ALEXITHYMIA DENGAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN PADA MAHASISWA SKRIPSI. Disusun oleh : Nor Hadijah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ALEXITHYMIA DENGAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN PADA MAHASISWA SKRIPSI. Disusun oleh : Nor Hadijah"

Transkripsi

1 ALEXITHYMIA DENGAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN PADA MAHASISWA SKRIPSI Disusun oleh : Nor Hadijah FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2019

2 ALEXITHYMIA DENGAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN PADA MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh : Nor Hadijah FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2019 i

3 i

4 ii

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Alexithymia denga kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswa.. Adapun skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Tentunya dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada: 1. Bapak Muhammad Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Bapak Yudi Suharsono, M.Si. dan Ibu Retno Firdiyanti, M.Psi. selaku Dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti, hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Bapak Zainul Anwar, S.Psi., M.Psi selaku Dosen wali penulis yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan sampai selesai skripsi ini. 4. Ibu Masnah yang tiada hentinya mendoakan dan mendukung penulis dari awal perkuliahan hingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas segala kasih sayang yang telah diberikan selama ini. 5. Adik tersayang, yang selalu memberikan semangat, terima kasih karena telah terlahir dari rahim yang sama. 6. Teruntuk Bella terimakasih karena selalu sabar selama empat tahun ini, sehigga penulis bisa sampai kejenjang saat ini. 7. Keluarga, sahabat, teman dan orang terkasih penulis, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk dukungan dan bantuannya selama ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa banyak manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Malang, 31 Oktober 2019 Penulis Nor Hadijah iii

6 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i SURAT PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vi ABSTRAK... 1 PENDAHULUAN... 2 Latar Belakang... 2 Rumusan Masalah... 5 Urgensi Penelitian... 5 Tujuan Penelitian... 5 Manfaat Penelitian... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 5 Landasan Teori... 5 Kekerasan dalam pacaran... 5 Aspek kekerasan dalam berpacaran... 5 Bentuk-bentuk kekerasan dalam berpacaran... 6 Faktor-faktor kekerasan dalam pacaran... 7 Alexithymia... 7 Aspek-aspek alexithymia... 7 Alexithymia dan kekerasan dalam pacaran... 8 Hipotesis METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Subjek Penelitian Variabel dan Instrumen Data Prosedur dan Analisa Data Penelitian HASIL PENELITIAN DISKUSI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI iv

7 DAFTAR TABEL Tabel 1. Distribusi data berdasarkan pengkategrian setiap variable Tabel 2. Deskripsi Uji Normalitas Tabel 3. Deskripsi Uji Regresi Alexithymia pada kekerasan dalam berpacaran v

8 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I Deskripsi subjek penelitian LAMPIRAN II Skala Penelitian LAMPIRAN III Input data penelitian LAMPIRAN IV Hasil Perhitungan SPSS vi

9 ALEXITYHMIA DENGAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN PADA MAHASISWA Nor Hadijah Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang Kekerasan dalam berpacaran merupakan suatu permasalahan yang marak terjadi pada mahasiswa. Kekerasan berpacaran dapat berbentuk kekerasan fisik, sesksual, dan emosional. Memiliki pasangan dengan alexithymia dapat mempengaruhi terjadinya kekerasan dalam berpacaran, dikarenakan individu dengan alexithymia memiliki dampak yang podimana hal ini akan mencegah terjadinya kekerasana dalam berpacaran. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variable yaitu apakah alexithymia memiliki pengaruh terhadap terjadinya Kekerasan dalam pacaran. Penelitian ini menggunakan teknik kuota sampling dengan jumlah subjek 151 orang, yang memiliki rentang usia 18 sampai 23 tahun. Metode analisis data menggunakan regresi linier sederhana. Hasil dari uji regresi didapatkan nilai signifikansi yaitu 0,000 0,05. Koefisien regresi dalam penelitian ini sebesar -0,845 sehingga dikatakan memiliki pengaruh yang berbanding terbalik. Semakin tinggi alexithymia maka semakin rendah kekerasan dalam berpacaran. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa sumbangan efektif Alexithymia terhadap kekerasan dalam berpacaran sebesar 29,7% sedangkan pengaruh variable lain terhadap kekerasan dalam berpacaran sebesar 70,3%. Kata kunci : Alexithymia, kekerasan dalam berpacaran, hubungan berpacaran Dating violence is a problem that is rife in college students. Dating violence can take the form of physical, sexual, and emotional violence. Having a partner with alexithymia can influence the occurrence of dating violence, because individuals with alexithymia have an impact which will prevent the occurrence of dating violence. In this study aims to determine the effect of two variables, namely whether alexithymia has an influence on the occurrence of dating violence. This study uses a quota sampling technique with a number of subjects 151 people, who have an age range of 18 to 23 years. The method of data analysis uses simple linear regression. The results of the regression test obtained a significance value of The regression coefficient in this study amounted to so it is said to have an inverse effect. The higher alexithymia, the lower the dating violence. The coefficient of determination shows that the effective contribution of Alexithymia to dating violence is 29.7% while the effect of other variables on dating violence is 70.3%. Keywords: Alexithymia, dating violence, dating relationships 1

10 2 Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. DeGenova (2008) mengatakan, Pacaran merupakan suatu kegiatan melibatkan pertemuan antara dua individu berbeda jenis kelamin yang melakukan aktivitas bersama dengan tujuan untuk saling mengenal satu sama lain, saling membangun satu sama lain, sehingga akan terciptanya rasa aman dan harga diri dari masing-masing pasangan. Tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Menurut persepsi yang salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah melakukan aktivitasaktivitas seksual atau percumbuan yang akhirnya fornikasi dilakukan oleh pasangan yang berpacaran. Pada era sekarang, fenomena pacaran ditemukan dihampir semua jenjang pendidikan. Mulai dari usia sekolah dasar hingga jenjang mahasiswa bahkan lanjut usia. Alasan atau motif yang membuat mahasiswa berpacaran diantaranya mencari suatu perlindungan, memilih pasangan hidup untuk masa depan, bahkan pacaran menjadi sebuah tuntutan sosial. Berpacaran memiliki dampak positif dan negative. Dampak positif yang didapatkan membuat diri menjadi semangat dalam melakukan aktifitas akademis (kuliah) maupun non-akademis. Dampak negative yang terjadi ketika berpacaran yaitu munculnya kekerasan dalam hubungan baik secara fisik, verbal, ataupun seksual. Fenomena yang berhubungan dengan kekerasan dalam berpacaran seperti kasus yang dilakukan oleh pria di Sidoarjo, dimana individu tega memukul, menendang dan menjambak rambut kekasihnya Detik.com (13/2/2019). Diketahui motif pelaku melakukan kekerasan terhadap pasangannya dikarenakan cemburu, dalam kasus ini pula didapatkan korban awalnya tidak mau memberi tahu keluarga mengenai kejadian yang dialaminya dikarenakan ditakut-takuti oleh pelaku dan merasa cinta terhadap pelaku, keluarga akhirnya mengambil jalur hukum atas permasalahan ini. Pandangan masyarakat umum selama ini yang mengatakan bahwa laki-lakilah yang menjadi pelaku kekerasan dalam berpacaran ternyata dapat terbantahkan pula oleh kasus di Australia pada tahun 2018 yang dialami oleh AS laki-laki, dimana individu mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya JW perempuan Detik.com (21/04/18). Dalam kasus ini korban menderita cedera fisik, selain itu juga tidak diperbolehkan makan dan korban dijauhkan dari keluarganya. Pelaku kekerasan dalam berpacaran bisa saja dilakukan oleh siapapun diluar dari jenis kelamin, laki-laki maupun perempuan dapat melakukan kekerasan dalam berpacaran.selama masih ada kesempatan dan faktor-faktor lainnya seperti kecemburuan terhadap pasangan. Marak sekali kekerasan dalam berpacara teradi di masyarakat hat tersebut didukung oleh data kekersana dalam berpacaran yang dimiliki oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) yang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016 menemukan bahwa perempuan yang belum menikah mengalami kekerasan seksual dan kekerasan fisik yaitu sebesar 42,7 %, dengan rincian persentase kekerasan seksual 34,4 % lebih besardibandikan kekerasan fisik yang hanya 19,6 %. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa banyak perempuan belum menikah yang mengalami kekerasan oleh orang terdekat seperti pacar sendiri. Data lain dari Simfoni PPA tahun 2016 dari pelaku kekerasan, didapatkan bahwa dari pelaku

11 3 kekerasan tersebut adalah pasangan atau pacar korban. Fenomena kekerasan dalam pacaran ini seperti gunung es yang terlihat hanya dipermukaan saja. Sebenarnya masih banyak lagi korban yang memilih diam dan tidak melapor untuk alasan pasangannya akan berubah ketika menikah, ataupun mereka merasa tidak berani berkata kepada orang terdekatnya. Kekerasan dalam berpacaran menurut The National Clearinghouse on FamilyViolence (1996), adalah serangan seksual, emosional dan fisik yang ditunjukkan kepada pasangan. Wolfe, D. A., Crooks, C., Jaffe, P., Chiodo, D., Hughes, R., Ellis, W., Stitt, L. & Donner, A. (2009) mengatakan ada beberapa dimensi kekerasan dalam pacaran yaitu : kekerasan fisik menggunakan kekuatan fisik, atau segala hal yang mengakibatkan luka atau cidera, pada pasangan. Kekerasan fisik ini seperti memukul, mencubit, menampar atau mengancam. Kekerasan seksual seperti memaksa melakukan hubungan intim tanpa persetujuan, kekerasan rasional seperti mengatur hubungan pasangan dengan teman dan lawan jenisnya. Kekerasan verbal dan emosional seperti mengatakan kata-kata yang tidak pantas kepada pasangan, merusak rasa percaya dirinya, dan menghancurkan mental pasangan. Factor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan dalam berpacaran antara lain jenis kelamin, self control, harga diri dll. Pelaku tindak kekerasan dalam berpacaran tidak memandang gender baik laki-laki mapun perempuan dapat melakukan hal tersebut. Farah & Bambang (2017) menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signfikan antara attachement style dan jenis kelamin terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja yaitu sebesar 10.5 %. Kekekerasan dalam berpacaran dapat dilakukan oleh orang terdekat yaitu pacar sendiri, tidak menutup kemungkinan baik laki-laki ataupun perempuan bisa melakukan kekerasan dalam berpacaran. Ikatan emoisional yang kuat membuat korban tidak menyadari kekerasan dalam berpacaran yang terjadi padanya. Selain itu pengaruh gender atau jenis kelamin yang memiliki power kuat juga dapat membuat terjadinya kekerasan dalam berpacaran. Dalam hal ini anggapan bahwa laki-laki lebih berkuasa dan kuat seringkali membuat terjadinya kekerasan dalam berpacaran. Perempuan juga banyak menjadi korban dikarenakan terlalu bergantung kepada laki-laki dalam hal ini pasangannya. Meskipun dalam kasus kekerasan dalam berpacaran perempuan juga dapat menjadi pelaku. Kebanyakan perempaun tidak melakukan kekerasan dalam bentuk fisik dan seksual, namun dalam bentuk kekerasan psikologis. Kekerasan dalam berpacaran baik secara fisik, seksual ataupun psikologis dapat terjadi ketika individu tidak mampu mengontrol emosi dan prilakunya. Hidayati (2018) mengatakan bahwa self control memiliki pengaruh atau berkontribusi sebesar 29,1 % terhadap intensi dating violence pada remaja.semakin rendah self control dalam diri individu maka semakin tinggi pula tingkat terjadinya kekerasan dalam berpacaran. Self control memiliki peranan penting untuk membuat individu melakukan suatu tindakan dalam dirinya. Dimana self control merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk menahan keinginan atau dorongan dalam dirinya untuk berbuat baik ataupun buruk. Kekerasan dalam berpacaran sangatlah tergantung bagaimana individu dapat mengatur dan mengendalikan perilakunya. Individu yang dapat mengendalikan perilaku dan emosinya memiliki harga diri yang tinggi. Dimana individu tersebut tentu saja memikirkan bagaimana konsekuensi dan nilai yang akan ia dapat ketika mengambil suatu tindakan. Sejalan dengan Rizwanti (2014) yang mengatakan bahwa ada hubungan negative yang sangat signifikan sebesar 91,8%

12 4 antara harga diri dengan perilaku kekerasan dalam berpacaran.semakin tinggi harga diri seseorang maka semakin rendah tingkat kekerasan dalam pacaran, sebaliknya semakin rendah tingkat harga diri seseorang makasemakin tinggi tingkat kekerasan dalam berpacaran. Individu yang memiliki harga diri rendah cenderung melakukan kekerasan dalam berpacaran dikarenakan tidak dapat mengontrol emosi. Selain itu rasa percaya diri yang kurang akan menyebabkan individu bersikap agresif dan posesif terhadap pasangan. Hal tersebut karena rasa rendah diri dan takut akan gagal dalam membina hubungan. Manninen, M., Therman, S., Suvisaari, J., Ebeling, H., Moilanen, I., Huttunen, M., et al.. (2010) berpendapat bahwasanya individu yang melakukan suatu tindakan kejahatan atau kekerasan secara signifikan cenderung memiliki tingkat alexithymia yang tinggi. Individu dengan kecenderungan alexithymia tinggi memiliki tingkat empati yang rendah sehingga menyebabkan individu tersebut melakukan perilaku agersif. Dapat dikatakan bahwa apapun kekerasan yang dilakukan oleh individu dengan kecenderungan alexithymia akan mereka anggap hal yang paling benar. Hal tersebutlah yang akan berakibat pada terjadi kekerasan pada hubungan berpacaran. Kecenderungan alexithymia adalah gangguan psikologis ketidakmampuan mengindentifikasi perasaan diri maupun pasangan. Individu dengan kecenderungan alexithymia diketahui sebagai individu yang berpikir sangat logis, tidak sentimental, tidak memiliki sahabat karena tidak berempati kepada orang lain, sulit mengerti perasaan orang lain, mengambil keputusan sesuai kehendaknya tidak berdasarkan perasaan. Hal ini dikarenakan individu dengan kecenderungan alexithymia sulit mengatakan apa yang ia rasakan. Kesulitan dalam mengidentidikasi dan mendeskripsikan perasaan inilah yang membuat individu dengan kecenderungan alexithymia tidak bisa mengontrol emosi dan perilakunya sehingga kekerasan dalam berpacaran dapat terjadi. Setiap individu mengerti dan tahu apa yang mereka rasakan, hal ini berbeda dengan individu dengan kecenderungan alexithymia yang kesulitan akan emosi apa yang dirasakan. Kebanyakan individu dengan kecenderungan alexithymia memilih untuk memendam perasaan mereka termasuk rasa cemburu pada pasangan dan memilih untuk tidak diperlihatkan kepada pasangan. Kecemburuan menurut Astuti (2014) merupakan suatu emosi ketika seseorang merasa hubunganterancam dan akan berakibat kepada kehilangan pasangan hal ini disebabkan oleh pihak lain yang berada pada hubungan individu tersebut. Kekerasan dalam berpacaran terjadi ketika individu dengan kecenderungan alexithymia merasa takut pasangannya akan direbut oleh pihak lain. Sehingga individu tersebut akan melakukan hal yang dianggap oleh dirinya benar, walaupun dalam bentuk kekerasan terhadap pasangan. Wahyuning L (2016) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat kecenderungan alexithymia pada seseorang maka semakin tinggi pula rasa cemburu dalam hubungan berpacaran tersebut. Persentase kecenderungan alexithymia terhadap kecemburuan dalam berpacaran sebesar 42,3%. Ketika individu dengan kecenderungan alexithymia berpacaran maka akan timbul rasa kepemilikan dalam dirinya. Sehingga ketika salah satu pihak dalam hal ini pasangan menunjukkan indikasi ketidaksetiaan maka akan timbul rasa cemburu dan menunjukkan kekuasaan (dominasi) dalam bentuk emosi yang berakibat pada kekerasan dalam berpacaran. Menyangkut hal tersebut, dari penelitian sebelumnya menjelaskan bahwasanya laki-laki dan perempuan mengatakan bahwa perasaan cemburu lah yang menjadi motivasi utama melakukan kekerasan dalam berpacaran (Freedner, Freed, Yang & Austin, 2002).

13 5 Pentingnya penelitian ini dilakukan karena individu yang memiliki gangguan alexithymia berkecenderungan menyakiti pasangannya. Kekerasan dalam berpacaran ini terjadi karena pasangan yang berkecenderungan alexithymia tidak mampu mengutarakan perasaannya ketika memilki masalah ataupun merasakan rasa cemburu terhadap pasangan. Sehingga berdampak terhadap emosi yang sudah menumpuk dan memuncak karena memilih untuk memendam apa yang dirasakan selama ini. Kekerasan tersebut dapat berbentuk fisik, seksual, ataupun psikologis. Dampak dari kekerasan dalam berpacaran pada korban yaitu terganggunya proses perkembangan diri dimana akan muncul perilaku individusi, kemampuan komunikasi dan social yang kurang, aspek psikologis juga terganggu seperti kemampuan mengendalikan diri yang kurang, perilaku mendominasi, serta memiliki harga diri yang rendah (Knox, Comanaco, & Apert, 2009). Efek jangka panjang yang terjadi pada korban kekerasan dalam berpacaran juga akan mempengaruhi seluruh aspek dalam dirinya baik psikologis, fisik dan hubungan sosialnya (Ekechukwu & Ateke, 2014). Berdasarkan permasalahan diatas, dapat dirumuskan bahwa masalah dari penelitian ini adalah mengenai apakah ada hubungan antara individu berpacaran dengan kecenderungan Alexithymia terhadap Kekerasan dalam pacaran pada mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan kecenderungan alexithymia terhadap kekerasan dalam pacaranpada mahasiswa. Manfaat dari penelitian ini agar peneliti megetahui apakah kecenderungan alexithymia merupakan hal yang menjadi factor paling kuat terjadinya kekerasan dalam pacaran. Selain itu, adanya penelitian ini juga membantu untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam pacaran. Dengan mengetahui pengaruh negative dari kecenderungan alexithymia dan kekerasan dalam pacaran pada hubungan mahasiswa yang berpacaran, maka mereka akan tahu bahwa pasangan bukanlah sesutuhnya milik mereka dimana haruslah memberikan kebebasan, tidak posesif dan membatasi lingkungan pasanga, serta tidak menyakiti pasangan baik secara verbal, fisik, ataupun seksual. Sehingga dari hal-hal inilah akan muncul hubungan yang sehat. Kekerasan dalam Pacaran Kekerasan dalam pacaran merupakan suatu ancaman ataupun tindakan untuk melakukan tindak kekerasan yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam hubungan berpacaran (Krahe, 2005). Adapun The National Clearing House On Family Violence (1996) mengatakan bahwa kekerasan dalam pacaranmerupakan suatu serangan seksual semosional ataupun fisik yang dilakukan kepada pasangan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam pacaran atau kekerasan dalam pacaran adalah kekerasan yang dilakukan terhadap pasangan dalam hubungan berpacaran baik berupa kekerasan secara fisik, seksual, dan emosional. Aspek-Aspek Kekerasan dalam Berpacaran Murray (2000) mengatakan bahwa kekerasan dalam berpacaran memiliki tiga aspek yaitu : 1. Kekerasan Emosional Kekerasan emosional dilakukan untuk mengontrol atau mengendalikan pasangan, yang berkibat pada hilangnya rasa percaya diri pada pasangan. Tindakan yang dilakukan dapat berupa : menghina, mengancam, menakut-nakuti, memperlakukan pasangan dengan posesif, cemburu berlebihan dll.

14 6 2. Kekerasan Seksual Kekerasan seksual merupakan sentuhan yang dilakukan tanpa persetujuan pasangan. Kekerasan seksual yang tidak diinginkan dapat berupa : menyentuh tubuh pasangan secara paksa, percobaan perkosaan, perkosaan dll. 3. Kekerasan Fisik Kekerasan fisik merupakan kekerasan yang dilakukan dengan tujuan melukai pasangan. Kekerasan fisik meliputi : memukul, menarik paksa, menjambak, mendorong, menampar, menggunakan senjata dll. Kekerasan fisik yang dilakukan oleh laki-laki untuk menegaskan kontrol ataupun kekuasan terhadap pasangan. Sedangkan pada perempuan kekerasan fisik digunakan untuk melindungi diri dari rasa takut terhadap pasangan atau untuk membalas perbuatan pasangan. Bentuk-Bentuk Kekerasan dalam Berpacaran Mental Health Unit, Health Care and Issues Division and National Clearing House On Family Violence (1996), memaparkan ada beberapa bentuk-bentuk dalam kekerasan dalam berpacaran yaitu : 1. Kekerasan fisik Memukul, menampar, mencubit, menggunakan senjata tajam maupun tumpul, mengancam dll. 2. Kekesrasan seksual Menekan dan memaksa pasangan untuk melakukan hubungan seksual 3. Kekerasan emosional Menghina, menyumpah, meremehkan, mengucilkan, merendahkan harga diri pasangan, menakut-nakuti, membuang barang pasangan, menjauhkan pasangan dari teman-temannya, posesif terhadap pasangan serta cemburu yang berlebihan terhadap lawan jenis pasangan. Bentuk-bentuk lain yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya oleh jurnal perempuan (2002) yaitu : 1. Kekerasan fisik Menendang, memukul, menampar, menarik rambut pasangan atau menjambak, hal ini terjadi biasanya dikarena pasangan tidak mau mengikuti keinginal dari pelaku kekerasan dalam pacaran. 2. Kekerasan seksual Memaksa berhubungan seksual serta pelecahan yang dilakukan tanpa persetujuan pasangan. Pemaksaan ini biasanya dilakukan beserta pemberian ancaman seperti akan diputuskan jika tidak melakukan hubungan seksual atau akan selingkuh dengan lawan jenisnya. 3. Kekerasan emosional Kekerasan emosional ini jarang sekali disadari oleh pelaku maupun korban dari kekerasan dalam pacaran. hal tersebut dikarenakan kekerasan emosional ini tidak terlihat bekasnya. Padahal kekerasan ini yang justru akan memunculkan perasaan tertekan, dan tidak nyaman terhadap pasangannya. Bentuknya seperti mengejek pasangan, merendahkan pasangan, rasa cemburu yang berlebihan, mengisolasi

15 7 pasangan dari lingkungan pertemanan, memanfaatkan pasangan (meminta dibelikan barang, meminta uang, dan sebagainya). Faktor-Faktor Kekerasan dalam pacaran Faktor terjadinya kekerasan dalam pacaran menurut Medeiros & Straus (Hidayati, 2018) adalah sebagai berikut : 1. Kurang mampu mengontrol amarah. 2. Memiliki kepribadian yang anti social. 3. Kepribadian yang di bawah rata-rata normal. 4. Kecanduan alcohol. 5. Munculnya rasa cemburu. 6. Pernah menjadi korban kekerasan. 7. Hidup dengan penuh tekanan. 8. Kemampuan berkomunikasi yang kurang. 9. Mendominasi hubungan. 10. Memiliki pandangan yang buruk terhadap pasangan. Alexithymia Menurut Sifneos (Theresia, 2018) alexithymia merupakan kesulitan mengidentifikasi dan kesulitan mengkomunikasikan, kesulitan membedakan perasaan dan sensasi somatik dari emosi, kurangnya daya imajinasi dan fantasi yang berkaitan dengan externally orientated cognitive style. Alexityhmia dalam artian lain yaitu suatu gejala emosional dimana individu memiliki ketidak mampuan dalam mengenali, mengidentifikasi serta mengekspresikan perasaannya. Menurut Taylor (Wahyuning, 2016 ) komponen penting alexithymia yaitu kesulitan untuk mengidentifikasikan serta mebedakan perasaan dengan sensai tubuh, sulit mengambarkan perasaan kepada orang lain, tidak memiliki kemampuan imajinanasi, dan selalu berpikir eksternal. Aspek-Aspek Alexityhmia antara lain yaitu : 1. Kesulitan dalam mengidentifikasi perasaan (difficulty identifying feelings) Individu dengan alexithymia kesulitan mengindentifikasi keadaan emosi yang mereka rasakan, mereka memiliki pengalaman emosi yang kuat namun mereka tidak dapat mengetahui penyebab dibalik emosi tersebut. 2. Kesulitan mengenali perasaan (difficulty defining feeling) Individu dengan kecenderungan alexithymia kesulitan mengenali perasaan dimana mereka tidak bisa membedakan atau mengetahui perasaan dengan sensasi tubuh disaat mereka mengalami suatu dorongan emosi. 3. Pola pikir yang eksternal (eksternal oriented thingking) Individu dengan alexithymia cenderung memiliki pemikiran dan berbicara berdasarkan fakta eksternal dan fakta yang objektif. Individu yang mempunyai nilai tinggi kecenderungan alexithymia akan menunjukkan kesulitan dalam mengenal emosi, atau membedakan emosi dari reaksi tubuhnya, tidak dapat nyampaikan emosi dirinya dalam bentuk kata-kata yang bisa dipahami orang

16 8 dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam masyarakat umum alexithymia biasa disebut dengan buta akan emosi. Individu yang memiliki kecenderungan alexithymia ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut: 1. Tidak mampu membicarakan tentang emosinya sendiri 2. Individu yang terlalu logis, tidak berperasaan (sentimental), tidak bersahabat dikarenakan kurang empati. 3. Bingung atau tidak mengerti akan reaksi emosional dari orang lain 4. Susah untuk menjawab pertanyaan yang sederhana sehingga terkesan berteletele. 5. Tidak memiliki perospek akan mana depan dikarenakan tidak dapat berimajinasi 6. Tidak tertarik dengan karya seni, baik music ataupun sastra 7. Mengambil keputusan berdasarkan prinsip dirinya, tidak berdasarkan perasaan. 8. Bisa menderita gangguan fisisologis yaitu muka memerah, sakit kepala, dan sakit perut. Alexithymia sendiri tidak termasuk sebagai gangguan kejiawaan dalam DSM V. Hal tersebut dikarenakan ciri dari kepribasian dimensi yang bervariasi yang memiliki tingkat keparah berbeda antara orang satu ke orang lainnya. Menurut Thomson (2009), Alexithymia dianggap sebagai suatu keadaan, atau suatu trait kepribadian atau dapat dikatakan sebagai gangguan psikologi (Theresia, 2018). Alexityhmia dan Kekerasan dalam Pacaran Alexithymia merupakan suatu gangguan psikologis dalam diri individu dimana individu tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mengenali, mengidentifikasi dan menyampaikan perasaannya maupun pasangannya. Tiga aspek alexithymia yaitu kesulitan mengenali perasaan, kesulitan mengidentifikasi perasaan dan pola pikir yang eksternal. Individu dengan kecenderungan alexithymia kesulitan mengenali perasaan dimana mereka tidak bisa membedakan atau mengetahui perasaan dengan sensasi tubuh disaat mereka mengalami suatu dorongan emosi. Individu dengan alexithymia kesulitan mengindentifikasi keadaan emosi yang mereka rasakan, mereka memiliki pengalaman emosi yang kuat namun mereka tidak dapat mengetahui penyebab dibalik emosi tersebut. Individu dengan alexithymia cenderung memiliki pemikiran dan berbicara berdasarkan fakta eksternal dan fakta yang objektif dari pada mereka melakukan memikirkan perasaan orang lain atau menginstropeksi perasaan dirinya sendiri. Individu dengan kecenderungan alexithymia bisa saja tidak memenuhi seperti ciri-ciri yang telah disebutkan karena mereka bisa saja mengalami ledakan emosi yang nyata (dysphoria) seperti marah dan menangis. Kekerasan dalam pacaran merupakan suatu kekerasan yang dilakukan terhadap pasangan dalam hubungan pacaran berupa kekerasan fisik, emosional, dan seksual. Ada tiga bentuk utama dalam terjadinya kekerasan dalam pacaran yaitu kekerasan fisik (memukul, menendang, menampar dan lain sebagainya), kekerasan emosional (meremehkan, mengolok-olok, merendakhan pasangan, memeras dan lain sebagainya), dan kekerasan seksual (melecehkan, dan melakukan hubungan seksual secara paksa). Faktor- faktor terjadinya kekerasan dalam pacaranyaitu (1) tidak bisa mengontrol amarah, (2)

17 9 kepribadian anti sosial (3) kepribadian dibawah rata-rata normal (4) dalam pengaruh alkohol (5) Rasa cemburu yang berlebihan (6) pernah menjadi korban kekerasan (7) hidup penuh tekanan (8) kemampuan komunikasi yang tidak baik (9) mendominasi hubungan (10) memiliki pikiran negative akan pasangan. Kecemburuan memiliki hubungan langsung terhadap alexithymia dan kekerasan dalam pacaran (Wahyuning L 2016, Freedner, Freed, Yang & Austin, 2002). Rasa cemburu membuat Individu berpacaran yang memiliki kecenderungan alexithymia merasa takut kehilangan pasangan sehingga mereka melakukan hal yang dapat menyakiti pasangannya. Kontrol diri yang kurang, serta rasa rendah diri pada diri mereka juga sangat mempengaruhi terjadi kekerasan dalam berpacaran. Ketika individu tersebut tidak mampu mengontrol emosinya maka ledakan emosi yang kuat akan terjadi dalam diri mereka sehingga kekerasan terhadap pasangan baik dalam bentuk fisik, seksual, dan emosional dapat terjadi (Hidayati, 2018). Rasa rendah diri pada individu tersebut membuat mereka memproteksi diri pasangannya dari dunia luar, ataupun dari orang lain (Rizwanti, 2014). Hal tersebut terjadi dikarenakan rasa takut mereka akan gagal dalam membina hubungan. Sehingga dapat dikatakan bahwaindividu berpacaran yang melakukan tindak kejahatan ataupun kekerasan dalam berpacaran cenderung memiliki tingkat alexithymia yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan antara individu dengan kecenderungan alexithymia terhadap kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswa. Jika ada hubungan antara individu dengan kecenderungan alexithymia terhadap kekerasan dalam berpacaran maka hasil dari penelitian ini dapat menjadi upaya pencegahan kekerasan dalam berpacaran dengan mengenali ciri individu dengan kecenderungan alexithymia.

18 10 Gambar 1. Kerangka Berpikir Kecenderungan Alexityhmia 1. Kesulitan mengenali perasaan. 2. Kesulitan mengidentifikasi perasaan. 3. Berpikir eksternal Individu yang berpacaran Individu dengan kecenderungan alexithymia yang memiliki : Rasa Takut, rasa cemburu, sering memedam perasaan, tidak bisa mengontrol emosi, mendominasi dalam hubungan. Kekerasan dalam Pacaran 1. Kekerasan fisik 2. Kekerasan emosional 3. Kekerasan seksual Pengetahuan Mengenai pengaruh Kecenderungan Alexithymia terhadap kekerasasan dalam pacaran Pencegahan kekerasan dalam berpacaran

19 11 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya pengaruh antara kecenderungan alexithymia (variable bebas) terhadap Kekerasan dalam pacaran (variable terikat). Rancangan Penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif eksplanatif dikarenakan penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variable yaitu apakah kecenderungan alexithymia (variable bebas) dapat membuat terjadinya Kekerasan dalam pacaran (variable terikat). Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini berjumlah 151 orang yang didapatkan dari teknik kuota sampling. Menurut Sugiono (2017) teknik kuota sampling merupakan teknik pengambilan sample yang bertujuan untuk menentukan sample dari populasi dengan ciriciri tertentu hingga mencapai kuota yang diinginkan oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini diklasifikasikan dalam dua kelompok mahasiswa yaitu 51 % mahasiswa dari universitas negeri dan 49% mahasiswa dari uniiversitas swasta. Variable dan Instrumen Penelitian Penelitian ini memiliki dua variable yang diuji tingkat korelasinya yaitu alexithymia (variable bebas) dan kekerasan dalam pacaran (variable terikat). Alexithymia merupakan keadaan seorang individu yang tidak mengetahui, tidak bisa menyampaikan dan tidak bisa mengeluakan perasaannya. Kekerasam dalam berpacaran didefinikan sebagai tindakan kekerasan dalam bentuk fisik, emosional, dan seksual terhadap pasangan. Metode penelitian yang penelitian ini menggunakan skala, yaitu skala alexithymia dan kekerasan dalam pacaran. Metode pengumpulan data variable alexithymia menggunakan skala TAS (Toronto Alexithymia Scale) yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Wijayakusuma (Linda Wahyuning, 2016). Jenis skala ini Likert dengan 4 pilihan jawaban yaitu angka 1 sangat tidak setuju, sampai dengan angka 4 sangat setuju. Skala ini memiliki 16 item dengan skor 31 = bukan alexithymia, = mungkin alexithymia, dan yang lebih besar dari = alexithymia. Skala ini mengukur tiga aspek alexithymia yaitu kesulitan mengidentifikasi emosi (DIF), kesulitan dalam mengambarkan emosi (DDF), dan yang terakhir pemikiran beriorientasi eksternal (EOT). Tingkat validitas dan reliabilitas pada instrument ini memiliki koefisien korelasi berkisar 0,373 sampai 0,739 dengan reliabilitas 0,896. Selanjutnya Skala yang digunakan skala kekerasan dalam pacaran yang dikembangkan oleh Sulistiyo P.A.A.(2012), Skala ini menggunakan model likert yang berdasarkan aspek-aspek kekerasan dalam pacaran yaitu kekerasan emosional, fisik, dan seksual.

20 12 Skala ini menggunakan favorable dan unfavorabledengan perhitungan dimulai dari skor 4 untuk Sangat Sesuai (SS), Skor 3 untuk Sesuai (S), skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala ini memiliki 24 item dengan indeks validitas 0,380 sampai 0,840 dengan reliabilitas Untuk mengetahui validasi dan reabilitasi instrument maka peneliti menggunakan SPSS for windows versi 21. Prosedur dan Analisa Data Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, tahap pertama yaitu tahap perencanaan. Pada tahapan ini peneliti harus mempersiapkan penelitian seperti menentukan judul, observasi dan penggalian data, perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir, dan hipotesis, mencari skala sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan, menentukan sampe serta kriterianya, try out, dan analisis data penelitian. Membuat skala dalam google form kemudian disebarkan melalu media sosial. Untuk mengantisifasi kelemahan dari penelitian menggunakan google form maka peneliti ikut turun kelapangan dalam proses penelitian. Selain itu peneliti juga telah membuat kriteria tententu untuk subjek penelitian.tahap kedua yaitu pelaksanaan, pada tahap ini penelti menyebarkan skala melaui google form dan melakukan tryout kepada 65 subjek. Peneliti mengambil data dari hasil validitas dan rebalitas.tahap ketiga atau terakhir analisis data, pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis regresi linear menggunakan aplikasi SPSS 24 for windows. setelah semua data telah terkumpulkan dan dijadikan laporan penelitian sesuai format yang ditentukan. HASIL PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa dari bebeberapa Universitas di Indonesia yang berstatus aktif dari berbagai fakultas dan berusia dari 18 sampai 23 tahun. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 151 orang terdiri dari 64 laki-laki dan 87 perempuan. Dari 151 subjek juga terbagi lagi menjadi 3 masa berpacaran yaitu 0 1 tahun sebanyak 34 subjek dengan persentase sebesar 22,51%, selanjutnya 1 3 tahun sebanyak 87 subjek dengan persentase sebesar 57,61%, dan 3-7 tahun sebanyak 10 subjek dengan persentase sebesar 6,66%. Table 1. Distirbusi data berdasarkan pengkategorian setiap variable Variable Norma Frekuensi Persentase Alexithymia Tinggi Sedang Rendah x ,32% 88,74% 9,93% Kekerasan dalam berpacaran Tinggi Sedang Rendah x Berdasarkan hasil table 1 menunjukkan tingkat alexithymia dan kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswa. Dapat dilihat hanya sedikit sekali mahasiswa berpacaran yang menderita alexithymia yaitu sebesar 1,32%, kebanyakan dari mahasiswa tersebut teridikasi memiliki alexithymia sebesar 88,74%, dan sisanya 9,93% mahasiswa yang berpacaran dikatakan normal atau tidak alexithymia. Sehingga dari hasil penelitian ini hanya 136 subjek yang dapat dikatakan alexithymia. Pada table 1 juga menunjukkan ,09% 64,9%

21 13 tingkat kekerasan dalam berpacara pada mahasiswa, dimana semua subjek dalam penelitian ini dapat dikatakan terindikasi atau pelaku kekerasan dalam berpacaran. Hal tersebut dapat dilihat dari sebanyak 35,0% subjek penelitian ini sudah dan dapat melakukan kekerasan dalam berpacaran dan sisanya 64,% memiliki intensi kekerasan dalam berpacaran. Table 2. Uji Normalitas Alexithymia Kekerasan dalam berpacaran Sig/P Keterangan Kesimpulan 0,074 P 0,05 Normal 0,074 P 0,05 Normal Berdasarkan hasil uji normalitas didapatkan bahwa data dari variable alexithymia dan kekerasan dalam berpacaran termasuk dalam katergori normal hal ini ditunjukkan oleh hasil tes analisis dengan nilai signifikan 0,074 (p 0,05) sehingga dapat dikatakan data berdistribusi normal. Table 3. Deskripsi Uji Regresi Alexithymia pada Kekerasan dalam Berpacaran Koefisien Regresi (r) Koefisien Determinasi (r 2 ) Sig/P Keterangan Kesimpulan -0,845 0, P 0,05 Signifikan Table 3 menunjukkan bahwa koefisien regresi antara alexithymia dengan kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswa memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 0,01 (P 0,05). Selanjutnya angka koefisien regresi yaitu sebesar -0,845 angka ini mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat alexithymia maka kekerasan dalam berpacaran akan menurun sebesar -0,848. Karena nilai koefisien regresi bernilai (-) maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa alexithymia memiliki pengaruh berbading terbalik terhadap kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswa. Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi alexithymia maka akan semakin rendah kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswa. Koefisien determinasi memberikan sumbangan efektif dari alexithymia terhadap kekerasan dalam berpacara sebesar 29,7% sedangkan pengaruh variable lain terhadap kekerasan dalam berpacaran sebesar 70,3%. DISKUSI Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa hipotesa diterima atau dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara alexithymia terhadap kekerasan dalam berpacaran. Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi tingkat alexithymia seseorang maka semakin rendah tingkat kekerasan dalam berpacaran dan sebaliknya semakin rendah tingkat alexithymia seseorang maka semakin tinggi tingkat kekerasan dalam berpacaran.

22 14 Hasil dari uji regresi yang dilakukan bahwa koefisien regresi antar variable X dan Y didapatkan sebesar 0,01 < 0,05 yang artinya ada pengaruh antara alexithymia dengan kekerasan dalam berpacaran. Koefisien regresi sebesar -0,845 yang mana artinya terdapat pengaruh berbanding terbalik yang signifikan antara variable alexithymia terhadap kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswa. Koefisien determinasi menunjukkan pengaruh sebesar 29,7% sumbangan efektif dari alexithymia terhadap kekerasan dalam berpacaran, sedangkan pengaruh variable lain terhadap kekerasan dalam berpacaran sebesar 70,3%. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kekerasan dalam berpacarn tersebut antara lain, kecemburuan, harga diri, self control, cinta kebersamaan, cinta romantisdll,. Selain itu tingkat alexithymia yang tinggi juga akan menyebabkan perilaku agresif dalam diri penderitanya. Wahyuning L (2016), mengatakan semakin tinggi tingkat alexithymia seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kecemburuan dalam suatu hubungan. Dapat dikatakan pula ketika individu dengan kecenderungan alexithymia merasakan kecemburuan terhadap pasangannya mereka akan melakukan dominasi dalam hubungan tersebut. Saat perasaan terancam, atau merasa pasangannya akan direbut oleh orang lain orang dengan kecenderungan alexithymia tidak akan melakukan kekerasan kepada pasangannya, namun akan melakukan prilaku agresif kepada orang yang akan merebut pasangannya. Seperti yang dikatakan oleh Manninen, dkk (2010) bahwa individu yang melakukan kekerasan atau suatu tindak kejahatan seacara signifikan memiliki tingkat alexithymia yang tinggi dikarenakan individu tersebut memiliki tingkat empati yang rendah. Individu dengan kecenderungan alexithymia melakukan kejahatan terhadap rivalnya bukan pasangannya, hal tersebut dikarenakan satu-satunya emosi positif yang mereka rasakan hanyalah jatuh cinta sehingga mereka terkesan akan menjaga, mencintai, dan sangat menyayangi pasangan. Santrock (2007), cinta kasih sayang (affectionate love) atau cinta kebersamaan yaitu rasa yang timbul ketika individu memiliki keinginan untuk bisa memiliki individu lain secara mendalam, dekat, dan memberikan semua kasih sayang kepada pasangannya. Dimana cinta ini akan muncul diusia dewasa sesuai dengan penelitian ini di usia dewasa awal. Riswanti (2014), mengatakan bahwa ada hubungan negative yang signifikan sebesar 91,8% anatar harga diri dengan perilaku kekerasan dalam berpacaran. Hal inilah membuat individu dengan kecenderungan alexithymia memilki harga diri yang tinggi sehingga membuat mereka memikirkan norma social dari masyarakat apabila melakukan kekerasan dalam berpacaran. Santrock (2007), mengatakan bawah harga diri adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh individu pada dirinya sediri. Karena hal tersebut berkaitan dengan dirinya sendiri, hasil dari penilaian tersebut akan menunjukkan seberapa berhasil, berharga, dan seberapa mampu dirinya. Menurut Coopertsmith (1967), individu dikatakan mempunyai harga diri yang tinggi apa bila individu mampu memperlakukan orang lain dengan baik. Sebaliknya individu dikatakan memiliki harga diri yang rendah apabila individu tidak dapat memperlakukan orang lain dengan baik, hal tersebutlah yang akan menyebabkan terjadinya kekerasa dalam berpacaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa individu dengan kecenderungan alexithymia tinggi namun individu memiliki harga diri yang tinggi pula maka individu tidak akan melakukan kekerasan dalam berpacaran. Sebaliknya seseorang dengan kecenderungan alexitymia rendah namun memiliki rasa percaya diri yang rendah pula akan berakibat pada terjadinya kekerasan dalam berpcaran. Menurut Baumester (1996) seseorang yang

23 15 memiliki harga diri tinggi akan memandang dirinya secara positif, sebaliknya individu dengan harga diri rendah akan memandang dirinya secara negative. Hidayati (2018), mengatakan bahwa self control memiliki pengaruh yang besar dalam terjadinya kekerasan dalam berpacaran yaitu 29,1%. Hal tersebut terjadi dalam individu alexithymia berpikir secara eksternal dimana mereka akan memikirkan norma social, dan cenderung berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan sehingga mereka tidak melakukan kekerasan terhadap pasangannya. Sejalan dengan faktor harga diri, self control juga juga tinggi dimiliki oleh individu dengan alexithymia.individu dengan harg diri yang tinggi tentu juga dapat mengontrol emosinya dengan baik. Menurut Santrok (2007), cinta romantic meliputi sekumpulan emosi yang bercampur seperti marah, takut, hasrat seksual, kesenangan dan juga rasa cemburu. Pada individu dengan kecenderungan alexitymia mereka tidak dapat merasakan tauapun mengenali perasaan lain kecuali mencintai pasangannya. Berbeda halnya dengan pelaku kekerasan dalam berpacaran mereka cenderung memilki keseluruhan hal yang disampaikan oleh santrok mengenai cinta romantic. Ketika individu cemburu, merasakan hasrat seksual, takut kehilangan pasangan dan marah kepada pasangan maka kekerasan dalam berpacaran itu akan terjadi. Individu dengan kecenderungan alexityhmia yang merasakan cinta akan sangat menyayangi, menjaga, dan mencintai pasangannya sehingga ketika hubungannya terancam oleh pihak lain maka individu tersebut akan melakukan kekerasan atau kejahatan kepada pihak yang mengancam hubungannya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa karakteristik usia, jenis kelamin, dan lama berpacaran juga memperngaruhi tingkat kecenderungan alexithymia dan kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswa. Terlihat pada table 2 tingkat kecenderungan alexitymia tinggi hanya sebesar 1,32% sebanyak 2 subjek dan yang terbesar 88,74% sebanyak 134 subjek berkemungkinan alexitymia. Selain itu tingkat kekerasan berpacaran tinggi sebesar 35,09% dengan subjek 53 orang dan tingkat kekerasan berpacaran sedang sebanyak 64,9%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pada rentang usia 18 sampai 23 tahun apabila individu tersebut berkecenderungan alexitymia maka tingkat terjadi kekerasan dalam berpacara juga akan turun. Sebaliknya apabila individu tersebut memiliki tingkat alexitymia yang rendah maka kemungkinan terjadinya kekerasan dalam berpacaran itupun meningkat. Banyak faktor dari luar seperti kurangnya kematangan emosional pada masa dewasa awal yang akan berakibat kepada kegagalan dalam menjalin hubungan, maka akan timbul rasa anti social dalam diri individu. Lama atau tidaknya menjalin hubungan juga mempengaruhi kecenderungan alexithymia terhadap kekerasan dalam berpacaran dimana semakin lama seseorang menjalin hubungan maka dapat diartikan individu tersebut mampu berkomitmen dalam hubungan. 1 7 tahun merupakan hal cukup dalam menjalin hubungan dikarenakan pada rentang waktu tersebut individu sudah mengenal baik pasangannya serta memahami sikap satu sama lain. Sehingga pada tahap ini individu merasakan keseriusan untuk berkmitmen dan takut kehilangan pasangannya. Sedagka individu yag baru berpacaran 2 sampai 11 bulan masih rentan terhadap perpisahan dan rasa cemburu yang berlebihan hal ini juga akan menyebabkan terajadinya kekerasan dalam berpacaran Maka faktor-faktor eksternal seperti harga diri, kecemburuan, self kontro, cinta kebersamaa, cinta romantic, lamanya berpacaran dan lain-lain mempengaruhi kecenderungan alexityhmia terhadap kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswa.

24 16 Sehingga dapat dikatakan bahwa individu dengan kecenderungan alexithymia tinggi memiliki faktor-faktor eksternal (harga diri yang tinggi, komitmen, emosi yang matang dll) dan internal yang membuat mereka tidak melakukan kekerasan dalam berpacaran. Sebaliknya individu dengan alexithymia rendah tidak memiliki faktor-faktor eksternal (harga diri rendah, emosi yang belum matang dll) dan internal dalam diri mereka sehingga tingkat terjadinya kekerasan dalam berpacaran tinggi. Adapun kelebihan dalam penelitian ini didapatkan hasil baru yang berbeda dari penelitian sebelumnya dengan variable Y berbeda sehingga penelitian ini dapat dijadikan pembanding untuk penelitian selanjutnya. Sedangkan kelemahan dari penelitian ini adalah peneliti hanya melakukan penelitian pada Mahasiswa tidak meluas dan juga hanya pada retang usia dewasa awal. SIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasarakan hasil dari uji regresi yang dilakukan bahwa koefisien regresi antar variable X dan Y didapatkan sebesar 0,01 < 0,05 yang artinya ada pengaruh antara alexithymia dengan kekerasan dalam berpacaran. Koefisien regresi sebesar -0,845 yang mana artinya terdapat pengaruh yang berbading terbalik antara variable alexithymia dengan kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswa. Semakin tinggi alexithymia maka kekerasan dalam berpacaran akan menurun begitupun sebaliknya semakin rendah alexithymia maka akan semakin tinggi kekerasan dalam berpacaran. Koefisien determinasi menunjukkan pengaruh sebesar 29,7% sumbangan efektif dari alexithymia terhadap kekerasan dalam berpacaran, sedangkan pengaruh variable lain terhadap kekerasan dalam berpacaran sebesar 70,3%. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kekerasan dalam berpacarn tersebut antara lain, kecemburuan, harga diri, self control, cinta kebersamaan, cinta romantis dll,. Selain itu tingkat alexithymia yang tinggi juga akan menyebabkan perilaku agresif dalam diri penderitanya. Pengaruh negatif bermakna semakin menurunnya tingkat alexithymia individu maka akan berpengaruh terhadap kekeraan dalam berpacaran. Hasil dalam penelitian sejalan degan hipotesis awal peneliti yaitu adanya pengaruh antara alexithymia dengan kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswa, sehingga hipotesis diterima. Implikasi dari penelitian ini meliputi : Bagi mahasiswa yang sedang dalam hubungan berpacaran sangat diharapkan lebih memahami dirinya sendiri serta memahami emosi dirinya dengan lebih baik. Sehingga dengan hal tersebut dapat menurunkan tingkat kecenderungan alexithmia dan terjadinya kekerasan dalam berpacaran. Hal tersebut juga dapat diartikan dengan mengenali diri sendiri dan emosi dalam diri, individu mampu menjalin hubungan baik tanpa merubah karakter yang ada dalam diri padangannya. Selain itu hal tersebut juga membuat individu ketika menjadi tidak posesif, memberi kebebasan kepada pasangan untuk bergaul dengan dengan lain selama positif, serta membuat individu tidak megatur pasangan sesuai yang individu inginkan. Recomendasi bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengganti variable kekerasan dalam berpacaran dengan variable lain seperti self esteem atau fear of negative evaluation. Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti variable yang sama namun dengan hubungan yang berbeda.

25 17 REFERENSI Aji Sulistiyo P A. (2012). Menurunkan perilaku kekerasan dalam pacaran melalui konseling kelompok behavioral pada siswa siswi XI sma bhineka karya dua kabupaten boyolali. Skripsi. Universitas kristen satya wancana. Astuti, U.P. (2014). Hubungan negatif antara persepsi terhadap interaksi sosial dalam Facebook dengan cemburu pada pasangan. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadindividuh Surakarta Baumeister. R. F., Smart, L. and Boden, J.M (1996) Relation of threated egotism to violence and aggression: The dark side of high self-esteem. Psychological Review Collins, N., & Feeney, B. (2004). Working models of attachment shape perceptions of social support evidance from experimental and observation studies. Journal of personality and Social Psychology, 87, DeGenova, M. K. (2008). Intimate relantionship marriages & families. New York: McGraw Hill. Detik.com. (2018) Lelaki korban kekerasan dalam pacaran : berjarak 10 hari dari kematian. Diakses pada 21 April /lelaki-korban-kekerasan-dalam-pacaran-berjarak-10-hari-darikematian Detik.com. (2019). Viral vidio pria hajar kekasih, tega menganiaya karena cemburu. Diakses pada 13 Februari /viral-video-pria-hajar-kekasih-tega-menganiaya-karena-cemburu Ekechukwu, R., & Ateke, B. ( 2014). Correlates and Consequences of Dating violence in Adolescent Relationships in Nigeria. Educational Research Internasional, 3, (4), Freedner, N., Freed, L.H., Yang, Y. W. & Austin, S. B. (2002). Dating violence among gay, lesbian, and bisexual adolescents: Results from a community survey. Journal of Adolescent Health, 31(6): Hanifa F. P. & Bambang S. (2017). THE EFFECT OF ATTACHMENT STYLE AND RELIGIOUSITY TOWARD DATING VIOLENCE AMONG ADOLESCENT. TAZKINDIVIDU. Journal of Psychology Vol.5 No. 2 Hartaji, Damar A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan Jurusan Pilihan Orangtua. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Hidayati C. (2018). Hubungan Self Control dengan Intensi Dating Violence pada Remaja Akhir. Skripsi. Universitas Muhammadindividuh Malang. Hurlock. (1996). Psikologi Perkembangan. Erlangga: Jakarta. Jurnal Perempuan, edisi 26. (2002). Hentikan kekerasan terhadap perempuan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.press. Kemenpppa. (2018). Waspada bahaya kekersasan dalam pacaran. Diakses pada 20 Maret Knox, L., Lomonaco, C,. & Alpert, E.( 2009) Adolescent relationship violence. In: Mitchell C, Anglin D, eds. Intimate Partner Violence: A Health-based Perspective. New York, NY: Oxford University Press Krahe, B. (2005). Perilaku agresif. Yogyakarta: Pusat Pelajar Offset.

26 Lestari W.L. (2016). Pengaruh Kecenderungan Alexityhmia Terhadap Kecemburuan dalam Hubungan Berpacaran. Skripsi. Universitas Muhammadindividuh Malang. Manninen., M., Therman, S., Suvisaari, J., Ebeling, H., Moilanen, I., Huttunen, M., et al. (2011). Alexithymia is common among adolescents with severe disruptive behavior. Journal of nerveous and mental disease, Mars, T,.&Valdez, A.M.(2007). Adolscent violence: Understanding what is at risk? Emergancy Nurses Association.33(5), Mattila, A., Saami, S., Salminen, J., Huhtala, H., Sintonen, H., & Joukamaa, M. (2009). Alexithymia and Health-Related quality of life in a general population. Psychosomatics, 50, Medeiros, R., & Straus, M. A. (2006). Risk factors for physical violence between dating partners: implications for gender-inclusive prevention and treatment of family violence. In J. Hamel & T. Nicholls (Eds.), Family approaches to domestic violence: A practitioners guide to gender-inclusive research and treatment (pp ). New York: Springer. Mental Health Unit, Health Care and Issues Division and National Clering House on family Violence. (1996). Dating violence: As Issue At Any Age. Canada: Mental Health. Mental Health Unit, Health Care and Issues Division and National Clering House on family Violence. (1996). Dating violence: As Issue At Any Age. Canada: Mental Health. Murray, J (2000) But I Love Him : Protecting Your Teen DaughterFrom Controlling, Abusive Dating Relationships. New York : Harper Collins Publisher. O keefe. M. (2005).Teen dating violence: A review of risk factor and prevention efforts. A Project Of Resource Center On Domestic Violence. Pennsylvania: Coalitio Againts Domestic Violence. Santrock, J. W. (2007).Life span development: Perkembangan masa hidup. (edisi sebelas). Jakarta: Erlangga. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta. Utami W.R. (2014). Hubungan antara harga diri dengan perilaku kekerasan dalam pacara. Skripsi. Universitas Muhammadindividuh Malang. Wira Theresia. (2018). Hubungan antara level alexithymia dengan perilaku prososial dewasa muda. Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Wolfe, D. A., Crooks, C., Jaffe, P., Chiodo, D., Hughes, R., Ellis, W., Stitt, L. & Donner, A. (2009). A school-based program to prevent adolescent dating violence. Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, 163(8),

27 19 LAMPIRAN I DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN

28 20 Table 3. Deskripsi Subjek Penelitian Kategori Frekuensi Persentase Jenis Kelamin Usia Perempuan Laki-laki Tahun Tahun Masa Berpacaran 0 1 tahun 1 3 tahun 3 7 tahun Universitas UMM UNMUL UB UM UNISMA ITN Universitas Terbuka ITN UNLAM UGM STIT IBNU RASYID STIED PRAJA WIDYA Poltekes Samarinda ITS Universitas Aisyindividuh UN ,6% 42,4% 86,8% 13,2% 22,51% 57,61% 6,66% 37,74% 27,15% 9,93% 9,93% 2,64% 2,64% 2,64% 1,98% 1,32% 2,64% 0,66% 0,66% 0,66% 0,66% 0,66% 0,66% 0,66%

29 21 Unmer Fakultas FKIP TEKNIK PSIKOLOGI FEB HUKUM FIKES FISIP FPP FAI ILKOM Tarbindividuh ,45% 18,54% 17,21% 7,28% 7,28% 6,62% 5,29% 2,64% 1,32% 0,66% 0.66%

30 22 LAMPIRAN II SKALA PENELITIAN

31 23 Skala Alexithymia Petunjuk Pengisian : Berikut ini disajikan skala yang berisi sejumlah pertanyaan. Anda diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan cara memberikan tanda centang ( ) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri Anda, di antara lima pilihan jawaban yang tersedia. Dalam memberikan nilai semakin kearah lima anda semakin setuju atau sesuai dengan anda dan semakin kearah satu semakin tidak sesuai dengan diri anda. 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju Apabila Anda keliru dalam memilih, berilah tanda (=) pada tanda cetang yang telah Anda buat, dan buatlah tanda centang baru pada pilihan jawaban yang Anda kehendaki. Kerjakan semua pertanyaan dengan teliti dan jangan sampai anda terlewati atau tidak diisi. No Pertanyaan Seringkali saya tidak memahami emosi yang saya rasakan. 2. Saya sulit menemukan istilah yang tepat bagi perasaan saya. 3. Saya mempunyai sensasi tubuh/fisik yang tidak dapat dimengerti oleh dokter sekalipun. 4. Ketika murung, saya tidak tahu apa yang sedang saya rasakan: sedih, takut, ataukah marah. 5. Saya sering dibingungkan sensasi fisik tubuh saya (seperti gemetaran dan berkeringat dingin). 6. Saya memiliki perasaan tertentu yang tak dapat saya kenali dengan baik. 7. Saya kesulitan menggambarkan perasaan saya mengenai seseorang. 8. Orang-orang menyarankan agar saya menggambarkan perasaan saya dengan lebih baik. 9. Saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam diri saya. 10. Saya tidak tahu mengapa saya marah 11. Sulit bagi saya untuk menceritakan perasaan terdalam saya, bahkan kepada teman terdekat.

32 Saya bisa merasa dekat dengan seseorang, bahkan dalam keadaan hening. 13. Saya tidak tahu mengapa saya sedih 14. Saat marah tubuh saya akan terasa bergetar 15. Saya hanya melakukan hal yang menurut diri saya benar tanpa memikirka pendapat orang lain 16. Saya tidak tertarik dengan pendapat ataupun perasaan orang lain Blue print Skala Alexithymia No. Aspek Fav Unfav Jumlah awal 1. Kesulitan Mengidentifikasi Emosi (DIF) 1, 3, 6, 9, 11, 13, 14, Kesulitan Menggambarkan Emosi (DDF) 3. Pemikiran yang Berorientasi Eksternal (EOT) 2, 7, 12, 17, ,

33 25 Skala Kekerasan dalam Pacaran Petunjuk Pengisian. Anda diminta memberikan tanda silang (X) pada kotak dibawah ini yang sesuai dengan keadaan diri anda sebenarnya. Ingatlah bahwa semua jawaban yang anda berikan akan dirahasiakan. Pilihan jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut : SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya melarang pacar saya untuk mengikuti kegiatan kegiatan di luar kampus. 2. Saya melarang pacar saya berkumpul atau jalan jalan dengan teman-temannya 3. Saya memberikan kepercayaan kepada pacar saya untuk berkumpul atau jalan-jalan dengan teman-temannya. 4. Saya menjaga sikap dan menghargai pacar saya disaat berkumpul dengan teman-teman. 5. Saya sering memanggil pacar saya dengan panggilan yang kurang menyenangkannya. 6. Saya pernah menduakan pacar saya 7. Saya setia dengan pacar saya. 8. Saya membatasi pacar saya dalam media social (Fb, twitter, Instagram dll) 9. Saya marah apabila pacar saya tidak membelikan barang yang saya inginkan. 10 Menurut saya apabila pacar melakukan kesalahan tidak masalah saya menamparnya 11 Pernah sesekali saya menendang pacar saya apabila dia tidak mau disuruh 12 Saya memukul pacar saya jika pacar saya berkata kasar 13 Karna marah saya menjambak rambut pacar saya 14 Saya tiba-tiba meraba-raba pacar saya tanpa persetujuan darinya. 15 Saya tidak mau tahu jika saya sudah ingin bersentuhan fisik saya tidak perlu meminta perstujuan darinya. 16 Terkadang saat berduaan dengan pacar saya, sering kali saya merayunya untuk melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan. 17 Saya memaksa kekasih saya untuk melakukan hubungan seksual. 18 Saya pernah mengancam pacar, akan meninggalkannya apabila tidak mau dicium. 19 Saya mengendalikan diri tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama saat berpacaran. 20 Selama saya pacaran saya berusaha menjaga kehormatan dan harga diri pacar saya. 21 jika pacar saya tidak mau berciuman saya tidak pernah memaksanya

34 22 Ketika marah saya akan melempar barang kepada pacar saya 23 Saya akan memukul kepala pacar saya ketika dia tidak sepedapat dengan saya 24 Saya mengancam pacar saya akan berseligkuh jika individu menolak keinginan saya untuk berhubungan seksual 26

35 27 Blue Print Skala Kekerasan dalam Pacaran No Indikator Favorabel Unfavorable Jumlah 1 Kekerasan Emosional 4, 6, 15, 17,25, 26, 7,14, 18, 9 2 Kekerasan Fisik 29, 30, 33, 34,46, Kekerasan Seksual 37, 38, 40, 41, 42,50 43, 44,

36 28 LAMPIRAN III INPUT DATA PENELITIAN

37 Input data penelitian Skala Alexithymia 29

38 30

39 31

40 32

41 33

42 Input data penelitian skala kekerasan dalam berpacaran 34

43 35

44 36

45 37

46 38

47 39

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang rentang kehidupan individu, banyak hal yang dipelajari dan mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman bersama keluarga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimen semu (Pre Experiment Design) yang tujuannya untuk memperoleh informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kekerasan 2.1.1. Pengertian Kekerasan Krug, Dahlberg, Mercy, Zwi, dan Lozano (2002) kesengajaan menggunakan kekuatan fisik atau kekuasaan, mengancam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy DATA PRIBADI Nama ( inisial ) : Jenis Kelamin : Usia : Fakultas : Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Peneliti akan menguraikan tentang gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin. Kemudian menjelaskan secara deskriptif dengan di sertai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA UD UL TESIS KURNIA FITROTIN S300110008 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. adalah bercintaan atau berkasih-kasihan sehingga dapat disimpulkan. perempuan, adanya komitmen dari kedua belah pihak biasanya

BAB II KAJIAN TEORI. adalah bercintaan atau berkasih-kasihan sehingga dapat disimpulkan. perempuan, adanya komitmen dari kedua belah pihak biasanya 2.1 Kekerasan dalam pacaran 2.1.1 Konsep Pacaran BAB II KAJIAN TEORI Menurut KBBI (1986) pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Sedangkan berpacaran adalah

Lebih terperinci

EMA SAFITRI

EMA SAFITRI 1 GAMBARAN KECEMASAN AKADEMIK SISWA DI SMA NEGERI UNGGUL ACEH TIMUR S k r i p s i Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh: EMA SAFITRI 051301056 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak penelitian yang mencoba memahami fenomena ini (Milletich et. al, 2010; O Keefe, 2005; Capaldi et. al,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Disain Penelitian Kumar (2005) mengelompokkan disain penelitian kedalam tiga sudut pandang yaitu bedasarkan jumlah kontak (number of contact), periode referensi (reference

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Rice dalam Sayasa, 2004). Dalam perjalanan menuju dewasa tersebut para remaja menghadapi

Lebih terperinci

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi PENGARUH BULLYING DI TEMPAT KERJA TERHADAP BURNOUT PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: CITRA WAHYUNI 111301109 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN PACITAN SKRIPSI

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN PACITAN SKRIPSI PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN PACITAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S-1) Pada Program Studi Manajemen Oleh

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: SITI AMINAH A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: SITI AMINAH A PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA DITINJAU DARI PERHATIAN MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN DAN KREATIVITAS BELAJAR PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN COLLEGE ADJUSTMENT PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN COLLEGE ADJUSTMENT PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN COLLEGE ADJUSTMENT PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA SKRIPSI Oleh : Leila Rizki Febriyanti 201210515075 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan bagian metode penelitian yang terdiri atas desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA MENGAJAR DAN KEPEMIMPINAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DI KALANGAN SISWA KELAS XII SMK NEGERI I SALATIGA

PENGARUH GAYA MENGAJAR DAN KEPEMIMPINAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DI KALANGAN SISWA KELAS XII SMK NEGERI I SALATIGA PENGARUH GAYA MENGAJAR DAN KEPEMIMPINAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DI KALANGAN SISWA KELAS XII SMK NEGERI I SALATIGA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

M U S L I K H NIM: S

M U S L I K H NIM: S HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN VOKASIONAL SISWA SMP TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

SRI HARYATI NIM: S

SRI HARYATI NIM: S HUBUNGAN HARGA DIRI DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA AWAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Bullying 2. Variabel Bebas : a. Secure Attachment dengan Orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Dewina Pratitis Lybertha, Dinie Ratri Desiningrum Fakultas Psikologi,Universitas

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN: MOTIVASI MEMBELI PRODUK PEMUTIH WAJAH PADA REMAJA PEREMPUAN Maria Sriyani Langoday Flora Grace Putrianti, S.Psi., M.Si Abstract The purpose of this study is to determine the relationship of self-concept

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL DyahNurul Adzania, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dyadzania@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

PERAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA SMP DI DENPASAR

PERAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA SMP DI DENPASAR PERAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA SMP DI DENPASAR SKRIPSI Diajukan Kepada program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI KELUARGA, PEER GROUP, DENGAN TINGKAT KENAKALAN PELAJAR PADA KELAS XI DI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Oleh: DIDIK PRASETIYO D 0309020 SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

MODEL CINTA DAN GAYA KELEKATAN PADA MAHASISWA PELAKU KEKERASAN DALAM PACARAN SKRIPSI

MODEL CINTA DAN GAYA KELEKATAN PADA MAHASISWA PELAKU KEKERASAN DALAM PACARAN SKRIPSI MODEL CINTA DAN GAYA KELEKATAN PADA MAHASISWA PELAKU KEKERASAN DALAM PACARAN SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Disusun

Lebih terperinci

PENGARUH PERILAKU BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP STRESS KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI ( Studi Kasus di Universitas Muria Kudus )

PENGARUH PERILAKU BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP STRESS KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI ( Studi Kasus di Universitas Muria Kudus ) PENGARUH PERILAKU BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP STRESS KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI ( Studi Kasus di Universitas Muria Kudus ) Diajukan oleh : ANITA OKTAVIANA NIM. 2008-12-057 PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

ABSTRAK. dalam menghasilkan mahasiswa yang berkompeten. perilaku belajar sebesar 8,9%. Teknik pengambilan sampel dengan cara simple

ABSTRAK. dalam menghasilkan mahasiswa yang berkompeten. perilaku belajar sebesar 8,9%. Teknik pengambilan sampel dengan cara simple ABSTRAK Emotional Intelligence (EQ) sangat penting dalam dunia pendidikan saat ini, karena berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar mahasiswa dan mendukung visi misi dari Jurusan Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS 3 SMK MUHAMMADIYAH PEKALONGAN

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS 3 SMK MUHAMMADIYAH PEKALONGAN HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS 3 SMK MUHAMMADIYAH PEKALONGAN Tesis Diajukan kepada Program Studi Sain Psikologi Program

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN SKRIPSI Pengaruh Kemandirian Pribadi Terhadap Kemauan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi ) OLEH Risa Yunita 090521086 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. panelitian kami adalah kemandirian dalam belajar. Sedangkan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. panelitian kami adalah kemandirian dalam belajar. Sedangkan variabel 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Identivikasi Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang sebab perubahan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI IKLIM KELAS TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA MAHASISWA USU SKRIPSI BYUTI RIDHA ANDINI

PENGARUH PERSEPSI IKLIM KELAS TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA MAHASISWA USU SKRIPSI BYUTI RIDHA ANDINI PENGARUH PERSEPSI IKLIM KELAS TERHADAP STUDENT ENGAGEMENT PADA MAHASISWA USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh BYUTI RIDHA ANDINI 121301001 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) Gea Lukita Sari 1, Farida Hidayati 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel disebut juga sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi,

Lebih terperinci

PENGARUH KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MAGELANG TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGARUH KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MAGELANG TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGARUH KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MAGELANG TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: TYAS SETIANI K7407149 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: KRISTINAWATI A

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: KRISTINAWATI A MOTIVASI BERWIRAUSAHA DALAM PERSPEKTIF PERAN PENDIDIKAN DAN LINGKUNGAN KELUARGA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN TAHUN 2013 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian. melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Riau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian. melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Riau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan pengumpulan data yang diawali dengan melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU BULLYING DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI. Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

PERBEDAAN PERILAKU BULLYING DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI. Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi i PERBEDAAN PERILAKU BULLYING DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh: LILI FATMAWATI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI DisusunOleh: WAHYU AGUS SAPUTRO 2012 60 050 UNIVERSITAS MURIA KUDUS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

MITA TRI ADI WINATA B

MITA TRI ADI WINATA B PENGARUH FAKTOR PERSONAL, FAKTOR ORGANISASIONAL, DAN FAKTOR NON ORGANISASIONAL TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA DRIVER GO-JEK CABANG SOLO (Studi Kasus Pada driver Go-JeK cabang Kota Solo) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Fenomena yang sering terjadi di sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian. 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membahas mengenai pacaran dalam era globalisasi ini sudah tidak asing lagi. Pacaran sekarang bahkan seolah olah sudah merupakan aktifitas remaja dalam kehidupan sehari

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KANTOR BAPPEDA KABUPATEN SUKOHARJO)

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KANTOR BAPPEDA KABUPATEN SUKOHARJO) PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KANTOR BAPPEDA KABUPATEN SUKOHARJO) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Progam Sarjana (S1) Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH EFEKTIVITAS PEMIMPIN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN II MEDAN SKRIPSI

PENGARUH EFEKTIVITAS PEMIMPIN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN II MEDAN SKRIPSI PENGARUH EFEKTIVITAS PEMIMPIN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN II MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh DINARTI UTARI 111301093

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X BAWARI PONTIANAK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X BAWARI PONTIANAK FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X BAWARI PONTIANAK Sumarni, Okiana, Rum Rosyid Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan Email:sumarniakip@gmail.com Abstrak :

Lebih terperinci

ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Susi Susanti : Psikologi : Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja di Tarumajaya Bekasi Utara Konsep diri penting bagi remaja karena hal tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Usman (1996:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai. 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik komparatif. Penelitian dengan teknik komparatif yakni jenis penelitian yang bertujuan membandingkannya dengan melihat persamaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. NASKAH PUBLIKASI PENGARUH INTENSITAS BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA Dwini Aisha Royyana, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN MEMAAFKAN (FORGIVENESS) PADA PASANGAN YANG MELAKUKAN PERSELINGKUHAN. (Studi pada Suatu Hubungan Pacaran) SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN MEMAAFKAN (FORGIVENESS) PADA PASANGAN YANG MELAKUKAN PERSELINGKUHAN. (Studi pada Suatu Hubungan Pacaran) SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN MEMAAFKAN (FORGIVENESS) PADA PASANGAN YANG MELAKUKAN PERSELINGKUHAN (Studi pada Suatu Hubungan Pacaran) SKRIPSI Oleh : Galuh Sekar Sari (06810105) FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA GRISSEE COFFEE & RESTO

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA GRISSEE COFFEE & RESTO PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA GRISSEE COFFEE & RESTO Oleh : Susi Sasi 13051025 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN POSITIF TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA PENGURUS BEM ULM. Skripsi. Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat

PENGARUH KEPEMIMPINAN POSITIF TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA PENGURUS BEM ULM. Skripsi. Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat PENGARUH KEPEMIMPINAN POSITIF TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA PENGURUS BEM ULM Skripsi Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Unversitas Lambung Mangkurat Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

JURNAL PENGARUH AKTIFITAS PACARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMK PEMUDA PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL PENGARUH AKTIFITAS PACARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMK PEMUDA PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL PENGARUH AKTIFITAS PACARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMK PEMUDA PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 EFFECT OF COURTSHIP ACTIVITY WITH ELEVENTH GRADE STUDENTS MOTIVATION TO LEARN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA YANG BERPACARAN

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA YANG BERPACARAN HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA YANG BERPACARAN S K R I P S I Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi OLEH : DWI HAIRANI 031301018 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PROFIL PERILAKU SOSIAL REMAJA DI RT 02 / RW 04 KELURAHAN LAMBUNG BUKIT KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL

PROFIL PERILAKU SOSIAL REMAJA DI RT 02 / RW 04 KELURAHAN LAMBUNG BUKIT KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL PROFIL PERILAKU SOSIAL REMAJA DI RT 02 / RW 04 KELURAHAN LAMBUNG BUKIT KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL Oleh : TRI MULYATI. M 10060129 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP

PENGARUH KONSEP DIRI DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PENGARUH KONSEP DIRI DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN I PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA SISTEM KEUANGAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA SISTEM KEUANGAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA SISTEM KEUANGAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BATIK DI KAMPUNG BATIK KLIWONAN KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BATIK DI KAMPUNG BATIK KLIWONAN KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BATIK DI KAMPUNG BATIK KLIWONAN KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

PENGARUH GENERAL ATTITUDE, ATTITUDE TOWARD ENTREPRENEURSHIP DAN PERCEPTION OF UNIVERSITY ENVIRONMENT TERHADAP ENTREPRENEURIAL INTENTION PADA MAHASISWA

PENGARUH GENERAL ATTITUDE, ATTITUDE TOWARD ENTREPRENEURSHIP DAN PERCEPTION OF UNIVERSITY ENVIRONMENT TERHADAP ENTREPRENEURIAL INTENTION PADA MAHASISWA PENGARUH GENERAL ATTITUDE, ATTITUDE TOWARD ENTREPRENEURSHIP DAN PERCEPTION OF UNIVERSITY ENVIRONMENT TERHADAP ENTREPRENEURIAL INTENTION PADA MAHASISWA DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM

Lebih terperinci

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi INTUISI 7 (1) (2015) INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE MENGAJAR GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh : DWI PUJI HASTUTI A

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh : DWI PUJI HASTUTI A GAYA BELAJAR DALAM PERSPEKTIF MOTIVASI DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI ANGKATAN 2015 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA JAMAAH PENGAJIAN HAQQUL AMIN DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA JAMAAH PENGAJIAN HAQQUL AMIN DI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA JAMAAH PENGAJIAN HAQQUL AMIN DI SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR DAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN INFORMASI KARIR DAN EFIKASI DIRI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT SISWA

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN INFORMASI KARIR DAN EFIKASI DIRI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT SISWA HUBUNGAN ANTARA LAYANAN INFORMASI KARIR DAN EFIKASI DIRI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT SISWA TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Ilmu Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara attachment (X) dengan cinta pada individu dewasa yang telah menikah (Y), maka penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DARI KELUARGA TERHADAP PENYESUAIAN DIRI DI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DARI KELUARGA TERHADAP PENYESUAIAN DIRI DI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DARI KELUARGA TERHADAP PENYESUAIAN DIRI DI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SKRIPSI Oleh Suri Mutia Siregar 061301029 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GANJIL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui

Lebih terperinci

WURI PRATIWI SILVIANI A

WURI PRATIWI SILVIANI A HASIL BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1 DITINJAU DARI PENGUASAAN KONSEP AKUNTANSI DAN KONTINUITAS BELAJAR PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2015/2016 PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996). Mahasiswa yang dimaksud adalah individu yang berada

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI CAKRANINGRATAN NO.32 TAHUN AJARAN 2011/2012 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Desetalia Four Biantara

Lebih terperinci

Disusun oleh : NABILAH B

Disusun oleh : NABILAH B ANALISIS PENGARUH DISKON HARGA, BONUS PACK DAN PENDAPATAN KOMSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA KONSUMEN SUPERMARKET CARREFOUR DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI METODE MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI METODE MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI METODE MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII MTsN PLUPUH SRAGEN TAHUN AJARAN 2016/2017 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI DISUSUN OLEH : ELVA FAELA SHOFA 2012-60-011 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci