmail.com Erfan Ramadhani, Universitas PGRI Palembang email: erfankonselor@gmail.com

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI.

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : M A R Y U N I NIM: X.5107549 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 GEMEKSEKTI TAHUN AJARAN 2015/2016 Siti Rokhmah 1, Wahyudi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Subyek Tindakan 3.1.1 Subyek Penelitian Subyek penelitian dilakukan di kelas V SDN 1 Kedungrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora dengan jumlah peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Sudjana ( 1989 : 28 ) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK ARTIKEL PENELITIAN OLEH NETTY ZULFITHRATANI NIM : F

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK ARTIKEL PENELITIAN OLEH NETTY ZULFITHRATANI NIM : F PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK ARTIKEL PENELITIAN OLEH NETTY ZULFITHRATANI NIM : F34211049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN 8 BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN A. Kajian Pustaka Dalam suatu penelitian, kajian pustaka sangat penting guna memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Segala upaya yang dilakukan seorang guru dalam proses pembelajaran dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR Setyari Herlia Wardananti 1), Kartono 2), Sadiman 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas

Lebih terperinci

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME BANGUN RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GARANGAN KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah

Lebih terperinci

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung 22 Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika... PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS V SDN 02 KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS XI SMA TUT WURI HANDAYANI CIMAHI

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS XI SMA TUT WURI HANDAYANI CIMAHI PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) ABSTRAK PADA SISWA KELAS XI SMA TUT WURI HANDAYANI CIMAHI TAHUN AJARAN 2012-2013 DIWI PRATIWI OKTARIANI 09210112

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS 585 KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran guru sebagai (a) manejerial yaitu mengelola kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu Negara terbesar didunia yang termasuk kategori Negara berkembang yang saat ini menempatkan pendidikan sebagai fondasi dan atau penunjang

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KAUMAN LOR 01 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *) PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA Muh. Tawil, *) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar PENDAHULUAN Salah satu pendekatan proses pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS

PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS Sanusi GURU SMP Negeri 10 Tambun Selatan Abstract: The researcher tries to solve problem of studying mathematic

Lebih terperinci

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN 1 PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN Meysi Tri Dasya ¹, Dr. Erman Har, M.Si², Wirnita Eska,

Lebih terperinci

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD N SABDODADI KEYONGAN

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD N SABDODADI KEYONGAN Peningkatan Contextual Teaching... (Marfianingsih) 229 PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD N SABDODADI KEYONGAN APPLICATION OF CONTEXTUAL

Lebih terperinci

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) BAB 1I 2.1. Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

: GARNIS AYU AMALIA K

: GARNIS AYU AMALIA K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 2

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi

Lebih terperinci