UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMILU. Oleh : ADI KUSUMA NIM :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMILU. Oleh : ADI KUSUMA NIM :"

Transkripsi

1 i UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMILU Oleh : ADI KUSUMA NIM : FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2017

2 ii UPAYA KPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMILU Skripsi DiajukankepadaUniversitas Islam NegeriMataramuntukmelengkapipersyaratanmencapaigelarSarjanaSosial Islam (S.Sos.I) Oleh : Nama : Adi Kusuma NIM : JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2017

3 iii

4 iv

5 vi

6 vii Moto : Artinya : (Apakahkamuhai orang musyrik yang lebihberuntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktumalamdengansujuddanberdiri, sedangiatakutkepada (azab) akhiratdanmengharapkanrahmattuhannya? Katakanlah :adakahsama orang-orang yang mengetahuidengan orangorang yang tidakmengetahui? Sesungguhnya orang yang berkallah yang dapatmenerimapelajaran

7 viii PERSEMBAHAN Skripsi inia kupersembah kan untuk orang-orang yang kucintai dan kusayangi : 1. Ayahku (Sandati. P) danibuku (Jaweriah)tercinta yang telah berjuang dengan tulus demi kesuksessan kan untuk mencapai ilmu pengetahuan yang bermanfaat. 2. Sepesial buat Kakakku (Bambang Irwansyah, Sri Wahyuni, dan Arya Santri) terimakasi atas dukungan, dan motivasi serta bantuan yang kalian berikan selama ini. 3. Buat teman-temanku (Rizal Ependi, Amirudin, Abdul Muthalib, Irfan Adi Saputra, Ahmad Firdaus, M. Edrian Pahrawi, dan Salsabila Sirtufilaili). 4. Buat adikku yang selalu setia membantu selama proses pembuatan skripsi ini (Ayu Widiasi). 5. Segenap keluargaku yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya 6. Buat teman-teman KPI B Dan untuk almamaterku tercinta UIN Mataram

8 ix Kata Pengantar Puji syukur peneliti panjatkan ke-hadirat Allah SWT, atas segalal impahan rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan Skripsi yang berjudul Upaya KPU Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu ini dapat diselsaikan. Skripsi ini Disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Selsainya penyusunan skripsi ini berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti sampaikan terimakasi setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. H. L.Ahmad Zaenuri Lc. MA, selaku Dosen Pembimbing I, atas segala bimbingan dan motivasi kepada penulis selama penyelsaian Skripsi ini. 2. Bapak Khairy Juanda M.Si selaku Dosen Pembimbing II, atas segala bimbingan dan motivasi kepada penulis selama penyelsaian Skripsi ini. 3. Bapak Najamudin, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Mataram. 4. Bapak Subhan Abdullah Acim, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram 5. Bapak Dr. H. Mutawalli, M. Ag, selaku Rektor UIN Mataram. 6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing selama peneliti melaksanakan studi di UIN Mataram. 7. Semua pihak yang telah membantu, baik moril atau material sehingga Skripsi ini terselsaikan sesuai rencana.

9 x Semoga Allah SWT memberikan balasan dan limpahan keridhohan-nya. Peneliti menyadari Skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membagun Semoga Skripsi ini bermanfaat sebagai mana mestinya. Mataram, November 2016 Peneliti

10 xi DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN SAMPUL... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii NOTA DINAS... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... v HALAMN PENGESAHAN... vi MOTO... vii PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... ix ABSTRAK... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian... 1 B. Fokus Penelitian... 7 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Ruang Lingkup Penelitian... 7 E. Telaah Fustaka... 8 F. Kerangka Teori G. Metode Penelitian H. Validitas BAB II PAPARAN DATA dan TEMUAN A. Gambaran Umum KPU Provinsi NTB Kelahiran KPU Provinsi NTB Visidan Misi KPU Provinsi NTB Struktur Organisasi KPU Provinsi NTB B. Sosialisasi KPU Provinsi Dalam Penyelenggaraan pemilu... 36

11 xii 1. Konsepsi Pemilihan Umum Partisipasi Pemilih Komunikas dan Politik Pengadaan Data distribusi logistik C. Program Sosialisasi KPU Provinsi Dalam Memaksimalkan Pemilu Tahun D. Kelemahan dan Kelebihan Sistem Informasi KPU Provinsi E. Peluang dan Hambatan KPU Provinsid alam Meningkatkan Partisipasi pemilih BAB III PEMBHASAN A. Upaya KPU Provinsi NTB Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu B. FaktorPendukung danp enghambat Partisipasi Pemilih BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-Saran DAFTAR FUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

12 xiii ABSTRAK Upaya KPU Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu Oleh Adi Kusuma Nim : Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum yang memiliki integritas, provesional, mandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat menyampaikan informasi pemilu kepada masyarakat secaramassal dan sistematis. Fokus penelitian dari skripsi ini adalah bagaimanakah upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu? Bagaimanakah peluang dan hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan sumber data primer dan skunder teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasilpenelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu adalah melakukan sosialisasi dan komunikasi melalui media cetak maupun media elektronik sehingga terwujudnya Komisi Pemilihan Umum yang memiliki integritas, provesional, mandiri, dan akun tabel.

13

14 1 BAB I PENDAAHULUAN A. Konteks Penelitian Pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Penyelenggara pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dapat terwujut apaabila dilaksanakan oleh penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai integritas, profesionalitas. 1 Penyusunan daftar pemilih dalam pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD diatur dalam dalam BAB VI Undang-Undang Nomor 08 Tahun 2012 tentang pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Penyusunan daftar pemilih untuk pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD tahun 2014 ditetapkan dengan keputusankomisi pemilihan umum no 9 tahun 2013 tentang penyusunan daftar 1 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h. 21

15 2 pemilih untuk pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Tabel I : Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap dalam pemilhan umum anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 tingkat Provinsi NTB (ditetapkan pada tanggal 20 Oktober 2013) No. Nama Jumlah TPS Jumlah Pemilih Kabupaten/Kota L P L+P 1 Kota Mataram Lombok Barat 1, Lombok Utara Lombok Tengah 2, Lombok Timur 3, Sumbawa Barat Sumbawa 1, Dompu Bima Kota Bima Total Sumber: Dokumen Bgian Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU Provinsi.NTB, 2014 Jumlah DPT pemilu DPR, DPD dan DPRD 2014 di Provinsi NTB sebanyak orang terdiri dari laki-laki orang dan perempuan orang yang terbesar di TPS.Dibanding dengan jumlah DPSHIP, terjadi penurunan dalam DPT sebanyak orang.sama halnya dengan

16 3 penurunan dari DPS menjadi DPSHIP disebabkan oleh ditemukannya pemilih ganda, meninggal dunia, masuk TNI/POLRI, dan lain-lain. Tabel I : Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap dalam pemilhan umum anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 tingkat Provinsi NTB (ditetapkan pada tanggal 21 Januari 2014) No. Nama Jumlah TPS Jumlah Pemilih Kabupaten/Kota L P L+P 1 Kota Mataram Lombok Barat 1, Lombok Utara Lombok Tengah 2, Lombok Timur 3, Sumbawa Barat Sumbawa 1, Dompu Bima Kota Bima Total Sumber: Dokumen Bgian Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU Provinsi.NTB, 2014 Dalam perjalanannya, DPT pemilu tahun 2014 provinsi NTB menurun dari DPT pada bulan desember KPU Provinsi NTB telah menetapkan Rekapitulasi DPT Pemilu 2014 sebanyak , sementara Rekapitulasi yang

17 4 di lakukan pada tanggal 21 Januari 2014, jumlah DPT se NTB se banyak jiwa atau menurun jiwa (0,15%). 2 Berdasarkan uraian diatas, pemilu adalah lembaga sekaligus prosedur praktik politik untuk mengujudkan kedaulatan rakyat yang memungkinkan terbentuknya sebuaah pemerintahan perwakilan, merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi suatu pemerintahan demokrasi dizaman modern. 3 Selain itu pemilu sebagai prosedur demokrasi atau juga sering disebut pemilu sebagai pesta demokrasi adalah untuk membentuk sistem kekuasaan negara yang berkedaulan rakyat permusyarawatan perwakilan yang digariskan oleh konsitusi atau undangundang dasar Negara. Kekuasaan negara yang akhir dengan cara pemilihan umum adalah kekuasaan yang lahir dari bawah menurut kehendak rakyat dan dipergunakan sesuai dengan keinginan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam literatur studi ilmu politik berkaitan dengan pemilu sebagai prosedur demokrasi, setidak-tidaknya terdapat lima fungsi pemilu (upaya mencapai tujuan pemilu) yang tidak bisa dipisahkan satu asma lain, yang juga berhubungan dengan tujuan pemilu itu sendiri. Pertama, fungsi untuk mengatur prosedur seseorang untuk dipilih menjadi anggota badan perwakilan rakyat atau menjadi kepala pemerintahan. 1992), h Ibid h Robert A.Dahal, Demokrasi dan Para Pengkritiknya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

18 5 Kedua, pemilu sebagai mekanisme bagi pergantian atau sirkulasi elit penguasa, keterkaitan pemilu dengan elit didasarkan pada asumsi bahwa elit berasal dari dan bertugas mewakili masyarakat luas. Ketiga, fungsi perwakilan politik, fungsi ini terutama menjadi kebutuhan rakyat baik dalam rangka mengevaluasi maupun mengentrol prilaku pemerintah dan program serta kebijakan yang dihasilkannya. Oleh sebab itu, pemilu dalam kaitan ini merupakan mekanisme demokratis bagi rakyat untuk menentukan wakilwakil yang dapat dipercaya yang akan duduk dalam pemerintahanmaupun lembaga legislatif. Dalam kaitan ini, dua titik perwakilan didalam konsep perwakilan politik (1) perwakilan tipedelegasi atau utusan, yaitu wakil yang memper oleh mandat dari rakyat, sehingga merasa terikat dengan aspirasi dan kepentingan mereka. (2) perwakilan tipe independen, yaitu perwakilan yang tidak terikat oleh aspirasi dan kepentingan rakyat pemilu. 4 Keempat, sebagai sarana legitimasi politik, fungsi ini terutama menjadi kebutuhan pemerintah dan sistem politik yang mewadahi format pemilu yang berlaku.melalui pemilu, keabsahan pemerintahan yang berkuasa dapat ditegakkan, begitu pula program kebijakan yang dihasilkannya. Dalam hubungan ini fungsi legitimasi ini merupakan konsekuensi logis yang dimiliki oleh pemilu, yakni untuk mengubah suatu keterlibatan politik massa dari yang bersifat sporadis dan dapat h Sahid Gatara, Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan,(Bandung: Pustaka Setia, 2008),

19 6 membahayakan menjadi suatu sumber utama bagi otoritas dan kekuatan politik nasional Dan kelima, sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat, disini pemilihan umu merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang bersifat langsung, terbuka, dan massal, yang diharapkan bisa mencerdaskan pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai demokrasi. Dalam konteks Indonesia, perwujudan konsep dan fungsi pemilu demikian secara fundamental diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara 1945, yang antara lain sebagai berikut : 1. mencerdaskan kehidupan bangsa. (pembukaan UUD 1945) 2. maka disusunlah kemerdekaan indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.(pembukaan UUD 1945) 3. kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh majelis permusyawaratan rakyat. (pasal 1 ayat (2) UUD 1945). 4. Kedaulatan rakyat dipegan oleh suatu badan bernama majelis permusyawaratan rakyat, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. (penjelasan UUD 1945).

20 7 B. Fokus Penelitian Untuk memfokuskan dalam mengkaji penelitian ini secara lebih sistematis maka peneliti akan membatasi masalah tentang upaya KPU Provinsi NTB dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu maka berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, dapat peneliti rumuskan mengenai masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu Tahun 2014 di KPU Kota Mataram? 2. Bagaimanakah Peluang dan penghambat KPU Provinsi NTB dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu Tahun 2014 di KPU Kota Mataram? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui upaya KPU Provinsi NTB dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu Tahun 2014 di KPU Kota Mataram. 2. Untuk mengetahui peluang dan hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu tahun 2014 di KPU Kota Mataram D. Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari penbahasan yang keluar dari fokus penelitian maka cakupan dan batasan dalam penelitian ini agar tidak terlalu luas dan lebih terarah maka ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan dititik beratkan pada upaya KPU Provinsi NTB dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu, beserta

21 8 peluang dan hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu tahun 2014 di KPU Provinsi Mataram. Dalam penelitian ini, untuk menghindari perbedaan persepsi perlu diberikan ruang lingkup dan batas penelitian ini yaitu : 1. Objek penelitian : peluang dan hambatan KPU Provinsi NTB 2. Subjek penelitian : KPU Provinsi Mataram yang bertempat di jl. Langko No. 17 mataram 3. Lokasi penelitian :bertempat di KPU Provinsi Mataram. E. Telaah Pustaka Sebagai bahan telaah pustaka pada penelitian ini ada beberapa penelitian sejenis yang peneliti temukan dan miliki kesamaan sekaligus perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Beberapa refrensi yang ada diantaranya : 1. Skripsi M. Roji Kurrahman yang berjudul Konflik Sosial Pasca Pemilu Legislatif 2014 (Study Kasus Desa Wakan Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur).Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa bentuk-bentuk konflik sosial pemilu legislatif di Desa Wakan Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur dipengaruhi oleh beberapa bentuk antara lain: konflik yang berupa fisik, konflik yang berupa non fisik, pertikaian antara aparat kepolisian dengan masyarakat M. Roji Kurrahman, Konflik Sosial Pasca Pemilu Legislatif 2014, (Skripsi M. IAIN Mataram),

22 9 2. Skripsi Saepudi Azhar yang berjudul Strategi Komunikasi Dewan Pimpinan Daerah Partai Amanat Nasional Lombok Barat Dalam Pemenangan Pemilu Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa pada pemilu 2014 yang dulu DPD PAN Lombok Barat sebagai pemimpin yang mengontrol untuk mencapai target kemenangan menggunakan beberapa strategi untuk memenangkan pemilu2014 melalui sosialisasi politik, sosialisasi dilaksanakan dengan membentuk BAPILLU dan melakukan kosolidasi dengan pengurus tingkat DPC agar kepengurusan di tingkat DPC bekerja, dan sosialisasi berjalan dengan efaktif Skripsi Baiq Ratna Manis yang berjudul Calon Legislatif Perempuan dalam persfektif Tokoh Adat Kecamatan Pujut Pada Pemilihan Umum Legislatif Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa keterlibatan perempuan daalam proses pencalonan anggota legislatif pada pemilihan umum (pemilu) legislatif daerah pemilihan 3 (dapil) sudah mencapai kuota 30 porsen. Masingmasing dari daerah partai melibatkan tiga calon perempuan dari 12 partai yaang ada. Dari18 calon legislatif perempuan kecamatan pucut yangikutmencalonkan diri, tidak ada satupun yang lolos. Beberapa caleg perempuan kecamatan pujut ikut mencalonkan diri sebagai caleg bukan karena keinginannya sendiri namun keterlibatannya hanya untuk melengkapi daftar calon perempuan di partai agar lulus dalam verifikasi pendaftaran pada proses pemilihan umum (pemilu) 6 Saepudin Azhar, Strategi Komunikasi Dewan Pimpinan Daerah Partai Amanat Nasional Lombok Barat Dalam Pemenangan Pemilu 2014,, (Skripsi M. IAIN Mataram), 2015

23 10 legislatif Proses keterlibatan caleg perempuan kecamatan pujut dalam konsentrasi pemilu legislatif 2014 masi belum memenuhi 3 modal dasar kanidat yaitu modal politik, modal ekonomi, dan modal sosial. 7 Dari ketiga telaah fustaka diatas berbeda dengan penelitian yang akan dibahas dengan peneliti ini yang lebih fokus pada upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu. F. Kerangka Teori 1. Teori Partisipasi politik Teori politik sebagai produk terpenting dari konsep-konsep politik yang merupakan salah satu bidang kajian ilmu politik, teori itu sendiri merupakan penjelmaan dari hubungan dua atau lebih konsep-konsep.teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena, dalam menyusun generalisai itu teori senan tiasa memakai konsep-konsep, sedangkan konsep itu lahir dalam pikiran manusia sehingga bersifat abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat dipakai sebagai batu loncatan. 8 Denagan pemahaman seperti itu, dapatlah dikatakan bahwa setiap teori adalah konsep, tetapi tidak setiap konsep adalah teori.dari titik inilah alasan terkuat mengapa teori politik menjadi bagian dari pembahasan konsep-konsep politik.toeri politik adalah bahasan dan 7 Baiq Ratna Manis, Calon Legislatif Perempuan dalam persfektif Tokoh Adat Kecamatan Pujut Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014, (Skripsi M. IAIN Mataram), Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, op cit, h.30

24 11 generalisasi dari penomena yang bersifat politik. Dengan perkataan lain, teori politik ialah bahasan dan renungan, Teori-teori politik kelompok pertama mempunyai fungsi menentukan pedoman dan patokan yang bersifat moral dan yang sesuai dengan normanorma moral. Semua fenomena politik ditafsirkan rangka tujuan dan pedomal moral. Dianggap bahwa dalam kehidupan politik yang sehat diperlukan pedoman dan patokan ini, teori-teori semacam ini mencoba mengatur hubungan antara anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga disatu pihak memberi kepuasan perseorangan, dan di pihak lain dapat membimbingnya menuju suatu struktur masyarakt politik yang stabil dan dinamis. 9 adanya kegiatan atau keikutsertaan warga negara dalam proses pemerintahan. Kemudian kegiatan tersebut diarahkan untuk memengaruhi jalannya pemerintahan. Sehingga dengan adanya partisipasi politik tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Menurut Ramlan Surbakti partisipasi politik terbagi menjadi dua yaitu partisipasi aktif dan pasrtisipasi pasif.partisipasi aktif adalah mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintah.sebaliknya, kegiatan yang termasuk dalam kategori partisipasi h Sahid Gatara, Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan,(Bandung: Pustaka Setia, 2008),

25 12 pasif berupa kegiatan-kegiatan yang menaati pemerintah, menerima, dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah.9 Sementara itu, Milbart dan Goel membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori.pertama, apatis. Artinya, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik. Kedua, spectator.artinya, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam pemilihan umum.ketiga, gladiator. Artinya mereka yang secara aktif terlibat dalam proses politik, yakni komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye, dan aktivis masyarakat. 10 Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik.secara umum dalam masyarakat tradisional yang sifat kepemimpinan politiknya lebih ditentukan oleh segolongan elit penguasa, keterlibatan warga negara dalam ikut serta memengaruhi pengambilan keputusan, dan memengaruhi kehidupan bangsa relatif sangat kecil.warga negara yang hanya terdiri dari masyarakat sederhana cenderung kurang diperhitungkan dalam proses-proses politik.dalam hubungannya dengan demokrasi, partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat terhadap jalannya suatu pemerintahan.dalam suatu Pemilu misalnya partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat kepada pasangan calon yang terpilih.setiap masyarakat memiliki preferensi dan kepentingan masing-masing untuk menentukan pilihan mereka hlm Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),

26 13 dalam pemilu. Bisa dikatakan bahwa masa depan pejabat publik yang terpilih dalam suatu Pemilu tergantung pada preferensi masyarakat sebagai pemilih. Tidak hanya itu, partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dapat dipandang sebagai kontrol masyarakat terhadap suatu pemerintahan.kontrol yang diberikan beragam tergantung dengan tingkat partisipasi politik masingmasing.selain sebagai inti dari demokrasi, partisipasi politik juga berkaitan erat dengan pemenuhan hak-hak politik warga negara.wujud dari pemenuhan hakhak politik adalah adanya kebebasan bagi setiap warga untuk menyatakan pendapat dan berkumpul. Seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 28: kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. 2. Teori Rasional Salah satu tokoh yang konsen terhadap teori pilihan rasional adalah James. S. Coleman. Teori pililan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan.coleman selajutnya menyinggung masalah adanya aktor yang memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.ada dua unsur utama dalam teori Coleman.Yakni aktor dan sumber daya.sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman mejelaskan interaksi antara aktor dan sumber daya secara rinci menuju ke tingkat sistem sosial:basis minimal untuk sistem sosial tindakan adalah dua

27 14 orang aktor, masing-masing mengendalikan sumber daya yang menarik perhatian pihak yang lain. Perhatian satu orang terhadap sumber daya yang dikendalikan orang lain itulh yang menyebabkan keduanya terlibat dalam tindakan saling membutuhkan. Terlibat dalam sistem tindakan, selaku aktor yang mempunyai tujuan, masing-masing bertujuan untuk memaksimakan perwujudan kepentingan yang memberikan ciri saling tergantung atau ciri sistemik terhadap tindakan mereka. 11 Dalam pemilihan umum menurut Downs orang memilih calon atau partai apabila calon atau partai tersebut dipandang dapat membantu pemilih memenuhi kepentingan dasarnya yakni kehidupan ekonomi. Cukup dengan mempersepsikan keadaan ekonomi dirinya (egosentrik) dibawah sebuah pemerintahan (partai atau calon) tertantu sekarang ini dibanding sebelumnya (retrospektif), dan yang akan datang dibanding sekarang (retroospektif), dan yang akan datang dibanding sekarang (prospektif); dan evaluasi umum seorang pemilih atas keadaan ekonomi nasional (sosiotropik) dibawah pemerintahan sekarang dibanding tahun sebelumnya (retospektif), dan keadaan ekonomi nasional dibawah pemerintahan sekarang dibanding tahuntahun yang akan datang (prospektif).memahami permasalahan partisipasi politik dengan melihatnya dari pandangan teori pilihan rasional.maka peneliti merasa perlu untuk menambahkan pula teori pilihan rasional Friedmen dan Hechter. Teori ini akan hlm George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencan,2009).

28 15 melengkapi teori sebelumnya dengan menjelaskan adanya pengaruh lembaga sosial dalam pilihan rasional. Friedmen dan Hechter dalam teori yang disebutnya model kerangka teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan tindakanya tertuju pada upaya mencapai tujuan itu Masyarakat dan para calon kepala daerah sama-sama memiliki kepentingan terhadap sumber daya yakni uang dan jabatan politik keduanya sehingga dapat saling memengaruhi.calon kepala daearah memberikan penawaran yang memberikan keuntungan kepada masyarakat. Disisi lain masyarakat memberikan penawaran berupa dukungan suara untuk memenangkan pasangan calon. Masyarakat dan calon kepala daerah akhirnya terlibat sebuah hubungan untuk memenuhi kepentingannya masingmasing.sehingga praktik politik uangpun tidak dapat terhindarkan.hak pilih menjadi sesuatu yang bisa ditukar dengan rupiah. Dengan adanya transaksi tersebut maka kedua aktor ini akan sama-sama mendapatkan sumber daya yang mereka inginkan. Dimana pemilih dalam hal ini akan mendapatkan uang sedangkan calon kepala daerah akan mendapatkan jabatan politik yakni berupa kemenangan dalam Pemilukada. 3. Teori partisipasi pemilih Sosialisasi dan pendidikan politik yang dberikan oleh lembaga sosial dalam meningkatkan partisiapsi politik ternyata tidak lantas mampu mendorong masyarakat untuk berpartispasi politik secara maksimal. Sehingga dalam hal ini

29 16 peneliti melihat dari sisi lain mengenai pengaruh rasionalitas pemilih dalam partisipasi politik. Terlepas dari pemahaman manusia sebagai makhluk sosial, pada dasarnya manusia merupakan makhluk individu.makhluk invidiu memiliki tingkat rasionalitas yang sangat tinggi.sifat dasar dari makhluk rasional adalah kalkulasi untung rugi yang menjadi dasar setiap tindakanya. Hampir semua manusia akan berusaha mendapatkan barang yang dia ingikan dengan ongkos seminimal mungkin. 12 Barang dalam hal ini memiliki pengertian yang sangat luas.tidak hanya barang yang berwujud namun juga barang yang tidak berwujud seperti misalnya sebuah kebijakan atau perjanjian.sedangkan ongkos dalam hal ini tidak selalu berhubungan dengan uang, namun juga termasuk waktu dan tenaga. Hubungannya dengan Pemilu, rasionalitas masyarakat muncul ketika mereka berfikir keuntungan apa yang akan mereka dapatkan ketika mereka menggunakan hak pilihnya. Padahal disisi lain mereka sudah jelas mengeluarkan ongkos dalam Pemilu. Ongkos dalam hal ini sudah pasti tenaga dan waktu, bahkan bisa jadi uang.misalnya untuk transportasi menuju TPS.Masyarakat mulai berfikir apakah barang yang mereka dapatkan nantinya sebanding dengan ongkos yang mereka keluarkan.hasil Pemilu merupakan sebuah barang ketika hasil tersebut telah berubah menjadi sebuah keputusan yang telah ditetapkan oleh KPU.Namun dalam hal ini apakah barang hasil 12 Saiful Mujani, op.,cit, h.306

30 17 Pemilu tersebut telah memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat. Bagi masyarakat keuntungan hanya didapat oleh calon yang terpilih, sedangkan dampak langsung bagi mereka tidak mereka dapatkan.dalam Pemilukada Kabupaten Magetan Tahun 2013 menunjukkan fakta adanya peningkatan partisipasi politik sebesar 4%. Peningkatan tersebut namun tidak lantas menjadi kabar bahagia bagi pemerintah khususnya atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan partisipasi politik.karena pada kenyataanya saat ini sangat marak berkembang fenomena politik uang atau lebih dikenal dengan istilah money politic dalam Pemilu. adanya keterkaitan antara aktor dan sumber daya dalam hubungannya dengan politik uang dalam Pemilukada. Rasionalitas masyarakat ternyata telah memberikan pengaruh pada mereka untuk menentukan apakah mereka ikut memilih atau tidak.uang dianggap sebagai sebuah keuntungan yang seharusnya mereka dapatkan ketika mereka sudah berkorban waktu dan tenaga untuk menggunakan hak pilihnya ke TPS.Disisi calon kepala daerah, jabatan politik menjadi sesuatu yang dianggap memberikan keuntungan besar bagi mereka sehingga mereka juga bersedia mengeluarkan ongkos atau biaya untuk bisa mendapatkannya. Namun, teori pilihan rasional Coleman belum bisa memberikan penjelasan mengenai pertimbangan apa yang difikirkan masyarakat sehingga sumber daya begitu penting bagi mereka. Oleh karena itu, permasalahan politik uang tersebut kemudian juga bisa dilihat dari pandangan

31 18 teori pilihan rasional Antony Downs guna memahami lebih dalam mengenai masalah politik uang itu sendiri. 4. Komunikasi dalam pemilu Kita memahmi bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui chanel tertentu untuk menimbulkan efek tertentu.maka kelima unsur komunikasi (pesan, komunikator, komunikan, dan efek) diperhatikan dengan baik dan seksama a) Pesan, komunikasi politik dilakukan sebenarnya agar pesan yang akan dihantarkan dengan baik kepada tujuan yang tepat, dan dalam perhelatan sebesar pemilu yang bersifat inklusif, maka pesan tersebut harus mengandung kepentingan publik atau masyarakat yang luas, miskipun tetap harus memiliki ciri kekhusussanya. b) Komunikator, komunikator politik mestilah orang atau kelompok yangmemang dipersiapkan sebagai pihak menyapai pesan, artinya segala keterbukaan orang lain dalam menerima pesan yang disampaikannya harus benar-benar sudah dipersiapkan dalam diri orang atau kelompok tersebut. c) Komunikan adalah sasaran yang akan menerima pesan.pesan politik, krakter komunikan dan segala situasi kondisi juga konteks yang melikupinya baiknya dipahami untuk suksesnya proses komunikasi politik yang berlangsung pada umumnya, komunikasi politik yang terjadi dalam pemilu tidak luput dari beberapa aspek seperti nilai-nilai ekonomi, filsafat, pendidikan, idiologi, sejarah, budaya dan lainnya.

32 19 d) Chanel, pilihan chanel yang menjadi saluran penyampaian pesan adalah suatu yang penting karena kesalahan dalam memilih chanel bisa juga bearti kesalhandalam proses komunikasi politik. Saluran dalam komunikasi cukup banyak jenisnya seperti sekolah, media masa, institusi tertentu dan lain sebagainya. e) Efek yang diharapkan adalah tujuan dari komunikasi politik. Efek yang sampai pada konatif atau menggerakan komunikan biasanya menjadi tujuan akhir dari setiap kampanye politik yang dilancarkan. Maka untuk bisa sampai ke tahap ini setiap komunikasipolitik harus memperhatikan kelima unsur komunikasi yang ada. Pemilu sebagai gambaran ideal dalam pengisian atau seleksi pemimpin politik sudah diterimaoleh masyarakat umum, penerima ini didasari dua pertimbangan nasional.pertam, pemilu adalah saarana pelaksanaankedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia dan adil.kedua, pemilu merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Dua alasan tersebut mengisyaratkan bahwa melalui pemilu maka pemerintahan yang demokratis dan legimited akan dihasilkan, implikasi dari

33 20 pemahaman ini terangkum dalam pemahaman fungsi pemilu. Hasil investigasi penulis menyebutkan sejumlah pungsi pemilu Pemilu berfunsi sebagai sarana legitimasipolitik, fungsi legitimasi ini terutama menjadi kebutuhan pemerintah dan sistem politik yang mewadahi format pemilu yang berlaku 2. Pemilu berfungsi menyediakan perwakilan politik, fungsi ini terutama menjadi kontrol kebutuhan rakyat, baik dalam rangka mengaevaluasi maupun mengentrol prilaku pemerintah dalam program serta kebijakan yang dihasilkannya 3. Pemilu sebagai mekanisme bagi penggantian atau sirkulasi elit penguasa, salah satu yang membedakan sistem demokrasi dengan sistem monarki terletak pada tingkat sirkulasi elit penguasa, sistem onarki ditandai oleh tiadanya sirkulasi elit penguasa akibat sistem pengisian jabatan politik melalui garis keturunan, sedangkan dalam sistem demokrasi sirkulasi elit penguasa cukup tinggi karena menempatkan rakyat dalam proses pengisian jabatan politik. 4. Pemilu berfungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat, pemilihan umum merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang bersikap langsung, terbuka, dan bebas, yang diharapkan bisa mencerdaskan 13 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h.5

34 21 pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran asyarakat mengenai demokrasi Pemilu berfungsi menentukan pemerintah secara langsung maupun tidak laangsung 6. Pemilu sebagai wahana umpan balik antara pemilik suara dengan pemerintah 7. Pemilu sebagai barometer dukungan rakyat terhadap penguasa 8. Pemilu berfungsi menjadi sarana rekrutmen politik 9. Pemilu sebagai alat untuk mempertajam kepekaan pemerintah terhadap tuntutan rakyat Sembilan fungsi pemilu sebagai mana dipaparkan diatas masi terbuka peluang untuk bertambah.penambahan fungsi pemilu merupakan indikator bahwa kajian kepemiluan senantiasa meminta perhatian para peminat dan ilmuan politik.itu artinya peluan untuk mendalami pemilu dan sistem kepemiluan masi terbuka lebar untuk dibedah secara kritis dan komprehensif. 15 G. Metode Penelitian 14 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h.5 15 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h.6

35 22 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, lawanya adalah eksprimen dimana peneliti menjadi juru kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara train gulasi (gabungan), analisis data yang bersifat induktif, dan hasil penelitian menekankan makna dari pada generalisasi. 2. Unit Analisis Untuk unit analisis dalam penelitian ini adalah obyek dan sekaligus subyek penelitian atau kesatuan unit yang akan diteliti. Obyek penelitian ini adalah KPU Provinsi dan subyek penelitian yaitu keseluruhan komponen yang terdapat dalam pelaksanaan pemilu tahun 2014, lokasi penelitian terdapatndi KPU Provinsi Mataram. Selanjutnya untuk menentukan informan dipakai teknik purposive sampling yaitu sampel dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukan dalam sampel dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian. Maka dalam penelitian ini jumlah informan sebanyak 12 orang yang terdiri dari : a. Ketua KPU : 1 orang b. Anggota KPU : 1 orang c. Masyarakat : 10 kelurahan 3. Sumber Data

36 23 Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah responden atau orang-orang yang merespon dan menjawab pertanyaanpertanyaan peneliti baik secara tertulis maupun lisan.atau bisa juga disebut subyek dari mana data-data diperoleh.peneliti membutuhkan sumber data primerbdan data skunder. a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti. 16 1) Orang yang memahami dan menguasai permasalahan tentang Upaya KPU Provinsi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu diantaranya: ketua KPU Provinsi NTB, Anggota KPU Provinsi NTB, dan perwakilan dari masyarakat yang memilih. 2) Orang-orang yang sedang terlibat langsung dalam upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu diantaranya: tokoh masyarakat, tokoh pemuda. b. Data Skunder Data skunder adalah merupakan data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. 4. Tehnik Pengumpulan data 16 Rianto Adi, Metodelogi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Graint,2004) h.15

37 24 Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relavan dan akurat. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini teknik yang dilakukan adalah : a. Observasi Bertitik tolak pada penjelasan diatas, maka kita bisa mengatakan bahwa pemilu merupakan sebuah keharusan yang harus dilaksanakan oleh sebuah pemerintahan yang mengaku dirinya demokratis.salah satu fungsi pemilu adalah menjamin terjadinya sirkulasi elit dalam tugu lembaga pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif.sirkulasi elit harus dijalankan dalam rangka mencegah terjadinya akumulasikekuasaan di tangan sekelompok orang, supaya terjadi regenerasi dalam kepemimpinan nasional. b. Interview Dalam rangka pengelolaan data dan informasi pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD Provinsi Tahun 2014, sangat dibutuhkan dukungan sistem informasi yang memadai, agar data-data pemilu dapat diolah dan disajikan dengan cepat dan akurat. Kecepatan dan keakuratan pengolahan dan penyajian data akan dapat menunjang pengambilan keputusan secara cepatbdan cermat. Dalam rangka mendukung pelaksanaan tahapan-tahapan pemilu 2014, KPU Provinsi mengembangkan dan mengimplementasikan beberapa aplikasi teknologi informasi, antara lain :

38 25 1) Revitasi LAN (Local Area Network) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota 2) Pengembangan WAN (Wide Ara Network) pemilu 2014 untuk pengeloloan data dan informasi 3) Pengembangan aplikasi sisteminformasikpu antara lain untuk membuka akses publik terhadap pemilu dan membangun transparansi seluruh tahapan pemilu, KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat. 17 c. Dokumentasi Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh dari KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat, upaya, peluang dan hambatan KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu. d. Teknis Analisis Data Analisis yang dilakukan adalah analisis terhadap bahasa dan simbol yang dilihat peneliti selama dilapangan. Analisis terhadap hasil wawancara, analisis terhadap gejala selama peneliti berpartisipasi dengan masyarakat, dan analisis berbagai tanggapan orang- yang diwawancarai. Dengan dilakukan analisis selama dilapangan peneliti akan memperoleh jawaban langsung yang jawabanya dipandang sudah relavan, memuaskan, dan cukupnatau sebaliknya sehingga peneliti 17 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h.66-67

39 26 dapat terus menggali informasi masih dibutuhkan sebagai bahan analisnya. Kemudian dilakukan editing, data dikelompokkan dalam unitkecil dan merangkum kembali dalam kategori-kategori tertentu unitunit tersebut berupa kata, kalimat atau paragraf atau bagian dari data yang mempunyai makna sendiri. Analis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara. Catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami. 1) Data reduction (Reduksi Data) Reduksi data bearti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.dengan demikian data yang telah direduksi dan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.pada tahap ini peneliti melakukan reduksi data dengan menggabungkan data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokmentasi yang selanjutnya di

40 27 kategorikan serta membuang data yang tidak perlu. Hasil reduksi data pada penelitian ini akan diubah menjadi bentuk tulisan. 2) Data Display (Penyajian Data) Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang disajiakan harus sederhana jelas agar mudah dibaca, penyajian data juga dimaksudkan agar para pengamat dapat dengan mudah memahami apa yang kita sajikan untuk selanjutnya dilakukan penelian atau perbandingan dan lain-lain. H. Validitas Data Validitas data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat diperolehkan oleh peneliti.dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang diperolehkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. 18 Teknik uji validitas data dapat dilakukan dengan jalan memperpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif. h Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RdB, (Bandung: Alfabeta, 2009),

41 28 Dari enam teknik tersebut diatas, peneliti hanya menggunakan dua cara dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Perpanjang Pengamatan Dengan perpanjang pengamatan bearti peneliti kembali ke lapangan, wawan cara lagi dengan nara sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. 19 Pada tahap awal peneliti memasukimlapangan peneliti masi dianggap orang asing masi dicurigai.sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang diberikan selama ini suda merupakan data yang benar atautidak. 2. Triangulasi Triangulasi adalah pengecekan data dengan cara pengecekan atau pemeriksaan ulang. Dalam bahasa sehari-hari triangulasi sama dengan cek dan ricek. Tekniknya pemeriksaan kembali dta dengan tiga cara yaitu : 1) triangulasi sumber. 2) metode dan 3) teknik triangulasi teknik pengumpulan data berdasarkan waktu. Triangulasi sumber mengharuskan peneliti mencari lebih dari satu sumber untuk memahami data atau informasi. Jadi peneliti mencari sumber data yang berbeda untuk menanyakan pertanyaan yang sama. Apakah dari semua sumber 19 Ibid, h.270

42 29 tersebut peneliti mendapatkan data yang sama, sehingga data yang didapatkan valid. Triangulasi metode adalah menggunakan lebuh dari satu metode untuk melakukan cek dan ricek.yang digunakan peneliti adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi dengan menggunakan metode tersebut peneliti akan mencari data terkait dengan upaya KPU Provinsi dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu.triangulasi teknik pengumpulan data berdasarkan waktu yang dilakukan dengan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. 20 BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN h, Iskandar, Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Ciputat Mega Mall, 2015),

43 30 A. Gambaran Umum KPU Provinsi NTB 1. Kelahiran KPU Provinsi NTB KPU Provinsi NTB dibentuk ketika penyelenggaraan pemilu 2004, sebelumnya pemilu 1999, penyelenggara pemilu di Nusa Tenggara Barat adalah Panitia Pemilihan Daerah (PPD).menghadapi agenda pemilu 2004 dibentuklah lembaga komisi pemilihan umum (KPU). Yang masi bernama perwakilan KPU Provinsi NTB.Pembentukan Provinsi NTB melibatkan panitia seleksi yang berasal dari unsur pemerintah, tokoh masyarakat, akademisi, wartawan dan LSM.Ketika seleksi penerimaan anggota KPU Provinsi NTB dibuka pada tahun 2003, antusius pelamar untuk menjadi anggota begitu banyak.pelamar itu datang dari berbagai elemen masyarakat.seleksi dilakukan panitia mulai dari administrasi, tes tertulis sampai dengan tes wawancara.setelah seleksi administrasi sebanyak 40 orang lolos dan mengikuti tes selanjutnya tes berikut menyisakan 20 besar. 21 Peserta seleksi selain dari berbagai latar belakang pekerjaan juga pendidikan.kebanyakan yang mendaftar berlatar belakang sarjana samapai doktor. Tim penyeleksi menguji secara maraton dan didapat 10 nama calon KPU Provinsi NTB disodorkan ketingkat pusat, KPU Provinsi NTB kemudian melakukan fit and proper tes untuk menentukan lima anggota KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat. 21 Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat, Potret Pemilu Legislatif Provinsi NTB, (Mataram: KPU NTB.2014), h. 25

44 31 Setelah dilakukan fit proper tes oleh KPU RI diputuskan 5 orang Anggota KPU Provinsi NTB, yaitu : 1. TGH. Mahally Fikry (Tokoh Agama) 2. Zainul Aldi, SP, (LSM) 3. Mahsan, SH, MH, (Pengacara) 4. Lalu Ahmad Yani, S.Km,M.Kes, (PNS) 5. Fauzan Khalid, S.Ag,M.Si, (Akademisi) Setelah terpilih kelima Anggota KPU Provinsi NTB melakukan rapat pleno untuk memilih ketua KPU Provinsi NTB masa bakti Dari hasil rapat pleno ditunjukanlah TGH. Mahally Fikry menjadi ketua KPU Provinsi NTB pertama masa bakti lima tahun kedepan. Untuk gedung kantor, KPU Provinsi NTB yang anggotanya non partisan ini sempat menumpang dikantor Sekretariat Gubernur NTB selama 2 tahun, gedung tersebut mengalami renovasi pada tahun 2005 sehingga KPU Provinsi NTB harus pindah ketempat lain. 22 Pemerintah Provinsi NTB memberikan pinjam pakai Gedung eks PHI di Jalan Langko No 17 Mataram yang ditempati sampai sekarang sebelumnya ditempati oleh Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 22 Ibid, h. 26

45 32 KPU Provinsi NTB sukses mengelar pemilu 2004 untuk memilih anggota DPR RI, DPD, DPRD Provinsi NTB, DPRD Kabupaten/Kota, serta pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Untuk pemilu DPRD Provinsi NTB, KPU Provinsi NTB membagi 6 Daerah untuk memilih 55 anggota dprd.kpu Provinsi NTB memetahkan Daerah Pemilihan NTB yang terdiri dari 26 kecamatan. 23 Pemetaan dilakukan selain dengan jumlah penduduknya, KPU Provinsi NTB membagi 6 (enam) Daerah pemilihan yang terdiri dari daerah pemilihan : 1. NTB-I meliputi Kota Mataram, 2. NTB-II meliputi Kabupaten Lombok Barat, 3. NTB-III meliputi Kabupaten Lombok Tengah, 4. NTB-IV meliputi Kabupaten Lombok Timur 5. NTB-V meliputi Kabupaten Sumbawa dan 6. NTB-VI meliputi Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima. KPU Provinsi NTB juga sukses mengelar pemilihan umum presiden dan wakil presiden dalam dua putaran.agenda yang padat pemilu 2004 itu berhasil dijalankan KPU Provinsi NTB.Setelah mengelar pemilu 2004, KPU Provinsi NTB juga memiliki agenda besar yakni melakukan pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur secara langsung untuk pertama kalinya pada 23 Ibid, h. 27

46 33 tahun 2008.Masa bakti KPU Provinsi NTB yang berakhir harus diperpanjang enam bulan untuk menuntaskan pilkada gabungan tahun Gambaran Visi Misidan KPU Provinsi NTB KPU Provinsi NTB memiliki visi dan misi sesuai apa yang telah ditetapkan oleh KPU RI. Karena visi dan misi KPU Provinsi NTB merujuk pada restra KPU RI yang telah menjadi rujukan KPU seluh Indonesia.Walaupun KPU Provinsi maupun KPU Kabupaten/Kota memiliki visi dan misi masing-masing tidak terlepas dari visi dan misi KPU RI. Adapun visi KPU adalah terwujudnya Komisi Pemilihan Umum yang memiliki integritas, provesional, mandiri, dan akun tabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan pancasila dan UUD1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, 24 Sedangkan misi KPU terdiri dari 5 (lima) misi antara lain a. Membangun lembaga penyelenggara pemilihan umum yang memiliki kompetensi, kredebilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan pemilihan umum b. Menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih Anggota DPR, DPD,DPRD, Presiden dan Wkil Presiden, serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum, beas, rahasia, jujur, adil, akuntable, edukatif dan beradad 24 Ibid, h.28

47 34 c. Mengikatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang bersih, efisien dan efektif d. Melayani dan melakukan setiap peserta pemilihan umum secara adil dan setara, serta menengakkan peraturan pemilihan umum secara konsisten sesuai dengan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis. 3. Struktur Organisai dan Tta Kerja KPU Provinsi NTB Struktur organisasi yang ada di KPU Provinsi NTB merujuk pada peraturan KPU No 22 Tahun 2008 tentang perubahan peraturan KPU No 6 Tahun 2006 tentang susunan organisasi dan tata kerja sekretariat Jendral Komisi Pemilihan Umum. Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota. Struktur organisasi di KPU Provinsi NTB berdasarkan peraturan KPU dipimpin oleh seorang Sekretaris dengan golongan Eselon Iia, dibawahnya terdapat Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian yang masing-masing menduduki Eselon III. A dan IV.a.kepala bagian terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu :

48 35 1. Kepala keungan, Umum dan Logistik membawahi 2 (dua) kepala sub bagian yaitu : a. Sub bagian keuangan dan b. Sub bagian umum dan logistik 2. Kepala bagian hukum, teknis dan humas membawahi 2 (dua) kepala sub bagian yaitu : a. Sub bagian hukum dan b. Sub bagian teknis dan humas 3. Kepala bagian program, data organisasi dan SDM membawahi 2 (dua) kepala sub bagian yaitu : a. Sub bagian program dan data dan b. Sub bagian SDM 25 Gambar I : STRUKTUR ORGANISASI KOMISI PEMILIHAN UMUM NUSA TENGGARA BARAT PRIODE Lalu Aksar Ansori, SP Ketu Suhardi Soud, SE Divisi teknis penyelenggara dan data pemilu Yan Marli SPD.M.MPd Divisi sosialisasi pendidikan pemilih dan SDM Hesty Rahayu, ST. MM Divisi perencanaan organisasi keuangan dan logistik H.Ilyas Sabrini, SH.MH Divisi hukum dan pengawasan Sumber : Dukumen bagian teknis dan humas 25 Ibid, h.29-30

49 36 Gambar II : STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI NTB Mars.Ansori Wijaya, S.IP.MM sekretaris I Made Merta Arta, SH.MH Kabag. Program, data organisasi dan SDM Baiq Nelly Yuniarti, AP, M.Si Kabag keuangan umum logistik H.Suhaili,SH.MH Kabag, hukum, teknis dan humas Armiani Basri,S.Sos Kesubag program dan data Kia Agus Novian Prisadi, ST Kesubag SDM Nining Wahyuni,SE Kesubag keuangan Ridwan, S.Adm Kesubag umum dan logistik Baiq Agustina Tresna Dewi, SH Kesubag hukum M.Zaenudin, S.Sos.MM Kesubag teknis dan humas Sumber Dokumen : Dokumen bagian teknis dan humas B. Sosialisasi KPU Provinsi NTB DALAM Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu 1. Konsepsi Pemilihan Umum Banyak pengamat membandingkan pemilu 1999 dengan pemilu Indonesia yang pertama pada 1955, meskipun terpisah 44 tahun pemilu terkini tersebut secara luas diyakini memilik banyak kesamaan dengan pemilu pertama apabila dibandingkan dengan enam pemilu yang berlangsung pada masa pseudo demokrasinya Soeharto. Kelaziman dapat berhubungan dengan persamaan-persamaan, kita dapat mengambarkanpersamaan-persamaan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sugiyono (2014, hlm. 15) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu 7 BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu Utara Untuk melaksanakan tuntutan agenda reformasi Tahun 1998 di bidang politik,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR: tfi /Kpts/KPU-Prov-017 /2O14 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERIA ASISTENSI PENYELESAIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif. Menurut

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif. Menurut 37 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif. Menurut Moleong (1999:131), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif.menurut Lincoln dan Guba (dalam Sutopo, 2006: 40) dalam

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif.menurut Lincoln dan Guba (dalam Sutopo, 2006: 40) dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.menurut

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 of 7 06/07/2009 2:37 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 8, 2001 KEPUTUSAN PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG BARU DIBENTUK Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Menetapkan : PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN DALAM PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2013.

Menetapkan : PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN DALAM PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2013. 1 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 5. Peraturan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yaitu untuk mengetahui dampak kebijakan affirmative action kuota 30%

METODE PENELITIAN. ini yaitu untuk mengetahui dampak kebijakan affirmative action kuota 30% III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Data serta argumentasi yang dibangun dalam penelitian ini, menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Sesuai dengan tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN AKTIVITAS HUMAS KPU PROVINSI JAWA TENGAH DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN SOSIALISASI PILGUB JATENG

BAB II GAMBARAN AKTIVITAS HUMAS KPU PROVINSI JAWA TENGAH DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN SOSIALISASI PILGUB JATENG BAB II GAMBARAN AKTIVITAS HUMAS KPU PROVINSI JAWA TENGAH DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN SOSIALISASI PILGUB JATENG 2.1 Tugas Bagian Hukum, Teknis dan Hubungan Partisipasi Masyarakat (HUPMAS) Sekretariat di

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

II. KEDUDUKAN, KEANGGOTAAN, TUGAS DAN KEWAJIBAN PPK, PPS, KPPS DAN PPDP

II. KEDUDUKAN, KEANGGOTAAN, TUGAS DAN KEWAJIBAN PPK, PPS, KPPS DAN PPDP 1 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERTIMBANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

BAB 4 PROFIL ORGANISASI

BAB 4 PROFIL ORGANISASI 52 BAB 4 PROFIL ORGANISASI 4.1 Profile Komisi Pemilihan Umum (KPU) Secara institusional, KPU yang ada sekarang merupakan KPU ketiga yang dibentuk setelah Pemilu demokratis sejak reformasi 1998. KPU pertama

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SOSIALISASI DAN PENYAMPAIAN INFORMASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN adanya. 2 Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Di tinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan masyarakat yang memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak, serta menyampaikan hak nya sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut

Lebih terperinci

2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba

2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba No.1892, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Bawaslu Provinsi. Bawaslu Kab/Kota. Panwaslu Kecamatan. Panwaslu Kelurahan/Desa. Panwaslu LN. Pengawas TPS. Pembentukan, Pemberhentian, dan Penggantian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.698, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Penyelenggaraan. Pemilu. DPR. DPD. DPRD. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADUAL PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan 3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Komisi Pemilihan Umum Arah kebijakan dan strategi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA)

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA) PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA) Oleh : Sandy Brian Randang ABSTRAKSI Partisipasi politik merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini menurut Bugdon dan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini menurut Bugdon dan BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian deskriftif kualitatif.

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian deskriftif kualitatif. 30 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian deskriftif kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan serta menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 1. Visi Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. 106 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian. 1 Oleh karena itu metode penelitian membahas tentang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG top PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar

Lebih terperinci

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode

Lebih terperinci

-2- Memperhatikan : Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 02 Juli 2012; MEMUTUSKAN:

-2- Memperhatikan : Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 02 Juli 2012; MEMUTUSKAN: -2-4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Lebih terperinci

PERILAKU NON PARTISAN DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009

PERILAKU NON PARTISAN DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009 PERILAKU NON PARTISAN DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009 (Studi Kasus di Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun) Penelitian untuk Tesis Sarjana S-2 Program Studi Magister Sosiologi Diajukan oleh Didik Trimarsono NIM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Dana Kampanye Pemilihan Umum. Anggota DPR, DPD, DPRD. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

b. bahwa Pasal 135 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun

b. bahwa Pasal 135 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ALAMAT: JALAN LANGKO NO. 17 MATARAM, KODE POS 83125 TELP (0370) 630303, 632900 FAX. (0370) 632103 KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini bertempat di MA Darul Hikmah Menganti Kedung Jepara dan dilaksanakan selama satu bulan yaitu dimulai tanggal 29 Agustus hingga 29 September.

Lebih terperinci

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain sebagai penelitian yang bertipe deskriptif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain sebagai penelitian yang bertipe deskriptif, dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian yang bertipe deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan sebagai prosedur pemecahan masalah

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Perekrutan Badan Ad Hoc

Laporan Kegiatan Perekrutan Badan Ad Hoc Laporan Kegiatan Perekrutan Badan Ad Hoc A. PPK Sejak dimulai pendaftaran dan Penyerahan Persyaratan Administrasi PPK pada tanggal 20 april s/d 29 april 2015, terdapat 71 orang yang mendaftar. Dari 71

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) www.kpud-banyumaskab.go.id PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS www.kpud-banyumaskab.go.id PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS PENETAPAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dipilih, yaitu pendekatan penelitian kualitatif. 45 Untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. yang dipilih, yaitu pendekatan penelitian kualitatif. 45 Untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian berintikan uraian tentang pendekatan penelitian yang dipilih, yaitu pendekatan penelitian kualitatif. 45 Untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI RAHAYU A PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI RAHAYU A PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERAN ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM PEMBERDAYAAN POLITIK PADA MASYARAKAT WONOGIRI (Studi Kasus Pada Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Wonogiri) NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan deskripsi dari objek penelitian. Metodologi penelitian merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan deskripsi dari objek penelitian. Metodologi penelitian merupakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metodologi kualitatif merupakan penelitian yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN 2013 Andika Dirsa 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif, penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri dari negara demokrasi ialah dengan adanya pemilihan.

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri dari negara demokrasi ialah dengan adanya pemilihan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati, PANDANGAN FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR RI TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan Oleh : Pastor

Lebih terperinci

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik Bab ini menjelaskan tentang: A. Ketahui Visi, Misi dan Program Peserta Pemilu. B. Kenali Riwayat Hidup Calon.

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah teknik- teknik spesifik dalam penelitian. 1 Hal ini menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan langkah- langkah yang harus ditempuh guna melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Ditinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, penelitian kualitatif adalah metode penelitian

Lebih terperinci

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

Jakarta, 12 Juli 2007

Jakarta, 12 Juli 2007 PENDAPAT FRAKSI PARTAI DEMOKRAT TERHADAP KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Juru Bicara : drh. Jhony

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci