EKOWISATA TAMAN NASIONAL KOMODO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKOWISATA TAMAN NASIONAL KOMODO"

Transkripsi

1 EKOWISATA TAMAN NASIONAL KOMODO Damiasih Jurusan Perhotelan D3 Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta, Jl. Laksda Adisucipto Km. 5. Yogyakarta Indonesia, Telp. (0274) , ; Fax. (0274) ABSTRACT Ecotourism of the Komodo National Park is a national park in Indonesia located within the Lesser Sunda Islands in the border region between the Provinces of East Nusa Tenggara and West Nusa Tenggara. The park includes the three larger islands,that are Komodo, Padar and Rinca, and also 26 smaller ones, with a total area of 1,733 km² (603 km² of it land). The National Park was founded in 1980 in order to protect the Komodo Dragon, the world s largest lizard. Later it was dedicated to protecting other species, including marine species. In 1991 The National Park was declared a UNESCO World Heritage Site. Keywords : Ecotourism, Komodo National Park, and Komodo Dragon PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ekowisata merupakan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Secara umum pengembangan ekowisata harus dapat meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan. Pengembangan ekowisata dipengaruhi oleh keberadaan berbagai unsur yang harus ada, antara lain : Sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya. Kekayaan akan keanekaragaman hayati merupakan daya tarik utama bagi pangsa pasar ekowisata sehingga kualitas, keberlanjutan dan pelestarian sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya menjadi sangat penting untuk pengembangan ekowisata. Ekowisata juga memberikan peluang yang sangat besar untuk mempromosi pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia baik pada tingkat nasional maupun internasional.(www. ekowisata.info/pengembangan_ekowisata. html Cache Mirip). Prinsip-prinsip pengembangan 39 ekowisata antara lain : Konservasi, ekonomi, peran aktif masyarakat dan wisata. Konservasi dapat meliputi : a. Pemanfaatan keanekaragaman hayati dan tidak merusak sumber daya alam itu sendiri; b. Relatif tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kegiatannya bersifat ramah lingkungan; c. Dapat dijadikan sumber dana yang besar untuk membiayai pembangunan konservasi; d. Dapat memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari; e. Meningkatkan daya dorong yang sangat besar bagi pihak swasta untuk berperan serta dalam program konservasi, dan mendukung upaya pengawetan jenis. Ekonomi dapat meliputi : a. memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat; b. dapat memacu pembangunan wilayah, baik di tingkat lokal, regional mapun nasional; c. dapat menjamin kesinambungan usaha; dan d. dampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh kabupaten/kota, propinsi bahkan nasional. Peran aktif masyarakat dapat meliputi : a. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat; b. Pelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak proses perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi; c. Menggugah prakarsa dan aspirasi

2 40 JURNAL Kepariwisataan Volume 7 Nomor 3 September 2013 : masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata; d. Memperhatikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah setempat agar tidak terjadi benturan kepentingan dengan kondisi sosial budaya setempat; dan e. Menyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar kawasan. Wisata dapat meliputi : a. Menyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan bagi pengunjung; b. Kesempatan menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai fungsi konservasi; c. Memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan; d. Memberikan kenyamanan dan keamanan kepada wisatawan baik domestik maupun mancanegara. ( info/pengembangan_ekowisata.html Cache Mirip) Ekowisata Taman Nasional Komodo, dalam hal unsur berkaitan dengan sumber daya alam, dan dalam hal prinsip berkaitan dengan konservasi, ekonomi, peran aktif masyarakat dan wisata. Sumber daya alam berkaitan dengan kondisi alam yang didominasi hutan savana dengan pohon lontarnya dan hutan bakau di tepi pantai yang hijau sepanjang musim. Sumber daya alam yang utama adalah hewan Komodo dengan nama Latin : Varanus Komodoensis. Konservasi berkaitan dengan Pemanfaatan keanekaragaman hayati, dan tidak merusak sumber daya alam itu sendiri; serta relatif tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kegiatannya bersifat ramah lingkungan. Ekonomi berkaitan dengan mendapatkan keuntungan ekonomi bagi pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat; dapat memacu pembangunan wilayah, baik di tingkat lokal, regional maupun tingkat nasional; dan dapat menjamin terwujudnya kesinambungan usaha. Peran aktif masyarakat berkaitan dengan terbangunnya hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat, keterlibatan masyarakat sekitar kawasan sejak proses perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi, dapat menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata, serta memberi perhatian pada kearifan tradisional dan kekhasan daerah setempat agar tidak terjadi benturan kepentingan dengan kondisi sosial budaya setempat. Wisata berkaitan dengan penyediaan informasi yang akurat tentang potensi kawasan bagi pengunjung, kesempatan menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai fungsi konservasi, memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan, serta memberi kenyamanan dan keamanan kepada wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Nusa Tenggara adalah wilayah kepulauan yang terbagi atas dua buah Provinsi, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat yang meliputi pulau Lombok dan Sumbawa, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur yang meliputi pulau Flores, Sumba, Timor dan kepulauan Alor. Pulau-pulau tersebut dipandang cukup besar, namun jika dibandingkan dengan pulau Jawa lebih kecil. Kepulauan Nusa Tenggara, tersebar dan berjajar seperti pasukan yang sedang berbaris, mulai dari pulau Lombok di sebelah barat sampai kepulauan Alor di sebelah timur, dengan jumlah ± 148 model topografi pulau. Hal tersebut menimbulkan setiap pulau memilki keunikan baik budaya maupun keindahan alamnya tersendiri. Salah satu keindahan alam yang terkenal adalah Taman Nasional Komodo. Taman ini merupakan satu-satunya objek wisata yang didalamnya dihuni hewan purba, yaitu Komodo. Taman Nasional Komodo terdiri dari tiga pulau yang agak besar, yaitu pulau Komodo, pulau Rinca dan pulau Padar,

3 Damiasih : Ekowisata Taman Nasional Komodo serta pulau-pulau kecil disekitarnya. Pulau Komodo dan pulau Rinca memiliki habitat satwa komodo, dengan nama Latin Varanus Komodoensis. Kondisi alamnya unik, terdapat padang savana yang luas dengan pohon lontarnya (Borassus flabellifer). Selain itu di sekeliling pulau tersebut juga menawarkan pemandangan laut yang sangat indah, air lautnya sejernih kristal dan pantainya berpasir putih. Letak kawasam Taman Nasional Komodo di ujung barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya diantara Pulau Sumbawa (Nusa Tenggara Barat) dan Pulau Flores (Nusa Tenggara Timur). Secara administratif kawasan tersebut terletak di dalam wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Banyak Wisatawan mancanegara yang berkunjung disana, terutama pada puncak perayaan Sail Komodo, 14 September 2013 yang lalu, dan wisatawan menyebut Taman Nasional Komodo dengan julukan dunia tersendiri. 2. Perumusan Masalah Begitu banyak keistimewaan yang di tawarkan di Taman Nasional Komodo, tetapi mengapa masyarakat Indonesia masih belum banyak yang mengenal dari dekat tentang keistimewaan Taman Nasional Komodo? Apa yang menjadi daya tarik Taman Nasional Komodo sehingga banyak wisatawan asing yang berkunjung kesana? Dengan demikian maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana upaya pelestarian Ekowisata Taman Nasional Komodo yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat yang berada di bawah pengawasan Kementerian 41 Kehutanan dengan dukungan penuh dari masyarakat setempat guna meningkatkan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berarti dapat meningkatkan pendapatan asli masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Manggarai Barat? TINJAUAN PUSTAKA Banyak peneliti dan ilmuwan mengakui masih sangat langka buku-buku yang menulis tentang Taman Nasional Komodo. Kalaupun ada biasanya buku-buku tersebut khusus membahas tentang Biologi Komodo. Sangat sulit menemukan buku-buku yang membahas tentang ekowisata dengan segala keistimewaan yang terdapat di Taman Nasional Komodo. Namun peneliti tidak berkecil hati, karena berhasil menemukan beberapa buku yang membahas tentang keistimewaan dan keindahan alam Taman Nasional Komodo. Adapun buku-buku yang langka tersebut adalah The Green Traveler ( catatan perjalanan ekowisata keliling Indonesia), karangan Wiwik Mahdayani, halaman Buku tersebut berisi tentang, masyarakat yang tinggal di Taman Nasional Komodo mayoritas adalah orang bajo yang menganut agama Islam, dan filosofi hidup mereka para wanita senang berada dirumah dan rejeki menjadi urusan suami. Komodo adalah sang raja di habitatnya. Satwa purba yang langka ini mengilhami Merian Cooper sutradara film terkenal di Amerika untuk menampilkan pertarungan antara komodo dengan gorila. Komodo yang disebut Ora dalam bahasa Manggarai mengandalkan penciumannya dalam mencari mangsa yang konon bisa mendeteksi bau bangkai sejauh 11 km dan bau darah segar sejauh 3-4 km, dan hal tersebut sangat tergantung pada arah angin. Saliva (air liur) komodo penuh dengan jutaan bakteri yang mematikan yang dijadikan sebagai senjata ampuh untuk melumpuhkan sekaligus membunuh mangsanya. Trekking atau penjelajahan di pulau komodo sama menariknya dengan trekking

4 42 JURNAL Kepariwisataan Volume 7 Nomor 3 September 2013 : di pulau rinca. Namun bentangan topografi alam dipulau komodo, pemandangannya lebih bervariasi, yang pasti jika di lihat dari dekat akan nampak berbagai jenis anggrek dan burung, babi hutan dan rusa. Banyak wisatawan mengakui, kesempatan untuk melihat komodo dari dekat, biasanya lebih mudah di pulau rinca daripada di pulau komodo. Perjalanan dengan menggunakan motor laut, dari Labuhan Bajo ke loh buaya di pulau Rinca perlu waktu tempuh 2½ jam, sedangkan menuju loh liang di pulau Komodo memerlukan waktu tempuh antara 4-4½ jam. Di pulau Komodo terdapat pink beach atau pantai merah, disebut pantai merah, karena warna pasir dipantainya menyerupai warna merah jambu, namun air lautnya tetap berwarna biru. Beberapa meter mencapai pantai tak perlu glass bottom boat (perahu dengan dasar kaca bening yang tembus pandang) untuk melihat berbagai jenis ikan di dasar laut. Semua nampak nyata dilihat dari permukaan, baik jenis ikan, tripang, bintang laut dan trumbu karang. Populasi hewan komodo berjumlah tersebar dipulau komodo, rinca, gilimotang, dan nusa kode. Kalau tujuan utama hanya untuk melihat hewan komodo, dan tidak punya waktu banyak, maka sebaiknya pergilah ke pulau rinca yang letaknya lebih dekat dengan Labuan Bajo. Di Labuan Bajo lebih mudah untuk melihat hewan komodo bahkan beberapa hewan komodo sering berjemur berkat dermaga di loh buaya, entry point atau pintu masuk ke pulau rinca. Pulau komodo punya fasilitas lebih baik bila ingin trekking, pulau komodo punya jalur lebih bervariasi. Kegiatan lain seperti berenang atau snor keling dari pantai merah atau pink beach, tanpa menimbulkan efek gatal-gatal pada kulit. Labuan Bajo bisa dicapai dengan pesawat selama 1 ½ jam dari Bali dengan Trans Nusa, Merpati, Indonesian Air Transport dan Lion Air. Labuan Bajo adalah kota kecil sangat mudah untuk menemukan kapal atau pemandu untuk menuju pulau komodo atau rinca yang harus ditempuh dengan kapal. Usahakan datang dari pagi karena siang hari komodo yang berdarah dingin akan bersembunyi atau tidak beraktivitas. Selain itu ada pula beberapa buku yang juga membahas tentang Taman Nasional Komodo yaitu : Kitab Wisata Nusantara Terindah & Terlengkap, karangan Hamid Bahari, Buku 3 Panduan Sejarah Ekologi Taman Nasional Komodo, karangan Arnaz Mehta Erdmann Translation by Wasistini Baitoningsih (Ecosafe Consultants, Bali, Indonesia), Buku 1 Panduan Sejarah Ekologi Taman Nasional Komodo, karangan Arnaz Mehta Erdmann, Buku 1 Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, karangan Widodo S. Ramono Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam METODE PENELITIAN 1. Populasi dan Sampel Dengan Pendekatan Kualitatif Naturalistik(s) Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik(s) yang berorientasi pada aspek pelestarian ekowisata, dan deskriptif berdasarkan kasus yang sebenarnya ada di lapangan. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara kongkret tentang keadaan populasi dan sampel dalam suatu penelitian. Berdasarkan data yang ada, tentang potensi ekowisata Taman Nasional Komodo, peran dan dukungan masyarakat terutama para karyawan yang bekerja mengelola bagi kelestarian hewan komodo, dan menjadikan kawasan Taman Nasional Komodo tetap lestari, sebagai satu kesatuan

5 Damiasih : Ekowisata Taman Nasional Komodo dalam upaya pelestarian objek wisata di Kabupaten Manggarai Barat (Nicolaus Got, 2010) Peneliti dalam menentukan populasi berdasarkan jumlah karyawan yang bekerja di Kantor Balai Taman Nasional Komodo, dari Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, dan menentukan sampel langsung kepada pejabat kunci yang mengelola Balai Taman Nasional Komodo, untuk mewakili populasi penelitian. Dalam menentukan sampel karena semua karyawan yang bekerja di Kantor Balai Taman Nasional Komodo adalah homogen, tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keberadaan hewan komodo, maka dengan mengambil satu sampel saja, penelitian ini dipandang valid. Dengan demikian, pemilihan sampel yang tepat secara metodologis dapat dipercaya untuk mewakili populasi dalam suatu penelitian (Nicolaus Got, 2011) 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : a. Dokumentasi. Dokumentasi dapat diartikan data disimpan berupa barang-barang tertulis. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa benda-benda tertulis, seperti : buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, catatan harian, dan sebagainya. Dokumentasi adalah data berupa barang tertulis, yang dilakukan para pegawai yang bekerja di Balai Taman Nasional Komodo. b. Observasi. Observasi adalah kegiatan yang dilakukan peneliti dengan terjun langsung ke objek Taman Nasional Komodo, dan melakukan pencatatan secara sistematik(s) terhadap kejadian-kejadian, perilaku hewan komodo, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Salah satu peranan pokok dalam melakukan observasi adalah menemukan suatu interaksi yang langka namun sangat familier, antara para pegawai yang mengelola keberadaan hewan komodo dengan hewan komodonya, secara bersahabat dan alami. c. Interview atau Wawancara. Interview atau Wawancara adalah metode yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data melalui beberapa cara 43 (Nicolaus Got, 2011). Pertama, Wawancara (In-depth Interview). Teknik wawancara (In-depth Interview) akan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : bebas, terpimpin, dan bebas terpimpin terhadap sampel kunci, yaitu Kepala Balai Taman Nasional Komodo; Kedua, Wawancara dengan cara melakukan pembicaraan informal (informal conversational interview); Ketiga, Wawancara umum yang terarah (general interview guide approach); Keempat, Wawancara terbuka yang sesuai dengan standar (standardized open-ended interview). 3. Sumber Data Sumber data penelitian dapat berupa : a. Data Primer. Data primer dalam penelitian ini berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan (responden) yang akan dijadikan sample penelitian. Data dapat dicatat oleh peneliti. b. Data Sekunder. Data sekunder berupa dokumen yang sudah tersedia dan dapat diperoleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengar. Termasuk dalam kategori data sekunder, adalah : 1). Data bentuk teks : dokumen, pengumuman, surat-surat; 2). Data bentuk gambar : fotofoto. 4. Dokumen Data Dokumen data merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat khabar harian, pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis, kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Pengumpulan dokumen data sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu objek atau suasana penelitian. Dengan mempelajari dokumen data sangat membantu peneliti mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut masyarakat di suatu wilayah penelitian. 5. Analisis Data Analisis data dalam penelitian dengan pedekatan kualitatif naturalistik(s), dapat berupa dua hal. Pertama, a. Analisis Sistematika Sejarah. Sistematika sejarah

6 44 JURNAL Kepariwisataan Volume 7 Nomor 3 September 2013 : tentang keberadaan hewan komodo dan upaya pelestariannya, merupakan alat analisis data yang dipandang valid (sahih) dan reliable (unggul) dalam pengumpulan data. Analisis sistematika sejarah dipandang sahih dan unggul, karena datanya disusun secara sistematis dan terprogram. Analisis sistematika sejarah berkaitan dengan keberadaan hewan komodo, dan topografi alam Taman Nasional Komodo yang sustainable (berkelanjutan); b. Analisis kualitas Film, video dan foto. Kualitas film, video, dan foto, merupakan sumber data yang berguna bagi peneliti karena data tersebut tampilannya berupa gambar yang dapat dilihat dengan mata dan dinilai dengan pikiran; serta tampilan data berupa suara yang dapat didengar dengan telinga dan dinilai dengan pikiran. Analisis sistematika sejarah dan analisis kualitas film, video, dan foto, merupakan suatu teknik analisis data yang bersifat konkret tangible (nyata) yang diperoleh langsung dari sumber yang dapat dipercaya, dan akan mendukung secara signifikan dalam menyelesikan laporan penelitian. Desain data penelitian kualitatif naturalistik(s) bersifat fleksibel dan berubahubah sesuai dengan keadaan yang nyata yang diperoleh dari lapangan. Karena itu Peran peneliti sangat dominan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian yang sudah dilaksanakan. Selain itu, peran desain sangat membantu peneliti dalam setiap tahapan penelitian secara akurat dan cermat, sebagai pedoman untuk menggiring jalannya proses penyelesaian laporan penelitian. PEMBAHASAN A. Kronologis Pembentukan Taman Nasional Komodo Zelfbestuur van Manggarai, verordening No. 32/24 September 1938 tentang Pembentukan Suaka Margasatwa Pulau Padar, Bagian Barat dan Selatan Pulau Rinca. Residen van Timor en onder horigheden No. 19/27 Januari 1939 (Pengesahan Peraturan Daerah pada butir 1) Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.66/Dep.Keh/1965 tanggal 21 Oktober 1965 tentang Penunjukkan Pulau Komodo sebagai Suaka Margasatwa seluas Ha. Surat Keputusan Gubernur KDH Tk. I Nusa Tenggara Timur No.32 Tahun 1969 tanggal 24 Juni 1969 tentang penunjukkan Pulau Padar, Pulau Rinca dan Daratan Wae Wuul/ Mburak sebagai Hutan Wisata/Suaka Alam seluas Ha. Surat Keputusan Dirjen Kehutanan No.97/Tap/Dit Bina/1970, tentang Pembentukan Seksi PPA di Labuan Bajo. Pengumuman Menteri Petanian tanggal 6 Maret 1980 tentang Pembentukan Taman Nasional Komodo. Keputusan Dirjen PHPA No.46/Kpts/VI-Sek/84 tanggal 11 Desember 1984 tentang Penunjukkan Wilayah Kerja Taman Nasional Komodo. Keputusan Menteri Kehutanan No.306/Kpts-II/92 tanggal 29 Pebruari 1992 tentang Perubahan Fungsi Suaka Margasatwa Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar seluas Ha serta Penunjukkan Perairan Laut di sekitarnya seluas Ha yang terletak di Kabupaten Dati II Manggarai Provinsi Dati I Nusa Tenggara Timur menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Komodo. Tahun 1992, Komodo ditetapkan oleh Presiden RI sebagai Simbol Satwa Nasional melalui Keppres No. 4 Tahun 1992 tanggal 9 Januari Tahun 1992, Perubahan fungsi Suaka Margasatwa Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar seluas Ha dan Penunjukan Perairan Laut seluas Ha menjadi Taman Nasional Komodo.Tahun 2000, ditetapkan kawasan pelestarian alam perairan oleh Menteri Kehutanan dengan luas Ha. Tahun 2006, Taman Nasional Komodo termasuk 21 Taman Nasional Model di Indonesia sesuai dengan SK Direktur Jenderal PHKA Nomor SK.128/IV-Sek/2006 tentang Perubahan Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor SK.69/IV-Set/HO/2006 tentang penunjukkan 20 (Dua puluh) Taman Nasional sebagai Taman Nasional Model. B. Potensi Flora Ekosistem Taman Nasional Komodo dipengaruhi oleh iklim yang dihasilkan dari musim kemarau panjang, suhu udara

7 Damiasih : Ekowisata Taman Nasional Komodo tinggi dan curah hujan rendah. Disamping itu Taman Nasional Komodo terletak dalam zonasi transisi antara flora dan fauna Asia dan Australia. Ekosistem perairannya dipengaruhi oleh dampak El-Nino (kemarau berkepanjangan) dan La Nina (curah hujan tinggi), yang berakibat memanasnya lapisan air laut di sekitarnya dan sering terjadi arus laut yang kuat. Berikut adalah tipe-tipe vegetasi atau flora yang terdapat di Taman Nasional Komodo. 1. Padang Rumput dan Hutan Savana. Terdapat Padang Rumput dan Hutan Savana yang luasnya mencapai kurang lebih 70% dari luas Taman Nasional Komodo. Tumbuh berbagai jenis rumput di antaranya; Setaria adhaerens, Chloris barbata, Heteropogon contortus, Themeda gigantea dan Themeda gradiosa yang diselingi oleh pohon lontar (Borassus flobellifer) yang merupakan tumbuhan khas dari Tempat ini. 2. Hutan Tropis Musim (dibawah 500 m dpl) Sekitar 25% dari luas kawasan Komodo meruapakan vegetasi hutan tropis musim dengan jenis tumbuhan, antara lain : kesambi (Schleichera oleosa), asem (Tamarindus indica), kepuh (Sterculia foetida), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya. 3. Hutan di atas 500 m dpl pada ketinggian di atas 500 m dpl. Di puncak-puncak bukit, vegetasinya antara lain; Collophyllum spectobile, Colona kostermansiana, Glycosmis pentaphylla, Ficus urupaceae, Mischarpus sundaicus, Podocarpus netrifolia, Teminalia zollingeri, Uvaria ruva, rotan (Callamus sp.), bambu (Bambusa sp.), dan pada tempat yang cukup teduh biasanya ditemukan lumut yang hidup menempel di bebatuan. C. Potensi Fauna Jenis-jenis Fauna yang terdapat di Taman Nasional Komodo antara lain : 1. Komodo (Varanus komodoensis).komodo hidup di beberapa pulau kecil di bagian tenggara Indonesia. Di dalam kawasan Taman Nasional Komodo, komodo hanya ditemukan 45 di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Gili Motang dan Nusa Kode. Komodo tidak ditemukan di tempat lain lagi di atas bumi ini, selain di tempat tadi. Saat ini, terdapat 2,793 ekor komodo di dalam kawasan Taman Nasional Komodo. 1,288 ekor terdapat di Pulau Komodo, 1,336 ekor di Pulau Rinca, 83 ekor di Gili Motang dan 86 ekor di Nusa Kode. Sedangkan di Pulau Padar komodo tidak ditemukan lagi. Komodo dapat ditemukan hampir di semua tempat di Komodo, Rinca, Gili Motang dan Nusa Kode. Mereka dapat ditemukan di hutan hujan, dalam Savanna dan di Pantai.Komodo adalah binatang pemakan daging atau karnivora. Komodo yang masih muda memangsa serangga, cecak dan burung sebagai makanannya. Komodo muda ini sampai berumur dua tahun menghabiskan sebagian besar waktu mereka di pohon untuk melindungi diri dari serangan komodo yang lebih besar atau predator lainnya seperti babi hutan. Komodo dewasa memangsa rusa, babi hutan, kuda, dan kerbau air. Komodo juga memakan bangkai binatang. Komodo menggunakan lidahnya untuk mencium bau dan dapat mencium bau hingga jarak 5 km. air liur komodo mengandung banyak bakteri mematikan. Terdapat lebih dari 60 jenis bakteri yang terdapat di dalam air liur komodo dan paling tidak salah satu di antaranya dapat menyebabkan keracunan pada darah. Mangsa yang digigit dapat mati dalam waktu sehari sampai beberapa minggu akibat keracunan dalam darahnya. Musim kawin komodo terjadi pada bulan Juli - Agustus. Komodo betina dapat menghasilkan telur lebih dari 30 butir setiap sarang dan akan menetas 6-9 bulan kemudian. 2. Mamalia Antara lain, rusa (Cervus timorensis), anjing hutan (Cuon alpinus), babi hutan (Sus scrofa), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kuda liar (Equus caballus) dan kerbau liar (Bubalus bubalis), musang (Paradoxurus hermaphroditus), tikus besar Rinca (Ratus ritjanus), dan kalong buah (Cynopterus brachyotis dan Pteropsis sp.). 3. Burung Tercatat terdapat 111 jenis burung, antara lain ; burung gosong (Megapodius reinwardt), kakatua jambul kuning (Cacatua

8 46 JURNAL Kepariwisataan Volume 7 Nomor 3 September 2013 : sulphurea), perkutut (Geopelia streptriata), tekukur (Streptopelia chinensis), pergam hijau (Ducula aenea), Philemon buceroides, burung raja udang (Halcyon chloris), dan burung kacamata laut (Zosterops chloris). 4. Reptil. Terdapat 34 jenis Reptil. Disamping reptil Komodo, jenis reptil lainnya, antara lain; ular kobra (Naja naja), ular russel (Viperia russeli), ular pohon hijau (Trimeresurus albolabris), ular sanca (Python sp.), ular laut (Laticauda colubrina), kadal (Scinidae, Dibamidae, dan Varanidae), tokek (Gekko sp.), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas). D. Potensi Ekowisata Ekowisata Taman Nasional Komodo pada dasarnya tidak sekadar berkaitan dengan hewan komodo dan perairannya. Taman Nasional Komodo dan juga daratan Flores secara keseluruhan, memiliki pesona alam dan budaya yang khas dan unik. Pesona alam yang khas dan unik, misalnya ada air terjum yang dikenal dengan jeram, hutan alam, danau vulkanik terdalam, flora dan fauna endemik, dan budaya Manggarai yang kaya. Ada berbagai upaya yang telah ditempuh oleh Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten untuk mendapatkan nilai lebih dari ekowisata komodo, potensi ekonomi lainnya di Pulau Komodo dan peluangpeluang ekonomi lainnya di luar ekowisata komodo. Sayangnya, upaya-upaya tersebut terkesan hanya sekadar partisan karena kecewa atas nilai ekonomi ekowisata komodo yang dikelola oleh Pusat, c.q. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia Bahkan, ada upaya-upaya daerah (pada periode Bupati sebelumnya) untuk tidak mau tahu dengan pelestarian dan keberlanjutan ekowisata komodo, yakni dengan membuka usaha tambang (emas) di Batu Gosok, persis di ujung barat daratan Flores yang berbatasan langsung dengan perairan Komodo. Namun demikian, pengelolaan potensi ini tidak terlalu jelas dan dikelola amatiran, demikian juga dengan prasarana wilayah seperti air bersih dan pengelolaan limbah masih dalam kondisi memprihatinkan. Pemerintahan terlalu disibukkan dengan penataan SDM dan pengaduan pemilukada ke MK (Mahkamah Konstitusi) tahun 2010, pada periode Mahfud, MD., pihak incumbent (Kepala Daerah yang sedang memegang jabatan) dengan paket VIVA dinyatakan kalah, dan yang menang pihak incumbent wakil, dengan paket GUSTI. E.Letak Menurut Peta Dunia Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli hewan komodo. Pulau ini juga merupakan kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat berada di bawah pengawasan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Pulau Komodo berada di sebelah timur Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pencapaian Lokasi melalui Denpasar- Mataram-Bima-Sape (perjalanan darat dan ferry) selama dua hari. Dari Sape menuju lokasi Taman Nasional menggunakan ferry. Denpasar-Labuan Bajo dengan pesawat sejak tahun 2010, setelah pelantikan paket GUSTI pada 30 Agustus 2010, rata-rata dua kali setiap hari, dan menggunakan fery atau speedboat dari Labuan Bajo ke lokasi Taman Nasional. Musim kunjungan terbaik adalah bulan Maret dengan Juni dan Oktober sampai dengan Desember setiap tahunnya. F. Anatomi dan Morfologi 1. Kulit Komodo Di alam bebas, komodo dewasa yang oleh penduduk asli pulau Komodo disebut dengan nama ora, biasanya memiliki massa sekitar 70 kilogram, namun komodo yang

9 Damiasih : Ekowisata Taman Nasional Komodo dipelihara di penangkaran sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar. Spesimen liar terbesar yang pernah ada memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar 166 kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya. Meski komodo tercatat sebagai kadal terbesar yang masih hidup, namun bukan yang terpanjang. Reputasi ini dipegang oleh biawak Papua (Varanus salvadorii). Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti. Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan. Kondisi ini menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka. Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam. 2. Fisiologi Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. 47 Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan objek yang tak bergerak. Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh kilometer. Lubang hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan. Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan. Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisiksisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau lebih. Komodo pernah dianggap tuli ketika penelitian mendapatkan bahwa bisikan, suara yang meningkat dan teriakan ternyata tidak mengakibatkan agitasi (gangguan) pada komodo liar. Hal ini terbantah kemudian ketika karyawan Kebun Binatang London ZSL, Joan Proctor melatih biawak untuk keluar makan dengan suaranya, bahkan juga ketika ia tidak terlihat oleh si biawak. G. Ekologi Yang Mendukung Keberadaan Komodo Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering. Mereka aktif pada siang hari, walaupun kadang-kadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak. Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek.

10 48 JURNAL Kepariwisataan Volume 7 Nomor 3 September 2013 : Komodo dapat berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter; serta pandai memanjat pohon menggunakan cakarnya yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang. Dengan bertambahnya umur, komodo lebih menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon. Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1 3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya. Ekologi meliputi : Pada ketinggian di atas 500 m dpl, di puncak-puncak bukit,vegetasinya antara lain; Collophyllum spectobile, Colona kostermansiana, Glycosmispentaphylla, Ficus urupaceae, Mischarpus sundaicus, Podocarpus netrifolia, Teminaliazollingeri, Uvaria ruva, rotan (Callamus sp.), bambu (Bambusa sp.), dan pada tempat yang cukup teduh biasanya ditemukan lumut yang hidup menempel di bebatuan. 4. Hutan Bakau Terdapat di teluk yang terlindungi dari hempasan gelombang. Jenis vegetasinya, antara lain; Rhizophora sp., Rhizophora mucronata, dan Lumnitzeraracemosa merupakan jenis vegetasi yang dominan. Namun secara umum terdapat pula api-api (Aicennia marina), Bruguiera sp., Capparis seplaria, Ceriops tagal, dan Sonneratiaalba. Komunitas pohon bakau Taman Nasional Komodo merupakan penghalang/benteng fisik alami terhadap erosi tanah dan akarnya menjadi tempat pembiakan, berpijak, dan daerah perlindungan bagi ikan, kepiting, udang, dan moluska. 1. Padang Rumput dan Savana Terdapat padang rumput dan hutan savana yang luasnya mencapai kurang lebih 70% dari luas Taman Nasional Komodo. Tumbuh berbagai jenis rumput diantaranya; Setaria adhaerens, Chloris barbata, Heteropogon contortus,themeda gigantea dan Themeda gradiosa yang diselingi oleh pohon lontar (Borassusflobellifer) yang merupakan tumbuhan khas. 2. Hutan Tropis Musim (dibawah 500 m dpl) Sekitar 25% dari luas kawasan Komodo merupakan vegetasi hutan tropis musim dengan jenis tumbuhan, antara lain : kesambi (Schleichera oleosa), asem (Tamarindus indica), kepuh (Sterculia foetida), dan beberapa jenis tumubuhan lainnya. 3. Hutan di atas 500 m dpl 5. Terumbu Karang Terumbu karang merupakan komunitas yang terdiri dari sejumlah tumbuhan dan satwa perairan laut, baik yang hidup maupun yang telah mati. Potensi kehidupan laut di Taman Nasional ini tercatat sebanyak 259 jenis karang dan jenis ikan seperti barakuda, marlin, ekor kuning, kakap merah dan baronang. Selain itu terdapat juga 2 jenis penyu, 10 jenis lumba-lumba, 6 jenis paus dan duyung yang sering terlihat di perairan laut Taman Nasional Komodo. Selain itu ada keistimewaan lain yang terdapat di Taman

11 Damiasih : Ekowisata Taman Nasional Komodo Nasional Komodo seperti : a. budidaya mutiara di sekitar pulau komodo yaitu pulau pungu, b. kampung nelayan di pulau komodo. Mata pencaharian utama masyarakat di pulau komodo adalah sebagai nelayan (menangkap ikan), c. agrowisata yang mendukung bagi keberadaan pulau komodo adalah persawahan di lembor, Manggarai barat, d. budidaya sapi di Manggarai Barat, dan e. perkebunan kopi dan budidaya aren di Manggarai Barat. H. Fasilitas Menuju dan Di Taman Nasional Komodo Seiring dengan semakin meningkatnya kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo, maka fasilitas yang di tawarkan kepada wisatawan yang ada di Taman Nasional Komodo saat ini semakin lengkap, dan menarik. Selain itu hotel berbintang yang ditawarkan kepada wisatawan di Kota Labuhan Bajo yang bertaraf Internasional, seperti Bintang Flores dan Jayakarta, dan mudahnya akses penerbangan serta cindera mata. Dirjen Pemasaran Pariwisata Kembudpar Sapta Nirwandar di Pulau Komodo, pada tahun 2010 mengatakan, pertumbuhan hotel di Labuan Bajo yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat semakin pesat seperti hotel yang pada 2006 hanya ada satu hotel kelas melati menjadi tiga hotel berbintang empat pada 2010 ditambah 37 hotel kelas melati. Selain itu, akses transportasi udara semakin berkembang pesat dimana tahun 2006 hanya ada satu penerbangan dengan Foker-27 yang berhenti di Bima, maka tahun 2011 tercatat ada lima maskapai penerbangan yang bisa langsung mencapai Labuan Bajo, termasuk empat maskapai 49 dengan penerbangan rutin. Demikian juga dengan cindera mata bagi wisatawan semakin beragam melalui upaya pembinaan yang dilakukan Pemda setempat sehingga saat ini dijumpai patung komodo, mutiara, dan kain tenun khas Labuan Bajo. Tidak mengherankan menurut Dirjen, jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat sejak tahun 2006 sampai 2010 yang tercatat masing-masing , , , , sampai November tercatat atau perkiraan mencapai sampai akhir tahun Data kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo, hingga September 2012 mencapai angka 683,584 orang, dan hingga September 2013 bertepatan dengan pelaksanaan Sail Komodo, jumlah wisatawan yang mengunjungi Taman Nasional Komodo mencapai angka fantastis, yaitu 12,77 persen, dari data kunjungan tahun KESIMPULAN Dukungan ekowisata dengan ekologi yang istimewa dan berkesinambungan, mernjadikan upaya pelestarian Taman Nasional Komodo, menjadi suatu keniscayaan. Karena keniscayaan tersebut menyebabkan Taman Nasional Komodo pada tahun 2012 masuk sebagai salah satu Keajaiban baru dunia, dari tujuh keajaiban dunia baru lainnya. Predikat ini perlu dipertahankan, dengan melakukan kerja nyata, yaitu menjaga, dan merawatnya dengan baik, agar semakin menarik bagi kunjungan wisatawan. Taman Nasional Komodo termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pencapaian Lokasi melalui Denpasar-Mataram-Bima-Sape (perjalanan darat dan ferry) selama dua hari. Dari Sape menuju lokasi Taman Nasional menggunakan ferry. Denpasar-Labuan Bajo dengan pesawat dua kali sehari bahkan empat kali, dan menggunakan ferry atau speedboat dari Labuan Bajo ke lokasi Taman Nasional setiap

12 50 JURNAL Kepariwisataan Volume 7 Nomor 3 September 2013 : saat. Musim kunjungan terbaik adalah bulan Maret, Juni, Oktober hingga Desember setiap tahun. Perkembangan keberadaan Taman Nasional Komodo saat ini sudah sangat signifakan, ada peningkatan, yang terbukti dengan adanya Resort yang bertaraf Internasional yang terdapat di pulau Komodo. Selain itu dengan terpilihnya Komodo sebagai salah satu dari New 7 Wonders, maka dunia semakin mengenal tentang keberadaan pulau tersebut. Tidak hanya itu, dengan didaulatnya Komodo sebagai icon Sea Games, telah menambah kepopuleran komodo itu sendiri. Dengan perkembangan Taman Nasional Komodo yang semakin sifnifikan, memberikan manfaat yang sangat luar biasa bagi negara tercinta Republik Indonesia, khususnya bagi masyarakat di sekitar pulau komodo. Salah satunya adalah meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat, yang diperoleh dari pelayanan prima yang diberikan kepada wisatawan menuju Taman Nasional Komodo. DAFTAR PUSTAKA Bahari Hamid, Kitab Wisata Nusantara Terindah dan Terlengkap, Diva Press, Yogyakarta. Mahdayani Wiwik, The Green Traveler (catatan perjalanan ekowisata keliling Indonesia), GramediaWidiasarana anggota IKPI, Jakarta. Erdmann Arnaz Mehta, Buku 1 Panduan Sejarah Ekologi Taman Nasional Komodo, Jakarta , Buku 3 Panduan Sejarah Ekologi Taman Nasional Komodo, Jakarta. Nicolaus Got, (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Kepel Press Puri Arsita A , (2011), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Yogyakarta, Kepel Press Puri Arsita A-6

TAMAN NASIONAL KOMODO - NTT

TAMAN NASIONAL KOMODO - NTT BAB I PENDAHULUAN TAMAN NASIONAL KOMODO - NTT Taman Nasional Komodo (TN. Komodo) merupakan kawasan yang terdiri dari beberapa pulau dengan perairan lautnya. Pulau-pulau tersebut merupakan habitat satwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kuat yang sebarannya hanya terdapat di pulau-pulau kecil dalam kawasan

BAB I PENDAHULUAN. dan kuat yang sebarannya hanya terdapat di pulau-pulau kecil dalam kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komodo (Varanus komodoensis Ouwens, 1912) merupakan kadal besar dan kuat yang sebarannya hanya terdapat di pulau-pulau kecil dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK)

Lebih terperinci

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati:

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati: Daya tarik wisata alam Ujung Genteng memang membuat banyak orang penasaran karena keragaman objek wisatanya yang bisa kita nikmati dalam sekali perjalanan, mulai dari pantai berpasir putih, melihat penyu

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas

BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas 1.817 km 2, terletak diantara pulau Sumbawa di sebelah Barat, dan pulau Flores di sebelah Timur.

Lebih terperinci

PAKET TOUR KOMODO 1. LW 01. 2HARI/1MALAM NGINAP DIKAPAL BER- AC

PAKET TOUR KOMODO 1. LW 01. 2HARI/1MALAM NGINAP DIKAPAL BER- AC PAKET TOUR KOMODO 1. LW 01. 2HARI/1MALAM NGINAP DIKAPAL BER- AC HARI 01: LABUAN BAJO PULAU RINCA (L, D) Setiba dibandara komodo labunbajo flores bagian barat,anda akan dijemput oleh local pemandu kami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan tersebar dari pulau Sumatera sampai ke ujung timur

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13 ribu pulau, Indonesia layak disebut sebagai negara dengan potensi bahari terbesar di dunia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki kekayaan laut yang sangat berlimpah. Banyak diantara keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

RESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan

RESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan ABSTRAK Upaya Swisscontact yang dilakukan di dalam negeri, bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat lokal melalui pengembangan infrastruktur, pemberdayaan sumber daya manusia, dan mensosialisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata mempersiapkan 10 destinasi wisata unggulan yang akan menjadi prioritas kunjungan wisatawan di tahun 2016, dan Flores

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah merupakan Kawasan Pelestarian Alam yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebun Binatang Surabaya merupakan salah satu destinasi wisata kota yang paling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata. Pengembangan ekowisata di TNTC tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa serta dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil yang disebut Gili (dalam

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

Oleh : Pakomius Darnosata Hamon

Oleh : Pakomius Darnosata Hamon Oleh : Pakomius Darnosata Hamon Indonesia di mata dunia dikenal sebagai negara kepulauan dengan memiliki sekitar tujuh belas ribu pulau yang tersebar di bumi nusantara. Keindahan dan eksotis dari pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu Provinsi yang memiliki banyak potensi wisata. Kepariwisataan di Nusa Tenggara Timur sudah ditetapkan sebagai destinasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, dan membentang antara garis

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata di Indonesia tetap bertumbuh walaupun pertumbuhan perekonomian global terpuruk, pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia tahun 2014 mencapai 9,39 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan. 23 1. Potensi Wisata Gunung Sulah Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PANTAI TANJUNG PAPUMA JEMBER

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PANTAI TANJUNG PAPUMA JEMBER LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PANTAI TANJUNG PAPUMA JEMBER Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beberap tahun terakhir ini perkembangan sektor pariwisata di Indonesia telah tumbuh dan berkembang.berbagai usaha telah diupayakan untuk menumbuhkembangkan industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Keunikan Kawasan Gunung Merapi Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena adanya interaksi yang kuat antar berbagai komponen di dalamnya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN. Ambar Kristiyanto NIM

POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN. Ambar Kristiyanto NIM POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN Ambar Kristiyanto NIM. 10615010011005 http://www.ppt-to-video.com Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu taman nasional tertua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam struktur ekonomi dan proses pembangunan negara. Hal ini disebabkan karena pariwisata dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 34 provinsi (Data Kemendagri.go.id, 2012). Indonesia memiliki potensi alam yang melimpah sehingga dapat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Marga Satwa melalui Besluit Van

Lebih terperinci

Mengembalikan Teluk Penyu sebagai Icon Wisata Cilacap

Mengembalikan Teluk Penyu sebagai Icon Wisata Cilacap Mengembalikan Teluk Penyu sebagai Icon Wisata Cilacap Tri Nurani Mahasiswa S1 Program Studi Biologi Universitas Jenderal Soedirman e-mail: tri3nurani@gmail.com Abstrak Indonesia merupakan negara yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari beberapa gugusan pulau mulai dari yang besar hingga pulau yang kecil. Diantara pulau kecil tersebut beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan kekayaan keindahan alam yang beraneka ragam yang tersebar di berbagai kepulauan yang ada di Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian 2015 LUWAK Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian LUWAK A. Biologi Luwak Luwak merupakan nama lokal dari jenis musang

Lebih terperinci

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap TEMA : Pengembangan Pariwisata (Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap Oleh Kartika Pemilia Lestari Ekowisata menjadi salah satu

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bandung Selatan memiliki sebuah kawasan wisata potensial, yaitu kawasan wisata Ciwidey. Di kawasan tersebut terdapat empat tujuan wisata utama, diantaranya

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak dan Luas Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi 05 33 LS dan 105 15 BT. Pantai Sari Ringgung termasuk dalam wilayah administrasi Desa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.330, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pelestarian. Suaka. Kawasan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5798) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cagar lam merupakan sebuah kawasan suaka alam yang berarti terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Cagar lam merupakan sebuah kawasan suaka alam yang berarti terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Pemerintah Nomer 28 tahun 2011 pasal 1 nomer 1 tentang pengolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestaian alam yang berbunyi Kawsasan Suaka Alam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata alam oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998:3) dan Yoeti (2000) dalam Puspitasari (2011:3) disebutkan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai nilai tinggi dalam kehidupan manusia. Potensi wisata dalam perkembangan pariwisata sebuah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah wisata, di samping akomodasi (hotel atau tempat menginap sementara lainnya) akan disebut daerah tujuan wisata apabila ia memiliki atraksi-atraksi yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 % PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 % wilayahnya merupakan perairan laut dengan garis pantai sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

BANGKA BOTANICAL GARDEN SEBUAH KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG

BANGKA BOTANICAL GARDEN SEBUAH KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BANGKA BOTANICAL GARDEN SEBUAH KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG Saat pertama kali melihat Pulau Bangka dari pesawat yang akan landing di Bandara Depati Amir Pangkalpinang, saya terheran atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI Indonesia terdiri atas pulau-pulau sehingga disebut negara kepulauan. Jumlah pulau yang lebih dari 17.000 buah itu menandakan bahwa Indonesia merupakan suatu wilayah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia: Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.

Lebih terperinci

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran:

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran: BAB 4 PELESTARIAN MAKHLUK HIDUP Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan dapat: 1. Mengetahui berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang mendekati kepunahan. 2. Menjelaskan pentingnya

Lebih terperinci

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA Materi Penyebaran Komunitas Fauna di Dunia Keadaan fauna di tiap-tiap daerah (bioma) tergantung pada banyak kemungkinan yang dapat diberikan daerah itu untuk memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

BAB I PENDAHULUAN. asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisatawan. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon

BAB I PENDAHULUAN. Wisatawan. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Secara administratif, Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dengan luas wilayah 122.956 Ha, yang terdiri atas 78.619 Ha daratan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata diposisikan sebagai sektor yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi salah satu sumber devisa. Sektor ini perlu dikembangkan karena

Lebih terperinci

PAKET LOMBOK 4D/3N OPTION 1 D1:

PAKET LOMBOK 4D/3N OPTION 1 D1: PAKET LOMBOK 4D/3N OPTION 1 D1: Arr + City tour Setiba di bandara, anda akan dijemput oleh guide kami. Setelah itu, anda akan diantar ke restoran untuk makan siang. Setelah makan siang, anda akan diajak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, banteng (Bos javanicus d Alton 1823) ditetapkan sebagai jenis satwa yang dilindungi undang-undang (SK Menteri Pertanian No. 327/Kpts/Um/7/1972) dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangrove Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan konservasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

IPA SD Kelas IV 1

IPA SD Kelas IV 1 ANITA ROSIANA 111134036 IPA SD Kelas IV 1 Kata Pengantar Ilmu Pengetahuan Alam adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan mengetahui alam secara sistematis. IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Acara Puncak Sail Komodo 2013, tgl.14 Sept 2013, di NTT Sabtu, 14 September 2013

Sambutan Presiden RI pd Acara Puncak Sail Komodo 2013, tgl.14 Sept 2013, di NTT Sabtu, 14 September 2013 Sambutan Presiden RI pd Acara Puncak Sail Komodo 2013, tgl.14 Sept 2013, di NTT Sabtu, 14 September 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PUNCAK SAIL KOMODO 2013 DI LABUAN BAJO, MANGGARAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang bersedia mengeluarkan uang untuk mengisi waktu luang (leisure) dalam rangka menyenangkan diri

Lebih terperinci

Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK. Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14.

Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK. Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14. Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK Lembar BIL Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14. B ila hanya ada sedikit waktu untuk berlibur, pilihan transportasi paling mudah adalah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Timor memiliki avifauna yang unik (Noske & Saleh 1996), dan tingkat endemisme burung tertinggi dibandingkan dengan beberapa pulau besar lain di Nusa Tenggara (Pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci