EKSOTISME OBYEK WISATA GUA PINDUL GUNUNG KIDUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSOTISME OBYEK WISATA GUA PINDUL GUNUNG KIDUL"

Transkripsi

1 ABSTRACT EKSOTISME OBYEK WISATA GUA PINDUL GUNUNG KIDUL Damiasih Jurusan Perhotelan D3 Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta Jl. Laksda Adisucipto Km. 5 Yogyakarta Telp. (0274) , Fax. (0274) Yogyakarta has a lot of destination tourism, can be categorized into two. That is the cultural attraction and tourist attraction article (convention and shopping). Potential destination tourism and attraction. In Yogyakarta, we only know Diponegoro cave, but there is another cave which the cave tubing very exciting the name is Pindul. Located of Pindul cave on Pedukuhan Gelaran I, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta. Pindul cave is all of one cave that have stalagtit and stalagmit. It s very beautiful and very charming. Exoticm has been there all the time. Yet few people are aware and willing to come. Cave exoticm is one of special interest tours. This was evidenced by only a few tourists who love it. Keywords : Cave tubing, stalagtit, stalagmit, exoticm, and tourists PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Berwisata dalam banyak hal selalu diartikan sebagai suatu kegiatan santai dan rileks. Namun berwisata untuk kegiatan minat khusus sebagai objek wisata alternatif, tidak selalu diartikan sebagai suatu kegiatan santai dan rileks. Objek wisata minat khusus sebagai objek wisata alternatif tidak jarang menawarkan tantangan alam yang cukup ekstrim yang memicu adrenalin yaitu sumber tenaga untuk membangkitkan aktivitas super ekstra, naik sekitar dua bahkan lebih di atas aktivitas normal yang dilakukan. Salah satu 13 objek wisata minat khusus sebagai objek wisata alternatif yang dipandang cukup ekstrim yang sedang trend atau cenderung banyak peminat saat ini yang terletak di kawasan Gunung Kidul Yogyakarta adalah cave tubing (petualang menerobos gua) kalisuci. Objek wisata minat khusus sebagai objek wisata alternatif kalisuci menawarkan perpaduan eksotisme (istimewa dan spesifik) antara pemandangan alam dengan tantangan yang memacu adrenalin wisatawan. Objek wisata minat khusus sebagai objek wisata alternatif yang cukup ekstrim tersebut terletak di pedukuhan Gelaran I, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, ± 6 km sebelah utara timur Kota Wonosari atau sekitar ± 1,2 jam perjalanan dari pusat kota Yogyakarta. Cave Tubing (petualang menerobos gua) minat khusus kalisuci, merupakan suatu objek wisata yang sangat eksotis (istimewa), karena membawa wisatawan dengan menggunakan ban dalam mobil yang terapung dengan cara menggelinding yang digerakkan dengan alat dayung tangan, baik sendiri-sendiri maupun sambil berpegangan tangan dengan teman, sambil menggelinding menyusuri sungai bawah tanah yang mengalir dengan arus yang

2 14 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 1 Januari 2014 : tidak terlalu deras. Untuk mencapai ke lokasi start, terlebih dahulu wisatawan diajak untuk tracking (berjalan menerobos) daerah perbukitan terlebih dahulu. Sebelum sampai di dasar gua, wisatawan harus menuruni gua sedalam ± meter. Ketika sampai di dasar gua, wisatawan dapat melakukan aktivitas cave tubing (petualang menerobos gua) dengan bantuan ban mobil bagian dalam yang diisi dengan udara sehingga mudah terapung. Ketika wisatawan melakukan aktivitas tersebut, sudah barang tentu akan merasakan keéksotisan (keistimewaan) yang menakjubkan yaitu (kagum dan bahagia) sambil dengan suasana santai membaringkan badan menengadah ke atas atau duduk di atas ban mobil yang sedang menggelinding. Namun dibalik itu muncul juga rasa waswas, karena takut bisa saja tenggelam melihat airnya cukup dalam, dan jika tidak mampu menjaga keseimbangan tubuh ketika duduk santai di atas ban mobil yang sedang menggelinding tersebut. Di tempat tersebut, wisatawan akan menerobos arus sungai bawah tanah sepanjang ± 700 meter. Ketika melakukan aktivitas tersebut adrenalin terpacu meningkat dua kali lipat, bahkan lebih dari aktivitas normal, mata terkonsentrasi dan terpukau oleh keindahan dinding-dinding gua yang tersusun dari batu kapur yang indah yang disebut stalaktit (batu tetesan atas) dan stalakmit (batu tetesan bawah). Kendatipun arus sungai dalam gua tersebut tidak terlalu deras, namun pengamanan yang diberikan pihak pengelola gua cukup aman, karena sudah dilengkapi dengan pelampung, pelindung lutut dan lengan serta pelindung kepala. Sekali melakukan aktivitas menerobos gua dan sungai dengan menggunakan ban mobil bagian dalam yang telah diisi udara, dapat menghabiskan waktu ± 1,5-2 jam. Sebuah atraksi eksotisme baru andalan di Gunung Kidul semakin mewarnai perkembangan pariwisata yang signifikan di Yogyakarta. Hal tersebut dalam bentuk cave tubing yaitu berpetualang menerobos gua dengan menggunakan alat yang mengapung yaitu ban mobil bagian dalam yang diisi dengan udara, dan wisatawan menggunakan ban tersebut sebagai satu-satunya alat untuk menerobos di atas sungai yang mengalir di dalam gua bawah tanah tersebut. Berpetualang menerobos gua dengan menggunakan perahu karet baik di laut maupun di sungai yang terbuka, sudah merupakan aktivitas yang biasa. Namun jika wisatawan ingin berpetualang dengan minat khusus sebagai objek wisata alternatif dengan menggunakan ban mobil bagian dalam pada sungai yang mengalir di dalam gua bawah tanah merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dilakukan oleh semua wisatawan. Karena disini wisatawan harus ekstra menguji nyali atau keberanian, sambil merasakan udara yang sangat eksotis, dan takjub melihat pemandangannya, namun sambil senam jantung deg-degan atau waswas. Hal tersebut tidak lain hanya dapat dilakukan di gua Pindul yang memiliki tantangan tersendiri. Objek wisata gua Pindul menyediakan tiga pilihan, yaitu cave tubing (petualang menerobos gua) di Gua Pindul; rafting (petualang menggunakan rakit) di kali Oyo, dan caving (petualang menerobos gua) di gua Sioyot, menjadi permainan yang benar-benar menguji nyali dan memompa

3 Damiasih : Eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul Gunung Kidul adrenalin wisatawan. Melakukan cave tubing di Gua Pindul, wisatawan harus menyusuri sungai yang ada di dalam gua pindul. Sungai tersebut memiliki panjang ±350 meter, dan membutuhkan waktu tempuh selama ± 45 menit hingga 1 jam. Untuk melakukan rafting di kali Oyo, membutuhkan waktu tempuh antara ± 1-2 jam, dengan total menempuh aliran sungai sejauh ± 1,5 km. Selanjutnya panjang lintasan caving, Gua Sioyot sekitar ± meter, dan memerlukan waktu tempuh antara ± 1-2 jam. Ketiga permainan tersebut sungguh menguras keringat dan tenaga wisatawan. Untuk menikmati semua permainan tersebut memerlukan biaya yang cukup terjangkau. Untuk cave tubing cukup dengan biaya Rp , per orang, dan caving Gua Sioyot Rp , per orang, namun minimal harus ada tujuh orang yang mengikuti permainan tersebut. Untuk rafting di Kali Oyo ada dua pilihan trek, yaitu trek pendek dengan jarak 2 km (Rp per orang), dan trek panjang dengan jarak 5 km (Rp , per orang). Menikmati dinginnya aliran air sungai dan panorama alami dari dalam Gua Pindul dan Gua Sioyot, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Petualang menelusuri sungai dan gua dengan hiasan stalaktit (batu tetesan atas) dan stalakmit (batu tetesan bawah), bunyi kelepak-kelepak kelelawar, serta kecipak air mengalir yang jernih akan menjadikan petualangan di Gua Pindul sulit terlupakan. Jalan menuju Gua Pindul wisatawan kalau dari Yogyakarta, langsung saja menyusuri Jalan Wonosari sampai ke Kota Wonosari. Disana wisatawan beralih ke arah Timur sedikit maka akan terlihat plang atau papan nama penunjuk jalan menuju Gua Pindul. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan, memiliki keaneka-ragaman potensi alam yang eksotisme (istimewa). Ada banyak jenis objek wisata yang eksotisme, baik alam maupun budaya. Objek wisata budaya yang eksotisme dapat berupa bangunan kuno dan warisan pusaka, candi, museum, keraton, dan benteng. Objek wisata alam yang eksotisme dapat berupa suatu kawasan yang indah, misalnya hutan alam, danau, pantai dengan 15 panorama alamnya, cagar alam yang penuh dengan flora dan fauna yang langka, bahkan kawasan gunung api, kawah atau mata air panas, panorama dataran tinggi dan gua. Semua objek wisata tersebut dapat dijual kepada wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Pada objek wisata tersebut ada yang disebut minat khusus, misalnya gunung api hanya terbatas bagi wisatawan yang mau membeli objek wisata tersebut. Wisatawan domestik yang berminat membeli objek wisata tersebut, misalnya para pecinta alam yang dilakukan mahasiswa dan pelajar tingkat SMA atau yang sederajat. Dewasa ini aktivitas menelusuri gua merupakan trend atau kecenderungan baru yang banyak diminati oleh masyarakat. Banyak wisatawan yang menyukainya, baik domestik maupun mancanegara. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pengunjung yang datang ke sebuah gua hanya untuk tujuan menikmati panorama alamnya dan bahkan berminat menyusuri gua, baik karena ingin menikmati keindahan alamnya maupun ingin menguji nyali atau keberanian yang didukung oleh adrenalinnya. Sama halnya jika wisatawan ingin menikmati panorama alam di Gua Pindul. Gua Pindul adalah salah satu gua yang terletak di kawasan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang sudah ada sejak zaman purba, namun sekitar tahun 2000-an baru diketemukan oleh masyarakat, dan dapat digunakan untuk objek wisata minat khusus sebagai objek wisata alternatif, yang benar-benar menantang nyali atau keberanian wisatawan. Objek wisata Gua Pindul saat ini sudah di renovasi yang berkaitan dengan sarana dan prasarana, namun belum maksimal. Pada objek wisata Gua Pindul, wisatawan akan sangat terpesona dengan panorama alamnya yang begitu indah, dan dapat melahirkan inspirasi baru bagi wisatawan, dalam upaya menantang alam yang eksotisme. 2. Perumusan Masalah Bertitik tolak pada uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana upaya yang dilakukan

4 16 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 1 Januari 2014 : Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam penataan sehingga eksotisme atau keistimewaan Obyek Wisata Gua Pindul, mampu meningkatkan kunjungan wisatawan, yang berarti dapat meningkatkan pendapatan asli masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan menjual jasa kepada wisatawan, dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Gunung Kidul? TINJAUAN PUSTAKA Buku-buku referensi yang mendukung dalam menyelesaikan penelitian ini cukup banyak, namun buku yang dipandang relevan adalah sebagai berikut : 1. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya, yang ditulis Romo James Yossep Spillane, SY. Menurut James Yossep Spillane, SY, bahwa kawasan karst mempunyai potensi alam yang luar biasa indah dan beragam. Keberagaman tersebut harus dipandang sebagai satu kesatuan, dimana keberadaan satu dan lainnya adalah saling bergantung dan saling menunjang. Pemanfaatan kekayaan sumber daya alam tersebut akan lebih sustainable (berkelanjutan) jika prinsip-prinsip pengelolaannya mengedepankan asasasas : a. keaslian lingkungan dan budaya; b. mengakui keberadaan dan dukungan masyarakat; c. berkelanjutan; dan d. Memiliki kemampuan untuk mengelola Obyek Wisata. 2. Todays Bussiness Ethics for Tourism, yang ditulis oleh Novianto. Menurut Novianto, bahwa banyak orang berpendapat, perjalanan ekowisata tidak menghasilkan tourist expenditure (pembelanjaan wisatawan) yang signifikan. Namun dalam kenyataannya, perjalanan ekowisata justru memerlukan waktu yang panjang sehingga berimplikasi menghasilkan in route benefit (route yang bermanfaat) bagi masyarakat dan langsung dinikmati masyarakat lokal. 3. Melestarikan Alam Indonesia, yang ditulis Jatna Supriatna. Menurut Jatna Supriyatna, pemanfaatan sumber daya alam dalam perspektif baru lebih mengedepankan prinsip-prinsip ekologis daripada prinsipprinsip ekonomis, karena dengan prinsip ekologis rentang waktu pendapatan yang akan diperoleh jauh lebih panjang daripada mengeliminir sekecil mungkin terhadap perusakan. 4. Pengawasan dan Pelaksanaan Undang-Undang Lingkungan Hidup, yang ditulis Djanius Djamin. Menurut Djanius Djamin, bahwa bagi pelanggar UU dikenakan tindakan tata tertib membayar ganti rugi, membayar biaya pemeliharaan dan juga ancaman hukuman penjara sesuai dengan UU yang berlaku yaitu tentang UU perlingkungan hidup nomor 23 tahun CARA PENELITIAN 1. Penentuan Sampel Cara penentuan sampel adalah nonrandom sampling purposive sample, yaitu peneliti menentukan sample tanpa diacak, karena pengetahuan populasi tentang Gua Pindul dipandang homogen berdasarkan cerita yang disampaikan para leluhur mereka. Sampel langsung tertuju kepada pihak pengelola eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul yang dipandang sebagai sumber informasi atau nara sumber, yaitu masyarakat yang mengelola secara langsung dan seharihari bekerja menjaga Obyek Wisata tersebut (Nicolaus Got, 2011). 2. Pengumpulan Data Cara pengumpulan data adalah : a. eksperimen, yaitu peneliti melakukan peninjauan secara langsung di lapangan yaitu kepada para pengelola tetap yang seharihari bekerja menjaga tempat tersebut, untuk membuktikan kebenaran cerita masyarakat yang bukan sebagai pengelola tetap yang disampaikan secara lisan; b. observasi, yaitu peneliti melakukan pengamatan secara cermat di kawasan eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul, dan semua sarana dan prasarana yang mendukung bagi keberadaan eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul (Nicolaus Got, 2011); c. fenomenologi, yaitu peneliti melakukan pengamatan secara cermat terhadap fenomena alam sekitar eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul, yang mendukung bagi keberadaan kawasan tersebut, dengan tiga cara. Pertama, reduksi fenomenologis yaitu mengelompokkan fenomena yang berpengaruh dan fenomena yang tidak

5 Damiasih : Eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul Gunung Kidul berpengaruh; Kedua, reduksi eidetis yaitu menakar jumlah fenomena yang berpengaruh dan fenomena yang tidak berpengaruh; dan Ketiga, reduksi transendental, yaitu menghilangkan fenomena yang tidak berpengaruh, dan menetapkan fenomena yang paling berpengaruh (Nicolaus Got, 2010); d. Partisipasi, yaitu peneliti terlibat secara langsung dengan para pengelola tetap, membahas bersama-sama tentang eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul, yang terjadi pada masa lampau; dan e. interview yaitu peneliti melakukan wawancara terhadap pengelola tetap yang paling bertanggung jawab sebagai sumber informasi atau nara sumber kunci, yang sangat memahami tentang keberadaan eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul (Nicolaus Got, 2011). 3. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei lapangan kepada para pengelola tetap, dan kepada para wisatawan domestik yang sedang berkunjung ke eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul. Data sekunder diperoleh dari internet(eprints. uny.ac.id/7333/ - Translate this page). Cara analisis data yang digunakan, ada dua yaitu deskriptif dan Ex Post Facto. Faktor yang mempengaruhi probabilitas wisatawan untuk bersedia membayar dengan jumlah nominal tertentu bagi pengelola tetap Obyek Wisata eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul, yang berwawasan lingkungan akan ditentukan melalui perhitungan dengan menggunakan metode korelasi Product Moment, demikian juga dengan faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ditentukan melalui perhitungan dengan menggunakan metode korelasi Product Moment (Nicolaus Got, 2011). Penelitian tersebut menemukan faktor yang signifikan antara probabilitas wisatawan untuk membayar dengan jumlah nominal tertentu bagi pengelola tetap eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul, dengan jumlah nominal penawaran, pendapatan, pendidikan, dan persepsi. Sedangkan faktor yang signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan, karena pengalaman 17 berkunjung, pendapatan, pendidikan, dan persepsi. Nilai surplus bagi pendapatan asli masyarakat lokal pertahun lebih besar dari total nilai manfaat pertahun. Karena itu temuan dari penelitian tersebut memberikan beberapa rekomendasi, yaitu pemerintah daerah Kabupaten Gunung Kidul dan Daerah Istimewa Yogyakarta, seyogyanya perlu ada kesamaan penetapan tarif masuk yang signifikan, sesuai dengan tingkat kemampuan wisatawan baik domestik maupun mancanegara, demi kelangsungan eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul, yang akan digunakan untuk pengelolaan yang berwawasan lingkungan secara sustainable (berkelanjutan) (eprints.uny.ac.id/7333/ - Translate this page) PEMBAHASAN 1. Eksotisme Obyek Wisata Di Indonesia Eksotisme dalam penelitian ini dapat dianalogikan terhadap suatu kawasan yang memiliki daya tarik yang spesifik karena belum banyak dikenal umum, atau kawasan yang memiliki karakteristik yang istimewa. Dengan berpijak pada analogi tersebut, maka eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul benarbenar unik dan spesifik, yaitu memiliki sungai yang menerobos gua batu di bawah tanah, dan dapat dijadikan sebagai Obyek Wisata minat khusus dan sebagai Obyek Wisata alternatif, untuk menggantikan Obyek Wisata pantai, gunung, hutan alam, air panas, air terjun, dan sebagainya. Berbagai data yang diperoleh melalui data sekunder atau data internet, diinformasikan bahwa eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul Gunung Kidul Yogyakarta masih termasuk Obyek Wisata baru dan langka. Namun diharapkan dengan munculnya tulisan ini dalam jurnal Stipram Yogyakarta, edisi Januari 2014, wisatawan minat khusus sebagai Obyek Wisata alternatif semakin banyak yang ingin mengunjungi eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul. Pakar pariwisata telah mendeskripsi sebanyak 20 (dua puluh) Obyek Wisata yang eksotisme di Indonesia, dan 10 (sepuluh) diantaranya adalah : 1. Eksotisme Danau Toba, Sumatera Utara, sebuah danau

6 18 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 1 Januari 2014 : vulkanik dan ditengahnya terdapat sebuah pulau vulkanik yang bernama pulau Samosir. 2. Eksotisme Danau Gunung Tujuh, Jambi, dan beberapa danau kecil lainnya dengan keindahan alamnya yang unik. 3. Eksotisme Pulau Belitung, Bangka Belitung. Pulau ini terkenal karena keindahannya, pemandangannya unik dengan pantai pasir putih asli dihiasi batu-batu granit yang artistik dan air laut sejernih kristal, dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil. 4. Eksotisme Krakatau, Selat Sunda, kepulauan ini terkenal karena vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatera. 5. Eksotisme Green Canyon, Jawa Barat. Green Canyon menyimpan pesona luar biasa. Perpaduan antara sungai, lembah hijau, hutan lindung, dan aneka stalaktit-stalakmit. Keindahan berbalut kesunyian, bagai surga yang tersembunyi. Green Canyon mulai dikembangkan pada tahun Eksotisme Gunung Bromo, Jawa Timur. Eksotisme Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai objek wisata di Jawa Timur. 7. Eksotisme Gunung Kelimutu, NTT. Eksotisme Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Flores, Kabupaten Ende. Gunung tersebut memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya. Danau tersebut dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu. 8. Eksotisme Pulau Komodo, NTT. Taman Nasional Komodo yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat, NTT., merupakan kawasan yang terdiri dari beberapa pulau dengan perairan lautnya. Pulau-pulau tersebut merupakan habitat satwa komodo (Varanus komodoensis) yaitu reptil purba yang tersisa di bumi. Kondisi alamnya unik, terdapat padang savana yang luas dengan pohon lontarnya (Borassus flabellifer). 9. Eksotisme Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di barat pulau Papua di provinsi Papua Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Kepulauan ini merupakan tujuan penyelam-penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya. Kepulauan Raja Ampat diyakini sebagai pusatnya kekayaan alam bawah laut, yang tidak tertandingi di seluruh dunia. Selain itu pemandangan alam perbukitan, panorama pantai dan kekayaan hayatinya. Kepulauan tersebut dijuluki sebagai Pulau Surga atau Surga yang hilang. 10. Eksotisme Danau Sentani, Papua. Eksotisme Danau Sentani terletak di bawah lereng Pegunungan Cycloops yang terbentang antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua. Landskap (bentangan) Eksotisme Danau Sentani dengan gugusan pulau di tengahnya merupakan salah satu yang terindah di Indonesia. Pesona yang dimiliki Nusantara jauh melebihi eksotisme tempat-tempat yang ada di manapun di dunia. Kesepuluh tempat tersebut di atas, hanya sebagian kecil dari sekian banyak eksotisme yang ada di Nusantara, karena masih banyak lagi yang lain namun memang belum terpublikasikan. Sebagaimana kata pepatah Nusantara adalah sepenggal tanah dari Surga atau juga lebih dikenal dengan sebutan Zamrut Khatulistiwa. Namun sayang, tempat-tempat yang eksotisme tersebut belum banyak di publikasikan secara luas dan komprehensif, apalagi dipromosikan ke berbagai mancanegara. Kalau pun ada, malah yang mengelolanya adalah pihak asing, seolah-olah negeri ini telah di jual kepada orang asing. Bahkan ada yang lebih buruk lagi, tempat-tempat yang sebelumnya eksotismenya indah dan alami, malah di rusak, sehingga mengakibatkan bencana ekosistem. Padahal jika rakyat Indonesia benar-benar

7 Damiasih : Eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul Gunung Kidul bersyukur atas rahmat Tuhan tersebut dan mengelolanya dengan bijak, maka akan mendatangkan keuntungan wisatawan yang berlimpah, baik bagi negara, maupun untuk kehidupan sosial masyarakat dikawasan tersebut ( aksesdunia.com) 2. Eksotisme tentang Gua Gua adalah suatu ruangan dalam batu bawah tanah yang pada zaman purba sering digunakan para leluhur sebagai tempat tinggal sementara selama pengembaraan mereka. Eksotisme tentang Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara, yaitu stabilnya suhu udara yang masuk. Menurut catatan dari banyak peneliti, penelusuran gua dimulai oleh John Beaumont, ahli bedah dari Somerset, England (1674). Ia adalah seorang ahli tambang dan geologi amatir. Orang yang paling berjasa mendeskripsikan gua adalah Baron Johan Valsavor dari Slovenia. Ia mengunjungi 70 gua, membuat peta, sketsa dan melahirkan empat buku setebal 2800 halaman. Untuk wisata gua pertama kali tercatat tahun 1818, ketika Kaisar Habsbrug Prancis I dari Austria meninjau gua Adelsberg (sekarang bernama gua Postojna) yang terletak di Yugoslavia. Sedangkan di Indonesia, faktor mistik dan magis masih melekat erat di gua-gua. Gua di Indonesia sering digunakan sebagai tempat pemujaan, sesaji maupun bertapa, dan juga sering dianggap sebagai tempat tinggal makhluk. Dalam menelusuri gua perlu memegang teguh etika, sesuai dengan motto NSS (National Speleological Society). Etika menurut motto NSS tersebut adalah : pertama, Take Nothing But Picture (Tidak mengambil sesuatu kecuali foto); kedua, Leave Nothing But Footprints (Tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki); dan ketiga, Kill Nothing But Time (Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu). 3. Aspek yang berkaitan dengan Speleologi a. Geomorfologi Geomorfologi adalah kondisi permukaan kawasan gua sebagai suatu 19 hamparan alam yang khas. Bentuk geomorfologi khususnya di kawasan karst, ada bukit karst yang berbentuk cone karst (daerah batu kapur yang berbentuk kerucut), tower karst (daerah batu kapur yang berbentuk menara). Bentuk geomorfologi lain seperti dolina, ovala (lonjong), cockpit (berongga), sungai, dan bentuk-bentuk lain yang merupakan ciri khas kawasan karst yang terjadi melalui proses pelarutan. b. Klimatologi Klimatologi adalah keadaan iklim suatu kawasan yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan gua, baik flora dan fauna, maupun bentuk fisik gua. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan suhu, tekanan, curah hujan yang ada di kawasan tersebut. c. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu tentang air, sifatsifatnya dan distribusinya, khusus mengenai air di bawah tanah. Berarti hidrologi adalah ilmu tentang proses terbentuknya lorong gua yang disebabkan oleh aliran air baik secara fisik maupun kimiawi. Selain itu, hidrologi adalah proses terbentuknya ornamen gua seperti stalaktit, stalakmit, canopy (langitlangit), gourdam, dan lain-lain, endapan dalam gua, sungai bawah tanah, yang semuanya itu merupakan bagian dari proses terbentuknya gua. d. Geologi Bagi ahli geologi, gua sangat menarik. Geologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana terbentuknya batuan karbonat atau gamping, batuan vulkanik, dan metamorfosa (perubahan bentuk batuan karbonat atau gamping). Selain itu geologi juga mempelajari tentang tektonik, yaitu proses gerakan pada kerak bumi yang menimbulkan lekukan, lipatan, retakan, patahan, sehingga terbentuk tinggi-rendah atau relatif pada permukaan bumi. e. Biologi Biologi adalah ilmu tentang keadaan dan sifat makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan). Terbentuknya kawasan karst merupakan hasil dari proses biologi

8 20 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 1 Januari 2014 : pada alam. Proses biologi pada alam menghasilkan ekosistem. Ekosistem adalah keaneka-ragaman suatu komunitas dan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan ekologi pada alam, atau keadaan khusus tempat komunitas suatu organisme hidup dan komponen organisme tidak hidup dari suatu lingkungan yang saling berinteraksi. Ekosistem dari komponen organisme tidak hidup yang terjadi dalam sebuah gua yang saling berinteraksi, misalnya Gua Pindul sangat unik. Keunikan tersebut terjadi karena tidak pernah adanya cahaya yang masuk ke dalam gua, sehingga perubahan suhunya sangat kecil. Namun wisatawan dengan minat khusus sebagai wisata alternatif, justru dapat menerobos ke dalam gua dengan menggunakan ban mobil bagian dalam yang diisi udara, dapat menggelinding hingga tembus tanpa membawa alat bantu yang berisi oksigen. Hal tersebut sangat berbeda dengan kondisi di permukaan gua, diluar Gua Pindul yang selalu mendapat cahaya dan oksigen. f. Arkeologi Nilai arkeologi (ilmu kepurbakalaan) dari Obyek Wisata Gua Pindul dapat diketahui karena adanya suatu peninggalan zaman purba yang masih dapat disaksikan di dalam gua hingga saat ini, misalnya lukisan pada batu dinding gua, dan peninggalan lainnya, seperti kapak batu, patung, dan barang pecah belah. 4. Legenda Gua Pindul Menurut legenda yang dipercayai masyarakat dan dikisahkan secara turun temurun, nama Gua Pindul dan gua-gua lain yang ada di Bejiharjo tak bisa dipisahkan dari cerita pengembaraan Joko Singlulung mencari ayahnya. Setelah menjelajahi hutan lebat, gunung, dan sungai, Joko Singlulung pada akhirnya memasuki gua-gua yang ada di Bejiharjo. Ketika masuk ke salah satu gua, mendadak Joko Singlulung terbentur batu, sehingga gua tersebut dinamakan Gua Pindul yang berasal dari kata pipi gebendul. Gua Pindul dikategorikan sebagai gua basah, karena jenis gua tersebut berbeda dengan kebanyakan gua yang ada di Indonesia, yang semuanya bertipe gua kering. Di dalam gua pindul terdapat aliran sungai yang mengalir mulai dari mulut gua hingga bagian akhir dari gua tersebut. Gua Pindul memiliki panjang ± 300 meter, dan memiliki aliran sungai yang cukup tenang karena tidak terlalu banyak gelombang pada aliran sungai tersebut. Selain itu memiliki stalaktit dan stalagmit yang semakin menambah indah panorama Gua Pindul. Karena Gua Pindul dikategorikan sebagai gua basah, maka untuk menikmati panoramanya wisatawan dengan minat khusus sebagai wisata alternatif, harus melakukan cave tubing. Cave tubing hampir sama dengan rafting. Jika rafting (arung jeram) yaitu kegiatan menyusuri aliran sungai dengan menggunakan rakit atau perahu karet, sebaliknya cavetubing yaitu kegiatan menyusuri gua dengan menggunakan ban mobil bagian dalam yang diisi udara. Karena aliran air di Gua Pindul tidak terlalu deras, maka melakukan cavetubing bisa dilakukan oleh pemula maupun anak kecil bahkan wanita hamil sebagai olah raga ringan ( yogyakarta). Goa Pindul memiliki 3 zona, yaitu zona terang, zona remang, dan zona gelap abadi. Dalam gua wisatawan dapat melihat stalaktit dan stakmit yang berdiri kokoh bagaikan tiang-tiang sebuah bangunan. Selain itu, di Gua Pindul juga terdapat hewan yang di lindungi, yaitu burung seriti, walet dan kelelawar. Gua tersebut memiliki bagian gelap karena memang ditujukan untuk konservasi kelelawar yang ada di tempat tersebut. Perlengkapan cave tubing, antara lain pemandu, transportasi, dan asuransi. 5. Denah / peta menuju Obyek Wisata Gua Pindul Route perjalanan dari Yogyakarta melalui Jalan Raya Wonosari melewati Piyungan naik ke Bukit Patuk, masuk ke Hutan Bunder, melewati Jalan Raya Wonosari (Patuk-Playen), ke Lapangan Gading, masuk ke Pertigaan lampu merah ambil jalan ke kiri (lurus), atau Jalan Raya Wonosari (Playen- Wonosari ambil menuju kota Wonosari), Bundaran Siyono (Perempatan yang ada

9 Damiasih : Eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul Gunung Kidul air mancur ditengahnya) ambil arah ke kiri, ikuti jalan aspal yang lebar (ada pertigaan belokan ambil kanan), lurus hingga lampu merah, Perempatan lampu merah lurus, Ada pertigaan yang sebelah kiri ada gerbang Desa Bejiharjo belok kiri, Ikuti jalan aspal terus hingga sampai lokasi yang banyak terdapat tulisan Pindhul/Pindul. KESIMPULAN Obyek Wisata Gua Pindul sebagai sebuah kawasan karst, memiliki potensi alam yang eksotis (istimewa) dan beragam. Dikatakan eksotis karena Gua Pindul, satusatunya gua yang dikategorikan sebagai gua basah. Dikatakan beragam, karena gua tersebut kendatipun terdiri dari banyak gua, namun tetap dipandang sebagai satu kesatuan, karena satu dan lainnya saling bergantung dan saling menunjang. Kendatipun Obyek Wisata Gua Pindul memiliki panorama yang begitu eksotis dan beragam, namun masih sangat sedikit wisatawan yang berkunjung kesana. Hal tersebut disebabkan oleh ketidak-tahuan masyarakat akan eksotis dan beragamnya Obyek Wisata Gua Pindul. Eksotis dan beragamnya Obyek Wisata Gua Pindul hanya diketahui masyarakat lokal, dan hanya segelintir wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung kesana. Masyarakat yang hidup secara tradisional telah berupaya membangun sistem pengelolaan sumber daya alam yang menyatu dengan nilai nilai local genius (kearifan lokal), teknologi lokal, dan budaya lokal, sehingga terwujudnya keseimbangan hidup antara manusia dengan alam. Pemanfaatan kekayaan sumber daya alam tersebut akan lebih sustainable (berkelanjutan) jika prinsip- 21 prinsip pengelolaannya mengedepankan asasasas : a. mempertahankan keaslian lingkungan dan budaya; b. menjaga keberadaan dan dukungan masyarakat secara sustainbale (berkelanjutan); dan c. memiliki kemampuan mengelola Obyek Wisata. Dalam pengelolaan sumber daya alam karst Obyek Wisata Gua Pindul, maka prinsip Co-management, yaitu kepemilikan bersama mengharuskan pengelolaan kawasan dilakukan bersamasama sesuai dengan peranan yang dilakukan komponen masyarakat, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan pemerintah. Pola tersebut akan menciptakan tanggung jawab yang akan dipikul bersama-sama terhadap masa depan kawasan karst Obyek Wisata Gua Pindul. Kunci utama pengembangan karst Obyek Wisata Gua Pindul terletak pada kawasan yang strategis untuk pemasarannya. Adanya informasi yang cukup dan dapat diakomodasi semua orang menjadi prasyarat utama untuk mempopulerkan jenis wisata eksotis di kabupaten Gunungkidul. Selama ini informasi tentang potensi Obyek Wisata Gua Pindul hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu saja, karena informasi yang ada tidak terdistribusi secara luas dan merata. Banyak orang berpendapat bahwa perjalanan wisata yang eksotis (istimewa) tidak menghasilkan tourist expenditure (pembelanjaan wisatawan) yang banyak. Namun pada kenyataannya, perjalanan wisata yang eksotis, justru memerlukan waktu yang banyak dan dapat menghasilkan in route benefit (route yang sungguh bermanfaat) yang banyak dan langsung dinikmati oleh masyarakat lokal. Dengan menjual eksotis dan keragaman Obyek Wisata Gua Pindul dalam satu kesatuan yang utuh, diharapkan pengeluaran wisatawan akan lebih besar. Dengan besarnya pengeluaran wisatawan, harus diimbangi dengan kebocoran devisa dapat ditekan. Cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli masyarakat setempat, yang berarti dapat menopang pertumbuhan ekonomi keluarganya sendiri. Dengan meningkatnya pendapatan asli masyarakat, maka diharapkan meningkat pula PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten Gunung Kidul.

10 22 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 1 Januari 2014 : DAFTAR PUSTAKA Djanius Djamin.(2007). Pengawasan dan Pelaksanaan Undang-Undang Lingkungan Hidup, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Nicolaus Got, (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Kepel Press , (2011), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Yogyakarta, Kepel Press. Novianto. (2002). Todays Bussiness Ethics for Tourism, Jakarta, PT Elex Media Komputindo. Spillane, James Jossep SY. (1997), Ekonomi Pariwisata; Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta, Kanisius. Supriatna, Jatna.(2008). Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta 10230, Yayasan Obor Indonesia Yoeti, Oka A. (2000), ILMU PARIWISATA: Sejarah, Perkembangan dan Prospeknya, Jakarta 98, PT. Perca.

PENGENALAN CAVING (SUSUR GUA)

PENGENALAN CAVING (SUSUR GUA) PENGENALAN CAVING (SUSUR GUA) Speleologi berasal dari kata Yunani, Spalion (gua) dan Logos (ilmu).sehingga dapat diartikan speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua beserta ilmu dan lingkungannya. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan budaya dan pariwisatanya, banyak sekali obyek wisata alam yang dapat dinikmati oleh wisatawan, contohnya saja wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam diunduh tanggal 23

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam  diunduh tanggal 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah kurang lebih 18.110 pulau dan garis pantai sepanjang 108.000 km (Yerik Afrianto S dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karst berasal dari bahasa daerah Yugoslavia yang merupakan nama suatu kawasan diperbatasan Italia Utara dan Yugoslavia sekitar kota Trieste. Istilah Karst ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua Asia dan Autralia serta antara Samudera Pasifik dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa di suatu negara yang mengembangkan sektor tersebut. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. devisa di suatu negara yang mengembangkan sektor tersebut. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri jasa yang sedang berkembang pesat dan pergerakannya sangat besar dampaknya terutama dalam peningkatan jumlah devisa di suatu negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah baik sumber daya alam hayati maupun non-hayati. Salah satu dari sekian banyak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT SALINAN Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : Mengingat : a. bahwa kawasan kars yang merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan industri manufaktur dan kegiatan ekonomi lainnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan industri manufaktur dan kegiatan ekonomi lainnya yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia Pariwisata merupakan suatu hal yang memiliki pengaruh penting dalam perkembangan dan pembangunan suatu Negara. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pariwisata saat ini telah menjadi sebuah industri yang menjadi salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam struktur ekonomi dan proses pembangunan negara. Hal ini disebabkan karena pariwisata dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman penuh tamasya sekarang ini, banyak warga Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman penuh tamasya sekarang ini, banyak warga Indonesia khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman penuh tamasya sekarang ini, banyak warga Indonesia khususnya mengisi liburan dengan bertamasya ke luar negeri. Hal ini merupakan produk dari maraknya publikasi

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terluas ( hektare) di dunia setelah kawasan karst di Cina dan Vietnam

BAB I PENDAHULUAN. terluas ( hektare) di dunia setelah kawasan karst di Cina dan Vietnam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sulawesi Selatan menyimpan sejumlah ragam potensi wisata. Potensi itu tak hanya wisata pantai, air terjun maupun kulinernya. Salah satu kabupaten yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata di Indonesia tetap bertumbuh walaupun pertumbuhan perekonomian global terpuruk, pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia tahun 2014 mencapai 9,39 persen

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR

P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Disampaikan oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala Bappeda Kutai Timur) Dalam rangka Seminar Internasional dengan tema Kawasan Cagar Alam dan Budaya Sangkulirang: Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, dan membentang antara garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Letaknya berdekatan dengan tempat wisata makam raja-raja Mataram. Menurut cerita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dusun ini terletak 20 km di sebelah utara pusat Propinsi Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188

STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188 STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap TEMA : Pengembangan Pariwisata (Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap Oleh Kartika Pemilia Lestari Ekowisata menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur keseimbangan alam. Perairan merupakan ekosistem yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur keseimbangan alam. Perairan merupakan ekosistem yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ekosistem perairan memiliki kontribusi dan keterlibatan yang sangat besar dalam mengatur keseimbangan alam. Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang diharapkan mampu menjadi kekuatan pembangunan, yang dapat diandalkan terutama sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lampung merupakan provinsi di Indonesia yang memiliki letak yang strategis. Hal ini karena keberadaan provinsi ini sebagai pintu gerbang memasuki Pulau Sumatera.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan bentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun membuka kesempatan kerja dan kesempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia terkenal akan keindahan wisata alamnya. Baik berupa wisata alam maupun wisata non alam. Wisata alam merupakan wisata yang menjadikan alam sebagai objeknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk saat ini, pariwisata merupakan pembangkit ekonomi (terutama untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia), kesejahteraan atau kualitas hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajra Adha Barita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajra Adha Barita, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang kebudayaan dan pariwisata bersifat multi-sektoral dan multi disiplin, dalam suatu sistem yang sinergi dan diharapkan mampu mendorong

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan sektor paling strategis untuk menaikan atau menambah devisa bagi negara dan dapat membuka lapangan pekerjaan. Pariwisata merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu bagian dari sebuah bentuk pertumbuhan ekonomi, keberhasilan pengembangan industri pariwisata memerlukan rancangan yang detail dan komprehensif baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT 1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN SITUS GUA PAWON DAN LINGKUNGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

2 Pada tahun 2010, Provinsi Bangka Belitung menyelenggarakan Tahun Kunjungan Bangka Belitung yang disebut dengan Visit Babel Archipelago 2010 untuk me

2 Pada tahun 2010, Provinsi Bangka Belitung menyelenggarakan Tahun Kunjungan Bangka Belitung yang disebut dengan Visit Babel Archipelago 2010 untuk me BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian World Tourist Destination mencatat bahwa Eropa merupakan daerah tujuan wisata nomor satu di dunia sehingga banyak dikunjungi wisatawan global. Namun, krisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah mencapai 42.516 hektar yang terbagi dalam 9 kecamatan. Kabupaten Kudus memiliki potensi pariwisata

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGUNJUNG WISATA ALAM BANTIMURUNG. Wahyudi Isnan

KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGUNJUNG WISATA ALAM BANTIMURUNG. Wahyudi Isnan Karakteristik dan Preferensi Pengunjung Wisata Alam Bantimurung KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGUNJUNG WISATA ALAM BANTIMURUNG Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR Oleh: WISNU DWI ATMOKO L2D 004 358 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 34 provinsi (Data Kemendagri.go.id, 2012). Indonesia memiliki potensi alam yang melimpah sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam, banyak hal-hal menarik dan keindahan-keindahan alam yang sangat sayang jika tidak dinikmati dan menjadi bahan refreshing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan tersebar dari pulau Sumatera sampai ke ujung timur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata Pada dasarnya pengembangan pariwisata adalah suatu proses yang berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bandung Selatan memiliki sebuah kawasan wisata potensial, yaitu kawasan wisata Ciwidey. Di kawasan tersebut terdapat empat tujuan wisata utama, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia termasuk oleh rakyat yang ada di Sumatera Utara. Secara umum mereka sudah mengetahui bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan adat istiadat yang berbeda,yang mempunyai banyak pemandangan alam yang indah berupa pantai,danau,laut,gunung,sungai,air

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan Masalah... 3 I.2.1 Pertanyaan Penelitian... 3 I.3 Tujuan Penelitian... 3 I.4

Lebih terperinci

2015 PESONA ALAM GUNUNG BURANGRANG SEBAGAI OBJEK GAGASAN BUKU FOTOGRAFI ESAI

2015 PESONA ALAM GUNUNG BURANGRANG SEBAGAI OBJEK GAGASAN BUKU FOTOGRAFI ESAI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penciptaan Indonesia adalah negara yang tidak hanya subur dan indah, melainkan juga kaya dengan berbagai sumber daya alam, baik di laut dan udara maupun darat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam pembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata diposisikan sebagai sektor yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi salah satu sumber devisa. Sektor ini perlu dikembangkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dan bersifat multidimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan kekayaan keindahan alam yang beraneka ragam yang tersebar di berbagai kepulauan yang ada di Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pariwisata sudah menjadi kebutuhan dasar setiap individu, karena dengan berpariwisata seseorang dapat memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, psikologis,

Lebih terperinci